Upload
hoangnhu
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAPEKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentukapapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yangberasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulislain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagianakhir Skripsi ini.
Bogor, Agustus 2012
MUCHAMAD GUFRONC54070049
RINGKASAN
MUCHAMAD GUFRON. Pengaruh Gelombang dan Arus Permukaan Lautyang Dibangkitkan Angin Terhadap Ekostruktur Ikan Terumbu di KarangLebar, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh NYOMAN METTANYANAKUMARA NATIH dan ADRIANI SUNUDDIN.
Di ekosistem laut, faktor fisik yang memengaruhi distribusi antar spesiesdari pesisir hingga laut lepas adalah salinitas, suhu, dan pergerakan massa air. Diekosistem terumbu karang, komunitas ikan terumbu merupakan biota yang terlihatjelas kelimpahan, keanekaragaman dan peranannya (baik secara ekologis danekonomis) di dalam ekosistem terumbu karang. Keberadaan dan sebaran ikanterumbu di terumbu karang tidak lepas dari pengaruh faktor fisik perairan sepertigelombang dan arus permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajikarakteristik gelombang dan arus permukaan yang dibangkitkan angin untukperiode bulan Juni di perairan Karang Lebar, Kepulauan Seribu serta menganalisisstruktur komunitas ikan terumbu dan keterkaitannya terhadap dinamikaoseanografi permukaan laut.
Parameter yang dikaji dalam penelitian ini adalah angin, dan hidrodinamikapermukaan di wilayah terumbu yang dibangkitkan oleh angin (gelombang danarus permukaan), serta komunitas ikan terumbu. Data angin dan gelombangpermukaan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Maritim(BMKG) yang digunakan untuk mengetahui karakteristik dinamika arus dangelombang di perairan Karang Lebar, Kepulauan Seribu. Data in situ aruspermukaan diperoleh dari penelitian Siregar (2009), Setyawan (2008), danRachmawati (2010), sedangkan data ikan terumbu diperoleh dari Siregar (2008).Pengukuran arus in situ menggunakan alat floating dredge sedangkan pengamatanikan menggunakan sensus visual pada transek sabuk di kedalaman 3-5 meter.
Karakteristik angin selama tiga tahun memiliki kecepatan angin rataansebesar 2,1-3,6 m/s dan termasuk kategori tenang, namun mampu membangkitkangelombang dengan tinggi mencapai 0,15 m. Secara umum, dinamika gelombangpermukaan selama tiga tahun memiliki frekuensi yang berbanding lurus terhadaptinggi gelombang. Kondisi gelombang dan arus yang bergerak di perairan KarangLebar memiliki ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewati perairantersebut dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap distribusi ikanterumbu yang ada di dalam perairan Kepulauan Seribu.
Secara umum jenis ikan terumbu yang paling umum mendiami perairanKarang Lebar adalah ikan planktivora. Total biomassa ikan di daerah leewardlebih tinggi dibandingkan dengan daerah windward. Komunitas ikan terumbumenunjukkan nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tertinggi di Stasiun1 dan terendah di Stasiun 8, sedangkan nilai indeks dominansi tertinggi di Stasiun8 dan terendah di Stasiun 1. Hasil analisis koresponden menunjukkan bahwadinamika arus dan gelombang permukaan, khususnya dibangkitkan oleh angin,memengaruhi sebaran biomassa ikan terumbu khususnya di perairan terumbuyang terpapar (exposed) gelombang..
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atautinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentinganyang wajar IPBDilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulisdalam bentuk apapun tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
PENGARUH GELOMBANG DAN ARUS PERMUKAAN LAUTYANG DIBANGKITKAN ANGIN TERHADAP
EKOSTRUKTUR IKAN TERUMBU DI KARANG LEBAR,KEPULAUAN SERIBU
MUCHAMAD GUFRON
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012
SKRIPSI
Judul Skripsi : Pengaruh Gelombang dan Arus Permukaan LautYang Dibangkitkan Angin Terhadap EkostrukturIkan Terumbu di Karang Lebar, Kepulauan Seribu
Nama Mahasiswa : Muchamad Gufron
Nomor Pokok : C54070049
Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih, M.Si Adriani Sunuddin, S.Pi M.SiNIP. 1965 0614 1991031001 NIP. 1979 0206 2006042013
Mengetahui,
Ketua Departemen ITK
Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.ScNIP. 19580909 198303 1 003
Tanggal Ujian: 1 Juni 2012
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan
karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “Pengaruh Gelombang Dan Arus Permukaan
Laut Yang Dibangkitkan Angin Terhadap Ekostruktur Ikan Terumbu Di
Karang Lebar, Kepulauan Seribu”. Penelitian ini merupakan tugas akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan yaitu Sarjana Ilmu Kelautan.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan tulus penulis sampaikan terutama:
1. Keluarga tercinta ayah, ibu, dan adik atas do’a, dukungan, motivasi, dan
pengertian kepada penulis.
2. Dr. Ir. Nyoman Metta N. Natih dan Adriani Sunuddin S.Pi, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
3. Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, Fadhilah Rahmawati, dan Edy Setyawan selaku
sumber data pada penelitian ini.
4. Fisheries Diving Club (FDC-IPB) atas pendidikan dan pelatihan yang
diberikan, sehingga memberikan pengalaman yang berharga, khususnya diklat
26 dan 27 FDC sebagai teman seperjuangan secara fisik maupun mental.
5. Seluruh warga ITK terutama ITK angkatan 44 atas dukungan, dan
kebersamaannya.
6. Didit A. Saputra, Arief R., Rr. Niken Ambarsari dan Waode Khairunnisa yang
memberikan semangat, arahan, perhatian selama penulis menyelesaikan tugas
akhir skripsi.
Semoga hasil karya yang telah dilaksanakan oleh penulis dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan ilmu kelautan.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Tujuan ......................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 32.1 Kondisi Geografis dan Iklim di Kepulauan Seribu ..................... 32.2 Karakteristik dan Jenis Gelombang ............................................ 42.3 Karakteristik dan Jenis Arus Laut ............................................... 72.4 Ekosistem Terumbu Karang ........................................................ 8
2.4.1 Karang Terumbu .............................................................. 82.4.2 Ikan Terumbu .................................................................. 9
2.4.2.1 Distribusi Ikan Terumbu ........................................ 92.4.2.2 Stuktur Komunitas Ikan Terumbu .......................... 12
2.5 Uji Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan Hidrodinamika .. 132.5.1 Koefisien Kesamaan (Index of Similatiry) ...................... 142.5.2 Analisis Pengelompokkan (Cluster Analysis) ................. 162.5.3 Analisis Koresponden (Correspondence Analysis) .......... 16
3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 183.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 183.2 Alat dan Set Data Penelitian ....................................................... 203.3 Metode Penelitian ........................................................................ 203.4 Analisis Data ............................................................................... 22
3.4.1 Komunitas Ikan Terumbu .................................................. 223.4.1.1 Kelimpahan Ikan .................................................. 223.4.1.2 Indeks Ekologi ..................................................... 22
3.4.1.2.1 Indeks Keanekaragaman (H’) ................ 223.4.1.2.2 Indeks Keseragaman (E) ........................ 233.4.1.2.3 Indeks Dominansi (C) ............................ 23
3.4.1.3 Biomassa Ikan ...................................................... 233.4.2 Indeks Kesamaan (Index of Similarity) .............................. 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 254.1 Karakteristik Arah dan Kecepatan Angin ................................... 254.2 Karakteristik Hidrodinamika ....................................................... 28
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan Berdasarkan Frekuensi
ix
ix
dan Tinggi ......................................................................... 284.2.2 Keterkaitan antara Gelombang dengan Kecepatan Arus
Permukaan ........................................................................ 304.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu ........................................ 33
4.3.1 Biodiversitas Ikan Terumbu ............................................. 334.3.2 Indeks Ekologi .................................................................. 39
4.4 Uji Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan Hidrodinamikadi Perairan Karang Lebar ........................................................... 414.4.1 Pengelompokkan Komunitas Ikan Terumbu .................... 414.4.2 Keterkaitan antara Komunitas Ikan Terumbu dengan
Hidrodinamika Permukaan Laut ...................................... 49
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 515.1 Kesimpulan ................................................................................. 515.2 Saran ............................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 53
LAMPIRAN ........................................................................................... 56
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 74
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kriteria pemakaian koefisien kesamaan biner dan kuantitas ........... 15
2. Titik koordinat lokasi pengambilan data .......................................... 18
3. Alat dan set data ............................................................................... 20
4. Jenjang trofik masing-masing famili ikan terumbu di kelompok 4 . 45
5. Kondisi habitat ikan terumbu di Karang Lebar ................................ 58
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian di Perairan Karang Lebar,Kepulauan Seribu, Jakarta ................................................................. 19
2. Diagram Alir Penelitian .................................................................... 21
3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahundi Perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara ........................................... 26
4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni Pada Tahun 20072008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara ................................. 28
5. Karakterteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu .................................... 31
6. Kelimpahan Ikan Terumbu di Karang Lebar .................................... 34
7. Profil Arus, Gelombang, Kelimpahan dan BiomassaIkan TerumbuBerdasarkan Trophic Level di Karang Lebar .................................... 36
8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar ................................................................................. 40
9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar .................................................................. 42
10. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Lokasi PengamatanIkan Terumbu di Karang Lebar ......................................................... 47
11. Analisis Koresponden Hubungan antara Gelombang danArus Permukaan Terhadap Ikan Terumbu di Tiap Stasiun ................. 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabulasi Data Angin, Tinggi dan Periode Gelombangdi Teluk Jakarta .................................................................................. 57
2. Tabulasi Data Arus Permukaan Air Laut di PerairanKarang Lebar dan sekitarnya ............................................................... 66
3. Tabulasi Data Ikan Terumbu yang Teridentifikasidi Perairan Karang Lebar .................................................................... 67
4. Matriks Data Analisis Koresponden di Perairan Karang Lebar ......... 72
5. Hasil Keterkaitan Analisis Koresponden di Perairan Karang Lebar .... 73
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan makhluk hidup dalam suatu ekosistem tidak terlepas dari proses
fisik yang berada di lingkungan sekitarnya untuk menunjang metabolisme atau
siklus hidup sehari-hari. Pada sistem perairan laut, faktor fisik yang
menghubungkan pola distribusi antar spesies dari pesisir hingga laut lepas adalah
salinitas, suhu dan pergerakan massa air (Fulton dan Bellwood 2005). Energi
gelombang dan arus merupakan faktor fisik yang penting pada ekosistem pesisir
maupun daerah yang dipengaruhi pasang surut.
Ekosistem terumbu karang merupakan perairan yang memiliki ciri khas
perairan dangkal dengan berbagai keanekaragaman hayati laut. Hal ini dibuktikan
dengan tingginya tingkat keanekaragaman hayati laut yang mendiami daerah
ekosistem terumbu karang, seperti: ikan, moluska, udang, teripang, makro-mikro
bentik lainnya. Karakteristik energi gelombang dan kecepatan arus memberikan
kontribusi penting dalam mengidentifikasi pola penyebaran/ distribusi spesies di
ekosistem terumbu karang. Pergerakan transport sedimen, nutrien, larva, plankton
dan lainnya yang berada di sekeliling pulau maupun karang tepi disebabkan oleh
adanya gerak massa air berupa gelombang dan arus air laut (Lowe et al. 2005).
Pada ekosistem terumbu karang, komunitas ikan terumbu merupakan biota
yang terlihat jelas tingkat kelimpahan, keanekaragaman dan peranan (ekologis dan
ekonomis) di dalam ekosistem terumbu karang. Secara umum ikan terumbu
memanfaatkan terumbu karang sebagai habitat hidup yang sesuai dalam
melakukan kegiatan sehari-hari berupa nursery, spawning¸ dan feeding. Siklus
hidup dan distribusi ikan terumbu yang terjadi di ekosistem terumbu karang tidak
2
lepas dari pengaruh faktor fisik perairan terutama gelombang dan arus. Seringkali
faktor fisik yang ekstrim seperti suhu atau energi gelombang dan kecepatan arus
bisa menjadi faktor pembatas dalam interaksi ikan terumbu, seperti terjadinya
kompetisi ruang, predasi, kematian maupun migrasi massal.
Karang Lebar merupakan salah satu daerah perairan yang memiliki
ekosistem terumbu karang dengan karakteristik pergerakan massa air yang sering
berubah-ubah yang berdampak langsung pada kondisi ikan terumbu. Oleh karena
itu, diperlukannya kajian mengenai pengaruh gelombang dan arus permukaan
yang mempengaruhi komunitas ikan terumbu di perairan Karang Lebar. Sehingga
dengan mengetahui karakteristik hidrodinamika terhadap komunitas ikan terumbu,
diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian bidang
ilmu kelautan selain menunjang aktivitas masyarakat pesisir maupun kelestarian
sumberdaya ikan di ekosistem terumbu karang.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik gelombang dan arus permukaan yang
dibangkitkan angin untuk periode bulan Juni di perairan Karang Lebar,
Kepulauan Seribu.
2. Menganalisis struktur komunitas ikan terumbu dan keterkaitannya
terhadap dinamika oseanografi permukaan, arus dan gelombang yang
dibangkitkan oleh angin.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Geografis dan Iklim di Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai salah satu Kabupaten Administrasi
berdasarkan UU No.34 Tahun 1999 tentang pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
Negara Republik Indonesia. Secara geografis letak Kepulauan Seribu berada di
koordinat 106°20’00”- 106°57’00” BT dan 5°10’00”- 5°57’00” LS. Kepulauan
Seribu berbatasan langsung dengan Laut Jawa disebelah Utara, Barat, Timur dan
sebelah Selatan berbatasan langsung dengan perairan Jakarta Utara, Banten dan
Jawa Barat. Kepulauan Seribu memiliki luas perairan perairan dan gugusan pulau
sekitar 1.180,80 Ha.
Ditinjau dari letak kontinental dan karakter oseanografisnya, perairan
Kepulauan Seribu mempunyai iklim muson tropis, yakni adanya pergantian arah
angin setiap setengah tahun yang disebut angin muson. Banyaknya uap air laut
yang berpengaruh terhadap suhu udara. Hal ini juga sebagai akibat karena
Kepulauan Seribu berada pada daerah equator yang mempunyai sistem equator
yang dipengaruhi variasi tekanan udara. Musim basah mencapai kondisi
maksimum pada bulan Januari, sedang musim kering mencapai puncak pada
bulan Juni-Agustus. Pengaruh musim terlihat sebagai tiupan angin Barat Laut-
Utara yang kuat selama musim Barat pada bulan Oktober -April; serta angin
Tenggara-Timur pada musim Tenggara atau Timur pada bulan Mei–September.
Musim hujan berlangsung pada bulan November-April dan curah hujan terbesar
terjadi pada bulan Januari. Musim kemarau berlangsung antara bulan Mei-
Oktober dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (BPLHD DKI
Jakarta 2002).
4
2.2. Karakteristik dan Jenis Gelombang Laut
Gelombang permukaan merupakan gerakan berombak dari permukaan air
yang dihasilkan oleh tiupan angin diatasnya (Bascom 1959 dalam Bird 1984).
Gelombang terjadi akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut seperti
tekanan atau tegangan dari atmosfer (angin), gempa bumi, gaya gravitasi bumi
dan benda-benda angkasa (bulan dan matahari/ pasut), gaya coriolis (akibat rotasi
bumi) dan tegangan permukaan (Komar 1998). Menurut Davis (1991), ada tiga
faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin
yaitu: Pertama, lama angin bertiup atau durasi angin, Kedua, kecepatan angin dan
Ketiga, fetch merupakan jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit
gelombang atau daerah pembangkit gelombang.
Menurut Komar (1998) menyatakan bahwa gelombang akan mentransfer
energi melalui partikel air sesuai dengan arah hembusan angin. Mekanisme
transfer energi yang terjadi terdiri dari dua bentuk, yaitu: Pertama, akibat adanya
variasi tekanan angin pada permukaan air yang diikuti oleh pergerakan gelombang
dan Kedua, transfer momentum dan energi dari gelombang frekuensi tinggi ke
gelombang frekuensi rendah (periode tinggi dan panjang gelombang besar).
Viskositas air laut secara langsung dapat mempengaruhi efek dari tekanan angin,
sehingga kecepatan angin permukaan menghilang makin menuju ke arah dalam
perairan dan di kedalaman tertentu menjadi nol (Hutabarat dan Evans 2006).
Prediksi suatu penjalaran gelombang yang dibangkitkan oleh angin yang terjadi di
daerah ekosistem terumbu karang sangat lah penting untuk dipelajari dari segi
karakteristiknya. Menurut Longuet-Higgins and Stewart (1962) dalam Lowe et al
(2005) gelombang pecah yang terjadi di terumbu karang, mampu meningkatkan
5
ketinggian permukaan air rata-rata dan gradien tekanan yang kemudian
memengaruhi pergerakan sirkulasi hewan-hewan di terumbu tersebut. Pergerakan
gelombang yang diikuti oleh arus memiliki peran penting dalam transport nutrien
untuk karang, sedimen, plankton dan larva. Selain itu, gelombang juga
merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam penentuan morfologi dan
komposisi bentik terumbu karang (Lowe et al. 2005).
Gelombang yang bergerak menuju pantai akan mengalami deformasi
gelombang sebagai akibat dari perubahan kedalaman suatu perairan yang
cenderung dangkal. Menurut Triatmodjo (1999) ada tiga deformasi gelombang
yang terjadi ketika mendekati pantai akibat perbedaan kedalaman sebelum
akhirnya mengalami pemecahan gelombang (wave breaking), yaitu refraksi,
difraksi dan refleksi. Menurut Carter (1993) arah perambatan berangsur-angsur
berubah dengan berkurangnya kedalaman, sehingga dapat diamati bahwa muka
gelombang cenderung sejajar dengan kontur kedalaman. Refraksi terjadi jika
suatu gelombang datang membentuk suatu kemiringan terhadap pantai yang
mempunyai kemiringan dasar landai dengan kontur-kontur kedalaman sejajar
dengan garis pantai, maka puncak gelombang akan berubah arah dan cenderung
menjadi sejajar dengan garis pantai. Bila kondisi pantai cenderung landai, ada
kemungkinan gelombang tidak pecah tapi mengalami pemantulan yang sering
disebut refleksi. Arah perambatan gelombang juga dapat berubah dan mengalami
pembelokan selain diteruskan kembali ketika melewati kedalaman yang konstan
dan menuju kesuatu pulau atau zona pemecah gelombang, yang juga disebut
difraksi gelombang.
6
Berdasarkan CERC (1984) dalam Siwi (2008) mengatakan bahwa refraksi
dan pendangkalan gelombang dapat menentukan ketinggian gelombang pada
kedalaman tertentu serta distribusi energi gelombang sepanjang pantai.
Perubahan gelombang yang terjadi dari hasil refraksi akan menghasilkan suatu
daerah energi gelombang konvergen (memusat) jika mendekati semenanjung atau
divergen (menyebar) ketika menemui cekungan (Pariwono 1992). Menurut
Sorensen (1991) pada umumnya ada tiga penggolongan gelombang pecah yang
ada pada suatu kemiringan pantai, yaitu: spilling, plunging dan surging. Plunging
terjadi dikarenakan seluruh puncak gelombang melewati kecepatan gelombang
dan umumnya berbentuk swell atau gelombang-gelombang panjang. Spilling
merupakan bentuk pecah gelombang dengan muka gelombang sudah pecah
sebelum sampai ke pantai, sedangkan gelombang dengan muka gelombang yang
belum pecah dan mendekati garis pantai serta sempat mendaki kaki pantai sering
disebut surging.
Menurut Sachoemar (2008) kondisi Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh
musim. Pada saat terjadi musim timur, tinggi gelombang air laut mencapai 0,5-
1,0 meter dan tinggi gelombang pada musim barat mencapai 2-3 meter.
Kecepatan gelombang rata-rata yang terjadi disekitar Kepulauan Seribu mencapai
1 knot. Pengukuran di Pulau Pramuka tercatat memiliki tinggi rata-rata
gelombang mencapai 69,6-70 cm dengan periode gelombang 2,4-6,3 detik.
Karakteristik perambatan gelombang di daerah tubir akan lebih besar
dibandingkan perambatan yang terjadi di daerah dangkal. Peredaman gelombang
terjadi ketika gelombang menjalar di daerah rataan karang dangkal.
7
2.3. Karakteristik dan Jenis Arus Laut
Arus laut merupakan pergerakan massa air laut secara horizontal atau
vertikal sehingga menuju keseimbangannya atau gerakan air yang sangat luas
yang terjadi di seluruh lautan dunia. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya
Coriolis dan arus Ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling dan
downwelling (Wyrtki 1961). Menurut Gross (1990), Berdasarkan gaya-gaya yang
menimbulkannya, arus dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Arus bentukan angin (Wind Driven Current) yang disebabkan oleh gesekanangin.
2. Arus geostropik (Geostropic Curren) yang disebabkan oleh adanya gradientekanan mendatar dan gaya coriolis
3. Arus termohalin (Thermohaline Current) yang disebabkan oleh adanyaperbedaan jenis suhu air laut.
4. Arus pasang surut (Tidal Current) yang disebabkan oleh adanya gayapembangkit pasang surut.
Metode pengambilan data arus dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung (in
situ) dan tidak langsung (ex situ). Adapun pengambilan data arus secara langsung
terdiri dari metode pengukuran pada titik tetap (Euler) dan metode Langrangiang,
yaitu dengan benda hanyut (drifter), kemudian mengikuti gerakan aliran massa air
laut. Selain itu, pengukuran arus secara insitu dapat dilakukan dengan sistem
mooring, yaitu menempatkan current meter pada kedalaman tertentu dengan
dilengkapi acoustic release yang berfungsi untuk melepas rangkaian mooring dan
akan mencatat data arus yang akan disimpan ke dalam komputer dalam bentuk
data numerik. Pengambilan data arus secara tidak langsung terbagi menjadi dua,
yaitu menggunakan satelit altimetri dan model hidrodinamika.
8
Menurut Seeber (1993) pengukuran arus menggunakan satelit altimetri
sudah berkembang sejak 1975. Informasi utama yang ingin ditentukan dengan
satelit altimetri adalah topografi muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur
ketinggian satelit di atas permukaan laut menggunakan waktu tempuh dari
gelombang elektromagnetik yang dikirimkan kepermukaan laut dan dipantulkan
kembali ke satelit sehingga menghasilkan data rekaman waktu tempuh gelombang
elektromagnetik untuk menentukan lokasi dan kecepatan arus. Pengukuran arus
dengan membangun model hidrodinamika adalah dengan mengubah fenomena
oseanografi ke dalam persamaan numerik yang bersifat diskret. Kecepatan arus
pada daerah Kepulauan Seribu sebesar 5-49 cm/detik ketika pasang purnama dan
mencapai 4-38 cm/detik ketika pasang perbani (Sachoemar 2008).
2.4. Ekosistem Terumbu Karang
2.4.1. Karang Terumbu
Karang adalah hewan yang mampu memproduksi kerangka kalsium
karbonat dan hampir seluruhnya memiliki zooxanthellae (Spalding et al. 2001).
Menurut Nybakken (1992) terumbu karang merupakan suatu bagian ekosistem
yang dibangun oleh sejumlah biota, baik hewan maupun tumbuhan secara terus-
menerus mengikat ion kalsium dan karbonat dari air laut yang menghasilkan
rangka kapur, kemudian secara keseluruhan tergabung membentuk suatu terumbu
atau bangunan dasar kapur.
Pembentukan terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks.
Berkaitan dengan pembentukan terumbu, karang terbagi atas dua kelompok yaitu
karang yang mampu membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang
tidak dapat membentuk terumbu (karang ahermatipik). Ada empat tipe asosiasi
9
karang yaitu (1) karang yang bersimbiosis dengan alga (zooxanthellae) dan
menghasilkan terumbu, (2) karang yang bersimbiosis dengan zooxanthellae) tetapi
tidak menghasilkan terumbu, (3) karang yang tidak bersimbiosis dengan
zooxanthellae tetapi menghasilkan terumbu, dan (4) karang yang tidak
bersimbiosis dengan zooxanthellae dan tidak menghasilkan terumbu (Veron,
1986). Selain hewan karang yang termasuk kategori bentik terumbu adalah makro
benthos (others), berupa kima, ekhinodermata, moluska, spons, makro alga
2.4.2. Ikan Terumbu
Ikan terumbu merupakan organisme yang memiliki peranan penting di
ekosistem terumbu karang, sehingga dengan adanya keberadaan ikan terumbu di
ekositem terumbu karang menjadikan daerah ekosistem terumbu karang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat yang hidup
di sekitarnya (Nybakken 1982). Ikan terumbu memanfaatkan ekosistem terumbu
karang sebagai daerah mencari makanan, perlindungan dari predator dan lain-lain
(Hutomo 1986). Komunitas ikan terumbu tidak terlepas dari faktor fisik yang
memengaruhi kelangsungan hidup, yaitu: suhu, cahaya, kedalaman dan
gelombang. Keberadaan ikan terumbu di perairan sangat bergantung pada
kesehatan terumbu karang yang ditunjukkan oleh persen penutupan terumbu
karang hidup. Adapun beberapa komponen yang penting diperhatikan dalam hal
mengkaji komunitas ikan terumbu, yaitu: distribusi ikan terumbu dan struktur
komunitas ikan terumbu.
2.4.2.1. Distribusi Ikan Terumbu
Menurut Hutomo (1995) bahwa distribusi harian ikan terumbu dibagi
menjadi tiga, yaitu ikan terumbu yang aktif pada saat siang hari (diurnal),
10
peralihan siang dan malam (crepuscular) dan saat malam hari (nokturnal). Ikan
terumbu sebagian besar di dominasi oleh ikan diurnal (siang hari). Ikan terumbu
yang sifatnya diurnal mencari makan dan beraktifitas di daerah permukaan
terumbu karang dan memakan plankton yang melewati terumbu karang.
Beberapa famili ikan-ikan diurnal, seperti: Pomacentridae, Chaetodontidae,
Pomacanthidae, Acanthuridae, Labridae, Lutjanidae, Serranidae, Siganidae,
Balistidae, Cirrhitidae, Tetraodontidae, Blenniidae dan Gobiidae. Adapun famili
yang termasuk dalam ikan nokturnal adalah: Holocentridae, Apogonidae,
Haemulidae, Scorpaenidae, Muraenidae, Serranidae dan beberapa Labridae. Ikan-
ikan nokturnal pada siang hari mereka menempati celah-celah karang dan
menetap di daerah gua-gua (Allen dan Steene 1987).
Faktor kedalaman memiliki peran penting dalam distribusi ikan terumbu.
Pada umumnya ikan terumbu memiliki kisaran kedalaman yang relatif sempit.
Hal ini disebabkan oleh faktor ketersediaan makanan, dinamikagelombang/ombak
dan predator. Ikan akan cenderung membuat daerah teritorial yang kaya akan
makanan dan menghindari pecahan gelombang dengan menempati daerah yang
lebih dalam. Menurut Montgomery et al. (1980) Famili Pomacentridae
merupakan ikan terumbu yang cukup tinggi keanekaragaman spesiesnya. Pola
yang cerah dan unik, ukuran yang bervariasi namun pada umumnya berukuran
kecil dan jumlah yang sangat melimpah sehingga mudah dikenali. Ikan terumbu
ini menempati hampir di setiap bentuk morfologi terumbu karang, sebagian besar
ikan ini bersifat teritorial, spasial dan relatif stabil. Di perairan Indo-Pasifik
terdapat 300 spesies dari 22 genus dan sekitar 100 spesies dari 18 genus Famili
Pomacentridae mendiami perairan Samudra Hindia.
11
Menurut Kuiter (1992) Famili Labridae merupakan ikan terumbu yang
dominan ditemukan di ekosistem terumbu karang dengan ukuran yang bervariasi,
selain Famili Pomacentridae. Labridae pada umumnya merupakan omnivora,
pemakan udang, bintang laut, gastropoda, zooplankton, ikan-ikan kecil dan alga.
Mayoritas ikan terumbu ini cenderung menetap pada suatu lokasi atau
mengelompok di suatu bentuk terumbu tertentu seperti genus Cirrhilabrus dan
Paracheilinus dan mereka akan membentuk suatu kelompok besar ketika
memakan plankton yang berada di sekitar terumbu karang. Banyak dari spesies
ikan terumbu ini hidup dengan nyaman pada setiap lokasi terumbu karang. Ikan
Famili Labridae ini banyak ditemukan di perairan hangat dengan kedalaman 3
hingga 20 meter (Kuiter 1992).
Famili Chaetodontidae merupakan jenis yang ikan terumbu yang dominan
ditemui di ekosistem terumbu karang. Famili Chaetodontidae merupakan ikan
terumbu yang dijadikan sebagai indikator kesehatan perairan ekosistem terumbu
karang (Adrim et al. 1991). Penyusutan jumlah Famili Chaetodontidae
berbanding lurus dengan kerusakan ekositem terumbu karang. Ikan Famili
Chaetodontidae banyak ditemukan pada kedalaman kurang dari 15-20 meter.
Ketersediaan makanan juga mempengaruhi distribusi ikan terumbu ini, yaitu:
invertebrata kecil, karang lunak, alga, plankton, karang batu dan lainnya.
Pada umumnya ikan-ikan terumbu yang dijadikan konsumsi mendiami
lapisan dasar terumbu karang, celah-celah karang dan lebih dominan soliter
kecuali Famili Caesionidae dan Siganidae. Famili yang dijadikan target sebagai
ikan konsumsi adalah Famili Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae, Holocentridae,
12
Siganidae dan lainnya (Adrim 1993). Ukuran tubuh ikan-ikan target ini biasanya
lebih besar dibandingkan ikan-ikan terumbu lainnya.
Distribusi spasial ikan terumbu berhubungan dengan karakteristik habitat
dan interaksi di antara ikan-ikan terumbu tersebut. Distribusi spasial beberapa
jenis ikan terumbu secara nyata dipengaruhi oleh karakteristik habitat tertentu.
Karakteristik habitat yang paling berperan dalam distribusi ikan terumbu secara
berurutan adalah arus dan gelombang, kecerahan, suhu air dan kedalaman.
2.4.2.2. Struktur Komunitas Ikan Terumbu
Keanekaragaman spesies ikan terumbu mempunyai hubungan yang erat
dengan keberadaaan terumbu karang di perairan tersebut. Tingkah laku ikan
terumbu baik dari kecenderungan untuk berkelompok, mencari makan, dan
bertahan dari serangan predator tidak terlepas dari lingkungan yang berstruktur
akibat bentuk terumbu yang komplek (Hutomo 1995). Faktor yang memengaruhi
keberadaan ikan terumbu antara lain: habitat ikan yang terlindung dari angin
(leeward) atau tidak terlindung oleh angin (windward) (Nagelkerken 1981),
topografi dasar perairan (Amesbury dalam Hutomo 1986) dan penutupan karang
hidup atau mati.
Kumpulan ikan terumbu masing-masing memiliki habitat yang berbeda,
tetapi banyak spesies yang terdapat pada lebih dari satu habitat. Pada umumnya
tiap spesies ikan terumbu yang mendiami suatu perairan memiliki kesukaan
habitat tertentu (Hutomo 1986). Ekosistem terumbu karang tidak hanya berupa
terumbu saja, tetapi daerah pasir, teluk dan celah, daerah alga, dan perairan
dangkal serta dalam. Habitat yang beranekaragam ini dapat menerangkan
peningkatan jumlah ikan-ikan terumbu tersebut (Nybakken 1982).
13
Menurut English etal. (1994) bahwa ruang merupakan sumber daya
terpenting sebagai faktor pembatas utama bagi kelimpahan ikan terumbu di
ekositem terumbu karang dibandingkan makanan. Kepemilikan teritorial sangat
mempengaruhi penggunaan ruang dan variasi spasial berkaitan erat dengan
kerumitan habitat secara topografi. Namun dengan adanya sistem rantai makanan
yang terjadi diantara ikan-ikan terumbu dapat mengurangi persaingan ruang di
ekosistem terumbu karang (Luckhurst dan Luckhurst 1978). Tipe pemangsaan
yang paling umum di ekosistem terumbu karang adalah karnivora, yang berkisar
50-70% dari seluruh spesies ikan terumbu. Ikan herbivora dan koralivora
merupakan kelompok ikan terumbu besar kedua yaitu sebesar 15% dari spesies
ikan terumbu dengan ikan yang paling dominan adalah Scaridae dan
Acanthuridae. Ikan terumbu yang tergolong sebagai omnivora, zooplankton
memiliki persentase sisa dari tipe pemangsa karnivora, herbivora dan koralivora,
yaitu ikan famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Monacanthidae
(Nybakken 1982). Ikan terumbu yang tergolong herbivora adalah ikan-ikan yang
aktif di siang hari dengan postur mulut yang kecil dan berwarna cemerlang dan
beberapa jenis pada umumnya membentuk kelopok yang cepat bergerak,
sedangkan ikan terumbu yang tergolong karnivora pada umumnya mencari
mangsa di malam hari (nokturnal).
2.5. Uji Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan Hidrodinamika
Keterkaitan suatu fenomena di alam tidak selamanya dapat dihitung
menggunakan perumusan aljabar maupun sistematika. Hal ini memicu para
ilmuwan untuk mengembangkan suatu metode untuk mengkaitkan fenomena alam
14
yang mengalami perubahan dalam suatu lingkungan dengan mengkaitkan
parameter- parameter yang telah diambil dan di olah secara deskriptif. Fenomena
gerak massa air permukaan yang dikaitkan dengan ekostruktur ikan terumbu
sebagaimana dikaji dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa perhitungan
seperti: indeks kesamaan (Index of Similarity), analisis pengelompokkan (Cluster
Analysis) dan analisis koresponden (Correspondence Analysis)
2.5.1. Koefisien Kesamaan (Index of Similarity)
Pengukuran kesamaan merupakan koefisien yang sebagian besar
terdeskripsi, tidak menilai dari beberapa pengukuran statistik. Menurut Krebs
(1989) ada dua kelas dalam pengukuran kesamaan yaitu: koefisien kesamaan
biner dan koefisien kesamaan kuantitatif. Koefisien kesamaan biner bisa
digunakan ketika tersedia data yang bersifat ada-tidak untuk tiap spesies dalam
komunitas ikan terumbu dan tepat digunakaan untuk pengukuran skala nominal.
Koefisien kesamaan kuantitas dibutuhkan pengukuran kelimpahan relatif dari tiap
spesies. Beberapa pengukuran kelimpahana relatif adalah jumlah individu,
biomassa, produktivitas dan pengukuran kuantitas spesies yang penting lainnya
dalam komunitas.
Menurut Krebs (1989) beberapa perhitungan yang berbeda yang termasuk
kedalam koefisien kesamaan biner dan kuantitas. Pada Tabel 1. ditunjukkan
perbedaan perhitungan dan rumus serta kriteria pemakaian koefisien tersebut.
15
Tabel 1. Kriteria Pemakaian Koefisien Kesamaan Biner dan Kuantitas(Krebs 1989)
Kelas Koefisien Rumus KriteriaB
inar
i
Coefficient of
JaccardS
Koefisien ini digunakanuntuk mencocokkan beratdalam komposisi spesiesantara dua sampel yangberbeda
Coefficient of
SorensenS
Koefisien ini digunakanketika tidak ada dalamsampel tetapi ada dalamkomunitas yang sama
Simple Matching
CoefficientS
Koefisien sederhana untukdata biner menggunakandata negatif maupunpositif
Baroni-Urbani
and Buser
Coefficient
S√ √ Koefisien kompleks untuk
data biner yangmenggunakan nilai negatif
Kua
ntita
tif(K
oefis
ien
Jara
k)
Jarak
Euclidean∆ = ∑( ij − ik) Koefisien ini digunakan
pada jumlah kelas darifungsi matriks untukmengukur panjang
Indeks
Bray-Curtis
= ∑| ij − ik|∑( ij + ik)Measure of Similarity:1,0 −
Digunakan ketika spesiestidak ada di dalam keduaatau lebih sampelkomunitas dankelimpahan didominasioleh satu/beberapa spesies
Indeks Canberra
= 1 | ij − ik|ij + ik
Measure of Similarity:1,0 −Hampir sama denganBray-Curtis namun tidakberpengaruh besar denganpenggunaan datakelimpahan.
16
2.5.2. Analisis Pengelompokkan (Cluster Analysis)
Analisis pengelompokkan (clustering) merupakan teknik matematis untuk
mengelompokkan sejumlah sampel yang memiliki indeks pengukuran kesamaan
satu dengan yang lainnya. Menurut Krebs (1989) ada beberapa klasifikasi dalam
metode pengelompokkan: Hirarki , aglomerasi, monotetik atau politetik, kualitatif
atau kuantitatif.
Single Linkage Clustering merupakan teknik pengelompokkan yang
sederhana dengan bentuk analisis pengelompokkan berupa hirarki. Teknik ini
sering disebut metode data terdekat. Complete Linkage Clustering sering disebut
metode data terjauh. Konsep teknik ini berlawanan dengan Single Linkage
Clustering, meskipun proses kerja yang dilakukan secara umum sama kecuali
definisi kesamaannya.
Average Linkage Clustering merupakan teknik yang sangat mudah
dikembangkan untuk menghindari kesulitan dalam menggunakan Single Linkage
Clustering dan Complete Linkage Clustering. Secara keseluruhan Average
Linkage Clustering menggunakan komputerisasi tiap proses pengelompokkan/
clustering. Komputer meratakan kesamaan diantara sampel dan
mengelompokkannya. Strategi pengelompokkan yang sering digunakan pada
Average Linkage Clustering sering disebut Underweighted Pair-Group Method
using aritmethic Average (UPGMA).
2.5.3. Analisis Koresponden (Correspondence Analysis)
Analisis koresponden (correspondence analysis) merupakan metode yang
dapat mendeskripsikan berbagai tipe data yang berbeda, dependensi dan
korespondensi antara dua himpunan karakter i dan j (contohnya: sektor spesies
17
dan stasiun). Menurut Bengen (2000) tujuan utama penggunaan analisis faktorial
koresponden adalah untuk mencari hubungan yang erat antara modalitas dari dua
karakter/variabel pada tabel/matriks data. Bentuk data yang digunakan pada
analisis koresponden memiliki dua tipe matriks, yaitu: pertama, matriks
kontingensi yang mempertemukan n baris dan p kolom, pada baris ke-i dan kolom
ke-j berisi nilai n (i,j) yang merupakan jumlah individu yang memiliki secara
bersama karakter i dan j. Kedua, matriks logik/ disjungtif lengkap yang
mempertemukan/ menyilangkan baris i dan kolom j (bernilai 1 dan 0) berdasarkan
terjadi atau tidaknya fenomena pada baris i dan kolom j.
18
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Ada beberapa
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data angin serta
parameter gelombang perairan, data arus permukaan dan data komunitas ikan
terumbu. Pada Tabel 2. ditunjukkan titik koordinat dan domain spasial dari
pengukuran tiap parameter pengambilan data sekunder. Daerah penelitian
difokuskan di perairan Karang Lebar dan sekitarnya, Kepulauan Seribu. Daerah
penelitian ditampilkan pada Gambar 1.
Tabel 2. Domain Spasial Pengambilan Data Yang Digunakan Dalam Penelitian
No Parameter
KoordinatWaktu
Pengamatan KeteranganBT LS
1. Angin danGelombang
107°00’00” 6° tiap bulan Juniselama 2007hingga 2009
Data BMKG
2. KomunitasIkanTerumbu
106°33’49”-106°36’48,9”
5°42’56,3”-5°44’13,81”
24, 25 dan 27Juni 2009
Siregar 2009
3. Arus MusimTimur
106°36’19,7” 5°44’0,49” Agustus 2007 DataPenelitianEdySetyawan(2008)
4. Arus MusimTimur
106°33’49”-106°36’48,9”
5°42’56,3”-5°44’13,81”
Mei-Juli 2008 Siregar 2008
5. Arus MusimTimur
106°36’19,7” 5°44’0,49” Juni 2009 DataPenelitianFadhillahRahmawati(2010)
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Perairan Karang Lebar, Kepulauan Seribu, Jakarta
Laut Jawa
P. Jawa
20
3.2. Alat dan Set Data Penelitian
Alat dan set data yang digunakan dalam hal menunjang penelitian ini
disajikan pada Tabel 3. berikut.
Tabel 3. Alat dan Set DataAlat Set Data
Laptop beserta Software:1. Ms. Excel,2. Statistica 8.0,3. WR Plot View 5.9,4. MVSP 3.13r
Data angin dan Gelombang BMKG
Data Komunitas Ikan Terumbu (in situ)
Data Arus Permukaan (Musim Timur) (in situ)
3.3. Metode Penelitian
Beberapa tahapan yang diperlukan dalam mengkaji penelitian ini berupa
input, proses, dan output. Tahap input dalam penelitian ini adalah perolehan data.
Perolehan data pada penelitian ini terbagi dua tahap, yaitu: pertama, data angin
dan gelombang diperoleh dari stasiun BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika) di perairan Teluk Jakarta yang diukur secara in situ dan kedua,
data komunitas ikan terumbu dan kecepatan arus diperoleh dari pengukuran riset
secara in situ.
Pada tahap pemrosesan data merupakan tahap pengolahan data numerik
yang telah diperoleh dan diolah menggunakan software tertentu. Pengolahan data
angin menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan WR PLOT versi 5.9
untuk menghasilkan arah dan kecepatan angin. Data parameter hidrodinamika
berupa gelombang dan arus permukaan air laut diolah menggunakan software
Microsoft Excel 2007 (gelombang) dan secara in situ (arus permukaan air laut)
untuk menghasilkan data berupa tinggi dan frekuensi gelombang serta kecepatan
21
dan arah arus. Pemrosesan data komunitas ikan terumbu menggunakan software
Microsoft Excel 2007 dengan menu PIVOT Tabel untuk menghasilkan data
berupa kelimpahan, biomassa dan indeks keanekaragaman hayati ikan terumbu.
Hasil yang telah diolah menggunakan software yang ada memberikan
gambaran mengenai kondisi hidrodinamika permukaan mempengaruhi kondisi
fisik habitat sehingga memiliki karakteristik tertentu di suatu habitat yang dapat
memengaruhi ekostruktur ikan terumbu. Kerangka pikir penelitian ini
ditampilkan pada Gambar 2
Gambar 2. Diagram Alir Keterkaitan Hidrodinamika Laut dengan EkostrukturIkan Terumbu di Karang Lebar, Kepulauan Seribu
EkostrukturIkan
Terumbu
Biomassa
Kelimpahan
IndeksEkologi
IndeksKesamaan
KarakteristikHabitat
HidrodinamikaPermukaan
GelombangPermukaan(Periode danTinggiGelombang)
ArusPermukaan(Kecepatan danArah Arus)
Siklus AnginMusim
22
3.4. Analisis Data
3.4.1. Komunitas Ikan Terumbu
3.4.1.1. Kelimpahan Ikan
Banyaknya individu ikan persatuan luas daerah pengamatan ditunjukan oleh
nilai kelimpahan ikan. Kelimpahan ikan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus (Odum, 1971): Ni = i.....................................................(1)
Keterangan :
Ni = Kelimpahan individu ikan spesies ke –i (Ind/ha)
ni = Jumlah individu ikan untuk spesies ke i (Ind)
A = Luas daerah pengamatan (m2 x 1/10000) (Ha)
3.4.1.2. Indeks Ekologi
3.4.1.2.1. Indeks Keanerakagaman (H’)
Menurut Odum (1971) Indeks Keanekaragaman (H’) digunakan untuk
mendapatkan gambaran populasi spesies secara matematis agar mempermudah
analisis informasi individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas ikan.
Keanekaragaman jenis ikan dihitung dengan Indeks Shannon dengan rumus
sebagai berikut (Krebs 1989) : = ∑ Pi ln Pi ............................................(2)
Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon
Pi = Perbandingan antara jumlah individu spesies ikan ke-i dengan jumlahtotal individu ikan terumbu= i⁄ ;(z = Jumlah total individu keseluruhan)
x = Jumlah total spesies
23
3.4.1.2.2. Indeks Keseragaman (E)
Menurut Odum (1971), Indeks Keseragaman (E) menggambarkan ukuran
jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas ikan. Semakin merata
sebaran individu antar spesies maka keseimbangan komunitas akan semakin baik.
Perhitungan indeks keseragaman menggunakan rumus sebagai berikut (Krebs
1989): = ʹʹmax ............................................(3)
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks Keanekaragaman
H’max = Indeks Keanekaragaman maksimum = ln x
x = Jumlah total spesies
3.4.1.2.3. Indeks Dominansi (C)
Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil biasanya
menandakan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya.
Rumusnya adalah (Krebs 1989) : = ∑ Pi ..............................................(4)
Keterangan :
C = Indeks Dominansi
Pi = Proporsi jumlah individu pada spesies ikan ke-i
x = Jumlah Total Spesies
3.4.1.3. Biomassa Ikan
Penentuan nilai biomassa ikan dapat dihitung menggunakan nilai indeks
konstanta a dan b berdasarkan panjang tubuh ikan tersebut. Data panjang hasil
24
estimasi visual menghasilkan nilai bobot berat ikan tersebut di luas area
pengamatan. Rumus menghitung biomassa ikan adalah sebagai berikut:= ..............................................(5)
Keterangan:
W = Berat (kg)
a,b = indeks spesifik spesies (konstanta) berasal dari Fish Base
L = nilai tengah
3.4.2. Indeks Kesamaan (Index of Similarity)
Pengukuran karakteristik kesamaan komunitas ikan antar habitat dapat
dilakukan menggunakan indeks kesamaan, yang pada penelitian ini menggunakan
indeks kesamaan Bray-Curtis. Pengukuran menggunakan indeks Bray-Curtis
ketika spesies tidak ada di dalam kedua atau lebih sampel komunitas dan
didominasi oleh kelimpahan spesies. Rumus indeks Bray-Curtis adalah (Krebs
1989):
= ∑ Xij Xik∑|Xij Xik|..............................................(6)
Keterangan:
B = Pengukuran ketidaksamaan Bray-Curtis
Xij,Xik = No. Individu dalam spesies i dalam tiap sampel
i,j = baris dan kolom ke-1,2,3….x
Pengukuran indeks kesamaan Bray-Curtis dapat menggunakan rumus
komplemen indeks pengukuran Bray-Curtis yaitu: 1,0 − (Krebs 1989).
25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Arah dan Kecepatan Angin
Angin memiliki pola pergerakan yang bervariasi sesuai dengan musim yang
berlangsung di suatu perairan akibat adanya perbedaan tekanan udara. Angin
musim yang terjadi di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu: angin musim barat,
angin musim timur, dan musim peralihan. Angin merupakan salah satu bentuk
energi yang dapat membangkitkan gelombang dan arus permukaan di suatu
perairan. Gambar 3. menunjukkan pola pergerakan angin untuk periode bulan
Juni, berdasarkan data tiga tahun (2007-2009) yang diukur di Teluk Jakarta.
Pergerakan angin di perairan Karang Lebar, Teluk Jakarta selama tiga tahun
tiap bulan Juni yang ditunjukkan oleh Gambar 3. secara keseluruhan memberikan
pola pergerakan yang hampir sama, yaitu: bergerak dari arah timur,
mengindikasikan periode berlangsungnya musim timur (Wyrtki 1961). Kisaran
kecepatan angin selama tiga tahun sebesar 0,5-5,7 m/s. Tingkat distribusi
frekuensi kecepatan angin yang terjadi selama bulan Juni pada tahun 2007, 2008
dan 2009 memiliki nilai kisaran persentase penyebaran frekuensi yang berbeda-
beda. Persentase distribusi frekuensi kecepatan angin tahun 2007 yang terjadi di
perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara terbagi menjadi tiga kategori: 0,5-2,1 m/s
(33,3%); 2,1-3,6 m/s (37,8%) dan 3,6-5,7 m/s (28,9%). Kecepatan angin dominan
di perairan Teluk Jakarta pada bulan Juni 2007 adalah 2,1-3,6 m/s.
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta UtaraSumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta UtaraSumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaGambar 3. Pola Pergerakan Angin Bulan Juni Selama Tiga Tahun di Perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara
27
Tahun 2008 penyebaran frekuensi kecepatan angin yang terjadi di perairan
Teluk Jakarta, Jakarta Utara dapat dilihat berdasarkan persentase kecepatan angin
yang dibagi menjadi empat kategori: Tenang (4,4%); 0,5-2,1 m/s (33,3%); 2,1-3,6
m/s (53,3%) dan 3,6-5,7 m/s (8,9%). Dominan kecepatan angin di perairan Teluk
Jakarta, Jakarta Utara pada bulan Juni 2008 adalah 2,1-3,6 m/s diatas 50%.
Hanya pada tahun 2008 kecepatan angin yang terjadi di perairan Teluk Jakarta,
Jakarta Utara mengalami kondisi kecepatan angin yang tenang. Kondisi angin
pada tahun 2009 yang terjadi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 0,5-2,1 m/s
(31,1%); 2,1-3,6 m/s (60,0%) dan 3,6-5,7 m/s (8,9%). Kecepatan angin di Teluk
Jakarta, yang dominan (60%) pada bulan Juni 2008 adalah 2,1-3,6 m/s.
Pada penelitian ini, kategori kecepatan angin dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu (1) Tenang (0-<3,6 m/s); (2) Lambat (3,6-<5,7 m/s); (3) Cepat
(5,7-<11,1 m/s) dan (4) Sangat Cepat (≥ 11,1 m/s). Berdasarkan kategori tersebut,
kecepatan angin yang berhembus di perairan Teluk Jakarta tergolong angin yang
tenang hingga lambat, sehingga aman untuk melakukan aktifitas di perairan.
Berdasarkan skala Beaufort dengan dominan kecepatan angin 2,1-3,6 m/s mampu
membangkitkan gelombang air laut dengan tinggi gelombang mencapai 0,15 m.
Angin yang berhembus dengan kecepatan 2,1-3,6 m/s menghasilkan kondisi
perairan dengan skala gelombang kecil dan di puncak gelombang tidak terdapat
buih. Hal ini menunjukkan bahwa daerah perairan Teluk Jakarta dan sekitar
Kepulauan Seribu memiliki pola distribusi angin konstan dan tidak berbahaya
untuk aktifitas masyarakat pesisir, bahkan tidak merusak ekosistem yang berada
di perairan dangkal.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
28
4.2 Karakteristik Hidrodinamika
4.2.1 Kondisi Gelombang Permukaan berdasarkan Frekuensi danTinggi
Angin merupakan pembangkit gelombang permukaan air laut yang efektif,
sehingga dalam menentukan dinamika gelombang air laut erat kaitannya dengan
karakteristik angin yang berhembus di perairan tersebut. Kondisi gelombang laut
dangkal pada daerah penelitian ini di gambarkan secara umum yang diperoleh dari
data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Maritim di Teluk Jakarta. Data
mengenai kondisi hidrodinamika gelombang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Gambar 4. Dinamika Gelombang Permukaan Tiap Bulan Juni PadaTahun 2007, 2008 dan 2009 di Teluk Jakarta, Jakarta Utara.
29
Dinamika gelombang yang ditunjukkan oleh Gambar 4. secara umum
memberikan interpretasi yang jelas di Perairan Teluk Jakarta tiap bulan Juni
selama tiga tahun (2007-2009) dengan menampilkan karakteristik ketinggian
signifikan gelombang (H) dan frekuensi (f) gelombang air laut yang bergerak di
perairan Teluk Jakarta. Pada umumnya dari hasil yang ditunjukkan pada Gambar
4. secara keseluruhan memiliki karakteristik pergerakan gelombang menuju timur
dan tinggi gelombang rata-rata per tahun dibawah satu meter dengan frekuensi
gelombang tidak melebihi 0,26 Hz.
Kondisi gelombang permukaan pada bulan Juni 2007 yang dibangkitkan
oleh angin bergerak menuju timur dengan ketinggian gelombang rataaan
mencapai 0,47 meter. Frekuensi gelombang yang terjadi pada bulan Juni 2007
berada pada kisaran 0,2-0,25 Hz. Kondisi gelombang muka air laut pada bulan
Juni 2008 memiliki arah pergerakan gelombang menuju timur dengan ketinggian
maksimal hingga 0,8 meter dan rataan ketinggian gelombang muka air laut
tersebut adalah 0,56 meter. Frekuensi gelombang yang berlangsung pada bulan
Juni 2008 terlihat fluktuatif dan tak ada perubahan signifikan, sekitar 0,21-0,25
Hz. Gelombang permukaan bulan Juni 2009 memiliki arah dominan menuju
timur dengan ketinggian maksimal 0,9 meter (rata-rata 0,4 meter) dengan
frekuensi gelombang 0,21-0,26 Hz.
Energi gelombang yang terjadi di perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya
dapat dilihat dari parameter hasil tinggi dan frekuensi gelombang. Perubahan
signifikan parameter frekuensi gelombang laut diakibatkan adanya profil
kecepatan angin yang berhembus di permukaan air laut sehingga memberikan
pengaruh terhadap panjang dan tinggi gelombang di perairan Teluk Jakarta.
30
Secara umum hasil dinamika gelombang selama tiga tahun yang ditunjukkan pada
Gambar 4. terlihat bahwa frekuensi gelombang pada tiap harinya berbanding
terbalik terhadap tinggi gelombang permukaan laut. Pada saat frekuensi rendah,
tinggi gelombang permukaan mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya,
pada saat frekuensi gelombang meningkat, tinggi gelombang permukaan pun
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi memberikan
pengaruh terhadap penjalaran gelombang permukaan untuk mengalami perubahan
tinggi gelombang.
Menurut Komar (1976) mekanisme transfer energi yang terjadi terdiri dari
dua bentuk, yaitu: Pertama, akibat adanya variasi tekanan angin pada permukaan
air yang diikuti oleh pergerakan gelombang dan Kedua, transfer momentum dan
energi dari gelombang frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi rendah (periode
tinggi dan panjang gelombang besar). Namun, pada kondisi tertentu tahun 2007
dan 2009 hubungan antara frekuensi dengan tinggi gelombang mengalami kondisi
yang sama. Pada saat frekuensi meningkat, kondisi tinggi gelombang mengalami
peningkatan, begitupun sebaliknya. Hal ini diakibatkan oleh kecepatan angin
yang berlawanan arah dengan kecepatan gelombang yang lebih tinggi
dibandingkan 2008 berdasarkan distribusi frekuensi kecepatan angin. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi fenomena terjadinya karakteristik hubungan yang
berbanding lurus antara frekuensi dengan tinggi gelombang pada kondisi tertentu
di Teluk Jakarta adalah kondisi pasang-surut, kedalaman dan viskositas perairan.
4.2.2 Keterkaitan Antara Gelombang dengan Kecepatan Arus Permukaan
Secara keseluruhan kondisi arus permukaan air laut pada penelitian ini
diukur secara in situ. Pada Gambar 5. ditampilkan hubungan kecepatan arus
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
31
permukaan yang diukur secara in situ dan tinggi gelombang rataan yang di ukur
oleh BMKG di Teluk Jakarta secara in situ.
Gambar 5. Karakteristik Hubungan Arus dan Tinggi Gelombang PermukaanAir Laut Musim Timur di Kepulauan Seribu
Data kecepatan arus dan tinggi gelombang yang terlihat pada Gambar 5
berasal dari kumpulan data perwakilan titik pengamatan tiap tahunnya yang
diasumsikan bahwa daerah tersebut secara umum memberikan kondisi yang sama
dengan kondisi di lokasi penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bahwasannya kondisi angin dan
gelombang masih memberikan pengaruh di lingkungan sekitar hingga radius 30
mil. Data kecepatan arus pada tahun 2008 diperoleh sesuai dengan titik
pengamatan ikan dan sekaligus sebagai kalibrasi atau pembanding dengan tahun
lainnya.
Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 5. terlihat bahwa kecepatan arus dan
rataan tinggi gelombang tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Kecepatan
arus yang terjadi di Kepulauan Seribu berada pada kisaran 0,05-0,25 m/s dan
32
rataan tinggi gelombang tahunan pada kisaran 0,1-0,28 m. Menurut Sachoemar
(2008) kondisi kecepatan arus pada daerah Kepulauan Seribu sebesar 5-49
cm/detik ketika posisi pasang purnama dan mencapai 4-38 cm/detik ketika posisi
pasang perbani dan pada saat terjadi musim timur, tinggi gelombang air laut
mencapai 0,5-1 meter dan tinggi gelombang pada musim barat mencapai 2-3
meter. Hal ini membuktikan bahwa kondisi kecepatan arus dan tinggi gelombang
selama tiga tahun di perairan Kepulauan Seribu tergolong stabil.
Hasil yang ditampilkan pada Gambar 5. menjelaskan bahwa pengaruh
angin yang berhembus pada permukaan air laut sangat kecil terhadap arah,
kecepatan arus dan tinggi gelombang permukaan yang terjadi pada tiap titik
penelitian. Pada perbedaan arah angin yang ditampilkan pada Gambar 3.
menunjukkan angin bergerak menuju barat dan arah gerak arus serta gelombang
menuju ke arah timur sampai tenggara. Pergerakan angin mengalami peredaman
oleh adanya gugusan pulau-pulau maupun daratan Pulau Jawa sehingga angin
tidak memiliki kekuatan untuk mendominasi pergerakan gelombang dan pengaruh
densitas memberikan kontribusi yang nyata terhadap arah arus dan gelombang.
Pola gelombang yang dilihat secara tahunan, memberikan gambaran kondisi
gelombang yang mempengaruhi perairan Karang Lebar secara horizontal. Namun
apabila dilihat secara vertikal, kondisi umum ini akan mengalami peningkatan
tinggi gelombang seiring dengan berkurangnya kedalaman suatu perairan,
terutama di tiap titik lokasi penelitian. Kecepatan arus yang melintasi beberapa
titik pengamatan mengalami peningkatan kecepatan berdasarkan pergerakan
massa air ke arah perairan yang dangkal atau menuju tubir, seperti: APL 2007, St
2, St 6, St 3 dan St4. Sehingga hasil interaksi antara tinggi gelombang dan arus
33
permukaan air laut yang melewati daerah terumbu karang atau perairan dangkal
memberikan pengaruh kontribusi yang besar dalam hal pola distribusi biotik yang
terkandung di dalam perairan Kepulauan Seribu, khususnya Karang Lebar.
4.3 Ekostruktur Komunitas Ikan Terumbu
4.3.1 Biodiversitas Ikan Terumbu
Ikan terumbu yang teridentifikasi di perairan Karang Lebar selama
penelitian terdiri atas 110 spesies dari 25 famili (Lampiran 3.). Berdasarkan
pengambilan data komunitas ikan terumbu pada sembilan titik penyelaman di
Karang Lebar. Komposisi spesies yang umum ditemukan berasal dari Famili
Pomacentridae, Labridae, Chaetodontidae, Caesionidae, Serranidae dan Scaridae
(Gambar 6.). Menurut Adrim (1993) berdasarkan kelompok fungsionalnya, ikan
terumbu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Ikan Target merupakan ikan
ekonomis penting dan ditangkap untuk konsumsi,contohnya: Famili
Acanthuridae, Haemulidae, Caesionidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Serranidae; (2)
Ikan Indikator merupakan ikan terumbu yang mendiami daerah terumbu dan
menjadi indikator kesuburan ekosistem tersebut, contohnya: Famili Balistidae,
Chaetodontidae, Scaridae; (3) Ikan Mayor merupakan ikan yang sepanjang
hidupnya berada di daerah karang dan cenderung bersifat teritorial, contohnya:
Apogonidae, Labridae, Pomacentridae. Di lokasi penelitian, komunitas ikan
terumbu yang tergolong ikan target sebanyak 25 spesies, ikan indikator sebanyak
13 spesies dan ikan mayor sebanyak 72 spesies.
34
Gambar 6. Kelimpahan Ikan Terumbu di Karang Lebar
Komposisi famili terbanyak berdasarkan hasil pada Gambar 6.
menunjukkan bahwa ikan Famili Pomacentridae dijumpai dominan di perairan
tersebutdengan nilai 43%, Labridae 28%, Chaetodontidae 6%, masing-masing 4%
pada famili Scaridae, Serranidae dan Caesionidae, Nemipteridae 3%,
Pomacanthidae 1% dan famili lainnya 7%. Jika dilihat dari hasil pengamatan
tersebut ikan mayor memiliki jumlah komposisi famili terbanyak di perairan
Karang Lebar. Famili Pomacentridae paling banyak ditemukan di daerah karang
dan patahan karang (rubble) dikarenakan ikan terumbu ini merupakan ikan yang
tergolong memiliki tingkah laku teritorial, dan menetap terhadap sumber
makanan dan tempat berlindung dari serangan predator. Ikan Pomacentridae
tergolong ikan herbivora berdasarkan struktur jejaring makanannya. Famili
Labridae merupakan salah satu ikan mayor yang banyak ditemukan setelah
Pomacentridae di setiap stasiun pengamatan. Ikan ini merupakan ikan terumbu
yang berada di perairan dangkal, daerah pasang surut dan terumbu karang dengan
35
ukuran yang bervariasi 5-30 cm dan tergolong ikan pemakan zooplankton,
benthos dan karnivora. Spesies yang termasuk ke dalam Famili Chaetodontidae
merupakan ikan pemakan alga dan hewan karang, sehingga keberadaan ikan ini
sebagai tolok ukur kondisi ekosistem terumbu karang yang ada.
Kelimpahan dan biomassa merupakan salah satu parameter penelitian
komunitas ikan terumbu di Karang Lebar. Kelimpahan ikan terumbu
menggambarkan banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang ditemukan
dalam suatu area. Sedangkan, biomassa sebagai pendugaan stok jenis ikan dalam
suatu area di tiap stasiun penelitian berdasarkan arah pergerakan angin permukaan
(leeward/windward). Adanya perbedaan proporsi kelimpahan dan biomassa ikan
berdasarkan trophic level pada kondisi stasiun yang berbeda, baik di daerah
leeward (daerah tanpa hembusan angin) maupun windward (daerah yang dilewati
angin) yang ditunjukkan oleh Gambar 7.
Secara umum ikan terumbu yang terbanyak pada semua lokasi (Windward
dan Leeward) adalah ikan terumbu jenis planktivora, omnivora dan pemakan
invertebrata bentik. Ikan planktivora (Famili Caesionidae, beberapa Famili
Pomacentridae dan Malacanthidae) merupakan ikan yang akan memakan segala
jenis plankton, baik zooplankton maupun fitoplankton. Ikan omnivora (Famili
Pomacentridae) merupakan ikan yang mampu beradaptasi di lingkungan manapun
karena mampu memakan segala jenis trophic level terutama di daerah yang
memiliki tingkat tutupan karang yang di dominasi rubble (patahan karang),
karang yang ditutupi alga dan pasir. Ikan pemakan invertebrata bentik (Famili
Labridae) merupakan ikan pemakan hewan-hewan kecil yang hidup di dasar
perairan, seperti: udang, bintang laut, gastropoda, alga, bivalvia.
36
Gambar 7. Profil Arus, Gelombang, Kelimpahan, dan Biomassa Ikan TerumbuBerdasarkan Trophic Level di Karang Lebar
Parameter kelimpahan dan biomassa ikan terumbu memiliki perbedaan
karakteristik dari hasil yang diinterpretasikan. Kondisi yang terjadi di Gambar 7.
37
merupakan perbedaan karakteristik dari parameter kelimpahan dan biomassa.
Salah satu contohnya saat kondisi kelimpahan ikan planktivora di stasiun 3
tergolong tinggi, tetapi biomassa ikan planktivora di stasiun 3 tergolong sedikit.
Hal ini dikarenakan oleh perhitungan parameter kelimpahan yang
diinterpretasikan hanya berdasarkan jumlah individu ikan terumbu yang
ditemukan, sedangkan perhitungan parameter biomassa yang diinterpretasikan
berdasarkan pada jumlah individu dan panjang ikan terumbu yang ditemukan.
Ikan terumbu yang tercatat pada daerah pengamatan adalah pemakan
invertebrata bentik, karnivora, koralivora, detritivora, herbivora, omnivora dan
planktivora. Pada umumnya daerah windward, kelimpahan ikan total terbesar
adalah ikan omnivora sebesar 20.440 ind/ha. Selain omnivora, ikan terumbu yang
tercatat pada daerah windward adalah planktivora (17.440 ind/ha), pemakan
invertebrata bentik (7.280 ind/ha), herbivora (6.760 ind/ha), karnivora (2.240
ind/ha), koralivora (840 ind/ha), dan detritivora (440 ind/ha). Pada daerah
leeward, kelimpahan ikan total terbesar adalah ikan planktivora sebesar 26880
ind/ha. Selain planktivora, ikan terumbu yang tercatat pada daerah leedward
adalah omnivora (18680 ind/ha), pemakan invertebrata bentik (11600 ind/ha),
herbivora (4160 ind/ha), koralivora (3240 ind/ha), karnivora (1920 ind/ha), dan
detritivora (280 ind/ha).
Pada daerah windward, rata-rata biomassa ikan terumbu terbesar adalah
ikan planktivora sebesar 142.883 Kg/ha. Ikan terumbu yang tercatat di daerah
windward adalah omnivora (68.630 Kg/ha), pemakan invertebrata bentik (110.867
Kg/ha), herbivora (63.672 Kg/ha), karnivora (108.651 Kg/ha), koralivora(5.435
ind/ha) dan detritivora(15014 ind/ha). Pada daerah leeward, rata-rata biomassa
38
ikan terbesar adalah ikan planktivora sebesar 440.448 Kg/ha. Selain planktivora,
ikan terumbu yang tercatat pada daerah leedward adalah omnivora (297.390
Kg/ha), pemakan invertebrata bentik (416.882 Kg/ha), herbivora (131.189 Kg/ha),
koralivora (47.116 ind/ha), karnivora (140.788 Kg/ha), dan detritivora (11.160
Kg/ha).
Kondisi gelombang dan arus yang bergerak di perairan Karang Lebar
memiliki ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewati perairan tersebut.
Menurut Fulton dan Bellwood (2005) kecepatan arus dan tinggi gelombang akan
mengalami peningkatan ketika pergerakan air dari profil batimetri yang dalam
menuju dangkal atau tubir dan mengalami penurunan kecepatan arus dan tinggi
gelombang ketika melewati daerah dangkal menuju goba. Pengaruh gelombang
dan arus yang terjadi pada penelitian ini di perairan Karang Lebar mencapai
kedalaman hingga 3 meter, sehingga ikan terumbu yang diamati mendapatkan
pengaruh langsung dari arus dan gelombang di perairan Karang Lebar.
Profil gelombang dan arus yang bergerak ke arah Timur hingga Tenggara di
perairan Karang Lebar yang ditunjukkan oleh Gambar 7. memberikan pengaruh
nyata terhadap jejaring makanan ikan terumbu di Karang Lebar. Kecepatan arus
yang berkisar antara 0,05-0,25 m/s memberikan pengaruh terhadap karakteristik
gerak renang ikan terumbu yang berbeda di tiap lapisan perairan, sehingga
mempengaruhi pola makanan pada ikan terumbu tersebut.
Di lapisan kolom perairan Karang Lebar, khususnya pada penelitian ini
kedalaman perairan sejauh 5 m memiliki ikan terumbu yang dominan menempati
daerah kolom perairan adalah ikan yang menggunakan sirip pektoral dan
gabungan sirip pektoral-kaudal, sedangkan daerah lapisan substrat ikan terumbu
39
yang dominan adalah ikan yang menggunakan sirip kaudal (Fulton dan Bellwood
2005). Ikan terumbu yang menggunakan sirip pektoral dan pektoral-kaudalnya
dalam mencari makanan adalah Famili Acanthuridae, Chaetodontidae, Scaridae,
Labridae dan Pomacentridae, terutama ikan terumbu yang memangsa plankton.
Ikan terumbu yang menggunakan sirip kaudal biasanya mencari makanan di
substrat perairan, seperti ikan Famili Serranidae, Haemulidae, Caesionidae dan
Lutjanidae. Pada umumnya jejaring makanan ikan terumbu yang menggunakan
sirip kaudal bersifat karnivora dan planktivora.
4.3.2 Indeks Ekologi
Struktu komunitas ikan terumbu di suatu kawasan dapat ditketahui dengan
memperhatikan indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi
(C). HIstogram indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi
(C) untuk komunitas ikan yang terdata disajikan pada Gambar 8.
Indeks keanekaragaman (H’) komunitas ikan berkisar 2,59 sampai 4,30.
Nilai H’ yang tertinggi ditemukan di Stasiun 1 dan terendah terdapat di Stasiun 8.
Tingginya tingkat keanekaragaman Stasiun 1 diduga dipengaruhi topografi yang
berbentuk tubir sehingga kondisi gelombang serta arus yang melewati Stasiun 1
membawa unsur hara dan plankton yang dibutuhkan ikan terumbu di perairan
dangkal dan Stasiun 1 merupakan daerah yang terpapar langsung oleh hembusan
angin pada bulan Juni. Rendahnya nilai H’ Stasiun 8 dikarenakan kondisi
topografinya terletak didaerah yang menuju laut dalam, sehingga gelombang dan
arus yang melewati perairan tersebut relatif sedikit membawa unsur hara dan
plankton dibandingkan stasiun penelitian lainnya.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
40
Gambar 8. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)di Karang Lebar
Hasil analisis terhadap indeks keseragaman di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,69 sampai 1,01. Nilai tertinggi indeks
keseragaman ditemukan di Stasiun 1 dan nilai terendah ditemukan di Stasiun 8.
Pada umumnya nilai indeks keseragaman memiliki korelasi positif terhadap
indeks keanekaragaman. Hal ini dikarenakan semakin tinggi/rendah
keanekaragaman, maka keseragaman spesies ikan dari kemerataan jumlah
individu semakin tinggi/rendah.
Hasil analisis terhadap indeks dominansi di seluruh lokasi penelitian
menunjukkan kisaran nilai antara 0,02 sampai 0,13. Nilai tertinggi indeks
dominansi ditemukan di Stasiun 8 sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun
1. Nilai indeks dominansi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
nilai indek keanekaragaman dan keseragaman. Hal ini diakibatkan spesies yang
berada di Staiun 8 tergolong homogen dan tidak merata dari segi jumlah spesies
sehingga mendominansi habitat tersebut.
41
4.4 Uji Statistik Deskriptif Ekostruktur Ikan Terumbu dan HidrodinamikaPermukaan di Perairan Karang Lebar
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan kondisi pergerakan
massa air yang dikaitkan dengan ikan terumbu di Karang Lebar menggunakan
beberapa pendekatan metode deskriptif, antara lain: indeks Kesamaan Bray-Curtis
serta Cluster Analysis dan Analisis Koresponden (Correspondence Analysis).
4.4.1 Pengelompokkan Komunitas Ikan Terumbu
Karakteristik yang menjabarkan ekostruktur ikan terumbu di perairan
Karang Lebar dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek lokasi penelitian dan
aspek famili ikan yang ada di dalam perairan tersebut. Karakteristik kesamaan
berdasarkan famili ditunjukkan pada Gambar 9., sedangkan karakteristik
kesamaan berdasarkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 10.
Hasil analisis koefisien kesamaan Bray-Curtis dan kluster pada grafik
dendogram dengan pemotongan skala 0,51 yang menghasilkan 10 kelompok
famili yang dihasilkan oleh analisis perhitungan indeks Bray-Curtis di Sub Bab
3.4.2 yang menghasilkan memiliki kesamaan karakteristik pada Gambar 9.
a. Kelompok Ikan Terumbu 1
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Holocentridae.
Genus ikan yang termasuk Famili Holocentridae adalah Sargocentron dan
Myripristis.
b. Kelompok Ikan Terumbu 2
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Famili
Synodontidae. Genus ikan yang termasuk Famili Synodontidae adalah Synodus.
Gambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang LebarGambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang LebarGambar 9. Dendogram Pengelompokkan Berdasarkan Famili Ikan Terumbu di Perairan Karang Lebar
43
c. Kelompok Ikan Terumbu 3
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Monacanthidae
dan Siganidae. Genus ikan terumbu pada Famili Monacanthidae adalah
Acreichtys dan Famili Siganidae adalah Siganus.
d. Kelompok Ikan Terumbu 4
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Pomacanthidae,
Scaridae, Serranidae, Mullidae, Nemipteridae, Chaetodontidae, Pomacentridae,
Labridae, Caesionidae. Genus ikan terumbu pada kelompok 4 adalah Abudefduf,
Amblyglyphidodon, Amphiprion, Bodianus, Cephalopolis, Chaetodon,
Chaetodontoplus, Cheilinus, Cheiloprion, Chelmon, Clorurus, Choerodon,
Chromis, Crysiptera, Cirrhilabrus, Coris, Dascyllus, Diproctacanthus,
Dischitodus, Epinephelus, Gomphosus, Halichoeres, Hemyglyphidodon,
Heniochus, Labroides, Neoglyphidodon, Neopomacentrus, Parupaneus, dan
Thalassoma.
e. Kelompok Ikan Terumbu 5
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Lutjanidae.
Genus ikan terumbu pada Kelompok 5 adalah Lutjanus.
f. Kelompok Ikan Terumbu 6
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Gobiidae,
Cirrhitidae dan Blenniidae. Genus ikan terumbu pada Kelompok 6 adalah
Escenius, Paracirrhites, Meiacanthus, Istigobius, Valenciennea, Corythoicthys,
dan Gnatholepis.
44
g. Kelompok Ikan Terumbu 7
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Scorpaenidae dan
Haemulidae. Genus ikan terumbu pada Kelompok 7 adalah Scorpaenopsis dan
Plectorhinchus.
h. Kelompok Ikan Terumbu 8
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Apogonidae.
Genus ikan terumbu pada Kelompok 8 adalah Apogon.
i. Kelompok Ikan Terumbu 9
Famili ikan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Syngnathidae dan
Malacanthidae. Genus ikan terumbu pada Kelompok 9 adalah Remora dan
Corythoicthys.
j. Kelompok Ikan Terumbu 6
Famili ikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Centriscidae
(Shrimphfishes), Lethrinidae dan Acanthuridae. Genus ikan terumbu pada
Kelompok 6 adalah Aeoliscus, Ctenochaetus dan Lethrinus.
Menurut Fish Base (2004) pada umumnya Kelompok 3 berada di perairan
laut dangkal di daerah terumbu karang, walaupun ada beberapa spesies ikan dari
Famili Syngnathidae di daerah payau. Meskipun ikan terumbu di Kelompok 1 ini
memiliki perbedaan dari segi fisiologi, Kelompok 3 memiliki ciri kesamaan yang
khusus dalam hal diet, yaitu merupakan pemakan invertebrata bentik.
Kelompok 4 merupakan pengelompokkan ikan terumbu terbanyak dan
membentuk suatu jaring makanan di dalamnya. Hal ini dikarenakan tiap famili
ikan terumbu memiliki beragam spesies yang berbeda komposisi jejaring
45
makanannya. Secara ringkas ditunjukkan pada Tabel 4. mengenai tingkatan
jejaring makanan untuk tiap famili ikan dari kelompok 4.
Tabel 4. Trophic Level pada Tiap Famili Ikan Terumbu di Kelompok 4No Famili Trophic Level1 Pomacentridae Omnivora dan Planktivora2 Labridae Pemakan invertebrata bentik, Planktivora dan Karnivora3 Caesionidae Planktivora4 Chaetodonthidae Koralivora5 Nemipteridae Karnivora6 Mullidae Detritivora7 Serranidae Karnivora8 Scaridae Herbivora dan Koralivora9 Pomacanthidae Planktivora
Pada umumnya pengelompokkan famili ikan terumbu didasari oleh
kebiasaan ikan terumbu, kondisi habitat, kelimpahan di alam, dan kondisi
perairan. Famili ikan terumbu yang tergabung pada Kelompok 4 adalah
Pomacentridae dan Labridae. Menurut Allen dan Steene (1987) bahwa kedua
famili ini selalu dijumpai di tiap perairan terumbu karang, karena kedua famili
tersebut memiliki sifat teritorial dan berlindung dari predator. Pengelompokkan
famili Caesionidae, Chaetodonthidae, Nemipteridae, Mullidae, Serranidae,
Scaridae dan Pomacanthidae didasari oleh kelimpahan spesies pada famili
tersebut yang tersensus di masing-masing stasiun di Karang Lebar. Famili ikan
terumbu yang tergabung pada Kelompok 7, berdasarkan jejaring makanannya
tergolong sebagai pemangsa atau karnivora. Pengelompokkan famili ikan untuk
Kelompok 5, 9 dan 10 secara umum tergolong ikan pemakan invertebrata bentik,
planktivora dan detritivora
Hasil perhitungan indeks kesamaan Bray-Curtis secara pengelompokkan
berdasarkan lokasi pengamatan didapatkan skala pemotongan dendogram sebesar
0,81 yang ditampilkan pada Gambar 10, sehingga hanya stasiun 7 yang tidak
46
memiliki kesamaan karakteristik komunitas ikan terumbu. Parameter yang
dianalisis untuk menakar kesamaan komunitas ikan terumbu antar lokasi ini
berupa kelimpahan ikan terumbu yang dipengaruhi oleh kondisi gerak massa air
di Karang Lebar. Hasil dendogram yang ditunjukkan berdasarkan nilai indeks
kesamaan Bray-Curtis pada Gambar 10. memiliki beberapa kelompok yang
memiliki kesamaan.
Kelompok 1 merupakan kelompok yang memiliki nilai indeks kesamaan
yang tinggi pada Stasiun 2 dan 9, kelompok 2 memiliki nilai indeks kesamaan di
daerah stasiun 4 serta Stasiun 1, nilai indeks kesamaan kelompok 3 pada Stasiun 3
dan Stasiun 6. Stasiun 5 dan 8 memiliki kesamaan karakteristik dengan stasiun
lain yang relatif kecil sehingga hampir mendekati skala pemotongan Bray-Curtis.
Secara umum keterkaitan yang terjadi di tiap stasiun pada perairan Karang Lebar
berdasarkan parameter massa gerak air yang merambat di perairan dangkal dan
mempengaruhi habitat komunitas ikan terumbu yang secara langsung memberikan
pengaruh terhadap ekostruktur famili ikan yang ditemukan di perairan Karang
Lebar. Pada Tabel 5. menunjukkan kondisi perairan dangkal yang mendapatkan
pengaruh langsung dari pergerakan massa air (gelombang dan arus permukaan),
khususnya ekosistem terumbu karang.
Karakteristik nilai indeks kesamaan pada kelompok 1 erat kaitannya dengan
kondisi batimetri perairan yang memiliki karakteristik pergerakan massa air
menuju ke daerah perairan yang dalam, karakteristik batimetri pada kelompok 2
hampir sama dengan kelompok 1, tetapi pada Stasiun 4 topografi batimetri yang
dapat merubah energi pergerakan massa air berada di daerah tubir dan Stasiun 1
menuju laut lepas sehingga distribusi plankton, larva dan lainnya berkurang.
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
Gambar 10. Dendogram Pengelompokkan Lokasi Berdasarkan Tingkat Spesies Pengamatan Ikan Terumbudi Perairan Karang Lebar, Jakarta Utara
48
Kesamaan karakter pada kelompok 3 ini dapat dilihat pula berdasarkan ikan
terumbu yang ditemukan. Karakteristik kelompok 1 memiliki hubungan
kesamaan dengan kelompok 2, melihat dari kondisi batimetri pada kedua
kelompok tersebut yaitu topografi batimetri yang dilalui gelombang dan arus
timur bergerak di kondisi perairan tubir yang ke arah perairan dalam, sehingga
ikan yang ditemukan relatif kecil dari segi kelimpahan.
Tabel 5. Kondisi Habitat Ikan Terumbu di Karang LebarStasiun Kondisi Ekosistem
1 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori buruk, dihuni oleh makro benthik dan karang lunak,makro alga mendominasi, kompetisi ruang antara karang keras dan alga
2 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, terjadi kompetisi ruang antara karang keras dan alga
3 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori baik, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, adanya makro alga yang secara berkala akan mengalamikompetisi ruang
4 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, berpotensi terjadinya kompetisi ruang antarakarang keras dan alga
5 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sedang, makro alga mendominasi serta dihunioleh karang lunak dan bentik terumbu lainnya, berpotensi terjadinyakompetisi ruang antara karang keras dan alga
6 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sedang, makro alga mendominasi serta dihunioleh karang lunak dan bentik terumbu lainnya, berpotensi terjadinyakompetisi ruang antara karang keras dan alga
7 Substrat bebatuan dan pasir ditutupi patahan karang, penutupan karangkeras termasuk kategori sangat buruk, makro alga mendominasi sertadihuni oleh bentik terumbu lainnya, akibat kompetisi ruang
8 Substrat pasir yang di penuhi patahan karang, penutupan karang kerastermasuk kategori sedang, dihuni oleh karang lunak dan bentik terumbulainnya, terjadi kompetisi ruang antara karang keras dan alga
9 Substrat bebatuan dan pasir yang ditutupi patahan karang, penutupankarang keras termasuk kategori sedang, berpotensi terjadinya kompetisiruang antara karang keras dan alga
49
4.4.2 Keterkaitan antara Komunitas Ikan Terumbu dengan HidrodinamikaPermukaan Laut
Hasil analisis koresponden (Correspondence Analysis) mengenai kondisi
ekostruktur ikan terumbu yang dipengaruhi pergerakan massa air berupa
gelombang dan arus permukaan di perairan Karang Lebar yang ditampilkan pada
Gambar 11.
Gambar 11. Analisis Koresponden Hubungan antara Gelombang danArus Permukaan Terhadap Ikan Terumbu di Tiap Stasiun
Hasil analisis koresponden yang ditampilkan Gambar 11. menunjukkan
bahwa hubungan pergerakan massa air dan indeks ekologi ikan terumbu terpusat
pada dimensi 1 dan 2. Akar ciri (eigenvalue) dan ragam masing-masing sumbu
adalah 0,00211 (72,69%) dan 0,00070 (23,91%) dengan informasi maksimum dari
kedua dimensi tersebut sebesar 96,61%. Berdasarkan besarnya akar ciri dan
ragam yang berada pada dimensi 1, kondisi keterkaitan antar parameter terhadap
stasiun penelitian dapat dikaji berdasarkan sumbu x/zonal dan melihat hasil
perhitungan analisis korespondensi Cos2 dimensi 1 yang berada di Lampiran 5..
50
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada dimensi 1 dapat menggambarkan tingkat
keterkaitan yang erat antar parameter dalam hal memberikan kontribusi
penyebaran ikan terumbu di tiap stasiunnya.
Berdasarkan analisis korespondensi pada dimensi 1, parameter arus,
gelombang, keanekaragaman, keseragaman, dan biomassa memberikan kontribusi
yang lebih kuat di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9.
Kesamaan karakter kondisi arus dan gelombang di Stasiun 1, 4, 5, dan 7
menggambarkan kondisi habitat (bentik terumbu) dengan kategori sedang sampai
sangat buruk, sehingga secara umum mampu mengubah struktur penyebaran
biomassa ikan terumbu yang berada di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 lebih rendah
dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9. Secara umum nilai keanekaragaman dan
keseragaman di Stasiun 1, 4, 5, dan 7 lebih besar dibandingkan Stasiun 2, 3, 6, 8,
dan 9. Parameter kelimpahan dan kekayaan jenis pada dimensi 1 memberikan
kontribusi yang lebih kuat di Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9 dibandingkan Stasiun 1, 4, 5,
dan 7. Kondisi habitat (bentik terumbu) di Stasiun 2, 3, 6, 8, dan 9 tergolong
sedang sampai baik, sehingga kelimpahan dan kekayaan jenis ikan terumbu yang
ada lebih tinggi dengan kondisi arus dan gelombang yang dominan terpapar oleh
angin dibandingkan Stasiun 1, 4, 5, dan 7.
Secara keseluruhan parameter yang ada, baik parameter hidrodinamika
maupun biodiversitas terhadap penyebaran ikan terumbu yang berada di tiap
stasiun penelitian memiliki keterkaitan yang erat. Sehingga dengan melihat
kondisi arus dan gelombang yang melewati perairan Karang Lebar para nelayan,
peneliti maupun wisatawan dapat memanfaatkan komunitas ikan terumbu secara
efektif dan selektifdari segi fungsional (ekologi maupun ekonomis).
51
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dinamika angin bulan Juni yang mempengaruhi perairan Kepulauan Seribu
memiliki karakteristik yang tergolong tenang dengan arah dominan menuju barat.
Pergerakan massa air permukaan di Kepulauan Seribu baik gelombang maupun
arus permukaan, menunjukkan arah yang berlawanan dengan angin, yaitu menuju
timur. Kondisi kecepatan angin yang tergolong lemah untuk membangkitkan
gelombang, perbedaan tekanan udara, viskositas dan cakupan wilayah sapuan
angin yang sempit menjadi beberapa faktor yang mengurangi kontribusi angin
permukaan untuk membangkitkan gelombang dan arus di perairan Karang Lebar,
Kepulauan Seribu.
Gelombang dan arus yang bergerak di perairan Karang Lebar memiliki
ketergantungan terhadap profil batimetri yang dilewatnya. Kecepatan arus dan
tinggi gelombang akan mengalami peningkatan ketika pergerakan air melintasi
profil batimetri dari yang lebih dalam menuju perairan dangkal dan mengalami
penurunan kecepatan arus dan tinggi gelombang ketika melewati daerah dangkal
menuju goba. Profil gelombang dan arus yang bergerak ke arah Timur hingga
Tenggara di perairan Karang Lebar memberikan pengaruh nyata terhadap
ekostruktur ikan terumbu di Karang Lebar. Hal tersebut terutama teramati untuk
ikan terumbu yang memangsa plankton sebagai kebutuhan makanannya
(planktivora), karena plankton memiliki sifat pergerakan yang dipengaruhi pola
arus dan gelombang, seperti beberapa ikan dari Famili Pomacentridae dan
Labridae.
52
5.2. Saran
Perlu diketahui kondisi dinamika permukaan laut pada musim yang berbeda
dan pengaruhnya terhadap komunitas ikan terumbu. Proses pengambilan data
angin, gelombang dan arus dapat dilakukan secara in situ untuk mengevaluasi
pengaruh hidrodinamika permukaan secara langsung terhadap ekostruktur ikan
terumbu.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M. 1993. Metodologi penelitian ikan-ikan karang. Dalam: Materi KursusPenelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. Indonesia.
Adrim M., M. Hutomo, & S.R. Suharti. 1991. Chaetodontid fish communitystructure and its relation to reef degradation at the Seribu Islands reefs,Indonesia. Proceedings of the regional symposium on living resources incoastal areas: 163–174.
Allen, G. R dan R.C. Steene. 1987. Reefs Fish on The Indian Ocean. T. F. H.Publications Inc.. New Jersey.
Bengen, D. G. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data BiofisikSumberdaya Pesisir. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bird, F. C. E. 1984. Coast: An Introduction to Coastal Gemorfology, third edition.Basil Blackwell Inc. New York.
BPLHD [Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah]. 2002. Kondisi UmumTaman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Badan PengelolaLingkungan Hidup Daerah Jakarta. DKI Jakarta. Indonesia.
Carter, R. W. C. 1993. Coastal Environment: An Introduction to The Physical,Ecological and Cultural System of Coast Lines. Academic Press.London.
Davis, R. A. 1991. Oceanography: An Introduction to The Marine Environment.Web Publisher International Pub. New Jersey.
English, S., C.,Wilkinson, dan V. Baker. 1994. Survey Manual For TropicalMarine Resources. ASEAN – Australia Marine Science Project LivingCoastal Resources. Townsville.
Fulton, CJ dan D. R. Belwood. 2005. Wave Energy and Swimming PerformanceShape Coral Reef Fish Assemblages. The Royal Society ScienceBiology. Australia.Vol. 272 (1565): 827-832.
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. Prentice-Hall.Inc. New Jersey.
Hutabarat, S. dan S. M. Evans,. 2006. Pengantar Oseanografi. PenerbitUniversitas Indonesia. Depok.
Hutomo, M. 1986. Komunitas Ikan Karang dan Metode Sensus Visual. LON LIPI.Jakarta.
54
Hutomo, M. 1995. Pengantar Ekologi Komunitas Ikan Karang dan MetodePengkajiannya. P3O-LIPI. Jakarta.
Kuiter, R. H. 1992. Tropical Reef-Fishes of The Western Pacific Indonesia andAdjacenct Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Komar, P. D. 1998. Beach Processes and Sedimentation. Second edition.Englewood Cliffs. New Jersey.
Krebs, J.C. 1989. Ecological Methodology. First Edition. Addison-Welsey Pub.New York.
Lowe, R. J., J. L. Falter, M. D., Bandet, G. Pawlak, M. J. Atkinson, S. G.Monismith dan J. R. Koseff.. 2005. Spectral wave dissipation over abarrier reef. Journal Of Geophysical Research, Vol. 110: 1-16
Luckhurst, B. E dan L. Luckhurst. 1978. Analysis of The Influence of SubstrateVariables on Coral Reef Communities. Marine Biology, 49:317-323.
Montgomery, W., L. T. Gerrodette, dan L. D. Marshall. 1980. Coral and FishCommunity Structure of Sommero Island, Batangas, Philippines. Proc.Fourth Int. Coral Reef Symp. Vol.2: 196-197.
Nagelkerken, W. P. 1981. Distribution and Ecology of The Groupers andSnappers of The Netherland Antilles. Proc.Fourth Int. Coral Reef Symp.Vol.107: 1-71.
Nybakken, J. W. 1982. Marine Biology An Ecological Approach. Harper andRow. New York.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkanoleh H. M. Eidman, Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, dan S.Sukardjo. PT Gramedia. Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sunders. Philadelphia.
Pariwono, J. I. 1992. Proses–proses Fisik di Perairan Perairan Pantai. DalamKursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Perairan Pesisir SecaraTerpadu dan Holistik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmawati, F. 2010. Pertumbuhan dan Sintasan Transplan Karang LunakNepthea dan Sarcophyton di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sachoemar, S. I. 2008. Karakteristik Lingkungan Perairan KepulauanSeribu. Vol.4 (2). Hal. 109-114. BPPT. Jakarta
Seeber, G. 1993. www.kelompokkeilmuangeodesi.com. [20 Januari 2012]
55
Setyawan, E. 2008. Perkembangan Gamet Karang Lunak Sinularia dura HasilTransplantasi di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, V.P., S. Sukimin dan S. Wouthuyzen. 2008. Pendugaan Potensi IkanKarang dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Merancang AlatTangkap yang Selektif di Kepulauan Seribu. Laporan Tahun Ke-1.Program Insentif Riset Dasar. RD 2008-2787 Kementrian Riset danTeknologi.169 pp.
Siregar, V.P., S. Sukimin dan S. Wouthuyzen. 2009. Pendugaan Potensi IkanKarang dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Merancang AlatTangkap yang Selektif di Kepulauan Seribu. Laporan Tahun Ke-2.Program Insentif Riset Dasar. RD 2008-2787 Kementrian Riset danTeknologi.169 pp.
Siwi, W. E. R. 2008. Analisis Kestabilan Garis Pantai Eretan IndramayuBerdasarkan Pengaruh Gelombang. (Tesis).Sekolah Pasca Sarjana IPB.Bogor
Sorensen, R. M.. 1991. Basic Coastal Enginering, John Wiley & Son, Inc. NewYork.
Spalding, M. D., C. Ravillous dan E. P. Green. 2001. World Atlas of Coral Reefs.Disiapkan di UNEP-WCMC. University of California. California.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Betta Offset. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 1999. Pemerintahan PropinsiDaerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia. Jakarta
Veron, J. E. N. 1986. Coral of Australia and The IndoPacific. Australia Instituteof Marine Science. Townsville.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The South Asian Waters. TheUniversity of California. Berkeley.
57
Lampiran 1. Data Angin, Tinggi dan Periode Gelombang Selama Tiga Tahundi Teluk Jakarta
Sumber Data: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjung PriokNo Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2007 0 SEE 6.4 E 0.3 4.12 01/06/2007 6 E 5.4 E 0.3 4.13 01/06/2007 12 ENE 5.5 E 0.4 4.14 01/06/2007 18 ENE 3.1 E 0.4 4.25 02/06/2007 0 SE 1.7 E 0.4 4.36 02/06/2007 6 E 5.5 E 0.4 4.37 02/06/2007 12 E 9.8 E 0.6 4.28 02/06/2007 18 SEE 9.7 E 0.6 4.19 03/06/2007 0 SEE 10.3 E 0.7 4.210 03/06/2007 6 SEE 8.0 E 0.7 4.211 03/06/2007 12 ENE 7.0 E 0.7 4.312 03/06/2007 18 E 7.8 E 0.7 4.213 04/06/2007 0 SEE 9.7 E 0.7 4.214 04/06/2007 6 SEE 8.1 E 0.7 4.315 04/06/2007 12 E 6.9 E 0.6 4.416 04/06/2007 18 SEE 8.0 E 0.7 4.317 05/06/2007 0 SEE 9.2 E 0.7 4.318 05/06/2007 6 E 7.9 E 0.7 4.419 05/06/2007 12 E 6.8 E 0.8 4.520 05/06/2007 18 SEE 5.9 E 0.8 4.521 06/06/2007 0 SE 6.5 E 0.8 4.422 06/06/2007 6 SEE 7.6 E 0.7 4.423 06/06/2007 12 E 10.2 E 0.8 4.324 06/06/2007 18 SEE 7.3 E 0.7 4.325 07/06/2007 0 SE 5.5 E 0.6 4.326 07/06/2007 6 SEE 6.4 E 0.6 4.327 07/06/2007 12 E 8.9 E 0.6 4.328 07/06/2007 18 E 7.3 E 0.6 4.329 08/06/2007 0 SEE 6.1 E 0.5 4.330 08/06/2007 6 E 7.8 E 0.7 4.531 08/06/2007 12 ENE 10.3 ENE 0.9 4.632 08/06/2007 18 E 7.4 ENE 0.9 4.633 09/06/2007 0 SEE 5.4 E 0.8 4.534 09/06/2007 6 E 4.1 E 0.7 4.435 09/06/2007 12 ENE 3.9 E 0.7 4.336 09/06/2007 18 SEE 3.7 E 0.6 4.337 10/06/2007 0 SE 6.0 E 0.5 4.238 10/06/2007 6 SEE 1.2 E 0.5 4.1
58
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)39 10/06/2007 12 NNW 4.0 E 0.4 4.140 10/06/2007 18 ENE 1.1 E 0.4 4.141 11/06/2007 0 SE 4.3 E 0.4 4.242 11/06/2007 6 ENE 3.2 E 0.4 4.243 11/06/2007 12 NNE 5.8 E 0.5 4.344 11/06/2007 18 NE 1.5 E 0.5 4.445 12/06/2007 0 S 3.2 E 0.5 4.546 12/06/2007 6 E 2.4 E 0.5 4.647 12/06/2007 12 NE 6.4 E 0.5 4.648 12/06/2007 18 E 5.8 E 0.5 4.649 13/06/2007 0 SE 8.1 E 0.5 4.650 13/06/2007 6 SEE 6.0 E 0.5 4.551 13/06/2007 12 ENE 5.2 E 0.5 4.552 13/06/2007 18 SE 1.8 E 0.5 4.553 14/06/2007 0 SSW 4.7 E 0.5 4.654 14/06/2007 6 SW 0.2 E 0.5 4.555 14/06/2007 12 NNE 4.3 E 0.6 4.556 14/06/2007 18 NE 0.7 E 0.5 4.657 15/06/2007 0 SSW 3.0 E 0.5 4.758 15/06/2007 6 NNE 1.2 E 0.6 4.759 15/06/2007 12 NNE 5.3 E 0.6 4.660 15/06/2007 18 SEE 1.6 E 0.6 4.561 16/06/2007 0 SSE 5.8 E 0.6 4.562 16/06/2007 6 SEE 0.5 E 0.6 4.463 16/06/2007 12 N 5.2 E 0.6 4.464 16/06/2007 18 NE 1.1 E 0.5 4.465 17/06/2007 0 SSE 3.8 E 0.5 4.466 17/06/2007 6 SW 2.3 E 0.5 4.567 17/06/2007 12 W 4.9 E 0.4 4.568 17/06/2007 18 WSW 4.4 E 0.4 4.569 18/06/2007 0 SW 4.9 E 0.4 4.570 18/06/2007 6 WSW 6.2 E 0.3 4.671 18/06/2007 12 WSW 7.8 E 0.3 4.872 18/06/2007 18 WSW 6.8 E 0.3 5.273 19/06/2007 0 WSW 5.8 E 0.2 5.174 19/06/2007 6 WSW 4.3 E 0.2 5.175 19/06/2007 12 W 2.9 E 0.2 4.976 19/06/2007 18 WSW 2.2 E 0.2 4.877 20/06/2007 0 SSW 2.3 E 0.2 4.778 20/06/2007 6 SW 3.5 E 0.2 4.6
59
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)79 20/06/2007 12 WSW 4.9 E 0.2 4.680 20/06/2007 18 SSW 4.0 E 0.2 4.781 21/06/2007 0 S 4.3 E 0.2 4.782 21/06/2007 6 SSE 2.0 E 0.1 4.883 21/06/2007 12 ENE 1.6 NNE 0.2 5.284 21/06/2007 18 SEE 3.1 N 0.2 5.385 22/06/2007 0 SEE 5.0 N 0.3 5.086 22/06/2007 6 E 4.3 N 0.3 4.987 22/06/2007 12 ENE 4.5 N 0.3 4.688 22/06/2007 18 SEE 5.1 N 0.2 4.589 23/06/2007 0 SE 7.4 ENE 0.3 4.290 23/06/2007 6 SEE 6.4 E 0.3 4.091 23/06/2007 12 E 6.2 ENE 0.3 3.992 23/06/2007 18 SEE 5.0 E 0.4 4.093 24/06/2007 0 SE 4.5 ENE 0.4 3.994 24/06/2007 6 ENE 0.4 ENE 0.3 3.995 24/06/2007 12 NNW 4.4 ENE 0.3 4.196 24/06/2007 18 W 1.9 E 0.3 4.297 25/06/2007 0 SSW 3.7 E 0.4 4.298 25/06/2007 6 WNW 1.2 E 0.4 4.299 25/06/2007 12 N 4.0 E 0.4 4.1100 25/06/2007 18 NNE 1.5 E 0.3 4.1101 26/06/2007 0 SEE 2.4 E 0.3 4.0102 26/06/2007 6 E 3.3 E 0.3 4.0103 26/06/2007 12 ENE 5.1 E 0.3 4.0104 26/06/2007 18 E 3.2 E 0.3 4.0105 27/06/2007 0 SE 3.5 E 0.3 4.1106 27/06/2007 6 SEE 2.3 E 0.3 4.0107 27/06/2007 12 NE 3.2 ENE 0.3 4.0108 27/06/2007 18 SEE 1.7 ENE 0.4 4.0109 28/06/2007 0 S 3.4 E 0.4 4.1110 28/06/2007 6 SEE 3.7 E 0.4 4.2111 28/06/2007 12 E 6.6 E 0.5 4.3112 28/06/2007 18 SEE 5.5 E 0.5 4.3113 29/06/2007 0 SE 6.2 E 0.6 4.4114 29/06/2007 6 SEE 3.7 E 0.6 4.4115 29/06/2007 12 NE 4.1 E 0.6 4.2116 29/06/2007 18 E 5.4 E 0.5 4.2117 30/06/2007 0 SEE 7.6 E 0.6 4.4118 30/06/2007 6 E 6.7 E 0.5 4.6119 30/06/2007 12 ENE 6.1 E 0.5 4.8120 30/06/2007 18 SEE 4.2 E 0.5 5.0
60
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2008 0 SEE 6.1 E 0.8 4.62 01/06/2008 6 E 5.9 E 0.7 4.63 01/06/2008 12 ENE 6.2 E 0.7 4.64 01/06/2008 18 E 5.8 E 0.7 4.65 02/06/2008 0 SEE 6.3 E 0.7 4.66 02/06/2008 6 SEE 5.7 E 0.6 4.67 02/06/2008 12 E 5.9 E 0.6 4.68 02/06/2008 18 SE 4.7 E 0.6 4.69 03/06/2008 0 S 7.1 E 0.6 4.710 03/06/2008 6 SEE 4.6 E 0.6 4.711 03/06/2008 12 ENE 7.6 E 0.7 4.712 03/06/2008 18 E 3.5 E 0.6 4.613 04/06/2008 0 S 3.3 E 0.6 4.614 04/06/2008 6 SEE 0.1 E 0.6 4.615 04/06/2008 12 N 3.3 E 0.6 4.616 04/06/2008 18 SEE 0.8 E 0.6 4.417 05/06/2008 0 SSE 3.9 E 0.5 4.318 05/06/2008 6 SW 1.6 E 0.5 4.319 05/06/2008 12 WNW 3.7 E 0.4 4.420 05/06/2008 18 ENE 0.4 E 0.4 4.321 06/06/2008 0 SEE 4.3 E 0.4 4.422 06/06/2008 6 NE 0.9 E 0.4 4.323 06/06/2008 12 NW 3.5 E 0.3 4.324 06/06/2008 18 SSW 1.5 E 0.3 4.325 07/06/2008 0 SSE 5.0 E 0.3 4.326 07/06/2008 6 ENE 0.5 E 0.3 4.327 07/06/2008 12 N 5.3 E 0.3 4.328 07/06/2008 18 N 1.9 E 0.3 4.229 08/06/2008 0 SE 2.1 E 0.3 4.130 08/06/2008 6 ENE 2.9 E 0.3 4.131 08/06/2008 12 ENE 5.3 E 0.3 4.132 08/06/2008 18 E 4.0 E 0.3 4.133 09/06/2008 0 SE 4.8 E 0.3 4.034 09/06/2008 6 E 4.2 E 0.3 4.035 09/06/2008 12 ENE 5.0 E 0.3 4.036 09/06/2008 18 SE 2.2 E 0.3 4.037 10/06/2008 0 SSW 5.3 E 0.3 4.038 10/06/2008 6 SSW 1.2 E 0.3 4.139 10/06/2008 12 N 2.9 E 0.3 4.240 10/06/2008 18 SEE 2.4 E 0.4 4.1
61
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)41 11/06/2008 0 SE 5.9 E 0.4 4.042 11/06/2008 6 SSE 1.6 E 0.4 4.143 11/06/2008 12 WNW 3.1 E 0.3 4.144 11/06/2008 18 SSE 1.8 E 0.4 4.245 12/06/2008 0 SE 6.4 E 0.5 4.346 12/06/2008 6 SEE 4.8 E 0.4 4.447 12/06/2008 12 ENE 4.7 E 0.5 4.348 12/06/2008 18 SEE 4.0 E 0.6 4.449 13/06/2008 0 SE 4.7 ENE 0.7 4.650 13/06/2008 6 E 4.2 ENE 0.7 4.651 13/06/2008 12 NE 6.1 ENE 0.7 4.652 13/06/2008 18 SEE 6.6 E 0.7 4.653 14/06/2008 0 SE 10.0 E 0.8 4.454 14/06/2008 6 SEE 9.7 E 0.8 4.455 14/06/2008 12 E 10.2 E 0.8 4.456 14/06/2008 18 SEE 8.9 E 0.7 4.457 15/06/2008 0 SE 8.4 E 0.7 4.458 15/06/2008 6 SEE 6.6 E 0.6 4.459 15/06/2008 12 ENE 6.4 E 0.6 4.460 15/06/2008 18 E 6.6 E 0.6 4.461 16/06/2008 0 SEE 7.4 E 0.6 4.362 16/06/2008 6 E 7.9 E 0.6 4.363 16/06/2008 12 ENE 9.2 E 0.7 4.364 16/06/2008 18 E 7.0 E 0.7 4.265 17/06/2008 0 SEE 5.3 E 0.6 4.266 17/06/2008 6 E 4.9 E 0.6 4.267 17/06/2008 12 E 4.6 E 0.5 4.268 17/06/2008 18 E 5.7 E 0.5 4.269 18/06/2008 0 SEE 7.0 E 0.5 4.370 18/06/2008 6 E 6.3 E 0.5 4.371 18/06/2008 12 E 6.1 E 0.5 4.272 18/06/2008 18 E 5.3 E 0.5 4.273 19/06/2008 0 SE 5.4 E 0.5 4.274 19/06/2008 6 SEE 4.9 E 0.5 4.375 19/06/2008 12 E 5.1 E 0.5 4.276 19/06/2008 18 SEE 3.7 E 0.5 4.277 20/06/2008 0 SSE 3.9 E 0.4 4.278 20/06/2008 6 SEE 5.9 E 0.4 4.279 20/06/2008 12 E 9.8 E 0.6 4.180 20/06/2008 18 SEE 8.9 E 0.6 4.0
62
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)81 21/06/2008 0 SEE 9.1 E 0.6 4.082 21/06/2008 6 E 7.5 E 0.5 4.183 21/06/2008 12 ENE 8.6 E 0.5 4.184 21/06/2008 18 E 6.7 ENE 0.6 4.285 22/06/2008 0 SEE 6.5 ENE 0.6 4.186 22/06/2008 6 E 6.8 ENE 0.6 4.287 22/06/2008 12 E 7.6 ENE 0.6 4.388 22/06/2008 18 SEE 6.7 ENE 0.6 4.389 23/06/2008 0 SE 7.5 E 0.6 4.390 23/06/2008 6 SEE 7.9 E 0.6 4.491 23/06/2008 12 E 9.5 E 0.7 4.392 23/06/2008 18 SEE 8.0 E 0.7 4.593 24/06/2008 0 SE 8.1 E 0.7 4.694 24/06/2008 6 SEE 6.8 E 0.7 4.795 24/06/2008 12 E 6.7 E 0.7 4.796 24/06/2008 18 SEE 6.6 E 0.7 4.797 25/06/2008 0 SE 7.1 E 0.7 4.898 25/06/2008 6 SEE 7.6 E 0.8 4.899 25/06/2008 12 E 9.0 E 0.8 4.7100 25/06/2008 18 SEE 8.1 E 0.8 4.7101 26/06/2008 0 SEE 7.4 E 0.7 4.8102 26/06/2008 6 SEE 7.4 E 0.7 4.8103 26/06/2008 12 SEE 7.5 E 0.8 4.7104 26/06/2008 18 SEE 6.1 E 0.7 4.7105 27/06/2008 0 SEE 5.0 E 0.7 4.7106 27/06/2008 6 SEE 2.8 E 0.7 4.7107 27/06/2008 12 NE 1.6 E 0.6 4.7108 27/06/2008 18 E 2.1 E 0.6 4.7109 28/06/2008 0 SEE 3.2 E 0.6 4.7110 28/06/2008 6 E 5.2 E 0.6 4.6111 28/06/2008 12 ENE 8.0 E 0.6 4.6112 28/06/2008 18 E 6.0 E 0.6 4.4113 29/06/2008 0 SEE 4.9 E 0.6 4.3114 29/06/2008 6 E 6.0 E 0.6 4.3115 29/06/2008 12 E 7.5 E 0.6 4.3116 29/06/2008 18 E 7.0 E 0.6 4.3117 30/06/2008 0 SEE 7.0 E 0.5 4.3118 30/06/2008 6 E 6.9 E 0.5 4.3119 30/06/2008 12 ENE 7.6 E 0.6 4.3120 30/06/2008 18 E 5.4 E 0.6 4.3
63
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)1 01/06/2009 0 SEE 7.56 E 0.38 3.942 01/06/2009 6 SEE 7 E 0.36 3.993 01/06/2009 12 E 7.21 E 0.36 4.014 01/06/2009 18 SEE 8.21 E 0.47 3.985 02/06/2009 0 SE 10.22 E 0.59 3.896 02/06/2009 6 SE 7.25 E 0.45 4.057 02/06/2009 12 SSE 4.78 E 0.44 4.118 02/06/2009 18 SE 4.71 E 0.47 4.169 03/06/2009 0 SEE 5.34 E 0.49 4.2410 03/06/2009 6 SEE 5.01 E 0.51 4.2911 03/06/2009 12 SEE 4.68 E 0.55 4.3912 03/06/2009 18 SE 3.02 ENE 0.58 4.4913 04/06/2009 0 S 2.87 E 0.63 4.6314 04/06/2009 6 S 0.96 E 0.67 4.715 04/06/2009 12 N 0.96 E 0.68 4.6616 04/06/2009 18 SEE 2.08 E 0.64 4.5617 05/06/2009 0 SE 4.59 E 0.62 4.4818 05/06/2009 6 SEE 3.64 E 0.59 4.4519 05/06/2009 12 ENE 3.6 E 0.56 4.420 05/06/2009 18 E 4.11 E 0.53 4.3521 06/06/2009 0 SEE 4.91 E 0.51 4.2922 06/06/2009 6 E 5.57 E 0.5 4.2523 06/06/2009 12 ENE 6.64 E 0.53 4.224 06/06/2009 18 E 6.51 E 0.52 4.225 07/06/2009 0 SEE 7.18 E 0.51 4.2126 07/06/2009 6 E 4.98 E 0.48 4.2627 07/06/2009 12 ENE 3.92 E 0.48 4.2228 07/06/2009 18 E 3.85 E 0.46 4.2129 08/06/2009 0 SEE 4.62 E 0.47 4.2230 08/06/2009 6 SEE 3.48 E 0.44 4.2231 08/06/2009 12 SEE 2.35 E 0.41 4.2232 08/06/2009 18 SE 5.84 E 0.39 4.2233 09/06/2009 0 SE 9.34 E 0.5 4.1134 09/06/2009 6 E 6.84 E 0.41 4.235 09/06/2009 12 ENE 6.93 E 0.4 4.2436 09/06/2009 18 E 4.72 E 0.33 4.2537 10/06/2009 0 SE 4.65 E 0.32 4.2638 10/06/2009 6 SE 2.61 E 0.31 4.2539 10/06/2009 12 SSW 0.98 E 0.32 4.240 10/06/2009 18 SE 4 E 0.32 4.16
64
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)41 11/06/2009 0 SE 7.46 E 0.39 4.0642 11/06/2009 6 SE 4.75 E 0.33 4.0743 11/06/2009 12 SEE 2.15 E 0.31 4.0644 11/06/2009 18 SEE 4.18 E 0.33 4.1245 12/06/2009 0 SE 6.25 E 0.4 4.2146 12/06/2009 6 SEE 5.07 E 0.4 4.3547 12/06/2009 12 SEE 4.1 E 0.44 4.3248 12/06/2009 18 SEE 3.7 E 0.45 4.2549 13/06/2009 0 SE 3.68 E 0.46 4.1950 13/06/2009 6 SE 1.73 E 0.46 4.1751 13/06/2009 12 W 0.43 E 0.48 4.2252 13/06/2009 18 SSE 1.98 E 0.5 4.2753 14/06/2009 0 SE 4.13 E 0.5 4.2454 14/06/2009 6 SE 2.47 E 0.48 4.1655 14/06/2009 12 E 1.17 E 0.43 4.1356 14/06/2009 18 SEE 2.99 E 0.4 4.1157 15/06/2009 0 SEE 4.89 E 0.39 4.1458 15/06/2009 6 SE 2.48 E 0.36 4.1559 15/06/2009 12 SW 1.9 E 0.35 4.260 15/06/2009 18 SW 2.05 E 0.34 4.2261 16/06/2009 0 SW 2.23 E 0.33 4.2662 16/06/2009 6 SW 0.82 E 0.34 4.2363 16/06/2009 12 NE 0.59 E 0.34 4.1664 16/06/2009 18 SEE 2.85 E 0.33 4.1165 17/06/2009 0 SEE 5.32 E 0.33 4.0666 17/06/2009 6 E 5.55 E 0.32 4.0467 17/06/2009 12 ENE 6.37 E 0.37 4.0368 17/06/2009 18 E 8.15 E 0.48 4.1169 18/06/2009 0 SEE 10.98 E 0.64 4.0470 18/06/2009 6 SEE 9.83 E 0.68 4.2271 18/06/2009 12 E 8.86 E 0.7 4.3772 18/06/2009 18 SEE 9.5 E 0.74 4.3173 19/06/2009 0 SEE 10.31 E 0.76 4.2574 19/06/2009 6 E 10.36 E 0.76 4.375 19/06/2009 12 E 10.84 E 0.77 4.2976 19/06/2009 18 E 8.16 E 0.8 4.3277 20/06/2009 0 SEE 5.69 E 0.71 4.4378 20/06/2009 6 E 5.83 E 0.7 4.579 20/06/2009 12 E 6.3 ENE 0.8 4.5580 20/06/2009 18 SEE 5.36 ENE 0.76 4.46
65
Lanjutan Lampiran 1.
No Date Time(UTC) WindDir WindSpd(knot) WaveDir HSign(m) P.Sign(s)81 21/06/2009 0 SE 5.76 ENE 0.71 4.3882 21/06/2009 6 E 4.93 E 0.64 4.3783 21/06/2009 12 ENE 6.4 E 0.63 4.3784 21/06/2009 18 ENE 4.16 E 0.56 4.3585 22/06/2009 0 E 2.04 E 0.52 4.3886 22/06/2009 6 ENE 1.69 E 0.51 4.487 22/06/2009 12 NNE 1.81 E 0.49 4.3888 22/06/2009 18 E 3.3 E 0.47 4.3489 23/06/2009 0 SEE 6.16 E 0.46 4.3190 23/06/2009 6 SEE 3.51 E 0.42 4.3191 23/06/2009 12 SSE 1.07 E 0.4 4.3292 23/06/2009 18 SE 2.96 E 0.38 4.3293 24/06/2009 0 SE 4.89 E 0.37 4.2794 24/06/2009 6 SSE 2.22 E 0.35 4.2295 24/06/2009 12 WSW 1.21 E 0.32 4.1996 24/06/2009 18 E 2.76 E 0.31 4.1997 25/06/2009 0 E 6.66 E 0.36 4.1598 25/06/2009 6 E 4.74 E 0.29 4.1299 25/06/2009 12 E 2.88 E 0.27 4.02100 25/06/2009 18 SEE 5.28 E 0.27 3.97101 26/06/2009 0 SEE 8.09 E 0.34 3.9102 26/06/2009 6 E 5.23 E 0.27 3.89103 26/06/2009 12 ENE 3.44 E 0.29 3.92104 26/06/2009 18 E 4.87 E 0.33 3.97105 27/06/2009 0 SEE 7.08 E 0.41 3.95106 27/06/2009 6 E 6.26 E 0.43 3.99107 27/06/2009 12 ENE 6.18 E 0.48 4.1108 27/06/2009 18 SEE 4.58 E 0.47 4.12109 28/06/2009 0 SSE 5.58 E 0.48 4.13110 28/06/2009 6 SEE 2.71 E 0.47 4.13111 28/06/2009 12 NE 3.29 ENE 0.5 4.22112 28/06/2009 18 E 1.77 E 0.51 4.28113 29/06/2009 0 SSE 2.95 E 0.51 4.23114 29/06/2009 6 SEE 4.16 E 0.49 4.17115 29/06/2009 12 E 6.75 E 0.52 4.15116 29/06/2009 18 E 6.88 E 0.55 4.15117 30/06/2009 0 E 7.12 E 0.57 4.14118 30/06/2009 6 E 5.95 E 0.54 4.13119 30/06/2009 12 ENE 5.07 E 0.52 4.1120 30/06/2009 18 E 5.07 E 0.5 4.09
66
Lampiran 2. Data Arus Permukaan Air Laut di Perairan Karang Lebar
Musim Letak StasiunArus
Sumber DataArah
Kecepatan(m/s)
Timur (Agustus 2007)Area Perlindunganlaut Timur Laut 0,195
Data Penelitian EdySetyawan
Timur (Mei-Juli 2008)
Stasiun 13 Tenggara 0,0592 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 7 Tenggara 0,0549 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 6 Tenggara 0,1302 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 5 Tenggara 0,1190 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 2 Tenggara 0,2466 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 3 Tenggara 0,1678 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 16 Tenggara 0,1199 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 8 Tenggara 0,1250 Ristek 2008 (Siregar 2008)Stasiun 4 Tenggara 0,2116 Ristek 2008 (Siregar 2008)
Timur (Juni 2009)Area Perlindunganlaut Tenggara 0,11
Data Penelitian FadhillahRahmawati
67
Lampiran 3. Data Ikan Terumbu yang Teridentifikasi diPerairan Karang Lebar
Jenis Ikan TerumbuStasiun Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a bAcanthuridae - - - + - - - - -
Ctenochaetus striatus - - - + - - - - - 0,0352 3,066Apogonidae - - + - - - + + -
Apogon compressus - - + - - - + + - 0,00413 3,577Blenniidae - + - + - + + - -
Escenius midas - - - - - + - - - 0,0239 2,584Escenius sp - + - - - - - - - 0,0239* 2,584*Meiacanthus smithi - - - + - + + - - 0,0009 4,47
Caesionidae + + + - - + - + -Caesio cuning + + + - - + - + - 0,03146 3Caesio caerulaurea - - + - - - - - + 0,0200 2,991Pterocaesio chrysozona - - - - - + - + - 0,0404 2,814
Chaetodontidae + + + + + + - + +Chaetodon baronessa - - - - - + - - - 0,0404* 2,814*Chelmon marginalis - - - - + + - - - 0,0404* 2,814*Heniochus chrysostomus - + - - - - - - - 0,0161 3,262Heniochus varius - - - - - + - - 0,0161* 3,262*Chaetodon octofasciatus + + + + + + - + + 0,0404 2,814
Centriscidae - - - + + - - - -Aeoliscus strigatus - - - + + - - - - 0,0056 3
Cirrhitidae - + - - - + + - -Paracirrhites forsteri - + - - - + + - - 0,0172 2,977
Gobiidae - + + + - - + - -Corythoicthys intestinalis - - - - - - + - - 0,0175* 2,827*Gnatholepis cauerensis - - - - - - + - - 0,0175 2,827Istigobius decoratus - - + - - - - - - 0,0180 2,777Valenciennea heldingenii - - - + - - - - - 0,0104 2,859
Haemulidae - - + - - - - - -Plecthorhynchus picus - - + - - - - - - 0,0115 3,089
68
Lanjutan Lampiran 3.
Jenis Ikan TerumbuStasiun Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a bHolocentridae + - - - - - - - -Myripristis violacea + - - - - - - - - 0,0364 2,94Sargocentron cornutum + - - - - - - - - 0,0275 2,998Labridae + + + + + + + + +Bodianus mesothorax - - - + - - - - - 0,010 3,173Cheilinus fasciatus + + + + + + - + - 0,0404 2,814Cheilinus undulatus - + + + - - - - - 0,0113 3,136Choerodon anchorago - - + - - - - - - 0,0208 3Cirrhilabrus cyanopleura - - - - - + - - - 0,0065 3,15Coris caudimacula - - - - - - + - - 0,0091 3Diproctachantus xanthurus + - + + + + + + + 0,0076 3,105Gomphosus varius + + - - - - - - - 0,0244 2,703Halichoeres (juv) - - + - - - - - - 0,0160* 2,987*Halichoeres biocelatus - - + - - - - - - 0,0160 2,987Halichoeres chlorocephalus - - + - - + - - - 0,0149 3Halichoeres chrysus - - - - - - + - - 0,0106 3Halichoeres hortulanus + + + + - + - + + 0,0149* 3*Halichoeres leucurus + - + + + + + - - 0,0093 3,262Halichoeres melanochir - + - - - - - - - 0,0093* 3,262*Halichoeres melanurus + + + + + + + - + 0,0093* 3,262*Halichoeres scapularis - - - - - + - - - 0,0275 2,736Halichoeres trimaculatus + - - + - + - - - 0,0275* 2,736*Labroides dimidiatus + + + + - + + - + 0,0059 3,231Stethojulis strigiventer + + + + - - + + - 0,0191 2,876Thalassoma lunare + + + + + + + + + 0,0211 2,832Thalassoma lutescens + - - - - + - - - 0,0130 3,042Lethrinidae - - - + - - - - -
Lethrinus sp (juvenil) - - - + - - - - - 0,0165 3,043Malacanthidae - - - - + - - - -
Remora remora - - - - + - - - - 0,0267 2,978Monacanthidae - - - - - - - - +
Acreichtys radiatus - - - - - - - - + 0,0070 3,262Mullidae + + + + - - - + +Parupaneus barberinus + + + + - - - + + 0,0131 3,122
69
Lanjutan Lampiran 3.
Jenis Ikan TerumbuStasiun Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a bLutjanidae - - + + - + - - -
Lutjanus biguttatus - - - + - - - - 0,0296 2,851Lutjanus decussatus - - - - - + - - - 0,0296* 2,851*Lutjanus johnii - - + - - - - - - 0,0296* 2,851*Nemipteridae + + + - + + - + +Scolopsis bilineatus + + - - - - - + + 0,0149 3,14Scolopsis lineatus + + - - - - - - + 0,0138 3,174Scolopsis taeniepterus + - + - + + - - - 0,0185 2,981Scolopsis trilineatus + - - - + - - + + 0,0282 3
Pomacanthidae - + + - + + - - +Chaetodontoplus mesoleucus - + + - + + - - + 0,0413 2,866Pygloplites diachantus - - - - - + - - - 0,0371 2,968
Pomacentridae + + + + + + + + +Abudefduf lorenzi - - - - + - - - - 0,0226* 3,132*Abudefduf nottatus - - - - - - - + + 0,0226* 3,132*Abudefduf septemfasciatus + + - - - - - - - 0,0213 3,152Abudefduf sexfasciatus + + - - + + - + + 0,0213 3,152Abudefduf vaigiensis - + + - - - + + - 0,0226 3,132Amblyglyphidodon aureus - - - - - + - + - 0,0217 3Amblyglyphidodon curacao + + + + + + + + + 0,0413 2,886Amblyglyphidodon leucogaster - + + - - + - + + 0,0217* 3*Amphiprion ocellaris - + + - - - - - - 0,0358 3Amphiprion sandaracinos - - - - - - - - + 0,0375 2,866Cheiloprion labiatus - - - - - - - + - 0,0206 3,146Chromis analis - - + - - + - - - 0,0642 2,518Chromis fumea - - + - - - - - - 0,0642* 2,518*Chromis viridis - + - - - - - - + 0,0642 2,518Chrysiptera flavipinnis - - - - - - - + - 0,0379 3,012Chrysiptera glauca - - + - - - - - - 0,0220 3,001Chrysiptera parasema - - + - - + - - - 0,0220* 3,001*Dascyllus flavicaudus - - - - + - - - - 0,0289 3,035
70
Lanjutan Lampiran 3.
Jenis Ikan TerumbuStasiun Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a bPomacentridae + + + + + + + + +Dischistodus prosopotaenia + + + + + + + + + 0,0275 2,973Hemiglyphidodon plagiometopon + + + + + + + + + 0,0175 3,212Neoglyphidodon carlsoni - + - + - - + - - 0,0175* 3,212*Neoglyphidodon melas + + - + + + - + + 0,0254 3,054Neoglyphidodon oxyodon - - - - - - + - - 0,0175* 3,212*Plectroglyphidodon lacrymatus - - + + - - - - - 0,0612 2,747Pomacentrus alexanderae + + + + + + + + + 0,0135 3,312Pomacentrus auriventris - - - - - + - - - 0,0703 2,646Pomacentrus burroughi - - - - - + + - - 0,0703* 2,646*Pomacentrus moluccensis + + + + + + + + + 0,0703* 2,646*Pomacentrus philippinus - - + - - + + - - 0,0231 3,058Pomacentrus trichiurus + - - - - - + + + 0,0305 3,012Pomachromis guamensis - - - + - - - - - 0,0231* 3,058*Premnas biaculeatus - - - + - - - - - 0,0409 3Scaridae + + + + - + - - +Chlorurus sordidus - + + + - + - - - 0,0319 2,927Scarus flavipectoralis - - + - - - - - - 0,0175* 3,074*Scarus rivulatus + + + - - + - - + 0,0173 3,14Scarus rubroviolaceus - + - - - - - - - 0,0175* 3,074*Scarus scaber - - + - - - - - - 0,0175 3,074Scorpaenidae - - + - - - - - -Scorpaenopsis oxycephala - - + - - - - - - 0,013 3,201Serranidae + + + + + - - - +Cephalopholis argus - - - - + - - - + 0,0093 3,181Cephalopholis miniata + + - - - - - - - 0,0107 3,114Cephalopholis boenack - - - + - - - - + 0,0146 3,019Cephalopholis microprion - + + + + - - - + 0,0096 3Cephalopholis sexmaculata - - - + - - - - - 0,0158 2,966Epinephelus merra + - - - - - - - - 0,0146* 3,019*Epinephelus sexfasciatus - - + - - - - - - 0,0122* 3,053*Epinephelus stictus - - + - - - - - - 0,0122 3,053Plectropomus maculatus - + + - - - - - - 0,0107 3,086Plectropomus sp (juv) - - - + - - - - - 0,0107* 3,086*
71
Lanjutan Lampiran 3.
Jenis Ikan Terumbu
Stasiun Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 a b
Seiganidae + + - - - - - - +
Siganus vulpinus + + - - - - - - + 0,02873 3
Sygnathidae - - - - + - - - -
Corythoicthys sp. - - - - + - - - - 0,0004 4,12
Synodonthidae - - - - - + - - -
Synodus jaculum - - - - - + - - - 0,0047 3,346
Keterangan:(-) tidak ada; (+) ada,(*) nilai yang diambil dari spesies yang hampir sama dalam satu famili/genus
72
Lampiran 4. Matriks Data Analisis Koresponden di Perairan Karang Lebar
Stasiun
Parameter
Arus(m/s)
TinggiGelombang
(m)H' E C
KekayaanJenis(ind)
Kelimpahan(Ind/ Ha)
Biomassa(Kg/ Ha)
1 11.9 43.91 4.30 1.01 0.02 239 9560 1581022 13.02 43.91 4.02 0.93 0.03 379 15160 1856083 5.49 43.91 3.65 0.81 0.07 679 27160 4407194 5.92 43.91 4.28 0.98 0.02 198 7920 2197815 21.16 43.91 4.06 0.99 0.02 189 7560 2646976 12.5 43.91 4.19 0.92 0.03 524 20960 4999967 11.99 43.91 3.49 0.98 0.04 79 3160 597788 16.78 43.91 2.59 0.70 0.13 475 19000 735779 24.66 43.91 3.18 0.82 0.08 293 11720 97956
73
Lampiran 5. Hasil Keterkaitan Analisis Koresponden di PerairanKarang Lebar
RowName
Coordin.Dim.1
Coordin.Dim.2
RelativeInertia
InertiaDim.1
Cos2.Dim.1
InertiaDim.2
Cos2.Dim.2
St. 1 -0.03 -0.01 0.04 0.04 0.72 0.01 0.04
St. 2 0.00 -0.02 0.02 0.00 0.04 0.04 0.43
St. 3 0.04 -0.03 0.10 0.09 0.68 0.11 0.27
St. 4 -0.04 -0.01 0.07 0.10 0.97 0.01 0.02
St. 5 -0.05 -0.01 0.09 0.11 0.91 0.01 0.02
St. 6 0.01 -0.04 0.05 0.00 0.03 0.21 0.96
St. 7 -0.06 0.05 0.23 0.20 0.62 0.37 0.38
St. 8 0.09 0.03 0.34 0.41 0.88 0.17 0.12
St. 9 0.03 0.02 0.06 0.05 0.65 0.08 0.35
ColumnName
Coordin.Dim.1
Coordin.Dim.2
RelativeInertia
InertiaDim.1
Cos2.Dim.1
InertiaDim.2
Cos2.Dim.2
Arus -0.02 0.04 0.06 0.02 0.25 0.18 0.74
H' -0.08 -0.01 0.10 0.13 0.93 0.01 0.02
E -0.11 0.02 0.07 0.10 0.93 0.01 0.04
C 0.57 0.40 0.22 0.20 0.65 0.29 0.32
Gelombang -0.02 0.04 0.09 0.03 0.25 0.28 0.74
Kelimpahan 0.03 0.00 0.08 0.11 0.97 0.00 0.00
KekayaanJenis 0.06 -0.02 0.26 0.31 0.87 0.13 0.12
Biomassa -0.03 -0.01 0.12 0.11 0.68 0.09 0.19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 22 Juni 1990 dari bapak Ahmad
Halide bin Halide dan ibu Hj. Marlina binti H. Hadin. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun
2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas (SMA Negeri) 18 Jakarta. Tahun 2007 penulis tercatat
sebagai mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis aktif di
organisasi mahasiswa seperti Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan
(HIMITEKA) periode 2009-2010 sebagai anggota Penelitian dan Kebijakan (LITJAK),
tahun 2010 sebagai dewan formatur dan tahun 2011 sebagai dewan penasehat
HIMITEKA. Penulis juga aktif dalam organisasi Fisheries Diving Club (FDC-IPB) mulai
tahun 2010, tahun 2010 lulus menjadi pengurus sebagai anggota Penelitian dan
Pengembangan FDC-IPB (Litbang) dan pada tahun 2012 sebagai ketua FDC-IPB.
Penulis juga turut serta dalam kegiatan penelitian bersama FDC-IPB dalam ekspedisi
Zooxanthellae XI di Halmahera Selatan dan kegiatan monitoring bersama Kementrian
Kelautan dan Perikanan di Tual, Maluku Tenggara. Selain itu penulis juga aktif menjadi
Asisten Praktikum pada mata kuliah Selam Ilmiah, Metode Observasi Bawah Laut,
Biologi Laut, dan Ekologi Laut Tropis
Penulis menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dengan
menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Gelombang dan Arus Permukaan Air Laut
yang Dibangkitkan Angin Terhadap Ekostruktur IkanTerumbu di Karang Lebar,
Kepulauan Seribu sebagai syarat lulus dan mendapatkan gelar sarjana Ilmu dan Teknologi
Kelautan (S. Ik).