Upload
hadiep
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN
KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA
TIMUR TAHUN 2010-2014
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun Oleh:
YUNIA IKE LESTARI
B200120029
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN
KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA
TIMUR TAHUN 2010-2014
PUBLIKASI ILMIAH
Yang ditulis oleh:
YUNIA IKE LESTARI
B200120029
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Dr.Zulfikar, SE, M.Si)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN
KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA
TIMUR TAHUN 2010-2014
Oleh:
YUNIA IKE LESTARI
B200120029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 28 Oktober 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji:
1. Dr. Zulfikar, SE, M.Si (......................................................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Fauzan, SE, M.Si, Akt,CA (......................................................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Triyono, SE, M.Si (......................................................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Triyono, SE, M.Si)
NIK: 643/061408680
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya lain yang pernah diajuka n untuk memperoleh gelas kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat pernah ditulis oleh orang lain kecuali tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka
saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 28 Oktober 2016
Penulis
Yunia Ike Lestari
B200120029
1
PENGARUH INDIKATOR KINERJA KEUANGAN KABUPATEN DAN
KOTA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PROVINSI JAWA
TIMUR TAHUN 2010-2014
Abstrak
Kebijakan otonomi daerah memberikan banyak pengaruh terhadap
pengelolaan keuangan daerah. Untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah
dalam mengelola keuangan daerah, perlu adanya análisis keuangan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh indikator kinerja keuangan daerah
terhadap alokasi belanja modal kabupaten dan kota di provinsi Jawa Timur selama
tahun 2010-2014. Alat análisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil análisis menunjukan bahwa kemandirian keuangan daerah, efisiensi
keuangan daerah dan keserasian belanja berpengaruh terhadap alokasi belanja
modal, namun efektifitas PAD, ketergantungan keuangan daerah dan debt service
coverage ratio tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
Kata Kunci : Kinerja keuangan, kemandirian keuangan daerah, efektifitas,
efisiensi, kesesuaian belanja, debt service coverage ratio.
Abstract
The regional autonomy policy gives more chance to local goverment for
managing their own financial. To determine the success of local goverment in
managing their own financial, financial performance analysis can be used. The
objective of this research is to determine the indicators financial performance
toward the capital expenditure allocation in regency and city of East Java for
years 2010-2014. The data analysis method used in this research is regression.
The results show that the regional financial independence ratio and efficiency
ratio, and expenditure harmony ratio have effect toward the capital expenditure
Allocation. While, the local original revenue effectiveness ratio, regional financial
dependence ratio and debt service coverage ratio have no significant effect
toward the capital expenditure allocation.
Keywords: financial performance, regional financial independence, effectiveness,
efficiency, expenditure harmony, capital expenditure, debt service
coverage ratio.
1. PENDAHULUAN
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang-
Undang No. 25 tahun 1999, yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No.
32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah,
kewenangan pemerintah daerah menjadi lebih besar dalam mengelola sumber
2
daya dan keuangan daerahnya sendiri. Berkurangnya campur tangan pemerintah
pusat diharapkan dapat meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan daerahnya. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya dapat diukur dengan analisis kinerja keuangan daerah.
Kinerja keuangan dapat dilihat dari indikator yang digunakan sebagai acuan
dalam menilai baik dan buruknya kinerja keuangan pemerintah daerah, indikator
tersebut terdiri dari rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ini digunakan
untuk: menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengaraan
otonomi daerah; mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan
pendapatan daerah; mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam
membelanjakan pendapatan daerahnya; mengukur kontribusi masing-masing
sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah; melihat pertumbuhan
atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama
periode waktu tertentu (Halim, 2007: 230).
Seperti halnya rasio-rasio pada perusahaan swasta, rasio-rasio keuangan
daerah merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan
pemerintah daerah. Namun, dikarenakan adanya perbedaan jenis dan struktur
laporan keuangan pemerintah daerah dengan perusahaan swasta, maka rasio-rasio
keuangan daerah memiliki sedikit perbedaan. Rasio-rasio yang lazim digunakan
dalam analisis kinerja keuangan pemerintah daerah, merupakan perbandingan
angka-angka dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Rasio-rasio yang sering
digunakan dalam analisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio Keserasian Belanja dan
Rasio Pertumbuhan serta Debt Service Coverage Ratio (DSCR).
Belanja modal merupakan angka yang memberi gambaran tentang upaya
pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan daerahnya. Untuk
mendorong pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah daerah
perlu memberikan porsi yang lebih besar pada belanja modal dalam komposisi
belanja daerah. Belanja modal yang disebut juga belanja pembangunan,
3
mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
(Prihastuti,dkk (2015).
2. METODE PENELITIAN
2.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yaitu sekelompok orang kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 115).
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh kota dan
kabupaten provinsi Jawa Timur.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Indriantoro
dan Supomo, 2002: 115). Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Kota atau kabupaten yang mengeluarkan laporan keuangan lengkap
dan konsisten dari tahun 2010-2014 sesuai dengan variabel penelitian.
Pengambilan sampel yang akan diteliti dipilih berdasarkan metode purposive
sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kota dan kabupaten yang mengeluarkan laporan keuangan lengkap
sesuai dengan variabel penelitian.
2.2.Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah alokasi belanja modal.
Alokasi belanja modal adalah alokasi pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang mdemberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
Variabel Independen
Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuanganm Daerah dihitung dengan cara
membandingkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan
jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman
daerah. Semakin tinggi angka rasio ini menunjukan pemerintah daerah
semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya (Mahmudi, 2011:170).
4
Ketergantungan Keuangan Daerah
Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima pemerintah daerah
dengan total pendapatan daerah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(Gerungan dkk, 2015):
Efektivitas PAD
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Menurut Halim (2013: 6)
rasio efektivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Efisiensi Keuangan
Efisiensi merupakan suatu pengukuran perbandingan antara realisasi
belanja rutin (belanja pegawai, belanja bunga, belanja barang dan jasa, belanja
subsidi) dan realisasi total pendapatan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Rasio efisiensi pendapatan dirumuskan sebagai berikut (Novelya,2016):
5
Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Analisis DSCR untuk melihat kemampuan pemda dalam menggunakan
alternatif sumber dana lain melalui pinjaman, nilai DSCR minimal 2,5. Rumusan
untuk menghitung DSCR adalah sebagai berikut (Sahade, 2011) :
Keserasian Belanja
Rasio Keserasian Belanja menggambarkan bagaimana pemda
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja aparatur dan belanja pelayanan
publik secara optimal. Dalam penelitian ini digunakan proporsi belanja publik
karena belanja publik secara langsung dimaksudkan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Rasio belanja publik yang digunakan adalah
belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang dan jasa. Rasio keserasian
dapat diukur dengan membandingkan realisasi total belanja publik dengan total
belanja daerah dalam satuan persen (Utama, 2008:36).
Rasio keserasian belanja : Belanja Pelayanan Publik x 100%
Total Belanja Daerah
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah regresi berganda. Regresi berganda yaitu metode statistik untuk menguji
pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
ABM = a +β1KKD + β2KGD + β3EFEKPAD + β4EFSKEU
+β5DSCR+β6KSRS+ ε
Keterangan:
a : Konstanta
β : Koefisien Regresi
6
ABM : Alokasi Belanja Modal
KKD : Kemandirian Keuangan Daerah
KGD : Ketergantungan Keuangan Daerah
EFEKPAD : Efektifitas PAD
EFSKEU : Efisiensi Keuangan
DSCR : Debt Service Coverage Ratio
KSRS : Keserasian Belanja
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
Normalitas, uji Multikolineritas, uji Heteroskedastisitas dan uji Autokorelasi.
Maka dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
3.2.Uji Normalitas
Hasil Kolmogorove Smirnov sebesar 0,634 dimana nilai signifikan lebih besar
dari 0,05 yaitu 0,817. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi
dalam penelitian memiliki sebarab data normal.
3.3.Uji Multikolinearitas
Nilai VIF pada hasil uji multikolinearitas model regresi untuk semua
variabel independennya kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau
10%. Dengan demikian, dapat dibuktikan bahwa pada model regresi tidak terdapat
gejala multikolinearitas.
3.4.Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi
rank spearman. Berdasarkan hasil uji rank spearman menunjukkan nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi
tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.
7
3.5.Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson (dW) sebesar 1,340 terletak diantara nilai batas atas
sebesar 2 dan batas bawah -2. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam model
regresi tidak terjadi autokorelasi antara variabel independen.
4. PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Alokasi Belanja
Modal.
Berdasarkan uji hipotesis yang pertama diketahui bahwa kemandirian
keuangan daerah memiliki nilai t hitung sebesar -0,996 < t tabel 1,995 dan nilai
signifikan 0,323 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian keuangan
daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H1 ditolak. H1
ditolak berarti Kemandirian Keuangan Daerah tidak berpengaruh terhadap
Alokasi Belanja Modal.
4.2. Pengaruh Ketergantungan Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja
Modal.
Berdasarkan uji hipotesis yang kedua diketahui bahwa ketergantungan
keuangan daerah (KGD) memiliki nilai t hitung sebesar -1,033 < t tabel 1,995 dan
nilai signifikan 0,305 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan
keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H2
ditolak.
4.3. Pengaruh Efektivitas PAD Terhadap Alokasi Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga diketahui bahwa efektifitas PAD
(EFEKPAD) memiliki nilai t hitung sebesar -1,492 < t tabel 1,995 dan nilai signifikan
0,141 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas PAD tidak berpengaruh
terhadap alokasi belanja modal, sehingga H3 ditolak.
4.4. Pengaruh Efisiensi Keuangan Daerah Terhadap Alokasi Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji hipotesis keempat diketahui bahwa efisiensi
keuangan (EFSKEU) memiliki nilai t hitung sebesar 3,252 > t tabel 1,995 dan nilai
signifikan 0,002 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi keuangan daerah
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H4 diterima.
8
4.5. Pengaruh Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Terhadap Alokasi
Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji hipotesis kelima diketahui bahwa debt service
coverage ratio (DSCR) memiliki nilai t hitung sebesar 2,169 > t tabel 1,995 dan nilai
signifikan 0,034 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa debt service coverage ratio
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, sehingga H5 diterima.
4.6. Pengaruh Keserasian Belanja Terhadap Alokasi Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam diketahui bahwa keserasian belanja
(KSRS) memiliki nilai t hitung sebesar -2,376 > t tabel 1,995 dan nilai signifikan
0,020 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa keserasian belanja berpengaruh
terhadap alokasi belanja modal, sehingga H6 diterima.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukan pengujian, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kemandirian keuangan daerah tidak
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, Ketergantungan keuangan daerah
tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, efektifitas PAD tidak
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, efisiensi keuangan daerah
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, debt service coverage ratio
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal dan keserasian belanja berpengaruh
terhadap alokasi belanja modal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
tergeneralisasi maka, perlu memperluas obyek penelitian pada provinsi- provinsi
yang lain, selain itu dapat menambah variabel penelitian yang berhubungan
dengan alokasi belanja modal, selain yang sudah diterapkan dalam penelitian ini.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut: (1)
Obyek penelitian hanya di Provinsi Jawa Timur sehingga hasil penelitian belum
bisa tergeneralisasi. (2) Variabel indikator kinerja keuangan yang digunakan
hanya terbatas pada kemandirian keuangan daerah (KKD), ketergantungan
9
keuangan daerah (KGD), efektivitas PAD (EFEKPAD), efisiensi keuangan
(EFSKEU), debt service coverage ratio (DSCR), dan keserasian belanja (KSRS),
yang sebenarnya masih ada indikator kinerja lain yang dapat mempengaruhi
alokasi belanja modal.
5.3 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya: (1) Untuk
penelitian selanjutnya supaya memperluas Obyek penelitian pada Provinsi-
provinsi yang lain. (2) Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel
penelitian yang berhubungan dengan alokasi belanja modal.
DAFTAR PUSTAKA
_____________. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006
Tetang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
______________. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105
Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
______________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
______________. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
_______________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan
Kota Se Jawa-Bali). Simposium Akuntansi 9 Padang.
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. http//:www.djpk.depkeu.go.id
10
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran.
http//:www.djpk.depkeu.go.id
Gerungan, Sylvia Febriani; David P.E.Saerang; Wiston Pontoh. 2015. Pengaruh
Kinerja Keuangan Kabupaten/ Kota Terhadap Alokasi Belanja Modal Di
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi dan
Auditing.Vol.6.No.1.ISSN:2088-8899.
Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan 4.
Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Salemba Empat.
Jakarta.
Haryanto; Sahmuddin; Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama.
BPFE: Yogyakarta.
Karay, Jonathan Cosmus.2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten Jayapura Sebelum Dan Sesudah Otonomi Khusus.
Jurnal DINAMIS. Vol 2, No.12 Desember 2012.pp:32-41.
Mamesah, D.J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal
Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Hal. 1-17.
Martini, Kadek; Dwirandra, A.A.N.B. 2015. Pengaruh Kinerka Keuangan Daerah
Pada Alokasi Belanja Modal di Provinsi Bali. E-Journal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.10.No.2, Hal. 426-443.
Nordiawan, Dedi.2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Noviana, Sindi Retno; Erna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi
dan Auditing. Vo.8.No.1.November 201:1-94.
Prihastuti, Asepma Hygi; Taufeni Taufik; Restu Agusti.2015. Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten/Kota Riau. Jurnal SOROT. Vol.10.No.2.pp:143-154. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau.
Rahman, Nikmah Astuti; Amran Naukoko; Albert Londah.2014. Analisis
Perbandingan Kemampuan Keuangan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara
(Studi Pada Kota Manado Dan Kota Bitung Tahun 2008-2012). Jurnal
Ilmiah Berkala Efisiensi. Vol.14.No.3.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003. Tentang Keuangan Negara.
11
Sahade.2011. Analisis Penilaian Kelayakan Pinjaman Daerah Dalam Penyusunan
APBD Pemerintah Daerah. Jurnal Ikhtiyar. Vol.9. No.3.September-
Desember 2011.
Sakaran,Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Sularso; Yanuar.E.Restianto.2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi
Belanja Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Jawa
Tengah. Media Riset Akuntansi. Vol 1. No.2.ISSN:2088-2106.
Sulistyanto, H.Sri, dan Midiastuti, Pratana P., 2003, “Seasoned Equity Offerings:
Benarkah Underperformance Pasca Penawaran”, Simposium Surviving
Strategies to Cope With the Future, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
13-14 September.
Suoth, Novelya; Janjte, Tinangon; Rondonuwu, Sinjte., 2016, “ Pengukuran
Efisiensi dan Efektivitas Pengeloalaan Keuangan Daerah Pada Dinas
Pengeloalaan Keuangan, Pendapatan dan Aset (DPKPA) Kabupaten
Minahasa Selatan”, Jurnal EMBA. Vol.4.No.1.Hal:613-622.
Utama, Suyana.2009. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali 2001-2006. Buletin Studi Ekonomi. Vol.14. No.2. Tahun
2009.ISSN: 1410-4628.
Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi
Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.