111
PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Tesis Oleh : LILIK NURHARYANI PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENERAPAN …digilib.unila.ac.id/54390/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION TERHADAP

  • Upload
    others

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENERAPAN LEARNING

ORGANIZATION TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Tesis

Oleh :

LILIK NURHARYANI

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, PENERAPAN LEARNINGORGANIZATION TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN

SEKRETARIAT KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh :

LILIK NURHARYANI

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai

di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah tidak optimal. Adanya

tuntutan akan tersedianya pelayanan publik yang baik memerlukan respon yang

cepat dari pemerintah. Hal ini disebabkan karena kinerja pegawai negeri sipil

belum baik. Pelayanan publik menjadi tujuan dari organisasi publik. Oleh karena

itu, membuat kinerja pegawai menjadi baik pada organisasi publik menjadi

penting untuk dilakukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasinya adalah seluruh pegawai

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 116 orang. Dengan

demikian sample pada penelitian ini adalah seluruh populasi. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, analisis statistik

inferensial dan regresi linear berganda.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kepemimpinan,

motivasi dan penerapan learning organization baik secara partial maupun

simultan mempengaruhi kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lampung Tengah. Koefisien determinasi dihasilkan dari R square 0,436. Hal ini

Lilik Nurharyani

menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning

organization terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung

Tengah sebesar 43,6 persen sementara 56,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak diteliti pada penelitian ini. Hasil dari regresi linear berganda ditunjukkan

dalam persamaan Y= 2,402 + 2,258 X1 + 0,122 X2 + 0,313 X3 dengan koefisien

kinerja sebesar 2,402, kepemimpinan sebesar 2,258, motivasi sebesar 0,122,

penerapan learning organization sebesar 0,313. Hal ini berarti bahwa nilai

konstan jika tidak ada perubahan pada kepemimpinan, motivasi penerapan

learning organization maka kinerja pegawai memiliki nilai 2,402.

Kata kunci : kepemimpinan, motivasi, penerapan learning organizatian dan

kinerja pegawai.

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LEADERSHIP, MOTIVATION,IMPLEMETATION OF LEARNING ORGANIZATION TO EMPLOYEE

PERFORMANCE OF THE SECRETARIAT OF LAMPUNG TENGAHDISTRIC, LAMPUNG PROVINCE

By

LILIK NURHARYANI

The existing problems in this research is the performance of The

Secretariat of Lampung Tengah district not optimal. The demands of good public

services need quickly response from government. It caused of the perfomance of

civil servants still poor. Public services become the purposes of public

organization. So, make a good performance of employees in public organization

become so important to keep the society trust.

The approach used in this research was descriptive research with

quantitative approach. The population is all of 116 employee of the Secretariat of

Lampung Tengah district. Thus the samples in this study is population. Data

analysis which is used in this study are descriptive statistical analysis, inferensial

statistical analysis and multiple linear regression.

The result of this research are leadership, motivation, the implementation

of Learning Organization are partially or simultaneously affected on performance

the Secretariat of Lampung Tengah district employees. The coefficients of

determination is resulted R square calculation obtained by 0,436. It showed that

the influence of leadership, motivation, the implemetation of learning

organization on the performance is 43,6 % while the remaining 56,4% is the

influence of other

Lilik Nurharyani

variables which is not examined in this study. The results of multiple linear

regression showed the equalition Y= 2,402 + 2,258 X1 + 0,122 X2 + 0,313 X3

which is the coefficient of performance are 2,402, leadership are 2,258,

motivation are 0,122, the implemetation of learning organization are 0,313. It

means that the constants value which states that if there is no change to the

leadership, motivation, the employees performance still has a value 2,402.

Keyword : leadership, motivation, learning organization, and employee

performance.

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN PENERAPAN LEARNING

ORGANIZATION TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh :

LILIK NURHARYANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

MAGISTER SAINS

Pada

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3

April 1976, sebagai anak keenam dari enam bersaudara, dari Bapak Tukul

Sumadiyo Resosudirjo dan Ibu Lilik Murtiningsih.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) BOPKRI BINTARAN diselesaikan tahun

1982, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD BOPKRI BINTARAN pada tahun

1988, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMPN 14 Yogyakarta pada

tahun 1991, dan Sekolah Menengah Umum (SMA) di SMAN 2 SLEMAN pada

tahun 1994. Tahun 1994-1996, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program

English Extension Course Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan pada tahun

2000 menyelesaikan pendidikan di Jurusan Ilmu Sosiatri, Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemerintah

Kabupaten Lampung Tengah dan ditempatkan di Bagian Humas dan sejak tahun

2016 bekerja di Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten lampung Tengah

hingga sekarang. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program

Pasca Sarjana Magister Ilmu Administrasi, Universitas Lampung.

Dengan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kupersembahkan tesis ini

sebagai tanda bakti cinta kasihku kepada :

Suamiku, Bambang Nugroho Hadi dan anakku Gabriella Gita Diani Putri dan

Christofera Gracia Diani Putri

Almamater tercinta, Universitas Lampung

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya

(Pengkotbah 3:11a)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, Penerapan learning Organization terhadap Kinerja

Pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah”.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Magister Sains pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa

pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan tesis

ini dari awal sampai akhir terutama kepada

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, Dr.

Syarif Makhya, M. Si,

2. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M. Si selaku pembimbing I dan Bapak Eko

Sulistio, S. Sos, M. AP selaku pembimbing II.

3. Bapak Prof. Yulianto untuk saran dan selaku dosen penguji. Terimakasih

untuk masukan dan sarannya.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu politik, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu

yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

5. Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Tengah, Bapak Adi Erlansyah, SE,

MM, yang telah memberikan izin dan dukungan.

6. Segenap pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lampung Tengah,

terimakasih atas bantuan, saran dan dukungannya pada saat penelitian

dilaksanakan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Tukul Sumadiyo

dan Ibu Lilik Murtiningsih dan kakak-kakakku : Mas Joko Sugiyarto,

Mbak Lilik Sri Wahyuni dan mbak Lilik Ratnaningsih, terimakasih atas

doa dan dukungan serta kasih sayang yang diberikan untukku;

8. Teristimewa juga untuk suamiku, Bambang Nugroho Hadi dan anakku

tercinta, Gabriella Gita Diani Putri dan Christofera Diani Putri untuk cinta,

pengertian dan dukungannya.

9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Magister Ilmu Administrasi,

Unila, Titi, Janjang, Pak Wondo, mbak Erni, mbak Herunia, Mas Santo,

Bu Yusnili terimakasih untuk kebersamaan dan dukungannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan

penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaannya tesis

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Agustus 2018

Penulis

Lilik Nurharyani

i

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul Depan .........................................................................

Lembar Persetujuan ................................................................................

Lembar Pengesahan ................................................................................

Pernyataan Orisinalitas ...........................................................................

Motto .......................................................................................................

Sanwacana ..............................................................................................

Abstrak ....................................................................................................

Riwayat Hidup ........................................................................................

Persembahan ...........................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................

Daftar Gambar ........................................................................................

Daftar Tabel ............................................................................................

I. PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

B. Rumusan Masalah .........................................................................

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

D. Manfaat Penelitian .........................................................................

II. LANDASAN TEORI .........................................................................

A. Definisi Konsep kinerja ................................................................

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ...............................

2. Kinerja dalam perspektif New Publik Manajemen ...................

B. Kepemimpinan ..............................................................................

C. Motivasi .........................................................................................

D. Penerapan Learning Organization .................................................

E. Kerangka Pemikiran ......................................................................

F. Hipotesis ........................................................................................

i

iv

v

1

1

7

8

8

14

14

15

21

26

32

44

50

51

ii

III. METODE PENELITIAN .................................................................

A. Pendekatan dan jenis penelitian ..................................................

B. Definisi Konseptual .....................................................................

C. Definisi Operasional ...................................................................

1. Ruang Lingkup penelitian ......................................................

2. Obyek penelitian dan subyek penelitian .................................

3. Populasi dan sampel ...............................................................

4. Jenis dan sumber data ............................................................

5. Teknik pengolahan data ..........................................................

6. Skala Pengukuran ...................................................................

7. Uji instrumen ..........................................................................

8. Teknik analisis data ................................................................

9. Uji regresi ganda ....................................................................

10. Uji Asumsi Klasik ..................................................................

11. Uji Hipotesis ..........................................................................

IV. GAMBARAN UMUM .....................................................................

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah ........................

B. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung

Tengah Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah .......................

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................

A. Hasil/ Data penelitian ....................................................................

1. Tingkat pengembalian (Response rate) ....................................

2. Karakteristik Responden ...........................................................

3. Uji Validitas ..............................................................................

4. Uji Realibilitas ..........................................................................

5. Uji Asumsi Klasik .....................................................................

6. Statistik deskriptif ..... ...............................................................

7. Statistik Inferensial ...................................................................

8. Memaknai hasil regresi dan uji hipotesa ..................................

B. PEMBAHASAN .........................................................................

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di

53

53

54

55

57

58

58

60

62

63

64

65

66

68

69

72

72

73

87

87

87

88

88

90

94

95

99

105

109

118

118

120

iii

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah .................

2. Pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai di Sekretariat

Daerah Kabupaten Lampung Tengah ...................................

3. Pengaruh penerapan LO terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah ................

4. Pengaruh kepemimpinan, motivasi, penerapan Learning

Organization terhadap kinerja pegawai di Sekretariat

Daerah Kabupaten Lampung Tengah ...................................

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

120

122

123

126

126

127

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

3.1

5.1

Paradigma ganda dengan 3 variabel

Hasil Uji Heterokedasitas

66

97

v

DAFTAR TABEL

Tabel Judul tabel Halaman

2.1

3.1

3.2

4.1

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

5.7

5.8

5.9

5.10

5.11

Teori Motivasi “Dua Faktor Frederick Herzberg ...............

Indikator variabel motivasi menurut Herzberg ..................

Definisi Operasional ...........................................................

Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Jenis KelaminTahun 2014 – 2015 .............................................................

Jumlah Populasi Dan Sampel Pegawai Negeri Sipil DiSekretariat Kabupaten Lampung Tengah ...........................

Demografi responden .......................... ..............................

Data responden berdasarkan Tingkat pendidikan ..............

Hasil uji validasi Variabel Kepemimpinan ........................

Hasil uji validasi Variabel Motivasi ..................................

Hasil uji validasi Variabel penerapan LearningOrganization .......................................................................

Hasil uji validasi Variabel Kinerja .....................................

Nilai Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................

Hasil Uji Normalitas ..........................................................

Hasil Uji heterokedasitas ....................................................

Hasil Uji Multikolinearitas .................................................

44

55

56

72

88

88

89

91

92

93

94

95

96

97

98

vi

5.12

5.13

5.14

5.15

5.16

5.17

Data Hasil Penelitian ..........................................................

Statistik deskriptif variabel kinerja pegawai ......................

Statistik deskriptif variabel kepemimpinan ........................

Statistik deskriptif variabel motivasi ..................................

Statistik deskriptif variabel Penerapan LearningOrganization .......................................................................

Rangkuman Hasil Analisis Regresi ....................................

99

102

103

103

104

108

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global termasuk di Indonesia, pelayanan publik mengalami perubahan

dan pergeseran. Pergeseran ini bertujuan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang

lebih baik. Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh

lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang

absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan dan hukum secara

terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya dan

melayani keperluannya. Selain itu, berhak pula memungut pajak untuk pendanaan

serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan. Dengan kata lain,

Pemerintah merupakan organisasi terdepan yang berhubungan dengan pelayanan

publik.

Peranan administrasi publik dalam penyelenggaraan suatu negara mencakup

fungsi-fungsi umum pemerintahan, seperti hankam, penegakan hukum, penyediaan

barang dan jasa dalam kuantitas dan kualitas yang memadai serta bagaimana

menyampaikannya kepada masyarakat dan lain-lain. Peranan tersebut kemudian

diwujudkan dalam bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh organisasi publik.

2

Peranan administrasi publik ini sangat kompleks sesuai dengan dinamika

perkembangan di masyarakat.

Menghadapi perubahan lingkungan yang sedemikian pesat maka pemerintah

yang berperan dalam pemberian layanan publik harus lebih responsif dan lebih

tanggap terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat dan mengetahui cara terbaik untuk

memberi pelayanan publik kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat

memiliki harapan yang besar terhadap organisasi publik ini. Keberhasilan organisasi

publik ini dapat dilihat dari kinerja aparaturnya. Barton & Chappel dalam Keban

(2014:5) melihat administrasi publik ini sebagai “the work of government” atau

pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah. Definisi ini menekan keterlibatan personil

dalam memberikan layanan kepada publik. Hal ini juga ditegaskan oleh Chandler dan

Plano (Keban, 2014:3) administrasi publik adalah “proses dimana sumber daya

danpersonel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk memformulasi,

mengimplementasikan dan mengelola (manage) keputusan-keputusan dalam

kebijakan publik. Berdasarkan kedua pendapat diatas, personil atau sumber daya

memiliki peran yang penting dalam penyelenggaran pemerintahan. Dalam

pemerintahan Republik Indonesia, peran tersebut dijalankan oleh Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Oleh karenanya, kinerja aparatur sektor publik menjadi penting untuk

terus ditingkatkan. Penilaian kinerja aparatur secara langsung berpengaruh terhadap

citra pemerintah dimata masyarakat luas. Menurut Gibson, (2008:123-124) faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu yang terdiri

dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor yang

3

mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari variabel psikologi yang terdiri

dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja dan stres kerja.

Sedangkan faktor yang ketiga yang mempengaruhi kinerja adalah faktor organisasi

yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur

organnisasi, desain pekerjaan, desain organisasi, dan karir. Sedangkan Mahmudi

(2015) melihat bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1.Faktor personal/ individual meliputi : pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh

setiap individu;

2. Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;

3. Faktor team, melipputi kualitas dukungan dan semngat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, keperpercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

4.Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja organisasi;

5.Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

Berdasarkan uraian diatas, penulis beranggapan bahwa ada 3 faktor yang

memberi pengaruh besar terhadap kinerja. Ketiga faktor yang mempengaruhi kinerja

tersebut adalah kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning organization

mempengaruhi kinerja pegawai. Kinerja pegawai (2015: 13) yang rendah dapat

4

dilihat dari indikator tingkat absensi yang tinggi, tingkat perputaran pegawai yang

tinggi, target tidak tercapai atau produktivitas pegawai yang rendah. Mahmudi (2015 :

1) menjelaskan bahwa organisasi sektor publik dapat berjalan baik dan terarah pada

tujuan yang diinginkan apabila di dalamnya terdapat pegawai atau sumber daya

aparatur yang berkompeten. Profesionalitas pegawai merupakan salah satu prasyarat

yang diperlukan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance). Kinerja menurut Keban (2014 : 209) diartikan sebagai penampilan,

unjuk kerja atau prestasi. Upaya peningkatan kinerja organisasi sektor publik

dilaksanakan dengan meninggalkan sistem manajemen tradisional dan beralih

menggunakan sistem manajemen berbasis kinerja.

Penerapan manajemen berbasis kinerja dalam sektor publik dipicu oleh konsep

Reinventing Government yang diperkenalkan oleh Osborne dan Gaebler pada tahun

1992 dimana mereka mengusulkan beberapa strategi yang titik beratnya adalah

peningkatan kinerja organisasi sektor publik. Menurutnya, kinerja tidak lagi diukur

dengan berapa besarnya input dan bagaimana prosedur yang ditempuh untuk

mencapai output sebagaimana dianut selama ini, tetapi dengan mengutamakan hasil

akhir yang benar-benar dirasakan pelanggan atau masyarakat.

Dalam konteks New Publik Manajemen, penilaian kinerja harus dilihat

sebagai upaya berkesinambungan dalam memperbaiki kinerja organisasi publik.

Menurut Keban (2014 : 209), dasar penilaian kinerja tidak semata-mata pada proses

yang ditempuh, perlakuan kepada bawahan atau kepada masyarakat dan bagaimana

akuntabilitas berjalan di dalam organisasi tetapi lebih luas lagi yaitu berkenaan

5

dengan kualitas pelayanan, keterkaitan visi dan misi organisasi, kesesuaian apa yang

dikerjakan organisasi publik dengan kebutuhan masyarakat dan sampai seberapa jauh

suatu organisasi publik telah belajar memecahkan masalah dan memperbaiki situasi

yang dihadapinya termasuk merancang masa depannya.

Dalam upaya mencapai tujuan organisasi, kepemimpinan memegang peranan

yang penting. Keith Davis menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan dengan antusias.

Kepemimpinan mengubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan. Kepemimpinan

yang efektif akan memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pegawai

untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja organisasi sektor publik akan dapat

ditingkatkan seiring dengan peningkatan efektivitas kepemimpinan. Semakin efektif

suatu kepemimpinan semakin meningkat pula kinerja pegawai dan dengan demikian

akan semakin mendekatkan organisasi kepada tujuan (goal).

Pada pihak lain, motivasi juga sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Siagian (2004:164) menjelaskan bahwa motivasi pegawai dipengaruhi oleh faktor

hygiene dan motivator. Menurut Herzberg ada dua faktor yang memotivasi seseorang

untuk berusaha mencari kepuasaan dan menjauhkan diri ketidakpuasan. Dua faktor

tersebut adalah faktor hygiene dan faktor motivational.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain

ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,

kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene

atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan

6

seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan

sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan

organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan

yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg

ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam

kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Sebagaimana kita ketahui, tuntutan terhadap pelayanan organisasi sektor

publik yang berkualitas disuarakan oleh berbagai lapisan masyarakat penerima

layanan. Hal ini disebabkan karena kinerja aparatur organisasi sektor publik masih

rendah. Pelayanan terhadap masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor

publik. Oleh karena itu, kinerja menjadi faktor penting dalam

mempertahankan/menjaga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik.

Selain itu, perubahan lingkungan yang amat cepat, seperti perubahan politik,

ekonomi, teknologi, sosial, perubahan bisnis mengharuskan semua organisasi baik

organisasi publik maupun privat memiliki kemampuan untuk merespon atau

beradaptasi dengan perubahan. Hal ini menjadi syarat utama apabila organisasi

tersebut ingin survive. Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat secara cepat

beradaptasi terhadap berbagai perubahan agar tujuan organisasi atau kinerja

organisasi dapat tercapai. Perubahan-perubahan itu menuntut agar pengelolaan

organisasi dilakukan dengan cara-cara yang baru sehingga tujuan organisasi lebih

efektif dalam lingkungan yang terus berubah. Hal ini tentunya menuntut agar

7

organisasi dapat terus belajar dalam menghadapi perubahan. Dari sinilah kemudian

dikenal konsep pembelajaran organisasi atau learning organization.

Pembelajaran organisasi yang dilakukan secara terus menerus (seumur hidup)

adalah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus menerus terjadi,

dengan demikian organisasi dalam hal melakukan pembelajaran harus melihat pada

perubahan situasi. Organisasi harus mampu memilih pengetahuan dan teknologi mana

yang tepat untuk diterapkan. Pilihan pengetahuan dan teknologi tidak mempersoalkan

pengetahuan dan teknologi yang terbaik tetapi yang paling berguna dan paling tepat

untuk digunakan oleh organisasi bersangkutan.

Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu

organisasi sektor publik. Organisasi ini merupakan salah satu unit organisasi di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang terdiri dari 11 bagian

dengan 106 pegawai negeri sipil juga menghadapi tantangan dalam upayanya

meningkatkan kinerja organisasi. Tabel dibawah ini menggambarkan data pegawai di

Sekretariat Kabupaten Lampung Tengah menurut eselonering, golongan dan tingkat

pendidikan dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah KabupatenLampung Tengah menurut eselonering

Eselon JumlahII a 1II b 6III 11IV 28

Total 46Sumber : Bagian Organisasi Setdakab Lampung Tengah

8

Tabel 2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah KabupatenLampung Tengah menurut Bagian per Juni 2017

NO NAMA BAGIAN JUMLAH1 Bag. Administrasi Pembangunan 9

2 Bagian Unit Lelang Pengadaan 11

3 Bagian Protokol 14

4 Bagian Perekonomian 10

5 Bagian Pertanahan 2

6 Bagian Hukum 5

7 Bagian Administrasi Pemeritahan 3

8 Bagian Organisasi 10

9 Bag. Administrasi Perlengkapan 9

10 Bag. Administrasi Kemasyarakatan 4

11 Bagian Umum 39

JUMLAH 116

Sumber : Bagian Organisasi Setdakab Lampung Tengah

Sistem kerja pegawai yang terlalu birokratis dan kurang tanggap terhadap

kebutuhan pelayanan mengisyaratkan masih belum meresapnya pemahaman akan

adanya reformasi birokrasi. Kendala internal organisasi serta perubahan eksternal

yang menuntut adanya kemampuan organisasi pemerintahan untuk mengadaptasi,

mengantisipasi dan kemudian menyelaraskannya dalam satu paket semangat dan

mekanisme kerja pelayanan publik menjadi faktor kunci keberhasilan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Kegagalan dalam mengantisipasi dan mengadaptasi

inilah yang seringkali menjadi pemicu ketidaksiapan aparatur pemerintah untuk

memberikan pelayanan yang dituntut oleh masyarakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan

motivasi baru sehingga organisasi publik khususnya Sekretariat Daerah Kabupaten

9

Lampung Tengah lebih siap memberikan pelayanan (service) sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman.

Pentingnya motivasi baru ini tidak lepas dari pertimbangan bahwa di era

globalisasi dan persaingan yang semakin terbuka, peran organisasi publik menjadi

semakin vital. Peran organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dari

waktu ke waktu akan semakin besar dan kompleks. Beberapa perubahan struktural

dari fenomena ini diperlukan mulai dari struktur, sistem, strategi, staf, pengetahuan

dan ketrampilan, gaya manajemen hingga gaya kepemimpinan menjadi subjek

perhatian perubahan organisasi publik secara komprehensif. Untuk menciptakan

kinerja pelayanan yang baik memerlukan waktu yang tidak sebentar dan energi yang

tidak sedikit. Upaya perbaikan kinerja pelayanan dilakukan melalui kepemimpinan

yang efektif dan peningkatan motivasi serta melalui proses pembelajaran di dalam

lingkungan organisasi.

Pola-pola penyelenggaraan pelayanan yang masih menganut cara dan

pemahaman lama perlu diganti melalui proses pembelajaran. Pembelajaran

merupakan kunci penting bagi terjadinya perubahan dalam suatu organisasi yang

diperkenalkan melalui konsep Learning Organization. Konsep Learning

Organization (organisasi pembelajar) sebenarnya telah lama diperkenalkan dan

menjadi inspirasi dan bagian penting kajian-kajian era lahirnya konsep penataan

penyelenggaraan good governance (pemerintahan yang baik).

Berdasarkan Data dari Bagian Organisasi Setdakab Lampung Tengah, capaian

kinerja organisasi pemerintah khususnya sekretariat Daerah Kabupaten Lampung

10

Tengah pada tahun 2016 mencapai 83,60 %. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat

bahwa kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dapat

dittingkatkan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi dan

penerapan organisasi pembelajar. Untuk kondisi organisasi di sektor publik,

permasalahan yang harus diperbaiki diantaranya adalah mengenai motivasi kerja

pegawai, dalam hal kepemimpinan masih terdapat pimpinan yang belum optimal

dalam menerapkan fungsi kepemimpinannya, seperti misalnya dalam hal

mengarahkan, membimbing, memberdayakan, dan berkomunikasi secara efektif. Hal

lain, kerjasama antar pegawai di dalam satu unit maupun kerjasama antar unit kerja

masih kurang terbina dengan baik, fasilitas kerja dan ruang kerja yang kurang

memadai dan job description belum dirancang dengan baik. Hal ini juga sejalan

dengan pendapat Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung

Tengah, Andy RPA, S. IP., MM dalam wawancara dengan Penulis pada tanggal 18

April 2016 di ruang kerjanya. Beliau berpendapat bahwa kinerja pegawai harus

ditingkatkan melalui penegakan disiplin kerja. Pemimpin dalam hal ini sangat

dibutuhkan keteladanannya demi peningkatan motivasi pegawai. Harapan munculnya

ide-ide kreatif dan inovatif dari pegawai untuk menjalankan tugas pokok dan

fungsinya selama ini dirasakan masih dapat ditingkatkan.

Suatu organisasi apapun bentuknya, baik pemerintah maupun swasta, akan

membutuhkan pimpinan yang akan membawa organisasi mencapai tujuannya.

Pimpinan suatu organisasi sangat dibutuhkan, dengan demikian kepemimpinan

seorang pemimpin di dalam suatu organisasi harus terwujud, sebab kepemimpinan

11

adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk memengaruhi orang

yang dipimpinnya atau pengikutnya sehingga orang tersebut bertingkah laku

sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Begitu juga dengan motivasi,

dalam organisasi publik peran motivasi sangat penting. Tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa dengan motivasi kerja yang tinggi, maka kinerja organisasi akan tinggi.

Faktor kepemimpinan dari atasan dapat memberikan pengayoman dan

bimbingan kepada pegawai dalam menghadapi tugas dan lingkungan kerja yang baru.

Pemimpin yang baik akan mampu menularkan optimisme dan pengetahuan yang

dimilikinya agar pegawai yang menjadi bawahannya dapat melaksanakan pekerjaan

dengan baik. Seorang pemimpin yang memiliki motivasi yang tinggi terhadap

tugasnya akan memberi pengaruh yang baik terhadap motivasi kerja bawahannya.

Dari observasi awal di bidang kepemimpinan pada Sekretariat Daerah

Kabupaten Lampung Tengah dijumpai masalah sebagai berikut:

a. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada

pembinaan dan pengembangan bawahan.

b. Pemimpin tidak memberlakukan punishment secara tegas dan efektif

terhadap bawahan yang melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas.

Untuk masalah motivasi kerja masih dijumpai adanya pegawai yang memiliki

motivasi kerja yang rendah. Bagi pegawai dengan adanya kepemimpinan dan

motivasi kerja yang tinggi akan mendorong mereka bekerja dengan baik, maka

kinerja mereka cenderung akan baik juga. Pengaruh dari motivasi dan kinerja yang

baik serta penuh dengan rasa kepuasan berarti pegawai tersebut dengan sendirinya

12

akan melaksanakan semua peraturan-peraturan yang ada pada organisasi tersebut

yaitu kesadaran disiplin.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, nampak betapa pentingnya

kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning organization dalam meningkatkan

kinerja pegawai. Hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Penerapan

Learning Organization Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lampung Tengah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan

beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

2. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3. Seberapa besar pengaruh penerapan Learning Organization terhadap

kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan

Learning Organization terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah

Kabupaten Lampung Tengah.

13

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :

1. Untuk mendeskripsikam signifikansi pengaruh kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

2. Untuk mendeskripsikam signifikansi pengaruh motivasi terhadap kinerja

pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3. Untuk mendeskripsikam signifikansi pengaruh penerapan Learning

Organization terhadap kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten

Lampung Tengah.

4. Untuk mendeskripsikam signifikansi pengaruh kepemimpinan, motivasi

dan penerapan Learning Organization terhadap kinerja pegawai

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh antara lain :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat mengembangkan

khasanah keilmuan terutama mengenai Kinerja Pegawai yang dipengaruhi

oleh Kepemimpinan, motivasi dan penerapan Learning Organization.

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan

bagi pihak Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah terutama yang

menyangkut kinerja pegawai, Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan

penerapan Learning Organization.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Konsep kinerja

Sebuah organisasi termasuk organisasi publik memerlukan manusia sebagai

sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber

daya manusia yang berkualitas akan turut memajukan organisasi sebagai suatu wadah

peningkatan kinerja organisasi. Kedudukan strategis untuk meningkatkan kinerja

organisasi publik adalah pada pegawai negeri sipil (PNS), yaitu individu-individu

yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2002 : 570), kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan, kemampuan kerja. Secara sederhana disebutkan bahwa istilah kinerja

berasal dari kata job perfomance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sungguhnya yang dicapai oleh seseorang), sedangkan yang dimaksud dengan kinerja

mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan.

Otley (dalam Mahmudi, 2015 : 6) menjelaskan bahwa kinerja mengacu pada

sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi

hasil yang dicapai kerja tersebut. Sedangkan Roger berpendapat bahwa kinerja

didefinisikan sebagai hasil kerja itu sendiri karena hasil kerja memberikan keterkaitan

15

yang kuat terhadap tujuan strategis organisasi, kepuasan pelanggan dan kontribusi

ekonomi.

Terkait dengan konsep kinerja, Moeheriono (2012:95) berpendapat bahwa

kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksana suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu

organisasi. Oleh karenanya, salah satu cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kinerja adalah dengan memberikan wewenang kepada karyawan yaitu

dengan membentuk tim kerja. Gregory Moorhead dan Ricky W.G (2013:132)

menyatakan satu motode yang digunakan oleh beberapa perusahaan untuk

memberikan wewenang kepada para pegawai mereka adalah membentuk tim-tim

kerja. Lingkaran kualitas adalah sekelompok karyawan yang sukarela bertemu secara

tetap untuk mengidentifikasi dan mengajukan solusi untuk masalah-masalah yang

berhubungan dengan kualitas serta saling belajar satu dengan yang lainnya.

Untuk mencapai kinerja tingkat tinggi, seorang pegawai harus memiliki

motivasi untuk melakukan perkerjaan dengan baik, harus memiliki kemampuan dan

harus mempunyai materi, sumber daya, perlengkapan, dan informasi untuk

melakukan pekerjaan tersebut (lingkungan).

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor

tersebut adalah faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan eksternal, dan

faktor internal karyawan atau pegawai (Wirawan, 2009). Faktor internal pegawai,

16

yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir

dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya

bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor

yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja,

dan motivasi kerja. Sedangkan faktor-faktor lingkungan internal organisasi adalah

faktor-faktor yang ada dalam organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai

memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat

mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Konsep organisasi pembelajar juga

diyakini merupakan suatu bentuk dukungan organisasi dalam menciptakan

lingkungan internal organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan

meningkatkan produktivitas karyawan.

Faktor yang lain adalah faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor

lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di

lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan. Dalam

melaksanakan sebuah pekerjaan, seorang pegawai akan berusaha untuk melaksanakan

pekerjaannya tersebut dengan sungguh-sungguh agar dapat memberikan hasil yang

baik sesuai dengan kemampuan, pengalaman, kesungguhan serta waktu pengerjaan

tugas yang dibebankan kepadanya.

Menurut Suyadi Prawirosentoso (1999:27) faktor yang mempengaruhi

organisasi dan kinerjanya sebagai berikut:

a. Efektivitas dan Efisiensi

17

Efektivitas dari usaha kerja sama (antar indiviual) berhubungan dengan

pelaksanaan yang dapat mencapi sistem itu sendiri. Sedangkan efisiensi

dari suatu kerja sama dalam suatu sistem (antarindividual) adalah hasil

gabungan efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu.

b. Otoritas dan Tanggung jawab

Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap peserta dalam suatu

organisasi akan mendukung kinerja (performance) organisasi tersebut.

Walaupun kejelasan wewenang dengan tanggung jawab setiap peserta

harus disertai dengan kapasitas masing-masing peserta organisasi

bersangkutan.

c. Disiplin

Disiplin berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada sanksi

yang yang melanggar. Dalam hal ini seorang karyawan melanggar

peraturan yang berlaku dalam organisasi perusahaan, maka karyawan

bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah disepakati.

d. Inisatif

Inisiatif seseorang (atasan atau karyawan bawahan) berkaitan dengan daya

pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang

berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat

perhatian atau tanggapan posotif dari atasan, kalau memang dia atasan yang

baik.

18

Sedangkan menurut Moeheriono (2012:139) menyatakan bahwa faktor

penilaian adalah aspek-aspek yang diukur dalam proses penilaian kerja individu.

Faktor penilaian tersebut terdiri dari empat aspek yakni sebagai berikut:

a. Hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan kerja (output)

biasanya terukur, berapa besar yang telah dihasilkan, berapa jumlahnya, dan

berapa besar kenaikannya.

b. Perilaku yaitu aspek tindak tanduk karyawan dalam melaksanakan

pekerjaan, pelayanannya bagaimana, kesopanannya, sikapnya, dan perilaku

baik terhadap sesama karyawan maupun kepada pelanggan.

c. Atribut dan kompensasi, yaitu kemahiran dan penguasaan karyawan sesuai

tuntutan jabatan, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian.

d. Komparatif, yaitu membandingkan hasil kinerja karyawan dengan karyawan

lainnya yang selevel dengan yang bersangkutan.

Simamora dalam Mangkunegara (2006) menyatakan kinerja dipengaruhi tiga

faktor, yaitu :

a. Faktor Individual yang mencakup kemampuan, keahlian, latar belakang

dan demografi

b. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran

dan motivasi

c. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,

struktur dan job design

19

Sehubungan dengan penilaian kinerja, Robbin (2006:260) berpendapat bahwa

kinerja pegawai dapat dilihat dari enam indikator berikut ini :

a. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan

dan kemampuan karyawan.

b. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

c. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

d. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,

uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil

dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

e. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya

f. Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai

komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap

kantor.

Sedangkan menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja : 1) Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2) Faktor psikologis :

persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3) Faktor organisasi.

20

Sementara T.R. Mitchell (1978:343) dalam Sedarmayanti (2001:51),

menyatakan pula bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:

a. Kualitas Kerja (Quality of Work): Ukuran seberapa baik pekerjaan yang

dihasilkan,

b. Ketepatan (Promptness) : Ketepatan waktu dan kesesuaian rencana kegiatan/

rencana kerja dengan hasil pekerjaan atau ketelitian hasil pekerjaan

c. Inisiatif (Initiative) : Gagasan atau tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi

d. Kemampuan (Capability) : Keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan

e. Komunikasi (Communication) : Relasi atau kerjasama antar pegawai di dalam

organisasi

Sejalan dengan upaya mewujudkan reformasi birokrasi, salah satu aspek

penting untuk meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan memperbaiki

administrasi pemerintahan melalui penyusunan dan penerapan Standar Operasional

Prosedur (SOP). Standar Operasional Prosedur (SOP) secara umum diartikan sebagai

serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses

penyelenggaraan administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus dilakukan,

di mana dan oleh siapa dilakukan. SOP berfungsi untuk menghindari terjadinya

variasi dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu

kinerja organisasi secara keseluruhan. Pemerintah telah menyediakan acuan bagi

seluruh instansi melalui PermenPAN dan RB Nomor: 35 tahun 2012 tentang

21

Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan

(SOP AP).

Dalam konsep pelayanan publik, penyusunan SOP merupakan bagian dari

sistem pelayanan prima yang dilakukan pegawai dengan tepat serta menjamin

konsistensi kualitas pelayanan yang dihasilkan. SOP merupakan standar pelayanan

yang menjadi panduan bagi setiap pegawai yang terlibat dalam proses pelayanan

tahap demi tahap. Dalam hal pemerintahan, SOP bermanfaat untuk membantu kinerja

pemerintah untuk lebih efektif dan efisien dalam pelayanan masyarakat. Oleh

karenanya, dalam penelitian ini penulis menggunakan kemampuan pegawai

menerapkan SOP ini sebagai salah satu indikator kinerja.

2. Kinerja dalam perspektif New Public Management

Pada organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi dilihat oleh masyarakat

melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang murah dan

berkualitas. Hal ini selaras dengan konsep New Public Management (NPM) yang

menjadi dasar perubahan paradigma pengelolaan organisasi sektor publik. Konsep

New Public Management ini adalah salah satu reformasi manajemen sektor publik

untuk menjawab anggapan yang menyatakan bahwa organisasi sektor publik tidak

produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreatifitas,

dan berbagai kritikan lainnya (Mahmudi, 2007). New Public Management

beranggapan bahwa praktik manajemen sektor swasta lebih baik dibandingkan

dengan praktik manajemen sektor publik. Oleh karena itu untuk memperbaiki kinerja

sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan

22

di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar,

kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik.

Menurut Christopher Hood (2015: 43), New Public Management memiliki

tujuh karakteristik atau komponen utama, yaitu:

a. Manajemen profesional di sektor publik.

b. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja.

c. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome.

d. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik.

e. Menciptakan persaingan di sektor publik.

f. Pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor publik.

g. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam

menggunakan sumber daya.

Selama beberapa tahun terakhir, NPM memberikan kontribusi positif dalam

perbaikan kinerja sektor publik melalui mekanisme pengukuran kinerja yang

diorientasikan pada pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas meskipun

penerapannya tidak bebas dari kendala dan masalah. Pengukuran kinerja sektor

publik ini menurut Robbin (2005:156) dapat diukur dari indikator-indikator berikut

ini :

a. Prestasi kerja

Ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, perusahaan dapat mengevaluasi

dari prilaku (hasil kerja) karyawan tersebut yang berhubungan dengan tugas.

23

b.Pencapaian target

Pencapaian target menjadi faktor yang tepat untuk di evaluasi, dari hasil

pencapaian target dapat dilihat keampuan karyawan dalam menyelesaikan

beban pekerjaannya.

c. Keterampilan

Meliputi sekumpulan kemampuan yang bersifat teknis, antar pribadi atau

berorientasi bisnis.

d.Kepuasan

Yaitu kualitas kerja yang dicapai bedasarkan syarat-syarat kesesuaian dan

kesiapan karyawan.

e. Inisiatif

Yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar

tanggung jawabnya.

f. Tingkat Kehadiran

Tingkat kehadiran menjadi salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat

kedisiplinan karyawan semakin tinggi kehadirannya atau rendahnya

kemangkiran maka karyawan tersebut telah memiliki disiplin kerja yang tinggi

yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.

g.Ketaatan

Ketaatan yaitu kesadaran dan kesediaan dalam hal penyelesaian kerja.

24

h.On time

Ontime yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode waktu yang

ditentukan.

Pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian di

organisasi baik sektor publik maupun sektor privat. Tujuan penilaian kinerja disektor

publik menurut Mahmudi (2015 : 14) adalah

a. mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

b. menyediakan sarana pembelajaran pegawai

c. memperbaiki kinerja periode berikutnya

d. memberi pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan

pemberian reward dan punishment

e. memotivasi pegawai

f. menciptakan akuntabilitas publik

Dalam konsep New Public Management, penerapan manajemen sektor swasta

di sektor publik merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan good governance.

Salah satu isu penyelenggaraan good governance adalah peningkatan kinerja

aparatur. Adapun karakteristik good governance dari UNDP meliputi (Keban, 2008):

a. Participation yaitu bahwa semua orang harus diberi kesempatan yang sama

untuk mengemukakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan baik

langsung atau melalui perantara institusi yang me- wakili kepentingannya.

b. Rule of law, yaitu bahwa aturan hukum harus adil dan ditegakkan tanpa

pandang bulu.

25

c. Transparancy, yaitu bahwa keterbukaan harus dibangun diatas aliran

informasi yang bebas.

d. Responsiveness, yaitu bahwa institusi- institusi dan proses yang ada harus

diarahkan untuk melayani para stakeholders.

e. Consensus orientation yaitu bahwa harus ada proses mediasi untuk sampai

kepada konsensus umum yang didasarkan atas kepentingan kelompok, dan

sedapat mungkin didasarkan pada kebijakan dan prosedur.

f. Equity, yaitu bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk

memperbaiki dan mempertahankan kesejahteraannya.

g. Effectiveness and efficiency, yaitu bahwa proses dan institusi-institusi yang

ada sedapat mungkin memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemafaatan

terbaik terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada.

h. Accountability, yaitu bahwa para pengambil keputusan di instansi pemerintah,

sektor publik dan organisasi masyarakat madani harus mampu

mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dan diputuskannya kepada

publik sekaligus kepada para pemangku kepentingan.

i. Strategic vision yaitu bahwa para pemim- pin dan masyarakat publik harus

memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang terhadap pembangunan

manusia, dengan memperhatikan latar belakang sejarah, dan kompleksitas

sosial budaya.

Untuk mewujudkan good governance ini maka aparatur dituntut untuk

meningkatkan kinerjanya. Kinerja aparatur sipil negara ini dipengaruhi oleh banyak

26

aspek. Salah satunya adalah aspek kinerja organisasi baik secara individual maupun

secara keseluruhan. Pengukuran kinerja penting dilakukan oleh sebuah organisasi

untuk menilai kesuksesan organisasi. Mahmudi (2015:14) menjelaskan tujuan

penilaian kinerja di sektor publik antara lain :

1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan

pemberian reward dan punishment

5. Memotivasi pegawai

6. Menciptakan akuntabilitas publik

B. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa Inggris

yakni “leadership”. Istilah kepemimpinan melukiskan hubungan antara pemimpin

dan orang-orang yang dipimpinnya dalam suatu organisasi yang dapat bekerjasama.

Untuk menjelaskan apa itu kepemimpinan, beberapa ahli dalam bidang ini

mengemukakan penjelasannya, antara lain : George R Terry (Miftah Thoha, 2015 :

5) menjelaskan kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya

diarahkan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Koontz dan Donnel ( dalam Ulbert

Silalahi, 2002 : 184) menjelaskan kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi

perilaku orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar melakukan aktivitas

27

dalam usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu. JM Pfifftner (2002 : 184) juga

menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan seni mengkoordinasi dan memberi

arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Dari

definisi tersebut dapat diidentifikasi elemen dalam berlangsungnya kepemimpinan di

suatu organisasi yaitu pemimpin, pengikut dan aktivitas yang mempengaruhi pada

situasi tertentu yang akhirnya ada tujuan yang akan dicapai.

Dengan demikian bagaimana seorang pemimpin menjalankan

kepemimpinannya sangat berpengaruh terhadap baik tidaknya sebuah organisasi.

Apabila pemimpin menjalankan kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya dan penuh

dengan tanggung jawab,maka organisasi akan berjalan dengan baik. Namun

sebaliknya, jika peran kepemimpinan tidak dilaksanakan sesuai dengan aturan main

yang ada maka akan timbul berbagai persoalan yang dapat menghambat atau

mempengaruhi kinerja orang – orang yang dipimpinnya.

Dari gambaran di atas terlihat dengan jelas bahwa kemajuan dan kemunduran

suatu organisasi tergantung dari kualitas kepemimpinan seorang pemimpin. Dilihat

dari sudut pandang apapun juga pemimpin selalu ditempatkan pada satu titik yang

sangat penting. Peran seorang pemimpin dalam satu organisasi atau kelompok

sangatlah vital. Karena dalam perannya tersebut, seorang pemimpin akan membantu

organisasi untuk mewujudkan visi dan misinya. Oleh sebab itu, efektifitas seorang

pemimpin didalam menggunakan pengaruh-pengaruhnya sangat menentukan

bagaimana pemimpin tersebut dapat memainkan perannya dengan baik. Untuk itu,

pemimpin selalu harus diasah dan dikembangkan, sehingga dapat menyesuaikan diri

28

dengan situasi – situasi yang dihadapinya. Baik situasi itu berasal dari anak buah,

atasan ataupun organisasi di mana ia berada. Dapat dilihat disini pentingnya seorang

pemimpin pada saat melaksanakan kepemimpinannya dapat memberdayakan dirinya

sendiri sebelum memberdayakan orang lain. Dalam ranah kepemimpinan ada tiga hal

yang harus dikembangkan oleh seorang pemimpin yakni seorang pemimpin harus

mampu memimpin diri sendiri (managing self), memimpin orang (managing people),

dan memimpin tugas (managing job). Efektivitas dalam melaksanakan kepemimpinan

harus dimulai dari diri sendiri. Tidak mungkin seorang pemimpin yang gagal

membuat dirinya efektif akan berhasil dalam mengefektifkan orang lain ataupun

pekerjaannya. Berbicara masalah efektivitas pribadi mau tidak mau seorang

pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam menentukan identifikasi terhadap

potensi – potensi yang dimilikinya. Kemampuan akan melakukan identifikasi ini akan

memberikan bekal yang cukup kuat bagi seorang pemimpin untuk mengembangkan

dirinya. Sehingga katika peran kepemimpinan yang sementara ia jalani tidak hanya

tergantung dari posisinya saja tetapi lebih banyak karena pengaruh-pengaruh yang

berasal dari kapasitas pribadinya.

Pada dasarnya untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan dapat dilihat dari

berbagai literatur yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada yang

mengatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang.

Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi yang

memungkinkan ia ada. Teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat

perilaku organisasi. Orientasi perilaku mencoba mengetengahkan pendekatan yang

29

bersifat Social Learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat

faktor penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini.

Beberapa ahli mengemukakan pendapat untuk menjelaskan kepemimpinan

dari berbagai sudut pandang dan pendekatan. Dalam teori sifat (Trait Theory), teori

ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan

oleh sifat-sifat pemimpin. Atas dasar hal tersebut maka untuk menjadi pemimpin

yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin alam hal ini

termasuk kualitas seseorang dengan ciri, sifat dan perangai. Keith David (dalam

Miftah Thoha, 2015:33) merumuskan empat sifat umum yang tampaknya mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi yaitu kecerdasan,

kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi

dan sikap-sikap hubungan kemanusiaan.

Sedangkan Kepemimpinan model Fiedler (Fiedler’s Centigency Model),

menyatakan ada dua hal yang dijadikan sasaran yaitu mengadakan identifikasi faktor-

faktor yang sangat penting di dalam situasi, dan kedua memperkirakan gaya atau

prilaku kepemimpinan yang paling efektif di dalam situasi tersebut. Pokok teori

Fiedler (2004:66) ini berfokus pada apakah seorang pemimpin menekankan pada

gaya orientasi-hubungan atau gaya orientasi – tugas.

Sementara dalam pendekatan teori path-goal mempergunakan kerangka teori

motivasi. Hal ini merupakan pengembangan yang sehat karena kepemimpinan di satu

pihak sangat dekat, berhubungan dengan motivasi kerja dan pihak lain berhubungan

dengan kekuasaan. Triantoro Safaria (2004 : 76) menjelaskan bahwa teori ini

30

menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan motivasi karyawan agar

tujuan personal dan organisational tercapai. Pemimpin meningkatkan motivasi

bawahan dengan cara : mengklarifikasi jalan (path) menuju reward yang tersedia dan

meningkatkan reward yang dinginkan dan diharapkan bawahan.

Sedangkan menurut Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar

perkembangan yang berakar pada psikologi sosial. Teori ini beranggapan bahwa

supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran

yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Bawahan dapat

mempengaruhi pemimpin sebagaimana pemimpin mempengaruhi bawahan.

Dari berbagai pendapat diatas, telah dijelaskan bagaimana peran pemimpin

untuk mempengaruhi bawahan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam

penerapannya di organisasi sektor publik, pemimpin berperan untuk mendorong

adanya perubahan menuju peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini sejalan dengan

yang dijelaskan oleh Lembaga Administrasi Nasional (LAN) bahwa faktor penting

dalam menentukan keberhasilan reformasi birokrasi adalah peran kepemimpinan

(leadership) bagi upaya perubahan. Kegagalan reformasi birokrasi dalam

pelaksanaannya lebih disebabkan oleh kurangnya komitmen, konsistensi dan

kredibilitas para pemimpinnya.

Sejalan dengan reformasi birokrasi, saat ini pemerintah telah banyak

melakukan inisiatif untuk mereformasi birokrasi khususnya perbaikan sistem dan

budaya kerja, pengukuran kinerja, penerapan disiplin, optimalisasi peningkatan

pelayanan publik, upaya mengurangi korupsi dan peningkatan produktifitas kerja dan

31

renumerasi yang memadai. Namun demikian upaya-upaya tersebut belum dapat

mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan masyarakat. Oleh karenanya, sudah

saatnya reformasi birokrasi diarahkan untuk mengubah pola lama praktek

kepemimpinan yang dilayani ke arah kepemimpinan pelayanan. Dalam hal ini,

Greanleaf telah membantu memahami peran kepemimpinan dalam upaya

mewujudkan reformasi birokrasi.

Dengan alasan itulah, penulis akan menggunakan teori kepemimpinan

pelayanan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. Dalam

kepemimpinan pelayanan ini, Robert K. Greanleaf mengartikan pemimpin-pelayan

adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan. Ini dimulai dengan perasaan alami

bahwa orang ingin dilayani, melayani lebih dulu. Kemudian pilihan sadar membawa

orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini memanisfestasikan diri dalam

kepedulian yang diambil oleh pelayan yang mula-mula memastikan bahwa kebutuhan

prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani.

Ada 10 ciri khas tentang kepemimpinan pelayanan menurut Greanleaf (dalam

Deddy Mulyadi, 2015 : 155) yaitu mendengarkan, empati, menyembuhkan,

kesadaran, persuasif, konseptualisasi, kemampuan meramalkan atau melihat ke masa

depan, kemampuan melayani, komitmen kepada pertumbuhan manusia dan

membangun pihak lain. Dengan memperhatikan ciri kepemimpinan pelayanan ini

maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pelayanan sangat diperlukan dalam

organisasi publik karena sesuai dengan visi dan misi organisasi publik sebagai

32

pelayan masyarakat, khususnya stakeholder dan sebagai proses pemimpin

menciptakan visi, memperbarui sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai dan norma.

Peran pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai untuk memberikan

pelayanan memiliki berbagai prinsip pelayanan, seperti kesederhanaan, kejelasan,

kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, dan keadilan yang merata

merupakan prinsip-prinsip pelayanan yang harus diperhatikan oleh pemimpin. Dalam

menghadapi tantangan ini, maka pemerintah perlu untuk menuntut kinerja yang tinggi

dari pegawainya demi tercapainya kualitas pelayanan publik yang sesuai dengan

keinginan masyarakat.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik seorang pemimpin atau bawahan selaku

aparatur pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Maka dari itu, seluruh pegawai pada organisasi publik harus memiliki

sifat melayani termasuk pemimpin organisasi terhadap bawahan atau kepada

penerima/pengguna layanan.

C. Motivasi

Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep pembelajaran yang penting

tentang kinerja individual. Motivasi berarti pemberian dorongan, menimbulkan motif

atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.

Dapat juga dikatakan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk

bertindak dengan cara tertentu. Motivasi kerja (2004:23) adalah dorongan yang

muncul dari diri individu untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi.

33

Kesadaran yang dimaksud dapat bersumber dari faktor internal maupun dari

eksternal. Setiap individu atau pegawai dapat mempunyai motivasi kerja yang

berbeda. Oleh karenanya dalam kaitannya dengan motivasi yang menjadi persoalan

adalah bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja

keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk

mewujudkan tujuan organisasi.

Motivasi memiliki pengertian multidimensional atau dapat diartikan dari

berbagai aspek. Robbins berpendapat bahwa motivasi adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan

oleh kemampuan upaya memenuhi kebutuhan individu. Senada dengan pendapat

tersebut, Munandar menjelaskan bahwa motivasi adalah proses dimana kebutuhan-

kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang

mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Bila kebutuhan telah terpenuhi maka akan

dicapai kepuasan. Pengaruh motivasi dalam pengukuran kinerja sangatlah penting

karena motivasi berperan untuk mengubah perilaku pekerja.

Motivasi kerja dalam hal ini adalah motivasi yang mendorong pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan dalam unit kerjanya dengan baik. Motivasi yang digunakan

adalah motivasi untuk memenuhi kebutuhan akan prestasi, kekuasaan atau ikatan

pertemanan seperti yang disebutkan dalam teori kebutuhan McClelland.

David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001 : 68),

berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan

pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi

34

adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau

tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan

predikat terpuji.

Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang

memiliki motif yang tinggi yaitu : 1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi 2) Berani

mengambil risiko 3) Memiliki tujuan yang realistis 4) Memiliki rencana kerja yang

menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. 5) Memanfaatkan umpan balik

yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan 6) Mencari kesempatan

untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Beberapa teori motivasi yang dijelaskan oleh para ahli antara lain

sebagaimana dijelaskanoleh Abraham Maslow dalam teori kebutuhan. Ia menjelaskan

bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya

dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan

terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan

Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih

kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan

pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada

peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting;

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,

diterima, memiliki)

35

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan

dukungan serta pengakuan)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan

menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;

kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari

potensinya).

Sementara Douglas Mc. Gregor mengemukakan dua pandangan manusia yaitu

teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yang

dipegang manajer adalah (a) karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak

menyukai kerja, (b) karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau

diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan, (c) Karyawan akan menghindari

tanggung jawab, (d) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor

yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat

teori Y : (a) karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti

istirahat dan bermain, (b) Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan

diri jika mereka komit pada sasaran, (c) Rata rata orang akan menerima tanggung

jawab, (d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

Sementara Vrom menjelaskan motivasi melalui teorinya yang dikenal dengan

Teori Harapan. Dalam teorinya ini, Vroom (1964) memaparkan tentang cognitive

theory of motivation yang menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan

sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu

36

sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom (2004:189), kekuatan suatu kecenderungan

untuk bertindak dalam suatu cara tertentu sangat tergantung pada kekuatan suatu

pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu yang

mempunyai daya tariktinggi bagi individu. Ada tiga komponen dari teori Vroom ini

yaitu:

a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil

dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan

outcome tertentu).

c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral,

atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang

melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang

dari yang diharapkan.

Sementara David Mc. Clelland (2004: 180) menemukan tiga macam motif

yang sangat mempengaruhi kemajuan, keberhasilan dan kinerja organisasi yaitu motif

berprestasi (need for achievement/ N Ach), motif kekuasaan (need for power/ N

Pow), dan motif afiliasi atau hubungan (need for affiliation/ N Aff).

Teori motivasi Mc. Clelland menyatakan bahwa pencapaian,

kekuasaan/kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat

membantu menjelaskan motivasi. Motif berprestasi merupakan dorongan untuk

melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Motif kekuasaan

dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan

37

berperilaku sebaliknya, dan motif hubungan merupakan keinginan antarpersonal yang

ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi.

Mc. Clelland menjelaskan bahwa setiap individu memiliki dorongan yang

kuat untuk berhasil. Dorongan ini mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras

untuk memperoleh pencapaian pribadi ketimbang memperoleh penghargaan. Hal ini

kemudian menyebabkan ia melakukan sesuatu yang lebih efisien dibandingkan

sebelumnya. Dorongan pertama ini dapat disebut sebagai N Ach yaitu motif

berprestasi.

Motif kekuasaan (N Pow) merupakan keinginan individu untuk memegang

kendali atas orang lain, mempengaruhi orang lain sekaligus menguasai kehidupan

orang lain. Individu dengan N Pow tinggi, lebih suka bertanggung jawab, berjuang

untuk mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam situasi kompetitif, dan

berorientasi pada status, dan lebih cenderung lebih khawatir dengan wibawa dan

pengaruh yang didapatkan ketimbang kinerja yang efektif. Individu tersebut

termotivasi oleh kebutuhan untuk reputasi dan harga diri. Individu dengan kekuasaan

dan kewenangan yang lebih besar akan lebih baik dibanding mereka yang memiliki

daya yang lebih kecil. Umumnya, manajer dengan kebutuhan tinggi untuk daya

berubah menjadi manajer yang lebih efisien dan sukses. Mereka lebih tekun dan setia

kepada organisasi tempat mereka bekerja. Perlu untuk kekuasaan tidak harus selalu

diambil negatif. Hal ini dapat dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek

positif pada organisasi dan untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan itu.

38

Motif ketiga yaitu motif afiliasi (N Aff). Motif afiliasi berkaitan erat dengan

kebutuhan individu untuk menjalin hubungan sosial secara harmonis denganorang

lain dan berusaha untuk diterima oleh lingkungan sosialnya. Kebutuhan ini ditandai

dengan memiliki motif yang tinggi untuk persahabatan, lebih menyukai situasi

kooperatif (dibandingkan kompetitif), dan menginginkan hubungan-hubungan yang

melibatkan tingkat pengertian mutual yang tinggi. McClelland mengatakan bahwa

kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan kombinasi tiga karakteristik tersebut,

dan perbedaan ini juga mempengaruhi bagaimana gaya seseorang berperilaku.

Individu-individu yang termotivasi oleh afiliasi memiliki dorongan untuk lingkungan

yang ramah dan mendukung. Individu tersebut yang berkinerja efektif dalam tim.

Orang-orang ingin disukai oleh orang lain. Kemampuan manajer untuk membuat

keputusan terhambat jika mereka memiliki kebutuhan afiliasi tinggi karena mereka

lebih memilih untuk diterima dan disukai oleh orang lain, dan hal ini melemahkan

objektivitas mereka. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi lebih

memilih bekerja di lingkungan yang menyediakan interaksi pribadi yang lebih besar.

Orang-orang semacam memiliki kebutuhan untuk berada di buku-buku yang baik dari

semua. Mereka umumnya tidak bisa menjadi pemimpin yang baik.

Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak selalu membuat

seseorang menjadi manager yang baik, terutama pada organisasi-organisasi besar. Hal

ini dikarenakan orang yang memiliki N Ach yang tinggi cenderung tertarik dengan

bagaimana mereka bekerja secara pribadi, dan tidak akan mempengaruhi pekerja lain

untuk bekerja dengan baik. Dengan kata lain, N Ach yang tinggi lebih cocok bekerja

39

sebagai wirausaha, atau mengatur unit bebas dalam sebuah organisasi yang besar.

Individu-individu dengan motif berprestasi yang tinggi sangat termotivasi .untuk

bersaing dan menantang pekerjaan. Mereka mencari peluang promosi dalam

pekerjaan. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk umpan balik pada prestasi

mereka. Orang-orang seperti mencoba untuk mendapatkan kepuasan dalam

melakukan hal-hal yang lebih baik. Prestasi yang tinggi secara langsung berkaitan

dengan kinerja tinggi.

Sedangkan individu-individu yang termotivasi oleh kekuasaan memiliki

keinginan kuat untuk menjadi berpengaruh dan mengendalikan. Mereka ingin

pandangan dan ide-ide mereka harus mendominasi dan dengan demikian, mereka

ingin memimpin. Orang yang memiliki motif kekuasaan (N Pow) dan motif afiliasi

(N Aff) memiliki keterkaitan dengan keberhasilan manajerial yang baik. Seorang

manajer yang berhasil memiliki N Pow tinggi dan N Aff rendah. Meski demikian,

pegawai yang memiliki N Aff yang kuat yaitu kebutuhan akan afiliasi dapat merusak

objektivitas seorang manajer, karena kebutuhan mereka untuk disukai, dan kondisi

ini mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan seorang pemimpin. Di sisi

lain, N Pow yang kuat atau kebutuhan untuk kekuasaan akan menghasilkan etos kerja

dan komitmen terhadap organisasi, dan individu dengan N Pow tinggi lebih tertarik

dengan peran kepemimpinan dan memiliki kemungkinan untuk tidak fleksibel pada

kebutuhan bawahan. Dan terakhir, orang N ach yang tinggi yaitu motivasi pada

pencapaian lebih berfokus pada prestasi atau hasil.

40

Sementara Herzberg (1966) dalam Teori Dua Faktornya menerangkan ada

dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan

menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Herzberg membagi kebutuhan Maslow menjadi

dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan

kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa

cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat

tingginya. Menurut Hezberg, faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan,

dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila

faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins,

2001:170).

Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus

diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Hasibuan, 1990 : 176) yaitu :

a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang

mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati

pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.

b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat

embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat

dan lain-lain sejenisnya.

c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan

menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.

Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi

oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :

41

a. Maintenance Factors

Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia

yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini

merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini

akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

b. Motivation Factors

Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu

perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan

dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

Dalam kehidupan organisasi, pemahaman terhadap motivasi bagi setiap

pemimpin sangat penting artinya, namun motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu

yang sulit. Oleh karenanya untuk memahami motivasi pegawai digunakan teori

motivasi dua arah yang dikemukakan oleh Herzberg. Teori Herzberg ini melihat ada

dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya

dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu

daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya

bekerja.

Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan

yang memungkinnya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan

tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini

tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya,

mereka yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada

42

apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada

perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (dalam Sondang, 2002 : 107).

Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah:

a. Prestasi yang diraih (Achievement)

Keberhasilan seorang pegawai dapat dilihat dari prestasi yang diraihnya. Agar

sesorang pegawai dapat berhasil dalam melakasanakan pekerjaannya, maka

pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan

kesempatan kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil yang baik.

Bila bawahan terlah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus

menyatakan keberhasilan itu.

b. Pengakuan orang lain (Recognition)

Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, pimpinan harus memberi

pernyataan pengakuan trhadap keberhasilan bawahan dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu :

Langsung menyatakan keberhasilan di tempat pekerjaannya, lebih baik

dilakukan sewaktu ada orang lain

Surat penghargaan

Memberi hadiah berupa uang tunai

Memberikan medali, surat penghargaan dan hadiah uang tunai

Memberikan kenaikan gaji promosi

43

c. Tanggung jawab (Responsibility)

Agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi bawahan, pimpinan

harus menghindari supervise yang ketat, dengan membiarkan bawahan bekerja

sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip

partisipasi. Diterapkannya prinsip partisispasi membuat bawahan sepenuhnya

merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.

d. Peluang untuk maju (Advancement)

Pengembangan merupakan salah satu faktor motivator bagi bawahan. Faktor

pengembangan ini benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka pemimpin dapat

memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan yang lebih bertanggung

jawab. Bila ini sudah dilakukan selanjutnya pemimpin memberi rekomendasi tentang

bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan pangkatnya, dikirim

mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan.

e. Kepuasan kerja itu sendiri (The Work It Self)

Pimpinan membuat usaha-usaha riil dan meyakinkan, sehingga bawahan

mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan usaha berusaha

menghindar dari kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar

setiap bawahan sudah tepat dalam pekerjaannya.

Berikut teori motivasi “dua faktor” menurut Herzberg yang dapat dapat

dijadikan sebagai acuan guna mengukur motivasi yang dikutip oleh Siagian (2004 :

164) adalah sebagai berikut :

44

Tabel 2.1 Teori Motivasi “Dua Faktor Frederick Herzberg”

Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik

1. Kebijaksanaan dan Administrasi2. Supervisi3. Gaji / Upah4. Hubungan antar pribadi5. Kondisi Kerja

1. Keberhasilan2. Pengakuan / Penghargaan3. Pekerjaan itu sendiri4. Tanggung jawab5. Pengembangan

Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan

motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-

faktor ekstrinsik. Dengan demikian seseorang yang terdorong secara intrinsik akan

menyenangi pekerjaannya, memungkinkan menggunakan kreatifitas dan inovasi dan

tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak dikaitkan dengan perolehan

hal – hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang terdorong oleh faktor – faktor

ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada

mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal – hal yang diinginkannya dari

organisasi.

D. Penerapan Learning Organization

Pada era pengetahuan dan teknologi, setiap organisasi akan menghadapi

meningkatnya ketidakpastian sebagai konsekuensi terjadinya perubahan lingkungan

bisnis dan tehnologi yang cepat, maka agar tetap bisa bertahan dan memiliki

keunggulan bersaing memaksa setiap organisasi untuk beradaptasi dan

bertransformasi menjadi Leaning Organization (LO), yaitu: upaya menjadikan

45

dirinya sebagai organisasi yang mampu belajar atau membangun organisasi menjadi

organisasi yang terus belajar (LO) dengan memberikan kesempatan kepada anggota

organisasi untuk belajar dan mengembangkan dirinya.

Learning organization (LO) atau organisasi pembelajar adalah organisasi

yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam

organisasi tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. McGill dan

Slocum mendefinisikan organisasi pembelajar sebagai proses dimana organisasi

menjadi sadar akan kualitas, pola-pola dan akibat-akibatnya dan pengalamannya

sendiri dan mengembangkan model mental untuk memahami pengalamannya sendiri.

Organisasi pembelajar adalah pola sadar diri, instrospektif organisasi yang secara

terus menerus memahami lingkungannya dengan cermat.

Pada organisasi pembelajar setiap anggota organisasi terlibat dalam

mengidentifikasikan masalah dan ikut pula memcahkan masalah tersebut dengan

solusi yang efektif. Keadaan ini membuat organisasi secara terus menerus mampu

mencoba, memajukan dan meningkatkan kemampuannya untuk sukses menghadapi

persaingan global. Peter M. Senge mengemukakan organisasi pembelajar merupakan

keadaan dimana orang secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk

menciptakan hasil-hasil yang mereka inginkan sungguh-sungguh, dimana pola

berpikir baru dan ekspansif dipelihara, dimana aspirasi kolektif dibebaskan dan

dimana orang secara terus menerus belajar bagaimana belajar bersama. Menurutnya

organisasi pembelajar meningkatkan kemampuan organisasi beradaptasi dengan

perkembangan konsumennya dan perubahan lingkungannya.

46

Konsep learning organization kini luas dipelajari dan diterapkan oleh para

praktisi pengembangan sumber daya manusia. Learning organization atau organisasi

pembelajar menempatkan kemampuan dan pengetahuan untuk senantiasa

meningkatkan pengetahuan organisasi, perubahan dan inovasi pada berbagai lapisan

organisasi. Mc Gill dan Slocum (2004: 158) mendefinisikan Organisasi pembelajar

sebagai proses dimana organisasi menjadi sadar akan kualitas, pola-pola danakibat-

akibatnya dan pengalamannya sendiri dan mengembangkan model mental untuk

memahami pengalaman tersebut. Organisasi pembelajar adalah pola sadar diri,

introspektif organisasi yang terus menerus memahami lingkungannya dengan cermat.

Dari pengertian LO diatas dapat diambil makna bahwa organisasi agar dapat

bertahan hidup dan terus berkembang di masa depan yang terus berubah harus

senantiasa belajar terus dalam arti memfasilitasi anggota-anggotanya untuk belajar

disamping bekerja dalam upaya mencapai tujuannya. atau organisasi yang harus

belajar seumur hidup. Nilai utama dari organisasi pembelajar adalah pemecahan

masalah, berbeda dengan organisasi tradisional yang dibentuk unttuk mencapai

kinerja yang efisien.

Chris Argriyis (2004:160) menegaskan bahwa ada dua perbedaan proses

belajar yang dilakukan oleh organisasi. Proses belajar yang pertama disebut sebagai

lompatan tunggal (single loop/ first – order) dan proses kedua dikenal dengan

lompatab rangkap (double loop). Lompatan tunggal merupakanproses belajar yang

digunakan untuk meningkatkan kapasitas organisasi untuk mencapai tujuan yang

jelas. Proses berhubungan dengan kegiatan rutin dan belajar perilaku. Dari proses ini,

47

organisasi memperoleh hasil belajar tanpa ada perubahan signifikan di asumsi

dasarnya.

Sedangkan pada lompatan rangkap, proses belajar dilakukan untuk

mengevaluasi ulang tujuan organisasi termasuk nilai-nilainya serta kepercayaan

dasarnya. Yang penting dari proses ini adalah bagaimana belajar memperoleh

pemahaman yang mendalam tentang dirinya sendiri.

Guna menjamin terwujudnya organisasi yang terus belajar, menurut Peter

Senge dalam bukunya The Fifth Dicipline mengatakan bahwa bangunan dari learning

organization atau organisasi pembelajar adalah lima pengetahuan yang harus dikuasai

oleh orang dalam organisasi.

Adapun indikator Learning Organization sebagaimana dikemukakan oleh

Peter Senge, adalah:

1. System thinking (sistem berpikir)

Disiplin pembelajaran yang menunjukkan kerangka konseptual, dan

digunakan untuk menjadikan pola kerja lebih jelas, serta membantu sewaktu

akan mengubah pola tersebut secara efektif.

2. Mental models (model mental)

Disiplin pembelajaran yang menunjukkan asumsi mendalam, generalisasi dan

gambaran yang mempengaruhi bagaimana memahami dunia sekitar serta

bagaimana mengambil langkah berikutnya.

48

3. Personal mastery (keahlian pribadi)

Disiplin pembelajaran yang menunjukkan keunggulan keterampilan dalam

bidang tertentu. Di sini melibatkan seseorang untuk menjadi pembelajar

sepanjang hayat, agar terwujud keahlian spesifik sehingga dapat dinikmati

oleh organisasi.

4. Team learning (pembelajaran kelompok)

Disiplin pembelajaran yang menunjukkan proses pengembangan kemitraan

dan pengembangan kapasitas tim untuk mewujudkan pembelajaran serta

kinerja yang diinginkan anggotanya.

5. Shared vision (Membangun visi bersama)

Disiplin pembelajaran yang menyertakan keterampilan guna memahami

gambaran tentang masa depan, untuk mendorong timbulnya komitmen dan

keikutsertaan penuh serta menghindari penyerahan diri dari anggota

organisasi.

Konsep Learning Organization memberikan penekanan bahwa individu

dalam organisasi harus memiliki konsep yang jelas, bagaimana organisasi dapat

bekerja secara efektif, dan efisien dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Organisasi

pembelajar dicirikan sebagai organisasi yang berdasarkan pada kesederajatan,

informasi terbuka, sedikit hirarkis dan sebuah budaya yang dimiliki bersama yang

mendorong kemampuan adaptasi dan membuat organisasi mampu untuk menangkap,

meraih kesempatan dan menangani krisis secara cepat.

49

Menurut penulis sendiri, Learning Organization adalah sebuah organisasi

yang menciptakan suasana penunjang dan memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya bagi individu didalamnya untuk belajar secara individu dan berkelompok

kemudian mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam proses maupun kegiatan

organisasi. Jadi kegiatan belajar ini tidak berhenti pada sistem maupun mekanisme

bagaimana belajar saja. Namun, bagaimana mengaplikasikannya sehingga dapat

berguna bagi organisasi. Sumber belajar itu sendiri dapat dari manapun dari intern

maupun ekstern.

Pada organisasi pembelajar, pemimpin menekankan pemberdayaan pegawai

dan mendorong kolaborasi melewati berbagai departemen dan organisasi. Selain itu,

pemimpin juga membuka keterbukaan informasi, pertukaran ide-ide yang kritis dan

kolaborasi total dari seluruh anggota dan stakeholdernya. Nilai utama dari organisasi

pembelajar adalah pemecahan masalah (problem solving).

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk organisasi publik setingkat Sekretariat

Daerah Kabupaten Lampung Tengah, maka aparatur diharapkan memiliki kerangka

berpikir yang jelas mengenai bagaimana sebaiknya standar operasi dijalankan,

bagaimana pola-pola hubungan kerja dilaksanakan agar kualitas pelayanan kepada

masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Pola pembelajaran yang individual, dalam konsep learning organization,

dipadukan dengan pola pembelajaran secara tim. Hal ini dimaksudkan agar terjadi

sinergi yang kuat diantara para aparat untuk memberikan kontribusi yang optimal

bagi peningkatan kinerja organisasi. Aspek lainnya, di samping keterampilan yang

50

perlu diasah melalui proses belajar, juga penyebaran visi, dalam rangka membangun

visi bersama yang jelas, bagi peningkatan kinerja pelayanan.

E. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini dibuat suatu desain penelitian sebagai berikut :

Variabel X1Kepemimpinan

Indikator :1. Memberi tanggung jawab2. Memberdayakan anggota3. Memberi teladan4. Berani menempuh resiko5. Memiliki visi

Variabel X2Motivasi

Indikator :1. Keberhasilan2. Pengakuan / Penghargaan3. Pekerjaan itu sendiri4. Tanggung jawab5. Pengembangan

Variabel X3Penerapan Learning Organization

Indikator :1. Pegawai memiliki ketrampilan dan

pengetahuan yang memadai untukmenjalankan tugas pokok danfungsinya

2. Adanya kesempatan untukbereksperimen, dan berkontribusidengan ide-ide baru yang lebihsegar.

3. Adanya prinsip keterbukaan danpartisipatif dalam setiap prosespengambilan keputusan.

4. Ada komitmen untuk mewujudkanvisi bersama

5. Adanya peluang untuk belajar bagiseluruh komponen yang ada dalamorganisasi dalam aktivitas sehari-hari.

6. Adanya prinsip penerimaan terhadapkemungkinan timbulnya kesalahansebagai bagian dari prosespembelajaran.

7. Adanya kesempatan dan hak yangsama bagi seluruh pegawai tanpaterkecuali untuk melakukan kegiatanpembelajaran.

8. Ada keterbukaan komunikasi antarastaf dan pimpinan.

Variabel YKinerja pegawai

Indikator :1. Kemampuan pegawai menerapkan

SOP2. Ketrampilan pegawai untuk

menyelesaikan pekerjaan3. Inisiatif4. Kehadiran pegawai5. Kerjasama6. Ketepatan waktu

51

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, Penulis merumuskan hipotesis dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. H0 : Tidak ada pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Ha : terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Dalam statistik, r(korelasi)

H0 : r = 0

Ha : r # 0

2. H0 : Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Ha : terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Dalam statistik, r (korelasi)

H0 : r = 0

Ha : r # 0

3. H0 : Tidak ada pengaruh learning organization terhadap kinerja pegawai

di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

52

Ha : terdapat pengaruh learning organization terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Dalam statistik, r(korelasi)

H0 : r = 0

Ha : r # 0

4. H0 : Tidak ada pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning

organization secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Ha : terdapat pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan Learning

Organization secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Dalam statistik, r(korelasi)

H0 : r = 0

Ha : r # 0

Hipotesis penelitian ini dengan nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan tingkat

derajat kepercayaan sebesar 5 %.

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang dipakai peneliti untuk mencapai

tujuan penelitian. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh studi

dokumentasi. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan

atau status fenomena. Dalam hal ini peneliti hanya ingin memahami hal-hal keadaan

sesuatu (Arikunto, 1998: 245). Metode penelitian deskriptif diambil sebagai metode

penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini, karena metode penelitian ini

memberikan gambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di tempat,

yaitu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana dan sejauh mana

dan sebagainya.

Sedangkan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah

penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka karena pendekatan kuantitatif

merupakan pendekatan yang dipakai untuk menjawab permasalahan penelitian

dengan menganalisis data menggunakan perhitungan statistik.

Menurut Arikunto (2011:14) mengatakan bahwa:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yangberlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti padapopulasi atau sampel tertentu, teknik pengumpulan sampel pada umumnyadilakukan secara randam, pengumpulan data menggunakan instrumen

54

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untukmenguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Selain itu, untuk membangun teori penelitian, penulis dilakukan studi

dokumentasi melalui literatur yang tersedia baik di perpustakaan pribadi maupun

perpustakaan di Universitas Lampung dan Perpustakaan Daerah Kotamadya Metro,

Lampung.

B. Definisi Konseptual

Untuk mendapat suatu hasil yang dipercaya, maka konsep yang digunakan

dalam penelitian tersebut harus dapat diukur secara nyata, sehingga dapat dilakukan

analisis dan interpretasi terhadap data hasil penelitian. Definisi adalah pemberian

makna atas realitas atau konsep. Definisi merupakan unsur pokok dari suatu

penelitian agar persoalan menjadi tidak kabur. Definisi menghindarkan salah

pengertian tentang makna konsep yang dipergunakan. Variabel yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah

a. Variabel bebas yaitu kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning

organization. Kepemimpinan diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan

oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang

lain yang ia lihat. Sedangkan motivasi adalah daya gerak dan daya dorong yang

muncul dalam diri individu untuk secara sadar mengabdikan diri bagi pencapaian

tujuan organisasi. Berdasarkan teori motivasi Herzberg maka indikator dari

variabel motivasi adalah hubungan antar pribadi, kondisi kerja, keberhasilan,

pengakuan/ penghargaan, tanggungjawab

55

Tabel 3.1. Indikator variabel motivasi menurut Herzberg

Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik

1. Kebijaksanaan dan Administrasi2. Supervisi3. Gaji / Upah4. Hubungan antar pribadi5. Kondisi Kerja

1. Keberhasilan2. Pengakuan / Penghargaan3. Pekerjaan itu sendiri4. Tanggung jawab5. Pengembangan

Sedangkan Learning Organization diartikan sebagai organisasi pembelajar.

Organisasi pembelajar atau Learning Organization adalah sebuah organisasi yang

menciptakan suasana penunjang dan memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya bagi individu didalamnya untuk belajar secara individu dan berkelompok

kemudian mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam proses maupun kegiatan

organisasi. Jadi kegiatan belajar ini tidak berhenti pada sistem maupun

mekanisme bagaimana belajar saja. Namun, bagaimana mengaplikasikannya

sehingga dapat berguna bagi organisasi. Sumber belajar itu sendiri dapat dari

manapun dari intern maupun ekstern.

b. Variabel terikat adalah kinerja pegawai. Kinerja pegawai adalah hasil kerja atau

prestasi yang dicapai oleh pegawai. hasil kerja yang dicapai seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya pencapaian tujuan

organisasi bersangkutan secara legal. Kinerja suatu organisasi menjadi sangat

penting dalam pencapaian tujuan organisasi dan kinerja organisasi itu sendiri

ditentukan oleh kinerja setiap individu.

56

C. Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dijelaskan definisi operasional dari variabel bebas yaitu

definisi kepemimpinan, definisi motivasi dan definisi penerapan Learning

Organization. Sedangkan definisi operasional variabel terikat yang akan dijelaskan

yaitu definisi kinerja pegawai. Operasionalisasi konsep merupakan proses pemberian

definisi operasional yang memudahkan dalam pembuatan indikator sehingga variabel

ini dapat diukur.

Tabel 3.2Definisi Operasional

Variabel Dimensi variabel Indikator ItemKepemimpinan Pemimpin yang melayani 1. Memberi tanggung

jawab2. Memberdayakan

anggota3. Memberi teladan4. Berani menempuh

resiko5. Memiliki visi

8

Motivasi Menurut Herzberg adamotivasi intrinsik danekstrinsik

1.

1. Keberhasilan2. Pengakuan / Penghargaan3. Pekerjaan itu sendiri4. Tanggung jawab5. Pengembangan6. Kebijaksanaan dan

Administrasi7. Supervisi8. Gaji / Upah9. Hubungan antar pribadi10. Kondisi Kerja

19

PenerapanLearningOrganization

5 disiplin learningorganization menurutPeter Senge adalah

a. Personal masteryb. Model mentalc. Membangun visi

bersamad. Membangun

pembelajaran tim

1. Pegawai memilikiketrampilan danpengetahuan yangmemadai untukmenjalankan tugaspokok dan fungsinya

2. Adanya kesempatanuntuk belajar,menanyakan praktek

14

57

e. Membangun caraberpikir sistemik

manajemen yang adaselama ini,bereksperimen, danberkontribusi denganide-ide baru yang lebihsegar.

3. Adanya prinsipketerbukaan danpartisipatif dalam setiapproses pengambilankeputusan.

4. Ada komitmen untukmewujudkan visibersama

5. Adanya peluang untukbelajar bagi seluruhkomponen yang adadalam organisasi, tetapijuga terwujud dalamaktivitas sehari-hari.

6. Adanya prinsippenerimaan terhadapkemungkinan timbulnyakesalahan sebagai bagiandari prosespembelajaran.

7. Adanya kesempatan danhak yang sama bagiseluruh pegawai tanpaterkecuali untukmelakukan kegiatanpembelajaran.

8. Ada keterbukaankomunikasi antara stafdan pimpinan.

KinerjaPegawai

hasil kerja atau prestasiyang dicapai oleh pegawai

1. Kemampuan pegawaimenerapkan SOP

2. Ketrampilan pegawaiuntuk menyelesaikanpekerjaan

3. Inisiatif4. Kehadiran pegawai5. Kerjasama6. Ketepatan waktu

9

58

1. Ruang lingkup penelitian

Agar penelitian ini menjadi lebih terarah dan berjalan dengan baik maka

penulis membuat batasan masalah penelitian dengan menitik beratkan permasalahan

yang akan dibahas yaitu pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan learning

organization terhadap kinerja pegawai.

2. Obyek penelitian dan subyek penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun pengertian objek

penelitian menurut Sugiyono (2012:13), adalah sebagai berikut: “Objek penelitian

adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai, kepemimpinan,

motivasi dan penerapan learning organization.

Sedangkan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri

Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

3. Populasi dan sampel

Populasi (2010: 173) adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung ataupun mengukur, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik

tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jenis yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173), populasi adalah keseluruhan

objek yang diteliti. Populasi merupakan keseluruhan objek atau segala sesuatu yang

dianggap sebagai pendukung nilai variabel yang akan diteliti terhadap suatu hasil

penelitian kemudian digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian adalah pegawai

negeri sipil di Sekretariat daerah Kabupaten Lampung Tengah.

59

Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Menurut Sugiono (2012 : 62), sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik

Random Sampling. Dalam metode sampling ini, sampel diambil secara acak dengan

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Jumlah populasi pegawai di

Sekretariat Kabupaten Lampung Tengah ada 116 orang, maka yang menjadi sampel

adalah 92 orang. Penentuan jumlah sampel berdasarkan Teori Krejcie Morgan.

Karena jumlah populasi sebesar 116 tidak terdapat dalam Tabel Krejcie Morgan,

maka dipergunakan rumus interpolasi untuk mendapatkan besaran jumlah sampel,

sebagai berikut:

n = {[(N-Nb) (na-nb)] – [(Na-Nb) (-nb)]} / (Na-Nb)

Keterangan :

n = sampel yang dicari

N = populasi yang ditentukan

Na = Populasi di atas populasi yang ditentukan

Nb = Populasi di bawah populasi yang ditentukan

na = Sampel di atas populasi yang ditentukan

nb = Sampel di bawah populasi yang ditentukan.

Berdasarkan rumus di atas, penulis mencari jumlah sampel dari populasi

sebanyak 116 orang, dengan perhitungan sbb:

Diketahui :

N = populasi yang ditentukan 116 orang

Na = Populasi di atas populasi yang ditentukan adalah 120 orang

Nb = Populasi di bawah populasi yang ditentukan adalah 110 orang

60

na = Sampel di atas populasi yang ditentukan adalah 89 orang

nb = Sampel di bawah populasi yang ditentukan adalah 84 orang

Rumus :

n = {[(N-Nb) (na-nb)] – [(Na-Nb) (-nb)]} / (Na-Nb)

n = {[(116-110) (89-84)] – [(120-110) (-84]} / (120-110)

n = (16 x 5) – [(10 X (-84)] / 10

n = 80 + 840 / 10

n = 920/10

n =92

Dengan populasi sebanyak 116, jumlah sampel yang diteliti sesuai

dengan Teori Krejcie Morgan, dengan rumus interpolasi adalah sebanyak 92

responden.

4. Jenis dan sumber data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama)

misalnya data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus,

dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Sedangkan

data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada seperti

catatan atau dokumentasi dari organisasi berupa absensi, gaji, laporan keuangan,

publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain

sebagainya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian,

karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendapatkan data

61

penelitian, penulis melakukan dua cara, yaitu studi dokumentasi guna membangun

teori dan teknik angket dilakukan untuk mengumpulkan data dari lapangan.

a. Studi Dokumentasi

Untuk membangun teori penelitian, penulis dilakukan studi dokumentasi

melalui literatur dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang

tersedia baik di perpustakaan pribadi, dokumentasi Pemerintah Kabupaten

Lmapung Tengah dan perpustakaan Universitas Lampung.

b. Teknik Angket

Menurut Sugiyono, teknik angket/ kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket dalam

penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang pengaruh

kepemimpinan, motivasi dan penerapan organisasi pembelajar terhadap

kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Alasan

menggunakan angket adalah: pertama, pertanyaan atau pernyataan dapat

disusun secara sistematis sesuai dengan masalah yang diungkapkan. Kedua,

cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah

yang luas. Ketiga, jika penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu

luas, kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu yang tidak terlalu

lama. Keempat, praktis digunakan, karena dalam waktu yang singkat dapat

memperoleh data yang banyak.

62

5. Teknik Pengolahan Data

Tahapan yang dilakukan oleh peneliti setelah data kumpulkan melalui teknik

pengumpulan data adalah mengolah data. Dalam tahap pengolahan data ini, ada

kegiatan yang dilakukan, yaitu :

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,

tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

b. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

c. Pemberian skor atau nilai

Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah

satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan

dalam empat tingkatan dengan penilaian sebagai berikut:

1) Jawaban a, diberi skor 1

2) Jawaban b, diberi skor 2

3) Jawaban c, diberi skor 3

4) Jawaban d, diberi skor 4

d. Tabulasi

Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi

63

diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil Tabulasi

dapat berbentuk:

1) Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari

kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai

arsip.

2) Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden

tertentu dan tujuan tertentu.

3) Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah

dianalisa (Hasan, 2006: 20)

6. Skala Pengukuran

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan angket/ kuesioner yang

disebarkan kepada para responden yakni para Pegawai Negeri Sipil di sekretariat

Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Angket/ kuesioner penelitian ini diawali

dengan menyusun indikator berdasarkan variabel penelitian. Selanjutnya, indikator

tersebut dikembangkan menjadi item-item pertanyaan dan pernyataan yang

dilengkapi dengan 4 alternatif jawaban dan disusun berdasarkan Skala Likert.

Pengukuran dilakukan dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban

yang disediakan dalam angket. Setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam

kuesioner mendapat bobot skor antara 1 sampai 4. Alternatif jawaban dalam angket

diberi nilai sebagai berikut

Sangat Tidak Setuju = 1

Tidak setuju = 2

Setuju = 3

Sangat Setuju = 4

64

7. Uji Instrumen

Dalam penelitian, keampuhan instrumen penelitian (Valid dan reliabel)

merupakan hal yang penting dalam pengumpulan data. Karena data yang benar

sangat menentukan mutu suatu penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung

dari benar tidaknya instrumen pengumpul data.

7.1 Uji Reliabilitas

Menurut Riduan (2013:348), Realiabilitas menunjuk pada suatu pengertian

bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut dianggap baik. Reliabel berarti dapat dipercaya juga

dapat diandalkan sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama

(konsisten)

7.2 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang

tinggi sebaliknya jika validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid.

Kevalidan itu diperlukan sebab pemrosesan data yang tidak valid atau bias

akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas

dalam mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment Coofesient of

Correlation. Adapun rumus Pearson Product Moment Coofesient of Correlation

(2012:228) sebagai berikut :

r = nΣxy – (Σx) (Σy)

√{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

65

Dimana :

n = Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X

Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X

Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

8. Teknik analisis data

Teknik analisa data untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, motivasi dan

penerapan Learning Organization terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Daerah

kabupaten Lampung Tengah ini menggunakan metode statistika. Seluruh

perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS.

8.1. Statistik deskriptif

Menurut Sugiyono (2012:29), statistik deskriptif adalah statistik yang

berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti

melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis

dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Dalam penyajian statistik deskriptif ini akan diperoleh nilai-nilai yang

digunakan untuk menjelaskan kelompok yaitu

1. Modus adalah nilai yang paling sering muncul dalam kelompok;

2. Median adalah nilai tengah dari kelompok data;

3. Mean adalah nilai rata-rata;

4. Rentang data (Range) adalah nilai terbesar dikurangi nilai terkecil;

66

5. Standar deviasi (simpangan baku) adalah nilai yang menunjukkan derajat

variasi kelompok;

6. Varian merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individual

terhadap rata-rata kelompok.

8.2. Statistik Inferensial

Menurut Sugiyono (2012:23), statistik inferensial adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan

(diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Pada penelitian ini, statistik

inferensial yang dipergunakan adalah analisis regresi berganda.

9. Uji regresi linear berganda

Analisis data berdasarkan paradigma ganda dengan tiga variabel independen.

Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen.

GAMBAR 3.1

Paradigma ganda dengan 3 variabel

r1

r 4

R r2

r 5 r 3

Keterangan:

VARIABEL X1

VARIABEL X2 VARIABEL Y

VARIABEL X3

67

1. X1 adalah Variabel kepemimpinan.

2. X2 adalah Variabel motivasi.

3. X3 adalah penerapan Learning Organization

4. Y adalah Variabel Kinerja pegawai

5. R, r1, r2, r3, r4, r5, r6 adalah pengaruh

Gambar di atas menunjukkan paradigma ganda dengan tiga variabel bebas,

yakni variabel bebas X1, variabel bebas X2 dan variabel X3 serta satu variabel terikat

Y. Untuk mencari pengaruh variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 terhadap

variabel Y menggunakan Analisis Regresi Sederhana, sementara itu, untuk mencari

pengaruh variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 secara bersama-sama terhadap

variabel Y menggunakan Analisis Regresi Ganda.

Metode analisis regresi berganda (multiple regression) digunakan dengan

alasan bahwa alat ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap variabel

dependen dengan beberapa variabel independen. Hasil analisis regresi adalah berupa

koefisien untuk masing-masing variabel independen. Ketepatan fungsi regresi

sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan goodness of fit. Secara

statistik hal ini dapat diukur dari koefisien nilai determinasi, nilai statistik f.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji secara

statistiknya berada dalam daerah kritis.

Persamaan regresi adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3+e

Keterangan :

68

Y = Kinerja pegawai di sekretariat Daerah Kabupaten Lampung

Tengah

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Regresi variabel

X1 = Kepemimpinan

X2 = Motivasi

X3 = Penerapan Learning Organization

10. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu regresi yang

digunakan sebagai alat analisis, diuji dengan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi

klasik yang digunakan adalah uji normalitas , uji multikolonearitas, dan uji

heteroskedastisitas dengan menggunakan program SPSS 17.

10.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel-variabel memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan

memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Pengujian normalitas dilakukan dengan:

10.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji

multikolonieritas dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel

independen, nilai Tolerance, dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).

69

Suatu model regresi menunjukkan adanya multikolinearitas jika:

1. Tingkat korelasi > 95%

2. Nilai Tolerance < 0.10, atau

3. Nilai VIF > 10.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen

(Ghozali, 2006).

10.3. Uji Heterosikedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas (Imam Ghozali, 2006). Uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan memperhatikan signifikansi variabel-variabel penelitian yang diuji

dengan uji Glejser.

Cara mendeteksi Heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya dan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang

jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

70

11. Uji Hipotesis

11.1. Uji R2 atau uji determinasi

Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai R yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2006), jika dalam

uji empiris didapat nilai adjusted R negatif, maka nilai adjusted R negatif, maka nilai

adjusted R dianggap nol. Secara matematis jika nilai R = 1, maka R = R =1,

sedangkan jika nilai R=0, maka adjusted R= (1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted

R2 akan bernilai negatif.

11.2. Uji Parsial (t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen secara partial (individu) tehadap variabel dependen. Uji t dilakukan

dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho : β = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independen secara parsial;

Ho:β > 0 berarti bahwa ada pengaruh positif dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α =

0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh

yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

secara parsial. t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial.

71

11.3. Uji simultan (F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara

yang dilakukan adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan (bersama-sama);

Ho : β > 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan (bersama-sama).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α =

0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen;

Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa

variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

xsignifikan terhadap variabel dependen.

72

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah

Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah seluas 4.789,82 km2 yang

terletak pada bagian tengah Provinsi Lampung, berbatasan dengan :

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung

Utara

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pesawaran

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat.

Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104°35’ sampai

dengan 105°50’ Bujur Timur dan 4°30” sampai dengan 4°15’ Lintang Selatan,

memiliki 28 Kecamatan dengan 301 Kampung dan 10 Kelurahan. Sedangkan

penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2015 berjumlah 1.227.185 jiwa

dengan komposisi penduduk secara rinci dapat dilihat seperti tabel dibawah ini.

73

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2014 - 2015

Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki

%Perempuan

% %

2015 619.165 50,97 595.567 49,03 1.214.734 1002014 609.888 51,12 583.070 48,88 1.192.958 100

Sumber. Kabupaten Lampung Tengah Dalam Angka 2015

1. Visi dan misi Kabupaten Lampung Tengah

Dalam rangka memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai tolak

ukur kinerja dalam melaksanakan pembangunan daerah, maka Pemerintah

Kabupaten Lampung Tengah telah menetapkan visi Pembangunan Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2016-2021 yaitu ”Lampung Tengah sebagai Lumbung

Pangan yang aman, maju, sejahtera dan berkeadilan”. Untuk mewujudkan Visi

tersebut, maka Misi yang akan dilakukan adalah :

a. Meningkatkan keamanan, ketertiban, dan ketenteraman warga dalam

kehidupan sosial yang berlandaskan demokrasi, keadilan, dan keberagaman

budaya.

b. Membangun dan meningkatkan infrastruktur strategis berbasis pengembangan

wilayah yang terpadu.

c. Membangun ekonomi kerakyatan berbasis agribisnis dan ekonomi kreatif

dengan melibatkan partisipasi industri.

d. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan sesuai potensi dan kearifan

lokal.

74

e. Mengelola fungsi sumberdaya alam dan lingkungan berbasis pertanian

berkelanjutan.

f. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik dan pro rakyat.

B. Gambaran umum Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu

organisasi perangkat Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Lampung

Tengah Nomor 34 tahun 2016. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf pendukung

Bupati yang melaksanakan fungsi perumusan kebijakan, koordinasi pemerintahan,

organisasi dan administrasi umum serta fungsi pendukung lainnya.

1. SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH

Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 34

Tahun 2016, susunan Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah:

(1) Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu bupati dalam penyusunan

kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas

Perangkat Daerah serta penyelenggaraan pemerintahan, administrasi,

organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi

kepada seluruh Perangkat Daerah pelayanan administratif.

(2) Sekretaris Daerah dalam melaksanakan tugas memiliki fungsi:

a. Penyusunan perumusan kebijakan pemerintah daerah;

b. Pelaksanaan koordinasi tugas dinas perangkat daerah;

c. Pemantauan, pembinaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan

pemerintah daerah;

d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah;

75

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya;

b. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra

Asisten bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat melaksanakan tugas

membantu Sekretaris Daerah dalam perumusan bahan kebijakan umum

pemerintahan daerah, perencanaan strategis dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan sistem informasi, pelayanan administrasi, fasilitasi dan

koordinasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pemerintahan dan

otonomi daerah, kesejahteraan sosial, hukum, pertanahan dan perangkat daerah

sesuai dengan pembidangan tugas Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan

Rakyat.

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat membawahi :

(1) Bagian Administrasi Pemerintahan

Bagian Administrasi Pemerintahan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi penyusunan dan perumusan kebijangkan,

pembinaan, fasilitasi dan koordinasi penyelenggaraan di bidang

pemerintahan umum dan tata administrasi kewilayahan, otonomi

daerah, perangkat kecamatan, pengembangan daerah dan

memfasilitasi urusan kerjasama daerah.

a) Sub Bagian Pemerintahan Umum dan Tata Administrasi

Kewilayahan;

Subbag ini mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi,

pembinaan , fasilitasi koordinasi dan evaluasi di bidang

pemerintahan umum dan tata administrasi kewilayahan.

76

b) Sub Bagian Otonomi Daerah;

Sub Bagian Otonomi Daerah mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi

di bidang otonomi daerah.

c) Sub Bagian Perangkat Kecamatan, Pengembangan dan

Kerjasama Daerah;

Sub Bagian Perangkat Kecamatan, Pengembangan dan

Kerjasama Daerah mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi,

pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di bidang Perangkat

Kecamatan, Pengembangan dan Kerjasama Daerah.

(2) Bagian Hukum, membawahi:

Bagian Hukum mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi

penyusunan dan perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi dan

koordinasi penyelenggaraan di bidang produk hukum dan telaahan

hukum, penyusunan peraturan perundang–undangan, bantuan hukum,

dokumentasi dan informasi hukum serta penyuluhan hukum;

a) Sub Bagian Perundang-Undangan;

Sub Bagian Perundang-undangan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, penyusunan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi

di bidang Peraturan Perundang-undangan.

b) Sub Bagian Bantuan Hukum;

Sub Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi

di bidang bantuan hukum serta memfasilitasi Bantuan Hukum,

77

dalam penyelesaian sengketa atau perkara Pidana/Perdata/Tata

Usaha Negara didalam dan diluar pengadilan kepada

PNS/Aparatur yang terkena masalah/perkara dalam

melaksanakan tugas kedinasan.

c) Sub Bagian Dokumentasi Hukum.

Sub Bagian Dokumentasi Hukum mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, Fasilitasi koordinasi

dan evaluasi di bidang Dokumentasi Hukum, publikasi atau

informasi Produk Hukum (Pusat/Daerah) dan Pengembangan

Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (SJDIH).

(3) Bagian Administrasi Kemasyarakatan

Bagian Administrasi Kemasyarakatan mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, perumusan kebijakan, pembinaan

fasilitasi dan koordinasi di bidang kesejahteraan rakyat, fasilitasi

urusan agama, dan kepemudaan, olahraga.

a) Sub Bagian Kesra;

Sub Bagian Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi

dan evaluasi di Bidang Kesejahteraan Rakyat;

b) Sub Bagian Agama;

Sub Bagian Agama mempunyai tugas menyiapkan bahan dan

materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di Bidang

Agama ;

c) Sub Bagian Kepemudaan dan Olahraga.

78

Sub Bagian Kepemudaan dan Olahraga mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi

dan evaluasi di bidang kepemudaan, Olahraga dan

ketenagakerjaan.

(4) Bagian Pertanahan

Bagian Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi,

perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi dan koordinasi bidang

pertanahan, meliputi pengelolaan administrasi pertanahan, pendataan

tanah, penyelesaian permasalahan tanah dan penatagunaan tanah.

a) Sub Bagian Administrasi dan Pendataan Tanah;

Sub Bagian Administrasi dan Pendataan Tanah mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan

evaluasi di bidang administrasi dan pendataan tanah.

b) Sub Bagian Penyelesaian Permasalahan Tanah;

Sub Bagian Penyelesaian Permasalahan Tanah mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan

evaluasi di bidang penyelesaian permasalahan tanah.

c) Sub Bagian Penatagunaan Tanah.

Sub Bagian Penatagunaan Tanah mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di

bidang penatagunaan tanah.

c. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan melaksanakan tugas

membantu sekretaris daerah dalam perumusan bahan kebijakan umum

79

pemerintahan daerah, perencanaan strategis dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan sistem informasi, pelayanan administrasi, fasilitasi dan

koordinasi pemantauan, evaluasi dan pelaporan terkait dengan

penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang perekonomian, pembangunan,

layanan pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah dan perangkat daerah

lainya sesuai dengan pembidangan tugas Asisten bidang Perekonomian dan

Pembangunan.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan membawahi :

(1) Bagian Administrasi Pembangunan

Bagian Administrasi Pembangunan mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi dan

koordinasi di bidang administrasi pembangunan serta penyelenggaraan

tugas menyusun program pengendalian program dan pelaporan;

a) Sub Bagian Penyusunan Program;

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi,pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di

bidang Penyusunan program.

b) Sub Bagian Pengendalian Program;

Sub Bagian Pengendalian Program mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di

bidang pengendalian program

c) Sub Bagian Pelaporan.

Sub Bagian Pelaporan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan

materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di bidang

pelaporan;

80

(2) Bagian Perekonomian

Bagian Perekonomian mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi,

perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi dan koordinasi di bidang

jasa produksi, sarana perekonomian dan Bidang ekonomi kerakyatan dan

kemitraan.

a) Sub Bagian Ekonomi Kerakyatan dan Kemitraan;

Sub Bagian Ekonomi Kerakyatan dan Kemitraan mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan

evaluasi di bidang Ekonomi Kerakyatan dan Kemitraan.

b) Sub Bagian Jasa Produksi;

Sub Bagian Jasa Produksi mempunyai tugas menyiapkan bahan dan

materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di bidang jasa

produksi;

c) Sub Bagian Sarana Perekonomian.

Sub Bagian Sarana Perekonomian mempunyai tugas menyiapkan

bahan dan materi, pembinaan, fasilitasi koordinasi dan evaluasi di

bidang sarana perekonomian;

(3) Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas

menyiapkan bahan dan materi, perumusan kebijakan, pembinaan,

fasilitasi dan koordinasi dibidang perencanaan, pengadaan barang dan

jasa, Evaluasi dan pelaporan serta memberikan pelayanan administratif

dalam pengadaan barang/jasa melalui penyelenggara barang/jasa yang

pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari anggaran dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran

81

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan dan

perundangan-undangan yang berlaku.

a) Sub Bagian Perencanaan;

Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan fungsi

ketatausahaan, mengkoordinasikan pelaksanaan pemilihan penyedia

barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja, menyediakan dan

mengelola sistem informasi yang digunakan dalam pelaksanaan

pengadaan barang/jasa, menyusun program kerja dan anggaran

Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa dan laporan atas

pelaksanaan program secara periodik.

b) Sub Bagian Pengadaan Barang dan Jasa;

Sub Bagian Pengadaan Barang dan Jasa mempunyai tugas

memberikan pelayanan administratif dalam pengadaan barang/jasa

melalui penyelenggara barang/jasa yang pembiayaannya sebagian

atau seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

sesuai dengan ketentuan dan perundangan –undangan yang

berlaku.

c) Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan.

Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mempersiapkan

bahan penyusunan, menghimpun, mengolah, menilai dan menyimpan

laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional dan

melakukan administrasi pengaduan masyarakat, menyusun laporan

kegiatan pengawasan, menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan

82

koordinasi, administrasi, monitoring, dan evaluasi di sub bagian

evaluasi dan pelaporan.

d. Asisten Bidang Administrasi Umum, membawahi:

Asisten Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas membantu sekretaris

daerah dalam perumusan bahan kebijakan umum pemerintahan daerah,

perencanaan strategis dan mengkordinasikan penyelenggaraan sistem

informasi, pelayanan administrasi, fasilitasi dan koordinasi, pemantauan,

evaluasi bidang pembinaan kelembagaan perangkat daerah, pembinaan

aparatur sipil negara pada instansi Daerah terkait, keprotokolan, perencanaan

dan keuangan sekretariat daerah dan perlengkapan sekretariat daerah;

(1) Bagian Organisasi

Bagian Organisasi mempunyai tugas menyiapkan bahan dan materi

perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi, koordinasi

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di bidang kelembagaan, analisis

jabatan, Tata laksana dan Kepegawaian, administrasi pelayanan publik

serta peningkatan kinerja organisasi.

a) Sub Bagian Ketatalaksanaan;

Sub Bagian Ketatalaksanaan mempunyai tugas menyiapkan bahan

perumusan kebijakan umum Pemerintah Daerah dibidang

ketatalaksanaan, merencanakan program kerja, fasilitasi dan

koordinasi penyelenggaraan sistem informasi, pemantauan, evaluasi

dan pelaporan bidang administrasi dan pengaturan, tata cara dan

prosedur kerja dan rencana tatalaksana.

b) Sub Bagian Kelembagaan dan Anjab;

83

Sub Bagian Kelembagaan dan Analisis Jabatan mempunyai tugas

menyiapkan bahan perumusan kebijakan pemerintah daerah bidang

kelembagaan, merencanakan program, perumusan kebijakan

Pemerintah Daerah lingkup kelembagaan dan analisa formasi

jabatan, asistensi dan konsultasi, pengkajian dan penataan organisasi

perangkat daerah, pengkajian dan evaluasi urusan pemerintahan

daerah dan potensi daerah dalam rangka penataan kelembagaan,

pelaksanaan analisis jabatan, analisis beban kerja dan analisis

formasi jabatan struktural/non struktural dan jabatan fungsional,

serta pengkajian dan penataan jabatan fungsional menghimpun,

mempelajari dan koordinasi serta pelaporan bidang penataan

kelembagaan perangkat daerah.

c) Sub Bagian Aparatur.

Sub Bagian Aparatur mempunyai tugas menyiapkan bahan

perumusan kebijakan umum pemerintah daerah dibidang Kinerja

Organisasi sesuai dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP), Perencanaan Pengembangan Kinerja,

Penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja dan Evaluasi Kinerja,

pendayagunaan aparatur, budaya kinerja, pembinaan dan evaluasi

kinerja aparatur, pemberian bimbingan teknis dan

suluhan/monitoring/evaluasi, menghimpun laporan kinerja,

merencanakan program kerja, menghimpun dan mengolah data serta

informasi tentang pengembangan/penataan Aparatur, dan membuat

instrumen kepegawaian sekretariat daerah.

(2) Bagian Protokol

84

Bagian Protokol mempunyai tugas melaksanakan keprotokolan,

ketatausahaan pimpinan, ketatausahaan Staf Ahli Bupati, memimpin,

mengendalikan, memeriksa dan mengatur persiapan-persiapan dalam

rangka kedatangan tamu–tamu Bupati dengan berkoordinasi kepada

instansi terkait sesuai dengan jadwal kegiatan Pemerintah Daerah.

a) Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan;

Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas

menyelenggarakan, mengevaluasi, memberikan dukungan teknis

administrasi ketatausahaan pimpinan, melakukan koordinasi dan

sinkronisasi mengenai program kegiatan pimpinan;

b) Sub Bagian Acara dan Perjalanan Dinas.

Sub Bagian Acara dan Perjalanan Dinas mempunyai tugas menerima

dan mengatur acara/jadwal perjalanan kegiatan pimpinan sesuai

dengan kegiatan Pemerintah Daerah.

c) Sub Bagian Tata Usaha Staf Ahli Bupati.

Sub Bagian Tata Usaha Staf Ahli Bupati mempunyai tugas

menyelenggarakan, mengevaluasi, memberikan dukungan teknis

administrasi ketatausahaan pimpinan, melakukan koordinasi dan

sinkronisasi mengenai program kegiatan pimpinan.

(3) Bagian Administrasi Perlengkapan Setda

Bagian Administrasi Perlengkapan Sekretariat Daerah mempunyai tugas

melaksanakan sebagian dari tugas Pemerintah Daerah dalam

merencanakan Operasional dan menyusun program kerja Bagian

administrasi Perlengkapan Sekretariat Daerah.

a) Sub Bagian Pengadaan dan Standarisasi;

85

Sub Bagian Pengadaan dan Standarisasi mempunyai tugas membuat

laporan, menginventarisasi dan standarisasi pengadaan barang jasa

dan tanah, menyusun dan membuat RKBU, RTBU serta

mengkoordinasikan penyusunan DUKDA dan DIKDA serta

mengontrol dan menganalisa kebutuhan barang/jasa.

b) Sub Bagian Penyimpanan dan Distribusi;

Sub Bagian Penyimpanan dan Distribusi mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan administrasi penerimaan, penyimpanan

dan distribusi barang milik daerah.

c) Sub Bagian Penilaian Aset.

Sub Bagian Penilaian Aset mempunyai tugas menyiapkan

administrasi penggunaan dan penyusunan neraca aset daerah dan

menginventarisir barang milik daerah.

(4) Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan

kegiatan tata usaha keuangan, surat menyurat, rumah tangga, menyusun

program pengelolaan dan perawatan gedung kantor dan kendaraan dinas

sekretariat serta mengkoordinasikan pengurusan semua jenis belanja

pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dalam

pelaksanaan pembayaran gaji, pembayaran pensiun, tunjangan lain serta

meneliti Surat Pertanggung Jawaban serta memimpin, mengendalikan

jalannya kegiatan dan program kerja Bagian;

a) Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan;

Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan mempunyai tugas menyusun

program kerja, mencatat dan memeriksa surat-surat masuk dan

86

keluar serta menyampaikan kepada unit kerja yang dituju,

mengontrol dan mengkoordinasikan pelayanan ketatausahaan,

mendistribusikan ATK, serta penatausahaan administrasi keuangan

di lingkungan Sekretariat Daerah.

b) Sub Bagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana;

Sub Bagian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas

pokok melaksanakan pengaturan dan pemeliharaan kebersihan,

perawatan gedung kantor sekretariat, rumah dinas pimpinan dan

peralatan lainnya.

c) Sub Bagian Rumah Tangga.

Sub Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan semua

jenis kegiatan Rumah Tangga dan Menginventarisir semua jenis

keperluan Rumah Tangga Kantor dan Rumah Jabatan.

126

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat

diambil adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan memberi pengaruh signifikan sebesar 32,5 % terhadap

kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Ini

berarti bahwa peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lampung Tengah 32,5 persen dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan yaitu

bagaimana seorang pemimpin dapat memberi tanggung jawab,

memberdayakan anggota, memberi teladan, berani menempuh resiko serta

memiliki visi.

2. Motivasi memiliki pengaruh signifikan sebesar 24,2 % terhadap kinerja

pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini berarti

bahwa kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah

akan meningkat apabila motivasi pegawai baik motivasi intrinsik maupun

ekstrinsik juga meningkat.

127

3. Penerapan LO memberi pengaruh signifikan sebesar 32,9 % terhadap kinerja

pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini berarti

bahwa peningkatan kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lampung Tengah terbukti dipengaruhi oleh LO

4. Kepemimpinan, motivasi dan penerapan LO pada Bagian-bagian di

Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah memiliki pengaruh yang

signifikan sebesar 45,3 % terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Daerah

Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini berarti bahwa peningkatan kinerja

pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dipengaruhi oleh

kepemimpinan, motivasi dan penerapan LO.

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat diajukan berkaitan dengan kesimpulan adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja Pegawai di Sekretariat

Daerah Kabupaten Lampung Tengah ini dapat ditingkatkan jika

pemimpin tidak menetapkan standar kerja yang tinggi.

2. Pengaruh motivasi terhadap kinerja Pegawai di Sekretariat Daerah

Kabupaten Lampung Tengah dapat ditingkatkan apabila pegawai

bekerja dengan didukung peralatan yang memadai serta diberi

tambahan gaji/ penghasilan.

3. Pengaruh penerapan Learning Organization terhadap kinerja Pegawai

di Sekretariat Daerah Kabupaten Lampung Tengah dapat ditingkatkan

128

apabila pegawai dapat melaksanakan pekerjaan berdasarkan Standar

Operational Prosedur (SOP).

4. Pengaruh kepemimpinan, motivasi dan penerapan Learning

Organization terhadap kinerja Pegawai di Sekretariat Daerah

Kabupaten Lampung Tengah dapat ditingkatkan apabila pemimpin

tidak menetapkan standar kerja yang tinggi, pegawai bekerja dengan

didukung peralatan yang memadai serta diberi tambahan gaji/

penghasilan dan pegawai dapat melaksanakan pekerjaan berdasarkan

Standar Operational Prosedur (SOP).

DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:

Rajawali Pers, 1983.

Robbin S, Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Pernhallindo , 1996.

Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2004

Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku, Yogyakarta: PenerbitAndi, 1992.

Thoha, Miftah, Kepemimpinan dalam manajemen, Jakarta, PT. Raja GrafindoPersada, 2015

Mulyadi, Deddy, Perilaku Organisasi dan kepemimpinan Pelayanan, Bandung,Penerbit Alfabeta, 2015.

Setiyono, Budi, Pemerintahan dan Manejemen Sektor Publik, Yogyakarta, CenterOf Academic Publishing Service, 2014.

Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta, Unit Penerbitan DanPercetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2015.

Mas’ud, Fuad, Survai Diagnosis Organisasional: konsep dan aplikasi, Semarang,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2004.

Safaria, Triantoro, Kepemimpinan, Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu, 2004.Danim, Sudarwan, Motivasi Kepemimpinan Dan Efektivitas Kelompok, PenerbitRineka Cipta, jakarta, 2004.

Moorhead, Gregory dan G. W. Ricky,. 2013. Perilaku organisasi: ManajemenSumber Daya Manusia dan Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Moeheriono, Prof, Dr. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Prawirosentoso. Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFEYogyakarta

Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisasi Jilid II, Alih Bahasa HadayanaPujaatmaka, Jakarta, Prenhalindo.

Nugroho Hadi, Bambang, Motivasi dan Kepemimpinan Melayani, Penerbit WR,Yogyakarta, 2014.

Silalahi, Ulbert, Studi tentang ilmu administrasi- konsep teori dan demensi,Penerbit Sinar baru Algensindo, Bandung, 2002.

Mely G. Tan, “Masalah Perencanaan Penelitian” Metode-Metode PenelitianMasyarakat, ed. Koentjaraningrat (Jakarta: PT Gramedia, Edisi Ketiga, 1993).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2012.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., dan Donnelly, J. H., (2008), Organisasi, Perilaku,Struktur, dan Proses, Jakarta : Binapura Aksara Publisher.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. CetakanKeempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.

Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja; Bandung: CV.Mandar Maju, 2001.

Soeprihanto,Jhon, Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, Yogyakarta,Edisi Pertama, Cetakan Kelima BPFE, 2001.

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.Jakarta: Refika Aditama, 2006.

Henry Simamora. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN.Yogyakarta, 2004.

Hasibuan, Malayu, SP, Drs, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV. HajiMasagung, Jakarta , 1990.

P. Siagian, Sondang, Kepemimpinan Organisasi dan Perilaku Administrasi,Penerbit Gunung Agung, Jakarta, 2002.

P. Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bina Aksara, Jakarta,2004.