54
PENGARUH JENIS RUMPUT DAN NAUNGAN DI BAWAH POHON KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKSI BAHAN SEGAR DAN BAHAN KERING SERTA PROPORSI BATANG DAN DAUN HIJAUAN RUMPUT (Skripsi) Oleh Winda Puspita Sari FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

PENGARUH JENIS RUMPUT DAN NAUNGAN DI BAWAH …digilib.unila.ac.id/54393/5/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ... kontinuitasnya

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH JENIS RUMPUT DAN NAUNGAN DI BAWAH POHONKELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKSI BAHAN SEGAR DAN BAHANKERING SERTA PROPORSI BATANG DAN DAUN HIJAUAN RUMPUT

(Skripsi)

Oleh

Winda Puspita Sari

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2018

ABSTRAK

PENGARUH JENIS RUMPUT DAN NAUNGAN DI BAWAH POHONKELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKSI BAHAN SEGAR DAN BAHANKERING SERTA PROPORSI BATANG DAN DAUN HIJAUAN RUMPUT

Oleh

Winda Puspita Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis rumput dan naungan dibawah pohon kelapa sawit terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering,dan proporsi batang dan daun. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – Mei2018 di daerah Tanjung Agung Kec. Katibung Kalianda, Lampung Selatan dan diLaboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, UniversitasLampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi(Split Plot Design) secara eksperimental dengan menggunakan rancanganlingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor yang diteliti adalah (1) jenislahan, yang terdiri dari dua taraf, yaitu N0 (lahan tanpa naungan) dan N1 (lahan dibawah naungan kelapa sawit); dan (2) jenis rumput yang terdiri dari tiga taraf,yaitu rumput gajah (G); rumput setaria (S); dan rumput odot (O). Setiap unitperlakuan percobaan berupa petak lahan berukuran 2,40 x 2,25 m2. Data yangdiperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%, jika hasil berbedanyata di uji lanjut menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat interaksi antara naungan dan jenis rumput (P<0,05) terhadapproduksi bahan segar, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadapkandungan produksi bahan kering. Naungan kelapa sawit berpengaruh sangatnyata (P<0,01) terhadap produksi bahan segar dan produksi bahan kering.Penggunaan jenis rumput yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadapproduksi bahan segar, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadapkandungan produksi bahan kering. Produksi rumput terbaik pada lahan tanpanaungan yaitu rumput gajah. Produksi rumput terbaik pada lahan naungan yaiturumput odot. Perlakuan pada lahan naungan kelapa sawit rumput gajahmenghasilkan proporsi batang tertinggi, sedangkan rumput odot menghasilkanproporsi daun tertinggi.

Kata kunci : naungan, produksi rumput, proporsi batang dan daun.

ABSTRACT

THE EFFECT OF GRASS SPECIES AND PALM OIL SHADE ON THEPRODUCTION OF FRESH AND DRY MATTER AND THE STEMS AND

LEAVES GRASS

By

Winda Puspita Sari

This research aim to know the effect of grass type and palm oil shade on theproduction of fresh production and dry matter and the stems and leaves grass.This research was conducted on January—May 2018 at Tanjung Agung, KatibungDistrict, Lampung Selatan Regency and the Nutrition and Feeding Laboratory,Faculty of Agriculture, University of Lampung. The study was done based onCompletely Randomized Design with split plot design. Factors studied were (1)land type, consisting of two levels, namely N0 (land without shade) and N1 (landunder of the palm oil shade) and (2) type of grass, consisting of three levels,namely Pennisetum purpureum (G); Setaria sphacelata (S); and Pennisetumpurpureum cv. Mott (O). Each experimental treatment unit is plots of landmeasuring 2,40 x 2,25 m2. Obtained data were analyzed with the assumptions ofvariance by 5% or 1%, if the result were significantly different in the advancedusing Duncan Multiple Range Test. Results showed that the interaction issignificantly affected (P<0,05) fresh production, but did not significantly affected(P>0,05) on dry production. The shade of palm oil is very significantly affected(P<0,01) on fresh production and dry production. The type of grass issignificantly affected (P<0,05) on fresh production, but did not significantlyaffected (P>0,05) on dry production. The best production on shadeless land isPennisetum purpureum. The best production on shade land is Pennisetumpurpureum cv. Mott. Treatment in oil palm shade Pennisetum purpureumproduces the highest propotion of stems, while Pennisetum purpureum cv. Mottproduces the highest propotion of leaves.

Keywords: grass production, propotion of stems and leaves, shade.

PENGARUH JENIS RUMPUT DAN NAUNGAN DI BAWAH POHONKELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKSI BAHAN SEGAR DAN BAHANKERING SERTA PROPORSI BATANG DAN DAUN HIJAUAN RUMPUT

Oleh

Winda Puspita Sari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Peternakan

Pada

Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pujosari, Kecaman Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu

pada 02 November 1996. Penulis sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak

Rusmono dan Ibu Sumarti, adik dari Bambang Herwanto dan Tri Harmoko, serta

kakak dari Ade Satria Tedi Putra. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah

dasar di SDN 3 Mataram pada 2008, pendidikan menengah pertama di SMPN 3

Gadingrejo pada 2011, dan pendidikan menengah atas di SMAN 2 Gadingrejo

pada 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan di Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada Januari—Maret 2017 di Desa

Kota Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah. Pada Juli—Agustus

2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Nusantara Tropical Farm,

Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur dan melaksanakan

penelitian pada Januari -- Mei di Kalianda, Lampung Selatan dan Laboratorium

Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen

mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak pada tahun ajaran 2014/2015, mata

kuliah Bahan Pakan dan Formulasi Ransum pada 2015/2016, mata kuliah

Produksi Ternak Unggas pada 2017/2018. Pada 2016/2017 penulis terdaftar

sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET).

MOTTO

“Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina, sesungguhnyamenuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim (Hadist Rawi danSanad)”“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada dijalan Allah hingga ia pulang (HR. Turmudzi)”“Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukancaranya. Namun jika tak serius, kau hanya akan menemukanalasan (Jim Rohn)”“Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yangtidak pernah mencoba hal baru (Albert Einstein)”“Setiap orang yang banyak membaca tapi sedikit menggunakanakalnya sendiri akan menjadi orang yang malas berfikir (AlbertEinstein)”“Kerjakan apapun yang bisa dilakukan sekarang, no words butaction (Winda Puspita Sari)”

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

Ibu Bapak yang saya sayangi, Mas Bambang, Mas Tri, danAde, seluruh keluarga besarku, seluruh sahabatku terutama

ISTIQLAL, orang-orang yang menyayangiku, serta almamatertercinta yang selalu ku banggakan.

Tanpa dukungan, doa, motivasi, pengorbanan, dan kasih sayangmereka, saya tidaklah berarti apa-apa.

Semoga karya kecil ini bukan menjadi karya yang terakhir untukpenulis.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW beserta

keluarga dan sahabatnya tercinta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian-- yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan

mengesahkan skripsi ini.

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt.,M.P.-- selaku Ketua Jurusan Peternakan-- yang telah

memberikan arahan, nasihat dan dukungan dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc.-- selaku Pembimbing Utama—atas arahan,

bimbingan dan nasihat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.-- selaku Pembimbing Anggota—atas

ide penelitian, arahan, saran serta motivasi selama penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.-- selaku pembahas-- atas bantuan, petunjuk dan

saran selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si., selaku pembimbing akademik penulis -- yang

telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan nasehat.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.

8. Bapak Rusmono dan Ibu Sumarti tercinta yang telah mencurahkan kasih

sayang, cinta, tenaga, doa, perhatian dan motivasi dengan tulus ikhlas.

9. Mas Bambang dan Mas Tri atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan.

10. Ade, Ferdy, Bella, Devan, dan Safa yang telah memberikan keceriaan.

11. Desi Savitri, Yudi, Zulfa, Dini, dan Cloudia selaku teman seperjuangan

selama penelitian atas bantuan dan motivasi yang diberikan.

12. Desi Savitri, Tri Isngatirah, Deva Agustia, Riska Munjiati, dan Siti Makrifat

atas dukungan, perhatian, doa, kasih sayang, semangat, dan keceriaan yang

telah diberikan.

13. Teman-teman dari SDN 3 Mataram, SMPN 3 Gadingrejo, dan SMAN 2

Gadingrejo atas motivasi, bantuan dan semangat yang diberikan.

14. Seluruh teman-teman angkatan Jurusan Peternakan 2013, 2014, 2015, dan

2016 yang telah memberikan kesan mendalam selama menjadi mahasiswa.

15. Teman-teman KKN Kota Batu yang telah memberikan kesan dan dukungan,

serta semangat.

Bandarlampung, 04 Oktober 2018

Winda Puspita Sari

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1

B. Tujuan Penelitian........................................................................... 3

C. Manfaat Penelitian......................................................................... 3

D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3

E. Hipotesis........................................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Rumput Odot ................................................... 6

B. Gambaran Umum Rumput Setaria ................................................ 7

C. Gambaran Umum Rumput Gajah ................................................. 9

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ........ 10

E. Gambaran Umum Pupuk............................................................... 13

F. Pupuk Kandang Kotoran Ayam .................................................... 15

G. Pemotongan (Defoliasi) ................................................................ 18

H. Tanaman Kelapa Sawit ................................................................. 19

ii

I. Naungan Tanaman ........................................................................ 20

J. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman...................... 21

K. Pengaruh Naungan terhadap Tanaman.......................................... 22

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 24

B. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................ 24

1. Bahan penelitian........................................................................ 24

2. Alat penelitian ........................................................................... 24

C. Rancangan Perlakuan .................................................................... 25

D. Rancangan Percobaan ................................................................... 25

E. Rancangan Peubah ........................................................................ 26

F. Analisis Data ................................................................................. 26

G. Prosedur Penelitian........................................................................ 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Perlakuan Naungan Kelapa Sawit terhadap ProduksiSegar Hijauan Rumput .................................................................. 31

B. Pengaruh Perlakuan Naungan Kelapa Sawit terhadap ProduksiBahan Kering Hijauan Rumput..................................................... 37

C. Pengaruh Perlakuan Naungan Kelapa Sawit terhadap ProporsiBatang dan Daun Hijauan Rumput .............................................. 41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................... 48

B. Saran.............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 50

LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandangsegar dan pupuk kandang yang sudah dikomposkan .................. 15

2. Produksi segar hijauan rumput...................................................... 33

3. Produksi bahan kering hijauan rumput ......................................... 38

4. Proporsi batang hijauan rumput .................................................... 42

5. Proporsi daun hijauan rumput ....................................................... 45

6. Produksi segar tanaman rumput hasil penelitian........................... 57

7. Analisis ragam produksi segar hijauan rumput............................. 57

8. Nilai uji duncan terhadap produksi segar hijauan rumput ............ 57

9. produksi bahan kering tanaman rumput hasil penelitian .............. 58

10. Analisis ragam produksi bahan kering hijauan rumput .............. 58

11. Nilai uji duncan terhadap produksi kering hijauan rumput......... 58

12. Proporsi batang tanaman rumput hasil penelitian ....................... 59

13. Analisis ragam proporsi batang hijauan rumput ......................... 59

14. Nilai uji duncan terhadap proporsi batang hijauan rumput......... 59

15. Proporsi daun tanaman rumput hasil penelitian.......................... 60

16. Analisis ragam proporsi daun hijauan rumput ............................ 60

17. Nilai uji duncan terhadap proporsi daun hijauan rumput............ 60

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan ..................................................................... 26

2. Produksi segar hijauan rumput...................................................... 34

3. Produksi bahan kering hijauan rumput ......................................... 39

4. Proporsi batang hijauan rumput .................................................... 43

5. Proporsi daun hijauan rumput ....................................................... 47

6. Hasil analisis tanah di bawah naungan kelapa sawit..................... 61

7. Hasil analisis tanah di lahan kosong ............................................. 62

8. Pemupukan lahan .......................................................................... 63

9. Penanaman rumput........................................................................ 63

10. Tanaman rumput ......................................................................... 64

11. Pemanenan rumput...................................................................... 65

12. Proses pemisahan batang dan daun............................................. 65

13. Proses pemotongan rumput......................................................... 66

14. Analisis kadar air ........................................................................ 66

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hijauan sebagai salah satu faktor utama yang menentukan produktivitas

ruminansia. Salah satu jenis hijauan adalah rumput yang dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ruminansia. Penyediaan hijauan sebaiknya dilakukan dengan

penanaman rumput sebagai upaya peningkatan produksi hijauan untuk menunjang

peningkatan produksi ternak. Salah satu langkah untuk mengurangi keterbatasan

penyedian hijauan dan pakan adalah dengan pemanfaatan hijauan yang tumbuh di

lahan perkebunan.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun

kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

usaha peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan oleh hampir 90% pakan

ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10--15%

dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan tambahan (feed

supplement). Hijauan dan konsentrat sangat dibutuhkan oleh ternak oleh karena

itu, ketersediaannya harus berlangsung secara terus-menerus untuk meningkatkan

produksi ternak.

2

Salah satu lahan yang berpotensi menjadi sumber hijauan pakan adalah lahan

perkebunan. Lahan perkebunan yang cocok digunakan sebagai sumber pakan

hijauan adalah perkebunan kelapa sawit. Indonesia merupakan negara penghasil

sawit terbesar dunia dengan luas lahan sawit hampir 10 juta ha (BPS, 2015). Laju

pertambahan kebun kelapa sawit di Indonesia sejak tahun 2008—2011 mencapai

6,92%, yaitu meningkat dari 7.363.703 menjadi 7.873.384 ha (Ditjenbun, 2011).

Diperkirakan bahwa sekitar 70—80% dari areal perkebunan tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan ternak (Chen, 1985).

Kapasitas tampung vegetasi di bawah perkebunan kelapa sawit untuk ternak sapi

bervariasi, tergantung antara lain oleh umur kelapa sawit dan komposisi botani.

Aspek ekonomi, sistem integrasi perkebunan sawit dan ternak terutama sapi

banyak dilaporkan yaitu merupakan simbiosis mutualistik (saling

menguntungkan), dengan mengurangi biaya produksi kebun kelapa sawit, biaya

tenaga kerja, biaya pupuk tanpa mengurangi produksi buah segar kelapa sawit

(Purwantari et al., 2015)

Pola perkembangan usaha peternakan pada perkebunan kelpaa sawit merupakan

salah satu jalan keluar pemenuhan kebutuhan hijauan tanaman pakan tanpa

membuka lahan baru. Usaha perkebunan sawit merupakan usaha padat modal,

sehingga dengan adanya integrasi sawit dan tanaman diharapkan dapat menekan

keterbatasan lahan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian

mengenai penanaman beberapa jenis rumput untuk mengetahui pengaruh naungan

kelapa sawit terhadap produktivitas rumput.

3

B Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. mengetahui interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

produksi rumput (produksi bahan segar dan bahan kering);

2. mengetahui jenis rumput yang dapat berproduksi tinggi di bawah naungan

kelapa sawit dan tanpa naungan kelapa sawit.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

Mengembangkan beberapa jenis hijauan rumput dengan memanfaatkan lahan

perkebunan yang dapat meningkatkan produksi hijauan.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam 3 kelompok besar yaitu

C3, C4, dan CAM. Secara morfologis, anatomis, dan biokimia, tanaman C3 dan

C4 berbeda. Umumnya daun tanaman C4 berbentuk memanjang sempit, memiliki

ruang antar sel kecil-kecil dengan vena rapat dan sel-sel berkas pengangkut besar

berisi banyak kloroplas. Tanaman C3 kloroplas terdapat pada semua sel mesofil,

masing-masing berisi enzim fotosintetik yang mengikat sebagian CO2 yang

berdifusi ke dalam daun. Pada tanaman C4 ada 2 tipe sel fotosintesis, sel-sel

berkas pengangkut yang besar di sekitar vena dan sel-sel mesofil sekitar berkas

pengangkut.

4

Tanaman C4 merupakan jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti

jagung, tebu, rumput-rumputan. Adaptasi dalam pengikatan CO2 terdapat dalam

kawasan yang panas, keadaan kering dan sedikit lembab. Berdasarkan ciri-ciri

tanaman C4 tersebut dapat disimpulkan bahwa rumput gajah, rumput setaria, dan

rumput odot termasuk tanaman C4.

Produksi berat segar rumput setaria mencapai 100--110 ton/ha/tahun. Nilai gizi

yang terkandung dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6--7%, serat kasar

42,0%, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8%.

(Prawiradiputra et al., 2006). Produksi bahan segar rumput gajah yaitu 100--200

ton/ha/tahun dan produksi bahan kering rumput gajah yaitu 15 ton/ha/tahun

(Reksohadiprojo, 1985). Rumput gajah odot mempunyai produksi bahan kering

40 sampai 63 ton ha/tahun dengan rata-rata kandungan gizi-gizi yaitu : protein

kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96%, dan

TDN 51% (Susetyo, 1969).

Adaptasi rumput gajah toleran terhadap berbagai jenis tanah, tidak tahan

genangan, tetapi responsif terhadap irigasi, suka tanah lempung yang subur,

tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan, tahan terhadap lindungan sedang

dan berada pada curah hujan cukup, sekitar 1000 mm/tahun. Rumput setaria

tumbuh baik pada curah hujan 750 mm/tahun atau lebih, toleran terhadap berbagai

jenis tanah tetapi lebih suka pada tanah tekstur sedang, tahan naungan, tahan

genangan dan kekeringan. Rumput odot mudah beradaptasi dengan kondisi lahan,

tidak perlu perawatan khusus.

5

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

1. terdapat interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

produksi rumput (produksi bahan segar dan bahan kering);

2. jenis rumput yang memiliki produksi tinggi di bawah naungan kelapa sawit

yaitu rumput setaria dan jenis rumput yang memiliki produksi tinggi tanpa

naungan kelapa sawit yaitu rumput gajah.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Rumput Odot

Rumput gajah mini merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai

produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki

palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia, dapat hidup diberbagai tempat,

tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat

kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan

perakaran serabut yang kompak dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas

secara teratur (Syarifuddin, 2006).

Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan

rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua,

dengan panjang stek 20--25 cm (2--3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata).

Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah

pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994).

Rumput odot adalah salah satu jenis rumput gajah dari hasil pengembangan

teknologi hijauan pakan. Rumput odot atau gajah mini memiliki ukuran tubuh

yang kerdil/kecil yang merumpun. Morfologi batangnya berbuku dengan jarak

sangat pendek jika dibandingkan dengan rumput gajah pada umumnya. Selain itu,

tekstur batang rumput ini sedikit lunak sehingga sangat disenangi oleh ternak,

7

utamanya sapi perah (Hasan, 2012). Rumput odot mempunyai produksi bahan

kering 40 sampai 63 ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan gizi-gizi yaitu :

protein kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu

15,96% dan TDN 51% (Susetyo, 1969).

Pertama kali penanaman rumput odot bisa dipanen pada umur 70--80 hari. Ciri

rumput yang sudah dapat dipanen adalah adanya ruas batang yang sudah

berukuran 15 cm. Umur panen pada musim penghujan 35--45 hari, pada musim

kemarau 40--50 hari. Potong pendek sejajar dengan tanah. Pemanenan pertama

kali sebaiknya dipanen lebih dari 60 hari atau ditunggu batangnya sampai dengan

30-- 40 cm. Jarak tanaman dalam barisan 50--75 cm, jarak tanam antar barisan

75--150 cm (Ismono dan Susetyo, 1977).

B. Gambaran Umum Rumput Setaria

Rumput setaria mempunyai nama-nama yang spesifik pada setiap wilayah,

adapun dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata,

sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal Setaria, Malaysia mengenal

dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga-bunga, sedangkan

Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho. Kadar nitrogen yang

terdapat pada rumput Setaria bervariasi tergantung pada umur tanaman, pada

tanaman muda kadarnya di atas 3% dan pada tanaman dewasa di bawah 1%.

Kadar nutrien antara satu kultivar dengan kultivar lainnya berbeda. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan waktu berbunga. Setaria merupakan rumput yang

dapat beradaptasi baik terhadap tanah asam dengan kesuburan rendah dan tahan

genangan air (Reksohadiprodjo, 1985).

8

Di daerah dataran rendah, rumput setaria ini bisa tumbuh baik jika mendapatkan

curah hujan yang cukup dan dapat mencapai ratusan batang, pertumbuhan

kembali sehabis dipotong (regrowth) sangat cepat. Rumput setaria dapat

beradaptasi terhadap tanah yang tahan kekeringan dan naungan. Kemampuan

rumput setaria untuk menyesuaikan dengan lingkunganya dari faktor genetik

berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksinya (Whiteman, 1980).

Potensi rumput setaria dalam kehidupan ternak ruminansia sangat berpengaruh

untuk mencukupi kelangsungan hidup sebagai sumber gizi yaitu protein, sumber

tenaga, vitamin dan mineral bagi ternak. Rumput Setaria dapat juga disimpan

dalam jumlah yang banyak (diawetkan) apabila terjadi kemarau panjang maka

akan ada cadangan makanan (Reksohadiprodjo dan Utomo, 1983.)

Pada kondisi baik satu rumpun rumput setaria biasanya menghasilkan

ratusan batang, pertumbuhan kembali (regrowth) setelah dipotong sangat cepat

namun dengan bertambahnya umur rasio batang dan daun cepat meningkat akan

dibarengi oleh menurunnya nilai nutrisi. Produksi berat segar rumput setaria

mencapai 100--110 ton/ha/tahun. Nilai gizi yang terkandung dalam rumput setaria

adalah protein kasar 6--7%, serat kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

(BETN) 36,1% dan lemak 2,8%. Rumput setaria selain sebagai rumput potong

untuk pakan, juga digunakan sebagai rumput untuk padang penggembalaan,

karena tahan injakan (Prawiradiputra et al., 2006).

Pemotongan pada rumput setaria dapat dilakukan pada umur 35-- 40 hari (musim

hujan) dan 60 hari (musim kemarau). Tinggi pemotongan antara 10-- 15 cm dari

9

permukaan tanah. Jarak tanam rumput setaria 40--50 cm (Ismono dan Susetyo,

1977).

C. Gambaran Umum Rumput Gajah

Rumput gajah disebut juga Elephant grass, Uganda Grass, Napier grass, dan

dalam bahasa latinnya adalah Pennisetum purpureum, termasuk ordo : Ainthopyta,

sub ordo Angiospermae, family Graminae, genus Pennisetum dan spesies

Purpureum. Rumput gajah termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) yang

telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak (Manglayang, 2005).

Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinggian 0--3000 m di atas permukaan laut

(dataran rendah sampai dataran tinggi), dan tumbuh baik pada tanah subur dan

tidak terlalu liat, pH tanah lebih kurang 6,5 dengan curah hujan sekitar 1000

mm/tahun. Daya adaptasi sangat luas mulai dari jenis tanah tekstur ringan, sedang

sampai berat, dan tanah yang kurang subur serta dikelola dengan kurang baik

rumput gajah masih tetap menghasilkan hijauan yang tinggi. Kondisi tanah yang

diperlukan untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah tanah yang lembab,

kelembapan yang dikehendaki oleh rumput gajah adalah 60--70% (Vanis, 2007).

Rumput gajah (Pennisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang

merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan

nilai gizinya. Produksi bahan segar rumput gajah yaitu 100--200 ton/ha/tahun dan

produksi bahan kering rumput gajah yaitu 15 ton/ha/tahun (Reksohadiprojo,

1985).

10

Panen pertama pada rumput gajah dapat di lakukan pada umur 50-- 60 hari setelah

tanaman mencapai tinggi 1 m. Panen selanjutnya setiap 40 hari sekali pada

musim hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari

permukaan tanah antara 10--15 cm. Jarak tanam bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100

cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm (Ismono dan Susetyo, 1977).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal

perangsang pertumbuhan (kendali genetik) dan unsur-unsur iklim, tanah dan

biologis dari lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor insternal (genetik),

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, laju

fotosintetik, respirasi, pembagian hasil asimilasi dan nitrogen, klorofil,karoten dan

kandungan pigmen lainnya, aktifitas enzim, pengaruh langsung gen (misalnya

heterosis, epistasis dan differensiasi).

b. Faktor Eksternal

1. Edafik (tanah) yang meliputi tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas

pertukaran kation chation exchange capacity (CEC), pH, kejenuhan basa dan

ketersediaan nutrien (makronutrien maupun mikronutrien). Menurut Ewusie

(1990), bahwa tumbuhan mendapatkan sumber hidupnya dari larutan tanah bukan

hanya air tetapi juga seluruh persediaan unsur nitrogen, belerang, fosfor, kalsium,

kalium, besi, dan magnesium, bersama-sama dengan unsur runut sperti boron,

11

seng, tembaga, dan mangan. Semua unsur ini termasuk dalam makronurien dan

mikronutrien.

Makronutrien dan mikronutrien meliputi molibdenum, tembaga, seng, mangan,

besi, boron, klor, belerang, fosfor, magnesium, kalsium, kalium, nitrogen,

oksigen, karbon dan nitrogen. Ketersediaan hara atau nutrien pertumbuhan

tanaman tidak saja dipengaruhi oleh unsur makro yang terdapat dalam jumlah

banyak di alam tetapi oleh unsur mikro yang terdapat dalam jumlah minimum di

dalam tanah, seperti boron (Setiadi, 2001).

Tanah merupakan faktor lingkungan yang mengandung komponen-komponen

biotis maupun abiotis yang diperlukan oleh organisme. Tanah tidak hanya

merupakan faktor lingkungan tetapi juga hasil dari aktifitas organik. Tanah

penting bagi tanaman karena merupakan tempat bermukim, sumber-sumber air

dan unsur-unsur hara.

Fungsi utama tanah menurut Karlen et al. (1976) meliputi:

a. Sebagai sumber daya dalam menyimpan dan membaur hara dalam biosfer

tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan hijauan makan ternak.

b. Sebagai matriks, tempat akar berpegang serta tumbuh dan tempat menyimpan

dan meregulasi aliran air dan larutan.

c. Menyaring, mencegah, mendegradasi dan menurunkan kadar racun dari

material organik maupun anorganik.

2. Biologis meliputi gulma (tanaman liar yang mengganggu tanaman budidaya),

serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, macam-macam tipe herbivora,

12

dan mikroorganisme tanah seperti bakteri pemfiksasi nitrogen dan bakteri

denitrifikasi, serta mikorhiza (assosiasi simbolik antara jamur dengan akar

tanaman termasuk adanya zat penghambat tanaman lain yaitu allelopati).

1. Iklim meliputi cahaya, temperature, air, panjang hari, angin, dan gas

(karbondioksida, oksigen, nitrogen, sulfat dan lain-lain).

a. Cahaya matahari merupakan sumber utama dari energi yang diperlukan bagi

kehidupan. Penyinaran cahaya matahari secara langsung dapat menyebabkan

protoplasma rusak dan mati. Cahaya matahari adalah sebab pokok dari semua

perubahan dan pergerakan di dalam atmosfir, mempengaruhi cuaca dan iklim.

Cahaya juga mempengaruhi sifat-sifat tanaman dan hewan. Cahaya merupakan

faktor vital bagi kehidupan organisme tetapi kadang-kadang dapat juga

menjadi faktor pembatas baik pada taraf maksimum maupun minimum.

Tumbuh-tumbuhan hijau mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari

yang diserap melalui klorofil untuk proses fotosintesis.pengaruh lain dari

cahaya bagi tumbuhan adalah merangsang proses differensiasi jaringan dan sel-

sel tumbuhan.

b. Perbedaan terbesar antara suhu siang dan malam terdapat selama musim kering

di daerah sabana pedalaman. Perbedaan ini tentu saja mempengaruhi proses

fisiologi maupun anatomi tumbuhan (Ewusie,1990). Suhu juga mempengaruhi

proses perkecambahan biji. Suhu optimum perkecambahan kebanyakan biji

ialah antara 15-300C. Umumnya kisaran suhu perkecambahan pada spesies

tropika bergeser ke suhu yang lebih tinggi dengan suhu minimum antara 10--

13

200C, sedangkan banyak spesies iklim sedang seperti gandum dan rumput

padang penggembalaan berkecambah pada suhu serendah 00C.

c. Air merupakan bagian terbesar dari protoplasma, sebagai bahan pereaksi yang

penting bagi proses fotosintesis dan proses hidrolisis seperti perombakan pati

menjadi gula, merupakan bahan pelarut yang membawa garam-garam mineral

dan unsur-unsur hara lainnya masuk ke dalam tumbuhan dan bagian lain dari

tumbuhan, air juga penting bagi proses pembentukan turginitas, sel yang

sedang tumbuh, menjaga bentuk daun, proses membuka dan menutupnya

stomata dan pergerakan struktur dari tanaman.

d. Angin sangat berpengaruh dalam hal kelembaban udara. Lapisan udara yang

lembab di dekat tanaman diangkut dan di campur dengan udara yang lebih

kering. Hal ini akan membantu proses transpirasi. Selain itu angin penting

dalam mengangkut dan menyebarkan biji, serbuk sari dan spora.

E. Gambaran Umum Pupuk

Kotoran ternak bermanfaat bagi tanaman, telah diketahui sebelum teknologi

pembuatan pupuk buatan ditemukan, kotoran ternak telah banyak digunakan

untuk memupuk tanaman. Menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk kandang,

zat-zat yang berguna di dalam kotoran tersebut dapat dimanfaatkan secara

maksimal (Setiawan, 1999).

Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan

unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan mikro (besi,

seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Pupuk kandang berfungsi untuk

14

meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas

tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Mayadewi, 2007).

Menurut Rostini et al.(2016) jenis pupuk kandang berdasarkan jenis ternak atau

hewan yang menghasilkan kotoran antara lain adalah pupuk kandang kotoran sapi,

pupuk kandang kuda, pupuk kandang kotoran kambing atau domba, pupuk

kandang babi, dan pupuk kandang unggas. Beberapa petani di beberapa daerah

memisahkan antara pupuk kandang padat dan cair. Pupuk kandang padat yaitu

kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah

dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat

memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. Penanganan pupuk kandang

padat oleh petani umumnya adalah sebagai berikut: kotoran ternak besar

dikumpulkan 1--3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan dikumpulkan

dengan cara ditumpuk di suatu tempat tertentu. Petani yang telah maju ada yang

memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk mengurangi bau dan

mempercepat pengomposan. Kandungan unsur hara dan rasio C/N dalam

berbagai jenis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 1.

15

Tabel 1. Kandungan hara dan rasio C/N di dalam pupuk kandang segar dan pupukkandang yang sudah dikomposkan

Jenis bahan asalKadar hara

N P K C/NBahan segar -----------------%-------------Kotoran sapi 1,53 0,67 0,70 41,46Kotoran kambing 1,41 0,54 0,75 32,98Kotoran ayam 1,50 1,97 0,68 28,12Kompos -----------------%-------------Kotoran sapi 2,34 1,08 0,69 16,8Kotoran kambing 1,85 1,14 2,49 11,3Kotoran ayam 1,70 2,12 1,45 10,8

Sumber: Widowati et al.(2005)

F. Pupuk Kandang Kotoran Ayam

Pupuk kandang broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari

pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat

yang diberikan, selain itu dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa

makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang sehingga dapat menyumbangkan

tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil

penelitian aplikasi pupuk kandang kotoran ayam selalu memberikan respon

tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang

kotoran ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang

cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk

kandang lainnya (Widowati et al., 2005).

Menurut Sutriadi dan Nursyamsi (2005), aplikasi pupuk kandang kotoran ayam

sebesar 2 ton/ha dapat meningkatkan produksi jagung sebesar 6% pada musim

pertama dan 40% pada musim kedua. Jumlah pemberian pupuk kandang kotoran

ayam rata- rata yang biasa diberikan di Indonesia berkisar 20--30 ton/ha. Menurut

16

Sajimin et al. (2011) pemberian pupuk kandang kotoran ayam 20 ton/ha

menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi pada alfalfa.

2. Pupuk Nitrogen (N)

Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara utama yang banyak

dibutuhkan tanaman (Tisdale and Nelson, 1975). Nitrogen diperlukan untuk

merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. N

berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan

daun dengan warna yang lebih hijau (Sutedjo, 1999). Secara umum fosfor

berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat pertumbuhan

tanaman muda menjadi dewasa, dan mempercepat pembungaan, sedangkan

kalium berperan untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, dapat

memperkuat jaringan tanaman serta berperan mambentuk antibodi tanaman

terhadap penyakit dan kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001).

Pemupukan dasar untuk tanaman dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah.

Dosis pemupukan disesuaikan dengan kesuburan tanah, karena penggunaan pupuk

buatan yang terlalu tinggi akan meracuni tanah dan tanaman. Perlakuan

pemupukan terhadap tanaman dapat dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh akar

dapat melalui 2 perlakuan, yaitu pemupukan melalui akar dan pemupukan melalui

daun (Reksohadiprojo, 1994).

Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi.

Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia

NH2CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat

mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat

17

kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46%

dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen

(Hardjowigeno, 1987).

Penambahahan nitrogen ke dalam padang rumput akan menaikan produksi bahan

kering dan kualitas hijaun makanan ternak terutama kadar proteinnya. Perbaikan

kesuburan tanah dengan pemupukan terutama pupuk nitrogen dan fosfat akan

menaikan produksi hijauan pada tanah-tanah yang miskin hara (Nakagawa and

Momonoki, 2000). Sabri (1980) menyatakan bahwa teknologi penggunaan pupuk

untuk mencapai tingkat daya guna yang tinggi perlu diperhatikan ketepatan,

kecermatan dosis, waktu dan cara pemupukannya. Dosis pemupukan untuk

tanaman rumput yang sering digunakan (Skerman dan Riveros, 1990) :

1. Pupuk Triple Super Posfat/ TSP, KCL/ ZK (Zwalvelziur Kali) sebanyak 150--

200 kg/ha/tahun, diberikan sebelum atau bersamaan tanam sebagai pupuk

dasar.

2. Pemupukan dengan Urea sebanyak 250--300 kg/ha/tahun, diberikan setelah

rumput berumur 2 minggu setelah tanam di lapangan.

3. Pemupukan lanjutan diberikan setiap selesai potong/defoliasi dengan pupuk

urea sebanyak 50 kg/ha/tahun dengan cara disebar atau dibenam dalam tanah.

Pemberian pupuk KCl dengan dosis 50 kg/hektar merupakan dosis yang terbaik

untuk pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida Andalas 4 (Djalil, 2013).

18

G. Pemotongan (defoliasi)

Interval pemotongan adalah selang waktu antara pemotongan awal sampai saat

pemotongan berikutnya. Intensitas pemotongan dimaksudkan sebagai tinggi

pemotongan dari atas permukaan tanah (Kristyowantari, 1992). Intensitas

defoliasi meningkatkan penyerapan N yang dialokasikan untuk pertumbuhan daun

yang diperoleh dari akar dan daun tua. Frekuensi defoliasi tidak mempengaruhi

pengambilan alokasi N pada akar, daun tua maupun daun muda, namun frekuensi

defoliasi/pemotongan meningkatkan jumlah anakan pada tanaman. Hal ini

mengindikasikan bahwa mobilisasi N digunakan untuk pertumbuhan anakan pada

tanaman akibat pengaruh frekuensi defoliasi/pemotongan (Lestienne dan Gastal,

2006).

Pemotongan sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya, semakin sering

dilakukan pemotongan dalam interval yang pendek maka pertumbuhan kembali

akan semakin lambat, disebabkan karena tanaman tidak ada kesempatan yang

cukup untuk berasimilasi (Rahman, 2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

defoliasi adalah saat atau waktu untuk defoliasi dan tinggi rendahnya pemotongan

pada tanaman (Reksohadiprojo, 1999).

Interval pemotongan pada tanaman berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai

nutrisi, kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan

ketahanan spesies tanaman. Frekuensi pemotongan berlaku bahwa pada batas

tertentu, frekuensi pemotongan/defoliasi yang semakin rendah akan

mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan

19

produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering (Crowder dan Cheda,

1982).

Interval defoliasi sangat penting dipertimbangkan oleh setiap peternak karena

setelah pemotongan pertumbuhan tanaman kembali memerlukan zat-zat yang

kaya energi seperti gula yang erat hubungannya dengan zat-zat nitrogen, fospor

dan kalium. Interval pemotongan yang singkat kadar karbohidrat cadangan dalam

akar tanaman akan menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kembali

pada tanaman (Rahman, 2002). Adaptasi tanaman setelah pemotongan sangat

bergantung terhadap respon morfologi dan fisiologi tanaman. Kemampuan

tanaman menggunakan karbon dan nitrogen akan mengembalikan kemampuan

tanaman untuk berfotosintesis memenuhi kebutuhan organ tanaman untuk

bertahan hidup setelah pemotongan (Kavanova dan Gloser, 2004).

Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval pemotongan

(Puger, 2002). Adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering

seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang

dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Konsentrasi

nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan meningkatnya umur

tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian dinding sel dan menurunnya

bagian silitol (Whitehead, 2000).

H. Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diandalkan untuk

meningkatkan ekspor dan penerimaan devisa negara sehingga memerlukan

penanganan dan pengelolaan yang efektif guna peningkatan produktivitasnya.

20

Kelapa sawit adalah tanaman keras sebagai salah satu sumber penghasil minyak

nabati yang bermanfaat luas dan memiliki keunggulan dibandingkan minyak

nabati lainnya. Budidaya kelapa sawit tidak memerlukan teknologi tinggi namun

untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan pengelolaan yang intensif

dan terpadu (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).

Tekanan cahaya bisa menimbulkan respon fisiologis terutama dalam aktivitas

fotosintesis maupun respon morfologis seperti berubahnya ukuran daun dan tinggi

tanaman. Selain itu tinggi tanaman akan lebih cepat naik pada tempat yang teduh

atau ternaungi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengusahaan tanaman sela di

antara kelapa sawit meliputi: (1) lingkungan tumbuh tanaman kelapa sawit, seperti

iklim dan tanah, (2) karakteristik tanaman kelapa sawit, seperti jenis, perakaran,

batang, dan tajuk, dan (3) karakteristik tanaman sela (Heddy, 1987).

I. Naungan Tanaman

Derajat naungan sangat tergantung pada umur tanaman, tinggi tanaman, jarak

tanam, kesuburan tanah, dan karakteristik kanopi. Biasanya, jumlah cahaya

semakin menurun dengan bertumbuhnya tanaman muda. Pada kasus tanaman

karet dan kelapa sawit umur 6--7 tahun cahaya yang menerobos kanopi pada siang

hari dengan penyinaran penuh hanya 10% dan penetrasi cahaya tersebut tidak

berubah hingga tanaman berumur 15--20 tahun (Taufan et al., 2013).

Transmisi yang rendah akan memberikan pengaruh terhadap mikroklimat yang

ada di bawah kanopi, yang kemudian menyebabkan suhu tanah menjadi lebih

rendah. Kondisi yang demikian berpeluang menghambat pertumbuhan dan

21

akumulasi bahan kering pada tanaman yang tumbuh di bawah tanaman kelapa

sawit (Taufan et al., 2013).

Hijauan yang tumbuh di bawah naungan akan menurunkan kandungan nutrisi

hijauan pada lahan tersebut. Penurunan ini disebabkan oleh cahaya matahari tidak

seluruhnya sampai pada hijauan karena terhalangi oleh naungan. Oleh karena itu,

didapatkan hasil fotosintesis yang tidak maksimal dan akhirnya mengganggu

pertumbuhan hijauan ( Mangiring, 2013).

J. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman

Cahaya matahari mempunyai peranan penting bagi tanaman dalam proses

fotosintesis dan pembungaan. Intensitas cahaya yang diterima tanaman selama

fotosintesis akan dimanfaatkan sebagai sumber energi, sedangkan lama

penyinaran mengendalikan pembungaan sebagian besar jenis tanaman. Gejala ini

dikenal dengan nama fotoperiodisme. Ditinjau dari fotoperiodisme, dikenal

beberapa kelompok tanaman yaitu kelompok netral (day-neeutral plant), tanaman

hari panjang (long-day plant) dan tanaman hari pendek (short-day plant) (Fisher,

1999).

Cahaya yang mempengaruhi tumbuhan dibagi dalam tiga komponen penting yaitu

kualitas, lama penyinaran dan intensitas. Kualitas cahaya berhubungan dengan

panjang gelombang, dimana panjang gelombang yang mempunyai laju

pertumbuhan baik pada fase vegetatif maupun generatif adalah cahaya tampak

dengan panjang gelombang 360 nm sampai 760 nm. Panjang gelombang pada

kisaran tersebut merupakan radiasi aktif untuk proses foto sintesis. Intensitas

cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan

22

tanaman. Pertumbuhan yang relatif lambat pada hampir semua spesies rumput

rumput adalah akibat kurangnya cahaya. Namun demikian, banyak spesies

rumput yang dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya yang kurang dari cahaya

penuh. Secara langsung, intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui

sintesis klorofil, fase reaksi cahaya fotosintesis, sintesis hormon dan pembukaan

stomata (Salisbury dan Ross, 2005).

K. Pengaruh Naungan terhadap Tanaman

Naungan dibuat untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai pada tanaman

dan berfungsi untuk menghindari terpaan air hujan secara langsung pada tanaman

saat musim hujan. Naungan yang diberikan secara fisik pada tanaman, tidak

hanya menurunkan intensitas radiasi matahari, tetapi juga mempengaruhi unsur-

unsur mikro lainnya. Naungan juga akan mempengaruhi proses-proses yang ada

di dalam tanaman, menurunkan respirasi gelap, titik jenuh dan titik kompensasi

cahaya, kerapatan stomata, berat segar tanaman dan berat kering tanaman (Sirait,

2005).

Tanaman tahan naungan secara agronomi adalah tanaman yang penampilannya

relatif baik pada naungan jika dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan

cahaya penuh dan dipengaruhi oleh pemotongan secara teratur, termasuk ke

dalamnya adalah bahan kering dan presistensinya. Naungan bepengaruh terhadap

pertumbuhan dan morfologi tanaman, yaitu menurunkan produksi anakan, daun,

batang, bulu akar dan produksi akar, daun menjadi tipis dengan kandungan air

yang tinggi. Tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung

memiliki produksi berat akar lebih tinggi dibanding tanaman yang dinaungi.

23

Selanjutnya dilaporkan terjadinya peningkatan luas daun dengan meningkatnya

taraf naungan (Alvarenga et al., 2004).

Sopandie et al,. (2003) melaporkan bahwa daun yang tumbuh pada intensitas

cahaya rendah biasanya mengalami kerusakan, peristiwa ini disebut

photoinhibiton yang dapat menurunkan laju fotosintesis, serta kurang

berfungsinya transfer elektron dan fotofosforilisasi. Distribusi spektrum cahaya

matahari yang diterima oleh daun di permukaan tajuk lebih besar dibanding

dengan daun dibawah naungan, sehingga cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk

proses fotosintesis sangan sedikit. Cruz (1997) menyatakan bahwa naungan dapat

mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi

CO2

dan menurunkan titik kompensasi cahaya.

Sebagian besar tanaman tropis, terutama rumput mengalami penurunan produksi

sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, namun spesies yang tahan naungan

sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat

pada naungan sedang (Wong dan Wilson, 1980).

24

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Januari--Mei 2018 di area perkebunan

kelapa sawit yang berumur 7 tahun dengan jarak tanam 5--7 m dan lahan kosong

di sekitar kebun kelapa sawit yang bertempat di daerah Tanjung Agung Kec.

Katibung Kalianda, Lampung Selatan. Analisis proksimat dilaksanakan di

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

B.1. Bahan penelitian

Bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah pastura campuran yang

terdiri dari rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput odot (Pennisetum

purpureum cv. Mott), dan rumput setaria (Setaria sphacelata).

B.2. Alat penelitian

Peralatan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

menggemburkan tanah, alat penyiram tanaman, alat penyemprot herbisida, sabit,

timbangan gantung, timbangan analitik, karung, terpal, kantong plastik, dan

ember. Peralatan uji laboratorium yang digunakan adalah satu set peralatan

analisis proksimat, khususnya peralatan analisis kadar air.

25

C. Rancangan Perlakuan

Masing-masing perlakuan pada penelitian ini adalah :

1. Perlakuan utama (mayor): lahan yang digunakan dalam penanaman rumput,

yaitu:

N0 : lahan kosong tanapa naungan.

N1 : lahan di bawah naungan kelapa sawit.

2. Perlakuan pada anak petak (minor): jenis rumput yang ditanam meliputi:

G : rumput gajah (Pennisetum purpureum).

S : rumput setaria (Setaria sphacelata).

O : rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott).

D. Rancangan Percobaan

Penelitian ini telah dilakukan menggunakan Rancangan Percobaan Petak Terbagi

(Split Plot Design) secara eksperimental dengan menggunakan rancangan

lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hal ini karena dalam perlakuan

utama terdapat perlakuan anak petak. Perlakuan utama berupa ada tidaknya

naungan sedangkan perlakuan anak petak pada masing-masing perlakuan utama

berupa jenis rumput. Setiap unit perlakuan percobaan berupa petak berukuran

2,40 x 2,25 m2. Setiap unit percobaan diulang sebanyak 4 kali, sehingga didapat

24 unit percobaan.

26

Naungan (N1) Tanpa Naungan (N0)

Gambar 1. tata letak percobaan

E. Rancangan Peubah

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi bahan segar, bahan

kering rumput, serta proporsi batang dan daun.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analisis of

Varians) dan apabila hasil berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

G. Prosedur Penelitian

G.1. Persiapan dan pengolahan lahan serta penentuan petak satuanpercobaan

1. melakukan pemilihan tempat dan pengukuran tempat penelitian di bawah

naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar kebun kelapa sawit;

2. melakukan penyemprotan herbisida pada lahan yang berada di bawah naungan

kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar kebun kelapa sawit;

27

3. menggemburkan tanah dengan menggunakan canggkul pada lahan berada di

bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar kebun kelapa sawit;

4. memupuk lahan di bawah naungan kelapa sawit dan lahan kosong di sekitar

kebun kelapa sawit dengan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20

ton/hektar;

5. menentukan tata letak satu satuan percobaan di antara pohon kelapa sawit;

6. membuat petak perlakuan dengan ukuran plot 2,40 x 2,25 m2 dan jarak antar

plot 1 m.

G.2. Persiapan bibit rumput

Mencari bibit rumput setaria sebanyak 400 rumpun batang, rumput odot sebanyak

150 batang, dan rumput gajah sebesar 150 batang untuk dua plot. Pengambilan

rumput dilakukan dengan memotong batang menggunakan pisau dengan

mengambil sebanyak 4 ruas pada bagian batang untuk rumput gajah.

G. 3. Penanaman rumput

1. mengambil bibit rumput yang telah disiapkan;

2. menanam rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput odot (Pennisetum

purpureum cv. Mott), dan rumput setaria (Setaria sphacelata), dengan plot

yang berbeda secara acak dengan jarak tanam 75 dan 80 cm;

3. menanam rumput dengan cara stek batang;

4. menanam rumput dengan cara stek batang dengan 2 ruas batang dibenamkan

dalam tanah;

5. melakukan perawatan seperti penyiraman dan pembersihan gulma secara rutin

selama 40 hari waktu tanam.

28

G.4. Pemupukan

1. melakukan pemupukan lanjutan setelah penanaman;

2. melakukan pemupukan menggunakan pupuk TSP, KCL, dan N masing-masing

dengan dosis 50 kg, 50 kg dan 100 kg/ Ha;

3. melakukan pemupukan dengan menaburkan pupuk di sekitar batang tanaman

rumput.

4. pemupukan dilakukan pada awal penanaman untuk pupuk TSP dan KCL,

sedangkan pupuk N dilakukan pemupukan pada tanaman yang berumur kurang

lebih 1 minggu.

G. 5. Pemanenan Rumput dan Pengambilan Sampel

1. melakukan pemanenan setelah pemotongan paksa pada umur 40 hari

penanaman;

2. mengambil rumput yang akan dijadikan sampel analisis dengan menggunakan

bantuan sabit;

3. memasukkan hasil panen rumput ke dalam wadah untuk kemudian dilakukan

pengeringan untuk dilakukan analisis.

4. mengambil sampel rumput dari hasil panen setelah pemotongan paksa pada

umur 40 hari penanaman dalam bentuk segar;

5. memotong rumput menjadi bagian yang lebih kecil dengan menggunakan

pisau;

6. mengeringkan sampel rumput dibawah sinar matahari hingga kering;

7. menggiling sampel rumput dengan menggunakan alat penggiling.

29

G.6. Pengukuran Proporsi Batang dan Daun

2. memanen hijauan rumput setiap plot tanaman;

3. menimbang hasil panen hijauan rumput setiap plot tanaman;

4. memisahkan batang dan daun hijauan rumput setiap plot tanaman;

5. menimbang jumlah batang dan daun hijauan rumput setiap plot tanaman.

G.7. Pengukuran Produksi Bahan Segar

1. memanen hijauan rumput setiap plot tanaman;

2. menghitung total produksi rumput setiap plot tanaman.

G.8. Analisis di Laboratorium

Kadar air pada sampel dianalisis proksimat dengan langkah-langkah sesuai

dengan Fathul (2017) yang meliputi:

1. memanaskan cawan petri di dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam;

2. mendinginkan cawan tersebut di dalam desikator selama 15 menit;

3. menimbang cawan petri (A);

4. memasukkan 1 gr sampel analisis ke dalam cawan petri tersebut, kemudian

menimbang bobotnya (B);

5. memasukkan cawan petri yang sudah berisi sampel analisis ke dalam oven

dengan suhu 105oC minimal 6 jam;

6. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

7. menimbang cawan petri berisi sampel analisis (C);

8. menghitung kadar air dengan rumus

KA (%) =(B – A) gram – (C – A)

x 100%(B – A) gram

30

Keterangan:

KA : kadar air (%)

A : bobot cawan petri (gram)

B : bobot cawan petri berisi sampel analisis sebelum

dipanaskan (gram)

C : bobot cawan petri berisi sampel analisis setelah

dipanaskan (gram)

9. melakukan analisis secara duplo dan menghitung rata-ratanya dengan rumus

BK = 100% -- KA

Keterangan:

BK : kadar bahan kering (%)

KA : kadar air (%)

G.9. Pengukuran Produksi Bahan Kering

1. menghitung kadar bahan kering sampel (%) yang telah dianalisis proksimat

kadar air;

2. menghitung persentase bahan kering segar sampel;

3. mengalikan hasil persentase bahan kering segar sampel dengan produksi

bahan segar hijauan rumput (ton/ha/tahun).

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Tidak terjadi interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

produksi bahan kering rumput.

Terjadi interaksi antara naungan kelapa sawit dan jenis rumput terhadap

produksi bahan segar dan proporsi batang dan daun rumput.

Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bahan segar dan

produksi bahan kering.

Jenis rumput berpengaruh nyata terhadap produksi bahan segar tetapi tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi bahan kering rumput.

2. Jenis rumput yang memiliki produksi segar relatif tinggi di bawah naungan

kelapa sawit yaitu rumput odot dengan hasil produksi sebesar 6,65±5,33

ton/ha/panen, sedangkan produksi segar tertinggi pada lahan tanpa naungan

yaitu rumput gajah dengan hasil produksi sebesar 159,52±70,46 ton/ha/panen.

Jenis rumput yang memiliki produksi kering relatif tinggi di bawah naungan

kelapa sawit yaitu rumput odot dengan hasil produksi sebesar 0,94±0,74

ton/ha/panen, sedangkan produksi kering tertinggi yaitu rumput gajah dengan

hasil produksi sebesar 23,49±10,80 ton/ha/panen.

49

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan rumput odot lebih

direkomendasikan karena produksi hijauan lebih tinggi jika dibanding dengan

rumput gajah maupun rumput setaria.

50

DAFTAR PUSTAKA

Alvarenga, A.A., M.C. Evaristo, C.L.J. Erico, and M.M. Marcelo. 2004. Effect ofdifferent light level on the Initial growth and photosynthetic of crotonurucurana baill in Southeastern Brazil (serial on line). Agron. J. 40: 113--117

Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhrata Karya Aksara.JakartaHal 721

Crowder, L.V. and H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. TropicalAgri. Series. Longman. London

Cruz, P. 1997. Effect of shade on the growth and mineral nutrition of C4 perennialgrass under field conditions. Plant and Soil. 188: 227--237

Direktorat Jenderal Bina Produksi Pertanian. 2004. Laporan Penyebaran TanamanKakao di Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta

Djalil, M. 2003. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan pembentukan komponen tongkol jagung hibrida. Andalas 4. 11 (4): 302--304

Ella, A.2002. Produktivitas dan nilai nutrisi beberapa jenis rumput danleguminosa pakan yang ditanam pada lahan kering iklim basah. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar

Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Penerbit Institut Teknologi Bandung.Bandung

Fisher, N. M. 1999. Jagung Tropika dalam Fisiologi Tanaman BudidayaTropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Fitter A.H. dan R.K.M. Hay. 1991. Environmental Phsiology of Plant.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Gardner, P. F., R. B.Pearce,danR. L. Mitchell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. PenerbitUniversitas Indonesia. Jakarta. Hal 428

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Edisi pertama. PT.Medyatama SaranaPerkasa. Jakarta

51

Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor

Heddy, S. 1987. Biologi Pertanian. CV Rajawali. Jakarta

Heuze, V., G. Tran, G. R. Sylvie, and F. Lebas. 2016. Elephant grass(Pennisetum purpureum). Feedipedia programme by INRA, CIRAD, AFZand FAO (Internet). (diakses pada Minggu, 29 Juli 2018)

Hitam, Z. 1989. Pengaruh Naungan dan Pupuk Kandangterhadap PerkembanganBintil, Akar, Pertumbuhan danProduksi Stylo (Stylosanthes guyanensisAubl. SW). Tesis Pendidikan Pascasarjana KPK IPB–Unand. InstitutPertanian Bogor

Indra. 2008. Faktor yang Mempengaruhi Laju Pengomposan. Diakses darihttp//:petroganik.blogspot.co.id/2008/06/faktor-yang-mempengaruhi-laju-pengomposan.html pada 29Juli 2018

Ismono, I. dan S. Susetyo. 1977. Pengenalan Jenis Hijauan Tropika PentingProduksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . BPLPP . Lembang,Bandung

Jumin, H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Jusniati. 2013. Pertumbuhan dan hasil varietas kedelai (Glycine Max L.) di lahangambut pada berbagai tingkat naungan. Fakultas Pertanian. UniversitasTamansiswa. Pasaman.Vol (1): 896--907

Karlen, D.L., M.J. Mausbach, J.W. Doran, R.G. Cline, R.F. Harris, and G.E.Schuman. 1996. Soil guality concept, rationale, and research needs. SoilSci. Am J. Vol 60: 33--43

Kristyowantari, R. 1992. Pengaruh Interval dan Tinggi Pemotongan terhadapProduksi dan Beberapa Aspek Kualitas Rumput Raja. Skripsi. FakultasPeternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kavanova, M. and V. Glozer. 2004. The use of internal nitrogen stores in therhizomatous grass calamagrostis epigejos during regrowth after defoliation.Annuals of Botany. 95 (3) : 457 -- 463

Lestienne, F., B. Thornton and F. Gastal. 2006. Impact of defoliation intensity andfrequency on N uptake and mobilization in lolium perenne. Journal ofExperimental Botany. 57 (4) : 997--1006

Manglayang. 2005. Hijauan Pakan Ternak Rumput Gajah. http://www.manglayang.blogspot.com. (diakses pada Kamis, 14 Desember 2017)

52

Manggiring. 2013. Produksi dan mutu hijauan gajah (Pennisetum purpureum)pada kondis naungan dan pemupukan nitrogen berbeda. Jurnal PenelitianPertanian Terapan. 17 : 58--65

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar dan Aplikasi. PT. PenebarSwadaya.Jakarta

Mayadewi,N. A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadappertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. Jurnal Agritrop.26 (4) : 153--159

Nakagawa, H. and T.Momonoki.2000. Yield and persistence of guinea grass andrhodes grass cultivars in subtropical Ishigaki Island. Grassland Sciences.46 : 234--241

Pcard. 1982. The Philippines recomendes for integrated cattle. Coconut Farming.Los Banos. Laguna

Puger, A.W. 2002. Pengaruh interval pemotongan pada tahun ketiga terhadappertumbuhan dan produksi Gliciridia sepium yang ditanam dengan sistempenyangga. Majalah Ilmiah Peternakan. 5 (2): 53--57

Prasad, R. and J.F. Power. 1997. Soil Fertility Management for SustainableAgriculture. CRCLewis Publishers. Boca Raton New York

Prawiradiputra B., R. Sajimin, N. Purwantara, dan D. Herdiawan. 2006. Hijauanmakanan ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian Departemen Pertanian. Bogor

Rahman, S. 2002. Introduksi tanaman makanan ternak di lahan perkebunan:respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dantatalaksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 4 (1): 46--53

Regan, C. S. 1997. Forage concervation in the wet or dry tropics for smalllandholder farmers. Thesis. Faculty of Science. Nothern TerritoryUniversity. Austalia

Reksohadiprodjo, S dan R. Utomo. 1983. Adaptasi Hijauan Makanan TernakTerhadap Lingkungan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta

Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. University Gadjah Mada.Yogyakarta

1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. University Gadjah Mada, Yogyakarta

53

1999. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan TernakTropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. University Gadjah Mada.Yogyakarta

Rellam, C.R., S. Anis, A. Rumambi, dan Rustandi. 2017. Pengaruh naungan danpemupukan nitrogen terhadap karakteristik morfologis rumput gajah dwarf(Pennisetum purpureum cv Mott). J Zootek. 37:179--185

Rosmarkam, A dan W.N. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Jakarta

Rostini, T.G., K. Ni'mah, dan S. Sosilawati. 2016. Pengaruh Pemberian PupukBokashi yang Berbeda terhadap Kandungan Protein dan Serat KasarRumput Gajah (Pennisetum purpureum). Ziraa'ah Majalah IlmiahPertanian.41(1): 118--126

Sabri, S.A. 1980. Tingkat Daya Guna Pemupukan Tanaman Padi Sawah diWilayah III Cirebon. Majalah Pertanian No. 2 XXVII. DepartemenPertanian. Cirebon

Sajimin, N.D., Purwantari, dan R. Mujiastusti. 2011. Pengaruh Jenis dan TarafPemberian Pupuk Organik pada Produktifitas Tanaman Alfalfa (Medicagosativa L.). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.BalaiPenelitian Ternak. Bogor. Hal 842--848

Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 2005. Fisiologi Tumbuhan, PerkembanganTumbuhan, dan Fisiologi Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.Bandung

Samarakoon, S.P., J.R. Wilson dan H.M. Shelton.1990. Growth morphology, andnutritivevalue of shaded Stenotaphrum secundatum,Axonopus compressusand Pennisetumclandestinum.J Agric Sci. 114:161--169

Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soil in The Tropic. NewYork Jhon Wiley and Sons.Page. 225--270

Sari, R. M. 2012. Produksi dan Nilai Nutrisi Rumput Gajah (Pennisetumpurpureumcv. Taiwan) yang Diberi Dosis Pupuk N, P, K Berbeda dan CMApada Lahan Kritis Tambang Batubara. Tesis. Program Studi IlmuPeternakan Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang

Setiadi, Y. 2001. Mikoriza dan Pertumbuhan Tanaman. Departemen Pendidikandan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat. InstitutPertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor

Setiawan. 1999. Pemanfaatan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

54

Sirait, J. 2005. Pertumbuhan dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan yangBerbeda. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.JITV. 10 (3):175--181

Skerman, P .J. and F. Riveros. 1990. Tropical grasses. Food and AgricultureOrganization of the United Nations. Rome.

Soepandi. 2003. Keefektifan uji cepat ruang gelap untuk seleksi ketengganganterhadap naungan pada padi gogo. Hayati Journal of Biosciences. 10(3): 9--95

Susetyo. 1969. Hjauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan Rakyat. DirjenPeternakan Departemen Pertanian. Jakarta

Sutedjo, M.M.1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta.Jakarta

Sutriadi, M. T.,dan D, Nursyamsi. 2005. Penelitian uji tanah hara kalium di Tanahinceptisol untuk kedelai (Glicyne max, L.). Jurnal IlmuPertanian. Bogor. 18: 102--118

Syahbuddin, H. Y. Apriyana, N. Heriyani, Darmijati, dan L. Irsal. 1998. Serapanhara nitrogen, posfor dan kalium tanaman kedelai (Glycine max, L. merili)di rumah kaca pada tiga taraf intansitas radiasi surya dan kadar air tanahlatosol.JurnalTanah dan Iklim Pusat Penelitian dan PengembanganTanamanPangan. Bogor. Hal 20--28

Syarifuddin, N. A. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilasepada Berbagai Umur Pemotongan. Skripsi. Produksi Ternak. FakultasPertanian. Universitas Lampung. Lampung

Taufan, P., Daru, Y. Arliana, dan W. Eko. 2013. Potensi hijauan di perkebunankelapa sawit sebagai pakan sapi potong di Kabupaten Kutai Kartanegara. JPastura. 3:94-98.

Tisdale, G.D. and V. Nelson. 1975. Effect of cutting management and nitrogenfertilization on yield and quality ofPennisetum pedicellatum trin (DinanathGrass ). Trop. Agric. Trinidad. Vol. 63 ( 2 )

Vanis, D.R. 2007. Pengaruh Pemupukan dan IntervalDefoliasi terhadapPertumbuhan dan Produktivitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) diBawah Tegakan Pohon Sengon (Paraserianthes falcataria). Skripsi.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Widowati, L.R., S. Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. PengaruhKompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan PupukHayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi SayuranOrganik. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis.Balai Penelitian Tanah.Jakarta

55

Whitehead, D.C. 2000. Nutrient Element In Grassland. Soil-Plant-AnimalRelationships. Cab International. United Kingdom

Whiteman, P. C. 1980. Tropical Pasture Science.Oxford University Press.NewYork

Wilson, J.R., dan C.C., Wong. 1982. Effect of shade on some factors ininfluencing nutritive quality of green panic and siratro pastures. Aust. J.Agr. Res. 33: 937

Wong, C. C., dan J. R. Wilson. 1980. Effect of shading on growth and nitrogencontent of green panic and siratro in pine and mixed swords defoliatate attwo frequencies. Austr. J. of Agr.Res. 31: 269—285