Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Buku Monograf
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, LINGKUNGAN KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN SIDOARJO
OLEH :
Sulastri
Penerbit : CV. Mitra Sumber Rejeki
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Lingkungan Kerja Dan Stres
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Perhubungan
Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Sidoarjo
Penulis :
Sulastri
Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia
oleh : CV. Mitra Sumber Rejeki
Jl. Gunung Anyar Tambak IV Kav 28
Surabaya, 60294
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memproduksi atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa seijin tertulis dari
penerbit.
ISBN : 978-602-5553-71-4
Cetakan pertama, Juli 2019
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini
yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Lingkungan Kerja Dan
Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Perhubungan
Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Sidoarjo”.
Kerjasama dan komunikasi dalam organisasi sangat dibutuhkan
untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman sehingga kinerja pegawai
tetap dapat terlaksana secara efektif. Upaya membentuk sumber daya
manusia yang handal dan berkometensi dalam menghadapi perubahan
global ini, tentunya membutuhkan waktu dan proses yang tidak singkat.
Proses pembentukan pegawai dalam menghadapi era globalisasi sangat
membutuhkan kecerdasan emosional dalam pelaksanaan tugas kerja.
Penyusun berharap semoga buku ini dapat berguna bagi semua pihak
yang memerlukan
Penulis
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................ 7
1.4. Manfaat Penelitian .............................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 9
2.1. Tinjauan Teori ..................................................... 9
2.1.1. Kepuasan Kerja ....................................... 9
2.1.2. Kecerdasan Emosional ........................ 11
2.1.3. Lingkungan Kerja ................................... 14
2.1.4. Stres Kerja ............................................... 17
2.2. Penelitian Terdahulu .......................................... 19
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN .............................................................. 22
3.1. Kerangka Pemikiran .......................................... 22
3.2. Kerangka Konseptual ........................................ 27
3.3. Hipotesis .............................................................. 30
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................ 31
4.1. Jenis Penelitian ................................................... 31
4.2. Lokasi Penelitian ................................................. 31
5
4.2.1. Lokasi Penelitian ...................................... 31
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ........................... 31
4.3.1. Populasi..................................................... 31
4.3.2. Sampel ....................................................... 32
4.4. Klasifikasi Variabel dan Definisi
Konseptual dan Operasional
Variabel Penelitian ........................................... 32
4.4.1. Klasifikasi Variabel ............................... 32
4.4.2. Definisi Konseptual dan
Operasional Variabel ............................ 32
4.5. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 34
4.5.1. Jenis Data ............................................. 34
4.5.2. Teknik Pengumpulan Data ................ 34
4.6. Teknik Analisis Data ......................................... 35
4.6.1. Skala Ukur Data ...................................... 35
4.6.2. Uji Instrumen ............................................ 35
4.6.3. Uji Asumsi Klasik ..................................... 37
4.6.4. Metode Analisa Data................................ 39
4.6.5. Uji Hipotesis ............................................. 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........ 43
5.1. Gambaran Umum Instansi .............................. 43
5.2. Gambaran Kondisi Responden Penelitian...... 45
5.2.1. Gambaran Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin .................................... 45
5.2.2. Gambaran Responden Berdasarkan
Usia ........................................................ 46
5.2.3. Gambaran Responden Berdasarkan
6
Masa Kerja .............................................. 47
5.2.4. Gambaran Responden Berdasarkan
Pendidikan ............................................. 48
5.2.5. Gambaran Responden Berdasarkan
Status Pernikahan ................................... 49
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......... 49
5.4. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ........... 51
5.4.1. Kecerdasan Emosional (X1).................. 51
5.4.2. Lingkungan Kerja (X2) .......................... 54
5.4.3. Stres Kerja (X3) ....................................... 56
5.4.4. Kepuasan Kerja (Y) ................................ 58
5.5. Hasil Analisis Statistik ..................................... 59
5.5.1. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................ 59
5.6. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda ........... 61
5.7. Hasil Pengujian Hipotesis................................ 64
5.7.1. Hasil Pengujian Hipotesis
Secara Simultan .................................... 64
5.7.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Secara Parsial ..................................... 65
5.7.3. Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel Dominan ................................ 66
5.8. Pembahasan Hasil Penelitian .......................... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................. 69
6.1. Kesimpulan ....................................................... 69
6.2. Saran – Saran .................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) menurut
Hasibuan (2011 : 185) adalah ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan pegawai agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, pegawai dan
masyarakat. Literatur akademisi dan praktisi banyak yang teah
mengupas tentang praktik MSDM. Mereka meyakini bahwa
pengelolaan sumber daya manusia berkontribusi penting bagi
nilai sebuah organisasi, mengingat hampir semua kegiatan dalam
organisasi digerakkan oleh manusia. Tantangan-tantangan bagi
organisasi juga menuntut pengelolaan SDM yang baik dan
profesional (Dewi, 2016). Keberhasilan dalam menghadapi
berbagai tantangan tersebut merupakan suatu kewajiban untuk
mencapai puncak kesuksesan. Kunci menghadapi tantangan
tersebut adalah adanya pegawai yang termotivasi, terlatih dan
berkinerja tinggi.
Kerjasama dan komunikasi dalam organisasi sangat
dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
sehingga kinerja pegawai tetap dapat terlaksana secara efektif.
Upaya membentuk sumber daya manusia yang handal dan
berkometensi dalam menghadapi perubahan global ini, tentunya
membutuhkan waktu dan proses yang tidak singkat. Proses
pembentukan pegawai dalam menghadapi era globalisasi sangat
8
membutuhkan kecerdasan emosional dalam pelaksanaan tugas
kerja. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kecerdasan
emosional memainkan peran penting dalam pelaksanaan kinerja.
Penelitian Chiva dan Alegree (2008) menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional (emotional intelligence / EI) berada pada
tingkat yang paling umum mengacu pada kemampuan untuk
mengenali dan mengatur emosi dalam diri kita sendiri dan orang
lain. Memahami EI sebagai kemampuan untuk memonitor emosi
sendiri dan orang lain, untuk membedakan antara mereka, dan
menggunakan informasi untuk membimbing pemikiran dan
tindakan seseorang.
Kecerdasan emosional yang baik pada setiap pegawai
diharapkan dapat mengendalikan emosional secara sehat di
lingkungan kerja terhadap sesama pegawai dan atasan sehingga
terwujud kerjasama dan hubungan yang baik antar tim, antar
bagian maupun dengan konsumen untuk menunjang keefektifan
penyelesaian pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan
perusahaan, namun tidak semua pegawai memiliki dasar
pengendalian kecerdasan emosional yang baik, sehingga
pengukuran dari kecerdasan emosional perlu dilakukan dengan
tujuan dapat mengetahui kemampuan pegawai untuk mencegah
adanya penurunan kinerja dan meningkatkan kepuasan kerja
pegawai.
Selanjutnya pendekatan psikologis yang berhubungan
dengan pencapaian kepuasan kerja adalah pendekatan terhadap
lingkungan kerja. Penelitian Lee (2006) di tempat kerja, sering
9
diasumsikan bahwa pegawai lebih puas dengan lingkungan fisik
lebih mungkin untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.
Kepuasan pegawai diakui sebagai faktor penting dalam
keberhasilan suatu organisasi dan dianggap sebagai indikator
kunci kinerja. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa tingkat
kepuasan meningkatkan semangat dan mengurangi turnover
sukarela. Survei kepuasan kerja dianggap menjadi sarana penting
untuk meningkatkan kinerja. Kepuasan pegawai dengan
lingkungan kerja secara langsung berhubungan dengan kepuasan
kerja mereka sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas
lingkungan fisik pegawai mempengaruhi persepsi kerja, sikap
dan kepuasan kerja.
Javed, et.al., (2014) menjelaskan bahwa lingkungan kerja,
dimana pegawai melakukan tugas-tugasnya dan kegiatan sehari-
hari, seperti kantor atau lokasi konstruksi, termasuk dalam
lingkungan tempat kerja. Umumnya faktor-faktor lain seperti
tingkat kebisingan, udara segar, penyegaran dan insentif.
Lingkungan kerja memiliki dampak positif atau negatif pada
tingkat kepuasan pegawai tergantung pada sifat dari lingkungan
kerja. Pegawai dapat melakukan lebih baik jika mereka diberikan
lingkungan kerja yang baik. Hasil kerja secara langsung saling
terkait dengan lingkungan kerja. Semakin kondusif lingkungan
maka hasilnya akan semakin baik. Kepuasan pegawai berperan
penting dalam keberhasilan organisasi. Ketika seorang pegawai
diberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi maka akan
mengurangi turnover dan nantinya dapat meningkatkan moral
10
pegawai. Sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan di tempat
kerja adalah parameter penting untuk sebuah organisasi yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Javed, et.al. (2014) menyebutkan bahwa kepuasan pegawai
adalah ukuran yang menceritakan tentang emosi umum pegawai
di tempat kerja dan pekerjaan, serta mengukur pendekatan
terhadap pekerjaan dan sejauh mana pekerjaan yang memuaskan
kebutuhan pegawai. Kepuasan kerja sebagai perilaku umum dan
sikap pegawai terhadap pekerjaannya. Griffin (2004)
mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu sikap yang
mencerminkan sejauh mana seorang individu bahagia atau puas
pada pekerjananya. Riset-riset ekstensif yagn telah dilakukan
mengenai kepuasan kerja mengindikasikan bahwa faktor-faktor
pribadi seperti kebutuhan-kebutuhan dan cita-cita individu
mempengaruhi sikap ini, bersama faktor-faktor kelompok dan
organisasional seperti hubungan dengan rekan kerja dan
supervisor serta kondisi kerja, kebijakan kerja, dan kompensasi.
Pegawai yang memiliki kepuasan kerja cenderung jarang absen,
memberikan kontribusi-kontribusi positif dan mau tinggal lebih
dalam di dalam organisasi.
Selain kecerdasan emosional dan lingkungan kerja,
kepuasan kerja karyawan juga dapat dipengaruhi oleh faktor
stres kerja. Perubahan yang terjadi terus menerus di era
globalisasi saat ini memaksa setiap pegawai untuk mampu
beradaptasi. Mereka yang tidak siap menghadapinya akan
terjebak pada situasi penuh pertentangan. Gejala yang muncul
11
sebagai bentuk perlawanan dari perubahan adalah stres. Menurut
Handoko (2001 : 200) stres merupakan suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi
seseorang. Dampak dari stres pun beraneka ragam, dapat
mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik, namun juga ada
dampak positifnya. Setiap orang dalam suatu organisasi pasti
pernah mengalami stres kerja. Untuk mencegah agar stres kerja
tidak berlangsung terus menerus diperlukan suatu pengelolaan
stres kerja. Mengelola stres kerja pegawai lebih bersifat
pemahaman pada penyebab stres dan mengambil tindakan untuk
menguranginya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Sidoarjo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2001 dan diresmikan menjadi Pemerintah Otonom pada 17
Oktober 2001. Guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
yang efektif dan efisien serta dalam rangka pelaksanaan
kewenangan daerahotonomi, maka dilakukan upaya peningkatan
kemampuan sumber daya manusia dan alam, kemampuan
keuangan daerah, potensi masyarakat, penguatan peningaktan
pengawasan serta pelaksanaan analisa fungsi dan organisasi.
Untuk itu perlu penetapan kelembagaan dan susunan organisasi
di jajaran Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo yang disesuaikan dengan beban tugas
pemerinathan serta kebutuhan daerah yang dituangkan dalam
peraturan daerah.
12
Sejauh ini peran Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo sudah memberikan yang terbaik
kepada masyarakat dengan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat mengenai penyebaran informasi maupun arsip dan
perpustakaan. Dengan adanya pelayanan informasi yang timbal
balik kepada masyarakat dan pemerintah, tentunya nanti akan
memberikan suatu koreksi dan evaluasi yang datang mengalir
baik dari masyarakat sebagai pengguna jasa layanan informasi
maupun dari pemerintah selaku provider. Komunikasi yang
timbal balik akan memberikan suatu keselarasan diantara user
maupun provider, yang nantinya akan memberikan koreksi dan
evaluasi tersendiri bagi Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik
meneliti tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Lingkungan
Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Negeri Sipil (Studi pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres
kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja?
2. Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres
kerja berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja?
13
3. Manakah diantara kecerdasan emosional, lingkungan kerja
dan stres kerja yang berpengaruh dominan terhadap
kepuasan kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan
stres kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan
kerja.
2. Menganalisis kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan
stres kerja berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan
kerja.
3. Menganalisis diantara kecerdasan emosional, lingkungan
kerja dan stres kerja yang berpengaruh dominan terhadap
kepuasan kerja pegawai.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat yakni:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo
dalam menciptakan kepuasan pegawai melalui pemeliharaan
kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja.
14
2. Manfaat Akademis
1. Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah,
terutama dalam menganalisa permasalahan yang berkaitan
dengan manajemen sumber daya manusia khususnya
kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja
dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja.
2. Penelitian Mendatang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan
masukan bagi peneliti selanjutnya khususnya penelitian di
bidang manajemen sumber daya manusia.
3. Referensi Kepustakaan
Penelitian ini sebagai tambahan karya ilmiah yang
membahas tentang sumber daya manusia khususnya
kepuasan pegawai yang diukur berdasarkan kecerdasan
emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Kepuasan Kerja
2.1.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh
kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan nilai-nilai yang eblaku dalam diri setiap
individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai
dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakan.
Menurut pendapat Robbins (2003 : 78) kepuasan kerja
adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang
menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang
diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima. Griffin (2004) menjelaskan bahwa kepuasan
kerja adalah suatu sikap yang mencerminkan sejauh mana
seorang individu bahagia atau puas pada pekerjaannya. Javed,
et. al. (2014) menyebutkan bahwa kepuasan pegawai adalah
ukuran yang menceritakan tentang pegawai emosi umum
tentang tempat kerja dan pekerjaan. Robbins dan Judge (2008)
kepuasaan adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristik-
16
karakteristiknya. Secara keseluruhan kepuasan kerja mengacu
pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya
dapat juga dikatakan sebagai persepsi awal terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah sikap yang positif
dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap
pekerjaannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai
rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting
pekerjaan.
2.1.1.2. Indikator Kepuasan Kerja
Kreitner dan Kinicki (2001 : 225) mengukur kepuasan
kerja berdasarkan beberapa indikator, antara lain :
1. Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa
keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
2. Hubungan dengan atasan (supervision)
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan
kerja adalah tenggung rasa (consideration). Hubungan
fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu
tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang
penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan
17
didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang
mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa,
misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang
sama. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan
atasan adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif.
Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang
transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat
motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas dengan
pekerjaannya.
3. Teman sekerja (workers)
Teman kerja merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan
pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis
pekerjaannya.
4. Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan
karier selama bekerja.
5. Gaji atau upah (pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai
yang dianggap layak atau tidak.
2.1.2. Kecerdasan Emosional
2.1.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Law, et.al., (2004) menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional (EI) adalah kemampuan seseorang untuk
18
menangani emosinya. Sedangkan Wong, et.al., (2007)
mendefinisikan EI sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan untuk mengontrol perasaan diri
sendiri dan emosi orang lain, untuk membedakan antara
mereka dan menggunakan informasi ini untuk menjaga
pemikiran dan tindakan seseorang. Meisler (2013)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
untuk memahami secara akurat, menilai, dan mengekspresikan
emosi, kemampuan untuk mengakses atau menghasilkan
perasaan ketika mereka memfasilitas pemikiran, kemampuan
untuk memahami secara akurat, menilai dan mengekspresikan
emosi, kemampuan untuk mengakses atau menghasilkan
perasaan ketika mereka memfasilitas pemikiran, kemampuan
untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional, dan
kemampuan mengatur emosi untuk meningkatkan
pertumbuhan emosional dan intelektual. Chiva dan Alegre
(2008) menjelaskan bahwa EI pada tingkat yang paling umum,
mengacu pada kemampuan untuk mengenali dan mengatur
emosi dalam diri kita sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
untuk mengenali dan mengontrol perasaan dan emosi diri
sendiri dan orang lain dan menggunakannya untuk menjaga
pemikiran dan tindakan seseorang.
19
2.1.2.2. Indikator Kecerdasan Emosional
Law et.al., (2004) berpendapat bahwa kecerdasan
emosional seseorang dapat diukur melalui beberapa indikator,
antara lain :
1. Kesadaran diri
Kesadaran diri berhubungan dengan kemampuan individu
untuk memahami emosinya secara mendalam dan
mengekspresikan emosi secara alamiah. Seseorang yang
memiliki skor tinggi pada tahap ini akan mengetahui dan
memahami emosinya lebih baik daripada sebagian besar
orang.
2. Empati
Empati berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
merasakan dan memahami emosi orang-orang di
sekitarnya. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada tahap
ini akan lebih sensitif pada emosi orang lain danbaik dalam
memprediksi respon emosi orang lain.
3. Manajemen diri
Manajemen diri berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatur emosinya, mampu memulihkan
stres psikologi lebih cepat. Seseorang yang memiliki skor
tinggi pada tahapan ini akan mampu kembali normal dari
kekecewaan yang telah melanda kehidupannya.
4. Motivasi diri
Motivasi diri berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk menggunakan emosinya sebagai aktivitas konstruktif
20
dan kinerja diri. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada
tahap ini akan menjaga emosinya tetap positif disetiap
waktu. Mereka akan menggunakan emosi sebagai motivasi
untuk menciptakan kinerja yang tinggi baik di tempat kerja
maupun di kehidupan pribadinya.
2.1.3. Lingkungan Kerja
2.1.3.1. Pengertian Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayati (2009) lingkungan kerja adalah
keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok. Lee (2006) menyatakan bahwa
lingkungan kerja merupakan tempat dimana para pegawai
melakukan aktivitas bekerja. Lingkungan kerja dapat
membawa dampak positif dan negatif bagi pegawai dalam
rangka mencapai hasil kerjanya serta menjelaskan bahwa
lingkungan kerja adalah suatu perbedaan antara kebutuhan
pegawai dan diagnosis pegawai saat ini dengan
lingkungannya yang kemudian diukur untuk mengetahui
perbedaan antara apa yang dibutuhkan oleh pegawai dan apa
yang disediakan oleh lingkungannya.
Menurut Siallagan (2014), lingkungan kerja adalah suatu
keadaan yang terdapat dalam struktur dan proses kegiatan
perusahaan yang mencerminkan rasa kepuasan pada para
pelaksana atau pegawai yang bersifat menunjang ke arah
21
pencapaian cita-cita yang diinginkan oleh perusahaan secara
keseluruhan maupun oleh pelaksana. Sedangkan Menurut
Sihombing (2004) bahwa, lingkungan kerja adalah faktor-faktor
di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu
organisasi. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk
antara sesama pegawai dan hubungan kerja antara bawahan
dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala hal yang
ada di sekitar para pekerja baik fisik maupun non fisik yang
dapat mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas yang
dibebankan agar pegawai dapat bekerja dengan maksimal.
2.1.3.2. Indikator Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2009) faktor-faktor yang
termasuk lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
1. Kebersihan.
Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan
lingkungan sebab selain mempengaruhi kesehatan fisik,
juga akan mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang.
2. Pertukaran udara.
Pertukaran udara yang baik dan cukup dalam lingkungan
kerja sangat diperlukan apabila dalam ruang tersebut
penuh orang. Pertukaran udara yang cukup akan
menyebabkan kesegaran fisik, dan sebaliknya pertukaran
22
udara yang kurang akan menimbulkan rasa pengap
sehingga mudah menimbulkan kelelahan pada seseorang.
3. Penerangan.
Dalam melaksanakan tugas seringkali seseorang
membutuhkan penerangan yang cukup, apalagi bila
pekerjaan yang dilakukan membutuhkan ketelitian.
4. Keamanan.
Keamanan yang dimaksud disini adalah keamanan dalam
lingkungan kerja yang terdiri dari keamanan terhadap
harta milik pegawai selama ditinggal kerja. Apabila di
tempat dimana mereka bekerja sering terjadi pencurian,
maka hal ini akan menimbulkan kegelisahan yang
berakibat pada semangat dan kegairahan kerja serta
konsentrasi dalam bekerja menurun, sehingga
produktivitas kerja juga akan menurun. Keamanan
pribadi lain adalah keamanan terhadap keselamatan diri,
yaitu keselamatan kerja bagi karyawan dalam
menjalankan tugas. Dalam hal ini perlu diperhatikan alat
pelindung untuk melindungi badan disamping itu juga
kondisi konstruksi gedung atau bangunan.
5. Kebisingan.
Kebisingan yang terus menerus akan dirasakan sebagai
gangguan, apabila jenis pekerjaan tertentu yang
memerlukan konsentrasi. Sebenarnya kebisingan yang
terus menerus akan menimbulkan terganggunya
kesehatan dan mengacaukan konsentrasi dalam bekerja.
23
2.1.4. Stres Kerja
2.1.4.1. Pengertian Stres Kerja
Stres merupakan suatu keadaan yang bersifat internal,
yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik (badan),
lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan
tidak terkontrol. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan akan
menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja yang diiringi
dengan menurunnya kinerja pegawai, akan tetapi stres juga
mempunyai nilai positif. Stres pada titik tertentu merupakan
suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan dan
kesempatan yang potensial.
Menurut Robbins (2003 : 793) stres kerja adalah suatu
kondisi dinamik yang didalamnya suatu individu menghadapi
peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang
dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya atau hasilnya
diperselisihkan sebagai tidak pasti dan penting. Lebih lanjut
Handoko (2001 : 200) menyatakan bahwa stres merupakan
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi proses
berpikir dan kondisi seseorang, sejalan dengan meningkatnya
stres akan membantu pegawai untuk mengarahkan segala
sumber daya dalam dirinya untuk memenuhi berbagai
persyaratan dan kebutuhan pekerjaan. Sedangkan menurut
Hasibuan (2003 : 204) stres adalah suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi
seseorang yang timbul akibat kepuasan kerja yang tidak
terwujud dari pekerjaannya.
24
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi dan proses berpikir
yang diakibatkan oleh adanya kesempatan atau peluang,
tuntutan dan kendala atau hambatan didalam pekerjaannya.
2.1.4.2. Indikator Stres Kerja
Robbins (2008 : 164) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa indikator pengukur stres kerja, antara lain :
1. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang diakitkan pada
pekerjaan seseorang seperti : kondisi kerja, tata kerja letak
fisik.
2. Tuntutan peran, berhubungan dengan tekanan yang
diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran
tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi.
3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang
diciptakan oleh pegawai lain.
4. Struktur organisasi, merupakan gambaran instansi yang
diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas,
kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang,
dan tanggung jawab.
5. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen
pada organisasi beberapa pihak didalamnya dapat
membuat iklim organisasi yang melibatkan ketegangan,
ketakutan dan kecemasan.
25
2.2. Penelitian Terdahulu
Aldy P. Wicaksono (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan PT. Pertamina (Persero)”.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis pengaruh secara
parsial lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja; (2)
menganalisis pengaruh secara simultan lingkungan kerja dan
stres kerja terhadap kinerja; (3) menganalisis diantara lingkungan
kerja dan stres kerja yang berpengaruh dominan terhadap kinerja.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Depot LPG
Balongan PT. Pertamina yang berjumlah 119 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan : (1) lingkungan kerja berpengaruh dan
stres kerja secara parsial terhadap kinerja; (2) lingkungan kerja
dan stres kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja; (3)
lingkungan kerja berpengaruh dominan terhadap kinerja.
Aulya Rahman, et.al., (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Stres Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
menganalisis pengaruh secara parsial stres kerja dan lingkungan
kerja terhadap kepuasan kerja; (2) menganalisis pengaruh secara
simultan stres kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan
kerja; (3) menganalisis diantara stres kerja dan lingkungan kerja
yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja. Populasi
26
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral yang berjumlah 80 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan : (1) stres kerja dan lingkungan kerja
berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja; (2) stres
kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara simultan terhadap
kepuasan kerja; (3) lingkungan kerja berpengaruh dominan
terhadap kepuasan kerja.
Feby G. Zama (2017) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Reksa Finance
Cabang Lampung”. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
menganalisis pengaruh secara parsial kecerdasan emosional dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja; (2) menganalisis
pengaruh secara simultan kecerdasan emosional dan lingkungan
kerja terhadap kepuasan kerja; (3) menganalisis diantara
kecerdasan emosional dan lingkungan kerja yang berpengaruh
dominan terhadap kepuasan kerja. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan PT. Reksa Finance Cabang Lampung
yang berjumlah 52 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan sampel jenuh. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan : (1) kecerdasan emosional dan lingkungan kerja
berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja; (2)
kecerdasan emosional dan lingkungan kerja berpengaruh secara
27
simultan terhadap kepuasan kerja; (3) lingkungan kerja
berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.
Ulfah Husnul K, et.al., (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan
Kabupaten Semarang”. Penelitian ini bertujuan : (1) untuk
menganalisis pengaruh secara parsial kecerdasan emosional,
motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja; (2) untuk
menganalisis pengaruh secara simultan kecerdasan emosional,
motivasi kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja; (3) untuk
mengetahui diantara kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan
lingkungan kerja yang berpengaruh dominan terhadap kinerja.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten Semarang berjumlah 120 orang, dan
sampel yang dipilih menggunakan teknik random sampling
sebanyak 89 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1) kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan lingkungan
kerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja; (2) kecerdasan
emosional, motivasi kerja, dan lingkungan kerja berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja; (3) diantara kecerdasan
emosional dan motivasi kerja, lingkungan kerja berpengaruh
dominan terhadap kinerja.
28
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Beberapa penelitian menyatakan bahwa kecerdasan
emosional memainkan peran penting dalam mencapai kepuasan
kerja. Menurut pendapat Robbins (2003 : 78) kepuasan kerja
adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang
menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang
diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima. Menurut Meisler (2013) kecerdasan emosional
merupakan kemampuan untuk memahami secara akurat,
menilai, dan mengekspresikan emosi, kemampuan untuk
mengakses atau menghasilkan perasaan ketika mereka
memfasilitas pemikiran, kemampuan untuk memahami secara
akurat, menilai dan mengekspresikan emosi, kemampuan untuk
mengakses atau menghasilkan perasaan ketika mereka
memfasilitas pemikiran, kemampuan untuk memahami emosi
dan pengetahuan emosional, dan kemampuan mengatur emosi
untuk meningkatkan pertumbuhan emosional dan intelektual.
Selanjutnya pendekatan psikologis yang berhubungan
dengan pencapaian kepuasan kerja adalah pendekatan terhadap
lingkungan kerja. Menurut Sedarmayanti (2009) lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
29
maupun sebagai kelompok. Kepuasan pegawai dengan
lingkungan kerja secara langsung berhubungan dengan kepuasan
kerja mereka sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas
lingkungan fisik pegawai mempengaruhi persepsi kerja, sikap
dan kepuasan kerja. Selain kecerdasan emosional dan lingkungan
kerja, kepuasan kerja karyawan juga dapat dipengaruhi oleh
faktor stres kerja.
Menurut Robbins (2003 : 793) stres kerja adalah suatu
kondisi dinamik yang didalamnya suatu individu menghadapi
peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang
dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya atau hasilnya
diperselisihkan sebagai tidak pasti dan penting. Perubahan yang
terjadi terus menerus di era globalisasi saat ini memaksa setiap
pegawai untuk mampu beradaptasi. Mereka yang tidak siap
menghadapinya akan terjebak pada situasi penuh pertentangan.
Gejala yang muncul sebagai bentuk perlawanan dari perubahan
adalah stres.
Pesatnya perkembangan Kabupaten Sidoarjo menjadi
Kabupaten pariwisata beberapa tahun terakhir memerlukan
penyelenggaraan jalur transportasi yang memadai dan mudah
dijangkau. Saat ini tidak saja saat musim liburan, Kabupaten
Sidoarjo telah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa
Timur sehingga penyelenggaraan transportasi dan lalu lintas dari
dan ke arah Kabupaten Sidoarjo sangat memerlukan perhatian
agar masyarakat dapat berkunjung ke Kabupaten Sidoarjo
dengan aman dan nyaman. Untuk itu Dinas Perhubungan
30
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo memerlukan
SDM-SDM yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
dapat meminimalisir stres kerja.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Aldy P. Wicaksono
(2017) menghasilkan lingkungan kerja dan stres kerja
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja,
kemudian penelitian Aulya Rahman (2017) menghasilkan stres
kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara parsial dan
simultan terhadap kepuasan kerja, selanjutnya penelitian yang
dilakukan Feby G. Zama (2017) menghasilkan kecerdasan
emosional dan lingkungan kerja berpengaruh secara parsial dan
simultan terhadap kepuasan kerja, dan penelitian Ulfah Husnul K
(2017) menghasilkan kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan
lingkungan kerja berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap kinerja. Dari keempat penelitian terdahulu tersebut
diperoleh hasil bahwa lingkungan kerja berpengaruh dominan
dibandingkan variabel yang lain terhadap kinerja dan kepuasan
kerja.
Berdasarkan latar belakang, kajian teoritik dan penelitian
terdahulu, maka perumusan masalah dalam penelitian ini antara
lain:
- Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres
kerja berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja?
- Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres
kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja?
31
- Manakah diantara kecerdasan emosional, lingkungan kerja,
dan stres yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja?
Setelah menentukan rumusan permasalahan, peneliti
kemudian mengumpulkan data-data penunjang termasuk
pengumpulan data melalui kuesioner, interview (wawancara)
dengan responden dan observasi ke obyek penelitian. Setelah
data dikumpulkan kemudian peneliti melakukan analisis data
dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis data
menjadi umpan balik dan menjawab rumusan masalah. Hasil
penelitian meliputi :
- Pengaruh parsial kecerdasan emosional, lingkungan kerja,
dan stres kerja terhadap kepuasan kerja.
- Pengaruh simultan kecerdasan emosional, lingkungan kerja,
dan stres kerja terhadap kepuasan kerja.
- Diantara kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres
kerja yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tampak pada
Gambar 3.1.sebagai berikut :
32
Latar Belakang :
Penyelenggaraan jalur transportasi yang memadai dan mudah dijangkau di
Kota Wisata Batu memerlukan SDM-SDM yang memiliki kepuasan kerja,
kecerdasan emosional tinggi, lingkungan kerja kondusif dan stres kerja minim
Umpan
balik
Kepuasan kerja, kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja
- Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja?
- Apakah kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja?
- Manakah diantara kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja?
Pengumpulan Data :
Kuesioner, Interview (Wawancara), Observasi
Analisis Data:
-Uji Validitas dan Reliabilitas
-Uji Asumsi Klasik : uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinieritas
-Analisis Deskriptif -Analisis Regresi Linier Berganda
-Uji Hipotesis : Uji t (parsial), Uji F (simultan), Uji Dominasi Pengaruh
- Kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
- Kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
- Lingkungan kerja berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.
Penelitian Terdahulu:
Aldy P. Wicaksono (2017), Aulya Rahman (2017), Feby G. Zama (2017),
Ulfah Husnul K. (2017)
Gambar 3.1.
Kerangka Pemikiran
33
3.2. Kerangka Konseptual
Kecerdasan emosional yang baik pada setiap pegawai
diharapkan dapat mengendalikan emosional secara sehat di
lingkungan kerja terhadap sesama pegawai dan atasan sehingga
terwujud kerjasama dan hubungan yang baik antar tim, antar
bagian maupun dengan konsumen untuk menunjang keefektifan
penyelesaian pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan
perusahaan, namun tidak semua pegawai memiliki dasar
pengendalian kecerdasan emosional yang baik, sehingga
pengukuran dari kecerdasan emosional perlu dilakukan dengan
tujuan dapat mengetahui kemampuan pegawai untuk mencegah
adanya penurunan kinerja dan meningkatkan kepuasan kerja
pegawai. Kepuasan pegawai dengan lingkungan kerja secara
langsung berhubungan dengan kepuasan kerja mereka sehingga
dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan fisik pegawai
mempengaruhi persepsi kerja, sikap dan kepuasan kerja.
Selanjutnya pendekatan psikologis yang berhubungan
dengan pencapaian kepuasan kerja adalah pendekatan terhadap
lingkungan kerja dan pengelolaan stres kerja. Perubahan yang
terjadi terus menerus di era globalisasi saat ini memaksa setiap
pegawai untuk mampu beradaptasi. Mereka yang tidak siap
menghadapinya akan terjebak pada situasi penuh pertentangan.
Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep penelitian ini pada
Gambar 3.2. sebagai berikut :
34
Kepuasan Kerja
(Y)
Indikator :
- Pekerjaan itu sendiri (work it self)
- Hubungan dengan atasan
(supervision)
- Teman sekerja (workers) - Promosi (promotion)
- Gaji atau upah (pay)
Robbins (2003 : 78)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Indikator :
- Kesadaran Diri - Empati
- Manajemen Diri
- Motivasi Diri
Meisler (2013)
Lingkungan Kerja
(X2)
Indikator :
- Kebersihan
- Pertukaran udara - Penerangan
- Keamanan
- Kebisingan
Sedarmayanti (2009)
Stres Kerja
(X3)
Indikator :
- Tuntutan tugas
- Tuntutan peran - Tuntutan antara pribadi
- Struktur Organisasi
- Kepemimpinan organisasi
Robbins (2003 : 793)
Gambar 3.2.
Kerangka Konsep
Keterangan :
= pengaruh parsial
= pengaruh simultan
35
Seperti tampak pada kerangka konsep diatas, penelitian ini
menganalisis pengaruh baik secara parsial maupun secara
simultan kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja
terhadap kepuasan kerja.
Pada penelitian ini definisi kepuasan kerja berdasarkan
pendapat Robbins (2003 : 78), kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan
antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Indikator
pengukur kinerja antara lain pekerjaan itu sendiri (work it self),
hubungan dengan atasan (supervision), teman sekerja (workers),
promosi (promotion), gaji dan upah (pay).
Kecerdasan emosional berdasarkan pendapat Meisler
(2013) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai
kemampuan untuk memahami secara akurat, menilai, dan
mengekspresikan emosi, kemampuan untuk mengakses atau
menghasilkan perasaan ketika merea memfasilitas pemikiran,
kemampuan untuk memahami secara akurat, menilai dan
mengekspresikan emosi, kemampuan untuk mengakses atau
menghasilkan perasaan ketika mereka memfasilitas pemikiran,
kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan
emosional, dan kemampuan mengatur emosi untuk
meningkatkan pertumbuhan emosional dan intelektual. Indikator
kecerdasan emosional antara lain kesadaran diri, empati,
manajemen diri, dan motivasi diri.
36
Selanjutnya lingkungan kerja menurut pendapat
Sedarmayanti (2009) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja
adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok. Indikator lingkungan kerja adalah
kebersihan, pertukaran udara, pertukaran udara, penerangan,
keamanan, dan kebisingan.
Sedangkan stres kerja berdasarkan pendapat Robbins (2003
: 793) bahwa stres kerja adalah suatu kondisi dinamik yang
didalamnya suatu individu menghadapi peluang, kendala
(constraints) atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa
yang sangat diinginkannya atau hasilnya diperselisihkan sebagai
tidak pasti dan penting. Untuk mengukur stres kerja indikatornya
antara lain tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan antara
pribadi, struktur organisasi, dan kepemimpinan organisasi.
3.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan teoritis dan
kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja
berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja.
2. Kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja
berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja.
3. Lingkungan kerja berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yakni
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,
mengolah, menyederhanakan, menyajikan dan menganalisis data
secara kuantitatif (angka-angka) dan menuangkan secara
deskriptif (uraian kalimat) agar dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang permasalahan penelitian, dalam hal ini adalah
kecerdasan emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja pegawai
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Sidoarjo.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo yang beralamat
di Jl. Raya Candi No.107 Sidoarjo.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Menurut Sekaran (2006) Populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo
yang berstatus Pegawai Negeri Sipil yang berjumlah 75 orang.
38
4.3.2. Sampel
Menurut Sekaran (2006) sampel adalah sebagian dari populasi.
Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode
sensus, sehingga jumlah sampel adalah 75.
4.4. Klasifikasi Variabel dan Definnisi Konseptual dan
Operasional Variabel Penelitian
4.4.1. Klasifikasi Variabel
Menurut Sugiyono (2013) variabel Penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini terdiri
dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan tidak
tergantung dengan hal-hal lain dan dilambangkan dengan (X),
sedangkan variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala yang
keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal lain yang
mempengaruhi dan dilambangkan dengan (Y).
Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah kecerdasan
emosional, lingkungan kerja, dan stres kerja sedangkan variabel
terikat (Y) adalah kepuasan kerja.
4.4.2. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
39
Definisi konseptual adalah suatu variabel dilakukan
penulis dengan cara menarik kesimpulan dari pendapat para
ahli yang ada. Sedangkan definisi operasional adalah suatu
variabel dilakukan dengan cara menjabarkan konsep variabel
menjadi indikator-indikator yang lebih sederhana sehingga bisa
diukur.
4.4.2.1. Kepuasan Kerja (Y)
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja
meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya
melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting
pekerjaan.
4.4.2.2. Kecerdasan Emosional (X1)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali
dan mengontrol perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain
dan menggunakannya untuk menjaga pemikiran dan tindakan
seseorang.
4.4.2.3. Lingkungan Kerja (X2)
Lingkungan kerja adalah segala hal yang ada di sekitar para
pekerja baik fisik maupun non fisik yang dapat mempengaruhi
pekerja dalam menjalankan tugas yang dibebankan agar
pegawai dapat bekerja dengan maksimal.
4.4.2.4. Stres Kerja (X3)
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi dan proses berpikir yang diakibatkan
40
oleh adanya kesempatan atau peluang, tuntutan dan kendala
atau hambatan didalam pekerjaannya
4.5. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
4.5.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah responden individu, kelompok fokus,
dan panel yang seara khusus ditentukan oleh peneliti dan
pendapat bisa dicari terkait persoalan terentu dari waktu ke
waktu atau sumber umum seperti majalah atau buku tua
(Sekaran, 2006). Data diperoleh langsung dari responden
yang bersangkutan. Sumber data primer diperoleh dengan
cara membagikan sejumlah kuesioner (angket penelitian)
kepada objek penelitian yang diisi langsung oleh responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui media perantara. Data yang didapat
dari arsip bagian personalia Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo. Sumber
informasi dapat bersumber dari penelitian terdahulu,
literatur, dan jurnal yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian ini.
4.5.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting
demi keberhasilan sebuah penelitian. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa
41
alat yang digunakan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan
data melalui observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara
dengan obyek penelitian yakni pegawai Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo.
4.6. Teknik Analisis Data
4.6.1. Skala Ukur Data
Teknik pengukuran item pernyataan dalam kuesioner
menggunakan skala likert. Skala Likert menurut Djaali (2008 : 28)
ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu gejala atau fenomena sosial. Variabel yang diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat
berupa pernyataan maupun pernyataan. Masing-masing
jawaban miliki bobot skor yang berbeda dan dari proses
pemberian skor ini dihasilkan 5 kategori, yaitu :
1. Jawaban SS (Sangat setuju), dengan skor 5
2. Jawaban S (Setuju), dengan skor 4
3. Jawaban N (Netral), dengan skor 3
4. Jawaban TS (Tidak setuju), dengan skor 2
5. Jawaban STS (sangat tidak setuju), dengan skor 1
4.6.2. Uji Instrumen (Uji Validitas dan Uji Reliabilitas)
Dalam penelitian ini untuk mempercepat dalam
pengolahan dan pengujian data maka dilakukan dengan
42
bantuan program aplikasi komputer Statistical Package for the
Sosial Science (SPSS) versi 18.00 for windows.
4.6.2.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkkan
tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu
instrumen.Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah Arikunto
(2006).
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan
teknik korelasi product moment pearson’s. Sugiyono (2013)
menyatakan bahwa suatu item dinyatakan valid jika indek
korelasi product moment pearson (r) ≥ 0,3. Indek korelasi
product moment pearson (r) dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
r =
2222 y-ynx-xn
yxxyn
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
x = Skor jawaban tiap item
y = Skor total
4.6.2.2 Uji Reliabilitas
Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan
reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
43
sejauh mana hasil suatu pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Untuk mengukur
reliabilitas dalam suatu instrumen menggunakan Alpha
Cronbach yang didasarkan pada rata-rata korelasi butir data
instrumen pengukuran. Menurut Sugiyono (2013) suatu
instrumen dikatakan handal apabila nilai Alpha Cronbach lebih
besar atau sama dengan 0,6. Sedangkan rumus Alpha Cronbach
menurut Arikunto (2006) adalah sebagai berikut:
ri =
2
2
-1 1-k
k
t
b
Dimana:
ri : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pernyataan
2b : jumlah varians butir
2t : varians total
4.6.3. Uji Asumsi Klasik
4.6.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas, keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009 : 76).
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal
dari grafik distribusi normal. Apabila data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
44
histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.6.3.2. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila setiap variabel bebas
mempunyai varians yang berbeda, sedangkan menurut asumsi
klasik justru harus homoskedastisitas, yaitu harus mempunyai
varian yang sama. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini
diuji dengan metode korelasi spearman’s rho antara nilai residu
(disturbance error) dari hasil regresi dengan masing-masing
variabel independennya. Apabila nilai korelasi spearman’s rho
dibawah 0,7 berarti model regresi menunjukkan tidak adanya
permasalahan heteroskedastisitas (Gujarati, 2010 : 91).
4.6.3.3. Uji Multikolinearitas
Salah satu syarat penting yang harus dipenuhi oleh
model adalah bebas multikolinearitas. Pengujian
multikolinearitas dalam penelitian ini akan menggunakan nilai
varian inflaction factor (VIF) yang diperoleh dari pengujian
hipotesis. Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terjadi
masalah yang berkaitan dengan multikolinearitas
(Gujarati,2000). Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu model
regresi bebas multikolinearitas jika nilai VIF yang dihasilkan di
bawah 10.
45
4.6.4. Metode Analisa Data
4.6.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Arikunto, 2011 : 156), yakni untuk mendeskripsikan
karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, sebagai gambaran kecerdasan emosional,
lingkungan kerja, dan stres kerja pada Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo.
4.6.4.2. Analisis Inferensial (Regresi Linier Berganda)
Tujuan utama diadakannya regresi linier berganda adalah
untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas kecerdasan
emosional (X1), lingkungan kerja (X2), dan stres kerja (X3)
terhadap variabel terikat yaitu kepuasan kerja (Y). Menurut
Arikunto (2011 : 211) alat analisis regresi linier berganda
adalah persamaan :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Kepuasan kerja
a = nilai Y, apabila X1 = X2 = X3 = 0
b1, b2, b3 = koefisien perubahan X1, X2, dan X3 terhadap Y
X1 = kecerdasan emosional
X2 = lingkungan kerja
X3 = stres kerja
e = Faktor error
46
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
diuji dengan tingkat kepercayaan (Confidence interval) 95% atau
a = 0.05.
4.6.5. Uji Hipotesis
4.6.5.1. Uji F (Uji Simultan)
Uji F ditujukan untuk menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Keterangan : R = koefisien korelasi
k = jumlah variable
n = jumlah sampel
F = Fhitung
Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah
sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka regresi dapat
digunakan untuk uji hipotesis.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka regresi tidak dapat
digunakan untuk uji hipotesis.
Keputusan terhadap pengujian hipotesis secara simultan (Uji
F):
a. Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional,
47
lingkungan kerja, dan stres kerja secara simultan
mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional,
lingkungan kerja, dan stres kerja secara simultan tidak
mempengaruhi kepuasan kerja.
4.6.5.2. Uji t (Uji parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara
parsial. Rumus yang digunakan:
Keterangan :
t = koefisien t terhitung
b = koefisien regresi
s = standar deviasi dari variabel bebas
Kriteria pengujian :
a. Jika thitung > ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang
menyatakan bahwa kecerdasan emosional, lingkungan
kerja, dan stres kerja secara parsial mempengaruhi
kepuasan kerja.
b. Jika thitung < ttabel, maka H0 ditolak dan Haditerima yang
menyatakan bahwa kecerdasan emosional, lingkungan
kerja, dan stres kerja secara parsial tidak mempengaruhi
kepuasan kerja.
48
4.6.5.3. Uji Variabel Dominan
Untuk mengetahui variabel dominan dapat dilihat dari
nilai koefisien regresi (r) masing-masing variabel.Apabila
nilai koefisien regresi (r) lebih besar diantara yang lainnya,
maka variabel tersebut merupakan variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Ketentuan
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :
a. H0 diterima dan Ha ditolak yang menyatakan lingkungan
kerja berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.
b. Ha diterima dan H0 ditolak yang menyatakan lingkungan
kerja tidak berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja.
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo merupakan pemerintah Kabupaten
yang cukup unik bila dibandingkan dengan Pemerintahan
Kabupaten atau Kabupaten lainnya di Propinsi Jawa Timur,
jumlah penduduknya cukup banyak dengan wilayah sangat luas,
sumberdaya alamnya bervariasi, didukung dengan iklim yang
relatif dingin. Roda pemerintahan cukup lancar dalam rangka
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi derap
pembangunan. Pencapaian kemajuan Kabupaten Sidoarjo dapat
dicermati dengan meningkatnya status pembangunan desa,
dimana mulai tahun 1990 semua desa di Kabupaten Sidoarjo telah
mencapai tingkatan “swasembada”. Dalam menyampaikan peran
pada masyarakat akan setiap rancangan dan program kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo, peran Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi (DISHUBKOMINFO)
sangatlah diperlukan. DISHUBKOMINFO menyimpan
dokumentasi rancangan dan program kerja Pemerintah Daerah
dan mempublikasikan baik melalui media elektronik cetak dan
perpustakaan daerah.
Berdasarkan Pasal 4 Perda Nomor 19 Tahun 2003, fungsi
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi sebagai berikut :
50
1. Perumusan kebijakan dalam rangka penyusunan
perencanaan, di bidang informasi, komunikasi, pengelolaan
data elektronik, arsip dan perpustakaan;
2. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang
informasi komunikasi, pengelolaan data elektronik dan
perpustakaan;
3. Pelaksana koordinasi dan kerjasama dengan instansi di
bidang informasi komunikasi, pengelolaan data elektronik,
arsip dan perpustakaan;
4. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang
informasi komunikasi, pengelolaan data elektronik arsip dan
perpustakaan;
5. Pelaksanaan pelayanan umum dan perijinan di bidang
informasi komunikasi, pengelolaan data elektronik, arsip dan
perpustakaan;
6. Pelaksanaan pengevaluasian dan pelaporan di bidang
informasi komunikasi, pengelolaan data elektronik, arsip dan
perpustakaan;
7. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan,
keuangan, kepegawaian, peralatan dan perlengkapan dinas
dan kerumahtanggaan dinas;
8. Pengeloaan penyelenggaran Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan
Kelompok Jabatan Fungsional;
9. Pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
51
Adapun Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin,
membina, melakukan koordinasi, merumuskan kebijakan,
merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta mengawasi
dan mengendalikan kegiatan teknis di bidang informasi
komunikasi, pengelolaan data elektronik, arsip dan
perpustakaan.
5.2. Gambaran Kondisi Responden Penelitian
5.2.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran responden berdasarkan dari hasil pengisian
identitas responden dalam kuesioner yang dilakukan oleh
Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo, diperoleh data menurut kelompok jenis
kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1.
Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Banyaknya orang Prosentase
1 Laki-laki 48 64
2 Perempuan 27 36
Total 75 100
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas dapat diketahui bahwa
dari responden, komposisi pegawai dengan jenis kelamin laki-
laki adalah sebanyak 48 orang atau sebesar 64%. Sedangkan
komposisi pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan
52
Informasi Kabupaten Sidoarjo dengan jenis kelamin perempuan
adalah sebanyak 27 orang atau sebesar 36%.
5.2.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Gambaran responden berdasarkan dari hasil pengisian
identitas responden dalam kuesioner yang dilakukan oleh
Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo, diperoleh data komposisi responden
menurut kelompok usia adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia (tahun) Jumlah Prosentase
1 <20 15 20
2 20 – 30 11 14,67
3 31 – 40 15 20
4 41 – 50 16 21,33
5 >50 18 24
Total 75 100
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.2. di atas dapat diketahui bahwa
pegawai yang berusia antara kurang dari 20 tahun sebanyak 15
orang (20%), 20 – 30 tahun adalah sebanyak 11 orang atau
sebesar 14,67%, pegawai yang berusia antara 31 – 40 tahun
adalah sebanyak 15 orang atau sebesar 20%, pegawai yang
berusia 41-50 tahun adalah sebanyak 16 orang atau sebesar
21,33%. Sedangkan pegawai yang berusia lebih dari 50 tahun
53
sebanyak 18 orang atau sebesar 24%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa yang terbanyak mengisi kuesioner
penelitian adalah responden dengan usia lebih dari 50 tahun.
5.2.3. Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja
Gambaran responden berdasarkan dari hasil pengisian
identitas responden dalam kuesioner yang dilakukan oleh
Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo, diperoleh data komposisi menurut masa
kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3. Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja Jumlah Prosentase
1 1 – 5 15 20
2 6 – 10 11 14,67
3 11 – 20 15 20
4 21 – 30 16 21,33
5 31 – 40 18 24
Total 75 100
Sumber : Data diolah, 2019
Pada tabel 5.3. di atas dapat diketahui bahwa responden
dengan masa kerja satu sampai lima tahun sebanyak 15 orang
(20%), responden dengan masa kerja 6 tahun sampai 10 tahun
sebanyak 11 orang (14,67%), responden dengan masa kerja 11
sampai 20 tahun sebanyak 15 orang (20%), responden dengan
masa kerja 21 sampai 30 tahun sebanyak 16 orang atau 21,33%
54
dan responden dengan masa kerja 31 sampai 40 tahun sebanyak
18 orang (21,33%).
5.2.4. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambaran responden Berdasarkan dari hasil pengisian
identitas responden dalam kuesioner yang dilakukan oleh
Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo, diperoleh data komposisi responden
menurut pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Banyaknya orang Prosentase
1 SLTA 18 24
2 D-3 12 16
3 S-1 40 53,33
4 S-2 5 6,67 Total 75 100
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.4. di atas menunjukkan tingkat
pendidikan tingkat pendidikan responden SLTA sebanyak 18
orang atau sebesar (24%), Diploma 3 sebanyak 12 orang atau
sebesar (16%), Sarjana Strata1 sebanyak 40 orang atau sebesar
(53,33%) dan Sarjana Strata 2 sebanyak 5 orang atau sebesar
(6,67%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
pegawai pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo pada level pendidikan tinggi (S1) memiliki
potensi yang baik untuk melaksanakan pekerjaan, walaupun
55
masih ada pegawai yang berpendidikan SLTA, sehingga perlu
diberikan motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yan lebih tinggi.
5.2.5. Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan dari hasil pengisian identitas responden
dalam kuesioner yang dilakukan oleh Pegawai Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo,
diperoleh data komposisi responden menurut status pernikahan
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5.
Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No Status pernikahan Banyaknya orang Prosentase
1 Menikah 57 76
2 Belum Menikah 18 24
Total 75 100
Sumber : Data diolah, 2019
Pada Tabel 5.5 di atas responden yang paling banyak
yang telah menikah sebanyak 57 orang atau (76%) responden
dan yang belum menikah sebanyak 18 orang atau (24%).
5.3. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Hasil uji validitas item instrumen dapat
dilihat pada Tabel 5.6 berikut:
56
Tabel 5.6.
Hasil Uji Validitas Item Instrumen
Variabel Item Koefisien Korelasi Keputusan
X1
X1.1 0,854 Valid
X1.2 0,880 Valid
X1.3 0,854 Valid
X1.4 0,832 Valid
X2
X2.1 0,865 Valid
X2.2 0,779 Valid
X2.3 0,852 Valid
X2.4 0,792 Valid
X3
X3.1 0,805 Valid
X3.2 0,831 Valid
X3.3 0,842 Valid
X3.4 0,803 Valid
Y
Y1 0,858 Valid
Y2 0,819 Valid
Y3 0,855 Valid
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan terhadap item
instrumen yang digunakan dalam penelitian, menunjukan bahwa
semua item instrumen penelitian dapat dikatakan valid, karena
telah memenuhi kriteria pengujian validitas item instrumen yang
digunakan yaitu nilai indeks korelasi product moment pearson (r) ≥
0,3. Hasil ini menunjukan bahwa instrumen yang digunakan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Hasil uji reliabilitas item instrument dapat dilihat pada Tabel
5.7 berikut :
57
Tabel 5.7.
Hasil Uji Reliabilitas Item Instrumen
Variabel Koefisien Alpha Keputusan
X1 0,876 Reliabel
X2 0,837 Reliabel
X3 0,834 Reliabel
Y 0,793 Reliabel
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap
item instrumen yang digunakan dalam penelitian menunjukan
bahwa semua item instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel,
karena telah memenuhi kriteria pengujian reliabilitas item
instrument yang digunakan, yaitu nilai Alpha Cronbach lebih besar
atau sama dengan 0,6. Hasil ini menunjukan bahwa instrumen
yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan bila digunakan
berkali-kali.
5.4. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisa statistik deskriptif menggambarkan distribusi
frekuensi jawaban responden berdasarkan jawaban atau
tanggapan terhadap pernyataan (kuesioner) yang telah berikan.
Berikut ini hasil jawaban responden berdasarkan variabel
penelitian :
5.4.1. Kecerdasan Emosional (X1)
Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden
terhadap item-item dari variabel kecerdasan emosional (X1)
dapat dilihat pada Tabel 5.8. sebagai berikut:
58
Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Kecerdasan Emosional (X1)
Indikator
Skor Jawaban Responden
Mean 1
(STS)
2
(TS)
3
(CS)
4
(S)
5
(SS)
F % F % F % F % F %
Kecerdasan
Emosional
X1.1 - - - - 11 14,7 36 48 28 37,3 4,23
X1.2 - - 4 5,3 15 20 41 54,7 15 20 3,89
X1.3 - - 1 1,3 13 17,3 40 53,3 21 28 4,08
X1.4 - - - - 14 18,7 45 60 16 21,3 4,03
Mean Indikator 4,06
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan jawaban responden di atas, dengan
beberapa pernyataan kecerdasan emosional sebagai berikut:
Pernyataan “Saya mengerjakan pekerjaan dalam kondisi
sadar” sebanyak 11 responden (14,7%), responden menjawab
setuju sebanyak 36 orang (48%) dan menjawab sangat setuju
sebagak 28 orang (37,3%). Nilai mean dari pernyataan ini
sebesar 4,23 artinya rata-rata responden menjawab setuju
pernyataan “Saya mengerjakan pekerjaan dalam kondisi sadar”.
Pernyataan “Saya selalu berusaha memahami keadaan
emosi orang-orang di sekitar saya”, responden menjawab tidak
setuju sebanyak 4 responden (5,3%), menjawab cukup setuju
sebanyak 15 responden (20%), responden menjawab setuju
sebanyak 41 orang (54,7%) dan menjawab sangat setuju sebagak
15 orang (20%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 3,89
artinya rata-rata responden menjawab setuju pernyataan “Saya
59
selalu berusaha memahami keadaan emosi orang-orang di
sekitar saya”.
Pernyataan “Saya selalu berusaha dalam emosi yang
stabil dan positif thinking dalam bekerja” responden menjawab
tidak setuju sebanyak 1 responden (1,3%), menjawab cukup
setuju sebanyak 13 responden (17,3%), responden menjawab
setuju sebanyak 40 orang (53,3%) dan menjawab sangat setuju
sebagak 21 orang (28%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar
4,08 artinya rata-rata responden menjawab setuju pernyataan
“Saya selalu berusaha dalam emosi yang stabil dan positif
thinking dalam bekerja”.
Pernyataan “Saya selalu berusaha memotivasi diri sendiri
untuk bekerja dengan sebaik-baiknya”, responden menjawab
cukup setuju sebanyak 14 responden (18,7%), responden
menjawab setuju sebanyak 45 orang (60%) dan menjawab
sangat setuju sebagak 16 orang (21,3%). Nilai mean dari
pernyataan ini sebesar 4,03 artinya rata-rata responden
menjawab setuju pernyataan “Saya selalu berusaha memotivasi
diri sendiri untuk bekerja dengan sebaik-baiknya”.
Nilai mean untuk variabel Kecerdasan Emosional sebesar
4,06. Sehingga dapat dijabarkan bahwa rata-rata responden
menjawab setuju setiap pernyataan mengenai kecerdasan
emosional yang diajukan kepada responden.
60
5.4.2. Lingkungan Kerja (X2)
Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden
terhadap item-item dari lingkungan kerja (X2) dapat dilihat pada
Tabel 5.9 sebagai berikut :
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Lingkungan Kerja (X2)
Indikator
Jawaban Responden
Mean 1
(STS) 2
(TS) 3
(CS) 4
(S) 5
(SS)
F % F % F % F % F %
Lingkungan Kerja
X2.1 - - 6 8 23 30,7 35 46,7 11 14,7 3,68
X2.2 - - - - 12 16 46 61,3 17 22,7 4,07
X2.3 - - 2 2,7 13 17,3 47 62,7 13 17,3 3,95
X2.4 - - 3 4 13 17,3 43 57,3 16 21,3 3,96
Mean Indikator 3,92
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan jawaban responden di atas, dengan
beberapa pernyataan lingkungan kerja sebagai berikut:
Pernyataan “Saya bekerja di lingkungan yang bersih dan
sehat“ sebanyak 6 responden (8%), responden menjawab tidak
setuju, cukup setuju dijawab oleh 23 orang (30,7%), menjawab
setuju sebanyak 35 orang (46,7%) dan 11 responden (14,7%)
menjawab sangat setuju. Nilai mean dari pernyataan ini sebesar
3,68 artinya rata-rata responden menjawab setuju pernyataan
“Saya bekerja di lingkungan yang bersih dan sehat”.
Pernyataan “Saya bekerja di lingkungan dengan sirkulasi
udara yang baik” responden menjawab cukup setuju sebanyak
12 responden (16%), responden menjawab setuju sebanyak 46
orang (61,3%) dan menjawab sangat setuju sebanyak 17 orang
61
(22,7%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 4,07 artinya rata-
rata responden menjawab setuju pernyataan “Saya bekerja di
lingkungan dengan sirkulasi udara yang baik”.
Pernyataan “Saya bekerja di tempat dengan cahaya yang
terang dan nyaman” sebanyak 2 responden (2,7%), menjawab
cukup setuju sebanyak 13 responden (17,3%), responden
menjawab setuju sebanyak 47 orang (62,2%) dan menjawab
sangat setuju sebagak 13 orang (17,3%). Nilai mean dari
pernyataan ini sebesar 3,95, artinya rata-rata responden
menjawab setuju “Saya bekerja di tempat dengan cahaya yang
terang dan nyaman”.
Pernyataan “Saya tidak merasa terganggu apabila teman
kerja membunyikan musik”, responden menjawab tidak setuju 3
responden (4%). Responden menjawab cukup setuju sebanyak
13 responden (17,3%), responden menjawab setuju sebanyak 43
orang (57,3%) dan menjawab sangat setuju sebagak 16 orang
(21,3%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 3,96 mendekati
nilai 4 artinya rata-rata responden menjawab setuju pernyataan
“Saya tidak merasa terganggu apabila teman kerja
membunyikan musik”.
Nilai mean untuk variabel lingkungan kerja sebesar 3,92.
Sehingga dapat dijabarkan bahwa rata-rata responden
menjawab setuju setiap pernyataan mengenai lingkungan kerja
yang diajukan kepada responden.
62
5.4.3. Stres Kerja (X3)
Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden
terhadap item-item dari variabel stres kerja (X3) dapat dilihat
pada Tabel 5.10 sebagai berikut :
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Stres Kerja (X3)
Indikator
Jawaban Responden
Mean 1
(STS)
2
(TS)
3
(CS)
4
(S)
5
(SS)
F % F % F % F % F %
Stres
Kerja
X3.1 - - - - 7 9,3 43 57,3 25 33,3 4,24
X3.2 - - 2 2,7 16 21,3 40 63,3 17 22,7 3,96
X3.3 - - 6 8 21 28 38 50,7 10 13,3 3,69
X3.4 - - - - 11 14,7 44 58,7 20 26,7 4,12
Mean Indikator 4,00
Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan jawaban responden di atas, dengan
beberapa pernyataan stres kerja sebagai berikut:
Pernyataan “Pekerjaan saya membutuhkan konsentrasi
yang tinggi”, cukup setuju dijawab oleh 7 orang (9,3%),
menjawab setuju sebanyak 43 orang (57,3%) dan 25 responden
(33,3%) menjawab sangat setuju. Nilai mean dari pernyataan ini
sebesar 4,24 artinya rata-rata responden menjawab setuju
pernyataan “Pekerjaan saya membutuhkan konsentrasi yang
tinggi”.
Pernyataan “Saya merasa tertekan diantara teman-teman
kerja saya”, responden menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang
(2,7%), cukup setuju sebanyak 16 responden (21,3%), responden
63
menjawab setuju sebanyak 40 orang (63,3%) dan menjawab
sangat setuju sebagak 17 orang (22,7%). Nilai mean dari
pernyataan ini sebesar 3,96 artinya rata-rata responden
menjawab setuju pernyataan “Saya merasa tertekan diantara
teman-teman kerja saya”.
Pernyataan “Saya bekerja sesuai jabatan saya” sebanyak 6
responden (8%) menjawab tidak setuju, 21 responden (28%),
menjawab cukup setuju sebanyak 38 responden (50,7%)
menjawab setuju sebanyak 10 orang (13,3%) menjawab sangat
setuju. Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 3,69 artinya rata-
rata responden menjawab setuju pernyataan “v”.
Pernyataan “Pimpinan berlaku tidak adil terhadap
bawahan” responden menjawab cukup setuju sebanyak 11
responden (14,7%), responden menjawab setuju sebanyak 44
orang (58,7%) dan menjawab sangat setuju sebanyak 20 orang
(26,7%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 4,12 artinya rata-
rata responden menjawab setuju pernyataan “Pimpinan berlaku
tidak adil terhadap bawahan”.
Nilai mean untuk variabel stres kerja sebesar 4,00.
Sehingga dapat dijabarkan bahwa rata-rata responden
menjawab setuju setiap pernyataan mengenai stres kerja yang
diajukan kepada responden.
64
5.4.4. Kepuasan Kerja (Y)
Hasil rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden
terhadap item-item dari variabel kepuasan kerja (Y) dapat
dilihat pada Tabel 5.11. sebagai berikut:
Tabel 5.11.
Distribusi Frekuensi Item-item Variabel Kepuasan Kerja (Y)
Indikator
r Jawaban Responden
Mean 1
(STS)
2
(TS)
3
(CS)
4
(S)
5
(SS)
F % F % F % F % F %
Kepuasan
Kerja
Y1 - - 2 2,7 18 24 37 49,3 18 24 3,95
Y2 - - 1 1,3 17 22,7 47 62,7 10 13,3 3,88
Y3 - - 6 8 37 49,3 22 29,3 10 13,3 3,48
Y4 - - 4 5,3 30 40 30 40 11 14,7 3,64
Mean Indikator 3,74
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan jawaban responden di atas, dengan
beberapa pernyataan kepuasan kerja sebagai berikut:
Pernyataan “Saya memanfaatkan kemampuan dan
keterampilan saya dalam bekerja”, 2 orang (2,7%) menjawab
setuju, cukup setuju dijawab oleh 18 orang (24%), menjawab
setuju sebanyak 37 orang (49,3%) dan 18 responden (24%)
menjawab sangat setuju. Nilai mean dari pernyataan ini sebesar
3,95 artinya rata-rata responden menjawab setuju dengan
pernyataan “Saya memanfaatkan kemampuan dan keterampilan
saya dalam bekerja”.
Pernyataan “Saya selalu membina komunikasi dan
hubungan yang baik dengan atasan” responden menjawab tidak
65
setuju sebanyak 1 orang (1,3%), cukup setuju sebanyak 17
responden (22,7%), responden menjawab setuju sebanyak 47
orang (62,7%) dan menjawab sangat setuju sebagak 10 orang
(13,3%). Nilai mean dari pernyataan ini sebesar 3,88 artinya rata-
rata responden menjawab setuju pernyataan “Saya selalu
membina komunikasi dan hubungan yang baik dengan atasan”.
Pernyataan “Saya selalu berhubungan baik dan saling
membantu” sebanyak 6 responden (8%) menjawab tidak setuju,
37 responden (49,3%), menjawab cukup setuju sebanyak 22
responden (29,3%) menjawab setuju sebanyak 10 orang (13,3%)
menjawab sangat setuju. Nilai mean dari pernyataan ini sebesar
3,48 artinya rata-rata responden menjawab cukup setuju
pernyataan “Saya selalu berhubungan baik dan saling
membantu”.
Nilai mean untuk variabel kepuasan kerja sebesar 3,74.
Sehingga dapat dijabarkan bahwa rata-rata responden
menjawab setuju setiap pernyataan mengenai variabel kepuasan
kerja yang diajukan kepada responden.
5.5. Hasil Analisis Statistik
5.5.1. Uji Asumsi Klasik
Model pengujian hipotesis berdasarkan analisis regresi
yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi asumsi
klasik agar menghasilkan nilai parameter yang sahih. Asumsi
klasik tersebut antara lain tidak terdapat adanya
multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
66
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah menunjukkan adanya
hubungan linear diantara variabel independen. Hasil
pengujian asumsi multikolinearitas ini disajikan pada Tabel
5.12 di halaman berikutnya.
Tabel 5.12. Hasil Pengujian Multikolinieritas
No Variabel Nilai VIF
Keputusan
1 Kecerdasan Emosional
1,378 Tidak terdapat multikolinearitas
2 Lingkungan Kerja 3,788 Tidak terdapat multikolinearitas
3 Stres Kerja 3,629 Tidak terdapat multikolinearitas
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan pada tabel 5.12 tersebut dapat diperoleh
kesimpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak
mengandung gejala (masalah) multikolinearitas, karena nilai
tolerance dan VIF adalah dibawah batas kriteria tentang
adanya masalah multikolinearitas, yaitu 10. Dengan
demikian, data tersebut dapat memberikan informasi yang
berbeda untuk setiap variabel independennya.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan
metode Korelasi Spearman’s rho antara nilai residu
(disturbance error) dari hasil regresi dengan masing-masing
67
variabel independennya. Hasil pengujian asumsi
Heteroskedastisitas ini disajikan pada tabel 5.13 di bawah ini.
Tabel 5.13. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Correlations
Unstandardized Residual
Kecerdasan emosional
Lingkungan kerja
Stres
kerja
Spearman’s
rho
Unstandardized
Residu
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.
75
-0.53
.653
75
-0.46
.698
75
.014
.906
75
Kecerdasan
emosional
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
-0.53
.653
75
1.000
.
75
.395**
.000
75
.390**
.001
75
Lingkungan
kerja
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
-0.46
.698
75
.395**
.000
75
1.000
.
75
.798**
.000
75
Stres kerja Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.014
.906
75
.390**
.001
75
.798**
.000
75
1.000
.
75
**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Hasil analisis korelasi Spearman’ rho pada tabel 5.13
diatas menunjukkan bahwa antara varian pengganggu
(unstandardized residual) dengan setiap variabel independen
tidak ada yang menunjukkan nilai diatas 0,7.
5.6. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
melihat pengaruh antara variabel dependen yaitu kecerdasan
emosional (X1), lingkungan kerja (X2) dan stres kerja (X3)
terhadap variabel independen yaitu kepuasan kerja (Y). Hasil
perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan
68
bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) 15.0 for
windows, seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.14 berikut :
Tabel 5.14.
Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel B tHitung Sig t Keterangan
Konstanta Kecerdasan Emosional Lingkungan Kerja Stres Kerja
-1,144 0,134 0,312 0,336
2,507 3,440 3,677
0,014 0,001 0,000
Signifikan Signifikan Signifikan
α : 5 % R : 0,871 R Square : 0,758 F hitung : 74,181 Sig. F : 0,000
Sumber : Data diolah, 2019
Sehingga apabila dimasukkan nilai hasil analisis akan
terbentuk persamaan sebagai berikut:
Y = -1,144 + 0,134 X1 + 0,312 X2 + 0,336 X3
Berdasarkan persamaan di atas maka maknanya dapat di
uraikan sebagai berikut:
Besarnya konstanta -1,144 mempunyai makna apabila
nilai konstanta dari kecerdasan emosional, lingkungan kerja,
dan stres kerja tidak ada atau sama dengan nol, maka besarnya
kepuasan kerja pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo menurun sebesar 114,4%.
Besarnya koefisien untuk variabel kecerdasan emosional
sebesar 0,134 dengan arah koefisien positif. Hal ini mempunyai
makna bahwa apabila pegawai memiliki kecerdasan dalam
69
mengelola kadar emosi dalam dirinya maka akan meningkatkan
kepuasan kerja pegawai sebesar 13,4%.
Besarnya koefisien untuk variabel Lingkungan Kerja
sebesar 0,312 dengan arah koefisien positif. Hal ini mempunyai
makna bahwa apabila Lingkungan kerja di lingkungan Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo
nyaman dan kondusif maka akan meningkatkan kepuasan kerja
pegawai sebesar 31,2%.
Besarnya koefisien untuk variabel Stres Kerja sebesar
0,336 dengan arah koefisien positif. Hal ini mempunyai makna
bahwa apabila pegawai mampu mengelola dan mengendalikan
stres kerja maka akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Sidoarjo sebesar 33,6%.
Besarnya nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,871
atau 87,1% hal ini menunjukan bahwa besarnya hubungan
antara kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo sebesar 87,1%
dan sisanya 12,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian.
Daya prediksi dari model regresi (R-square) yang
dibentuk dalam pengujian ini sebesar 0,758 atau 75,8%. Hal ini
menunjukan bahwa besarnya pengaruh antara kecerdasan
emosional, lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kepuasan
kerja pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
70
Kabupaten Sidoarjo sebesar 75,8% dan sisanya 24,2%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian.
5.7. Hasil Pengujian Hipotesis
Uji ini digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan arah
pengaruh beberapa variabel bebas (independent variable)
terhadap satu variabel terikat (dependent variable).
5.7.1. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Analisis secara simultan digunakan untuk mengetahui
pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis satu ini akan diuji
dengan uji F yang dihasilkan dari model regresi linier berganda.
Nilai signifikansi uji F dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.15.
Nilai Signifikansi Uji F
Seperti tampak pada tabel 5.15, diperoleh nilai F hitung
sebesar 74,181 dengan signifikansi F sebesar 0,000. Nilai sig.F
tersebut lebih kecil dari nilai alpha (α) dalam penelitian ini
adalah sebesar 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
71
adanya pengaruh secara simultan variabel kecerdasan
emosional, lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kepuasan
kerja Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Sidoarjo.
5.7.2. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Uji keberartian koefisien (βi) dilakukan dengan statistik t.
Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial
dari variabel independen (mengetahui apakah masing-masing
variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap
variabel dependen).
Tabel 5.16.
Nilai Signifikansi Uji t
Coefficients
Mode
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
Kecerdasan
Emosional
Lingkungan
Kerja
Stres Kerja
-1.144
.134
.312
.336
.885
.054
.091
.091
.172
.491
.409
-1.293
2.507
3.440
3.677
.200
.014
.001
.000
.726
.264
.276
1.378
3.788
3.629
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Data diolah, 2019
Besarnya nilai t untuk variabel Kecerdasan Emosional
(X1) sebesar 2,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014
lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%. Hal ini
mempunyai arti bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh
72
signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo.
Besarnya nilai t untuk variabel Lingkungan Kerja (X2)
sebesar 3,440 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 lebih
kecil dari signifikan statistik pada α = 5%. Hal ini mempunyai
arti bahwa Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo.
Besarnya nilai t untuk variabel Stres Kerja (X3) sebesar
3,677 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
signifikan statistik pada α = 5%. Hal ini mempunyai arti bahwa
Stres Kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo.
5.7.3. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Dominan
Pembuktian hipotesis ketiga dievaluasi dari nilai
koefisien regresi terbesar. Apabila diantara variabel-variabel
independen yang mempunyai nilai koefisien regresi (β) lebih
besar diantara yang lain maka variabel tersebut merupakan
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel
tergantung (Y).
73
Tabel 5.17.
Hasil Uji Variabel Dominan
Coefficients
Mode
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant)
Kecerdasan Emosional
Lingkungan Kerja
Stres Kerja
-1.144
.134
.312
.336
.885
.054
.091
.091
.172
.491
.409
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Data diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.17. tersebut nilai beta coefficients
tertinggi pada kategori standardized coefficients diperoleh variabel
lingkungan kerja, sehingga dapat dikatakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja adalah
lingkungan kerja. Dengan demikina dapat disimpulkan bahwa
H0 diterima.
5.8. Pembahasan Hasil Penelitian
Sejauh ini peran Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo sudah memberikan yang terbaik
kepada masyarakat dengan meningkatkan pelayaann kepada
masyarakat mengenai penyebaran informasi maupun arsip dan
perpustakaan. Dengan adanya pelayanan informasi yang timbal
balik kepada masyarakat dan pemerintah, tentunya nanti akan
memberikan suatu koreksi dan evaluasi yang datang mengalir
baik dari masyarakat sebagai pengguna jasa layanan informasi
maupun dari pemerintah selaku provider.
74
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variabel kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
terhadap kepuasan kerja pegawai Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo. Banyak
pernyataan-pernyataan kuesioner yang diberikan kepada
responden dijawab dengan setuju baik dari variabel kecerdasan
emosional, lingkungan kerja, stres kerja dan kepuasan kerja. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu tentang kecerdasan
emosional, lingkungan kerja, stres kerja dan kepuasan kerja.
Secara parsial kecerdasan emosional berpengaruh
terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja bepengaruh
terhadap kepuasan kerja, sesuai dengan hasil penelitian
penelitian Feby G. Zama (2017) tentang “Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
pada Karyawan PT. Reksa Finance Cabang Lampung”.
selanjutnya secara parsial stres kerja berpengaruh terhadap
kepuasan kerja, hal ini sejalan dengan penelitian Aulya Rahman
(2017) tentang “Pengaruh Stres Kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat”
Dalam penelitian ini variabel dominan yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah lingkungan kerja, hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aulya
Rahman (2017) tentang “Pengaruh Stres Kerja dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat”.
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kecerdasan emosional, lingkungan kerja dan stres kerja
berpengaruh simultan terhadap kepuasan kerja pegawai
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Sidoarjo.
2. Berdasarkan hasil uji secara parsial disimpulkan bahwa :
a. Kecerdasan Emosional berpengaruh terhadap kepuasan
kerja pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo.
b. Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo.
c. Stres Kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo.
3. Lingkungan kerja berpengaruh dominan terhadap kepuasan
kerja pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Sidoarjo.
76
6.2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan manfaat peneltiiasn,
maka saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh sebagai bahan
evaluasi dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai,
melalui peningkatan kecerdasan emosional, pemeliharaan
lingkungan kerja dan pengendalian stres kerja. Berdasarkan
hasil penelitian kecerdasan emosional merupakan dimensi
variabel yang paling kecil mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Sidoarjo. Sehingga pihak Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sidoarjo sebaiknya
menumbuhkan rasa kecerdasan emosional pegawai
terhadap institusinya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi guna melakukan
penelitian tentang variabel-variabel yang mempengaruhi
kinerja pegawai dan sebaiknya peneliti yang akan datang
menambahkan beberapa variabel lain yang dapat
meningkatkna prestasi kerja pegawai. Variabel yang dapat
digunakan antara lain kepemimpinan, motivasi dan
kedisiplinan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Chiva, Ricardo., dan Alegre, Joaquin. 2008. Emotional Intelligence And
Job Satisfaction: The Role Of Organizational Learning Capability. Journal of Personnel Review. Vol. 37 No. 6. Pp. 680-701.
Dewi, Lusyana. 2016. Pengaruh Kepribadian, Emosi Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Stasiun TV Lokal di Lampung). Tesis. Lampung : Universitas
Lampung. Djaali, 2008. Skala Likert. Jakarta : Pustaka Utama
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang : Badan Penerbit UNDIP. Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi ke-7, Jilid 2. Jakarta :
Erlangga. Gujarati, Damodar N. Dawn C. Porter. 2010.Basic Econometrica. Fifth
Edition. New York : Mc Graw Hill. Handoko, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE. Hasibuan, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara. Hasibuan, Malayu, S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Bumi Aksara. Husnul, K. Ulfah, et.al., 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Tesis. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
78
Javed, Masooma., Balouch, Rifat., dan Hassan, Fatima. 2014.
Determinants of Job Satisfaction and its Impact on Employee Performance and Turnover Intentions. International Journal of Learning & Development. Vol. 4, No. 2. ISSN: 2164-4063.
Kreitner dan Kinicki, 2001. Emotional Intelligence and Job Satisfaction:
Testing the Mediatory Role of Positive and Negative Effect at Work. Personality and Individual Differences, Vol.44 (2008) pp.712–722.
Law, K. S., Wong, C. S., dan Song, L. 2004. Construct Validity Of
Emotional Intelligence: Its Potential Utility of Management Studies. Journal of Applied Psychology. Pp 89: 483–496.
Lee, So Young. 2006. Expectations Of Employees Toward The
Workplace And Environmental Satisfaction. Journal of Facilities. Vol. 24 No. 9/10. Pp. 343-353.
Meisler, Galit. 2013. Exploring Emotional Intelligence, Political Skill, And Job Satisfaction. Journal of Employee Relations. Vol. 36, No. 3. Pp. 280-293.
Rahman, Aulya. et.al., 2017. Pengaruh Stres Kerja dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat. Tesis.
Palembang : Universitas Bung Hatta. Robbins, 2003. Organizational Behavior and Self Assessment Library.
Jakarta : Prenhallindo. Robbins & Judge, 2008. Organizational Behavior and Self Assessment
Library. Jakarta : Prenhallindo.
Sedarmayanti, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi dan
Birokrasi. Bandung : Mandar Maju.
79
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat. Siallagan, Rumondang. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi
Dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PTPN VII (Persero) Unit Usaha Pematang Kiwah. Tesis. Universitas Lampung.
Sihombing, 2004. Pengaruh Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan.
Jakarta : Balai Pustaka. Singarimbun dan Effendi, 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta :
LP3ES. Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : CV. Alfabeta. Wicaksono, Aldy, P. 2017. Pengaruh Lingkungan Kerja, Budaya
Organisasi dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan PT. Pertamina (Persero). Tesis. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Wong, Chi-Sum., Wong, Ping-Man., dan Law, K.S. 2007. Evidence of
The Practical Utility of Wong’s Emotional Intelligence Scale in Hongkong and Mainland China. Asia Pasific Journal. Pp. 43-60.
Zama, G. Feby. 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Reksa Finance Cabang Lampung. digilib.unila.ac.id.