Upload
dinhtram
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, RISIKO PERUSAHAAN
DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Agias Maulidya Susanti
NIM: 1113082000045
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, RISIKO PERUSAHAAN
DAN KONEKSI POLITIK TERHADAP PRAKTIK PENGHINDARAN
PAJAK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Agias Maulidya Susanti
NIM : 1113082000045
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Selasa, 7 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Agias Maulidya Susanti
2. NIM : 1113082000045
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Karakterisik Perusahaan, Risiko Perusahaan dan
Koneksi Politik Terhadap Praktik Penghindaran Pajak
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Maret 2017
1. Reskino,S.E.,Ak.,M.Si.,CA
NIP. 19740928 200801 2 004
(_________________________)
Penguji 1
2. Ismawati Haribowo,S.E.,M.Si
NIP. 19800909 201411 2 003
(_________________________)
Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Kamis, 26 Juli 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Agias Maulidya Susanti
2. NIM : 1113082000045
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Karakterisik Perusahaan, Risiko Perusahaan dan
Koneksi Politik Terhadap Praktik Penghindaran Pajak
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Agustus 2018
1. Yessi Fitri, S.E.,M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19760924 200604 2 002
(_________________________)
Ketua
2. Fitri Damayanti, S.E.,M.Si
NIP. 19810731 200604 2 003
(__________________________)
Pembimbing
3. Reskino, S.E.,M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19740928 200801 2 004
(__________________________)
Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Agias Maulidya Susanti
NIM : 1113082000045
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Risiko Perusahaan dan
Koneksi Politik Terhadap Penghindaran Pajak
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 Juni 2018
Agias Maulidya Susanti
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Agias Maulidya Susanti
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 15 Agustus 1995
3. Alamat : Jalan Ir. H. Juanda, Gg. Karyawan, RT/RW
002/001 No. 53, Kecamatan Ciputat,
Tangerang Selatan
4. Telepon : 085884430195/083874900357
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Islam Al Jihad, Ciputat Tahun 2000-2001
2. SD Negeri Ciputat 9 Tahun 2001-2007
3. SMP Negeri 2 Ciputat Tahun 2007-2010
4. SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2013
5. S1 Akuntansi UIN Jakarta Tahun 2013-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Mading (FURESSION) SMAN 1 Kota Tangerang Selatan
Periode 2010/2012.
2. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi Periode 2014/2015.
3. Anggota Divisi Penelitian dan Ilmu Pengembangan HMJ Akuntansi
Periode 2015/2016.
4. Ketua Pelaksana OPAK (Orientasi Pengenalan Akademis dan
Kemahasiswaan) Tahun 2015.
5. Sekretaris Umum HMJ Akuntansi Periode 2016/2017.
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “ One Think, One Step, One
Purpose is Accounting”. 23 September 2013 .
vii
2. Peserta dalam kegiatan Visit Company BPK RI, HMJ Akuntansi FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Mei 2014.
3. Peserta pada kegiatan “Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi Di
Bidang Akuntansi dan Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan
Publik (CPA), Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan dan FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 29 September 2015.
4. Internal Audit Discussion bersama Otoritas Jasa Keuangan. 18 April
2017.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Budiman
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Agustus 1958
3. Ibu : Khamisah
4. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Desember 1965
5. Alamat : Jalan Ir. H. Juanda, Gg. Karyawan, RT/RW
002/001 No.53, Kecamatan Ciputat,
Tangerang Selatan.
6. Anak Ke Dari : 4 dari 4 bersaudara
viii
ABSTRACT
This research aimed to analyze the effect of characteristics of company,
corporate risks, and political connections on tax avoidance. Characteristics of
company was measured by firm size, profitability, leverage, sales growth, and
capital intensity. The population in this research were property, real estate, and
construction companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2012-2016. By
using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in the
research were 110 fiancial statements from 22 companies. The data were
analyzed by using multiple liner regression method.
The result of this research showed that firm size, profitability, leverage,
corporate risk, and plotical connection have significant effect on tax avoidance.
Meanwhile, sales growth and capital intensity have no significant effecton tax
avoidance. Also, the characteristics of company, corporate risk, and political
connection have simultaneous and significant effect on tax avoidance,
Keywords: characteristics of company, corporate risk, political connections, and
tax avoidance.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan, risiko perusahaan,
dan koneksi politik terhadap penghindaran pajak. Karakteristik perusahaan
dicerminkan dengan ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, sales growth, dan
capital intensity. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti, real
estate, dan konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2012 sampai 2016. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling,
total sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebesar 110 laporan
keuangan dari 22 perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, risiko perusahaan dan koneksi politik berpengaruh signifikan.
Sedangkan, pertumbuhan penjualan dan intensitas modal tidak berpengaruh.
Kemudian karakteristik perusahaan, risiko perusahaan dan koneksi politik secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Kata Kunci: karakteristik perusahaan, risiko perusahaan, koneksi politik dan
penghindaran pajak.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Risiko
Perusahaan dan Koneksi Politik terhadap Penghindaran Pajak”, skripsi ini
disusun sebagai pemenuhan syarat kelulusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW selaku panutan dalam serangkaian
perjalanan hidup kita, beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan rintangan,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu baik secara moril
maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini, penulis berikan kepada:
1. Keluarga tercinta Abi dan Umi, serta kakak-kakakku, Nur Wachidah, Ade
Fauzan, Alifikri Alghazali, Adi Setio dan Ka Ayu yang telah memberikan doa
dan dukungannya kepada penulis sehingga penulis dapat meraih gelar
sarjananya. Serta krucil-krucilnya ante, Annisa, Nadira, Sabrina, Tiffany, dan
Habibi. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberi kebahagiaan
kepada kita semua. Amin.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fitri Damayanti,SE.,M.Si selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan saran-
saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba,MBA.,Ak selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan motivasi selama perkuliahan penulis.
7. Ibu Reskino,SE.,M.Si.,Ak.,CA dan Ibu Ismawati Haribowo,SE.,M.Si selaku
dosen penguji komprehensif yang telah banyak membantu penulis untuk
meraih gelar sarjananya.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Dosen Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Alen, Dhila, Lia, Dyah, Meli, Dea, Astriana, Sapta,
Dinda, Rafny, Adam, Shalahuddin, Dimas, Rahman, Neza, Vivi, Riska, Pipih,
Nihla dan teman-teman lainnya yang telah banyak membantu penulis selama
proses penyusunan skripsi.
10. Terimakasih teman-teman Akuntansi A 2013 dan teman-teman Akuntansi 2013
Kalian luar biasa! See u on top ☺
11. Teman-teman KKN POSSIBLE 2016. Dito, Aul, Fathiya, Amel, Hani, Syifa,
Jibril, Panjul, Ryan, dan Bang Rivay. Terima kasih untuk segala pengalaman
selama KKN.
12. Teman-teman HMJ Akuntansi periode 2015-2016 dan periode 2016-2017.
Terimakasih untuk pengalaman dan ilmu dalam berorganisasinya. Bangga bisa
menjadi bagian dari kalian.
13. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
untuk bantuan dalam penyelesain skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka, serta amal, ilmu dan
iman yang kita miliki dapat diterima di sisi-Nya. Akhirnya, dengan segala
kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kelak dapat bermanfaat
kepada semua pihak yang berkepentingan. Semoga Allah SWT senantiasa
mengiringi setiap langkah kita. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 7 Juni 2018
Agias Maulidya Susanti
xii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 14
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 17
A. Tinjauan Literatur ....................................................................... 17
1. Teori Agensi (Agency theory) ............................................. 17
2. Pajak .................................................................................... 19
xiii
3. Perencanaan Pajak ............................................................... 20
4. Penghindaran Pajak ............................................................ 22
5. Ukuran Perusahaan .............................................................. 25
6. Profitabilitas ........................................................................ 26
7. Leverage .............................................................................. 27
8. Sales Growth ....................................................................... 29
9. Capital Intensity .................................................................. 30
10. Risiko Perusahaan ............................................................... 31
11. Koneksi Politik .................................................................... 33
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 35
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 40
D. Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 48
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 49
D. Metode Analisis Data ................................................................. 49
1. Statistik Deskriptif ............................................................... 49
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 49
3. Analisi Regresi Berganda .................................................... 54
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................... 56
1. Variabel Dependen
Penghindaran Pajak (Y) ....................................................... 56
xiv
2. Variabel Independen ............................................................ 57
a. Ukuran Perusahaan......................................................... 57
b. Profitabilitas ................................................................... 57
c. Leverage ......................................................................... 58
d. Sales Growth .................................................................. 58
e. Capital Intensity ............................................................. 58
f. Risiko Perusahaan .......................................................... 59
g. Koneksi Politik ............................................................... 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 62
A. Deskriptif Populasi Penelitian ................................................... 62
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .............................................. 64
1. Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 64
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 67
a. Uji Normalitas .............................................................. 67
b. Uji Multikolinearitas .................................................... 69
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 71
d. Uji Autokolerasi ........................................................... 72
3. Hasil Uji Hipotesis penelitian .............................................. 73
a. Uji Koefisien determinasi ............................................. 73
b. Uji Statistik F ............................................................... 74
c. Uji Statistik t ................................................................. 75
C. Pembahasan ................................................................................ 76
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 85
xv
A. Kesimpulan ................................................................................. 85
B. Implikasi ..................................................................................... 86
C. Keterbatasan ............................................................................... 87
D. Saran ........................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN- LAMPIRAN ............................................................................. 92
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak ................................................ 2
1.2 Kasus-Kasus Penghindaran Pajak ........................................................ 7
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 35
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................... 60
4.1 Sampel Terpilih ................................................................................... 62
4.2 Daftar Nama Perusahaan yang Outlier ................................................. 63
4.3 Daftar Nama Perusahaan yang dapat diolah ......................................... 63
4.4 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ..................................................... 64
4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ..................................................... 69
4.6 Hasil Uji Multikolonearitas ................................................................... 70
4.7 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 72
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) .................................... 73
4.9 Hasil Uji Statistik F .............................................................................. 74
4.10 Hasil Uji Statistik t ............................................................................... 75
4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ................................................... 84
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 40
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram .............................................. 67
4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Probability Plots ................................... 68
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 71
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Keterangan Halaman
1. Daftar Sampel Perusahaan ................................................... 93
2. Data Mentah Penelitian ........................................................ 96
3. Data Output SPSS ............ ................................................... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pembangunan adalah proses pembaharuan untuk
mencapai suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Pembangunan diartikan
sebagai upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia, baik berupa sumber daya alam maupun sumber
daya manusia, yang hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian
investasi yang di dapat dengan dukungan dana yang besar. Dana
pembangunan dapat diperoleh dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta,
baik dari dalam negeri maupun dari manca negara. Salah satu sumber dana
tersebut berasal dari pajak (Pohan C. A., 2015).
Kontribusi pajak dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat besarnya
realisasi penerimaan negara dari sektor pajak pada tahun 2012 sebesar
96,4%, 2013 sebesar 93,8%, 2014 sebesar 91,7%, 2015 sebesar 83% dan
2016 sebesar 71,1%. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa realisasi penerimaan
pajak dari tahun 2012 hingga 2016 menggambarkan kenaikan atau
pertumbuhan, namun realisasi dan target penerimaan tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
2
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2012-2016
(Dalam Triliunan Rupiah)
Penerimaan
Perpajakan
2012 2013 2014 2015 2016
Target 1016 1148,4 1246,1 1489,3 1539,2
Realisasi 981 1077 1146,9 1240,4 1094,2
Presentase
(%)
96,4 93,8 91,7 83 71,1
Sumber:www.bps.go.id
Dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara
yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan
nasional. Maka dari itu, pajak harus lebih diberdayakan seiring dengan
meningkatnya kegiatan sektor rill. Berbagai upaya dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara terutama dari pajak
guna mencapai sasaran pembangunan ekonomi.
Upaya tersebut seperti memberikan fasilitas perpajakan antara lain
melalui penurunan tarif pajak badan yang ditetapkan oleh pemerintah yang
sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat
(1) huruf b yang berisi tarif pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
Kemudian pemerintah melakukan perubahan tarif pajak badan yang diatur
dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2) huruf a yang
berisi tarif pajak penghasilan wajib pajak badan adalah sebesar 25% (dua
puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 (Wiguma &
Jati, 2017). Selain upaya tersebut, sistem perpajakan juga berubah dari office
3
assessment menjadi self assessment. Dengan sistem tersebut, wajib pajak
memiliki hak dan kewajiban, baik dalam menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya.
Apabila di lihat dari jumlah wajib pajak yang semakin bertambah dari
waktu ke waktu, hal tersebut sebagai cerminan untuk meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan dan mengelola
hak dan kewajiban perpajakan secara baik dan benar dengan ikut
berkontribusi dengan membayar pajak untuk negara. Peningkatan
pendapatan negara dapat terlaksana dengan baik apabila wajib pajak
mematuhi peraturan perpajakan sesuai undang-undang.
Namun dalam hal ini, terlihat adanya perbedaan sudut pandang antara
pemerintah dan wajib pajak. Apabila dilihat dari sudut pandang pemerintah,
jika pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak lebih kecil dari yang
seharusnya dibayarkan, maka pendapatan negara dari sektor pajak akan
berkurang. Sebaliknya, jika dilihat dari sisi wajib pajak, jika pajak yang
dibayarkan besar maka akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan
tersebut (Pohan C. A., 2015).
Di era globalisasi ekonomi sekarang ini dan besarnya tantangan di masa
yang akan datang, dimana kompetitor bermunculan dari berbagai negara
dengan berbagai produk yang menarik dan kompetitif, untuk bisa survive
perusahaan dituntut untuk menyesuaikan produknya dengan membangun
posisi kepemimpinan biaya sebagai basis strategi bisnisnya.
4
Bila perusahaan membangun posisi kepemimpinan biaya, perusahaan
dapat menggunakan keunggulannya untuk mengalahkan kompetitornya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pengusaha yaitu dengan
meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak melanggar aturan.
Semakin besar penghasilan, semakin besar pajak yang terutang. Oleh karena
itu, perusahaan atau wajib pajak membutuhkan perencanaan pajak atau tax
planning yang tepat agar perusahaan membayar pajak dengan efisien. Salah
satu cara perencanaan pajak (tax planning) yaitu dengan melakukan
penghindaran pajak (tax avoidance).
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah sebuah strategi dan teknik
penghindaran pajak yang dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan (grey
area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu
sendiri. Penghindaran pajak ini dilakukan karena banyak wajib pajak badan
maupun pribadi merasa terbebani untuk membayar pajak. Maka dari itu,
wajib pajak berusaha untuk meringankan kewajiban pembayaran pajak
dengan cara meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar (Dewi & Sari,
2015).
Terdapat fenomena mengenai kasus penghindaran pajak pada sektor
properti dan real estate di Indonesia. Potensi penerimaan pajak dari sektor
properti dan real estate berasal dari pajak penghasilan (PPh) Final Pasal 4
ayat 2 yaitu penghasilan yang diterima penjual (developer) karena
melakukan transaksi jual beli tanah/bangunan sebesar 5% dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi barang kena pajak berupa
5
tanah/bangunan yang bukan kategori rumah sangat sederhana sebesar 10%.
Sedangkan, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dalam transaksi
properti adalah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
sebesar 5%. Ditjen Pajak menemukan adanya potensial loss penerimaan
pajak akibat tidak dilaporkan transaksi sebenarnya. Hal ini terjadi karena
pajak yang dibayarkan menggunakan transaksi berbasis Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) bukan berbasis transaksi sebenarnya atau rill
(www.finance.detik.com/2018/1/6).
Pada tahun 2011-2012 diadakan uji silang data Real Estate (REI) oleh
Direktorat Jendral Pajak, terdapat potensi pajak penghasilan (PPh) sebesar
Rp 30 Triliun, angka belum termasuk PPN, namun kenyataannya setoran
pajak dari sektor properti tahun tersebut hanya sekitar Rp 9 Triliun
(www.finance.detik.com/2018/1/6). Pertumbuhan subsektor properti, real
estate¸dan konstruski juga mengalami peningkatan sebesar 29% tahun 2010,
tahun 2011 meningkat menjadi 32% dan tahun 2012 sebesar 51%, namun
pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya effective tax rate
(Hanafi & Harto, 2014).
Menurut Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak (Kakanwil
Ditjen Pajak Sumut) I Medan, Harta Indra Tarigan mengungkapkan bahwa
Ditjen Pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang
properti untuk menghindari pajak. Pertama, penggunaan harga dibawah
harga jual sebenarnya dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Kedua, tidak mendaftarkan diri menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
6
namun menagih Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ketiga, tidak melaporkan
seluruh penjualan. Keempat, tidak memotong dan memungut Pajak
Penghasilan (PPh). Kelima, mengkreditkan pajak masukan secara tidak sah.
Keenam, penghindaran PPn-Barang Mewah dan PPh Pasal 22 atas hunian
mewah. Ketujuh, menjual tanah dan bangunan, namun yang dilaporkan
hanya penjualan tanah (Siregar, 2013) dalam (Saputro D. A., 2017).
Kasus lainnya yang berkaitan dengan penghindaran pajak seperti pada
perusahaan IKEA, perusahaan yang bergerak di bidang industri peralatan
rumah tangga ini dikabarkan melakukan upaya penghindaran pajak dengan
nilai lebih dari $ 1 miliyar. Upaya penghindaran pajak dalam skala besar ini
terjadi dalam kurun waktu 2009 hingga 2014.
Lalu pada tahun 2016, IKEA kembali terlibat dalam usaha
penghindaran pajak, pada kasus ini IKEA melakukan pergeseran laba, atau
memindahkan miliaran euro labanya dari negara-negara berpajak tinggi
seperti Inggris, Perancis, dan Jerman ke anak perusahaan atau penerima-
penerima lain di negara-negara dengan pajak rendah atau bahkan tidak ada
seperti Linchtenstein atau Luxembourg. IKEA membebankan biaya royalti
dari suatu perusahaan ke perusahaan lain dalam lingkup kepemilikan yang
sama dengan tujuan meminimalisi pajak secara keseluruhan. IKEA diduga
melakukan penghindaran pajak senilai $39 juta di Jerman, $29 Juta di
Perancis, dan $13 Juta di Inggris (www.forumpajak.org/2018/1/6).
Kasus penghindaran pajak semakin menguat apabila perusahaan
memiliki akses yang kuat dengan orang yang berada di dalam pemerintahan
7
atau yang bekerja dilingkungan perpajakan seperti Direktorat Jendal Pajak.
Seperti halnya dengan Gayus tambunan yang merupakan pegawai pajak
yang terbukti menerima suap sebesar Rp 925 juta dari Roberto Santonius
terkait kepengurusan gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart
dan menerima 3,5 juta dollar Amerika dari Alif Kuncoro terkait
kepengurusan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Arutmin, PT
Kaltim Prima Coal dan PT Bumi Resource. Gayus Tambunan dinilai telah
terbukti menerima suap dan melakukan tindak pencucian uang dari tiga
perusahaan Bakrie Grup senilai 7 juta dollar AS, lalu membagikannya ke
pejabat-pejabat Ditjen pajak yang lainnya. Selain Gayus Tambunan, Hadi
Poernomo selaku pegawai Dirjen Pajak diduga memanipulasi telaah
direktorat PPH mengenai keberatan SKPN PPH BCA (Siregar, 2014) dalam
(Utami, 2016).
Berikut beberapa perusahaan yang memiliki skandal penghindaran
pajak (Chew, 2016) dalam (Zahra, 2017).
Tabel 1.2
Kasus-Kasus Penghindaran Pajak
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1. Google Pada tahun 2014, Google
memindahkan pendapatan senilai $12
miliar ke sebuah perusahaan
penampung di Bermuda, afiliasi
terdaftar Irish yang dikenal dengan
Google Ireland Holdings. Google
menggunakan strategi yang dikenal
dengan istilah “Double Irish With a
Dutch Sandwich”, yang membantu
perusahaan induknya, Alphabet,
menikmati tarif pajak efektif hanya
6% dari keuntungan di luar AS.
8
2. Apple Dituduh sebagai salah satu yang
pertama menggunakan metode yang
rumit untuk menghindari membayar
pajak yang lebih.
3. Starbucks Starbucks telah diduga memotong
beban pajak hingga €30 juta sejak
2008, membayar Belanda €2,6 juta di
pajak perusahaan pada laba sebelum
pajak dari €407 juta, tarif pajak
kurang dari 1%.
4. Ikea Dituduh tidak membayar pajak lebih
dari €1 miliar selama enam tahun
terakhir. Menurut Greens/European
Free Alliance, pada tahun 2014, Ikea
tidak membayar €35 juta pajak di
Jerman, €24 juta di Perancis, dan
€11,6 juta di Inggris.
5. Amazon Ditemukan bahwa Amazon membayar
$5,86 juta dari total penjualan $6
triliun. Di Inggris, Amazon
dilaporkan bisa lolos dengan
pembayaran pajak yang rendah.
6. Microsoft Pada tahun 2011, dilaporkan
membayarkan pajak 19 juta pound,
yang mana hanya 2,8% dari
pendapatan. Menghindari membayar
pajak di Inggris dengan penjualan
sebesar $2,4 triliun pada tahun 2012.
Sumber: diolah dari berbagai referensi
Dari kasus-kasus tersebut, terlihat bahwa adanya faktor-faktor yang
menjadi alasan timbulnya keinginan perusahaan untuk melakukan tax
planning atau bahkan melakukan penghindaran pajak yang keluar dari
ketentuan perpajakan, hal tersebut dilakukan guna untuk meminimalkan
jumlah pajak yang harus dibayar. Karakteristik perusahaan merupakan
faktor utama dalam melakukan tindakan penghindaran pajak. Namun dalam
melakukan hal tersebut tentu saja juga melalui kebijakan atau keputusan
yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Di dalam perusahaan
9
pasti memiliki seorang pemimpin yang menduduki posisi teratas baik
sebagai top eksekutif maupun top manajer, dimana setiap pemimpin
memiliki karakter-karakter tertentu untuk memberikan arahan dalam
menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk taker dan
risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker dan
risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada
(Budiman & Setiyono, 2011).
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker biasanya adalah eksekutif
yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis, sedangkan eksekutif
yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak
menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis.
Untuk dapat melihat tinggi rendahnya risiko perusahaan dapat dilihat dari
volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi
standar. Semakin besar deviasi standar earning perusahaan mengindikasikan
semakin besar pula risiko perusahaan yang ada (Paligorova, 2010).
Menurut Leuz dan Gee (2006) dalam Butje & Tjondro (2014) dalam
menyusun strategi bersaing dalam bisnis, perusahaan sering kali mencari
celah dan memanfaatkan peluang dalam lingkungan bisnis, salah satunya
melalui koneksi politik. Koneksi politik merupakan suatu kondisi dimana
terjalin suatu hubungan antara pihak tertentu dengan pihak yang memiliki
kepentingan dalam politik yang digunakan untuk mencapai suatu hal
tertentu yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.
10
Menurut Faccio (2006) dalam Butje & Tjondro (2014), perusahaan
dikatakan memiliki koneksi politik apabila minimal salah satu pemegang
saham utama (orang yang memiliki paling tidak 10 persen dari total hak
suara) atau salah satu pimpinan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua atau
sekretaris) merupakan anggota parlemen, menteri atau memiliki relasi
dengan politikus atau partai politik.
Di Indonesia, koneksi politik sudah menjadi hal yang umum dilakukan
dengan menempatkan orang yang mempunyai kedekatan dengan pemerintah
ke dalam struktur organisasi perusahaan, baik komisaris maupun direksi.
Hal ini sering terjadi pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pengisian sejumlah komisaris BUMN yang memiliki koneksi politik dengan
pemerintah sudah dilakukan sejak rezim presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, dengan
mengangkat komisaris BUMN yang berasal dari partai politik ataupun
relawan untuk menduduki jabatan sebagai komisaris BUMN. Hal ini
menunjukkan bahwa koneksi politik merupakan hal yang umum terjadi
dalam struktur organisasi perusahaan BUMN di Indonesia (Wicaksono,
2017).
Penelitian Kim & Zhang (2014) menghubungkan koneksi politik
perusahaan terhadap tindakan pajak agresif dan menemukan hasil penelitian
bahwa perusahaan yang memiliki koneksi politik akan mendapat
perlindungan dari pemerintah, memiliki akses mudah untuk memperoleh
pinjaman modal, risiko pemeriksaan pajak rendah sehingga membuat
11
perusahaan makin agresif melakukan perencanaan pajak yang berakibat
pada keburaman transparasi keuangan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) yang
didapat bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Perusahaan dengan kepemilikan atas pemerintah yang berperan
sebagai principal yaitu BUMN atau BUMD dianggap sebagai perusahaan
yang mematuhi peraturan dalam hal perpajakan, karena nama yang
dipegang sebagai Badan Usaha Milik Negara mencerminkan sikap yang
patuh terhadap peraturan-peraturan yang sudah ditentukan dan tidak akan
menyalahgunakan kekuasaan tersebut untuk melakukan penghindaran pajak
yang akan mencoreng nama lembaga pemerintah. Sikap yang ditunjukkan
oleh principal untuk patuh terhadap peraturan juga diturunkan kepada agent
demi menjaga nama baik perusahaan maupun lembaga pemerintah di mata
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena penghindaran pajak masih menarik untuk diteliti secara
ilmiah dan hasil penelitan ini masih beragam. Penelitian ini merupakan
pengembangan dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu Butje & Tjondro
(2014); Budiman & Setiyono (2011) dan Puspita & Febrianti (2017).
Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian terdahulunya,
yaitu:
12
1. Populasi Penelitian
populasi penelitian Budiman & Setiyono (2011) dan Butje &
Tjondro (2014) adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan penelitian Puspita & Febrianti (2017)
menggunakan perusahaan manufaktur. Namun populasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah perusahaan properti, real estate, dan konstruksi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan menggunakan perusahaan
tersebut karena sektor properti, real estate, dan konstruksi merupakan
salah satu sektor yang memberikan sinyal berkembangnya perekonomian
suatu negara, sektor properti yang meliputi sektor konstruksi dan real
estate merupakan salah satu sektor yang penting karena mampu menarik
dan mendorong kegiatan di berbagai sektor ekonomi, mempengaruhi
perkembangan sektor keuangan, serta berdampak pada pertumbuhan
ekonomi dan lapangan pekerjaan.
Bisnis properti mengindikasikan ada potensi penerimaan pajak
yang sangat menjajinkan. Menyadari adanya potensi penerimaan pajak
tersebut, Direktorat Jendral Pajak (DJP) menetapkan sektor properti
sebagai salah satu sektor prioritas penggali potensi pajak di tahun 2013
hingga sekarang ini (majalahpajak.net/1/6/2018).
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dilakukan Budiman & Setiyono (2011)
adalah karakter eksekutif terhadap penghindaran pajak. Penelitian Butje
& Tjondro (2014) adalah karakter eksekutif dan koneksi politik terhadap
13
penghindaran pajak (tax avoidance) dan penelitian Puspita & Febrianti
(2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak
yang dilihat dari karekteristik perusahaan, yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, sales growth dan capital intensity. Penelitian ini
merupakan penggabungan dari penelitian tersebut yaitu ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, sales growth, dan capital intensity,
risiko perusahaan, dimana karakter eksekutif merupakan bagian dari
risiko perusahaan dan koneksi politik terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance).
3. Periode Penelitian
Periode penelitian yang dilakukan Budiman & Setiyono (2011)
menggunakan periode 2006-2010. Butje & Tjondro (2014) menggunakan
periode 2009-2013 dan Puspita & Febrianti (2017) menggunakan periode
2012-2014. Sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2012-2016.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Risiko
Perusahaan dan Koneksi Politik terhadap Penghindaran Pajak”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
14
4. Apakah sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
5. Apakah capital intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
6. Apakah risiko perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
7. Apakah koneksi politik berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disimpulkan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran
pajak.
2. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak.
3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak.
4. Untuk menganalisis pengaruh sales growth terhadap penghindaran pajak.
5. Untuk menganalisis pengaruh capital intensity terhadap penghindaran
pajak.
6. Untuk menganalisis pengaruh risiko perusahaan terhadap penghindaran
pajak.
7. Untuk menganalisis pengaruh koneksi politik terhadap penghindaran
pajak.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan, antara lain :
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
15
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana bagi segenap
civitas ekonomi, khususnya jurusan akuntansi agar memiliki
pemahaman tentang karakteristik perusahaan, risiko perusahaan dan
koneksi politik serta hubungannya dengan penghindaran pajak (Tax
Avoidance).
b. Ilmu Akuntansi Perpajakan
Penelitian ini diharapkan menambah literatur pembendaharaan ilmu
pengetahuan dan acuan penelitian pada bidang studi perpajakan
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.
c. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan
teori dan memperoleh pemahaman mengenai karakteristik
perusahaan, risiko perusahaan dan koneksi politik serta
pengaruhnnya terhadap penghindaran pajak.
2. Kontribusi Praktis
a. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan-
kebijakan perpajakan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-
kebijakan perpajakan selanjutnya sehingga dapat memaksimalkan
potensi penerimaan negara dari sektor pajak.
16
b. Perusahaan
Sebagai bahan tambahan pertimbangan pihak manajemen dalam
melakukan penghindaran pajak yang benar dan efisien tanpa
melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku. Sehingga dapat
lebih efisien dalam masalah pajak perusahaan di masa mendatang.
c. Investor
Sebagai tambahan informasi bagi para investor dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan
kontrak antara pemilik sumber daya ekonomi (principal) dan manajer
(agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya
tersebut. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan arahan kepada
agen untuk bertindak atas nama pemilik, sedangkan agen merupakan
pihak yang diberi amanat oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan.
Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah
diamanahkan oleh prinsipal kepadanya.
Agen sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola perusahaan
mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas perusahaan,
lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Di sisi lain,
prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal
inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi anatar
prinsipal dan agen. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut
dengan asimetri informasi (asymmetric information). Terjadinya
informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini dapat menimbulkan dua
permasalahan (Jensen & Meckling, 1976).
18
a. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diamnil oleh agen benar-
benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi
sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
Adanya pihak manajemen yang dapat melakukan kecurangan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi membuat para pemilik
perusahaan atau pemegang saham menjadi tidak percaya dengan setiap
tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan timbulnya
berbagai masalah maka akan menambah konflik antara pemegang saham
dengan manajemen yang membawa dampak buruk terhadap perusahaan.
Konflik ini dikenal dengan agency problem.
Agency problem dapat berupa adanya tindakan individualisme antara
kedua pihak, untuk saling menguntungkan dirinya sendri dan
menomorduakan kepentingan perusahaan. Dalam hal informasi yang
berkaitan dengan perusahaan, pihak manajemen lebih unggul daripada
pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan akan lebih fokus pada
peningkatan nilai saham perusahaan sedangkan manajemen aka lebih
fokus pada kepentingan mereka sendiri yang cenderung akan mengambil
kebijakan secara sepihak yang dapat merugikan perusahaan (Utami,
2016). Adanya perbedaan kepentingan dan ketidakseimbangan mengenai
19
informasi informasi, hal tersebut yang membuat manajemen lebih agresif
dalam melakukan perencanaan pajak. Praktik penghindaran pajak
merupakan bagian dari perencanaan pajak, dimana praktik penghindaran
pajak adalah sebuah strategi dan teknik yang dilakukan secara legal dan
aman karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Seringkali
metode yang digunakan adalah dengan memanfaatkan kelamahan (grey
area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu
sendiri (Pohan C. A., 2015).
Pada penelitian ini, teori agensi menjelaskan tentang perbedaan
kepentingan yang muncul antara pemilik utama perusahaan yang
berperan sebagai pembuat regulasi dalam hal perpajakan dengan pihak
manajemen perusahaan yang berperan sebagai wajib pajak. Dalam hal
ini, pemerintah sebagai pemilik utama perusahaan berharap adanya
peningkatan yang besar dari sektor pajak, disisi lain dari pihak
manajemen memiliki pandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan
laba yang signifikan dengan beban pajak yang rendah. Perbedaan sudut
pandang tersebut yang tentunya akan menghasilkan konflik diantara
pemerintah dengan manajemen perusahaan (Wicaksono, 2017).
2. Definisi Pajak
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 28 tahun 2007 menyebutkan bahwa :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
20
Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapati jasa timbal
balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2014).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian pajak adalah iuran wajib dari orang pribadi maupun badan
kepada negara yang bersifat memaksa dan tanpa adanya imbalan
langsung dengan tujuan untuk pembangunan negara.
3. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Pohan C.A., (2015) Tax Planning adalah proses
mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha
sedemikan rupa dengan memanfaatkan berbagai celah kemungkinan yang
dapat ditempuh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan
perpajakan (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam
jumlah minimum.
Achmad Tjahyono dan Muhammad F Husein (1997), mengemukakan
“Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau
kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi
yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-undang”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak
adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau badan untuk
21
meminimumkan jumlah pajak yang dibayarkan tanpa melanggar
peraturan perpajakan atau masih di dalam koridor ketentuan perpajakan.
Hal yang sama dengan tujuan dari perencanaan pajak itu sendiri yaitu
merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan dari
pembuat undang-undang itu sendiri. Maka dalam hal ini, perencanaan
pajak sama dengan tax avoidance karena secara ekonomis sama-sama
berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan ke
pemagang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)
maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful).
Dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan oleh
wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yaitu :
a. Tax Saving (Penghematan Pajak)
Tax saving atau penghematan pajak merupakan suatu tindakan
penghematan pajak yang dilakukan secara legal dan aman karena
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
b. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak).
Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah sebuah strategi dan
teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman
karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Metode dan
22
teknik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan kelemahan (grey
area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan
itu sendiri.
c. Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
Tax evasion atau penyelundupan pajak adalah kebalikan dari tax
avoidance, sebuah strategi dan teknik penghindaran pajak yang
dilakukan secara ilegal dan tidak aman bagi wajib pajak. Cara
penyelundupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan perpajakan,
karena metode dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor
undang-undang dan peraturan perpajakan (Suandy, 2006).
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan salah satu bagian dari
perencanaan pajak (tax planning) yang digunakan oleh manajemen
perusahaan untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.
Dalam penelitiannya Annisa & Kurniasih (2012) dan Maharani &
Suardana (2014) memaparkan tax avoidance adalah salah satu cara untuk
menghindari pajak secara legal atau dengan menuruti peraturan yang ada
dan tidak melanggar peraturan perpajakan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penghindaran
pajak (tax avoidance) merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak
dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya pada
transaksi yang bukan objek pajak.
23
Maharani & Suardana (2014) menjelaskan bahwa persoalan mengenai
penghindaran pajak merupakan masalah yang rumit, karena
diperbolehkan namun tidak diinginkan. Prakosa (2014) menjelaskan
tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan pajak (tax
planning) dengan tujuan untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar
oleh perusahaan. Namun sebenarnya tindakan penghematan pajak yang
dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Indonesia tidak dimaksudkan
untuk menggelapkan pajak, tapi lebih pada tujuan penghematan besarnya
beban pajak yang dibayar oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan
celah pada peraturan perpajakan yang ada di Indonesia (Annisa &
Kurniasih, 2012).
Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) yang dikutip Suandy (2006) menyebutkan
karakteristik dari tax avoidance mencakup tiga hal, yaitu:
a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah
terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan
faktor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang–
undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai
tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat
undang–undang.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya
para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan
24
penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia
mungkin (Council of Executive Secretaries of Tax Organizations,
1991).
Menurut Pohan C.A. (2015) dan Suandy (2006) terdapat beberapa hal
yang memengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimalkan kewajiban
pembayaran pajak mereka atau memotivasi mereka untuk menghindari
pajak, baik secara legal maupun ilegal, yang bisa disebut dengan
Propensity of Dishonesty yaitu:
a. Tinggi kerumitan suatu peraturan (complexity of rule). Maka semakin
rumitnya suatu peraturan mengenai perpajakan, membuat wajib pajak
cenderung menghindarinya karena biaya untuk mengetahuinya
menjadi tinggi.
b. Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay). Semakin besar
jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula
kemungkinan wajib pajak untuk melakukan kecurangan guna
menghindar, memperkecil atau menggelapkaan pajak.
c. Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe). Terkadang secara disengaja
atau tidak disengaja wajib pajak melakukan negosiasi dengan fiskus
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh
karenanya, apabila uang untuk negosiasi semakin tinggi, maka
semakin kecil pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
pelanggaran.
25
d. Risiko deteksi (Probability of detection). Menjelaskan mengenai
kemungkinan besarnya pelanggaran dari ketentuan perpajakan itu.
5. Ukuran Perusahaan
Menurut Hormati (2009) dalam Dewi & Jati (2014) mendefinisikan
ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat
mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil
berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Ukuran perusahaan
umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium firm, dan
small firm (Kurniasih dan Sari, 2013). Penentuan ukuran perusahaan
didasarkan kepada total aset perusahaan. Semakin besar total asset maka
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka
waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba
dibandingkan dengan perusahaan dengan total asset yang kecil
(Ngadiman & Puspitasari, 2014). Semakin besar total asset
mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Semakin besar ukuran perusahaannya maka transaksi yang diakukan
akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax
avoidance dari setiap transaksi (Rego, 2003) dalam (Dewi & Jati, 2014).
Menurut Nicodeme (2007) dalam Darmadi (2013) Semakin besar
ukuran perusahaan, akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal
mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan
26
besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang memiliki skala yang lebih kecil untuk melakukan
pengelolaan pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan
diperlukan agar dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh
perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban pajak perusahaan.
Sedangkan, perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam
mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam
perpajakan.
Menurut Darmawan dan Sukartha (2014) dalam Musyarofah (2016)
Banyaknya sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berskala besar
maka akan semakin besar biaya pajak yang dapat dikelola oleh
perusahaan.
6. Profitabilitas
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba sebesar-besarnya.
Rasio profitabilitas dapat melihat kinerja keuangan perusahaan. Menurut
Kasmir (2008) dalam Ridho (2016) “Rasio profitabilitas merupakan rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni
menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas
yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar
perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan membuka
27
lini atau cabang yang baru, kemudian cenderung memperbesar investasi
atau membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya.
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan
adalah dengan menggunakan Return On Asset (ROA), karena Return On
Asset (ROA) menunjukkan efektifitas perusahaan dalam mengelola
struktur aktiva, baik modal sendiri maupun modal pinjaman, investor
akan melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aset. Return
On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan manajemen untuk
memperoleh keuntungan (laba).
Menurut Chen (2010) dalam Ridho (2016) Semakin tinggi nilai dari
Return On Asset (ROA), berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih
perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan
diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban
perpajakan.
7. Leverage
Menurut Kasmir (2011) dalam Carolina, Natalia, & Debbianita,
(2014) leverage menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Hal ini berarti leverage akan menunjukkan perbandingan
sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegiatan usahanya, antara menggunakan uang dengan menggunakan
modal sendiri. Menurut Suyanto & Supramono (2012) dalam Musyarofah
(2016) perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
28
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap (fixed rate return) yang disebut dengan bunga.
Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil
karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut
membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Menurut Darmawan dan Sukartha (2014) dalam Musyarofah (2016)
leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai bisnis operasinya.
Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga
yang harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan
mengurangi laba sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak
yang harus dibayar perusahaan akan berkurang. Sehingga penggunaan
utang akan memberikan manfaat pajak bagi perusahaan (Carolina,
Natalia, & Debbianita, 2014).
Menurut Zuesty (2016) Leverage merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik
kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat
pengelolaan kewajiban (leverage) berkaitan dengan bagaimana
perusahaan didanai, apakah perusahaan didanai lebih banyak
menggunakan kewajiban atau modal yang berasal dari pemegang saham.
Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan maka akan semakin
besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung
mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka berada pada angka
29
tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor cukup jelas
mengetahui kondisi kewajiban perusahaan.
8. Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Menurut Budiman & Setiyono (2011), pertumbuhan penjualan (sales
growth) menunjukkan perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke
tahun. Oleh karenanya perkembangan itu bisa meningkat atau menurun.
Pertumbuhan yang meningkat memungkinkan perusahaan akan lebih
dapat meningkatkan kapasitas operasi perusahaan. Sebaliknya bila
pertumbuhannya menurun, perusahaan akan menemui kendala dalam
rangka meningkatkan kapasitas operasinya.
Pertumbuhan penjualan (sales growth) juga dapat mempengaruhi
aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance). Hal ini dibuktikan dari
penelitian Budiman & Setiyono (2011) yang menjelaskan bahwa sales
growth berpengaruh signifikan pada Cash Effetive Tax Rate (CETR)
yang merupakan indikator dari adanya aktivitas penghindaran pajak (tax
avoidance). Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Swingly & Sukartha (2015) yang menjelaskan bahwa sales growth tidak
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.
9. Capital Intensity (Intensitas Modal)
Intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan
yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Intensitas modal mencerminkan seberapa besar
30
modal yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
(Mulyani & Darminto, 2013).
Capital intensity adalah sejumlah uang yang diinvestasikan untuk
mendapatkan output satu dolar. Semakin besar modal digunakan untuk
menghasilkan unit yang sama, dapat dikatakan bahwa semakin intens
modal perusahaan (Shaheen & Malik, 2012) dalam (Zahra, 2017). Pada
umumnya, capital intensity dikaitkan dengan jumlah modal yang dimiliki
perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga capital intensity ratio diukur
dengan berapa proporsi aset tetap dari total aset yang dimiliki
perusahaan. Zarai (2013) dalam Zahra (2017) menyebutkan bahwa rasio
ini menggambarkan intensitas modal dari aktivitas yang dijalankan
perusahaan. Kraft (2014) dalam Zahra (2017) juga menyebutkan bahwa
perusahaan dengan modal yang intensif memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk perencanaan perpajakan atau strategi penghindaran pajak
daripada perusahaan lain, misalnya mereka dapat memutuskan apakah
akan membeli atau leasing dalam memperoleh aset.
Delgado et al. (2014) dalam Zahra (2017) menyebutkan bahwa
komposisi aset dapat memiliki efek yang jelas pada Effective Tax Rate,
khususnya aset tetap yang memungkinkan perusahaan untuk memotong
beban pajak yang berasal dari biaya penyusutan dari aset tetap setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset
tetap yang banyak, cenderung memiliki tarif efektif pajak yang rendah.
31
10. Risiko Perusahaan
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga
melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri
karena keputusan dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin
perusahan tersebut. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua
karakter yaitu, risk taker dan risk averse. Dalam penelitiannya Low
(2006) dalam Budiman & Setiyono (2011) menjelaskan bahwa dalam
menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan, eksekutif memiliki
dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang
memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam
mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk
memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih
tinggi. (Budiman & Setiyono, 2011). Dalam hal ini, eksekutif yang
memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk melakukan
pembiayaan dari hutang (Lewellen, 2003) dalam (Budiman & Setiyono,
2011).
Sedangkan, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah
eksekutif yang cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani
dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika
mendapatkan peluang maka dia akan memilih risiko yang lebih rendah
(Low, 2006) dalam (Budiman & Setiyono, 2011). Bila dibandingkan
dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitikberatkan pada
keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan risiko yang lebih besar.
32
Jika dilihat dari karakter eksekutif di suatu perusahaan dapat
dikatakan bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan cermin
dari policy yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Policy yang diambil
pimpinan perusahaan bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki
karakter risk taker atau risk averse. Semakin tinggi corporate risk maka
eksekutif semakin memiliki karakter risk taker, dan begitupun sebaliknya
(Coles, Daniel, & Lalitha, 2004).
Dalam penelitiannya Paligorova (2010) mengartikan bahwa risiko
perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan,
yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat
dimaknai bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan
penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu
bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin
lebih dari yang direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi
earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko
perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini
mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk
averse.
33
11. Koneksi Politik
Koneksi politik merupakan suatu kondisi di mana terjalin suatu
hubungan antara pihak tertentu dengan pihak yang memiliki kepentingan
dalam politik yang digunakan untuk mencapai suatu hal tertentu yang
dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan yang mempunyai
koneksi politik adalah perusahaan yang dengan cara-cara tertentu
mempunyai ikatan secara politik atau mengusahakan adanya kedekatan
dengan politisi atau pemerintah.
Faccio (2006) dalam Butje & Elisa (2014) menyatakan sebuah
perusahaan dikatakan memiliki koneksi politik jika paling kurang satu
pemegang saham utama (orang yang memiliki setidaknya 10 persen hak
suara berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau satu dari pemimpin
(CEO, presiden direktur, wakil presiden direktur, kepala bagian atau
sekretaris) merupakan anggota parlemen, menteri atau memiliki
hubungan dekat dengan tokoh atau partai politik. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa hubungan dekat yang dimaksud meliputi :
1. Perusahaan yang top eksekutifnya atau pemegang saham utamanya
memiliki hubungan pertemanan dengan kepala negara, menteri atau
anggota parlemen.
2. Koneksi dengan pejabat yang pernah menjabat sebagai kepala daerah
atau menteri pada periode sebelumnya.
3. Perusahaan yang top eksekutif atau pemegang saham terlibat secara
langsung dalam dunia politik.
34
Perusahaan yang melakukan koneksi politik, pada umumnya
seringkali melakukan tindakan agresivitas pajak. Hal tersebut dilakukan
perusahaan tersebut agar memiliki risiko deteksi yang lebih rendah
karena politisi juga memberikan perlindungan terhadap perusahan yang
terhubung dengannya agar risiko penghindaran pajaknya bisa lebih
rendah.
35
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1
Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Agung Prasetya
Nugroho
Wicaksono
(2017)
Koneksi Politik dan
Aggresivitas Pajak:
Fenomena di
Indonesia
• Variabel koneksi
politik, aggresivitas,
profitabilitas,
leverage, capital
intesity dan ukuran
perusahaan
• Pengukuran
aggresivitas
menggunakan Cash-
ETR.
• Sampel penelitian
menggunakan
perusahaan BUMN
dan BUMS yang telah
go public.
• Menggunakan
pengukuran
aggresivitas lain
seperti GAAP-ETR
dan Current-ETR.
Hasil dari pengujian koneksi
politik melalui aspek
kepemilikan pemerintah adalah
berpengaruh positif namun
tidak signifikan, sedangkan
koneksi politik melalui
hubungan komisaris
menunjukkan hasil yang
signifikan dengan berpengaruh
positif terhadap agresivitas
pajak. Hal ini menunjukkan
perushaan yang berkoneksi
politik lebih efektif dibanding
yang tidak berkoneksi politik.
Dan untuk variabel kontrol
yang berpengaruh signifikan
yaitu pertumbuhan laba, ukuran
perusahaan, roa, dan inventory
intensity ratio.
36
2. Deanna Puspita
dan Meiriska
Febrianti (2017)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia (BEI)
• Variabel
independen: Firm
Size, Return On
Asset, Leverage,
Capital Intensity,
dan Sales Growth
• Variabel dependen:
penghindaran pajak.
Pengukuran
menggunaka Cash-
ETR
• Sampel perusahaan:
perusahaan
manufaktur
Hasil penelitian menujukkan
bahwa ukuran perusahaan,
return on aset, dan sales growth
memiliki pengaruh terhadap
penghindaran pajak. Sedangkan
leverage dan capital intensity
tidak memiliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak.
3. Ronald
Tehupuring dan
Ellia Rossa
(2016)
Pengaruh Koneksi
Politik dan Kualitas
Audit Terhadap
Praktik Penghindaran
Pajak di Lembaga
Perbankan yang
Terdaftar di Pasar
Modal Indonesia
Periode 2012-2014
• Variabel
independen: Koneksi
Politik
• Variabel Dependen:
Penghindaran Pajak
• Variabel Kualitas
Audit
• Sampel: Perusahaan
Perbankan
• Periode penelitian
2012-2014
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa koneksi politik
berpengaruh negatif terhadap
praktik penghindaran pajak,
sedangkan kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap praktik
penghindaran pajak
4. Calvin Swingly
dan I Made
Sukartha (2015)
Pengaruh Karakter
Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage
Dan Sales Growth
Pada Tax Avoidance.
• Variabel
Independen:
Karakter Eksekutif ,
Ukuran Perusahaan,
Leverage dan Sales
Growth.
• Sampel : Perusahaan
Manufaktur tahun
2011-2013
• Variabel lain : komite
audit.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa karakter
eksekutif dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif
pada tax avoidance, sedangkan
leverage berpengaruh negatif
37
• Variabel Dependen:
Tax Avoidance
Pengukuran Tax
Avoidance
menggunakan Cash-
ETR.
pada tax avoidance. Variabel
komite audit dan sales growth
tidak berpengaruh pada tax
avoidance.
5. Stella Butje dan
Elisa Tjondro
(2014)
Pengaruh Karakteristik
Eksekutif dan Koneksi
Politik Terhadap Tax
Avoidance
• Variabel: Karakter
eksekutif dan
koneksi politik, tax
avoidance , ukuran
perusahaan, leverage
dan pertumbuhan
penjualan
• Pengukuran
penghindaran pajak
menggunakan Cash-
ETR
• Sampel : Perusahaan
non keuangan 2009-
2013
• Variabel yang
berbeda: sektor
industri
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakter eksekutif dan
koneksi politik berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan untuk
variabel kontrol ukuran
perusahaan, leverage,
pertumbuhan penjualan dan
sektor industri kecuali industri
7 berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance
6. Ni Nyoman
Kristiana Dewi
& I Ketut Jati
(2014)
Pengaruh Karakter
Eksekutif,
Karakteristik
Perusahaan, Dan
Dimensi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik
Pada Tax Avoidance
Di Bursa Efek
Indonesia
• Variabel Independen
: Karakter eksekutif
dan ukuran
perusahaan
• Variabel Dependen :
Tax Avoidance
• Variabel lain : tata
kelola perusahaan
yang baik.
• Sampel : Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2009-2012.
Hasil penelitian terdapat tiga
variabel yang berpengaruh
terhadap tax avoidance
perusahaan di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2012.
Variabel tersebut antara lain
risiko perusahaan, kualitas
audit, dan komite audit.
Sedangkan sisanya yaitu
38
ukuran perusahaan,
multinational company,
kepemilikan institusional, dan
proporsi dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap tindakan
tax avoidance yang dilakukan
perusahaan.
7. Chansong
(Francis) Kim
dan Liandong
Zhang
(2014)
Corporate Political
Connections and Tax
Aggressiveness
• Variabel
Independen: Koneksi
Politik
• Variabel Dependen:
Tax Aggressivenes
• Penelitian ini
menggunakan
pengukuran
penghindaran pajak
menggunakan DTAX
(Total BTD-
Temporary
BTD),SHELTER, TA
ETR
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perusaahaan yang
mempunyai koneksi politik
lebih memiliki agresivitas
pajak dibanding perusahaan
yang tidak mempunyai koneksi
politik.
8. Judi Budiman
dan Setiyono
(2012)
Pengaruh Karakter
Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
• Variabel : Karakter
Eksekutif, size,
leverage, dan sales
growth
• Variabel Dependen :
Penghindaran Pajak
• Sampel : Perusahaan
Manufaktur tahun
2006-2010.
Hasil penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh
Risk terhadap CASH ETR.
Artinya semakin eksekutif
bersifat risk taker maka akan
semakin tinggi tingkat
penghindaran pajak (tax
avoidance). Serta size, leverage
dan sales growth sebagai
variabel kontrol berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
39
9. Sri Mulyani,
Darminto, dan
M.G Wi
Endang N.P
(2012)
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, Koneksi
Politik dan Reformasi
Perpajakan Terhadap
Penghindaran Pajak.
• Variabel
Independen: Koneksi
Politik, Leverage,
dan Capital
Intensity.
• Variabel Dependen:
Penghindaran Pajak
• Variabel Reformasi
Perpajakan
• Sampel : perusahaan
manufaktur tahun
2002-2012.
Hasil penelitian menunjukkan
variabel leverage, capital
intensity, koneksi politik dan
reformasi perpajakan secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak. Secara
partial variabel leverage dan
koneksi politik berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak, sedangkan
capital intensity dan reformasi
perpajakan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak.
10. Scott D.
Dyreng,
Michelle
Hanlon, dan
Edward L.
Maydew (2010)
The Effects of
Executives on
Corporate Tax
Avoidance
• Variabel Independen:
Karakter Eksekutif
• Variabel Dependen:
Tax Avoidance
• Metode analisis :
Regresi Linear
Berganda
• Sampel : 1.138
perusahaan tahun
1992-2006
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari setiap individu
eksekutif akan menentukan
seberapa besar tingkat
agresifitas yang dilakukan
perusahaan dalam melakukan
penghindaran pajak.
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya.
40
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Risiko Perusahaan dan Koneksi
Politik Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Teori Dasar : Teori Keagenan (Agency Theory).
Metode Analisis Data : Model Regresi Linear Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Populasi : Perusahaan properti, real estate, dan konstruksi
yang Listing di BEI
Variabel Dependen Variabel Independen
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
7. Koneksi Politik
6. Risiko
Perusahaan
Karakteristik
Perusahaan:
1. Ukuran
Perusahaan
2. Profitabilitas
3. Leverage
4. Sales Growth
5. Capital Intensity
41
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan Penghindaran Pajak.
Hormati (2009) dalam Ridho (2016) mendefinisikan ukuran
perusahaan sebagai sekala atau nilai yang dapat diklasifikasikan suatu
perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset,
log size, dan sebagainya. Semakin besar total aset makan akan
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka
waktu yang relatif panjang. Hal ini juga menggambarkan bahwa
perusahaan besar lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba
dibanding dengan perusahaan dengan total aset yang kecil.
Siegfried (1972) dalam Kurniasih & Sari (2013) menyatakan bahwa
semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah Cash Effective Tax
Rate (CETR) yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar
lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk
membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak.
2. Pengaruh Profitabilitas dengan Penghindaran Pajak.
Profitabilitas diukur menggunakan laba bersih setelah pajak dengan
total aset. Menurut Richardson & Lanis (2007) dalam Maesarah, et al
(2015) perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan
dikenai pajak yang tinggi pula, sehingga semakin besar pajak
42
penghasilan yang diterima perusahaan akan menyebabkan semakin besar
pajak penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan, sehingga
membuat perusahaan semakin matang dalam melakukan perencanaan
pajak untuk menghasilkan pajak yang optimal (Puspita & Febrianti,
2017).
Hasil penelitian Kurniasih & Sari (2013) dan Puspita & Febrianti
(2017) melihat adanya pengaruh antara profitabilitas dengan
penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi
memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang
mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3. Pengaruh Leverage dengan Penghindaran Pajak.
Leverage diukur menggunakan total hutang dengan total aset
sebagai sumber pendanaan. Perusahaan yang menggunakan hutang pada
komposisi pembiayaan maka akan menimbulkan adanya beban bunga
yang harus dibayar. Beban bunga merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak
sehingga menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurang
dan akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar oleh
perusahaan (Puspita & Febrianti, 2017).
Penelitian Ozkan (2001) dalam Prakoso (2014) memberikan bukti
bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih
43
untuk berhutang agar mengurangi pajak. Secara logika, semakin tinggi
nilai dari rasio Leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari
utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula
biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin
tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan.
Semakin tinggi nilai utang perusahaan makan nilai Cash Effective
Tax Rate (CETR) perusahaan akan semakin rendah (Prakoso, 2014).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Pengaruh Sales Growth dengan Penghindaran Pajak.
Swastha dan Handoko (2001) dalam Nurfathiya (2015) mengatakan
bahwa pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari
penerimaan pasar atas produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.
Penjualan yang telah dilakukan perusahaan akan menghasilkan
pendapatan. Harga yang telah dibebankan kepada pembeli untuk barang
dagangan yang telah diserahkan merupakan pendapatan perusahaan.
Pertumbuhan penjualan (sales growth) dapat mempengaruhi aktivitas tax
avoidance karena semakin tinggi tingkat penjualan, maka akan semakin
tinggi pula pendapatan dari operasional perusahaan yang dihasilkan.
Maka akan muncul kegiatan penghindaran pajak demi menstabilkan
pendapatan perusahaan (Noviani, Diana, & Mawardi, 2016).
44
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Sales Growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
5. Pengaruh Capital Intensity dengan Penghindaran Pajak.
Intensitas modal didefinisikan sebagai rasio antara aktiva tetap
seperti peralatan, mesin dan berbagai properti terhadap total aktiva.
Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang diperoleh dari
penurunan aktiva tetap atau peningkatan aktiva tetap. Perusahaan yang
memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat
menjadikan biaya penyusutan sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan atau bersifat deductible expense. Biaya penyusutan yang
bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan
menjadi berkurang yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak
yang harus dibayar perusahaan (Mulyani & Darminto, 2013).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Capital Intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
6. Pengaruh Risiko Perusahaan dengan Penghindaran Pajak.
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga
melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri
karena keputusan dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin
perusahan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng, Hanlon, &
Maydew (2009) dilakukan untuk menguji apakah individu Top Executive
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Hasil
45
penelitian tersebut adalah bahwa individu memiliki peran yang signifikan
terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan.
Dalam penelitiannya, Paligorova (2010) menjelaskan bahwa ada
keterkaitan antara karakteristik eksekutif dengan risiko perusahaan.
Paligorova (2010) mengartikan risiko perusahaan sebagai penyimpangan
atau deviasi standar dari earning, baik penyimpangan itu bersifat kurang
dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang
direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi earning
perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang
ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter
eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk averse.
Budiman & Setiyono (2011) dan Dewi & Jati (2014) menemukan
adanya pengaruh antara karakteristik eksekutif dengan tax avoidance.
Hal ini menandakan bahwa apabila eksekutif bersifat risk taker maka
akan semakin besar pula tindakan tax avoidance yang dilakukan. Tingkat
risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih
bersifat risk taker. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan
bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung
untuk menghindari risiko.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H6 : Risiko perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
46
7. Pengaruh Koneksi Politik dengan Penghindaran Pajak.
Koneksi Politik mampu memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap tax aggressiveness. Dampak positif dari koneksi politik
adalah mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah dalam hal
perpajakan seperti penghindaran pajak (Kim & Zhang, 2015). Pada sisi
lain, koneksi politik juga berpengaruh negatif terhadap tax
aggressiveness.
Perusahaan dengan koneksi politik mampu melakukan perencanaan
pajak (tax planning) yang lebih agresif karena berdampak pada
menurunnya transparasi laporan keuangan. Keburaman laporan keuangan
membawa dampak buruk bagi perusahaan seperti kebutuhan modal yang
tinggi karena kurangnya investor atau risiko terjadinya pemeriksaan.
Namun perusahaan dengan koneksi politik tampak tidak peduli dengan
konsekuensi yang terjadi karena adanya hubungan politik yang dimiliki
sehingga mampu mengurangi bahkan menghilangkan konsekuensi
negatif yang ada (Kim & Zhang, 2014).
Koneksi politik yang dimiliki membuat perusahaan memperoleh
perlakuan khusus, seperti kemudahan dalam memperoleh pinjaman
modal, risiko pemeriksanaan pajak rendah yang membuat perusahaan
makin agresif dalam menerapkan perencanaan pajak (tax planning) yang
berakibat pada menurunnya transparasi laporan keuangan. Kehilangan
investor akibat penurunan transparasi laporan keuangan dapat digantikan
dengan peran pemerintah sebagai penyandang dana utama.
47
Penelitian yang dilakukan oleh Butje & Tjondro (2014),
Tehepuring & Ellia Rossa (2016) dan Mulyani & Darmanto (2013)
menyimpulkan koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance), namun berbeda dengan hasil
penelitian dari Nugroho (2011) yang menyimpulkan bahwa koneksi
politik tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Koneksi Politik berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu karakteristik
perusahaan yang diproksikan dengan variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, sales growth dan capital intensity, risiko perusahaan
dan koneksi politik terhadap variabel dependen yaitu penghindaran pajak (tax
avoidance). Objek penelitian ini adalah perusahaan properti, real estate and
konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Indriantoro & Supomo, 2011) dalam (Zuesty, 2016). Dengan metode tersebut,
sampel dipilih berdasarkan karakteristik yang akan ditentukan. Adapun kriteria
pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan properti, real
estate and konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Memiliki data laporan keuangan pada tahun 2012-2016, disajikan dalam
mata uang rupiah dan menggunakan akhir periode pelaporan 31 Desember.
49
3. Tidak mengalami kerugian atau pre-tax income negatif pada tahun 2012-
2016. Dan memiliki nilai Cash Effective Tax Rate kurang dari 1 (CETR<1)
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
data sekunder. Peneliti memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi pemerintah, ikhtisar
statistik, basis data, media, laporan keuangan perusahaan dan sebagainya.
Selain itu juga menggunakan data laporan keuangan yang tersedia di dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI).
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif.
Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum
(Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik.
1) Normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013).
Seperti yang diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
50
mengikuti distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
a) Analisis Grafik.
Salah satu cara mendeteksi melalui grafik histogram apakah
variabel terdistribusi secara normal, yaitu dengan melihat penyebaran
data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar dalam pengujian normalitas ini adalah :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b) Uji Statistik.
Apabila pendeteksian normalitas hanya dengan cara melihat grafik,
maka hasil yang didapat akan menyesatkan karena kemungkinan ketidak
hati-hatian secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
menunjukan ketidak normalan dalam pendistribusian. Oleh sebab itu,
dalam pengujian normalitas selain uji grafik harus dilengkapi dengan uji
statistik.
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik
kolmogorov-smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis :
51
H0 : Data residual berdistribusi normal.
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.
2) Multikolinieritas.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel (Ghozali, 2013).
Multikolinieritas adalah situasi adanya variabel-variabel bebas diantara
satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
yang sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,90),
maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
c) Multikolinieritas juga dapat terlihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
3) Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
52
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghazali, 2013).
Run test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residul tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
H0 : residual (res_1) random (acak)
H1 : residual (res_1) tidak random
4) Heteroskedastisitas
Menurut (Ghozali, 2013) mengatakan bahwa uji heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dan residual menghasilkan tetap dari satu pengamatan ke
pengamatan lain, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang
tidak heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadinya
53
Homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas pada model regresi yang akan diuji, yaitu dengan
melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2013). Dasar
analisis dalam pengujian ini adalah :
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian menggunakan Grafik Plots memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu perlu dilakukan
uji statistik yang lebih dapat menjamin ke akuratan hasil (Ghozali,
2013).
Terdapat beberapa uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya heterokedastisitas. Salah satunya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji glejser. Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali
(2013) uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan variabel
54
independen terhadap nilai absolut residual. Persamaan regresinya adalah :
|Ut|= α+βXt+vt
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas namun apabila kurang dari 0,05 maka terjadi
heteroskedastisitas.
3. Analisis regresi berganda (multiple regression).
Prasyarat pengujian dengan analisis regresi berganda adalah dengan
dilakukannya uji asumsi klasik, untuk memastikan bahwa data penelitian
valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien
(Ghozali, 2013).
Persamaan regresi berganda untuk hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε
Keterangan :
Y = Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
α = Kostanta
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Profitabilitas
X3 = Leverage
X4 = Sales Growth
X5 = Capital Intensity
55
X6 = Risiko Perusahaan
X7 = Koneksi Politik
ε = Error
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur
dari nilai kofisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Ghozali,
2013).
a. Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu
yang kecil berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variansi variabel dependen.
Jika jumlah variabel independen lebih dari dua, sebaiknya menggunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted R2.
b. Uji statistik F
Pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian hipotesis dengan uji
statistik F dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0.05 (α=5%).
Adapun kreteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah jika nilai F >
4.00 dan nilai signifikan ≤ 0.05, maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan).
56
c. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:
Ho : bi = 0
Artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel independen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel independen. Pengujian hipotesis dengan uji statistik t dilakukan
dengan menggunakan significance level 0.05 (α=5%). Adapun kriteria
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah jika nilai signifikan ≤ 0.05
maka hipotesis Ha diterima (koefisien regresi signifikan) dan sebaliknya.
Dalam penelitian ini t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan variabel
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, sales growth, capital intensity,
risiko perusahaan dan koneksi politik terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance), yang dimuat dalam bursa saham di Indonesia yaitu di
www.idx.com.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
57
Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini mengikuti Dyreng et,al
(2009) yang menggunakan CETR (Cash Effective tax rate) dengan
membagi cash tax paid dengan pretax income. Semakin besar nilai
CETR mengindikasikan perusahaan tidak melakukan penghindaran pajak
(tax avoidance).
𝐶𝐸𝑇𝑅 =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
2. Variabel Independen
a. Karakteristik Perusahaan
1) Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran Perusahaan sebagai gambaran besar kecilnya suatu
perusahaan. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
Natural logarithm dari total asset yang dimiliki suatu perusahaan
(Budiman & Setiyono, 2011).
𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
2) Profitabilitas
Dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) sebagai proksi untuk
mengukur profitabilitas. Return On Asset (ROA) diukur dengan
membagi laba bersih setelah pajak terhadap total aset (Puspita &
Febrianti, 2017).
𝑅𝑂𝐴 =Laba Bersih setelah pajak
Total Aset x 100%
58
3) Leverage
Leverage merupakan sumber pendanaan perusahaan eksternal dari
hutang. Variabel leverage diukur dengan membagi total hutang
dengan total asset perusahaan (Mulyani & Darminto, 2013)
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =Total 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Total 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
4) Sales Growth (pertumbuhan penjualan)
Sales growth (Pertumbuhan penjualan) menunjukkan
perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu
perkembangan tersebut bisa meningkat atau menurun. Pertumbuhan
penjualan diukur dengan cara penjualan akhir periode dikurangi
dengan penjualan awal periode dibagi dengan penjualan awal periode
(Budiman & Setiyono, 2011).
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ =sales akhir − sales awal
sales awal
5) Capital intensity (Intensitas Modal)
Capital intensity dikaitkan dengan jumlah modal yang dimiliki
perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga rasio intensitas aset tetap
diukur dengan beberapa proporsi aset tetap dari total aset yang
dimiliki perusahaan (Mulyani & Darminto, 2013).
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =Total Aset Tetap
Total Aset
b. Risiko Perusahaan
Risiko perusahaan mencerminkan penyimpangan atau deviasi standar
dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang
59
direncanakan atau mungkin lebih dari yang direncanakan, semakin besar
deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko
perusahaan yang ada. Untuk mengukur risiko perusahaan dihitung
melalui standar deviasi dari EBITDA (Earning Before Income Tax,
Depreciation, and Amortization) dibagi dengan total asset perusahaan
(Budiman & Setiyono, 2011).
Dimana E adalah EBITDA dibagi dengan total asset yang dimiliki
perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah
eksekutif perusahaan termasuk dalam kategori risk-taking atau risk-
averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukkan eksekutif
perusahaan tersebut adalah risk-taking, sebaliknya semakin kecil risiko
perusahaan menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-
averse.
c. Koneksi Politik
Untuk menghubungkan ada tidaknya koneksi politik didalam
perusahaan properti, real estate and konstruksi, maka peneliti
menggunakan proksi kepemilikan langsung yang dimiliki oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani & Darminto
(2013).
60
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Variabel
Dependen
Pengukuran tax avoidance menggunakan CETR (Cash
Effective tax rate) dengan membagi cash tax paid
dengan pretax income (Dyreng, Hanlon , & Maydew,
2009).
𝐶𝐸𝑇𝑅 =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Rasio
Variabel
Independen
Ukuran
Perusahaan
Ukuran Perusahaan diukur dengan menggunakan
Natural logarithm total asset yang dimiliki
perusahaan. (Budiman & Setiyono, 2011)
Size = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
Rasio
Variabel
Independen
Profitabilitas
Dalam penelitian ini ROA sebagai proksi untuk
mengukur profitabilitas. ROA diukur dengan membagi
laba bersih setelah pajak dengan total aset (Puspita &
Febrianti, 2017).
𝑅𝑂𝐴 =Laba Bersih setelah pajak
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Rasio
Variabel
Independen
leverage
Variabel leverage diukur dengan membagi total hutang
dengan total aset perusahaan (Mulyani & Darminto,
2013).
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =Total Hutang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Rasio
Variabel
Independen
sales growth
Sales Growth atau Pertumbuhan penjualan diukur
dengan cara penjualan akhir periode dikurangi dengan
penjualan awal periode dibagi dengan penjualan awal
periode. (Budiman & Setiyono, 2011)
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ =sales akhir − sales awal
sales awal
Rasio
Variabel
Independen
capital
intensity
Capital Intensity atau intensitas modal. Rasio
intensitas aset tetap diukur dengan bebrapa proporsi
aset tetap dari total aset yang dimiliki perusahaan
(Mulyani & Darminto, 2013).
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =Total Aset Tetap
Total Aset
Rasio
61
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel
Independen
Risiko
Perusahaan
Risiko perusahaan ini dihitung melalui deviasi
standar dari EBITDA (Earning Before Income
Tax, Depreciation, and Amortization) dibagi
dengan total aset perusahaan (Paligorova, 2010).
Rasio
Variabel
Independen
Koneksi
Politik
Koneksi Politik menggunakan proksi kepemilikan
langsung yang dimiliki oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Penelitian ini
menggunakan variabel dummy, yaitu 1 apabila
perusahaan memiliki kepemilikan saham
pemerintah dan 0 jika tidak memiliki kepemilikan
saham pemerintah (Mulyani & Darminto, 2013).
Nominal
Sumber : diolah dari beberapa penelitian.
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskrpsi Populasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan properti, real estate, dan
konstruksi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 5 tahun dari
2012 hingga 2016. Dalam penelitian ini, laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, sampel yang berhasil dipilih dengan metode
purposive sampling adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Sampel Terpilih
No Kriteria Penetuan Sampel Jumlah
1. Perusahaan property, real estate, dan building
construction yang Listing di BEI tahun 2012-
2016
56
2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dan tidak menggunakan mata uang
rupiah
(12)
3. Pelaporan bukan per tanggal 31 Desember (0)
4. Mengalami kerugian atau pre-tax income
negatif
(8)
5. Cash Effective Tax Rate lebih dari 1
(CETR>1)
(5)
6. Total sampel perusahaan 31
7. Data Outlier (9)
8. Perusahaan yang dapat diolah 22
9. Total keseluruhan sampel selama 5 tahun 110
Peneliti mengambil sampel sebanyak 31 perusahaan dan mengambil
rentang waktu 5 tahun dalam penelitiannya, sehingga total sampel
penelitian sebanyak 155 sampel.
63
Dalam penelitian ini, terdapat data outlier yang berakibat pada
tereliminasinya 9 sampel perusahaan dan untuk melanjutkan ke tahap
selanjutnya sampel yang tersisa adalah sebanyak 22 perusahaan dengan
rentang waktu 5 tahun yaitu ada 110 data yang dapat diolah. Berikut
adalah daftar nama perusahaan yang outlier dan perusahaan yang dapat
diolah.
Tabel 4.2
Daftar nama perusahaan yang outlier
No Kode Nama Perusahaan
1 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
2 APLN Agung Podomoro Land Tbk
3 ASRI ALAM SUTERA REALTY Tbk
4 EMDE Megapolitan Developments Tbk
5 KPIG MNC Land Tbk
6 RODA Pikko Land Development Tbk
7 SCBD Danayasa Arthatama Tbk
8 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
9 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
Sumber: data sekunder yang diolah
Tabel 4.3
Daftar nama Perusahaan yang dapat diolah
No Kode Nama Perusahaan
1 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
2 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk
3 CTRA Ciputra Development Tbk
4 DART Duta Anggada Realty Tbk
5 DILD Intiland Development Tbk
6 DUTI Duta Pertiwi Tbk
7 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
8 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk
9 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
10 LPCK Lippo Cikarang Tbk
11 LPKR Lippo Karawaci Tbk
12 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
64
13 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
14 MTLA Metropolitan Land Tbk
15 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
16 PTPP PP (Persero) Tbk
17 PWON Pakuwon Jati Tbk
18 RDTX Roda Vivatex Tbk
19 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
20 TOTL Total Bangun Persada Tbk
21 WIKA Wijaya Karya Tbk
22 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk
Sumber: data sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
nilai minimum.
Hasil statistik deskriptif atas seluruh variabel dalam penelitian ini adalah
seperti terlihat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Uji Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 110 ,00015 ,73813 ,2384878 ,16789632
SIZE 110
12079052803
50
61425181722
030
113743149090
90,91
11098780911
869,566
ROA 110 ,0081 ,2565 ,079902 ,0499050
LEV 110 ,0560 ,8434 ,460095 ,1803875
SALES_G 110 -,8712 1,7659 ,213687 ,3517554
CAPINT 110 ,0028 ,8464 ,122247 ,1809995
RISK 110 ,0337 ,5552 ,167477 ,1058268
KOPOL 110 0 1 ,14 ,345 Valid N (listwise) 110
Sumber: Output SPSS yang diolah
65
Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisis statistik deskriptif atas variabel
penghindaran pajak (CETR) menunjukkan nilai minimun penghindaran
pajak sebesar 0,00015 adalah PT Roda Vivatex Tbk, sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,73813 adalah PT PP (Persero) Tbk dan rata-rata
perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini yang melakukan
penghindaran pajak sebesar 0,2384878.
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel ukuran
perusahaan (size) menunjukkan nilai minimum ukuran perusahaan
sebesar Rp 1.207.905.280.350 adalah PT Roda Vivatex Tbk, sedangkan
nilai maksimum sebesar Rp 61.425.181.722.030 adalah PT Waskita
Karya (Persero) Tbk dan rata-rata ukuran perusahaan yang diteliti sebesar
29,641964.
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel profitabilitas
menunjukkan nilai minimum profitabilitas sebesar 0,0081 adalah PT
Plaza Indonesia Realty Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,2565
diladalah PT Modernland Realty Ltd Tbk dan rata-rata profitabilitas
perusahaan yang diteliti sebesar 0,079902.
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel leverage
menunjukkan nilai minimum leverage sebesar 0,0560 adalah PT
Greenwood Sejahtera Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8434
adalah PT PP (Persero) Tbk dan rata-rata leverage perusahaan yang
diteliti sebesar 0,460095.
66
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel sales growth
menunjukkan nilai minimum sales growth sebesar -0,8712 adalah PT
Greenwood Sejahtera Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 1,7659
adalah PT Greenwood Sejahtera Tbk dan rata-rata sales growth
perusahaan yang diteliti sebesar 0,213687.
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel capital intensity
menunjukkan nilai minimum capital intensity sebesar 0,0028 adalah PT
Duta Anggada Realty Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8464
adalah PT Roda Vivatex Tbk dan rata-rata capital intensity perusahaan
yang diteliti sebesar 0,122247.
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel risiko perusahaan
menunjukkan nilai minimum risiko perusahaan sebesar 0,0337 adalah PT
Greenwood Sejahtera Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,5552
adalah PT Plaza Indonesia Realty Tbk dan rata-rata risiko perusahaan
yang diteliti sebesar 0,167477 .
Hasil pengujian statistik deskriptif pada variabel koneksi politik
yang menggunakan skala nominal menunjukkan nilai minimum koneksi
politik sebesar 0 sebanyak 19 perusahaan, sedangkan nilai maksimum
sebesar 1 sebanyak 3 perusahaan dan rata-rata koneksi politik perusahaan
yang diteliti sebesar 0,14.
67
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Jika terdapat normalitas, maka
residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa grafik
histogram memberikan pola distribusi yang dapat disimpulkan bahwa
data normal. Namun untuk meyakinkan kesimpulan, peneliti melihat
kembali grafik normal plot.
Dasar pengambilan keputusan pada grafik normal plot dapat dilihat
dari titik penyebaran data pada sumbu diagonal pada grafik. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika
Gambar 4.1
Uji Grafik Histogram Normalitas
68
data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2013). Adapun hasil uji normalitas dengan menggunakan
grafik normal plot dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar
4.2.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, hasil dari uji grafik normal plot
menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati, karena secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya (ghozali, 2009). Oleh karena itu dalam penelitian ini
juga menggunakan metode uji non-parametric Kolomogorov-Smirnov
Gambar 4.2
Uji Grafik Normal Plot
69
(K-S). Uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas
signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05
maka variabel ini tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila
angka probabilitas di atas 0,05 maka Ha ditolak yang berarti data
berdistribusi secara normal (Ghozali, 2013). Adapun hasil uji
normalitas penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.5.
S
u
m
S
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat
terlihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,096 dan nilainya di atas α =
0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan data terdistribusi secara normal,
sehingga model penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik
normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai
Tabel 4.5
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 110
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,11512740
Most Extreme Differences Absolute ,078
Positive ,078
Negative -,067
Test Statistic ,078
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096c
70
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Regresi yang terbebas dari
masalah multikolinearitas apabila nilai VIF <10 dan nilai Tolerance >
0,10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas. Berikut ini disajikan
hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolonearitas
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas atau tidak terdapat
hubungan antara variabel independen dalam penelitian ini. Hal ini dapat
dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) semua variabel berada
di kisaran 1 hingga 10 yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,
sales growth dan capital intensity, risiko perusahaan, koneksi politik,
yang memiliki nilai masing-masing sebesar 1,390, 1,925, 1,946, 1,116,
1,794, 2,580, dan 1,767. Selain itu nilai Tolerance setiap variabel lebih
dari 0,10 yaitu CETR, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, sales
Coefficientsa
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 SIZE ,720 1,390
ROA ,520 1,925
LEV ,514 1,946
SALES_G ,896 1,116
CAPINT ,557 1,794
RISK ,388 2,580
KOPOL ,566 1,767
a. Dependent Variable: CETR
71
growth dan capital intensit, risiko perusahaan, koneksi politik yang
memiliki nilai sebesar 0,720, 0,520, 0,514, 0,896, 0,557, 0,388, dan
0,566. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinearitas dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3 di atas grafik scatterplots menunjukkan
bahwa titik-titik menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
72
dipakai untuk memprediksi praktik penghindaran pajak berdasarkan
masukan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, sales
growth and capital intensity, risiko perusahaan dan koneksi politik.
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji
adanya autokorelasi dapat menggunakan Run Test (Ghozali, 2013).
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize
d Residual
Test Valuea -,00383
Cases < Test Value 55
Cases >= Test Value 55
Total Cases 110
Number of Runs 59
Z ,575
Asymp. Sig. (2-tailed) ,565
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
Hasil dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa Nilai Test (Test Value)
adalah -0,00383 dengan probabilitas 0,565 signifikansi pada 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa H0 gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
73
3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu
dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik F, dan uji
statistik t.
1) Hasil Uji Koefisien determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinan (Adjusted R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi dalam menerangkan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil uji koefisien
Adjusted R Square disajikan dalam tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,728a ,530 ,498 ,11901230
Sumber: Output SPSS yang diolah
Dari tabel 4.8 memperlihatkan Adjusted R Square adalah sebesar
0,498. Hal ini berarti 49,8% variabel penghindaran pajak dapat
dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan (size), profitabilitas (roa),
leverage, sales growth, dan capital intensity, risiko perusahaan, dan
koneksi politik. Sedangkan sisanya sebesar 50,2% (100% - 49,8%)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa
regresi pada penelitian ini seperti corporate social responsibilty,
74
mekanisme tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan, insentif
pajak dan lain-lain.
2) Hasil Uji F
Uji statistik Fisher (F) digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05
maka Ho diterima dan menolak Ha. Berikut ini adalah tabel 4.8 yang
menunjukkan hasil uji statistik F.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa hasil uji
ANOVA atau F test memiliki nilai F hitung sebesar 16,419 dengan
probabilitas 0.000. karena probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0.05,
maka model regresi dapat digunakan unutk memprediksi
penghindaran pajak atau dapat dikatakan ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, sales growth, capital intensity, risiko
perusahaan, dan koneksi politik secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,628 7 ,233 16,419 ,000b
Residual 1,445 102 ,014
Total 3,073 109
Sumber: Output SPSS yang diolah
75
3) Hasil Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil uji statistik
t dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.10
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,082 ,425 2,547 ,012
SIZE -,033 ,014 -,183 -2,290 ,024
ROA -1,312 ,317 -,390 -4,141 ,000
LEV ,387 ,088 ,415 4,387 ,000
SALES_G -,038 ,034 -,079 -1,100 ,274
CAPINT -,125 ,084 -,135 -1,480 ,142
RISK ,372 ,173 ,234 2,150 ,034
KOPOL ,122 ,044 ,251 2,784 ,006
a. Dependent Variable: CETR Sumber: Output SPSS yang diolah
Pengujian regresi berganda untuk menguji pengaruh ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, sales growth, dan capital intensity,
risiko perusahaan dan koneksi politik terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance) yang diukur menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR)
dengan total aset.
76
Hasil Uji regresi pada tabel 4.10 diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut :
C. Pembahasan
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan nilai signifikan yang dihasilkan ukuran
perusahaan (size) memiliki tingkat signifikansi 0,024 lebih kecil dari
0,05 dan beta yang dihasilkan adalah negatif sebesar 0,033. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa H1 diterima, hal ini menandakan
bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
variabel penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil analisis penelitian menunjukkan pengaruh negatif pada
penghindaran pajak yang menunjukkan bahwa semakin besar total aset
yang dimiliki suatu perusahaan maka akan menurunkan tingkat
penghindaran pajak di perusahaan tersebut. Perusahaan dengan ukuran
yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik, sehingga
perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya lebih
berhati-hati, lebih transparan dalam memperlihatkan informasi
keuangan yang sebenarnya. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih
CETR = 1,082–0.033SIZE– 1,312ROA + 0,387LEV –0,038SALES_G
– 0,125CAPINT + 0,372RISK+ 0,122KOPOL
77
sedikit dalam melakukan penghindaran pajak. Sedangkan perusahaan
yang mempunyai ukuran kecil mempunyai kecenderungan untuk
melakukan penghindaran pajak dengan memperlihatkan laba yang besar
untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang memuaskan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Butje & Tjondro (2014), Budiman & Setiyono (2011), Wicaksono
(2017) dan Puspita & Febrianti (2017).
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 2: Profitabilitas berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan profitabilitas memiliki tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan beta yang dihasilkan adalah
negatif sebesar -1,312. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H2
diterima, hal ini menandakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap variabel penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil analisis penelitian menunjukkan pengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
profitabilitas maka akan semakin rendah tindakan penghindaran pajak.
Hal itu dikarenakan, perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi
cenderung akan melaporkan pajaknya dengan jujur daripada perusahaan
dengan profitabilitas rendah. Perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi cenderung memposisikan diri dalam tax planning yang baik
untuk memperoleh pajak yang optimal, sehingga kecenderungan
78
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak akan menurun.
Berbeda halnya dengan perusahaan dengan profitabilitas rendah pada
umumnya mengalami kesulitan keuangan dan cenderung akan
melakukan ketidakpatuhan terhadapa peraturan perpajakan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zahra (2017),
Wicaksono (2017) dan Puspita & Febrianti (2017).
3. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 3: Leverage berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan leverage memiliki tingkat signifikansi
0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai beta positif sebesar 0,387. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa H3 diterima, hal ini menandakan
bahwa variabel Leverage berpengaruh signifikan terhadap variabel
penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil analisi penelitian menunjukkan pengaruh positif terhadap
penghindaran pajak yang menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage,
semakin tinggi pula penghindaran pajak. Perusahaan yang
menggunakan hutang pada komposisi pembiayaan maka akan
menimbulkan adanya beban bunga yang harus dibayar. Beban bunga
merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) terhadap
penghasilan kena pajak, sehingga menyebabkan laba kena pajak
perusahaan menjadi berkurang dan pada akhirnya akan mengurangi
79
jumlah pajak yang seharusnya dibayar oleh perusahaan (Puspita &
Febrianti, 2017)..
Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Budiman &
Setiyono (2011), Swingly & Sukartha (2015) dan Zuesty (2016) yang
membuktikkan bahwa leverage berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Namun tidak mendukung dengan hasil penelitian Butje &
Tjondro (2014) bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
4. Pengaruh Sales Growth terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 4: Sales growth berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan sales growth memiliki tingkat
signifikansi 0,142 lebih besar dari 0,05 dan beta yang dihasilkan adalah
negatif sebesar -0,038. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H4
ditolak, hal ini menandakan bahwa variabel Sales Growth belum
berpengaruh signifikan terhadap variabel penghindaran pajak (tax
avoidance).
Hasil analisis menunjukkan bahwa besar kecilnya pertumbuhan
penjualan perusahaan tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak, karena perusahaan dengan penjualan
yang meningkat atau menurun, memiliki kewajiban yang sama dalam
membayar pajak (Ridho, 2016).
80
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ridho (2016) dan
Swingly & Sukartha (2015). Namun tidak mendukung penelitian
Budiman & Setiyono (2011).
5. Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 5: Capital Intensity berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan capital intensity memiliki tingkat
signifikansi 0,274 lebih besar dari 0,05 dan beta yang dihasilkan adalah
negatif sebesar -0,125. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H5
ditolak, hal ini menandakan bahwa variabel Capital Intensity belum
berpengaruh signifikan terhadap variabel penghindaran pajak (tax
avoidance).
Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan aset
tetapnya untuk kegiatan operasional perusahaan, bukan semata-mata
untuk memanfaatkan beban penyusutan aset tetap. Oleh karena itu
beban penyusutan yang berasal dari aset tetap perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengurangan pajak pengahasilan perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani & Darminto (2013) dan Puspita dan Febrianti (2017).
6. Pengaruh Risiko Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance).
81
Hasil Uji Hipotesis 6: Risiko Perusahaan berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
Hasil analisis menunjukkan nilai signifikan yang dihasilkan risiko
perusahaan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,034 lebih kecil dari
0,05 dan nilai beta yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,372. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa H6 diterima. Hal ini menandakan
bahwa variabel risiko perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
variabel penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil analisis penelitian menunjukkan pengaruh positif terhadap
penghindaran pajak yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
risiko perusahaan, semakin tinggi tingkat penghindaran pajak. Tingkat
risiko perusahaan tinggi mengindikasikan bahwa karakter eksekutif
memiliki sifat risk taker (Budiman dan Setiyono, 2012).
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang
lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki
dorongan yang kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan
dan kewenangan yang lebih tinggi dengan mampu mendatangkan cash
flow yang tinggi guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan yakni
mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan. Penghindaran
pajak (tax avoidance) bermanfaat untuk memperbesar tax saving yang
berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan
cash flow perusahaan (Saputro D. A., 2017).
82
Sejalan dengan penelitian Jati & Dewi (2014) yang
mengindikasikan apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka
akan semakin besar tindakan penghindaran pajak (tax avoidance),
karena pimpinan perusahaan yang lebih bersifat risk taker lebih berani
mengambil risiko dibanding dengan risk averse yang cenderung
menghindari risiko.
Hasil penelitian Budiman & Setiyono (2011) menjelaskan bahwa
naik-turunya Cash-ETR mengindikasikan naik-turunya tingkat
penghindaran pajak (tax avoidance). Tingkat Cash-ETR yang
meningkat atau naik mengindikasikan adanya penurunan atau
berkurangnya tingkat penghindaran pajak (tax avoidance), sebaliknya
jika Cash-ETR turun atau berkurang mengindikasikan adanya kenaikan
atau peningkatan penghindaran pajak (tax avoidance). Oleh karena itu,
semakin eksekutif bersifat risk taker maka akan semakin tinggi tingkat
penghindaran pajak (tax avoidance).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Butje & Tjondro (2014),
Budiman & Setiyono (2011), Swingly & Sukartha (2015) dan Jati &
Dewi (2014) yang menunjukkan bahwa risiko perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap praktik penghindaran pajak (tax avoidance).
7. Pengaruh Koneksi Politik terhadap Penghindaran Pajak (Tax
avoidance).
Hasil Uji Hipotesis 7: Koneksi Politik berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (Tax avoidance).
83
Hasil analisis menunjukkan nilai signifikan yang dihasilkan
koneksi politik memiliki tingkat signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05
dan beta yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,122. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa H7 diterima, hal ini menandakan bahwa variabel
koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap variabel penghindaran
pajak (tax avoidance).
Hasil analisis penelitian menujukkan pengaruh yang positif pada
penghindaran pajak yang menunjukkan bahwa semakin tinggi koneksi
politik, semakin tinggi tingkat penghindaran pajak. Perusahaan BUMN
atau BUMD diduga tidak akan mungkin melakukan penghindaran pajak
dan dianggap wajib pajak berisiko rendah justru merupakan pihak yang
mempraktikan penghindaran pajak. Penghindaran pajak yang dilakukan
merupakan perilaku individu yang mempunyai niat atau keinginan
untuk melakukan hal tersebut dan sifat dasar manusia yang tidak dapat
dihilangkan untuk memperoleh manfaat dari kelemahan peraturan yang
berlaku, tidak terkecuali untuk Badan Usaha Milik Negara,
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani & Darmanto (2013), Butje & Tjondro (2014), Tehupuring &
Rossa (2016), dan Utari & Supadmi (2017) yang menunjukan bahwa
koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran
pajak. Namun tidak mendukung penelitian Nugroho (2011) yang
menunjukan bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance).
84
Hasil ringkasan pengujian hipotesis penelitian ditunjukkan pada tabel
4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Hasil Pengujian
Hipotesis
1. Hipotesis 1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap penghhindaran pajak.
Diterima
2. Hipotesis 2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Diterima
3. Hipotesis 3 : Leverage berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Diterima
4. Hipotesis 4 : Sales Growth berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Ditolak
5. Hipotesis 5: Capital Intensity berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Ditolak
6. Hipotesis 6 : Risiko Perusahaan berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Diterima
7. Hipotesis 7 : Koneksi Politik berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Diterima
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda, dan pembahasan
pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil analisis, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Butje & Tjondro (2014),
Budiman & Setiyono (2011), Wicaksono (2017) dan Puspita &
Febrianti (2017).
2. Berdasarkan hasil analisis, profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zahra (2017), Wicaksono
(2017) dan Puspita & Febrianti (2017).
3. Berdasarkan hasil analisis, leverage berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Budiman & Setiyono (2011), Swingly &
Sukartha (2015) dan Zuesty (2016).
4. Berdasarkan hasil analisis, sales growth belum berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini
86
5. mendukung penelitian Ridho (2016) dan Swingly & Sukartha (2015).
Namun tidak mendukung penelitian Budiman & Setiyono (2011).
6. Berdasarkan hasil analisis, capital intensity belum berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mulyani &
Darminto (2013) dan Puspita dan Febrianti (2017).
7. Berdasarkan hasil analisis, risiko perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Butje & Tjondro (2014), Budiman & Setiyono
(2011), Swingly & Sukartha (2015) dan Jati & Dewi (2014).
8. Berdasarkan hasil analisis, koneksi politik berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Butje & Tjondro (2014),
Tehupuring & Rossa (2016), Utari & Supadmi (2017) dan Mulyani &
Darmanto (2013). Namun tidak mendukung penelitian Nugroho (2011)
yang menunjukan bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance).
B. Implikasi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan implikasi
bagi beberapa pihak diantaranya yaitu:
1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambahkan
pengetahuan dan wawasan perusahaan mengenai penghindaran pajak,
sehingga manajemen perusahaan bisa merancang mekanisme
87
pelaksanaan kelanjutan perusahaannya dengan baik, dengan tidak
melakukan perencanaan pajak yang ilegal yang dapat merugikan negara
dan mencoreng nama baik perusahaan tersebut di mata masyarakat.
2. Bagi investor, dalam mengambil keputusan investasi ada baiknya untuk
mengkaji terlebih dahulu bagaimana kinerja suatu perusahaan tersebut,
seperti mematuhi peraturan perpajakan dengan tidak melakukan
penghindaran pajak yang ilegal, karena hal tersebut akan membawa
dampak yang kurang baik untuk beberapa pihak yang bersangkutan
baik dari pihak investor, perusahaan maupun pemerintah.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengindikasikan perusahaan-perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak, sehingga dapat mengambil kebijakan
untuk mencegah terjadinya tindakan penghindaran pajak.
4. Bagi akademis, peneliti serta pembaca diharapkan untuk dapat
melanjutkan penelitian yang berkaitan mengenai penghindaran pajak
berserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan
penghindaran pajak.
C. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu hanya menggunakan
sampel perusahaan properti, real estate, dan konstruksi. Sehingga hanya
melihat tindakan penghindaran pajak hanya dari satu sektor saja. Berbeda
dengan penelitian Budiman & Setiyono (2011) yang menggunakan seluruh
perusahaan non keuangan yang ada di BEI, sehingga mampu melihat lebih
88
luas tindakan penghindaran pajak dari berbagai sektor perusahaan. Serta
kurang mampu melihat kuatnya koneksi politik di perusahaan karena
hanya menggunakan sampel satu sektor saja.
D. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya berada pada bidang pajak
mengenai dampak dari aktivitas penghindaran pajak (tax avoidance).
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil yang
lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran selain CETR
(Cash Effective Tax Rate) dalam mengukur tax avoidance. Seperti
dengan menggunakan pengukuran book tax gap (BTG) atau book tax
difference (BTD).
2. Sampel perusahaan hanya perusahaan properti, real estate dan
konstruksi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti
penghindaran pajak perusahaan pada seluruh perusahaan sektor yang
ada.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti
variabel yang berkaitan dengan praktik penghindaran pajak (tax
avoidance) seperti insentif pajak atau biaya utang.
89
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N. A., & Kurniasih, L., "Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance", (2012).
Budiman, J., & Setiyono.,"Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)", (2011).
Butje, S., & Tjondro, E., "Pengaruh Karakteristk Eksekutif Dan Koneksi Politik
Terhadap Tax Avoidance", Tax and Accounting Review, (2014).
Carolina, V., Natalia, M., & Debbianita, ”Karakter Eksekutif Terhadap Tax
Avoidance dengan Leverage Sebagai Variabel Intervening." Jurnal
Keuangan dan Perbankan, 409–419, ( 2014).
Coles, J. L., Daniel, N., & Lalitha.,"Managerial Incentives And Risk-Taking", The
Accounting Review, (2004).
Dewi, G. A., & Sari, M. R, "Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk Dan
Corporate Governance Pada Tax Avoidance", E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, (2015).
Dewi, N. N., & Jati, I., "Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan,
Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di
Bursa Efek Indonesia", E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, (2014).
Dyreng, S., Hanlon , M., & Maydew, E., "Long Run Corporate Tax avoidance",.
The Accounting Review. 83 (1), (2009).
Ghozali, I., "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS". (2013).
Hanafi, U., & Harto, P., "Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan
Saham Eksekutif dan Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap Penghindaran
Pajak Perusahaan", Diponegoro Journal Of Accounting. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Diponegoro, (2014).
Heryuliani, N., "Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga
Terhadap Penghindaran Pajak", SKRIPSI, (2015).
Jensen, M. C., & Meckling, W., "Theory Of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure", Journal of Financial Economics, 3,
305-360, (1976).
Juniarti, & Sentosa, A. A., "Pengaruh Penghindaran Pajak, Good Corporate
Governance Terhadap Biaya Utang (Cost of Debt)", Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, Vol. 11, No. 2, (2009).
Kim, C. F., & Zhang, L., "Corporate Political Connections and Tax
Aggresiveness", (2014).
90
Kurniasih, T., & Sari, M. R, "Pengaruh Return On Assets, Leverage,Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax
Avoidance", Buletin Studi Ekonomi , Volume 18, (2013).
Maesarah, Y., Atikah, S., & Husnaini, W, "Pengaruh Karakteristik Perusahaan
dan Corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak", (2015).
Maharani, I. G., & Suardana, K. A., "Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan
Manufaktur", E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Issn : 2302-8556,
(2014).
Mulyani, S., & Darminto., "Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik
Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efektahun 2008-2012)",
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, (2013).
Musyarofah, E., "Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)", SKRIPSI,
(2016).
Ngadiman, & Puspitasari, C., "Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional,
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia 2010-2012", Jurnal Akuntansi, Volume Xviii, No. 03, (2014).
Noviani, L., Diana, N., & Mawardi, M., "Pengaruh Karakteristik Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran Perusahan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax
Avoidance", Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Malang, (2016).
Nugroho, A. A., "Pengaruh Hubungan Politik Dan Reformasi Perpajakan
Terhadap Tarif Pajak Efektif Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2009", Fakultas Ekonomi, Proram Studi Akuntansi.
Universitas Indonesia, (2011).
Paligorova, T., "Corporate Risk Taking and Ownership Structure", (2010).
Pohan, C. A., "Manajemen Pajak.", Jakarta, (2015).
Prakoso, K. B., "Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia", SNA XVII
Mataram, (2014).
Pranoto, B. A., & Widagdo, A. K., "Pengaruh Koneksi Politik dan Corporate
Governance Terhadap Tax Aggressiveness", Seminar Nasional dan The 3rd
Call for Syariah Paper, (2016).
Puspita, D., & Febrianti, M., "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghindaran
Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, (2017).
91
Resmi, S., "Perpajakan: Teori dan Kasus (8 ed.)", Jakarta: Salemba Empat,
(2014).
Ridho, M., "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, dan Sales
Growth Terhadap Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance) Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014", SKRIPSI,
(2016).
Saputro, D. A., "Pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Karakter Eksekutif
Terhadap Penghindaran Pajak", SKRIPSI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syraif Hidayatullah Jakarta, (2017).
Suandy, E, "Perecanaan Pajak (3 ed.)", Jakarta: Salemba Empat, (2006).
Swingly, C., & Sukartha, I, "Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax Avoidance", E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, (2015).
Tehupuring, R., & Rossa, E., "Pengaruh Koneksi Politik dan Kualitas Audit
Terhadap Praktik Penghindaran Pajak Di Lembaga Perbankan Yang
Terdaftar Di Pasar Modal Indonesia Periode 2012-2014", Prosiding
Seminar Nasional INDOCOMPAC, (2016).
Utami, M, "Pengaruh kepemilikan keluarga dan corporate social responsibility
terhadap agresivitas pajak dengan manajemen laba sebagai variabel
pemoderasi, SKRIPSI, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (2017).
Utari, N. Y., & Supadmi, N. "Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas
Dan Koneksi Politik Pada Tax Avoidance", E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, (2017).
Wicaksono, A. P., "Koneksi Politik dan Aggresivitas Pajak: Fenomena di
Indonesia", Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi, (2017).
Wiguma, I. P., & Jati, I., "Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi
Risiko Eksekutif dan Capital Intensity pada Penghindaran Pajak",(2017).
Zahra, F., "Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas, dan Capital Intensity
Terhadap Penghindaran Pajak", SKRIPSI, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2017).
Zuesty, A, "Pengaruh Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan
Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance”, SKRIPSI, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (2016).
92
Lampiran-Lampiran
93
Lampiran Sampel
Perusahaan
94
Daftar nama perusahaan yang memenuhi
kriteria
No Kode Nama Perusahaan
1 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
2 APLN Agung Podomoro Land Tbk
3 ASRI ALAM SUTERA REALTY Tbk
4
BEST
Bekasi Fajar Industrial Estate
Tbk
5 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk
6 CTRA Ciputra Development Tbk
7 DART Duta Anggada Realty Tbk
8 DILD Intiland Development Tbk
9 DUTI Duta Pertiwi Tbk
10 EMDE Megapolitan Developments Tbk
11 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
12 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk
13 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
14 KPIG MNC Land Tbk
15 LPCK Lippo Cikarang Tbk
16 LPKR Lippo Karawaci Tbk
17 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
18 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
19 MTLA Metropolitan Land Tbk
20 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
21 PTPP PP (Persero) Tbk
22 PWON Pakuwon Jati Tbk
23 RDTX Roda Vivatex Tbk
24 RODA Pikko Land Development Tbk
25 SCBD Danayasa Arthatama Tbk
26 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
27 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
28 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
29 TOTL Total Bangun Persada Tbk
30 WIKA Wijaya Karya Tbk
31 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk
95
Daftar nama perusahaan yang di outlier
Daftar nama perusahaan yang dapat diolah
No Kode Nama Perusahaan
1 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
2 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk
3 CTRA Ciputra Development Tbk
4 DART Duta Anggada Realty Tbk
5 DILD Intiland Development Tbk
6 DUTI Duta Pertiwi Tbk
7 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
8 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk
9 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
10 LPCK Lippo Cikarang Tbk
11 LPKR Lippo Karawaci Tbk
12 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
13 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
14 MTLA Metropolitan Land Tbk
15 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
16 PTPP PP (Persero) Tbk
17 PWON Pakuwon Jati Tbk
18 RDTX Roda Vivatex Tbk
19 SMRA PT Summarecon Agung Tbk
20 TOTL Total Bangun Persada Tbk
21 WIKA Wijaya Karya Tbk
22 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk
No Kode Nama Perusahaan
1 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
2 APLN Agung Podomoro Land Tbk
3 ASRI ALAM SUTERA REALTY Tbk
4 EMDE Megapolitan Developments Tbk
5 KPIG MNC Land Tbk
6 RODA Pikko Land Development Tbk
7 SCBD Danayasa Arthatama Tbk
8 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
9 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
96
Lampiran Data
Mentah
97
Data Mentah Penelitian Perusahaan Properti, Real Estate dan Konstruksi Tahun 2012-2016 No TAHUN KODE NAMA PERUSAHAAN C-ETR SIZE ROA LEV SALES_G CAPINT RISK KOPOL
1 2012 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 0,07499 28,458 0,20578 0,22559 1,02773 0,03324 0,2360 0
2 2012 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 0,13106 30,450 0,08825 0,37149 0,32835 0,02479 0,1540 0
3 2012 CTRA Ciputra Development Tbk 0,23768 30,341 0,05654 0,43550 0,52533 0,08254 0,1172 0
4 2012 DART Duta Anggada Realty Tbk 0,40435 29,088 0,04212 0,33901 1,01999 0,00364 0,1679 0
5 2012 DILD Intiland Development Tbk 0,27348 29,438 0,03290 0,35143 0,34379 0,04558 0,0996 0
6 2012 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0,11006 29,517 0,09304 0,21791 0,40396 0,02058 0,1947 0
7 2012 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 0,25331 27,901 0,04295 0,46343 -0,08438 0,00804 0,1014 0
8 2012 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk 0,06826 28,361 0,20932 0,20457 1,76591 0,05294 0,2302 0
9 2012 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0,17963 29,588 0,05369 0,43833 0,21973 0,30212 0,1113 0
10 2012 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0,38410 28,672 0,14372 0,56622 0,12257 0,01706 0,1784 0
11 2012 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0,33630 30,845 0,05319 0,53878 0,47037 0,08936 0,1131 0
12 2012 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 0,00568 29,155 0,05672 0,51523 1,16260 0,09175 0,0940 0
13 2012 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0,18786 28,568 0,14219 0,33044 0,07549 0,65733 0,4287 0
14 2012 MTLA Metropolitan Land Tbk 0,13291 28,332 0,10115 0,22916 0,25278 0,08606 0,2319 0
15 2012 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0,17618 29,061 0,09196 0,42060 0,79294 0,21115 0,4269 0
16 2012 PTPP PP (Persero) Tbk 0,73813 29,777 0,03622 0,80635 0,28434 0,00851 0,0748 1
17 2012 PWON Pakuwon Jati Tbk 0,19026 29,655 0,10131 0,58570 0,46498 0,11163 0,2228 0
18 2012 RDTX Roda Vivatex Tbk 0,20341 27,820 0,10333 0,21088 0,11372 0,76951 0,4060 0
19 2012 SMRA PT Summarecon Agung Tbk 0,31253 30,018 0,07283 0,64920 0,46786 0,02597 0,1559 0
20 2012 TOTL Total Bangun Persada Tbk 0,26285 28,356 0,08804 0,65804 0,16852 0,04828 0,1693 0
21 2012 WIKA Wijaya Karya Tbk 0,13570 30,031 0,04748 0,74282 0,27944 0,10739 0,1105 1
22 2012 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 0,64345 29,755 0,03036 0,76010 0,21092 0,02868 0,0742 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
98
No Tahun KODE NAMA PERUSAHAAN C-ETR SIZE ROA LEV SALES_G CAPINT RISK KOPOL
1 2013 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 0,07504 28,843 0,22165 0,26291 0,38132 0,02280 0,2494 0
2 2013 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 0,10528 30,748 0,12873 0,40579 0,54012 0,01938 0,1900 0
3 2013 CTRA Ciputra Development Tbk 0,06371 30,632 0,07027 0,51451 0,52801 0,08971 0,1286 0
4 2013 DART Duta Anggada Realty Tbk 0,27774 29,193 0,03792 0,38574 -0,01932 0,00276 0,1534 0
5 2013 DILD Intiland Development Tbk 0,28291 29,651 0,04374 0,45580 0,19648 0,05442 0,0996 0
6 2013 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0,10038 29,642 0,10127 0,18976 0,02253 0,02194 0,2035 0
7 2013 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 0,15047 27,918 0,07992 0,40398 0,45473 0,01256 0,1420 0
8 2013 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk 0,09357 29,176 0,03079 0,05602 -0,87124 0,03323 0,0337 0
9 2013 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0,48071 29,742 0,01265 0,49465 0,95600 0,26259 0,0766 0
10 2013 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0,35963 28,980 0,15324 0,52688 0,31078 0,01364 0,1874 0
11 2013 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0,25653 31,075 0,05086 0,54745 0,08214 0,08978 0,1113 0
12 2013 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 0,03447 29,889 0,25645 0,51137 0,71793 0,11947 0,2840 0
13 2013 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0,22375 28,674 0,12877 0,32783 0,12462 0,67476 0,4351 0
14 2013 MTLA Metropolitan Land Tbk 0,16212 28,673 0,08501 0,37787 0,25967 0,07993 0,1907 0
15 2013 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0,60237 29,049 0,00808 0,47669 -0,14572 0,20676 0,3924 0
16 2013 PTPP PP (Persero) Tbk 0,43340 30,148 0,03456 0,84336 0,45628 0,02983 0,0711 1
17 2013 PWON Pakuwon Jati Tbk 0,17094 29,861 0,12223 0,55843 0,39919 0,07239 0,2477 0
18 2013 RDTX Roda Vivatex Tbk 0,14874 28,069 0,12791 0,26031 0,26873 0,84637 0,3936 0
19 2013 SMRA PT Summarecon Agung Tbk 0,20174 30,288 0,07688 0,64941 0,18210 0,02478 0,1532 0
20 2013 TOTL Total Bangun Persada Tbk 0,24472 28,431 0,09575 0,64207 0,24722 0,04189 0,1873 0
21 2013 WIKA Wijaya Karya Tbk 0,18146 30,164 0,04957 0,75073 0,19984 0,13023 0,1209 1
22 2013 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 0,72044 29,804 0,04187 0,73547 0,09970 0,04727 0,0937 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
99
No TAHUN KODE NAMA PERUSAHAAN C-ETR SIZE ROA LEV SALES_G CAPINT RISK KOPOL
1 2014 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 0,14908 28,927 0,10713 0,21995 -0,37018 0,02096 0,1166 0
2 2014 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 0,07435 30,971 0,14160 0,34625 -0,02219 0,02152 0,1822 0
3 2014 CTRA Ciputra Development Tbk 0,15312 30,790 0,07433 0,50497 0,24880 0,09991 0,1370 0
4 2014 DART Duta Anggada Realty Tbk 0,23087 29,263 0,07978 0,36464 0,55294 0,00461 0,1384 0
5 2014 DILD Intiland Development Tbk 0,24592 29,829 0,04805 0,50392 0,21055 0,02868 0,0901 0
6 2014 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0,12386 29,727 0,08596 0,23120 -0,03809 0,03261 0,1764 0
7 2014 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 0,31796 28,048 0,06077 0,41977 0,08989 0,01135 0,1086 0
8 2014 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk 0,03332 29,306 0,10677 0,06377 0,91480 0,03891 0,1093 0
9 2014 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0,17764 29,772 0,04687 0,45414 0,02171 0,26186 0,1229 0
10 2014 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0,20218 29,110 0,19268 0,39001 0,35775 0,01237 0,2119 0
11 2014 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0,13550 31,265 0,08294 0,53453 0,74837 0,08476 0,1398 0
12 2014 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 0,14436 29,969 0,06818 0,48618 0,56660 0,10920 0,0888 0
13 2014 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0,38115 29,093 0,10145 0,50261 0,15578 0,48710 0,3099 0
14 2014 MTLA Metropolitan Land Tbk 0,03170 28,810 0,09520 0,37527 0,30733 0,09714 0,1841 0
15 2014 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0,25293 29,145 0,07899 0,47935 0,09223 0,18801 0,4535 0
16 2014 PTPP PP (Persero) Tbk 0,27353 30,311 0,03659 0,83998 0,06619 0,04868 0,0818 1
17 2014 PWON Pakuwon Jati Tbk 0,00052 30,451 0,15496 0,50649 0,27806 0,05750 0,2482 0
18 2014 RDTX Roda Vivatex Tbk 0,01292 28,128 0,14157 0,17750 0,03180 0,79046 0,3096 0
19 2014 SMRA PT Summarecon Agung Tbk 0,14464 30,396 0,10190 0,59575 0,40627 0,02319 0,1693 0
20 2014 TOTL Total Bangun Persada Tbk 0,38189 28,541 0,06660 0,69085 -0,07912 0,02858 0,1266 0
21 2014 WIKA Wijaya Karya Tbk 0,32451 30,398 0,04675 0,69346 0,04868 0,16821 0,1154 1
22 2014 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 0,50002 30,160 0,04079 0,77954 0,06196 0,04958 0,0810 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
100
No TAHUN KODE NAMA PERUSAHAAN C-ETR SIZE ROA LEV SALES_G CAPINT RISK KOPOL
1 2015 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 0,11857 29,164 0,04576 0,34313 -0,18181 0,02365 0,0554 0
2 2015 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 0,13870 31,215 0,06528 0,38658 0,10611 0,02230 0,1027 0
3 2015 CTRA Ciputra Development Tbk 0,19539 30,899 0,06628 0,50301 0,18517 0,11280 0,1319 0
4 2015 DART Duta Anggada Realty Tbk 0,52395 29,378 0,03097 0,40270 -0,34572 0,00478 0,0753 0
5 2015 DILD Intiland Development Tbk 0,29438 29,962 0,04073 0,53630 0,20403 0,02190 0,0803 0
6 2015 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0,14452 29,830 0,07443 0,24225 0,09291 0,03432 0,1647 0
7 2015 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 0,40208 28,085 0,04631 0,39827 -0,26402 0,02975 0,1007 0
8 2015 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk 0,06020 29,549 0,18572 0,07881 -0,52421 0,03128 0,1892 0
9 2015 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0,25512 29,907 0,03403 0,48897 0,12177 0,22508 0,1054 0
10 2015 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0,26294 29,332 0,16707 0,33660 0,17614 0,01479 0,1863 0
11 2015 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0,47265 31,353 0,02478 0,54226 -0,23551 0,06610 0,0908 0
12 2015 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 0,18147 30,184 0,06801 0,52835 0,04575 0,08784 0,0941 0
13 2015 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0,21729 29,373 0,15582 0,50446 0,81358 0,40086 0,3361 0
14 2015 MTLA Metropolitan Land Tbk 0,01154 28,918 0,06628 0,38874 -0,02551 0,10051 0,1566 0
15 2015 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0,41023 29,172 0,05988 0,48479 0,08074 0,17635 0,4679 0
16 2015 PTPP PP (Persero) Tbk 0,46239 30,584 0,04413 0,73134 0,14404 0,15601 0,1011 1
17 2015 PWON Pakuwon Jati Tbk 0,00378 30,564 0,07458 0,49649 0,19440 0,07760 0,1731 0
18 2015 RDTX Roda Vivatex Tbk 0,00015 28,258 0,13816 0,15095 -0,02123 0,70443 0,3083 0
19 2015 SMRA PT Summarecon Agung Tbk 0,22090 30,563 0,05673 0,59859 -0,02318 0,02242 0,1257 0
20 2015 TOTL Total Bangun Persada Tbk 0,43818 28,677 0,06721 0,69562 0,07587 0,06827 0,1242 0
21 2015 WIKA Wijaya Karya Tbk 0,63797 30,607 0,03586 0,72258 0,09282 0,16245 0,0861 1
22 2015 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 0,21841 31,042 0,03456 0,67983 0,37582 0,06345 0,0604 1
Bersambung pada halaman selanjutnya
101
No TAHUN KODE NAMA PERUSAHAAN C-ETR SIZE ROA LEV SALES_G CAPINT RISK KOPOL
1 2016 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 0,08636 29,281 0,06460 0,34859 0,20004 0,03313 0,0752 0
2 2016 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk 0,15425 31,276 0,05321 0,36402 0,05028 0,02150 0,0948 0
3 2016 CTRA Ciputra Development Tbk 0,20171 31,001 0,04027 0,50819 -0,10313 0,10436 0,1047 0
4 2016 DART Duta Anggada Realty Tbk 0,17236 29,434 0,03163 0,40270 -0,10439 0,01247 0,0645 0
5 2016 DILD Intiland Development Tbk 0,43158 30,103 0,02511 0,57285 0,03433 0,02057 0,0635 0
6 2016 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0,10276 29,902 0,08673 0,19596 0,19720 0,03546 0,1791 0
7 2016 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 0,33955 28,082 0,02995 0,35629 0,03100 0,02643 0,0934 0
8 2016 GWSA PT Greenwood Sejahtera Tbk 0,07075 29,572 0,03018 0,06872 0,68905 0,02908 0,0353 0
9 2016 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0,21260 30,004 0,03974 0,47469 -0,06653 0,21494 0,1236 0
10 2016 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0,10071 29,363 0,09549 0,24950 -0,27146 0,01550 0,1173 0
11 2016 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0,34697 31,451 0,02691 0,51594 0,18267 0,06364 0,0989 0
12 2016 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 0,35616 30,308 0,03448 0,54640 -0,17165 0,08075 0,0572 0
13 2016 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0,15115 29,520 0,18139 0,43817 0,22456 0,40673 0,3564 0
14 2016 MTLA Metropolitan Land Tbk 0,00299 29,000 0,08049 0,36367 0,04972 0,09863 0,1796 0
15 2016 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0,34854 29,154 0,15821 0,50175 0,00891 0,17465 0,5552 0
16 2016 PTPP PP (Persero) Tbk 0,59143 31,072 0,03687 0,65433 0,15766 0,13377 0,1089 1
17 2016 PWON Pakuwon Jati Tbk 0,01972 30,660 0,08611 0,46698 0,04671 0,08221 0,1881 0
18 2016 RDTX Roda Vivatex Tbk 0,00060 28,374 0,12371 0,13003 -0,03643 0,64888 0,2914 0
19 2016 SMRA PT Summarecon Agung Tbk 0,48192 30,666 0,02907 0,60762 -0,04012 0,02169 0,1044 0
20 2016 TOTL Total Bangun Persada Tbk 0,34463 28,713 0,07500 0,68053 0,04980 0,06321 0,1394 0
21 2016 WIKA Wijaya Karya Tbk 0,53400 31,068 0,03689 0,59807 0,15042 0,11145 0,0791 1
22 2016 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk 0,40784 31,749 0,02952 0,72693 0,68083 0,05332 0,0508 1
Sumber : Data sekunder telah diolah
102
Lampiran Data
Output SPSS
103
Hasil Uji Deskriptif
Hasil Uji Multikolonieritas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CETR 110 ,00015 ,73813 ,2384878 ,16789632 SIZE
110 1207905280350 61425181722030 11374314909090,
91 1109878091186
9,566 ROA 110 ,0081 ,2565 ,079902 ,0499050 LEV 110 ,0560 ,8434 ,460095 ,1803875 SALES_G 110 -,8712 1,7659 ,213687 ,3517554 CAPINT 110 ,0028 ,8464 ,122247 ,1809995 RISK 110 ,0337 ,5552 ,167477 ,1058268 KOPOL 110 0 1 ,14 ,345 Valid N (listwise) 110
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 110
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,11512740
Most Extreme Differences Absolute ,078
Positive ,078
Negative -,067
Test Statistic ,078
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 SIZE ,720 1,390
ROA ,520 1,925
LEV ,514 1,946
SALES_G ,896 1,116
CAPINT ,557 1,794
RISK ,388 2,580
KOPOL ,566 1,767
a. Dependent Variable: CETR
104
Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,439 ,247 1,777 ,079
SIZE -,013 ,008 -,163
-
1,566 ,121 ,720 1,390
ROA -,157 ,184 -,104 -,851 ,397 ,520 1,925
LEV ,080 ,051 ,193 1,564 ,121 ,514 1,946
SALES_G ,011 ,020 ,050 ,538 ,591 ,896 1,116
CAPINT -,030 ,049 -,073 -,616 ,539 ,557 1,794
RISK ,017 ,101 ,023 ,165 ,870 ,388 2,580
KOPOL ,064 ,026 ,296 2,521 ,013 ,566 1,767
a. Dependent Variable: absut
Hasil Uji Autokolerasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00383
Cases < Test Value 55
Cases >= Test Value 55
Total Cases 110
Number of Runs 59
Z ,575
Asymp. Sig. (2-tailed) ,565
a. Median
105
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil Uji Statistik F
Hasil Uji Statistik t
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,728a ,530 ,498 ,11901230
a. Predictors: (Constant), KOPOL, SALES_G, CAPINT, SIZE, ROA,
LEV, RISK
b. Dependent Variable: CETR
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,628 7 ,233 16,419 ,000b
Residual 1,445 102 ,014 Total 3,073 109
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), KOPOL, SALES_G, CAPINT, SIZE, ROA, LEV, RISK
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,082 ,425 2,547 ,012
SIZE -,033 ,014 -,183 -2,290 ,024
ROA -1,312 ,317 -,390 -4,141 ,000
LEV ,387 ,088 ,415 4,387 ,000
SALES_G -,038 ,034 -,079 -1,100 ,274
CAPINT -,125 ,084 -,135 -1,480 ,142
RISK ,372 ,173 ,234 2,150 ,034
KOPOL ,122 ,044 ,251 2,784 ,006
a. Dependent Variable: CETR