101
Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009 PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008 TESIS Oleh NELLY KATHARINA MANURUNG 067023012/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 9

pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,

POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS

DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008

TESIS

Oleh

NELLY KATHARINA MANURUNG 067023012/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 0 9

Page 2: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU,

POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS

DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NELLY KATHARINA MANURUNG

067023012/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 9

Page 3: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK, PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN 2008

Nama Mahasiswa : Nelly Katharina Manurung Nomor Pokok : 067023012 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si) Ketua

(Dra. Jumirah, Apt., M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus : 9 Juni 2009

Page 4: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Telah diuji pada

Tanggal : 9 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si

Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes

2. Drh. Hiswani, M.Kes

3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes

Page 5: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA, GENETIK,

PENDAPATAN KELUARGA, PENDIDIKAN IBU, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK

TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DI SMU RK TRI SAKTI MEDAN

2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

Nelly Katharina Manurung

Page 6: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Hasil penelitian Simatupang pada murid SD di Medan tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada perempuan. Obesitas pada masa anak dan remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lanjut usia.

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 468 orang dengan sampel sebanyak 96 orang yang dipilih secara random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas cukup tinggi mencapai 10,4%. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh pola makan berdasarkan jumlah asupan energi dan jenis makanan (p < 0,05) terhadap kejadian obesitas. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah pola makan berdasarkan jenis makanan (β = - 3,178). Karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, jumlah asupan protein dan aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).

Disarankan kepada pihak-pihak terkait ( sekolah, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Medan) untuk melakukan upaya promotif - preventif terhadap kejadian obesitas secara terpadu. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat mencegah atau menanggulangi obesitas secara mandiri.

Kata kunci: Obesitas, Remaja dan Pola Makan

Page 7: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT

The prevalence of obesity in Indonesian is increasing reached to a dangerous

level. Based on SUSENAS data 2004, the prevalence of obesity in child was reached 11%. The result of Simatupang’s survey at elementary student in Medan 2007 indicate, that the prevalence of obesity reached 25,65% in boy and 19,58% in girl. Obesity in children and adolescent tend to continue till adult and old age.

This study is a survey with cross sectional design to describe the influence of adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, meal pattern and physical activity on obesity at SMU RK Tri Sakti Medan. The population in this study are 468 students with 96 samples that selected through random sampling. The collected data is analyze by using multiple regression logistics test.

The result of this study indicate, that the prevalence of obesity is high enough reached 10,4%. The result of multivariate analyze indicate, that there are an influence of meal pattern by total energy intake and kinds of food (p < 0,05) on obesity. The most dominant factor influence on obesity is meal pattern based on kind of food (β = - 3,178). The adolescent characteristic, genetic, family income, level of mother education, total protein intake and physical activity have no influence on obesity (p > 0,05).

It is suggested to the interlaced side ( school, Education Office and District Health Office of Medan) to take a promotive – preventive integrated action for the occurrence of obesity. The adolescent needs to understand the occurrence of obesity and the influence factors so that they can make an effort to prevent or manage obesity autonomously. Key words: Obesity, Adolescent and Meal Pattern

Page 8: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik Remaja,

Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik ter

hadap Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008”.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang,

M.Si dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku komisi pembimbing yang telah

membantu dan memberikan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran

membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan dan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,

M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan dan Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana

(SPs) Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bimbingan dan motivasi

serta arahan dalam perkuliahan maupun penyelesaian tesis.

Page 9: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

3. Bapak Drs. Saut Sianturi, selaku Kepada Sekolah SMU Tri Sakti Medan yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes yang telah memberikan tugas belajar kepada

penulis.

5. Ibu Drh. Hiswani, M.Kes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes sebagai

penguji yang telah memberi masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian

tesis ini.

Terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua

penulis dan bapak mertua, suami Jonni M. Simbolon dan ketiga putriku Hannah,

Naomi dan Tirza, abang, kakak dan adik yang telah memberi motivasi. Selanjutnya

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses

penyusun tesis ini sehingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu diharapkan saran yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan tesis ini.

Medan, 8 Juni 2009

Penulis

Page 10: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nelly Katharina Manurung yang lahir di Medan pada

tanggal 23 Mei 1970, anak kelima dari tujuh bersaudara, beragama Kristen Protestan

dan bertempat tinggal di Jalan Balai Desa, Komplek Perumahan Pondok Nusantara

Blok B-7 Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1983 dari SDN 060842

Medan, tahun 1986 menamatkan Sekolah Menengah Pertama dari SMPN 6 Medan,

kemudian pada tahun 1989 menamatkan Sekolah Menengah Atas dari SMAN 4

Medan, tahun 1996 menamatkan Perguruan Tinggi dari FKG-USU Medan, dan tahun

2002 menamatkan AKTA IV dari Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Medan.

Penulis bekerja sebagai dokter gigi puskesmas di Kecamatan Kendawangan

dari tahun 1997-2000, tahun 2000-2001 di puskesmas Tuan-tuan, Kabupaten

Ketapang Kalimantan Barat, tahun 2001 sampai sekarang bekerja sebagai staf

pengajar di Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Tenaga Kesehatan Medan.

Page 11: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ………………………………………………………………… ABSTRACT ………………………………………………………………. KATA PENGANTAR …………………………………………………….. RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………… DAFTAR TABEL ………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

i ii

iii v

vi viii

x xi

BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………………… 1 1.2. Permasalahan ……………………………………………….. 6 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………… 6 1.4. Hipotesis …………………………………………………….. 6 1.5. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 7 2.1. Gizi Lebih …………………………………………………… 7 2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja ………………… 8 2.3. Risiko Kegemukan ………………………………………….. 18 2.4. Metode Penilaian Status Gizi ………………………………... 20 2.5. Pola Makan ............................................................................. 21 2.6. Aktivitas Fisik ......................................................................... 27 2.7. Landasan Teori ........................................................................ 29 2.8. Kerangka Konsep .................................................................... 31 BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................... 32 3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 32 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 32 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................... 32 3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 34 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ......................................... 34 3.6. Metode Pengukuran ................................................................ 35 3.7. Metode Analisis Data .............................................................. 42

Page 12: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................... 43 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 43 4.2. Karakteristik Responden .......................................................... 43 4.3. Pola Makan ............................................................................... 45 4.4. Aktivitas Fisik .......................................................................... 50 4.5. Obesitas .................................................................................... 51 4.6. Analisis Bivariat ....................................................................... 52 4.7. Analisis Multivariat .................................................................. 56 BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................ 59 5.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas ....... 59 5.2. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 72 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 74 6.1. Kesimpulan ............................................................................... 74 6.2. Saran ......................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

Page 13: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman

2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT …………. 21

2.2 Jenis-jenis Aktivitas ……………………………………………. 28

3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen …………………….. 41

3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen .................................... 41

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin

dan Jumlah Uang Saku di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ……

44

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Genetik, Pendapatan Keluarga dan Pendidikan Ibu di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ..............................................................................................

45

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Protein di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………………….

46

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Bahan

Makanan Pokok, Lauk Pauk serta Sayuran yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ………………………………..

47

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah-buahan serta Makanan Jajanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ......………………………………………

49

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ……………......

50

4.7 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Berdasarkan Energi

Metabolik Basal di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………...

51

4.8 Distribusi Responden Menurut Status Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 …………………………................................

52

Page 14: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

4.9 Distribusi Status Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik di SMU RK Tri Sakti Medan 2008 ...

53

4.10 Hasil Analisis Model Pertama Pengaruh Pola Konsumsi Menurut Jumlah Asupan Energi, Jenis Makanan, Aktivitas Fisik dan Genetik Terhadap Kejadian Obesitas .……………………...

57

4.11 Hasil Akhir Multivariat Pengaruh Jumlah Energi dan Jenis Makanan Terhadap Kejadian Obesitas …………………….......

57

Page 15: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman

2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak .......................... 8

2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan .............................................. 23

2.3 Landasan Teori ............................................................................ 30

2.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 31

Page 16: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Kuesioner Penelitian …………………………………………….. 82 2 Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi Pada Kegiatan Tertentu .. 87 3 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk

Anak Laki-Laki Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ........................

89 4 Tabel Baku Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) untuk

Anak Perempuan Usia 14 – 20 Tahun (CDC 2000) ......................

91 5 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang

Per Hari) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1593/MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 24 November 2005 .....

93 6 Output Penelitian ........................................................................... 94 7 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 116

Page 17: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan dan kualitas pertumbuhan pembangunan suatu negara dilihat

dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM).

Menurut Human Development Report Statistic (2008), Indonesia berada pada urutan

ke 107 dari 177 negara dengan IPM sebesar 0,728. IPM dilihat dari kualitas sumber

daya manusia (SDM), karena itu penting bagi pemerintah untuk memperhatikan

pembangunan SDM (Depkes RI, 2006).

Menurut Budianto, dkk (1998) yang mengutip pendapat Rai, ciri-ciri

pembangunan SDM di Indonesia adalah sehat dan berumur panjang, cerdas, kreatif,

terdidik, mandiri, bertaqwa dan memiliki akses untuk hidup layak. Ciri-ciri ini sangat

diperlukan dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa. Pangan dan

gizi merupakan unsur penting dalam membentuk SDM yang berkualitas, karena itu

pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi.

Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu ketika

permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul masalah gizi lebih. Tingginya

angka kesakitan dan kematian ibu dan anak balita di Indonesia sangat berkaitan

dengan buruknya status gizi, sementara pada sekelompok masyarakat terutama di

Page 18: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

kota-kota besar masalah kesehatan masyarakat justru dipicu dengan adanya kelebihan

gizi (Hadi, 2005).

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas

sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati, dkk 2006).

Menurut Hadi (2005), saat ini di seluruh dunia terdapat peningkatan

prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas hingga mencapai tingkat

yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti Eropa, USA,

dan Australia telah mencapai tingkat epidemi, demikian juga di negara-negara

berkembang.

Menurut laporan Inoue (2000), prevalensi overweight dan obesitas di kawasan

Asia Pasifik meningkat sangat tajam, di Korea Selatan 20,5% penduduk tergolong

overweight dan 1,5% mengalami obesitas, di Thailand 16% penduduk mengalami

overweight dan 4% mengalami obesitas, di daerah perkotaan Cina prevalensi

overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di

pedesaan overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan

9,8% (Hadi, 2005).

Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak

dan remaja. Prevalensi obesitas di Malaysia, seperti yang dilaporkan Ismail dan Tan

(1998) mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada umur

10 tahun. Menurut Ito dan Murata (1999), di Cina kurang lebih 10% anak sekolah

Page 19: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

mengalami obesitas, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14

tahun berkisar antara 5-11% (Hadi, 2005).

Berdasarkan hasil survey indeks massa tubuh (IMT) pada seluruh ibukota

Provinsi di Indonesia tahun 1997, terdapat kecenderungan peningkatan IMT > 25

dengan bertambahnya usia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensinya

mencapai 30% pada perempuan di atas 35 tahun dan > 20% pada laki-laki di atas 40

tahun (Persagi, 2004).

Prevalensi obesitas pada anak Sekolah Dasar (SD) di Yogyakarta, seperti

yang dilaporkan oleh Ismail tahun 1999 mencapai 9,7% dan di Denpasar menurut

Padmiari dan Hadi tahun 2002 mencapai 15,8%. Survey yang dilakukan pada remaja

siswa-siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan

2% di pedesaan mengalami obesitas. Angka prevalensi obesitas di atas baik pada

anak-anak dan dewasa sudah merupakan warning bagi pemerintah dan masyarakat

luas bahwa obesitas sudah menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia

khususnya di kota-kota besar (Hadi, 2005). Data SUSENAS tahun 2004

menunjukkan bahwa obesitas pada anak telah mencapai 11 % (Sudarmanto, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian pada SD swasta di Kecamatan Medan Baru tahun

2007 prevalensi obesitas mencapai 25,65% pada laki-laki dan 19,50% pada

perempuan (Simatupang, M.R., 2008).

Hasil survey Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2006 di Kendari menunjukkan

bahwa 19% orang dewasa menderita kegemukan. Berdasarkan jenis kelamin,

Page 20: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

prevalensi kegemukan lebih tinggi pada perempuan yaitu sebesar 20,8% dan pada

laki-laki sebesar 14,4% (Nimala dan Irma, 2006).

Menurut Kanarek dan Kaufman (1991), pertambahan berat badan disebabkan

oleh adanya kelebihan asupan energi dibanding dengan yang dikeluarkan dan

disimpan dalam bentuk jaringan lemak, sedangkan menurut Ensminger (1995)

obesitas disebabkan oleh kombinasi dari kelebihan makanan dengan kurangnya

aktivitas fisik. Menurut Labuza (1991), 95% obesitas disebabkan adanya konsumsi

makanan berlebih (overconsumtion) yang banyak dipengaruhi faktor lingkungan.

Perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan pola hidup kurang

gerak (sedentary life styles) sering ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini

mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola

makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, terutama makanan siap saji (fast food)

yang berdampak meningkatkan obesitas. Data menunjukkan bahwa beberapa tahun

terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan

aktivitas fisik seperti ke sekolah naik kenderaan dan kurangnya aktivitas bermain

dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain

di luar rumah sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau

video dibandingkan melakukan aktivias fisik (Hidayati, dkk 2006).

Mengunjungi mall dan cafe diwaktu luang atau akhir pekan (weekend) telah

menjadi trend di kalangan remaja dan mall sudah menjadi rumah kedua (Tambunan,

Page 21: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

2001). Olahraga tidak lagi menjadi aktivitas yang rutin bagi remaja, mereka

melakukannya hanya karena merupakan pelajaran wajib di sekolah (Anonim, 2005).

Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap

kebiasaan makan mereka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan di luar

rumah dan mendapat banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan

dimakannya. Mereka juga lebih sering mencoba-coba makanan baru, salah satunya

adalah fast food (Virgianto dan Purwaningsih, 2006). Berdasarkan hasil penelitian

Lieswanti (2007), di SMU Harapan I Medan ditemukan adanya hubungan yang

signifikan antara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderita

obesitas. Hal ini disebabkan karena pada 97% penderita obesitas terjadi peningkatan

pemasukan energi yang berasal dari fast food sebanyak 55%.

Menurut Arisman (2004), ada beberapa alasan mengapa remaja dikatakan usia

yang rentan terhadap terjadinya kelebihan gizi. Pertama, adanya kebutuhan energi

yang lebih besar untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan

yang relatif singkat. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut

penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga, keikutsertaan dalam olahraga,

kehamilan, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.

SMU RK Tri Sakti yang terletak di tengah kota Medan memiliki kegiatan

belajar dan ekstrakurikuler yang cukup padat, sehingga siswa-siswinya memiliki

peluang yang cukup besar untuk makan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan

Page 22: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

jadi, dengan pola makan yang tidak seimbang. Dari hasil pengamatan yang

dilakukan, terlihat cukup banyak siswa-siswi yang mengalami obesitas (8,13%).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan

aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU RK Tri Sakti Medan

tahun 2008.

1.2. Permasalahan

Tingginya prevalensi obesitas (8,13%) pada remaja di SMU RK Tri Sakti

Medan diduga dipengaruhi oleh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga,

pendidikan ibu, pola makan dan aktivitas fisik.

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga,

pendidikan ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada

remaja di SMU RK Tri Sakti Medan tahun 2008

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan

ibu, pola makan serta aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMU

RK Tri Sakti Medan tahun 2008.

Page 23: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai dasar informasi bagi pihak sekolah dalam melakukan upaya promotif-

preventif terhadap kejadian obesitas.

2. Sebagai bahan informasi bagi remaja dalam memahami kejadian obesitas dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam program penanggulangan gizi lebih / obesitas pada remaja.

Page 24: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gizi Lebih

Gizi lebih pada umumnya adalah berat badan yang relatif berlebihan jika

dibandingkan dengan usia atau tinggi badan, sebagai akibat terjadinya penimbunan

lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Dalam istilah umum gizi lebih

ini juga disebut kegemukan, sedangkan kelebihan berat sering disebut overweight.

Kelebihan berat relatif tidak selalu berarti karena kelebihan lemak tubuh, oleh karena

pada anak-anak yang giat berolahraga seperti pada olahragawan remaja mungkin saja

terjadi karena pertumbuhan otot yang hipertrofis. Obesitas adalah suatu keadaan

akumulasi energi dalam bentuk lemak tubuh, yang mengganggu kesehatan tubuh.

Jika sangat berlebihan sekali mencapai sekitar 100% atau lebih dari berat ideal,

disebut super obese, sedangkan obesitas yang menimbulkan kelainan, keluhan dan

gejala penyakit disebut morbidly obese. Obesitas merupakan keadaan gizi lebih yang

berat (Aritonang dan Siagian 2001).

Menurut Subardja (2005) obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai

oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak di bawah

kulit dan di dalam organ tubuh. Kegemukan ini dapat terjadi pada setiap umur dan

mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai

yang berat sekali.

Page 25: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya

keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan

energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan

dalam bentuk jaringan lemak. Whitney (1990) dan Nassar (1995) mengatakan

kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh :

1. Masukan energi tinggi, pengunaan normal

2. Masukan energi normal, penggunaan rendah.

Gambar 2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak (Nasar, 1995)

2.2. Faktor-faktor Risiko Obesitas pada Remaja

Menurut Hidayati dkk (2006), penyebab terjadinya obesitas belum diketahui

secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multi faktorial yang diduga disebabkan

oleh adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

Masukan Energi Metabolisme

Balans Energi

Kelebihan Energi

Lemak Tubuh

Penggunaan Energi

Page 26: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya

kegemukan (obesitas) antara lain: jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor

lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis dan faktor genetik

(Salam, 1989)

1. Jenis Kelamin

Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini

disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Arisman 2004).

2. Umur

Obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul

pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka

yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obes pada saat remaja dan

dewasa serta dapat berlanjut ke masa lansia (Arisman, 2004).

Menurut Dietz, ada empat periode kritis terjadinya obesitas, yaitu: masa prenatal,

masa bayi, masa adiposity rebound dan masa remaja. Obesitas yang terjadi pada

masa remaja, 30 % akan melanjut sampai dewasa menjadi obesitas persisten.

Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian, sebab

obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut hingga

dewasa akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olahraga). Selain itu,

obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari,

tetapi juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup

berarti pada remaja (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

Page 27: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Spear (1996), masa remaja adalah masa terjadinya perubahan yang

dramatik dalam kehidupan setiap manusia. Pertumbuhan yang relatif sama pada

masa kanak-kanak secara tiba-tiba berubah dengan adanya suatu peningkatan

kecepatan pertumbuhan. Lonjakan yang tiba-tiba ini berhubungan dengan

perubahan hormonal, kognitif dan emosional yang menciptakan kebutuhan-

kebutuhan khusus.

3. Tingkat Sosial Ekonomi.

Obesitas yang terjadi pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi

rendah disebabkan karena tingginya makanan sumber karbohidrat, sementara

konsumsi protein rendah. Penelitian di Midtown Manhattan menunjukkan bahwa

status sosial ekonomi berbanding terbalik dengan obesitas, dimana 30% wanita

obesitas berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, 16% dari tingkat menengah

dan 5% dari tingkat sosial ekonomi yang tinggi (Pi-Sunyer, 1994).

Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi

pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran

di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya

hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan

praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang.

Pola makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia,

dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan

kalori yang akan menimbulkan obesitas. (Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

Page 28: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

4. Faktor Lingkungan

Menurut Labuza (1991) penyebab utama obesitas adalah karena kalori yang

masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari pada yang digunakan. Pada 95%

penderita obesitas, kelebihan konsumsi mungkin dihasilkan oleh beberapa faktor

lingkungan. Penekan-penekanan terhadap makan dimulai sejak bayi, ketika

seorang anak lahir ada dua hal yang selalu dipertanyakan: ”Apakah laki-laki atau

perempuan dan seberapa besar bayi tersebut”. Bagi banyak orang lebih besar

adalah lebih baik sehingga bayi dipaksa untuk makan berlebihan. Beberapa

peneliti percaya bahwa pola pemberian makanan pada bayi dan anak dapat

mendasari obesitas dimasa yang akan datang.

Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.

Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap

kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman

dan terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja

dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan

dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak kepercayaan dirinya

(Arisman, 2004).

Sementara itu, televisi secara terus-menerus menekankan makanan-makanan dan

snack kepada anak-anak dan orang dewasa, tanpa rujukan diet yang baik. Anak-

anak banyak menghabiskan waktu di depan TV, sehingga dengan gencar

dipengaruhi oleh iklan tentang makan ataupun pola makan yang tidak sehat.

Page 29: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Keluarga yang secara konstan menyiapkan snack di depan TV, kemungkinan

20-30% akan mengalami obesitas.

Pengaruh faktor lingkungan bagi anak yang berasal dari keluarga gemuk lebih

besar lagi, dimana 75% anak obesitas memiliki orang tua yang obesitas dan 80%

anak obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa. Kehamilan juga dapat

menjadi suatu masalah karena banyak wanita menemukan kesulitan untuk

menghilangkan pertambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan.

Kesenangan dan kenyamanan di sekeliling kita juga memberikan pengaruh

terhadap obesitas. Jadi banyak faktor di lingkungan yang menekankan makanan

dan makan (Labuza, 1991).

5. Aktivitas Fisik

Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang

dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik

menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-

orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk. Ada

hubungan antara nonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV

prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi

dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain (Herini, 1999).

Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik

yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian

di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR: 0,48) pada kelompok

Page 30: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

yang mempunyai kebiasaan olahraga, sedangkan penelitian di Amerika

menunjukkan adanya penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik

(OR: 0,59), tetapi untuk olahraga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan

berat badan yang signifikan (Hidayati dkk, 2006). Studi kasus yang dilakukan di

SMU 3 Semarang menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas fisik remaja,

semakin rendah kejadian obesitas. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas

fisik juga berkontribusi terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk

terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat

berteknologi tinggi lainnya (Virgianto dan Purwaningsih 2006).

Penelitian terhadap anak di Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama

menunjukkan bahwa mereka yang menonton TV ≥ 5 jam p er hari m empunyai

risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang menonton TV

≤ 2 jam setiap harinya (Hidayati dkk, 2006).

Menurut hasil penelitan Hadi (2005) di Yogyakarta dan Bantul menunjukkan

bahwa remaja dengan asupan energi normal (< 2.200 kkal per hari) yang memiliki

kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari mempunyai risiko obesitas sebesar 2,7

kali lebih besar daripada mereka yang menonton TV < 3 jam per hari. Pada

remaja yang asupan energinya tinggi (≥ 2.200 kkal per hari) dan memiliki

kegiatan menonton TV ≥ 3 jam per hari , mempunyai risiko menderita obesitas

12,3 kali lebih tinggi daripada yang asupan energinya < 2.200 kkal per hari dan

waktu menonton TV < 3 jam per hari.

Page 31: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

6. Kebiasaan Makan ( Pola Makan)

Menurut Davies, dkk (1995) pola makan dengan kalori berlebih dan kurangnya

aktivitas fisik merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya obesitas.

Orang yang banyak makan akan memiliki gejala cenderung untuk menderita

kegemukan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat

merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kegemukan (Salam, 1989).

Berdasarkan hasil penelitian pada remaja SLTP di Yogyakarta dan Bantul terlihat

bahwa semakin tinggi asupan energi dan lemak semakin tinggi kemungkinan

terjadinya obesitas. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan kontribusi

lemak terhadap total energi dengan terjadinya obesitas (Medawati dkk, 2005).

7. Faktor Psikologis

Menurut Dariyo (2004), keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan

adalah ketidakstabilan emosional yang menyebabkan individu cenderung untuk

melakukan pelarian diri dengan cara banyak makan makanan yang mengandung

kalori atau kolesterol tinggi.

Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka,

depresi atau rangsangan dari luar (Salam 1989). Bagi orang yang rajin makan

pada saat dilanda stress, untuk sementara waktu dapat merasa tenang dan puas

sehingga lupa akan tekanan psikologis yang dialaminya. Namun, jika keadaan ini

berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol maka akan

menyebabkan dampak negatif pada tubuh, terlebih jika makanannya mengandung

Page 32: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

kalori, karbohidrat dan lemak yang tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan

bertambahnya berat badan dan jika hal ini berlangsung cukup lama maka

penderita stres ini akan menderita kegemukan (Purwati dkk, 2005).

8. Faktor Genetik

Menurut Whitney dkk, (1990 ) dan Hegarty (1996) genetik memegang peranan

penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi tubuh seseorang. Jika kedua

orang tua mengalami obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan

mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%), jika salah satu orang tuanya

mengalami obesitas kemungkinan tersebut hanya 40 %, sedangkan jika tidak

seorangpun dari orang tuanya mengalami obesitas, peluangnya relatif kecil

(kurang dari 10%). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa orang tua biologi

dan anak-anak alamiah (kandung) cenderung sama dalam berat badan, tetapi

tidak demikian dengan anak-anak yang diadopsinya.

9. Faktor Budaya

Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu

manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Life style

ini merupakan kondensasi dari interaksi berbagai faktor sosial, budaya dan

lingkungan. Faktor-faktor yang merupakan asupan (input) bagi terbentuknya

suatu life style keluarga ialah: penghasilan, pendidikan, lingkungan kota atau

desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama,

Page 33: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan, sistem distribusi,

dan banyak lagi faktor sosiopolitik yang terkait (Sediaoetama, 2006).

Pengaruh budaya ternyata juga dapat menyokong kecenderungan terjadinya

kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan

negara berkembang. Tingginya angka obesitas sangat erat hubungannya dengan

proses modernisasi (akulturasi) dan meningkatnya kemakmuran bagi sekelompok

masyarakat. Modernisasi telah membawa konsekuensi negatif yang

menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini

dipercepat oleh kuatnya arus budaya asing yang disebabkan oleh adanya

kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Pola hidup kurang gerak

(sedentary lifestyles) dan pola makan yang mengarah ke westernisasi seperti

konsumsi makanan siap saji (fast food) telah menjadi secular trend bagi

masyarakat kita. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya obesitas (Hadi

2005).

Menurut Budianto dkk, (1998) yang mengutip pendapat Mudjianto dkk, makanan

fast food telah menjadi bagian perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar

rumah di berbagai kota besar. Kemampuan dan daya tarik bisnis fast food ini

terletak pada teknik promosi dengan menggunakan tokoh idola, hadiah, media

campuran (mixed media), penciptaan suasana, tempat dan cara pelayanan yang

meningkatkan gengsi konsumen.

Page 34: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Selain faktor- faktor di atas menurut Purwati dkk (2005) masih ada beberapa

faktor lagi yang dapat mempengaruhi obesitas, yaitu:

1. Metabolisme Basal

Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh

dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang

berbeda-beda, seseorang yang memiliki kecepatan metabolisme yang rendah

cenderung lebih gemuk dibanding dengan orang yang kecepatan metabolismenya

tinggi.

2. Enzim Tubuh

Enzim adipose tissue lipoprotein memiliki peranan penting dalam mempercepat

proses peningkatan berat badan. Enzim ini berfungsi untuk mengontrol kecepatan

pemecahan triglisida dalam darah menjadi asam-asam lemak dan kemudian

disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan. Ketika seseorang membutuhkan

bahan bakar untuk oksidasi, diperlukan sejumlah energi dan tubuh akan memilih

glikogen atau lemak sebagai sumber energinya. Menurut sejumlah penelitian,

penggunaan glikogen akan menurunkan glukosa darah sehingga menyebabkan

orang merasa lapar.

3. Hormon

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam

tubuhnya akan menurun. Akibatnya kemampuan untuk menggunakan energi akan

berkurang. Selain hormon tiroid, insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.

Page 35: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Seseorang yang mengalami peningkatan insulin juga akan mengalami

peningkatan penimbunanan lemak. Gangguan produksi hormon juga berhubungan

dengan obesitas, misalnya hipotiroidism dan hipopituitorism. Orang yang seperti

ini biasanya telah mengalami kegemukan sejak kecil.

4. Efek Samping Obat

Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa jenis obat yang dapat merangsang

pusat lapar di dalam tubuh, sehingga orang yang mengkonsumsi obat tersebut

akan meningkatkan nafsu makannya. Apabila obat tersebut digunakan dalam

waktu yang lama, seperti pada masa penyembuhan suatu penyakit, maka akan

memicu terjadinya kegemukan. Nafsu makan yang meningkat dengan aktivitas

yang sama tentu dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.

2.3. Risiko Kegemukan

Risiko obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang,

seperti yang diuraikan sebagai berikut (Satoto, 1998) :

1. Gangguan psiko-sosial: rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari

lingkungan. Hal ini terjadi karena anak obesitas sering menjadi bahan olok-olok

teman main dan teman sekolahnya atas ketidakmampuannya untuk melaksanakan

suatu tugas atau kegiatan, terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan

oleh karena kegemukan. Kegemukan juga mengakibatkan penis tampak kecil

karena terkubur dalam jaringan lemak (buried penis) dan ini dapat menyebabkan

Page 36: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

rasa malu karena merasa berbeda dengan anak lainnya. National Cholesterol

Education Report on Obesity menyatakan bahwa anak obesitas memiliki risiko

yang lebih besar terhadap sejumlah masalah kesehatan termasuk menurunnya

kapasitas bekerja, masalah ortopedi, komplikasi paru-paru, resistensi insulin

dan hipertensi serta mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian sosial dan

psikologis. Anak obesitas sering diejek oleh teman sebayanya dan terlihat

menggelikan atau menyedihkan. Banyak anak atau remaja obesitas menghindari

atau tidak suka bersekolah karena suasana sosial yang tidak bersahabat. Obesitas

sering meyebabkan isolasi sosial, body image negatif, rendah diri dan

kerterlambatan perkembangan psikososial. Pada kelompok remaja, anak obesitas

seringkali disisihkan dari olahraga, kencan dan teman sebaya (Mc. Carty dan

Mellin, 1996).

2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang lebih lanjut

dibanding usia biologisnya.

3. Masalah ortopedi, seringkali terjadi slipped capita femonal epiphysis dan

penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4. Gangguan pernafasan, sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok,

kadang-kadang terjadi apnea sewaktu tidur dan sering mengantuk siang hari. Bila

gangguan sangat berat disebut pickwicknan syndrome, yaitu adanya hipoventilasi

alveolar.

Page 37: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

5. Gangguan endokrin, menarche lebih cepat terjadi, karena disamping faktor

hormonal, untuk terjadinya menarche diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga

pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menarche akan

terjadi lebih dini.

6. Obesitas yang berlanjut (menetap) sampai dewasa, terutama bila obesitas dimulai

pada masa pra pubertas. Berdasarkan penelitian longitudinal seperti yang

dinyatakan oleh Subardja (2005) bahwa 25-50% atau paling banyak 74% anak

obesitas akan mengalami obesitas pada masa dewasa.

7. Gangguan penyakit degeneratif dan peyakit metabolik, seperti: hipertensi,

penyakit jantung koroner, diabetes militus, atritis, penyakit kandung empedu,

hiperlipoproteinemia, penyakit hiperkolesterolemia, beberapa jenis cancer,

gangguan fungsi pernafasan dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).

Penyakit-penyakit degeneratif ini akan menyebabkan menurunnya angka harapan

hidup sehingga resiko kehilangan generasi (lost generation) suatu negara semakin

meningkat (Tarigan 2007).

2.4. Metode Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa dkk (2002), metode penilaian status gizi dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat

dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik,

Page 38: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey

konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Semua metode penilaian status gizi memiliki keunggulan dan kelemahan,

karena itu dalam penggunaannya diperlukan berbagai pertimbangan. Antropometri

merupakan cara yang paling sering digunakan dalam kegiatan dan program gizi

dimasyarakat (Supariasa dkk, 2002).

Pada umumnya, penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri

adalah sebagai berikut (Nasar, 1995) :

1. Hanya mengukur berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar

pada usia yang sama, yakni bila BB > 120% disebut obesitas, sedangkan antara

110 – 120% disebut over weight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak

dikaitkan dengan tinggi badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi

tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh,

artinya pada BB yang sama seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang

lainnya karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak

lemak.

2. BB dihubungkan dengan TB, selain mencerminkan proporsi atau penampilan

(BB/TB) juga memberikan gambaran tentang massa tubuh tanpa lemak (less body

mass) dengan cara menghitung BMI (Body Mass Index) yaitu BB/TB2.

Page 39: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 2.1 Kategori Obesitas Berdasarkan BB/TB (%) dan IMT

KATEGORI BB / TB (%) IMT Obesitas ringan/derajat I 120 – 135 20 – 25

Obesitas sedang/derajat II 135 – 150 25 – 30

Obesitas berat/derajat III 150 – 200 30 – 40

Obesitas super/derajat (morbit) > 200 > 40

Sumber : Nasar (1995)

2.5. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai

jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan

merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Kebiasaan makan

adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya

sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya (Suhardjo,

2003).

Menurut Khumaidi (1994) yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah

tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi

sikap, kepercayaan dan perilaku dalam memilih makanan. Sikap orang terhadap

makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap

makanan bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam,

budaya, sosial, ekonomi) dimana manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan

kepercayaan (belief) terhadap makanan yang nilai-nilai kognitifnya berkaitan dengan

Page 40: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Pemilihan adalah proses

psikomotor untuk memilih makanan sesuai sikap dan kepercayaan.

Kebiasaan makan dalam kelompok memberi dampak pada distribusi makanan

bagi anggota kelompok. Mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir selalu

didasarkan pada status hubungan antar anggota, bukan atas dasar pertimbangan-

pertimbangan gizi. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan,

yaitu: faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari

dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan

kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor

yang berasal dari luar diri manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi,

budaya dan agama (Khumaidi, 1994).

Pelto dalam Suhardjo (2003), menyajikan kerangka model gaya hidup dan

perilaku makan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, sebagai berikut:

Page 41: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumsi Pangan (Pelto dalam Suhardjo 2003)

Berdasarkan model di atas terlihat bahwa kebiasaan makan sangat

dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor-faktor yang merupakan input bagi terbentuknya

gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan, lingkungan hidup kota atau

Produksi Pangan dan

Sistem Distribusi

Sistem Sosial Ekonomi

Politik

Pendapatan

Pekerjaan

Pendidikan

Identitas

Suku

Kota/Desa

Agama / Ke- percayaan

Pengetahu- an Kesehat-

an

Pengetahu-

an Gizi

Karakteristik

Fisiologis

Struktur Rumah Tangga

Gaya Hidup

Perilaku Konsumen

Page 42: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat

tentang kesehatan, pengetahuan gizi, produksi pangan dan distribusi, serta sosial

politik (Almatsier, 2003).

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu terutama di

perkotaan menyebabkan perubahan pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya

tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru

yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser

mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh

makin kuatnya arus budaya makan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi

informasi dan globalisasi ekonomi. Perbaikan ekonomi juga menyebabkan

berkurangnya aktivitas fisik bagi masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan

aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin banyaknya penduduk golongan tertentu

mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2003).

Pekerjaan orang tua juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan keluarga.

Akibat banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, menyebabkan

terjadinya peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji (fast food) dari

luar rumah yang cara penyediaannya dilakukan dengan pemanasan tinggi serta waktu

masak yang singkat. Makanan semacam ini cenderung tinggi lemaknya sehingga

merugikan individu yang mengkonsumsinya (Subardja, 2005).

Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi (jajanan) adalah bahwa

semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan jadi

Page 43: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

dari jumlah total pengeluaran pangan. Sekitar seperlima pengeluaran pangan rumah

tangga diperkotaan pada tahun 1996 dialokasikan untuk makanan jadi, sedangkan

dipedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk

makanan jadi (termasuk fast food) di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta

lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total pengeluaran pangan (Budianto

dkk, 1998).

Menurut Subardja (2005) yang mengutip pendapat Kjeges, faktor sosial

dimana pola makan anak berkembang, menjadi penting karena perilaku orang di

lingkungan itu menjadi model bagi anak yang sedang berkembang. Jadi bagaimana

seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu (misalnya sayur-

sayuran), dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang dewasa lain,

saudara kandung maupun teman-temannya.

Pada permulaan usia sekolah anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar

keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru

dalam hidupnya. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak.

Anak sekolah biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang

disukainya (Moehdji, 1992).

Penilaian terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu dapat

dilakukan dengan survey konsumsi makanan. Survey ini bertujuan untuk mengetahui

kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada

Page 44: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa dkk, 2002).

Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat individu dapat dilakukan

dengan metode food recall 24 jam, estimated food record, penimbangan makanan,

dietary history dan food frequency (Cameron,1988 dan Supariasa dkk, 2002).

1. Mengingat makanan (food recall) adalah makanan yang dimakan oleh individu

selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan (food model)

dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga, kemudian dikonversikan

kedalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini digunakan untuk

mengukur rata-rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang

jumlahnya besar.

2. Estimated food record adalah pencatatan makanan yang dimakan (food record)

oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan

diperkirakan dengan ukuran rumah tangga.

3. Riwayat makan (dietry history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam

waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang

diukur biasanya adalah selama enam bulan atau satu tahun yang lalu. Metode

wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat

memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan

kebiasaan makan.

Page 45: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

4. Frekuensi konsumsi makanan (food frequency questionnaire) adalah recall

makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan

makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali

konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka

waktu tertentu.

2.6. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dan sistem

penunjangnya. Selain untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung

otot membutuhkan energi untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru

membutuhkan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke

seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa (ekskresi) dari seluruh tubuh. Jumlah

energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan

beratnya pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2003).

Menurut Arisman (2004), akitivitas fisik memerlukan lebih banyak energi

daripada saat beristirahat, karena itu penting untuk memperhitungkan derajat

kegiatan fisik dalam penentuan jumlah kebutuhan energi individu. Derajat kegiatan

fisik dapat dihitung dengan menggunakan metode faktorial, yaitu dengan merinci

jenis serta lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam, selanjutnya dicocokkan

dengan daftar nilai perkiraan keluaran energi pada kegiatan tertentu.

Page 46: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

WHO/FAO/UNU membagi derajat kegiatan fisik menjadi empat, yaitu: kerja ringan

(20% BMR), sedang (30% BMR), berat (40% BMR) dan sangat berat (50% BMR).

Berdasarkan pedoman Centre for Disease Control/ CDC (2002) jenis aktivitas

fisik dapat dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat yang dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Jenis-jenis Aktivitas

Aktivitas Ringan Aktifitas Sedang Aktivitas Berat Duduk, naik motor, naik angkutan, antar jemput , les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, mencuci piring, nonton TV, main play station, main komputer, belajar di rumah

Bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, kegiatan pramuka, main musik, karawitan, paduan suara, band, palang merah, bola velley, tenis meja, cuci pakaian, cuci mobil, memasak, menyapu, menyiram tanaman, membersihkan tempat tidur, menyetrika

Menari, drum band, bela diri, aeromodeling, peleton inti, sepak bola, basket, renang, badminton, tenis lapangan, taekwondo, aerobik, lari, skipping, sit up, kasti, mengepel, menimba air

Sumber : Huriyati, dkk, 2004

Menurut Mu’tadin (2002) aktivitas fisik yang kurang mungkin merupakan

penyebab utama meningkatnya obesita di masyarakat. Seseorang yang

mengkonsumsi makanan kaya lemak dan kurang melakukan aktifitas fisik atau jarang

berolahraga akan cenderung mengalami obesitas karena tidak adanya keseimbangan

antara energi yang masuk dengan yang keluar.

Menurut The 2005 Dietary Guidelines dari The U.S. Departement of

Agriculture (USDA) dan The Departement of Health and Services (DHS), setiap anak

usia dua tahun atau lebih harus melakukan kegiatan fisik tingkat menengah-sulit

Page 47: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

selama 60 menit setiap harinya. The National Association for Sport and Physical

Education (NASPE) merekomendasikan kegiatan fisik minimal bagi anak usia

sekolah yaitu selama satu jam per hari yang dibagi tiap 15 menit atau lebih. Penting

diingat bahwa anak-anak yang masih kecil jangan sampai tidak aktif bergerak untuk

jangka waktu yang berlebihan (lebih dari satu jam) kecuali saat tidur dan anak usia

sekolah jangan sampai tidak aktif lebih dari dua jam.

Salah satu cara terbaik untuk mendorong agar anak lebih aktif adalah dengan

membatasi jumlah waktu yang terpakai untuk kegiatan yang tidak aktif (sedentary

activities), terutama menonton TV atau bemain video games. American Academy of

Pediatrics (AAP) merekomendasikan bagi anak di bawah dua tahun untuk tidak

menonton TV sedikitpun. Sedangkan untuk anak usia dua tahun atau lebih boleh

menonton program berkualitas tetapi tidak lebih dari dua jam setiap harinya (Anonim

2006).

2.7. Landasan Teori

Menurut sudut pandang epidemiologi, munculnya masalah gizi sangat

dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara pejamu, faktor risiko (agens) dan

lingkungan. Unsur pejamu meliputi: genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik,

keadaan fisiologis, keadaan immunologis dan kebiasaan seseorang. Unsur agens

meliputi: gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faali, genetis, psikis, kekuatan fisik

Page 48: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

dan biologis. Unsur lingkungan meliputi: biologis, sosial, ekonomi dan budaya

(Supariasa dkk, 2002).

Almatsier (2003) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan dan arus

budaya asing pada kelompok masyarakat tertentu di Indonesia, terutama di perkotaan

menyebabkan perubahan dalam pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan

tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak

berubah ke pola makan yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak

sehingga menggeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perubahan pola makan

dan aktivitas fisik ini mengakibatkan semakin meningkatnya masalah gizi lebih

berupa kegemukan dan obesitas.

Menurut Subardja (2005) dan Aritonang (2001) obesitas adalah penyakit yang

ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan di bawah kulit dan pada

organ tubuh lainnya, yang dapat terjadi pada setiap umur serta mempunyai gambaran

klinis bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat.

Dari beberapa teori maupun hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat

disusun gambaran terjadinya obesitas dalam bentuk kerangka teoritis sebagai berikut:

Page 49: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Umur

Jenis Kelamin

Sosial Ekonomi Genetik

Obesitas

Lingkungan

Psikologis Pola Makan

Budaya

Metabolisma Basal Aktivitas Fisik

Enzim

Efek Samping Obat

Hormon

Gambar 2.3 Landasan Teori

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konsep penelitian adalah sebagai

berikut :

Karakteristik Remaja - Umur Genetik

- Jenis Kelamin - Uang Saku

Kejadian Obesitas - Obesitas

- Tidak Obesitas

Pendapatan Keluarga Pola Makan

Pendidikan Ibu Aktivitas Fisik

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Page 50: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain cross sectional

yang mempelajari pengaruh variabel bebas (faktor risiko) terhadap variabel

tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMU RK Tri Sakti Jl. H.M. Joni dengan

pertimbangan di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian yang sama. Selain itu

berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terlihat adanya prevalensi obesitas

yang cukup tinggi (8,13%) pada siswa-siswinya yang diduga dipengaruhi oleh pola

makan tidak seimbang dan rendahnya aktivitas fisik.

Penelitian berlangsung mulai bulan Januari 2008 sampai dengan April 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah siswa-siswi kelas I dan II SMU RK Tri Sakti Medan, yang

berjumlah 468 orang. Sampel adalah sebahagian dari siswa-siswi SMU RK Tri Sakti

Medan, yang besarnya ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Sastroasmoro, 1995) :

Page 51: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

2

2

dPQZn α=

Keterangan :

n = besar sampel

Zα = nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 95% atau α=0,05

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari

Q = 1 - P

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (90%)

Dengan perhitungan sebagai berikut:

( )( )( )2

2

1,05,05,096,1=n

01,09604,0=n

04,96=n

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel adalah 96 orang yang tersebar

pada kelas I dan II.

Untuk mengambil sampel terpilih setiap kelas dilakukan dengan metode

simple random sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara acak atau undian

sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan (Arikunto, 2000).

Page 52: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer terdiri dari karakteristik remaja (umur, jenis kelamin dan uang saku),

genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan (frekuensi, jumlah dan

jenis makanan), aktivitas fisik serta obesitas. Data Primer diperoleh dengan

wawancara dan pengukuran langsung, berpedoman pada kuesioner yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder terdiri dari data kesiswaan berupa: nama, kelas, dan jumlah

siswa tiap kelas yang diperoleh dari dokumen sekolah.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Adapun definisi operasional tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:

1. Uang saku adalah jumlah uang yang dipergunakan siswa untuk membeli kudapan

(jajanan) per hari dalam satuan rupiah.

2. Genetik, yaitu ada tidaknya riwayat kegemukan dari orangtua (ayah dan ibu)

siswa yang ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

3. Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan total keluarga selama satu bulan

dalam satuan rupiah.

4. Pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu siswa yang pernah

diikuti dan diselesaikan sampai memperoleh ijazah.

Page 53: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

5. Pola makan, yaitu kebiasaan siswa dalam mengkomsumsi makanan yang meliput i

jenis, jumlah dan frekuensi makan rata-rata per hari dalam dua kali waktu

pengukuran.

6. Frekuensi makan adalah angka yang menunjukkan seberapa sering siswa

mengkomsumsi jenis makanan tertentu dalam satu hari atau satu minggu.

7. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang dikomsumsi siswa setiap kali

makan yang meliputi: makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan

susu.

8. Jumlah makanan adalah angka yang menunjukkan berapa banyak makanan

(energi dan protein) yang dikomsumsi siswa per hari dalam satuan kkal.

9. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan siswa setiap harinya

selama 24 jam.

10. Obesitas adalah kejadian (kasus) kelebihan berat badan (kegemukan) siswa

menurut umur berdasarkan Indeks Massa Tubuh dari Centre for Disease Control

and Prevention 2000 ( IMT-CDC 2000)

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran terhadap variabel bebas yang meliputi: karakteristik remaja

(umur, jenis kelamin, uang saku), genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola

makan (frekuensi, jumlah dan jenis makanan) serta aktivitas fisik dan variabel terikat

(obesitas), dilakukan dengan metode sebagai berikut:

Page 54: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

1. Karakteristik remaja diukur dengan metode wawancara langsung yang berpedoman

pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

a. Umur siswa dihitung sejak tanggal kelahiran sampai dengan tanggal penelitian

dilaksanakan.

b. Jenis kelamin dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal:

1. Laki-laki

2. Perempuan

c. Uang saku dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal:

1. < Rp 3.000

2. Rp. 3.000 – 6.000

3. > Rp. 6.000

2. Keterkaitan faktor genetik diukur dengan menentukan ada tidaknya riwayat

kegemukan pada orangtua siswa (ayah dan ibu) dengan penghitungan IMT

berdasarkan data tinggi badan dan berat badan orangtua yang diperoleh melalui

wawancara dengan siswa. IMT orangtua dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

BB (kg) IMT = TB x TB (m) Selanjutnya dikelompokkan dengan menggunakan skala nominal:

1. Obesitas: IMT ≥ 25

2. Tidak obesitas: IMT < 25

Page 55: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

3. Pendapatan keluarga dikategorikan dengan mengunakan skala ordinal

berdasarkan Upah Minimun Kota ( UMK ) di Medan menjadi :

1. ≤ Rp 1.020.000

2. > Rp 1.020.000

4. Pendidikan ibu dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal:

1. Dasar: tingkat SD – SLTP

2. Lanjut: tingkat SLTA – Perguruan Tinggi

5. Pola makan (frekuensi, jenis dan jumlah) dikategorikan dengan menggunakan

skala ordinal :

a. Frekuensi makan diukur dengan menggunakan Food Frequency Quetionnairer

(FFQ), selanjutnya dikategorikan menjadi:

1. > 1 kali sehari

2. 1 kali sehari

3. 4-6 kali seminggu

4. 1-3 kali seminggu

b. Pengukuran jenis makanan yang dikomsumsi dilakukan dengan cara

membandingkannya terhadap pola menu seimbang ”empat sehat lima

sempurna” kemudian dikategorikan menjadi:

1. Baik (≥ 4 jenis terdiri dari: makanan pokok, lauk -pauk, sayuran, buah-

buahan dan susu)

2. Sedang (3 jenis terdiri dari: makanan pokok, lauk-pauk dan sayuran)

Page 56: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

3. Tidak baik (< 3 jenis terdiri dari: makanan pokok dan lauk-pauk / sayuran /

buah-buahan).

c. Jumlah makanan diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam selama

dua hari berturut-turut. Jumlah makanan dinyatakan dalam satuan Ukuran

Rumah Tangga /URT (seperti: sendok, piring gelas dan lain-lain yang biasa

dipergunakan sehari-hari), selanjutnya dikonversi ke dalam ukuran berat

(gram) dengan bantuan food model kemudian kandungan energi dan

proteinnya dihitung berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar atau Daftar

Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan. Hasil pengukuran tersebut kemudian

dibandingkan dengan Daftar Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan

berdasarkan golongan umur, selanjutnya tingkat kecukupan gizi dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah konsumsi Tingkat kecukupan = x 100% Kecukupan yang dianjurkan

Jumlah makanan (energi dan protein) dikategorikan menjadi:

1. Baik: ≥ 100% AKG

2. Sedang: 80,01-99,99% AKG

3. Kurang: 70-80% AKG

4. Defisit: < 70% AKG

6. Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan

lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam (dalam menit) pada lembar

Page 57: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi

pada kegiatan tertentu. Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk melakukan

aktivitas fisik selama 24 jam dapat dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian

antara lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dengan

perkiraan energi yang dikeluarkan per menit. Untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan sebagai berikut:

Misalkan: E adalah total energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik

selama 24 jam dalam satuan kkal.

T1,2,3,......n adalah lamanya tiap jenis kegiatan yang dilakukan selama 24

jam dalam satuan menit.

P1,2,3,.....n adalah nilai perkiraan energi yang dikeluarkan untuk tiap

kegiatan dalam satuan kkal/menit.

Maka: E = ∑ (T1P2 + T2 P2 + T3P3 + ......................... TnPn)

Jumlah total energi yang dikeluarkan untuk seluruh kegiatan ditambah dengan

kebutuhan energi untuk pertumbuhan pada usia 16-18 tahun yaitu sebesar 0,5

kkal/kg berat badan selanjutnya dibandingkan terhadap perkiraan Energi

Metabolisme Basal ( EMB ) sesuai umur dan jenis kelamin yang dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah, 1992) :

EMB (laki-laki) = 17,5 B + 651

EMB (perempuan) = 12,2B + 746

Page 58: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Keterangan:

EMB = Energi Metabolisme Basal (kkal)

B = Berat badan (dalam kilogram) berdasarkan

Tingkat kegiatan fisik dikategorikan berdasarkan faktor kelipatan EMB menjadi:

Laki-laki Perempuan

1. Ringan 1,55 EMB 1,56 EMB

2. Sedang 1,78 EMB 1,64 EMB

3. Berat 2,10 EMB 2,00 EMB

7. Obesitas diukur dengan menggunakan metode antropometri berdasarkan IMT,

yang diperoleh dengan membandingkan berat badan terhadap tinggi badan. Data

berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diperoleh dengan melakukan pengukuran

secara langsung. BB diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan

ketelitian 0,5 kg. TB diukur dengan menggunakan microtoise yang memiliki

ketelitian 0,1 cm. Setelah data BB dan TB siswa diperoleh, maka IMT masing-

masing siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BB (kg) IMT = TB x TB (m) Selanjutnya, dikategorikankan berdasarkan indeks CDC (2000) menurut umur

dengan menggunakan skala nominal menjadi:

1. Obesitas (golongan gemuk)

2. Tidak obesitas (di luar golongan gemuk)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 59: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen

No Nama Variabel

Kategori Range Skala Ukur

1.

Karakteristik Remaja

- Umur Rasio - Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan - Nominal

- Uang saku ≤ Rp. 3.000 Rp. 3.000 - 6.000 > Rp. 6.000

Ordinal

2. Genetik 1. Obesitas 2. Tidak obesitas

IMT > 25 IMT < 25

Nominal

3. Pendapatan keluarga

> Rp 1.020.000 ≤ Rp 1.020.000

Ordinal

4. Pendidikan ibu 1. Dasar 2. Lanjut

SD - SLTP SLTA – Perguruan Tinggi

Ordinal

5. Pola Makan - Jumlah makanan

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang 4. Defisit

≥ 100% AKG 80,01-99,99% AKG 70-80% AKG < 70% AKG

Ordinal

- Jenis makanan

1. Baik 2. Sedang 3. Tidak baik

≥ 4 jenis ( m. pokok, lauk p, sayur, buah & susu) 3 jenis (m. pokok, lauk p & sayur) < 3 jenis (m. pokok dan lauk pauk / sayur / buah)

Ordinal

- Frekuensi

> 1 x sehari 1 x sehari 4-6 x seminggu 1-3 x seminggu

Ordinal

6. Aktivitas Fisik

1.Ringan 2. Sedang 3. Berat

Laki-laki Perempuan 1,55 EMB 1,56 EMB 1,78 EMB 1,64 EMB 2,10 EMB 2,00 EMB

Ordinal

Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen

Variabel Kategori Range Skala

Ukur Kejadian Obesitas

1. Obesitas 2. Tidak obesitas

IMT/U-CDC (2000) golongan gemuk IMT/U-CDC (2000) di luar golongan gemuk

Nominal

Page 60: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengunakan uji regresi logistik ganda dengan

persamaan sebagai berikut:

Z = α + β1X1 + β2X2 + ................+ βiXi

Keterangan :

Z = kejadian obesitas

α = konstanta

β1…i = koefisien variabel bebas

X1 = Uang saku

X2 = Genetik

X3 = Pendapatan keluarga

X4 = Pendidikan ibu

X5 = Jumlah energi dan protein yang dikonsumsi

X6 = Jenis makanan yang dikonsumsi

X7 = Frekuensi makan

X8 = Aktivitas fisik

Alasan digunakannya metode analisis regresi logistik ganda adalah karena teknik

analisa ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat serta dapat mengidentifikasi faktor yang paling dominan.

Regresi logistik ganda digunakan pada penelitian ini karena variabel dependen adalah

data nominal dengan kategori dummy.

Page 61: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMU Swasta Katolik Tri Sakti beralamat di Jl. Raya Medan Tenggara Gang

Benteng No. 21, Kecamatan Medan Denai 20228, Sumatera Utara. Jumlah siswa

sebanyak 725 orang, terdiri dari 313 orang laki-laki dan 412 orang perempuan.

Siswa kelas I berjumlah 278 orang, kelas II 190 orang dan kelas III 257 orang.

Tenaga pengajar sebanyak 32 orang, terdiri dari 14 orang guru laki-laki dan 18 guru

perempuan termasuk diantaranya dua orang guru olahraga

Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah antara lain lapangan bola kaki,

futsal, basket, bola volley dan kantin.

4.2. Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 96 orang, terdiri dari 43 orang

laki-laki (44,8%) dan perempuan 53 orang (55,2%).

Umur responden yang paling banyak adalah 16 tahun yaitu 62 orang (64,6%),

dan paling sedikit adalah umur 14 tahun yaitu satu orang (1%). Umur rata-rata

responden adalah 16,23 tahun.

Jumlah responden dengan uang saku kurang dari Rp. 3.000 sebanyak 5 orang

(5,2%), yang uang sakunya Rp. 3.000 – 6.000 sebanyak 65 orang (67,7%), dan yang

Page 62: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

uang sakunya lebih dari Rp. 6.000 sebanyak 26 orang ( 27,1%). Untuk lebih jelasnya

gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, dan Jumlah Uang Saku di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

No. Variabel Jumlah Persentase 1. Umur

- 14 tahun - 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun

1 24 62 9

1,0 25,0 64,6 9,4

Total 96 100,0 2. Jenis Kelamin

- Laki-laki - Perempuan

43 53

44,8 55,2

Total 96 100,0 3. Uang saku

- < Rp. 3.000 - Rp. 3.000 – 6.000 - > Rp. 6.000

5 65

26

5,2 67,7 27,1

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. dibawah ini terlihat bahwa, responden yang orang

tuanya obesitas sebanyak 39 orang (40,6%) sedangkan responden yang orang tuanya

tidak obesitas berjumlah 57 orang (59,4%).

Jumlah responden dengan pendapatan keluarga di atas Upah Minimum Kota

(UMK) sebanyak 83 orang (86,5%) sedangkan yang pendapatan keluarganya berada

dibawah sampai sama dengan UMK hanya 13 orang (13,5%).

Page 63: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Tingkat pendidikan ibu responden yang paling banyak adalah tingkat lanjut yaitu 73

orang (76,0%) dan yang paling sedikit adalah tingkat dasar sebanyak 23 orang (24%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Genetik, Pendapatan Keluarga dan Pendidikan Ibu di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

No. Variabel Jumlah Persentase 1. Genetik

- Obesitas(IMT ≥ 25) - Tidak obesitas

39 57

40,6

59,4 Total 96 100,0

2. Pendapatan keluarga - > Rp. 1.020.000 - ≤ Rp. 1.020.000

83 13

86,5 13,5

Total 96 100,0 3. Pendidikan ibu

- Dasar – Lanjut

23 73

24,0 76,0

Total 96 100,0 4.3. Pola makan

Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan berdasarkan jumlah

energi dan protein dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 64: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Asupan Energi dan Protein di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

No Pola makan Jumlah Persentase 1. Jumlah energi

- Baik - Cukup - Kurang - Defisit

17 37 19 23

17,7 38,5 19,8 24,0

Total 96 100,0 2. Jumlah protein

- Baik - Cukup - Kurang - Defisit

56 27 6 7

58,3 28,1 6,3 7,3

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan

pola makan menurut jumlah asupan energi yang terbanyak adalah kategori cukup

yaitu sebanyak 37 orang (38,5%) sedangkan kategori baik hanya 17 orang (17,7%).

Jumlah responden berdasarkan jumlah protein yang dikonsumsi yang terbanyak

adalah pada kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (58,3%), diikuti dengan kategori

cukup sebanyak 27 orang (28,1%).

Rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi responden adalah 1.945,27 kkal

dengan jumlah energi minimum yang dikonsumsi sebanyak 1.050,00 kkal dan

maksimum 2.964,00 kkal. Jumlah rata-rata protein yang dikonsumsi responden

adalah 60,17 gr dengan jumlah protein minimum yang dikonsumsi sebanyak 34,00 gr

dan maksimum 92,00 gr.

Page 65: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Gambaran pola makan responden berdasarkan frekuensi dan jenis makanan

pokok, lauk pauk serta sayur-sayuran dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Bahan Makanan Pokok, Lauk Pauk serta Sayuran yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

Jenis Makanan

Frekuensi Tidak

Pernah > 1 x

Sehari 1 x

Sehari 4 – 6 x

Seminggu 1 – 3 x

Seminggu n % n % n % n % n %

Makanan Pokok - Nasi 0 0,0 88 91,7 4 4,2 4 4,2 0 0,0 - Jagung 79 82,3 1 1,0 3 3,1 4 4,2 9 9,4 - Ubi kayu 82 85,4 0 0,0 3 3,1 2 2,1 9 9,4 - Talas 91 94,8 0 0,0 3 3,1 1 1,0 1 1,0 Lauk-pauk - Daging 20 20,8 10 10,4 4 4,2 10 10,4 52 54,2 - Ikan basah 13 13,5 29 30,2 15 15,6 29 30,2 10 10,4 - Telur 28 29,2 12 12,5 33 34,4 10 10,4 13 13,5 - Ikan asin 66 68,8 3 3,1 13 13,5 6 6,3 8 8,3 - Ikan teri 43 44,8 12 12,5 11 11,5 12 12,5 18 18,8 - Ayam 30 31,3 5 5,2 6 6,3 18 18,8 37 38,5 - Tahu tempe 37 38,5 10 10,4 16 16,7 13 13,5 20 20,8 - Cumi-cumi 95 99,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 1,0 Sayuran - Bayam 19 19,8 19 19,8 15 15,6 19 19,8 24 25,0 - Kangkung 24 25,0 18 18,8 13 13,5 13 13,5 28 29,2 - Gori 73 76,0 2 2,1 6 6,3 7 7,3 8 8,3 - Kacang panjang 59 61,5 5 5,2 5 5,2 13 13,5 14 14,6 - Sawi 58 60,4 10 10,4 5 5,2 6 6,3 17 17,7 - Wortel 50 52,1 8 8,3 13 13,5 8 8,3 17 17,7 - Terong 67 69,8 6 6,3 4 4,2 6 6,3 13 13,5 - Kol 67 69,8 8 8,3 8 8,3 7 7,3 6 6,3 - Kecipir 84 87,5 3 3,1 1 1,0 3 3,1 5 5,2 - Tomat 48 50,0 13 13,5 19 19,8 13 13,5 3 3,1 - Sayur lodeh 85 88,5 3 3,1 1 1,0 3 3,1 4 4,2 - Daun ubi 92 95,8 0 0,0 1 1,0 1 1,0 2 2,1

Page 66: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden

mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan frekuensi lebih dari sekali sehari,

88 orang (91,7%). Talas, ubi kayu dan jagung sangat jarang dikonsumsi.

Laukpauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan basah dan daging

Responden yang tidak pernah mengkonsumsi ikan basah hanya 13 orang (13,5%) dan

yang tidak mengkonsumsi daging sebagai lauk pauk hanya 20 orang (20,8%). Cumi-

cumi, ikan asin dan dan ikan teri sangat jarang dikonsumsi responden.

Sebahagian besar responden jarang mengkonsumsi sayuran. Bayam dan

kangkung adalah sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh responden.

Jenis buah-buahan dan makanan jajanan yang sering dikonsumsi dapat dilihat

pada tabel 4.5. Tabel ini menggambarkan bahwa jenis buah-buahan yang dikonsumsi

sudah beraneka ragam. Buah yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk dan pisang,

namun masih dijumpai beberapa jenis buah-buahan yang tidak dikonsumsi responden

selama periode pengumpulan data.

Mayoritas responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan.

Jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah bakso dan roti. Jajanan lain seperti

kerupuk, kentang goreng dan gado-gado sangat jarang dikonsumsi.

Page 67: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah-buahan serta Makanan Jajanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

Jenis Makanan

Frekuensi Tidak

Pernah > 1 x

Sehari 1 x

Sehari 4 – 6 x

Seminggu 1 – 3 x

Seminggu n % n % n % n % n %

Buah-buahan - Alpukat 63 65,6 0 0,0 2 2.1 6 6.3 25 26.0 - Apel 55 57,3 4 4,2 6 6,3 6 6,3 25 26,0 - Jeruk manis 17 17,7 15 15,6 26 27,1 17 17,7 21 21,9 - Pisang 26 27,1 13 13,5 20 20,8 10 10,4 27 28,1 - Pepaya 43 44,8 3 3,1 17 17,7 7 7,3 26 27,1 - Mangga 66 68,8 4 4,2 5 5,2 6 6,3 15 15,6 - Nenas 72 75,0 4 4,2 4 4,2 5 5,2 11 11,5 - Nangka 82 85,4 1 1,0 1 1,0 4 4,2 8 8,3 - Belimbing 82 85,4 0 0,0 3 3,1 5 5,2 6 6,3 - Jambu biji 72 75,0 4 4,2 8 8,3 7 7 5 5,2 - Jambu air 79 82,3 1 1,0 3 3,1 3 3,1 10 10,4 - Buah lain 86 89,6 0 0,0 4 4,2 1 1,0 5 5,2 Jajanan - Susu 33 34,4 16 16,7 21 2,9 14 14,6 12 12,5 - Bakso 33 34,4 8 8,3 7 7,3 10 10,4 38 39,6 - Cendol 66 68,8 0 0,0 4 4,2 6 6,3 20 20,8 - Kolak 70 72,9 1 1,0 4 4,2 8 8,3 13 13,5 - Pisang goreng 50 52,1 5 5,2 17 17,7 10 10,4 14 14,6 - Ubi rebus 62 64,6 7 7,3 10 10,4 8 8,3 9 9,4 - Roti 33 34,4 15 15,6 21 21,9 13 13,5 14 14,6 - Mie goreng 47 49,0 2 2,1 7 7,3 8 8,3 32 33,3 - Nasi goreng 57 59,4 7 7,3 6 6,3 12 12,5 14 14,6 - Ayam goreng 70 72,9 0 0,0 1 1,0 7 7,3 18 18,8 - Burger 79 82,3 0 0,0 4 4,2 4 4,2 9 9,4 - Roti bakar 72 75,0 0 0,0 3 3,1 6 6,3 15 15,6

Page 68: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

- Pisang bakar 78 81,3 2 2,1 5 5,2 2 2,1 9 9,4 - Pecal 79 82,3 0 0,0 5 5,2 6 6,3 6 6,3 - Lain-lain 85 88,5 2 2,1 3 3,1 1 1,0 5 5,2

Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan berdasarkan jenis

makanan dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Dikonsumsi di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

Jenis Makanan Jumlah Persentase

Baik 4 4,2 Sedang 57 59,4 Tidak Baik 35 36,5 Total 96 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pola makan berdasar jenis

makanan yang dikonsumsi responden yang terbanyak adalah kategori sedang

sebanyak 57 orang (59,4 %). Sedangkan kategori baik hanya 4 orang (4,2 %).

4.4. Aktivitas fisik

Rata-rata energi yang dikeluarkan responden untuk melakukan seluruh

kegiatan selama 24 jam adalah 2250,50 kkal dengan jumlah minimum sebanyak

1550,00 kkal dan maksimum 3580,10 kkal.

Tingkat aktivitas fisik responden digolongkan berdasarkan besar faktor

kelipatannya terhadap energi metabolik basal (EMB). Aktivitas fisik dikatakan ringan

jika jumlah energi yang dikeluarkan untuk melakukan seluruh kegiatan selama 24

Page 69: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

jam sebesar 1,55 – 1,77 EMB untuk laki-laki dan 1,56 - 1,63 EMB untuk perempuan.

Akivitas fisik tergolong sedang jika energi yang dikeluarkan sebesar 1,78 - 2,09

EMB untuk laki-laki dan 1,64 - 1,99 EMB untuk perempuan. Aktifitas fisik tergolong

berat jika energi yang dikeluarkan sebesar 2,10 EMB atau lebih untuk laki-laki dan

sebesar 2,00 EMB atau lebih untuk perempuan.

Gambaran aktivitas fisik responden dibandingkan energi metabolik basal

dapat dilihat dari tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Berdasarkan Energi Metabolik Basal di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

Aktivitas Fisik Jumlah Persentase

- Ringan - Sedang - Berat

51 31 14

53,1 32,3

14,6 Total 96 100,0

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki

aktivitas fisik yang tergolong ringan yaitu sebanyak 51 orang (53,1%) dan 14 orang

responden (14,6%) memiliki aktivitas fisik yang berat.

4.5. Obestitas

Ukuran rata-rata IMT responden adalah 20,86. IMT minimum 15 dan

maksimum 37. Responden dikatakan obesitas jika IMTnya berdasarkan tabel IMT

CDC 2000 sama dengan IMT anak yang tergolong gemuk. Responden dikatakan

tidak obesitas jika IMTnya lebih kecil dari IMT anak yang tergolong gemuk.

Page 70: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Gambaran kejadian obesitas pada responden, berdasarkan IMT CDC 2000

dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Status Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

Kejadian Obesitas Jumlah Persentase

Obesitas 10 10,4 Tidak Obesitas 86 89,6

Total 96 100,0

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mengalami

obesitas adalah 10 orang (10,4 %).

4.6. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik untuk

melihat pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu,

pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas. Agar data yang terkumpul

dapat dianalisa secara bivariat dengan uji regresi logistik sederhana maka harus

dilakukan pengkaretegorian ulang untuk beberapa variabel. Kategori uang saku

menjadi lebih dari Rp. 6.000 dan kurang atau sama dengan Rp. 6. 000. Jumlah asupan

energi dan protein dikategorikan menjadi baik (lebih atau sama dengan100% AKG)

dan tidak baik (kurang dari 100% AKG). Jenis makanan dikategorikan menjadi baik

(lebih atau sama dengan 4 jenis) dan tidak baik (kurang dari 4 jenis). Aktivitas fisik

Page 71: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

dikategorikan menjadi ringan dan berat ( kategori sedang dan berat pada analisis

univariat). Hasil analisis bivariat penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Status Obesitas Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik di SMU RK Tri Sakti Medan 2008

No Variabel

Independen Status Obesitas

p

RP

CI 95% Obesitas Tidak Obesitas n % n %

1. Karakteristik Remaja Jenis kelamin - Perempuan - Laki-laki

5 5

9,4 11,6

48 38

90,6 88,4

0,727

0,811

0,213 – 2,936

Uang saku - > Rp. 6.000 - ≤ Rp. 6.000

3 7

11,5 10,0

23 63

88,5 90,0

0,828

1,154

0,280 – 4,927

2. Genetik - Obesitas - Tidak Obesitas

7 3

17,9 5,3

32 54

82,1 94,7

0,047*

3,410

0,950 – 16,313

3. Pendapatan Keluarga - > Rp. 1.020.000 - ≤ Rp. 1.020.000

10 0

12,0

0

73

13

88,0

100

0,079**

0,175 – 2,996

4. Pendidikan Ibu - Dasar - Lanjut

1 9

4,3

12,3

22 64

95,7 87,7

0,297

0,352

0,039 - 2,698

5. Pola Makan Jumlah Energi - Baik - Tidak Baik

5 5

29,4 6,3

12 74

70,6 93,7

0,012*

4,674

1,549 – 24,549

Jumlah Protein - Baik - Tidak Baik

6 4

10,7 10,0

50 36

89,3 90,0

0,910

1,071

0,284 – 4,107

Jenis Makan - Tidak Baik - Baik

8 2

8,7

50,0

84 2

91,3 50,0

0,039*

0,174

0,012 – 0,770

Page 72: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

6. Aktivitas Fisik - Ringan - Berat

7 3

13,7 6,7

44 42

86,3 93,3

0,251**

2,050

0.540 – 9,187

Keterangan * = pnifikan (p < 0,05) ** = tidak pnifikan tetapi dapat menjadi kandidat untuk model multivariat (p < 0,25) RP = rasio prevalens CI = confidence intervals Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah perempuan yang

mengalami obesitas sebanyak 5 orang (9,4%) sedangkan yang tidak obesitas

sebanyak 48 orang (90,6%). Jumlah laki-laki yang mengalami obesitas sebanyak 5

orang (11,6 %) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 38 orang (88,4%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jenis

kelamin terhadap kejadian obesitas.

Jumlah responden dengan uang saku lebih dari Rp. 6.000 yang mengalami

obesitas sebanyak 3 orang (11,5%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas

sebanyak 23 orang (88,5%). Responden yang memiliki uang saku sampai dengan Rp.

6.000 mengalami obesitas sebanyak 7 orang (10,0%) sedangkan yang tidak

mengalami obesitas sebanyak 63 orang (90%). Hasil uji statistik p > 0,05, artinya

tidak ada pengaruh uang saku terhadap kejadian obesitas.

Jumlah responden yang memiliki orang tua obesitas mengalami obesitas

sebanyak 7 orang (17,9%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 32

orang (82,1%). Responden yang memiliki orang tua tidak obesitas mengalami

obesitas sebanyak 3 orang (5,3%) sedangkan yang tidak mengalami obesitas

sebanyak 54 orang (94,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p < 0,05 ini

berarti bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian obesitas.

Page 73: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Jumlah responden dengan pendapatan keluarga di atas UMK mengalami

obesitas sebanyak 10 orang (12,0%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 73

orang (88,0%). Tidak ada responden yang mengalami obesitas dengan pendapatan

keluarga berada dibawah sampai sama dengan UMK. Hasil uji statistik p > 0,05

artinya tidak ada pengaruh pendapatan keluarga terhadap kejadian obesitas.

Responden yang mengalami obesitas dengan tingkat pendidikan ibu diatas

SLTP sebanyak 9 orang (12,3%) dan yang tidak obesitas sebanyak 64 orang (87,7%).

Responden yang obesitas dengan tingkat pendidikan ibu sama atau dibawah SLTP

hanya satu orang (4,3%) sedangkan yang tidak obesitas sebanyak 22 orang (95,7%).

Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh pendidikan ibu terhadap

kejadian obesitas.

Responden dengan jumlah asupan energi yang baik mengalami obesitas

sebanyak 5 orang (29,4%) dan yang tidak menngalami obesitas sebanyak 12 orang

(70,6%). Responden dengan jumlah asupan energi yang tidak baik mengalami

obesitas sebanyak 5 orang (6,3%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 74

orang (93,7%). Hasil uji statistik p < 0,05 ini berarti bahwa jumlah asupan energi

berpengaruh terhadap kejadian obesitas.

Responden dengan jumlah asupan protein yang baik mengalami obesitas

sebanyak 6 orang (10,7%) dan yang tidak mengalami obesitas 50 orang (89,3%).

Responden dengan jumlah asupan protein yang tidak baik mengalami obesitas

sebanyak 4 orang (10,0%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 86 orang

Page 74: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

(89,6%). Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jumlah asupan protein

terhadap kejadian obesitas.

Jumlah responden yang obesitas dan tidak obesitas dengan jenis makanan

yang baik adalah sama, masing-masing sebanyak 2 orang (50,0%). Responden

dengan jenis makanan yang tidak baik mengalami obesitas sebanyak 8 orang (8,7%)

dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 84 orang (91,7%). Hasil uji statistik p

< 0,05 ini berarti bahwa jenis makanan berpengaruh terhadap kejadian obesitas.

Responden yang obesitas dengan aktivitas fisik berat sebanyak 3 orang (6,7%)

dan ringan sebanyak 7 orang (13,7%). Responden yang tidak obesitas dengan

aktivitas fisik berat sebanyak 42 orang (93,9%) dan ringan sebanyak 44 orang

(86,3%). Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh aktivitas fisik terhadap

kejadian obesitas.

4.7. Analisis Multivariat

Dalam penelitian ini ada lima variabel yang diduga berpengaruh terhadap

kejadian obesitas yaitu pola konsumsi menurut energi, jenis makanan, pendapatan

keluarga, aktivitas fisik dan genetik. Menurut Mickey dan Greeland (1989), bahwa

nilai p < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan sebagai

kandidat dimasukkan ke dalam model multivariat. Hasil uji bivariat menunjukkan

bahwa kelima variabel di atas (p < 0,25) masuk ke model multivariat.

Selanjutnya dilakukan pembuatan model faktor penyebab obesitas yang lebih

Page 75: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

dominan. Dalam model ini semua variabel kandidat dicoba bersama-sama. Kemudian

dilakukan analisa multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda yang

mengikutkan seluruh variabel. Semua variabel independen dimasukkan ke dalam

model, kemudian variabel dengan nilai p yang tidak pnifikan dikeluarkan dari model

secara berurutan dimulai dari p yang terbesar.

Hasil analisis model pertama pengaruh semua variabel yang meliputi: pola

konsumsi menurut jumlah asupan energi, jenis makanan, pendapatan keluarga,

aktivitas fisik dan genetik dapat dilihat seperti pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Model Pertama Pengaruh Pola Konsumsi Menurut Jumlah Asupan Energi, Jenis Makanan, Aktivitas Fisik dan Genetik Terhadap Kejadian Obesitas

No. Variabel Independen β p 1. 2. 3. 4.

Jumlah Energi Jenis Makanan Pendapatan Keluarga Aktivitas Fisik

2,464 - 3,241 19,601

1,507

0,006 0,012 0,998 0,086

5. Genetik 1,217 0,152

Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa variabel pendapatan keluarga, genetik dan

aktivitas fisik memiliki nilai p yang tidak pnifikan (p > 0,05) maka harus dikeluarkan

dari model secara berurutan mulai dari variabel dengan nilai p terbesar sehingga

diperoleh model akhir sebagai berikut ini.

Tabel 4.11 Hasil Akhir Multivariat Pengaruh Jumlah Energi dan Jenis

Makanan Terhadap Kerjadian Obesitas

No. Variabel Independen β p

Page 76: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

1. 2. 3.

Jumlah Energi Jenis Makanan Konstanta

2,303 - 3,178

0,875

0,004 0,006 0,100

Hasil tabel di atas merupakan akhir analisis multivariat uji regresi logistik

karena jumlah energi dan jenis makanan telah memiliki p < 0,05 maka kedua

variabel tersebut tidak dikeluarkan dari model dan kedua-duanya merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Bila dilihat dari nilai B maka yang

mempunyai pengaruh yang lebih dominan dengan kejadian obesitas adalah variabel

jenis makanan, karena memiliki nilai β yang terbesar yaitu - 3,178.

Dari hasil uji regresi logistik diatas diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = 0,875 + 2,303 (asupan energi) - 3,178 (jenis makan)

Artinya, anak yang asupan energinya sama atau lebih dari 100% AKG dan

mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan memiliki peluang untuk mengalami

obesitas sebesar 3,178 kali dibanding anak yang asupan energinya kurang dari 100%

AKG dan mengkonsumsi sama atau lebih dari empat jenis makanan.

Page 77: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas

Obesitas yang terjadi pada masa remaja, 30 % akan melanjut sampai dewasa

menjadi obesitas persisten dan akan sulit diatasi secara konvensional (diet dan olah

raga). Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian sebab

obesitas pada remaja tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi

juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada

remaja (Dietz, 2006 dalam Virgianto dan Purwaningsih, 2006).

Dampak lain yang sering diabaikan adalah bahwa obesitas dapat

mempengaruhi kejiwaan pada remaja, yakni kurangnya rasa percaya diri, pasif dan

depresi karena sering tidak dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh teman

sebayanya (Wulandari, 2007).

Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas, dalam

penelitian ini faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah:

karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pola makan dan

aktivitas fisik.

Page 78: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

1. Karakteristik Remaja

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persentase kejadian

obesitas pada laki-laki (11,6%) lebih besar dari pada perempuan (9,4%), akan

tetapi dari hasil uji statistik dengan menggunakan regresi logistik sederhana

menunjukkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap

kejadian obesitas.

Hal ini mungkin disebabkan karena perempuan lebih memperhatikan

penampilan (citra tubuh) dari pada laki-laki. Citra tubuh adalah suatu konsep

pribadi seseorang tentang penampilan fisiknya.

Hasil penelitian Amaliah (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara citra tubuh dengan persen lemak tubuh pada remaja.

Remaja dengan citra tubuh rendah (yang merasa kurang puas dengan penampilan

fisiknya) berpeluang mempunyai persen lemak tubuh tinggi sebesar 0,388 kali

dibandingkan dengan yang citra tubuhnya tinggi (yang merasa cukup puas dengan

penampilan fisiknya). Nizar (2002) menemukan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara citra tubuh dengan status gizi. Hanley et al (2000) menyatakan

bahwa ada hubungan terbalik antara overweight dengan persepsi tubuh wanita

sehat, resiko overweight turun 1,3 kali dengan peningkatan satu level indikator

persepsi tubuh wanita sehat.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Suhendro (2003) terhadap remaja SMU

di kota Tangerang dan penelitian Ismail, dkk (1999) pada murid SD di

Page 79: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Yogyakarta yang menunjukkan bahwa sebahagian besar obesitas terjadi pada

anak laki-laki.

Berbeda dengan pendapat Salam (1989), yang menyatakan bahwa obesitas

lebih umum dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, yang kemungkinan

disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal.

Menurut Krummel (1996) tubuh anak perempuan menyimpan lebih banyak

lemak dibandingkan tubuh laki-laki. Pada saat kematangan fisik terjadi, biasanya

jumlah lemak tubuh anak perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki.

Penimbunan lemak ini terjadi di daerah sekitar panggul, payudara dan lengan

atas. Akumulasi lemak seringkali dihubungkan dengan mulainya menarche yang

terjadi ketika anak anak perempuan memiliki lemak tubuh minimal 17% dari

berat badannya, sehingga anak perempuan yang gemuk akan mendapat menarche

lebih awal daripada yang kurus (Amaliah, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persentase kejadian

obesitas pada anak yang memiliki uang saku lebih dari Rp. 6.000 yaitu 11,5%,

sedikit lebih besar dari pada anak yang uang sakunya kurang atau sama dengan

Rp. 6.000 (10%). Namun perbedaan ini tidak menunjukkan adanya pengaruh

uang saku terhadap kejadian obesitas karena hasil uji statistiknya p > 0,05. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena lebih kecilnya kesempatan bagi anak yang uang

sakunya dibawah atau sama dengan Rp. 6.000 untuk memilih jajanan yang zat

gizinya baik, dari pada anak yang memiliki uang saku diatas Rp. 6.000.

Page 80: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Sebaliknya, anak yang memiliki uang saku diatas Rp. 6.000 memiliki kemampuan

yang lebih besar dari pada anak yang uang sakunya di bawah Rp. 6.000 untuk

membeli berbagai jenis jajanan yang tidak sehat seperti junk food. Disamping itu,

anak usia remaja sudah memiliki kemampuan dan kesempatan yang lebih luas

dalam memilih makanannya sendiri, remaja juga sangat mudah terpengaruh oleh

lingkungan misalnya: keluarga, teman sebaya atau iklan dalam memilih jenis

makanan.

Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Welis (2003) dan Rinjanti

(2002) yang menunjukkkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan status gizi.

Menurut Arisman (2004), remaja belum sepenuhnya matang dan cepat

sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih

makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Sebahagian besar jajanan

mengandung zat gizi yang sangat sedikit. Makanan sampah (junk food) kini

semakin digemari remaja baik hanya sebagai kudapan maupun makanan utama.

Makanan ini sangat sedikit mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,

vitamin A dan C, sebaliknya mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium

yang tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori

yang terkandung didalamnya. Besarnya uang saku diduga erat kaitannya dengan

pemilihan jenis jajanan yang dikonsumsi.

Page 81: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil penelitian Lieswanti (2007), di SMU Harapan I Medan

ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan

status gizi, khususnya pada penderita obesitas. Hal ini disebabkan oleh adanya

peningkatan pemasukan energi yang berasal dari fast food sebanyak 55% pada

97% penderita obesitas.

Untuk mengurangi keterpaparan anak sekolah terhadap jajanan yang tidak

sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik

kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid serta pedagang. Sekolah dan

pemerintah perlu kembali menggiatkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

2. Genetik

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa persentase kejadian obesitas

pada anak yang memiliki orangtua yang obesitas adalah lebih besar (17,9%) dari

pada anak yang orang tuanya tidak obesitas (5,3%). Meskipun demikian, hasil uji

multivariat yang menggunakan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa

nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh faktor genetik terhadap kejadian

obesitas.

Hal ini mungkin disebabkan karena anak yang memiliki orangtua yang

obesitas mempunyai kekhawatiran mengalami obesitas yang lebih besar dari pada

anak yang orangtuanya tidak obesitas, sehingga mereka lebih memperhatikan pola

makan atau aktifitas fisiknya sehari-hari .

Page 82: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah penyakit

gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi faktorial yang sebagian besar

diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik dengan faktor

lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh

faktor eksogen (antara lain: aktivitas fisik, gaya hidup, sosial-ekonomi dan

perilaku makan) yaitu sekitar 90%, sedangkan faktor endogen yaitu: kelainan

hormonal, sindrom atau peyakit dan genetik hanya sekitar 10% (Hidayati dkk,

2006).

3. Pendapatan keluarga

Pada penelitian ini terlihat bahwa semua responden yang mengalami

obesitas 10 orang (12,0%) memiliki pendapatan keluarga di atas UMK. Meskipun

demikian, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendapatan

keluarga terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).

Hal kemungkinan disebabkan karena keluarga yang pendapatannya lebih

besar lebih memiliki kemampuan untuk membeli makanan jadi yang umumnya

tinggi lemak. Keluarga yang pendapatannya lebih rendah kurang mampu

menyediakan makanan yang sesuai dengan pola menu seimbang, mereka

cenderung memilih makanan yang mengenyangkan ( yang banyak mengandung

lemak) dengan harga yang terjangkau (murah) dan kurang memperhatikan

kualitas atau kandungan zat gizinya.

Page 83: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2004) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pendapatan keluarga dengan persen lemak tubuh. Penelitian Afifah (2003),

Medawati (2005) dan Asih (2001) juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan keluarga

dengan status gizi.

Menurut Hidayati, dkk (2006) peningkatan pendapatan juga dapat

mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan

pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan

tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menyebabkan

gizi tidak seimbang.

Pola umum perilaku konsumen terhadap makanan jadi adalah bahwa

semakin tinggi pendapatan semakin besar proporsi pengeluaran untuk makanan

jadi dari jumlah total pengeluaran pangan. Tahun 1996 sekitar seperlima

pengeluaran pangan rumah tangga di perkotaan dialokasikan pada makanan jadi,

sedangkan di pedesaan sekitar seperdelapan dari total pengeluaran pangan.

Pengeluaran untuk makanan jadi (termasuk fast food) di kota-kota besar seperti

Jakarta dan Yogyakarta lebih besar lagi, yaitu sekitar seperempat dari total

pengeluaran pangan ( Budianto dkk., 1998).

Page 84: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Menurut penelitian yang dilakukan Jerome di Amerika Utara disimpulkan

bahwa pendapatan bukan faktor penentu terhadap perilaku makan, tetapi faktor

gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi

perubahan perilaku makan suatu kelompok yang kebudayaannya cenderung

berubah (Suhardjo, 1989).

4. Pendidikan ibu

Pada penelitian ini terlihat bahwa kejadian obesitas berdasarkan tingkat

pendidikan ibu lebih besar proporsinya pada kelompok responden yang memiliki

ibu berpendidikan tingkat lanjut yaitu sebanyak 12,3% (9 orang). Kejadian

obesitas pada responden yang memiliki ibu berpendidikan tingkat dasar hanya

4,3% (1 orang). Hasil uji statistik menunjukkan p > 0,05 artinya tidak ada

pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian obesitas. Hal ini mungkin disebabkan

karena ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kekhawatiran yang lebih besar

terhadap status gizi anaknya sehingga tanpa disadari telah memberikan peluang

yang lebih besar pada anak untuk makan berlebih (over consumption).

Sebaliknya, ibu yang berpendidikan rendah kemungkinan memiliki pengetahuan

gizi yang lebih rendah juga, sehingga kurang memperhatikan kandungan zat gizi

dalam makanan yang dikonsumsi anaknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Welis (2003), Rijanti (2002)

dan Asih (2001) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pendidikan ibu dengan gizi lebih.

Page 85: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Harper (1986) dan Sallayanti (1977) pendidikan dapat

berhubungan dengan pengetahuan gizi yang akhirnya berpengaruh terhadap

konsumsi makanan. Sanjur 1982 menyatakan bahwa pengetahuan gizi sangat

penting artinya bagi keluarga, khususnya bagi ibu rumah tangga (Sanjur 1982).

5. Pola makan

Berdasarkan hukum termodinamika, obesitas terjadi oleh karena adanya

keseimbangan energi positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara

asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang

disimpan dalam bentuk jaringan lemak (Whitney, 1990 dan Nassar, 1995):

Pengukuran pola konsumsi makanan pada penelitian ini dilakukan dengan

metode food recall 24 jam selama dua hari. Data yang terkumpul diolah dengan

menggunakan bantuan program nutrisurvey.

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden yang jumlah

asupan energinya sama atau lebih dari 100% AKG mengalami obesitas sebanyak

5 orang (29,4%) dan yang jumlah asupan energinya kurang dari 100% AKG,

mengalami obesitas sebanyak 5 orang (6,3%). Hasil uji statistik p < 0,05 artinya

jumlah asupan energi berpengaruh terhadap kejadian obesitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada remaja SLTP di

Yogyakarta dan Bantul yang menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi

Page 86: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

dan lemak semakin tinggi kemungkinan terjadinya obesitas (Medawati dkk,

2005).

Penelitian Hapsari (2007) pada karyawan PT ACS Jakarta, juga

menunjukkan bahwa ada hubungan yanng bermakna antara asupan energi dengan

status gizi. Karyawan yang asupan energinya melebihi angka kecukupan gizi

(AKG) memiliki risiko gizi lebih sebesar 2,9 kali dibanding dengan karyawan

yang asupan energinya tidak melebihi AKG.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa responden dengan

jumlah asupan protein yang sama atau lebih dari 100% AKG, mengalami obesitas

sebanyak 6 orang (10,7%) sedangkan responden dengan jumlah asupan protein

yang kurang dari 100% AKG, mengalami obesitas sebanyak 4 orang (10,0%).

Hasil uji statistik p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh jumlah asupan protein

terhadap kejadian obesitas.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2005) dan Haya (2003)

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi

protein dengan persen lemak tubuh.

Menurut Almatsier (2002), fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan,

namun jika tubuh mengalami kekurangan energi maka fungsi protein terlebih

dahulu untuk menghasilkan energi atau membentuk glukosa. Jika protein dalam

keadaan berlebih maka akan mengalami deaminase, yaitu nitrogen dikeluarkan

dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak tubuh.

Page 87: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Pada penelitian ini juga terlihat bahwa responden yang mengkonsumsi

empat jenis makanan atau lebih, mengalami obesitas sebanyak 2 orang (50%).

Responden yang mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan, mengalami

obesitas sebanyak 8 orang (8,7%) dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak

84 orang (91,3%). Dari 10 orang responden yang mengalami obesitas sebagian

besar yaitu 8 orang (80 %) mengkonsumsi kurang dari empat jenis makanan

(kategori tidak baik) dan hanya 2 orang (20%) yang mengkonsumsi empat jenis

makanan atau lebih (kategori baik). Hasil uji statistik p < 0,05 artinya jenis

makanan berpengaruh terhadap kejadian obesitas.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena makanan yang dikonsumsi

mengandung kalori dan lemak yang tinggi tetapi rendah serat. Hasil Food

Frequency Questionnaire Method menunjukkan bahwa sebahagian besar

responden jarang mengkonsumsi sayur dan buah tetapi memiliki kebiasaan

mengkonsumsi jajanan. Makanan pokok yang paling sering dikonsumsi adalah

nasi. Jenis lauk pauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan basah dan

daging. Jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk dan pisang,

sedangkan sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam dan kangkung.

Jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah roti dan bakso.

Susunan makanan yang baik harus dapat memenuhi selera, memberi rasa

kenyang dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi tubuh kita dalam jumlah

yang seimbang sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang. Zat-zat gizi dapat

Page 88: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

diperoleh dari jenis bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-

buahan dan susu. Bahan makanan pokok dapat berupa nasi, jagung, umbi-umbian

dan sagu merupakan sumber energi yang jika berlebih disimpan dalam bentuk

lemak. Lauk-pauk dapat berupa lauk hewani dan nabati yang banyak mengandung

protein dan lemak yang merupakan sumber zat pembangun. Sayur-sayuran dan

buah-buahan banyak mengandung vitamin yang merupakan sumber zat pengatur

metabolisme dalam tubuh. Susu penting bagi tubuh sebagai sumber kalsium untuk

pertumbuhan tulang dan gigi (Almtsier, 2003). Susunan makanan yang tidak baik,

yang hanya terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk tanpa sayur atau buah

sebagai pengatur metabolisme tubuh cenderung akan meningkatkan kejadian

obesitas.

Menurut Adi (1998), frekuensi makan merupakan salah satu aspek penting

dari kebiasaan makan yang secara langsung mempengaruhi asupan zat gizi dan

dari data frekuensi makan dapat diketahui peluang bagi seseorang untuk

mengkonsumsi pangan dan memenuhi kecukupan serta kelengkapan zat gizi yang

diperlukan untuk hidup sehat.

Frekuensi makan menu utama diduga mempunyai hubungan dengan status

gizi. Kemungkinan yang pertama adalah frekuensi makan tidak sejalan dengan

banyaknya kandungan zat gizi dalam makanan terutama energi dan protein.

Kemungkinan yang kedua adalah kecukupan gizi remaja lebih dipenuhi oleh

makanan kudapan dan bukan dari makanan utama.

Page 89: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology

2003 juga mengungkapkan bahwa orang yang mengkonsumsi makanan sampai

tiga kali per hari berisiko menderita obesitas 45% lebih tinggi daripada orang

yang mengkonsumsi makanan empat kali atau lebih (Siagian, 2004).

Frekuensi makan yang rendah berkaitan dengan sekresi insulin yang tinggi.

Insulin dapat berperan sebagai penghambat enzim lipase untuk memecah lemak.

Semakin banyak insulin yang disekresikan, makin besar hambatan pada aktivitas

enzim lipase. Akibatnya semakin banyak lemak yang ditimbun dalam tubuh.

6. Aktivitas Fisik

Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan energi yang masuk

dengan yang keluar. Banyaknya asupan energi dari konsumsi makanan yang

dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas fisik

sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak pada

jaringan lemak (Rosenbaum, 1998).

Pada penelitian ini terlihat bahwa tingkat aktivitas fisik responden sebagian

besar dikategorikan ringan yaitu sebanyak 75 orang (78,1%). Jumlah responden

yang obesitas dengan aktivitas fisik berat sebanyak 3 orang (6,7%) dan ringan

sebanyak 7 orang (13,7%). Aktivitas fisik ringan yang paling sering dilakukan

responden adalah duduk, belajar dan menonton TV, sedangkan aktivitas fisik

berat yang paling sering dilakukan adalah sepak bola dan basket. Hal ini

menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada remaja yang tingkat aktivitasnya

Page 90: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

ringan lebih besar dari pada remaja yang aktivitasnya berat. Meski demikian hasil

uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh aktivitas fisik

terhadap kejadian obesitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian Amaliah (2005) menunjukkan bahwa

proporsi persen lemak tubuh tinggi lebih banyak pada responden dengan tingkat

aktivitas sedang. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik

dengan persen lemak tubuh.

Demikian juga dengan penelitian Putri (2004), Asih (2001) dan Haya (2003)

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas

fisik dengan status gizi.

Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan

orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas

fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang-

orang yang kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk.

Pada penelitian ini, berdasarkan analisis multivariat terlihat bahwa jumlah

asupan energi dan jenis makanan yang dikonsumsi berpengaruh secara signifikan

terhadap kejadian obesitas (p < 0,05). Ini berarti, jika seseorang dapat mengatur

pola makan dan keseimbangan energi yang masuk dengan yang dikeluarkan maka

kejadian obesitas dapat dihindarkan. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan

pengaturan diri untuk mengendalikan diri sendiri yang sering disebut dengan self

regulated behavior.

Page 91: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Dimatteo (1991), ada tiga syarat utama dari self regulated behavior

yaitu: self monitoring/self observation, self evaluation dan self reinforcement.

Self monitoring pada penderita obesitas dapat dilakukan dengan

menimbang berat badan dan memperhatikan jumlah kalori yang dikonsumsi. Self

evaluation dilakukan dengan membandingkan berat badan dan jumlah kalori yang

diperoleh melalui self monitoring dengan kriteria ideal. Self reinforcement

dilakukan dengan memberikan penghargaan diri atau penguatan pada diri sendiri

untuk mencapai berat badan yang ideal (Wulandari, 2007)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang

mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek), observasi atau

pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali dan

dalam waktu yang bersamaan. Agar dapat dianalisis dengan analisis regresi

logistik, maka hasil pengamatan ini kemudian disusun dalam tabel 2 x 2

sehingga harus dilakukan pengkategorian ulang untuk beberapa variabel (uang

saku, pendidikan ibu, jumlah asupan energi dan protein, jenis makanan serta

aktivitas fisik).

Pengumpulan data konsumsi makanan menggunakan metode food recall 2 x 24 jam,

yang sangat bergantung pada daya ingat responden mengakibatkan kurangnya

Page 92: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

validitas data. Untuk mengurangi terjadinya bias ingatan peneliti menggunakan food

model pada saat wawancara. Pada penggunaan metode ini dapat terjadi flat slope

syndrome yaitu kecenderungan bagi responden untuk mengurangi makanan yang

banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi, sehingga

kemungkinan data konsumsi individu tersebut tidak bisa mengambarkan keadaan

yang sebenarnya.

Page 93: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMU Tri Sakti Medan tahun

2008, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristik remaja, responden yang terbanyak adalah perempuan

(55,2%), umur terbanyak adalah umur16 tahun (64,6%), uang saku yang

terbanyak adalah Rp. 3.000 – 6.000 yaitu sebanyak 67,7%.

2. Berdasarkan faktor genetik, respoden terbanyak adalah yang orang tuanya tidak

obesitas berjumlah 57 orang (59,4%).

3. Berdasarkan pendapatan keluarga, yang terbanyak adalah di atas Upah Minimum

Kota (UMK) sebanyak 83 orang (86,5%).

4. Berdasarkan pendidikan ibu yang terbanyak adalah berpendidikan diatas SLTP

yaitu 73 orang (76,0%).

5. Pola makan menurut jumlah asupan energi yang terbanyak adalah kategori cukup

(38,5%) dan jumlah asupan protein yang terbanyak adalah kategori baik (58,3%)

Menurut jenis makanan yang dikonsumsi yang terbanyak adalah kategori sedang

sebanyak 57 orang (59,4 %).

Page 94: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

6. Berdasarkan aktivitas fisik yang terbanyak adalah kategori ringan yaitu sebanyak

51 orang (53,1%).

7. Prevalensi obesitas pada remaja cukup tinggi yaitu 10,4%.

8. Berdasarkan analisis bivariat, variabel jumlah asupan energi, jenis makanan dan

genetik berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p < 0,05)

9. Berdasarkan analisis multivariat, ada pengaruh jumlah asupan energi dan jenis

makanan terhadap kejadian obesitas (p < 0,05). Karakteristik remaja, genetik,

pendapatan keluarga, pendidikan ibu, jumlah asupan ptotein dan aktivitas fisik

tidak berpengaruh terhadap kejadian obesitas (p > 0,05).

10. Faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah pola

makan berdasarkan jenis makanan dengan nilai β = - 3,178.

6.2. Saran

1. Pihak sekolah perlu melakukan upaya promotif - preventif terhadap kejadian

obesitas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengundang ahli gizi untuk

mengadakan penyuluhan dan konsultasi gizi (khususnya mengenai obesitas) serta

melakukan pengawasan terhadap kantin sekolah melalui program Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS). Pihak sekolah juga perlu memberi masukan kepada

Dinas Pendidikan Kota Medan untuk mecantumkan materi gizi khususnya

obesitas dalam pelajaran pendidikan jasmani (penjas).

Page 95: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

2. Remaja perlu memahami kejadian obesitas dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya agar dapat melakukan upaya pencegahan atau penanggulangan

obesitas secara mandiri dengan cara memantau berat badan secara rutin, mengatur

pola makan serta meningkatkan aktivitas fisiknya.

3. Dinas Kesehatan perlu menggalakkan program penanggulangan gizi lebih

(obesitas) pada remaja dengan memberikan pendidikan gizi dan kesehatan kepada

remaja maupun masyarakat tentang perilaku makan yang sehat yang sesuai

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Page 96: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amaliah, 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh pada

Remaja di SMA Budi Mulia dan SMA Rimba Madya Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI.

Anonim, 2005. Obesitas, Litbang Bali Post. http://www.balipost.com/ diakses tanggal

18 April 2008. ______, 2006. Anak-anak dan Olahraga. http://www.kidshealth.org/ diakses tanggal

18 April 2008. Arikunto, S., 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, P.T. Rineka Cipta,

Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta. Aritonang, E., dan Siagian, A., 2001. Hubungan Pangan dengan Gizi Lebih Pada

Anak TK di Kotamadya Medan, FKM USU, Medan. Asih, W.F., 2001.Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada

siswa SMUN 3 Bogor. Skripsi. FKM UI. Budianto, J., Hardiansyah, Agus, W., dan Deden, H.A., 1998. Strategi Menuju

Perilaku Makan Sehat dan Implikasi Pada Perencanaan Kesehatan Pangan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta.

Cameron, M.E., and Staveren, W.A.V., 1998. Manual on Methodology for Food

Consumption Studies, Oxford University Press, New York. Dariyo, A., 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 97: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Davies, P.S.W., Gregory, J., and White, A., 1995. Physical Activity and Body Fatness in Pre-school Children, Int J Obes Relat Metab Disord: 19: 5-10.

Depkes RI, 2006. Rencana Pembangunan Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta. Ensminger, A.H., Ensminger, M.E., Konlande, J.E., dan Robson, J.R.K., 1995. The

Concise Encyclopedia of Foods and Nutrition, CRC Press, Florida. Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Nasional, UGM, Yogyakarta. Hanley, et al, 2000. Overweight Among Children and Adolescent in nutive Canadian

Community Prevalence and Associated Factor. American Journal of Clinical Nutrition, (71): 639 – 700.

Hapsari, L.P.,2007. Analisis Konsumsi dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi

Lebih pada Karyawan PT. Angkasa Citra Sarana Catering Service (PT ACS) Jakarta. Skripsi. FKM UI Depok.

Harper, L, J., Deaton, B, J., Judi, A, D., 1986 Pangan, Gizi dan Pertanian, Penerbit

Universitas Indonesia Jakarta. Hastono, S.P., 2001. Analisis Data, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia Jakarta. Haya, M. 2000. Studi Analisis Hubungan Antropometri (IMT, LILA, RLPP) dengan

Persen Lemak Tubuh pada Pasien Usia Lanjut di Poliklinik Reumatologi RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakata Tahun 1999. Tesis FKM UI, Depok.

Hegarty, V., 1996. Nutrition, Food and Environment, Eagon Press, Minnesotta, USA. Herini, E.S., P. Hagung, W., E.P. Prawirohartono, dan T. Sadjimin, 1999.

Karakteristik Keluarga dengan Anak Obesitas, Berita Kedokteran Masyarakat, XV.2.41-85.

Hidayati, N.S., Irawan, R., dan Hidayat, B., 2006. Obesitas Pada Anak.

http://www.pediatrik.com/ diakses tanggal 16 April 2008. Huriyati, E., Hadi, H., Julia, M., 2004. Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota

Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 :54-60.

Page 98: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Jane, 2002. Memahami Penelitian Kedokteran, Pedoman Seorang Praktisi. Penerbit Hipokrates, Jakarta.

Judarwanto,W., 2004. Perilaku Makan Anak Sekolah.

http://kesulitanmakan.bravehost.com/diakses tanggal 16 April 2008. Kanarek, R.B., and Kaufman, R.M., 1991. Nutrition and Behavior New Perspectives,

Van Nonstrand Reinhold, New York. Khumaidi, M., 1994. Gizi Masyarakat, P.T. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Labuza, T.P., 1991. Obesity, Weight Control and Dieting dalam Food and Your Well

Being, Chapman and Hall, New York. Lemeshow, S., Hosmer DW dan Klar J, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian

Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Edisi terjemahan. Lieswanti, M., 2007. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Remaja di

SMU Harapan I Medan Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. FKM USU, Medan. Mc Carty, B., dan Mellin, L., 1996. Obesity dalam Adolescent Nutrition Assesment

and Management, Chapman and Hall, New York. Medawati, A., Hadi, H., dan Pramantara, I.D.P., 2005. Hubungan antara Asupan

Energi, Asupan Lemak, dan Obesitas pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, (1)3 : 119-129.

Moehdji, S., 1992. Ilmu Gizi. P.T. Bharata, Jakarta.

Mu’tadin, Z., 2002. Obesitas dan Faktor Penyebab. http://www.e-psikologi.com/ diakses tanggal 18 April 2008.

Nassar, S.S., 1995. Obesitas Pada Anak : Aspek Klinis dan Pencegahan. Naskah

Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak, XXXV, Jakarta.

Nimala, I.R., dan Irma, R., 2006. Warning Obesitas di Sulawesi Tenggara.

http://www.danonenutrindo.org/ diakses tanggal 5 April 2008. Nizar, M. 2002 Studi Beberapa Karakteristik yang Berhubungan denganStatus Gizi

Anak Kelas IV dan V dari Kelompok Sosial Ekonomi Menengah Keatas di SD Hj. Isriati Kodya Semarang. FKM UI.

Page 99: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Padmiari, I.A.E., 2002. Prevalensi Obesitas dan Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor

Terjadinya Obesitas Pada Anak SD di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Persagi, 2004. Direktori Gizi Indonesia Dalam Rangka Mensukseskan Program

Perbaikan Gizi Indonesia, Jakarta. Petrie, A., 1996. Statistika Kedokteran, Edisi Kedua. Alih bahasa Ali Ghufron Mukti.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pi-Sunyer, F.X., 1994. Obesity dalam Modern Nutrition in Health and Disease,

Eighth Edition, Lea and Febiger, Philadelphia. Purwati, S., dkk, 2005. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Penebar

Swadaya, Jakarta. Putri, Riana, A.,2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persen Lemak Tubuh

pada Siswi SMA Al Azhar I dan SMK Negeri 8 Jakarta Selatan. Rosenbaum M, Leibel RL. The Physiology of Body Weight Regulation: Relevance to

the Etiology of Obesity in Children. Pediatric 1998; (101): 525-39. Salam, M.A., 1989. Epidemiologi dan Patologi Obesitas dalam Obesitas,

Permasalahan dan Penanggulangannya, Laboratorium Farmakologi Klinis Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Satoto, Karjati, S., Budhi-Darmojo, Tjokroprawiro, A., dan Kodhy, B.A., 1998.

Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif : Epidemiologi dan Strategi Penanggulangannya dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Jakarta.

Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Cetakan V, Dian

Rakyat, Jakarta. Siagian, A., 2004. Hubungan Sarapan dan Obesitas. http://www.kompas.com/ diakses

tanggal 9 April 2009.

Page 100: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Simatupang, M.R., 2008. Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2007. Tesis. SPs USU Medan.

Singarimbun, M., dan Sofian Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi.

LP3ES, Jakarta. Spear, B.,1996. Adolescent Growth and Development dalam Adolescent Nutrition

Assessment and Management, Chapman and Hall, New York. Subardja, D., 2005. Obesitas Pada Anak, Penyakit Masa Depan yang Terabaikan

yang disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Nasional Dietetic II, Bandung. Sudarmanto, A., 2008. Sehat Demi Negara yang Kuat.

http://www.wawasandigital.com/ diakses tanggal 5 April 2008. Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Supariasa, I.D.N., Bari, B., dan Fajar, I., 2002. Penelitian Status Gizi, Penerbit Buku

Kedokteras EGC, Jakarta. Tambunan, R., 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. http://www.e-psikologi.com/

diakses tanggal 19 April 2008. Tarigan, N., Hadi, H., dan Julia, M., 2007. Persepsi Citra Tubuh dan Kendala untuk

Menurunkan Bearat Badan pada Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Jurnal Gizi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan.

UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index. Going Beyond.

http://hdr.undp.org/en/reports/ diakses 28 Februari 2008. Virgianto, G., dan Purwaningsih, E., 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor

Risiko Terjadinya Obestias Pada Remaja. http://www.m3undip.org/ diakses tanggal 19 April 2008.

Welis, W. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Lebih pada Siswa SLTP

Kesatuan dan SLTP Bina Insani di Kota Bogor, Jawa Barat. Tesis. IKM FKM UI. Depok.

Whitney, E.N., Cataldo, C.B., dan Rolfes, S.R., 1990. Weight Control : Over Weight

and Under Weight, Fifth Edition, West/Wadsworth, USA.

Page 101: pengaruh karakteristik remaja, genetik, pendapatan keluarga

Nelly Katharina Manurung : Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas Di Smu Rk Tri Sakti Medan 2008, 2009. USU Repository © 2009

Wulandari, T., Zulkaida, A. Self Regulated Behavior pada masa remaja putri yang

mengalami obesitas. Proceeding PESAT vol. 2 (2007).