34
PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonikum L.) PADA TANAH GAMBUT DARMAYANTI 07C10407028 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2014

PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG

MERAH (Allium ascolonikum L.)PADA TANAH GAMBUT

DARMAYANTI07C10407028

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

2014

Page 2: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG

MERAH (Allium ascolonikum L.)PADA TANAH GAMBUT

SKRIPSI

DARMAYANTI07C10407028

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH - ACEH BARAT

2014

Page 3: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Dosis Dolomit dan Kalium tehadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman BawangMerah (Allium ascolonikum L.) pada TanahGambut

Nama Mahasiswa : DarmayantiN I M : 07C10407028Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui :Komisi Pembimbing,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Aboe B. Saidi, S.Hut, M.SiNIDN. 0130097204

Ir. Aswin NasutionNIDN. 0124086503

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN. 018048202

Jasmi, SP, M.Sc.NIDN. 0127088002

Tanggal Lulus :

Page 4: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascolonikum L.) berasal dari Asia, sebagian

literatur menyebutkan bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutama Palestina

dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediterranean. Nara sumber lain menduga asal-usul bawang merah dari Iran dan

pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal

tanaman ini dari Asia Barat dan Mediterranean, yang kemudian berkembang ke

Mesir dan Turki (Anonymous, 2009). Tanaman bawang merah merupakan salah

satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama sudah di usahakan oleh petani

secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan yang cukup

tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Anonymous, 2001)

Bawang merah juga salah satu komoditas unggulan dibeberapa daerah di

Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan

beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti

kangker dan pengganti anti biotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta

penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung

kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).

Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak meskipun

bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan

sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Adapun manfaat bawang merah bagi

kesehatan adalah sebagai obat tradisional antara lain sebagai kompres penurun

Page 5: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

2

panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan

dan pengerasan pembuluh darah dan maag (Maskar, 2005).

Dalam upaya meningkatkan produksi bawang merah dan pendapatan

petani tahun 2011 sebesar 893,124 ribu ton, dengan luas panen sebesar

93,667 ribu hektar, dan rata-rata produktivitas sebesar 9,54 ton per hektar.

Dibandingkan tahun 2010, produksi menurun sebesar 155,810 ribu ton (14,85

persen). Penurunan disebabkan menurunnya produktivitas sebesar 0,03 ton per

hektar (0,31 persen) dan penurunan luas panen seluas 15,967 ribu hektar (14,56

persen) (Anonymous, 2012).

Tingginya angka impor bawang merah menggambarkan bahwa kebutuhan

lebih tinggi dari produktifitas yang ada di tanah air. Salah satu penyebab

rendahnya produktifitas bawang merah adalah belum maksimalnya tindak

budidaya yang dilakukan petani, serta luas panen yang kurang memadai. Selain

tindak budidaya dan luas panen bawang merah yang belum memadai, penurunan

produktifitas bawang merah juga diakibatkan rendahnya kualitas lahan yang

tersedia.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

bawang merah adalah dengan memperbaiki sistem budidaya dan memperluas

lahan sehingga dapat meningkatkan luas panen. Terbatasnya lahan-lahan produktif

yang tersedia mengakibatkan penggunaan lahan-lahan marginal sebagai lahan

produksi bawang merah. Salah satu lahan marginal yang dapat digunakan adalah

lahan gambut.

Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang mempunyai potensi

cukup besar untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian karena arealnya cukup

luas. Luas areal gambut di Indonesia diperkirakan 13-14 juta ha yang tersebar di

Page 6: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

3

pulau Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Di Aceh luas lahan gambut

mencakup areal seluas 274.051 ha, diantaranya 105.417 ha (38,40 %) tersebar di

pesisir pantai kabupaten Aceh Barat sedangkan sisanya tersebar di Kabupaten

Aceh Selatan seluas 168.634 ha (61.60 %) (Wahyunto et al., 2005).

Penggunaan lahan gambut sebagai lahan pertanian, banyak mengalami

kendala terutama berkaitan dengan sifat fisik dan kimia yang kurang mendukung

untuk pertumbuhan tanaman. Kemasaman tinggi dan kejenuhan basa yang rendah

merupakan faktor utama penyebab terhambatnya pertumbuhan dan produksi

tanaman. Kondisi pH tanah yang rendah yaitu 3,1-3,4 secara tidak langsung

mengakibatkan beberapa unsur hara menjadi kahat (Noor, 2000).

Rendahnya produktivitas lahan gambut disebabkan oleh tanah gambut

tergolong tanah yang marginal dengan tingkat kesuburan yang rendah. Selain

memiliki keterbatasan berupa ketersediaan unsur hara yang rendah terutama hara N, P,

K, Cu, Zn, dan B serta reaksi tanah sangat masam dan kejenuhan basa yang rendah

(Tadano et al., 1992). Tanah gambut sebagai media tumbuh tanaman memerlukan

berbagai input untuk menciptakan kondisi optimal bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Variasi input yang akan dilakukan

adalah pengapuran. Pengapuran pada tanah gambut bertujuan untuk memperbaiki

sifat kimia tanah sehingga produktivitas lahan meningkat (Sabiham, 1997).

Pengapuran merupakan proses pemberian kapur untuk meningkatkan pH

tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar 6,5- 7

(Anonymous, 2010). Adapun kapur yang dapat digunakan untuk memperbaiki

sifat kimia tanah adalah dengan penggunaan kapur dolomit dengan kandungan

kalsium dan magnesium CaMg(CO3)2.

Page 7: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

4

Dosis dolomit untuk tanaman bawang merah yang di tanam pada lahan

gambut yang memiliki pH rendah dapat dimanipulasi dengan pemberian dolomit

dengan dosis 1,5 ton/ha sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman bawang merah (Sutapraja, 1996)

Selain pemberian kapur dolomit pemupukan merupakan bagian yang

penting untuk meningkatkan hasil produksi bawang merah karena pemupukan

memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Adapun pupuk yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kalium. Pupuk kalium dapat

membantu meningkatkan kesuburan tanah yang miskin unsur hara tanah.

Faktor dosis kalium dapat membantu tingkat keseburan tanah yang miskin

unsur hara tanah. Dengan tersediannya unsur hara, tanaman dapat memenuhi

siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan

apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan

terganggu atau berhanti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang

kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu

organ tertentu yang spesifik (Suwandi, 2009).

Dari Permasalahan yang telah diurai di atas maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui dosis dolomit dan Kalium yang tepat sehingga

diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang optimum pada

lahan gambut.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Dolomit dan

Kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, serta nyata

tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

Page 8: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

5

1.3. Hipotesis

1. Dosis Dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang

merah

2. Dosis Kalium berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang

merah

3. Terdapat interaksi antara dosis Dolomit dan Kalium terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman bawang merah

Page 9: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Bawang Merah

a. Sistematika

Menurut Tjitrosoepomo (2005) tanaman bawang merah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Liliaceae

Family : Liliales

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L

b. Marfologi Bawang Merah

1. Akar

Akar bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.

Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam

tertanam dalam tanah (Rukmana, 1994).

2. Batang

Tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dickus yang

berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan

akar tunas. Di bagian atas dickus terbentuk batang semu yang tersusun dari

pelepah – pelepah daun. Di antara lapisan kelopak bulbus terdapat mata tunas

Page 10: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

7

yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang

merah (Rukmana, 1994).

3. Daun

Daun bawang merah berbentuk seperti pipa, yakni bulat kecil

memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna

hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya

relatif pendek (Rukmana, 1994).

4. Bunga

Tangkai daun keluar dari ujung tanaman yang panjang antara 30 90 cm,

dan di ujungnya terdapat 50 – 200 cm kuntum bunga yang tersusun melingkar

(bulat) seolah – olah berbentuk payung (Umbrella). Tiap kuntum bunga terdiri

atas 5- 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau

kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampil segitiga.

(Wibowo, 2009).

5. Buah

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2 – 3 butir. Buah bawang merah tersusun dalam tangkai, dan terpisah

satu – persatu berbentuk bulat (Wibowo, 2009).

6. Umbi Lapis

Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat,

bundar sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar sedang dan kecil.

Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah sampai merah tua (Rukmana,

1993).

Page 11: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

8

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

a. Iklim

Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman bawang merah karena sistem perakaran tanaman bawang

merah yang sangat dangkal dan angin kencang yang mehembus terus – menurus

secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, yaitu tanaman sering

roboh.

Tanaman bawang merah yang ditanam pada daerah yang tidak cukup

mendapat sinar matahari, sering berkabut atau tempat yang terlindungi oleh

perpohonan, maka pembentukan umbinya tidak sempurna sehingga

mengakibatkan ukuran umbinya kecil – kecil. Tanaman bawang merah

membutuhkan suhu antara 20 - 26C dengan kelembaban 50 – 70% dan lama

penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah menyukai temperatur

yang lebih rendah dan perkembangan tanaman bawang merah menghendaki curah

hujan yang berkisar antara 300 -2500 mm pertahun (Anonymous, 2008).

b. Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur

sedang sampai liat, dreinase dan aerasi baik serta mengandung bahan organik.

Tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah tanah alluvial atau latopsol yang

subur, gembur dan juga dibutuhkan tanah yang begitu lembab dan tidak

menggenang air dan reaksi tanah tidak masam dengan pH tanah 5,5 – 6,5. Di

Indonesia 70% penanaman dilakukan pada dataran rendah dibawah 450 mdpl

(Ashari, 1995).

Page 12: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

9

2.3. Tanah Gambut

Tanah gambut adalah tanah yang umumnya terdapat di daerah pasang

surut yang berasal diri bahan organik yang menyendap organik kemudian menjadi

busuk, terdiri dari bahan organik sebagian besar belum terkomposisi atau sedikit

terkomposisi yang terakumulasi pada keadaan kelembaban yang berlebihan.

Lahan gambut mempunyai potensial yang cukup besar tetapi tingkat keseburan

tanah yang rendah, miskin unsur hara, dan sangat masam sehingga memerlukan

penambahan pupuk dan pemberian emelioran untuk memperbaiki kondisi lahan

menjadi baik lagi pertumbuhan tanaman (Najiyati, 2005)

Tanah gambut merupakan salah satu tanah yang banyak kita jumpai dan

belum diusahakan dengan baik di aceh barat mencukup areal seluas 105.000 ha.

Luas lahan gambut dikabupaten aceh barat berdasarkan ketebala,diurutkan dari

yang terluas yaitu gambut sedang (1,0-2 m) seluas 47.852 ha. Gambut dalam

(antara 2,0-4,0 m) seluas 31.107 ha gambut dangkal (<0,5 m) seluas 16.403 ha

dan gambut dangkal (antara 0,5-1 m) seluas 4. 591 ha ( Wahyunto et al., 2005).

2.4. Kapur Dolomit

Pengapuran adalah pemberian kapur kedalam tanah bukan karena tanah

kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah masam. Oleh karena itu pH tanah perlu

dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan

Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992). Kapur dolomit berfungsi untuk

menetralkan pH tanah, dan mengurangi beberapa jenis jamur atau bakteri pada

tanah, sehingga akan meningkatkan kesuburan tanah (Kartona, 2010). Kapur

dolomit memiliki kadar atau persentase kalsium (CaO) 30 % dan magnesium

(Mg) 18 – 22 %. Adapun manfaat kapur dolomit bagi tanah adalah untuk

Page 13: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

10

menetralkan tanah yang masam, meningkatkan unsur – unsur Ca dan Mg,

mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta memperbaiki kehidupan Mikro

organisme (MO) dan memperbaiki pembentukan bintil – bintil akar.

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang tersedia

sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang sangat tinggi.

Tanah yang ber- pH rendah (pH<6) diklasifikasikan sebagai tanah masam.

Tanah masam didunia hampir seluruhnya terpusat diwilayah tropika basah

(Hakim et al.,1986). Pada tanah dengan pH 4 kebutuhan kapur dolomit 10,24

ton/ha, untuk menetralkan tanah dan memperbaiki sifat kimia tanah.

2.5. Pupuk Kalium

Kalium adalah unsur hara ketiga terpenting setelah nitrogen dan

fosfor. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, sehingga merupakan

satu-satunya ion monovalen yang esensial bagi tanaman (Sumaryo, 1986).

Menurut Soegiman (1992), secara garis besar pengaruh kalium yaitu memberi

efek keseimbangan unsur lain. Terdapatnya kalium dalam tanah akan

memberikan pengaruh nyata bagi tanaman antara lain memberi ketahanan

terhadap kerebahan, perakaran yang kuat dan menambah ketahanan

terhadap serangan penyebab penyakit.

Ketersediaan kalium diartikan sebagai kalium yang dapat ditukarkan dan

dapat diserap tanaman. Ketersedian kalium dalam tanah sangat tergantung pada

adanya penambahan dari luar, tingkat fiksasi oleh tanah, kehilangan melalui

pencucian dan aerasi (Mulyani, 1994). Tanah dengan kejenuhan basa tinggi dapat

menghilangkan kalium yang dapat dipertukarkan. Proses pencucian lebih cepat

Page 14: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

11

terjadi pada tanah dengan kejenuhan basa rendah. Secara umum diperkirakan

bahwa jumlah kalium yang tersedia 1-2 % serta yang sukar tersedia 90-98 %

(Marsono dan Sigit, 2005).

Mulyani (1994) menyatakan bahwa, kekurangan kalium dalam tanah

menyebabkan efisiensi pemupukan N dan K akan rendah. Selain itu kalium juga

merupakan unsur penengah antara N dan P, dimana kalium dapat mengimbangi

akibat buruk dari kelebihan N dan kekurangan P. meskipun unsur kalium sangat

dibutuhkan oleh tanaman, tetapi tingginya kation K+ dapat menurunkan kadar

Mg+ dalam daun, sehingga fotosintesis terganggu (Efendi, 1976). Selanjutnya

Suprapto (2002) menyatakan bahwa, kekurangan kalium didalam tanaman

mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Gejala yang tampak pada defisit

kalium ialah daun menjadi kuning, ada noda – noda jaringan mati di

tengah – tengah lembaran atau sepanjang tepi daun, pertumbuhan terhambat,

batang kurang kuat sehingga mudah patah.

Kalium untuk bawah merah berfungsi meningkatkan kualitas umbi.

Kalium berperan sebagai katalisator pada proses metabolisme, sehingga

pemberian kalium akan menghasilkan umbi bawang yang sempurna. Adapun

kekurangan kalium menyebabkan kualitasnya umbi redah, sedangkan kelebihan

kalium menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu, pertumbuhan tanaman

terhambat, sehingga tanaman mengalami defisiensi. Marzuki (2007) menyatakan

bahwa, hasil yang optimal didapat pada dosis kalium yang tepat. Pemberian

kalium yang cukup akan membuat umbi tumbuh baik dan sempurna. Kalium

(K2O) dapat diberikan pada waktu tanam sebanyak 50 – 75 kg/ha atau setara

dengan 83-125 kg KCl/ha (Suprapto, 2002).

Page 15: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

12

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai tanggal 5 April sampai 30

Juni 2013.

3.2. Bahan dan Alat

1. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas

lokal yang di peroleh dari pasar sayur Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

b. Pupuk

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini dalah pupuk Kandang, Urea, SP-

36 dan KCl.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

meteran, pisau, hand spayer, gembor, timbangan, tali rafia dan alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x3. Faktor yang diteliti

meliputi dosis Kapur dolomit dan dosis kalium.

Page 16: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

13

Faktor dosis kapur dolomit (D) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

D1 = 1 ton/ha ( 176 gr/plot)

D2 = 2 ton/ha (352 gr/plot)

D3 = 3 ton/ha (528 gr/plot)

Faktor Dosis Kalium (K) terdiri dari3 taraf, yaitu :

K1 = 75 kg/ha (13,2 gr/plot)

K2 = 100 kg/ha (17,6 gr/plot)

K3 = 125 kg/ha (22.0 gr/plot)

Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan

maka secara kesulurahan terdapat 27 satu unit perlakuan. Susunan Kombinasi

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Kapur Dolomit dan DosisPupuk Kalium.

No KombinasiPerlakuan

Dosis Kapur Dolomit(ton/ha)

Dosis Kalium(kg/ha)

123

D1 K1

D1 K2

D1 K3

111

75100125

456

D2 K1

D2 K2

D2 K3

222

75100125

789

D3 K1

D3 K2

D3 K3

333

75100125

Model Matematis yang digunakan adalah:

Yijk = + i + Dj + Kk + (DK)jk + ijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor Dolomit taraf ke-j, faktor Kalium

taraf ke-k dan ulangan ke-i

= Nilai tengah umum

i = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2 dan 3)

Page 17: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

14

Dj = Pengaruh faktor Dolomit ke-j (j = 1, 2 dan 3)

Kk = Pengaruh faktor Kalium ke-k (k = 1, 2 dan 3)

(DK)jk = Interaksi dosis Dolomit dan Kalium pada taraf ke-j, taraf Kalium

ke-k

ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor Dolomit taraf ke-j,

faktor Kalium taraf ke-k.

Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan

dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% . Dengan rumus

sebagai berikut:

BNJ0,05= q0,05 ( p;dbg )

BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %

q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 % (jumlah perlakuan p dan derajat

bebas galat)

KT g = Kuadrat tengah galat

r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan.

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa

tanaman dan rumput yang ada diatasnya dan kemudian diolah dengan

mengunakan cangkul sedalam ± 20 cm. Setelah tanah diolah kemudian dilakukan

pembuatan plot dengan ukuran 160 cm x 110 cm dengan jarak antara plot 30 cm

dan jarak antara blok 50 cm

2. Pemilihan Benih

Penanaman bawang merah umumnya mengunakan umbi, umbi yang

digunakan harus berasal dari tanaman yang sehat, cukup tua dan bebas hama dan

penyakit. Benih bawang merah yang diambil adalah benih yang sudah disimpan

Page 18: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

15

minimal selama 2 bulan. Jika umbi dipotong akan terlihat tunas yang berwarna

hijau dengan panjang tunas separuh panjang umbi. Umbi untuk bibit dipilih yang

berukuran kecil atau sedang, seragam, yang diambil tidak cacat, kulitnya tidak

luka atau sobek.

Setelah benih dipilih sesuai ketentuan, lalu benih dibersihkan kulit benih

yang paling luar dan yang mengering dihilangkan serta akar umbi yang masih ada.

Bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih kira – kira 1/4 bagian dari

panjang umbi, setelah dipotong sebagian ujungnya, tunggu beberapa saat sampai

bekas potongan menjadi kering untuk menghindari dari pembusukan atau

serangan penyakit pada bekas potongan.

3. Pengapuran.

Pengapuran dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan menaburkan

kapur dolomit keseluruh permukaan plot dengan dosis sesuai perlakuan.

4. Pemupukan.

Pemupukan dilakukan 2 hari sebelum tanam dengan cara menabur pupuk

keseluruh bedengan yang sudah siap. Pupuk yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah pupuk Kandang dengan dosis 10 ton/ha (1,76 kg/plot). Urea

dengan dosis 120 kg/ ha (12,12 gr/plot). Dan SP-36 dengan dosis 150 kg/ ha (26,4

gr/plot). Sedangkan pupuk KCl sebagai perlakuan akan diberikan dengan dosis 75

kg/ha (13,2 gr/ha), 100kg/ha (17.6 g/ha) dan 125 kg/ ha (22,0 g/ha).

5. Penanaman.

Penanaman dilakukan dengan menanam satu umbi perlubang tanam

kedalaman tanah dibuat sesuai ukuran jarak tanam 20 x 15 cm perlubang tanam.

Umbi benih yang telah dipotong sebagian ujungnya dan bekas potonganya sudah

Page 19: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

16

mengering diletakkan dalam lubang dengan ujung di atas dan ditutup kembali

dengan tanah yang gembur.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman,

penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai

dengan keadaan cuaca apabila sering terjadinya hujan maka penyiraman lebih

sering dilakukan dengan mengunakan gembor.

Penyulaman.

Penyulaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam (MST) dengan

bibit yang sama, apabila terdapat tanaman ada yang mati.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan gulma

lainnya yang tumbuh di atas atau dalam bedengan dengan cara mencabut

mengunakan tangan.

3.5. Pengamatan

Adapun Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal rumpun yang telah ditandai sampai pucuk

daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah

tanam (HST).

Page 20: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

17

2. Jumlah Daun Per Rumpun.

Perhitungan jumlah daun perumpun dilakukan dengan menghitung seluruh

daun perumpun pada umur 15, 30 dan 45 HST.

3. Jumlah Umbi Per Rumpun

Perhitungan jumlah umbi perumpun dilakukan dengan menghitung seluruh

umbi yang dilakukan saat panen.

4. Berat Umbi Per Rumpun (g)

Penimbangan berat umbi dilakukan dengan menimbang umbi dari setiap

rumpun yang dilakukan saat panen.

5. Produksi Per Hektar (ton)

Produksi umbi bawang per hektar dilakukan dengan mengkonversi berat umbi

perumpun dengan jumlah populasi per hektar dalam satuan ton.

Page 21: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Dolomit

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 16)

menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

umur 15 HST dan jumlah daun umur 30 HST dan berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun umur 15 dan 45 HST,

jumlah umbi dan berat umbi.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST dan

berpangaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST. Rata –rata

tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis dolomit setelah diuji dengan

BNJ0.05 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada berbagai DosisDolomit umur 15, 30 dan 45 HST.

Dosis Dolomit Tinggi Tanaman (cm)Simbol ton/ha 15 HST 30 HST 45 HST

D1 1 9.37 a 17.38 24.81D2 2 11.51 b 19.58 25.50D3 3 11.34 a 18.31 26.19

BNj0.05 1.97 - -Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi umur 15

HST dijumpai pada dosis dolomite 2 ton/ha (D2) yang berbeda nyata dengan dosis

dolomite 1 ton/ha (D1) dan 3 ton/ha (D3). Sedangkan pada umur 30 HST dijumpai

pada dosis dolomit 2 ton/ha (D2) dan umur 45 HST dijumpai pada dosis dolomit 3

Page 22: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

19

ton/ha (D3) menkipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

dengan perlakuan lainnya.

Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai dosis dolomit umur 15, 30

dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada berbagai Dosis Dolomit umur 15, 30dan 45 HST

Gambar 1 menunjukkan bahwa tanaman bawang tertinggi umur 15 HST

dijumpai pada dosis dolomit 2 ton/ha (D2) dan pada umur 30 HST dijumpai pada

dosis dolomit 2 ton/ha (D2) sedangkan umur 45 HST dijumpai pada dosis dolomit

3 ton/ha (D3). Hal ini diduga bahwa pengapuran yang tepat akan memberi hasil

yang baik karena dolomit mengadung unsur Ca yang dapat meningkatkan pH

tanah. Menurut Hardjowigeno (1992) pemberian kapur dapat meningkatkan

ketersediaan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo). Pengapuran dapat

meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian dolomit pada tanah masam akan

merangsang pembentukan struktur remah, mempengaruhi pelapukan bahan

organik, dan pembentukan humus.

9.3711.51 11.34

17.3819.58

18.31

24.81 25.5 26.19

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

1 2 3

Tin

ggi T

anam

an(c

m)

Dosis Dolomit (ton/ha)

15 HST

30 HST

45 HST

Page 23: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

20

Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga

dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat

fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka

pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).

2. Jumlah Daun (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

bahwa dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bawang merah

umur 30 HST dan berpangaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan

45 HST. Rata –rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis

dolomit setelah diuji dengan BNJ0.05 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah pada berbagai Dosis Dolomitumur 15, 30 dan 45 HST.

Dosis Dolomit Jumlah Daun (helai)Simbol ton/ha 15 HST 30 HST 45 HST

D1 1 5.89 11.24 a 24.81D2 2 5.49 11.38 ab 25.50D3 3 5.91 12.76 b 26.19

BNJ0.05 - 1.40 -Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bawang terbanyak umur 30 HST

dijumpai pada dosis dolomit 3 ton/ha (D3) yang berbeda nyata dengan 1 ton/ha

(D1) dan berbeda tidak nyata dengan 2 ton/ha (D2). Sedangkan umur 15 dan 45

HST dijumpai pada dosis dolomit 3 ton/ha (D3) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Hubungan antara jumlah daun dan dosis dolomit umur 15, 30 dan 45 HST

dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 24: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

21

Gambar 2. Jumlah Daun Bawang Merah pada berbagai Dosis Dolomit umur 15,30 dan 45 HST

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah daun bawang merah terbayak umur

15, 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis dolomit 3 ton/ha (D3). Hal ini diduga

bahwa dosis dolomit yang digunakan sesuia dengan kebutuhan tanaman. Menurut

Novizan (2001) pemberian kapur pada tanaman umumnya diberikan dalam bentuk

dolomit dan kaptan. Kandungan kalsium dalam dolomit adalah sekitar 30%,

sedangkan kaptan sekitar 90% sehingga pertumbuah akan lebih baik untuk

pertumbuhan dan perkembagan tanaman.

3. Jumlah Umbi Per Rumpun (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis

dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun bawang

merah. Rata –rata jumlah umbi tanaman bawang merah pada berbagai dosis

dolomit dapat dilihat pada Tabel 4.

5.89 5.49 5.91

11.24 11.3812.76

24.81 25.5 26.19

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

1 2 3

Jum

lah

Dau

n (h

elai

)

Dosis Dolomit (ton/ha)

15 HST

30 HST

45 HST

Page 25: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

22

Tabel 4. Rata – rata Jumlah Umbi Per Rumpun Bawang Merah pada berbagaiDosis Dolomit.

Dosis DolomitJumlah Umbi Per Rumpun (buah)

Simbol ton/haD1 1 6.14D2 2 6.41D3 3 6.64

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun bawang merah

terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 3 ton/ha (D3) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa dolomit yang diberikan telah tercuci oleh air akibat hujan.

Menurut Subiksa et al., 1997 ; Mario, (2002) menyatakan kemasaman tanah yang

tinggi dan kejenuhan basa yang rendah merupakan faktor penyebab terhambatnya

pertumbuhan dan produksi tanaman dengan kondisi pH tanah yang rendah.

4. Berat Umbi Per Rumpun (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis

dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat umbi per rumpun bawang merah.

Rata –rata berat umbi tanaman bawang merah pada berbagai dosis dolomit dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata – rata Berat Umbi Per Rumpun Bawang Merah pada berbagai DosisDolomit.

Dosis DolomitBerat Umbi Per Rumpun (g)

Simbol ton/haD1 1 20.27D2 2 26.89D3 3 21.71

Tabel 5 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun bawang terberat

dijumpai pada dosis dolomit 2 ton/ha (D2) mestipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa

Page 26: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

23

pemberian kapur dolomit yang tepat akan membantu pembentukan umbi karena

mengandung kalsium, apabila kekurangan kalsium perumbuhan umbi akan

terhambat. Sesuia dengan pendapat Purwono dan Purnamawati (2007) untuk

tanaman bawang merah, hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan

buah. Pemberian kalsium bisa berupa kaptan atau dolomit sebanyak secukupnya.

4.2. Pengaru Dosis Kalium

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 16)

menunjukkan bahwa dosis kalium berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur

30 dan 45 HST dan berat umbi per rumpun dan berpengaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah daun umur 15 dan 45 HST,

jumlah umbi per rumpun.

1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

dosis kalium berpangaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45

HST. Rata –rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada berbagai DosisKalium umur 15, 30 dan 45 HST.

Dosis Kalium Tinggi Tanaman (cm)Simbol kg/ha 15 HST 30 HST 45 HST

K1 75 10.32 17.36 24.52K2 100 10.77 18.59 26.13K3 125 11.12 19.32 25.84

Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi umur 15

dan 30 HST dijumpai pada dosis kalium 125 kg/ha (K3) dan umur 45 HST

dijumpai pada dosis kalium 100 kg/ha (K2) meskipun secara statistik berpengaruh

Page 27: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

24

tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa unsur hara kalium

yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Sutejo (2002)

tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya adalah batang dan daun menjadi

lemas atau rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat,

ujung daun menguning dan kering timbul bercak coklat pada pucuk daun.

2. Jumlah Dau (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

bahwa dosis kalium berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 30 dan 45

HST dan berpangaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST. Rata –

rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium setelah diuji

BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah pada berbagai Dosis Kaliumumur 15, 30 dan 45 HST.

Dosis Kalium Jumlah Daun (helai)Simbol kg/ha 15 HST 30 HST 45 HST

K1 75 5.53 11.58 ab 17.71 aK2 100 5.71 12.76 b 17.69 aK3 125 6.60 11.04 a 14.98 a

BNJ0,05 - 1.40 2.95Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah daun bawang merah terbanyak umur

30 HST dijumpai pada dosis kalium 100 kg/ha (K2) yang berbeda nyata dengan

125 kg/ha (K3) dan berbeda tidak nyata dengan 75 kg/ha (K1). Pada umur 45 HST

dijumpai pada dosis kalium 75 kg/ha (K1) yang berbeda tidak nyata dengan 100

kg/ha (K2) dengan 125 kg/ha (K3) sedangkan pada umur 15 HST dijumpai pada

dosis kalium 125 kg/ha (K3) mestipun secara statistik berpengaruh tidak nyata

dengan perlakuan lainnya.

Page 28: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

25

Hubungan antara jumlah daun dan dosis kalium umur 15, 30 dan 45 HST

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Daun Bawang Merah pada berbagai Dosis Kalium umur 15, 30 dan45 HST

Gambar 3 menujukkan bahwa jumlah daun terbanyak umur 15 HST dijumpai

pada dosis kalium 125 kg/ha (K1) dan pada umur 30 HST dijmpai pada dosis kalium 100

kg/kg (K2) sedangkan umur 45 HST 75 kg/ha (K1). Hal ini disebabkan pada dosis

tersebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman bawang merah tersedia dalam

jumlah optimum dan seimbang, serta tanaman dapat mengabsorbsi unsur-unsur

hara yang terkandung dalam pupuk tersebut untuk melaksanakan proses

metabolisme dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (1995) yang

menyatakan respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat jika pemberian

pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan cara yang tepat. Ketersediaan unsur hara

bagi tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi

tanaman.

5.53 5.716.60

11.5812.76

11.04

17.71 17.69

14.98

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

75 100 125

Jum

lah

Dau

n (h

elai

)

Dosis Kalium (kg/ha)

15 HST

30 HST

45 HST

Page 29: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

26

3. Jumlah Umbi Per Rumpun (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun bawang merah.

Rata –rata jumlah umbi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata – rata Jumlah Umbi Per Rumpun Bawang Merah pada berbagaiDosis Kalium.

Dosis KaliumJumlah Umbi Per Rumpun (buah)

Simbol kg/haK1 75 6.52K2 100 6.67K3 125 6.00

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun ternayak dijumpai

pada dosis kalium 100 kg/ha (K2) meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan pupuk

yang diterima oleh tanaman tidak tercukupi atau tidak sesuia dengan kebutuhan

tanaman. Menurut Hasibuhan (2009) yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam

pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak

yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Bila

dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman

sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan

dapat meracuni akar.

4. Berat Umbi Per Rumpun (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh nyata terhadap berat umbi per rumpun bawang merah. Rata –

rata berat umbi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium setelah diuji

BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 30: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

27

Tabel 8. Rata – rata Berat Umbi Per Rumpun Bawang Merah pada berbagai DosisKalium.

Dosis KaliumBerat Umbi Per Rumpun (g)

Simbol kg/haK1 75 17.88 aK2 100 27.32 aK3 125 23.67 b

BNJ0.05 8.35

Tabel 9 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun terberat dijumpai

pada dosis kalium 100 kg/ha (K2) yang berbeda nyata denga 125 kg/ha (K3) dan

berbeda tidak nyata dengan 75 kg/ha (K1).

Hubungan antara berat umbi per rumpun dengan dosis kalium dapa dilihat

pada gambar 4.

Gambar 4. Berat Umbi Per Rumpun pada berbagai Dosis Kalium

Gambar 4 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun terberat dijumpai

pada 100 kg/ha (K2). Hal ini diduga bahwa unsur hara yang diterima oleh tanaman

sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Kalium merupakan hara makro

yang dibutuhkan tanaman bawang merah dalam pertumbuhan umbi tertinggi

berperan sebagai katalisator untuk penyerapan unsur hara oleh tanaman. Menurut

17.88

27.32

23.67

16.00

18.00

20.00

22.00

24.00

26.00

28.00

75 100 125

Ber

at U

mbi

Per

Rum

pun

(g)

Dosis Kalium (kg/ha)

Page 31: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

28

Nursyamsi et al. (2008). Apabila tanaman kekurangan kalium maka proses

fotosintesis dan respirasi akan terhambat.

4.3. Pengaruh Interaksi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa

terdapat interaksi yang tidak nyata antara dosis dolomit dan Kalium terhadap

semua peubah pertumbuhan dan hasil bawang merah yang diamati.

Page 32: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST dan

jumlah daun umur 30 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun umur 15 dan 45 HST, jumlah

umbi dan berat umbi. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah

terbaik dijumpai pada dosis dolomit 3 ton/ha.

2. Dosis kalium berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 30 dan 45 HST

dan berat umbi per rumpun dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi

tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah daun umur 15 dan 45 HST,

jumlah umbi per rumpun. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah

terbaik dijumpai pada dosis kalium 100 kg/ha.

3. Terdapat interaksi yang tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengunaan dolomit dan

kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

Page 33: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Kebutuhan Bawang Deptan. Jakarta.

2008. Peran Kapur Dolomit. Departemen Pertanian, Jakarta .

2009. Sejarah Tanaman Bawang. Kementrian Pertanian RepublikIndonesia. Jakarta.

Efendi, S. 1976. Pupuk dan Pemupukan. Departermen Agronomi FakultasPetanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 240 hlm.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233hal.

Limbongan, J. M. 2005. Bawang sebagai Bumbu Masak Sehari-hari. Kegunaanlainnya adalah Sebagai Obat Tradisional. Jakarta. 5 hal.

Marsono dan P. Sigit. 2005. Pupuk Akar. Penebar Swadaya, Jakarta. 96 hlm.

Marzuki, R. 2007. Bertanam Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta. 42 hlm.

Mulyani, M. Y. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rieneka Cipta, Jakarta.97 hlm.

Najiyati, 2005. Lahan Gambut dan Bahan Organik. Uni versitas Gajah Mada.

Novizan, 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia. Jakarta. 130 hal.

Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabihan, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008. Pengaruhasam oksalat, Na+, NH4+, dan Fe+ terhadap ketersediaan K tanah, serapanN, P, dan K tanaman serta produksi jagung pada tanahtanah yangdidominasi smektit. Jurnal Tanah dan Iklim Indonesia. Soil and ClimateJournal. No. 28:69-81.

Purwono, dan H.Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.Penebar Swadaya, Bogor.

Rukmana R.1944. Bawang Merah. Kanisius, Yogyakarta. Hal 11- 12

Sabiham, 1997. Media Tanah Gambut. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.Jakarta.

Singgi,W.1991. Menentukan kebutuhan Hara Dalam Pengembangan InovasiBudidaya Bekelanjutan. Jakarta.

Singgi,W.1999. Budidaya Bawang Merah , Bawang Putih dan bawang bombay.Penerbit Swadaya, Jakarta . Hal 17- 22

Page 34: PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN KALIUM TEHADAP …

Singgi,W.2009. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 79-111

Soegiman, 1992. Ilmu Tanah. terjemahan Buckman H.O and N.C. Brady,1962. The Nature and Properties of Soil. Bhatara Karya Aksara, jakarta.788 hal

Subiksa. IGM,K. Nogroho, Sholeh and IPG. Widjaja Adhi. 1997. The Effect ofAmeliorots on the Chemical Propertien and Productivity of Peat Soil.In:Rieley and page (Eds). PP: 321-326. Biodiversity and Sustainability ofTopicaln Peatlands. Samara Publishing Limited, UK.

Sumaryo, 1986. Pengantar Ilmu Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian UNS :Surakarta. 81 hal.

Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadapJumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol.Agrosains vol.2: 54-58. Bogor.

Sunarjono, S. 1989. Pada tahun 2003. Total Penamanan Bawang Merah PetaniIndonesia sekitar 88.029 hektar dengan rata-rata hasil 8,7 ton/ha Biropusat Stastistik 2003, Yogyakarta.

Suprapto. 2002. Bertanam Bawang. Penebar Swadaya, Jakarta. 33 hlm.

Sutapraja, 1996. Pemberian dolomit. BPTP. Jogyakarta.

Sutejo, M M. 2002 Pupuk dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung

Suwandi, 2009. Unsur Hara dan Kalium. Perpustakaan Buana Bandung.

Tim Bina Karya Tani, 2008. Suhu Kebutuhan Bawang Merah. Jakarta.

Tjitrosoepomo, 2005. Bawang Merah Deklasifikasikan. Badan penelitianPenembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Tanaman Pangan. Bogor.

Wahyunto, S. Ritung, Suparto, H. Subagjo. 2005. Sebaran Gambut danKandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan. Bogor: WetlandsInternational – IP. 254 hlm.