29
1 PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PENGENDALIAN ANGGARAN DAN KINERJA ORGANISASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah) Amanda Friscia Adeline Fuad, SET., M.Si., Ph.D Universitas Diponegoro ABSTRACT This research is aimed to determine the influence from each elements of intellectual capital (human capital, customer capital, and structural capital) to budgetary control, and business performance. This research used resource-based view to explain that organization should be able to develop and empower their resources to achieve their competitive advantage. The population of this research was the manufacturing firms in Central Java which is listed as a Large-Scale Industry in Disperindag. The numbers of samples that used in this study are 54 firms. The type of data that is used in this study is the primary one and collected through questionnaires. This study used the Partial Least Square (PLS) as the Analytical Tool. The result of this study shows that intellectual capital from the human capital element has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Intellectual capital from the customer capital element also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Similarly, the intellectual capital from the structural capital element that is also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Keywords: Intellectual Capital, Budgetary Control, Business Performance

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP …eprints.undip.ac.id/35547/1/Jurnal_Amanda_Friscia_A.pdf · kemakmuran perusahaan akan bergantung pada ... digunakan untuk memperbaiki keunggulan

  • Upload
    vuthien

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PENGENDALIAN ANGGARAN DAN KINERJA ORGANISASI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah)

Amanda Friscia Adeline

Fuad, SET., M.Si., Ph.D

Universitas Diponegoro

ABSTRACT

This research is aimed to determine the influence from each elements of intellectual capital (human capital, customer capital, and structural capital) to budgetary control, and business performance. This research used resource-based view to explain that organization should be able to develop and empower their resources to achieve their competitive advantage.

The population of this research was the manufacturing firms in Central Java which is listed as a Large-Scale Industry in Disperindag. The numbers of samples that used in this study are 54 firms. The type of data that is used in this study is the primary one and collected through questionnaires. This study used the Partial Least Square (PLS) as the Analytical Tool.

The result of this study shows that intellectual capital from the human capital element has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Intellectual capital from the customer capital element also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Similarly, the intellectual capital from the structural capital element that is also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance.

Keywords: Intellectual Capital, Budgetary Control, Business Performance

2

I. PENDAHULUAN

Globalisasi perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia

usaha di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas persaingan perusahaan

lebih tinggi. Inovasi teknologi dan persaingan bisnis yang ketat pada saat ini memaksa

perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar terus

bertahan, perusahaan-perusahaan dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang

didasarkan pada tenaga kerja (labour-based business) menuju bisnis berdasar

pengetahuan (knowledge-based business), sehingga karakteristik utamanya menjadi ilmu

pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis

ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management),

kemakmuran perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan

kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003).

Dalam sistem manajemen berbasis pengetahuan, modal konvensional seperti sumber

daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting

dibandingkan dengan modal yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Penggunaan ilmu

pengetahuan dan teknologi akan menemukan cara untuk menggunakan sumber daya

lainya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing

(Rupert 1998 dalam Sawarjuwono, 2003).

Perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu berinovasi secara terus

menerus, mengandalkan penggunaan teknologi- teknologi baru, dan mampu

mengembangkan kemampuan dan pengetahuan karyawannya (Maheran et al., 2009). Ia

menambahkan bahwa nilai perusahaan dapat dihasilkan dari aset-aset tidak berwujud

(intangibles) yang mana tidak selalu diungkapkan di dalam laporan keuangan. Di dalam

era saat ini, dimana intangibles telah menjadi sumber kekayaan dan kemajuan

perusahaan, intellectual capital bisa jadi merupakan salah satu “the missing links” (Yang

et al., 2009).

Perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan,

membawa sebuah peningkatan perhatian pada intellectual capital (IC) (Stewart, 1997

dalam Hong, 2007; Thurow, 1999 dalam Hong, 2007; Petty dan Guthrie, 2000; Bontis

2001 dalam Hong, 2007). Menurut Stewart (1994a) dalam Chen, et al. (2005), IC adalah

gabungan dari asset tidak berwujud seperti pengetahuan, skill, dan sistem informasi.

Menurut Abidin (2000), intellectual capital masih belum dikenal secara luas di

Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung

menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang

3

dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di samping itu, perusahaan-perusahaan

tersebut belum dapat memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural

capital, dan customer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun

intellectual capital perusahaan.

Intellectual capital dianggap sebagai hidden value di dalam organisasi. Tujuan dari

ketiga komponen intellectual capital (human capital, organizational capital, customer

capital) adalah untuk menilai intangible aset dan untuk menilai kembali pengetahuan

yang digunakan untuk memperbaiki keunggulan bisnis. Meskipun intangible aset dapat

menunjukkan keunggulan kompetitif, organisasi tidak mengerti sifat dan nilainya.

Manajer tidak menyadari sifat-sifat dari intellectual capital yang dimiliki oleh

perusahaannya. Mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki orang-orang, sumber

daya, ataupun proses bisnis yang dapat mendukung tercapainya kesuksesan perusahaan

dengan menggunakan strategi-strategi baru (Hernandez, 2010).

Bontis (2000) menyatakan bahwa human capital merupakan kemampuan kolektif

perusahaan untuk mengambil solusi yang terbaik dari pengetahuan yang dimiliki

individu-individu dalam perusahaan. Structural capital mencakup semua gudang non-

manusia atas pengetahuan dalam organisasi yang mencakup database, bagan organisasi,

proses manual, strategi, rutinitas dan segala sesuatu yang nilainya kepada perusahaan

lebih tinggi daripada nilai materialnya. Sedangkan customer capital merupakan

pengetahuan yang tertanam dalam saluran pemasaran dan hubungan dengan pelanggan

dikembangkan organisasi sepanjang perjalanan menjalankan bisnis.

Konsep intellectual capital telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan

terutama para akutan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi lebih rinci

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan intellectual capital mulai dari cara

pengidentifikasian, pengukuran, sampai dengan pengungkapannya dalam laporan tahunan

perusahaan.

Akuntansi manajemen juga memerlukan pengukuran akuntansi yang tidak sama

antara perusahaan satu dengan yang lainnya untuk menunjukkan indikator intellectual

capital dan memerlukan pengukuran tingkat pengembalian investasi keahlian karyawan,

informasi, dan teknologi dalam jangka panjang (IFAC, 1998). Sehubungan dengan itu,

para manajer diharapkan lebih sadar mengenai perannya dalam menghasilkan bisnis yang

menguntungkan. Akuntansi manajemen dituntut untuk dapat menangkap, mengukur, serta

melaporkan nilai dan kinerja intellectual capital (Marr dan Chatzkel, 2004).

4

Meskipun demikian, penelitian tentang intellectual capital masih belum konsisten

terutama dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan. Firer dan William (2003)

menyatakan bahwa physical capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling

signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, sehingga mereka tidak menemukan

adanya pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Selaras

dengan hasil penelitian Firer dan William (2003), hasil penelitian Kuryanto (2008) juga

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja

perusahaan. Ada pula beberapa penelitian yang menunjukkan hasil dimana terdapat

pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Diantaranya

penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), Iswati dan Anshori

(2007), Ulum (2008) Wei (2009), Ting et al. (2009), dan Zeghal et al. (2010).

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, mayoritas para peneliti menggunakan data

sekunder dan sampel perusahaan yang sudah go public untuk penelitiannya dalam

mengukur pengaruh IC terhadap kinerja, seperti pada penelitian Firrer dan William

(2003), Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), Iswati dan Anshori (2007), Ulum, Ghozali,

Chariri (2008), Wei (2009), Ting et al. (2009), dan Zeghal et al. (2010). Sedangkan

penelitian ini menggunakan data primer untuk mengukur pengaruh IC terhadap kinerja

dan pengendalian anggaran. Alasan digunakannya data primer dalam penelitain ini

adalah, perusahaan yang dijadikan sampel bukan merupakan perusahaan yang go public,

jadi tidak dapat dengan mudah untuk mendapatkan laporan keuangannya. Kemudian

instrument untuk mengukur pengendalian anggaran didasarkan pada persepsi manajer

yang dalam hal ini terlibat dalam prosen pengendalian anggaran itu sendiri. Pengelolaan

IC yang baik bukan hanya diperlukan untuk perusahaan yang sudah go public saja, tetapi

IC juga penting bagi perusahaan-perusahaan yang tidak go public untuk menghasilkan

nilai-nilai perusahaan diantaranya posisi strategis yang meliputi market share, leadership,

penyusunan standar, name recognition (branding, trademarking, reputasi), penciptaan

inovasi, loyalitas konsumen dan perbaikan produktivitas (Harrison dan Sullivan, 2000).

Penelitian ini mengacu pada penelitian Tayles, et. al., 2006 di Malaysia. Terdapat

alasan mengapa penelitian mengenai intellectual capital perlu dilakukan, yaitu karena di

Indonesia konsep intellectual capital masih relatif baru dan sepengetahuan peneliti di

Indonesia penelitian mengenai intellectual capital dan hubungannya terhadap

pengendalian anggaran (budgetary control) di perusahaan secara umum masih jarang.

Budgetary control sebagai salah satu alat kontrol perusahaan merupakan bagian dari

proses akuntansi manajemen. Budgetary control merupakan bagaimana perusahaan

5

mengevaluasi kinerjanya dengan membandingkan antara anggaran yang telah dibuat

dengan aktualisasinya.

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Tayles,et. al. (2006) yaitu

terletak pada sampel yang digunakan. Penelitian Tayles,et. al. (2006) menggunakan

sampel perusahaan yang terdaftar dalam Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE),

sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang berada di

wilayah Jawa Tengah. Alasan penggunaan sampel perusahaan manufaktur adalah karena

perusahaan manufaktur cenderung merupakan perusahaan berskala besar dan memiliki

tingkat persaingan industri yang tinggi. Dengan tingkat persaingan industri yang tinggi,

tentunya perusahaan membutuhkan suatu keunggulan kompetitif sehingga dapat bersaing

dengan perusahaan lainnya. Salah satu bentuk keunggulan kompetitif tersebut adalah

intellectual capital.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini diberi judul “Pengaruh Intellectual

Capital Terhadap Pengendalian Angaran dan Kinerja Organisasi”.

Dari uraian latar belakang di atas, muncul pertanyaan penelitian : (1) Apakah

Intellectual capital dari komponen human capital berpengaruh terhadap pengendalian

anggaran? (2) Apakah Intellectual capital dari komponen customer capital berpengaruh

terhadap pengendalian anggaran? (3) Apakah Intellectual capital dari komponen

structural capital berpengaruh terhadap pengendalian anggaran? (4) Apakah Intellectual

capital dari komponen human capital berpengaruh terhadap kinerja organisasi? (5)

Apakah Intellectual capital dari komponen customer capital berpengaruh terhadap

kinerja organisasi? (6) Apakah Intellectual capital dari komponen structural capital

berpengaruh terhadap kinerja organisasi?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui hubungan antara

intellectual capital dari komponen human capital dengan pengendalian anggaran (2)

Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari komponen customer capital

dengan pengendalian anggaran (3) Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari

komponen structural capital dengan pengendalian anggaran (4) Mengetahui hubungan

antara intellectual capital dari komponen human capital dengan kinerja organisasi (5)

Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari komponen customer capital

dengan kinerja organisasi (6) Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari

komponen structural capital dengan kinerja organisasi.

Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut : (1) Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis

6

dalam pengembangan ilmu akuntansi, terutama dalam kajian intellectual capital (2) Bagi

investor dan calon investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai

keunggulan bersaing perusahaan sehubungan dengan keputusan investasi mereka (3)

Bagi manajer perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi pada

penilaian kinerja organisasi bisnis dan pengembangan teknik akuntansi manajemen,

khususnya yang berhubungan dengan pengukuran kinerja, serta dalam mengelola modal

intelektual perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.

II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Intellectual Capital

Banyak praktisi yang menyatakan bahwa IC terdiri dari tiga elemen utama (Stewart,

1998; Sveiby, 1997; Saint-Orange, 1996; Bontis,2000 dalam Sawarjono 2003) yaitu

human capital, customer capital dan structural capital. Karena IC seringkali

didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan,

proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses

penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2005) dan diperkuat dengan pernyataan

Boekestein (2006) bahwa ketiga elemen yang terdiri dari pengetahuan yang berhubungan

dengan karyawan (disebut sebagai human capital), pengetahuan yang berhubungan

dengan pelanggan (disebut dengan customer atau relational capital), dan pengetahuan

yang berhubungan dengan perusahaan (disebut dengan structural atau organizational

capital) akan membentuk suatu intellectual capital bagi perusahaan, maka komponen IC

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Human Capital (Modal Manusia)

Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, Disinilah sumber

inovasi berada, tetapi human capital merupakan komponen yang sulit untuk diukur.

Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam

perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker, 2000)

memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu

training program, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs,

individual potential and personality

7

2. Structural Capital

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan

untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara

keseluruhan, misalnya: system operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya

organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki

perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi

jika organisasi memiliki system dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak

dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan

secara maksimal.

3. Relational/Customer Capital

Relational capital/customer merupakan hubungan/ association network yang dimiliki

perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan

berkualitas, pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan,

hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational

capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat

menambah nilai perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker (2000)

menyarankan pengukuran beberapa hal berikiut ini yang terdapat dalam modal

pelanggan, yaitu :

1) Customer Profile

Meliputi siapa pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang

dimiliki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan

loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari para pesaing.

2) Customer Duration

Meliputi seberapa sering pelanggan kita kembali kepada kita, apa yang kita ketahui

tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan menjadi pelaggan yang loyal, serta

seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.

3) Customer Role

Meliputi bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam desain produk,

produksi dan pelayanan.

4) Customer Support

Meliputi program apa saja yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan.

5) Customer Success

Meliputi beberapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.

8

Pengendalian Anggaran

Sistem pengendalian yang ketat merupakan salah satu alat evaluasi kinerja yang

menitikberatkan pada kemampuannya untuk mencapai tujuan anggaran (Anthony dan

Govindarajan, 1998 dalam Stede 2001). Dengan kata lain, kontrol yang ketat menurut

pandangan Anthony tergantung pada bagaimana perusahaan memperhatikan tujuannya

untuk memenuhi target anggaran.

Budgetary control merupakan metode pengendalian di dalam suatu organisasi melalui

pembentukan standard dan target mengenai pendapatan dan pengeluaran, dan

pemantauan secara terus menerus terhadap kinerja dengan membandingkan antara

anggaran dan aktualisasinya. Menurut Stede (2001) terdapat 5 atribut di dalam budgetary

control, yaitu penekanan terhadap pemenuhan anggaran, penyisihan revisi anggaran

selama tahun berjalan, jumlah detail budgetary contol, toleransi untuk interim budget

deviations, dan intensitas mengkomunikasikan anggaran. Pengendalian anggaran

anggaran berbasis akuntansi merupakan bagian integral dari sistem pengendalian

manajemen di sebagian besar perusahaan, dan telah diteliti dalam akuntansi manajemen

(Stede, 2001). Target anggaran dianggap sebagai komitmen organisasi terhadap evaluasi

kinerja.

Setiap periode, kinerja yang telah dicapai dibandingkan dengan anggaran. Apabila

terjadi varians maka dilakukan identifikasi dan pembahasan atas penyebab varians

tersebut, dan tindakan koreksi akan diambil apabila target anggaran tidak tercapai

(Stede, 2001). Anthony dan Govidarajan (1998) menyarankan bahwa kontrol anggaran

yang ketat memerlukan keterlibatan yang kuat dari manajemen puncak dalam mengamati

aktivitas karyawannya dari hari ke hari, misalnya dengan melakukan diskusi tatap muka.

Kontrol atau pengendalian menjadi interaktif ketika manajer puncak secara aktif

menggunakan perencanaan dan sistem pengendalian untuk memonitor dan ikut andil

dalam kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan keputusan yang telah diambil

(Simon, 1995 dalam Stede, 2001).

Kinerja Organisasi

Business performance merupakan bagaimana perusahaan mencapai satu atau lebih

tujuan-tujuan yang sebelumnya telah ditentukan. Dengan pertimbangan kemudahan

pengukuran, maka pengukuran kinerja yang umum digunakan dalam manajemen

tradisional adalah ukuran keuangan. Karena yang diukur hanya aspek keuangannya saja,

9

maka dalam manajemen tradisional peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap

layanan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen pegawai, kedekatan

hubungan kemitraan perusahaan dengan pemasok, dan peningkatan produktivitas dan

cost effectiveness proses bisnis yang digunakan untuk melayani kosumen tidak diukur.

Di dalam sistem kontrol formal ukuran kinerja meliputi ukuran financial dan non

financial (Fisher, 1998). Ukuran financial sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan

yang terjadi di luar bidang keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat

dari berbagai kinerja operasional meliputi meningkatnya kepercayaan konsumen

terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses

bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan

meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi & Setiawan, 2001).

Sehingga jika suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka

seharusnya perusahaan dapat memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan,

karena di perspektif tersebut terdapat the real driver kinerja keuangan jangka panjang.

Disamping itu, kesuksesan perusahaan tidak dapat lepas dari brand name, pegawai, dan

pengembangan produk yang inovatif.

Hubungan Human Capital dengan Pengendalian Anggaran

Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu di dalam

perusahaan (Pratiwi, 2004). Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai

menghasilkan intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual

(Ross, Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004).

Anthony dan Govidarajan (1998) menyarankan bahwa kontrol anggaran yang ketat

memerlukan keterlibatan yang kuat dari manajemen puncak dalam mengamati aktivitas

karyawannya. Kontrol anggaran juga akan semakin baik apabila peran dari karyawan

yang dimiliki perusahaan memiliki pengalaman yang memadai dan pengetahuan yang

baik serta memiliki kesadaran akan pentingnya mencapai target anggaran, sehingga

mereka akan melakukan aktivitasnya sesuai dengan apa yang telah dianggarkan. Hal itu

bisa tercapai apabila perusahaan dapat dengan baik mengelola sumber daya manusianya

baik manajer maupun karyawan sehingga dapat menghasilkan human capital yang baik.

H1: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap

pengendalian anggaran (budgetary control)

10

Hubungan Customer Capital dengan Pengendalian Anggaran

Customer capital merupakan aliran pengetahuan yang berasal dari hubungan-

hubungan eksternal perusahaan. Seluruh sumber daya yang dikaitkan dengan hubungan

eksternal perusahaan (konsumen, suppliers, partner dalam research & development)

merupakan bagian dari customer capital (Pratiwi, 2004). Sebagai contoh adalah image,

loyalitas dan kepuasan konsumen, hubungan dengan suppliers, kekuatan komersial, dan

kapasitas negosiasi dengan lingkungan aktivitas (Stratovic dan Marr, 2004).

Apabila perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan konsumen berarti customer

capital yang dimiliki perusahaan tersebut baik. Dengan keadaan yang demikian, maka

perusahaan akan berupaya untuk tetap menghasilkan produk yang sesuai dengan

orientasi pasar. Orientasi pasar didefinisikan dengan hal yang berkaitan dengan

kebutuhan saat ini dan mendatang dari konsumen (Kohli dan Joworski, 1999). Orientasi

pasar akan berubah-ubah sejalan dengan kebutuhan konsumen yang berubah-ubah pula.

Hal ini menyebabkan ketidakpastian keadaan eksternal yang tinggi. Maka, perusahaan

harus mengembangkan inovasi mereka untuk menciptakan produk-produk yang lebih

berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dengan adanya orientasi pasar dan ketidakpastian lingkungan eksternal yang tinggi

tersebut, anggaran harus lebih cenderung bersifat fleksibel. Tayles et al. (2006)

menyatakan perusahaan dengan customer capital tinggi menaruh sedikit perhatian dalam

kemampuannya untuk memenuhi target anggaran.

H2: Customer capital memiliki hubungan yang negatif terhadap pengendalian

anggaran (budgetary control)

Hubungan Structural Capital dengan Pengendalian Anggaran

Starovic dan Marr (2004) menyebutkan bahwa structural capital terdiri atas rutinitas

organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya, dan database. Salah satu bagian dari

structural capital adalah menciptakan database yang memungkinkan orang-orang dapat

saling berhubungan dan belajar satu sama lain, sehingga menumbuhkan sinergi karena

adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam

organisasi. Disamping database, termasuk dalam structural capital adalah semua hal

selain manusia yang berasal dari pengetahuan dari dalam organisasi termasuk struktur

organisasi, petunjuk proses, dan strategi rutinitas (Pratiwi, 2004).

11

Jackson dan Schuler (1995) menyatakan salah satu sumber daya yang dapat

dikembangkan untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan menurut resource-

based view adalah sumber daya organisasional yang mencakup struktur, sistem, aktivitas

perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Budgetary control merupakan salah satu

alat pengendalian manajemen untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Budgetary

control saat ini sudah menjadi bagian dari perusahaan dan sistem teknologi yang

berbasis informasi. Menurut Stede (2001), kontrol anggaran yang baik dapat dicapai

dengan mendefinisikan secara lebih lengkap, lebih spesifik, dan lebih sejalan dengan

tujuan perusahaan. Ia juga mengungkapkan bahwa bagaimana mengkomunikasikan

tujuan agar karyawan dapat mengerti dan memahami dengan lebih baik apa yang

menjadi tujuan perusahaan. Dengan adanya databased yang baik yang dibentuk

perusahaan, maka dapat memfasilitasi individu di dalam organisasi untuk berkomunikasi

sehingga pengendalian anggaran juga bisa berjalan dengan baik. Kontrol anggaran yang

baik juga melibatkan monitoring atau pengawasan atas action and result yang lebih

sering dan lebih detail. Dengan adanya structural capital yang baik, termasuk di

dalamnya pengawasan yang baik, maka pengendalian anggaran akan semakin baik.

Memberi penghargaan (rewarding) kepada karyawan dan memberi pengertian kepada

mereka akan ketatnya hubungan antara kinerja mereka dengan reward juga merupakan

salah satu cara agar kontrol anggaran semakin baik (Stede, 2001). Budaya organisasi

perusahaan yang terbiasa menerapakan sistem rewarding kepada mereka yang mencapai

target anggaran merupakan salah satu cara agar pengandalian anggaran semakin baik.

H3: Structural capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap

pengendalian anggaran (budgetary control)

Hubungan Human Capital dengan Kinerja Organisasi

Human capital merupakan seluruh individu dengan segala potensinya baik

pengetahuan, pengalaman, skill, dan sebagainya yang dapat menciptakan nilai bagi

perusahaan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan

pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai menghasilkan

intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Ross,

Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004). Kompetensi meliputi

keterampilan dan pendidikan pegawai. Sikap mencakup bagaimana perilaku pegawai.

Dan kecerdasan intelektual menjadikan seseorang mengubah praktek dan memikirkan

solusi yang inovatif terhadap suatu masalah.

12

Meningkatnya financial return merupakan akibat dari berbagai kerja operasional

seperti meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan

perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan

perusahaan untuk menghasilkan produk, dan meningkatnya produktivitas serta

komitmen pegawai (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Sehingga jika suatu perusahaan

bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka seharusnya perusahaan dapat

memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan, karena di perspektif tersebut

terdapat the real drivers kinerja keuangan jangka panjang. Ferrier dan McKenzie (2004)

mengemukakan bahwa salah satu faktor kesuksesan perusahaan adalah dimasukkannya

pengembangan para pegawai sebagai faktor kesuksesan suatu perusahaan, pendesainan

dan pengembangan sistem pemecahan masalah dan pelayanan, yang dipercaya sebagai

kekuatan organisasi pada para pegawai.

Berdasarkan kerangka teori dari resource-based view, perusahaan dapat memperoleh

sumber daya fisik, manusia, informasi, pengetahuan, dan relasional kemudian

menggabungkan sumber daya tersebut untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang

spesifik dan tidak dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009). Salah satu sumber daya

perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitifnya dan

menciptakan nilai adalah sumber daya manusia (pengetahuan dan pengalaman pegawai)

(Murti, 2010).

H4: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja

organisasi (business performance)

Hubungan Customer Capital dengan Kinerja Organisasi

Human capital merupakan seluruh individu dengan segala potensinya baik

pengetahuan, pengalaman, skill, dan sebagainya yang dapat menciptakan nilai bagi

perusahaan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan

pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai menghasilkan

intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Ross,

Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004). Kompetensi meliputi

keterampilan dan pendidikan pegawai. Sikap mencakup bagaimana perilaku pegawai.

Dan kecerdasan intelektual menjadikan seseorang mengubah praktek dan memikirkan

solusi yang inovatif terhadap suatu masalah.

Meningkatnya financial return merupakan akibat dari berbagai kerja operasional

seperti meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan

13

perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan

perusahaan untuk menghasilkan produk, dan meningkatnya produktivitas serta

komitmen pegawai (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Sehingga jika suatu perusahaan

bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka seharusnya perusahaan dapat

memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan, karena di perspektif tersebut

terdapat the real drivers kinerja keuangan jangka panjang. Ferrier dan McKenzie (2004)

mengemukakan bahwa salah satu faktor kesuksesan perusahaan adalah dimasukkannya

pengembangan para pegawai sebagai faktor kesuksesan suatu perusahaan, pendesainan

dan pengembangan sistem pemecahan masalah dan pelayanan, yang dipercaya sebagai

kekuatan organisasi pada para pegawai.

Berdasarkan kerangka teori dari resource-based view, perusahaan dapat memperoleh

sumber daya fisik, manusia, informasi, pengetahuan, dan relasional kemudian

menggabungkan sumber daya tersebut untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang

spesifik dan tidak dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009). Salah satu sumber daya

perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitifnya dan

menciptakan nilai adalah sumber daya manusia (pengetahuan dan pengalaman pegawai)

(Murti, 2010).

H4: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja

organisasi (business performance)

Hubungan Customer Capital dengan Kinerja Organisasi

Customer capital merupakan aliran pengetahuan yang berasal dari hubungan-

hubungan eksternal perusahaan. Seluruh sumber daya yang dikaitkan dengan hubungan

eksternal perusahaan (konsumen, suppliers, partner dalam research & development)

merupakan bagian dari customer capital (Pratiwi, 2004). Sebagai contoh adalah image,

loyalitas dan kepuasan konsumen, hubungan dengan suppliers, kekuatan komersial, dan

kapasitas negosiasi dengan lingkungan aktivitas (Stratovic dan Marr, 2004). Penelitian

dalam serve profit chain saat ini telah mendorong hubungan kausal diantara kepuasan

konsumen dengan kinerja keuangan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996). Dan salah

satu hal yang menyebabkan peningkatan financial return perusahaan adalah peningkatan

kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, dan juga kedekatan hubungan kemitraan

perusahaan dengan pemasok (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Selain itu memelihara

hubungan dengan klien merupakan salah satu faktor kesuksesan perusahaan yang

diungkapkan oleh Firrer dan McKenzie (2004). Hal tersebut sesuai dengan kerangka

14

teori dari resource-based view, yang menyebutkan bahwa perusahaan dapat

menggunakan sumber daya relasional yang meliputi hubungan sosial dengan lingkungan

eksternal organisasi untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang spesifik dan tidak

dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009

H5: Customer capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap

kinerja organisasi (business performance)

Hubungan Structural Capital dengan Kinerja Organisasi

Structural capital didefinisikan sebagai pengetahuan yang akan tetap berada di dalam

perusahaan (Starovic dan Marr, 2004). Starovic dan Marr (2004) menyebutkan bahwa

structural capital terdiri atas rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya, dan

database.

Jika suatu organisasi mampu memanfaatkan pengetahuan perusahaan dan

mengembangkan structural capital, misalnya menerapkan dan mengembangkan ide-ide

yang inovatif, memiliki sistem dan prosedur yang mendukung inovasi, maka competitive

advantage akan dapat dicapai (Asni 2007). Structural capital merupakan sarana dan

prasarana yang mendukung pegawai untuk menciptakan kinerja yang optimum.

Keunggulan tersebut secara relatif akan menghasilkan business performance yang lebih

tinggi. Jika sistem dan prosedur yang dimiliki suatu perusahaan untuk menjalankan

aktifitasnya buruk, maka intellectual capital secara keseluruhan tidak akan mencapai

potensinya yang paling penuh, sehingga business performance yang dicapai juga tidak

akan maksimal (Pratiwi, 2004). Selain itu, jika intellectual capital merupakan sumber

daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantange, maka intellectual capital

akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000;

Chen et al., 2005; Abdolmuhammadi, 2005).

H6 : Structural capital berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja

organisasi (business performance).

15

Kerangka Pemikiran

H1

H4

H2

H5

H3

H6

III. METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Human Capital

Human Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan individu

dalam organisasi yang digambarkan oleh para pegawainya, termasuk pengalaman,

skill, motivasi, toleransi terhadap ambiguitas dan sebagainya yang dihasilkan melalui

kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual.

Customer Capital

Customer capital yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengetahuan

yang dibentuk dalam marketing channels dan hubungan-hubungan eksternal

perusahaan dengan konsumen, suppliers, pemerintah, asosiasi industri dan

sebagainya.

Structural Capital

Structural Capital yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kumpulan

pengetahuan non manusia dalam sebuah organisasi termasuk database, struktur

organisasi, prtunjuk proses, strategi, rutinitas, software, hardware, dan semua hal

yang nilainya dalam perusahaan lebih tinggi daripada nilai materinya

Human Capital

Structural Capital

Customer Capital

Kinerja Organisasi

Pengendalian Anggaran

16

Pengendalian Anggaran

Budgetary control yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi bagaimana

perusahaan mengontrol dan mengawasi kinerja karyawannya dalam memenuhi target

anggaran.

Kinerja Organisasi

Business Performance yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kinerja bisnis

yang bersifat financial maupun non financial.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berada di

wilayah Jawa Tengah yang terdaftar di Disperindag sebanyak 295 perusahaan. Pola

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random (acak), sedangkan

desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah unrestricted random

sampling karena bias yang kecil dan bisa lebih digeneralisasikan (Sekaran, 2003).

Dengan cara sampel ditarik secara langsung dari populasi tanpa membagi subsample

dari populasi tersebut. Tiap unit populasi diberi nomor, kemudian sampel yang

diinginkan ditarik secara random dengan menggunakan undian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode survey dan

mail survey. Metode survey dilakukan dengan pengumpulan data melalui pengisian

kuesioner yang dapat dilakukan dengan mengunjungi responden dan kurang lebih dua

minggu kemudian mengambilnya atau berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.

Pengumpulan data dari mail survey yaitu pengiriman kuesioner melalui jasa pos.

Alasan menggunakan metode mail survey adalah karena terdapat beberapa responden

yang jaraknya jauh.

Metode Analisi Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan menggunakan pendekatan

Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation

Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian.

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Organisasi

Nilai Investasi per Tahun

(dalam juta) Jumlah Persentase (%)

< 10.000 11.000 – 100.000 101.000 – 1.000.000 1.001.000 – 10.000.000 > 10.000.000 tidak tercantum

29 8 9 6 1 1

53.70 14.81 16.67 11.11 1.85 1.85

Gambaran Umum Responden

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 43 79.63

Perempuan 11 20,37

Umur

≤ 30 tahun 4 7.41

31 – 40 tahun 32 59.26

41 – 50 tahun 12 22.22

Diatas 50 tahun 6 11.11

Masa Kerja

< 6 bln

6 – 12 bln

1 - 2 th 19 35,19

Diatas 2 th 35 64,81

Sumber : Data primer diolah, 2012

18

Statistik Deskriptif

Untuk menganalisis data berdasarkan atas kecenderungan jawaban yang diperoleh

dari responden terhadap masing-masing variabel, maka akan disajikan hasil jawaban

responden dalam bentuk diskriptif berikut ini.

N Minimum Maksimum Mean Std.

Deviation HC CC SC BC BP

54 54 54 54 54

67 58 54 98 69

98 84 80

149 87

83.39 71.70 68.11

123.07 77.57

6.761 6.506 6.133

13.605 4.338

Convergent Validity

No Variabel /

Indikator Loading Factor

Keterangan

1 Human Capital

x1.1 0.5426

x1.10 0.6601

x1.11 0.6450

x1.12 0.5278

x1.13 0.0977 Dikeluarkan

x1.14 0.5538

x1.15 0.4870 Dikeluarkan

x1.16 0.6141

x1.17 0.6524

x1.18 0.6189

x1.19 0.6997

x1.2 0.6297

x1.20 0.2960 Dikeluarkan

x1.3 0.6522

x1.4 0.6572

x1.5 0.5964

x1.6 0.7202

x1.7 0.7437

x1.8 0.5849

x1.9 0.6916

2 Customer capital

x2.1 0.5952

x2.10 0.6900

x2.11 0.6180

x2.12 0.6167

x2.13 0.5876

x2.14 0.6419

x2.15 0.6703

x2.16 0.2697 Dikeluarkan

x2.17 0.6432

x2.2 0.7264

x2.3 0.7114

x2.4 0.7554

x2.5 0.2612 Dikeluarkan

x2.6 0.5730

x2.7 0.6519

x2.8 0.8408

x2.9 0.6822

19

3 Structural capital

x3.1 0.6787

x3.10 0.2299 Dikeluarkan

x3.11 0.6086

x3.12 0.6260

x3.13 0.7648

x3.14 0.6691

x3.15 0.5677

x3.16 0.6300

x3.2 0.6547

x3.3 0.5409

x3.4 0.4487 Dikeluarkan

x3.5 0.7361

x3.6 0.5852

x3.7 0.6240

x3.8 0.5238

x3.9 0.6949

4 Budgetary control

y1.1 0.5373

y1.10 0.1200 Dikeluarkan

y1.11 0.5728

y1.12 0.6201

y1.13 0.5308

y1.14 0.6275

y1.15 0.6382

y1.16 0.5935

y1.17 0.6659

y1.18 0.5399

y1.19 0.5366

y1.2 0.5243

y1.20 0.5644

y1.21 0.5527

y1.22 0.5677

y1.23 0.5692

y1.24 0.6146

y1.25 0.6032

y1.26 0.5987

y1.27 0.5449

y1.28 0.6197

y1.29 0.6277

y1.3 0.5746

y1.30 -0.2629 Dikeluarkan

y1.31 0.5927

y1.32 0.6901

y1.33 0.3463 Dikeluarkan

y1.34 0.5554

y1.35 0.5509

y1.36 0.5426

y1.4 0.4912 Dikeluarkan

y1.5 0.6752

y1.6 0.4966 Dikeluarkan

y1.7 -0.1982 Dikeluarkan

y1.8 0.5212

y1.9 0.5314

5

Business Performance

y2.1 0.6282

y2.10 0.6884

y2.2 0.5710

y2.3 0.6454

y2.4 0.5465

y2.5 0.6249

20

y2.6 0.5795

y2.7 0.5358

y2.8 0.5634

y2.9 0.5537

Dari tabel menunjukkan ada beberapa indikator refleksif yang memiliki loading factor

yang lebih kecil dari 0,50. Dengan demikian indikator-indikator tersebut dikeluarkan dan

model penelitian direvisi dengan menghilangkan indikator yang lemah tersebut.

Discriminant Validity

Sebuah variable memiliki unidimensionalitas dan memiliki discriminant validity

dengan variable lain jika loading factor pada variable yang bersesuaian adalah tinggi

sedangkan nilai loading terhadap variable lain lebih rendah (Ghozali, 2006).

HC CC SC BC BP

x1.1 0.577 0.030 0.003 0.275 0.279

x1.10 0.664 -0.003 0.147 0.188 0.333

x1.11 0.636 0.140 0.074 0.221 0.414

x1.12 0.504 0.033 0.121 0.179 0.371

x1.14 0.572 0.148 0.033 0.239 0.314

x1.16 0.606 0.058 -0.002 0.257 0.291

x1.17 0.653 0.307 -0.112 0.101 0.446

x1.18 0.622 0.101 0.196 0.133 0.276

x1.19 0.698 0.140 -0.017 0.257 0.373

x1.2 0.662 0.384 0.032 0.336 0.393

x1.3 0.652 0.116 0.129 0.231 0.288

x1.4 0.661 0.121 0.042 0.288 0.274

x1.5 0.615 -0.025 -0.129 0.041 0.134

x1.6 0.729 0.0756 0.089 0.283 0.289

x1.7 0.759 -0.103 0.139 0.214 0.252

x1.8 0.581 0.111 0.055 0.195 0.352

x1.9 0.691 0.134 0.196 0.237 0.466

x2.1 0.008 0.597 -0.070 0.024 0.247

x2.10 0.192 0.679 0.126 0.264 0.342

x2.11 -0.088 0.634 0.291 0.231 0.132

x2.12 0.089 0.619 -0.007 0.042 0.274

x2.13 0.250 0.597 0.177 0.320 0.291

x2.14 -0.049 0.650 0.148 0.047 0.290

x2.15 0.046 0.664 -0.053 0.121 0.371

x2.17 0.171 0.649 0.106 0.145 0.285

x2.2 0.207 0.732 0.105 0.118 0.314

x2.3 0.274 0.702 0.157 0.231 0.341

x2.4 0.073 0.750 0.165 0.362 0.403

x2.6 0.142 0.586 -0.022 0.102 0.353

x2.7 0.188 0.644 0.145 0.282 0.338

x2.8 0.178 0.843 0.210 0.402 0.445

x2.9 -0.005 0.691 0.052 0.191 0.359

x3.1 -0.010 0.039 0.669 0.353 0.209

x3.11 0.033 0.093 0.616 0.306 0.283

x3.12 -0.075 -0.042 0.621 0.319 0.199

x3.13 0.072 0.282 0.764 0.316 0.351

x3.14 0.057 0.005 0.678 0.192 0.298

x3.15 0.002 0.023 0.582 0.020 0.328

x3.16 0.172 -0.021 0.614 0.329 0.275

x3.2 0.278 0.228 0.654 0.398 0.414

x3.3 0.080 0.180 0.537 -0.034 0.263

21

x3.5 0.072 0.151 0.736 0.312 0.245

x3.6 -0.078 -0.000 0.594 0.242 0.172

x3.7 0.042 0.103 0.622 0.259 0.228

x3.8 -0.001 0.116 0.535 0.106 0.268

x3.9 0.066 0.197 0.705 0.222 0.405

y1.1 0.067 0.252 0.319 0.519 0.274

y1.11 0.191 0.181 0.128 0.580 0.279

y1.12 0.102 0.251 0.274 0.616 0.378

y1.13 0.261 0.143 0.280 0.526 0.468

y1.14 0.309 0.264 0.219 0.630 0.411

y1.15 0.125 0.072 0.471 0.622 0.380

y1.16 0.069 0.055 0.137 0.622 0.260

y1.17 0.265 0.244 0.426 0.669 0.494

y1.18 0.127 0.294 0.156 0.549 0.318

y1.19 0.158 0.130 0.349 0.539 0.414

y1.2 0.230 0.212 0.044 0.531 0.346

y1.20 0.291 0.253 0.195 0.556 0.445

y1.21 0.206 0.164 0.317 0.558 0.369

y1.22 0.282 -0.0428 0.191 0.569 0.222

y1.23 0.095 0.189 0.150 0.583 0.255

y1.24 0.051 0.025 0.183 0.630 0.145

y1.25 0.131 0.163 0.246 0.611 0.203

y1.26 0.240 0.112 0.097 0.592 0.272

y1.27 0.087 0.215 0.116 0.555 0.287

y1.28 0.166 0.228 0.171 0.650 0.304

y1.29 0.120 0.218 0.074 0.640 0.244

y1.3 0.113 0.261 0.265 0.573 0.289

y1.31 0.341 0.094 0.281 0.610 0.424

y1.32 0.378 0.296 0.177 0.690 0.389

y1.34 0.121 0.078 0.039 0.573 0.221

y1.35 0.132 0.137 0.140 0.563 0.230

y1.36 0.194 -0.0189 0.045 0.548 0.111

y1.5 0.352 0.181 0.227 0.652 0.382

y1.8 0.288 0.172 0.233 0.508 0.289

y1.9 0.207 0.339 0.390 0.540 0.367

y2.1 0.189 0.375 0.342 0.310 0.624

y2.10 0.399 0.431 0.278 0.504 0.687

y2.2 0.365 0.262 0.202 0.229 0.566

y2.3 0.299 0.330 0.211 0.336 0.642

y2.4 0.316 0.097 0.530 0.394 0.550

y2.5 0.435 0.142 0.297 0.413 0.630

y2.6 0.261 0.221 0.322 0.338 0.580

y2.7 0.341 0.413 0.179 0.396 0.540

y2.8 0.188 0.332 0.145 0.066 0.561

y2.9 0.316 0.307 0.099 0.345 0.550

Dari tabel diatas menunjukkan ilai-nilai cross loading yang menghubungkan masing-

masing indikator dengan masing-masing variabel menunjukkan nilai yang tinggi pada

variabel yang bersesuaian dan memiliki nilai yang lebih rendah dengan variabel lainnya.

Hal ini menunjukkan masing-masing variable memiliki discriminant validity yang baik.

22

Reliability

Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki composite reliability di atas 0,70

(Ghozali,2006). Pada tabel 4.8 akan disajikan nilai composite reliability dari seluruh

konstruk.

TABEL 4.8

Nilai Composite Reliability

Composite Reliability

HC 0.940

CC 0.845

SC 0.924

BC 0.922

BP 0.906

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria

reliabel. Hal ini ditunjukkan bahwa dari hasil output SmartPLS, semua konstruk memiliki

nilai composite reliability diatas 0,70.

Inner Model

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan

antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien parameter path dan tingkat

signifikasninya (Ghozali Imam, 2006). Berikut adalah nilai R-square pada konstruk.

Variabel R-square HC CC SC BC 0,309 BP 0,560

Tabel tersebut menunjukkan bahwa R-square konstruk budgetary control (BC) adalah

sebesar 0,309 hal tersebut berarti 30,9% BC dapat dijelaskan oleh variabel human capital

(HC), customer capital (CC), dan structural capital (SC) sedangkan sisanya dapat

23

dijelaskan oleh variabel lain. R-square untuk business performance (BP) adalah sebesar

0,560 hal tersebut berarti 56% BP dapat dijelaska oleh variabel human capital (HC),

customer capital (CC), dan structural capital (SC) sedangkan sisanya dapat dijelaskan

oleh variabel lain.

Pengujian Hipotesis

Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah +1,96 untuk α =

5% dan 1,64 untuk α = 10%, dimana apabila nilai nilai t hitung < t tabel (1,96) atau (1,64)

maka hipotesis alternatif (Ha) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol

(H0). Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada

output result for inner weight seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut.

Hasil Tabel

Kesimpulan

original sample estimate

mean of subsample

s Standard deviation

T-Statistic 5% 10%

HC -> BC 0.279 0.271 0.105 2.649 1.96 1.64 Signifikan 5%

CC -> BC 0.214 0.231 0.089 2.377 1.96 1.64 Signifikan 5%

SC -> BC 0.348 0.387 0.084 4.139 1.96 1.64 Signifikan 5%

HC -> BP 0.432 0.433 0.059 7.329 1.96 1.64 Signifikan 5%

CC -> BP 0.355 0.362 0.083 4.275 1.96 1.64 Signifikan 5%

SC -> BP 0.348 0.353 0.085 4.093 1.96 1.64 Signifikan 5%

Hasil pengujian variabel human capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa

terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,279) dan signifikan antara human

capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 2,649 lebih besar

dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 1 diterima.

Hasil pengujian variabel customer capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa

terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,214) dan signifikan antara

customer capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 2,378

24

lebih besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 2

ditolak.

Hasil pengujian variabel structural capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa

terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,348) dan signifikan antara

structural capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,139

lebih besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 3

diterima.

Hasil pengujian variabel human capital dan kinerja organisasi didapat bahwa terdapat

hubungan yang positif (koefisien parameter 0,432) dan signifikan antara human capital

dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 7,329 lebih besar

dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 4 diterima.

Hasil pengujian variabel customer capital dan kinerja organisasi bahwa terdapat

hubungan yang positif (koefisien parameter 0,355) dan signifikan antara customer capital

dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,275 lebih besar

dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 5 diterima.

Hasil pengujian variabel structural capital dan kinerja organisasi bahwa terdapat

hubungan yang positif (koefisien parameter 0,348) dan signifikan antara structural

capital dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,093 lebih

besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 6 diterima.

V. KESIMPULAN DAN SARAN .

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital dari komponen human

capital perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengendalian

anggaran (budgetary control) dan kinerja organisasi (business performance).

Begitu pula dengan komponen customer capital perusahaan yang menurut hasil

penelitian memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengendalian anggaran

(budgetary control) dan kinerja organisasi (business performance).

Komponen structural capital perusahaan juga memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap pengendalian anggaran (budgetary control) dan kinerja organisasi

(business performance).

Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis ini yaitu penelitian ini

mendapatkan bahwa keberadaan IC dapat mengontrol dan menuntut upaya manajemen

untuk memberikan kinerja yang lebih baik dan memperbaiki kontrol anggaran di dalam

25

perusahaan. Oleh karena itu para manajer harus tetap mampu menggerakkan dan

mendayagunakan human capital, customer capital dan structural capital yang potensial

untuk mendukung pencapaian kinerja dan kontrol anggaran yang lebih baik.

Para manajer juga harus tetap mampu mendayagunakan pengetahuan organisasi yang

dimiliki guna dapat memperbaiki pengetahuan dalam organisasi seperti prosedur, sistem,

budaya, database, dan sebagainya. Para manajer harus mampu menyadari dan

mendayagunakan pengetahuan organisasi sehingga keunggulan bersaing yang bertahan

lama dapat dicapai. Diharapkan pula pada penelitian selanjutnya akan dapat dilakukan

dengan menambahkan beberapa variabel ke dalam penelitian.

26

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, Mohammad J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol 6, No. 3, pp. 397-416

Astuti, Pratiwi Dwi dan Arifin Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Businnes Performance dengan Diamond Spesification: Sebuah Perspektif Akuntansi. Jurnal SNA VIII Solo

Barney, J. 1991. Firms Resources and Sustained Competitive Advantage. Jornal of Management. Vol. 17, No. 1, pp. 99-120

Barney, J. B., David. J. K. Jr., Mike W. 2011. The Future of Resource-Based Theory Revitalization or Decline. Journal of Management. Vol. 37, No. 5, pp.1299-1315. www.jom.sagepub.com

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: A Study of The Resource Based and Stake Holder Views. Journal of Intellectual Capital. Vol 4, No. 2, pp 215-226

Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital: An Exploratory Study that Develops Measures and Models. Management Desicion. Vol. 36, No.2, pp. 63-76

Bontis, Nick. 2000. Assesing Knowledge Assets: A Review of The Models Used To Measures Intellectual Capital. International Journal of Technology Management. Vol 3. No. 1. P. 41-60

Brinker, B. 2000. Intellectual Capital Tomorrows Asset, Today’s Challenge. http://www.cpavision.org/vision/wpaper05b.cfm

Brownell, Peter dan Mark Hirst. 1986. Reliance on Accounting Information, Budgetary Participation, and Task Uncertainty (Journal of Accounting Research. New South Wales

Chen, Ming-Chin. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. www.emeraldinsight.com/1469-1930.htm

Choo, C.W. and Bontis, N. (Ed). 2002. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge. Oxford University Press. New York.

Colbert, Barry. A. 2004. The Complex Resource Based View: Implication For Theory and Practice In Strategic Human Resource Management. Academy of Management Review. Vol. 29, No. 3, pp.341-356. www.jstor.com

Fanning, J. 2000. 21st Century Budgeting, The Institute of Chartered Accountants in England and Wales, London.

Ferrier, F. and McKenzie, P. 2004. Managing The New Performance Drivers: Information, Resources, and Basic Steps to Self-Evaluation. http://www.education.monash.edu.au/centres/ceet/docs/otherpapers/ferrierozickit.pdf.

27

Firer, S., dan S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Coorporate Performance. http://www.emeraldinsight.com/146-1930.htm

Fisher, J.E. 1998. Contigency Theory, Management Control System and Firm Outcomes: Past Result And Future Directions. Behavioral Research in Accounting. Vol. 10, pp. 48-63.

Frow, Natalie, David .M., Stuart O. 2010. “Continuous”Budgeting: Reconciling Budget Flexibility With Budgetary Control. Accounting, Organization, and Society. Vol. 35, Iss: 4,pp.441-461.

Ghozali, Imam, Prof., Dr., H. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam, Prof., Dr., H. 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goh, Pek Chen. 2005. Intellectual Performance of Commercial Banks In Malaysia. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, Iss:3, pp.385-396.

Guthrie, James dan Richard Petty. 2000. The Voluntary Reporting of Intellectual Capital: Comparing Evidence from Hongkong and Australia. http://www.ziddu.com/dowload/9191843/thevoluntaryreportingofintellectualcapital-AustraliaandHongkong.pdf.html

Gudono dan Mardiyah. 2001. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi Terhadap Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 15, No. 1, h. 1-27.

Hartono, Budi. 2001. Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan. Media Akuntansi. Edisi 2, Tahun VIII, h 65-72

Harrison, Suzzanne, san Pattrick H. Sullivan Sr. 2000. Profitting From Intellectual Capital; Learning from Leading Companies. Jounal Of Intellectual Capital. Vol 1, No.1, pp 33-46.

Hernandez, Jose. G. Vargas, dan Muhammad Reza Noruzi. 2010. How Intellectual Capital and Learning Organization Can Foster Organizational Competitiveness. International Journal of Business and Mnagement. Vol. 5, No. 4.

Imangingati, S. 2007. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property. Universitas Diponegoro.

Jackson, E., dan Schuler , R. S. 1995. Understanding Human Resource Management in the Context of Organizations and Their Environment. Annual Review Psychology 46, pp. 237-264.

Kamath, G. B. 2007. The Intellectual Capital Performance of Indian Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol 8, No 1, pp 96-123.

Karia, Noorliza. 2010. Explaining The Competitive Advantage of Logistic Service Providers: A Resource Based-View Approach. Inernational Journal of Production Economy. Vol. 128, pp. 51-67. www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0925527309003144

28

Kraaijenbrink, Jeroen., J. C. Spender., Aard J. Groen. 2010. The Resource Based View and Assessment of Its Critiques. Journal of Management. Vol. 36. No. 1, pp. 349-372. www.jom.sagepub.com

Kuryanto, B. dan M. Saffrudin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.

Madhani, Pankaj M. 2009. Resource-Based View: Concepts and Practices. http://ssrn.com/abstract=196681

Mahendra, I. R. 2009. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap market Capitalization Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2006. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Maheran, Nik, Nik Muhammad, dan Md Khairu Amin Ismail. 2009. Intellectual Capital Efficiency and Firm’s Performance: Study on Malaysian Financial Sector. www.ccsnet.org/journal/index.php/ijef/article/view/3399

Mavridis, Dimitrios G. 2004. The Intellectual Capital Performance of The Japanese Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5, No. 3, pp.92-115.

Murti, Anugrahening Cahyaning. 2010. Analisis Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.

Newbert, Scott. L. 2007. Empirical Research on Resource Based View of The Firm: An Assessment and Suggestions for Future Research. Strategic Management Journal. Vol. 28, Iss. 2, pp.121-146.

Penrose, E. T. 1959. The Theory of The Growth of The Firm. Basil Blackwell & Mott Ltd. Great Britain.

Pfeffer, J. and Salancik, G.R. 1978. The External Control of Organisations: A Resource-Depence Perspective. Harper and Row, New York. New York, NY.

Pulic , Ante. 1998. Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy.

Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5, No. 1, h. 31-51.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat.

Solikhah, Badingatus. 2010. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan, Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di BEI. Thesis Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Song, Michael, Wayne. S. DeSarbo, C. Anthony Di Benedetto. 2007. A Heterogeneous Resource-Based View For Exploring Relationship between Firm Performance and Capabilities. Journal of Modeling in Management. Vol. 2, pp. 103-130.

Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization. New York. Doubleday.

29

Tai, Wei Shen, dan Chen Tung Chen. 2009. A New Evaluation Model For Intellectual Capital Based on Computing With Linguistik Variable. Expert System with Application. Vol. 6, pp. 3438-3488. www.sciencedirect.com

Tan, H. P., D. Plowman, P Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. www.emeraldinsight.com/1496-1930.htm

Tayles, Mike., Richard H. Pike., Saudah Sofian. 2007. Intellectual Capital, Management Accounting Practice, and Coorporate Performance: Perception of Managers. Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Vol. 20, No. 4, pp.522-548

Ulum, Ihyaul dkk. 2008. Intellectual Capital san Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square. Jurnal SNA XI Pontianak.

Van der Stede, W. A. 2001. Measuring Tight Budgetary Control. Management Accounting Research, Vol. 12, No. 1, pp.119-37.

Webb, R. A. 2002. The Impact of Reputation and Variance Investigastion on The Creation of Budget Slack . Accounting, Organizations, Society, Vol. 27, No. 4-5, pp. 361-78.

Yang, Chien Chang dan Carol Yeh Yuh Lin. 2009. Does IC Mediate The Relationship Between HRM and Organizational Performance?. The International Journal of Human Resource Management. Vol. 20, pp. 1965-1984. www.tandfonline.com.

www.google.com.