118
PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK INDEKS, DENSITAS ZOOXANTELLAE DAN MORFOLOGI ANEMON ( Heteractis malu ) PADA SKALA LABORATORIUM Oleh : MARIA ULFA C64101045 I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

  • Upload
    hadan

  • View
    238

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK INDEKS, DENSITAS ZOOXANTELLAE DAN

MORFOLOGI ANEMON ( Heteractis malu ) PADA SKALA LABORATORIUM

Oleh :

MARIA ULFA C64101045

INS

TIT

U T PERTAN

I AN

B O G O R

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK INDEKS, DENSITAS ZOOXANTHELLAE, DAN MORFOLOGI ANEMON ( Heteractis malu ) PADA SKALA LABORATORIUM adalah benar merupakan hasil karya Saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 MARIA ULFA C64101045

Page 3: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

RINGKASAN MARIA ULFA. Pengaruh Jenis lampu Yang Berbeda Terhadap Mitotik Indeks, Densitas Zooxanthellae, dan Morfologi Anemon ( Heteractis malu ) Pada Skala Laboratorium. Dibimbing oleh NEVIATY PUTRI ZAMANI dan ADI WINARTO. Anemon hidup di daerah tidal sampai dengan kedalaman 10-14 meter bergantung dari tingkat kejernihan air dan daya tembus cahaya matahari. Cahaya merupakan faktor yang membatasi penyebaran anemon secara vertikal karena zooxanthella yang hidup bersimbiosis dalam tubuh anemon membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis. Dalam penelitian ini anemon diberikan perlakuan pencahayaan menggunakan lampu incandescent, lampu flourescent dan cahaya matahari sebagai kontrol. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pencahayaan yang diberikan oleh lampu incandescent dan lampu flourescent terhadap viabilitas zooxanthellae dan morfologi anemon ( H. malu ). Anemon pada ketiga akuarium memperlihatkan penurunan kesehatan. Anemon akuarium 1 dan 2 mengalami bleaching, penyusutan ukuran tubuh dan memperlihatkan tanda-tanda stress, seperti produksi mucus yang berlebihan, keluarnya mesenterial filament, dan tentakel tidak aktif bergerak bila disentuh. Stress yang dialami anemon akuarium 1 lebih ringan daripada stress yang dialami oleh anemon akuarium 2. Anemon akuarium 3 memperlihatkan penyusutan ukuran tubuh dan mengalami bleaching dengan kondisi yang lebih stabil bila dibandingkan dengan anemon akuarium 1 dan 2. Mitotik indeks zooxanthellae pada akhir perlakuan : akuarium 1 bertambah sebesar18,4%; akuarium 2 berkurang sebesar 67%; dan akuarium 3 bertambah 37%. Rata-rata densitas zooxanthellae pada individu akuarium 1 sebelum diberikan perlakuan sebesar 9,3 x104 /cm2 dan rata-rata densitas zooxanthellae pada d5h9 sebesar 3,5 x104 / cm2 atau berkurang sebesar 62,37%. Rata-rata densitas zooxanthellae pada individu akuarium 2 sebelum diberikan perlakuan sebesar 5,4 x 104 /cm2 dan rata-rata densitas zooxanthellae pada d5h9 sebesar 1,3 x 104 / cm2 atau berkurang sebesar 75,9%. Rata-rata densitas zooxanthellae pada individu akuarium 3 sebelum diberikan perlakuan sebesar 12,8 x 104/cm2 dan rata-rata densitas zooxanthellae pada d5h9 sebesar 9,3 x 104/ cm2 atau berkurang sebesar 27,3%. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akhir perlakuan: akuarium 1 berkurang sebesar 56,77%; akuarium 2 berkurang sebesar 1,58%; dan akuarium 3 berkurang sebesar 40,54%. Penggunaan lampu incandescent dan fluorescent secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan morfologi anemon ( H. malu ). Viabilitas anemon ( H. malu ) dipengaruhi oleh densitas zooxanthellae. Penggunaan lampu incandescent dan fluorescent dapat memacu mitotik indeks zooxanthellae dan mengakibatkan penurunan densitas zooxanthellae pada anemon ( H. malu ).

Page 4: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

@Hak cipta IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 5: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK INDEKS, DENSITAS ZOOXANTHELLAE DAN MORFOLOGI ANEMON

( Heteractis malu ) PADA SKALA LABORATORIUM

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

MARIA ULFA C64101045

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 6: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

SKRIPSI Judul skripsi : PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA

TERHADAP MITOTIK INDEKS, DENSITAS ZOOXANTHELLAE, DAN MORFOLOGI ANEMON ( Heteractis malu ) PADA SKALA LABORATORIUM

Nama : Maria Ulfa NIM : C64101045 Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani, M.Sc drh. Adi Winarto, Ph.D NIP. 19641014 198803 2 001 NIP. 19540516 198601 1 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal lulus : 10 Agustus 2009

Page 7: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi-Mu ya Allah yang telah memberikan kenikmatan dan

kesempatan untuk menyelami lautan ilmu-Mu yang Maha Luas. Skripsi dengan

judul “Pengaruh Jenis Lampu yang Berbeda Terhadap Mitotik Indeks, Densitas

Zooxanthella, dan Morfologi Anemon ( Heteractis malu ) Pada Skala

Laboratorium” ini Penulis ajukan sebagai Salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Perikanan di Institut Pertanian Bogor.

Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini Penulis tidak lepas dari kesalahan

dan kekurangan. Berkat bantuan, dorongan, dan pengarahan dari berbagai pihak

akhirnya Penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu Penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani, M. Sc dan drh. Adi Winarto, Ph. D sebagai

Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, kesabaran dan motivasi yang

diberikan selama membimbing Penulis sehingga Penulis Terus berjuang

menyelesaikan pendidikan di IPB;

2. Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas

bimbingan, arahan, dan nasihatnya sehingga Penulis termotivasi dan terus

berjuang menyelesaikan pendidikan di IPB;

3. Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA sebagai dosen penguji;

4. Dr. Ir. Henry M. Manik sebagai Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB;

5. Staf dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, semoga ilmu

yang diberikan dapat bermanfaat dan Allah SWT memberikan pahala yang

berlipat atas segala amal dan ibadahnya;

6. Badan Dakwah Islam Petrocina atas bantuan dana sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan pendidikan di IPB;

7. Ayahanda Kusnayadi dan Ibunda Fauziah tercinta yang telah mendidik dan

membesarkan Penulis dengan penuh kasih sayang. Berkat doa dan ridho

beliaulah Allah SWT memberikan pertolongan, petunjuk, dan sebagian

kecil dari samudera ilmu-Nya kepada Penulis;

8. Kakak dan kedua adik tercinta atas doa dan dukungannya;

Page 8: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

9. Kakanda Dani H. tercinta yang senantiasa mengorbankan waktu, tenaga,

dan pikiran serta haknya kepada penulis selama menyelasaikan studi di

IPB;

10. Putra dan putri tercinta yang memotivasi dan memberikan semangat

selama Penulis menyelesaikan skripsi ini;

11. Staf Departememen ITK, rekan-rekan ITK dan pihak-pihak lain yang telah

membantu Penulis selama penelitian dan proses penyusunan Skripsi ini.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kritik dan saran yang bersifat

membangun diharapkan dapat mengurangi ketidaksempurnaan Penulis. Semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 9: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv

I. PENDAHULUAN ………………………………………………....... 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………………….. 1 1.2. Tujuan ………………………………………………………... 2

. II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………..... 3

2.1. Biologi anemon ………………………………………………… 3 2.1.1. Struktur tubuh anemon …………………………………. 3 2.1.2. Klasifikasi ………………………………………………. 5 2.1.3. Reproduksi …………………………………………...… 5 2.1.4. Cara makan …………………………………………… 6 2.1.5. Stress pada anemon …………………………………… 7

2.2. Zooxanthellae ………………………………………………… 7 2.3. Mitosis dan mitotik indeks ………………………………… 10

2.3.1. Pembelahan mitosis …………………………………….. 10 2.3.2. Mitotik indeks ………………………………………… 12

2.4. Karakteristik Cahaya ……………………………………… 12

III. METODE PENELITIAN ………………………………………….. 13 3.1. Waktu dan tempat penelitian ………………………………….. 13 3.2. Alat dan bahan ………………………………………………… 13 3.3. Metode ……………………………………………………… 14 3.4. Metode pengambilan data …………………………………….. 15

3.4.1. Pengamatan visual ……………………………………... . 15 3.4.2. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon

( H. malu )………….……………………………………. 16 3.4.3. Mitotik indeks zooxanthellae…………………………… 17 3.4.4. Densitas zooxanthellae ...................................................... 17

3.5. Analisa data …………………………………………………..... 18 3.5.1. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm ………….. 18 3.5.2. Mitotik indeks …………………………………………… 18 3.5.3. Densitas zooxanthellae …………. .................................... 19 3.5.4. Uji statistik ……………………………………………. 19

Page 10: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………... 20 4.1. Hasil penelitian ………………………………………………… 20

4.1.1. Karakteristik gelombang lampu …………........................ 20 4.1.2. Pengamatan visual ………………………………………. 21 4.1.3. Pengamatan preparat histologis …………………………. 24 4.1.4. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm …………. 25 4.1.5. Mitotik indeks …………………………………………. 30 4.1.6. Densitas zooxanthellae ………………………………….. 41

4.2.Pembahasan …………………………………………………… 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 59 5.1.Kesimpulan …………………………………………………… 59 5.2.Saran …………………………………………………………… 61

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... 62 LAMPIRAN …………………………………………………………...….. 65 RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….......... 99

Page 11: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Anatomi anemon …………………………………………………….. 3

2. Potongan membujur tubuh anemon ………………………………… 4

3. Zooxanthellae yang berasal dari Porites lutea dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya …………………………………….. 8

4. Pembelahan sel secara mitosis ……………………………………….. 10

5. Proses pembelahan mitosis ………………………………………… 11

6. Akuarium 1 menggunakan lampu incandescent……………………… 14

7. Akuarium 2 menggunakan lampu fluorescent ………………………. 14

8. Akuarium 3 sebagai control dengan cahaya matahari alami ………… 15

9. Diagram pembuatan preparat histologis ……………………………... 17

10. Karakteristik gelombang lampu incandescent ( A ) dan lampu fluorescent ( B )………………………………………………………. 20

11. Kondisi anemon pada akuarium 1 ( lampu incandescent ). Anemon sebelum diberikan perlakuan ( A ), saat diberi perlakuan ( B ), warna lebih pucat pada d5 ( C ), dan setelah 26 hari ( D ) …........................... 22

12. Kondisi anemon pada akuarium 2 ( lampu fluorescent ). Anemon

sebelum diberikan perlakuan ( A & B ), saat d3 ( C ), dan setelah diberikan perlakuan pada d7 ( D ) ………………………………… 23

13. Kondisi anemon pada akuarium 3. Sebelum anemon diberikan

perlakuan ( A ). Saat anemon diberikan perlakuan ( B ). Setelah anemon diberikan perlakuan ( C ) …………………………………… 24

14. Morfologi anemon pada akuarium 1 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ),

dan saat d5 ( C )……………………………………………………….. 24

15. Morfologi anemon pada akuarium 2 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ),

dan saat d5 ( C )………………………………………………………. 24

16. Morfologi anemon pada akuarium 3 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C )……………………………………………………….. 25

Page 12: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

17. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 1 ( lampu incandescent )……………….. 26

18. Potongan melintang tentakel anemon ( H. malu ) di akuarium 1 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C )………………………………. 26

19. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 2 ( lampu flourecent ) …………………… 27

20. Potongan melintang tentakel anemon ( H. malu ) di akuarium 1 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C )………………………………. 27 21. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm

dengan ektoderm akuarium 3 ( cahaya matahari ) …………………… 28

22. Potongan melintang tentakel anemon ( H. malu ) di akuarium 1 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C )………………………………. 28

23. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d-1 .................................. 29

24. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d3.................................... 29

25. Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d5 …............................... 30

26. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 1 ( lampu incandescent )………............................................................... 31

27. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 2 ( lampu flourescent ) ………................................................................. 31

28. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 3 ( cahaya matahari )…….……................................................................ 32

29. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d-1 ……………………………………….. 33

30. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h0 ……………………………………… 34

31. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h1 ……………………………………… 34

32. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h3 ……………………………………… 35

Page 13: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

33. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan aat d1h6 ……………………………………… 36

34. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h9 ……………………………………… 36

35. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h1……………………………………….. 37

36. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h9………………………………………. 37

37. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d3h1……………………………………….. 38

38. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d3h9 ....................................................

39. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d4h1 ……………………………………… 39

40. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d4h9 ……………………………………… 39

41. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h1……………………………………….. 40

42. Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h9 ……………………………………… 40

43. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 1 ( lampu incandescent )……................................................ 41

44. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 2 ( lampu flourecent ) ………............................................... 42

45. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 3 ( cahaya matahari )……….................................................. 43

46. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d-1 ………………………………………… 43

47. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h0…………………………………………….. 44

48. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h1…………………………………………… 45

Page 14: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

49. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h3 ……………………………………………. 45

50. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h6…………………………………………… 46

51. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h9…………………………………………… 46

52. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h1…………………………………………… 47

53. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan aat d2h9 …………………………………………….. 48

54. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d3h1 …………………………………………… 48

55. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d3h9 …………………………………………… 49

56. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada

setiap perlakuan saat d4h1……………………………………………. 50

57. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d4h9…………………………………………… 50

58. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada

setiap perlakuan saat d5h1……………………………………………. 51

59. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h9……………………………………………. 51

60. Keterkaitan antara Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

anemon ( H. malu ), mitotik indeks zooxanthellae, dan densitas zooxanthellae………………………………………………………… 59

Page 15: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data mentah mitotik indeks ………………………………………… 65

2. Data mentah densitas zooxanthellae di akuarium 1 ( lampu incandescent ) ……………………………………………… 67

3. Data mentah densitas zooxanthellae di akuarium 2 ( lampu flourescent ) ………………………………………………… 68

4. Data mentah densitas zooxanthellae di akuarium 3 ( cahaya matahari ) ………………………………………………… 69

5. Data mentah rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 1…………………………………………………………… 70

6. Data mentah ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 2…………………………………………………………… 72

7. Data mentah ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 3…………………………………………………………… 74

8. Hasil uji statistik densitas zooxanthellae …………………………… 76

9. Hasil uji statistik mitotik indeks zooxanthellae……………………… 86

10. Hasil uji statistik rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm …….. 96

11. Data kualitas air ……………………………………………………… 98

12. Alat dan bahan ………………………………………………………. 99

13. Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………… 100

Page 16: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropis yang memiliki

karakter unik dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Daerah terumbu

menyediakan variasi habitat untuk berbagai jenis biota. Daerah ini tidak hanya

terdiri dari terumbu saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk dan celah,

daerah laguna, daerah alga dan juga perairan yang dangkal. Variasi habitat

mengakibatkan banyak biota yang hidup berasosiasi di dalamnya, sehingga

ekosistem terumbu karang memiliki keanekaragaman spesies yang sangat tinggi

termasuk biota anemon.

Anemon merupakan salah satu biota yang hidup di ekosistem terumbu karang.

Anemon ditemukan hidup di daerah tidal sampai dengan kedalaman 10-14 meter

( Haefelfinger & Thenius, 1974 ) bergantung dari tingkat kejernihan air dan daya

tembus cahaya matahari. Cahaya merupakan faktor yang membatasi penyebaran

anemon secara vertikal karena zooxanthella yang hidup bersimbiosis dalam tubuh

anemon membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis.

Cahaya mengalami proses perenyapan ( ekstinksi ) dalam perambatannya baik

di atmosfer maupun dalam perairan, Energi gelombang cahaya yang berhasil

menembus lapisan-lapisan air akan semakin habis dan pada kedalaman tertentu

akan lenyap sama sekali sehingga lapisan air pada batas kedalaman tadi

merupakan bagian yang diliputi kegelapan. Selain intensitas energi yang

berkurang dengan adanya perenyapan, komposisi warna juga berubah. Pada

kedalaman 1 m, hampir seluruh warna infra merah direnyapkan. Pada kedalaman

10 m warna merah renyap. Pada kedalaman 100 m hanya warna kuning, hijau dan

Page 17: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

biru dengan intensitas sangat kecil. Di bawah kedalaman 100 m merupakan

daerah gelap gulita ( Ilahude, 1999 ).

Karakteristik cahaya yang unik ini digunakan dalam penelitian untuk

mengetahui pengaruhnya pada kesehatan anemon. Biota ini dapat digunakan

sebagai indikator perubahan lingkungan perairan tropis yang baik karena

kesensitifannya terhadap faktor-faktor lingkungan dan sifat mereka yang menetap.

Selain itu biota ini juga memiliki hubungan yang unik antara inang dengan alga

simbionnya, yaitu zooxanthella.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penyinaran dengan lampu

flourescent, lampu incandescent dan matahari terhadap morfologi anemon dan

viabilitas zooxanthellae dalam akuarium.

Page 18: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Anemon 2.1.1. Struktur tubuh anemon

Secara garis besar struktur tubuh anemon terdiri atas oral disk, coloum dan

pedal disk. Oral disk adalah bagian teratas anemon. Pada oral disk terdapat

mulut yang juga berfungsi sebagai anus. Di sekeliling mulut terdapat tentakel

yang berfungsi untuk menangkap makanan. Di tentakel terdapat sel knidosit atau

sel penyengat yang menjadi ciri khas Filum Cnidaria. Sel knidosit berfungsi

untuk menyengat mangsa. Mulut dilanjutkan dengan stomodaeum yang langsung

menghubungkannya dengan coelenteron atau rongga perut. Di dalam rongga

perut terdapat mesenteri filament yang berfungsi sebagai usus. Basal disk

merupakan bagian yang menempel pada substrat.

Sumber : Fautin dan Mariscal ( 1991 ).

Gambar 1. Anatomi anemon.

Page 19: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Dinding polip terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar disebut ektoderm dan

lapisan dalam disebut endoderm atau gastroderm. Di antara ektoderm dan

gastroderm terdapat lapisan antara yang disebut mesoglea. Ektoderm terdiri atas

sel lendir yang berada dalam sel-sel kelenjar dan sel nematoksis yang berada

dalam sel knidoblast. Sel lendir menghasilkan lendir yang berfungsi untuk

memerangkap makanan dan membersihkan diri dari kotoran yang menempel. Sel

nematoksis berfungsi sebagai sel penyengat untuk menangkap makanan dan

sebagai alat untuk mempertahankan diri. Pada lapisan gastroderm terdapat alga

bersel tunggal yang merupakan simbion anemon. Alga yang bersimbiosis ini

disebut zooxanthellae.

Sumber : Fautin dan Mariscal ( 1991 ).

Gambar 2. Potongan membujur tubuh anemon memperlihatkan ektoderm ( EP ), gastroderm ( G ), mesenteri ( M ), filament ( E ), coelenteron dan silia ( CT ).

Struktur utama dari lapisan gastroderm adalah mesenteri filament. Meserteri

filament terlibat dalam banyak fungsi , seperti dalam sistem reproduksi,

pencernaan, dan sirkulasi. Pada anemon, setiap sel epitheliomuscular dari

Page 20: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

mesenteri memiliki silia. Silia ini sangat penting dalam pergerakan air yang

melewati coelenteron ( Fautin & Mariscal,1991 )

Jaringan saraf tersebar di ektoderm, gastroderm dan mesoglea. Jaringan saraf

ini dikoordinasikan oleh sel khusus yang disebut sel penghubung. Sel

penghubung bertanggung jawab memberi respon, baik secara mekanis maupun

kimiawi serta adanya stimuli cahaya ( Suharsono, 1996 ).

2.1.2. Klasifikasi anemon Anemon merupakan salah satu biota pembentuk ekosistem terumbu karang.

Secara morfologi dan fisiologi hewan ini mirip dengan koral. Berikut klasifikasi

anemon yang digunakan dalam penelitian menurut Kaestner ( 1967 ) :

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Actinaria

Sub Ordo : Myantheae

Tribe : Endimyaria

Famili : Stichodactylidae

Genus : Heteractis

Spesies : H. malu

2.1.2. Reproduksi

Reproduksi anemon terjadi secara seksual dan aseksual. Nybakken ( 1988 )

menyatakan bahwa proses reproduksi seksual dimulai dengan gametogenesis,

yaitu pembentukan calon gamet sampai gamet matang. Gamet yang matang

dilepaskan dalam bentuk larva planula. Planula yang dilepaskan akan berenang

Page 21: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

bebas dalam perairan. Bila planula telah menemukan tempat yang cocok, maka

planula akan menempel pada substrat untuk menetap dan berkembang.

Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara membentuk tunas. Tunas baru

yang tumbuh di permukaan bagian bawah atau pada bagian sisi melekat sampai

mencapai ukuran tertentu, kemudian melepaskan diri dan tumbuh menjadi

individu baru. Pembentukan tunas dapat dilakukan secara intertentakular dan

ekstratentakular. Pertunasan intertentakular merupakan pembentukan individu

baru di dalam individu lama. Sedangkan pertunasan ekstratentakular adalah

pembentukan individu baru di luar.

2.1.4. Cara makan

Berdasarkan makanannya, anemon dikelompokkan menjadi dua, yaitu fishers

dan particle feeders. Kelompok pertama biasanya memakan ikan- ikan kecil,

crustacea dan plankton. Mangsa akan disengat oleh nematoksis kemudian dijerat

oleh tentakel kemudian dibawa ke mulut. Pada anemon yang bersimbiosis dengan

ikan Amphiprion, ikan ini akan membantu anemon memotong-motong

makanannya dan membantu anemon untuk memasukan makanannya ke mulut

anemon. Sedangkan kelompok kedua memperoleh makanan menggunakan

mucus. Partikel akan menempel pada mucus kemudian akan dibawa ke mulut

dengan menggunakan silia yang ada di seluruh permukaan tubuhnya

( Haefelfinger & Thenius, 1974 ).

Hadi dan Sumadiyo ( 1992 ) menyatakan bahwa anemon mampu makan dalam

jumlah yang sangat banyak, tetapi bila makanannya sedikit atau jarang anemon

akan melipat diri sehingga ukuran tubuhnya menyusut. Bila anemon mengkerut

akan terlihat seperti bola dengan sedikit tentakel tersembul keluar. Menurut

Page 22: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Emmers ( 1990 ), banyak anemon pemakan yang aktif di dalam akuarium, tetapi

makanannya harus datang sendiri kepadanya.

2.1.5. Stress pada anemon

Stress merupakan suatu kondisi penurunan kualitas hidup yang disebabkan

oleh adanya perubahan ekosistem atau adanya faktor-faktor yang menyebabkan

menurunnya produktifitas. Anemon yang mengalami stress akan mengalami

perubahan-perubahan dalam metabolisme, respon tingkah laku terhadap

lingkungan dan biologi reproduksinya akibat faktor-faktor eksternal ataupun

internal yang membatasi aktifitas biota ini. Hayes dan Bush in Zamani ( 1995 )

mengemukakan bahwa koral yang mengalami bleaching akan mengeluarkan

mucus, gangguan pada lapisan gastroderm, dan gangguan pada vakuola yang

didalamnya terdapat zooxanthellae. Anemon akan melakukan adaptasi untuk

mengurangi atau menghilangkan stress. Jika adaptasi yang dilakukan berhasil

maka biota ini akan kembali dalam keadaan homeostatis, tetapi bila tidak berhasil

maka biota ini akan mengalami stress kembali dengan kemungkinan stress yang

bertambah besar ( Sarwono, 1992 ).

2.2. Zooxanthellae

Zooxanthella merupakan alga bersel tunggal dari kelas Dinoflagellatae.

Sebagian besar zooxanthellae yang ditemukan berasal dari genus Symbiodinium.

Zooxanthellae dapat ditemukan hidup bebas di perairan atau hidup bersimbiosis

dengan hewan dari filum Cnidaria, seperti pada koral dan anemon. Selain itu,

zooxanthellae juga ditemukan pada kima, ubur-ubur dan sponge. Zooxanthellae

Page 23: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

memberikan warna pada hewan

berwarna coklat dan disebut zoochlorella bila berwarna hijau.

Sumber zooxanthellae yang ada di dalam polip diturunkan oleh induknya

melalui reproduksi, baik secara sek

langsung mentransfer zooxanthellae ke dalam telur atau larva. Sedangkan sumber

zooxanthellae di lingkung

pemakan karang dan pemakan zooplankton yang di dalamnya mengandung

zooxanthellae.

Hubungan antara anemon dengan zoox

Zooxanthellae menyumbang 90% dari hasil fotosintesisnya untuk memenuhi

kebutuhan energi bagi k

zooxanthellae, karang memberikan perlindungan dari

menyediakan nutrien seperti

untuk fotosintesis

Gambar 3. Zooxanthellae yang berasal dari menggunakan mikroskop

Intensitas cahaya yang cukup akan memungkinkan zooxanthellae memberi

suplai nutrisi penting ke tubuh koral.

zooxanthellae untuk fotosintesis berasal dari sinar matahari yang mencap

102,000 lux ( 1,900 µ E m s ). Tetapi, koral tidak membutuhkan cahaya matahari

memberikan warna pada hewan-hewan tersebut. Alga disebut zooxanthellae bila

berwarna coklat dan disebut zoochlorella bila berwarna hijau.

Sumber zooxanthellae yang ada di dalam polip diturunkan oleh induknya

melalui reproduksi, baik secara seksual maupun aseksual. Secara seksual induk

langsung mentransfer zooxanthellae ke dalam telur atau larva. Sedangkan sumber

zooxanthellae di lingkungan berasal dari perairan sekitar atau dari sisa organisme

pemakan karang dan pemakan zooplankton yang di dalamnya mengandung

Hubungan antara anemon dengan zooxanthellae adalah simbiosis mutu

Zooxanthellae menyumbang 90% dari hasil fotosintesisnya untuk memenuhi

bagi koral ( Davies, 1984 in Zamani, 1995 ). Sementara bagi

zooxanthellae, karang memberikan perlindungan dari grazer, shelter

menyediakan nutrien seperti nitrogen, fosfor dan karbon dioksida sebagai bahan

untuk fotosintesis

Sumber : Wikipedia, 2008.

Gambar 3. Zooxanthellae yang berasal dari Porites luteamenggunakan mikroskop cahaya.

Intensitas cahaya yang cukup akan memungkinkan zooxanthellae memberi

suplai nutrisi penting ke tubuh koral. Intensitas cahaya yang dibutuhkan

zooxanthellae untuk fotosintesis berasal dari sinar matahari yang mencap

( 1,900 µ E m s ). Tetapi, koral tidak membutuhkan cahaya matahari

hewan tersebut. Alga disebut zooxanthellae bila

Sumber zooxanthellae yang ada di dalam polip diturunkan oleh induknya

Secara seksual induk

langsung mentransfer zooxanthellae ke dalam telur atau larva. Sedangkan sumber

an berasal dari perairan sekitar atau dari sisa organisme

pemakan karang dan pemakan zooplankton yang di dalamnya mengandung

anthellae adalah simbiosis mutualisme.

Zooxanthellae menyumbang 90% dari hasil fotosintesisnya untuk memenuhi

Sementara bagi

shelter dan

nitrogen, fosfor dan karbon dioksida sebagai bahan

dilihat dengan

Intensitas cahaya yang cukup akan memungkinkan zooxanthellae memberi

Intensitas cahaya yang dibutuhkan

zooxanthellae untuk fotosintesis berasal dari sinar matahari yang mencapai

( 1,900 µ E m s ). Tetapi, koral tidak membutuhkan cahaya matahari

Page 24: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

secara penuh. Mereka dapat berkembang baik dengan intensitas cahaya relatif

yang lebih sedikit ( Emmers, 1990 ).

Kejernihan air juga berhubungan dengan pencahayaan. Kejernihan air dalam

akuarium dipengaruhi oleh banyak faktor. Semakin jernih air, semakin besar porsi

cahaya yang sampai ke dasar akuarium. Kejernihan air dipengaruhi oleh jumlah

kandungan fitoplankton, zooplankton, sedimen/debu pasir yang melayang di air

serta partikel terlarut yang akan membuat air akuarium menjadi keruh. Selain

disebabkan oleh tingkat kekeruhan air, intensitas cahaya yang sampai ke dasar

akuarium juga dipengaruhi oleh pergerakan air. Semakin deras pergerakan air,

intensitas cahaya yang sampai ke dasar akuarium akan semakin berkurang

( Emmers, 1990 ).

Densitas zooxanthellae dari setiap koloni sangat bervariasi tergantung dari

habitat dan kedalaman tempat inangnya hidup. Haefelfinger dan Thenius ( 1974 )

menyatakan dalam larva planula sepanjang 1 mm telah ditemukan sekitar 7000

sel alga. Wilson ( 1989 ) in Zamani ( 1995 ) menemukan jumlah zooxanthellae

pada Porites lutea berkisar antara 2.01 x 106 sampai 3,13 x 106 per cm2.

Penelitian yang dilakukan oleh Brown et al. ( 1995 ) menemukan jumlah

zooxantellae pada koral di zona inter-tidal berkisar antara 0,9 x 106 sampai 2,3 x

107 per cm2. Jumlah zooxantellae terbesar ditemukan pada bagian yang paling

banyak terpapar oleh sinar ( Brown et al., 1995 ), seperti pada bagian oral disk,

oral cone, dan tentakel ( Zamani,1995 ).

Dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai musim

sebagaimana penyesuian karang terhadap lingkungan. Selama peristiwa

bleaching, karang kehilangan 60-90% dari jumlah zooxantellaenya dan yang

Page 25: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

tersisa dapat kehilangan 50-80% dari pigmen fotosintesisnya

( Westmacott et al., 2000 ). Jika intensitas cahaya rendah, maka kandungan

klorofil zooxanthellae tetap. Peningkatan intesitas cahaya dalam waktu lama

dapat membuat zooxanthellae mengurangi klorofil di dalam tubuhnya

( fotodegradasi ). Fotodegradasi juga terjadi jika anemon zooxanthellae terpapar

sinar ultra violet dalam jangka waktu cukup lama dan perubahan warna pigmen

akan sangat jelas dapat teramati ( Thieberger et al., 1995).

2.3. Mitosis Dan Mitotik Indeks

2.3.1. Pembelahan mitosis

Mitosis merupakan tahapan pembelahan dalam siklus sel. Pembelahan mitosis

menghasilkan sel anak yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah

kromosom induknya. Pada organisme bersel satu, mitosis merupakan proses

reproduksi untuk memperbanyak diri. Sedangkan pada organisme multiseluler,

mitosis terjadi di sel somatis untuk perbanyakan sel dan pertumbuhan. Sel-sel

tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan pembelahan . Ada

sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat, dan ada

juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekali setelah melewati masa

pertumbuhan tertentu.

. Sumber : Wikipedia, 2009.

Gambar 4. Pembelahan sel secara mitosis.

Page 26: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Pada organisme multiseluler, poses pembelahan sel dibedakan menjadi dua

tahap utama, yaitu tahap interfase dan tahap mitosis. Interfase terdiri atas tiga

tahap, yaitu tahap G1, tahap S, dan tahap G2. G1 adalah tahap dimana proses

metabolisme telah lengkap dalam persiapan sintesis DNA. Pada tahap S terjadi

sintesis DNA. G2 merupakan tahapan sebelum tahap mitosis ( Zamani, 1995 ).

Sumber : Crayonpedia, 2009.

Gambar 5. Proses pembelahan mitosis. Tahap mitosis dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap kariokinesis dan

sitokinesis. Kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terbagi dalam

beberapa tahap, yaitu profase,metafase, anafase dan telofase. Sedangkan

sitokinesis adalah pembagian sitoplasma kepada dua anak sel hasil pembelahan.

Page 27: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

2.3.2. Mitotik indeks

Mitotik indeks adalah angka indeks yang menyatakan jumlah sel yang

melakukan pembelahan dalam 500 sel sebagai dasar perbandingan. Pada

beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa mitotik indeks merupakan indeks

yang sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, mitotik indeks

digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan.

2.4. Karakteristik Cahaya

Dalam perambatannya di atmosfer maupun dalam perairan, cahaya mengalami

proses perenyapan ( ekstinksi ). Energi gelombang cahaya yang berhasil

menembus lapisan-lapisan air akan semakin habis dan pada kedalaman tertentu

akan lenyap sama sekali sehingga lapisan air pada batas kedalaman tadi

merupakan bagian yang diliputi kegelapan. Selain intensitas energi yang

berkurang dengan adanya perenyapan, komposisi warna juga berubah. Pada

kedalaman 1 m, hampir seluruh warna infra merah direnyapkan. Pada kedalaman

10 m warna merah renyap. Pada kedalaman 100 m hanya warna kuning, hijau dan

biru dengan intenitas sangat kecil. Di bawah kedalaman 100 m merupakan daerah

gelap gulita ( Ilahude, 1999 ).

Page 28: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2007. Pengamatan dan

pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2007 di Bagian Hidrobiologi,

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat histologis dilakukan pada bulan

Juni-Agutus di Bagian Histologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan

Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 3 Set akuarium yang

dilengkapi dengan sistem filtrasi dan aerasi; lampu incandescent dan lampu

fluorescent; termometer; refraktometer; spektrometer; kertas pH; oven;

mikroskop cahaya Olympus CHS 20 EM; inkubator; mikrotom; plastik hitam;

gunting dan pinset.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1600 liter air laut; 9 ekor

anemone ( Heteractis malu ); glacial acetic acid; formalin 4%; 1M HCl;

alkohol dengan konsentrasi 70%,80%,90% dan 100%; xilol; paraffin; gliserin;

hemaktosilin; eosin; akuades; air keran; objec glass; cover glass; lem perekat

balsamic ( merek dagang ); minyak imersi; kertas tisu; dan pakan anemon

berupa cacing beku, udang rebon beku dan cincangan daging ayam.

Page 29: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

3.3 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 buah akuarium. Masing

masing akuarium diisi dengan air laut dan di dalamnya diletakkan 3 ekor anemon.

Akuarium 1 diberi lampu incandescent dan akuarium 2 diberi lampu fluorescent,

sedangkan akuarium 3 mendapatkan penyinaran alami. Akuarium 1 dan akuarium

2 ditutup dengan menggunakan plastik hitam sehingga hanya menerima cahaya

yang bersumber dari lampu saja. Penyinaran dengan menggunakan lampu

dilakukan selama 9 jam, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul

17.00 WIB. Perlakuan penyinaran diberikan selama lima hari.

Gambar 6. Akuarium 1 menggunakan lampu incandescent.

Pembuat arus(pompa)

Pompa

Rubble (pecahan karang)

Biota

outlet

Termometer

Protein skimmer

Plastik hitam

aerator

outlett

Kapas

(B) Lampu fluorescent

Gambar 7. Akuarium 2 menggunakan lampu fluorescent

Page 30: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

MatahariTermometer

Outlet Inlet

Biota Pembuat arus(pompa)

Aerator

Pompa

Outlet

Rubble (Pecahan karang)

Kapas filter

Protein Skimmer

Gambar 8. Akuarium 3 sebagai kontrol dengan cahaya matahari alami.

3.4. Metode Pengambilan Data

3.4.1. Pengamatan visual

Pengamatan visual dilakukan selama adaptasi didalam akuarium, sebelum

diberikan perlakuan, saat diberikan perlakuan, dan setelah diberikan perlakuan.

Pengamatan dilakukan 1 kali dalam satu hari selama adaptasi, sebelum perlakuan

dan setelah perlakuan. Pada saat anemon diberi perlakuan, pengamatan visual

dilakukan tiga kali dalam satu hari pada pukul 08.00, pukul 12.00 dan pukul 17.00

WIB.

Pengamatan secara visual dilakukan untuk melihat kondisi kesehatan anemon.

Kondisi kesehatan anemon ini diindikasikan dari jumlah tentakel yang aktif,

warna polip, kondisi mesenteri filament dan produksi mucus atau lendir. Produksi

lendir yang dihasilkan oleh anemon dapat dilihat dari kekeruhan air. Semakin

banyak lendir yang dihasilkan maka air akan semakin keruh.

Page 31: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

3.4.4. Rasio ketebalan ektoderm dengan gastroderm anemon ( H.malu )

Tiga tentakel diambil dari setiap individu. Kemudian tentakel difiksasi dengan

menggunakan formalin 4%. Setelah itu tentakel dibuat sediaan histologisnya.

Proses pembuatan preparat histologis dapat dilihat pada gambar 9. Analisa rasio

ketebalan ektoderm dengan gastroderm dilakukan dengan menggunakan preparat

histologis dan dilihat pada perbesaran 40x pada mikroskop cahaya. Ketebalan

lapisan gastroderm dan ektoderm diukur dengan menggunakan mikrometer.

Gambar 4. Diagram pembuatan peparat histologis.

Sampel Fiksasi Formalin 4%

Dehidrasi Alkohol 70%, 12 jam Alkohol 80%, 12 jam Alkohol 90%, 12 jam Alkohol 95%, 12 jam Alkohol 100% I, 1 jam Alkohol 100% II, 1 jam Alkohol 100% III, 1 jam

Clearing Xilol I, 1 jam Xilol II, 1 jam Xilol III, 1 jam

Embedding 70° C Parafin 1, 1 jam Parafin 2, 1 jam Parafin 3, 1 jam

Deparafinisasi Xilol I, 2 menit Xilol II, 2 menit Xilol III, 2 menit

Inkubasi Sectioning 5 µm

Trimming

Blocking

Rehidrasi Alkohol 100% I, 2 menit Alkohol 100% II, 2 menit Alkohol 100% III, 2 menit Alkohol 90%, 2 menit Alkohol 80%, 2 menit Alkohol 70%, 2 menit Air keran 10 menit Akuades, 5 menit

Colouring Hemaktosilin, 5 menit Air keran, 15 menit Akuades, 5 menit Eosin, 2 menit akuades

Dehidrasi Alkohol 70% Alkohol 80% Alkohol 90 % Alkohol 100% I Alkohol 100% II Alklohol 100% III

Clearing Xilol I Xilol II Xilol III

Mounting

Page 32: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

3.4.2. Mitotik indeks zooxanthellae

Sebelum anemon diberi perlakuan, terlebih dahulu diambil data awal untuk

mengetahui mitotik indeks dengan memotong tiga tentakel dari setiap individu.

Saat anemon diberi perlakuan, sampel diambil dua kali dalam satu hari pada pukul

08.00 WIB dan pada pukul 16.30 WIB. Tiga tentakel diambil dari setiap individu

dalam satu kali pengambilan sampel. Kemudian tentakel difiksasi dalam larutan

alkohol 70% dan glacial acetic acid dengan perbandingan 3 : 1 selama 30 menit.

Setelah itu tentakel dimasukkan ke dalam alkohol 70% dan disimpan pada suhu

4°C sampai akan digunakan kembali untuk analisa mitotik indeks.

Analisa mitotik indeks dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya

pada perbesaran 100x. Angka indeks sel zooxanthellae diketahui dengan

menghitung jumlah sel yang membelah dalm 500 sel. Sebelum analisa dilakukan,

tentakel terlebih dahulu dibilas dengan menggunakan larutan HCl 1M. Setelah itu

tentakel direndam dalam HCl 1M dan dipanaskan di dalam oven. Tentakel

dipanaskan pada suhu 60°C selama 30 menit, kemudian suhu diturunkan sampai

20°C dan dipanaskan pada suhu tersebut selama 10 menit. Setelah dipanaskan

dalam oven, tentakel siap dipergunakan untuk analisa mitotik indeks.

3.4.3. Densitas zooxanthellae

Tiga tentakel dipotong dari tiap individu. Kemudian tentakel difiksasi dalam

larutan alkohol 70% dan glacial acetic acid dengan perbandingan 3 : 1 selama 30

menit. Setelah itu tentakel dimasukkan ke dalam alkohol 70% dan disimpan pada

suhu 4°C sampai akan digunakan kembali untuk analisa densitas zooxanthellae.

Page 33: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Analisa densitas zooxanthella dilakukan dengan menggunakan mikroskop

cahaya pada perbesaran 40x. Densitas diketahui dengan menghitung jumlah sel

pada lima lapang pandang.

3.5. Analisa Data

3.5.1. Rasio ketebalan ektoderm dengan gastroderm ( H. malu )

Rasio ketebalan ektoderm dengan endoderm diperoleh dengan menggunakan

rumus berikut :

100xKE

KGR =

dimana :

R : rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm ( % )

KG : ketebalan gastroderm/endoderm ( µm )

KE : ketebalan ektoderm ( µm )

3.5.2. Mitotik indeks zooxanthellae Rumus yang digunakan untuk menentukan mitotik indeks sel zooxanthellae

adalah sebagai berikut:

100xn

AMI =

dimana :

MI : mitotik indeks zooxanthellae ( % )

A : jumlah sel yang melakukan pembelahan mitosis

n : jumlah sel yang dihitung sebagai dasar perbandingan

Page 34: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

3.5.3. Densitas zooxanthellae Densitas zooxantella dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

m

zD

n

i

i

i

∑== 1

dimana :

Di : densitas zooxanthellae ( cm2 )

z : jumlah zooxanthella dalam satu lapang pandang

m : jumlah lapang pandang

3.5.4. Uji Statistik

Data diuji dengan menggunakan Analisis of Varians ( ANOVA ) Klasifikasi

Dua Arah untuk melihat pengaruh pemberian perlakuan. Data diuji pada selang

kepercayaan 95%. Uji BNT digunakan untuk melihat perlakuan yang paling

berpengaruh terhadap morfologi anemon dan viabilitas zooxanthellae. Proses

penghitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0. Hipotesis

yang diuji adalah sebagai berikut :

1. H0 : α1 = α2 = … = αr = 0

H1 : sekurang-kurangnya ada satu αi ≠ 0

2. H0 : β1 = β2 = … = βc = 0

H1 : sekurang-kurangnya ada satu βj ≠ 0

3. H0 : ( αβ )11 = ( αβ )12 = … = ( αβ )ij = 0

H1 : sekurang kurangnya ada satu ( αβ )ij ≠ 0

Page 35: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Karakteristik gelombang lampu Lampu incandescent

yang diemisikan lampui

spektrum warna biru ( 400

Selain spektrum warna biru, lampu ini ju

( 500-600 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 1391 lux, dan spektrum

ultraviolet ( <400 nm ) dengan intensi

ultraviolet yang diemisikan oleh lampu

ultraviolet A ( UV A ).

gambar 10.

Lampu fluorescent

spektrum ultraviolet ( <400 nm ). Intensitas relatif yang diemisikan oleh

spektrum ultraviolet sebesar 905 lux. Spektrum yang diemisikan dikategorikan

sebagai ultraviolet A ( UV A ).

pada gambar 10.

Gambar 10. Karakteristik gelombang lampu fluore

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian

4.1.1. Karakteristik gelombang lampu

incandescent mengemisikan tiga spektrum warna. Panjang gelombang

yang diemisikan lampui incandescent didominasi oleh panjang gelombang

spektrum warna biru ( 400-500 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 2427 lux.

Selain spektrum warna biru, lampu ini juga mengemisikan spektrum warna hijau

600 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 1391 lux, dan spektrum

ultraviolet ( <400 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 1500 lux. Spektrum

ultraviolet yang diemisikan oleh lampu incandescent dikategorikan s

ultraviolet A ( UV A ). Intensitas relatif lampu incandescent dapat dilihat pada

rescent hanya mengemisikan satu spektrum gelombang, yaitu

spektrum ultraviolet ( <400 nm ). Intensitas relatif yang diemisikan oleh

ultraviolet sebesar 905 lux. Spektrum yang diemisikan dikategorikan

sebagai ultraviolet A ( UV A ). Intensitas relatif lampu fluorescent

Karakteristik gelombang lampu incandescent ( A escent ( B ).

A

mengemisikan tiga spektrum warna. Panjang gelombang

didominasi oleh panjang gelombang

500 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 2427 lux.

ga mengemisikan spektrum warna hijau

600 nm ) dengan intensitas relatif sebesar 1391 lux, dan spektrum

sebesar 1500 lux. Spektrum

dikategorikan sebagai

dapat dilihat pada

hanya mengemisikan satu spektrum gelombang, yaitu

spektrum ultraviolet ( <400 nm ). Intensitas relatif yang diemisikan oleh

ultraviolet sebesar 905 lux. Spektrum yang diemisikan dikategorikan

rescent dapat dilihat

( A ) dan lampu

B

Page 36: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

4.1.2. Pengamatan Visual Kondisi anemon pada akuarium 1 yang diberi perlakuan lampu incandescent

selama lima hari memperlihatkan penurunan tampilan. Hanya dua dari tiga

individu yang hidup selama periode lima hari pengamatan. Warna kedua individu

yang hidup ini lebih pucat di akhir pengamatan daripada sebelum diberikan

perlakuan. Walaupun demikian, kedua anemon ini memperlihatkan kondisi dan

tingkah laku yang normal. Tentakelnya terkembang dan aktif bergerak serta tidak

terjadi penyusuatan ukuran tubuh.

Individu yang mati memperlihatkan tampilan yang kurang baik sejak sebelum

diberi perlakuan. Warnanya agak pucat dibandingkan dengan kedua individu

lainnya. Tentakel terkembang dan aktif bergerak, tetapi mesenteri filamentnya

keluar. Kondisinya semakin memburuk setelah diberi perlakuan. Pada hari

pertama, tentakelnya terkembang tetapi tidak aktif bergerak dan mesentery

filamentnya keluar. Pada hari kedua ukuran tubuh menyusut, tentakel terkembang

tetapi tidak aktif bergerak, mesentery filament keluar, mulut terbuka lebar, dan

tubuh mengeluarkan lendir. Pada hari ketiga individu ini ditemukan telah mati.

Hasil pengamatan visual pada akuarium 1 dapat dilihat pada gambar 11.

Page 37: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 11. Kondisi anemon pada akuarium 1 ( lampu incandescent ). Anemon sebelum diberikan perlakuan ( A ), saat diberi perlakuan ( B ), warna lebih pucat pada d5 ( C ), dan setelah 26 hari ( D ).

Kondisi anemon pada akuarium 2 yang diberi perlakuan lampu fluorescent

selama periode lima hari memperlihatkan penurunan tampilan. Pada d-1 kondisi

ketiga individu relatif tidak sehat bila dibandingkan dengan individu anemon pada

akuarium 1 dan 3. Walaupun demikian, ketiga individu memperlihatkan kondisi

aktif, yaitu tentakel terkembang dan bergerak bila disentuh. Pada hari pertama,

ketiga individu mengeluarkan mesenteri filament tetapi kondisi tentakel aktif.

Demikian pula pada hari berikutnya sampai dengan hari ke lima, anemon terlihat

mengeluarkan mesentery filament, tentakel terkembang dan aktif bergerak, tetapi

tubuh anemon akan menguncup bila terlalu banyak sentuhan. Warna anemon

mulai terlihat memucat sejak hari kedua pengamatan. Individu ke tiga

memperlihatkan kondisi stress pada hari ke tiga. Mulutnya membuka lebar,

mesenteri filament keluar, mengeluarkan lendir, tentakel terkembang dan hanya

akan memberi sedikit gerakan bila disentuh. Setelah periode lima hari

Page 38: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

pengamatan, warna ketiga individu lebih pucat daripada individu di akuarium 1,

ukuran tubuh menyusut, dan mengeluarkan banyak lendir. Hasil pengamatan

visual pada akuarium 2 dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Kondisi anemon pada akuarium 2 ( lampu fluorescent ). Anemon sebelum diberikan perlakuan ( A & B ), saat d3 ( C ), dan setelah diberikan perlakuan pada d7 ( D ).

Kondisi anemon pada akuarium 3 dengan penyinaran cahaya matahari selama

periode lima hari pengamatan memperlihatkan penurunan tampilan. Ketiga

individu terlihat lebih pucat, ukuran tubuh menyusut, dan terkadang mengeluarkan

mesenteri filament setelah diberi makan. Secara keseluruhan, ketiga individu

cenderung lebih stabil dibandingkan individu pada akuarium 1 dan 2. Tentakel

ketiga individu terkembang dan aktif bergerak. Hasil pengamatan visual pada

akuarium 3 dapat dilihat pada gambar 13.

Page 39: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 13. Kondisi anemon pada akuarium 3. Sebelum anamon diberikan perlakuan ( A ). Saat diberikan perlakuan ( B ). Setelah diberikan perlakuan ( C ).

4.1.3. Pengamatan Preparat Histologis Pengamatan preparat histologis memperlihatkan adanya perubahan morfologi

pada anemon yang mendapatkan perlakuan lampu incandescent dan lampu

fluorescent. Dari gambar 14 & 15 dapat diamati jumlah zooxanthellae semakin

berkurang dan hanya sedikit zooxanthellae yang berada di lapisan gastroderm

pada akhir pengamatan. Lapisan gastroderm mengalami perubahan ketebalan dan

jaringan pada tentakel mulai mengalami kerusakan.

Gambar 14. Morfologi anemon ( H. malu ) pada perbesaran objektif 40x

di akuarium 1 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ).

Page 40: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 15. Morfologi anemon ( H. malu ) pada perbesaran objektif 40x di akuarium 2 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ).

Berbeda dengan morfologi anemon pada perlakuan lampu incandescent dan

lampu fluorescent, morfologi anemon akuarium 3 dengan cahaya matahari tidak

memperlihatkan perubahan yang signifikan. Jumlah zooxanthellae yang ada di

lapisan gastroderm relatif tetap. Ketebalan lapisan gastroderm cenderung lebih

stabil. Hanya beberapa sampel yang memperlihatkan kerusakan jaringan pada

akhir pengamatan. Morfologi anemon dengan cahaya matahari dapat dilihat pada

gambar 16.

Gambar 16. Morfologi anemon ( H. malu ) pada perbesaran objektif 40x di akuarium 3 saat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ).

4.1.4. Rasio Ketebalan Gastroderm dengan Ektoderm

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium 1 ( lampu

incandescent ) mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan seperti terlihat

pada gambar 17 yang diolah dari lampiran 5. Individu 1 tidak didapatkan

datanya karena mati pada d2. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

individu 2 bertambah dari 1,41 menjadi 3,22 atau sebesar 56,39% pada d3,

kemudian berkurang dari 3,22 menjadi 1,40 atau berkurang sebesar 56,52% pada

Page 41: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 3 bertambah dari 1,36

menjadi 1,63 atau bertambah sebesar 16,015% pada d3,

1,63 menjadi 1,16 atau berkurang 39,70% pada d5.

gastroderm anemon pada akuarium 1 dapat diamati pada preparat histologis

seperti terlihat pada g

Sumber : dio

Gambar 17. Nilai ratadengan ektoderm akuarium 1

Gambar 18. Potongan melintang tentakel anemon ( saat dperbesaran objektif 10x

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium 2 ( lampu

fluorescent ) mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan

pada gambar 19 yang diolah dari

dengan ektoderm individu 1 bertambah dari 1,27 menjadi 1,42 atau sebesar

Bar 1 : 5µm

d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 3 bertambah dari 1,36

menjadi 1,63 atau bertambah sebesar 16,015% pada d3, kemudian berkurang dari

1,63 menjadi 1,16 atau berkurang 39,70% pada d5. Perubahan ketebalan lapisan

gastroderm anemon pada akuarium 1 dapat diamati pada preparat histologis

gambar 18.

Sumber : diolah dari lampiran 5.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastrodengan ektoderm akuarium 1 ( lampu incandescent

Potongan melintang tentakel anemon ( H. malusaat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ) dengan perbesaran objektif 10x.

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium 2 ( lampu

) mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan seperti terlihat

yang diolah dari lampiran 6. Rasio ketebalan gastroderm

dengan ektoderm individu 1 bertambah dari 1,27 menjadi 1,42 atau sebesar

Bar 1 : 5µm

Bar 1 : 5µm

d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 3 bertambah dari 1,36

kemudian berkurang dari

Perubahan ketebalan lapisan

gastroderm anemon pada akuarium 1 dapat diamati pada preparat histologis

asio ketebalan gastroderm incandescent ).

malu ) akuarium 1 C ) dengan

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium 2 ( lampu

seperti terlihat

. Rasio ketebalan gastroderm

dengan ektoderm individu 1 bertambah dari 1,27 menjadi 1,42 atau sebesar

Page 42: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

10,56% pada d3, kemudian berkurang dari 1,4

pada d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 bertambah dari

0,97 menjadi 1,36 atau sebesar 28,68% pada d3 kemudian berkurang dari1,36

menjadi 1,16 atau sebesar 17,24% pada d5. Rasio ketebalan gastroder

ektoderm individu 3 bertambah dari 1,23 menjadi 1,28 atau sebesar 4,07% pada

d3, kemudian berkurang dari 1,28 menjadi 0,97 atau sebesar 31,96% pada d5.

Sumber : diolah dari lampiran 6.

Gambar 19. Nilai ratadengan e

Respon individu di dalam akuarium 2 terhadap perlakuan yang diberikan relatif

sama. Ketiga individu mengalami peningkatan rasio ketebalan gastro

terhadap ektoderm pada d3 berkisar

kembali pada d5 berkisar antara 10,085%

lapisan gastroderm anemon pada akuarium 2 dapat diamati pada preparat

histologis seperti gambar

10,56% pada d3, kemudian berkurang dari 1,42 menjadi 1,29 atau sebesar10,08 %

pada d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 bertambah dari

0,97 menjadi 1,36 atau sebesar 28,68% pada d3 kemudian berkurang dari1,36

menjadi 1,16 atau sebesar 17,24% pada d5. Rasio ketebalan gastroder

ektoderm individu 3 bertambah dari 1,23 menjadi 1,28 atau sebesar 4,07% pada

d3, kemudian berkurang dari 1,28 menjadi 0,97 atau sebesar 31,96% pada d5.

Sumber : diolah dari lampiran 6.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium 2 ( lampu fluorescent

Respon individu di dalam akuarium 2 terhadap perlakuan yang diberikan relatif

sama. Ketiga individu mengalami peningkatan rasio ketebalan gastro

terhadap ektoderm pada d3 berkisar antara 4,07%-28,68% dan rasio berkurang

kembali pada d5 berkisar antara 10,085%-31,96% pada d5. Perubahan ketebalan

lapisan gastroderm anemon pada akuarium 2 dapat diamati pada preparat

ambar 20 berikut.

2 menjadi 1,29 atau sebesar10,08 %

pada d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 bertambah dari

0,97 menjadi 1,36 atau sebesar 28,68% pada d3 kemudian berkurang dari1,36

menjadi 1,16 atau sebesar 17,24% pada d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan

ektoderm individu 3 bertambah dari 1,23 menjadi 1,28 atau sebesar 4,07% pada

d3, kemudian berkurang dari 1,28 menjadi 0,97 atau sebesar 31,96% pada d5.

asio ketebalan gastroderm fluorescent ).

Respon individu di dalam akuarium 2 terhadap perlakuan yang diberikan relatif

sama. Ketiga individu mengalami peningkatan rasio ketebalan gastroderm

28,68% dan rasio berkurang

31,96% pada d5. Perubahan ketebalan

lapisan gastroderm anemon pada akuarium 2 dapat diamati pada preparat

Page 43: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 20. Potongan melintang tentakel anemon ( saat dperbesaran objektif 10x..

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

matahari ) mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan seperti terlihat pada

gambar 21 yang diolah dari

dengan ektoderm sebagai respon terhadap perlakuan yang diberikan oleh tiap

individu berbeda-beda. Rasio ketebalan gastroderm denga

berkurang dari 1,45 menjadi 1,17 atau sebesar 23,93% pada d3, kemudian

bertambah dari 1,17 menjadi 1,25 atau sebesar 6,4%

Sumber : diolah dari lampiran 7.

Gambar 21. Nilai ratadengan ektoderm akuarium 3

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 berkurang dari 1,58

menjadi 1,02 atau sebesar 54,90 % pada d3, kemudian berkurang dari 1,02

Bar 1 : 5

Gambar 20. Potongan melintang tentakel anemon ( H. malusaat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ) dengan perbesaran objektif 10x..

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium kontrol ( cahaya

mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan seperti terlihat pada

yang diolah dari lampiran 7. Berubahnya rasio ketebalan gastroderm

bagai respon terhadap perlakuan yang diberikan oleh tiap

beda. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 1

berkurang dari 1,45 menjadi 1,17 atau sebesar 23,93% pada d3, kemudian

bertambah dari 1,17 menjadi 1,25 atau sebesar 6,4% pada d5.

Sumber : diolah dari lampiran 7.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastrodengan ektoderm akuarium 3 ( cahaya matahari )

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 berkurang dari 1,58

menjadi 1,02 atau sebesar 54,90 % pada d3, kemudian berkurang dari 1,02

1 : 5µm Bar 1 : 5µm

Bar 1 : 5µm

malu ) akuarium 2 1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ) dengan

pada akuarium kontrol ( cahaya

mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan seperti terlihat pada

. Berubahnya rasio ketebalan gastroderm

bagai respon terhadap perlakuan yang diberikan oleh tiap

ektoderm individu 1

berkurang dari 1,45 menjadi 1,17 atau sebesar 23,93% pada d3, kemudian

asio ketebalan gastroderm ( cahaya matahari )

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm individu 2 berkurang dari 1,58

menjadi 1,02 atau sebesar 54,90 % pada d3, kemudian berkurang dari 1,02

Page 44: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

menjadi 0,84 atau sebesar 21,43% pada d5

ektoderm individu 3 bertamba

kemudian dari 1,25 menjadi 0,81 atau sebesar

ketebalan lapisan gastroderm anemon pada akuarium 3 dapat diamati pada

preparat histologis seperti terlihat pada

Gambar 22. Potongan melintang tsaat dperbesaran objektif 10x

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara ketiga akuarium

ektoderm saat d-1 dapat dili

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Gambar 23. Nilai ratadengan ektoderm

Bar 1 : 5µm

menjadi 0,84 atau sebesar 21,43% pada d5. Rasio ketebalan gastroderm dengan

ektoderm individu 3 bertambah dari 1,05 menjadi 1,25 atau sebesar 16% pada d3,

kemudian dari 1,25 menjadi 0,81 atau sebesar 54,32% pada d5 Perubahan

ketebalan lapisan gastroderm anemon pada akuarium 3 dapat diamati pada

preparat histologis seperti terlihat pada gambar 22.

22. Potongan melintang tentakel anemon ( H. malusaat d-1 ( A ), saat d3 ( B ), dan saat d5 ( C ) dengan perbesaran objektif 10x.

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

akuarium. Grafik hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

dapat dilihat pada gambar 23 yang diolah dari lampiran 10

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d

B C

Bar 1 : 5µm

Rasio ketebalan gastroderm dengan

25 atau sebesar 16% pada d3,

Perubahan

ketebalan lapisan gastroderm anemon pada akuarium 3 dapat diamati pada

malu ) akuarium 3 dengan

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d-1 pada

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata

asil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

lampiran 10.

rasio ketebalan gastroderm saat d-1.

Bar 1 : 5µm

Page 45: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara ketiga akuarium

ektoderm saat d3 dapat dilihat

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Gambar 24. Nilai ratadengan ektoderm

Hasil uji BNT ras

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara ketiga Akuarium

ektoderm saat d5 dapat dilihat pada

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Gambar 25. Nilai ratadengan ektoderm

4.1.5. Mitotik indeks

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

akuarium. Grafik hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

ektoderm saat d3 dapat dilihat pada gambar 24 yang diolah dari lampiran 10

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d3.

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

Akuarium. Grafik hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

ektoderm saat d5 dapat dilihat pada gambar 25 yang diolah dari lampiran10

Sumber : diolah dari lampiran 10.

Nilai rata-rata dan standard error rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada setiap perlakuan saat d5.

4.1.5. Mitotik indeks

Hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d3 pada

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata

. Grafik hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

lampiran 10.

rasio ketebalan gastroderm saat d3.

io ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d5 pada

selang kepercayan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata

. Grafik hasil uji BNT rasio ketebalan gastroderm dengan

lampiran10.

rasio ketebalan gastroderm saat d5.

Page 46: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Pembelahan mitosis zooxanthellae pada akuarium 1 ( lampu

memiliki pola yang cenderung sama pada tiap individu. Mitotik indeks

zooxanthellae akuarium 1 berkisar antara 0,041

tertinggi terjadi pada d1h1, yaitu pada 1 jam

Pembelahan yang terjadi sebesar 77,27%. Puncak pembelahan p

terjadi pada d2 h9 sebesar 56%.

dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 1.

Gambar 26. Nilaiakuarium 1 ( lampu

Pembelahan mitosis zooxantellae pada akuarium 2 ( lampu

memiliki pola yang berbeda pada tiap

d3h9 sebesar 40,91%.

flourecent ) berkisar antara 0,03

dapat dilihat pada gambar

mitosis zooxanthellae pada akuarium 1 ( lampu incandescent

memiliki pola yang cenderung sama pada tiap individu. Mitotik indeks

zooxanthellae akuarium 1 berkisar antara 0,041-0,44. Puncak pembel

tertinggi terjadi pada d1h1, yaitu pada 1 jam setelah diberikan perlakuan.

Pembelahan yang terjadi sebesar 77,27%. Puncak pembelahan pada hari ke dua

sebesar 56%. Mitotik indeks zooxanthellae akuarium 1 dapat

ambar 26 yang diolah dari lampiran1.

Sumber : diolah dari lampiran 1.

Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 1 ( lampu incandescent ).

Pembelahan mitosis zooxantellae pada akuarium 2 ( lampu fluorescent

ng berbeda pada tiap individu. Puncak tertinggi terjadi pada

sebesar 40,91%. Mitotik indeks zooxanthellae pada akuarium 2 ( lampu

) berkisar antara 0,03-0,37. Mitotik indeks zooxanthellae akuarium 2

ambar 27 yang diolah dari lampiran 1.

incandescent )

memiliki pola yang cenderung sama pada tiap individu. Mitotik indeks

0,44. Puncak pembelahan

diberikan perlakuan.

ada hari ke dua

Mitotik indeks zooxanthellae akuarium 1 dapat

indeks pada

fluorescent )

ncak tertinggi terjadi pada

Mitotik indeks zooxanthellae pada akuarium 2 ( lampu

Mitotik indeks zooxanthellae akuarium 2

Page 47: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 1.

Gambar 27. Nilaiakuarium 2 ( lampu

Pembelahan mitosis zooxantellae pada akuarium 3 ( cahaya matahari )

memiliki pola yang cenderung sama pada tiap individu. Puncak pembel

tertinggi terjadi pada d1

hari ke dua terjadi pada d2

akuarium 3 ( cahaya matahari ) berkis

zooxanthellae akuarium 3 dapat dilihat pada

lampiran 1.

Sumber : diolah dari lampiran 1.

Sumber : diolah dari lampiran 1.

Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 2 ( lampu flourescent ).

Pembelahan mitosis zooxantellae pada akuarium 3 ( cahaya matahari )

yang cenderung sama pada tiap individu. Puncak pembel

tertinggi terjadi pada d1h1 sebesar 83,14%. Puncak pembelahan tertinggi pada

hari ke dua terjadi pada d2h9 sebesar 82,09%. Mitotik indeks zooxanthellae pada

akuarium 3 ( cahaya matahari ) berkisar antara 0,05-0,39. Mitotik indeks

zooxanthellae akuarium 3 dapat dilihat pada gambar 28 yang diolah dari

Sumber : diolah dari lampiran 1.

mitotik indeks pada

Pembelahan mitosis zooxantellae pada akuarium 3 ( cahaya matahari )

yang cenderung sama pada tiap individu. Puncak pembelahan

h1 sebesar 83,14%. Puncak pembelahan tertinggi pada

Mitotik indeks zooxanthellae pada

Mitotik indeks

yang diolah dari

Page 48: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 28. Nilaiakuariu

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata karena belum diberikan perlakuan.

mitotik indeks zooxanthellae saat d

dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 29. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji BNT ( P<0,05

menunjukkan bahwa : mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

incandescent berbeda nyata dengan perlakuan lampu

nyata dengan kontrol; mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan lampu

nyata dengan kontrol; dan mitotik indeks zooxanthellae pada

berbeda nyata dengan

perlakuan lampu fluorescent

Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks pada akuarium 3 ( cahaya matahari ).

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d-1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga akuarium tidak

berbeda nyata karena belum diberikan perlakuan. Grafik hasil uji BNT

mitotik indeks zooxanthellae saat d-1 dapat dilihat pada gambar 2

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d-1.

P<0,05 ) terhadap mitotik indeks zooxanthellae s

menunjukkan bahwa : mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

berbeda nyata dengan perlakuan lampu flourescent dan berbeda

; mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda

; dan mitotik indeks zooxanthellae pada akuarium kontrol

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata dengan

fluorescent. Hal ini terjadi karena perbedaan ritme biologis pada

mitotik indeks pada

1 dengan

) menunjukkan bahwa ketiga akuarium tidak

Grafik hasil uji BNT pada

ambar 29 yang diolah

pada mitotik indeks

) terhadap mitotik indeks zooxanthellae saat d1h0

menunjukkan bahwa : mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

dan berbeda

; mitotik indeks zooxanthellae pada perlakuan lampu

dan berbeda

akuarium kontrol

dan berbeda nyata dengan

perbedaan ritme biologis pada

Page 49: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

ketiga akuarium tersebut.

saat d1h0 dapat dilihat pada

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 30. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

zooxantellae pada perlakuan lampu

lampu incandescent dan berbeda nyata dengan

mitotik indeks zooxanthellae saat d1

dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

ketiga akuarium tersebut. Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae

dapat dilihat pada gambar 30 yang diolah dari lampiran 9

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h0

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d1h1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa mitotik indeks

zooxantellae pada perlakuan lampu fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan

dan berbeda nyata dengan kontrol. Grafik hasil uji BNT pad

k indeks zooxanthellae saat d1h1 dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9.

k indeks zooxanthellae

lampiran 9.

k indeks h0.

h1 dengan

) menunjukkan bahwa mitotik indeks

berbeda nyata dengan perlakuan

Grafik hasil uji BNT pada

ambar 31 yang diolah

Page 50: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 31. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitot

dapat dilihat pada gambar 32

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 32. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

zooxantellae pada perlakuan

lampu incandescent dan berbeda nyata dengan

d1h6 merupakan puncak tertinggi mitotik indeks akuarium 2 sedangkan mitoti

indeks akuarium 1 dan

indeks zooxanthellae saat d1

lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h1

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d1h3

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae

ambar 32 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h3.

terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d1h6

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa mitotik indeks

zooxantellae pada perlakuan lampu fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan

dan berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini terjadi karena s

merupakan puncak tertinggi mitotik indeks akuarium 2 sedangkan mitoti

s akuarium 1 dan 3 udah mulai menurun. Grafik hasil uji BNT pada mitoti

indeks zooxanthellae saat d1h3 dapat dilihat pada gambar 33 yang diolah dar

k indeks h1.

dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

ik indeks zooxanthellae saat d1h3

k indeks 3.

dengan

) menunjukkan bahwa mitotik indeks

berbeda nyata dengan perlakuan

al ini terjadi karena saat

merupakan puncak tertinggi mitotik indeks akuarium 2 sedangkan mitotik

Grafik hasil uji BNT pada mitotik

yang diolah dari

Page 51: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 33. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d1

dapat dilihat pada gambar

Sumber

Gambar 34. Nilai ratazooxanthellae saat

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h6.

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d1h9

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d1

ambar 34 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae saat pada setiap perlakuan d1h9.

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d2h1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d

ambar 35 yang diolah dari lampiran 9.

k indeks 6.

dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d1h9

pada mitotik indeks h9.

h1 dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d2h1

Page 52: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 35. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d2

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 36. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik indek

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h1

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d2h9

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d2h9

ambar 36 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h9.

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d3h1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d3

ambar 37 yang diolah dari lampiran 9.

ik indeks h1.

dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

zooxanthellae saat d2h9

pada mitotik indeks h9.

h1 dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

k indeks zooxanthellae saat d3h1

Page 53: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 37. Nilai ratazooxanthellae saat

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d3

menggunakan uji BNT (

zooxantellae pada perlakuan lampu

lampu incandescent dan berbeda nyata dengan

anemon pada akuarium

pada d3h1 menjadi 29°C pada d3

pada mitotik indeks zooxanthellae s

diolah dari lampiran 9

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 38. Nilai ratazooxanthellae saat

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae saat pada setiap perlakuan d3h1

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d3h9

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa mitotik indeks

zooxantellae pada perlakuan lampu fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan

dan berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini terjadi karena

anemon pada akuarium 2 mengalami stress akibat berubahnya suhu dari 27°C

pada d3h1 menjadi 29°C pada d3h9 ( lihat lampiran 11 ). Grafik hasil uji BNT

k indeks zooxanthellae saat d3h9 dapat dilihat pada gambar

lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae saat pada setiap perlakuan d3h9.

k indeks h1.

dengan

) menunjukkan bahwa mitotik indeks

berbeda nyata dengan perlakuan

Hal ini terjadi karena

suhu dari 27°C

Grafik hasil uji BNT

ambar 38 yang

pada mitotik indeks h9.

Page 54: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitot

d4h1dapat dilihat pada

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 39. Nilai ratazooxanthellae saat

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d4

dapat dilihat pada gambar

Sumber :

Gambar 40. Nilai ratazooxanthellae

terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d4h1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat

dapat dilihat pada gambar 39 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae saat pada setiap perlakuan d4h1

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d4h9

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d4

ambar 40 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d4h9.

h1 dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

ik indeks zooxanthellae saat

k indeks h1.

dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d4h9

pada mitotik indeks h9.

Page 55: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Hasil uji terhadap mitotik ind

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT pada mitoti

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9

Gambar 41. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d5

menggunakan uji BNT (

berbeda nyata. Grafik hasil uji BNT mitotik indeks zooxanthellae saa

dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Gambar 42. Nilai ratazooxanthellae

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d5h1 dengan

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT pada mitotik indeks zooxanthellae saat d5

ambar 41 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error pada mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h1.

Hasil uji terhadap mitotik indeks zooxanthellae pada saat d5h9

menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT mitotik indeks zooxanthellae saa

ambar 42 yang diolah dari lampiran 9.

Sumber : diolah dari lampiran 9.

Nilai rata-rata dan standard error mitotik indeks zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h9.

h1 dengan

n bahwa ketiga perlakuan tidak

k indeks zooxanthellae saat d5h1

pada mitotik indeks h1.

dengan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak

Grafik hasil uji BNT mitotik indeks zooxanthellae saat d5h9 dapat

mitotik indeks h9.

Page 56: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

4.1.6. Densitas Zooxanthellae

Densitas zooxanthellae akuarium 1 ( lampu

9,3x104-1,1x105 sel/cm

sebesar 46,77%. Pada hari ke tiga terjadi penurunan densitas sebesar 36,41% saat

d3h1. Densitas zooxanthellae akuarium 1

diolah dari lampiran 2

Sumber : diolah dari lampiran 2.

Gambar 43. Nilaiakuarium 1 ( lampu

Densitas zooxanthellae akuarium 2 ( lampu

3,8x103-6,9x104 sel/cm

4,9x104 menjadi 4,3x10

akuarium 2 dapat dilihat pada

Densitas Zooxanthellae

Densitas zooxanthellae akuarium 1 ( lampu incandescent ) berkisar antara

sel/cm2. Pada hari pertama terjadi penurunan densitas pada d1

46,77%. Pada hari ke tiga terjadi penurunan densitas sebesar 36,41% saat

Densitas zooxanthellae akuarium 1 dapat dilihat pada gambar 43

lampiran 2.

Sumber : diolah dari lampiran 2.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 1 ( lampu incandescent ).

Densitas zooxanthellae akuarium 2 ( lampu flourecent ) berkisar antara

sel/cm2. Densitas zooxantellae pada d1, h1 berkurang dari

njadi 4,3x104 atau sebesar 12,24%. Densitas zooxanthellae pada

dapat dilihat pada gambar 44 yang diolah dari lampiran 3

) berkisar antara

adi penurunan densitas pada d1h1

46,77%. Pada hari ke tiga terjadi penurunan densitas sebesar 36,41% saat

ambar 43 yang

ensitas zooxanthellae pada

) berkisar antara

itas zooxantellae pada d1, h1 berkurang dari

Densitas zooxanthellae pada

lampiran 3.

Page 57: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 3.

Gambar 44. Nilaiakuarium 2 ( l

Densitas zooxanthellae akuarium 3 ( cahaya matahari ) berkisar antara 2,8x10

1,3x105 sel/cm2. Densitas zooxanthellae pada hari pertama bertambah dari 2,8x10

menjadi 1,1x105 sel/cm2 atau sebesar

48,76% pada hari ke dua dan berkurang sebesar 71,39% pada hari ke tiga.

Densitas bertambah sebesar 15

52,51% pada hari ke lima.

pada gambar 45 yang diolah dari

Sumber : diolah dari lampiran 3.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 2 ( lampu flourescent ).

Densitas zooxanthellae akuarium 3 ( cahaya matahari ) berkisar antara 2,8x10

Densitas zooxanthellae pada hari pertama bertambah dari 2,8x10

sel/cm2 atau sebesar 74,45%. Densitas berkurang sebesar

48,76% pada hari ke dua dan berkurang sebesar 71,39% pada hari ke tiga.

Densitas bertambah sebesar 15,25% pada hari ke empat dan bertambah sebesar

52,51% pada hari ke lima. Densitas zooxanthellae pada akuarium 3

yang diolah dari lampiran 4.

zooxanthellae pada

Densitas zooxanthellae akuarium 3 ( cahaya matahari ) berkisar antara 2,8x104-

Densitas zooxanthellae pada hari pertama bertambah dari 2,8x104

74,45%. Densitas berkurang sebesar

48,76% pada hari ke dua dan berkurang sebesar 71,39% pada hari ke tiga.

25% pada hari ke empat dan bertambah sebesar

Densitas zooxanthellae pada akuarium 3 dapat dilihat

Page 58: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 4.

Gambar 45. Nilaiakuarium 3 ( cahaya matahari ).

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat sebelum diberikan

perlakuan dengan menggunakan uji BNT (

zooxanthellae dengan perlakuan lampu

perlakuan lampu incandescent

individu anemon pada akuarium 2 relatif tidak sehat bila dibandingkan dengan

individu anemon pada akuarium 1 dan akuarium 3.

zooxanthellae dapat dilihat pada

. Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 46. Nilai ratasetiap perlakuan

Sumber : diolah dari lampiran 4.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada akuarium 3 ( cahaya matahari ).

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat sebelum diberikan

perlakuan dengan menggunakan uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas

zooxanthellae dengan perlakuan lampu fluorescent berbeda nyata dengan

incandescent dan berbeda nyata dengan kontrol.

individu anemon pada akuarium 2 relatif tidak sehat bila dibandingkan dengan

individu anemon pada akuarium 1 dan akuarium 3. Grafik hasil uji BNT densitas

zooxanthellae dapat dilihat pada gambar 46 yang diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellaesetiap perlakuan saat d-1.

ensitas zooxanthellae pada

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat sebelum diberikan

) menunjukkan bahwa densitas

berbeda nyata dengan

. Saat d-1, ketiga

individu anemon pada akuarium 2 relatif tidak sehat bila dibandingkan dengan

Grafik hasil uji BNT densitas

ampiran 8.

densitas zooxanthellae pada

Page 59: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Gambar 33 merupakan hasil uji terhadap dens

dengan menggunakan uji BNT (

densitas zooxanthellae pada perlakuan lampu

perlakuan lampu flourescent

zooxanthellae pada perlakuan

lampu incandescent dan berbeda nyata

zooxanthellae pada akuarium kontrol

incandescent dan berbeda nyata dengan perlakuan lampu

terjadi karena perbedaan ritme biologis anemon di ketiga akuarium.

uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 47. Nilai ratasetiap perlakuan saat d1

Hasil uji terhadap densitas zooxanthel

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

diolah dari lampiran 8

Gambar 33 merupakan hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1

dengan menggunakan uji BNT ( P<0,05 ). Hasil uji menunjukkan bahwa :

densitas zooxanthellae pada perlakuan lampu incandescent berbeda nyata dengan

flourescent dan berbeda nyata dengan kontrol; densitas

zooxanthellae pada perlakuan lampu fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan

dan berbeda nyata dengan kontrol; dan densitas

akuarium kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dan berbeda nyata dengan perlakuan lampu fluorescent

perbedaan ritme biologis anemon di ketiga akuarium.

uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar 47 yang diolah dari

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h0.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar

lampiran 8.

itas zooxanthellae pada saat d1h0

menunjukkan bahwa :

berbeda nyata dengan

; densitas

berbeda nyata dengan perlakuan

dan densitas

berbeda nyata dengan perlakuan lampu

fluorescent. Hal ini

perbedaan ritme biologis anemon di ketiga akuarium. Grafik hasil

yang diolah dari

densitas zooxanthellae pada

h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

ambar 48 yang

Page 60: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 48. Nilai ratasetiap perlakuan saat d1

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 49.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

lampu fluorescent berbeda nyata dengan perlakuan lampu

berbeda nyata dengan

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h1.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1h3 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar 4

lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d1h3.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1h6 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent

berbeda nyata dengan kontrol. Saat d1h6 merupakan puncak tertinggi mitotik

densitas zooxanthellae pada

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

ambar 49 yang

densitas zooxanthellae

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

incandescent dan

merupakan puncak tertinggi mitotik

Page 61: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

indeks zooxanthella akuarium 2.

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 50. Nilai ratasetiap perlakuan

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dengan perlakuan lampu

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 51. Nilai rata

setiap perlakuan

indeks zooxanthella akuarium 2. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

ambar 50 yang diolah dari lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellaesetiap perlakuan saat d1h6.

uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d1h9 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata

dengan perlakuan lampu flourescent. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

ambar 51 yang diolah dari lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae

setiap perlakuan saat d1h9.

ji BNT densitas zooxanthellae

densitas zooxanthellae pada

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada akuarium

dan berbeda nyata

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

densitas zooxanthellae pada

Page 62: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Hasil uji terhadap densi

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dengan perlakuan lampu

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 52. Nilai ratasetiap perlakuan saat d2

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d2

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

lampu fluorescent berbeda nyata dengan per

berbeda nyata dengan

dilihat pada gambar

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d2h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata

lampu flourescent. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

ambar 52 yang diolah dari lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d2h1.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d2h9 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent

berbeda nyata dengan kontrol. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat

ambar 53 yang diolah dari lampiran 8.

h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada akuarium

dan berbeda nyata

. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

densitas zooxanthellae pada

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

incandescent dan

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat

Page 63: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 53. Nilai ratasetiap perlakuan

Hasil uji terhadap densi

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dengan perlakuan lampu

biologis anemon pada akuarium

Grafik hasil uji BNT densitas zooxant

diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 54. Nilai ratasetiap perlakuan saat d3

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae setiap perlakuan saat d2h9.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d3h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata

dengan perlakuan lampu flourescent. Hal ini terjadi karena perbedaan ritme

biologis anemon pada akuarium kontrol dengan anemon pada akuarium 1 dan 2

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar

lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d3h1.

densitas zooxanthellae pada

h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada akuarium

dan berbeda nyata

. Hal ini terjadi karena perbedaan ritme

dengan anemon pada akuarium 1 dan 2.

ambar 54 yang

densitas zooxanthellae pada

Page 64: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Hasil uji terhadap

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 55. Nilai ratasetiap perlakuan

Hasil uji terhadap densitas zoox

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dengan perlakuan lampu

biologis anemon pada akuarium 3 dengan anemon p

hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

dari lampiran 8.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d3h9 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar

lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae setiap perlakuan saat d3h9.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d4h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata

dengan perlakuan lampu flourescent. Hal ini terjadi karena perbedaan ritme

biologis anemon pada akuarium 3 dengan anemon pada akuarium 1 dan

hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar 56

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

ambar 55 yang

densitas zooxanthellae pada

h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada akuarium

dan berbeda nyata

. Hal ini terjadi karena perbedaan ritme

ada akuarium 1 dan 2. Grafik

56 yang diolah

Page 65: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 56. Nilai ratasetiap perlakuan saat d4

Hasil uji terhadap densi

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lampu

dengan perlakuan lampu

dapat dilihat pada gambar

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 57. Nilai ratasetiap perlakuan

Hasil uji terhadap densi

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae padasetiap perlakuan saat d4h1.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d4h9 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada

berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent dan berbeda nyata

dengan perlakuan lampu flourescent. Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

ambar 57 yang diolah dari lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae setiap perlakuan saat d4h9.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d5h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

densitas zooxanthellae pada

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada akuarium

dan berbeda nyata

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae

densitas zooxanthellae pada

h1 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa ketiga perlakuan tidak berbeda nyata.

Page 66: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada

diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Gambar 58. Nilai ratasetiap perlakuan saat

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d5

uji BNT ( P<0,05 ) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

cahaya matahari berbeda nyata dengan perlakuan lampu

nyata dengan perlakuan lampu

zooxanthellae dapat dilihat pada

Sumber : diolah dari lampiran 8

Gambar 59.

Grafik hasil uji BNT densitas zooxanthellae dapat dilihat pada gambar

lampiran 8.

Sumber : diolah dari lampiran 8.

Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h1.

Hasil uji terhadap densitas zooxanthellae pada saat d5h9 dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

cahaya matahari berbeda nyata dengan perlakuan lampu incandescent

nyata dengan perlakuan lampu flourescent. Grafik hasil uji BNT densitas

zooxanthellae dapat dilihat pada gambar 59 yang diolah dari lampiran 8

Sumber : diolah dari lampiran 8.

. Nilai rata-rata dan standard error densitas zooxanthellae pada setiap perlakuan saat d5h9.

ambar 58 yang

densitas zooxanthellae pada

dengan menggunakan

) menunjukkan bahwa densitas zooxantellae pada perlakuan

incandescent dan berbeda

Grafik hasil uji BNT densitas

lampiran 8.

densitas zooxanthellae

Page 67: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

4.2. Pembahasan. Pembelahan mitosis pada zooxanthellae memiliki pola tertentu yang

menggambarkan ritme biologis. Proses ini biasanya berlangsung dengan pola

yang sama secara alami. Dalam penelitan ini didapatkan pola pembelahan mitosis

yang cenderung sama pada individu dengan perlakuan lampu incandescent dan

cahaya matahari. Sedangkan individu dengan perlakuan lampu flourescent

memiliki pola pembelahan mitosis yang berbeda. Hal ini dapat saja terjadi karena

seperti telah diketahui bahwa faktor-faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan

nutrien bekerja secara bersamaan di alam untuk mengontrol pembelahan mitosis

seperti yang telah dikemukakan oleh Williamson in Zamani ( 1995 ). Perbedaan

lokasi pengambilan anemon akan mempengaruhi pola mitotik indeks

zooxanthellae karena faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut sedikit atau

banyak juga akan berbeda sehingga faktor yang mempengaruhi pola pembelahan

mitosis juga akan berbeda.

Berubahnya kondisi lingkungan secara drastis akan memberikan kejutan pada

anemon. Kondisi ini mengakibatkan anemon mengalami stress dan kehilangan

kendali atas pembelahan sel zooxanthellae. Dalam kondisi ini pembelahan

mitosis dapat terjadi dengan cepat sehingga mitotik indeks zooxanthelae tinggi.

Berubahnya pola pembelahan mitosis ini dapat teramati pada permulaan

pemberian perlakuan seperti yang teramati pada akuarium 1 dan 2. Pada kedua

akuarium tersebut terjadi peningkatan pembelahan mitosis pada d1h1 atau pada 1

jam setelah diberikan perlakuan. Pada akuarium 1 terjadi peningkatan

Page 68: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

pembelahan mitosis sebesar 77,27%. Pada akuarium 2 terjadi peningkatan

pembelahan mitosis sebesar 39,7%. Perubahan pada pembelahan mitosis ini

terjadi sebelum anemon mengalami bleaching. Oleh karena itu perubahan pola

pembelahan mitosis zooxanthellae dapat dijadikan sebagai tanda awal yang

mengindikasikan terjadinya stress pada anemon atau perubahan kondisi dalam

lingkungan seperti yang telah dikemukakan oleh Zamani ( 1995 ).

Meningkatnya pembelahan mitosis akan menambah jumlah sel atau densitas

zooxanthellae dalam lapisan gastroderm anemon. Dalam penelitian ini penulis

mendapatkan jumlah densitas yang berkurang atau berbanding terbalik dengan

mitotik indeks. Densitas yang berkurang drastis ini teramati pada anemon di

akuarium 1 dan 2, sedangkan densitas zooxanthellae anemon pada akuarium 3

berfluktuasi selaras dengan pola mitotik indeksnya. Hal ini terjadi karena

pembelahan mitosis mempengaruhi densitas zooxanthellae di dalam lapisan

gastroderm. Pada saat jumlah zooxanthellae di dalam lapisan gastroderm

berkurang dan mengancam kelangsungan hidup populasi, maka zooxanthellae

akan melakukan reproduksi ( dalam hal ini pembelahan mitosis ). Hal ini

dilakukan zooxanthellae sebagai upaya untuk mempertahankan populasinya di

dalam lapisan gastroderm.

Berkurangnya sel zooxanthellae dalam jaringan gastroderm anemon dapat saja

terjadi. Hal ini mungkin diakibatkan dari matinya sel zooxanthellae seperti yang

penulis amati. Pada saat penghitungan sel yang melakukan pembelahan mitosis,

penulis menemukan banyaknya sel zooxanthellae yang rusak bahkan pada saat

sedang melakukan pembelahan mitosis. Sesuai dengan pernyataan Suharsono dan

Brown in Zamani ( 1995 ) yang mengemukakan bahwa ada beberapa

Page 69: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

kemungkinan yang dapat mengakibatkan berkurangnya densitas zooxanthellae

didalam lapisan gastroderm, diantaranya yaitu : lepasnya zooxanthellae ke dalam

coelenteron; zooxanthellae mati pada saat proses pembelahan berlangsung seperti

yang penulis temukan pada saat pengambilan data mitotik indeks dengan

menggunakan mikroskop atau mati setelah selesai melakukan pembelahan;

kemungkinan zooxanthellae mengeluarkan substansi yang bersifat racun bagi

anemon sehingga memaksa anemon mengeluarkan zooxanthellae dari dalam

tubuhnya; dan zooxanthellae keluar dari tubuh anemon ke lingkungan.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa faktor-faktor lingkungan bekerja

secara bersamaan di alam mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Faktor-

faktor tersebut secara alami akan mengakibatkan makhluk hidup menyesuaikan

diri dan memiliki pola tertentu yang menggambarkan ritme biologisnya.

Pemberian perlakuan dalam penelitian ini mempengaruhi ritme biologis anemon,

dalam hal ini mitotik indeks zooxanthellae yang secara langsung juga

mempengaruhi densitas zooxanthellae di dalam lapisan gastroderm. Hal ini dapat

teramati pada saat lampu dinyalakan dan dipadamkan. Lampu dinyalakan pada

pukul 08.00 WIB dan dipadamkan pada pukul 17.00 WIB sedangkan matahari

terbit pukul 06.00 WIB dan terbenam pukul18.00 WIB. Matahari terbit dengan

intensitas cahaya kecil dan perlahan-lahan intensitasnya semakin besar, dan

sebaliknya pada saat terbenam intensitasnya akan semakin kecil. Aktifitas

kehidupan anemon pada akuarium 3 berjalan dengan terbit dan terbenamnya

matahari sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ritme biologis. Sedangkan

anemon pada akuarium 1 dan 2 mendapatkan cahaya dari saat dinyalakan sampai

dengan dipadamkan dengan intensitas konstan sehingga ritme biologisnya juga

Page 70: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

akan berbeda dengan anemon pada akuarium 3. Selain itu pada saat lampu

dinyalakan dan dipadamkan terjadi perubahan yang drastis didalam lingkungan

akuarium 1 dan 2 sehingga anemon mendapatkan kejutan.

Perlakuan yang diberikan juga mempengaruhi anemon secara morfologi. Pada

penelitian ini teramati perubahan ketebalan lapisan gastroderm bila dibandingkan

dengan lapisan ektoderm yang terdapat di tentakel anemon. Meningkatnya rasio

ketebalan gastroderm terhadap ektoderm sampai dengan 16,67% pada akuarium 1

dan 14,07% pada akuarium 2 teramati pada d3. Pada akhir penelitian rasio

ketebalan gastroderm dengan ektoderm kembali menurun. Sedangkan rasio

ketebalan gastroderm dengan ektoderm pada akuarium 3 cenderung mengalami

penurunan dari saat d-1 sampai dengan d5.

Perubahan ketebalan lapisan gastroderm dapat terjadi akibat dari perlakuan

yang diberikan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa berubahnya kondisi

lingkungan akan menyebabkan anemon terkejut. Jika kondisi ini berlangsung

terus menerus akan mengakibatkan anemon berada dalam kondisi stress. Dalam

penelitian ini kondisi stress mengakibatkan menurunnya densitas zooxanthellae di

lapisan gastroderm. Berkurangnya jumlah zooxanthellae dalam lapisan

gastroderm mengakibatkan bayak ruang yang kosong di dalam vakuola anemon.

Hal ini menjelaskan mengapa lapisan gastroderm menipis. Namun dalam

penelitian yang dilakukan oleh Zamani ( 1995 ) pada perlakuan tembaga dan suhu

yang diberikan pada anemon ( H. malu ) mengakibatkan penyusutan ukuran

zooxanthellae dan bertambahnya ukuran vakuola. Perubahan ukuran

zooxanthellae dan vakuola ini pada akhirnya merubah ketebalan lapisan

gastroderm. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Hayes dan Bush

Page 71: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

( 1984 ) in Zamani ( 1995 ) bahwa koral yang mengalami bleaching akan

mengeluarkan mucus, gangguan pada lapisan gastroderm, dan gangguan pada

vakuola yang di dalamnya terdapat zooxanthellae. Namun belum diketahui lebih

lanjut apakah ketebalan lapisan gastroderm bertambah dan ketebalan ektoderm

tetap atau ketebalan gastroderm tetap dan ketebalan ektoderm bertambah.

Dalam kondisi normal, anemon menghasilkan mucus sebagai perangkap

partikel dan alat untuk mengangkut air ke dalam tubuhnya ( Cervino, 2004 ).

Mucus digunakan untuk memerangkap makanan dan partikel organik kemudian

dibawa ke mulut dengan menggunakan silia. Selain itu mucus juga digunakan

sebagai alat untuk membersihkan diri dari kotoran yang menutupi permukaan

tubuhnya.

Produksi mucus yang berlebihan merupakan ciri-ciri terjadinya stress pada

anemon seperti yang dikemukakan oleh Cervino, ( 2004 ). Dalam penelitian ini

produksi mucus yang berlebihan teramati pada akuarium 1 dan 2. Produksi mucus

berlebihan di akuarium 1 teramati pada hari ke dua sampai dengan hari ke tiga,

yaitu pada saat individu ke satu stress dan akhirnya ditemukan mati pada hari ke

tiga. Produksi mucus berlebihan di akuarium 2 teramati pada hari ke tiga. Mucus

berlebihan dan kental juga dilepaskan pada hari ke tujuh ketika anemon di

akuarium 2 mengalami stress dan bleaching. Selain sebagai tanda awal stress

lingkungan, Cervino ( 2004 ) juga mengemukakan bahwa air tawar, udara terbuka,

paparan sianida dan terjadinya bleaching juga dapat memicu produksi mucus yang

berlebihan.

Bleaching adalah memucatnya warna karang ( Thieberger et al., 1995 ).

Bleaching terjadi akibat dari berkurangnya jumlah zooxanthellae yang

Page 72: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

bersimbiosis di dalam jaringan seperti yang terjadi di dalam penelitian ini.

Bleaching terjadi pada individu di ketiga akuarium, namun individu di akuarium

3 relatif lebih berwarna bila dibandingkan dengan individu akuarium 2 yang

mengalami bleaching hebat dan individu akuarium 1. Rata-rata densitas

zooxanthellae pada individu akuarium 1 sebelum diberikan perlakuan sebesar

9,3 x104 /cm2 dan rata-rata densitas zooxanthellae pada d5h2 sebesar

3,5 x104 / cm2 atau berkurang sebesar 62,37%. Rata-rata densitas zooxanthellae

pada individu akuarium 2 sebelum diberikan perlakuan sebesar 5,4 x 104 /cm2 dan

rata-rata densitas zooxanthellae pada d5h2 sebesar 1,3 x 104 / cm2 atau berkurang

sebesar 75,9%. Rata-rata densitas zooxanthellae pada individu akuarium 3

sebelum diberikan perlakuan sebesar 12,8 x 104/cm2 dan rata-rata densitas

zooxanthellae pada d5h2 sebesar 9,3 x 104/ cm2 atau berkurang sebesar 27,3%.

Selain produksi mucus yang berlebihan, bleaching juga merupakan ciri-ciri

stress pada anemon. Selama peristiwa bleaching, karang kehilangan 60-90% dari

jumlah zooxanthellaenya dan yang tersisa kehilangan 50-80% dari pigmen

fotosintesisnya ( Westmacott et al.,2000 ). Hal ini dapat menjelaskan

menyusutnya ukuran tubuh anemon. Ukuran tubuh anemon menyusut karena

kekurangan energi sebagai akibat dari berkurangnya suplai energi yang diterima

dari zooxanthellae. Seperti diketahui bahwa zooxanthellae menyumbang sekitar

98% kebutuhan energi bagi koral (Davies, 1984 in Zamani, 1995 ). Hal ini juga

menjelaskan lepasnya mucus yang berlebihan pada saat anemon mengalami

bleaching. Produksi mucus pada saat bleaching ini merupakan cara untuk

memerangkap zooxanthellae di kolom perairan ke dalam tubuh anemon.

Page 73: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Anemon yang berada dalam kondisi stress akan melakukan adaptasi untuk

mengurangi atau menghilangkan stress. Kecepatan untuk pulih dari kondisi stress

pada tiap individu anemon berbeda-beda seperti yang teramati dalam penelitian

ini. Individu anemon di akuarium 1 relatif lebih cepat pulih dari stress daripada

individu anemon di akuarium 2. Individu anemon akuarium 1 dapat dikatakan

berhasil melakukan adaptasi kecuali individu yang mati. Anemon yang dapat

beradaptasi ini berhasil kembali dalam keadaan homeostatis sehingga dapat

bertahan sampai dengan hari ke-26 walaupun dalam kondisi bleaching berat.

Berbeda dengan individu anemon di akuarium 1, anemon di akuarium 2 relatif

lebih lambat dalam melakukan adaptsi sehingga lebih lama pulih dari kondisi

stress. Stress yang dialami oleh anemon di akuarium 2 berlanjut sampai melewati

periode 5 hari pengamatan. Stress yang dialami lebih berat dengan bleaching

hebat dan produksi mucus yang berlebihan sehingga mengakibatkan air di dalam

akuarium menjadi sangat keruh. Karena tidak mampu mengatasi keadaan stress,

anemon di akuarium 2 ditemukan mati pada hari ke-7 dan dua lainnya mati pada

hari ke-8. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono ( 1992 ) bahwa koral yang

berada dalam kondisi stress akan melakukan adaptasi. Jika biota berhasil

melakukan adaptasi, maka biota ini akan kembali dalam keadaan homeostatis.

Namun bila biota tidak berhasil melakukan adaptasi, maka biota ini akan

mengalami stress kembali dengan kemungkinan stress yang bertambah besar.

Page 74: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

5.1. Kesimpulan

Akuarium 1 Akuarium 2 Akuarium 3 ( kontrol )

A

B

C

Gambar 60. Keterkaitan antara ( A ) rasio ketebalan gastroderm dengan

Ditinjau dari keterkaitan antara rasio ketebalan gastroderm dengan

anemon ( H. malu ), mitotik indeks zooxanthellae, dan densitas zooxanthellae

( gambar 60 ), kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon (

1 dan 2 memperlihatkan adanya kenaikan pada d3 dan kembali menurun pada d5,

sedangkan rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon (

KESIMPULAN DAN SARAN

Akuarium 1 Akuarium 2 Akuarium 3 ( kontrol )

Gambar 60. Keterkaitan antara ( A ) rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon ( H. malu ), ( B )mitotik indeks zooxanthellae, dan ( C ) densitas zooxanthellae.

Ditinjau dari keterkaitan antara rasio ketebalan gastroderm dengan

anemon ( H. malu ), mitotik indeks zooxanthellae, dan densitas zooxanthellae

), kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon ( H. malu

1 dan 2 memperlihatkan adanya kenaikan pada d3 dan kembali menurun pada d5,

sedangkan rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm anemon (

Akuarium 1 Akuarium 2 Akuarium 3 ( kontrol )

Gambar 60. Keterkaitan antara ( A ) rasio ketebalan gastroderm dengan ), ( B )mitotik indeks

zooxanthellae, dan ( C ) densitas zooxanthellae.

Ditinjau dari keterkaitan antara rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

anemon ( H. malu ), mitotik indeks zooxanthellae, dan densitas zooxanthellae

), kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

H. malu ) di akuarium

1 dan 2 memperlihatkan adanya kenaikan pada d3 dan kembali menurun pada d5,

H. malu ) pada

Page 75: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

akuarium 3 cenderung menurun. Walaupun demikian, berdasarkan uji statistik

tidak ada perbedaan yang nyata diantara ketiga akuarium.

Mitotik indeks pada akuarium 1 dan 3 memperlihatkan adanya siklus harian

pada pola mitotik indeks zooxanthellae, berbeda dengan akuarium 2 yang

memperlihatkan gangguan pada pola mitotik indeks zooxanthellae. Lampu

incandescent dapat memacu mitotik indeks zooxanthellae setelah 1 jam pertama

penyinaran hingga setara dengan mitotik indeks zooxanthellae pada akuarium

dengan cahaya matahari, namun penggunaan lampu ini sudah tidak

memperlihatkan puncak pembelahan pada mitotik indeks zooxanthellae setelah

hari ke-3. Penggunaan lampu fluorescent mengakibatkan gangguan pada pola

mitotik indeks zooxanthellae dan pada hari ke-4 tidak memperlihatkan adanya

puncak pembelahan pada mitotik indeks zooxanthellae.

Nilai densitas zooxanthellae dangan cahaya matahari memperlihatkan fluktuasi

yang selaras dengan mitotik indeks zooxanthellae. Anemon ( H. malu ) pada

akuarium 1 dan 2 memperlihatkan penurunan densitas zooxanthellae, namun

anemon dengan lampu incandescent dapat mempertahankan densitas

zooxanthellae mendekati nilai densitas zooxanthellae pada anemon dengan cahaya

matahari. Sedangkan anemon dengan lampu fluorescent tidak dapat

mampertahankan densitas zooxanthellae di lapisan gastroderm.

Viabilitas anemon ( H. malu ) dipengaruhi oleh densitas zooxanthellae.

Anemon dengan cahaya matahari dapat mempertahankan viabilitas di dalam

akuarium sampai dengan akhir pengamatan, begitu pula dengan anemon pada

akuarium 1. Anemon dengan lampu fluorescent hanya mampu mempertahankan

viabilitas dalam akuarium hanya sampai hari ke-7. Penggunaan lampu

Page 76: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

incandescent dan fluorescent secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan

morfologi anemon ( H. malu ).

5.1. Saran

Selama melakukan penelitian ini penulis tidak terlepas dari hambatan,

rintangan dan masalah yang dapat menghambat penulis dalam melakukan

penelitian. Untuk memperoleh data yang tepat, akurat dan dengan error yang

seminimal mungkin, penulis menyarankan hal-hal berikut :

1. Data pendahuluan sebelum diberikan perlakuan sebaiknya diambil dalam

satu atau dua hari dengan beberapa kali pengulangan. Hal ini dilakukan

untuk melihat apakah mitotik indeks, densitas serta rasio ketebalan

gatroderm dengan ektoderm memang berubah saat diberikan perlakuan.

2. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan dengan rentang waktu yang

lebih rapat, sehingga perubahan yang terjadi dapat teramati.

3. Penelitian lanjutan dengan mengkombinasikan penggunaan kedua jenis

lampu dalam satu akuarium.

Page 77: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

DAFTAR PUSTAKA

Adey, W.H., dan L. Karen. 1991. Dynamic Aquaria : Building Living

Ecosystems. Academic Press, Inc. California, USA. xvii + 643. Addison, C.K. 2005. An Exploration of the Affects of Coral Bleaching on the

Cnidarian & Dinoflagellate Relationship Dynamic. http : //ag.arizona.edu/azaqua/algaeclass/algae2005/Claton_Paper.doc. [ Desember 2008 ]

Akuasis. Memelihara Terumbu Karang ( bagian 2 )

http : //akuasis.celebfact.com/artikel.htm. [ 6 Desember 2008 ]. Arum, D. 2006. Studi Tingkah Laku beberapa Jenis Ikan Badut ( Amphiprion )

Terhadap Beberapa Jenis Anemon Laut ( Entacmea quaricolor & Macrodactila cf. doreensis ) Dalam Skala laboratorium. [ Skripsi ]. Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan. FPIK. IPB. Bogor.

Benson, A.A. 1984. Symbiosis in Reader’s Digest Book of the Great Barrier

Reef. Mead and Beckeett Publ. Sydney. Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Chapman and Hall. New

York. Brown, B.E., M.D.A. Le Tissier, J.C. Bytell. 1995 . Mechanism Of Bleaching

Deduced From Histological Studies of Reef Corals Sampled During a Natural Bleaching Event. Mar. Biol. 122 : 655-663.

Brusca, R.C., dan G.J. Brusca. 1990. Invertebrate. Sinauer Associates.

Massachusets, Inc. Publishers Sunderland. Buchheim, J. 1998. Coral Reef Bleaching.

http : //www.odysseyexpeditions.org. [ 6 Desember 2008 ]. Cervino, J.M., R.L. Hayes, M. Honovich, T.J. Goreau, S. Jones, dan P.J. Rubec.

2003. Changes in Zooxanthellae Density, Morphology, and Mitotic Index in Hermatypic Corals and Anemones Exposed to Cyanide. Marine Pollution Bulletin. 46 : 573-586.

Cervino, J.M. 2004. [ Coral-List ] Mucus Production. http : //coral.aoml.noaa.gov/mailman/listinfo/coral-list.htm.

[ 6 Desember 2008 ].

Page 78: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Crayonpedia. 2009. Pembelahan Mitosis dan Meiosis. http : //www.crayonpedia.org/mw/berkas : Proses_mitosis.jpg [ 13 Agustus 2009 ]. Delbeek, J. C. 1987. The Role of Symbiotic Algae in Marine Invertebrates. De Mora, S., S. Demers, dan M. Vernet. 2000. The Effects of UV Radiation in

the Marine Environment. Cambridge University Press. UK. Downs, C. A., J.E. Fauth, J.C. Halas, P. Dustan, J. Bemiss, dan C.M. Woodley.

2002. Oxidative Stress and Seasonal Coral Bleaching. Free Radical Biology & Medicine. 33 ( 4 ) : 533-543.

Edmunds, P.J.,R.D. Gates, dan D.F. Gleason. 2003. The Tissue Composition Of

Montastrea franksi During a Natural Bleaching Event in the Florida Keys. Coral Reefs. 22 ; 54-62.

Emmers, C. W. 1990. Marine Aquaria and Miniature Reefs, the Fishes, the

Invertebrates, the Tecnique. T.F.H. Publication, Inc. New York. Fautin, D.G. dan R. N. Mariscal. 1991. Cnidaria : Anthozoa in F. W. Harrison

dan J. A. Westfall ( Editor ), Microscopic Anatomy of Invertebrates, Volume 2 : Placozoa, Porifera, Cnidaria and Ctenopora. Wiley-Liss, Inc. xiii+436.

Ferrier-Pagès, C., V. Schoelzke, J. Jaubert, L. Muscatine, dan

O. Hoegh-Guldberg. 2001. Response of a Scleractinian Coral ( Stylopora pistillata ) to Iron and Nitrate Enrichment. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 259 : 249-261.

Hadi, N. dan Sumadiyo. 1992. Anemon Laut ( Coelenterata, Actiniaria ) Manfaat

dan Bahayanya in Oseana, vol. XVII. No.. P2O LIPI. Jakarta. p: 168-175.

Haefelfinger, H.R., dan E. Thenius. 1974. The Coelenterates in Grzimek B.

( editor ), Animal Life Encyclopedia. Von Nostrand Reinhold Company. New York. p:176-230.

Ilahude, A.G. 1999. Pengantar Ke Oseanologi Fisika. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta. Kaestner, A. 1967. Invertebrate Zoologi, vol.1. Interscience Publishers.

New York. p : 45-106. Kozloff, E.N. 1990. Invertebrates. Saunders College Publishing. USA.

p : 126-135. Nyibakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis.

PT Gramedia. Jakarta.

Page 79: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Obura, D.O. 2008. Reef Corals Bleach to Resist Stress.

http : //www.science direct.com. [ 6 Desember 2008 ]. Riddle, D. 2006. Feature Article : Lighting by Number : “Types” of Zooxantellae

and What They Tell us. http : //www.advencedaquarist.com. [ 14 September 2008 ].

Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Shick, J.M. 1991. A fungtional Biology of Sea Anemone. Champman & Hall.

London. p : 395.

Suharsono. 1996. Jeni-jenis Ikan Karang Yang Umum Dijumpai Di Perairan Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.

Supranto, J. 2000. Statistik, Teori Dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Thieberger, Y., Kizner, Y. Achtuv, dan Z. Dubinsky. 1995. A novel,

Nondestructive Bioassay for Assessing Areal Chlorophyll-a in Hermatipic Cnidarians. Limnology and Oceanography. 40 ( 6 ) : 1166-1173.

Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika : Edisi Ke-3. PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Westmacott, S., K., Teleki, S. Wells, dan J. West. 2000. Pengelolaan Terumbu

Karang Yang Telah Memutih & Rusak. International Union for Conservation of Nature and Natual Resourses. Gland, Switzerland and Cambridge, UK. p : 46.

Wikipedia. 2009. Mitosis. http : //www.wikimwdia.org/Wikipedia/commons/3/39/Mitosis.jpg [ 13 Agustus 2009 ] Wikipedia. 2008. Zooxanthellae.

http : //www.wikimedia.org. [ 23 September 2008 ]. Wikipedia. 2009. Electromagnetic Spectrum.

http : //www.wikimedia.org. [ 19 Januari 2009 ]. Zamani, N. P. 1995. Effects of Environmental Stresses on Cell Division and

Other Cellular Parameters Of Zooxanthellae in the Tropical Symbiotic Anemon Heteractis malu, Haddon and Shackleton. Tesis. Marine Science and Coastal Management Departement. University of New Castle Upon Tyne. UK.

Page 80: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

LAMPIRAN

Page 81: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 1. Data mentah mitotik indeks

hari,jam akuarium 1

a1 a2 a3

t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3

d-1 44 63 33 28 31 25 45 27 42 d1,h0 46 63 59 60 47 35 36 57 69 d1,h1 227 198 192 221 254 196 265 229 218 d1 h2 151 165 146 136 133 85 55 53 36 d1 h3 62 43 42 34 54 69 74 56 60 d1 h4 37 43 54 33 58 42 38 39 43 d2 h1 51 44 34 66 65 42 81 73 42 d2 h2 123 135 128 179 137 140 84 75 115 d3 h1 46 31 35 90 99 61 d3 h2 54 34 62 69 9 81 d4 h1 68 51 58 59 39 25 d4 h2 67 36 129 57 71 65 d5 h1 94 85 62 49 42 20 d5 h2 31 20 31 114 117 101

hari,jam akuarium 2

a1 a2 a3

t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3

d-1 61 56 53 33 54 39 35 28 26 d1,h0 80 85 60 106 64 65 87 95 98 d1,h1 98 129 143 140 130 141 120 78 55 d1 h2 122 111 105 61 48 55 167 198 193 d1 h3 114 116 97 157 166 170 136 157 170 d1 h4 45 64 69 38 33 30 57 62 66 d2 h1 150 43 44 46 3 27 30 27 41 d2 h2 154 185 188 194 152 170 135 144 145 d3 h1 57 57 68 83 151 154 172 161 119 d3 h2 171 159 169 237 221 201 150 154 142 d4 h1 19 17 20 22 21 8 36 39 54 d4 h2 47 41 39 26 25 36 20 29 38 d5 h1 12 17 14 23 16 26 22 23 32 d5 h2 14 32 25 16 19 23 30 47 24

hari,jam akuarium 3

a1 a2 a3

t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3

d-1 45 15 17 53 35 38 31 30 54 d1,h0 38 30 38 15 23 21 38 28 36 d1,h1 165 204 181 147 183 161 187 163 183 d1 h2 109 87 75 39 32 59 132 54 47 d1 h3 36 32 46 44 27 29 36 36 30 d1 h4 27 46 43 62 25 33 17 65 49 d2 h1 35 34 32 13 9 31 30 37 41 d2 h2 150 154 142 182 236 173 126 122 172 d3 h1 63 38 45 17 28 13 35 34 32 d3 h2 33 30 24 19 17 11 47 53 47 d4 h1 40 57 79 27 40 13 51 76 67

Page 82: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

d4 h2 53 34 22 53 31 20 38 55 65 d5 h1 50 69 51 44 80 49 215 198 137 d5 h2 45 55 64 36 56 38 89 52 70

Lampiran 2. Data mentah densitas zooxanthellae akuarium 1 ( lampu

incandescent ).

hari,jam anemon 1 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 76 256 448 162 168 201 177 106 98 67 65 119 287 105 89 d1,h0 27 13 202 117 247 22 37 46 62 112 103 98 62 249 14 d1,h1 8 214 210 71 46 41 76 34 40 168 168 121 32 37 31 d1 h2 243 69 8 53 101 130 79 92 100 115 19 14 26 17 293 d1 h3 3 3 65 581 258 21 84 184 159 13 6 15 99 190 215 d1 h4 41 102 35 65 102 240 1 0 24 35 61 30 101 44 105 d2 h1 82 59 85 42 93 31 53 163 124 134 11 207 225 129 26 d2 h2 30 108 66 84 77 27 117 98 236 93 111 19 129 64 57 d3 h1 d3 h2 d4 h1 d4 h2 d5 h1 d5 h2 hari,jam anemon 2 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 24 86 135 420 164 83 131 143 170 41 75 125 85 55 93 d1,h0 42 8 177 79 297 3 6 93 50 175 29 11 266 47 24 d1,h1 198 9 9 28 18 22 10 68 25 96 12 72 12 12 34 d1 h2 12 26 79 148 44 72 36 47 12 8 205 15 62 57 68 d1 h3 3 11 13 259 50 77 24 120 122 3 29 159 56 100 94 d1 h4 264 20 114 86 152 46 22 163 160 126 141 53 420 86 70 d2 h1 80 186 90 194 335 9 23 108 114 30 132 68 69 231 274 d2 h2 9 31 18 33 14 77 637 76 192 100 127 61 19 68 0 d3 h1 107 45 380 57 74 28 27 46 60 74 81 56 31 27 47 d3 h2 0 23 59 54 62 60 0 288 260 0 95 350 41 144 416 d4 h1 152 73 15 43 27 65 19 287 30 29 54 15 132 77 34 d4 h2 58 14 12 12 15 20 11 42 46 18 12 33 70 123 48 d5 h1 104 45 107 81 117 55 53 87 57 80 115 46 32 38 31 d5 h2 55 23 218 73 27 72 66 93 39 134 34 68 29 49 234 hari,jam anemon 3 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 36 62 77 228 149 67 60 282 169 92 49 114 105 143 105 d1,h0 24 16 199 3 155 23 0 552 14 76 14 63 8 496 4 d1,h1 23 8 63 59 577 30 9 22 13 19 81 42 67 17 22 d1 h2 20 19 76 19 97 9 11 81 24 119 110 22 30 29 331 d1 h3 31 170 77 139 88 24 115 17 447 33 3 12 165 50 74 d1 h4 41 39 33 47 45 144 16 128 284 236 164 16 9 71 59 d2 h1 17 9 51 14 43 2 39 466 7 25 15 11 29 9 68 d2 h2 42 11 228 0 38 74 162 23 20 168 108 224 32 289 0 d3 h1 23 79 72 77 40 47 36 78 13 61 147 24 19 23 69 d3 h2 0 0 17 54 29 2 0 4 5 5 13 5 23 22 21 d4 h1 16 17 54 20 12 32 160 158 44 22 143 107 39 201 104 d4 h2 58 65 121 160 74 187 52 110 151 74 66 117 52 134 97

Page 83: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

d5 h1 66 23 137 31 20 101 28 9 42 59 23 91 72 24 22 d5 h2 312 12 48 0 233 99 16 42 19 50 38 84 44 28 4

Lampiran 3. Data mentah densitas zooxanthellae akuarium 2

( lampu flourescent )

hari,jam anemon 1 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 295 31 15 12 35 177 15 91 35 104 1 13 23 72 672 d1,h0 21 57 147 92 19 126 22 27 24 24 81 79 257 119 26 d1,h1 90 152 7 25 10 9 17 37 103 27 36 156 33 366 177 d1 h2 55 14 366 35 6 36 33 75 156 16 33 20 45 93 80 d1 h3 34 4 169 20 24 18 86 18 65 15 8 5 125 57 53 d1 h4 45 0 9 41 182 14 4 20 13 85 7 2 249 68 43 d2 h1 4 0 103 3 3 9 252 8 79 30 36 89 7 31 122 d2 h2 25 16 156 4 7 6 17 46 6 3 0 54 4 15 72 d3 h1 18 92 28 39 75 45 33 36 39 1 0 10 69 16 88 d3 h2 5 6 116 14 65 7 5 79 66 27 6 3 3 74 17 d4 h1 11 10 22 29 23 5 11 8 42 35 0 4 127 6 36 d4 h2 11 8 34 5 8 1 8 105 24 76 9 23 1 5 14 d5 h1 5 49 6 92 22 5 2 8 67 35 16 4 3 26 52 d5 h2 9 12 25 8 82 43 8 3 5 27 5 10 8 9 0 hari,jam anemon 2 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 9 7 3 148 148 48 48 262 105 93 2 50 10 156 58 d1,h0 15 119 213 83 83 22 8 253 26 56 83 89 29 16 34 d1,h1 7 5 462 29 29 13 122 182 136 23 4 21 20 193 42 d1 h2 4 3 11 27 27 11 6 70 39 5 20 8 5 49 2 d1 h3 9 11 332 45 45 19 16 26 22 42 76 59 43 126 36 d1 h4 7 47 21 153 153 4 35 148 14 6 6 3 17 161 4 d2 h1 9 10 9 52 52 13 7 13 3 4 11 8 290 15 22 d2 h2 132 21 7 98 98 24 27 10 7 11 59 8 22 48 22 d3 h1 1 112 2 3 3 129 5 6 108 124 3 1 3 45 18 d3 h2 9 14 4 9 9 2 25 50 120 167 20 13 26 18 22 d4 h1 15 90 15 6 6 2 5 87 8 47 15 137 12 34 14 d4 h2 3 108 24 27 27 27 43 3 14 8 0 12 48 29 22 d5 h1 3 4 3 3 3 7 0 0 0 0 0 0 58 1 1 d5 h2 37 24 9 20 20 11 9 4 7 41 6 71 5 48 12 hari,jam anemon 3 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 68 5 136 19 5 5 89 126 77 47 19 5 98 41 115 d1,h0 10 11 239 23 10 33 12 79 36 127 35 49 41 207 108 d1,h1 68 26 264 49 71 5 6 53 146 3 8 74 190 23 56 d1 h2 63 15 44 85 349 11 14 65 368 49 27 39 9 65 93 d1 h3 7 12 5 78 35 20 81 22 127 92 8 4 98 22 28 d1 h4 51 24 314 66 191 87 207 3 32 114 224 5 77 83 8 d2 h1 49 16 48 52 3 0 9 85 88 2 5 2 71 92 5 d2 h2 124 90 8 30 86 3 33 81 93 177 6 156 62 21 3 d3 h1 49 362 210 52 52 4 0 82 100 7 36 120 0 208 8 d3 h2 132 60 36 118 53 1 5 360 28 15 0 8 166 12 18 d4 h1 3 10 205 16 61 2 6 0 37 11 15 3 159 16 33 d4 h2 1 45 3 3 4 5 119 16 9 3 3 2 28 51 6 d5 h1 20 26 8 6 11 9 7 44 16 60 27 5 30 26 2

Page 84: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

d5 h2 0 26 18 8 0 0 0 13 3 0 6 6 0 0 5

Lampiran 4. Data mentah densitas zooxanthellae akuarium 3 ( cahaya matahari ).

hari,jam anemon 1 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 31 26 70 181 208 84 152 106 116 221 35 31 219 35 33 d1,h0 12 116 163 222 40 141 59 2 256 7 48 21 151 134 16 d1,h1 21 30 432 29 35 12 120 37 37 546 320 25 7 106 25 d1 h2 8 27 61 29 458 243 163 218 92 136 29 110 76 217 125 d1 h3 4 23 518 3 15 25 25 40 50 22 41 58 160 87 57 d1 h4 180 29 152 28 105 70 85 45 47 288 88 53 23 22 133 d2 h1 57 105 74 15 43 10 16 57 37 24 195 39 15 106 45 d2 h2 164 134 12 30 72 71 7 9 15 16 520 71 58 69 153 d3 h1 76 111 22 45 131 13 133 35 27 121 74 56 286 38 38 d3 h2 52 44 14 81 128 153 14 250 129 177 92 79 180 12 54 d4 h1 49 74 86 215 7 33 58 118 18 37 35 123 258 71 69 d4 h2 10 37 334 21 181 291 71 91 28 53 184 118 12 79 55 d5 h1 93 71 144 19 13 24 62 262 194 182 56 8 127 23 6 d5 h2 125 270 443 134 22 84 110 302 117 133 326 71 122 203 130 hari,jam anemon 2 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 196 219 294 132 80 24 27 54 54 108 240 269 330 285 200 d1,h0 5 18 107 96 371 9 49 98 65 11 24 17 12 17 27 d1,h1 29 188 102 18 57 5 56 113 33 58 79 11 49 27 99 d1 h2 17 15 314 53 76 6 113 72 265 21 34 87 158 4 66 d1 h3 11 69 38 195 6 29 48 53 480 23 90 26 100 102 155 d1 h4 59 224 172 7 728 203 133 82 75 248 10 0 409 93 180 d2 h1 20 43 285 261 326 46 45 241 50 59 37 124 495 552 40 d2 h2 11 12 139 8 24 9 195 22 69 187 55 404 14 57 10 d3 h1 92 3 9 335 143 97 91 73 150 7 390 317 190 282 145 d3 h2 25 0 35 20 66 0 12 50 111 78 0 74 129 0 48 d4 h1 87 46 94 167 211 29 148 139 62 274 21 158 340 45 127 d4 h2 286 180 32 84 138 75 70 42 77 415 53 160 179 364 38 d5 h1 67 38 207 67 53 4 135 222 28 102 6 19 30 107 16 d5 h2 270 9 231 127 35 5 29 35 84 77 109 6 504 88 215 hari,jam anemon 3 t1 t2 t3 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 l1 l2 l3 l4 l5 d-1 115 200 106 96 174 211 280 201 174 99 63 81 189 134 77 d1,h0 2 5 21 178 79 25 352 198 101 378 4 8 14 17 24 d1,h1 52 35 130 11 41 158 22 23 211 135 218 48 62 139 176 d1 h2 9 213 193 27 70 80 21 41 36 36 48 104 125 279 24 d1 h3 40 63 72 32 8 30 51 79 249 139 104 209 13 140 43 d1 h4 91 102 429 23 19 25 5 43 4 149 12 55 25 95 45 d2 h1 0 139 52 120 142 1 30 48 274 36 130 138 138 545 368 d2 h2 402 98 23 39 138 91 152 71 44 11 24 5 45 17 18 d3 h1 25 110 82 358 41 32 82 199 142 61 18 19 74 101 25 d3 h2 22 74 96 0 0 11 16 47 32 13 60 34 54 72 32 d4 h1 516 25 80 211 79 221 96 180 92 147 76 19 60 80 103 d4 h2 353 83 61 114 401 370 222 156 107 42 76 52 17 17 29 d5 h1 47 191 216 230 214 106 144 195 152 65 109 26 106 247 210 d5 h2 47 27 23 70 45 16 54 177 25 234 24 21 21 68 7

Page 85: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 5. Data mentah rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium

1 ( lampu incandescent )

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm d-1 1 a 5.61 3.54 5.175 3.275 2.52 5.275 b 3.67 3.61 3.335 4.51 2.47 6.61 c 5.15 4.64 5.58 5.4 5.32 5.265 2 a 3.67 3.33 1.57 3.16 2.585 2.98 b 4.77 4.79 3.22 3.71 3.09 4.375 c 4.97 5.97 3.22 4.86 2.235 5.14 3 a 2.86 3.32 2.19 3.47 3.625 4.625 b 3.865 0.175 3.515 2.79 3.835 2.525 c 0.97 4.42 3.33 3.425 3.68 4.28 d3 2 a 0.28 5.54 4.9 5.96 3.66 4.88 b 6.58 6.875 5.47 7.42 4.19 4.875 c 4.77 5.98 4.505 4.67 5.42 4.49 3 a 3.685 3.96 2.16 6.68 3.03 3.74 b 2.69 4.425 2.395 3.47 3.95 3.785 c 3.8 5.89 4.26 5.585 2.23 5.11

Page 86: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 5. Lanjutan.

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm d5 2 a 2.995 4.95 3.28 3.73 1.99 3.66 b 3.775 6.27 3.27 4.92 3.34 5.68 c 4.58 3.57 2.74 2.84 2.885 3.73 3 a 3.82 4.15 3.92 2.59 4.37 3.19 b 4.21 3.63 3.28 3.02 3.22 2.4 c 3.5 2.87 2.81 3.93 1.015 3.28

Page 87: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 6. Data mentah Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium

2 ( lampu flourecent )

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm d-1 1 a 3.315 3.885 2.8 3.415 2.5 4.16 b 2.955 3.06 2.68 4.17 2.36 2.7 c 3.46 3.47 1.96 3.83 2.685 1.94 2 a 2.4 2.26 2.39 2.85 1.91 3.15 b 2.19 1.94 1.8 1.9 2.29 2.42 c 2.69 2.15 2.875 1.795 2.685 1.445 3 a 2.69 2.26 1.785 2.85 1.715 3.15 b 2.38 1.94 1.6 1.9 1.995 2.42 c 1.87 2.15 2.57 1.795 1.68 1.445 d3 1 a 1.965 3.48 2.43 3.67 2.65 3.39 b 2.635 4.2 2.55 3.9 2.29 2.67 c 1.56 2.15 2.29 1.9 1.345 2.37 2 a 2.45 3.24 1.32 2.495 2.37 2.23 b 1.81 2.86 2.15 3.3 2.11 3.39 c 1.97 1.98 1.61 2.26 1.92 1.775 3 a 0.77 1.3 0.98 1.12 1.21 1 b 0.92 1.73 2.145 1.595 1.97 1.485 c 1.695 1.765 1.25 2.24 1.52 2.56

Page 88: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 6. Lanjutan.

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm

d5 1 a 2.375 3.995

2.265 3.69

2.24 4.19

b 4.18 4.43

3.47 3.3

2.97 3.98

c 3.47 2.92

2.775 2.5

2.47 3.25

2 a 2.28 2.84

2.61 2.93

2.81 2.905

b 2.62 2.945

1.845 3.33

2.87 3.9

c 2.77 1.94

2.57 2.11

1.69 2.13

3 a 4.38 2.805

4.69 3.795

4.997 4.67

b 4.81 2.97

2.85 2.465

2.69 2.91

c 1.24 1.56

0.835 1.245

1.43 1.455

Page 89: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 7. Data mentah rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm akuarium

3 ( cahaya matahari )

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm d-1 1 a 2.76 3.83 3.62 4.26 2.825 5.22 b 4.47 6.38 4.85 6.89 3.73 6.16 c 3.45 4.67 4.61 4.28 2.54 4.675 2 a 2.37 2.77 1.49 3.01 3.24 2.75 b 2.94 2.36 1.91 2.42 1.38 1.98 c 2.23 2.95 0.685 2.81 2.4 2.92 3 a 3.16 2.67 3.26 2.805 2.793 3.09 b 2.89 2.82 3.3 3.735 2.98 2.64 c 2.15 3.98 3.875 3.49 3.46 3.11 d3 1 a 2.81 3.32 2.37 2.15 3.27 1.84 b 1.95 3.12 2.32 3.775 2.46 4.33 c 2.22 2.245 1.998 1.995 2.24 1.885 2 a 2.53 2.285 1.95 2.775 2.405 2.825 b 4.26 3.395 2.72 3.58 3.01 3.9 c 3.63 2.76 3.99 2.338 2.61 2.41 3 a 1.99 2.59 1.78 2.67 1.36 1.98 b 3.455 3.92 3.385 3.24 3.78 3.115 c 3.505 4.27 3.56 3.67 2.23 4.14

Page 90: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 7. Lanjutan.

Hari anemon tentakel gastroderm ektoderm d5 1 a 2.86 3.85 2.76 3.185 2.66 3.77 b 3.29 3.64 2.96 3.635 2.615 3.24 c 2.14 2.84 1.91 3.48 3.43 2.23 2 a 2.32 2.64 3.35 2.895 2.835 2.62 b 1.99 1.535 1.28 1.4 1.28 0.83 c 2.29 1.445 2.795 1.55 2.67 2.42 3 a 3.9 1.899 3.35 3.28 2.89 1.76 b 3.98 1.87 3.58 3.7 4.53 3.55 c 3 3.86 3.865 3.195 4.9 3.91

Page 91: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Hasil uji statistik densitas zooxanthellae Densitas zooxanthellae saat d-1

Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d1h0

ANOVA

jumlah sel

8.3E+009 2 4143107123 17.791 .003

1.8E+009 1 1792955780 7.699 .032

6.5E+009 1 6493258465 27.883 .002

1.4E+009 6 232872087.9

9.7E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 53553.78

3 93246.40

3 127819.57

1.000 .072

3 53553.78

3 93246.40

3 127819.57

1.000 1.000 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSDa

Duncana

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

2.3E+009 2 1170255454 45.065 .000

2.3E+009 1 2337503047 90.014 .000

3007860 1 3007860.469 .116 .745

1.6E+008 6 25968177.24

2.5E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 92: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d1h1

Homogeneous Subsets

jumlah sel

3 28284.90

3 49249.13

3 67760.66

1.000 1.000 1.000

3 28284.90

3 49249.13

3 67760.66

1.000 1.000 1.000

sampelmatahari

flourescent

incandescent

Sig.

matahari

flourescent

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

88225173 2 44112586.74 .192 .830

87990575 1 87990574.68 .383 .559

234598.8 1 234598.800 .001 .976

1.4E+009 6 229667740.4

1.5E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 38621.84

3 42793.83

3 46280.84

.816

3 38621.84

3 42793.83

3 46280.84

.570

sampelmatahari

flourescent

incandescent

Sig.

matahari

flourescent

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 93: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Densitas zooxanthellae saat d1h2

Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d1h3

ANOVA

jumlah sel

1.0E+009 2 503880101.1 2.053 .209

2.4E+008 1 241727907.3 .985 .359

7.7E+008 1 766032294.8 3.121 .128

1.5E+009 6 245416254.8

2.5E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 37305.693

3 50529.210

3 63223.773

.187

3 37305.693

3 50529.210

3 63223.773

.098

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

3.1E+009 2 1530103508 10.562 .011

84421957 1 84421956.53 .583 .474

3.0E+009 1 2975785059 20.541 .004

8.7E+008 6 144868019.9

3.9E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 94: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d1h4

Homogeneous Subsets

jumlah sel

3 34599.10

3 69421.27

3 76923.36

1.000 .737

3 34599.10

3 69421.27

3 76923.36

1.000 .474

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

6.5E+009 2 3225532228 10.822 .010

3.0E+009 1 3000097107 10.066 .019

3.5E+009 1 3450967350 11.578 .014

1.8E+009 6 298056870.4

8.2E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 46819.75

3 65997.65

3 110719.73

.417 1.000

3 46819.75

3 65997.65

3 110719.73

.223 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 95: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Densitas zooxanthellae saat d2h1

Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d2h2

ANOVA

jumlah sel

1.6E+010 2 8211119135 23.271 .001

6.9E+009 1 6859744750 19.441 .005

9.6E+009 1 9562493520 27.101 .002

2.1E+009 6 352852573.7

1.9E+010 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 30212.39

3 65546.37

3 133171.53

.131 1.000

3 30212.39

3 65546.37

3 133171.53

.061 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

2.5E+009 2 1229822540 21.405 .002

12793367 1 12793367.08 .223 .654

2.4E+009 1 2446851712 42.588 .001

3.4E+008 6 57453986.10

2.8E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 96: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d3h1

Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d3h2

jumlah sel

3 31795.66

3 65312.95

3 68233.38

1.000 .887

3 31795.66

3 65312.95

3 68233.38

1.000 .654

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

1.7E+010 2 8293208761 21.168 .002

1.3E+010 1 1.344E+010 34.311 .001

3.1E+009 1 3144186318 8.025 .030

2.4E+009 6 391778867.3

1.9E+010 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 30314.40

3 37997.34

3 124979.53

.885 1.000

3 30314.40

3 37997.34

3 124979.53

.651 1.000

sampelincandescent

flourescent

matahari

Sig.

incandescent

flourescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 97: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d4h1

Homogeneous Subsets

ANOVA

jumlah sel

27926882 2 13963441.18 .017 .983

21789393 1 21789392.67 .027 .875

6137490 1 6137489.694 .008 .933

4.9E+009 6 809731783.7

4.9E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 31932.86

3 32086.75

3 35744.20

.985

3 31932.86

3 32086.75

3 35744.20

.879

sampelincandescent

flourescent

matahari

Sig.

incandescent

flourescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

9.1E+009 2 4534808567 15.118 .005

5.9E+009 1 5865478464 19.554 .004

3.2E+009 1 3204138671 10.682 .017

1.8E+009 6 299959061.1

1.1E+010 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 25180.75

3 33940.33

3 96472.88

.815 1.000

3 25180.75

3 33940.33

3 96472.88

.558 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 98: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Densitas zooxanthellae saat d4h2

Homogeneous Subsets

Densitas zooxanthellae saat d5h1

ANOVA

jumlah sel

1.5E+010 2 7434519314 16.125 .004

9.4E+009 1 9420804125 20.433 .004

5.4E+009 1 5448234504 11.817 .014

2.8E+009 6 461058151.5

1.8E+010 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

jumlah sel

3 19364.67

3 31932.83

3 111182.67

.763 1.000

3 19364.67

3 31932.83

3 111182.67

.500 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

1.3E+009 2 673498570.8 2.701 .146

4.0E+008 1 398900855.9 1.600 .253

9.5E+008 1 948096285.7 3.803 .099

1.5E+009 6 249310198.4

2.8E+009 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 99: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 8. Lanjutan Homogeneous Subsets

Lampiran 8. Lanjutan Densitas zooxanthellae saat d5h2

Homogeneous Subsets

jumlah sel

3 14330.13

3 27949.03

3 44256.51

.128

3 14330.13

3 27949.03

3 44256.51

.066

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

jumlah sel

1.0E+010 2 5172206807 13.697 .006

5.1E+009 1 5097160906 13.498 .010

5.2E+009 1 5247252709 13.896 .010

2.3E+009 6 377620248.8

1.3E+010 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 100: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 9. Uji statistik mitotik indeks zooxanthellae Mitotik indeks zooxanthellae saat d-1

jumlah sel

3 12830.43

3 34905.13

3 93198.42

.403 1.000

3 12830.43

3 34905.13

3 93198.42

.214 1.000

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.000 2 .000 .343 .723

.000 1 .000 .171 .693

.000 1 .000 .514 .500

.002 6 .000

.003 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 101: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Mitotik indeks zooxanthellae saat d1h0

Lampiran 9. Lanjutan Homogeneous Subsets

mitotik indeks

3 .0700

3 .0767

3 .0833

.701

3 .0700

3 .0767

3 .0833

.453

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.017 2 .009 29.885 .001

.003 1 .003 9.750 .021

.014 1 .014 50.019 .000

.002 6 .000

.019 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 102: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Mitotik indeks zooxanthellae saat d1h1

Homogeneous Subsets

Lampiran 9. Lanjutan Mitotik indeks zooxanthellae saat d1h2

mitotik indeks

3 .0600

3 .1033

3 .1667

1.000 1.000 1.000

3 .0600

3 .1033

3 .1667

1.000 1.000 1.000

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSDa

Duncan a

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.069 2 .034 24.776 .001

.012 1 .012 8.748 .025

.057 1 .057 40.804 .001

.008 6 .001

.077 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .2300

3 .3533

3 .4433

1.000 .057

3 .2300

3 .3533

3 .4433

1.000 1.000 1.000

sampelflourescent

matahari

incandescent

Sig.

flourescent

matahari

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 103: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Mitotik indeks zooxanthellae saat d1h3

Lampiran 9. Lanjutan Homogeneous Subsets

ANOVA

mitotik indeks

.014 2 .007 .710 .529

.008 1 .008 .791 .408

.006 1 .006 .630 .458

.061 6 .010

.076 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .1433

3 .2167

3 .2367

.531

3 .1433

3 .2167

3 .2367

.315

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.078 2 .039 31.088 .001

.002 1 .002 1.606 .252

.076 1 .076 60.571 .000

.008 6 .001

.086 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 104: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Mitotik indeks zooxanthellae saat d1h4

Homogeneous Subsets

Lampiran 9. Lanjutan Mitotik indeks zooxanthellae saat d2h1

mitotik indeks

3 .0733

3 .1100

3 .2867

.461 1.000

3 .0733

3 .1100

3 .2867

.252 1.000

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.001 2 .000 1.148 .378

.000 1 .000 .056 .822

.001 1 .001 2.241 .185

.002 6 .000

.002 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0833

3 .0867

3 .1033

.392

3 .0833

3 .0867

3 .1033

.220

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 105: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Mitotik indeks zooxanthellae saat d2h2

Lampiran 9. Lanjutan Homogeneous Subsets

ANOVA

mitotik indeks

.004 2 .002 1.568 .283

.004 1 .004 3.072 .130

.000 1 .000 .064 .809

.008 6 .001

.013 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0600

3 .0933

3 .1133

.263

3 .0600

3 .0933

3 .1133

.141

sampelmatahari

flourescent

incandescent

Sig.

matahari

flourescent

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.012 2 .006 2.050 .210

.009 1 .009 3.076 .130

.003 1 .003 1.025 .350

.017 6 .003

.029 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 106: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Mitotik indeks zooxanthellae saat d3h1

Homogeneous Subsets

Lampiran 9. Lanjutan Mitotik indeks zooxanthellae saat d3h2

mitotik indeks

3 .2467

3 .3233

3 .3233

.262

3 .2467

3 .3233

3 .3233

.141

sampelincandescent

flourescent

matahari

Sig.

incandescent

flourescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.046 2 .023 4.041 .077

.000 1 .000 .026 .877

.046 1 .046 8.055 .030

.034 6 .006

.080 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0700

3 .0800

3 .2267

.097

3 .0700

3 .0800 .0800

3 .2267

.877 .055

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 107: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Mitotik indeks zooxanthellae saat d4h1

Lampiran 9. Lanjutan Homogeneous Subsets

ANOVA

mitotik indeks

.168 2 .084 24.347 .001

.000 1 .000 .019 .894

.168 1 .168 48.675 .000

.021 6 .003

.189 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0633

3 .0700

3 .3567

.989 1.000

3 .0633

3 .0700

3 .3567

.894 1.000

sampelmatahari

incandescent

flourescent

Sig.

matahari

incandescent

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.003 2 .002 .780 .500

.002 1 .002 .750 .420

.002 1 .002 .810 .403

.013 6 .002

.017 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 108: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Mitotik indeks zooxanthellae saat d4h2

Homogeneous Subsets

Lampiran 9. Lanjutan Mitotik indeks zooxanthellae saat d5h1

mitotik indeks

3 .0533

3 .0667

3 .1000

.489

3 .0533

3 .0667

3 .1000

.285

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.001 2 .001 .224 .806

.000 1 .000 .062 .812

.001 1 .001 .386 .557

.015 6 .002

.016 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0667

3 .0833

3 .0933

.793

3 .0667

3 .0833

3 .0933

.545

sampelflourescent

matahari

incandescent

Sig.

flourescent

matahari

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 109: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Mitotik indeks zooxanthellae saat d5h2

Lampiran 9. Lanjutan Homogeneous Subsets

ANOVA

mitotik indeks

.042 2 .021 2.240 .188

.023 1 .023 2.424 .170

.019 1 .019 2.055 .202

.056 6 .009

.099 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

mitotik indeks

3 .0400

3 .0767

3 .2000

.188

3 .0400

3 .0767

3 .2000

.099

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

mitotik indeks

.005 2 .003 .581 .588

.001 1 .001 .173 .692

.005 1 .005 .989 .358

.028 6 .005

.034 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 110: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 10. Uji stratistik rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm. Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d-1

mitotik indeks

3 .0533

3 .0900

3 .1133

.565

3 .0533

3 .0900

3 .1133

.340

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 111: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Homogeneous Subsets

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d3

Lampiran 10. Lanjutan. Homogeneous Subsets

ANOVA

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

.550 2 .275 2.220 .190

.001 1 .001 .005 .948

.550 1 .550 4.434 .080

.744 6 .124

1.294 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

3 .8240

3 1.3385

3 1.3582

.231

3 .8240

3 1.3385

3 1.3582

.123

sampelflourescent

incandescent

matahari

Sig.

flourescent

incandescent

matahari

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

.332 2 .166 .190 .832

.331 1 .331 .379 .561

.001 1 .001 .002 .969

5.235 6 .872

5.567 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 112: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm saat d5

Homogeneous Subsets

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

3 1.1461

3 1.3545

3 1.6156

.817

3 1.1461

3 1.3545

3 1.6156

.573

sampelmatahari

flourescent

incandescent

Sig.

matahari

flourescent

incandescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

ANOVA

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

.125 2 .062 .288 .760

.019 1 .019 .088 .777

.106 1 .106 .487 .511

1.299 6 .216

1.423 8

(Combined)

Contrast

Deviation

Linear Term

BetweenGroups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

rasio ketebalan gastroderm dengan ektoderm

3 .8539

3 .9664

3 1.1399

.743

3 .8539

3 .9664

3 1.1399

.493

sampelincandescent

matahari

flourescent

Sig.

incandescent

matahari

flourescent

Sig.

Tukey HSD a

Duncan a

N 1

Subsetfor alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 113: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

Lampiran 11. Data kualitas air

Tgl Akurium 1 Akuarium 2 Akuarium 3

pH Suhu (° C ) Salinitas (‰ )

pH Suhu ( °C ) Salinitas (‰ )

pH Suhu ( °C ) Sainitas (‰ )

09.00 16.00 09.00 16.00 09.00 16.00

5/5 7 27 27.5 33 7 27 28 33 7 27.5 28 33 6/5 7 27 27.5 33 7 28.5 28.5 33 7 28.5 28.5 35

7/5 8 27 27 35 7 27.5 28 35 7 27.5 28 36

8/5 8 26.5 27.5 35 7 28 27.5 34 7 28 28 35

9/5 8 27 27 35 8 27 28 35 8 27.5 28 35

10/5 8 27 27 35 8 27 27.5 34 8 28 28 34

11/5 8 27 27.5 36 8 28 27.5 34 8 28 29 36

12/5 8 26.5 27 35 8 28 28 33 8 27 28 35

13/5 8 27 27 35 8 28 28 34 8 28.5 28.5 35

14/5 8 27 27 34 8 28 28 34 8 28 28 36

15/5 8 26.8 27 36 8 28 28 35 8 27 27.5 35

16/5 8 27 27.5 37 8 28 28 34 8 27 27 37

17/5 8 26.5 27 37 8 28 28 34 8 27 28 37

18/5 8 27 27.5 37 8 28 28 35 8 28 28 38

19/5 8 27 27.5 35 8 28 28 35 8 27.5 28.5 38

20/5 8 27 27 36 8 28 27.5 34 8 28.5 28 37

21/5 8 27 29 37 8 28 28.5 34 8 29 28 37

22/5 8 27.5 28 37 8 28 28 35 8 28 28.5 37

23/5 8 27 28 38 8 28 28 35 8 28 29 37

24/5 8 27 28 38 8 27.5 28.5 35 8 27 28 38

25/5 8 27.5 28.5 37 8 27 29 35 8 27 28 37

26/5 8 28 28 37 8 28 28.5 35 8 26 28.5 37

27/5 8 27 27 37 8 28 28 35 8 27.5 28 37

28/5 8 27 27 36 8 28 28 35 8 28 28 36

29/5 8 27 27.5 38 8 27 27.5 35 8 28 28 36

30/5 8 27 27 38 8 27.5 27.5 34 8 28 28 37

31/5 8 27 27 37 8 28 27 35 8 28 27.5 36

1/6 8 28 28 37 8 28 28 35 8 28 28 37

2/6 8 28 27 36 8 28 28 35 8 27.5 28 37

3/6 8 28 27 36 8 27.5 27.5 35 8 28.5 27.5 37

Page 114: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

98

Lampiran 12. Alat dan bahan.

1. Seting akuarium. 2. Alat dan bahan

3. Lampu incandescent. 3. Lampu fluorescent

5. Dehidrasi dan clearing. 6. Embedding.

7. Mikroskop Olympus CHS 20-EM.

Page 115: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

adalah putri dari pasangan Kusnayadi dan Fauziah. Penulis

adalah putri ke dua dari empat bersaudara.

Menengah Atas Negeri ( SMAN ) 1 C

Tahun 2001 Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Dan Teknologi

Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Masuk Mahasiswa IPB ( USMI ).

Selam menempuh pendidikan di Instiut Pertanian Bogor, Penulis pernah

menjadi anggota Marine Biology Club ( MBC ) pada tahun 2006

menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan

Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

dengan judul “ Pengaruh Jenis Lampu Yang Berbeda Terhadap Mitotik Indeks,

Densitas Zooxantellae Dan Morfologi Anemon (

Laboratorium”.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 15 Desember 1982. Penulis

adalah putri dari pasangan Kusnayadi dan Fauziah. Penulis

adalah putri ke dua dari empat bersaudara.

Tahun 2001 Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri ( SMAN ) 1 Ciranjang, Kab. Cianjur, Prov. Jawa Barat.

Tahun 2001 Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Dan Teknologi

Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Masuk Mahasiswa IPB ( USMI ).

nempuh pendidikan di Instiut Pertanian Bogor, Penulis pernah

menjadi anggota Marine Biology Club ( MBC ) pada tahun 2006-2007. Untuk

menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan

Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis menyelesaikan

“ Pengaruh Jenis Lampu Yang Berbeda Terhadap Mitotik Indeks,

Densitas Zooxantellae Dan Morfologi Anemon ( Heteractis malu

Penulis dilahirkan di Jakarta, 15 Desember 1982. Penulis

adalah putri dari pasangan Kusnayadi dan Fauziah. Penulis

Tahun 2001 Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Cianjur, Prov. Jawa Barat.

Tahun 2001 Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Dan Teknologi

Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui

nempuh pendidikan di Instiut Pertanian Bogor, Penulis pernah

2007. Untuk

menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan

, Penulis menyelesaikan skripsi

“ Pengaruh Jenis Lampu Yang Berbeda Terhadap Mitotik Indeks,

) Pada Skala

Page 116: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK
Page 117: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK
Page 118: PENGARUH JENIS LAMPU YANG BERBEDA TERHADAP MITOTIK

98