Upload
vankhanh
View
324
Download
2
Embed Size (px)
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN
DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Hendi Purnomo
NIM 7211413179
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
i
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN
DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Hendi Purnomo
NIM 7211413179
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Hidup di dunia ini hanya sekali, tetapi ilmu dan karya yang bermanfaat akan
abadi untuk selamanya”
(Hendi Purnomo)
“Hidup bukanlah tentang seberapa hebat diri anda, hidup juga bukan untuk
menunjukkan seberapa tinggi kedudukan anda, tetapi hidup ini tentang
seberapa bermanfaat anda untuk sesama”
(Hendi Purnomo)
“Terkadang hidup ini seperti sebuah piano, selalu ada bagian hitam dan putih.
Namun jika kita tahu kunci dan nada dasar untuk memainkannya, maka
perpaduan antara keduanya akan melahirkan sebuah rangkaian nada dan
denting yang indah untuk diresapi”
(Hendi Purnomo)
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai kesanggupannya”.
(Q.S. Al- Baqarah: 286)
Persembahan
Untuk bangsa dan negaraku
Kedua orang tua dan keluargaku
Almamater kebanggaanku
Beasiswa Bidikmisi Indonesia
Para guru dan dosenku
Seluruh teman dan para sahabat
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat,
kesempatan,dan hidayah-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam kepada Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh umat muslim yang berada di jalan
kebenaran dan menjadi suri tauladan yang baik. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih setulus - tulusnya atas segala anugerah dan pertolongan
yang selama ini selalu diberikan Alloh SWT dalam bentuk
rezeki,kesehatan,waktu,kejernihan pemikiran,dan kemudahan dalam setiap tahapan
yang penulis hadapi. Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menempuh
proses perkuliahan di kampus Universitas Negeri Semarang dengan lancar dan baik
serta dapat menyelesaikan sebuah skripsi berjudul ”PENGARUH KEBIJAKAN
DIVIDEN DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi program studi S1 Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik tidak lain berkat adanya bimbingan, motivasi, semangat, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman,M.Hum. selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
vii
2. Dr. Wahyono,M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. dan Ibu Indah Anisykurlillah, S.E.,M.Si.,Akt., CA
selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan sebagian waktunya
dan bekerjasama untuk memberikan bimbingan, pengarahan, pemikiran, saran,
bantuan, dan setia mendampingi sejak proses penyusunan skripsi hingga ujian
sidang skripsi.
5. Ibu Dhini Suryandari,S.E.,M.Si.,Ak dan Bapak Kiswanto S.E.,M.Si selaku wali
kelas rombel C S1 Akuntansi angkatan 2013 yang telah banyak membantu dan
menjadi orang tua asuh selama kami menjadi mahasiswa Universitas Negeri
Semarang.
6. Para dosen atau staf pengajar FE Unnes yang sangat brilian, terimakasih atas
ilmu dan pencerahan yang bapak dan ibu berikan selama di perkuliahan.
7. Ayah dan Ibu sebagai orang tua yang sangat luar biasa dan tak akan pernah
tergantikan jasa dan kasih sayangnya.Selalu memberikan
doa,dukungan,semangat,tanggung jawab,dan kepercayaan yang begitu tulus
dalam berbagai situasi yang penulis hadapi. Mereka tempat curahan hati dan
konsultasi terbaik selama perjalanan hidup ini. Terimakasih ayah & ibu semoga
Alloh SWT kelak menempatkan kalian di tempat yang paling mulia.
8. Keluarga, kerabat serta kakek dan nenek yang selalu memberikan wejangan,
nasihat, doa, dan support baik secara moril maupun materil.
viii
9. Seluruh sahabat yang selalu memberikan motivasi, kenangan,dan inspirasi yang
sangat luar biasa dalam perjalanan ini. Seluruh teman-teman seperjuangan dari
masa sekolah hingga masa kuliah yang telah banyak menorehkan cerita yang
tak terlupakan khususnya teman – teman Akuntansi C 2013, tim KKN Jatirogo
Demak 2016, teman – teman PKL Dinas Pariwisata 2016 dan seluruh rekan –
rekan organisasi Hima Akutansi, March, Unssaf, HE Band FE (B-minor), El-
Nino Accoustic, dan teman- teman kos. Terimakasih sudah hadir dan
melengkapi kisah perjalanan hidup saya.
10. Terakhir tidak lupa untuk seluruh pihak yang selama ini turut serta berkontribusi
dalam membangun setiap langkah yang saya tempuh dan jalani.
Akhir kata, semoga Alloh SWT membalas segala kebaikan dan ketulusan hati
kalian semua. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
serta menambah wawasan bagi para pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Semarang, 4 Juli 2017
Penulis
ix
SARI
Purnomo,Hendi.2017.”Pengaruh Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Moderating”.Skripsi. Jurusan Akuntansi.Fakultas Ekonomi.Universitas Negeri
Semarang.Pembimbing 1.Dr.Agus Wahyudin,M.Si.Pembimbing II. Indah
Anisykurillah,S.E.,M.Si.,Akt.,CA.
Kata kunci: Nilai Perusahaan,Kebijakan Dividen,Kebijakan Hutang,Kinerja
Keuangan.
Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik atau
pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik atau pemegang
saham menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak manajemen untuk
mengelola dan meningkatkan nilai perusahaan. Namun berdasarkan data di Bursa
Efek Indonesia, terdapat fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian perusahaan
yang terdaftar belum mampu megoptimalkan nilai perusahaannya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan keuangan yang meliputi kebijakan
dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan
sebagai variabel moderating.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor property,
real estate, & building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012 sampai 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah purposive
sampling, dengan kriteria perusahaan sektor property, real estate, & building
construction yang terdaftar di BEI mulai tahun 2012 sampai 2015 dan mempunyai
kelengkapan data terkait variabel penelitian. Berdasarkan hasil purposive sampling
terpilih 22 perusahaan sektor property,real estate,dan building construction dengan
jumlah sampel yang di observasi 88 laporan tahunan perusahaan. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (nilai selisih mutlak) dengan
menggunakan alat analisis IBM SPSS Statistics 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kinerja keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen yang dimoderasi
oleh kinerja keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
dan kebijakan hutang yang dimoderasi oleh kinerja keuangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Simpulan dari penelitian ini yaitu kebijakan dividen dan kinerja keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan
hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun kebijakan hutang yang
dimoderasi oleh kinerja keuangan hasilnya berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang dimoderasi oleh kinerja
keuangan hasilnya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Saran berkaitan dengan hasil penelitian yaitu perusahaan perlu memperhatikan
keputusan-keputusan keuangan terkait kebijakan dividen,kebijakan hutang dan
menjaga kestabilan kinerja keuangan (profitabilitas) untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
x
ABSTACT
Purnomo, Hendi. 2017. “The Influence of Dividend Policy and Debt Policy to
Firm Value with Financial Performance as A Moderating Variable”.Final
Project.Accounting Department. Faculty of Economics. Semarang State
University.Advisor I. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. II. Indah
Anisykurillah,S.E.,M.Si.,Akt.,CA.
Keywords: Firm value, Dividend Policy, Debt Policy, Financial Performance.
Company was created to prosper the owners or investors. To achieve that,
the owners or investors delegated the job for management to manage their company
and increase the firm value. But based of the real data from Indonesian Stock
Exchange showed that some companies in this country have the firm value under
optimal. This research is aiming to discover the effect of financial decisions as
dividend policy and debt policy on the firm value with financial performance as a
moderating variable.
Population in this research is all of property, real estate & building
construction companies listed in Indonesian Stock Exchange at a period time of
2012 to 2015. The informations and data in this research comes from the secondary
data obtained through the documentation technique. This research use purposive
sampling with criteria for every property, real estate & building construction
companies listed in IDX start from 2012 to 2015 and have completed informations
and data about research variables. Based on purposive sampling, 22 property & real
estate, and building construction companies are selected with 88 samples of annual
report are observed. The technique of analysis used moderated regression analysis
(the difference absolute value test) with IBM SPSS Statistics 21 software.
The result showed that dividend policy has a significant and positive effect
on firm value, debt policy hasn’t a significant and nrgative effect on firm value,
financial performance has a significant and positive effect on firm value. Financial
performance can moderated relationship of debt policy and firm value with a
significant and positive effect. But, relationship of dividend policy and firm value
which moderated by financial performance has a significant and negative effect.
Conclusion of the research, dividen policy and financial performance have
significantly influence on the firm value but debt policy wasn’t significantly
influence on the firm value. Interaction of debt policy and firm value which
moderated by financial performance has a significant and positive effect. But,
relationship of dividend policy and firm value which moderated by financial
performance has a significant and negative effect. Suggestions, the company need
give more attention for financial decision about dividend policy,debt policy and
keep the stabilized of financial performance (profitability) to increase firm value.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................iii
PERNYATAAN .................................................................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................v
PRAKATA .........................................................................................................vi
SARI ...................................................................................................................ix
ABSTRACT .......................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................23
1.3. Cakupan Masalah.......................................................................................24
1.4. Rumusan Masalah .....................................................................................25
1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................................26
1.6. Kegunaan Penelitian ..................................................................................26
1.7. Orisinalitas Penelitian ................................................................................28
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................30
2.1. Kajian Teori Utama (Grand Theory) .........................................................30
2.1.1 Agency Theory ...............................................................................30
2.1.2 Signaling Theory ............................................................................35
2.1.3 Bird in the Hand Theory ................................................................37
2.1.4 Trade Off Theory ...........................................................................38
2.2. Kajian Variabel Penelitian .........................................................................41
2.2.1 Nilai Perusahaan ............................................................................41
2.2.2 Kebijakan Dividen .........................................................................45
xii
2.2.3 Kebijakan Hutang ..........................................................................50
2.2.4 Kinerja Keuangan ..........................................................................52
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................................55
2.4. Kerangka Berpikir .....................................................................................64
2.4.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan ..............64
2.4.2 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan ...............67
2.4.3 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan ...............69
2.4.4 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating ..............71
2.4.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating ..............74
2.5. Hipotesis Penelitian ...................................................................................77
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................78
3.1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................78
3.2. Populasi,Sample, dan Teknik Pengambilan Sampel..................................78
3.2.1 Populasi .........................................................................................78
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .....................................79
3.3. Variabel Penelitian.....................................................................................80
3.3.1 Variabel Dependen ........................................................................80
3.3.2 Variabel Independen ......................................................................81
3.3.3 Variabel Moderating ......................................................................82
3.4. Teknik Pengambilan Data..........................................................................83
3.5. Teknik Analisis Data .................................................................................84
3.5.1 Teknik Analisis Deskriptif .............................................................84
3.5.2 Teknik Analisis Inferensial ............................................................85
3.5.2.1 Uji Prasyarat ......................................................................85
3.5.2.1.1 Uji Normalitas ..................................................85
3.5.2.1.2 Uji Linearitas....................................................86
3.5.2.2 Uji Asumsi Klasik ..............................................................87
3.5.2.2.1 Uji Multikolonieritas ........................................87
3.5.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas .....................................88
xiii
3.5.2.2.3 Uji Autokorelasi ...............................................89
3.5.2.3 Teknik Analisis Regresi Moderasi
(Uji Nilai Selisih Mutlak) ..................................................90
3.5.2.4 Uji Hipotesis ......................................................................92
3.5.2.4.1 Uji Pengaruh Langsung (Uji t) .........................92
3.5.2.4.2 Uji Pengaruh Variabel Moderasi......................93
3.5.2.2 Koefisien Determinasi (R2) ................................................93
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................................95
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................95
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................95
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................96
4.1.3 Hasil Analisis Inferensial .................................................................102
4.1.3.1 Hasil Uji Prasarat .................................................................102
4.1.3.1.1 Hasil Uji Normalitas ...........................................102
4.1.3.1.2 Hasil Uji Linearitas ............................................104
4.1.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................105
4.1.3.2.1 Hasil Uji Multikolonieritas .................................105
4.1.3.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..............................106
4.1.3.2.3 Hasil Uji Autokorelasi ........................................108
4.1.3.3 Hasil Analisis Regresi Moderasi ..........................................109
4.1.3.4 Hasil Uji Hipotesis ...............................................................112
4.1.3.4.1 Hasil Uji Pengaruh Langsung (Uji t) ..................112
4.1.3.4.2 Hasil Uji Pengaruh Variabel Moderasi
dengan Nilai Selisih Mutlak ...............................113
4.1.3.5 Koefisien Determinasi (R2) ..................................................115
4.2 Pembahasan dan Temuan Penelitian .............................................................116
4.2.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan ................116
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan .................118
4.2.3 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan .................121
4.2.4 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating ................123
xiv
4.2.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating ................125
BAB V PENUTUP .............................................................................................126
5.1 Simpulan .......................................................................................................126
5.2 Saran .............................................................................................................127
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................129
LAMPIRAN .......................................................................................................137
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Perusahaan sektor Property,Real Estate dan Building
Constructions tahun 2012-2015 ..........................................................................6
Tabel 1.2 Data Pergerakan Indeks Harga Saham Sektoral di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012-2015 .................................................................................9
Tabel 2.1 Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu ..........................................61
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ..............................................83
Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Durbin-Watson ........................................90
Tabel 4.1 Pemilihan Sampel Penelitian ..........................................................95
Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ...................................................97
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ...................................102
Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas Durbin-Watson Model Utama ........................104
Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Durbin-Watson Model Kuadrat ......................104
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................106
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas White Test........................................107
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson...........................................109
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Moderasi (Nilai Selisih Mutlak) .................110
Tabel 4.10 Hasil Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ..............................................114
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ...................................................................115
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian ........................................................................ 77
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plot .......................................... 103
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot ...................... 108
Gambar 4.3 Model Koefisien Jalur .............................................................. 111
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ........................................................ 137
Lampiran 2 Hasil Tabulasi Nilai Perusahaan (PBV) ................................... 138
Lampiran 3 Hasil Tabulasi Kebijakan Dividen (DPR) ................................ 139
Lampiran 4 Hasil Tabulasi Kebijakan Hutang (DER) ................................. 140
Lampiran 5 Hasil Tabulasi Kinerja Keuangan Profitabilitas (ROE) ........... 141
Lampiran 6 Hasil Pengujian Data (Output SPSS 21)................................... 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Berdirinya suatu perusahaan memiliki beberapa tujuan yang orientasinya
jelas dan terarah. Tujuan perusahaan yang pertama yaitu untuk mencapai
keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Kedua, memberikan
kemakmuran bagi pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Sedangkan
tujuan perusahaan yang ketiga yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang
tercermin dari harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara
substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai berbeda
antara tujuan yang satu dengan yang lainnya (Martono dan Harjito,2008).
Sebagai organisasi bisnis, perusahaan memiliki orientasi tujuan jangka
panjang maupun jangka pendek. Makna tujuan perusahaan dalam jangka pendek
(arti sempit) yaitu bertujuan mengejar keuntungan untuk menambah kekayaan
pemiliknya. Sedangkan makna dari tujuan perusahaan modern (jangka panjang)
tidak hanya menitikberatkan pada aspek profite oriented saja, tetapi juga bertujuan
untuk meningkatkan nilai perusahaan disertai dengan eksistensi secara periodik dan
berkesinambungan.
Secara umum perusahaan yang tumbuh dan berkembang akan menghadapi
berbagai gejolak permasalahan di dalam menjalankan usahanya, salah satunya
yaitu persaingan. Persaingan di dalam dunia bisnis merupakan suatu tantangan
untuk terus maju dan berkembang. Ketatnya persaingan di era modern ini menuntut
2
perusahaan untuk lebih berfikir konservatif, stratejik, analitis, dan taktis dalam
setiap pengambilan keputusan yang akan dijalankan. Selain berbagai tantangan di
kancah domestik yang semakin kompetitif, tantangan dari luar negeri pun semakin
bertambah dengan munculnya kebijakan masyarakat ekonomi asean (MEA) sejak
awal tahun 2016.
Kompetisi dunia bisnis yang semakin meningkat akan memacu perusahaan
untuk meningkatkan kinerja dan kualitasnya guna bersaing dengan para kompetitor.
Pada aspek yang lain, semakin besar dan berkembangnya suatu perusahaan modern
menyebabkan pemilik perusahaan tidak akan mampu lagi untuk memikirkan dan
mengelola segala kompleksitas bisnisnya secara personal, sehingga mereka akan
melakukan suatu kontrak kerjasama dengan para profesional atau pihak yang
disebut sebagai manajemen.
Manajemen sebagai pihak yang diberi wewenang bertugas untuk
menjalankan aktivitas bisnis perusahaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh para pemilik atau pemegang saham. Para pemilik perusahaan berharap di
bawah pengelolaan tenaga ahli atau profesional, kinerja perusahaan akan lebih
terjamin, bisa bertahan dan bersaing di tengah suasana pasar yang semakin
kompetitif, serta diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan melalui adanya
peningkatan kemakmuran yang mereka dapatkan (Efendi,2013).
Pemilik perusahaan memberikan wewenang kepada manajemen untuk
mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan mereka (Lestari et al,2014).
Peningkatan nilai perusahaan sebagai salah satu tujuan perusahaan dapat tercapai
3
apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang
meliputi sharehoder maupun stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan
keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Tujuan
perusahaan dapat tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik terutama
dalam hal pengambilan kebijakan perusahaan. Apabila hal tersebut dapat dikelola
dengan baik, maka roda perusahaan dapat bergerak dengan lancar.
Upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan merupakan poin yang penting,
aspek tersebut dipandang erat kaitannya dengan persepsi investor dan kreditor
mengenai prospek yang dimiliki perusahaan. Nilai perusahaan yang dimiliki
memberikan gambaran kepada manajemen mengenai persepsi investor tentang
kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Bringham dan
Houston,2003). Oleh sebab itu, perusahaan akan berusaha untuk mengoptimalkan
nilai perusahaannya agar memiliki daya tarik di hadapan para investor.
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut akan dijual. Nilai perusahaan dapat diukur melalui berbagai aspek, salah
satunya dinilai dari harga pasar saham yang dimiliki, sebab harga pasar saham dapat
menjadi tolok ukur penilaian investor atas besarnya ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Harga pasar saham yang terbentuk merupakan nilai wajar yang dimiliki
perusahaan.
Nilai perusahaan juga dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki
perusahaan seperti surat – surat berharga, dan saham merupakan salah satu aset
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan (Martono & Harjito, 2008). Oleh
4
sebab itu, pada umumnya nilai perusahaan sering diindikasikan dengan harga
saham, di mana semakin tinggi harga saham maka nilai perusahaannya pun akan
semakin tinggi. Hal inilah yang menjadi keinginan para pemegang saham, sebab
dengan meningkatnaya nilai perusahaan maka nilai investasi yang dimilikinya juga
akan bertambah. Nilai perusahaan yang optimal secara tidak langsung akan
mengangkat citra kredibilitas dan kemampuan perusahaan dalam memberikan
benefit bagi para pemegang saham dan pihak-pihak pemangku kepentingan.
Bagi perusahaan yang masih bersifat private atau belum go public, nilai
perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau appraisal company
(Suharli,2006). Sedangkan bagi perusahaan yang sudah menerbitkan sahamnya di
pasar modal (go public), harga saham yang ditransaksikan merupakan cerminan
dari nilai perusahaan (Martono dan Harjito,2008). Harga saham yang tinggi serta
didukung dengan pergerakan yang cenderung mengalami kenaikkan dan stabil akan
menjadi penilaian positif di mata investor. Hal inilah yang menjadi salah satu
pertimbangan para investor dengan harapan tingkat keuntungan yang diperoleh
peluangnya akan lebih besar. Keuntungan yang akan diperoleh investor atas
investasi mereka yaitu berupa dividend dan capital gain.
Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor dan merupakan
indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Irawati,2016).
Setiap informasi terkait kondisi perusahaan memiliki sifat yang cenderung sensitif
terhadap reaksi pasar. Nilai perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada para
investor untuk menanamkan modal pada sebuah perusahaan. Sedangkan bagi pihak
kreditor, nilai perusahaan akan berkaitan dengan tingkat likuiditas, yaitu aspek yang
5
memberikan pandangan mengenai tingkat kemampuan perusahaan di dalam
mengembalikan pinjaman yang akan diberikan oleh pihak kreditor. Perusahaan
yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi secara fundamental cenderung lebih
berpotensi baik dalam menyelesaikan kewajibannya dibandingkan perusahaan
bernilai rendah.
Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang optimal
merepresentasikan bahwa kinerja manajemen perusahaan tersebut cenderung baik,
sebab para investor lebih banyak yang tertarik untuk memperdagangkan saham
perusahaan tersebut dengan optimisme jika kelak di jual pasti bisa terjual dengan
harga yang lebih tinggi dan banyak diminati. Kecil kemungkinannya seorang
investor akan membeli saham perusahaan yang kredibilitasnya rendah atau secara
fundamental kinerjanya kurang baik. Dengan nilai perusahaan yang tinggi
setidaknya pihak kreditor tidak merasa khawatir dalam memberikan pinjaman
kepada perusahaan tersebut (Saputra,2015).
Investor dan kreditor akan semakin yakin untuk menanamkan investasinya
maupun memberikan pendanaan bagi perusahaan melihat adanya peningkatan nilai
perusahaan disertai dengan kestabilan kenaikkan yang terjadi setiap periodenya.
Dengan kondisi semacam itu, perusahaan akan mendapatkan manfaat dan
kemudahan pendanaan dari pihak eksternal untuk mendanai proyek investasi
maupun pengembangan usahanya.
Namun berdasarkan informasi dan analisa data secara faktual menunjukkan
bahwa tidak sedikit perusahaan di Indonesia terutama yang bergerak di sektor
property,real estate,dan building constructions memiliki nilai perusahaan yang
6
relatif rendah dan cukup volatil. Berikut adalah data nilai perusahaan beberapa
perusahaan yang bergerak pada sektor property,real estate,dan building
constructions beberapa tahun terakhir.
Tabel 1.1
Nilai perusahaan sektor property,real estate, dan building constructions BEI
berdasarkan PBV*
Sumber: Bursa Efek Indonesia 2017
Data menunjukkan bahwa nilai perusahaan sektor property,real estate, dan
building constructions terlihat sangat fluktuatif, bahkan volatilitas nilai antar
periodenya cenderung ke arah penurunan. Selain itu, secara umum beberapa
perusahaan yang bergerak di bawah naungan sektor property,real estate, dan
building constructions masih memiliki nilai perusahaan yang belum optimal seperti
apa yang diharapkan.
Salah satu indikator yang biasa digunakan dalam pengukuran nilai
perusahaan adalah melalui nilai price book value yang merupakan perbandingan
antara harga pasar saham yang beredar dengan harga saham nilai bukunya.
No Nama Entitas 2012 2013 2014 2015
1. Agung Podomoro Land 2,68 1,76 3,58 1,69
2. Duta Anggada Realty 0,79 0,48 0,68 0,44
3. Intiland Development 0,88 0,79 1,49 0,80
4. Metro Realty 1.84 1.95 2.04 0,69
5. Wijaya Karya 3.21 3.01 4.79 2.99
6 Pudjiadi Prestige 0,61 0,57 0,51 0,44
7. Adhi Karya 2.68 1.76 3.58 1.69
7
Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio price book value
di atas satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya. Sebaliknya, apabila PBV nilainya di bawah satu mencerminkan persepsi
investor terhadap prospek perusahaan terbilang rendah. Karena dengan nilai PBV
di bawah satu menggambarkan harga jual perusahaan lebih rendah
dibandingkan nilai buku perusahaan (Martikarini,2014). Artinya bahwa investor
cenderung kurang meminati saham dari perusahaan tersebut sehingga nilai jual
saham perusahaan tersebut di pasar nilainya rendah.
Rendahnya nilai perusahaan merupakan reaksi pasar yang cenderung
pesimis atau underestimate terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan
benefit. Sebab harga pasar tidak lain adalah gambaran dari berbagai keputusan
dan kebijakan yang dilakukan oleh manajemen, sehingga dapat dikatakan bahwa
nilai perusahaan adalah akibat dari tindakan manajemen (Suharli,2006).
Mengingat bahwa nilai perusahaan dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan penilaian investasi oleh calon investor, hal tersebut menjadi penting
bagi perusahaan di berbagai sektor industri untuk berupaya meningkatkan dan
mengoptimalkan nilai perusahaanya, termasuk perusahaan – perusahaan yang
bergerak pada sektor industri property, real estate ,dan building construction di
Indonesia.
Berbicara mengenai perkembangan bisnis pada sektor industri property,
real estate ,dan building construction di Indonesia, dewasa ini sebagian besar
masyarakat berasumsi bahwa sektor industri property, real estate ,dan
construction building merupakan sektor yang cenderung memiliki karakteristik
8
yang sangat prospektus namun juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Dikatakan
memiliki risiko yang cukup tinggi karena pembiayaan atau sumber dana utama
aktivitas sektor ini pada umumnya diperoleh melalui pinjaman dari pihak kreditor.
Namun kenyataannya, sektor ini tetap diminati oleh banyak kalangan dan
mendapat dukungan positif dari berbagai pihak termasuk kreditor. Dilansir dari
bisnis.com (2017), portal properti Indonesia (rumah.com) yang bekerjasama
dengan lembaga riset Intuit Research Singapura merilis hasil survei tentang
Property Affordability Sentiment Index 2016. Survei ini diambil dari 1.030
responden di Indonesia dengan rentang waktu November – Desember 2016.
Hasilnya, 52% masyarakat Indonesia berminat untuk membeli properti dalam enam
bulan pertama di tahun 2017. Hal ini selaras dengan 76% responden yang
menyatakan puas dengan kondisi properti Indonesia. Jumlah ini meningkat 5% dari
periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Adapun sejumlah indikator yang memperkuat keyakinan konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian properti antara lain: 76% responden merasa yakin
dengan prospek peningkatan harga dalam jangka panjang, sedangkan 31%
menganggap tersedia pilihan pendanaan yang baik untuk memiliki properti.
Fenomena tersebut sesuai dengan prinsip investasi yaitu “high risk, high return” di
mana semakin besar tingkat risiko investasi maka kecenderungan return yang akan
diperoleh akan semakin besar pula. Namun setelah dilakukan analisis dan
pengamatan pada perdagangan dan pergerakan saham di bursa efek Indonesia,
secara faktual kondisi harga saham sektoral perusahaan property,real estate,dan
9
building construction sedikit berbeda dengan fenomena yang terjadi pada aktivitas
bisnis dan perdagangan property,real estate, dan building construction secara riil.
Tabel 1.2
Data Pergerakan Indeks Harga Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2015
Sektor/Tahun Indeks Harga Saham Sektoral
2012 2013 2014 2015 Rata-Rata
Agriculture 2.062,94 2.139,96 2.351,04 1.719,26 2.068,30
Basic Industry &
Chemical
526,55 480,74 543,67 407,84 489,70
Consumer Goods 1.565,88 1.782,09 2.177,92 2.064,91 1.897,70
Finance 550,1 540,33 731,64 687,04 627,28
Infrastructure, Utilities &
Transportation
907,52 930,4 1.160,28 981,33 994,88
Mining 1.863,67 1.429,30 1.368,99 811,06 1.368,26
Miscellaneous Industry 1.336,52 1.205,01 1.307,07 1.057,28 1.226,47
Property, Real Estate, &
Building Construction
326,55 336,99 524,91 490,93 419,85
Trade, Services &
Investment
740,95 776,79 878,63 849,53 811,48
Sumber: Yahoo Finance 2017
Berdasarkan indeks harga sektoral yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia, indeks harga saham sektoral rata-rata untuk sektor property, real estate,
dan building construction 4 tahun terakhir (periode 2012-2015) menunjukkan
bahwa sektor ini masih termasuk dalam jajaran indeks harga sektoral bernilai
rendah yaitu sebesar 419.85 rupiah.
Pada kenyataannya harga produk property dan real estate di dunia semakin
hari semakin tinggi, begitu pula dengan meningkatnya aktivitas perusahaan
10
konstruksinya. Kebutuhan akan hunian dan bangunan juga semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di samping itu, sektor properti
merupakan salah satu indikasi semakin membaiknya pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Meningkatnya jumlah properti memperlihatkan bahwa investasi dan
kemampuan daya beli masyarakat semakin meningkat.
Basis properti berupa tanah, hakekatnya memiliki supply yang bersifat tetap
sedangkan demand akan tanah jumlahnya semakin meningkat seiring
bertambahannya jumlah penduduk. Sementara itu, harga tanah tidak mengikuti
harga pasar tetapi bergantung pada lokasi dan kepemilikan tanah. Sudah seharusnya
nilai perusahaan property,real estate, & building construction semakin tinggi dan
para investornya mendapatkan keuntungan yang lebih optimal atas kondisi
tersebut.
Faktanya jika dilihat dari harga saham perusahaan sektor property, real
estate, & building construction, harga sahamnya masih cenderung rendah jika
dibandingkan dengan sektor -sektor yang lain. Meski demikian, sektor property,
real estate, & building construction memiliki keunikan tersendiri. Nilai indeks
saham sektoralnya memang terlihat cenderung rendah dibandingkan beberapa
sektor lain, akan tetapi saham sektor ini sangat prospektus. Pergerakan harga saham
rata-rata sektor ini cenderung mengalami kenaikkan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sektor – sektor lain. Penurunan harga saham rata-ratanya pun lebih rendah
dibandingkan sektor yang lain.
Dibuktikan dengan perbandingan data dari Bursa Efek Indonesia 3 tahun
terakhir, pada tahun 2014 tercatat indeks saham rata-rata akhir tahun untuk sektor
11
property, real estate, & building construction yaitu sebesar 524,908 rupiah
mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya sebesar 187.911 rupiah (55,76 %)
sedangkan IHSG pada kisaran 5.226,947 rupiah hanya mengalami kenaikkan
952,770 (22,29 %) dari tahun sebelumnya. Ketika pada tahun 2015 seluruh indeks
saham Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan, termasuk juga pada sektor
property, real estate, & building construction. Sektor property, real estate, &
building construction mampu bertahan dengan indeks harga saham rata-rata sebesar
490,93 rupiah hanya mengalami penurunan sebesar 33.98 rupiah (6,47 %) saja,
sedangkan IHSG dari 4.593 rupiah mengalami penurunan sebesar 633.94 rupiah
(12,13 %).
Menariknya, jika dianalisis lebih mendalam dari berbagai fakta dan
fenomena yang berkembang saat ini, terbesit sebuah tanda tanya mengapa nilai
perusahaan dan indeks harga saham khususnya pada sektor property, real estate,
& building construction masih relatif rendah dan memiliki tingkat volatilitas yang
cukup tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, pentingnya nilai perusahaan juga telah
membuat banyak peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Ada berbagai
penelitian yang mengkaji tentang nilai perusahaan dan determinannya.
Pamungkas dan Puspaningsih (2013) melakukan penelitian berjudul
”Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan
Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan
keputusan pendanaan,kebijakan dividen ,dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya, Kusumaningrum dan Rahardjo (2013) juga
12
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
keputusan investasi dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
sedangkan keputusan pendanaan,kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yuliani et al (2013) dengan judul
”Keputusan Investasi,Pendanaan dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan
Risiko Bisnis sebagai variabel Mediasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berbeda dengan Yuliani et al (2013), penelitian Ambarwati dan Stephanus (2014)
yang berjudul ” Struktur Kepemilikan,Kebijakan Dividen, dan Leverage sebagai
Determinan atas Nilai Perusahaan” menunjukkan hasil bahwa struktur kepemilikan
dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan
leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Lawal (2014) juga turut melakukan sebuah penelitian yang berjudul
“Capital structure and the value of the firm: evidence from the Nigeria banking
industry”. Hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Di samping itu, Masum (2014) juga melakukan sebuah penelitian
yang berjudul “Dividend Policy and Its Impact on Stock Price – A Study on
Commercial Banks Listed in Dhaka Stock Exchange”, namun hasilnya
menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap nilai
13
perusahaan. Sementara itu, Sumanti dan Mangantar (2015) dalam penelitiannya
yang berjudul “Analisis Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI” menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan hutang , kebijakan dividen, dan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Beberapa
penelitian lainnya terkait nilai perusahaan yaitu: Arindita dan Sampurno (2015)
melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas,
Kebijakan Dividen, dan Size terhadap Nilai Perusahaan.” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan hutang tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya, Suroto (2015) juga melakukan
penelitian berjudul “Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Hutang,dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keputusan investasi dan keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Gamayuni (2015) juga melakukan penelitian berjudul ”The Effect Of
Intangible Asset, Financial Performance And Financial Policies On The Firm
Value”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan,sedangkan kebijakan dividen berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Himawan dan Christiawan (2016) melakukan penelitian berjudul
“Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
14
pada Sektor Manufaktur di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas,ukuran perusahaan, dan keputusan pendanaan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Rehman (2016) melakukan penelitian berjudul “Impact of Capital
Structure and Dividend Policy on Firm Value”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pertiwi et al (2016) juga
melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan
Hutang,Keputusan Investasi, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keputusan investasi dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan,sedangkan kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Selanjutnya, Novari dan Lestari (2016) melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage,dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Properti dan Real Estate”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Leverage tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumya
terungkap ada berbagai faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, berbagai
faktor tersebut di antaranya: struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional),kinerja keuangan (financial performance),intingible
15
asset,ukuran perusahaan, profitabilitas, keputusan investasi, kebijakan hutang
(leverage) dan kebijakan dividen.
Berdasarkan hasil penelitian – penelitian tersebut, menunjukkan adanya
hasil penelitian yang masih inkonsisten baik di dalam tahun penelitian yang sama
maupun di dalam tahun penelitian yang berbeda. Inkonsisten yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu mengenai pengaruh variabel kebijakan dividen dan kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan yang hasilnya masih berbeda-beda.
Berkaitan dengan kebijakan dividen, hasil penelitian Pamungkas dan
Puspaningsih (2013),Yuliani et al (2013), Ambarwati dan Stephanus (2014),
Sumanti dan Mangantar (2015),Suroto (2015),Himawan dan Christiawan (2016),
dan Rehman (2016) menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Kusumaningrum dan
Rahardjo (2013),Masum (2014), Arindita dan Sampurno (2015), dan Gamayuni
(2015) menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Selanjutnya terkait dengan kebijakan hutang, hasil penelitian Lawal
(2014),Sumanti dan Mangantar (2015), Arindita dan Sampurno (2015), dan Pertiwi
et al (2016) menunjukkan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, sedangkan hasil penelitian Ambarwati dan Stephanus
(2014),Gamayuni (2015),Himawan dan Cristiawan (2016), dan Rehman (2016)
menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Karena inkonsistennya hasil penelitian terdahulu, maka perlu dikaji lebih lanjut
variabel apakah yang menjadi penyebabnya. Dalam hal ini, kinerja keuangan di
16
duga menjadi variabel moderating yang menjadi penentu pada pengaruh kebijakan
dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Oleh sebab itu, peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan hal tersebut.
Besarnya nilai perusahaan tidak terlepas dari beberapa kebijakan yang
diambil perusahaan (Saputra,2015). Beberapa kebijakan keuangan yang cukup
sensitif dan sering dipertanyakan pihak investor yaitu menyangkut kebijakan
dividen dan kebijakan hutang perusahaan. Copeland dan Weston (1992) dalam
Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) mengemukakan bahwa selain masalah
agency, kebijakan dividen juga memegang peranan yang penting dalam
menjelaskan nilai perusahaan. Pembagian dividen akan membuat pemegang
saham mempunyai tambahan return selain dari capital gain (Martikarini,2014).
Sampai saat ini, kebijakan dividen masih menjadi teka-teki yang diperdebatkan.
Persoalan yang masih diperdebatkan menyangkut apakah pendapatan (laba bersih)
dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk investasi di masa depan (Sembiring
dan Pakpahan,2010). Perdebatan juga berkisar tentang apakah dividen dapat
dikatakan sebagai good news atau bad news bagi para pemegang saham atau
investor dan dapatkah dividen dijadikan sebagai suatu sinyal yang mempengaruhi
nilai perusahaan pada masa sekarang mupun di masa depan (Fadah, 2010).
Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan
tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. (Hatta,2002). Ketika jumlah dividen
yang dibagikan cukup besar maka hal tersebut akan menyebabkan kecenderungan
meningkatnya harga saham sekaligus nilai dari perusahaan. Kondisi itu terjadi
17
sebagai dampak atas sinyal informasi yang direspon oleh pasar yang disebabkan
oleh meningkatnya jumlah investor yang tertarik membeli saham perusahaan akibat
adanya kenaikkan jumlah dividen yang dibagikan.
Namun pasar bagaikan dua sisi pedang yang kemungkinan akan bereaksi
positif namun bisa juga akan bereaksi negatif. Jika perusahaan tidak membagikan
dividen, maka akan muncul berbagai ekspektasi, spekulasi, dan reaksi dari para
investor yang akan membeli saham perusahaan tersebut. Mereka akan
mempertanyakan salah satu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi mereka. Bagi perusahaan yang memilih untuk membagikan laba
dalam bentuk dividen, keputusan tersebut akan berdampak pada berkurangnya
jumlah laba ditahan (retained earnings) yang dimiliki perusahaan sehingga akan
menyebabkan berkurangnya total sumber pendanaan internal perusahaan.
Berbicara mengenai masalah sumber pendanaan perusahaan, secara tidak
langsung membahas mengenai kebijakan hutang bagi perusahaan. Masalah yang
sering muncul berkaitan dengan sumber dana yaitu apakah perusahaan
menggunakan sumber dana internal atau eksternal, besarnya modal sendiri yang
dimiliki, dan bagaimana tipe hutang dan modal yang akan digunakan oleh
perusahaan, sebab masalah struktur pembiayaan perusahaan akan menjadi
komponen penentu cost of capital yang ditanggung oleh perusahaan.
Kebijakan hutang yang optimal dapat memberikan stimulus untuk
meningkatkan nilai perusahaan dengan menurunkan pajak dan biaya ekuitas.
Penggunaan hutang dapat menurunkan pajak akibat adanya pembayaran bunga.
Selain itu, penggunaan hutang juga akan menurunkan biaya modal dari adanya
18
penerbitan saham baru. Namun, adanya penggunaan hutang yang berlebihan, akan
menaikkan kecenderungan risiko gagal bayar sebagai akibat dari tingginya beban
bunga dan pokok hutang yang harus ditanggung perusahaan (Sofyaningsih dan
Hardiningsih, 2011). Oleh sebab itu, dampak kebijakan hutang juga memberikan
sinyal kepada pihak eksternal yang dampaknya akan berpengaruh positif maupun
negatif terhadap nilai perusahaan.
Masih terdapatnya research gap, phenomena gap, dan inkonsistennya hasil
penelitian-penelitian terdahulu memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait determinan nilai perusahaan. Dalam hal
ini kebijakan keuangan perusahaan mendapat sorotan utama, sebab kebijakan
keuangan perusahaan merupakan faktor yang cukup sensitif dalam mempengaruhi
perilaku pasar serta mencerminkan sikap manajemen dalam mengelola keuangan
perusahaan.
Kebijakan keuangan yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan
dengan kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Secara umum kebijakan keuangan
menyangkut tiga aspek yaitu keputusan investasi,kebijakan hutang dan kebijakan
dividen. Namun berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu beberapa tahun
terakhir, secara empiris kebijakan keuangan berupa keputusan investasi memiliki
kecenderungan hasil yang sudah cukup konsisten terhadap nilai perusahaan.
Hasilnya berpengaruh positif dan signifikan. Hasil penelitian terdahulu dari
Pamungkas dan Puspaningsih (2013), Kusumaningrum dan Rahardjo (2013),
Yuliani et al (2013), Suroto (2015), dan Pertiwi et al (2016) membuktikan bahwa
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
19
Oleh sebab itu penelitian kali ini hanya berfokus pada kajian mengenai pengaruh
kebijakan keuangan berupa kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan. Sebab dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, tingkat
inkonsistenya hasil penelitian yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut masih
sangat tinggi.
Adanya research gap juga memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengungkap dan mengkaji lebih jauh atas dugaan keterlibatan variabel lain yang
selama ini diduga menjadi penentu sekaligus menjadi jawaban atas inkonsistennya
pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan.
Asumsi yang berkembang tersebut memprakarsai ditambahkannya sebuah variabel
baru berupa kinerja keuangan di dalam model penelitian ini sebagai variabel
moderating yang diduga sebagai penentu dalam memperkuat atau pun
memperlemah pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan.
Kinerja keuangan bisa diartikan sebagai gambaran prestasi atau pencapaian
perusahaan dari hasil efisiensi aktivitas operasionalnya yang berujung pada
pengakuan pendapatan dan pengaitan beban – beban dalam menghasilkan laba
setiap periodenya. Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
diukur dengan metode pengukuran melalui analisis kinerja keuangan yang
melibatkan elemen – elemen keuangan perusahaan. Elemen keuangan yang tampak
salah satunya dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
disebut profitabilitas. Profitabilitas merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi
perusahaan dalam pemanfaatan total aset dan ekuitas yang ada dalam perusahaan.
20
Semakin tinggi nilai profitabilitas, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan
sumber daya finansial untuk menghasilkan keuntungan.
Kinerja keuangan difungsikan sebagai moderasi dalam model penelitian
dengan asumsi bahwa kinerja keuangan merupakan faktor yang krusial dan besar
pengaruhnya untuk menilai keberhasilan pengelolaan keuangan dan mengevaluasi
aktivitas bisnis perusahaan. Rasio profitabilitas sebagai ukuran kinerja keuangan
dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan pada asumsi secara teoritis maupun
pertimbangan pemikiran secara rasional. Secara teoritis, Brigham dan Houston
(2013) menjelaskan bahwa perusahaan dengan perolehan laba yang labil dan
fluktuatif, jika perusahaan yang lain juga mengalami hal yang sama, tentu
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan menghadapi biaya
kebangkrutan yang lebih besar sehingga akan menggunakan hutang yang relatif
sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki perolehan laba yang lebih
stabil, hal ini berlaku juga sebaliknya.
Mayoritas perusahaan akan lebih menjaga prinsip going concern sehingga
tidak mungkin mereka dengan sengaja memaksakan dan menjerumuskan diri pada
kebangkrutan, bahkan secara bertahap mereka akan berusaha menjauh dari kondisi
tersebut. Dengan demikian, pengaruh kebijakan hutang di dalam perusahaan
terhadap nilai perusahaan sebagaimana prediksi signaling theory cenderung
ditentukan pula oleh aspek kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dengan kata lain pengaruh kebijakan hutang sebagai determinan nilai perusahaan
cenderung dimoderasi oleh tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan.
21
Selanjutnya, secara teoritis menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004)
pendapat yang berasumsi bahwa dividen hendaknya dibagikan sebesar-besarnya
mendasarkan pemikiran bahwa harga saham merupakan present value penerimaan
dividen. Dengan demikian apabila pembayaran dividen ditingkatkan, maka harga
saham akan meningkat. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) argumen tersebut
mempunyai kesalahan, sebab peningkatan pembayaran dividen hanya
dimungkinkan apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan juga meningkat.
Sehingga memang benar jika perusahaan yang mampu meningkatkan pembayaran
dividen harga sahamnya akan naik, akan tetapi kenaikan harga saham tersebut
sebenarnya disebabkan oleh kenaikan laba dan bukan semata-mata karena kenaikan
pembayaran dividen. Kita tahu bahwa pembagian dividen menjadi sebuah sinyal
yang dapat mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan, dan perusahaan yang
mengalami kerugiaan atau profitabilitasnya rendah tentu cenderung membagikan
dividen dalam jumlah yang relatif sedikit atau mungkin tidak membagikan dividen.
Dengan demikian, pengaruh kebijakan dividen di dalam perusahaan
terhadap nilai perusahaan sebagaimana prediksi signaling theory cenderung
ditentukan pula oleh aspek kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dengan kata lain pengaruh kebijakan dividen sebagai determinan nilai perusahaan
cenderung dimoderasi oleh tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Meski
demikian, perlu digaris bawahi bahwa tidak semua perusahaan yang memperoleh
laba tinggi akan menaikkan pembayaran dividennya, tetapi ada kemungkinan akan
tetap membagikan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak membagikannya.
Kebijakan tersebut menyesuaikan dengan beberapa kondisi, sebab kondisi
22
keuangan masing – masing perusahaan,planing,karakter investor/pemegang saham
dan karakteristik dan risiko industri berbeda-beda. Bahkan bagi sebagian
investor/pemegang saham keputusan untuk meningkatkan dividen cenderung
dipandang kurang cemerlang, sebab hal itu akan mengurangi tambahan dana untuk
investasi yang menurut mereka akan menghasilkan keuntungan yang jauh lebih
besar.
Cukup sederhana untuk dipahami bahwa secara umum keberadaan
profitabilitas baik secara teoritis maupun secara rasional sangat mempengaruhi dan
menentukan keberadaan kebijakan dividen dan kebijakan hutang di dalam
mempengaruhi nilai perusahaan. Di lain sisi menurut penelitian - penelitian
terdahulu dua tahun terakhir, secara empiris variabel ini memiliki pengaruh yang
kuat terhadap nilai perusahaan.
Hamidy et al (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Arindita dan Sampurno (2015)
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sumanti dan Mangantar (2015) juga menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga didukung
oleh hasil penelitian Nurfina dan Widyarti (2016) serta Himawan dan Christiawan
(2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya Novari dan Lestari (2016) juga
membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, didukung oleh Utami dan Prasetiono (2016) yang juga mengungkapkan
bahwa profitabilitas memiliki peran yang berpengaruh positif dan signifikan
23
terhadap nilai perusahaan. Pertiwi et al (2016) juga menambahkan hasil
penelitiannya bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Analisis
Determinan Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Moderating”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini yaitu mengenai adanya
kecenderungan volatilitas,penurunan, dan belum optimalnya nilai perusahaan.
Price book value (PBV) yang optimal dan meningkat sebagai indikator dalam
menilai keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan harga saham berdampak
pada meningkatnya nilai perusahaan yang mencerminkan kesejahteraan para
pemegang saham. Peningkatan dan pengoptimalan nilai perusahaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
1. Tinggi rendahnya kepemilikan institusional dalam perusahaan.
2. Tinggi rendahnya kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
3. Tinggi rendahnya kepemilikan asing dalam perusahaan.
4. Tinggi rendahnya keputusan investasi dalam perusahaan.
5. Tinggi rendahnya kebijakan dividen dalam perusahaan.
6. Tinggi rendahnya kebijakan hutang dalam perusahaan.
7. Tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam perusahaan.
8. Tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan perusahaan.
24
9. Tinggi rendahnya risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.
10. Tinggi rendahnya manajemen laba dalam perusahaan.
11. Tinggi rendahnya Corporate Social Responsibility perusahaan.
12. Besar kecil ukuran perusahaan.
13. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas dalam perusahaan.
14. Adanya ketidaksempurnaan pasar modal.
15. Adanya pengungkapan Good Corporate Governance dalam perusahaan.
16. Adanya pengungkapan Intelektual Capital dalam perusahaan.
17. Adanya pengungkapan lingkungan dalam perusahaan.
1.3 Cakupan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan sebelumya, penelitian ini tidak akan membahas terlalu jauh untuk
menghindari meluasnya permasalahan serta agar tidak menyimpang dari tujuan
yang telah direncanakan. Oleh sebab itu, permasalahan penelitian berfokus dan
mencakup hanya pada kajian pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan yang dimoderasi oleh kinerja keuangan. Variabel
independen dalam penelitian ini terdiri atas kebijakan dividen dan kebijakan hutang
yang dipilih karena hasil penelitian terdahulu menunjukkan pengaruh yang tidak
konsisten sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut.
Penelitian ini juga mengkaji penggunaan variabel kinerja keuangan yang
diukur menggunakan profitabilias sebagai variabel moderating. Terkait dengan
terlibatnya kinerja keuangan dalam memoderasi pengaruh kebijakan dividen dan
kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan didasarkan pada teori yang dirujuk pada
25
penelitian ini, yaitu agency theory,signaling theory, trade-off theory dan bird in the
hand theory sehingga hal tersebut menarik untuk dikaji pada pembuktian empiris
penelitian. Selain itu penelitian ini juga dibatasi pada pemilihan populasi dan
periode penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor property,real
estate,dan construction building yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2015
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian yang akan
diteliti lebih lanjut yaitu: determinan nilai perusahaan berupa kebijakan hutang dan
kebijakan deviden yang akan dimoderasi oleh kinerja keuangan (financial
performance). Dengan demikian, akan ada penelitian lebih lanjut terhadap
variabel- variabel tersebut. Berdasarkan masalah penelitian tersebut, maka dapat
dirumuskan research question sebagai berikut :
1. Apakah kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan?
2. Apakah kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah secara signifikan kinerja keuangan memoderasi pengaruh kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah secara signifikan kinerja keuangan memoderasi pengaruh kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan?
26
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebijakan dividen terhadap
nilai perusahaan.
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebijakan hutang terhadap
nilai perusahaan.
3. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan peran kinerja keuangan dalam
memoderasi pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
4. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan peran kinerja keuangan dalam
memoderasi pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan
1.6 Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan
dan kontribusi sebagai berikut :
Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat sebagai salah satu
bahan evaluasi guna memverifikasi teori yang ada dengan fenomena yang
sesungguhnya terjadi di lapangan. Beberapa teori yang menjadi rujukan dalam
penelitian ini yaitu agency theory, signaling theory, bird in the hand theory dan
trade-off theory. Teori – teori tersebut selanjutnya akan berperan menaungi
pembuktian empiris atas pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap
nilai perusahaan dengan dimoderasi oleh kinerja keuangan. Apabila pembuktian
secara empiris hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, maka teori
27
– teori tersebut dapat diverifikasi secara ilmiah dan dapat diimplementasikan
manfaatnya secara praktis.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bukti bahwa kinerja
keuangan memiliki keterlibatan peran dalam memoderasi pengaruh kebijakan
dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Apabila pembuktian
empiris dapat menjelaskan bahwa kinerja keuangan mampu memoderasi pengaruh
kebijakan dividen dan kebijakan hutang, maka hasil penelitian ini dapat
memberikan nuansa baru dalam pengembangan teori ilmu pengetahuan di bidang
keuangan dan bisnis. Penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi dan
sumbangsih pada perkembangan teori akuntansi dan keuangan sehingga akan
semakin memperkaya khasanah baru ilmu pengetahuan modern khususnya pada
rumpun ekonomi,keuangan, dan bisnis.
Kegunaan Praktis
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa pandangan
dan pengetahuan mengenai faktor – faktor yang mampu mengangkat dan
meningkatkan nilai perusahaan di mata pihak eksternal perusahaan. Hasil penelitian
juga diharapkan dapat memberikan saran dan masukan kepada manajemen sebagai
salah satu bahan pertimbangan di dalam merumuskan kebijakan keuangan
perusahaan, khususnya terkait pengelolaan kebijakan dividen, evaluasi kinerja
keuangan,dan kebijakan hutang perusahaan.
28
b. Bagi Calon Investor
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan
pertimbangan analisis di dalam pembuatan keputusan investasi yang optimal dan
menguntungkan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan
kandungan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan portofolio
dan pemilihan saham di bursa efek.
c. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan referensi
dalam mengembangkan teori terkait kebijakan dividen dan kebijakan hutang yang
diterapkan pada suatu perusahaan serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
d. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau sebagai salah satu
sumber rujukan penelitian di bidang keuangan khususnya yang mengkaji mengenai
determinan nilai perusahaan.
1.7 Orisinilitas Penelitian
Adanya research gap dan kecenderungan inkonsistennya hasil penelitian
terdahulu memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut terkait pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan. Masih adanya research gap dan inkonsistennya hasil penelitian
terdahulu tersebut memberikan peluang dan celah untuk mengajukan sebuah
hipotesis baru dengan menghadirkan variabel kinerja keuangan sebagai variabel
moderating dan sekaligus menjadi suatu kebaharuan dan orisinalitas dalam
penelitian ini.
29
Kinerja keuangan ini diduga menjadi penentu pengaruh kebijakan dividen
dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan difungsikan
sebagai variabel moderasi dengan asumsi secara teori maupun secara rasional
bahwa kinerja keuangan merupakan faktor yang krusial dan besar pengaruhnya
untuk menilai,mengevaluasi, dan menjelaskan gambaran keberhasilan perusahaan.
Menurut penelitian - penelitian terdahulu variabel ini secara empiris memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Selain itu, indikasi
keterlibatan variabel kinerja keuangan yang turut berperan dalam menentukan
pengaruh terkait kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan
belum ada bukti pengujiannya secara empiris, sehingga perlu dilakukan adanya
sebuah pengujian. Penelitian ini diharapkan memberikan kebaharuan dan jawaban
atas dugaan tersebut.
30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Teori Dasar (Grand Theory)
2.1.1 Agency Theory
Teori keagenan dikembangkan pada tahun 1970-an, tepatnya tahun 1976
terutama pada tulisan Jensen dan Meckling. Jensen dan Meckling merupakan orang
pertama yang mengembangkan teori komprehensif mengenai perusahaan dalam
situasi agensi dalam artikelnya yang berjudul “Theory of the firm: Managerial
Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure” (Horne dan Wachowicz,2014).
Inti dari teori ini membahas mengenai hubungan antara prinsipal selaku pemilik
perusahaan dengan agen mereka yaitu pihak manajemen selalu profesional yang
ditunjuk sebagai pengelola perusahaan, namun di dalam hubungan tersebut terdapat
adanya perbedaan kepentingan antara keduanya terkait dengan pembuatan
keputusan dan kebijakan perusahaan sehingga rentan memicu adanya potensi
permasalahan keagenan (agency problem).
Agency theory (teori agensi) mendeskripsikan hubungan antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent) dalam pengelolaan perusahaan, di mana pemilik
merupakan pihak yang menyerahkan wewenang kepada pihak manajemen (agent),
sedangkan manajemen merupakan pihak yang ditugaskan untuk mengelola
perusahaan.Teori agensi menjelaskan bahwa kepentingan manajemen sering kali
bertentangan dengan kepentingan pemegang saham, sehingga memicu terjadinya
konflik. Konflik tersebut sering terjadi karena manajemen cenderung berusaha
31
mendahulukan kepentingan pribadi di samping kepentingan perusahaan, sehingga
memicu bertambahnya cost yang harus ditanggung perusahaan dan menurunkan
keuntungan yang akan diterima pemegang saham.
Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur kepemilikan
perusahaan yang dikelola oleh manajemen, bukan perusahaan yang dikelola oleh
pemilik. Saputra (2015) menyatakan bahwa agency theory dapat terwujud dalam
kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing
pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak
kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mangenai mekanisme bagi
hasil, baik yang berupa keuntungan maupun resiko-resiko yang disetujui oleh
prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal apabila kontrak bersifat
fairness yaitu mampu menyeimbangkan feedback antara prinsipal dan agen yang
secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen
dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.
Berdasarkan kenyataan bahwa manajemen merupakan pihak profesional
yang juga memiliki sifat manusiawi, dan bukan agen yang sempurna layaknya
sebuah robot yang selalu mentaati perintah pemiliknya. Oleh sebab itulah,
manajemen terkadang belum tentu sepenuhnya bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa agency conflict timbul
pada berbagai hal sebagai berikut:
1. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya
dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Misalnya investasi
32
yang bisa meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya
tinggi sehingga para manajer akan berada pada posisi untuk mengekstrak
tingkat renumerasi yang lebih tinggi dari perusahaan (moral-hazard).
2. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang
stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih
tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif (internal positive
investment opportunities) atau disebut earning retention.
3. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam
mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil
keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan
manajer (risk aversion).
4. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan
dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam
pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan
pengembalian yang tinggi secara akuntansi (short-term high accounting return
project) dan kurang atau tidak berpihak pada proyek jangka panjang dengan
pengembalian NPV positif yang jauh lebih besar (time-horizon).
Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency
problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan
pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik
mempunyai kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return
maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas
pengelolaan dana pemilik (agency problem).
33
Manajemen yang hakekatnya manusia biasa dan memiliki sifat manusiawi,
akan mempunyai pemikiran rasional dalam pengambilan keputusan perusahaan
untuk memaksimalkan kepuasan dirinya di samping kepentingan pemegang saham.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu cenderung berfikir untuk mengutamakan kepentingan
pribadinya (Haris,2004) dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa sebagai agen,
manajemen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan
para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Atas dasar itulah seharusnya
manajemen bertindak untuk kemakmuran pemilik, namun karena adanya berbagai
risiko dan keterbatasan akan persepsi di masa yang akan datang yang kemungkinan
besarnya akan ditanggung oleh manajemen, maka dalam pengambilan keputusan
pihak manajemen juga cenderung mempertimbangkan aspek kepentingan atas
dirinya. Perbedaan kepentingan ini akan memunculkan masalah-masalah keagenan
(Haridiningsih dan Oktaviani, 2012). Masalah keagenan yang muncul dapat
dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan
antara manajemen dan pemegang saham (Wahidahwati,2002). Namun pengawasan
yang dilakukan terhadap tindakan manajemen memungkinkan timbulnya biaya
baru yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan terkait pengawasan yang dilakukan
terhadap manajemen, di mana pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk
memastikan bahwa tindakan manajer sesuai dengan keinginan prinsipal atau
34
pemegang saham. Pemegang saham dapat meyakinkan diri mereka, bahwa agen
(pihak manajemen) akan membuat keputusan yang optimal hanya jika disertai
pengawasan dan pemberian insentif yang memadai. Pengawasan dilakukan dengan
mengikat agen,meninjau hasil operasi manajemen secara sistematis,audit laporan
keuangan, dan membatasi keputusan manajemen (Horne dan Wachowicz,1997).
Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa biaya keagenan
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Monitoring Costs
Monitoring costs merupakan biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh principal
untuk memonitoring kegiatan manajer (the monitoring expenditures by the
principal).
b. Bonding Costs
Bonding costs merupakan biaya jaminan yang dikeluarkan oleh agen untuk mem-
bentuk mekanisme jaminan bahwa manajer bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham (the bonding expenditures by the agent).
c. Residual Costs
Residual costs merupakan kerugian residual (the residual loss) berkaitan dengan
biaya untuk mendorong manajer perusahaan agar bertindak sesuai dengan
kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.
Terkait dengan biaya agensi yang dikeluarkan, terdapat beberapa alternatif
yang dapat dilakukan untuk menguranginya. Alternatif yang dilakukan untuk
mengurangi biaya agensi di antaranya adalah meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan oleh manajemen, mekanisme pengawasan dalam perusahaan,
35
meningkatkan dividen payout ratio, dan meningkatkan pendanaan perusahaan
dengan hutang (Mayangsari, 2001).
2.1.2 Signaling Theory
Teori sinyal berawal dari tulisan George Akerlof ditahun 1970 pada
karyanya yang berjudul “The Market for Lemons” dan memperkenalkan istilah
asimetri informasi. Akerlof mempelajari fenomena ketidakseimbangan informasi
mengenai kualitas produk antara pembeli dan penjual, dengan melakukan pengujian
terhadap pasar mobil bekas. Dari penelitiannya tersebut, ia menemukan bahwa
ketika pembeli tidak memiliki informasi terkait spesifikasi produk dan hanya
memiliki persepsi umum mengenai produk tersebut, maka pembeli akan menilai
semua produk dengan harga yang sama, baik produk yang berkualitas tinggi
maupun yang berkualitas rendah, sehingga merugikan penjual produk berkualitas
tinggi.
Inti dari teori ini berasumsi bahwa perusahaan akan berusaha memberikan
informasi kepada pihak eksternal atas kondisi mereka guna mengurangi adanya
asimetri informasi, sehingga pihak eksternal akan lebih mengetahui kondisi
perusahaan. Informasi tersebut layaknya sebuah sinyal yang akan direspon oleh
pihak eksternal dengan harapan akan mengurangi keraguan sehingga tidak
menimbulkan adanya underestimate terhadap prospek perusahaan.
Signalling theory (teori sinyal) mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan (Gustiandika, 2014). Pemegang saham dan investor merupakan pihak
utama yang membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan.
36
Pihak ini sangat bervariasi mulai dari pemegang saham, investor ritel yang relatif
tidak memiliki informasi banyak hingga perusahaan pengelola dana pensiun dan
asuransi yang memiliki tenaga ahli yang baik dalam menilai kinerja suatu
perusahaan (Murhadi,2013). Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa
sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan.
Teori sinyal juga menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena adanya asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Adanya asimetri informasi
menyebabkan pihak internal perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang daripada mereka
para pihak eksternal perusahaan (investor dan kreditor). Kurangnya informasi bagi
pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka
dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi adanya asimetri informasi.
Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi yaitu dengan memberikan
sinyal informasi pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang
dapat dipercaya dan mengurangi adanya ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan di masa yang akan datang (Wolk et al, 2000) dalam Gustiandika, 2014)
Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
37
keputusan investasi. Investor akan menganalisis terlebih dahulu pengumuman
tersebut apakah berupa sinyal positif atau sinyal negatif. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka pasar akan merespon dan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar atau beberapa waktu setelahnya.
Signaling theory juga menyatakan bahwa perusahaan akan selalu berusaha
untuk mengirim sinyal berupa informasi positif atau kabar baik kepada investor atau
pemegang saham dengan menggunakan mekanisme pengungkapan, salah satunya
melalui media laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan oleh manajemen juga
bertujuan agar dapat meningkatkan kredibilitas manajemen di mata publik,
sehingga akan ada apresiasi berupa tambahan insentif dari para pemegang saham.
Insentif yang diperoleh pihak manajemen dari pengiriman sinyal positif
melalui mekanisme pelaporan tahunan perusahaan ini mendorong manajemen
untuk tetap melakukan pengungkapan informasi positif meskipun pengungkapan
tersebut tidak diwajibkan berdasarkan standar yang berlaku (Oliviera,2006) dalam
Saputra,2015).
2.1.3 Bird in the hand-Theory
Bird in the hand-Theory diungkapkan Gordon dan Lintuer pada tahun 1962.
Inti dari teori ini berasumsi bahwa investor percaya pendapatan dari dividen
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan capital gain, karena dividen
saat ini memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dan lebih aman jika
dibandingkan dengan capital gain di masa mendatang. Investor lebih memilih
dividen yang sudah pasti nominalnya daripada capital gain yang nilainya masih
bisa berubah – ubah dan tidak menentu seiring berjalannya waktu.
38
Berdasarkan konsep time value of money dividen yang nominalnya tertera
sekarang memiliki nilai yang lebih tinggi daripada capital gain di masa mendatang
yang nilainya masih belum pasti. Berdasarkan asumsi inilah semakin tinggi dividen
yang akan dibayarkan maka hal ini akan menyebabkan kecenderungan
meningkatnya harga saham perusahaan sebagai reaksi pasar atas adanya informasi
yang diumumkan.
2.1.4 Trade-off Theory
Trade-off theory merupakan salah satu teori struktur modal yang dipelopori
oleh Modigliani dan Miller yang disebut dengan teori MM pada tahun 1958 (Frank
dan Goyal, 2005). Teori MM dengan pajak menjelaskan bahwa nlai perusahaan
akan maksimum, jika perusahaan menggunakan 100% hutang dan semakin banyak
hutang adalah semakin baik, fenomena tersebut disebut sebagai corner optimum
leverage decision. Namun penggunaan hutang 100% dalam praktiknya sulit
dijumpai, sehingga mendorong munculnya trade-off theory.
Teori trade-off dikembangkan oleh Haugen, Papas, dan Rubenstain pada
tahun 1969 dan juga dikenal sebagai Balancing Theory (Clarashinta, 2014).
Menurut trade-off theory, titik awal tinjauan keputusan struktur modal perusahaan
yaitu penentuan target hutang di mana perusahaan memaksimalkan perlindungan
pajak atas hutang dan meminimalkan biaya kebangkrutan yang berkaitan dengan
hutang.
Brigham dan Houston (2013) menjelaskan bahwa teori trade-off
menggambarkan perusahaan yang menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang
dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. Penetapan target
39
tersebut ditentukan berdasarkan keseimbangan antara manfaat pajak dan biaya
kebangkrutan. Teori trade-off pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan
hutang yang optimal oleh perusahaan yaitu dengan memperhatikan keseimbangan
antara manfaat pajak dan biaya kebangkutan akibat hutang yang dimiliki
perusahaan.
Perusahaan yang bangkrut selain menanggung biaya langsung berupa beban
hukum dan akuntansi yang tinggi, juga harus menghadapi adanya biaya tidak
langsung seperti menurunnya kredibilitas perusahaan dan terhentinya kerjasama
dengan pihak lain. Brigham dan Houston (2013) menjelaskan bahwa masalah yang
berkaitan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan naik seiring dengan
semakin besarnya jumlah hutang yang dimiliki oleh perusahaan dalam struktur
modalnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya kebangkrutan dapat digunakan
untuk mencegah penggunaan hutang yang berlebihan oleh perusahaan atau
penggunaan hutang yang cenderung bergerak melebihi target yang ditentukan.
Menurut Brigham dan Houston (2013) biaya kebangkrutan terkait dengan
dua komponen, antara lain :
a. Probabilitas
Perusahaan yang labanya relatif tidak stabil, jika kondisi perusahaan yang lain
dianggap mengalami hal yang sama, tentu perusahaan yang memiliki hutang
akan menghadapi peluang kebangkrutan yang lebih besar. Perusahaan dengan
laba rendah seharusnya memilih menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan perusahaan yang profitabilitasnya lebih stabil.
40
b. Biaya yang akan timbul jika terjadi kesulitan keuangan
Trade-off theory menyebutkan bahwa penggunaan hutang oleh perusahaan
diperkenankan selama memperoleh manfaat dari pajak atas hutang yang
dimiliki. Namun, apabila penggunaan hutang mengandung pengorbanan akibat
hutang telah lebih besar dibanding manfaat yang diperoleh, maka tambahan
penggunaan hutang sudah tidak diperkenankan.
Implikasi trade-off theory menurut Brealey dan Myers (1991) dalam Mutamimah
dan Rita (2009) adalah :
1. Perusahaan dengan risiko bisnis yang besar harus menggunakan hutang lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko rendah, karena
semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang semakin besar akan
meningkatkan beban bunga, sehingga semakin mempersulit keuangan
perusahaan.
2. Perusahaan yang dikenai pajak tinggi pada batas tertentu sebaiknya
menggunakan banyak hutang karena adanya tax shield. Dalam hal ini, hutang
bertindak sebagai tax shield karena dapat mengurangi besarnya pajak yang
harus dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga kepada
pihak kreditor.
3. Target rasio hutang akan berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan
yang lain, hal tersebut bergantung pada kebutuhan dan keputusan manajemen
perusahaan.
Trade-off theory merupakan teori mengenai struktur modal yang
bertentangan dengan pecking order theory. Pendekatan trade-off theory
41
mengasumsikan bahwa perusahaan menetapkan target rasio hutang hingga ke titik
optimal yaitu pada saat keseimbangan antara manfaat pajak dengan biaya
kebangkrutan, sedangkan pada pecking order theory menyebutkan bahwa
perusahaan tidak memiliki target rasio hutang karena perusahaan lebih memilih
untuk menggunakan dana internal yang dinilai memiliki risiko lebih rendah dan
penggunaan hutang diperlukan jika dana internal tidak mencukupi untuk
membiayai kegiatan perusahaan. Pendekatan trade-off theory menyebutkan bahwa
perusahaan yang profitable dan memiliki aset berwujud mempunyai rasio hutang
yang lebih tinggi dan sebaliknya, sedangkan pada pendekatan pecking order theory
menjelaskan bahwa perusahaan yang profitable menggunakan hutang lebih sedikit
karena memiliki dana internal yang cukup untuk membiayai kegiatan perusahaan.
2.2 Kajian Variabel Penelitian
2.2.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah
melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan
tersebut didirikan sampai saat ini (Sudiyatno,2010). Menurut Brigham dan Houston
(2001), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut akan dijual. Nilai perusahaan merupakan
konsep penting bagi investor karena nilai perusahaan merupakan indikator
bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Irawati,2016). Nilai
perusahaan dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti
42
surat– surat berharga. Saham merupakan salah satu aset berharga yang dikeluarkan
oleh perusahaan (Martono & Harjito, 2008).
Hermuningsih dan Wardani (2009) menyatakan, nilai perusahaan
merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan harga
saham. Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan
(closing price), dan merupakan harga yang terjadi pada saat saham
diperdagangkan di pasar (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Harga saham di pasar
modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran
para investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan
sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati,2005) .
Harga saham yang cenderung meningkat merefleksikan adanya
peningkatan terhadap nilai perusahaan tersebut, hal tersebut akan memicu
meningkatnya kepercayaan pasar terhadap reputasi perusahaan. Penilaian mereka
tidak hanya dari aspek kinerja perusahaan saat ini saja, namun juga berkaitan
dengan prospek perusahaan di masa mendatang.
Hermuningsih dan Wardani (2009) berpendapat, jika harga saham
meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan pemilik
meningkat. Hal tersebut mungkin saja benar, tetapi dalam realitanya tidak semua
perusahaan menginginkan harga saham tinggi (mahal), penyebabnya adalah
adanya anggapan bahwa harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi minat
investor untuk membelinya dan menyebabkan saham tidak laku dijual. Hal ini
bisa dibuktikan dengan adanya berbagai perusahaan yang go public di Bursa Efek
Indonesia yang melakukan stock split (memecah saham). Itulah sebabnya harga
43
saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya harga saham tidak boleh
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Harga saham yang terlalu murah dapat
berdampak buruk pada citra perusahaan di mata investor (Hermuningsih dan
Wardani,2009).
Nilai perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa indikator
diantaranya yaitu tobin’s q dan price book value (PBV).
1. Tobin’s Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑄 =(P)(N) + D
BVA
Q = Nilai perusahaan
P = Harga pasar saham
N = Jumlah harga saham yang beredar
D = Nilai buku hutang
BVA = Nilai buku total aktiva
Tobin’s q merupakan perbandingan antara nilai pasar dengan nilai buku
total aktiva perusahaan. Namun rumus atau konsep dari tobin’s q menjadi suatu
rasio yang kurang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung proses
pengambilan keputusan yang cepat karena perhitungannya yang cenderung rumit.
Rasio ini jarang sekali dimunculkan dalam sebuah annual report atau ringkasan
kinerja suatu perusahaan.
2. Price book value (PBV) dapat dihitung dengan rumus:
𝑃𝐵𝑉 =Harga pasar saham per lembar
Nilai buku saham per lembar
44
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Arindita (2015) dengan menggunakan perhitungan rasio price book value (PBV).
Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu pada umumnya nilai perusahaan
diproksikan menggunakan price book value, begitu juga yang diterapkan pada
penelitian ini. Price book value (PBV) merupakan perbandingan antara nilai pasar
per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Arindita (2015) menyatakan
bahwa PBV memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (1) menghasilkan nilai yang
relatif stabil dan dapat dibandingkan dengan harga pasar; (2) memberikan standar
akuntansi yang konsisten pada seluruh perusahaan; (3) perusahaan yang tidak dapat
diukur dengan PER karena pendapatan yang negatif, dapat dievaluasi menggunakan
PBV. Penggunaan price book value (PBV) sebagai proksi nilai perusahaan salah
satunya karena price book value (PBV) merupakan salah satu rasio keuangan yang
ditampilkan dalam ringkasan kinerja perusahaan dan cenderung lebih mudah
dihitung dan dipahami.
Berdasarkan nilai bukunya, Price book value (PBV) menunjukan
seberapa besar suatu perusahaan mampu menciptakan nilai yang relatif terhadap
jumlah modal yang diinvestasikan. Keberadaan PBV sangat penting bagi investor
untuk menentukan strategi investasi di pasar modal karena melalui price book
value, investor dapat memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued
(Ahmed dan Nanda, 2000) dalam (Mulianti,2010). Price book value juga
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio price
book value di atas satu, yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar
45
dari nilai bukunya. Sebaliknya, apabila PBV di bawah nilai satu mencerminkan
persepsi investor terhadap nilai perusahaan menjadi kurang baik. Karena dengan
nilai PBV di bawah satu menggambarkan harga jual perusahaan lebih rendah
dibandingkan nilai buku perusahaan (Martikarini,2014). Rendahnya nilai
perusahaan merupakan reaksi pasar yang cenderung pesimis atau underestimate
terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan benefit untuk mereka.
2.2.2 Kebijakan Dividen
Penilaian para investor atas saham di sebuah perusahaan, salah satunya
dipengaruhi oleh return yang diberikan oleh perusahaan tersebut
(Martikarini,2014).Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, dividen merupakan bagian
dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham (Gitosudarmo,1984).
Dividen juga bisa dikatakan sebagai kompensasi yang diterima oleh pemegang
saham selain capital gain dari hasil investasinya. Kebijakan dividen menyangkut
keputusan untuk mendistribusikan atau menahan laba untuk diinvestasikan
kembali pada perusahaan. Bagi perusahaan kebijakan dividen merupakan
keputusan yang penting, sebab laba ditahan merupakan sumber dana yang cukup
besar dan penting untuk pertumbuhan perusahaan sedangkan membagikan laba
merupakan kompensasi yang diinginkan sebagian investor. (Sembiring dan
Pakpahan,2010).
Kebijakan dividen berkaitan dengan kebijakan mengenai seberapa besar
laba yang diperoleh perusahaan akan didistribusikan kepada pemegang saham
(Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011). Kebijakan dividen ini juga melibatkan dua
46
pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para
pemegang saham, dan pihak kedua yaitu perusahaan itu sendiri (Hermuningsih
dan Wardani, 2009). Sampai saat ini kebijakan dividen merupakan salah satu
persoalan yang masih diperdebatkan apakah pendapatan (laba bersih) akan
dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk investasi ke depan (Sembiring dan
Pakpahan,2010). Keputusan pembagian deviden perlu mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian, laba tidak
seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk deviden namun perlu disisihkan untuk
diinvestasikan kembali (Hatta,2002). Apabila perusahaan sedang menghadapi
perkembangan yang pesat dan banyak proyek – proyek investasi yang harus
diperhitungkan maka laba harus banyak ditahan. Akan tetapi apabila tidak terdapat
kemungkinan investasi yang terbuka maka akan lebih baik laba tersebut dibagikan
kepada pemegang saham (Gitosudarmo,1984).
Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan
tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan (Hatta,2002). Dividen ditentukan
berdasarkan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan jenis pembayarannya
tergantung kepada kebijakan manajemen dan pemegang saham. Dividen yang
dibagikan biasanya dapat berupa dividen tunai (cash dividend) atau dividen
dalam bentuk saham (stock dividen) (Septia,2015). Secara umum dividen yang
cenderung dibagikan perusahaan adalah dividen kas atau dividen tunai, meski
terkadang ada juga perusahaan yang membagikan dividen saham walaupun bisa
dikatakan sangat jarang. Sebenarnya ada beberapa jenis dividen yang dibagikan
47
oleh suatu perusahaan. Kieso, et al. (2008) menjelaskan beberapa jenis dividen yang
dibagikan perusahan kepada pemegang saham yaitu sebagai berikut:
a. Dividen tunai
Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai atau
kas. Keputusan mengenai pembagian dividen tunai ditentukan oleh dewan
direksi melalui RUPS. Pertimbangan utama terkait dengan keputusan
pemberian dividen tunai yaitu apakah kas yang tersedia mencukupi untuk
pembagian dividen tersebut.
b. Dividen Properti
Dividen properti merupakan pembayaran dividen dalam bentuk sekuritas
perusahaan lain, seperti barang dagang, real estate, investasi, atau bentuk lain
yang dirancang oleh dewan direksi. Hal utama terkait dengan pembagian
dividen properti yaitu menetapkan kembali nilai wajar atas properti yang akan
dibagikan, termasuk dengan mengakui keuntungan atau kerugiannya.
c. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi merupakan dividen yang dibayarkan sebagai pengembalian
atas investasi pemegang saham dan tidak didasarkan atas laba perusahaan.
d. Dividen Saham
Dividen saham diterbitkan apabila perusahaan ingin mengkapitalisasi sebagian
dari laba dan menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen. Dividen
saham merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri
kepada pemegang saham atas dasar prorata. Pembagian dividen saham
48
menyebabkan naiknya jumlah saham yang beredar serta menurunkan nilai
nominal dari saham suatu perusahaan.
Menurut Halim (2005) dalam Suhairi (2012) bentuk - bentuk kebijakan
dividen di antaranya:
1. Kebijakan dividen Rasio Pembayaran Konstan (Constan Payout Ratio
Dividen Policy). Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen
dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik
setiap periode pembagian dividen.
2. Kebijakan dividen yang teratur (Reguler Dividend Policy) Kebijakan dividen
yang didasarkan atau pembayaran dividen yang tetap dalam setiap periode.
3. Kebijakan dividen rendah yang teratur dan ditambahkan ekstra (Low Reguler
and Ekstra Dividend Policy) Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran
dividen rendah yang teratur, dilengkapi dengan penambahan dividen jika ada
jaminan pendapatan.
Husnan dan Pudjiastuti (2004) menyatakan ada berbagai pendapat tentang
dividen dan dapat dikelompokkan menjadi tiga: pendapat pertama menginginkan
dividen dibagikan sebesar-besarnya, pendapat kedua menyatakan bahwa dividen
tidak relevan, dan pendapat yang ketiga menyatakan bahwa perusahaannseharusnya
justru membagikan dividen sekecil mungkin. Kebijakan dalam pendistribusian laba
dalam bentuk dividen harus disesuaikan dengan kondisi dan future plan perusahaan.
Pada saat perusahaan sedang mengalami pertumbuhan (growth) dividen yang
dibagikan mungkin kecil, agar memungkinkan perusahaan untuk menyimpan dana
yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan tersebut. Pada saat perusahaan
49
sudah berada pada masa maturity (matang/mapan) di mana pada saat itu penerimaan
yang diperoleh sudah cukup besar, sehingga kebutuhan penyimpanan dana untuk
investasi tidak begitu besar maka dividen yang dibayarkan dapat diperbesar.
Dengan membayar dividen secara wajar, maka perusahaan dapat menarik para
investor untuk mencari dividen dan hal ini membantu memelihara nilai perusahaan
(Gitosudarmo,1984).
Kebijakan dividen biasanya diukur menggunakan dividen yield (DY) dan
dividen payout ratio (DPR). Dividen Yield (DY) menunjukkan perbandingan antara
dividen yang diterima investor terhadap harga pasar saham saat ini. Sedangkan
dividend payout ratio merupakan rasio yang menggambarkan besarnya proporsi
dividen yang dibagikan perusahaan terhadap pendapatan bersih perusahaan. Pada
umumnya kebijakan dividen diproksikan dengan menggunakan dividen payout
ratio (DPR), begitu pada pula dengan penelitian kali ini. Dividen Payout Ratio
(DPR) membandingkan antara deviden per lembar saham dengan laba per lembar
saham yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Penggunaan dividend payout ratio
(DPR) salah satunya karena dividend payout ratio merupakan rasio keuangan
yang ditampilkan dalam ringkasan kinerja perusahaan dan sekaligus menjadi rasio
yang lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui hasil dari
investasinya dibandingkan dengan dividend yield atau indikator yang lain. Selain
hal itu, pemilihan dividend payout ratio (DPR) sebagai proksi kebijakan dividen
dalam penelitian ini juga berdasarkan pada pemakain proksi yang sebagian besar
dilakukan penelitian terdahulu untuk memproyeksikan kebijakan dividen
perusahaan.
50
2.2.3 Kebijakan Hutang
Financial Accounting Standars Board (FASB) mendefinisikan
hutang/kewajiban/liabilitas sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan atas
manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan
sebagai hasil dari transaksi atas kejadian masa lalu (Kieso et al, 2008).
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang menentukan seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan dibiayai oleh hutang. Penggunaan hutang akan
memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu berupa penghematan pajak. Disisi
lain penggunaan hutang juga akan meningkatkan biaya bagi perusahaan yaitu
berupa biaya kebangkrutan apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya
(Herawati, 2013). Biaya kebangkrutan muncul akibat adanya kewajiban
pembayaran angsuran dan bunga pinjaman dari kreditor. Pembayaran angsuran dan
bunga hutang dapat menyebabkan financial distress karena arus kas perusahaan
tidak mampu menutupinya (Amirya dan Atmini,2008).
Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas
leverage tertentu (optimal). Namun sesudahnya, penggunaan utang akan
menurunkan nilai perusahaan, karena penggunaan utang setelah leverage optimal
akan menimbulkan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) yang lebih besar.
Pedoman yang digunakan adalah prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa
penggunaan dana hanya bisa dibenarkan kalau memberikan manfaat yang lebih
besar dari pengorbanannya. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan dana adalah
keuntungan, dan pengorbanannya adalah biaya dana (Husnan dan Pudjiastuti,2004).
51
Menurut trade-off theory, perusahaan-perusahaan besar pada umumnya
kemungkinan untuk bangkrut cenderung kecil , sehingga lebih mudah untuk
menarik pinjaman dari bank dibandingkan dengan perusahaan kecil (Sudiyatno
dan Puspitasari, 2010).
Pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus
mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga
yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan
semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa
(Hermuningsih dan Wardani,2009). Aliran dana di perusahaan harus dikelola
keseimbanganya antara dana masuk dan dana keluar, sebab keseimbangan ini
berdampak pada stabilitas operasi perusahaan. Kelebihan dana dapat berakibat
pada penggunaan dana yang kurang efisien, sebaliknya kekurangan dana
mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan (Martono dan Agus, 2003). Jadi,
dalam menentukan kebijakan hutangnya, perusahaan harus
mempertimbangkannya dengan lebih baik karena penggunaan hutang ini akan
berdampak terhadap nilai perusahaan (Herawati, 2013).
Menurut Babu dan Jaine (1998) dalam Hidayat (2013), terdapat empat
alasan mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham
baru, yaitu (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga; (2) Biaya
transaksi pengeluaran hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham
baru; (3) lebih mudah mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan
saham; (4) Kontrol manajemen lebih besar dengan adanya hutang baru daripada
saham baru.
52
Kebijakan hutang biasa diukur dengan menggunakan rasio dept to equity
ratio (DER). Dept to equity ratio (DER) merupakan perbandingan hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang juga dapat digambarkan
dengan debt to total asset ratio (DAR).Rasio ini menunjukkan bersarnya total
hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Perhitungan lain untuk mengukur kebijakan hutang yaitu menggunakan long-term
debt to equity (LTDE). LTDE menunjukkan perbandingan antara hutang jangka
panjang terhadap ekuitas perusahaan. Pada penelitian kali ini proksi yang
digunakan untuk mengukur kebijakan hutang adalah dengan menggunakan debt
to equity ratio (DER). Rasio ini akan memproyeksikan hasil dari total hutang
perusahaan yang ditopang menggunakan total ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Penggunaan debt to equity ratio (DER) salah satunya karena debt
to equity ratio merupakan rasio keuangan yang lebih sering digunakan para
investor untuk mengetahui tingkat hutang perusahaan dibandingkan dengan
indikator yang lain. Selain hal itu, pemilihan debt to equity ratio (DER) sebagai
proksi kebijakan hutang dalam penelitian ini juga berdasarkan pada pemakain
proksi yang sebagian besar dilakukan penelitian terdahulu untuk memproyeksikan
kebijakan hutang perusahaan.
2.2.4 Kinerja Keuangan
Salah satu cara mengetahui suatu perusahaan dalam menjalankan
operasinya telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan adalah menggunakan
pengukuran kinerja (Mursalim,2011). Pengukuran kinerja digunakan perusahaan
untuk melakukan perbaikan atas kegiatan operasionalnya agar lebih efektiv dan
53
efisien. Menurut Sucipto (2003) kinerja keuangan merupakan penentuan ukuran-
ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu oraganisasi atau suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kinerja keuangan suatu perusahaan di pasar modal merupakan sebuah
prestasi yang dicapai perusahaan yang mengilustrasikan kondisi keuangan dari hasil
operasi (operating result) perusahaan dan biasanya diukur dengan rasio-rasio
keuangan. Kinerja keuangan juga merupakan salah satu acuan evaluasi dan
pengendalian bagi perusahaan. Bagi investor informasi mengenai kinerja
perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif
lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada
penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik (Munawir, 2008).
Kinerja keuangan bisa diartikan sebagai gambaran prestasi perusahaan dari
hasil efisiensi aktivitas operasionalnya yang berujung pada pengakuan pendapatan
dan pengaitan beban – beban dalam menghasilkan laba setiap periodenya.
Pengakuan pendapatan dan pengaitan beban – beban berfungsi untuk memastikan
bahwa semua pendapatan yang dihasilkan dalam suatu periode telah diakui dan
beban yang dicatat pada periode hanya beban yang terkait dengan periode
tersebut. Kinerja keuangan merupakan suatu aspek penilaian prestasi dari kinerja
perusahaan di dalam aktivitas bisnisnya dari segi pencapaian keuangan. Kinerja
keuangan memberikan informasi, gambaran prestasi dan prospek perusahaan
54
kepada pihak ekstrnal terkait kondisi keuangan perusahaan dari aktivitas bisnis
yang dijalankan.
Rasio – rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas di antaranya yaitu return on
equity (ROE), dan return on asset (ROA),gross profit margin (GPM) dan return on
investment (ROI). Return on equity (ROE) membandingkan antara total laba bersih
setelah pajak dengan total ekuitas perusahaan. Return on asset (ROA)
membandingkan antara total laba bersih setelah pajak dengan total aset perusahaan.
Gross profit margin (GPM) membandingkan antara laba kotor dan pendapatan
perusahaan. Return on investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih
yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan
return on equity (ROE) sebagai proksi kinerja keuangan perusahaan. Return on
equity (ROE) dipilih sebagai proksi kinerja keuangan pada penelitian ini karena
memiliki beberapa keunggulan. Ihwal (2016) menyebutkan bahwa keunggulan
ROE yaitu:
1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability).
2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (asset management).
3. Utang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage).
Return on equity merupakan salah satu alat atau rasio yang paling sering digunakan
oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan. Rasio ini membagi laba bersih
setelah pajak dengan dengan total ekuitas dalam suatu periode.
Semakin besar profitabilitas yang diperoleh semakin besar pula dana yang
tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian adanya peningkatan ROE
55
mengindikasikan besarnya kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen
yang tinggi dan melunasi hutangnya sehingga memiliki risiko kesulitan keuangan
yang semakin kecil. Naiknya rasio ROE perusahaan dari tahun ke tahun
menunjukkan telah terjadi kenaikkan laba dari perusahaan yang bersangkutan.
Naiknya laba bersih dapat dijadikan sebagai salah satu indikasi bahwa nilai
perusahaan juga naik, karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan akan
menyebabkan kenaikkan harga saham yang berarti juga terjadi kenaikkan nilai
perusahaan (Analisa,2011).
Pertumbuhan ROE menunjukkan bahwa prospek perusahaan semakin
baik, dan akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif yang selanjutnya
akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk
saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka
secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal
(Hermuningsih,2013).
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
Permasalahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan telah banyak diteliti sebelumnya. Penelitian tentang nilai perusahaan
dan berbagai faktor yang mempengaruhinya sudah dilakukan oleh para peneliti baik
di dalam skala nasional maupun internasional. Hasil penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan temuan yang berbeda-beda. Beberapa penelitian terdahulu tersebut
yang dijadikan sebagai landasan penelitian, di antaranya sebagai berikut:
Hesti Setyorini Pamungkas dan Abriyani Puspaningsih (2013) melakukan
sebuah penelitian dengan judul ”Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
56
Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan”. Sampel penelitian ini berjumlah 25 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009- 2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keputusan investasi (PER) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (PBV) dengan signifikansi sebesar 0,042, sedangkan keputusan
pendanaan (DER) dan kebijakan dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (PBV) dengan signifikansi masing-masing sebesar 0,455 dan 0,067.
Dyah Ayu Ratnasari Kusumaningrum dan Shiddiq Nur Rahardjo (2013)
melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan
Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan”. Sampel penelitian
berjumlah 66 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 - 2012
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi (MVE/BVE) dan
kebijakan dividen (DPR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan
tingkat signifikansi masing – masing sebesar 0,000 dan 0,042 ,sedangkan keputusan
pendanaan (DER) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan
signifikansi 0,220.
Yuliani, Isnurhadi dan Samadi W. Bakar (2013) melakukan sebuah
penelitian dengan judul ”Keputusan Investasi,Pendanaan dan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan dengan Risiko Bisnis sebagai variabel Mediasi. Sampel penelitian
ini berjumlah 18 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-
2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi (MBAR)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan signifikansi sebesar
57
0,000 ,sedangkan keputusan pendanaan (DAR) dan kebijakan dividen (DPR) tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan signifikansi masing-
masing sebesar 0,097 dan 0,099.
Indah Eva Ambarwati dan Daniel Sugama Stephanus (2014) melakukan
sebuah penelitian dengan judul ” Struktur Kepemilikan,Kebijakan Dividen, dan
Leverage sebagai Determinan atas Nilai Perusahaan”. Sampel penelitian ini
berjumlah 25 perusahaan yang masuk dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2008 – 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan
signifikansi sebesar 0,199, sedangkan leverage (DER) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (PBV) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Adedoyin Isola Lawal (2014) melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Capital structure and the value of the firm: evidence from the Nigeria banking
industry”. Sampel berjumlah 104 perusahaan perbankan konvensional di Nigeria
pada tahun 2007 – 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh tidak signifikan 0,0657 terhadap nilai perusahaan.
Abdullah Al Masum (2014) melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Dividend Policy and Its Impact on Stock Price – A Study on Commercial Banks
Listed in Dhaka Stock Exchange”. Sampel peneltian berjumlah 30 bank yang
terdaftar di Bursa Efek Dhaka Bangladesh tahun 2007 -2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan dividen (DY) berpengaruh negatif signifikan 0,000
terhadap nilai perusahaan.
58
Jorenza Chiquita Sumanti dan Marjam Mangantar (2015) melakukan
sebuah penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Sampel penelitian ini berjumlah 13
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 –
2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang (DER) dan kebijakan
dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan
signifikansi masing-masing sebesar 0,381 dan 0,414.
Galuh Arindita dan R. Djoko Sampurno (2015) melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas,
Kebijakan Dividen, dan Size terhadap Nilai Perusahaan.” Sampel penelitian ini
berjumlah 20 perusahaan wholesale dan retail trade di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2008 – 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang (DER)
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan signifikansi sebesar
0,468, sedangkan kebijakan dividen (DPR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan
dengan signifikansi sebesar 0,047.
Suroto (2015) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh
Keputusan Investasi, Kebijakan Hutang,dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan”. Sampel penelitian ini berjumlah 16 perusahaan yang tercatat dalam
Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keputusan investasi (PER) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) dengan signifikansi sebesar 0,000, kebijakan hutang
(DER) berpengaruh negatif dengan signifikansi 0,000 terhadap nilai perusahaan
59
(Tobin’s Q), sedangkan kebijakan dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) dengan signifikansi sebesar 0,501.
Rindu Rika Gamayuni (2015) melakukan sebuah penelitian dengan
judul”The Effect Of Intangible Asset, Financial Performance, and Financial
Policies On The Firm Value”. Sampel penelitian merupakan seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang (DER) berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan dengan signifikansi 0,000. Sedangkan kebijakan dividen
(DPR) berpengaruh positif tidak signifikan secara statistik nilainya sebesar 0,471.
Mey Rianaputri Himawan dan Yulius Jogi Christiawan (2016) melakukan
sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan
terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur di Indonesia”. Sampel
penelitian berjumlah 475 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
hutang (DAR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan signifikansi
0,008 dan kebijakan dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(PBV) dengan signifikansi sebesar 0,128.
Obaid Ur Rehman (2016) melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Impact of Capital Structure and Dividend Policy on Firm Value”. Sampel
berjumlah 111 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi
Pakistan 2006-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hutang
(TDTA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (tobin’s Q) dengan signifikansi
60
0,000 dan kebijakan dividen (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(tobin’s Q) dengan signifikansi sebesar 0,2462.
Putri Juwita Pertiwi,Parengkuan Tommy, dan Johan R. Tumiwa (2016)
melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan
Hutang,Keputusan Investasi, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Sampel penelitian berjumlah 6
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi (PER) dan profitabilitas (ROE)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan tingkat
signifikansi masing – masing sebesar 0,000 dan 0,000.Sedangkan kebijakan hutang
(DAR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan signifikansi
0,346.
Putu Mikhy Novari dan Putu Vivi Lestari (2016) melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage,dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Properti dan Real Estate”. Sampel penelitian
berjumlah 40 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012 - 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan (Size) dan profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan (PBV) dengan tingkat signifikansi masing – masing
sebesar 0,023 dan 0,01. Sedangkan Leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (PBV) dengan signifikansi sebesar 0,077.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat diidentifikasi
bahwasanya hasil penelitian – penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang
61
Tabel 2.1
Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu
belum konsisten tentang pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap
nilai perusahaan. Untuk mempermudah pemahaman terhadap kajian penelitian
terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu
No. Nama (Tahun) Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Pamungkas
dan Puspaningsih
(2013)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
Kebijakan
Dividen dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap Nilai
Perusahaan
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Keputusan
Investasi
- Keputusan
Pendanaan
- Kebijakan
Dividen
- Ukuran
Perusahaan
- Keputusan investasi
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
- Keputusan
pendanaan dan
kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
2. Kusumaningrum
dan Rahardjo
(2013)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
Kebijakan
Dividen,
Kepemilikan
Manajerial,
dan
Kepemilikan
Institusional
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Keputusan
Investasi
- Keputusan
Pendanaan
- Kebijakan
Dividen
- Kepemilikan
Manajerial
- Keputusan investasi
dan kebijakan dividen
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan .
- Keputusan
pendanaan tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
62
terhadap Nilai
Perusahaan
- Kepemilikan
Institusional
3. Yuliani et al
(2013)
Keputusan
Investasi,Pend
anaan dan
Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
dengan Risiko
Bisnis sebagai
variabel
Mediasi.
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Keputusan
Investasi
- Keputusan
Pendanaan
- Kebijakan
Dividen
- Risiko bisnis
- Keputusan investasi
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
- Keputusan
pendanaan dan
kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
4. Ambarwati
dan Stephanus
(2014)
Struktur
Kepemilikan,
Kebijakan
Dividen, dan
Leverage
sebagai
Determinan
atas Nilai
Perusahaan
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Struktur
Kepemilikan
- Kebijakan
Dividen
- Leverage
- Leverage
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
- Kebijakan dividen
dan struktur
kepemilikan tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
5. Lawal (2014) Capital
structure and
the value of the
firm: evidence
from the
Nigeria
banking
industry
Dependen :
- The Firm
Value
Independen :
- Kebijakan
Hutang
-Kebijakan hutang
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
6. Masum (2014) Dividend
Policy and Its
Impact on
Stock Price –
A Study on
Commercial
Banks Listed
Dependen :
- Stock Price
Independen :
- Kebijakan
Dividen
-Kebijakan dividen
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
63
Tabel 2.1
Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu
in Dhaka
Stock
Exchange
7. Sumanti
dan Mangantar
(2015)
Analisis
Kepemilikan
Manajerial,
Kebijakan
Hutang dan
Profitabilitas
terhadap
Kebijakan
Dividen dan
Nilai
Perusahaan
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar
di BEI.
Dependen:
- Nilai Perusahaan
Independen:
- Kepemilikan
Manajerial
- Kebijakan
Hutang
- Profitabilitas
- Kebijakan
Dividen
- Kebijakan Hutang
dan kebijakan
dividen tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
8. Arindita
dan Sampurno
(2015)
Analisis
Pengaruh
Struktur
Modal,
Profitabilitas,
Kebijakan
Dividen, dan
Size terhadap
Nilai
Perusahaan.
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Kebijakan
Hutang
- Profitabilitas
- Kebijakan
Dividen
- Ukuran
Perusahaan
- Kebijakan Dividen
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
- Kebijakan hutang
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
9. Suroto (2015) Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Kebijakan
Hutang,dan
Kebijakan
Dividen
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Keputusan Investasi
- Keputusan investasi
dan keputusan
pendanaan
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
- Kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
64
Tabel 2.1
Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu
terhadap Nilai
Perusahaan
- Keputusan
Pendanaan
- Kebijakan
Dividen
10. Gamayuni
(2015)
The Effect Of
Intangible
Asset,
Financial
Performance
And Financial
Policies On
The Firm
Value
Dependen :
- The Firm
Value
Independen :
-Intangible
Asset
-Financial
Performance
- Financial
Policies
Kebijakan hutang dan
kebijakan dividen
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
11. Himawan
dan Christiawan
(2016)
Pengaruh
Kebijakan
Hutang dan
Kebijakan
terhadap Nilai
Perusahaan
pada Sektor
Manufaktur di
Indonesia.
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Keputusan
Pendanan
- Kebijakan
dividen
- Ukuran
Perusahaan
- Profitabilitas
- Keputusan
pendanaan
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
- Kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
12. Rehman
(2016)
Impact of
Capital
Structure and
Dividend
Policy on Firm
Value
Dependen :
- The Firm
Value
Independen :
- TDTA
- SG
- EQ
-EPS
Kebijakan hutang
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
- Kebijakan dividen
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
65
Tabel 2.1
Ringkasan Kajian Penelitian Terdahulu
-DPR
13 Pertiwi et al
(2016)
Pengaruh
Kebijakan
Hutang,Keputu
san Investasi,
dan
Profitabilitas
terhadap Nilai
Perusahaan
Food and
Beverages
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Kebijakan
Hutang
- Keputusan
Investasi
- Profitabilitas
Keputusan Investasi
dan Profitabilitas
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
- Kebijakan Hutang
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
14 Novari dan
Lestari (2016)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,Le
verage,dan
Profitabilitas
terhadap Nilai
Perusahaan
pada Sektor
Properti dan
Real Estate
Dependen :
- Nilai Perusahaan
Independen :
- Ukuran
Perusahaan
- Leverage
- Profitabilitas
Ukuran perusahaan
dan Profitabilitas
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
- Leverage tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
2.4 Kerangka Berfikir
2.4.1 Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
Berbicara mengenai pendapatan dividen, para investor umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas
pembayaran dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap
perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian dalam menanamkan dananya ke
dalam perusahaan. Kondisi ini akan mempengaruhi nilai perusahaan, sebab dividen
66
merupakan keuntungan investor atas investasi di dalam perusahaan (Aprianto dan
Arifah,2014).
Perusahaan yang sebelumnya tidak pernah mendistribusikan dividen kepada
para pemegang saham, dan kemudian mereka mengubah kebijakan dividennya
untuk membagikan dividen tentu akan menjadi penilaian positif oleh para investor
maupaun calon investor. Hal itu mengindikasikan semakin meningkatnya kebijakan
perusahaan untuk lebih memperhatikan kemakmuran para pemegang saham, karena
perusahaan yang bisa membagikan dividen memiliki gambaran umum bahwa
kondisi keuangan mereka dalam kondisi baik. Sesuai dengan teori keagenan kondisi
tersebut menunjukkan juga bahwa kinerja manajemen berjalan dengan baik dan
sejalan dengan kepentingan para pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Perusahaan yang mampu membagikan dividen mempersepsikan bahwa
pengelolaan keuangan mereka lebih bagus, sebab keputusan untuk membagikan
dividen dilakukan setelah kewajiban-kewajiban dan kebutuhan prioritas perusahaan
sudah terselesaikan baik dalam bentuk pembayaran hutang maupun anggaran
investasi di masa mendatang.
Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif
yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan
reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen atau
bahkan penghentian pembayan dividen cenderung akan dianggap sebagai sinyal
negatif, yang berarti bahwa perusahaan mempunyai prospek yang kurang begitu
baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Hardiningsih,2009).
Hal tersebut selaras dengan asumsi dalam teori signaling. Keputusan untuk
67
meningkatkan dividen hanya dilakukan bila manajemen yakin akan dapat
mempertahankan peningkatan tersebut di masa yang akan datang (Deitiana,2011).
Menurut Hardiningsih (2009), kenaikkan dividen seringkali menyebabkan
kenaikkan harga saham yang berarti bahwa nilai perusahaan meningkat.
Sedangkan pemotongan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga
saham yang berarti ada indikasi penurunan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai dividen daripada keuntungan
modal (capital gain). Hal tersebut selaras dengan asumsi bird in the hand theory
yang menyatakan investor percaya bahwa pendapatan dividen memiliki nilai yang
lebih baik dibandingkan dengan capital gain, karena dividen saat ini memiliki
tingkat kepastian yang lebih tinggi dan lebih aman jika dibandingkan dengan
capital gain di masa mendatang.
Penelitian Kusumaningrum dan Rahardjo (2013) menemukan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang sama
juga ditemukan oleh Arindita dan Sampurno (2015) yang juga menemukan hasil
penelitian bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan .
Investor lebih memilih dividen yang sudah pasti nominalnya daripada
capital gain yang nilainya masih bisa berubah – ubah dan tidak menentu seriring
berjalannya waktu. Sujoko dan Soebiantoro (2007) mengemukakan bahwa
dengan adanya pembayaran dividen yang meningkat maka akan menunjukkan
prospek perusahaan semakin bagus, kinerja manajer dianggap telah sesuai
dengan fungsi pokok manajer yaitu sebagai agen bagi para pemegang saham
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dari pemegang saham. Oleh
68
karena itu para investor akan merespon positif dan harga saham di pasar sebagai
indikator nilai perusahaan akan meningkat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
ditarik sebuah hipotesis:
H1: Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2.4.2 Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan
Salah satu dari sekian banyak masalah keuangan yang dihadapi oleh suatu
perusahaan yakni masalah pendanaan atau pembiayaan. Hutang merupakan salah
satu bentuk pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersumber dari
pendanaan eksternal perusahaan. Menurut Wiliandri (2011) menambah hutang
dapat mengurangi masalah agensi karena dua alasan. Pertama, dengan
meningkatnya hutang maka akan semakin kecil porsi saham yang harus dijual
perusahaan. Semakin kecil nilai saham yang beredar maka semakin kecil masalah
agensi yang timbul antara manajer dan pemegang saham. Kedua, dengan
semakin besar hutang perusahaan maka semakin kecil dana menganggur (free cash
flow) karena digunakan untuk membayar angsuran dan beban bunga atas hutang
tersebut, sehingga dapat menghindarkan penggunaan free cash flow yang
kemungkinan dipakai manajer untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang
memberikan manfaat bagi perusahaan. Secara tidak langsung kondisi tersebut dapat
mengurangi biaya agensi yang dilakukan untuk mengawasi tindakan manajemen
perusahaan atas penggunaan dana internal yang ada pada perusahaan.
Menurut teori agensi, manajer dianggap tidak selalu bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham. Untuk itu perlu adanya mekanisme agar
69
manajer mau bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satu
mekanismenya adalah dengan menambah porsi hutang (Wiliandri,2011) Apabila
perusahaan menggunakan modal pinjaman (hutang), berarti perusahaan telah
melakukan leverage. Financial leverage dapat diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk menggunakan sumber dana pinjaman yang mempunyai beban
tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemegang saham.
Penggunaan leverage dikatakan menguntungkan apabila pendapatan dari
investasi lebih besar daripada beban tetap yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Sebaliknya, penggunaan leverage dikatakan merugikan apabila pendapatan yang
diterima dari hasil investasi lebih kecil daripada beban tetap yang harus ditanggung
perusahaan (Setyandari,2012). Hal tersebut selaras dengan konsep yang diusung
oleh trade-off theory yang menjelaskan bahwa penggunaan hutang yang optimal
oleh perusahaan yaitu dengan memperhatikan keseimbangan antara manfaat pajak
dan biaya kebangkutan akibat hutang yang dimiliki perusahaan akan cenderung
meningkatkan nilai perusahaan. Trade-off theory menyebutkan bahwa penggunaan
hutang oleh perusahaan diperkenankan selama memperoleh manfaat yang lebih
besar dan penghematan beban pajak dari adanya penggunaan hutang. Namun,
apabila penggunaan hutang mengandung pengorbanan akibat hutang telah lebih
besar dibanding manfaat yang diperoleh, maka tambahan penggunaan hutang sudah
tidak diperkenankan.
Penelitian Lawal (2014) menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Gamayuni
(2015) dan Rehman (2016) yang penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan
70
hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Peningkatan rasio hutang
suatu perusahaan merupakan sinyal positif bagi para investor dengan asumsi
bahwa cash flow perusahaan di masa yang akan datang akan terjaga, dan adanya
hutang juga menunjukkan optimisme dari manajemen dalam melakukan
investasi, sehingga diharapkan bahwa di masa yang akan datang prospek
perusahaan akan semakin cerah (Hardiningsih,2009).
Reaksi pasar sebagai sinyal yang menilai optimisme perusahaan di masa
yang akan datang akan cerah cenderung menarik investor dan berdampak pada
meningkatnya permintaan akan saham perusahaan, sehingga harga saham
perusahaan berangsur-angsur akan naik. Hal ini selaras dengan asumsi yang
dibangun pada signaling theory. Naiknya harga saham tersebut mengindikasikan
adanya apresiasi dan meningkatnya persepsi nilai perusahaan di mata investor.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
H2: Kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.4.3 Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Kinerja keuangan merupakan suatu aspek penilaian prestasi kinerja
perusahaan di dalam aktivitas bisnisnya dari segi pencapaian keuangan. Kinerja
perusahaan juga merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan perusahaan
untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Berdasarkan teori
keagenan, kinerja keuangan memberikan gambaran kepada para pemegang saham
atas kinerja manajemen perusahaan di dalam menjalankan tugasnya. Salah satu
aspek yang menjadi elemen penilaian kinerja keuangan yaitu kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau sering disebut profitabilitas.
71
Profitabilitas yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen
relatif baik. Selain itu, meningkatnya profitabilitas perusahaan juga
memperlihatkan adanya kemajuan yang terjadi pada perusahaan, namun tidak bisa
dikatakan secara mutlak bahwa fenomena menurunnya profitabilitas disebabkan
oleh buruknya pengelolaan keuangan perusahaan. Hal tersebut karna ada berbagai
faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan baik berupa faktor eksternal
maupun internal. Namun pada umumnya, peningkatan profitabilitas dipengaruhi
oleh kebijakan dan keputusan yang di lakukan oleh pihak internal perusahaan.
Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan akan berusaha memberikan
sinyal informasi kepada pihak eksternal terkait kondisi dan prospek perusahaan.
Penelitian Sumanti dan Mangantar (2015), Arindita dan Sampurno (2015), serta
Himawan dan Christiawan (2016) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian serupa juga
diungkapkan oleh Pertiwi (2016) dan Novari dan Lestari (2016). Adanya
peningkatan profitabilitas yang terjadi secara konsisten dan stabil menjadi penilain
positif bagi para investor dan calon investor. Kondisi tersebut akan menambah
keyakinan mereka untuk berinvestasi pada perusahan. Peningkatan jumlah investor
yang membeli saham perusahaan secara sistematis berdampak pada meningkatnya
harga saham perusahaan, sehingga akan merefleksikan peningkatan kredibilitas,
reputasi, dan nilai perusahaan di mata publik. Namun sebaliknya, perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang berangsur-angsur menurun bahkan nilainya negatif,
lambat laun akan mengikis kepercayaan investor terhadap kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan bagi mereka di masa depan. Hal itu menimbulkan
72
kejenuhan dan rasa kurang tertarik terhadap perusahaan. Dampak terburukya adalah
munculnya spekulasi di kalangan investor untuk menjual kepemilikan sahamnya
dan beralih pada perusahaan lain yang dinilai lebih memberikan manfaat bagi
mereka. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
H3: Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.4.4 Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan kinerja
keuangan sebagai varaiabel moderating
Peningkatan pembayaran dividen dapat menjadi sinyal bahwa perusahaan
memiliki prospek yang baik (Susanti, 2010). Dividen sebagai sebuah isyarat berupa
pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk
menaikkan dividen per lembar saham, kemungkinan oleh penanam modal diartikan
sebagai sinyal yang baik, karena dividen per saham yang lebih tinggi menujukkan
bahwa perusahaan yakin arus kas masa mendatang akan cukup besar untuk
menanggung tingkat dividen yang tinggi (Weston dan Copeland, 1995) dalam
Fenandar dan Raharja,2012). Hal tersebut selaras dengan asumsi yang dibangun
oleh signaling theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan berusaha
memberikan informasi kepada pihak luar terkait kondisi mereka guna mengurangi
adanya asimetri informasi. Adanya kenaikkan pembayaran dividen juga akan
semakin menaikkan keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebelum pada
akhirnya ditambah dengan peluang capital gain atas investasi yang telah
ditanamkan.
Kebijakan dividen ini erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba. Berdasarkan konsep yang dibangun teori keagenan,
73
manajemen perusahaan yang bisa memberikan kemakmuran bagi pemegang saham
dinilai memiliki kinerja yang baik karena bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham.
Pada umumnya pembayaran dividen diperoleh dari laba yang didapatkan
perusahaan setiap periodenya. Perusahaan yang dinilai memiliki kinerja dan
pengelolaan keuangan yang baik cenderung lebih berpotensi dalam menghasilkan
laba bagi perusahaan. Oleh karena itu, kinerja keuangan dipandang menjadi salah
satu kunci utama keberhasilan perusahaan dalam memberikan gambaran kepada
investor mengenai kondisi perusahaan saat ini maupun prospek perkembangan di
masa mendatang. Kinerja keuangan seringkali diproyeksikan dari aspek
profitabilitas perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dan stabil memberikan indikasi
bahwa perusahaan akan mampu menghasilkan keuntungan yang besar.
Konsistensi tingkat profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersifat stabil dan lebih meyakinkan. Bagi
investor hal ini mengisyaratkan bahwa perusahaan akan memiliki potensi sumber
pendanaan internal yang cukup untuk membayar dividen kepada investor tanpa
harus banyak mengurangi sumber dana perusahaan untuk berinvestasi. Investor
cenderung lebih menyukai perusahaan yang pembagian dividennya relatif stabil dan
konsisten daripada perusahaan yang menaikan pembagian dividen namun
kemampuan perusahaan dalam menjaga konsistensi di masa depan cenderung ke
arah ketidakpastian.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah namun besikeras
melakukan pembayaran dividen yang tinggi akan memiliki risiko yang lebih besar.
74
Persoalan tersebut disebabkan karena dana internal perusahaan akan banyak
berkurang. Hal ini juga akan berimbas pada berkurangnya sumber pendanaan
internal perusahaan untuk melakukan investasi. Perusahaan yang mengalami hal ini
akan melakukan investasi dengan alternatif sumber pendanaan eksternal, kondisi
tersebut dalam jangka panjang cenderung menyulitkan kondisi keuangan
perusahaan. Terjadinya fenomena semacam itu cenderung akan direspon oleh pasar
sebagai informasi yang negatif dan besar kemungkinannya berdampak pada
penurunan harga saham perusahaan sebagai akibat menurunnya minat dan
ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Adanya penurunan harga saham secara tidak langsung memberikan
informasi bahwa nilai perusahaan tersebut juga menurun di mata investor.
Sedangkan pembayaran dividen yang stabil dan konsiten cenderung dipandang
lebih aman oleh investor. Kondisi lain yang lebih istimewa yaitu apabila
pembayaran dividen dilakukan perusahaan relatif stabil dan konsiten dengan
kecenderungan meningkat, sekalipun persentasnya tak begitu signifikan. Hal itu
akan memberikan gambaran informasi yang lebih baik kepada pasar.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dan konsisten, jika mereka
mengambil kebijakan untuk melakukan pembayaran dividen yang tinggi, hal
tersebut dipandang lebih baik karena perusahaan dinilai cenderung lebih mampu
mengatasi permasalahan keuangan mereka di masa depan dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa profitabilitas memiliki esensi yang besar dalam memperkuat hubungan
75
antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
H4: Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan
2.4.5 Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan dengan kinerja
keuangan sebagai variabel moderating
Kinerja keuangan merupakan gambaran prestasi perusahaan dari hasil
efisiensi aktivitas operasional yang berujung pada pengakuan pendapatan dan
pengaitan beban – beban dalam menghasilkan laba setiap periodenya. Kinerja
keuangan dalam hal ini diproyeksikan dengan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas sebagai proyeksi kinerja keuangan perusahaan ikut berperan dalam
menjelaskan pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
menjadi salah satu indikasi tingkat risiko perusahaan di masa depan terkait dengan
kemampuan perusahaan untuk menyediakan dana internal perusahaan.
Trade-off theory berasumsi bahwa perusahaan dengan risiko kecil akan
cenderung menggunakan hutang yang lebih besar untuk membiayai operasi dan
investasinya, salah satu kriterianya yaitu perusahaan yang profitable. Perusahaan
yang profitable memiliki optimisme yang tinggi untuk memilih alternatif hutang
yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena perusahaan memiliki kekuatan dari segi
keuangan dan menganggap bahwasanya hutang harus dimanfaatkan sebagai batu
loncatan untuk terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Di lain sisi,
perusahaan yang kurang profitable menggunakan hutang yang relatif lebih kecil
sebagai langkah konservatif perusahaan untuk melindungi keuangan mereka dan
76
akan lebih fokus pada perbaikan dan penguatan kondisi keuangan perusahaan. Hal
tersebut terjadi karena dalam kondisi yang kurang profitable, perusahaan akan
memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi sehingga mereka akan cenderung
menghindari bertambahnya hutang. Bagi mereka, adanya hutang yang semakin
tinggi akan meningkatkan risiko bisnis dan memicu financial distress sebagai
akibat adanya kecenderungan gagal bayar di masa mendatang.
Ketika tingkat hutang perusahan tinggi sedangkan tingkat profitabilitas
mereka rendah, maka akan ada kemungkinan terjadi kesulitan keuangan di masa
yang akan datang akibat semakin beratnya beban tanggungan perusahaan. Di lain
sisi, walaupun perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi namun didukung
oleh tingkat profitabilitas yang tinggi serta didukung dengan konsistensitas, hal itu
akan menjadi sinyal harapan bagi investor akan masa depan perusahaan dalam
melunasi hutangnya. Setidaknya hal tersebut akan menjadi peluang perusahaan
untuk menjauhkan diri dari kesulitan keuangan di masa mendatang. Dengan kata
lain, investor akan lebih optimis untuk berinvestasi. Hal tersebut sejalan dengan
signaling teori, di mana perusahaan akan selalu berusaha memberikan informasi
terkait kondisi dan prospek mereka kepada pihak eksternal perusahaan untuk
mengurangi adanya underperception terhadap perusahaan akibat adanya asimetri
informasi.
Berdasarkan teori agency penggunaan hutang juga dapat menurunkan biaya
agensi yang harus ditanggung perusahaan akibat tindakan monitoring terhadap
tindakan manajemen. Perusahaan dengan tingkat hutang relatif tinggi, menjadi
salah satu gambaran sikap optimisme kinerja manajemen dalam upaya
77
H5
meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Hal itu karena tidak ada satu perusahaan
pun di dunia ini yang berkeinginan untuk bangkrut, mereka cenderung memikirkan
setiap kebijakan baik jangka pendek maupun jangka panjang secara matang dengan
asumsi dan estimasi yang akurat walaupun terkadang apa yang direncanakan belum
tentu berjalan dengan mulus, namun setidaknya ada potensi dan peluang yang
tersirat di dalamnya. Investor akan lebih tertarik pada tipe perusahaan yang
memiliki pandangan cerah di masa mendatang.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa profitabilitas memiliki esensi yang
besar dalam memperkuat hubungan antara kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah hipotesis:
H5: Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian kerangka berfikir diatas, maka dapat dibuat model penelitian
pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1
H3
H4
H1
H2
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
Nilai Perusahaan
Kinerja Keuangan
78
Model Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, munculah beberapa hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kebijakan dividen dan nilai
perusahaan
H2: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kebijakan hutang dan nilai
perusahaan
H3: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kinerja keuangan dan nilai
perusahaan
H4: Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan
H5: Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan.
126
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian atas data dalam penelitian
mengenai pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderating pada perusahaan
sektor property, real estate, dan building contructions yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kebijakan hutang berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan
5. Kinerja keuangan memoderasi secara signifikan pengaruh kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan.
127
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Untuk penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dividen, kebijakan hutang,
nilai perusahaan, dan kinerja keuangan disarankan dapat menggunakan agency
theory,signaling theory, trade-off theory, dan bird in the hand theory untuk
menjelaskan keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Sebab, teori-teori
tersebut telah terverifikasi secara empiris melalui pembuktian dalam penelitian
ini.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji kembali variabel
kinerja keuangan (profitabilitas) perusahaan sebagai variabel moderating yang
memperlemah pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan untuk
melihat lebih jauh perkembangannya serta menggunakan sampel perusahaan
pada sektor industri lain. Misal industri di sektor perbankan atau sektor
pertambangan, sebab sektor tersebut cenderung memiliki tingkat hutang yang
relatif tinggi sehingga perlu untuk dilihat juga bagaimana pengaruh kebijakan
dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan di sektor tersebut.
3. Saran untuk perusahaan yaitu manajemen harus dapat mengelola dan
memperhatikan kinerja keuangan khususnya profitabilitas untuk meningkatkan
nilai perusahaan, sebab tinggi rendahnya pengaruh kebijakan hutang dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan secara empiris sangat ditentukan
oleh tinggi rendahnya kinerja keuangan (profitabilitas) perusahaan.
128
4. Perusahaan sebaiknya menjaga kemampuannya untuk membagikan dividen
dan tidak menampilkan profitabilitas yang terlalu tinggi, sebab hasil penelitian
ini membuktikan bahwa semakin tinggi profitabilitas justru dapat
memperlemah pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
5. Calon investor sebaiknya mengkaji variabel profitabilitas dan kebijakan dividen
perusahaan sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi. Karena hasil
penelitian menunjukkan variabel profitabilitas dan variabel kebijakan dividen
terbukti mampu meningkatkan nilai perusahaan.
129
DAFTAR PUSTAKA
Akerlof, George A.(1970). The Market for “Lemons”: Quality Uncertainty and the
Market Mechanism. The Quarterly Journal of Economics. Volume 84.No.3.
Hal.488-500
Ambarwati, Indah Eva dan Daniel Sugama Stephanus. (2014). Struktur
Kepemilikan,Kebijakan Dividen, dan Leverage sebagai determinan atas Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. Volume 5 No. 2. Hal. 170–
183.
Amirya, Mirna dan Sari Atmini.(2008). Determinan Tingkat Hutang serta
Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking
Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 No.2.
Hal. 227-244.
Analisa, Yangs .(2011). Pengaruh Kebijakan Investasi,Keputusan Pendanaan dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur BEI. Skripsi.
Semarang: FEB Universitas Diponegoro.
Aprianto,Rachmat dan Dista Amalia Arifah.(2014).Keputusan Investasi,Keputusan
Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Volume 15 No. 1. Hal. 74–84.
Arindita, Galuh dan R. Djoko Sampurno. (2015). Analisis Pengaruh Struktur
Modal, Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Size terhadap Nilai Perusahaan
( Studi Kasus pada perusahaan Wholesale dan Retail yang terdaftar di BEI
tahun 2008-2012 ). Diponegoro Journal of Management. Volume 4 No. 2. Hal.
1–11.
Borolla, Johanis Darwin. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan. Prestasi. Volume 7 No. 1. Hal. 11–24.
Brigham, Eugene F. dan Joul F. Houston (Ed).(2001).Manajemen Keuangan. Edisi
8.Jakarta:Erlangga.
----- (2003).Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10.Jakarta:Salemba Empat.
Bursa Efek Indonesia. (2017). Laporan Keuangan dan Tahunan. www.idx.co.id/id-
id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx. (diunduh
tanggal 30 Januari 2017).
Clarashinta, Dyah Ayu. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang (Studi pada
130
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Deitiana, Tita. (2011). Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan
Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Volume 13 No.
1. Hal. 57–66.
Efendi, Andri Sahlal. (2013). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,Kebijakan
Dividen,dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel
Kontrol Ukuran Perusahaan,Pertumbuhan dan Kinerja Perusahaan. Skripsi.
Semarang: FEB Universitas Diponegoro.
Erfiana,Deka.(2016).Analisis Pengaruh Masalah Keagenan,Kebijakan Dividen,
terhadap Nilai Perusahaan dan Growth Opportunity sebagai Variabel
Moderasi.Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Euromoney Institusional Investor Company.(2017).Profil perusahaan Indonesia.
https://www.emis.com/php/company-profile/ID (diunduh tanggal 21 Maret
2017).
Fadah, Isti. (2010). Faktor Penentu Dividen dan Biaya Keagenan serta Pengaruhnya
pada Nilai Perusahaan. Jurnal Keuangan Dan Perbankan. Volume 14 No. 3.
Hal. 391–406.
Fakhruddin, M. dan M. Sopian Hadianto.(2001). Perangkat dan Model Analisis
Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Fernandar,Gany Ibrahim dan Surya Raharja.(2012).Pengaruh Keputusan
Investasi,Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan.Diponegoro Journal of Accounting.Volume 1.No.2.Hal.1-10.
Frank, Murray Z. dan Vidhan K. Goyal. (2005). Trade-Off and Pecking Order
Theories of Debt, Handbook of Corporate Finance: Empirical Corporate
Finance (Handbooks in Finance Series, Elsevier/North-Holland), Chapter 7.
North Holland: Tuck School of Business of Dartmouth.
Gamayuni, Rindu Rika. (2015). The Effect Of Intangible Asset , Financial
Performance And Financial Policies On The Firm Value. International
Journal of Scientific & Technology Research. Volume 4. No.1. Hal. 202–212.
Gitosudarmo,Indriyo.1984.Manajemen Keuangan.Yogyakarta.BPFE UGM.
131
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21, Upgrade PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gustiandika,Tito. (2014). Pengaruh Keputusan Investasi dan Keputusan Pendanaan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Dinilai Corporate
Governance Preception Index Tahun 2007-2011). Skripsi. Semarang: FEB
Universitas Diponegoro
Hamidy,Rahman Rusdi,I Gusti Bagus Wksuana,Luh Gede Sri
Artini.(2015).Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Intervening pada perusahaan Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia.E-Journal Ekonomi dan Bisnis
Udayana.Volume 4.No.10.Hal.665-682.
Hardiningsih, Pancawati. (2009). Determinan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi
Indonesia. Volume 5 No. 2. Hal. 231–250.
Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. (2012). Determinan
Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory).
Dinamikan Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan, Volume 1, No. 1. Hal. 11-
24.
Hasnawati, Sri. (2005). Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia
Volume 9 No.2. Hal. 117–126.
Hatta, Atika Jauhari. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia.Volume 6 No 2. Hal. 1-22.
Herawati, Titin. (2013). Pengaruh Kebijakan Dividen,Kebijakan Hutang dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen. Volume 2 No.2.
Hal. 1–18.
Hermuningsih, Sri. (2013). Pengaruh Profitabilitas , Growth Opportunity , Sruktur
Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia.
Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan. Hal. 128–148.
Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma Wardani. (2009). Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis. Volume 13 No. 2.
Hal. 173–183.
132
Hidayat, Azhari. (2013). Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Volume 1 No. 3. Hal. 1-24
Himawan, Mei Rianaputri dan Yulius Jogi Christiawan. (2014). Pengaruh
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada
Sektor Manufaktur di Indonesia. Business Accounting Review. Volume 4 No.1.
Hal. 193–204.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. (2004). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan.Edisi pertama.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz.(2014).Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan.Edisi Ketigabelas Buku 1.Jakarta.Salemba Empat
-----.(1997).Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Edisi Keenam Jilid dua
.Jakarta.Salemba Empat
Ihwal, Nuzul.(2016).Analisa ROA dan ROE terhadap Profitabilitas Bank di Bursa
Efek Indonesia.Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan.Vol. 1,No.2.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. (2009). Pengaruh Kepemilikan
Manajerial,Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan
Perusahaan,Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Volume 11 No. 3. Hal. 189–207.
Irawati, Erni. (2016). Faktor Determinan Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: FE
UNY.
Jensen, M.C dan William H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Manajerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economic. Vol. 3, No. 4. Hal. 305-360.
Jogiyanto.(2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Kieso, Donald E. dkk. (2008). Akuntansi Intermediate Jilid 2. Terjemahan Emil
Salim. Jakarta: Erlangga.
Kusumaningrum, Dyah Ayu Ratnasari dan Shiddiq Nur Rahardjo. (2013). Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ( Studi
Empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 -
2012). Diponegoro Journal of Accounting. Volume 2 No.4. Hal. 1–10.
133
Lawal, Adedoyin Isola. (2014). Capital structure and the value of the firm :
evidence from the Nigeria banking industry Literature review. Journal of
Accounting and Management. Volume 4 No. 1. Hal. 31–41.
Lestari, Noviana Bekti, et al.2014.”Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening.”
Accounting Analysis Journal.
Martikarini, Nani. (2014). Pengaruh Profitabilitas,Kebijakan Hutang, dan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Depok: FE Universitas Gunadarma.
Martono, dan Agus Harjito. (2008). Manajemen Keuangan. Yogyakarta.Ekonisia.
Masum, Abdullah Al. (2014). Dividend Policy and Its Impact on Stock Price – A
Study on Commercial Banks Listed in Dhaka Stock Exchange. Global
Disclousure of Economics and Business. Volume 3 No.1. Hal. 9–20.
Mayangsari, Sekar. (2001). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hyphotesis.
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Media. Volume 1 No.3. Hal. 1–
26.
Mulianti, Fitri Mega. (2010). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Tesis.
Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Munawir, Slamet. (2008). Analisis Informasi Keunagan, cetakan
kedua.Yogyakarta: Liberty
Murhadi,Werner R.(2013).Analisis Laporan Keuangan,Proyeksi dan Valuasi
Saham.Jakarta.Salemba Empat
Mursalim. (2011). Likuiditas saham, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia. Volume 15 No.1. Hal. 21–29.
Mutamimah, Mutamimah dan Rita Rita.(2009). Keputusan Pendanaan: Pendekatan
Trade-Off Theory dan Pecking Order Theory. Jurnal Ekonomi & Bisnis.
Volume 10 No.1. Hal.241-249.
Novari,Putu Mikhy dan Putu Vivi Lestari.(2016).Pengaruh Ukuran
Perusahaan,Leverage,dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor
Properti dan Real Estate.E-Journal Manajemen Unud.Volume 5.No.9.Hal
5671-5694.
134
Nurcaya, Ipak Ayu H.(2017). Semester I/2017, 52% Masyarakat Indonesia Minat
Beli.http://kalimantan.bisnis.com/read/20170131/107/624608/semester-
i2017-52-masyarakat-indonesia-minat-beli-properti.(diunduh tanggal 1
Februari 2017).
Nurfina, Hida Efri dan Endang Tri Widyarti. (2016). Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Struktur
Modal, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-
2014). Diponegoro Journal of Management. Volume 5 No.3. Hal. 1–10.
Pamungkas, Hesti Setyorini, & Abriyani Puspaningsih. (2013). Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia. Volume 17 No.2. Hal. 156–165.
Pertiwi,Putri Juwita,Parengkuan Tommy,Johan R.Tumiwa.(2016).Pengaruh
Kebijakan Hutang,Keputusan Investasi, dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Jurnal
EMBA. Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 1369-1380
Rehman, Obaid Ur. (2016). Impact of Capital Structure and Dividend Policy on
Firm Value. Journal of Poverty, Investment and Development. Volume 21.
Hal. 40–57.
Saputra,Hendy Guntur.(2015).Pengaruh Leverage, Firm Size, Insider Ownership,
Cash Holding, dan Investment Opportunity Set Terhadap Nilai Perusahaan
Sektor Property, Real Estate, & Building Construction Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.Semarang:Fakultas Ekonomi. Universitas
Negeri Semarang.
Sembiring,Etti Ernita dan Rosma Pakpahan.(2010).Pengaruh Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ekonomi,Keuangan,Perbankan dan
Akuntansi.Volume 2.No.1.Hal.47-56.
Septia, Ade Winda. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Yogyakarta: FE UNY
Setyandari, Tiara Suci. (2012). Analisis pengaruh faktor-faktor internal dan
eksternal terhadap return saham (studi kasus perusahaan pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indonesia) tahun 2012-2017. Tesis. Bogor: Sekolah
Bisnis IPB.
135
Siregar, Sheila Ramadhani. (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan
Terhadap Harga Saham dengan Menggunakan Rasio Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi.Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hadiningsih. (2011). Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang Dan Nilai Perusahaan Ownership
Structure, Dividend Policy And Debt Policy And Firm Value. Dinamika
Keuangan Dan Perbankan. Volume 3 No.1. Hal. 68–87.
Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi Universitas
Sumatra Utara Medan. Hal 1-12
Sudiyatno, Bambang. (2010). Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan
Pengaruh Faktor Fundamental, Makroekonomi, Risiko Sistematis, dan
Kebijakan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Empirik Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ). Disertasi.Semarang:
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. (2010). Pengaruh Kebijakan Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan sebagai Variabel
Intervening (Studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia).
Dinamika Keuangan Dan Perbankan. Volume 2 No.1.Hal. 1–22.
Sugiyono.(2015).Metode Penelitian dan Pengembangan cetakan pertama.
Bandung:Alfabeta.
Suharli,Michell. (2006). Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas,Leverage,
dan Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2003). Jurnal Manajemen,
Akuntansi dan Sistem Informasi. Volume 6 No.2. Hal. 243–257.
Suhairi,Muhammad.(2012).Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen dan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia.Tesis.Jakarta.Universitas
Terbuka
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage,Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan (Studi
empirik padaperusahaan manufaktur dan non-manufaktur di Bursa Efek
Jakara). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1. Hal. 41-48.
Sumanti, Jorenza Chiquita dan Marjam Mangantar. (2015). Analisis Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
dan Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Jurnal EMBA. Volume 3 No. 1. Hal. 1141–1151.
136
Suroto.(2015). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada perusahaan
LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Februari 2010 - Januari
2015. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang. Volume 4 No 3. Hal. 100–117.
Susanti, Rika. (2010.) Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (studi kasus pada perusahaan go public yang listed tahun 2005-
2008). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Ujiyantho, M. Arief dan Bambang Agus Pramuka.(2007). Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi X, Volume X No 6. Hal. 1–26.
Utami,Rahmawati Budi dan Prasetiono.(2016).Analisis Pengaruh TATO,WCTO,
dan DER terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2013).
Wahidahwati, Wahidahwati .(2002). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah
Perspektif Theory Agency. The Indonesian Journal of Accounting
Research. Volume 5 No 1. Hal 1-16.
Wahyudin, Agus.(2015).Metodologi Penelitian Bisnis dan Pendidikan.Semarang:
Unnes Press.
Wiliandri, Ruly. (2011). Pengaruh Blockholder Ownership dan Firm Size terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis.Volume 16 No. 2. Hal.
95–102.
Yadnyana,I Ketut dan Ni Wayan Alit Erlina Wati. (2011). Struktur
Kepemilikan,Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Manufaktur yang Go
Public. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Volume 15 No.1. Hal. 58–65.
Yuliani, Isnurhadi, dan Samadi W. Bakar. (2013). Keputusan Investasi, Pendanaan,
dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan Risiko Bisnis sebagai Variabel
Mediasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Volume 17 No.3. Hal. 362–375.