Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH CHEST PHYSIOTHERAPY TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI BATUK PADA BALITA DENGAN BRONKITIS AKUT DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Disusun Oleh :
EVA FITRIANANDA
J120 130 049
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
PENGARUH CHEST PHYSIOTHERAPY TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI BATUK PADA BALITA DENGAN BRONKITIS AKUT
DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
ABSTRAK
Latar Belakang: Bronkitis akut adalah salah satu infeksi sistem pernapasan yang
paling umum terjadi dan bertahan selama dua hingga tiga minggu. Bronkitis akut
paling sering menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Penyebab utama
pada kasus bronkitis akut adalah 95% karena infeksi virus dan 5% karena infeksi
bakteri. Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek.
Berdasarkan permasalahan ini, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan
dalam menangani kasus bronkitis akut dengan tujuan untuk mengembalikan
fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Penelitian ini penulis
mengunakan modalitas chest physiotherapy yang berupa postural drainage,
tappotement dan vibrasi. Chest physiotherapy adalah suatu cara fisioterapi yang
sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada
pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh chest physiotherapy terhadap
penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental.
Desain penelitian yang digunakan “pre-post test with control group design”.
Dalam desain penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Responden dari penelitian ini sebanyak 20 orang, dengan 10
orang sebagai kelompok perlakuan dan 10 orang sebagai kelompok kontrol.
Pengukuran frekuensi batuk dilakukan dengan kuisioner frekuensi batuk.
Hasil Penelitian: Dari hasil uji statistik dengan uji Paired T Test mendapatkan
nilai signifikan p < 0,05 (p = 0,012) dan data hasil uji beda pengaruh antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan Independent T
Test didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,05 (p = 0,0001).
Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan
frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut, dan ada beda pengaruh antara
kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan
frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut.
Kata kunci: Chest Physiotherapy, Frekuensi Batuk dan Bronkitis Akut
ABSTRACT
Background: Acute bronchitis is one of respiratory tract infections are the most
common and occur for two weeks to three weeks. Acute bronchitis is most often
strikes children under 5 years old. The main cause in cases of acute bronchitis was
95% due to a virus infection and 5% due to bacterial infection. Signs and
symptoms that occur in acute bronchitis is a cough and have a cold. Based on
these problems, physiotherapy as health workers played a role in handling cases of
acute bronchitis with the aim to restore lung function and reduce the problems that
2
exist. This study uses the author of chest physiotherapy modalities in the form of
postural drainage, tappotement and vibration. Chest physiotherapy is a very
effective way of physiotherapy in an attempt to remove secretions and improve
ventilation in patients with impaired lung function.
Objective: Knowing the effect of chest physiotherapy to decrease the frequency
of cough in infants with acute bronchitis.
Methods : Kind of research was Quasi Experimental. The study design used "pre-
post test with control group design". In the design of this research there are two
groups: the treatment group and the control group. Respondents from the study of
20 people, with 10 people in treatment group and 10 as control group. Cough
frequency measurements conducted by Cough frequency questionnaire.
Results : From the statistical test result with Paired T Test get significant value of
p <0.05 (p = 0.012) and the influence of different test data between the control
group and the treatment group using Independent T Test showed significant with
p <0.05 (p = 0.0001).
Conclusion : There is effect of giving chest physiotherapy to decrease the
frequency of cough in children with acute bronchitis, and there is the difference
between the control group and the treatment of chest physiotherapy treatment to
decrease the frequency of cough in infants with acute bronchitis.
Keywords : Chest Physiotherapy, Cough Frequency and Acute Bronchitis.
1. PENDAHULUAN
American Academic of Pediatric (2010) menyatakan bahwa bronkitis
merupakan penyakit umum pada masyarakat yang ditandai dengan adanya
peradangan pada saluran bronchial. Saluran ini berfungsi menyalurkan udara dari
dan menuju paru-paru. Bronkitis terbagi menjadi dua tipe yaitu bronkitis akut dan
bronkitis kronis. Bronkitis akut adalah salah satu infeksi sistem pernapasan yang
paling umum terjadi dan bertahan selama dua hingga tiga minggu. Bronkitis akut
paling sering menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Penyebab utama pada kasus bronkitis akut adalah 95% karena infeksi virus.
Virus utama yang paling sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis akut
adalah rhinovirus, coronavirus, virus influenza A, virus parainfluenza, adenovirus
dan respiratory syncytial virus (RSV). Infeksi bakteri menyebabkan 5% - 20%
kasus bronkitis akut. Bakteri yang paling sering menyebabkan bronkitis adalah
chlamydia psittaci, chlamydia pneumoniae, mycoplasma pneumonia dan
bordetella pertussis. selain itu, bakteri patogen seluruh nafas yang sering dijumpai
adalah spesies staphylococcus, streptococcus pneumoniae, haemophillus influenza
dan moraxella catarrhalis (Ikawati, 2011).
3
Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk dan pilek.
Awalnya hidung mengeluarkan lendir yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak
berdahak, dilanjutkan 1 – 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau kuning, semakin banyak dan bertambah, warna menjadi kuning atau
hijau. Pada umumnya, batuk dapat menyebabkan sesak dan sakit dada, sehingga
akan menimbulkan masalah kesulitan untuk mengeluarkan dahak tersebut.
Akibatnya saluran napas menjadi terganggu yang membuat anak menjadi rewel
dan terganggu tumbuh kembangnya (Putri, 2016).
Berdasarkan permasalahan di atas, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut
berperan dalam menangani kasus bronkitis akut dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Penelitian ini
penulis mengunakan modalitas chest physiotherapy yang berupa postural
drainage, tappotement dan vibrasi.
Chest physiotherapy adalah suatu cara fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik respirasi akut maupun kronis. Adapun teknik
fisioterapi yang digunakan berupa postural drainage, tappotement dan vibrasi.
Chest physiotherapy ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Maka
tujuan fisioterapi pada penyakit paru adalah untuk memelihara dan
mengembalikan fungsi pernapasan dan membantu mengeluarkan sekret dari
bronkus untuk mencegah penumpukan sekret dalam bronkus, memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat memperlancar jalan napas (Pratama,
2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat
topik di atas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam skripsi dengan
judul “Pengaruh Chest Physiotherapy Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk Pada
Balita Dengan Bronkitis Akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta.”
4
2. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Quasi Eksperimental. Desain
penelitian yang digunakan “pre-post test with control group design”. Dalam
desain penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Penelitian ini bertempat di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.
Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari 2017. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana responden dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi.
Variabel yang ada pada penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Independent variabel yaitu chest physiotherapy
2. Dependent variabel yaitu penurunan frekuensi batuk
Analisa data hasil pengukuran frekuensi batuk menggunakan uji statistik.
Uji statistik yang digunakan antara lain, uji homogenitas menggunakan uji
Leuvene Test, uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk Test. Uji analisis pengaruh
pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk dengan
menggunakan uji Paired T Test. Uji analisis dikatakan signifikan jika nilai p ≤
0,05 dan tidak signifikan jika nilai p ≥ 0,05. Dan uji beda pengaruh pemberian
chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk dengan menggunakan uji
Independent T Test. Uji analisis dikatakan signifikan jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak
signifikan jika nilai p ≥ 0,05. Penelitian menggunakan bantuan SPSS 20.00 for
windows.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan kepada 20 responden balita
dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
didapatkan sebagai berikut ini :
3.1 Usia
Berdasarkan data yang disajikan didapatkan mayoritas usia yang
mengalami bronkitis akut berusia 4 tahun. Karena pada usia ini adalah usia
yang masih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri yang dapat berpindah dari
5
satu orang ke orang lain baik melalui kontak langsung atau dari udara yang
terpolusi (Arsyad, 2001).
3.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang disajikan, jumlah sampel yang didapatkan
sebanyak 20 subjek penelitian, responden dalam penelitian ini yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 45% dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 55%.
Didapatkan hasil yang sama dengan penelitian Nasution (2009) tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan infeksi pada saluran
pernapasan dan Rahajoe (2012) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri pada
perempuan dan laki-laki.
3.3 Frekuensi Batuk
Berdasarkan data yang disajikan sesuai dengan karakteristik jenis batuk
pada 20 subjek didapatkan rata-rata jenis batuk sedang. Penyebab utama pada
bronkitis dengan karakteristik batuk sedang umumnya dikarenakan infeksi
saluran pernapasan, aspirasi atau inhalasi bahan kimia tertentu (Irwin et.al,
2006)
3.4 Pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk
pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta.
Dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa ada pengaruh pemberian
chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan
bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, dengan
hasil uji Paired T Test mendapatkan nilai signifikan p < 0,05 (p = 0,012) yang
artinya ada pengaruh pemberian chest physiotherapy terhadap penurunan
frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat Surakarta dan nilai T hitung (3,121) > T tabel (2,30600) maka
ada pengaruh yang signifikan pemberian chest physiotherapy terhadap
penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat.
6
Data hasil uji beda pengaruh antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dengan menggunakan Independent T Test didapatkan hasil yang
signifikan dengan nilai p < 0,05 (p = 0,0001). Dapat disimpulkan bahwa ada
beda pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy
terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta dan didapatkan hasil nilai T
hitung (-5,155) < T tabel (2,10092) maka ada pengaruh yang signifikan antara
kelompok kontrol dan perlakuan chest physiotherapy terhadap penurunan
frekuensi batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan
Paru Masyarakat Surakarta. T hitung negatif memiliki arti bahwa hasil pada
kelompok kontrol lebih rendah dari kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketika chest physiotherapy meningkat sebesar 1 satuan maka frekuensi
batuk akan menurun sebesar 5,155 satuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lasserson dan Garrod (2007)
mendapatkan hasil yang sama bahwa peran fisioterapi terhadap penanganan
kasus respirasi salah satunya adalah dengan menggunakan chest physiotherapy
yang bertujuan membersihkan jalan napas dari mucus untuk melancarkan jalan
napas dan didukung dari penelitian lain oleh Adone et al (2015) menyatakan
bahwa chest physiotherapy dapat digunakan untuk mengurangi gejala bronkitis
akut salah satunya adalah batuk.
Batuk adalah suatu mekanisme perlindungan berupa reflek fisiologis
yang bertujuan untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan
dari benda asing yang merangsang terjadinya reflek tersebut. Batuk terjadi
karena rangsangan tertentu di reseptor batuk (hidung, saluran pernafasan,
bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat
batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh
untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk. Selain itu mucus
di saluran pernapasan akan merangsang paru dan menimbulkan mekanisme
pertahanan. Hal ini akan nampak sebagai batuk dan berujung pengeluaran
lendir atau dahak (Marsaid et al, 2010).
7
Penelitian yang dilakukan oleh Claire et al (2009) mengenai chest
physiotherapy menunjukkan hasil bahwa teknik berupa postural drainage,
tappotement dan vibrasi mampu membantu menghilangkan sekresi mucus di
saluran pernapasan dan meningkatkan fungsi pernapasan serta terdapat
penurunan frekuensi batuk yang merupakan gejala utama pada bronkitis akut.
Dengan bantuan gaya gravitasi mucus mengalir dari segmen kecil ke
segmen besar dan menstimulasi aktivitas cilia dengan mengirim impuls dari
saraf valgus ke medula untuk melepas perlengketan mucus di dinding saluran
napas sehingga timbul lah refleks batuk. Batuk merupakan hal penting dalam
mekanisme kebersihan saluran pernapasan untuk mengeluarkan mucus
sehingga frekuensi batuk menurun dan dengan rangsangan yang diberikan
dapat mengaktifkan fungsi mucocilliary clearence guna meluruhkan mucus
sehingga dapat membersihkan dan melancarkan jalan napas serta berujung
pada penurunan frekuensi batuk.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada pengaruh chest physiotherapy terhadap penurunan frekuensi
batuk pada balita dengan bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta.
Ada beda pengaruh antara kelompok kontrol dan perlakuan chest
physiotherapy terhadap penurunan frekuensi batuk pada balita dengan
bronkitis akut di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.
4.2 Saran
Memberikan informasi kesehatan mengenai penanganan dan
pencegahan tentang permasalahan yang berkaitan dengan bronkitis akut
pada orang tua balita serta meningkatkan pelayanan kesehatan bagi para
balita agar senantiasa sehat dengan menganjurkan untuk melakukan chest
phisiotherapy 3x seminggu.
Melakukan tindakan preventif, rehabilitatif dan promotif pada balita
dengan bronkitis akut mengenai permasalahan yang berkaitan dengan
8
bronkitis akut dan lebih mengenalkan peran fisioterapi dalam penanganan
yang berhubungan dengan balita yang sehat maupun yang sakit.
Dapat digunakan sebagai tambahan referensi mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan bronkitis akut pada balita dari segi
fisioterapi.
Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampel dalam
penelitian ini agar hasil yang didapatkan lebih baik dari penelitian
sebelumnya.
Peneliti selanjutnya dapat melakukan kombinasi terapi lainnya agar
mendapatkan hasil yang lebih baik dan bermanfaat untuk jangka yang
lama.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang
terfokus kepada analisa pengaruh chest physiotherapy terhadap penurunan
frekuensi batuk.
DAFTAR PUSTAKA
Adone, Roberto. 2015. Chest Physical Therapy in Patients With Acute
Exacerbation of Chronic Bronchitis. Arch Phys Med Rehabil Vol 81. May
2000.
American Academy of Pediatrics. 2010. Bronchitis and Your Young Child.
Anggraini, N. 2011. Penatalaksanaan Infra Merah dan Chest Fisioterapi Pada
Bronkitis Akut di PKU Muhammadiyah Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Arsyad Z. 2001. Manifestasi Klinis Penyakit Paru. Dalam: Buku Ajar Penyakit
Dalam. Editor Suyono S, Waspadji S, dkk. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Beck ER, Souhami RL, Hanna MG dan Holdright DR. 2011. Tutorial Diagnosis
Banding. Edisi keempat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Chung KF, Pavord ID, “Prevalence, Pathogenesis, and Causes of Chronic
Cough”, Lancet 371, Hal 64–74, 2008.
Claire V. Murphy, PharmD; Garrett E. Schramm, PharmD; Joshua A. Doherty,
BS; et al. 2009. The Importance of Fluid Management in Acute Lung Injury
Secondary to Septic Shock Chest. Volume 136(1):102-109. Chest Journal.
9
Colby LA. Kisner C. 2007. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques.
Philadelphia (PA): F.A. Davis Company: 664 – 679.
Dennis, M. 2006. Global Physiology Ana Pathophysiology of Cough. Chest
Journal. Vol 129.
Dhaenkpedro. 2010. An Introduction to Postural Drainage and Percussion.
Maryland: Cystic Fibrosis Foundation.
Dhananjaya dan Arya, J. 2012. Pernapasan (Bronchitis), diakses tanggal 8
Oktober 2016 ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html.
Febrianto, A. 2013. Penatalaksaan Fisioterapi Pada Pneumonia di RSUD
Pandanarang Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Goldsobel. 2010. Cough In The Pediatric Population. The Journai of Pediatric.
Helmi M. Lubis, 2005, Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak, e-USU
Respository, Universitas Sumatera Utara.
Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Irwin RS, Baumann MH, Boulet LP, Braman SS, Brown KK, Chang AB. (2006).
Diagnosis and management of cough executive summary: ACCP evidence-
based clinical practice guidelines. Chest;129:1S-23S.
Iskandar, Junaidi. 2010. Penyakit Paru Dan Saluran, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Kemenkes. 2012. Gambaran Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2009 dan 2010. Buletin Jendela.
Lasserson dan Garrod. (2007). Role of physiotherapy in the management of
chronic lung diseases: an overview of systematic reviews. US National
Library of Medicine. Volume 101, Issue 12, Pages 2429–2436. National
Institutes of Health.
Marsaid., Ain, H. & Hidayah, N., 2010. Hubungan Antara
KebiasaanMenggunakan Masker dengan Terjadinya Batuk Pada Pekerja
Industri Mebel Di Desa Karangsoni Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Pasuruan. Jurnal Keperawatan, ISSN: 2086-3071.
McCool, D. 2006. Global Physiology and Pathophysiology of Cough. vol, 129 ,
Hal 48-53.
10
Miftha. 2013. Klasifikasi Sesak. Diakses tanggal 8 Oktober 2016, dari
https://www.scribd.com/document/172927712/klasifikasi-sesak.
Nasution, K., Sjahrullah, M.A.R., Brohet, K.E., Wibisana, K.A., Yassien, M.R.,
Ishak, L.M., Pratiwi, L., Wawolumaja, C., Endyarni, B., 2009. Infeksi
Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban. Jakarta.Sari Pediatri. 11:
4
Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Parker, S. 2011. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Dialihbahasakan oleh Winardini.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pino. 2013. Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap Kemampuan Pergerakan
Silia Bronkus Hewan Coba Post Mortem Yang Diperiksa Pada Suhu Kamar
Dan Suhu Dingin. Thesis. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Diponegoro.
Pratama, K. 2012. Fisioterapi Dada. Harisma. Media Informasi.
Putri, AP. 2016. Pengaruh Chest Therapi Terhadap Penurunan Respiratory Rate
Pada Balita dengan Bronkitis di RS Triharsi Surakarta. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan Surakarta.
Putri, H. Dan Soemarno, S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk
Efektif pada Intervensi Nabulizer terhadap Penurunan Frekuensi Batuk Pada
Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi. Vol. 13.
Rahajoe,N., Supriyatno, B., Setyanto, B.D., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak.
Ed. 3. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, pp. 269-364.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuhasa
Medika.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.
Sumarno S. 2012. Proceeding Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi Indonesia
XXVII. Medan : Ikatan Fisioterapi Indonesia.
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
11
Togap, R., Rasmaliah dan Jemadi. 2014. Karakteristik Penderita Bronkitis Yang
Dirawat Jalan Berdasarkan Kelompok Umur ≥ 15 Tahun Di Rsu
Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Universitas
Sumatra Utara.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : Erlangga.