Upload
buituong
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia
Bagus Guntur Wahyu
Andri Prastiwi, SE, M.Si, Akt.
Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRACT
Ownership structure on relationship with agency theory will influence debt
policy. The purpose of this research is to test the effect of managerial ownership
and institutional ownership to corporate policy in the perspective of agency
theory. This research also tested four control variable, there are firm size, asset
structure, earning volatility, and stock volatility. This research based on
Wahidahwati (2001) research hypothesis, which found that managerial and
institutional ownership have the negative and significant effect to debt policy. This
research focused on manufacturing companies listed in Bursa Efek Indonesia for
period 2003-2007. The method of data collection is done by using pooling method
and give 135 firm year observation. The statistical method used in this research is
multiple regression.
The Result of this research shows that managerial and institusional
ownership haven’t the significant effect to the debt policy. But the control
variables that are firm size and earning volatility have the significant effect to the
debt policy.
Keyword : manajerial ownership, institutional ownership, debt policy, firm size,
asset structure, earning volatility, stock volatility.
Pendahuluan
Pada perkembangan dunia bisnis sekarang ini, didirikannya suatu
perusahaan memiliki suatu tujuan. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Ross, 2003). Dalam kaitannya dengan kepemilikan terdapat dua masalah
keagenan, yaitu masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham
(Jensen and Meckling, 1976) dan masalah keagenan antara pemegang saham
mayoritas dan pemegang saham minoritas (Shleifer and Vishny, 1997).
Masalah keagenan pertama terjadi apabila kepemilikan saham tersebar,
sehingga pemegang saham secara individual tidak dapat mengendalikan
manajemen. Akibatnya perusahaan bisa dijalankan sesuai keinginan manajemen
itu sendiri. Masalah keagenan kedua terjadi jika terdapat pemegang saham
mayoritas (konsentrasi kepemilikan), sehingga terdapat pemegang saham
mayoritas yang dapat mengendalikan manajemen. Akibatnya pemegang saham
mayoritas memiliki kendali mutlak dibanding pemegang saham minoritas,
sehingga pemegang saham mayoritas bisa melakukan tindakan yang
menguntungkan dirinya, tetapi kemungkinan merugikan pemegang saham
minoritas (Tarjo, 2008).
Perbedaan kepentingan itulah maka timbullah konflik yang biasa disebut
konflik agensi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham serta
masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham
minoritas dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Akibat dari
munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan timbulnya suatu kos
yang disebut agency cost.
Teori keagenan menyebutkan bahwa agency cost yaitu jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kepentingan struktural, administrasi, dan pelaksanaan kontrol
(baik formal maupun non-formal), ditambah residual loss (Jensen dan Meckling
dalam Makmun, 2003). Penelitian-penelitian sebelumnya tentang biaya agensi,
telah menemukan bukti bahwa tingginya biaya agensi akan mengakibatkan
turunnya nilai perusahaan dan berakibat buruk bagi para pemegang saham.
Penelitian-penelitian tersebut mengemukakan bahwa terdapat beberapa alternatif
yang bisa digunakan untuk mengurangi biaya agensi, yaitu: Pertama,
meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan
Meckling, 1976). Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham
yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan
perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan
manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian
sebagai konsekwensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Alternatif Kedua, meningkatkan devidend payout ratio (Crutchley dan
Hansen, 1989). Mereka menyatakan bahwa pembayaran deviden akan menjadi
alat monitoring sekaligus bonding bagi manajemen. Dividen membuat pemegang
saham mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi agency cost of equity
karena tindakan perquisites. Perquisites adalah tindakan manajemen yang
memunculkan aliran kas keluar dalam rangka untuk tujuan bukan kepentingan
perusahaan, misalnya biaya perjalanan dinas dan akomodasi kelas VIP, mobil
dinas mewah, dan lain-lainnya. Pembagian deviden juga akan mengurangi
perilaku tunneling yang dilakukan pihak mayoritas terhadap kepemilikan
minoritas (Claessens et al, 2000). Tunneling merupakan perilaku manajemen atau
pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk
kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham
minoritas (Claessens et al, 2000).
Alternatif Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan
hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan
manajemen. Karena hutang akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam
perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen (Jensen, et all, 1992 ; Jensen 1986). Pendanaan dengan
hutang juga akan meningkatkan pengawasan pihak debtholder terhadap
kemungkinan tindakan Ekspropriasi yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam
hal ini kepemilikan institusional (Tarjo, 2008). Ekspropriasi merupakan cara
memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi kekayaan dari pihak lain
(Claessens et al., 2002).
Alternatif Keempat, institusional investor sebagai pihak yang memonitor
agen (Moh’d, et al, 1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang
saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost.
Dengan adanya investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-
variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang,
dan ekuitas, tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manajer dan
institusional (Jensen dan Meckling dalam Wahidahwati: 2001). Pendanaan dengan
hutang akan meningkatkan pengawasan pihak debtholder terhadap kemungkinan
tindakan Ekspropriasi yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam hal ini
kepemilikan institusional (Tarjo, 2008). Manfaat lain dari penggunaan hutang
adalah penghematan pajak dan peningkatan earning per share perusahaan (trading
on equity theory) (Tarjo, 2008).
Namun hasil kajian Kinsman and Newman (1998) pada beberapa
penelitian yang menggunakan data selama periode sembilan tahun (1987-1995)
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hutang ternyata berkorelasi negatif
dengan kinerja perusahaan. semakin besar leverage berarti semakin besar aktiva
atau pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang. Semakin besar hutang
maka semakin besar kemungkinan kegagalan perusahaan untuk tidak mampu
membayar hutangnya, sehingga berisiko mengalami kebangkrutan. Akibatnya
pasar saham akan mereaksi secara negatif yang berupa turunnya volume
perdagangan saham dan harga saham yang berdampak terhadap turunnya nilai
pemegang saham. Di samping itu ada kesan bahwa semakin besar hutang
mencerminkan perusahaan tersebut kesulitan mencari pendanaan melalui
penjualan saham di pasar saham dan ada anggapan bahwa semakin besar hutang,
maka semakin besar perusahaan tersebut untuk tidak diminati oleh para investor
maupun calon investor pasar saham. Dengan demikian, ada suatu pertimbangan
struktur modal yang optimal dalam memutuskan kebijakan pendanaan dari utang
sehingga tidak merugikan nilai perusahaan.
Telaah Teori
Hutang
Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul di masa
yang akan datang yang disebabkakan oleh kewajiban-kewajiban di saat sekarang
dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan memindahkan aktiva atau
memberikan jasa kepada badan usaha lain di masa datang sebagai akibat dari
transaksi-transaksi yang sudah lalu (Baridwan, 2004).
Hutang didefinisikan sebagai semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi. Hutang perusahaan juga merupakan
salah satu mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang
saham, hutang memberikan sinyal tentang status kondisi keuangan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya. Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut
keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh
perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan dan di luar
perusahaan. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal
dapat bersumber dari modal sendiri dan atau melalui hutang. Dharmastuti et al
(2003) menyatakan bahwa hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan
eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), Penggunaan hutang diharapkan
dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal
dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan
ekuitas. Di sisi lain Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan
menghadapi biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan, (Crutchley dan
Hansen, 1999). Hal ini dikarenakan Perusahaan memiliki kewajiban untuk
mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi
ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat
memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Di sisi lain, apabila manajer tidak
mampu memenuhi kewajiban atas penggunaan hutang maka perusahaan akan
berisiko kebangkrutan sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajer.
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal (Mogdiliani dan
Miller dalam Brigham, 1999). Semakin tinggi proporsi hutang, maka semakin
tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan
hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkannya.
Menurut Brigham dan Houston (2006) mengemukakan bahwa penggunaan
hutang memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan sebagai berikut:
1. Keuntungan Penggunaan Hutang
• Biaya bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi
penghasilan kena pajak sehingga dapat menurunkan biaya efektif atas
hutang yang digunakan perusahaan tersebut.
• Pemegang hutang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap atas
biaya bunga yang relatif tetap sehingga kelebihan keuntungan
merupakan klaim pemilik perusahaan.
2. Kelemahan Penggunaan Hutang
• Semakin tinggi rasio hutang yang dimiliki perusahaan maka akan
semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan atas penggunaan
hutang tersebut.
• Bila bisnis perusahaan dalam kondisi yang tidak baik, pendapatan
operasinya rendah, dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga maka
akan menyebabkan pemegang saham harus menutup kekurangan itu
dan pada kondisi ekstrim perusahaan dapat terancaman kebangkrutan.
• Bila perusahaan menggunakan hutang terlalu banyak maka dapat
meningkatkan kemungkinan terhambatnya pertumbuhan perusahaan.
Kondisi ini dapat mendorong pemegang saham berpikir dua kali untuk
tetap menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Kepemilikan Saham
Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang
tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk
kepentingan opportunistik mereka. Hal ini dapat dilihat melalui pemilihan proyek-
proyek berisiko tinggi. Hal ini menyebabkan meningkatnya beban bunga
perusahaan sehingga risiko kebangkrutan semakin tinggi yang berdampak pada
biaya agensi hutang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tesebut akan
berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Dengan adanya kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga
manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan
benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama
keputusan mengenai hutang. Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan
sehingga manajer tidak mungkin bertindak opportunistik lagi karena mereka akan
menanggung konsekuensinya dan akan semakin hati-hati dalam menggunakan
hutang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh negatif dengan kebijakan hutang perusahaan.
Kepemilikan institutional merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi
maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Adanya kepemilikan
institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang
dimiliki oleh investor institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi
semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang
dilakukan oleh para manajer (Jensen, 1986). Tindakan monitoring tesebut akan
mengurangi biaya keagenan karena memungkinkan perusahaan menggunakan
tingkat hutang yang lebih rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
financial distress dan kebangkrutan perusahaan (Crutchley, et al, 1999). Semakin
besar prosentase saham yang dimiliki oleh institutional investors akan
menyebabkan monitoring menjadi semakin efektif, melalui pengendalian perilaku
opportunistik para manajer (Bathala dalam Wahidahwati, 2001).
Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang
tinggi bukan atas dasar maksimalisai nilai perusahaan melainkan untuk
kepentingan opportunistik mereka (Jensen, 1986), sedangkan pemilik tidak
menyukai perilaku opportunistik manajer karena akan menurunkan nilai
perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen
dan pemilik, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekwensi
dari pengambilan keputusan yang salah (Jensen dan Meckling, 1976).
Wahidahwati (2002) menyatakan bahwa perusahaan dengan managerial
ownership besar mempunyai andil besar dalam mengurangi hutang. Hal ini
disebabkan karena penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko
kebangkrutan pada perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka
akan memberikan kesempatan pada manajer untuk lebih berhati-hati dalam
menggunakan hutang (Nuringsih, 2006). Pendanaan dengan hutang juga akan
meningkatkan pengawasan pihak debtholder terhadap kemungkinan tindakan
Ekspropriasi yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam hal ini kepemilikan
institusional (Tarjo, 2008).
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
Tanpa adanya kepemilikan institusional yang mengawasi perilaku manajer
maka kecenderungan manajer bersikap opportunistik dengan menggunakan
hutang yang tinggi bukan untuk kepentingan pemilik tetapi untuk kepentingan
pribadinya. Adanya kepemilikan institusional menyababkan perilaku manajer
lebih terkontrol dengan baik oleh pihak pemegang saham eksternal. Pengawasan
oleh pihak eksternal ini menyebabkan manajar menggunakan hutang dalam
tingkat rendah untuk menghindari adanya risiko kebangkrutan (Nuriningsih,
2006).
Bathala, Moon, dan Rao (dalam Wahidawati, 2001) menyatakan
kepemilikan institusional yang besar akan dapat memonitor penggunaan hutang
secara optimal. Tindakan monitoring tesebut akan mengurangi biaya keagenan
karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat hutang yang lebih
rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan
kebangkrutan perusahaan (Crutchley, et al, 1999). Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional yang semakin tinggi,
menyebabkan kontrol eksternal terhadap perusahaan juga semakin kuat, sehingga
dapat mengurangi biaya keagenan.
Dengan adanya hutang maka akan meningkatkan pengawasan oleh pihak
debtholder sehingga pemilik mayoritas akan meminimalisasi risiko ekspropriasi
terhadap pemegang saham minoritas. Karena jika ekspropriasi dilakukan maka
pemegang saham minoritas dan pasar saham akan mendiskon harga pasar saham
yang justru akan merugikan pemegang saham mayoritas itu sendiri (Tarjo, 2008).
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
Metode Penelitian
Mason dan Lind (1996) menjelaskan bahwa populasi adalah sebuah
kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, atau ukuran
ketertarikan dari hal yang menjadi perhatian. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dasar
pertimbangan pemilihan perusahaan manufaktur adalah untuk menghindari
perbedaan karakteristik antara perusahaan manufaktur dengan jenis perusahaan
lain. Selain itu, jumlah populasi perusahaan manufaktur relatif besar, sehingga
diharapkan dengan menggunakan perusahaan manufaktur dapat diperoleh jumlah
sampel yang mencukupi.
Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
pada tahun 2003-2007. Teknik pemilihan sampel dengan metode purposive
random sampling, metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria
pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di BEI dan
mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 2003-2007.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan
dengan memuat seluruh data dan informasi yang dibutuhkan dalam
pengukuran variabel dan analisis data.
Jenis data dalam penelitian ini adalah pooled data yaitu data gabungan
antara time series dengan cross section data. Data dalam penelitian ini merupakan
data sekunder, baik untuk variabel independen, variabel dependen maupun
variabel kontrol yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian
yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2003-2007. Penggunaan data antara tahun 2003 sampai 2007 dikarenakan adanya
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini berpengaruh terhadap
perusahaan manufaktur karena kenaikan bahan bakar minyak memiliki multiple
effect terhadap naiknya biaya produksi, operasional perusahaan dan konsumsi
masyarakat (INDEF, 2008). Hal ini berdampak pada kebijakan dalam pembiayaan
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dengan
metode dokumentasi selama kurun waktu 2003-2007. Data yang akan diteliti
diperoleh dari laporan tahunan perusahaan yang sudah dipublikasikan dari
perusahaan yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk
menganalisis uji hipotesis penelitian. Analisis regresi linier berganda pada
persamaan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, yaitu kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional serta variabel kontrol yaitu ukuran
perusahaan, struktur aktiva, volatilitas pendapatan, dan volatilitas saham terhadap
kebijakan hutang. Untuk menghasilkan output yang BLUE (Best Linear Unbiased
estimator) maka dalam proses pengolahan dilakukan uji normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
Model penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda pada
persamaan hutang. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional. Serta variabel kontrolnya ukuran perusahaan, struktur
aktiva, volatilitas pendapatan, dan volatilitas saham. Persamaan kebijakan hutang
digunakan untuk menguji H1 dan H2. Adapun model yang digunakan adalah
sebagai berikut:
DEBT = β0 + β1(MOWN) + β2(INST) + β3(SIZE) + β4(ASSET) +
β5(EARVOLT) + β6(STOCVOLT)
Keterangan :
DEBT : diukur dengan membagi jumlah hutang jangka panjang dengan
(hutang jangka panjang + equity).
MOWN : rasio kepemilikan saham direktur & komisaris terhadap jumlah
saham biasa yang beredar.
INST : rasio kepemilikan saham institusi terhadap jumlah saham biasa
yang beredar.
SIZE : memakai natural log of sales sebagai proxy dari size.
ASSET : variabel struktur aktiva yang diukur dengan menggunakan hasil
bagi antara fixed asset terhadap total asset.
EARVOLT : variabel volatilitas pendapatan yang merupakan rasio openwriting
income terhadap total asset.
STOCVOLT :variabel volatilitas saham yang merupakan standart deviasi return
saham, dimana return saham didapat dari pengurangan closing
price bulan i oleh closing price bulan i-1 dibandingkan dengan
closing price bulan i-1.
Analisis regresi linear berganda adalah analisis regresi linear digunakan
untuk menguji hubungan antara 2 atau lebih variabel independen dengan variabel
dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Kemudian dilakukan
Uji Koefisiensi Determinasi (R2), Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F), dan
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
1. Uji Koefisiensi Determinasi (R2 )
Pengujian ini digunakan untuk menilai total variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hasilnya adalah
koefisien determinasi majemuk disesuaikan (R2 adjusted) yaitu suatu
koefisien determinasi yang menunjukkan besaran variasi dari variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai (R2 adjusted)
besarnya berkisar antara lebih besar sama dengan 0 dan lebih kecil sama
dengan 1. Jika makin mendekati 1 maka model semakin baik, begitu pula
sebaliknya. Apabila (R2 adjusted) = 1 berarti variabel berpengaruh
sempurna terhadap variabel dependen. Tetapi jika (R2 adjusted) = 0,
berarti variabel independen tidak berpengaruh sempurna terhadap
dependen.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian koefisien regresi secara
simultan ini adalah jika Ho diterima atau Ha ditolak apabila nilai F-hitung
lebih kecil dari F-tabel maka menunjukkan bahwa variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
begitu sebaliknya. Sebaliknya, Ho ditolak atau Ha diterima apabila F-
hitung lebih besar dari F-tabel maka menunjukkan bahwa variabel
independen secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji ini untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasingvariabel
independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Kriteria pengujian koefisien regresi parsial ini adalah jika Ho diterima atau Ha
ditolak apabila t-hitung < t-tabel. Ini menunjukkan bahwa variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, Ho
ditolak atau Ha diterima apabila t-hitung (nilai mutlak) lebih besar dari t-tabel (t-
hitung > t-tabel) maka menunjukkan bahwa variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen atau dengan melihat tingkat signifikansi
pada hasil regresi. Pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% , jadi
variabel yang tingkat signifikansinya kurang dari 0,05 dinyatakan berpengaruh
signifikan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah pooled data yaitu gabungan
antara data cross section dengan data time series (Ghozali, 2005). Data time series
dalam penelitian ini berupa data perusahaan selama 5 periode yaitu antara tahun
2003 sampai 2007, sedangkan data cross section berupa 44 perusahaan
manufaktur. Namun demikian, tidak semua perusahaan manufaktur dari 44 sampel
tersebut mempunyai data yang dibutuhkan untuk semua tahun. Oleh karena itu
data akhir yang diolah berbentuk unbalanced panel data dan diperoleh 135
observasi. Kriteria perolehan 135 observasi dijabarkan pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel
Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
2003-2007
742
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria pengambilan sampel 549
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2007 yang memenuhi kriteria pengambilan
sampel melalui metode pooled data (sebelum dikurangi Outlier)
193
Jumlah perusahaan yang dieliminasi karena proses transformasi ke
Logaritma Natural
43
Jumlah perusahaan setelah proses transformasi ke Logaritma
Natural
150
Jumlah perusahaan yang termasuk dalam kategori Outlier 15
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yang memenuhi kriteria
pengambilan sampel melalui metode pooled data (Setelah
Dikurangi Outlier)
135
Tabel
Hasil Statistik Deskriptif
Keterangan N Maksimal Minimal Rata-rata Standar
Deviasi
Debt 135 0,816910 0,005298 0,233164 0,189309
Mown 135 0,700000 0,000100 0,055696 0,089123
Inst 135 0,964300 0,215900 0,665227 0,160566
Size 135 17,153357 10,014761 13,182472 1,419536
Asset 135 0,816300 0,059077 0,389963 0,182388
Ernvolt 135 0,276763 0,002761 0,081406 0,058045
Stocvolt 135 0,530377 0,017805 0,150123 0,092958
Data yang diolah dengan Ms. Excel 2007
Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif yang tercantum pada
tabel 4.2, diketahui nilai rata rata variable hutang (DEBT) sebesar 0,233164
dengan nilai maksimal sebesar 0,816910 dan minimal sebesar 0,005298 dengan
standart deviasi 0,189309. Hal ini menandakan bahwa perusahaan dalam
membiayai aktivanya melalui hutang jangka panjang tidak lebih dari 23,33%,
karena sisanya dibiayai melalui hutang jangka pendek dan sumber dana internal
perusahaan. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari kebangkrutan akibat
adanya tingkat hutang yang tinggi.
Variabel kepemilikan manajerial (MOWN) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,055696 dengan nilai maksimumnya sebesar 0,7 dan nilai minimumnya sebesar
0,0001 serta standar deviasinya sebesar 0,089123. Nilai rata-rata yang kecil senilai
5,57% menandakan bahwa prosentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen
dalam perusahaan sampel masih kecil, karena mayoritas kepemilikan manajerial
dalam perusahaan sedikit.
Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,665227 dengan nilai minimumnya sebesar 0,215900 dan nilai maksimumnya
sebesar 0,964300 serta standar deviasinya sebesar 0,160566. Nilai rata-rata yang
besar senilai 66,52% menandakan bahwa mayoritas perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel penelitian kepemilikan sahamnya dimiliki oleh investor
institusional.
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai rata-rata sebesar
13,182472 dengan nilai minimumnya sebesar 10,014761 dan nilai maksimumnya
sebesar 17,153357 serta standar deviasinya sebesar 1,419536. Variasi data yang
tidak terlalu besar menandakan bahwa rata-rata sampel terdiri dari bermacam-
macam perusahaan dengan ukuran yang tidak terlalu berbeda.
Variabel struktur aktiva (ASSET) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,389963 dengan nilai minimumnya sebesar 0,059077 dan nilai maksimumnya
sebesar 0,816300 serta standar deviasinya sebesar 0,182388. Nilai rata-rata
sebesar 38,99% menandakan bahwa 38,99% total aktiva yang berupa aktiva tetap
dijadikan jaminan dalam penggunaan hutang.
Variabel volatilitas pendapatan (ERNVOLT) memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,081406 dengan nilai minimumnya sebesar 0,017805 dan nilai
maksimumnya sebesar 0,530377 serta standar deviasinya sebesar 0,058045. Nilai
rata-rata sebesar 8,14% menunjukkan nilai tingkat resiko bisnis dan potensi
kebangkrutan perusahaan.
Variabel volatilitas saham (STOCVOLT) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,150123 dengan nilai minimumnya sebesar 0,002761 dan nilai maksimumnya
sebesar 0,276763 serta standar deviasinya sebesar 0,092958. Nilai rata-rata
sebesar 9,29% yang merupakan nilai dari volatilitas saham yang akan memiliki
pengaruh terhadap kepemilikan manajerial yang nantinya akan berpengaruh
terhadap rasio hutang.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Agar hasil regresi bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) maka
dilakukan Uji Asumsi Klasik. Uji Asumsi Klasik dalam penelitian ini meliputi Uji
Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Gambar
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Data sebelum transformasi ke
Logaritma Natural
Data sesudah transformasi ke
Logaritma Natural dan eliminasi
Outlier
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Pada gambar 4.1 hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot.
Tampilan Scatterplot sebelum dilakukan proses transformasi data, menunjukkan
terjadinya masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari tampilan scatterplot
pada data yang belum dilakukan transformasi terlihat titik-titik terlihat tidak
menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Setelah dilakukan proses transformasi data ke Logaritma Natural dan proses
eliminasi outlier maka terlihat titik-titik terlihat menyebar secara acak baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini didukung dengan tabel 4.3 Uji
Glejser.
Tabel
Hasil Uji Glejser
Variabel Sebelum Transformasi
Variabel Sesudah Transformasi
Signifikansi Keterangan Signifikansi keterangan
Mown ,611 Homoskedastisitas Ln_Mown ,591 Homoskedastisitas
Inst ,057 Homoskedastisitas Ln_Inst ,080 Homoskedastisitas
Size ,013 Heteroskedastisitas Ln_Size ,490 Homoskedastisitas
Asset ,034 Heteroskedastisitas Ln_Asset ,114 Homoskedastisitas
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Berdasarkan tampilan scatterplot sebelum transformasi data terlihat tejadi
masalah heteroskedastisitas pada variabel Size, Asset, Ernvolt, dan Stocvolt
karena nilai signifikansinya kurang dari 5%. Sedangkan sesudah transformasi,
terlihat tidak terdapat masalah heteroskedastisitas karena hasil Uji Glejser
menunjukan bahwa nilai setiap variabel memiliki tingkat signifikan lebih dari 5%.
Hasil Uji Normalitas
Tabel
Hasil Uji Normalitas
Nilai Asymp.Sig.
(2-tailed)
Nilai
K-S Signifikansi Kesimpulan
Model
Kebijakan
Hutang
0,207 1,065 0,05 Data berdistribusi
normal
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov terlihat bahwa nilai K-S sebesar
1,065 dengan signifikansi sebesar 0,207 yang jauh di atas 0,05 yang berarti nilai
residual terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas
residual.
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel
Hasil Uji Autokorelasi
du D 4-du Kesimpulan
Model Regresi 1,8125
2,095 2,1875 Tidak ada masalah
autokorelasi
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Menurut Ghozali (2005), model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi,
Ernvolt ,003 Heteroskedastisitas Ln_Ernvolt ,081 Homoskedastisitas
Stocvolt ,026 Heteroskedastisitas Ln_Stocvolt ,919 Homoskedastisitas
penelitian akan menggunakan Uji Durbin-Watson dengan alat bantu SPSS. Jika du
< d < 4 – du maka tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
Ln_Mown ,658 1,520 Tidak ada multikolinearitas
Ln_Inst ,541 1,849 Tidak ada multikolinearitas
Ln_Size ,720 1,389 Tidak ada multikolinearitas
Ln_Asset ,855 1,170 Tidak ada multikolinearitas
Ln_Ernvolt ,703 1,422 Tidak ada multikolinearitas
Ln_Stocvolt ,943 1,060 Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Hasil nilai tolerance untuk semua variable independen dan variabel
kontrol bernilai lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi ini tidak terdapat gejala
multikolinearitas.
Hasil Uji Hipotesis
Uji Hipotesis meliputi Uji Koefisiensi Determinasi (R2), Uji Signifikansi
Simultan (Uji Statistik F), dan Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
1. Hasil Uji Koefisiensi Determinasi (R2 )
Tabel
Hasil Uji Koefisiensi Determinasi (R2)
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,334a ,111 ,070 1,0834402559
04E0
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Dari tampilan output SPSS pada tabel 4.7, diketahui nilai adjusted R2
adalah 0,070, hal ini berarti 7% variasi kebijakan hutang (DEBT) dapat dijelaskan
oleh variasi dari variable independen berupa kepemilikan manajerial (MOWN)
dan kepemilikan institusional (INST), dan variable kontrol berupa ukuran
perusahaan (SIZE), struktur aktiva (ASSET), volatilitas pendapatan (ERNVOLT),
dan volatilitas saham (STOCVOLT). Sedangkan sisanya 93% dijelaskan oleh
sebab-sebab yang lain diluar model.
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
18,839 6 3,140 2,675 ,018a
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Dari uji ANOVA atau F test pada tabel 4.8 maka didapat nilai F hitung
sebesar 2,675 dengan probabilitas 0,018. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan hutang
(DEBT) atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial (MOWN),
kepemilikan institusional (INST), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva
(ASSET), volatilitas pendapatan (ERNVOLT), dan volatilitas saham
(STOCVOLT) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebijakan hutang
(DEBT).
3. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan
variabel kontrol terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, untuk
variabel kontrol dalam penelitian ini berupa ukuran perusahaan, struktur aktiva,
volatilitas pendapatan, dan volatilitas saham sedangkan variabel dependen adalah
utang. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel
Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5,065 1,338 -3,785 ,000
Ln_Mown ,084 ,053 ,163 1,588 ,115
Ln_Inst -,322 ,461 -,079 -,698 ,486
Ln_Size ,164 ,078 ,208 2,115 ,036
Ln_Asset -,099 ,167 -,054 -,597 ,552
Ln_Ernvolt -,354 ,113 -,310 -3,122 ,002
Ln_Stocvolt -,042 ,151 -,024 -,281 ,780
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 17
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dirumuskan model persamaan
regresi sebagi berikut :
• Persamaan regresi sebelum transformasi dalam bentuk Model Regresi
Double Log :
Debt = β0 + β1Mown + β2Inst + β3Size + β4Asset + β5Ernvolt +
β6Stocvolt
• Persamaan regresi sesudah transformasi dalam bentuk Model Regresi
Double Log :
LnDebt = β0 + β1LnMown + β2LnInst + β3LnSize + β4LnAsset +
β5LnErnvolt + β6LnStocvolt
• Maka hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) adalah
LnDebt = -5.065 + 0,084LnMown – 0,322LnInst + 0, 164LnSize – 0,
099LnAsset – 0,354LnErnvolt – 0,042LnStocvolt
Pengujian secara parsial terhadap pengaruh masing-masing variabel
diperoleh sebagai berikut :
1. Variabel kepemilikan manajerial
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh negatif dari
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang perusahaan. Namun demikian,
hasil pengujian hipotesis 1 mengenai pengaruh variabel kepemilikan manajerial
(MOWN) terhadap kebijakan hutang (DEBT) perusahaan menunjukkan nilai t
hitung sebesar 1,588 dengan signifikansi sebesar 0,115 (p > 0,05). Hal ini berarti
bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan hutang perusahaan dan memiliki arah pengaruh positif yang berlawanan
dengan yang dihipotesiskan. Dengan demikian maka Hipotesis 1 ditolak.
2. Variabel kepemilikan institusional
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh negatif dari
kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahan. Hasil pengujian
hipotesis 2 mengenai pengaruh variable kepemilikan institusional (INST) terhadap
kebijakan hutang (DEBT) perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,698
dengan signifikansi 0,486 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kepemilikan
institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan dan memiliki arah pengaruh negatif sesuai dengan yang
dihipotesiskan. Dengan demikian maka Hipotesis 2 ditolak.
3. Variabel ukuran perusahaan
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh positif dari
ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang perusahan. Hasil pengujian
mengenai pengaruh variable ukuran perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan hutang
(DEBT) perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,115 dengan signifikansi
0,036 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan memiliki arah
pengaruh positif sesuai dengan yang dihipotesiskan.
Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai arah koefisiensi regresi positif dengan kebijakan hutang sebesar b3 =
0,164 yang berarti setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% maka kebijakan
hutang akan meningkat sebesar 0,164% dengan asumsi variable independen
lainnya konstan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori dan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Homaifar et al (1994), Moh’d et al (1998) dan Wahidahwati (2001),
dalam hal ini perusahaan cenderung untuk meningkatkan utangnya karena mereka
berkembang semakin besar dan perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses
pasar modal ini disebabkan karena perusahaan besar memiliki fleksibilitas dan
kemampuan untuk mendapatkan sumber dana.
4. Variabel struktur aktiva
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh positif dari
struktur aktiva terhadap kebijakan hutang perusahan. Hasil pengujian mengenai
pengaruh variable struktur aktiva (ASSET) terhadap kebijakan hutang (DEBT)
perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,597 dengan signifikansi 0,552
(p > 0,05). Hal ini berarti bahwa struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan memiliki arah pengaruh
negatif yang berlawanan dengan yang dihipotesiskan.
5. Variabel volatilitas pendapatan
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh negatif dari
volatilitas pendapatan terhadap kebijakan hutang perusahan. Hasil pengujian
mengenai pengaruh variable volatilitas pendapatan (ERNVOLT) terhadap
kebijakan hutang (DEBT) perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,122
dengan signifikansi 0,002 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa volatilitas pendapatan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan
memiliki arah pengaruh negatif sesuai dengan yang dihipotesiskan.
Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai arah koefisiensi regresi positif dengan kebijakan hutang sebesar b5 =
-0,354 yang berarti setiap kenaikan volatilitas pendapatan sebesar 1% maka
kebijakan hutang akan menurun sebesar 0,354% dengan asumsi variable
independen lainnya konstan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori dan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bradley, et al (1984), Bathala et al (1994), dan Wahidahwati
(2001) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan dan negatif antara
volatilitas pendapatan dengan kebijakan hutang perusahaan. Dengan demikian
volatilitas pendapatan dapat digunakan sebagai instrument penentu untuk
meminimumkan agency cost of debt pada perusahaan-perusahaan manufaktur
yang menjadi sampel penelitian.
6. Variabel volatilitas saham
Hipotesis penelitian ini menghipotesiskan adanya pengaruh positif dari
volatilitas saham terhadap kebijakan hutang perusahan. Hasil pengujian mengenai
pengaruh variable volatilitas saham (STOCVOLT) terhadap kebijakan hutang
(DEBT) perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,281 dengan
signifikansi 0,780 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa volatilitas saham tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan
memiliki arah pengaruh negatif yang berlawanan dengan yang dihipotesiskan.
Interpetasi Hasil
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pertama dan kedua ditolak. Pengujian hipotesis pertama dan kedua menunjukkan
hasil yang tidak signifikan sehingga tidak dapat diterima. Variabel kontrol yang
berpengaruh signifikan terhadap hubungan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang adalah ukuran perusahaan
(SIZE) dan volatilitas pendapatan (ERNVOLT). Sedangkan variabel kontrol yang
tidak berpengaruh secara signifikan adalah struktur aktiva (ASSET) dan volatilitas
saham (STOCVOLT).
Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Hasil pengujian terhadap kepemilikan manajerial dalam penelitian ini
tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan pendanaan yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia tidak terpengaruh oleh adanya
pemilik saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Makmun (2000), Wahyudi
dan Pawestri (2006). Untuk arah hubungan positif hal ini mungkin disebabkan
karena penggunaan hutang akan mengurangi penerbitan saham baru sehingga
meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial (Fitri dan Mamduh, 2003).
Hasil yang tidak signifikan ini, kemungkinan disebabkan oleh masih
rendahnya kepemilikan manajerial dibandingkan dengan kelompok lainnya dalam
perusahaan (Faisal, 2004). Karena kepemilikan manajerial dalam penelitian ini
masih rendah yaitu sebesar 5,56%, jadi dalam pengambilan keputusan masih
dipengaruhi oleh pemilik lain yang lebih dominan. Selain itu, perbedaan periode
pengambilan data yang berbeda juga mungkin saja mempengaruhi hasil
penelitian, karena struktur kebijakan hutang pada periode sebelum krisis dan
pasca krisis moneter juga mungkin saja terdapat perbedaan
Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan
hutang perusahaan diperoleh nilai yang negatif dan tidak signifikan. Hasil yang
tidak signifikan kemungkinan disebabkan karena kepemilikan saham oleh institusi
lain mayoritas terkonsentrasi pada satu atau dua perusahaan saja. Sehingga
kemungkinan kebijakan hutang yang diambil pun didominasi oleh satu atau dua
perusahaan saja (Westri, 2009).
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2006)
yang menyatakan bahwa investor institutional sebagai pihak yang memonitor agen
hanya sebatas mengawasi tindakan manajemen dan tidak berperan secara aktif
dalam pengambilan keputusan mengenai utang. Serta pengaruh yang tidak
signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kepemilikan silang dalam
perusahaan sehingga pengawasan yang dilakukan tidak terfokus pada satu
perusahaan saja.
Simpulan, Keterbatasan, Saran
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan pada
perusahaan manufaktur di Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis
yang diuji. Variabel dependen yang digunakan adalah kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional. Selain menggunakan dua variabel tersebut, juga
digunakan 4 variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, struktur aktiva, volatilitas
pendapatan, dan volatilitas pendapatan. Periode pengamatan dalam penelitian ini
adalah tahun 2003-2007 dan menggunakan 44 perusahaan manufaktur sebagai
sampel penelitian. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan ditolak. Kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
2. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan ditolak. Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
3. Variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang dalam penelitian ini adalah
variabel kontrol yaitu berupa ukuran perusahaan dan volatilitas
pendapatan.
Keterbatasan
Dalam penelitian ini, penulis menemukan adanya keterbatasan sehingga
penelitian ini dirasakan kurang sempurna. Adapun keterbatasannya adalah:
1. Data penelitian ini sangat bergantung pada keakuratan dan ketepatan data
yang tercantum pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang
digunakan sebagai sumber pengumpulan data.
2. Data penelitian ini hanya menggunakan data yang bersifat kuantitatif
sehingga hasil dari penelitian ini juga hanya mencerminkan kondisi
berdasarkan perhitungan atas variabel independen dan variabel kontrol
yang digunakan pada masing-masing persamaan.
Saran
Saran-saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian dengan
membandingkan pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang sebelum dan sesudah kenaikan
harga BBM.
2. Penelitian selanjutnya untuk menambahkan mekanisme Corporate
Governance untuk mengurangi konflik keagenan.
Daftar Pustaka
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control System (Sistem Pengendalian Manajemen), Jilid: 1, Jakarta: Salemba Empat.
Berle, Adolph and Means, Gardiner, 1932. The Modern Corporation and
Private Property. New York, N.Y., MacMillan. Baridwan, Zaki. 1999. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Bathala, C.T., Moon, K.P., Rao, R.P. 1994. “Managerial Ownership, Debt
Policy, and The Impact of Institutional Holding: And Agency Perspective”. Financial Management, Vol 23, No.3: 38-50.
Brigham, E.F. & J.F. Houston. 2001. Fundamentals of Financial
Management, 8th Edition. Florida: Harcourt Inc. Chen, Carl R and Thomas L. Steiner. 1999. “Managerial Ownership and
Agency Conflicts: A Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy”. The Financial Review 34: 119-13.
Claessens, Stijn, Simeon Jankov and Larry H.P Lang, 2000, the Separation
of Ownership and Control in East Asian Corporation, Journal of Financial Economics Vol.58, p.81-112.
Claessens, Stijn, Simeon Jankov and Larry H.P Lang, 2002. Expropriation
of Minority Shareholders: Evidence from East Asia. The Journal of Financial.
Crutchley Claire and Robert S. Hansen. 1999. “A Test of Agency Theory of
Manajerial Ownership, Corporate Leverage, And Corporate Devidens, Financial Management 18, 36-46.
Damayanti, I. 2006. “Analisa Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur
Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Yokyakarta.
Faisal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme
Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8, No. 2:175-190.
Fuad. 2005. “Simultanitas dan Trade-Off Pengambilan Keputusan Finansial
dalam Mengurangi Konflik Agensi : Peran dari Corporate Ownership”. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometric. International Edition. New
York : McGraw-Hill International. Ismiyati, Fitri dan Mamduh M. Hanafi. 2003. “Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen : Analisis Persamaan Simultan”. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Jensen M. and W. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics. Vol 3. No. 4. pp. 305-360.
Makmun. 2003. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang”. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surakarta. UNS. Masdupi, Erni. 2005. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada
Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.20, No.1, 2005: 57-69.
Mason, R.D dan Lind, D.A. 1996. “Teknik Statistika untuk Bisnis dan
Ekonomi”. Jilid: 1, Jakarta: Erlangga. Moh’d, M.A., L.G. Perry., and J.N. Rimbey. 1998. “The Impact of
Ownership Structure On Corporate Debt Policy : A Time Series Cross Sectional Analysis”, Financial Review, August, Vol. 33, 85-99.
Nachrowi dan Usman. 2006. “Pendekatan Populer dan Praktis:
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nurfauziah, D.Agus Harjito, dan A. Ringayati. 2007. “Analisis Hubungan
Simultan Antara Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang, Dan Kebijakan Deviden Dalam Masalah Agensi. Sinergi Vol.9 No.2. Hal. 157-166.
Nuringsih, Kartika. 2006. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap Kebijakan Dividen dan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan”.
Putri, Imanda Firmantyas dan Muhammad Nasir. 2006. “Analisis Persamaan
Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Santoso, Singgih. 2000. “Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik”.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Jurnal Ekonomi Tahun XI/03/November.
Shleifer, A., and R. W. Vishny, 1997. A Survey of Corporate Governance.
Journal of Finance, Vol. LII, No. 2, June, pp 737-783. Social Science Research and Instructional Council. 2000. TRD-Glossary.
Available at: www. ssric.com/ssric-trdglossary.htm. Tarjo, 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional Dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham Serta Cost Of Equity Capital. Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura.
Tarjo dan Jogiyanto. 2003. “Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VI : 278-295.
Wahidahwati. 2001. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency”. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Wahidahwati, 2002, “Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts :
Analisis Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen,” Simposium Nasional Akuntansi, Vol. 5, h. 601-625.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. “Implikasi
Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Weston, J.F. & E.F. Brigham. 1984. Fundamentals of Financial
Management. Florida : Harcourt Inc. Westri, L.H. 2009. “Analisa Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Deviden dan Kebijakan Hutang”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Widodo, Priyono. 2005, “Pengaruh Managerial Ownership, Institusional
Ownership dan Growth Terhadap Debt Ratio Pada Perusahaan Jasa”, Skripsi, Tidak Dipublikasikan, Surakarta. UNS.