Upload
windu-nur-mohamad
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh Hegel yang seorang idealis dengan dialektikanya, juga Feuerbach yang humanis dan
menekankan pada materialisme, membuat pemikiran Marx dapat diketegorikan menjadi dua kategori yaitu
Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis. Materialisme dalam konteks filsafat sering dilawankan dengan
idealisme,[1] sebab dalam materialisme ada anggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, dan
kenyataan obyektif diakui sebagai penentu terakhir dari ide. Sementara dalam idealisme menyatakan bahwa
adanya kesadaran ada karena ide-ide manusia, di mana di belakang ide-ide itu tidak ada realitas. Materialisme di
sebut juga aliran kebendaan. [2]
1. Dialektika Materialisme
Filosofi Marxisme, secara keseluruhan oleh pengikutnya disebut dialektika materialisme. Disebut
dialektika karena berasal dari filsafat Hegel tentang dialektika sebagai proses perubahan. Proses dialektika itu
bermula dari adanya thesis (posisi pertama), kemudian muncul antithesis (posisi kedua), dan akhirnya synthesis
(kebenaran), ia kemudian akan menjadi thesis baru yang meneruskan proses tersebut sampai akhimya
mencapai kebenaran mutlak, dan pada akhimya harus juga berhadapan dengan negasi baru sesuai dengan
zamannya. filsafat dialektika yang dikembangkan Hegel bersifat abstrak. Proses tersebut, menurut Hegel
hanya ,ada dalam cita-cita serta pikiran,saja. Inilah yang kemudian dibalik oleh Marx. Menurut Marx, yang
tergambar dalam cita-cita (the ideal) itu tidak lain dari dunia nyata (material world) yang direfleksikan oleh pikiran
manusia, dan dipindahkan menjadi buah pikiran. Dengan kata lain, pikiran atau cita-cita itu menurut Marx
dibentuk oleh materi atau benda. Manusia harus hidup dulu baru ia dapat berpikir. Oleh sebab itu, bukan pikiran
atau cita-cita yang mengubah sejarah melainkan cara berproduksi .[3]Marx tertarik pada hokum dialektikanya hegel karena ada unsur kemajuan melalui konflik dan
pertentangan. Meskipun marx menolak proses dialektika, lalu dia balik dialektikanya hegel dengan dialektika
materi. Unsur kemajuan dan konflik yang dia temukan dalam karya Hegel digunakannya untuk menerangkan
proses perkembangan masyarakat melalui revolusi. Kendati Marx tidak memberikan penjelasan yang tuntas
namun Marx telah meletakkan hukum social yang kemudian hari disempurnakan oleh Lenin, yang menyimpulkan
bahwa materialisme dialektis merupakan hukum dalam revolusi sosial yang secara pasti berkembang kearah
masyarakat komunis, jadi masyarakat komunis niscaya sampai lewat dialektika. Dengan hukum dialektika
masyarakat kapitalis telah mengandung dalam dirinya sendi-sendi kehancuran. Dan dengan proses revolusi
proses menuju masyarakat komunistis dapat segera di capai.[4]Inti dalam materialisme dialektika secara sederhana dapat kita paparkan sebagai berikut, Marx
mengambil dua unsur dari gagasan Hegel yaitu gagasan mengenai pertentangan antara segi segi yang
berlawanan, dan yang kedua dapat terus berkembang tanpa henti. Jika menurut Hegel dialektika itu berlaku
dalam dunia abstrak maka Marx menandaskan hukum dialektika itu berlaku di dalam dunia materi, sesuai
dengan pandangannya ini Engels menyebutnya materialisme. Marx mengatakan bahwa dalam setiap benda atau
keadaan, dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi segi yang berlawanan, bertentangan satu sama lain, dan ini
dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan inilah nantinya timbul keseimbangan dan dikatakan bahwa benda atau
keadaan itu telah dinegasikan. [5]Menurut Engels, “ materi bergerak dalam siklus abadi, yang melengkapi perjalanannya dalam sebuah
periode yang sangat panjang, dan jika dibandingkan dengan tahun-tahun bumi kita tidak ada apa-apanya;
didalam sebuah siklus dimana periode kehidupan organik dengan prestasinya yang tinggi- kesadaran diri-
merupakan sebuah ruangan sebagaimana suatu yang relatif kecil dam sejarah kehidupan dan kesadaran diri;
seperti sebuah siklus dimana partikularia membentuk eksistensi materi- baik ia matahri maupun nebula, suatu
partikularia binatang atau spesies binatang, kombinasi kimia dekomposisi-adalah sama-sama dalam transisi ;
dalam sebuah siklus dimana tidak ada yang abadi kecuali materi yang bergerak secara abadi dan hukum-hukum
gerakannya dan perubahannya.[6]Sesuai dengan hukum dialektika, gerak itu terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi
yang lebih baru setiap negasi dianggap sebuah kemenangan dan yang baru atas yang lama, suatu
kemenangan yang dihasilkan atas kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi setiap objek atau
keadaan atau benda melahirkan benih benih untuk penghancuran diri sendiri, untuk selanjutnya diubah dengan
sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap suatu penghancuran diri yang lama , sebagai hasil dari
perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi setiap fenomena bergerak dari
taraf yang rendah menuju ketaraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana menuju ke-keadaan
yang lebih kompleks.dengan tercapainya negasi yang tertinggi (masyarakat komunis), maka selesailah proses
dialektis.[7]Berkaitan dengan penjelasan hukum dialektika, Tan Malaka menerangkan dalam Madilog (Materialisme,
dialektika, logika) dengan membedakannya dengan logika yang berisi hukum berpikir logis. Logika adalah
metode berpikir untuk menetapkan suatu identitas. Dimana wilayah kerja logika adalah ketika berhadapan
dengan satu persoalan yang sederhana yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’. Dimana logika ‘ya’
adalah ‘ya’ dan ‘ya’ adalah “bukan tidak”. Hukum keduanya tidak bisa dicampuradukkan. Hukum yang lazim
dipakai logika dalam pengertian ini adalah A = A. Sedangkan A bukan non A (tidak A).
Beberapa hukum pokok dialektika juga diutarakan Tan Malaka dalam beberapa persoalan berikut
contohnya dalam kehidupan sehari – hari, yaitu :
1. Hukum dialektika selalu berkaitan dengan waktu.
2. Hukum dialektika selalu berkaitan dengan perpaduan di luar dirinya.
3. Hukum dialektika selalu berkaitan dengan hukum kontradiksi.
4. Hukum dialektika selalu berkaitan dengan gerak.
Melawankan hukum dialektika idealis milik Hegel dengan dialektika milik Karl Marx dan Engels, Tan
Malaka tampak menaruh keberpihakan jelas terhadapnya. Keberpihakan yang sangat ideologis sehingga tampak
sebagai penjabaran dogma secara rasional, tanpa kritisisme tertentu. Disebutkannya, bagi Marx Dialektika itu
bukanlah semata-mata hukum gerakan pikiran sebagai cermin realitas, melainkan hukum kebenaran berpikir
ketika bertitik tolak dari benda yang sebenarnya. Adanya hukum pertentangan dan perpaduan sendiri juga diakui
oleh Marx dan Engels, cuma dalam pengertian sebagai perjuangan tanpa damai dua benda nyata, pertentangan
dua kelas dalam masyarakat. Pertentangan dalam masyarakat itu antara kelas yang berpunya yang ditentukan
oleh corak produksi masyarakatnya. Dengan adanya kemajuan teknik dalam corak produksi masyarakat yang
membuat orang kaya dan berkuasa semakin bertambah kaya dan kuasa. Sedangkan di pihak yang miskin dan
tak kuasa semakin terpuruk dalam lembah yang miskin dan tak ada kuasa. Perpaduan baru sintesis ini berupa
“hak milik bersama” atas alat-alat produksi yang menghasilkan bagi “kemakmuran bersama”. Sistesis inilah yang
kemudian membayang dalam otak sebagai suatu yang bertolak dari realitas objektif (materialisme).[8]2. Materialisme Historis
Telah banyak diketahui bahwa sebelurn Marx, sejarah ditafsirkan lewat berbagai pendekatan. Di antara
tafsiran itu misalnya mengatakan bahwa sumber penggerak dari seluruh kejadian adalah berlakunya ketentuan
Tuhan. Ragam serta corak perkembangan segala kemajuan manusia tidak lain adalah melaksanakan kehendak
Tuhan. Inilah penafsiran sejarah yang disebut tinjauan agamis, dan salah satu kekurangan pendekatan ini
adalah tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan bahwa manusia tidak pernah secara pasti mengetahui
kemauan Tuhan. [9]Penafsiran sejarah sebelum Marx selanjutnya adalah secara politis, yakni dengan mengatakan bahwa
penggerak sejarah adalah kaisar-kaisar, raja, para ksatria dan serdadu, pembuat undang-undang serta politisi.
Erat kaitannya dengan penafsiran ini adalah pendekatan dari sudut kepahlawanan. Thomas Carlyle adalah orang
tersohor yang memasyarakatkan tafsiran jenis ini. Rumusannya yang terkenal adalah,” sejarah dunia hanyalah
biografi dari orang-orang besar”. Kelompok ini dapat mengambil bentuk berupa manusia yang bertindak sebagai
dewa, sebagai nabi, orang sud, penyair, penulis dan sebagai raja. Kelemahan utama penafsiran sejarah macam
ini karena terlalu menekankan peranan sosok perseorangan dan akibatnya melalaikan aspek kultural, ekonomi,
sosial dan agama. Cara penafsiran sejarah sebelum Marx berikutnya adalah dengan mengedepankan peranan
ideide dan gagasan sebagai sebab utama timbulnya proses sejarah. Terakhir, yaitu penafsiran sejarah dengan
melihat pergolakan dan peperangan yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia.[10]Jika dalam materialisme dialektis Marx lebih berbicara mengenai hukum perkembangan yang berlaku
dalam dunia, maka dalam materialisme historis marx lebih berbicara mengenai siapa penentu arah
perkembangan sejarah. Berkaitan dengan itu, Engels menyebut teori Marx tentang masyarakat dengan istilah
"materialisme historis". yang menekankan pentingnya aspek ekonomi dalam kehidupan. Pandangan
materialisme historis merupakan dasar klaim Marx bahwa sosialismenya adalah ilmiyah . marx merasa telah
menghilangkan segala kesewenangan dan unsur kebetulan sebagai factor penentu sejarah, karena ia
menghilangkan kebebasan kehendak manusia sebagai factor perubahan masyarakat yang relevan, yang
akhirnya akan ditentukan oleh faktor objektif, yaitu tenaga-tenaga produksi.[11]Menurut Marx, kondisi teknologi
produksi, dan pertukaran barang (kekuatan produksi) bersama-sama dengan sistem pemilikan pribadi (relasi
relasi produksi), menentukan dasar pembagian masyarakat ke dalam dua kelas, dan menentukan pula dasar-
dasar pemerintahan, agama, serta kebudayaan masyarakat. Karena itu, Marxisme boleh dikata menganut
determinisme ekonomi. Marx menyatakan bahwa, situasi ekonomi mendasari pembentukan sistem sosial, politik,
hukum, dan lembaga-lembaga keagamaan.[12]Superstruktur masing-masing masyarakat, mengembangkan apa yang disebut sebagai "ideologi",
seperangkat keyakinan resmi atau doktrin agama yang membenarkan eksistensi kelas yang berkuasa. Marx juga
pemah mengartikan ideologi sebagai "a false consciousness", dengan kata lain sebuah pandangan dunia yang
terdistorsi oleh kepentingan kelas penghisap, dan dibangun untuk menjustifikasi kepentingan kelas tersebut.
Dalam Marx memahami sejarah perkembangan masyarakat, dan negara. Menurut Marx, pada mulanya dalam
kehidupan komunal di mana alat-alat produksi dimiliki bersama (primitive communism), penghisapan manusia
oleh manusia (exploitation l'home par l'home)tidak terjadi. Tidak ada pembagian kelas, karena itu tidak ada
penindasan. Dalam masyarakat tidak ada yang namanya.kekuasaan. Karena itu, negara tidak diperlukan. [13]Dalam tulisn karl Marx mengenai sejarah perkembangan masyarakat, yaitu sejarah kemanusiaan yang
berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Diamana didalamnya terjadi lompatan
lompatan yang cukup revolusioner, berikut ini mengenai Tahap perkembangan sejarah kemanusiaan:
Pertama, masyarakat komunal primitif yaitu tahap masyarakat yang memakai alat-alat bekerja yang
sifatnya sangat sederhana. Alat produksi itu bukan milik pribadi (perseorangan), tetapi menjadi milik komunal.
Patut dicatat bahwa dalam masyarakat primitif ini belum dikenal surplus produksi di atas tingkat konsumsi,
karena setiap orang masih mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Keadaan ini tidak berlangsung lama sebab
masyarakat mulai menciptakan alat-alat yang dapat memperbesar produksi - periode zaman batu lalu meloncat
kepada penggunaan tembaga dan besi. Perbaikan alat produksi pada saat yang sama menimbulkan perubahan-
perubahan sosial; pada titik inilah pembagian kerja dalam berproduksi tidak dapat dihindari. Pertukaran barang-
barang mulai berkembang luas, meski mekanisme pasar yang di ciptakan masih sederhana. Akhirnya keperluan
menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan orang lain meningkat, diperlukan kemudian kaum pekerja dalam
rangka produksi. Hal ini berarti mulai tercipta hubungan produksi (relation of production) dalam masyarakat
komunal itu.
Kedua, masyarakat perbudakan (slavery), tercipta berkat hubungan produksi antara orang-orang yang
memiliki alat-alat produksi dengan orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Bermula dari cara kerja model ini
menyebabkan berlipat gandanya keuntungan pemilik produksi. Budak yang bekerja diberi upah yang minim
untuk mempertahankan tingkat kerjanya dan supaya tidak mati. Bila pembagian kerja dan spesialisasi
menerobos bidang-bidang kehidupan seperti pekerjaan tangan dan pertanian, maka spesialisasi itu sekaligus
mendorong meningkatkan keterampilan dan perbaikan alat-alat produksi. Marx menilai bahwa pada tingkat
perkembangan masyarakat ini, nafkah kerja budak sudah di bawah standar murah dan di saat yang sama
pemilik alat-alat produksi tidak mau memperbaiki alat-alat produksi yang dimilikinya. Namun pada saat itu pula
budak makin lama makin sadar akan kedudukannya (akan manfaat tenaganya). Mulai timbul ketidakpuasan atas
kedudukannya di dalam hubungan produksi. Ketidakpuasan ini menjadi awal perselisihan dua kelompok
masyarakat, budak dan pemilik alat produksi.
Ketiga, tingkat perkembangan masyarakat feodal bermula setelah runtuhnya masyarakat perbudakan.
Masyarakat baru ini ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya. Pemilikan alat produksi terpusat
pada kaum bangsawan, khususnya pemilik tanah. Para buruh tani yang berasal dari kelas budak yang
dimerdekakan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal, kemudian setelah itu mengerjakan tanah miliknya
sendiri. Hubungan produksi macam ini mendorong adanya perbaikan produksi dan cara produksi di sektor
pertanian, maksudnya agar petani menghasilkan pendapatan yang layak. Dengan demikian, sistem feodal
sebenarnya mengubah cara-cara kehidupan sosial. Dari kerangka ini lahir dua golongan kelas didalam
masyarakat yang akan menjelma dalam sistem kapitalis - yaitu kelas feodal tuan tanah yang menguasai
perhuhungan sosial dan kelas petani yang bertugas melayani tuan tanah dimaksud. Kepentingan kedua kelas ini
berbeda-beda, kaum feudal lebih memikirkan keuntungan yang lebih besar karena itu mereka memperlebar
sektor (bidang usaha)penghasilannya lewat pend irian pabrik-pabrik. Akibatnya muncul pedagang-pedagang
yang mencari pasar dan melemparkan hasil hasil produksi yang selalu bertambah. Fenomena baru yang tidak
dapat dibendung kehadirannya yaitu terbentuknya alat produksi dan sistem kapitalis yang menghendaki
hapusnya masyarakat feodalisme. Kelas kaya baru ini (kelas borjuis) yang memiliki alat-alat produksi menempuh
segala cara untuk terbentuknya pasar bebas - yang menyangkut di dalamnya baik sektor buruh sistem kerja dan
penggajian - maupun ketentuan tarif pertukaran barang seperti yang diberlakukan dalam masyarakat feodalis.
Proses dialektika sejarah ini pada akhirnya membuktikan bahwa sistem masyarakat feodal memang tidak
mampu membendung lahirnya masyarakat kapitalis.
Keempat, masyarakat kapitalis, seperti telah disebutkan menghendaki kebebasan dalam mekanisme
perekonomian. Hubungan produksi dalam sistem didasarkan pada pemilikan individual(private
ownership) masing-masing orang terhadap alat-alat produksi. Kelas kapitalis mempekerjakan kaum buruh yang
terpaksa menjual tenaganya karena tidak memiliki pabrik dan alat produksi lainnya, maka dalam sistem kapitalis
terlihat adanya fenomena baru yaitu, hubungan produksi yang memungkinkan terus-menerus meningkatkan alat
produksi, caranya adalah memperbaharui pabrik-pabrik, modernisasi mesin-mesin dengan menggunakan tenaga
uap dan listrik. Akibat langsung dari sistem macam ini adalah kerja menjadi terspesialisasi, aktivitas persaingan
mencari pasaran hasil produksi menjadi tugas utama kaum kapitalis, sedang pada saat yang sama upah dan
kesejahteraan yang tidak kunjung datang menjadi dambaan kaum pekerja. Pada analisis selanjutnya, ditemukan
dua kelas dalam masyarakat yang kepentingannya saling bertentangan, kelas proletar dan kelas borjuis yang
mewakili kaum kapitalis pemilik alat produksi. Perbedaan kepentingan ini makin lama makin memuncak yang
artinya muncul apa yang disebut dengan pertentangan kelas. Perjuangan kelas dan pertentangan kelas berakhir
dengan terbentuknya masyarakat tanpa perbedaan kelas (classless society). Ciri utama masyarakat ini adalah
pemilikan yang sifatnya sosial terhadap alat-alat produksi.
Kelima, masyarakat sosialis - yang dipahami sebagai formulasi terakhir dari lima tahap perkembangan
sejarah Marx .adalah masyarakat dengan sistem pemilikan produksi yang disandarkan atas hak milik
sosial (social ownership). Hubungan produksi merupakan jalinan kerjasama dan saling membantu dari kaum
buruh yang berhasil melepaskan diri dari eksploitasi. Perbedaan mendasar dengan tahap-tahap perkembangan
sejarah masyarakat sebelumnya adalah, dalam masyarakat sosialis alat-alat produksi merupakan hasil olahan
dari kebudayaan manusia yang lebih tinggi. Sistem sosialis dirancang untuk memberi kebebasan bagi manusia
mencapai harkatnya tanpa penindasan. Dengan lain, kata sebuah sistem yang menginginkan hapusnya kelas-
kelas dalam masyarakat.[14]Dari uraian diatas, arah perkembangan sejarah bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh
perkembangan sarana sarana produksi material. Meskipun sarana sarana produksi tersebut buatan
manusia namun arah perkembangan sejarah tidak tergantung atas kehendak manusia, manusia memang
mengadakan sejarah tetapi manusia tidak bebas mengadakan sejarahnya. Sama halnya dengan materi sejarah
juga dideterminasi secara dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi
intern melalui suatu gerak spiral ke atas.[15]Menurut Marx sarana-sarana produksi menentukan produksi. Dengan hubungan produksi dimaksudkan
hubungan manusia yang satu dengan yang lain atas dasar kedudukannya dalam proses produksi. Ternyata
perubahan atau perkembangan sarana produksi membawa dampak terhadap perubahan produksi juga. Sebagai
contoh, hubungan produksi dalam sepeda motor ditepi jalan Ambarawa, berbeda dengan di bengkel mobil
seperti Raja Garda di jalan Surabaya : karena sarana produksi yang ada didalamnya memang berbeda.
Perbedaan sarana produksi dibengkel kecil dengan di bengkel besar membawa perbedaan hubungan
manusia pula di kedua bengkel tersebut. Menurut Marx hubungan produksi menentukan semua hubungan sosial
lainnya. Dan nyata-nyata sarana produksi itu bersama-sama dengan hubungan hubungan produksi
membentuk basis ekonomi yang justru membentuk bangunan di atasnya, yang meliputi unsur-unsur
institusional seperti kebudayaan, hukum, agama, dan ideology. Seluruh bangunan atas itu mencerminkan basis
ekonomi yang menjadi dasarnya.[16]Dalam pandangan Marx, seluruh arah perkembangan sejarah menuju pada hubungan-hubungan
produksi yang tidak lagi cocok dengan keadaan sarana produksi yang bersifat material itu.. dengan kata lain
dalam basis ekonomi akan timbul suatu pertentangan kontradiksi, karena ketidak cocokan hubungan-hubungan
produksi dengan sarana-sarana produksi. Oleh karena itu kontradiksi dalam basis ekonomi akan nampak juga
dalam bangunan atas . bagi Marx hal ini nampak dalam masyarakat industrialis kapitalistis di Eropa pada abad-
19. buktinya dalam masyarakat tersebut terdapak dua kelas yang bertentangan, yaitu kaum kapitalis yang
memiliki sarana produksi dan kaum buruh yang menjual tenaga kerjanya kepada kaum kapitalis. Dalam
masyarakat industrialis kapitalis itu kaum buruh telah terasing dari dirinya, dari pekerjaanya, dan sesamanya.
Keterasingan buruh menambah ketidak beresan dalam struktur masyarakat industrialis kapitalistis, dan hal itu
tidak akan mampu meredam permusuhan diatara kedua belah pihak tersebut. Dalam pandangan Marx
perjuangan kelas tidak dapat dihindari sampai menghasilkan suatu masyarakat tanpa kelas, dimana sarana
produksi menjadi milik bersama. Dengan kata lain perjuangan kelas mutlak dilakukan untuk menuju masyarakat
yang komunistis.[17]
[1] Penjelasan mengenai istilah ini tercemin dalam suatu dalal hegel yang terkenal : semua yang real bersifat
rasional dan semua yang rasional bersifat real. Maksudnya ialah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya
realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran atau “ide” yang memikirkan dirinya sendiri ( lihat : kristo,
irving. 2001. hal xvii)
[2] Lihat , http://jumbomadonna.multiply.com/Karl_Marx_dan_Pengaruh_Feuerbach
[3] Hartisekar, Markonis, op.cit., hal. 31
[4] Adisusilo,Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat. .(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.2007) hal 159.
[5] Ibid
[6] Hawton,Hector. Filsafat Yang menghibur. .(Yogyakarta: Ikon Teralitera.2003) hal 155-156.
[7] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160.
[8] Layuk, Judsriani. Makalah Materialisme histories.(Samarinda : Universitas mulawarman. 2007) hal 6-7
[9] Ramly, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Marx: Materialisme Dialektika & Materialisme Historis.
(Yogyakarta: LKIS, 2004) hal 131-132.
[10] Ramly, Andi Muawiyah, Op.cit.,hal.132-133
[11] Magnis-suseno, Franz, Op.cit., hal. 151.
[12] Hartisekar, Markonis, op.cit., hal. 31-32
[13] Ibid ., hal. 32-33
[14] Ramly, Andi Muawiyah, op. cit., hal.134-139
[15] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160
[16] Adisusilo,Sutarjo, op.cit., hal. 160-161
[17] Ibid., hal. 161
Share this article :
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Subscribe via RSS Feed
Your information will not be shared. Ever.
Enter your email.. Submit
Diposkan oleh ferdinan bashofi di 05:46
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Label: SEJARAH
0 KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR
posting lebih baru posting lama beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
RECENT POST
ARCHIVES