Upload
dangnhan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
Periode 2010-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
EKO SUNARWAN
NIM 1111046100047
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance yang diukur dengan Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-
Desember 2013. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Total sebanyak 30 bank, yaitu 10 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah yang ditentukan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Sedangkan variabel independen Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return on
Asset (ROA).
Kata kunci: Good Corporate Governance, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Dewan Pengawas
Syariah, Kinerja Keuangan , Return On Asset (ROA).
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
terurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun
khasanah dalam hidup ini yang telah menuntun umatnya dari alam kegelapan menuju
ke alam yang terang benderang.
Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN
SYARIAH (STUDI KASUS PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT
USAHA SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2013)” telah dapat penulis
selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-pihak
yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini. Sebagai bentuk penghargaan,
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syar iah dan
Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Bapak Ali Rama, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat demi
terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Dr. Alimin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak membantu penulis dalam hal akademik terkait penyelesaian studi.
6. Segenap dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu atas limpahan kasih sayang, doa dan
air mata serta dukungan yang tiada pernah berakhir untuk penulis walaupun
jarak memisahkan. Segala perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan
demi pendidikan penulis. Tercurah doa selalu untukmu Bapak dan Ibu.
8. Nenek dan kak Hendri atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada
penulis serta adik-adik tercinta adik Riyan, Adik Diana dan Adik Edi atas
keceriaan dan kebahagiaan yang tiada habisnya, rajin belajar dan gapailah cita-
cita kalian.
9. Teman-teman seperjuangan dari Luwu Timur Sulawesi Selatan yang tergabung
dalam HIPMAJA LUTIM atas dukungan dan hiburannya ditengah-tengah
kesibukan kuliah. Andhiny atas dukungan dan motivasinya yang sangat
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan perbankan syariah 2011, untuk kebersamaannya
selama ini. Semoga perjuangan kita selama ini akan berbuah manis dan suk ses
untuk kita semua.
11. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan
satu persatu.
Semoga Allah SWT dengan ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan
pahala yang berlipat ganda. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha
dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Penulis menyadari skripsi ini
viii
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk masyarakat luas dan
menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, 16 April 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................... 9
1. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9
2. Perumusan Masalah............................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 11
1. Tujuan Penelitian................................................................................... 11
2. Manfaat Penelitian................................................................................. 12
a. Bagi Perusahaan .............................................................................. 12
x
b. Bagi Institusi ................................................................................... 12
c. Bagi Peneliti .................................................................................... 13
d. Bagi Calon Investor......................................................................... 13
D. Sistematika Penulisan.................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 15
A. Agency Theory (Teori Keagenan) ............................................................... 15
B. Good Corporate Governance...................................................................... 17
1. Pengertian Good Corporate Governance.............................................. 17
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ....................................... 21
3. Tujuan Good Corporate Governance ................................................... 25
4. Manfaat Good Corporate Governance ................................................. 26
C. Corporate Governance pada Perbankan Syariah ........................................ 28
D. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance pada
Perbankan Syariah ....................................................................................... 33
E. Kinerja Keuangan........................................................................................ 35
F. Dewan Komisaris ........................................................................................ 38
G. Dewan Komisaris Independen .................................................................... 39
H. Dewan Direksi ............................................................................................. 41
I. Komite Audit ............................................................................................... 43
J. Dewan Pengawas Syariah ........................................................................... 47
K. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 50
L. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 56
xi
M. Hipotesis ...................................................................................................... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 58
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 58
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 58
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 59
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 60
1. Variabel Bebas (Independent Variable) ................................................ 61
a. Aktivitas Dewan Komisaris ............................................................ 61
b. Dewan Direksi ................................................................................. 62
c. Dewan Komisaris Independen ........................................................ 63
d. Komite Audit ................................................................................... 64
e. Dewan Pengawas Syariah ............................................................... 65
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)................................................. 66
a. Kinerja Keuangan............................................................................ 66
E. Metode Analisis Data .................................................................................. 67
1. Estimasi Model Data Panel ................................................................... 69
a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS) .............. 69
b. Metode Fixed Effect Model (FEM) ................................................. 70
c. Metode Random Effect Model (REM) ............................................ 70
2. Tahap Analisis Data .............................................................................. 72
a. Uji Chow ......................................................................................... 72
b. Uji Hausman.................................................................................... 73
xii
3. Uji Hipotesis.......................................................................................... 74
a. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................. 74
b. Uji F (Uji Simultan) ........................................................................ 75
c. Uji t (Uji Parsial) ............................................................................. 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 77
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................................ 77
1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................... 77
2. Deskripsi Sampel Penelitian.................................................................. 78
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian............................................................... 81
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 81
a. Variabel Independen ....................................................................... 83
b. Variabel Dependen .......................................................................... 86
C. Uji Pemilihan Model Regresi Panel ............................................................ 86
1. Uji Chow ......................................................................................... 86
2. Uji Hausman.................................................................................... 89
D. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 92
1. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih ........................................... 92
a. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 93
b. Uji F (Uji Simultan)................................................................... 95
c. Uji t (Uji Parsial) ....................................................................... 96
E. Analisis Regresi Berganda .......................................................................... 104
xiii
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 106
A. Kesimpulan.................................................................................................. 106
B. Implikasi ...................................................................................................... 107
C. Saran ............................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 110
LAMPIRAN ........................................................................................................... 115
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah............... 32
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................. 53
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel............................................................................. 80
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .................................................................................. 82
Tabel 4.3 Hasil Uji Metode Common Efect ............................................................ 87
Tabel 4.4 Hasil Uji Metode Fixed Effect................................................................. 88
Tabel 4.5 Hasil Uji Chow........................................................................................ 89
Tabel 4.6 Hasil Uji Metode Fixed Effect................................................................. 90
Tabel 4.7 Hasil Uji Metode Random Effect ............................................................ 91
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman .................................................................................. 92
Tabel 4.9 Hasil Uji Terpilih Metode Random Effect .............................................. 93
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2) ................................................................... 94
Tabel 4.11 Hasil Uji F (Uji Simultan)..................................................................... 95
Tabel 4.12 Hasil Uji t (Uji Parsial) ......................................................................... 97
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur/Organ Good Corporate Governance pada
Perbankan Syariah............................................................................. 33
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 56
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perkembangan Return On Asset (ROA) Perbankan Syariah ................. 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Bank Umum Syariah (BUS) ........................................ 115
Lampiran 2 Daftar Sampel Unit Usaha Syariah (UUS) .......................................... 115
Lampiran 3 Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah (BUS).......................... 117
Lampiran 4 Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah (UUS)............................ 119
Lampiran 5 Statistik Deskriptif ............................................................................... 123
Lampiran 6 Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Panel ........................................... 124
Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis............................................................................... 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir
tergolong pesat, khususnya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah. Dari data Bank Indonesia (BI),
tercatat aset perbankan syariah per Oktober 2013 meningkat menjadi Rp229,5 trilyun
. Bila ditotal dengan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah, maka aset
perbankan syariah mencapai Rp235,1 trilyun. Dengan peningkatan market share yang
juga mencapai 4,8% dan jumlah rekening 12 juta rekening atau 9,2% dari total
rekening perbankan nasional serta jumlah kantor mencapai 2.925 kantor. 1
Indonesia pernah mengalami krisis keuangan hebat pada tahun 1997 yang telah
merusak tatanan dan sendi-sendi perekonomian Indonesia khususnya dunia
perbankan. Hal ini mengakibatkan terjadi krisis perbankan terparah dalam sejarah
perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa krisis ekonomi hebat yang melanda
indonesia terjadi karena buruknya penerapan Good Corporate Governance di
Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Baird bahwa salah satu akar penyebab
timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan juga di berbagai negara Asia lainnya
adalah buruknya pelaksanaan Corporate Governance (tata kelola perusahaan) di
hampir semua perusahaan yang ada, baik perusahaan yang dimiliki pemerintah
1 Bank Indonesia,”Outlook Perbankan Syariah”,2013. h. 1.
2
(BUMN) maupun yang dimiliki pihak swasta.1 Dengan buruknya pelaksanaan
corporate governance, maka tingkat kepercayaan para pemilik modal menjadi turun
karena investasi yang mereka lakukan menjadi tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti
dengan tindakan penarikan atas investasi yang sudah ditanamkan, sementara investor
baru juga enggan untuk melakukan investasi.2
Melihat hal tersebut, mendorong Bank Indonesia sebagai Bank Sentral mulai
berbenah diri karena tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi di kemudian hari.
Oleh sebab itu, sejak awal januari 2004 Bank Indonesia telah memiliki sebuah
blueprint mengenai tatanan industri perbankan kedepan yang dinamakan Arsitektur
Perbankan Indonesia (API).3
Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-117/M-
MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara, dan telah disempurnakan
dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01
/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara menekankan kewajiban bagi Badan
Usaha Milik Negara untuk menerapkan Good Corporate Governance secara
1 Baird, M., The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial to the World
Economy as the Proper Governing of Countries, Paper. 2000. 2 Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”, Gelanggang
Mahasiswa, (Medan: Kampus Universitas Su matra Utara, 17 Desember 2005), h. 2. 3 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan
untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan pengembangan industri
perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka
membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
3
konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai
landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepenti-
ngan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta
nilai-nilai etika.
Bukti keseriusan pemerintah untuk meningkatkan penerapan Good Corporate
Governance dalam dunia perbankan juga dilakukan dengan menetapkan kebijakan
melalui Bank Indonesia yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
8/4/PBI/2006 dan disempurnakan dalam Peraturan Bank Indonesia No.
8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
Didalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, ditentukan
bahwa dalam melaksanakan usahanya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib
memenuhi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), prinsip
kehati-hatian dan pengelolaan risiko. Selain itu Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
diwajibkan pula untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah dan perlindungan
nasabah termasuk kewajiban untuk menjelaskan kepada Nasabah mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui Bank Syariah. Penerapan Good Corporate Governance dalam
perbankan syariah diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders).
4
Penilaian kinerja suatu entitas bisnis maupun manajemen bisnis dewasa ini
tidak hanya diukur dari aspek keuangan. Tanggung jawab keuangan yang
ditampakkan dengan ukuran moneter, akuntansi maupun rasio-rasio tertentu juga
harus dilengkapi dengan kinerja non-keuangan seperti penerapan good corporate
governance, pelaksanaan corporate social renponsibility dan sosially responsible
invesment yang memadai.4
Penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam dunia usaha di Indonesia
merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-perusahaan yang ada tidak terlindas oleh
persaingan global yang semakin keras. Prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate
Governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap
kinerja suatu perusahaan.5 Peran dan tuntutan investor serta kreditor asing mengenai
penerapan prinsip Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam
pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan.
Salah satu kasus masih lemahnya penerapan Corporate Governance di
Indonesia yaitu munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaan-
perusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik terutama investor
terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan PT Jamsostek atas
laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp 7 triliun, Hal tersebut terungkap
4 Dhaniel Syam dan Taufik Najda, “Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance
pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengembalian dan
Risiko Pembiayaan”. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan Vol.2 No. 1, April 2012, h. 195. 5 Tri Purwani,” Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan”, Majalah
Ilmiah Informat ika vo l. 1 No. 2 Universitas AKI, Mei 2010, h. 54.
5
dalam makalah presentasi Bahrullah Akbar, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan.
Bahrullah mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011
Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama, Jamsostek membentuk Dana
Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24 triliun yang tidak
sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Kedua, Jamsostek kehilangan potensi
iuran karena terdapat penerapan tarif program yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Ketiga, BPK menemukan Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi
bermasalah, yakni jaminan medium term notes. Adapun temuan keempat dari BPK
adalah masih terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil 5
investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh tempo dan
bunga deposito belum sepenuhnya memadai.6
Dengan melihat contoh kasus tersebut, sangat releven bila ditarik suatu
pertanyaan tentang efektifitas penerapan Corporate Governance. Good Corporate
Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi
ekonomis yang dapat membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat
dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan komisaris,
Dewan Direksi dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam paradigma ini, Dewan Komisaris berada pada posisi untuk
memastikan bahwa manajemen telah bekerja dengan benar demi kepentingan
perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para
6 Rustia Anastasya, diakses tanggal 10 februari 2015 dari http://investasi.kontan.co.id/news/bpk
- temukan – potensi penyimpangan-gcg-di-atas-rp7-triliun. 2012
6
pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Demikian
juga komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya
Good Corporate Governance.7 Ini menunjukan bahwa penerapan Good Corporate
Governance tidak hanya berakibat positif bagi pemegang saham, tetapi juga kepada
masyarakat.
Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi sangat
penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan
bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Penerapan
shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank
syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya
Dewan Pengawas Syariah (DPS).8 Keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam
struktur perbankan syariah mempunyai tugas utama untuk mengawasi jalannya
operasional bank syariah sehari-hari agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuan-
ketentuan syariat islam. Atau dengan kata lain DPS bertindak sebagai penyaring
pertama atas produk yang telah di fatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.9 Oleh
karena itu, perbankan syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang
7 Ekowati Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan
(Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009)”, (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011), h. 2. 8 Agustin Takarini, “Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate
Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”,
(Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah jakarta. 2014), h. 3. 9 Antonio, M.S,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h.
25.
7
berlandaskan syariat islam diharapkan menjadi uswah hasanah dalam penerapan
Good Corporate Governance. Bank-bank syariah harus berada di garis terdepan
dalam implementasi Good Corporate Governance.10
Penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan syariah dapat
membantu bank syariah meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik,
meningkatkan akurasi penilaian bank, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
bisnis, dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, product,
dan services.11 Sehingga dengan menerapkan Good Corporate Governance secara
tepat dapat mendorong bank syariah untuk lebih maju dan dapat bersaing dengan
perusahaan lain di era global ini.
Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah bermacam-
macam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya tergantung pada
aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan, pemasaran, sumber daya
manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya. Kinerja keuangan adalah salah satu tolak
ukur dalam menilai suatu perusahaan, kondisi keuangan yang bagus cenderung
menarik perhatian investor, Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan
sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. 12 Laporan keuangan
menunjukkan posisi keuangan dan juga indikator kinerja perusahaan. Namun tidak
10
Ari Wibowo,”Membangun Perbankan Syariah Menuju Good Corporate Governance ,”
diakses pada tanggal 4 november 2014 dari http//www.pesantren.uii.ac.id, h. 7. 11
Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate
Governance, dalam Hesel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan
Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, (Yogyakarta: Balairung & Co., 2003), h.
112. 12
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry . Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh,
(T.tp., Binarupa Aksara. 1995).
8
semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan benar. Dalam perusahaan yang
tata kelolanya kurang baik, bisa terjadi kondisi dimana informasi dalam laporan
keuangan tidak sesuai dengan fakta dilapangan.
Penelitian mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance
terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Bukhori
(2012). Kinerja perusahaan diukur menggunakan Cash Flow Return On Asset
(CFROA), dengan sampel sebanyak 160 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga variabel
independen, yaitu Dewan Direksi, Dewan Komisaris, serta Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Danang (2013) melakukan penelitian mengenai analisis penerapan Good
Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan
indikator dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur
dengan Tobin’s Q. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2012.
Sementara Widagdo (2014) melakukan penelitian yang serupa untuk menguji
pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur
dengan Earning Per Share. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
non-financial yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa independensi komite audit, independensi dewan komisaris,
9
kepemilikan manajerial, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini hanya ukuran
dewan komisaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengaruh dari masing-masing dewan sebagai struktur atau organ dalam
mewujudkan Good Corporate Governance terhadap kinerja suatu perusahaan masih
beragam. Sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung penelitian yang
sudah ada. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan Good Corporate Governance
di perbankan syariah sehingga menambahkan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah
satu indikator Good Corporate Governance.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menarik untuk diteliti sejauh mana
tingkat keberhasilan perbankan syariah dalam menerapkan Good Corporate
Governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perbankan syariah. Penulis merasa
tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: Pengaruh Good Corporate Governance
(GCG) terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
akan membatasi permasalahan yang akan diteliti pada Pengaruh Good
Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
10
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
Tahun 2010-2013), diantaranya adalah:
a. Data Good Corporate Governance (GCG) yang digunakan
merupakan data dari laporan Good Corporate Governance (GCG)
seluruh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun
2010 sampai dengan 2013. Yang mana indikatornya adalah jumlah
rapat dewan komisaris, jumlah dewan direksi, persentase jumlah
dewan komisaris independen, jumlah komite audit dan jumlah rapat
dewan pengawas syariah.
b. Data kinerja keuangan yang digunakan merupakan data dari laporan
tahunan seeluruh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
pada tahun 2010 sampai dengan 2013. Yang mana indikatornya
adalah Return on Asset (ROA).
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Dewan Direksi terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia?
11
4. Bagaimana pengaruh Komite Audit terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia?
6. Bagaimana pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah
secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui
secara empiris pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah:
1. Untuk menganalisis pengaruh aktivitas Dewan Komisaris terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh Dewan Direksi terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh Dewan Komisaris Independen
terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh Komite Audit terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia.
12
5. Untuk menganalisis pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia
6. Untuk menganalisis pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi,
Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas
Syariah secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai acuan perusahaan untuk lebih meningkatkan fungsi dan
kemandirian dari masing-masing organ corporate perusahaan yaitu
Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas
Syariah sehingga dapat meningkatkan kualitas Good Corporate
Governance demi meningkatkan kinerja keuangan khususnya perusahaan
yang bergerak di sektor perbankan berbasis syariah.
b. Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan diharapkan
dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai praktik Good Corporate Governance berkaitan dengan kinerja
perusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa
yang akan datang.
13
c. Bagi Peneliti
Dengan melakukan Penelitian ini, penulis memperoleh pengalaman
dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja
keuangan perbankan khususnya perbankan syariah.
d. Bagi Calon Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
dan tambahan informasi kepada investor mengenai kinerja keuangan
perusahaan dengan melihat penerapan Good Corporate Governance
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk
melakukan keputusan investasi pada perusahaan secara tepat dan
menguntungkan di masa yang akan datang.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan disajikan teori terkait Good Corporate Governance (GCG)
dan kinerja keuangan perbankan syariah.
14
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, metode analisis data, penjelasan mengenai operasional
variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi data penelitian mengenai pengaruh Good Corporate
Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2013.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agency Theory (Teori Keagenan)
Sebenarnya konsep Corporate Governance bukanlah sesuatu yang baru, karena
konsep ini telah ada dan berkembang sejak konsep korporasi mulai diperkenalkan di
Inggris di sekitar pertengahan abad XIX.1 Teori korporasi pertama yang dikatakan
sebagai teori induk dari berbagai teori mengenai korporasi adalah Equity Theory.
Teori ini kemudian menurunkan berbagai teori lainnya, antara lain Entity Theory
yang kemudian menurunkan pula Agency Theory yang menjelaskan bagaimana
hubungan kontraktual antara pihak pemilik perusahaan (principal) yang
mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu guna meningkatkan
kesejahteraannya dengan pihak manajemen/pengelola (agent) yang menerima
pendelegasian tersebut. Agency Theory inilah yang kemudian memberikan landasan
model teoritis yang sangat berpengaruh terhadap konsep Good Corporate
Governance di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Kemudian konsep ini menjadi
sangat populer dan bahkan dapat dikatakan telah menjadi isu sentral bagi kalangan
pelaku usaha, pemerintah dan juga pihak-pihak lainnya.2
Meskipun konsep Corporate Governance telah muncul bersamaan dengan
konsep korporasi, namun kesadaran terhadap pentingnya konsep ini baru berkembang
1 Solomon, J., and Solomon, A. “Corporate Governance and Accountability”, John Wiley &
Sons, Ltd, 2004. 2 Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. Gelanggang
Mahasiswa, (Medan: Kampus USU, 17 Desember 2005), h. 6.
16
secara cepat dalam tahun-tahun belakangan ini. Di awal tahun 1990an di Amerika
Serikat mulai muncul berbagai inisiatif guna merealisasikan dan mengembangkan
konsep ini yang ditandai dengan dipublikasikannya berbagai prinsip good corporate
governance oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
dan diikuti pula penyebarannya bekerjasama dengan Bank Dunia.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Jensen dan Meckling menyatakan bahwa
hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
(principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan
agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost). Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan
teori agensi. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. 1Dengan demikian terdapat dua
kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendaki.2 Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
1 Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling . “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. 3. 1976, h. 305-360. 2 Ali Irfan.”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”. (Lintasan
Ekonomi Vol. XIX. No.2. Ju li 2002).
17
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia
akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.3
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan
kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah
mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah
ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer.4 Dengan kata lain Corporate Gover-nance diharapkan dapat berfungsi
untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
B. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury
Report. Laporan ini menandakan pula sebagai titik balik yang menentukan bagi
praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Dalam Cadbury Report yang
3 Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis
S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. 2004. 4 Shleifer, A. dan R.W. Vishny. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol.52.
No.2. Juni1997, h.737-783.
18
dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi
untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Corporate governance
merupakan seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para
pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan
dengan hak-hak dan tanggungjawab mereka.5
Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai diperkenalkan
pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG). KNKG mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada tahun
2006. Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat
pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan
pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan tahunannya. Hal
ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan prinsip good corporate
governance.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
5 Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju, bagian ketiga,
2007), h. 53.
19
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan
Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders).6
Sementara Corporate Governance menurut Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) adalah struktur yang mengatur para
pemegang saham, komisaris dan manager dalam menyusun tujuan-tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta mengawasi
kinerja.
Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem tata kelola
perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam
kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk
meninngkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Jika pelaksanaan Good Corporate Governance
tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seluruh proses aktivitas
perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan
6 Sony Devano, dan Sit i Kurni Rahayu, “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, (Jakarta:
Cetakan Pertama, 2006), h. 34.
20
kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial
akan juga turut membaik.7
Berdasarkan pengertian diatas, Corporate Governance didefinisikan
sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan
utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya
melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang
saham dalam jangka panjang.8
Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang
berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan
unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal
perusahaan).
Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu
diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan.
Jika kinerja Corporate Governance internal perusahaan baik maka kinerja
perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance
internal perusahaan menurut Kresnohadi adalah Pemegang Saham, Direksi,
Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan, Sistem dan Komite Audit. 9
7 Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”, Boston
Accounting Research Colloquium 15th, Desember, 2004 8 Muh. Arief Effendi, ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 1. 9 Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan
Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 9.
21
Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu
dibutuhkan atau diperlukan diluar perusahaan dan mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate
Governance eksternal perusahaan menurut Kresnohadi adalah kecukupan
undang-undang dan perangkat hukum, Investor, institusi penyedia informasi,
akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan,
pemberi pinjaman dan pengesah legalitas.10
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Konsep Good Corporate Governance baru populer di Asia. Konsep ini
relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep Good Corporate Governance
baru dikenal di Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung
dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan
Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
menawarkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator utama dari good corporate
governance. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: Fairness, Transparency,
Accountability, dan Responsibility. Keempat prinsip tersebut penting karena
penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
10
Ariyoto Kresnohadi,”Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan
Lingkungan Usaha”, (Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000), h. 10.
22
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan.11
a. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin
adanya perlakuan adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya
terhadap stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama terhadap
pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya memiliki
sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang saham minoritas)
dan pemegang saham asing yang secara otomatis memiliki akses dan
kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang
mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut diharapkan semua
peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis.
b. Disclosure/Transparency (Transparasi)
Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan
transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para
pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam
11
Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”,
(Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. 2006), h. 2.
23
pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam
perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat
waktu mengenai perusahaan.
c. Accountability (Akuntabilitas)
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana
secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description
yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi- fungsi dasar
setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan
kewajibannya, fungsi dan tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam
setiap kebijakan perusahaan. Corporate Governance harus menjamin
perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham
minoritas dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran
direksi.
Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan
fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab antara pemegang
saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan adanya kejelasan maka
perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturaan
kepentingan peran).12
d. Responsibility (Responsibilitas)
12
Mas Ahmad Dariri, “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
Indonesia”, (Jakarta : Ray Indonesia, 2005), h. 10.
24
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban
perusahaan kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan
agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance dapat
direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai
pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah,
asosiasi bisnis, dan sebagainya.
Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban
perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku,
termasuk juga prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan
penyampaian laporan keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan
ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang
jelas dan tegas. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum
sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari
masyarakat.13
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
117/M-MBU/2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu
prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian (Independence). Prinsip ini
13
Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”.( Medan:
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 17 Desember 2005) h. 13.
25
diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
3. Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good
Corporate Governance mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam tujuan
utama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing
organ perusahaan yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum
pemegang saham (RUPS).
c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosia l
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama disekitar perusahaan.
26
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dan
berkesinambungan.
4. Manfaat Good Corporate Governance
Dengan penerapan Corporate Governance, tidak hanya kepentingan para
investor saja yang dilindungi melainkan juga akan dapat mendatangkan banyak
manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan juga pihak-pihak lain yang
mempunyai hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung dengan
perusahaan.
Berbagai manfaat yang diperoleh dengan penerapan Corporate
Governance dapat disebut antara lain:14
a. Dengan Good Corporate Governance proses pengambilan
keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan
menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan
efisiensi setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga ha l
ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja
14
Azhar Maksum, “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”. (Medan:
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 17 Desember 2005), h. 8.
27
perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami
peningkatan.
b. Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya
atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan tindakan
penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam mengelola
perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian
bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebaga i
akibat dari tindakan tersebut.
c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat
dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola
perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan
investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan
mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbaga i
keperluan perusahaan terutama untuk tujuan ekspansi.
d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja perusahaan
dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan
juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini
juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dar i
sektor pajak.
e. Karena dalam praktik Good Corporate Governance, karyawan
ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya
28
dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan
kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini
dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan
produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap
perusahaan.
f. Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen
akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan
keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan.
C. Corporate Governance pada Perbankan Syariah
Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di
Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk perbankan
syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka
penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syariah menjadi
sebuah keharusan yang tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil
sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance
tersebut.
Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board), sebuah Badan
Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam yang
berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009 mengekspose draft Good Corporate
29
Governance untuk Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan pedoman
pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau
yang lebih dikenal dengan istilah Sharia Governance.
Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate
Governance dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis15 karena
permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan
bank konvensional, yaitu:
a. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah
(shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan
Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam
governance structure perbankan syariah.
b. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi
perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat
relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan
transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya,
permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme
Good Corporate Governance menjadi masalah strategis yang harus pula
mendapat perhatian bank syariah.
15 Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek ”.
(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 100.
30
c. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya
melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami
menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.
Konsep Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic
Financial Service Board) yang sering disebut dengan Shari’ah Governance sebagian
besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance
konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance syariah dan
konvensional hanya terletak pada syariah compliance yaitu kepatuhan pada syariah.
Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan
merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan Good Corporate
Governance konvensional.16
IFSB menjelaskan tentang definisi Sharia Governance sebagai berikut:17
Sistem Shari’ah Governance merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan
dan organisasi dimana lembaga keuangan syariah dapat memastikan bahwa terdapat
pandangan independen tentang kepatuhan syariah melalui proses penerbitan fatwa
syariah yang releven, penyebaran informasi fatwa dan review internal kepatuhan
syariah.
16
Siti Maria Wardayati,”Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan Kepercayaan
Bank Syariah”, (Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011), h. 4. 17
Islamic Financial Services Board,”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for
Institutions Offering Islamic Financial Services”, December 2009, h. 1.
31
Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam sistem
Shari’ah Governance terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi menurut IFSB
adalah sebagai berikut:18
a. Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven
Pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang
berkenaan dengan hukum yang menyinggung isu- isu mengenai keuangan
islam yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat.
Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi
syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.
b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang
telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah
untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat
operasional dan transaksi sehari-hari.
c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk
memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal,
serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicata t dan
dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.
d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang
berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah
dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat
oleh Dewan Pengawas Syariah.
18
Islamic Financial Serv ices Board, h. 2.
32
Ilustrasi mengenai sistem shari’ah Governance di lembaga keuangan syariah
dan perbedaannya dengan lembaga keuangan konvensional dilihat dari pihak yang
menjalankan tata kelola, kontrol dan kepatuhannya adalah sebagai berikut:19
Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah
Fungsi Konvensional Syariah
Tata Kelola Dewan Direksi Dewan Syariah
Kontrol Auditor internal
Auditor eksternal
Unit Review Syariah Internal
Unit Review Syariah Eksternal
Kepatuhan Unit Aturan dan
Kepatuhan Keuangan
Unit Kepatuhan Syariah Internal
Sumber: Islamic Financial Services Board 2010.
Konsep shari’ah governance merupakan sistem tata kelola yang unik dan
ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan kepatuhan
syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen penting yang
membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya adalah sejumlah
pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk Dewan Syariah, Unit
Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit Kepatuhan Syariah Internal untuk
memenuhi aspek kepatuhan syariah pada seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi
lembaga keuangan syariah.20
19
Islamic Financial Serv ices Board, h. 4. 20
Ali Rama,”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan Syariah:
Studi Kasus Negara ASEAN”, (Laporan Penelit ian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan
Lembaga Penelit ian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 4.
33
Gambar 2.1
Struktur/Organ Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah
D.
Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013
D. Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance
Dalam konteks bisnis syariah, pelaksanaan Good Corporate Governance
merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. Dengan
menimbang kepentingan tersebut, maka konsep Good Corporate Governance syariah
sebagaimana dimuat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Good Corporate Governance yang
selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-
Struktur/ Organ RUPS
Dewan Pengawas
Syariah Direksi Dewan Komisaris
Komite
Struktur/ Organ
Pendukung
Hubungan Investor
CSR
Corporate Value
Communication
Corporate Secretary
SKAI
Manajemen Risiko
Compliance
Komite Remunerasi &
Nominasi
Komite Pemantau
Risiko
Komite Audit
34
prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accuntability), pertanggung-
jawaban (responsibility), profesional (professional) dan kewajaran (fairness)
Kemudian dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa dalam rangka menerapkan
kelima prinsip dasar tersebut, bank wajib berpedoman pada berbagai ketentuan dan
persyaratan yang terkait dengan pelaksanaan Good Corporate Governance. Selain itu
dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, perbankan syariah juga harus
memenuhi prinsip syariah (sharia compliance).
Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan Good Corporate
Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah paling
kurang harus diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi,
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang
menjalankan pengendalian intern BUS,
c. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah,
d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern,
e. Batas maksimum penyaluran dana, dan
f. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS.
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Unit Usaha Syariah paling
kurang harus diwujudkan dalam:
35
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direktur Unit Usaha Syariah,
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah,
c. Penyaluran dana kepada nasabah pembiayaan inti dan penyimpanan dana
oleh deposan inti, dan
d. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Unit Usaha Syariah.
E. Kinerja Keuangan
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar
untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah
laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi
seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan,21 sehingga laba yang
tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai
nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash
Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan
oleh perusahaan.22 Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu
pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan
untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran
21
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh,
(Binarupa Aksara. 1995). 22
Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan . Pengaruh Economic Value Added, Residual Income,
Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6,
No. 2, November. 2004.
36
kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham. 23 Laporan
keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari
proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses
penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.
Menurut Theresia24 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk
mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya.
Bryshaw dan Eldin (1989) menemukan bukti bahwa alasan manajemen
melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi manajemen yang
dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang
dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan
intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara
langsung.25 Cornett et al., menemukan adanya pengaruh mekanisme Corporate
Governance terhadap penurunan discretionary accru-als sebagai ukuran dari
manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan
sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme
corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi
23
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate
Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 24
Theresia Dwi Hastuti. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yangLlisting di Bursa Efek
Jakarta)”. (Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005), h. 242. 25
Ekowat i Dyah Lestari, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan
(Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2009)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. 2011), h. 15.
37
dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang
dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya. 26
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor- faktor fundamental
perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan
akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh
pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham.
Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi
kinerja saham.27
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio Return On Assets (ROA)
sebagai dasar pengukuran kinerja finansial keuangan. Return On Assets adalah rasio
laba setelah pajak dalam satu tahun terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam
periode yang sama. Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva yang diukur
dengan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aset. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan secara
keseluruhan.28 Rasio ini dirumuskan dengan:
Return On Assets (ROA) = Laba Setelah Pajak
Total Aktiva x 100%
26
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management, Corporate
Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 27
Haris Wibisono, Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. (Tesis
S2. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang, 2004). 28
Brigham dan Houston,”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar Manaje-men
Keuangan”, Edisi Sepuluh Jilid I, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h.115.
38
F. Dewan Komisaris
Sesuai Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan
Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Dewan Komisaris senantiasa melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya secara profesional dan independen dengan berpedoman
pada tata kelola perusahaan yang baik.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan,
memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Vafeas mengatakan bahwa selain
kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi
monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan
komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. 29
Dalam rangka menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan rapat-rapat
rutin untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009 pasal 14, rapat Dewan
Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang satu kali dalam dua bulan dan
dihadiri paling kurang dua pertiga dari jumlah anggota Dewan Komisaris.
Rapat Dewan Komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi antar
anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas
manajemen. Dalam rapat tersebut akan dibahas masalah mengenai arah dan strategi
29
Vafeas, N. and Afxentiou, Z. “The Association Between the SEC’s 1992 Compensation
Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes”. (Journal of Accounting and Public
Policy 17(1), 1998), h. 27-54.
39
perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen,
dan mengatasi masalah benturan kepentingan.30 Oleh karena itu semakin sering
dewan komisaris mengadakan rapat, diharapkan pengawasan yang dilakukan oleh
dewan komisaris semakin baik dan semakin membantu dewan direksi dalam
pengambilan keputusan secara tepat. Dengan demikian, kinerja perusahaan pun
semakin meningkat. Hipotesis yang ditawarkan dalam penelitian ini yaitu:
H1 : Aktivitas (rapat) dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
G. Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah yang dimaksud
Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki:31
1. hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota Dewan
Komisaris dan/atau anggota Direksi; atau
2. hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan Bank,
sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bertindak independen.
30
Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). Tata Kelola Perusahaan (Corporate
governance). The Essence of Good Corporate governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan
Publik dan Korporasi Indonesia . Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy
Communicat ion. Jakarta, 2002. 31
PBI Nomor 11/ 33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, pasal 1 ayat (9).
40
Fama dan Jensen menyatakan bahwa non-executive director (komisaris
independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi
diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta
memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good
corporate governance.32
Wallace dan Peter memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki
proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside
director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika anggota
dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan
berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accruals.33
Dewan komisaris independen anggotanya tidak berasal dari dewan direksi
ataupun pemegang saham. Karena dewan komisaris independen berfungsi sebagai
pemisah kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Proporsi
minimum dewan komisaris independen adalah 30% dari keanggotaan dewan
komisaris. Dewan komisaris independen diangkat melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).34 Proporsi dewan komisaris dalam suatu perusahaan mempengaruhi
fungsi pengawasan terhadap pengambilan kebijakan perusahaan. Semakin tinggi
32
Fama, E. F. and M. Jensen . 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law
and Economics, 26(2), h. 301-326. 33
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. “Earnings Management, Corporate
Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006 34
Dominukus Oktavianto Kresno Widagdo, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan”,(Diponegoro Juornal of Accounting, volume 3, Semarang, 2014), h. 2.
41
proporsi dewan komisaris independen, maka semakin baik pula fungsi pengawasan
dalam perusahaan. Oleh karenanya, komposisi dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap pelaksanaan Corporate Governance dalam perusahaan. Dalam
penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.
H. Dewan Direksi
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan
diambil atau starategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka
panjang. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang
resources dependence (Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994).35 Maksud dari pandangan
resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya
untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik.
Agar tercipta corporate governance yang efektif pada perbankan syariah maka,
angota Dewan Direksi harus memiliki reputasi moral yang baik dan kompetensi
teknis yang mendukung. Selain itu mereka juga harus memiliki kesadaran yang penuh
terhadap segala risiko, memiliki kemampuan untuk mengelo la resiko seiring dengan
kompleksitas bisnis perbankan. Dewan Direksi bertanggung jawab atas beberapa
fungsi manajemen tanpa harus terlibat secara langsung dalam operasionalisasi
manajemen bank, sehingga ia harus memiliki agenda pertemuan rutin dengan seluruh
35
Ekowat i Dyah Lestari, “Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan
(studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2007-2009)”.
(Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang. 2011), h. 19.
42
komponen perusahaan, serta memiliki fungsi kontrol yang efektif. Dewan Direksi
memiliki fungsi utama dalam manajemen, yakni menetapkan tujuan strategik dan
prinsip-prinsip yang akan dijadikan sebagai acuan operasional bank. Selain itu ia juga
berperan dalam menetapkan kode etik bagi senior manajemen dan standar operasional
yang akan menjadi budaya kerja perusahaan.36
Kerugian dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan dua hal, yaitu:
meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi dengan semakin
meningkatnya jumlah dewan dan turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan
manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari
pemisahan antara manajemen dan kontrol (Yenmack, 1996). 37
Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan positif antara ukuran dewan
dengan kinerja perusahaan, sedangkan Eisenberg et al. (1998) menyatakan bahwa ada
hubungan negatif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, dengan
menggunakan sampel perusahaan di Finlandia. Jadi, dewan merupakan salah satu
mekanisme yang sangat penting dalam Corporate Governance, dimana
keberadaannya menentukan kinerja perusahaan. 38 Bukti yang menyatakan efektifitas
ukuran dewan masih berbaur. Dari hasil yang masih belum konklusif tersebut dapat
dikatakan bahwa pengaruh ukuran direksi terhadap kinerja perusahaan akan
36 M.Umer Chapra Dan Habib Ahmed, “Corporate Governance; Lembaga Keuangan Syariah”,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 42. 37
Ekowat i Dyah Lestari, h. 20. 38
Alina Addiyah, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-
2012),” (Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2014), h.57.
43
tergantung dari karakteristik dari masing-masing perusahaan terkait. Kaitan tersebut
terutama dengan karakteristik perusahaan secara keuangan. Efektifitas direksi dalam
mengahasilkan kinerja akan berbeda bagi perusahaan yang sehat secara keuangan
dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dalam masalah keuangan.
Mengingat fungsi dewan direksi, maka penelitian ini merumuskan hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
H3 : ukuran jumlah Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
I. Komite Audit
Komite Audit harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan
Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan
diubah terakhir berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009 tanggal
7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Persyaratan tersebut adalah anggota Komite
Audit paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen, seorang pihak
independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan dan seorang dari
pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah.
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan. Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang
44
diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem
pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan
tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor
eksternal, dan auditor internal.39 Adanya komunikasi formal antara komite audit,
auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan
eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan
meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan.40
Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite
audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu
mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Peran komite audit sangat
penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu
informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk
menilai perusahaan. Investor sebagai pihak luar perusahaan tidak dapat mengamati
secara langsung kualitas sistem informasi perusahaan. 41 Oleh karena itu, persepsi
mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi penilaian investor terhadap
kualitas laba perusahaan.
39
Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. “Board Characteristics, Audit Committee
Characteristics and Abnormal Accruals”. Working Paper. Unitec New Zealand dan National
University of Singapore. 2004. 40
Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillan, S.T. Board of Directors, Audit Committees, and the
Information Content of Earnings. Working Papers, September 2003. 41
Teoh, S. H. dan Wong, T. J., “Perceived Auditor Quality and the Earnings Responses
Coefficient”. (Journal Accounting Review. Vol. 66, No.2, 1993), h. 346-366.
45
Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang,
yaitu:42
1. laporan keuangan (financial reporting), yaitu untuk memastikan bahwa
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan
gambaran yang sebenarnya tentang kpondisi keuangan, hasil usahanya
serta rencana dan komitmen jangka panjang.
2. Tata kelola perusahaan (corporate governance), adalah untuk memastikan
bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku, melaksanakan tugasnya dengan beretika,
melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan
kepentingan dan kesurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan perusahaan (corporate control). Tanggung jawab komite
audit untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya pemahaman
tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan
sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus
meliputi pemerikasaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas
sistem pengawasan intern.
Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk
42
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, “Penerapan Good Corporate Governance
(Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha)”, (Jakarta: Kencana, 2008), h, 148.
46
audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan
manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan
dan melakukan pengawasan pada audit eksternal.43
Penelitian yang meneliti pengaruh karakteristik komite audit, yaitu
independensi dan keahlian yang dimiliki anggota komite audit. Klien44 menguji
apakah komite audit dan karakteristik dewan komisaris berhubungan dengan
manajemen laba. Temuan membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara
komite audit independen dan akrual tidak normal. Hasil ini menunjukkan bahwa
struktur dewan yang independen terhadap CEO efektif dalam memonitor proses
pelaporan akuntansi keuangan perusahaan. Klien menjelaskan bahwa komite audit
bertugas sebagai penengah dua pihak untuk menimbang dan sebagai penghubung
pandangan yang berbeda antara manjamen dan auditor untuk mencapai keseimbangan
akhir sehingga laporan lebih akurat.
Semakin banyak jumlah komite audit independen dalam perusahaan, maka
semakin baik fungsi pengawasan yang dilakukan. Termasuk pengawasan pelaksanaan
Corporate Governance dalam perusahaan. Maka, independensi komite audit masuk
kedalam faktor penting yang mempengaruhi pelaksanaan Corporate Governance
dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
43
Hamonangan Siallagan dan Mas’ud Machfoedz. “Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, (Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006), h. 7. 44
Klien, A. Audit Committee, Board of Director Caracteristics and Earnings Management.
(Journal Accounting and Economics (33), 2002), h. 375-400.
47
H4: ukuran jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
J. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan istilah umum yang digunakan di
Indonesia untuk menyebut institusi pengawasan internal syariah di bank syariah.
Beberapa negara menyebut DPS sebagai Shari’a Supersory Board (SSB), atau
Shari’a Committee, atau Shari’a Council.
Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi sangat
penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan
bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah compliance. Penerapan
shariah compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank
syariah. Salah satu turunan dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya
Dewan Pengawas Syariah (DPS).45
Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau hakim khusus
dalam fiqh muamalat (Fiqh al-Muamalat). Namun, DPS bisa juga anggota diluar ahli
fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan islam dan fiqh muamalat.
Dewan Pengawas Syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan
45
Agustin Takarini, “Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate
Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Periode 2010-2012”,
(Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah jakarta. 2014), h. 3.
48
mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka
mematuhi aturan dan prinsip syariat islam.46
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) mengacu pada
Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pemenuhan prinsip syariah Bank
Umum Syariah.
Didalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas
Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
2. memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan
Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
3. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa Bank;
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
46
Sofyan Syafri Harahap,”Auditing dalam Perspektif Islam”, (Jakarta: Pustaka Quantum,
2002), h. 207.
49
6. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan
fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia;
Sebagaimana diatur dalam PBI No. 6/24/PBI/2004, mekanisme kerja Dewan
Pengawas Syariah dijelaskan sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah
yang berada dibawah pengawasannya.
2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan
syarriah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan kepada Dewan
Syariah Nasional.
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasi kepada Dewan Syariah Nasional sekurang-
kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.
4. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pemba-
hasan Dewan Syariah Nasional.
Dalam perbankan syariah, kedudukan Dewan Pengawas Syariah sejajar dengan
Dewan Komisaris. Tujuan dari peletakan sejajar dengan Dewan Komisaris adalah
dengan maksud untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh
Dewan Pengawas Syariah kepada bank yang bersangkutan. Dewan Komisaris
bertugas untuk melakukan pengawasan internal bank agar Dewan Direksi tetap
mengikuti kebijakan perseroan dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan Dewan
50
Pengawas Syariah bertugas melakukan pengawasan internal bank agar operasional
bank syariah yang berasangkutan sesuai dengan nilai-nilai syariah.47
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009 pasal 49 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang satu
kali dalam satu bulan dan pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah
dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H5 : Aktivitas (rapat) Dewan Pengawas Syariah berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perbankan.
K. Penelitian Terdahulu
Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan
dengan peneliti terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas. Terdapat
beberapa penelitian yang telah membahas pengaruh Good Corporate Governance
(GCG) terhadap kinerja keuangan. Diantaranya sebagai berikut:
1. Devi Nurbayani meneliti pengaruh penerapan Good Corporate
Governance dan Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2010. Dengan indikator Earning management, dewan komisaris, dewan
direksi, komite audit, tobin’s Q. Disimpulkan bahwa earning
47
Siti Nurhasanah,”Kinerja pengawasan DPS dalam implementasi GCG di Bank Syariah”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 24.
51
management, dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan tobin’s q, sementara
kepemilikan saham dan komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat nilai perusahaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dini Ratnasari dengan judul Pengaruh
Penerapan Peran Internal Auditor dan Dewan Pengawas Syariah dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kualitas
Pelaporan Keuangan Bank Syariah (Studi Empiris Pada Bank Umum
Syariah di Jakarta). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
tahun 2011. Dengan indikator Internal Auditor, Dewan Pengawas Syariah
(DPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel internal auditor dan
DPS berpengaruh signifikan positif terhadap GCG dan variabel GCG
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan bank
syariah, sedangkan variabel internal auditor dan DPS tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan bank syariah.
3. Widagdo meneliti pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja
perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Financial yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang tahun 2014. Dengan indikator Dewan Komisaris,
Kepemilikan Manajerial, Komite Audit dan kinerja keuangan diukur
dengan Earning Per Share (EPS). Dengan metode analisis yang
digunakan adalah regresi linear berganda disimpulkan bahwa variabel
52
independensi komite audit, independensi dewan komisaris, kepemilikan
manajerial, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari penelitian ini hanya
ukuran dewan komisaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
4. Siti Nurlaila meneliti pengaruh Good Corporate Governance dan
Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
Dengan indikator Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite
Audit, ukuran perusahaan,kualitas audit dan Intellectu-al Capital. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dewan direksi dan pengungkapan
Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.
Sementara dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
5. Gabriel dan Fidelis meneliti pengaruh penerapan corporate governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan hasil survei The Indonesian
Institute Perception Governance (IICG) periode 2008-2011, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya tahun 2013. Dengan indikator
Corporate Governance Perception Index (CGPI), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Metode analisis yang
digunakan adalah Regresi linear berganda. Penerapan Corporate
53
Governance diukur dengan skor CGPI. Kinerja keuangan diukur dengan
ROA, ROE dan Tobin’s Q. Regresi menunjukkan tidak ada pengeruh
signifikan antara variabel independen GCG terhadap kinerja keuangan
yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q, sedangkan jika diukur dengan
ROE memiliki pengaruh signifikan.
Tabel 2.2
Ringkasan penelitian terdahulu
No.
Nama penulis /
Judul Skripsi,
jurnal / Tahun
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Analisis
Perbedaan
dengan Penulis
1. Din i Ratnasari /
Pengaruh
Penerapan Peran
Internal Auditor
dan Dewan
Pengawas
Syariah dalam
Mewujudk an
Good Corporate
Governance
(GCG) terhadap
Kualitas
Pelaporan
Keuangan Bank
Syariah (Studi
Empiris Pada
Bank Umum
Syariah di
Jakarta). Skripsi
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN
Jakarta / 2011
Good
Corporate
Governan-
ce, Internal
Auditor,
Dewan
Pengawas
Syariah
(DPS)
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
analisis
jalur (path
Analysis)
variabel internal auditor
dan DPS berpengaruh
signifikan positif
terhadap GCG dan
variabel GCG
berpengaruh signifikan
positif terhadap kualitas
pelaporan keuangan
bank syariah, sedangkan
variabel internal auditor
dan DPS t idak
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas
pelaporan keuangan
bank syariah
Penulis meneliti
tentang
pengaruh GCG
terhadap kinerja
keuangan
perbankan
syariah. Metode
analisis yang
digunakan yaitu
regresi linear
berganda
2. Devi Nurbayani /
Analisis
Pengaruh
Penerapan Good
Corporate
Governance dan
Earning
manageme
nt, dewan
komisaris,
dewan
direksi,
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
regresi
Hasil penelitian
menunjukkan earning
management, dewan
komisaris dan dewan
direksi berpengaruh
signifikan terhadap nilai
Penulis meneliti
tentang
pengaruh GCG
terhadap kinerja
keuangan
perbankan
54
Earning
Management
terhadap Nilai
Perusahaan.
Skripsi Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta / 2010
komite
audit,
tobin’s q
linear
berganda
perusahaan yang
diproksikan dengan
tobin’s q, sementara
kepemilikan saham dan
komite audit t idak
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat nilai
perusahaan.
syariah dengan
memasukkan
Dewan
Pengawas
Syariah sebagai
salah satu
proksi GCG.
Kinerja
keuangan
perbankan di
ukur dengan
menggunakan
ROA.
3. Sit i Nurlaila /
Pengaruh Good
Corporate
Governance dan
Intellectual
Capital terhadap
Kinerja
Perusahaan.
Skripsi Fakultas
Ekonomi Dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta / 2012
Dewan
Direksi,
Dewan
Komisaris
Indepen-
den,
Komite
Audit,
ukuran
perusahaan
,kualitas
audit dan
Intellectu-
al Capital
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
Regresi
linear
berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
dewan direksi dan
pengungkapan
Intellectual Capital
berpengaruh positif
terhadap kinerja
perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif terhadap kinerja
perusahaan. Sementara
dewan komisaris
independen, komite
audit dan kualitas audit
tidak berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan
Penulis meneliti
tentang
pengaruh GCG
terhadap kinerja
keuangan
perbankan
syariah dengan
memasukkan
Dewan
Pengawas
Syariah sebagai
salah satu
proksi GCG.
Metode analisis
yang digunakan
yaitu regresi
linear berganda
4. Gabriel dan
Fidelis/
Pengaruh
Penerapan
Corporate
Governance
terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Hasil Survei The
Indonesian
Institute
Perception
Corporate
Governanc
e
Perception
Index
(CGPI),
Return on
Asset
(ROA),
Return on
Equity
(ROE),
Tobin’s Q
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
Regresi
linear
berganda
Penerapan Corporate
Governance diukur
dengan skor CGPI.
Kinerja keuangan diukur
dengan ROA, ROE dan
Tobin’s Q. Regresi
menunjukkan tidak ada
pengeruh signifikan
antara variabel
independen GCG
terhadap kinerja
keuangan yang diukur
dengan ROA dan
Penulis
menggunakan
objek penelitian
berupa Bank
Umum Syariah
dan Unit Usaha
Syariah yang
ada di
Indonesia
periode 2010-
2013 dan
hanya
menggunakan
55
Governance
(IICG) periode
2008-2011, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa
Universitas
Surabaya/ 2013
Tobin’s Q, sedangkan
jika d iukur dengan ROE
memiliki pengaruh
signifikan
ROA sebagai
ukuran kinerja
perusahaan
5. Widagdo /
Pengaruh Good
Corporate
Governance
terhadap Kinerja
Perusahaan
(Studi Empiris
pada Perusahaan
Non-Financial
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia /
Skripsi Fakultas
Ekonomi
Universitas
Diponegoro
Semarang / 2014
Dewan
Komisaris,
Kepemilik
an
Manajerial
,Komite
Audit,
Earning
Per Share
(EPS)
Metode
analisis
yang
digunakan
adalah
Regresi
linear
berganda
Hasil dari penelit ian in i
menunjukkan bahwa
independensi komite
audit, independensi
dewan komisaris,
kepemilikan manajerial,
jumlah rapat dewan
komisaris, dan jumlah
rapat komite audit t idak
berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Dari
penelitian ini hanya
ukuran dewan komisaris
yang berpengaruh
positif signifikan
terhadap kinerja
perusahaan
Penulis
menggunakan
objek penelitian
berupa Bank
Umum Syariah
dan Unit Usaha
Syariah yang
ada di
Indonesia
periode 2010-
2013 dan
memasukkan
Dewan
Pengawas
Syariah sebagai
salah satu
proksi GCG
serta
menggunakan
ROA sebagai
ukuran kinerja
perusahaan
56
L. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Laporan Good Corporate
Governance (GCG)
Dewan
Komisaris
Dewan
Direksi
Komite
Audit
Dewan
Pengawas Syariah
Dewan Komisaris
Independen
Jumlah
Rapat
Jumlah
Anggota
Jumlah
Anggota
Jumlah
Rapat
Persentase Jumlah Anggota
dari keseluruhan komisaris
Statistik Perbankan Syariah
per Desember 2013
11 Bank Umum Syariah 23 Unit Usaha Syariah
Laporan Tahunan
Laporan Keuangan
Tahunan
Return on Asset (ROA)
Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
Regresi Linear Berganda
Uji Hipotesis
Uji F R2 Uji t
Ha Ditolak Ha Diterima
Penarikan Kesimpulan
BUS & UUS di Indonesia
57
M. Hipotesis
Ha1 : Aktivitas (rapat) dewan komisaris berpangaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.
Ha2 : Ukuran jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
Ha3 : Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.
Ha4 : Ukuran jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
Ha5 : Aktivitas (rapat) Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
signifikanterhadap kinerja keuangan perbankan syariah.
Ha6 : Aktivitas (rapat) Dewan Komisaris, ukuran Dewan Komisaris
Independen, ukuran Dewan Direksi, keberadaan Komite Audit dan
aktivitas (rapat) Dewan Pengawas Syariah secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan
melalui Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite
Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja keuangan perbankan syariah.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan
bank dan laporan Good Corporate Governance yang dipublikasikan untuk umum
periode 2010 sampai 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data time
series dan cross section dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Data penelitian yang
mencakup data periode 2010 sampai 2013 dipandang cukup mewakili kondisi
perbankan syariah di Indonesia pada saat itu dan indikator-indikator keuangan
perbankan syariah pada periode itu.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia. Berdasarkan statistik
perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013 jumlah
Bank Umum Syariah ada 11 bank dan Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga
59
total keseluruhan adalah 34 bank yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian
ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah yang memiliki kriteria tertentu.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank
Indonesia per-Desember 2013.
2. Mempublikasikan laporan keuangan dan laporan Good Corporate
Governance selama periode 2010-2013.
3. Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance perusahaan
maupun data untuk kinerja keuangan perbankan syariah)
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data
60
dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. 1 Peneliti
memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari:
1. Penelitian pustaka (library research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis,
internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (field research)
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dari laporan keuangan dan laporan Good Corporate Governanace dari
masing-masing Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah selama
periode tahun 2010-2013 yang bisa dilihat dari situs masing-masing
perusahaan sampel.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah penjelasan dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini menunjukkan cara pengukuran dari masing-masing variabel
tersebut. Pengertian dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen”, (Yogyakarta: Edisi pertama, Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 147.
61
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
baik secara positif maupun secara negatif. Variabel bebas dalam penelitian ini
berupa:
a. Aktifitas Dewan Komisaris
Aktifitas dewan komisaris merupakan jumlah rapat dewan
komisaris perusahaan.2 Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem
pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas
pengawasan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan
membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas
pelaporan keuangan. Rapat Dewan Komisaris merupakan media
komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Dalam rapat tersebut
akan dibahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi
kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi
masalah benturan kepentingan. Semakin sering dewan komisaris
mengadakan rapat, diharapkan pengawasan yang dilakukan oleh dewan
komisaris semakin baik dan semakin membantu dewan direksi dalam
pengambilan keputusan secara tepat. Dengan demikian, kinerja
perusahaan pun semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Devi
2 Beiner, S., dkk, “ Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?”.
http://www.wwz.unibas.ch/cofi/publications/papers/2003.
62
(2010) dan Widagdo (2014) menyimpulkan bahwa Dewan Komisaris
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris diukur
dengan menggunakan indikator jumlah rapat dewan komisaris suatu
perusahaan dalam satu tahun.
b. Dewan Direksi
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Board size atau ukuran
dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam perusahaan, semakin
banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk
pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik,
dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan
menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat
meningkatkan harga saham perusahaan dan kinerja perusahaan pun juga
akan ikut meningkat.3
Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003)
merupakan penelitian yang menguji pengaruh ukuran dewan direksi
terhadap kinerja perusahaan, dimana pada penelitian ini disimpullkan
bahwa ukuran dewan direksi menunjukkan pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Jumlah anggota direksi disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam
3 Dwi Novi Kusumawati dan Bambang Riyanto LS.” Corporate Governance dan Kinerja:
Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja”, (Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) VIII Solo. 2005).
63
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat serta bertindak
independen. Dewan direksi diukur dengan jumlah anggota dewan direksi
dalam suatu perusahaan.
c. Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan.
Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau
komisaris independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para
manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan
nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang Good Corporate Governance. Semakin tinggi perwakilan dari
outsider director (komisaris independen), maka semakin tinggi
independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.4
4 Nuswandari Cahyani, “Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”, Vol. 16. No. 2, September, 2009, hal: 70-84.
64
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan
Machfoedz (2006) dan Rafriny Amyulianty (2012) menyatakan bahwa
proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan
menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris
perusahaan.
Komisaris Independen=
jumlah anggota dewan komisaris
dari luar perusahaan
seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
d. Komite Audit
Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab untuk
mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati
sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi
sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba
(earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan
melakukan pengawasan pada audit eksternal. Komite audit memiliki tugas
melakukan pengawasan terhadap pelaporan kinerja manajemen.
Penelitian Dyah Lestari (2011) menunjukan bahwa independensi
komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan
semakin banyaknya anggota independen dalam komite audit, maka
penilaian komite audit terhadap pelaporan kinerja manajemen akan
semakin objektif dan andal, juga mencegah timbulnya moral hazard dan
65
menengahi agency problem yang muncul sehingga nantinya principal dan
agent akan memiliki keselarasan tujuan yang berimbas pula pada
meningkatnya kinerja perusahaan Komite audit diukur dengan jumlah
anggota komite audit dalam suatu perusahaan.
e. Dewan Pengawas Syariah
Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah menjadi
sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang
mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan
shariah compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi
pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan
dari penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
Penerapan Good Corporate Governance di bank syariah tidak saja
meningkatkan kepercayaan publik kepada bank syariah, tetapi juga
merupakan bagian dari upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, kedudukan Dewan
Pengawas Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris. Dewan Pengawas
syariah diukur dengan jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah
dalam suatu perusahaan selama satu tahun.
66
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama
peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi variabel independen.5 Variabel terikat dalam penelitian ini berupa:
a. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi
penggunaan aset.6
Menurut Lestari dan Sugiharto, ROA adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan
aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
5 Nur Indriantoro dan Babang Suporno, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen,” (Yogyakarta: Edisi pertama, Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 63 6 Lukman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 120.
67
makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin
besar.7
Return On Assets (ROA) = Laba Setelah pajak
Total Aktiva x 100%
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adala analisis regresi data
panel. Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan deret waktu (time
series) yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan
dalam suatu jangka waktu tertentu.8
Uji regresi panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap variabel dependen kinerja
keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA)..Untuk
membantu penelitian, peneliti akan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan
pengolah data statistik Eviews 7.0.
Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa
keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel merupakan gabungan dua data time
series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan
7 Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto, “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,” Proceeding PESAT (Psiko logi, Ekonomi, Sastra, Arsitek &
Sip il). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2007, h.196. 8 Dedi Rosadi, “ Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”, Ed isi
Pertama (Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET ANDI, 2012), h.271.
68
menghasilkan degree of random yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi
dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika
ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).9
Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good Corporate
Governance yang diproksikan melalui Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan
variabel dependennya adalah kinerja keuangan yang diproksikan melalui Return on
Asset (ROA). Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka
persamaan regresi pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
logY = a + b1logDK + b2logDD + b3logDKI + b4logKA + b5logDPS + e
Dimana:
Y = ROA (Return On Assets)
a = Konstanta
DK = Dewan Komisaris
DD = Dewan Direksi
DKI = Dewan Komisaris Independen
KA = Komite Audit
DPS = Dewan Pengawas Syariah
b1,...,b4 = Koefisien regresi
e = error term
9 Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”,
Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 353.
69
1. Estimasi Model Data Panel
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan anatara lain:10
a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS)
Pooled Least Square model merupakan metode estimasi model
regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan
koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common
effect). Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama
dalam berbagai kurun waktu.
Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan sama
dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama
seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang
digunakan bukan data time series atau data cross section saja melainkan
data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk untuk model
ordinary least square adalah:
untuk i = 1,2,……,n dan t=1,2,….,t
10
Agus Widarjono, h.355.
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + Ɛit
70
b. Metode Fixed Effect Model (FEM)
Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya
perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar
waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu.
Salah satu cara paling sederhana untuk mengetahui perbedaan adalah
dengan mengasusmsikan bahwa intersept adalah berbeda antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.
Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan
fixed Effect Model atau least square dummy (LSDV) atau disebut juga
covariance model. Persamaan pada estimasi dengan menggunakan Fixed
Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
Dimana: i = 1,2,….,n t =1,2,…..,tD = dummy
c. Metode Random Effect Model (REM)
Random effect model merupakan metode estimasi model regresi
data panel dengan asumsi koefisien slope dan intercept berbeda antar
individu dan antar waktu (random effect). Dimasukannya variabel dummy
di dalam fixed effect model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +…..+ Ɛit
71
tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan
menggunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan
metode Random Effect.. Model ini akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar
individu. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect
adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena
dapat meningkatkan efisiensi dari least square.
Bentuk umum untuk Random Effect adalah:
Dimana :
ui~ N (0, σu2) = komponen cross section error
vt~ N (0, σv2) = komponen time series error
wit~ N (0, σw2) = komponen error kombinasi
Yit= α1 + bjXj it + Ɛit dengan Ɛit = ui + vt + wit
72
2. Tahap Analisis Data
Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk
pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, antara lain sebagai berikut:11
a. Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model digunakan
pooled least square model atau fixed effect model. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Pooled least Square model (PLS)
H1 = Fixed effeck model (FEM)
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan perhitungan F statistic dengan Ftabel. Perbandingan
dipakai apabila hasil Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak
yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effexk model.
Begitupun sebaliknya, jika Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel, maka H0
diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah common effect
model.12
Perhitungan F statistic untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan
rumus:
11
Agus Widarjono, h. 362. 12
Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw
Hill International edition, Singapore) 2009, h. 278.
F0 = 𝑅𝑅𝑆𝑆 − 𝑈𝑅𝑆𝑆 /(N − 1)
𝑈𝑅𝑆𝑆/(𝑁. 𝑇 − 𝑁− 𝐾)
73
Dimana:
RRSS = Restricted residual sums of square error dari
model common effect
URSS = Unrestricted residual sums of squares dari model
fixed effect
N = Jumlah individual (cross section)
T = Jumlah series waktu (time series)
k = Jumlah variabel independen dan dependen
Sedangkan Ftabel didapat dari:
b. Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah
model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam regresi
data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada
ide bahwa LSDV di dalam model fixed effect dan GLS adalah efisien
sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya
metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis
nolnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji
Ftabel α : |df (n-1, nt-n-k)|
74
hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.
Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:13
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel berarti H0 ditolak, artinya
model yang digunakan adalah fixed effect model. Jika chi-square hitung <
chi square tabel berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan adalah
Random Effect Model.14
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Goodness of fit) yang dinotasikan dengan R2
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.
Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya.
Nilai R2 mempunyai interval antara 0 samapai 1 (0 < R2 < 1).
Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi
tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan varaibel dependen. Koefisien
13
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”,
Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 364. 14
Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc Graw
Hill International edition, Singapore) 2009, h. 605.
75
determinasi (R2) memiliki kesalahan, yaitu bias terhadap jumlah varaibel
bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan
meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya.
Untuk mengurangi kesalahan kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, adjusted R2. Koefisien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah
dikoreksi dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan mengunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau
turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. 15
Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan Adjusted R2
untuk mengukur koefisien determinasi karena nilainya lebih tepat.
semakin tinggi nilai Adjusted R2 menunjukkan bahwa model regresi yang
digunakan semakin baik menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama (simultan).
15
Gujarat i, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc Graw
Hill International edition, Singapore) 2009, h. 76.
76
Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan
(k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk
intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima
c. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel
bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan
arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah
(positif) dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah (negatif).
Hipotesis yang digunakan adalah:
Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1
Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1
Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika
menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel independen
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.16
16
Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”,
Ed isi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013).
77
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pupolasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia
per-Desember 2013 yaitu terdiri dari Bank Umum Syariah ada 11 bank dan
Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga total keseluruhan adalah 34 bank
yang merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini.
Periode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahun
2010, 2011, 2012 dan 2013. Pemilihan periode pengamatan yang dimulai dari
tahun 2010 didasari oleh penerapan Good Corporate Governance pada
perbankan syariah yang baru dihimbau oleh Bank Indonesia dengan
dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, sehingga pelaporan Good Corporate Governance pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mulai intensif dipublikasikan pada
tahun 2010.
Berdasarkan statistik perbankan syariah yang publikasi Bank Indonesia
per-Desember 2013 dapat dilihat bahwa perkembangan Return On Asset (ROA)
78
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun ketahun cenderung
mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.1 Perkembangan Return On Asset (ROA) Perbankan Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Publikasi Bank Indonesia 2013
Dari grafik 4.1 diatas dapat dideskripsikan bahwa nilai Return On Asset
(ROA) perbankan syariah yang meliputi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dari tahun 2008 sampai tahun 2013 konsisten mengalami kenaikan,
yang berarti bahwa kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Sementara untuk standar pelaksanaan Good Corporate Governance pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mengacu pada Surat Edaran Bank
Indonesia No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dalam penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1,42% 1,48% 1,67% 1,79%2,14% 2,14%
Tahun
ROA
79
kriteria yang ditentukan. Sampel yang dipilih oleh peneliti adalah perusahaan
perbankan syariah baik itu Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah
yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data
mengenai pelaporan Good Corporate Governance dan data mengenai laporan
keuangan perusahaan.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan
dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun kriteria yang digunakan dalam
pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
4. Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah berdasarkan statistik perbankan syariah yang
dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2013.
5. Menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan dan laporan
Good Corporate Governance selama periode 2010-2013.
6. Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance
perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan
syariah).
Tabel di bawah ini menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank
Indonesia per-Desember 2013 terlihat bahwa jumlah Bank Umum Syariah ada
11 bank dan Unit Usaha Syariah ada 23 bank. sehingga total keseluruhan adalah
34 bank. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel diperoleh sampel sebanyak
80
30 bank, yaitu 10 Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah. Periode
pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah selama 4 (empat) tahun, yaitu
tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 120
data laporan tahunan dan laporan Good Corporate Governance Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Berikut tabel yang menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dalam penelitian
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel
No. Kriteria Melanggar
Kriteria
Jumlah
Sampel Total
Sampel BUS UUS
1. Perusahaan merupakan Bank
Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah berdasarkan
statistik perbankan syariah
yang dipublikasikan Bank
Indonesia per-Desember 2013
11 23 34
2 Menerbitkan serta
mempublikasikan laporan
keuangan dan laporan Good
Corporate Governance selama
periode 2010-2013
11 23 34
3 Data tersedia lengkap (data
mengenai Corporate
Governance perusahaan
maupun data untuk kinerja
keuangan perbankan syariah).
4 10 20 30
81
Jumlah sampel yang memenuhi
kriteria 30
Tahun Pengamatan 4
Jumlah Total Sampel 120
Sumber: Data Sekunder Diolah.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskripsi
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif
mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah
dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan
yang menjadi sampel. Pada penelitian ini statistik deskriptif akan menggambarkan
deskripsi dari masing-masing variabel.
Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskripsi seluruh variabel dalam
penelitian ini yang meliputi minimum, maksmum, mean (rata-rata) dan standar
deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari
hasil pengolahan dan analisis data yang telah dila kukan terhadap bank sampel.
Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil
pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan. Sedangkan mean (rata-rata)
menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
82
Dewan Pengawas Syariah dan Return On Asset (ROA). Variabel-variabel
tersebut akan diuji secara statistik dekriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.2
dibawah ini:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Date: 06/08/15 Time: 07:43
Sample: 2010 2013
ROA DK DD DKI KA DPS
Mean 2.61316
7 18.0000
0 5.22500
0 66.0712
5 3.60833
3 14.2083
3
Median 2.56000
0 13.5000
0 4.00000
0 66.6700
0 3.00000
0 13.0000
0
Maximum 6.93000
0 58.0000
0 11.0000
0 100.000
0 6.00000
0 36.0000
0
Minimum 0.00000
0 4.00000
0 3.00000
0 33.3300
0 2.00000
0 4.00000
0
Std. Dev. 1.39249
7 12.5061
3 2.23216
6 17.8343
7 0.91022
1 4.72414
8
Skewness 0.65145
4 1.22043
8 1.28636
9 0.74395
8 0.91819
7 1.72083
4
Kurtosis 3.18703
5 3.92753
0 3.58290
7 2.80849
2 3.20957
1 8.43781
1
Jarque-Bera 8.66276
6 34.0909
2 34.7937
8 11.2528
4 17.0813
3 207.074
3
Probability 0.01314
9 0.00000
0 0.00000
0 0.00360
1 0.00019
5 0.00000
0
Sum 313.580
0 2160.00
0 627.000
0 7928.55
0 433.000
0 1705.00
0
Sum Sq. Dev. 230.746
8 18612.0
0 592.925
0 37849.6
9 98.5916
7 2655.79
2
Observations 120 120 120 120 120 120
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
83
a. Variabel Independen
1) Dewan Komisaris
Dewan Komisaris diukur dengan indikator jumlah rapat
Dewan Komisaris selama satu tahun. Hasil uji statistik pada tabel
4.2 menunjukkan bahwa rapat Dewan Komisaris minimum
sebanyak 4 kali dan rapat Dewan Komisaris maksimum sebanyak
58 kali dengan rata-rata rapat Dewan Komisaris sebanyak 18 kali,
sementara standar deviasi Dewan Komisaris sebesar 12,5061.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah pasal 14 ayat (1) menyebutkan
bahwa rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling kurang
1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan. Jadi selama setahun Dewan
Komisaris wajib melaksanakan rapat sebanyak 6 kali. Nilai
minimum rapat Dewan Komisaris adalah 4 kali, menandakan bahwa
masih ada perbankan syariah yang belum menerapkan batas wajib
jumlah rapat Dewan Komisaris selama satu tahun. Namun secara
keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa rapat yang dilakukan Dewan
Komisaris sudah sesuai dengan regulasi yang ada. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata rapat Dewan Komisaris sebanyak 18 kali
dalam satu tahun.
84
2) Dewan Direksi
Dewan Direksi diukur dengan indikator jumlah Dewan
Direksi dalam suatu perusahaan perbankan syariah. Hasil uji
statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah Dewan Direksi
minimum sebanyak 3 orang dan jumlah Dewan Direksi maksimum
sebanyak 11 orang dengan rata-rata jumlah Dewan Direksi adalah
5,225 orang. Sementara standar deviasi jumlah Dewan Direksi
adalah 2,232.
Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas pasal 92 ayat (4) menyebutkan bahwa perseroan
yang bergerak dibidang menghimpun dan/atau mengelola dana
masyarakat wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota
Direksi. Nilai minimum dan mean (rata-rata) jumlah Dewan Direksi
diatas 2 orang, yang berarti bahwa jumlah Dewan Direksi dalam
perbankan syariah sudah sesuai dengan regulasi yang ada.
3) Dewan Komisaris Independen
Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa proporsi
Dewan Komisaris Independen minimum sebanyak 33,33% dan
proporsi Dewan Komisaris Independen maksimum sebanyak 1,0000
atau 100% dengan rata-rata proporsi Dewan Komisaris Independen
adalah 66,07125%. Sementara standar deviasi Dewan Komisaris
Independen adalah 17,83437.
85
4) Komite Audit
Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah
Komite Audit minimum sebanyak 2 orang dan jumlah Komite
Audit maksimum sebanyak 6 orang dengan rata-rata jumlah Komite
Audit adalah 3,6083. Sementara standar deviasi Komite Audit
adalah 0,910221.
5) Dewan Pengawas Syariah
Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa rapat
Dewan Pengawas Syariah minimum sebanyak 4 kali dan rapat
Dewan Pengawas Syariah maksimum sebanyak 36 kali dengan rata-
rata rapat Dewan Pengawas Syariah adalah 14,20833 kali.
Sementara standar deviasi rapat Dewan Pengawas Syariah adalah
4,724.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah pasal 49 ayat (1) menyebutkan
bahwa rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan
paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Artinya Dewan
Pengawas Syariah wajib melaksanakan rapat minimal 12 kali dalam
satu tahun. Nilai minimum rapat Dewan Pengawas Syariah adalah 4
kali, menandakan bahwa masih ada perbankan syariah yang belum
menerapkan batas wajib jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah
86
selama satu tahun. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan
bahwa rapat yang dilakukan Dewan Pengawas Syariah sudah sesuai
dengan regulasi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
rapat Dewan Pengawas Syariah sebanyak 14,25 kali dalam satu
tahun.
b. Variabel Dependen
1) Return on Asset (ROA)
Hasil uji statistik pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa Return
on Asset (ROA) minimum sebesar 0 % dan Return on Asset (ROA)
maksimum sebesar 6,93 % dengan rata-rata Return on Asset (ROA)
2,613167%. Sementara standar deviasi Return on Asset (ROA)
adalah 1,392497
C. Uji Pemilihan Model Regresi Panel
1. Uji Chow
Menurut Widarjono uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model
fixed effect atau common effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi
data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah penelitian ini adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan
perhitungan F-statistik dengan Ftabel. Perbandingan dipakai apabila hasil Fhitung
lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat
87
digunakan adalah fixed effect model. Begitupun sebaliknya, jika Fhitung lebih
kecil (<) dari Ftabel, maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah
common effect model1. Berikut adalah hasil uji Chow yang dilakukan dalam
penelitian ini..
Tabel 4.3
Hasil Uji Metode Common Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:53 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.280877 0.081530 -3.445085 0.0008
LOGDD -0.251678 0.185018 -1.360285 0.1764
LOGDKI 0.031102 0.217010 0.143321 0.8863
LOGKA 0.359549 0.274804 1.308385 0.1934
LOGDPS -0.487367 0.168611 -2.890486 0.0046
C 2.646289 1.146009 2.309135 0.0228
R-squared 0.177627 Mean dependent var 0.809456
Adjusted R-squared 0.141239 S.D. dependent var 0.617329
S.E. of regression 0.572075 Akaike info criterion 1.770011
Sum squared resid 36.98146 Schwarz criterion 1.910134
Log likelihood -99.31563 Hannan-Quinn criter. 1.826910
F-statistic 4.881461 Durbin-Watson stat 0.597626
Prob(F-statistic) 0.000442
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
1 Gujarat i, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edit ion (Mc
Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 257.
88
Tabel 4.4
Hasil Uji Metode Fixed Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.133580 0.098737 -1.352886 0.1797
LOGDD 0.372537 0.249641 1.492290 0.1394
LOGDKI -0.061570 0.187990 -0.327515 0.7441
LOGKA 0.538309 0.242946 2.215750 0.0294
LOGDPS -0.126936 0.129276 -0.981897 0.3290
C 0.488634 0.981494 0.497848 0.6199
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.821737 Mean dependent var 0.809456
Adjusted R-squared 0.749582 S.D. dependent var 0.617329
S.E. of regression 0.308922 Akaike info criterion 0.728474
Sum squared resid 8.016363 Schwarz criterion 1.545863
Log likelihood -8.344187 Hannan-Quinn criter. 1.060390
F-statistic 11.38862 Durbin-Watson stat 2.369964
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
89
Tabel 4.5
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 10.465954 (29,84) 0.0000
Cross-section Chi-square 181.942877 29 0.0000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0000 untuk Cross section
F, yang berarti nilainya kurang dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan model
fixed effect lebih tepat digunakan daripada model common effect.
2. Uji Hausman
Selanjutnya dilakukan uji Hausman untuk membandingkan model mana
yang terbaik antara model fixed effect dan random effect. Dalam melakukan uji
Hausman, dibuat pula hipotesis sebagai berikut:
H0: Menggunakan model random effect
H1: Menggunakan model fixed effect
Berikut ini adalah hasil uji signifikansi dengan metode fixed effect dan
random effect:
90
Tabel 4.6
Hasil Uji Metode Fixed Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.133580 0.098737 -1.352886 0.1797
LOGDD 0.372537 0.249641 1.492290 0.1394
LOGDKI -0.061570 0.187990 -0.327515 0.7441
LOGKA 0.538309 0.242946 2.215750 0.0294
LOGDPS -0.126936 0.129276 -0.981897 0.3290
C 0.488634 0.981494 0.497848 0.6199
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.821737 Mean dependent var 0.809456
Adjusted R-squared 0.749582 S.D. dependent var 0.617329
S.E. of regression 0.308922 Akaike info criterion 0.728474
Sum squared resid 8.016363 Schwarz criterion 1.545863
Log likelihood -8.344187 Hannan-Quinn criter. 1.060390
F-statistic 11.38862 Durbin-Watson stat 2.369964
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
91
Tabel 4.7
Hasil Uji Metode Random Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.503527 0.7265
Idiosyncratic random 0.308922 0.2735
Weighted Statistics
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Unweighted Statistics
R-squared 0.103882 Mean dependent var 0.809456
Sum squared resid 40.29774 Durbin-Watson stat 0.479503
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Hausman
adalah sebagai berikut:
92
1. Jika nilai probability Chi Square ≥ 0.05 artinya H0 diterima, yang berarti
model yang paling tepat digunakan adalah model random effect.
2. Jika nilai probability Chi Square < 0.05 artinya H0 ditolak, yang berarti
model yang paling tepat digunakan adalah model fixed effect.
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.481840 5 0.1872
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob= 0.1872 untuk Cross section
random, yang berarti nilainya lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat
disimpulkan model random effect lebih tepat digunakan daripada model
fixed effect,
D. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih
Berdasarkan uji yang dilakukan yaitu uji Chow dan uji Hausman, model
estimasi data yang terpilih adalah model Random Effect. Maka selanjutnya
dilakukan uji signifikansi dari model yang terpilih.
93
Tabel 4.9
Hasil Terpilih Uji Metode Random Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.503527 0.7265
Idiosyncratic random 0.308922 0.2735
Weighted Statistics
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai Koefisien
94
determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Penelitian ini menggunakan Koefisien determinasi dengan
menggunakan nilai adjusted R-square untuk mengevaluasi model regresi.
Nilai adjusted R-square dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2)
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
Dari tampilan tabel dapat dilihat bahwa besarnya adjusted R-square
adalah 0,57795 atau 57,79%. Hal ini berarti 57,79% variabel dependen
kinerja keuangan (ROA) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi
variabel independen. Variabel independen tersebut adalah Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit
dan Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan sisanya sebesar 42,21% (100%
– 57,79%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi dalam
95
penelitian ini. Variabel lain tersebut antara lain ukuran perusahaan dan
lama perusahaan (Siregar dan Utama, 2005), kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial (Danang, 2013).
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh secara bersama-sama
(simultan) Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris
Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset
(ROA). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel.
Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan
adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan
(k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk
intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima
Tabel 4.11
Hasil uji F (Uji Simultan)
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
96
Dari tabel diatas, maka didapat Fhitung sebesar 2,447636. Sedangkan
nilai dengan Ftabel dengan df: α, (k-1), (n-k) atau 0.05, (6-1), (120-6)
adalah 2,293911 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hasil menunjukkan bahwa variable independen Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit
dan Dewan Pengawas Syariah secara bersama- sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah
yang diukur dengan Return On Asset (ROA)
c. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel
bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan
arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel terikat searah
(positif) dengan perubahan variabel bebas atau berlawanan arah (negatif).
Hipotesis yang digunakan adalah:
Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1
Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1
Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika
97
menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel independen
tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.2
ttabel = |α ; df= (n-k)|
= 5% ; df = (120- 6)
= 0.05 ; df = 114
= 1,980992
Berikut ini adalah tabel hasil uji t dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen:
Tabel 4.12 Hasil Uji t (Uji Parsial)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159
Sumber: Data sekunder diolah (output Eviews 7.0)
1) Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
Hipotesis pertama (H1) adalah aktivitas (rapat) Dewan
Komisaris berpangaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
2 Agus Widarjono, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan
Eviews”, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013).
98
perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan
Komisaris (DK) didapat nilai sebesar -2,029858, yang berarti nilai
thitung (2,029858) > ttabel (1,980992), maka H0 ditolak dan H1
diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan Komisaris
(DK) secara parsial dan signifikan serta berpengaruh nyata terhadap
Return On Asset (ROA).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rapat Dewan Komisaris
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Rapat Dewan Komisaris yang merupakan media
komunikasi dan koordinasi antar anggota Dewan Komisaris dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen dirasa mampu
membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi
pengawasan manajemen dengan baik dan membantu Dewan Direksi
dalam pengambilan keputusan secara tepat. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurbayani (2010) dan
Lestari (2011) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun
bertentangan dengan Suryani (2010) dan hasanah (2013) yang
menyatakan bahwa Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.
99
2) Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
Hipotesis kedua (H2) adalah ukuran jumlah Dewan Direksi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Direksi (DK)
didapat nilai sebesar 0,455112, yang berarti nilai thitung (0,455112)
< ttabel (1,980992), maka H0 diterima dan H2 ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa variabel Dewan Direksi (DD) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah Dewan Direksi
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Wulandari (2006), Dewayanto (2010) dan Zuhairia
(2012) yang menyatakan bahwa Dewan Direksi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan. hal ini kemungkinan
disebabkan oleh adanya Dewan Direksi dalam perusahaan hanya
didasari pada sebatas pemenuhan regulasi semata. Dimana menurut
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pasal 92 ayat (4) menyebutkan bahwa perseroan yang bergerak
dibidang menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat wajib
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi. Sehingga
mengakibatkan kurang efektifnya peran Dewan Direksi dalam
100
fungsi manajemen. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurbayani (2010), Nurlaila (2012)
dan Hasanah (2013) yang menyatakan bahwa Dewan Direksi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
3) Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Hipotesis ketiga (H3) adalah Ukuran Dewan Komisaris
Independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan
Komisaris Independen (DKI) didapat nilai sebesar 0,103329, yang
berarti nilai thitung (0,103329) < ttabel (1,980992), maka H0 diterima
dan H3 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan
Komisaris Independen (DKI) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return On Asset (ROA).
Hasil pengujian menunjukan bahwa proporsi Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah. Kehadiran Dewan Komisaris
yang berasal dari luar perusahaan atau Komisaris Independen dapat
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara
para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta
memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris Independen
merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring
101
agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Namun
dalam implementasinya, kehadiran Dewan Komisaris yang berasal
dari luar perusahaan berdampak pada kurangnya pengetahuan yang
cukup mengenai perusahaan. hal ini juga dapat disebabkan Dewan
Komisaris Independen tidak memiliki monitoring yang efektif,
kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kuatnya posisi Dewan
Direksi dan Komisaris lainnya yang dipilih oleh pemegang saham
mayoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wulandari
(2006) dan Nurlaila (2012) yang menyatakan bahwa Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) dan
Dewayanto (2010) menyatakan bahwa Proporsi Komisaris
Independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
4) Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
Hipotesis keempat (H4) adalah ukuran jumlah Komite Audit
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Komite Audit didapat
nilai sebesar 1,718579, yang berarti nilai thitung (1,718579) < ttabel
(1,980992), maka H0 diterima dan H4 ditolak. Dapat disimpulkan
102
bahwa variabel Komite Audit (KA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil pengujian penunjukkan bahwa jumlah Komite Audit
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Siregar dan Utama (2005) dan Hidayah (2008) yang
menyatakan tidak ada pengaruh signifikan antara Komite Audit
Dengan kinerja perusahaan. hal ini disebabkan karena lemahnya
akuntabilitas dari struktur perusahaan untuk menegakkan prinsip
good corporate governance. Faktor tersebut diantaranya Komite
Audit kurang mengawasi laporan keuangan dan audit eksternal serta
belum dapat membantu dalam mengamati sistem pengendalian
internal (termasuk audit internal) perusahaan. Sehingga dapat
disimpulkan peran Komite Audit belum optimal dan efektif dalam
melaksanakan fungsi audit internal. Namun hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian Nasution dan Setiawan (2007),
Lestari (2011) dan Farah (2012) yang menyatakan Komite Audit
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
5) Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah
Hipotesis kelima (H5) adalah aktivitas (rapat) Dewan
Pengawas Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
103
keuangan perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel
Dewan Pengawas Syariah didapat nilai sebesar -1,984180, yang
berarti nilai thitung (1,984180) > ttabel (1,980992), maka H0 ditolak
dan H5 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan
Pengawas Syariah (DPS) secara parsial dan signifikan serta
berpengaruh nyata terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rapat Dewan Pengawas
Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah. Salah satu hal yang membedakan corporate
governance konvensional dan syariah (sharia governance) adalah
adanya sharia compliance. Rapat yang dilakukan oleh Dewan
Pengawas Syariah dirasa mampu membantu tugas Dewan Pengawas
Syariah dalam hal pengawasan terhadap seluruh aktivitas bank demi
memastikan kepatuhan terhadap aturan dan prinsip syariah. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Oktarina
(2015) dengan menggunakan sampel Bank Syariah Mandiri di
Pekanbaru, menunjukkan bahwa Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja perbankan
syariah. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prasetyoningrum (2009) dan Megasari (2010)
yang menyatakan bahwa Dewan Pengawas Syariah tidak
berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.
104
2. Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel 4.10 dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
logY = 1,139766 – 0,168075logDK + 0,085564logDD + 0,017923logDKI
+ 0,378365logKA - 0,217581logDPS + e
Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien konstanta sebesar 1,139766 dengan nilai positif, ini dapat
diartikan bahwa Y (ROA) akan bernilai 0,139766% jika, Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite
Audit dan Dewan Pengawas Syariah masing-masing bernilai 0.
b. Variabel Dewan Komisaris (DK) memiliki nilai koefisien regresi
(-0,168075) menyatakan bahwa setiap penambahan rapat Dewan
Komisaris sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka terjadi
penurunan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
Return On Asset dengan nilai 0,168075%.
c. Variabel Dewan Direksi (DD) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0,085564 menyatakan bahwa setiap penambahan Dewan
Direksi sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap maka, akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
Return On Asset sebesar 0,085564 %.
d. Variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) memiliki nilai
koefisien regresi positif sebesar 0,017923 menyatakan bahwa setiap
105
penambahan Dewan Komisaris Independen sebesar 1 dengan
asumsi variabel lain tetap, maka akan meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan yang diukur dengan Return On Asset sebesar
0,017923%.
e. Variabel Komite Audit (KA) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0,378365. Menyatakan bahwa setiap penambahan Komite
Audit sebesar 1 dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
Return On Asset sebesar 0,378365%.
f. Variabel Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki nilai koefisien
regresi sebesar (-0,217581). Menyatakan bahwa setiap penambahan
Dewan Pengawas Syariah sebesar 1 dengan asumsi variabel lain
tetap, maka akan menurunkan kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan Return On Asset sebesar 0,217581%.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate
Governance yang diukur melalui Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank dan
laporan Good Corporate Governance Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
yang dipublikasikan untuk umum periode tahun 2010 sampai tahun 2013.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh corporate governanve dalam hal aktifitas (rapat) Dewan
Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
2. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh corporate governanve dalam hal jumlah Dewan Direksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah
yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
107
3. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh corporate governanve dalam hal proporsi Dewan Komisaris
Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
4. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh corporate governanve dalam hal jumlah Komite Audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah
yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
5. Berdasarkan hasil uji analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
pengaruh corporate governanve dalam hal rapat Dewan Pengawas
Syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah yang diukur dengan Return On Asset (ROA).
B. Implikasi
Model teoritis yang diuji dan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan
mampu memberikan konstribusi bagi pemahaman kita mengenai faktor- faktor yang
dapat memengaruhi kinerja keuangan perbankan syariah dilihat dari segi penerapan
mekanisme Good Corporate Governance. Hasil implikasi ini memiliki beberapa
pengetahuan penting bagi perusahaan, investor, peneliti selanjutnya dan bagi peneliti
sendiri.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa variabel
Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah. Tetapi, variabel Dewan Direksi, Dewan Komisaris
108
Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah.
Implikasi yang dapat diberikan penulis terkait dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di sektor perbankan
berbasis syariah dapat dijadikan sebagai acuan perusahaan untuk lebih
meningkatkan fungsi, tugas dan kemandirian dari masing-masing organ
corporate perusahaan yaitu Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite
dan Dewan Pengawas Syariah sehingga dapat meningkatkan kualitas
Good Corporate Governance demi meningkatkan kinerja keuangan.
2. Peneliti, dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
pengalaman serta pengetahuan mengenai praktik Good Corporate
Governance pada lembaga keuangan syariah.
3. Praktisi, dapat digunaan oleh para praktisi seperti otoritas jasa keuangan
dan para analis keuangan syariah mengenai relevansi kinerja keuangan
perbankan syariah yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate
Governance. Sementara implikasi untuk investor, dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran dan tambahan informasi kepada
investor mengenai kinerja keuangan lembaga keuangan syariah dengan
melihat penerapan Good Corporate Governance sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan keputusan investasi
109
pada lembaga keuangan syariah secara tepat dan menguntungkan di masa
mendatang.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel atau jenis
perusahaan yang berbeda sebagai pembanding, seperti memasukkan atau
menambahkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah
satu sampel dalam penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan indikator lain
dalam hal pengukuran corporate governance dan kinerja keuangan
perbankan syariah.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan indikator lain
dalam hal ukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Seperti remunerasi yang
diterima, umur, latar belakang pendidikan dan lain- lain.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan atau menambah
variabel-variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel Good
Corporate Governance dan kinerja keuangan perbankan syariah.
110
DAFTAR PUSTAKA
Addiyah, Alina. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012),” Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang: 2014.
Anastasya, Rustia. Artikel diakses tanggal 10 februari 2015 dari http://investasi.kontan.co.id/news/bpk - temukan – potensi penyimpangan-gcg-di-atas-rp7-triliun. 2012.
Anderson, K.L., Deli, D.N., dan Gillan, S.T. Board of Directors, Audit Committees, and the Information Content of Earnings. Working Papers, September 2003.
Antonio, M.S,“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Jakarta: Gema Insani Press,
2001.
Baird, M., The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial to the
World Economy as the Proper Governing of Countries, Paper, 2000. Bank Indonesia,”Outlook Perbankan Syariah”, Jakarta: BI, 2013.
Beiner, S., dkk, “Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?”.
http://www.wwz.unibas.ch/cofi/publications/papers/2003. Bradbury, M. E., Mak, Y. T. dan Tan, S. M. “Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals”. Working Paper. Unitec New Zealand dan National University of Singapore. 2004.
Brigham dan Houston, ”Fundamental Of Financial Management: Dasar-Dasar
Manaje-men Keuangan”, Edisi Sepuluh Jilid I, Jakarta: Salemba Empat, 2010.
Brown, Lawrence, and J., Caylor, ”Corporate Governance and Firm Performance”,
Boston Accounting Research Colloquium 15th, Desember 2004. Cahyani, Nuswandari. “Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap
Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”, Vol. 16. No. 2, September 2009.
Chapra, M.Umer Dan Habib Ahmed. “Corporate Governance; Lembaga Keuangan
Syariah”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
111
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. ”Earnings Management,
Corporate Governance, and True Financial Performance”. http://papers.ssrn.com/. 2006.
Dariri, Mas Ahmad. “Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia”, Jakarta: Ray Indonesia, 2005.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Devano, Sony dan Siti Kurni Rahayu. “Perpajakan: Konsep,Teori, dan Isu”, Cetakan Pertama, Jakarta: 2006.
Effendi, Muh. Arief. ”The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi”, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Fama, E. F. and M. Jensen . “Separation of Ownership and Control”. Journal of Law
and Economics, 26(2), 1983. Gujarati, dkk,“ Basic Econometrics”, Singapore: Fifth Edition, Mc Graw Hill International
edition, 2009.
Harahap, Sofyan Syafri. ”Auditing dalam Perspektif Islam”, Jakarta: Pustaka Quantum, 2002.
Hastuti, Theresia Dwi. “Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yangLlisting di Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII,
IAI, 2005.
Irfan, Ali.”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.
Islamic Financial Services Board, ”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for Institutions Offering Islamic Financial Services”, December 2009.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics. 3.
1976.
Khaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9. Surabaya: 2006.
112
Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. “Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi
Ketujuh”, Binarupa Aksara, 1995. Klien, A. “Audit Committee, Board of Director Caracteristics and Earnings
Management”. Journal Accounting and Economics (33), 2002.
Kresnohadi, Ariyoto. “Good Corporate Governance dan Konsep Penegakannya di BUMN dan Lingkungan Usaha”, Majalah Usahawan No. 10 Tahun XXIX, 2000.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS.” Corporate Governance dan
Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo: 2005.
Lestari, Ekowati Dyah. ”Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2007-2009)”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang: 2011.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2007.
Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. “Perbankan Syariah Prinsip Praktek Prospek”. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001.
Maksum, Azhar. “Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia”,
Gelanggang Mahasiswa, Kampus Universitas Sumatra Utara, Medan: 17
Desember 2005.
Nurhasanah, Siti. “ Kinerja pengawasan DPS dalam implementasi GCG di Bank Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. ”Pengaruh Economic Value Added, Residual
Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November 2004.
113
Purwani, Tri.” Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan,.
Majalah Ilmiah Informatika vol. 1 No. 2 Universitas AKI, Mei 2010. Rama, Ali. ”Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga Keuangan
Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN”, Laporan Penelitian Publikasi Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Rosadi, Dedi. “ Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”,
Yogyakarta: Edisi Pertama C.V Andi Offset Andi, 2012.
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. “ A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance”, Vol.52. No.2. Juni1997
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Padang: Simposium
Nasional Akuntansi 9, 2006. Solomon, J., and Solomon, A. “Corporate Governance and Accountability”, John
Wiley & Sons, Ltd, 2004.
Sudarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)”, Bandung: CV. Mandar Maju, bagian ketiga, 2007.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda, “Penerapan Good Corporate Governance
(Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha)”, Jakarta: Kencana, 2008.
Syam, Dhaniel dan Taufik Najda. “Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya
terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan”, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan Vol.2 No. 1, April 2012.
Takarini, Agustin. ”Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Periode 2010-2012”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Teoh, S. H. dan Wong, T. J., “Perceived Auditor Quality and the Earnings Responses Coefficient”. Journal Accounting Review. Vol. 66, No.2, 1993.
114
Tunggal, Iman Sjahputra dan Amin Widjaja Tunggal, Memahami Konsep Corporate
Governance, dalam Hesel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance, Yogyakarta, Balairung & Co., 2003.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Vafeas, N. and Afxentiou, Z. “The Association Between the SEC’s 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes”.
Journal of Accounting and Public Policy 17(1), 1998. Wardayati, Siti Maria. “Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan
Kepercayaan Bank Syariah”, Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume 19, Nomor 1, Mei 2011.
Widagdo, Dominukus Oktavianto Kresno. “Pengaruh Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Perusahaan”, Diponegoro Juornal of Accounting, volume 3,
Semarang: 2014.
Wibowo, Ari. ”Membangun Perbankan Syariah Menuju Good Corporate Governance”, diakses pada tanggal 4 november 2014 dari http//www.pesantren.uii.ac.id.
Wibisono, Haris. “ Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar
SEO”, Tesis S2, Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang: 2004.
Widarjono, Agus, “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews”, Yogyakarta: Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, 2013.
115
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Sampel Bank Umum Syariah (BUS)
No. Bank Umum Syariah
1. Bank Muamalat Indonesia
2. Bank Syariah Mandiri
3. Bank Mega Mas Syariah
4. Bank BRI Syariah
5. Bank Bukopin Syariah
6. Bank Panin Syariah
7. Bank Victoria Syariah
8. Bank BCA Syariah
9. Bank BNI Syariah
10. Maybank Indonesia Syariah
Lampiran 2: Daftar Sampel Unit Usaha Syariah (UUS)
No. Unit Usaha Syariah
1. Bank Permata
2. Bank Internasional Indonesia
3. Bank DKI
4. BPD DI Yogyakarta
116
5. BPD Jawa Tengah
6. BPD Jawa Timur
7. BPD Sumatra Utara
8. BPD Sumatra Barat
9. BPD Riau
10. BPD Sumatra Selatan
11. BPD Kalimantan Selatan
12. BPD Kalimantan Barat
13. BPD Sulawasi Selatan
14. BPD Nusa Tenggara Barat
15. Bank Tabungan Negara
16. Bank Tabungan Pensiunan Negara
17. OCBC NISP
18. Bank Sinarmas
19 BPD Jambi
20 Bank Danamon
117
Lampiran 3: Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah (BUS)
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2010.
No. Bank Umum Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Muamalat Indonesia 13 6 50 3 12 1,36
2 Bank Syariah Mandiri 34 7 60 4 16 2,21
3 Bank Syariah Mega Mas 45 5 100 3 9 1,9
4 Bank Syariah BRI 25 4 75 4 20 0,35
5 Bank Syariah Bukopin 27 4 66,67 3 17 0,74
6 Bank Panin Syariah 7 4 66,67 3 11 0
7 Bank Victoria Syariah 13 3 66,67 3 9 1,09
8 Bank BCA Syariah 13 3 66,67 5 12 1
9 Bank Syariah BNI 36 3 66,67 3 22 0,61
10 Maybank Indonesia Syariah
6 3 66,67 3 11 4,48
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2011
No. Bank Umum Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Muamalat Indonesia 10 5 50 3 12 1,52
2 Bank Syariah Mandiri 36 6 60 4 18 1,95
3 Bank Syariah Mega Mas 26 5 100 3 12 1,58
4 Bank Syariah BRI 36 4 75 4 24 0,2
5 Bank Syariah Bukopin 10 4 66,67 3 11 0,52
6 Bank Panin Syariah 9 4 100 3 10 2,06
7 Bank Victoria Syariah 16 3 66,67 3 12 6,93
8 Bank BCA Syariah 11 3 66,67 3 18 0,9
9 Bank Syariah BNI 58 3 66,67 3 17 1,29
10 Maybank Indonesia
Syariah 6 3 66,67 3 12 3,67
118
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2012
No. Bank Umum Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Muamalat Indonesia 8 5 50 3 12 1,54
2 Bank Syariah Mandiri 35 6 60 4 7 2,25
3 Bank Syariah Mega Mas 7 5 100 3 12 3,81
4 Bank Syariah BRI 36 5 60 5 18 1,19
5 Bank Syariah Bukopin 12 4 66,67 2 14 0,55
6 Bank Panin Syariah 9 4 66,67 3 13 3,48
7 Bank Victoria Syariah 19 3 66,67 3 12 3,11
8 Bank BCA Syariah 18 3 66,67 2 19 0,8
9 Bank Syariah BNI 43 3 66,67 4 20 1,48
10 Maybank Indonesia Syariah
6 3 100 3 11 2,88
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2013
No. Bank Umum Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Muamalat Indonesia 13 5 50 3 12 1,37
2 Bank Syariah Mandiri 33 6 60 4 17 1,53
3 Bank Syariah Mega Mas 15 5 100 3 12 2,33
4 Bank Syariah BRI 30 5 60 4 13 1,15
5 Bank Syariah Bukopin 10 4 66,67 2 13 0,69
6 Bank Panin Syariah 20 4 66,67 3 17 1,03
7 Bank Victoria Syariah 20 4 100 3 21 3,08
8 Bank BCA Syariah 18 3 66,67 3 17 1
9 Bank Syariah BNI 28 4 75 6 17 3,06
10 Maybank Indonesia Syariah
6 3 66,67 3 12 2,5
119
Lampiran 4: Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah (UUS)
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2010
No. Unit Usaha Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Danamon 5 11 57 6 14 2,95
2 Bank Permata 10 9 55,56 3 9 2
3 Bank Internasional Indonesia
12 9 57,14 4 12 1,14
4 Bank DKI 23 7 66,67 4 4 2,14
5 BPD DIY 8 4 33,33 4 13 2,79
6 BPD Jateng 7 5 75 3 13 2,83
7 BPD Jatim 16 4 50 3 10 5,57
8 BPD Sumut 24 4 66,67 3 14 4,55
9 BPD Sumbar 29 4 50 3 11 3,51
10 BPD Riau 11 5 80 4 10 3,83
11 BPD Sumsel 28 5 66,67 3 8 2,71
12 BPD Kalsel 30 3 100 3 15 3,39
13 BPD Kalbar 14 3 50 3 5 4,17
14 BPD Sulsel 12 4 50 3 12 5,58
15 BPD NTB 20 4 100 3 13 6,27
16 BTN 22 6 60 5 19 2,06
17 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
4 10 50 5 12 4
18 OCBC NISP 8 8 50 4 14 1,29
19 Bank Sinarmas 53 6 66,67 4 11 1,44
20 BPD Jambi 6 4 66,67 3 15 5,73
120
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2011
No. Unit Usaha Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Danamon 5 11 50 6 14 3
2 Bank Permata 10 9 55,56 4 10 1,66
3 Bank Internasional Indonesia
11 7 57,14 5 34 1,13
4 Bank DKI 4 4 66,67 4 13 2,32
5 BPD DIY 14 4 50 4 19 2,55
6 BPD Jateng 5 5 50 3 12 2,67
7 BPD Jatim 15 5 50 5 4 4,97
8 BPD Sumut 16 4 66,67 3 14 3,26
9 BPD Sumbar 35 4 66,67 3 14 2,66
10 BPD Riau 16 5 100 3 12 2,62
11 BPD Sumsel 17 5 66,67 3 14 2,56
12 BPD Kalsel 42 4 100 3 14 2,81
13 BPD Kalbar 11 4 75 3 12 3,45
14 BPD Sulsel 9 4 50 3 12 3,34
15 BPD NTB 6 4 66,67 3 15 5,71
16 BTN 57 6 50 5 26 2,03
17 Bank Tabungan
Pensiunan Nasional 5 9 50 5 12 4,4
18 OCBC NISP 8 10 50 4 14 1,91
19 Bank Sinarmas 46 6 50 4 12 1,07
20 BPD Jambi 9 4 100 3 13 3,28
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2012
No. Unit Usaha Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Danamon 6 11 50 6 15 3,5
121
2 Bank Permata 10 9 55,56 4 12 1,7
3 Bank Internasional Indonesia
11 9 57,14 5 26 1,62
4 Bank DKI 9 4 66,67 4 14 1,87
5 BPD DIY 19 4 66,67 4 15 2,56
6 BPD Jateng 4 5 50 3 13 2,73
7 BPD Jatim 15 5 50 3 12 3,34
8 BPD Sumut 9 3 66,67 3 14 2,99
9 BPD Sumbar 24 4 66,67 3 11 2,6
10 BPD Riau 16 3 100 4 12 2,95
11 BPD Sumsel 22 5 50 3 15 1,9
12 BPD Kalsel 38 4 100 3 13 1,27
13 BPD Kalbar 10 4 75 3 13 3,33
14 BPD Sulsel 15 4 75 3 12 3,99
15 BPD NTB 19 4 50 3 19 5,62
16 BTN 51 7 50 4 24 1,94
17 Bank Tabungan
Pensiunan Nasional 4 10 50 5 12 4,7
18 OCBC NISP 9 9 50 4 15 1,79
19 Bank Sinarmas 25 7 66,67 5 12 1,74
20 BPD Jambi 5 4 100 3 18 3,58
Data Sampel Penelitian Unit Usaha Syariah Tahun 2013
No. Unit Usaha Syariah Rapat
DK
jml
DD
DKI
(%)
jml
KA
Rapat
DPS
ROA
(%)
1 Bank Danamon 6 11 50 6 16 3
2 Bank Permata 11 10 50 4 12 1,55
3 Bank Internasional
Indonesia 12 9 50 4 36 1,71
4 Bank DKI 16 5 100 4 13 3,15
5 BPD DIY 13 4 33,33 4 15 2,71
122
6 BPD Jateng 7 4 66,67 3 14 3,01
7 BPD Jatim 16 7 50 3 12 3,82
8 BPD Sumut 12 3 66,67 3 12 3,97
9 BPD Sumbar 21 4 66,67 3 16 2,64
10 BPD Riau 23 5 100 5 13 3
11 BPD Sumsel 30 5 33,33 2 16 1,76
12 BPD Kalsel 36 4 100 3 16 2,33
13 BPD Kalbar 11 4 100 3 14 3,42
14 BPD Sulsel 12 4 75 3 12 4,2
15 BPD NTB 22 4 33,33 4 20 5,1
16 BTN 36 3 50 5 24 1,79
17 Bank Tabungan
Pensiunan Nasional 4 10 50 5 12 4,5
18 OCBC NISP 8 11 50 5 14 1,81
19 Bank Sinarmas 26 6 66,67 5 11 1,71
20 BPD Jambi 11 4 100 3 12 4,14
Keterangan:
DK : Dewan Komisaris
DD : Dewan Direksi
DKI : Dewan Komisaris Independen
KA : Komite Audit
DPS : Dewan Pengawas Syariah
ROA : Return On Asset
123
Lampiran 5: Statistik Deskriptif
Date: 06/08/15 Time: 07:43
Sample: 2010 2013
ROA DK DD DKI KA DPS
Mean 2.613167 18.00000 5.225000 66.07125 3.608333 14.20833
Median 2.560000 13.50000 4.000000 66.67000 3.000000 13.00000
Maximum 6.930000 58.00000 11.00000 100.0000 6.000000 36.00000
Minimum 0.000000 4.000000 3.000000 33.33000 2.000000 4.000000
Std. Dev. 1.392497 12.50613 2.232166 17.83437 0.910221 4.724148
Skewness 0.651454 1.220438 1.286369 0.743958 0.918197 1.720834
Kurtosis 3.187035 3.927530 3.582907 2.808492 3.209571 8.437811
Jarque-Bera 8.662766 34.09092 34.79378 11.25284 17.08133 207.0743
Probability 0.013149 0.000000 0.000000 0.003601 0.000195 0.000000
Sum 313.5800 2160.000 627.0000 7928.550 433.0000 1705.000
Sum Sq. Dev. 230.7468 18612.00 592.9250 37849.69 98.59167 2655.792
Observations 120 120 120 120 120 120
124
Lampiran 6: Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Panel
Hasil Uji Metode Common Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:53 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.280877 0.081530 -3.445085 0.0008
LOGDD -0.251678 0.185018 -1.360285 0.1764
LOGDKI 0.031102 0.217010 0.143321 0.8863
LOGKA 0.359549 0.274804 1.308385 0.1934
LOGDPS -0.487367 0.168611 -2.890486 0.0046
C 2.646289 1.146009 2.309135 0.0228
R-squared 0.177627 Mean dependent var 0.809456
Adjusted R-squared 0.141239 S.D. dependent var 0.617329
S.E. of regression 0.572075 Akaike info criterion 1.770011
Sum squared resid 36.98146 Schwarz criterion 1.910134
Log likelihood -99.31563 Hannan-Quinn criter. 1.826910
F-statistic 4.881461 Durbin-Watson stat 0.597626
Prob(F-statistic) 0.000442
125
Hasil Uji Metode Fixed Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel Least Squares Date: 06/08/15 Time: 08:54 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.133580 0.098737 -1.352886 0.1797
LOGDD 0.372537 0.249641 1.492290 0.1394
LOGDKI -0.061570 0.187990 -0.327515 0.7441
LOGKA 0.538309 0.242946 2.215750 0.0294
LOGDPS -0.126936 0.129276 -0.981897 0.3290
C 0.488634 0.981494 0.497848 0.6199
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.821737 Mean dependent var 0.809456
Adjusted R-squared 0.749582 S.D. dependent var 0.617329
S.E. of regression 0.308922 Akaike info criterion 0.728474
Sum squared resid 8.016363 Schwarz criterion 1.545863
Log likelihood -8.344187 Hannan-Quinn criter. 1.060390
F-statistic 11.38862 Durbin-Watson stat 2.369964
Prob(F-statistic) 0.000000
126
Hasil Uji Metode Random Effect
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.503527 0.7265
Idiosyncratic random 0.308922 0.2735
Weighted Statistics
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Unweighted Statistics
R-squared 0.103882 Mean dependent var 0.809456
Sum squared resid 40.29774 Durbin-Watson stat 0.479503
127
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 10.465954 (29,84) 0.0000
Cross-section Chi-square 181.942877 29 0.0000
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.481840 5 0.1872
Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Model Data Penel Terpilih (Model Random Effect)
Dependent Variable: LOGROA Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/08/15 Time: 08:55 Sample: 2010 2013 Periods included: 4 Cross-sections included: 30 Total panel (unbalanced) observations: 119 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159
Effects Specification
S.D. Rho
128
Cross-section random 0.503527 0.7265
Idiosyncratic random 0.308922 0.2735
Weighted Statistics
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Hasil Uji F (Uji Simultan)
R-squared 0.97719 Mean dependent var 0.238072
Adjusted R-squared 0.57795 S.D. dependent var 0.321398
S.E. of regression 0.312052 Sum squared resid 11.00351
F-statistic 2.447636 Durbin-Watson stat 1.756067
Prob(F-statistic) 0.038051
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LOGDK -0.168075 0.082801 -2.029858 0.0447
LOGDD 0.085564 0.188007 0.455112 0.6499
LOGDKI 0.017923 0.173458 0.103329 0.9179
LOGKA 0.378365 0.220162 1.718579 0.0884
LOGDPS -0.217581 0.121950 -1.984180 0.0471
C 1.139766 0.915798 1.244561 0.2159