Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SOSIOLOGI
SISWA KELAS X SMU NEGERI 4 MAKASSAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Sosiologi
ANDI ILHAM MUCHTAR
P1600210004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
TESIS
PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMU NEGERI 4 MAKASSAR
Disusun oleh
ANDI ILHAM MUCHTAR
Nomor Pokok P1600210004
Telah diperiksa dan disetujui oleh komisi penasehat
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Dr. H.M.Darwis, MA.,DPS Dr. Rahmat
Muhammad, M. Si
Ketua Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Sosiologi,
Dr. Syaifullah Cangara, M.Si
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis seberapa besar pengaruh
keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar bidang studi sosiologi,
penelitian ini dilaksanakan di smu negeri 4 kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keharmonisan keluarga berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar bidang studi sosiologi. hal ini menunjukkan bahwa Apabila
keharmonisan keluarga meningkat, maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan koefisien
regresi sebesar 0.225 Lingkungan sekolah juga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar bidang
studi sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan sekolah berubah maka prestasi
belajar juga akan berubah. Tanda positif menunjukkan perubahan yang searah. Apabila lingkungan
sekolah meningkat, maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan koefisien regresi sebesar
0.293. Berdasarkan tabel model summery koefisen determinasi berganda (R2) atau R squared = 25.4%
berarti keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah mempengaruhi perubahan variabel prestasi
belajar siswa dengan kata lain pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 25.4%.
Sedangkan sisanya yaitu 74.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam kerangka
konsep dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, kepala
sekolah dan orang tua.
Kata kunci : Keharmonisan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan prestasi belajar sosiologi
ABSTRACT
This study aims to identify and analyze how much influence family harmony and the school
environment for learning achievements fields of sociology, the study was carried out in high school 4
of Makassar. This study uses a quantitative research approach. The results showed that the harmony
of the family a positive effect on learning achievement sociological field of study. If this suggests that
increased family harmony, then student achievement will increase with the regression coefficients of
0.225. The school environment is also a positive effect on learning achievement sociological field of
study. This indicates that the school environment variables change the learning achievement will also
change. Positive sign indicates a change of direction. If the school environment increases, student
achievement will increase with the regression coefficient of 0.293. Summery table models based on the
coefficient of multiple determination (R2) or R squared = 25.4%, means the harmony of family and
school environment variables affect changes in student achievement in other words the influence of
independent variables on the dependent variable by 25.4%. While the remaining 74.6% is influenced
by other variables not included in the conceptual framework in this study. The results of this study is
expected to be useful for teachers, principals and parents. For parents would be able to maintain
family harmony through interaction and establish open communication between family members so
that the house be conducive atmosphere to enable children to learn so as to improve the academic
achievement especially the field of sociology, and particularly government schools would be able to
complete the facility, facilities and infrastructure schools are both material and non material that
could create a comfortable environment so that schools can improve learning achievement.
Keywords: Family Harmony, Environmental Education and learning achievement of sociology
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PRAKATA ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keharmonisan Keluarga ................................. ......................................... 13 1. Defenisi Keluarga .......................................................................... 13 2. Fungsi-Fungsi Keluarga ............................................................... 14 3. Definisi Keharmonisan Keluarga ................................................. 20 4. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga ......................................... 22
B. Lingkungan Sekolah ................................................................................ 26 1. Pengertian Lingkungan Sekolah ........................................................ 26 2. Unsur-Unsur Lingkungan Sekolah ...................................................... 28 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Lingkungan Sekolah ............... 29
C. Prestasi Belajar ....................................................................................... 34 1. Pengertia Prestasi Belajar ................................................................. 34 2. Bidang Studi Sosiologi ....................................................................... 36
D. Pendekatan Teoritis ................................................................................ 40 1. Teori Struktural Fungsional ................................................................ 40 2. Sekolah Sebagai Sistem Interaksi ..................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 46 B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 47 C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 51 D. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 52 E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMA Negeri 4 Makassar ................................................................ 61
v
B. Deskripsi Responden dan Kuisioner Penelitian ....................................... 61 C. Analisis Data ........................................................................................... 63
1. Statistik Desksriptif ............................................................................. 63 2. Uji Kualitas Data ................................................................................ 100 3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 105 4. Model Regresi dan Pengujian Hipotesis ............................................ 107
D. Pembahasan ........................................................................................... 110 1. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar
Sosiologi 2. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Sosiologi
............................................................................................................ 114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 117 B. Saran ....................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena
itu pendidikan seharusnya mendapatkan prioritas utama untuk diperhatikan
oleh semua kalangan. Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan diatur dalam
UUD 1945 BAB XIII pasal 31 ayat (1) dan (2) yaitu, ayat (1) berbunyi : “Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran” dan ayat (2) berbunyi :
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang”.
Pendidikan nasional di Indonesia berakar pada akar kebudayaan
bangsa dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan pendidikan
nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga warga masyarakat
yang maju serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki. Secara lengkap tujuan pendidikan nasional tercantum dalam
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional seperti yang dikutip dalam bukunya Hasbullah (2005:310) yang
berbunyi:
2
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu
pada individu-individu guna mengembangkan dirinya sehinggga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Banyak faktor penyebab dari
munculnya permasalahan pembelajaran terhadap prestasi belajar. Faktor
tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat intelegensi
dan kepribadian. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul
dari luar diri siswa, seperti faktor Keharmonisan keluarga, dan lingkungan
sekolah.
Dalam hal ini pendidikan tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan
sekolah yang sekaligus merupakan lembaga pendidikan formal, tetapi
pendidikan juga dapat dilakukan di lingkungan keluarga. Pendidikan dalam
keluarga merupakan basis pendidikan yang pertama dan utama. Situasi
keluarga yang harmonis dan bahagia akan melahirkan anak atau generasi-
generasi penerus yang baik dan bertanggung jawab. Peran orang tua yang
3
seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam meletakkan dasar-dasar
pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua juga harus bisa menciptakan
situasi pengaruh perhatian orang tua dengan menanamkan norma-norma
untuk di kembangkan dengan penuh keserasian, sehingga tercipta iklim atau
suasana keakraban antara orang tua dan anak.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, BAB I
Pasal 1 (dalam buku Peraturan tentang Kependudukan dan Keluarga
Sejahtera, 2006, h. 6) dinyatakan bahwa : Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami-istri dan anak, atau ayah
dan anaknya,ibu dan anaknya.
Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga dapat didefinisikan
sebagai sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal yang sama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga
tercipta suasana saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri (Shochib, 2000,h.17).
Perilaku orang tua merupakan kunci bagi kesuksesan mereka dalam
mendidik anak -anaknya. Secara tidak langsung, apa yang orang tua katakan
dan lakukan akan menjadi contoh bagi anaknya. Apabila dalam lingkungan
keluarga harmonis orang tua memiliki emosi yang stabil dalam membesarkan
anaknya maka orang tua tersebut akan mampu membesarkan anaknya
dengan baik, maka anak tersebut akan memiliki rasa percaya diri,
4
kepribadian yang menyenangkan, ramah dan mampu menyesuaikan diri
dengan yang lingkungan disekitarnya. Namun jika keluarga yang kurang
harmonis orang tua memiliki emosi yang tidak stabil dalam membesarkan
anaknya seperti selalu berperilaku kasar, senang menghukum, selalu
bertengkar terhadap satu sama lainnnya, maka secara tidak langsung
perilaku orang tua yang seperti itu akan membentuk perilaku anak yang
pemurung, pembenci dan selalu bermusuhan. Maka dari itu, akan membawa
dampak yang kurang baik bagi anaknya, hal ini akan membuat anak memiliki
harga diri yang rendah sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Namun orang tua yang bijaksana yang selalu memberi perintah yang jelas
dengan cara yang baik akan membentuk anak dengan rasa percaya diri yang
tinggi sehingga dalam belajar pun tidak akan terganggu. Serta bilamana anak
itu sendiri mau berusaha menumbuhkan rasa percaya diri maka harapan
untuk meraih prestasi belajar pun ada kemungkinan tidak akan mengalami
suatu kesulitan.
. Selain itu, latar belakang orang tua siswa SMA Negeri 4 Makassar
yang heterogen akan mempengaruhi bentuk perhatian dan cara mendidik
orang tua yang diterapkan pada anaknya. Ada orang tua yang dalam
mendidik anak lebih bersikap memberi kebebasan pada anaknya untuk
berprilaku dan berpendapat. Sebaliknya ada orang tua yang lebih bersikap
mengatur dan memaksa anaknya untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan keinginan orang tua. Dan ada orang tua yang dalam mendidik anak
5
lebih bersikap demokratis yaitu memberi kebebasan pada anak untuk
bersikap dan berprilaku tetapi kebebasan tersebut dibatasi dengan adanya
pengendalian dari orang tua.
Tapi pada kenyataannya belum tentu dengan sikap terbuka maupun
demokratis, anak bisa mendapat prestasi yang baik. Karena ada anak
dengan perhatian yang bersifat terbuka prestasinya jelek. Sebaliknya dengan
perhatian tertutup dan bebas ada anak yang bisa mencapai prestasi yang
baik. Di samping itu, motivasi belajar belajar juga harus dimiliki anak didik
untuk meningkatkan prestasi belajar mereka yang diwujudkan di lingkungan
sekolah.
Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak
dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung
jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orang
tua) yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidaknya akan banyak
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda
dengan orang tua yang keadaan sosial ekonominya rendah. Contohnya: anak
dalam belajar akan sangat memerlukan sarana penunjang belajarnya, yang
kadang-kadang harganya mahal. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini
akan menjadi penghambat bagi anak dalam pembelajaran.
Lingkungan pendidikan dijadikan sarana kegiatan dalam suatu
proses belajar, disini dukungan keluarga berperan sangat penting dan
6
tanggung jawab yang utama tindakan orang tua untuk mendorong anak serta
menyekolahkannya kelembaga pendidikan dengan harapan nantinya lebih
mampu untuk mengembangkan minat guna meningkatkan prestasi belajar.
Nana Saodah (2007: 2-3) “Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar
pada pihak sekolah dan masyarakat”. Demi keberhasilan anak, berbagai
kebutuhan belajar anak diperhatikan dan dipenuhi meskipun dalam bentuk
dan jenis yang berbeda. Hal ini sependapat pula denga Imam Barnadib
(2002: 207) “Walaupun anak sudah masuk sekolah, tetapi harapan masih
digantungkan kepada keluarga untuk memberikan pendidikan dan suasana
sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak dalam belajar di rumah. Sistem
kekerabatan yang baik merupakan jalinan sosial yang menyenangkan bagi
anak.
Lingkungan sekolah yang mencakup Metode yang digunakan oleh
guru dalam mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan efektif
mungkin, sehingga dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar
mengajar. Sebaliknya metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Peraturan, hukum, atau
norma yang berlaku di sekolah yang biasa disebut tata tertib sekolah juga
sering diabaikan oleh para siswa. Hal itu dapat berpengaruh terhadap
menurunnya prestasi belajar siswa. Upaya peningkatan kualitas siswa
dilakukan guru dengan berbagai strategi pembelajaran agar siswa dapat
7
mencapai prestasi belajar dengan baik. Namun tidak hanya guru saja yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena masih ada faktor-faktor
yang lainnya., seperti faktor keadaan keluarga yang Harmonis dan faktor
lingkungan sekolah.
Sekolah Menengah Umurn (SMU) merupakan sekolah yang bersifat
umum yang siswanya tidak dibekali keahlian khusus seperti halnya SMK.
Siswa yang duduk di bangku SMU dapat melanjutkan ke perguruan tinggi
atau dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. SMU Negeri 4 Makassar
merupakan salah satu SMU yang terletak dipinggiran Kota, namun hal itu
tidak menjadikan SMU Negeri 4 Makassar patah semangat Berdasarkan
informasi dan kepala sekolah yang bersangkutan, bahwa sekolah tersebut
pernah meraih berbagai penghargaan dalam kejuaraan-kejuaraan tingkat
kota Makassar maupun tingkat Sulawesi Selatan.
Dengan berbagai penghargaan yang diraihnya menjadikan SMU
Negeri 4 Makassar mulai diperhitungkan sebagai sekolah negeri yang banyak
diminati para orang tua yang ingin memasukkan anaknya sekolah. Hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah pendaftar dari tahun ke
tahun. Pendaftar pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 483 siswa yang
terdiri dari 428 siswa dari dalam kota dan 55 siswa dari luar kota. Dan sekian
banyak pendaftar, SMU Negeri 4 Makassar hanya mampu menampung
sebanyak 360 siswa yang dibagi dalam 8 kelas untuk tahun ajaran
2009/2010. Sedangkan pada tahun ajaran 2010/2011 pendaftar berjumlah
8
588 siswa yang terdiri dari 556 siswa dan dalam kota dan 32 siswa dari luar
kota. Dari jumlah tersebut hanya mampu menampung sebanyak 360 siswa
yang dibagi dalam 9 kelas. Dan siswa yang terbagi dalam beberapa kelas
tersebut, tentunya terdapat pula perbedaan karakteristik siswa dalam
berbagai hal terutama dalam hal prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dapat
tinggi dapat pula rendah. Hal ini dapat dilihat dan rata-rata nilai raport pada
Bidang Studi sosiologi siswa semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 yang
rata-rata 7,45 dan masih dibawah 8,23.
Sesuai dengan kenyataan yang ada di SMA Negeri 4 Makassar nilai
rata-rata Bidang Studi Sosiologi kelas X semester I Tahun Ajaran 2011/2012
adalah sebagai berikut:
Tabel I Tabel Nilai Rata-Rata Bidang Studi Sosiologi Kelas X
Tahun ajaran 2011/2012 Semester 1
Kelas Nilai Rata-rata Bidang studi Sosiologi Kriteria
X.1 70,24 Lulus cukup
X 2 70,31 Lulus cukup
X 3 70,32 Lulus cukup
X 4 71,65 Lulus cukup
X 5 70,26 Lulus cukup
X 6 70,24 Lulus cukup
X 7 70,54 Lulus cukup
X 8 70,14 Lulus cukup
X 9 71,23 Lulus cukup
Sumber : Guru Bidang Studi Sosiologi SMU Negeri 4 Makassar
9
Pengajaran sosiologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam
pendidikan nasional, juga pengembangan identitas diri atau karakter bangsa.
Karena dengan belajar sosiologi manusia akan menemukan kesadaran
identitas dirinya, terutama dalam kehidupan berkelompok sebagai suatu
wadah yang disebut masyarakat; karena sebagai mahluk sosial, seseorang
dituntut untuk belajar mengikuti aturan yang berlaku dalam lingkungan.
Pranata sosial, norma masyarakat, aturan dan hukum yang berlaku dalam
masyarakat, salah satu tujuan dan fungsinya untuk mengatur dan menata
kehidupan bermasyarakat. Ketika orang berbuat sesuatu, dibatasi oleh aturan
yang ada sehingga perbuatan itu tidak merugikan orang lain dan dirinya.
Demikian juga dengan peraturan sekolah, membatasi siswa berbuat sesuatu
yang dapat merugikan pihak orang lain.
Agar tujuan pendidikan sosiologi dapat tercapai sebagaimana
disebutkan diatas, perlu didukung oleh berbagai komponen-komponen dalam
prestasi belajar siswa, yang meliputi keharmonisan keluarga dan lingkungan
sekolah. Disinilah perlu dioptimalkan bagaimana tindak lanjut dalam
meningkatkan prestasi belajar sosiologi melalui keharmonisan keluarga dan
lingkungan sekolah yang sangat berpengaruh dan diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan. Karena sebagian besar waktu yang
dimiliki siswa banyak di rumah, maka peran orang tua tidak dapat diabaikan,
sehingga peran orang tua dalam memantau dan memberikan perhatian
terhadap pendidikan putra-putrinya sangat penting. Disamping itu pihak
10
sekolah juga harus menanamkan sikap kedisiplinan pada seluruh komponen
yang ada di sekolah baik kepala sekolah, guru, murid dan lainnya. Sekolah
juga harus menyediakan fasilitas belajar yang lengkap serta memadai. Dan
tidak kalah penting, tata tertib sekolah harus dilaksanakan secara
bertanggung jawab oleh semua warga sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa secara umum
keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah yang kondusif berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran soisologi. Hal ini
diperkuat dengan hasil temuan berdasarkan hasil olah data angket yang
menunjukkan bahwa 25.4% keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi siswa SMA Negeri 4
Makassar. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kajian dalam judul
Pengaruh Keharmonisan Keluarga Dan Lingkungan Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Bidang Studi Sosiologi Pada Siswa Kelas X SMU Negeri 4
Makassar.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perlu adanya
pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah Peneliti hanya meneliti siswa kelas X SMA Negeri 4 Makassar pada
bidang studi Sosiologi dan Objek Peneliti hanya membatasi tentang masalah
11
yang berkaitan dengan Keharmonisan Keluarga terhadap putra-putri mereka
dan Lingkungan Sekolah serta prestasi siswa dalam bidang studi Sosiologi
pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Makassar. Ada pun rumusan masalah
dalam penelitian ini secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh keharmonisan keluarga terhadap prestasi belajar
Bidang Studi sosiologi siswa kelas X?
2. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar
Bidang Studi sosiologi siswa kelas X?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh keharmonisan keluarga terhadap prestasi
belajar sosiologi siswa kelas X.
2. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi
belajar sosiologi siswa kelas X.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan
wawasan ilmu sosiologi pendidikan , sosiologi keluarga dan sosiologi
12
lingkungan khususnya dalam mengkaji dan menganalisa pengaruh
keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar
sosiologi siswa.
2. Manfaat Praktis
Bagi sekolah, sebagai masukan dalam usahanya meningkatkan mutu
pendidikan sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi belajar dan
Bagi guru sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi belajar
mengajar serta Bagi orang tua, sebagai bahan masukan untuk terus
dapat mempertahankan keharmonisan keluarganya demi perkembangan
terbaik bagi anak-anaknya, dan memberikan motivasi serta wawasan
perhatian kehidupan sekolah anaknya serta menciptakan suasana belajar
yang kondusif sedangkan bagi siswa, sebagai bahan masukan mengenai
pentingnya lingkungan yang positif karena dapat meningkatkan prestas
belajarnya khususnya di bidang studi sosiologi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHARMONISAN KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakn untuk menyebut
“Keluarga”. Keluarga bisa berarti ibu, bapak, anak-anaknya atau seisi rumah.
Bisa juga disebut batih yaitu seisi rumah yang menjadi tanggungan dan dapat
pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat. Definisi lainnya
keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
direkat oleh ikatan darah,perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama
(Hendi Suhendi, 2001).
Keluarga juga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting
dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam
masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin
kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 1977).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998)
Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah
adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969).Keluarga adalah sekelompok
14
manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang
konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1981).
Beberapa pengertian keluarga di atas secara sosiologis menunjukkan
bahwa dalam keluarga itu terjalin suatu hubungan yang sangat mendalam
dan kuat, bahkan hubungan tersebut bisa disebut dengan hubungan lahir
bathin.Adanya hubungan ikatan darah menunjukkan kuatnya hubungan yang
dimaksud.Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam keluarga terdapat
hubungan fungsional di antara anggotanya.
2. Fungsi-fungsi Keluarga
Setelah keluarga terbentuk,anggota keluarga yang ada didalamnya
memiliki tugas masing – masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan
dalam kehidupan .keluarga inilah yang disebut fungsi.Jadi fungsi disini
mengacu pada peran individu dalam mengetahui,yang pada akhirnya
mewujudkan hak dan kewajibannya.Mengetahui fungsi keluarga sangat
penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan
harmonis.
Hendi Suhendi (2001:44) menyatakan sebagai berikut. Fungsi
keluarga secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang tidak dapat diubah atau
digantikan oleh orang lain. Fungsi ini meliputi: Fungsi Biologis,Fungsi
Afeksi dan Fungsi Sosialisasi
15
b. Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatif lebih mudah diubah atau
mengalami perubahan. Fungsi ini meliputi: Fungsi Ekonomi, Fungsi
Perlindungan, Fungsi Pendidikan, Fungsi Rekreasi, Fungsi Agama dan
Fungsi Penentuan Status.
Dari fungsi-fungsi keluarga yang dikemukakan di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis
Fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan seksual suami istri.Keluarga terjadi karena adanya
ikatan darah atau atas dasar perkawinan. Keluarga yang dibangun
atas dasar perkawinan menjadikan suami isteri sebagai dasar
untuk melanjutkan keturunan yang berarti melahirkan anggota-
anggota baru.
Kelangsungan sebuah keluarga,banyak ditentukan oleh
keberhasilan dalam menjalani fungsi biologis ini.Apabila salah satu
pasangan kemudian tidak berhasil menjalankan fungsi
biologisnya,dimungkinkan terjadinya disharmonisasi didalam
keluarga yang biasanya berujung pada perceraian dan poligami.
2. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan
kasih sayang atau rasa dicinta.Dalam keluarga terjadi hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan dengan kemesraan antar
16
anggotanya. Hal ini dapat terlihat dari cara orang tua dalam
memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa penuh kasih
sayang. Dan hal ini menjadikan anak selalu menggantungkan diri
dan mencurahkan isi hati sepenuhnya kepada orang tua.
3. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak.Keluarga merupakan kelompok
sosial pertama dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu
disamping tugasnya mengantarkan perkembangan individu
tersebut menjadi anggota masyarakat yang baik. Anggota
masyarakat yang baik yaitu apabila individu tersebut. dapat
menyatakan dirinya sebagai manusia atau kelompok lain dalam
lingkungannya. Hal tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh
kualitas pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.
Fukuyama selanjutnya menyatakan bahwa Keluarga
merupakan landasan unit kerjasama sosial dengan melibatkan
orangtua, ayah dan ibu, untuk bekerja bersama dalam berkreasi,
melakukan sosialisasi, dan mendidik anak-anaknya. Merujuk pada
Coleman dan Fukuyama (2000), maka modal sosial yang berguna
bagi keluarga Indonesia adalah sumberdaya sosial seperti nilai-
nilail norma gotong royong, saling menghargai (tepo seliro), dan
nilai-nilai kepemimpinan (Ing ngarso sung tulodo, ing rnadya
17
mbanggun karso, tut wuri handayani), jangan mentang-mentang
(ojo dumeh) dan menghormati orangtua (berbakti pada orangtua).
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi, terutama
dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan
material lainnya. Keadaan ekonomi keluarga yang baik juga turut
mendukung dan berperan dalam perkembangan anak, sebab
dengan kondisi tersebut anak akan berada dalam keadaan material
yang lebih luas sehingga banyak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan berbagai kecakapan yang dimilikinya. Dengan
demikian kondisi ekonomi keluarga yang baik akan membantu
anak dalam mencapai prestasi yang maksimal dalam belajarnya.
Seiring dengan perubahan waktu dan pertumbuhan
perusahaan serta mesin-mesin canggih, peran keluarga yang dulu
sebagai lembaga ekonomi secara perlahan-lahan hilang. Bahkan
Keluarga yang ada pada mulanya disatukan dengan pekerjaan
bertani, sekarang tidak lagi merupakan satu unit yang mampu
memenuhi kebutuhan sendiri dalam rumah tangganya. Kebutuhan
Keluarga sudah tersedia toko-toko, pasar, dan pabrik. Kebutuhan
Keluarga sudah tidak disatukan oleh tugas bersama, karena
keluarga sudah tidak lagi disatukan oleh tugas bersama,karena
anggota keluarga sudah bekerja secara terpisah. Demos mencatat
18
bahwa Keluarga adalah unit primer yang memproduksi kebutuhan
ekonomi (Hendi Suhendi 2001: 51 ).
5. Fungsi Perlindungan
Keluarga merupakan tempat tempat yang nyaman bagi
para anggotanya. Fungsi ini bertujuan agar para anggota keluarga
dapat terhindar dari hal – hal yang negatif.Keluarga selain sebagai
unit masyarakat kecil yang berfungsi melanjutkan keturunan,
secara universal juga sebagai penanggung jawab dalam
perlindungan, pemeliharaan dan pengasuhan terhadap anak-
anaknya.
6. Fungsi Pendidikan
Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik
manusia. Orang tua secara kodrati atau alami mempunyai peranan
sebagai pendidik bagi anak-anaknya sejak anak tersebut dalam
kandungan. Selain pendidikan kepribadian orang tua juga
memberikan kecakapankecakapan lain terhadap anak-anaknya
sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan berikutnya. Tanggung
jawab keluarga untuk mendidik anak-anaknya sebagian besar atau
bahkan mungkin seluruhnya telah diambil oleh pendidikan formal
maupun nonFormal.
7. Fungsi Rekreasi
19
Keluarga selain sebagai lembaga pendidikan informal juga
merupakan tempat rekreasi. Keluarga sebagai tempat rekreasi
perlu ditata agar dapat menciptakan suasana yang menyenangkan.
Misalnya situasi rumah dibuat bersih, rapi, tenang dan sejuk yang
menimbulkan rasa segar sehingga dapat menghilangkan rasa
capek dan kepenatan dari kesibukan sehari-hari. Situasi rumah
yang demikian itu juga dapat digunakan untuk belajar, menyusun
dan menata kembali program kegiatan selanjutnya sehingga dapat
berjalan lancar. Dan konsentrasi belajar anak juga turut terbantu
sehingga memudahkan mereka dalam mencapai prestasi belajar
yang maksimal.
8. Fungsi Agama
Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini fungsi keluarga
semakin berkembang,diantaranya fungsi keagamaan yang
mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya
menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga yang menyadari arti
penting dan manfaat agama bagi perkembangan jiwa anak dan
kehidupan manusia pada umumnya akan berperan dalam
meletakkan dasar-dasar pengenalan agama. Hal ini sangat penting
untuk pembinaan perkembangan mental anak selanjutnya dalam
20
memasuki kehidupan bermasyarakat. Pengenalan ini dapat dimulai
dari orang tua mengajak anak ke tempat ibadah.
9. Fungsi Penentuan Status
Dalam sebuah Keluarga, seseorang menerima serangkaian
status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya.
Status/Kedudukan adalah Peringkat atau Posisi seseorang dalam
suatu kelompok atau posisi Kelompok dalam hubungannya dengan
kelompok lainnya. Status tidak bisa dipisahkan dari peran. Peran
adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai
status.
Keluarga diharapkan mampu menetukan status bagi anak-
anaknya. Yang dapat dijalankan dari fungsi status ini ialah
menetukan status berdasarkan jenis kelaminnya. Status dan peran
terdidri atas dua macam,yaitu status dan peran yang ditentukan
oleh masyarakat dan status dan peran yang diperjuangkan oleh
usaha-usaha manusia.
3. Definisi Keharmonisan Keluarga
Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya
hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu
dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga, saling
menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim, 1985). Oleh sebab itu
21
setiap orangtua bertanggung jawab memikirkan dan mengusahakan agar
senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua
dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan
hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua
bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan
keluarga yang harmonis.
Menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan terwujud
apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan
berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai- nilai
agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga
itu akan dapat diciptakan. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa
anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan
mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk
hidup karena makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah
yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan
berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga yang
tercipta adalah tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah
sesering mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan
mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan
lainnya.
22
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan keharmonisan
keluarga adalah situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya
tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling
menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai
kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk
tumbuh dan berkembang secara seimbang.
4. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga
Hawari (dalam Murni, 2004) mengemukakan enam aspek sebagai
suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia adalah:
a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya
kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam
agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan
beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang
penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali
cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga,
dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan merasa tidak betah di
rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang
dapat menerimanya sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.
Dalam masyarakat Indonesia fungsi keluarga ini semakin
berkembang, diantaranya fungsi keagamaan yang mendorong
23
dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan
agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Fungsi religius dalam keluarga merupakansalah satu indikator
keluarga yang harmonis.
Model pendidikan agama dalam keluarga dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu:
1. Cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan
penghayatan dan perilaku keagaamaan dalam keluarga.
2. Menampilkan aspek fisik berupa sarana ibadah dalam keluarga.
3. Aspek sosial berupa hubungan sosial antara anggota Keluaraga
dan Lembaga-Lembaga Keagamaan.
b. Mempunyai waktu bersama keluarga
Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama
keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama,
menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-
keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya
dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak akan
betah tinggal di rumah.
c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam
keluarga. Meichati (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa remaja akan
merasa aman apabila orangtuanya tampak rukun, karena kerukunan
24
tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak,
komunikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu remaja
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar rumah, dalam
hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah juga harus
berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka dalam
menyampaikan semua permasalahannya.
Selain itu, Komunikasi juga adalah cara yang ideal untuk
mempererat hubungan antara anggota keluarga. Dengan memanfaatkan
waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi dapat diketahui
keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan dapat
terselesaikan dengan baik. Permasalahan yang dibicarakanpun beragam
misalnya membicarakan masalah pergaulan sehari -hari dengan teman,
masalah kesulitan-kesulitan disekolah seperti masalah dengan guru,
pekerjaan rumah dan sebagainya.
d. Saling menghargai dan pengertian antar sesama anggota keluarga
Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap anggota
keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan
ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan
yang lebih luas. Selain menghargai, pada umumnya para remaja sangat
mengharapkan pengertian dari orangtuanya. Dengan adanya saling
25
pengertian maka tidak akan terjadi pertengkaran-pertengkaran antar
sesama anggota keluarga.
Selain hal tersebut Sikap orangtua juga berpengaruh terhadap
keharmonisan keluarga terutama hubungan orangtua dengan anak-
anaknya. Orangtua dengan sikap yang otoriter akan membuat suasana
dalam keluarga menjadi tegang dan anak merasa tertekan, anak tidak
diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, semua keputusan
ada ditangan orangtuanya sehingga membuat remaja itu merasa tidak
mempunyai peran dan merasa kurang dihargai dan kurang kasih sayang
serta memandang orangtuanya tidak bijaksana.
e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan
keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim,
jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka
suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga
harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah
dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap
permasalahan.
f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan
harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak
memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada lagi
26
rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang
erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya
kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling
menghargai.
Keenam aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat satu
dengan yang lainnya. Proses tumbuh kembang anak sangat ditentukan
dari berfungsi tidaknya keenam aspek di atas, untuk menciptakan
keluarga harmonis peran dan fungsi orangtua sangat menentukan, akan
mengakibatkan persentase anak menjadi prestasi belajar yang baik
(Hawari, 1997).
B. LINGKUNGAN SEKOLAH
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah
jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam
ruang yang kita tempati”. Sekolah memiliki dua pengertian pertama,
Lingkungan fisik dengan berbagai perlengkapan yang merupakan tempat
penyelenggaraan proses pendidikan untuk usia dan kriteria tertentu. Kedua,
Proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Syamsu Yusuf (2001:54) yang menyatakan bahwa sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
27
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Ketika kita mendengar kata sekolah,yang pertama kali terbersit dalam
pikiran adalah sebuah dengan arsitektur tertentu. Hal ini lebih diperkuat lagi
oleh arsitektur bangunan sekolah di Indonesia yang seragam beserta
perlengkapan yang ada di dalamnya. Philip Robinson (1981) menyebut
sekolah sebagai organisasi, yakni unit sosial yang secara sengaja dibentuk
untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan tujuan tertentu, yaitu
memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.
Tulus Tu’u (2004:11) menyatakan Lingkungan sekolah dipahami
sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar
mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan
kepada anak didik. Sedangkan menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN)
lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa
dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan
pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam
kesadaran hati nuraninya .
Berdasarkan definisi tentang lingkungan sekolah tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda
hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan
28
membantu siswa mengembangkan potensinya dimana kegiatan belajar
mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata
tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara
sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat,seperti
harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan
Formal. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sengaja
didirikan atau dibangun Khusus untuk tempat pendidikan maka sekolah
merupakan tempat pendidikan kedua, setelah keluarga yang memiliki fungsi
sebagai kelanjutan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan guru
sebagai pendidiknya. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan oleh
petugas khusus yakni guru dengan mempergunakan cara-cara tertentu
menurut norma yang berlaku untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendiddikan
di sekolah merupakan proses pembelajaran yang dirangkaikan dengan
kegiatan yang memungkinkan perubahan struktur atau pola tingkah laku
seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan yang selaras,
seimbang dan bersama-sama terut serta meningkatkan kesejahteraan sosial.
2. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya,
sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak.
29
Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang
unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula.
Ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Abu Ahmadi (1991:187)
menyatakan sebagai berikut. Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa
unsur penting, yaitu:
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah,
meubelier, perlengkapan yang lain).
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-
fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas
siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
4. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Lingkungan Sekolah
Slameto (2003:64) menyatakan “faktor-faktor Lingkungan sekolah
yang mempengaruhi Prestasi belajar siswa mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, Fasilitas Sekolah, Untuk lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru
30
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru
tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan
atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa
kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas
untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas
yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu
lagi untuk kegiatan yang lain.
b. Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula
mengenai pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus
ditetapkan secara jelas dan tepat.
Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana siswa harus beristirahat,
tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran
sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari,
pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa
bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemah, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran.
Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan perpikir
31
pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang
tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan
pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendi-dikan. Keduanya merupakan unsur
paling vital di dalam proses belajar-mengajar. Sebab seluruh proses,
aktivitas orientasi serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk
menyelenggarakan pendidikan selalu melibatkan keberadaan pendidik
dan peserta didik sebagai aktor pelaksana.
Hal demikian sudah menjadi syarat mutlak atas terselenggaranya
suatu kegiatan pendidikan. Dengan mendasarkan pada pengertian bahwa
pendidikan berarti usaha sadar dari pendidik yang bertujuan untuk
mengembangkan kualitas peserta didik, terkandung suatu makna bahwa
proses yang dinamakan pendidikan itu tidak akan pernah berlangsung
apabila tidak hadir pendidik dan peserta didik dalam rangkaian kegiatan
belajar mengajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidik dan peserta
didik merupakan pilar utama terselenggaranya aktivitas pendidikan.
Selain itu proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
32
gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan
menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya
sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga
terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Maka, ia segan
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya
tidak maju.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan
yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, segeralah siswa
diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali
ke dalam kelompoknya.
e. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain,
33
kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di
dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan diperpustakaan. Agar siswa
disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin juga.
f. Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena
alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula
oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar
siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan,
laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang
memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya. Mengusahakan alat
pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar
dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta
dapat belajar dengan baik pula. Fasilitas-fasilitas olahraga juga diperlukan
untuk menampung bakat siswa, ruang UKS, koperasi sekolah, kantin,
tempat parkir , mushola, kamar mandi / WC, dan lain-lain.
34
Dari penjelasan diatas jelas sudah, bahwa lingkungan sekolah sangat
besar peranannya di dalam menentukan dan meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator
lingkungan sekolah meliputi:
a. Metode mengajar
b. Kurikulum
c. Relasi guru dengan siswa
d. Relasi siswa dengan siswa
e. Disiplin / aturan sekolah
f. Fasilitas sekolah
C. PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
1. Pengertian Prestasi Belajar
Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses
evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah
satunya adalah prestasi belajar siswa. Informasi ini sangat berguna untuk
memperjelas sasaran dalam pembelajaran. Prestasi berasal dari bahasa
Inggris prestise yang artinya hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau
kinerja seseorang. Sedangkan menurut Khasan A.Q. (1992), prestasi apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
35
Muhibbin Syah (2003: 141) mengemukakan bahwa “prestasi adalah
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
sebuah program”. Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai
hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar
merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses
pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil
atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses
belajar yang dialami oleh siswa tersebut.Di dalam belajar, siswa mengalami
sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach
(Sumadi Suryabrata,1998:231) :
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Sejalan dengan hal itu C.T. Margan (dalam Soetoe, 1973:102),
belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Lawalata M.P (1970:47)
belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ternyata adanya pola
sambutan baru yang dapat merubah suatu sikap, suatu kebiasaan, aktivitas
atau sumber pengalaman. Sedangkan Cronbach (1974:47) bahwa learning is
known by change in behavior as result of experience. (Belajar adalah suatu
36
bentuk perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Maka
prestasi belajar dapat diartikan sebagai sesuatu hasil (achievement) yang
nyata dari pada perubahan-perubahan dalam diri seseorang yang melakukan
perbuatan belajar.
Wood Word S.R and Marquis G.D, 1962:58) menjelaskan:
Achievement is actual ability, and can be measured directly by the use of test
(Prestasi belajar adalah hasil yang nyata dari suatu kegiatan belajar, dan
dapat diukur dengan suatu alat test. Selanjutnya Mappa (1977:2)
menyatakan Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai murid di dalam
budang study tertentu dengan menggunakan test standard sebagai alat
mengukur keberhasilan belajar seorang murid. Kemudian Sidney L.
(1979:426) menyatakan Achievement has been defined as status or level of a
person’s learning and his ability to apply what he has learned (Prestasi
belajar adalah suatu keberhasilan belajar seseorang dan dapat menunjukkan
kecakapan apa yang telah dipelajari).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka prestasi belajar
sosiologi dapat peneliti simpulkan adalah suatu kecakapan nyata yang
diperoleh setelah belajar dan dapat diukur langsung dengan menggunakan
alat test.
2. Bidang Studi Sosiologi
a. Definisi Sosiologi
37
Secara etimologi istilah sosiologi berasal dari dua kata, yakni
socius (latin) yang berarti teman atau kawan (dapat juga diartikan
sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat) dan logos
(yunani) yang berarti ilmu . Dari kedua kata ini, kemudian muncul
berbagai istilah yang sering kita dengar, seperti sosial, sosialistis,
sosiolisme, sosialisasi, dan sosiologi itu sendiri. Namun semuanya
saling berkaitan dengan hal yang sama yaitu kehdupan sosial manusia
atau masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu sosial bukan merupakan ilmu
pengetahuan alam atau ilmu–pengetahuan kerohanian yang
membedakan bukan metodenya tetapi isinya. Jadi, diambil kesimpulan
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai masyarakat.
Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu
sosiologi sebagai ilmu dan sosiologi sebagai metode. Sebagai ilmu,
sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang masyarakat yang
disusun secara sistematis berdasarkan analisa berpikir logis. Sebagai
metode, sosiologi adalah sebuah cara berpikir untuk mengungkapkan
realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Depdiknas,
2001:9).
Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian dalam
masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha
38
untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Istilah
sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari
keadaan masyarakat Eropa pada saat itu. Sosiologi sebagai ilmu mulai
dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat. Seiring
dengan perkembangan sosiologi, berikut ini pengertian sosiologi
menurut pendapat para ahli dari sudut pandang masing-masing.
Auguste Comte Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari manusia
sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup
bersama dengan sesamanya.
Menurut Hasan Shadily, 1989. Sosiologi adalah ilmu
masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia
sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu
yang terlepas dari golongan atau masyarakatnya) dengan ikatan-
ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku
serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala
segi kehidupannya.Talcott Parsons berpendapat bahwa Sosiologi
adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur sosial sebagai
unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung.
b. Fungsi dan Tujuan Bidang Studi Sosiologi
Bidang Studi sosiologi di Sekolah Menengah Umum berfungsi
untuk:
1. Meningkatkan kemampuan berfikir
39
2. Meningkatkan kemampuan berperilaku, dan
3. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dalam keragaman
realitas sosial dan budaya berdasarkan etika.
Tujuan Bidang Studi sosiologi Sekolah Menengah umum pada
dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan dan
bersifat praktis. Secara kognitif pengajaran sosiologi dimaksudkan
untuk memberikan ilmu pengetahuan dasar sosiologi agar siswa
mampu memahami dan menelaah secara rasional komponen-
komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu
sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan
untuk mengembangkan ketrampilan sikap dan perilaku siswa yang
rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat,
kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah sosial yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2001:9).
c. Kompetensi Bidang Studi Sosiologi
Kompetensi standar yang hendak diwujudkan melalui Bidang
Studi sosiologi adalah sebagai berikut:
1. Memahami realitas sosial dan keanekaragaman budaya dan
masyarakat yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memahami struktur sosial dan dinamika sosial, serta mampu
mengetahui arti penting sosiologi dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia.
40
3. Menerapkan pengetahuan dasar sosiologi dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan ditunjukkan oleh kemampuan
berorganisasi/manajemen kelompok dan memberikan
alternatif pemecahan masalah sosial.
4. Menganalisis secara kritis dan menentukan sikap dalam
situasi sosial yang dihadapi dengan ditunjukkan oleh
kemampuan menghargai perbedaan yang ada dalam
masyarakat.
5. Melangsungkan komunikasi sosial dengan berbagai
pandangan dan pendirian yang dijumpai dalam kehidupan
sosial (Depdiknas, 2001:11).
B. PENDEKATAN TEORITIS
1. Teori Struktural Fungsional
Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori
sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai
sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa
yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan
ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keragaman
dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari
adanya struktur masyarakat, sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur
41
sebuah system.Teori yang dikembangkan oleh Parsons (1964) dan Parsons
dan Bales (1956) adalah teori yang paling dominan sampai akhir tahun 1960-
an dalam menganalisis institusi keluarga. Penerapan teori struktural-
fungsional pada keluarga oleh Parsons adalah sebagai reaksi dari
pemikiran-pemikiran tentang meluntumya atau barkurangnya fungsi keluarga
karena adanya modemisasi, bahkan menurut Parsons, fungsi keluarga pada
zaman modem, terutama dalam hal sosialisasi anak dan tension
management untuk masing-masing anggota keluarga, justru akan semakin
terasa panting.
Keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari berbagai subsistem
dalam masyarakat. Keluarga dalam subsistem masyarakat juga tidak akan
lepas dari interaksinya dengan subsistem-subsistem lainnya yang ada dalam
masyarakat, misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan, dan agama.
Dengan interaksinya dengan subsistem-subsistem tersebut, keluarga
berfungsi untuk memelihara keseimbangan sosial dalam masyarakat
(equilibrium state). Seperti halnya organisme hidup, keluarga menurut
Parsonian diibaratkan sebuah hewan berdarah panas yang dapat
memelihara temperatur tubuhnya agar tetap konstan walaupun kondisi
lingkungan berubah. Parsonian tidak menganggap keluarga adalah statis
atau tidak dapat berubah. Menurutnya keluarga selalu beradaptasi secara
mulus menghadapi perubahan lingkungan. Kondisi ini disebut "keseimbangan
dinamis".
42
Teori Fungsional diperkenalkan oleh Comte, Spencer dan E.
Durkheim. Spencer dalam teorinya menyatakan bahawa masyarakat adalah
satu. Disamping itu, ia juga mengkategorikan keluarga sebagai satu. Baik
masyarakat maupun keluarga memerlukan kemudahan seperti tempat
tinggal, tempat ibadah dan sebagainya. Ringkasnya teori ini mengikut
Spencer dimana masyarakat terdiri dari dua kumpulan yaitu masyarakat
berfungsi dan tidak berfungsi.
Robert .K. Merton yang merupakan seorang ahli fungsionalisme
menyatakan bahwa terdapat perbedaan terhadap fungsi dan disfungsi.
Perubahan dalam sebuah masyarakat, jika memberikan hasil positif,
dikatakan fungsional (fungsi). Jika perubahan sosial dalam sesuatu
masyarakat membuahkan hasil negatif maka dianggap Disfungsional.
Kesimpulannya, hal-hal yang mempertahankan status quo disebut
Fungsional, sedangkan yang tidak mempertahankan status quo disebut
disfungsional.
Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga
membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa
sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-Iaki pencari nafkah dan
wanita ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi
kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru (Parsons & Bales, 1955).
2. Sekolah sebagai sistem interaksi
43
Talcott Parsons Menyatakan sekolah sebagai sistem yang di
dalamnya terdiri atas berbagai subsistem, subsistem yang ada di dalamnya
sekolah berkaitan antara satu sistem dengan sistem lainnya.Subsistem
tersebut berbagai fungsi untuk kelangsungan eksistensi.
Di dalam sekolah tedapat beragam aktifitas. Ada yang susah payah
belajar,Ada yang Mengajar. Ada yang Membersihkan Sebagai sebuah
sistem, Sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lainnya di luar
sekolah. Sistem luar meliputi orang tua siswa, Masyarakat sekitar sekolah,
Dinas-dinas, Kepolisian, Lembaga Keagamaan, dan lain-lain
(Sudardja,1988). Hubungan anatara sekolah dengan sistem lain bersifat
hubungan timbal-balik yang saling mengisi. Sementara itu, Interaksi dalam
sekolah berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang
dala setiap kategori. Keempat kategori itu meliputi Pimpinan Sekolah , Guru,
Pelajar , Karyawan Nonguru (Sudardja,1988).
Selain itu Teori fungsionalisme struktural menekankan pada
keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi latent,
fungsi manifest dan keseimbangan(equilibrium). Menurut teori ini masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang teridri atas bagian-bagian atau elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan
yang terjadi menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada
satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain.
44
Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial,
fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka
struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.
Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada
sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena
itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem
dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial.
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan
semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat.
Perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan (evolusi) dalam
masyarakat. Kalau terjadi konflik, penganut teori fungsionalisme struktural
memusatkan perhatiannya kepada masalah bagaimana cara
menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan. Objek
analisa sosiologi paradigma fakta sosial ini, seperti peranan sosial, pola-pola
institusional (lembaga sosial), proses sosial, organisasi kelompok,
pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut teori ini
cenderung memusatkan perhatiannya kepada fungsi dari suatu fakta sosial
terhadap fakta sosial yang lain.
Materi dan kompetensi dasar pendidikan sosiologi di SMU yang bisa
dianalisa dengan teori ini antara lain:
1. Mendiskripsikan fakta sosial tentang nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat dan lingkungan Sekolah.
45
2. Mendiskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan
pola keteraturan dan dinamika sosial (kelas X, semester 1)
Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha: Keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap
prestasi belajar sosiologi
H0: Lingkungan sekolah tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Berdasarkan pemaparan pendekatan teoritis dan hipotesis penelitian
sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan seorang siswa yang
diukur dengan prestasi belajarnya disekolah dapat dipengaruhi oleh
keharmonisan keluarga dan kondusifitas lingkungan sekolah. Karena itu
skema pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
SISWA SMU NEGERI 4 MAKASSAR
KELAS X
LINGKUNGAN SEKOLAH (X2)
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN SEKOLAH
1. Metode mengajar
2. Kurikulum
3. Relasi guru dan siswa
4. Relasi siswa dan siswa
5. Disiplin/ aturan sekolah
6. Fasilitas sekolah
KEHARMONISAN KELUARGA (X1)
ASPEK-ASPEK KEHARMONISAN
KELUARGA
1. Menciptakan kehidupan beragam dalam keluarga
2. Mempunyai waktu bersama keluarga
3. Mempunyai komunikasi yang baik antara anggota keluarga
4. Saling menghargai dan pengertian antar keluarga
5. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim
6. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga
PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI (Y)
Bidang Studi
Sosiologi
47
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh dalam
melaksanakan penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka
penelitian harus berdasarkan pada metode yang dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya.
A. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kuantitatif yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk
angka-angka. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Data
kuantitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Jenis
skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval
dengan model skala pengukuran menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Suatu pernyataan-
pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, dimana jawaban selalu
diberi angka 5, sering 4, kadang-kadang 3, pernah 2, dan tidak pernah 1.
Berdasarkan Sukmadinata (2006: 95), penggunaan metode kuantitatif
dikarenakan penelitian ini mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Penelitian ini juga menggunakan instrumen-instrumen formal, standar
48
dan bersifat mengukur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari dua variable bebas (X) yaitu keharmonisan keluarga
(X1) dan lingkungan sekolah (X2), sedangkan variabel terikatnya (Y) prestasi
belajar bidang studi sosiologi.
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Negeri 4 Makassar.
Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan kurang lebih selama
dua bulan, yakni bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Dalam penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut
populasi dan sampel. Namun dalam menentukan sumber data tergantung
pada permasalahan yang diajukan oleh penelitian serta hipotesa yang
hendak diuji kebenarannya.
Populasi didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan dari unit analisa
yang ciri-cirinya akan diteliti (Syaifullah Canggara, 2009: 5). Populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya,
apabila hanya sebagian yang diambil dari populasi disebut penelitian sampel
(Sudjana, 2002: 6)
49
Dari pengertian dan penjelasan tentang populasi dan sampel tersebut,
maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMU Negeri 4 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012. Dimana berjumlah
9 kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 40 siswa, sehingga total
siswa keseluruhan 360 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Proportional Random
Sampling. Proporsional maksudnya bahwa pengambilan sampel tiap kelas
ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari setiap
kelas. Random artinya menganggap semua subjek memiliki hak yang sama
memperoleh kesempatan untuk dipilih sebagai sampel. Oleh karena itu hak
setiap subyek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin
mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Cara
pengambilan sampel yang digunakan untuk propotional random sampling
adalah cara undian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik undian dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat daftar subyek yang tergabung dalam populasi.
2. Membuat kode-kode yang berupa angka untuk setiap subyek.
3. Menulis kode-kode tersebut ke dalam kertas kecil, digulung dan
dimasukkan ke dalam gelas.
4. Mengocok golongan kertas yang ada di dalam gelas sehingga menjadi
campur.
50
5. Setelah dikocok gulungan kertas diambil satu persatu sampai
mendapatkan jumlah sampel yang dikehendaki.
Dalam penelitian ini diketahui jumlah siswa kelas X SMU Negeri 4
Makassar tahun ajaran 2011/2012 adalah 360 siswa. Dalam pengambilan
sampel diambil sebanyak 15% dari populasi, alasannya karena kemampuan
peneliti dilihat dari segi, waktu, tenaga, biaya, serta besar kecilnya resiko
yang ditanggung peneliti (Arikunto S, 2002:112).Tehnik pengambilan sampel
menggunakan rumus dari Taro Yamena atau Slovin sebagai berikut :
Dibulatkan menjadi 40 responden
Keterangan:
n = jumlah sampel N = populasi d = presesi (ditetapkankan 15% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Dari jumlah sampel sebanyak 40 Responden tersebut, kemudian ditentukan
jumlah masing-masing sampel menurut jumlah siswa yang berada di masing-
masing kelas dengan rumus sebagai berikut:
.444
Dibulatkan menjadi 4 responden dari masing-masing kelas
51
Keterangan: ni = jumlah sampel per kelas Ni = jumlah siswa per kelas N = populasi secara keseluruhan n = jumlah sampel
Setiap kelas memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 40 siswa, maka
jumlah sampel yang diambil dari tiap kelas juga sama yaitu sebanyak 4
siswa. Sehingga, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 36 siswa yaitu jumlah sampel per kelas dikalikan dengan jumlah
kelas dalam populasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan
Teknik Proposional Sampling
Kelas Jumlah Siswa Jumlah sampel
X1 40 4
X2 40 4
X3 40 4
X4 40 4
X5 40 4
X6 40 4
X7 40 4
X8 40 4
X9 40 4
Total 360 36
Sumber: Olah data
52
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah
ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan
penelitian tersebut. Guba dan Lincloln (dalam Moloeng, 2007: 216)
mengemukakan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film.
Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data
tentang Prestasi belajar Sosiologi siswa SMA Negeri 4 Makassar.
2. Kuesioner atau angket
Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto S,
2002:200). Metode angket ini untuk mengungkap data dari variabel
Keharmonisan Keluarga dan Lingkungan Sekolah. Angket ini ditujukan
kepada siswa kelas X SMU Negeri 4 Makassar . Dan angket yang
digunakan adalah angket tertutup dan dikirim langsung kepada
responden.
Dalam angket ini sudah tersedia struktur pertanyaan yang telah
disediakan jawabannya dan responden tinggal memilih jawaban yang
53
sesuai, pilihan jawaban yang disediakan mempunyai rentang skor 1
sampai 5 yaitu 1 berarti tidak pernah, 2 berarti pernah, 3 kadang-
kadang, 4 berarti sering dan 5 berarti sering sekali.
3. Metode Observasi Langsung
Metode ini digunakan untuk megetahui situasi dan kondisi siswa
di sekolah dan keadaan sekolah secara fisik, serta seluruh kondisi yang
ada di lingkungan sekolah. Dan mengetahui situasi dan kondisi di
lingkungan keluarga melalui siswa berdasarkan jumlah sampel.
D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Menurut Umar (2003:63) Variabel independen (bebas) adalah variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan
variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut
variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan
variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel
terikat atau dependent variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah
Keharmonisan Keluarga (X1) dan Lingkungan Sekolah (X2), sedangkan
variabel tak bebas penelitian ini adalah Prestasi belajar Sosiologi (Y1).
Definisi Operasional variabel penelitian ini keharmonisan keluarga
adalah adalah situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya
54
tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling
menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai
kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk
tumbuh dan berkembang secara seimbang. Lingkungan Sekolah adalah
jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam
lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
pendidikan dan membantu siswa untuk dapat mengembangkan potensinya
serta kondisi yang terjadi dalam interaksi siswa dengan siswa lain dan atau
dengan guru. Sedangkan Prestasi belajar Sosiologi adalah hasil belajar dari
suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian
terhadap hasil kegiatan belajar khususnya dalam bidang studi Sosiologi yang
diwujudkan berupa angka-angka dalam raport. Pada penelitian ini
menggunakan nilai raport kelas x semester 1.
55
Tabel 3.2 Daftar Variabel Penelitian dan Indikatornya
No Variabel Dimensi Indikator
1. Keharmonisan
Keluarga
Aspek-aspek
Keharmonisan
Keluarga.
1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
2. Mempunyai Waktu bersama keluarga
3. Mempunyai Komunikasi yang baik antara anggota keluarga
4. Saling Menghargai dan pengertian antar keluarga
5. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
6. Adanya hubungan ikatan yang erat.
2. Lingkungan
Sekolah
Faktor-faktor
Lingkungan
Sekolah
1. Metode mengajar Guru 2. Kurikulum 3. Relasi guru dan siswa 4. Relasi siswa dan siswa 5. Tata tertib / aturan Sekolah 6. Fasilitas Sekolah
3. Prestasi
Belajar Bidang
Studi Sosiologi
1. Raport Siswa Semester 1
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang telah terkumpul dilakukan analisis regresi berganda
dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis berupa
statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi
berganda dan uji hipotesis. Data hasil penelitian dianalisis dengan alat
statistik yang terdiri dari.
56
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik data. Karakteristik data yang digambarkan
dalam penelitian ini adalah karakteristik distribusinya, yang terdiri dari
nilai frekuensi, pengukuran tendensi pusat, dan dispersi data. Nilai
frekuensi dilihat dari demografi responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan, tingkat penghasilan); pengukuran tendensi pusat meliputi
mean, median, dan mode; dan dispersi data meliputi range, standard
deviation, dan variances (Jogiyanto, 2004).
2. Uji kualitas data
Untuk menguji kualitas data dilakukan dengan uji validitas dan
uji reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu item dalam kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Model pengujian
menggunakan pendekatan korelasi item-total dikoreksi (corrected
item-total correlation) untuk menguji validitas internal setiap item
pernyataan kuesioner yang disusun dalam bentuk skala. Untuk
menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka para
ahli menetapkan patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi
sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah
57
ítem. Artinya, sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30
mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai
(Kusnendi, 2008:96)
Sedangkan uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur
konsistensi suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha ≥ 0.60 (Ghozali, 2009).
3. Uji asumsi klasik
Sebelum melakukan pengujian menggunakan uji regresi berganda,
terlebih dahulu data penelitian harus memenuhi syarat asumsi klasik,
yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2009) normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Dasar pengambilan
keputusannya adalah:
58
1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regrasi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji multikolinearitas
Uji multikolineritas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linier atau korelasi antar variabel independen dalam
model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya
gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai
matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta
nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance-nya. Jika nilai
tolerance value dibawah 0.10 atau variance inflation factor diatas
10 maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji ada
59
tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat pola pada grafik scatterplot.
Jika pada grafik scatterplot ada pola tertentu, seperti titik-
titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika
pada grafik scatterplot tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4. Model Regresi dan Pengujian Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda yaitu melihat pengaruh keharmonisan keluarga dan
lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar sosiologi. Model regresi
yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model Penelitian
Keharmonisan Keluarga (X1)
Lingkungan Sekolah (X2)
Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
60
Berdasarkan model penelitian di atas, maka dapat dirumuskan
persamaan sebagai berikut:
Y1 = α + β1X1 + β2X2 + ε (1)
Keterangan:
Y1 = Prestasi bekajar α = bilangan konstanta β1…βn = koefisien arah regresi X1 = Keharmonisan Keluarga X2 = Lingkungan sekolah ε = kesalahan pengganggu (error term)
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Variabel dependen diasumsikan random atau stokastik, yang berarti
mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen diasumsikan
memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang).
Presesi (Ketepatan) fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai
aktual dapat diukur dari nilai goodness of fit-nya. Secara statistik,
setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F, nilai statistik t, dan nilai
koefisien determinasi. Uji Statistik F digunakan menunjukkan apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai
satistik F disebut signifikan apabila F-hitung < 0.05, atau apabila nilai F-
hitung > F-tabel.
61
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual
menerangkan variasi variabel dependen. Perhitungan nilai statistik t
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak), dan disebut tidak
signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0
diterima. Atau dengan membandingkan tingkat signifikansi t dengan
0.05 (α = 5%) atau membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel.
Apabila tingkat signifikansi t-hitung < 0.05, atau apabila nilai t-hitung > t-
tabel, maka hipotesis diterima.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel
terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel terikat. Namun, besar kecilnya R2 tidak dapat
dijadikan alasan bahwa model tersebut “baik”, sebab besar kecilnya nilai
R2 tergantung pada jumlah variabel bebas yang digunakan. Semakin
banyak variabel bebas, maka R2 semakin besar.
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL SMA NEGERI 4 MAKASSAR
SMA Negeri (SMAN) 4 Makassar, merupakan salah satu Sekolah
Menengah Atas Negeri yang ada di Jl. Cakalang No. 3 Provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa
pendidikan sekolah di SMAN 4 Makassar ditempuh dalam waktu tiga tahun
pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Didirikan pada tahun 1964.
Pada tahun 2007, sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sebelumnya dengan KBK.
Dengan berbagai penghargaan yang diraihnya menjadikan SMU
Negeri 4 Makassar mulai diperhitungkan sebagai sekolah negeri yang banyak
diminati para orang tua yang ingin memasukkan anaknya sekolah. Hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah pendaftar dari tahun ke
tahun.
B. DESKRIPSI RESPONDEN DAN KUISIONER PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini adalah siswa/siswi di SMU 4 Kota
Makassar , untuk mengetahui gambaran umum dari responden tersebut
dapat dilihat pada table berikut:
63
Tabel 4.2 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO KELAS X Jenis Kelamin
Total Laki-Laki Perempuan
1 X.1 1 3 4
2 X.2 1 3 4
3 X.3 2 2 4
4 X.4 1 3 4
5 X.5 1 3 4
6 X.6 - 4 4
7 X.7 2 2 4
8 X.8 2 2 4
9 X.9 3 1 4
JUMLAH 13 23 36
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel di atas, ternyata diketahui bahwa responden
perempuan lebih besar dengan jumlah 23 siswa, dengan responden
laki-laki dengan jumlah 13 siswa, Dengan demikian secara
keseluruhan jumlah Responden di SMU 4 Makassar kelas X sebanyak
36 siswa.
Tabel 4.2 Daftar Penyebaran Kuisioner
Kuisioner yang disebarkan 36
Kuisioner yang tidak dikembalikan ( 0 )
Kuisioner yang tidak dapat diolah ( 0 )
Total kuisioner yang diolah 36
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa semua kuisioner
yang disebarkan dikembalikan oleh responden dan semua kuisioner
dapat diolah. Sehingga, jumlah kuisioner yang diolah dalam penelitian
64
ini adalah tetap sama dengan jumlah kuisioner yang disebarkan yaitu
sebanyak 36 rangkap.
C. ANALISIS DATA
1. Statistik Deskriptif
a. Keharmonisan Keluarga
Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya
hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu
dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga,
saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim,
1985),Oleh sebab itu setiap orangtua bertanggung jawab memikirkan
dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu
hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif dan
menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab
telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan
hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan
efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang
harmonis. Dengan demikian maka perlu diperhatikan beberapa aspek-
aspek keharmonisan keluarga yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa khususnya pelajaran sosiologi antara lain:
65
1) Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan
terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini
penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika
kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa
keluarga yang tidak religius yang penanaman nilai agamanya
rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi
pertentangan dan percekcokan dalam keluarga, Dengan
suasana yang seperti ini maka anak akan merasa tidak betah di
rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan
lain yang dapat menerimanya sehingga dapat mempengaruhi
prestasi belajarnya. Untuk mengetahui realitas penanaman
nilai-nilai agama dari keluarga responden dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut:
66
Tabel 4.3 Presentase Pernyataan Indikator 1
Menciptakan Kehidupan Beragama dalam Keluarga
No Pernyataan Persentase
N TP P KK SR SS
1 Orang tua selalu mengingatkan untuk menjalankan ajaran agama
- - 2
(5.56%) 8
(22.22)% 26
(72.22%) 36
(100%)
2 Orang tua jarang beribadah 24 (66.67%)
3 (8.33%)
4 (11.11%)
1 (2.78%)
4 (11.11%)
36 (100%)
3 Orang tua mengajarkan beribadah sejak kecil
2 (5.56%)
8 (22.22%)
15 (41.66%)
5 (13.88%)
6 (16.67%)
36 (100%)
4 Orang tua tidak masalah dengan pakaian kami yang terbuka
2 (5.56%)
4 (11.11%)
9 (25%)
10 (27.77%)
11 (30.45%)
36 (100%)
5 Keluarga berdiskusi tentang masalah-masalah agama
- 2
(5.56%) 5
(13.88%) 23
(63.88%) 6
(16.67%) 36
(100%)
6 Kami termasuk keluarga yang aktif dalam kegiatan keagamaan
2 (5.56%)
3 (8.33%)
7 (19.44%)
6 (16.66%)
18 (50%)
36 (100%)
Sumber : Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas, menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni orang tua selalu mengingatkan untuk
menjalankan ajaran agama tidak ada responden yang
mengatakan tidak pernah diingatkan oleh orang tua, kemudian
tidak ada responden juga yang mengatakan pernah diingatkan
oleh orang tuanya,sedangkan 5.56% responden mengatakan
kadang-kadang diingatkan oleh orang tua,serta ada 22.22%
responden yang mengatakan sering diingatkan oleh orang
tua,dan 72.22% responden yang mengatakan sering sekali
diingatkan oleh orang tua untuk menjalankan ajaran agama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keharmonisan
67
keluarga terkait dengan kebiasaan orang tua yang selalu
mengingatkan untuk menjalankan ajaran agama sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni orang tua jarang
beribadah ada 66.67% responden yang mengatakan tidak
pernah melihat orang tuanya jarang beribadah,kemudian ada
8.33% responden mengatakan pernah melihat orang tuanya
jarang beribadah,ada pula 11.11% responden yang
mengatakan kadang-kadang melihat orang tuanya jarang
beribadah, serta 2.78% responden yang mengatakan sering
melihat orang tuanya jarang beribadah. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa orang
tua jarang beribadah sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni orang tua mengajarkan
beribadah sejak kecil ada 5.56% responden yang mengatakan
bahwa tidak pernah orang tua mengajarkan beribadah sejak
kecil,kemudian ada 22.22% Responden yang mengatakan
bahwa pernah orang tua mengajarkan beribadah sejak
kecil,ada pula 41.66% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang orang tua mengajarkan beribadah, serta ada 13.88%
responden mengatakan bahwa sering orang tua mengajarkan
68
beribadah, dan 16.67% Responden mengatakan bahwa selalu
orang tua mengajarkan beribadah. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa orang
tua mengajarkan beribadah sejak kecil sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keempat yakni orang tua tidak masalah
dengan pakaian kami yang terbuka ada 5.56% responden yang
mengatakan bahwa Tidak Pernah, 11.11% responden yang
mengatakan bahwa pernah, 25% responden yang mengatakan
kadang-kadang, 27.77% Responden yang mengatakan
sering,dan 30.45% responden yang mengatakan bahwa selalu
Orang tua tidak masalah dengan pakaian kami yang terbuka .
Dengan demikian keharmonisan keluarga terkait dengan
pernyataan bahwa orang tua tidak masalah dengan pakaian
kami yang terbuka sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
Pada Pernyataan kelima yakni Keluarga berdiskusi
tentang masalah-masalah agama tidak ada responden yang
mengatakan bahwa keluarga tidak pernah berdiskusi tentang
masalah-masalah agama, 5.56% responden yang mengatakan
bahwa pernah, 13.88% responden yang mengatakan kadang-
kadang,serta 63.88% responden yang mengatakan sering ,dan
69
16.67% responden mengatakan bahwa selalu keluarga
berdiskusi tentang masalah-masalah agama. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa
Keluarga berdiskusi tentang masalah-masalah agama sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keenam yakni kami termasuk keluarga
yang aktif dalam kegiatan keagamaan ada 5.56% responden
yang mengatakan bahwa tidak pernah keluarga aktif dalam
keagamaan, 8.33% Responden mengatakan bahwa pernah
keluarga aktif dalam keagamaan, 19.44% responden yang
mengatakan bahwa kadang-kadang keluarga aktif dalam
kegiatan keagamaan,serta 16.66% responden yang
mengatakan bahwa keluaraga sering aktif dalam kegiatan
keagamaan,dan 50% responden mengatakan bahwa selalu
keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa kami
termasuk keluarga yang aktif dalam kegiatan keagamaan
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar orang
tua responden selalu aktif dalam kegiatan keagamaan.
70
2) Mempunyai waktu bersama keluarga
Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu
untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul,
makan bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan
masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini
anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh
orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah. Untuk
mengetahui keluarga yang harmonis terkait dalam hal waktu
bersama keluarga maka dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Presentase Pernyataan Indikator 2
Mempunyai Waktu Bersama Keluarga
Sumber : Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni orang tua menyediakan waktu berkumpul
bersama anak-anaknya walaupun sedang sibuk ada 8.33%
responden yang mengatakan bahwa tidak pernah, 13.88%
responden mengatakan bahwa pernah, 30.55% responden
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Orang tua menyediakan waktu berkumpul bersama anak-anaknya walaupun sedang sibuk
3 (8.33%)
5 (13.88%)
11 (30.55%)
10 (27.77%)
7 (19.44%)
36 (100%)
2 Orang tua sibuk sehingga jarang berkumpul bersama
14 (38.8%)
12 (33.33%)
8 (22.22%)
- 2
(5.56%) 36
(100%)
71
mengatakan bahwa kadang-kadang,serta 27.77% responden
mengatakan bahwa sering,dan 19.44% responden mengatakan
bahwa selalu orang tua menyediakan waktu berkumpul
bersama anak-anaknya walaupun sedang sibuk. Dengan
demikian keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan
bahwa Orang tua menyediakan waktu berkumpul bersama
anak-anaknya walaupun sedang sibuk sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Sedangkan pada pernyataan yang ke dua yakni orang
tua sibuk sehingga jarang berkumpul bersama ada 38.8%
responden mengatakan bahwa Tidak pernah, 33.33%
responden mengatakan bahwa pernah, 22.22% responden
mengatakan bahwa kadang-kadang,serta tidak ada responden
yang mengatakan sering dan ada 5.56% responden yang
mengatakan bahwa selalu orang tua sibuk sehingga jarang
berkumpul bersama. Dengan demikian keharmonisan keluarga
terkait dengan pernyataan bahwa orang tua sibuk sehingga
jarang berkumpul bersama sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar sosiologi.
3) Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya
keharmonisan dalam keluarga. Meichati (dalam Murni, 2004)
72
mengatakan bahwa remaja akan merasa aman apabila
orangtuanya tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan
memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak, komunikasi
yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu remaja
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar
rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan
ayah juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih
leluasa dan terbuka dalam menyampaikan semua
permasalahannya. Untuk mengetahui keluarga yang harmonis
terkait dalam komunikasi yang baik antar anggota keluarga
maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Presentase Pernyataan Indikator 3 Mempunyai Komunikasi Yang Baik antara Anggota Keluarga
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Sayamenceritakan masalah
kepada orang tua 8
(22.22%) 2
(5.56%) 15
(41.66%) 5
(13.88%) 6
(16.67%)
36 (100%)
2 Saya dan saudara bertukar
pikiran dalam setiap
masalah
5 (13.88)%
8 (22.22%)
9 (25%)
5 (13.88%)
9 (25%)
36 (100%)
3 Orang tua terbuka kepada
anak-anaknya 3
(8.33%) -
12 (33.66%)
4 (11.11%)
17 (47.2%)
36 (100%)
4 Orang tua mengajak kami
untuk berdiskusi 6
(16.67%) 5
(13.88%) 9
(25%) 3
(8.33%) 4
(11.11%)
36 (100%)
Sumber : Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni saya menceritakan masalah kepada orang tua
73
ada 22.22% responden yang mengatakan bahwa tidak pernah,
5.56% responden mengatakan bahwa pernah, 41.66%
responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta 13.88%
responden mengatakan bahwa sering dan 16.67% responden
mengatakan bahwa saya selalu menceritakan masalah kepada
orang tua. Dengan demikian keharmonisan keluarga terkait
dengan pernyataan bahwa saya menceritakan masalah kepada
orang tua sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni Saya dan saudara
bertukar pikiran dalam setiap masalah ada 13.88% responden
yang mengatakan bahwa tidak pernah, 22.22% responden
mengatakan bahwa pernah, 25% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 13.88% responden mengatakan
bahwa sering,dan 25% responden mengatakan bahwa Saya
dan saudara selalu bertukar pikiran dalam setiap masalah.
Dengan demikian keharmonisan keluarga terkait dengan
pernyataan bahwa Saya dan saudara bertukar pikiran dalam
setiap masalah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni orang tua terbuka kepada
anak-anaknya ada 8.33% responden yang mengatakan bahwa
74
tidak pernah, serta tidak ada responden mengatakan bahwa
pernah, 33.66% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang, serta 11.11% responden mengatakan bahwa
sering,dan 47.2% responden mengatakan bahwa selalu orang
tua terbuka kepada anak-anaknya. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa orang
tua terbuka kepada anak-anaknya sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keempat yakni Orang tua mengajak
kami untuk berdiskusi ada 16.67% responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, serta 13.88% responden
mengatakan bahwa pernah, 25% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 8.33% responden mengatakan
bahwa sering,dan 11.11% responden mengatakan bahwa
selalu orang tua mengajak kami untuk berdiskusi. Dengan
demikian keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan
bahwa Orang tua mengajak kami untuk berdiskusi sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
4) Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa
keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan
tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan
75
yang terjadi dan mengajarkan ketrampilan berinteraksi sedini
mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas. Untuk
mengetahui keluarga yang harmonis terkait Saling menghargai
antar sesama anggota keluarga maka dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Presentase Pernyataan Indikator 4
Saling Menghargai dan Saling Pengertian Antar Keluarga
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Kedua orang tua saya saling terbuka dalam segala hal
2 (5.56%)
2 (5.56%)
10 (27.77%)
11 (30.56%)
11 (30.56%)
36 (100%)
2 Saya dan saudara saling menghargai.
- 2
(5.56%) 9
(25%) 8
(22.22%) 17
(47.22%) 36
(100%)
3 Saya menghargai orangtua walaupun mereka berbeda pendapat
- - 2
(5.56%) 10
(27.77%) 24
(66.67%) 36
(100%)
4 Orangtua merasa benar dengan semua pendapatnya.
7 (19.44%)
9 (25%)
9 (25%)
6 (16.66%)
5 (13.88%)
36 (100%)
5 Saya menuruti kata-kata orangtua
- 2
(5.56%) 5
(13.88%) 4
(11.11%) 25
(69.44%) 36
(100%)
6 Orangtua menghargai pendapat anak-anaknya
10 (27.77%)
6 (16.67%)
15 (41.67%)
4 (11.11%)
1 (2.78%)
36 (100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni Kedua orang tua saya saling terbuka dalam
segala hal ada 5.56% responden yang mengatakan bahwa
tidak pernah, 5.56% responden mengatakan bahwa pernah,
27.77% responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta
30.56% responden mengatakan bahwa sering dan 30.56%
responden mengatakan bahwa selalu Kedua orang tua saya
76
saling terbuka dalam segala hal. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa
Kedua orang tua saya saling terbuka dalam segala hal sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni Saya dan saudara saling
menghargai tidak ada responden yang mengatakan bahwa
tidak pernah, 5.56% responden mengatakan bahwa pernah,
25% responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta
22.22% responden mengatakan bahwa sering dan 47.22%
responden mengatakan bahwa selalu Saya dan dan saudara
saling menghargai. Dengan demikian keharmonisan keluarga
terkait dengan pernyataan bahwa Saya dan saudara saling
menghargai sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni Saya menghargai orang
tua walaupun mereka berbeda pendapat tidak ada responden
yang mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada responden
mengatakan bahwa pernah, 5.56% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 27.77% responden mengatakan
bahwa sering,dan 66.67% responden mengatakan bahwa Saya
selalu menghargai orang tua walaupun mereka berbeda
pendapat. Dengan demikian keharmonisan keluarga terkait
77
dengan pernyataan bahwa Saya menghargai orang tua
walaupun mereka berbeda pendapat. sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keempat yakni orang tua merasa benar
dengan semua pendapatnya ada 19.44% responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, serta ada 25% responden
mengatakan bahwa pernah, 25% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 16.66% responden mengatakan
bahwa sering dan 13.88% responden mengatakan bahwa
selalu orang tua merasa benar dengan semua pendapatnya.
Dengan demikian keharmonisan keluarga terkait dengan
pernyataan bahwa orang tua merasa benar dengan semua
pendapatnya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan kelima yakni Saya menuruti kata-kata
orangtua tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak
pernah, serta ada 5.56% responden mengatakan bahwa
pernah, 16.67% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang,serta 11.11% responden mengatakan bahwa sering,dan
69.44% responden mengatakan bahwa selalu orang tua merasa
benar dengan semua pendapatnya. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa Saya
78
menuruti kata-kata orangtua sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keenam yakni Orangtua menghargai
pendapat anak-anaknya ada 27.77% responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, serta ada 16.67% responden
mengatakan bahwa pernah, 41.67% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 11.11% responden mengatakan
bahwa sering dan 27.8% responden mengatakan bahwa selalu
orangtua menghargai pendapat anak-anaknya. Dengan
demikian keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan
bahwa Orangtua menghargai pendapat anak-anaknya sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
5) Kualitas dan kuantitas konflik yang minim
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan
kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga
tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap
anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah dengan
kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap
permasalahan.
79
Tabel 4.7 Presentase Pernyataan Indikator 5
Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Ibu sabar menghadapi masalah.
3 (8.33%)
- 8
(22.22%) 6
(16.66%) 19
(52.78%) 36
(100%)
2 Ibu marah jika saya terlambat pulang sekolah.
- 2
(5.56%) 5
(13.88%) 11
(30.56%) 18
(50%) 36
(100%)
3 Ayah terlihat tenang dalam menghadapi masalah
8 (22.22%)
6 (16.66%)
8 (22.22%)
9 (25%)
5 (13.88%)
36 (100%)
4 Saya melihat dan mendengar ayah dan ibu bertengkar..
23 (63.89%)
6 (16.66%)
7 (19.44%)
- - 36
(100%)
5 Hubungan kedua orangtua tidak harmonis
21 (58.33%)
6 (16.66%)
5 (13.88%)
2 (5.56%)
2 (5.56%)
36 (100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni Ibu sabar menghadapi masalah ada 8.33%
responden yang mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada
responden mengatakan bahwa pernah, 22.22% responden
mengatakan bahwa kadang-kadang,serta 16.66% responden
mengatakan bahwa sering,dan 52.78% responden mengatakan
bahwa Ibu selalu sabar menghadapi masalah Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa Ibu
selalu sabar menghadapi masalah berpengaruh terhadap
prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni Ibu marah jika saya
terlambat pulang sekolah tidak ada responden yang
80
mengatakan bahwa tidak pernah, 5.56% responden
mengatakan bahwa pernah, 13.88% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta 30.56% responden mengatakan
bahwa sering,dan 50% responden mengatakan bahwa selalu
Ibu marah jika saya terlambat pulang sekolah. Dengan demikian
keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan bahwa Ibu
marah jika saya terlambat pulang sekolah sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni ayah terlihat tenang
menghadapi masalah ada 22.22% responden yang mengatakan
bahwa tidak pernah, ada 16.66% responden mengatakan
bahwa pernah, 22.22% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang,serta 25% responden mengatakan bahwa sering,dan
13.88% responden mengatakan bahwa selalu ayah terlihat
tenang menghadapi masalah. Dengan demikian keharmonisan
keluarga terkait dengan pernyataan bahwa ayah terlihat tenang
menghadapi masalah sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
Pada pernyataan keempat yakni saya melihat dan
mendengar ayah dan ibu bertengkar ada 63.89% responden
yang mengatakan bahwa tidak pernah, serta ada 16.66%
responden mengatakan bahwa pernah, 19.44% responden
81
mengatakan bahwa kadang-kadang,serta tidak ada responden
mengatakan bahwa sering, dan tidak ada responden
mengatakan bahwa selalu saya melihat dan mendengar ayah
dan ibu bertengkar. Dengan demikian keharmonisan keluarga
terkait dengan pernyataan bahwa saya melihat dan mendengar
ayah dan ibu bertengkar sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
Pada pernyataan kelima yakni Hubungan kedua orang
tua tidak harmonis ada 58.33% responden yang mengatakan
bahwa tidak pernah, serta ada 16.66% responden mengatakan
bahwa pernah, 13.88% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang,serta 5.56% responden mengatakan bahwa sering,dan
5.56% responden mengatakan bahwa selalu Hubungan kedua
orangtua tidak harmonis. Dengan demikian keharmonisan
keluarga terkait dengan pernyataan bahwa Hubungan kedua
orang tua tidak harmonis sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
6) Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota
keluarga
Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga
menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam
suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar
82
anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa
kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota
keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya kebersamaan,
komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling
menghargai.
Tabel 4.8 Presentase Pernyataan Indikator 6 Adanya hubungan ikatan yang erat
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Saya merasa dekat dengan orang tua.
- 3
(8.33%) 4
(11.11%) 8
(22.22%) 21
(58.33%) 36
(100%)
2 Orang tua kaku sehingga saya tidak dekat
17 (47.22%)
11 (30.56%)
5 (13.88%)
3 (8.33%)
- 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni saya merasa dekat dengan orang tua ,tidak ada
responden yang mengatakan bahwa tidak pernah, ada 8.33%
responden mengatakan bahwa pernah, 11.11% responden
mengatakan bahwa kadang-kadang,serta 22.22% responden
mengatakan bahwa sering,dan 58.33% responden mengatakan
bahwa selalu saya merasa dekat dengan orang tua. Dengan
demikian keharmonisan keluarga terkait dengan pernyataan
bahwa saya merasa dekat dengan orang tua berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
83
Pada pernyataan kedua yakni Orang tua kaku sehingga
saya tidak dekat ada 47.22% responden yang mengatakan
bahwa tidak pernah, ada 30.56% responden mengatakan
bahwa pernah, 13.88% responden mengatakan bahwa kadang-
kadang, serta 8.33% responden mengatakan bahwa sering,dan
tidak ada responden mengatakan bahwa selalu orang tua kaku
sehingga saya tidak dekat. Dengan demikian keharmonisan
keluarga terkait dengan pernyataan bahwa Ibu marah jika saya
terlambat pulang sekolah sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang
secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang
ketat,seperti harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut
pendidikan Formal. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan
yang sengaja didirikan atau dibangun Khusus untuk tempat
pendidikan.maka sekolah merupakan tempat pendidikan kedua, setelah
keluarga yang memiliki fungsi sebagai kelanjutan pendidikan dalam
lingkungan keluarga dengan guru sebagai pendidiknya.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan oleh petugas
khusus yakni guru dengan mempergunakan cara-cara tertentu menurut
norma yang berlaku untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendiddikan di
84
sekolah merupakan proses pembelajaran yang rangkaikan dengan
kegiatan yang memungkinkan perubahan struktur atau pola tingkah laku
seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan yang
selaras, seimbang dan bersama-sama terut serta meningkatkan
Kesejahteraan sosial.
Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah
jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di
dalam ruang yang kita tempati.”
Sekolah memiliki dua pengertian.pertama,Lingkungan fisik
dengan berbagai perlengkapan yang merupakan tempat
penyelenggaraan proses pendidikan untuk usia dan kriteria tertentu.
Kedua, Proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Syamsu Yusuf
(2001:54) menyatakan sebagai berikut.
“Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial”.
Berdasarkan definisi tentang lingkungan sekolah tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah jumlah semua
benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya dimana
kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan
85
dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan
pembelajaran berbagai bidang studi. Dengan demikian maka perlu
diperhatikan beberapa faktor-faktor lingkungan sekolah yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa khususnya pelajaran
sosiologi antara lain:
1) Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode
mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik
itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan
kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan
atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga
siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar. Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah terkait dalam
metode mengajar maka dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
86
Tabel 4.9 Presentase Pernyataan Indikator 1
Metode Mengajar
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajarn mata pelajaran sosiologi.
- 2
(5.56%) 10
(27.78%) 11
(30.56%) 13
(36,11%)
36
(100%)
2 Guru membentuk kelompok diskusi kecil untuk membahas materi dalam mata pelajaran sosiologi.
5 (13.88%)
3 (8.33%)
7 (19.44%)
9 (25%)
11 (30.56%)
36
(100%)
3 Guru menggunakan media yang baik dan lengkap sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik
- 9
(25%) 5
(13.88%) 9
(25%) 13
(36.11%)
36
(100%)
4 Jika guru berhalangan hadir dalam pembelajaran,saya membaca buku pelajaran meskipun tidak diperintah oleh guru
- - 3
(8.33%) 9
(25%) 24
(66.67%) 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni Guru menggunakan metode yang bervariasi
dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran sosiologi
tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak pernah,
ada (5.56%) responden mengatakan bahwa pernah, (27.78%)
responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta (30.56%)
responden mengatakan bahwa sering,dan (36,11%) responden
mengatakan bahwa selalu guru menggunakan metode yang
bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran
sosiologi Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan
87
pernyataan bahwa guru menggunakan metode yang bervariasi
dalam melaksanakan pembelajarn mata pelajaran sosiologi
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni guru membentuk kelompok
diskusi kecil untuk membahas materi dalam mata pelajaran
sosiologi ada (13.88%) responden yang mengatakan bahwa tidak
pernah, (8.33%) responden mengatakan bahwa pernah, (19.44%)
responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta (25%)
responden mengatakan bahwa sering,dan (30.56%) responden
mengatakan bahwa selalu guru membentuk kelompok diskusi
kecil untuk membahas materi dalam mata pelajaran sosiologi.
Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan pernyataan
bahwa guru membentuk kelompok diskusi kecil untuk
membahas materi dalam mata pelajaran sosiologi sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni guru menggunakan media
yang baik dan lengkap sehingga siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik tidak ada responden yang mengatakan
bahwa tidak pernah, ada (25%) responden mengatakan bahwa
pernah, (13.88%) responden mengatakan bahwa kadang-
kadang,serta (25%) responden mengatakan bahwa sering,dan
(36.11%) responden mengatakan bahwa selalu guru
88
menggunakan media yang baik dan lengkap sehingga siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik. Dengan demikian
lingkungan sekolah terkait dengan pernyataan bahwa guru
menggunakan media yang baik dan lengkap sehingga siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan keempat yakni Jika guru berhalangan
hadir dalam pembelajaran,saya membaca buku pelajaran
meskipun tidak diperintah oleh guru, tidak ada responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, juga tidak ada responden
mengatakan bahwa pernah, (8.33%) responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta ada (25%) responden mengatakan
bahwa sering, dan ada (66.67%) responden mengatakan
bahwa selalu Jika guru berhalangan hadir dalam
pembelajaran,saya membaca buku pelajaran meskipun tidak
diperintah oleh guru. Dengan demikian lingkungan sekolah
terkait dengan pernyataan bahwa Jika guru berhalangan hadir
dalam pembelajaran,saya membaca buku pelajaran meskipun
tidak diperintah oleh guru sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
89
2) Kurikulum
Diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran
itu mempengaruhi belajar siswa. Begitu pula mengenai
pengaturan waktu sekolah dan standar pelajaran yang harus
ditetapkan secara jelas dan tepat.
Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari,
sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana
siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga
mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan
sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih
segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah
pada waktu kondisi badannya sudah lelah / lemah, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima
pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar
berkonsentrasi dan perpikir pada kondisi badan yang lemah
tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi
pengaruh yang positif terhadap belajar. Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah terkait dalam
kurikulum maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
90
Tabel 4.10 Presentase Pernyataan Indikator 2
Kurikulum
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Guru menggunakan buku
paket dan LKS sosiologi
dalam mengajar mata
pelajaran sosiologi
- - 3
(8.33%) 9
(25%) 24
(66.67%)
36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel diatas menjelaskan yakni guru menggunakan
buku paket dan LKS sosiologi dalam mengajar mata pelajaran
sosiologi tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak
pernah, juga tidak ada responden mengatakan bahwa pernah,
(8.33%) responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta
ada 25% responden mengatakan bahwa sering, dan ada
(66.67%) responden mengatakan bahwa selalu guru
menggunakan buku paket dan LKS sosiologi dalam mengajar
mata pelajaran sosiologi. Dengan demikian lingkungan sekolah
terkait dengan pernyataan bahwa guru menggunakan buku
paket dan LKS sosiologi dalam mengajar mata pelajaran
sosiologi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang
memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak
91
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam
proses belajar-mengajar. Sebab seluruh proses, aktivitas
orientasi serta relasi-relasi lain yang terjalin untuk
menyelenggarakan pendidikan selalu melibatkan keberadaan
pendidik dan peserta didik sebagai aktor pelaksana.
Selain itu proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi
yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga
dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi
guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya,
juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya
sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal
tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci
gurunya.Maka, ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah
terkait relasi guru dengan siswa maka dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
92
Tabel 4.11 Presentase Pernyataan Indikator 3
Metode Mengajar
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Saya memahami materi yang disampaikan guru dalam mata pelajaran sosiologi.
5 (13.88%)
2 (5.56%)
16 (44.44%)
7 (19.44%)
6 (16.66%)
36 (100%)
2 Jika guru memberikan pertanyaan, saya berusaha menjawab sendiri apa yang ditanyakan oleh guru sosiologi.
- 3
(8.33%) 4
(11.11%) 11
(30.56%) 18
(50%) 36
(100%)
3 Saya bertanya jika belum memahami materi tentang sosiologi
- - - 6
(16.66%) 30
(83.33%) 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni saya memahami materi yang disampaikan guru
dalam mata pelajaran sosiologi, ada (13.88%) responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, ada (5.56%) responden
mengatakan bahwa pernah, (44.44%) responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta (19.44%) responden mengatakan
bahwa sering,dan (16.66%) responden mengatakan bahwa
sering sekali saya memahami materi yang disampaikan guru
dalam mata pelajaran sosiologi. Dengan demikian lingkungan
sekolah terkait dengan pernyataan bahwa saya memahami
materi yang disampaikan guru dalam mata pelajaran sosiologi
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
93
Pada pernyataan kedua yakni Jika guru memberikan
pertanyaan, saya berusaha menjawab sendiri apa yang
ditanyakan oleh guru sosiologi, tidak ada responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, (8.33%) responden
mengatakan bahwa pernah, (11.11%) responden mengatakan
bahwa kadang-kadang,serta (30.56%) responden mengatakan
bahwa sering,dan 50% responden mengatakan bahwa Sering
sekali Jika guru memberikan pertanyaan, saya berusaha
menjawab sendiri apa yang ditanyakan oleh guru sosiologi..
Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan pernyataan
bahwa Jika guru memberikan pertanyaan, saya berusaha
menjawab sendiri apa yang ditanyakan oleh guru
sosiologi.sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni Saya bertanya jika belum
memahami materi tentang sosiologi tidak ada responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada responden
mengatakan bahwa pernah, tidak ada responden mengatakan
bahwa kadang-kadang, serta (16.66%) responden mengatakan
bahwa sering,dan (83.33%) responden mengatakan bahwa
sering sekali Saya bertanya jika belum memahami materi
tentang sosiologi. Dengan demikian lingkungan sekolah terkait
94
dengan pernyataan bahwa Saya bertanya jika belum
memahami materi tentang sosiologi sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan
diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya
dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi
malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak
karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang
menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi,
segeralah siswa diberi layanan bimbingan dan penyuluhan agar
ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah
terkait relasi guru dengan siswa maka dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
95
Tabel 4.12 Presentase Pernyataan Indikator 4
Relasi Siswa dengan Siswa
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Ketika membahas soal atau masalah secara kelompok,saya ikut aktif berdiskusi bersama teman-teman yang lain dalam memecahkan soal atau masalah tersebut
- - 1
(2.78%) 4
(11.11%) 31
(86.11%) 36
(100%)
2 Saya mengadakan diskusi kecil dengan teman setelah mengikuti mata pelajaran sosiologi
- - - 14
(38.89%) 25
(69.44%) 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni ketika membahas soal atau masalah secara
kelompok,saya ikut aktif berdiskusi bersama teman-teman yang
lain dalam memecahkan soal atau masalah tersebut tidak ada
responden yang mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada
responden mengatakan bahwa pernah, 2.78% responden
mengatakan bahwa kadang-kadang, serta 11.11% responden
mengatakan bahwa sering, dan 86.11% responden mengatakan
bahwa sering sekali Ketika membahas soal atau masalah
secara kelompok,saya ikut aktif berdiskusi bersama teman-
teman yang lain dalam memecahkan soal atau masalah
tersebut .Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan
pernyataan bahwa Ketika membahas soal atau masalah secara
96
kelompok,saya ikut aktif berdiskusi bersama teman-teman yang
lain dalam memecahkan soal atau masalah tersebut
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni saya mengadakan diskusi
kecil dengan teman setelah mengikuti mata pelajaran sosiologi
tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak pernah,
tidak ada responden mengatakan bahwa pernah, tidak ada
responden mengatakan bahwa kadang-kadang,serta 38.89%
responden mengatakan bahwa sering,dan 69.44% responden
mengatakan bahwa Sering sekali guru membentuk kelompok
diskusi kecil untuk membahas materi dalam mata pelajaran
sosiologi. Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan
pernyataan bahwa Saya mengadakan diskusi kecil dengan
teman setelah mengikuti mata pelajaran sosiologi sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan
sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala
97
Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,
dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan
diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf
yang lain disiplin juga. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh lingkungan sekolah terkait disiplin sekolah maka
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13 Presentase Pernyataan Indikator 5
Disiplin sekolah
No Pernyataan Persentase N
TP P KK SR SL
1 Guru hadir setiap pertemuan mata pelajaran sosiologi
- - 4
(11.11%) 7
(19.44%) 25
(69.44%) 36
(100%)
2 Saya tepat waktu dalam mengikuti pelajaran sosiologi
- - 6
(16.66%) 7
(19.44%) 23
(63.89%) 36
(100%)
3 Saya tepat waktu dalam mengumpulkan tugas pada mata pelajaran sosiologi
- - 2
(5.56%) 3
(8.33%) 31
(86.11%) 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni guru hadir setiap pertemuan mata pelajaran,
tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak pernah,
tidak ada responden mengatakan bahwa pernah, ada 11.11%
responden mengatakan bahwa kadang-kadang, serta ada
19.44% responden mengatakan bahwa sering, dan 69.44%
responden mengatakan bahwa sering sekali guru hadir setiap
98
pertemuan mata pelajaran. Dengan demikian lingkungan
sekolah terkait dengan pernyataan bahwa guru hadir setiap
pertemuan mata pelajaran berpengaruh terhadap prestasi
belajar sosiologi.
Pada pernyataan kedua yakni Saya tepat waktu dalam
mengikuti pelajaran sosiologi, tidak ada responden yang
mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada responden
mengatakan bahwa pernah, 16.66% responden mengatakan
bahwa kadang-kadang, serta 19.44% responden mengatakan
bahwa sering,dan 63.89% responden mengatakan bahwa
Sering sekali Saya tepat waktu dalam mengikuti pelajaran
sosiologi. Dengan demikian lingkungan sekolah terkait dengan
pernyataan bahwa Saya tepat waktu dalam mengikuti pelajaran
sosiologi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
sosiologi.
Pada pernyataan ketiga yakni Saya tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas pada mata pelajaran sosiologi, tidak ada
responden yang mengatakan bahwa tidak pernah, tidak ada
responden mengatakan bahwa pernah, ada 5.56% responden
mengatakan bahwa kadang-kadang, serta 8.33% responden
mengatakan bahwa sering dan 86.11% responden mengatakan
bahwa Saya tepat waktu dalam mengumpulkan tugas pada
99
mata pelajaran sosiologi. Dengan demikian lingkungan sekolah
terkait dengan pernyataan bahwa Saya tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas pada mata pelajaran sosiologi sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar sosiologi.
6) Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan
lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntutan yang
masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu
lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti
buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media
lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam
jumlah maupun kualitasnya. Mengusahakan alat pelajaran yang
baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar
dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan
baik serta dapat belajar dengan baik pula. Fasilitas-fasilitas
100
olahraga juga diperlukan untuk menampung bakat siswa, ruang
UKS, koperasi sekolah, kantin, tempat parkir, mushola, kamar
mandi / WC, dan lain-lain. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh lingkungan sekolah terkait disiplin sekolah maka
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Presentase Pernyataan Indikator 6
Fasilitas Sekolah
No Pernyataan Persentase
N TP P KK SR SL
1 Guru menggunakan buku paket dan LKS sosiologi dalam mengajar mata pelajaran sosiologi
- 1
(2.78%) 4
(11.11%) 14
(38.89%) 17
(47.22%) 36
(100%)
Sumber: Pengolahan Data Angket
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa pada pernyataan
pertama yakni Suasana kelas bersih dan rapi sehingga saya
dapat berkonsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran sosiologi,
tidak ada responden yang mengatakan bahwa tidak pernah,
ada 2.78% responden mengatakan bahwa pernah, ada 11.11%
responden mengatakan bahwa kadang-kadang, serta ada
38.89% responden mengatakan bahwa sering, dan 47.22%
responden mengatakan bahwa sering sekali Suasana kelas
bersih dan rapi sehingga saya dapat berkonsentrasi dalam
mengikuti mata pelajaran sosiologi. Dengan demikian
lingkungan sekolah terkait dengan pernyataan bahwa Suasana
101
kelas bersih dan rapi sehingga saya dapat berkonsentrasi
dalam mengikuti mata pelajaran sosiologi berpengaruh
terhadap prestasi belajar sosiologi.
2. Uji Kualitas Data
Model pengujian untung mengukur validitas dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan korelasi item-total dikoreksi (corrected
item-total correlation) untuk menguji validitas internal setiap item
pernyataan kuesioner yang disusun dalam bentuk skala. Untuk
menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka para
ahli menetapkan patokan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi
sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah
ítem. Artinya, sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30
mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai
(Kusnendi, 2008:96).
102
a. Variabel Keharmonisan Keluarga (X1)
Tabel 4.15
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KK1 153.3889 114.016 .350 .806
KK2 154.3889 112.587 .270 .808
KK3 154.4444 112.654 .275 .808
KK4 154.2222 107.092 .514 .798
KK5 153.5556 111.740 .415 .804
KK6 153.7778 107.378 .579 .797
KK7 154.4722 117.056 .054 .815
KK8 154.3889 118.073 .014 .815
KK9 154.6667 112.914 .288 .807
KK10 154.2222 114.463 .237 .809
KK11 153.3611 114.809 .225 .809
KK12 154.6389 113.609 .261 .808
KK13 154.7222 105.863 .424 .802
KK14 154.0000 105.371 .542 .797
KK15 153.7222 112.206 .372 .805
KK16 153.7778 111.206 .363 .805
KK17 154.3611 118.752 -.037 .818
KK18 154.1111 115.873 .306 .808
KK19 154.5556 115.454 .223 .809
KK20 154.2500 116.193 .178 .810
KK21 154.3889 108.187 .573 .798
KK22 153.6389 109.666 .475 .801
KK23 154.1111 107.873 .381 .804
103
KK24 153.4444 115.111 .254 .809
KK25 153.5556 111.454 .496 .802
KK26 153.9444 112.683 .294 .807
KK27 154.2222 114.406 .240 .809
KK28 154.5278 116.542 .104 .813
KK29 154.0556 117.540 .068 .813
KK30 154.1667 112.829 .508 .803
KK31 153.8333 111.971 .364 .805
KK32 153.9167 113.793 .363 .806
KK33 154.0278 112.542 .341 .806
KK34 154.2222 123.892 -.363 .825
KK35 153.6389 110.923 .422 .803
KK36 153.5278 114.713 .221 .809
KK37 154.4167 113.507 .386 .805
KK38 154.5833 120.079 -.123 .818
KK39 154.5556 114.540 .232 .809
KK40 154.3611 117.323 .053 .814
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel hasil olah data di atas, diketahui bahwa 14
dari 40 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel
keharmonisan keluarga (KK) dinyatakan tidak valid. KK8, KK10, KK11,
KK17, KK19, KK20, KK27, KK28, KK29, KK34, KK36, KK38, KK39, dan
KK40 dinyatakan tidak valid karena berada di bawah batas minimal
validitas sebuah item pernyataan dalam penelitian ini. Dimana besaran
nilai corrected item-total correlation item pernyataan tersebut berada di
bawah atau lebih kecil dari 0.25, 0.30 (corrected item-total correlation <
0.25, 0.30). Sedangkan 26 pernyataan lainnya dinyatakan valid dengan
104
nilai corrected item-total correlation lebih besar dari > 0.25, 0.30
(corrected item-total correlation > 0.25, 0.30).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.812 40
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2009). Berdasarkan tabel
reliability statistics di atas, kuesioner penelitian yang digunakan untuk
mengukur variabel keharmonisan keluarga (X1) dikatakan reliabel atau
handal karena Cronbach Alpha yang diperoleh adalah sebesar 0.812
yang berarti lebih besar dari 0.60 (0.812 > 0.60).
b. Variabel Lingkungan Sekolah (X2)
Tabel 4.16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
LS1 80.4167 30.479 .437 .674
LS2 80.3056 31.133 .372 .681
LS3 80.4444 30.997 .394 .679
LS4 80.1667 30.657 .634 .661
LS5 80.4722 36.371 -.114 .727
LS6 79.8056 33.190 .306 .690
LS7 80.7500 34.079 .106 .710
LS8 80.7222 33.921 .146 .704
105
LS9 80.1667 31.286 .344 .685
LS10 79.5556 33.854 .433 .688
LS11 79.6667 34.229 .276 .694
LS12 79.5556 33.397 .446 .685
LS13 79.7778 34.178 .256 .695
LS14 79.8056 32.104 .423 .680
LS15 79.9167 31.107 .486 .672
LS16 79.6111 32.587 .490 .679
LS17 80.5278 35.228 -.002 .719
LS18 80.4444 34.597 .018 .725
LS19 81.1944 32.847 .186 .704
LS20 80.0833 31.907 .380 .682
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel hasil olah data di atas, diketahui bahwa 6 dari
20 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel
lingkungan sekolah (LS) dinyatakan tidak valid. LS5, LS7, LS8, LS17,
LS18 dan LS19 dinyatakan tidak valid karena berada di bawah batas
minimal validitas sebuah item pernyataan dalam penelitian ini. Dimana
besaran nilai corrected item-total correlation item pernyataan tersebut
berada di bawah atau lebih kecil dari 0.25, 0.30 (corrected item-total
correlation < 0.25, 0.30). Sedangkan 14 pernyataan lainnya dinyatakan
valid dengan nilai corrected item-total correlation lebih besar dari > 0.25,
0.30 (corrected item-total correlation > 0.25, 0.30).
106
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.703 20
Berdasarkan tabel reliability statistics di atas, kuesioner penelitian
yang digunakan untuk mengukur variabel lingkungan sekolah (X2)
dikatakan reliabel atau handal karena Cronbach Alpha yang diperoleh
adalah sebesar 0.703 yang berarti lebih besar dari 0.60 (0.703 > 0.60).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas
Uji normalitas model dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot (Ghozali, 2009).
107
Berdasarkan grafik normal P-P Plot hasil olah data, maka model
regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dilihat dari
data yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal.
b. Uji multikolinearitas
Jika nilai tolerance value dibawah 0.10 atau variance inflation
factor diatas 10 maka terjadi multikolinearitas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Berdasarkan tabel coefficients (lihat lampiran 3), model regresi dalam
penelitian ini cukup baik dengan nilai tolerance value sebesar 0.990
yang berarti berada di atas 0.10 atau nilai variance inflation factor
sebesar 1.010 yang berarti berada di bawah 10 yang mengindikasikan
tidak terjadinya korelasi diantara variabel independen.
c. Uji heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot hasil olah data (lihat lampiran 3),
maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang dikemukakan dalam
penelitian ini tidak mangalami heteroskedastisitas atau ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ini
terlihat pada grafik scatterplot tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
108
4. Model Regresi dan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan tabel coefficients hasil olah data (lihat lampiran 2), maka
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
pengaruh keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap
prestasi belajar siswa dapat dianalisa berdasarkan koefesien-
koefesiennya sebagai berikut.
Y1 = 26.929 + 0.225X1 + 0.293X2
Dari fungsi regresi di atas, maka dapat dijelaskan:
a. Jika variabel keharmonisan keluarga (X1) berubah maka prestasi
belajar (Y) juga akan berubah. Tanda positif menunjukkan
perubahan yang searah. Apabila keharmonisan keluarga meningkat,
maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan koefisien
regresi sebesar 0.225. Dan sebaliknya, jika keharmonisan keluarga
menurun, maka prestasi belajar juga akan menurun dengan
koefisien regresi sebesar 0.225.
b. Jika variabel lingkungan sekolah (X2) berubah maka prestasi belajar
(Y) juga akan berubah. Tanda positif menunjukkan perubahan yang
searah. Apabila lingkungan sekolah meningkat, maka prestasi
belajar siswa juga akan meningkat dengan koefisien regresi sebesar
0.293. Dan sebaliknya, jika lingkungan sekolah menurun, maka
109
prestasi belajar juga akan menurun dengan koefisien regresi
sebesar 0.293.
c. Nilai konstanta sebesar 26.929 menunjukkan bahwa, jika semua
variabel konstan maka perestasi belajar masih bersifat positif.
Berdasarkan nilai beta dapat diketahui bahwa variabel yang
berpengaruh dominan terhadap prestasi belajar siswa (Y) adalah
variabel lingkungan sekolah (X2) karena mempunyai nilai beta yang
lebih besar yaitu 0.293 dibandingkan variabel keharmonisan keluarga
(X1) yaitu sebesar 0.225.
Untuk menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian ini,
dilakukan uji F. Untuk mengetahui bahwa ada pengaruh dapat
diketahui dengan melihat dari level of significant α = 0,05. Jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil olah data pada tabel ANOVA (lihat lampiran 3),
maka diketahui nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 5.607 dengan
tingkat signifikan 0.008 (F < 0.05) yang berarti bahwa variabel
keharmonisan keluarga (X1) dan lingkungan sekolah (X2) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y). Dari hasil tersebut berarti bahwa model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran sosiologi.
110
Uji statistik t untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual menerangkan variasi
variabel dependen berdasarkan tabel coefficients hasil olah data
SPSS (lihat lampiran 3), maka diketahui bahwa:
a. Nilai t hitung variabel keharmonisan keluarga sebesar 2.069
dengan tingkat signifikansi 0.046 (p < 0.05). Berarti ada pengaruh
yang signifikan antara variabel keharmonisan keluarga (X1)
terhadap prestasi belajar siswa (Y).
b. Nilai t hitung variabel lingkungan sekolah sebesar 2.409 dengan
tingkat signifikansi 0.022 (p < 0.05). Berarti ada pengaruh yang
signifikan antara variabel lingkungan sekolah (X2) terhadap
prestasi belajar siswa (Y).
Berdasarkan nilai signifikansi di atas bahwa nilai probabilitas untuk
variabel X1 dan X2 berada di bawah 0.05 dilhat dari nilai thitung > nilai
ttabel atau untuk X1 dengan nilai 2.069 > 1.670 dan untuk X2 dengan
nilai 2.409 > 1.670. Artinya, secara otomatis H1 diterima dan H0
ditolak yang menjelaskan bahwa koefisien regresi signifikan atau
variabel keharmonisan keluarga (X1) dan variabel lingkungan sekolah
(X2) benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar mata pelajaran sosiologi (Y).
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
111
dependen. Berdasarkan tabel model summery (lihat lampiran 2)
koefisen determinasi berganda (R2) atau R squared = 0.254, berarti
secara bersama-sama 25.4% perubahan variabel prestasi belajar
siswa (Y) dapat dijelaskan oleh variabel keharmonisan keluarga (X1)
dan variabel lingkungan sekolah (X2), atau dengan kata lain pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 25.4%. Sedangkan
sisanya yaitu 74.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk
dalam kerangka konsep dalam penelitian ini.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terbukti
bahwa keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar bidang studi sosiologi. Uraian
selengkapnya sebagai berikut
1. Pengaruh Keharmonisan Keluarga terhadap Prestasi Belajar
Sosiologi
Hasil pertama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah
keharmonisan keluarga berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
sosiologi dengan nilai probabilitas untuk variabel X1 berada di bawah 0.05
dilhat dari nilai thitung > nilai ttabel dengan nilai 2.069 > 1.670. Hasil ini sejalan
112
dengan temuan Kartini (2006) yang menemukan bahwa salah satu faktor
ekstenal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah adalah
keharmonisan keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama, dengan keadaan seluruh anggota keluarga mendukung dalam
kegiatan belajar siswa maka tidak menutup kemungkinan siswa akan
semangat dalam belajar dan tentunya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Hasil yang sama dikemukakan oleh Slameto (2003) yang
berpendapat bahwa harmonis tidaknya sebuah keluarga tergantung pada
lingkungan keluarga itu sendiri. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang
utama menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak didik dan
dibesarkan dalam keluarga dimana peran keluarga dimungkinkan sangat
besar dalam hal bahasa, pembentukan dan pembinaan nilai dan ajaran
agama yang diikuti, sikap, kebiasaan dan perkembangan ketrampilan.
Lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua
dan latar belakang kebudayaan. Cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya.
Secara umum, keharmonisan keluarga dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga yang lebih berfokus pada bimbingan orang tua, relasi antaranggota
keluarga dan suasana rumah yang dapat mempengaruhi psikologi anak
113
dalam proses belajarnya. Bimbingan dan penyuluhan dari orang tua
memegang peranan yang penting. Anak atau siswa yang mengalami
kesukaran-kesukaran dalam proses pembelajaran dapat ditolong dengan
memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya, yang tentu saja
keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan
tersebut.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan
anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud
relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah
sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Hubungan yang baik
antaranggota keluarga dapat memberikan semangat bagi siswa untuk belajar
karena anak tidak akan merasa tertekan ketika belajar sehingga anak merasa
mendapat dukungan dan seluruh anggota keluarga. Dengan demikian anak
lebih semangat untuk berprestasi.
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan
semrawut dengan konflik yang ada dalam rumah tidak akan memberi
ketenangan pada anak yang belajar. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak
tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan
114
kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman
untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
Demikian juga dikemukakan oleh Talcoot Parsons (1955) yang
berpendapat bahwa Keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari berbagai
subsistem dalam masyarakat. Keluarga dalam subsistem masyarakat juga
tidak akan lepas dari interaksinya dengan subsistem-subsistem lainnya yang
ada dalam masyarakat, misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan, dan
agama. Dengan interaksinya dengan subsistem-subsistem tersebut, keluarga
berfungsi untuk memelihara keseimbangan sosial dalam masyarakat
(equilibrium state). Parsonian tidak menganggap keluarga adalah statis atau
tidak dapat berubah. Menurutnya keluarga selalu beradaptasi secara mulus
menghadapi perubahan lingkungan. Kondisi ini disebut "keseimbangan
dinamis".
Dengan demikian, terbukti bahwa, keharmonisan keluarga dan
lingkungan sekolah adalah aspek-aspek dan faktor-faktor yang berfungsi
mempengaruhi prestasi belajar sosiologi. Untuk kepentingan pendekatan
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa keharmonisan keluarga
suatu perwujudan khususnya siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar
sosiologi.
Berdasarkan hasil penelitian pada SMU Negeri 4 Makassar diperoleh
kesimpulan bahwa cukup baiknya keharmonisan keluarga yang dimiliki oleh
115
para siswa akan lebih mewujudkan siswa-siswa yang berprestasi di bidang
studi sosiologi sesuai yang diharapkan.
2. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Prestasi Belajar
Sosiologi
Hasil yang kedua dalam penelitian ini menemukan bahwa lingkungan
sekolah berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar sosiologi dengan
nilai probabilitas untuk variabel X2 berada di bawah 0.05 dilhat dari nilai thitung
> nilai ttabel dengan nilai 2.409 > 1.670. Temuan ini sejalan dengan Atifah
(2006) yang menemukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
yang ditandai dengan prestasi siswa perlu didukung oleh berbagai
komponen-komponen dalam pengajarannya. Komponen-komponen tersebut
meliputi materi, metode, guru, media, siswa dan lingkungannya.
Kartini (2006) menemukan hasil yang sama bahwa lingkungan
sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar harus diusahakan yang
tepat, efisien dan efektif mungkin, sehingga dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya metode mengajar guru yang kurang
baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan
116
itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
Relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya
dan juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa
berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga sebaliknya, jika
siswa membenci gurunya, ia akan segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Menciptakan relasi yang
baik antarsiswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap belajar siswa. Selanjutnya, adalah kedisiplinan sekolah erat
kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin
membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh yang
positif terhadap belajarnya. Sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang,
sehingga mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung
jawab.
Talcott Parsons Menyatakan sekolah sebagai sistem yang di
dalamnya terdiri atas berbagai subsistem,subsistem yang ada di dalamnya
sekolah berkaitan antara satu sistem dengan sistem lainnya.Subsistem
tersebut berbagai fungsi untuk kelangsungan eksistensi.
117
Di dalam sekolah tedapat beragam aktifitas. Ada yang susah payah
belajar,Ada yang Mengajar. Ada yang Membersihkan Sebagai sebuah
sistem, Sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lainnya di luar
sekolah. Sistem luar meliputi orang tua siswa, Masyarakat sekitar sekolah,
Dinas-dinas, Kepolisian, Lembaga Keagamaan, dan lain-lain
(Sudardja,1988). Hubungan anatara sekolah dengan sistem lain bersifat
hubungan timbal-balik yang saling mengisi. Sementara itu, Interaksi dalam
sekolah berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang
dala setiap kategori. Keempat kategori itu meliputi Pimpinan Sekolah , Guru,
Pelajar, Karyawan Nonguru (Sudardja,1988).
Demikian juga dikemukakan oleh Talcoot Parsons (1955)
Menyatakan sekolah sebagai sistem yang di dalamnya terdiri atas berbagai
subsistem,subsistem yang ada di dalamnya sekolah berkaitan antara satu
sistem dengan sistem lainnya.Subsistem tersebut berbagai fungsi untuk
kelangsungan eksistensi.
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tentang pengaruh keharmonisan keluarga
dan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar bidang studi sosiologi maka
dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Keharmonisan keluarga berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
bidang studi sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
keharmonisan keluarga meningkat, maka prestasi belajar siswa juga
akan meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0.225. Sebaliknya,
jika keharmonisan keluarga menurun, maka prestasi belajar juga akan
menurun dengan koefisien regresi sebesar 0.225.
2. Lingkungan sekolah berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
bidang studi sosiologi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
lingkungan sekolah (X2) berubah maka prestasi belajar (Y) juga akan
berubah. Tanda positif menunjukkan perubahan yang searah. apabila
lingkungan sekolah meningkat, maka prestasi belajar siswa juga akan
meningkat dengan koefisien regresi sebesar 0.293. Dan sebaliknya,
jika lingkungan sekolah menurun, maka prestasi belajar juga akan
menurun dengan koefisien regresi sebesar 0.293.
119
3. Variabel keharmonisan keluarga (X1), lingkungan sekolah (X2)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa (Y). Dari hasil tersebut berarti bahwa hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan nilai beta
dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh dominan terhadap
prestasi belajar siswa (Y) adalah keharmonisan keluarga (X1) karena
mempunyai nilai beta yang lebih besar dibandingkan variabel
lingkungan sekolah (X2). dengan kata lain pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat sebesar 25,4%. Sedangkan sisanya yaitu
74.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam
kerangka konsep dalam penelitian ini.
B. SARAN-SARAN
Bardasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang akan penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi orang tua kiranya dapat menjaga keharmonisan keluarga melalui
membangun interaksi dan komunikasi yang terbuka antar anggota
keluarga agar suasana rumah menjadi kondusif sehingga
memungkinkan bagi anak untuk mendapatkan suasana yang baik
dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya
disekolah
120
2. Bagi pemerintah khususnya sekolah kiranya dapat melengkapi
fasilitas, sarana dan prasarana sekolah baik bersifat materiil maupun
immateriil yang dapat menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
121
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 1997. Ujung Pandang: Bapedal Wilayah III.
Abdulsyani, 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim. 1985. Modul Keluarga Bahagia Sejahtera: Departemen Agama R.I
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: aksara.
Basri, H. 1999. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. (edisi empat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barnadib Iman .2002 . Pengantar Sosioogi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 1992. Undangundang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 1994. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Delapan Fungsi Keluarga. Jakarta: BKKBN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (www.bkkbn.go.id).
Cangara Syaifullah. 2009. Pengantar Statistik Sosial. Makassar Universitas Hasanuddin
Depdikbud. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendiikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993, Kurikulum SMU, Garis-garis Besar Program Pembelajaran Jakarta
Depdikbud. 1989. Undang-Undang No 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional. Solo: Aneka Ilmu.
Eyree, RL. 1995. 3 Langkah Menuju Keluarga yang Harmonis : Teaching Your Children Values. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
122
Ekowati. (2006). Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah. Samarinda, Kalimantan Timur. http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf
Fukuyama, F. 1999. The Great Disruption Human Nature and the Reconstitution ofSocial Order, New York: A
Hawari, D. 1997. Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa.
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha
Hasbullah. 2005 Pengantar Sosiologi Pendidikan . Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Gunarsa, S. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Murni, A. 2004. Huhungan Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga Dan Pemantauan Diri pada Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja Tesis. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Robinson, Philip.1981. Perspectives on the sosiology of education: And Introduction.Routledge and Kegen Paul Ltd.
Sudardja. 1988. Sosiologi Pendidikan: Isu dan Hipotesis tentang Hubungan pendidikan dengan Masyarakat.Jakarta : Depdiknas
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
Soejono Soekanto. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
123
Shochib, Mohammad, Pola Asuh Orang Tua dalam membantu Disiplin diri,Jakarta: PT Rieneka Cipta, Cet. I,1998.
Sujana, Nana dan Ibrahim. 2002. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT Alumni
Setia Tunggal, Hadi. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta:
Harvarindo
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suhendi Hendi. 2001. Pengantar Studi sosiologi Keluarga. Bandung: CV Pustaka Setia
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung: Alfa Beta.
Sarwono, Wirawan. S. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tu’u, Tulus. 2004. “Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa”. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
124
Lampiran 3
CORRELATIONS
/VARIABLES=X1 X2 Y
/PRINT=ONETAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
[DataSet1] C:\Users\COMPAQ\Documents\output spss\Data Variabel Lg.sav
Correlations
Keharmonisan Keluarga
Lingkungan Sekolah
Prestasi Belajar Sosiologi
Keharmonisan Keluarga Pearson Correlation 1 .102 .350*
Sig. (1-tailed) .277 .018
N 36 36 36
Lingkungan Sekolah Pearson Correlation .102 1 .396**
Sig. (1-tailed) .277 .008
N 36 36 36
Prestasi Belajar Sosiologi Pearson Correlation .350* .396
** 1
Sig. (1-tailed) .018 .008
N 36 36 36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Lampiran 3
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2
/SCATTERPLOT=(Y ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN.
Regression
[DataSet2]
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Lingkungan
Sekolah ,
Keharmonisan
Keluargaa
. Enter
a. All requested variables entered.
Lampiran 3
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Lingkungan
Sekolah ,
Keharmonisan
Keluargaa
. Enter
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Sosiologi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .504a .254 .208 6.65463 .254 5.607 2 33 .008 1.333
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sekolah , Keharmonisan Keluarga
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Sosiologi
Lampiran 3
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 496.625 2 248.313 5.607 .008a
Residual 1461.375 33 44.284
Total 1958.000 35
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Sekolah , Keharmonisan Keluarga
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar Sosiologi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 26.929 16.638 1.619 .115
Keharmonisan Keluarga .225 .109 .313 2.069 .046 .990 1.010
Lingkungan Sekolah .293 .122 .364 2.409 .022 .990 1.010
Lampiran 3
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 26.929 16.638 1.619 .115
Keharmonisan Keluarga .225 .109 .313 2.069 .046 .990 1.010
Lingkungan Sekolah .293 .122 .364 2.409 .022 .990 1.010
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar Sosiologi
Lampiran 3
Lampiran 1
Pernyataan Variabel Keharmonisan Keluarga (X1)
Keterangan skor pernyataan:
1 : Tidak Pernah 2 : Pernah 3 : Kadang-kadang 4 : Sering 5 : Selalu
Pernyataan Skor
Menciptakan Kehidupan Beragama Dalam Keluarga 1 2 3 4 5
1. Orangtua selalu mengingatkan untuk perintah ajaran agama.
2. Orang tua jarang beribadah
3. Orang tua mengajarkan beribadah sejak kecil
4. Orangtua tidak masalah dengan pakaian kami yang terbuka
5. Keluarga tidak pernah berdiskusi tentang masalah-masalah agama
6. Kami termasuk keluarga yang agamis
Mempunyai Waktu Bersama Keluarga
7. Orangtua menyediakan waktu untuk berkumpul bersama anak-anaknya walaupun sedang sibuk
8. Orang tua lebih sering keluar rumah daripada di rumah.
9. Orangtua sibuk sehingga jarang berkumpul bersama.
10. Orangtua masih sempat memperhatikan kami disela-sela kesibukannya.
11. Setiap ada waktu luang orangtua mengajak kami untuk berjalan-jalan bersama.
Mempunyai Komunikasi Yang Baik Antar Anggota Keluarga
12. Saya menceritakan masalah kepada orangtua.
13. Saya dan saudara selalu bertukar pikiran dalam setiap masalah
14. Orangtua mengajak berdiskusi masalah-masalah tentang agama
15. Orangtua terbuka kepada anak-anaknya.
16. Orangtua jarang mengajak kami untuk berdiskusi.
17. Saya tidak berani cerita tentang masalah saya kepada orangtua.
18. Kedua orangtua saling terbuka dalam segala hal.
19. Kedua orangtua saya jarang berdiskusi.
Lampiran 1
Saling Menghargai Dan Pengertian Antar Keluarga
20. Orangtua menghargai pendapat anak-anaknya.
21. Saya dan saudara saling menghargai.
22. Saya menghargai orangtua walaupun mereka berbeda pendapat.
23. Orangtua merasa benar dengan semua pendapatnya.
24. Saya menuruti kata-kata orangtua.
25. Orangtua kurang bisa menghargai pendapat anak-anaknya karena masih dianggap anak kecil.
Kualitas Dan Kuantitas Konflik Yang Minim
26. Ibu selalu sabar menghadapi masalah.
27. Keluarga kami selalu makan malam bersama.
28. Saya dan saudara sering bertengkar dengan masalah yang sepele
29. Orangtua bertengkar tanpa alasan yang jelas.
30. Ibu sering marah-marah terhadap anak-anaknya.
31. Ayah terlihat tenang dalam menghadapi masalah.
32. Kedua orangtua jarang bertengkar.
33. Hubungan kedua orangtua tidak harmonis
34. Keluarga saling membantu satu sama lain apabila ada masalah
Adanya Hubungan Atau Ikatan Yang Erat Antar Anggota Keluarga
35. Saya merasa dekat dengan orangtua.
36. Saya dan saudara akrab.
37. Orangtua kaku sehingga saya tidak dekat.
38. Hubungan kedua orangtua harmonis.
39. Saya dan saudara tidak akrab.
40. Kami selalu melakukan kegiatan sendiri-sendiri.
Lampiran 1
Pernyataan Variabel Lingkungan Sekolah (X2)
Keterangan skor pernyataan:
1 : Tidak Pernah 2 : Pernah 3 : Kadang-kadang 4 : Sering 5 : Selalu
Pernyataan Skor
Metode Mengajar 1 2 3 4 5
1. Jika guru sosiologi berhalangan hadir dalam pembelajaran, saya membaca buku pelajaran meskipun tidak diperintah oleh guru.
2. Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran mata pelajaran sosiologi.
3. Guru menggunakan buku paket dan LKS sosiologi dalam mengajar mata pelajaran sosiologi.
4. Guru menggunakan media yang baik dan lengkap sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
5. Guru membentuk kelompok diskusi kecil untuk membahas materi dalam mata pelajaran sosiologi.
Kurikulum
6. Guru memberikan materi sosiologi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
7. Guru menggunakan buku paket dan LKS sosiologi dalam mengajar mata pelajaran sosiologi
8. Saya melakukan observasi dengan hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran sosiologi.
Relasi Guru dan Siswa
9. Guru melakukan tanya jawab dalam mengajar mata pelajaran sosiologi
10. Saya memahami materi yang disampaikan guru dalam mata pelajaran sosiologi
11. Jika guru sosiologi member pertanyaan, saya berusaha menjawab sendiri apa yang ditanyakan guru sosiologi
12. Saya bertanya jika belum memahami materi tentang sosiologi
Relasi Siswa dan Siswa
Lampiran 1
13. Ketika membahas soal atau masalah secara kelompok, saya ikut aktif berdiskusi dalam memecahkan soal atau masalah tersebut
14. Saya mengadakan diskusi kecil dengan teman setelah mengikuti mata pelajaran sosiologi.
Disiplin/Aturan Sekolah
15. Guru hadir setiap pertemuan mata pelajaran sosiologi.
16. Saya tepat waktu dalam mengikuti pelajaran sosiologi.
17. Saya tepat waktu dalam mengumpulkan tugas pada mata pelajaran sosiologi.
18. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sosiologi
Fasilitas Sekolah
19. Saya memiliki buku yang mendukung mata pelajaran sosiologi selain buku wajib di sekolah.
20. Suasana kelas bersih dan rapi sehingga saya dapat berkonsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran sosiologi.