7
Pengaruh Hegel yang seorang idealis dengan dialektikanya, juga Feuerbach yang humanis dan menekankan pada materialisme, membuat pemikiran Marx dapat diketegorikan menjadi dua kategori yaitu Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis. Materialisme dalam konteks filsafat sering dilawankan dengan idealisme, [1] sebab dalam materialisme ada anggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, dan kenyataan obyektif diakui sebagai penentu terakhir dari ide. Sementara dalam idealisme menyatakan bahwa adanya kesadaran ada karena ide-ide manusia, di mana di belakang ide-ide itu tidak ada realitas. Materialisme di sebut juga aliran kebendaan. [2] 1. Dialektika Materialisme Filosofi Marxisme, secara keseluruhan oleh pengikutnya disebut dialektika materialisme. Disebut dialektika karena berasal dari filsafat Hegel tentang dialektika sebagai proses perubahan. Proses dialektika itu bermula dari adanya thesis (posisi pertama), kemudian muncul antithesis (posisi kedua), dan akhirnya synthesis (kebenaran), ia kemudian akan menjadi thesis baru yang meneruskan proses tersebut sampai akhimya mencapai kebenaran mutlak, dan pada akhimya harus juga berhadapan dengan negasi baru sesuai dengan zamannya. filsafat dialektika yang dikembangkan Hegel bersifat abstrak. Proses tersebut, menurut Hegel hanya ,ada dalam cita-cita serta pikiran,saja. Inilah yang kemudian dibalik oleh Marx. Menurut Marx, yang tergambar dalam cita-cita (the ideal) itu tidak lain dari dunia nyata (material world) yang direfleksikan oleh pikiran manusia, dan dipindahkan menjadi buah pikiran. Dengan kata lain, pikiran atau cita-cita itu menurut Marx dibentuk oleh materi atau benda. Manusia harus hidup dulu baru ia dapat berpikir. Oleh sebab itu, bukan pikiran atau cita-cita yang mengubah sejarah melainkan cara berproduksi .[3] Marx tertarik pada hokum dialektikanya hegel karena ada unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Meskipun marx menolak proses dialektika, lalu dia balik dialektikanya hegel dengan dialektika materi. Unsur kemajuan dan konflik yang dia temukan dalam karya Hegel digunakannya untuk menerangkan proses perkembangan masyarakat melalui revolusi. Kendati Marx tidak memberikan penjelasan yang tuntas namun Marx telah meletakkan hukum social yang kemudian hari disempurnakan oleh Lenin, yang menyimpulkan bahwa materialisme dialektis merupakan hukum dalam revolusi sosial yang secara pasti berkembang kearah masyarakat komunis, jadi masyarakat komunis niscaya sampai lewat dialektika. Dengan hukum dialektika masyarakat kapitalis telah mengandung dalam dirinya sendi-sendi kehancuran. Dan dengan proses revolusi proses menuju masyarakat komunistis dapat segera di capai. [4] Inti dalam materialisme dialektika secara sederhana dapat kita paparkan sebagai berikut, Marx mengambil dua unsur dari gagasan Hegel yaitu gagasan mengenai pertentangan antara segi segi yang berlawanan, dan yang kedua dapat terus berkembang tanpa henti. Jika menurut Hegel dialektika itu berlaku dalam dunia abstrak maka Marx menandaskan hukum dialektika itu berlaku di dalam dunia materi, sesuai dengan pandangannya ini Engels menyebutnya materialisme. Marx mengatakan bahwa dalam setiap benda atau keadaan, dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi segi yang berlawanan, bertentangan satu sama lain, dan ini dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan inilah nantinya timbul keseimbangan dan dikatakan bahwa benda atau keadaan itu telah dinegasikan. [5] Menurut Engels, “ materi bergerak dalam siklus abadi, yang melengkapi perjalanannya dalam sebuah periode yang sangat panjang, dan jika

Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

Pengaruh Hegel yang seorang idealis dengan dialektikanya, juga Feuerbach yang humanis dan

menekankan pada materialisme, membuat pemikiran Marx dapat diketegorikan menjadi dua kategori yaitu

Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis. Materialisme dalam konteks filsafat sering dilawankan dengan

idealisme,[1] sebab dalam materialisme ada anggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, dan

kenyataan obyektif diakui sebagai penentu terakhir dari ide. Sementara dalam idealisme menyatakan bahwa

adanya kesadaran ada karena ide-ide manusia, di mana di belakang ide-ide itu tidak ada realitas. Materialisme di

sebut juga aliran kebendaan. [2]

1. Dialektika Materialisme

Filosofi Marxisme, secara keseluruhan oleh pengikutnya disebut dialektika materialisme. Disebut

dialektika karena berasal dari filsafat Hegel tentang dialektika sebagai proses perubahan. Proses dialektika itu

bermula dari adanya thesis (posisi pertama), kemudian muncul antithesis (posisi kedua), dan akhirnya synthesis

(kebenaran), ia kemudian akan menjadi thesis baru yang meneruskan proses tersebut sampai akhimya

mencapai kebenaran mutlak, dan pada akhimya harus juga berhadapan dengan negasi baru sesuai dengan

zamannya. filsafat dialektika yang dikembangkan Hegel bersifat abstrak. Proses tersebut, menurut Hegel

hanya ,ada dalam cita-cita serta pikiran,saja. Inilah yang kemudian dibalik oleh Marx. Menurut Marx, yang

tergambar dalam cita-cita (the ideal) itu tidak lain dari dunia nyata (material world) yang direfleksikan oleh pikiran

manusia, dan dipindahkan menjadi buah pikiran. Dengan kata lain, pikiran atau cita-cita itu menurut Marx

dibentuk oleh materi atau benda. Manusia harus hidup dulu baru ia dapat berpikir. Oleh sebab itu, bukan pikiran

atau cita-cita yang mengubah sejarah melainkan cara berproduksi .[3]Marx tertarik pada hokum dialektikanya hegel karena ada unsur kemajuan melalui konflik dan

pertentangan. Meskipun marx menolak proses dialektika, lalu dia balik dialektikanya hegel dengan dialektika

materi. Unsur kemajuan dan konflik yang dia temukan dalam karya Hegel  digunakannya untuk menerangkan

proses perkembangan masyarakat  melalui revolusi. Kendati Marx tidak memberikan penjelasan yang tuntas

namun Marx telah meletakkan hukum social yang kemudian hari disempurnakan oleh Lenin, yang menyimpulkan

bahwa materialisme dialektis merupakan hukum dalam revolusi sosial yang secara pasti berkembang kearah

masyarakat komunis, jadi masyarakat komunis niscaya sampai lewat dialektika.  Dengan  hukum dialektika

masyarakat kapitalis  telah mengandung dalam dirinya sendi-sendi kehancuran. Dan dengan proses revolusi

proses menuju masyarakat komunistis dapat segera di capai.[4]Inti dalam materialisme dialektika secara sederhana dapat kita paparkan sebagai berikut,  Marx

mengambil dua unsur dari gagasan Hegel  yaitu gagasan mengenai pertentangan  antara segi segi yang

berlawanan, dan yang kedua dapat terus berkembang tanpa henti. Jika menurut Hegel dialektika itu berlaku

dalam dunia abstrak maka Marx menandaskan hukum dialektika itu berlaku di dalam dunia materi, sesuai

dengan pandangannya ini Engels menyebutnya materialisme. Marx mengatakan bahwa dalam setiap benda atau

keadaan, dalam tubuhnya sendiri menimbulkan  segi segi yang berlawanan, bertentangan satu sama lain, dan ini

dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan inilah nantinya timbul keseimbangan dan dikatakan bahwa benda atau

keadaan itu telah dinegasikan. [5]Menurut Engels, “ materi bergerak dalam siklus abadi, yang melengkapi perjalanannya dalam sebuah

periode yang sangat panjang, dan jika dibandingkan  dengan tahun-tahun bumi kita tidak ada apa-apanya;

didalam sebuah siklus dimana periode kehidupan organik dengan prestasinya yang tinggi- kesadaran diri-

merupakan sebuah ruangan sebagaimana suatu yang relatif kecil dam sejarah kehidupan dan kesadaran diri;

seperti sebuah siklus dimana partikularia membentuk eksistensi materi- baik ia matahri maupun nebula, suatu

partikularia binatang atau spesies binatang, kombinasi kimia dekomposisi-adalah sama-sama dalam transisi ;

dalam sebuah siklus dimana tidak ada yang abadi kecuali materi yang bergerak secara abadi dan hukum-hukum

gerakannya dan perubahannya.[6]Sesuai dengan hukum dialektika, gerak itu terus terjadi  sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi

yang lebih baru  setiap negasi dianggap sebuah kemenangan  dan yang baru atas yang lama, suatu

kemenangan yang dihasilkan atas kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi setiap objek atau

keadaan atau benda  melahirkan benih benih untuk penghancuran  diri sendiri, untuk selanjutnya diubah dengan

sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap suatu penghancuran diri yang lama , sebagai hasil dari

perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh  kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi setiap fenomena bergerak dari

Page 2: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

taraf yang rendah menuju ketaraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana menuju ke-keadaan

yang lebih kompleks.dengan tercapainya negasi yang tertinggi (masyarakat komunis), maka selesailah proses

dialektis.[7]Berkaitan dengan penjelasan hukum dialektika, Tan Malaka menerangkan dalam Madilog (Materialisme,

dialektika, logika) dengan membedakannya dengan logika yang berisi hukum berpikir logis. Logika adalah

metode berpikir untuk menetapkan suatu identitas. Dimana wilayah kerja logika adalah ketika berhadapan

dengan satu persoalan yang sederhana yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’. Dimana logika ‘ya’

adalah ‘ya’ dan ‘ya’ adalah “bukan tidak”. Hukum keduanya tidak bisa dicampuradukkan. Hukum yang lazim

dipakai logika dalam pengertian ini adalah A = A. Sedangkan A bukan non A (tidak A).

Beberapa hukum pokok dialektika juga diutarakan Tan Malaka dalam beberapa persoalan berikut

contohnya dalam kehidupan sehari – hari, yaitu :

1.      Hukum dialektika selalu berkaitan dengan waktu.

2.      Hukum dialektika selalu berkaitan dengan perpaduan di luar dirinya.

3.      Hukum dialektika selalu berkaitan dengan hukum kontradiksi.

4.      Hukum dialektika selalu berkaitan dengan gerak.

Melawankan hukum dialektika idealis milik Hegel dengan dialektika milik Karl Marx dan Engels, Tan

Malaka tampak menaruh keberpihakan jelas terhadapnya. Keberpihakan yang sangat ideologis sehingga tampak

sebagai penjabaran dogma secara rasional, tanpa kritisisme tertentu. Disebutkannya, bagi Marx Dialektika itu

bukanlah semata-mata hukum gerakan pikiran sebagai cermin realitas, melainkan hukum kebenaran berpikir

ketika bertitik tolak dari benda yang sebenarnya. Adanya hukum pertentangan dan perpaduan sendiri juga diakui

oleh Marx dan Engels, cuma dalam pengertian sebagai perjuangan tanpa damai dua benda nyata, pertentangan

dua kelas dalam masyarakat. Pertentangan dalam masyarakat itu antara kelas yang berpunya yang ditentukan

oleh corak produksi masyarakatnya. Dengan adanya kemajuan teknik dalam corak produksi masyarakat yang

membuat orang kaya dan berkuasa semakin bertambah kaya dan kuasa. Sedangkan di pihak yang miskin dan

tak kuasa semakin terpuruk dalam lembah yang miskin dan tak ada kuasa. Perpaduan baru sintesis ini berupa

“hak milik bersama” atas alat-alat produksi yang menghasilkan bagi “kemakmuran bersama”. Sistesis inilah yang

kemudian membayang dalam otak sebagai suatu yang bertolak dari realitas objektif (materialisme).[8]2. Materialisme Historis

Telah banyak diketahui bahwa sebelurn Marx, sejarah ditafsirkan lewat berbagai pendekatan. Di antara

tafsiran itu misalnya mengatakan bahwa sumber penggerak dari seluruh kejadian adalah berlakunya ketentuan

Tuhan. Ragam serta corak perkembangan segala kemajuan manusia tidak lain adalah melaksanakan kehendak

Tuhan. Inilah penafsiran sejarah yang disebut tinjauan agamis, dan salah satu kekurangan pendekatan ini

adalah tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan bahwa manusia tidak pernah secara pasti mengetahui

kemauan Tuhan. [9]Penafsiran sejarah sebelum Marx selanjutnya adalah secara politis, yakni dengan mengatakan bahwa

penggerak sejarah adalah kaisar-kaisar, raja, para ksatria dan serdadu, pembuat undang-undang serta politisi.

Erat kaitannya dengan penafsiran ini adalah pendekatan dari sudut kepahlawanan. Thomas Carlyle adalah orang

tersohor yang memasyarakatkan tafsiran jenis ini. Rumusannya yang terkenal adalah,” sejarah dunia hanyalah

biografi dari orang-orang besar”. Kelompok ini dapat mengambil bentuk berupa manusia yang bertindak sebagai

dewa, sebagai nabi, orang sud, penyair, penulis dan sebagai raja. Kelemahan utama penafsiran sejarah macam

ini karena terlalu menekankan peranan sosok perseorangan dan akibatnya melalaikan aspek kultural, ekonomi,

sosial dan agama. Cara penafsiran sejarah sebelum Marx berikutnya adalah dengan mengedepankan peranan

ideide dan gagasan sebagai sebab utama timbulnya proses sejarah. Terakhir, yaitu penafsiran sejarah dengan

melihat pergolakan dan peperangan yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia.[10]Jika  dalam materialisme dialektis Marx lebih berbicara mengenai hukum perkembangan yang berlaku

dalam dunia, maka dalam materialisme historis  marx lebih berbicara mengenai siapa penentu arah

perkembangan  sejarah. Berkaitan dengan itu, Engels menyebut teori Marx tentang masyarakat dengan istilah

"materialisme historis". yang menekankan pentingnya aspek ekonomi dalam kehidupan. Pandangan

materialisme historis merupakan dasar klaim Marx bahwa sosialismenya adalah ilmiyah . marx merasa telah

menghilangkan  segala kesewenangan dan unsur kebetulan  sebagai factor penentu sejarah, karena ia

menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai factor perubahan masyarakat yang relevan, yang

Page 3: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

akhirnya akan ditentukan  oleh faktor objektif, yaitu tenaga-tenaga produksi.[11]Menurut Marx, kondisi teknologi

produksi, dan pertukaran barang (kekuatan produksi) bersama-sama dengan sistem pemilikan pribadi (relasi

relasi produksi), menentukan dasar pembagian masyarakat ke dalam dua kelas, dan menentukan pula dasar-

dasar pemerintahan, agama, serta kebudayaan masyarakat. Karena itu, Marxisme boleh dikata menganut

determinisme ekonomi. Marx menyatakan bahwa, situasi ekonomi mendasari pembentukan sistem sosial, politik,

hukum, dan lembaga-lembaga keagamaan.[12]Superstruktur masing-masing masyarakat, mengembangkan apa yang disebut sebagai "ideologi",

seperangkat keyakinan resmi atau doktrin agama yang membenarkan eksistensi kelas yang berkuasa. Marx juga

pemah mengartikan ideologi sebagai "a false consciousness", dengan kata lain sebuah pandangan dunia yang

terdistorsi oleh kepentingan kelas penghisap, dan dibangun untuk menjustifikasi kepentingan kelas tersebut.

Dalam Marx memahami sejarah perkembangan masyarakat, dan negara. Menurut Marx, pada mulanya dalam

kehidupan komunal di mana alat-alat produksi dimiliki bersama (primitive communism), penghisapan manusia

oleh manusia (exploitation l'home par l'home)tidak terjadi. Tidak ada pembagian kelas, karena itu tidak ada

penindasan. Dalam masyarakat tidak ada yang namanya.kekuasaan. Karena itu, negara tidak diperlukan. [13]Dalam tulisn karl Marx mengenai sejarah  perkembangan masyarakat, yaitu sejarah kemanusiaan yang

berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Diamana didalamnya terjadi lompatan

lompatan yang cukup revolusioner, berikut ini mengenai Tahap perkembangan sejarah kemanusiaan:

Pertama, masyarakat komunal primitif yaitu tahap masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang

sifatnya sangat sederhana. Alat produksi itu bukan milik pribadi (perseorangan), tetapi menjadi milik komunal.

Patut dicatat bahwa dalam masyarakat primitif ini belum dikenal surplus produksi di atas tingkat konsumsi,

karena setiap orang masih mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Keadaan ini tidak berlangsung lama sebab

masyarakat mulai menciptakan alat-alat yang dapat memperbesar produksi - periode zaman batu lalu meloncat

kepada penggunaan tembaga dan besi. Perbaikan alat produksi pada saat yang sama menimbulkan perubahan-

perubahan sosial; pada titik inilah pembagian kerja dalam berproduksi tidak dapat dihindari. Pertukaran barang-

barang mulai berkembang luas, meski mekanisme pasar yang di ciptakan masih sederhana. Akhirnya keperluan

menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan orang lain meningkat, diperlukan kemudian kaum pekerja dalam

rangka produksi. Hal ini berarti mulai tercipta hubungan produksi (relation of production) dalam masyarakat

komunal itu.

Kedua, masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan produksi antara orang-orang yang

memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Bermula dari cara kerja model ini

menyebabkan berlipat gandanya keuntungan pemilik produksi. Budak yang bekerja diberi upah yang minim

untuk mempertahankan tingkat kerjanya dan supaya tidak mati. Bila pembagian kerja dan spesialisasi

menerobos bidang-bidang kehidupan seperti pekerjaan tangan dan pertanian, maka spesialisasi itu sekaligus

mendorong meningkatkan keterampilan dan perbaikan alat-alat produksi. Marx menilai bahwa pada tingkat

perkembangan masyarakat ini, nafkah kerja budak sudah di bawah standar murah dan di saat yang sama

pemilik alat-alat produksi tidak mau memperbaiki alat-alat produksi yang dimilikinya. Namun pada saat itu pula

budak makin lama makin sadar akan kedudukannya (akan manfaat tenaganya). Mulai timbul ketidakpuasan atas

kedudukannya di dalam hubungan produksi. Ketidakpuasan ini menjadi awal perselisihan dua kelompok

masyarakat, budak dan pemilik alat produksi.

Ketiga, tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat perbudakan.

Masyarakat baru ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya. Pemilikan alat produksi terpusat

pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah. Para buruh tani yang berasal dari kelas budak yang

dimerdekakan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal, kemudian setelah itu mengerjakan tanah miliknya

sendiri. Hubungan produksi macam ini mendorong adanya perbaikan produksi dan cara produksi di sektor

pertanian, maksudnya agar petani menghasilkan pendapatan yang layak. Dengan demikian, sistem feodal

sebenarnya mengubah cara-cara kehidupan sosial. Dari kerangka ini lahir dua golongan kelas didalam

masyarakat yang akan menjelma dalam sistem kapitalis - yaitu kelas feodal tuan tanah yang menguasai

perhuhungan sosial dan kelas petani yang bertugas melayani tuan tanah dimaksud. Kepentingan kedua kelas ini

berbeda-beda, kaum feudal lebih memikirkan keuntungan yang lebih besar karena itu mereka memperlebar

sektor (bidang usaha)penghasilannya lewat pend irian pabrik-pabrik. Akibatnya muncul pedagang-pedagang

yang mencari pasar dan melemparkan hasil hasil produksi yang selalu bertambah. Fenomena baru yang tidak

Page 4: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

dapat dibendung kehadirannya yaitu terbentuknya alat produksi dan sistem kapitalis yang menghendaki

hapusnya masyarakat feodalisme. Kelas kaya baru ini (kelas borjuis) yang memiliki alat-alat produksi menempuh

segala cara untuk terbentuknya pasar bebas - yang menyangkut di dalamnya baik sektor buruh sistem kerja dan

penggajian - maupun ketentuan tarif pertukaran barang seperti yang diberlakukan dalam masyarakat feodalis.

Proses dialektika sejarah ini pada akhirnya membuktikan bahwa sistem masyarakat feodal memang tidak

mampu membendung lahirnya masyarakat kapitalis.

Keempat, masyarakat kapitalis, seperti telah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme

perekonomian. Hubungan produksi dalam sistem  didasarkan pada pemilikan individual(private

ownership) masing-masing orang terhadap alat-alat produksi. Kelas kapitalis mempekerjakan kaum buruh yang

terpaksa menjual tenaganya karena tidak memiliki pabrik dan alat produksi lainnya, maka dalam sistem kapitalis

terlihat adanya fenomena baru yaitu, hubungan produksi yang memungkinkan terus-menerus meningkatkan alat

produksi, caranya adalah memperbaharui pabrik-pabrik, modernisasi mesin-mesin dengan menggunakan tenaga

uap dan listrik. Akibat langsung dari sistem macam ini adalah kerja menjadi terspesialisasi, aktivitas persaingan

mencari pasaran hasil produksi menjadi tugas utama kaum kapitalis, sedang pada saat yang sama upah dan

kesejahteraan yang tidak kunjung datang menjadi dambaan kaum pekerja. Pada analisis selanjutnya, ditemukan

dua kelas dalam masyarakat yang kepentingannya saling bertentangan, kelas proletar dan kelas borjuis yang

mewakili kaum kapitalis pemilik alat produksi. Perbedaan kepentingan ini makin lama makin memuncak yang

artinya muncul apa yang disebut dengan pertentangan kelas. Perjuangan kelas dan pertentangan kelas berakhir

dengan terbentuknya masyarakat tanpa perbedaan kelas (classless society). Ciri utama masyarakat ini adalah

pemilikan yang sifatnya sosial terhadap alat-alat produksi.

 Kelima, masyarakat sosialis - yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap perkembangan

sejarah Marx .adalah masyarakat dengan sistem pemilikan produksi yang disandarkan atas hak milik

sosial (social ownership). Hubungan produksi merupakan jalinan kerjasama dan saling membantu dari kaum

buruh yang berhasil melepaskan diri dari eksploitasi. Perbedaan mendasar dengan tahap-tahap perkembangan

sejarah masyarakat sebelumnya adalah, dalam masyarakat sosialis alat-alat produksi merupakan hasil olahan

dari kebudayaan manusia yang lebih tinggi. Sistem sosialis dirancang untuk memberi kebebasan bagi manusia

mencapai harkatnya tanpa penindasan. Dengan lain, kata sebuah sistem yang menginginkan hapusnya kelas-

kelas dalam masyarakat.[14]Dari uraian diatas, arah perkembangan sejarah  bukan ditentukan oleh manusia  tetapi oleh

perkembangan sarana sarana produksi material. Meskipun sarana sarana produksi tersebut buatan

manusia  namun arah perkembangan sejarah tidak tergantung atas kehendak manusia, manusia memang

mengadakan sejarah tetapi manusia tidak bebas  mengadakan sejarahnya.  Sama halnya dengan materi sejarah

juga  dideterminasi secara dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi

intern melalui suatu gerak spiral ke atas.[15]Menurut Marx sarana-sarana produksi menentukan produksi. Dengan hubungan produksi dimaksudkan

hubungan manusia yang satu dengan yang lain  atas dasar kedudukannya dalam proses produksi. Ternyata

perubahan atau perkembangan sarana produksi membawa dampak terhadap perubahan produksi juga.  Sebagai

contoh, hubungan produksi dalam sepeda motor  ditepi jalan Ambarawa, berbeda dengan di bengkel mobil

seperti Raja Garda di jalan Surabaya : karena sarana produksi yang ada didalamnya memang berbeda.

Perbedaan sarana produksi dibengkel kecil dengan di bengkel besar membawa perbedaan hubungan

manusia  pula di kedua bengkel tersebut. Menurut Marx hubungan produksi menentukan semua hubungan sosial

lainnya. Dan nyata-nyata sarana produksi itu bersama-sama dengan hubungan hubungan produksi

membentuk  basis ekonomi yang justru membentuk bangunan di atasnya, yang meliputi unsur-unsur

institusional  seperti kebudayaan, hukum, agama, dan ideology. Seluruh bangunan atas itu mencerminkan  basis

ekonomi yang menjadi dasarnya.[16]Dalam pandangan Marx, seluruh arah perkembangan sejarah  menuju pada hubungan-hubungan

produksi yang tidak lagi cocok dengan keadaan sarana produksi yang bersifat material itu.. dengan kata lain

dalam basis ekonomi akan timbul suatu pertentangan kontradiksi, karena ketidak cocokan hubungan-hubungan

produksi dengan sarana-sarana produksi. Oleh karena itu kontradiksi dalam basis ekonomi akan nampak juga

dalam bangunan atas . bagi Marx hal ini nampak dalam masyarakat industrialis kapitalistis di Eropa pada abad-

19. buktinya dalam masyarakat tersebut terdapak dua  kelas yang bertentangan, yaitu kaum kapitalis yang

Page 5: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

memiliki sarana produksi dan kaum buruh yang menjual tenaga kerjanya  kepada kaum kapitalis. Dalam

masyarakat industrialis kapitalis itu kaum buruh telah terasing dari dirinya, dari pekerjaanya, dan sesamanya.

Keterasingan buruh menambah ketidak beresan  dalam struktur masyarakat industrialis kapitalistis, dan hal itu

tidak akan mampu meredam permusuhan diatara kedua belah pihak tersebut. Dalam pandangan Marx

perjuangan kelas tidak dapat dihindari sampai menghasilkan suatu masyarakat tanpa kelas, dimana sarana

produksi menjadi milik bersama. Dengan kata lain perjuangan kelas mutlak dilakukan untuk menuju masyarakat

yang komunistis.[17]

[1] Penjelasan mengenai  istilah ini tercemin dalam  suatu dalal hegel yang terkenal : semua yang real bersifat

rasional dan semua yang rasional bersifat real. Maksudnya ialah bahwa luasnya rasio sama dengan  luasnya

realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran atau “ide” yang memikirkan dirinya sendiri ( lihat : kristo,

irving. 2001. hal xvii)

[2] Lihat , http://jumbomadonna.multiply.com/Karl_Marx_dan_Pengaruh_Feuerbach

[3] Hartisekar, Markonis, op.cit., hal. 31

[4] Adisusilo,Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat. .(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.2007) hal 159.

[5] Ibid

[6] Hawton,Hector. Filsafat Yang menghibur. .(Yogyakarta: Ikon Teralitera.2003) hal 155-156.

[7] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160.

[8] Layuk, Judsriani. Makalah Materialisme histories.(Samarinda : Universitas mulawarman. 2007) hal 6-7

[9] Ramly, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Marx: Materialisme Dialektika & Materialisme Historis.

(Yogyakarta: LKIS, 2004) hal 131-132.

[10] Ramly, Andi Muawiyah, Op.cit.,hal.132-133

[11] Magnis-suseno, Franz, Op.cit., hal. 151.

[12] Hartisekar, Markonis, op.cit., hal. 31-32

[13] Ibid ., hal. 32-33

[14] Ramly, Andi Muawiyah, op. cit., hal.134-139

[15] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160

[16] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160-161

[17] Ibid., hal. 161

Share this article :

Related posts:

If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Subscribe via RSS Feed

 Your information will not be shared. Ever.

Enter your email.. Submit

Page 6: Pengaruh Hegel Yang Seorang Idealis Dengan Dialektikanya

Diposkan oleh ferdinan bashofi di 05:46

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Label: SEJARAH

0 KOMENTAR:

POSKAN KOMENTAR

posting lebih baru posting lama beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diberdayakan oleh Blogger.

RECENT POST

ARCHIVES