PENGARUH BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA TERHADAP KUAT

Embed Size (px)

Citation preview

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGARUH BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA

    TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

    BETON

    (Influence of Sugar-Based Admixture on Concretes Compressive Strength and

    Elasticity Modulus)

    SKRIPSI

    Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

    Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

    Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

    Oleh :

    HAFNI PERTIWI NIM. I 0107083

    JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PENGARUH BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA

    TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

    BETON

    (Influence of Sugar-Based Admixture on Concretes Compressive Strength and

    Elasticity Modulus)

    Disusun Oleh :

    HAFNI PERTIWI NIM. I 0107083

    Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran

    Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

    JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

    Dosen Pembimbing I

    Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, PhD NIP. 19691026 199503 1 002

    Dosen Pembimbing II

    Dr.techn.Ir.Sholihin Asad, MT NIP. 19671001 199702 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGARUH BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA

    TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

    BETON

    (Influence of Sugar-Based Admixture on Concretes Compressive Strength and

    Elasticity Modulus)

    SKRIPSI

    Disusun oleh:

    HAFNI PERTIWI

    NIM. I 0107083 Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana teknik

    Pada Hari : Jumat Tanggal : 28 Januari 2011

    Tim Penguji Pendadaran : 1. Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, PhD

    N I P . 19691026 199503 1 002 2. Dr.techn.Ir.Sholihin Asad, MT

    N I P . 19671001 199702 1 001 3. Ir. Agus Supriyadi, MT

    N I P . 19600322 198803 1 001 4. Wibowo, ST, DEA

    N I P . 19681007 199502 1 001

    Mengetahui, Disahkan a.n Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik sipil

    Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

    Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Bambang Santosa, MT NIP. 19561112 198403 2 007 NIP. 19590823 198601 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    LEMBAR PENGESAHAN SEMENTARA

    PENGARUH BAHAN TAMBAH BERBASIS GULA

    TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

    BETON

    (Influence of Sugar-Based Admixture on Concretes Compressive Strength and

    Elasticity Modulus)

    SKRIPSI

    Disusun oleh:

    HAFNI PERTIWI NIM. I 0107083

    Pembimbing :

    1. Kusno Adi Sambowo, ST, PhD

    N I P . 19691026 199503 1 002

    2. Dr.techn.Ir.Sholihin Asad, MT

    N I P . 19671001 199702 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Kesuksesan Tidak Datang dengan Sendirinya

    Tanpa Kita yang Menjemput

    Kesalahan Lebih Berarti Dibanding Tidak

    Melakukan Apapun Jika Kita Mau

    Memperbaikinya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user v

    PERSEMBAHAN

    Syukur Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Terima kasih ya Allah, Tuhan Yang Maha Segalanya. Skripsi ini saya persembahkan sebagai ucapan terima kasih juga kepada: Ibu dan Ayah yang selalu mendukung, mendoakan, membimbing, juga mendengarkan segala keluh kesah ami selama ini. Makasih banyak ya Bu, Yah. Pokoknya makasih sebanyak-banyaknya.. Ami ga tau hrs gmn caranya berterimakasih sama ibu dan ayah.. Mudah2an ami bisa bikin ibu sm ayah bangga. Ami sayang Ayah, ami sayang Ibu.. Devy Prima Lestari. Kakak yg selalu jd inspirasi ami buat terus berusaha supaya bisa sukses. Veni Alma Hanifi. Kakak yg bisa jd ibu ke-dua buat ami klo lg ga bareng ibu. Rikhalmi Kadrial a.k.a Ikko. Kakak yg selalu jd pelindung buat ami, yg mengajarkan ami untuk selalu hati-hati. Fauzi Azimi a.k.a Uji (alm). Kakak yg selalu ada di hati ami. Semoga Uji tenang di sisi Allah SWT. U are my bestfriend. Ami kangen Uji.. Rahma Yunis Zen. Adik yg juga selalu jd temen yg bisa diajak share. Makasih banyak kakak-kakak dan adikku.. Makasih jg buat kakak-kakak iparku (A Tatang n A Sami). Ayah besar M. Zen (alm) dan Umi Nur Syam. Meskipun kita blm pernah ketemu, ami ingin persembahin skripsi ini untuk Kakek dan Nenek. Semoga kakek n nenek tenang di sisi Allah SWT dan bisa tersenyum melihat ami sukses suatu saat nanti. Emah E.Marwati dan Apah Sudjai Danapura (alm). Emahmakasih banyak untuk doanya selama ini. Alhamdulillah doa emah terkabul. Buat apah,, semoga apah juga bisa senyum liat ami lulus S1. Sayang dan kangen dari cucu emah n apah. My Lover, Muammar Chumaidi a.k.a Bang Win. Makasih banyak ya pacarku yang selalu kasih semangat.. Makasih jg udh sabar ngadepin aku yang sering nyebelin.. J Alhamdulillah,, dengan dukungan dan doa kamu (dari jauh) selama ini, akunya bisa lulus sesuai target. 1 step closer yank..hehe.. Buat keluarga Bapak Ridwan AM & Ibu Dewi, terima kasih buat dukungannya selama ini. Shita Prabawati a.k.a Tata.. Saudara gw selama di Solo 3,5 taun ke belakang. Yg brg terus pindah2 kos.. J Makasih ya darla uda jd sahabat terbaik gw.. Maap2 klo lg nugas gw suka mendadak gilahaha.. Sukses selalu buat lo.. Klo udh lulus,, jng sombong sombong lu sm gw.. Keep contact ya darl.. Pak Kusno S & Pak Sholihin Asad yang udah sabar bgt membimbing hafni selama ini.. yg sering ngebela2in ke kampus cmn buat bimbingan.. Makasih banyak ya Pak.. Semua masukan, saran, doa, dukungan, dan motivasi dari Bapak berdua merupakan ilmu bagi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vi

    hafni. Ibu Retno.. Makasih banyak Ibuku yg selalu bersedia direpotin.. Makasih jg udh jadi pembimbing hafni selama ini.. J Sukses dan sehat selalu Bu.. GBU.. Tim Gula dan Nylon.. Rakhmita temen seperjuangan gw selama bimbingan.. yg hobi makan, yg klo janjian ga bisa on time.. rajin berantakin kamarku :p (canda mit..) thx buat kebersamaannya ya mit.. Alhamdulillah.. perjuangan kita udh ada hasilnya.. J 1 kejadian unforgetable moment yg bakal jd cerita buat anak2 qta nanti (20022011). Terima kasih Argo Wilis.. Terima kasih TIM PROTON (Aar, Kunia, Bahtiar) yg gak nyadar kalo 2 temennya kebawa di belakang.hehe.. Erlina yg idupnya tenang bgt..yg baik hati dan tdk sombong..hehe.. Semoga lancar buat semua urusan yg lainnya jg ya lin.. Semangaaat!! Yuwono a.k.a Aan yg sngnya nyuruh2 pacar (Rahma_red)..hehe.. Temaaaaaans,, tanpa kalian, aku blm tentu bisa lulus skr. Makasih banyak yaaaa.. Akhirnya TA kita selesai..selesai jg dech nge-labnya.. Semoga kebersamaan kita ga smpe sini ya.. Mas Budi yg udah baik hati meminjamkan modemnya di kala modemku sdg tdk bs dipakai..hehe.. Bli Ketut dengan teman baiknya Oreo.. Makasih banyak yaaaa Makasih jg kalian berdua udh sering nraktir.. J Selamat bekerja kembaliiiiiii.. Seneng ketemu kakak-kakak dr S2 UNS.. Keep in touch!! Pak Pardi.. Makasih Pak buat bantuannya selama nge-lab.. Maaf selalu merepotkan.. Tim tetangga sebelah.. Rahma yg baik bgt..yg khawatir klo hpku ga aktif n YM-ku offline. Yanuar a.k.a Aar yg udh bnyk bantu selama Ne-A. Semoga mimpi2mu tercapai.. Sukses selalu kawan!!! Rasanya kurang klo ga ada kalian..hehe.. Burhan a.k.a Bubur. Makasih banyak ya bubuuuur... seneng pnya sahabat sepertimu. Maaf teteh banyak merepotkan. Khairiyah a.k.a Butet. Tengs 4 everything ya tet.. Kabar2an lo..jng ngilang.. Anak-anak ROTRING yang selalu bikin gw ketawa ngakak kalo lg ngumpul.. Erni, ayo cari kerja bareng er. Juwita, Dita, Dwi, Fitri, Lia Ceha, anak-anak MARKADO. Sukses yaaa buat kalian semua.. Temen2 Teknik Sipil 2007 yg ga bisa disebutin satu2 yg udh banyak bantu hafni selama kuliah d UNS.. Sukses buat kita semua sodara2ku.. Para sahabat.. Dokter Yuli, mbak Ratna, Laksita, Titin, Ruth, Saut, Hamdan, Aldo, Buzkin, Syndi, Ardita, Indah, Indie, Nadia, Sasa uncal, Fitria, Yusshy, Rida, Icha, Imel, Wiwit, Tery, Krisna, Oky, Epul, Devy, Peni, Willy, Sarah, Erna.. Tetep jd sahabat hafni yaaaaa.. Pokoknya buat semua orang yg udh baik bgt sm hafni,, sayang sm hafni jg.. Makasih banyak semuanya.. Semoga Allah kasih pahala dan balasan untuk kalian semua.. Aamiin..

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRAK Hafni Pertiwi, 2011. Pengaruh Bahan Tambah Berbasis Gula Terhadap Kuat tekan dan Modulus Elastisitas Beton. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Material lokal sebagai bahan penyusun beton dibutuhkan untuk dapat menciptakan beton ramah lingkungan dengan mutu tinggi. Struktur bangunan beton yang mampu menahan serangan asam dan korosi banyak dibutuhkan di wilayah perairan atau industri pada lingkungan agresif. Kandungan lignin dan glukosa di dalam gula pasir, sari tebu, dan sukrosa dengan dosis yang memadai mampu meningkatkan kinerja beton. Hal ini karena perbaikan ikatan antara C-S-H pada beton yang diberikan oleh lignin dan glukosa menjadi semakin kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar optimum bahan tambah berbasis gula terhadap perbaikan kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen di laboratorium dengan total benda uji 36 buah. Benda uji terdiri atas beton tanpa bahan tambah sebagai rujukan, dengan bahan tambah berbasis gula 0.015%, 0.030%, dan 0.045% terhadap berat semen. Setiap jenis campuran beton dibuat 3 benda uji. Benda uji yang digunakan adalah silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Mutu beton yang direncanakan adalah fc = 40 MPa. Uji tekan dilakukan pada umur 3 hari, 14 hari, dan 28 hari, sedangkan modulus elastisitas pada umur 28 hari. Dari hasil uji didapatkan bahwa penggunaan bahan tambah berbasis gula 0.030% dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 55.54% (pada umur 3 hari), 7.62% (umur beton 14 hari), dan 5.67% (umur 28 hari), dengan nilai modulus elastisitas yang meningkat sebesar 3.70% pada umur 28 hari. Beton dengan kadar bahan tambah berbasis gula 0.015% dan 0.045% meningkatkan kuat tekan beton antara 32.21% sampai 42.17% pada umur 3 hari, dan menghasilkan nilai yang lebih rendah dari beton tanpa bahan tambah pada umur 14 hari dan 28 hari, dengan selisih nilai modulus elastisitas antara 32.57% sampai 34.44%. Dengan demikian, nilai optimum dari bahan tambah berbasis gula yaitu pada kadar 0.030% terhadap berat semen. Kata kunci: bahan tambah berbasis gula, kuat tekan, dan modulus elastisitas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    ABSTRACT

    Hafni Pertiwi, 2011. Influence of Sugar-Based Admixture on Concretes Compressive Strength and Elasticity Modulus. Final Task of Civil Engineering. Department of Engineering Faculty of Sebelas Maret University. Surakarta. The local material as the concrete structure material is required to be able to create high quality environmental friendly concrete. The concrete structure, which can resist acid and corrosion, is much needed to stand in the coastal environment and industrial areas with an aggressive environment. The lignin and glucose in crystallized sugar, sugar cane extract, and sucrose with a proper dosage can increase the hardened concrete performance. In this case, the improvement between C-S-H within the concrete even stronger when lignin and glucose participate well. This research identify the optimum variety of the sugar based admixture towards the compression strength and the concrete elasticity modulus. This research applied an experimental method in the laboratory with a total of 36 specimens. Those were concrete without sugar based admixture as a reference, and the concrete with the sugar based admixture 0.015%, 0.030%, and 0.045% of the weight of cement. The tested specimen used is a cylindrical concrete 15 cm in diameter and 30 cm in height. The quality of concrete was fc=40 MPa. The compressive strength tested was in a period of 3 days, 14 days, and 28 days, while the modulus of concrete elasticity is in a period of 28 days. The result shows that the admixture of 0.030% increases the compressive strength up to 55.54%, 7.62%, and 5.67% in a period of 3, 14, and 28 days respectively. The modulus of elasticity reaches up to 3.70% in a period of 28 days. The concrete with the sugar based admixture, which is as much as 0.015% and 0.045%, increases the compressive strength of concrete to 32.21% and 42.17% in a period of 3 days, however it decreases in period of 14 days and 28 days, with lower modulus of elasticity 32.57% to 34.44%. It means that the optimum of sugar based admixture is on 0.030% of the weight of cement. Keywords: the sugar based admixture, the compressive strength and the modulus

    of elasticity

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

    Pengaruh Bahan Tambah Berbasis Gula terhadap Kuat Tekan dan Modulus

    Elastisitas Beton guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari

    Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Penelitian ini merupakan bagian dan mendapat pendanaan dari Direktorat Jendral

    Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui hibah kepada para peneliti di bidang teknik

    sipil dengan judul Pemanfaatan Material Lokal Untuk Teknologi Beton Ramah

    Lingkungan yang Berkelanjutan yang diketuai oleh Ibu Dr.Rr.M.I. Retno

    Susilorini, ST, MT. (dekan FT-UNIKA Soegijapranata Semarang) dan Bapak

    Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D (dosen FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta)

    sebagai anggota.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka

    banyak kendala yang sulit untuk penyusun pecahkan hingga terselesaikannya

    penyusunan skripsi ini. Untuk itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan

    terimakasih kepada :

    1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

    2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta,

    3. Kusno Adi Sambowo, ST, MSc, PhD selaku dosen pembimbing I,

    4. Dr.techn.Ir.Sholihin Asad, MT selaku dosen pembimbing II sekaligus sebagai

    pembimbing akademik,

    5. Dr.Rr.M.I. Retno Susilorini, ST, MT,

    6. Tim Dosen Penguji Pendadaran,

    7. Staf pengelola/laboran Laboratorium Bahan Bangunan dan Struktur Jurusan

    Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret,

    8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2007 dan semua pihak yang

    telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

    saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan

    skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang

    membutuhkan, khususnya bagi penulis sendiri.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Surakarta, Januari 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

    DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL .................................................................. xvii

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

    1.3. Batasan Masalah ......................................................................................... 3

    1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

    1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

    1.5.1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 4

    1.5.2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

    2.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 5

    2.1. Landasan Teori ............................................................................................ 8

    2.2.1. Beton ....................................................................................................... 8

    2.2.2. Semen Portland Pozzolan ........................................................................ 10

    2.2.3. Agregat ..................................................................................................... 12

    2.2.4. Air ........................................................................................................... 16

    2.2.5. Bahan Tambah ........................................................................................ 17

    2.2.6. Kuat Tekan .............................................................................................. 21

    2.2.7. Modulus Elastisitas .................................................................................. 22

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    BAB 3. METODE PENELITIAN

    3.1. Bahan dan Benda Uji Penelitian ................................................................. 26

    3.1.1. Pengujian Bahan Pembentuk Beton ......................................................... 26

    3.1.1.1. Agregat Halus ....................................................................................... 27

    3.1.1.2. Agregat Kasar ....................................................................................... 30

    3.1.2. Pengujian Komponen Bahan Tambah Berbasis Gula .............................. 32

    3.1.3. Benda Uji ................................................................................................. 32

    3.1.4. Pengujian Kuat Tekan .............................................................................. 35

    3.1.5. Pengujian Modulus Elastisitas ................................................................. 36

    3.2. Rancang Campur (Mix Design)................................................................... 38

    3.2.1. Pembuatan Benda Uji............................................................................... 38

    3.2.2. Pengujian Nilai Slump .............................................................................. 39

    3.2.3. Perawatan Benda Uji (Curing) ................................................................. 40

    3.3. Alat Uji Penelitian ....................................................................................... 41

    3.4. Variabel Penelitian ...................................................................................... 42

    3.5. Tahap Penelitian .......................................................................................... 42

    BAB 4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Pengujian Bahan ................................................................................ 45

    4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus ................................................................ 45

    4.1.2. Hasil Pengujian Agregat Kasar ................................................................ 47

    4.1.3. Hasil Pengujian Bahan Tambah Berbasis Gula ....................................... 49

    4.2. Rencana Campuran Adukan Beton ............................................................. 50

    4.3. Hasil Pengujian ........................................................................................... 51

    4.3.1. Hasil Pengujian Slump ............................................................................. 51

    4.3.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan .................................................................... 52

    4.3.3. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas ........................................................ 56

    4.4. Pembahasan ................................................................................................. 62

    4.4.1. Uji Slump.................................................................................................. 62

    4.4.2. Kuat Tekan ............................................................................................... 62

    4.4.3. Modulus Elastisitas .................................................................................. 64

    4.4.4. Hubungan Antara Modulus Elastisitas dan Kuat Tekan Hasil Pengujian 65

    BAB 5. KESIMPULAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 68

    5.2. Saran............................................................................................................ 69

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70

    LAMPIRAN ....................................................................................................... xix

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia terus bertambah. Salah

    satunya adalah kebutuhan akan bangunan-bangunan konstruksi, baik berupa

    sarana umum maupun bangunan pribadi. Ada yang sifatnya primer, sekunder, dan

    tersier. Hal ini membuat para investor bekerja sama dengan pelaku konstruksi

    dalam berusaha untuk menjawab tantangan tersebut.

    Beton merupakan konstruksi yang sudah tidak asing lagi dalam bidang Teknik

    Sipil. Hampir setiap bangunan sipil baik itu gedung, jembatan, maupun bangunan

    air, menggunakan beton sebagai struktur utama maupun struktur pelengkap.

    Suatu struktur beton terdiri dari elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan

    struktur. Elemen-elemen struktur terdiri dari pondasi, kolom, balok, plat lantai,

    dan lain-lain.

    Selama ini telah diketahui bahwa beton memiliki berbagai kelebihan sebagai

    bahan konstruksi dibandingkan dengan bahan yang lain. Salah satu kelebihannya

    yaitu bahwa bahan pembentuk beton dapat diperoleh dengan mudah baik secara

    alami atau dapat dicari alternatif bahan lain, sehingga harga relatif murah, mudah

    dalam pengerjaannya, dapat dibentuk sesuai dengan keinginan, tahan terhadap

    cuaca, serta perawatan bangunan yang relatif murah.

    Kuat tekan dan modulus elastisitas merupakan parameter utama mutu beton. Kuat

    tekan adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji hancur

    bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin uji. Kuat

    tekan beton ditentukan oleh perbandingan semen dengan agregat halus, agregat

    kasar, air, dan bahan tambah bila ada. Modulus elastisitas suatu bahan sangat erat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    hubungannya dengan kekakuan suatu bahan dalam menerima beban. Semakin

    tinggi modulus elastisitas, semakin kecil lendutan yang mungkin terjadi. Modulus

    elastisitas besar menunjukkan kemampuan beton untuk menahan suatu beban

    yang besar dengan kondisi regangan yang kecil. Semakin tinggi nilai kuat tekan

    beton, akan semakin tinggi pula modulus elastisitasnya.

    Pemakaian beton di dalam industri konstruksi semakin meningkat seiring dengan

    usaha untuk membuatnya lebih baik dan semakin ekonomis, misalnya upaya

    pembuatan beton dengan mutu yang tinggi serta biaya yang murah. Salah satunya

    adalah dengan memanfaatkan material lokal sebagai bahan penyusun beton ramah

    lingkungan.

    Bahan tambah berbasis gula sebagai material lokal untuk teknologi beton ramah

    lingkungan akan dikaji pada penelitian ini. Adapun bahan tambah berbasis gula

    tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu sukrosa, gula pasir, dan sari tebu.

    Bahan tambah berbasis gula merupakan bahan terpilih karena kemampuannya

    mengikat C-S-H sehingga dapat meningkatkan kekuatan beton dan lebih awet

    (durable). Tebu mengandung 30-50% selulosa dan lignin 20-24% (Viera, et al,

    2007.). Tebu juga mengandung lignoselulosa (Ferrari, et al, 2001), sehingga dapat

    digunakan sebagai bahan pozzolan untuk produksi beton. Gula dikategorikan

    sebagai disakarida dan beberapa karbohidrat yang disakarida (Ophardt, 2003).

    Selain itu, sukrosa, gula dan sari tebu sebagai bahan tambah berbasis gula

    merupakan bahan yang mudah dicari.

    Pada penelitian sebelumnya (Susilorini,2009) telah didapat bahwa beton dengan

    bahan tambah berbasis gula sebesar 0.03% dapat meningkatkan kuat tekan pada

    mutu beton K300 dengan perbandingan sukrosa:tebu:gula = 0.5:1:1,5 dari berat

    semen. Untuk itu dilakukan penelitian selanjutnya yaitu dengan membandingkan

    penggunaan bahan tambah berbasis gula pada beton antara 0.030% dengan

    0.015% dan 0.045% dari berat semen dengan kandungan sukrosa (16.67%) + gula

    pasir (50%) + sari tebu (33.33%) dari total bahan tambah yang digunakan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Penggunaan bahan tambah pada beton dapat meningkatkan kualitas beton. Bahan

    tambah berbasis gula yang terdiri dari sukrosa, gula dan sari tebu merupakan salah

    satu inovasi bahan tambah yang mampu meningkatkan kekuatan beton pada dosis

    tertentu. Beton berbasis gula mengalami kenaikan kekuatan pada dosis 0.03% dari

    berat semen (Susilorini, 2009)

    Penelitian ini merupakan penelitian dimana bahan tambah berbasis gula akan

    ditambahkan terhadap beton dengan harapan dapat meningkatkan mutu dan

    kualitas beton. Selanjutnya beton normal atau beton konvensional akan

    dibandingkan dengan beton yang diberi bahan tambah berbasis gula, ditinjau dari

    kuat tekan dan modulus elastisitasnya.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dirumuskan permasalahannya

    adalah berapa besar pengaruh bahan tambah berbasis gula pada beton ditinjau dari

    kuat tekan dan modulus elastisitasnya.

    1.3. Batasan Masalah

    Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas

    maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:

    a. Mutu Beton yang disyaratkan memiliki fc = 40 MPa pada umur 28 hari

    b. Bahan tambah berbasis gula terdiri dari sari tebu murni yang masih segar, gula

    pasir merk Gulaku dengan kemasan berwarna hijau yaitu gula yang

    berwarna putih, serta sukrosa dengan takaran yang sudah ditentukan (yaitu

    0.015% ; 0.03% ; dan 0.045% dari berat semen).

    c. Semen yang digunakan adalah semen PPC.

    d. Benda uji untuk pengujian kuat tekan berupa silinder dengan diameter 150

    mm dan tinggi 300 mm.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    e. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai optimum kadar bahan

    tambah berbasis gula terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.5.1. Manfaat Teoritis

    a. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu bahan dan struktur.

    b. Menambah pengetahuan tentang penggunaan bahan tambah berbasis gula

    pada beton tahan korosi ditinjau dari kuat tekan dan modulus elastisitas

    beton.

    1.5.2. Manfaat Praktis

    Penelitian tentang penggunaan bahan tambah berbasis gula diharapkan

    akan menunjukkan hasil yang nyata terhadap perbaikan karakteristik beton

    (kuat tekan dan modulus elastisitas), sehingga dengan karakteristik

    tersebut mampu meningkatkan perkembangan mutu dan durabilitas beton.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

    2.1. Tinjauan Pustaka

    Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari banyak

    faktor, diantaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode

    pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur dan kondisi perawatan

    pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat tariknya, dan

    merupakan bahan getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-15% dari kuat

    tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya

    beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat

    bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang

    bekerja menahan tarik (Dipohusodo, 1994).

    Telah diketahui bersama bahwa sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat

    tekannya lebih tinggi. Dengan demikian untuk meninjau mutu beton biasanya

    secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimulyo, 1996).

    Suatu bangunan struktur beton diberi beban dari berbagai arah, termasuk vertikal

    dan horizontal. Oleh karena itu beton dirancang untuk mampu menahan desak dari

    arah manapun, termasuk berat sendiri beton karena pengaruh gravitasi. Nilai kuat

    tekan yang tinggi diperlukan oleh beton dalam menahan beban di atasnya. Adapun

    mutu beton dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan

    memberikan bahan campuran tambahan pada saat pencampuran beton (mix

    design).

    Bahan campuran tambahan (admixture) adalah bahan yang bukan air, agregat

    maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama

    pencampuran. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton agar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    menjadi cocok untuk pekerjaan tertentu, ekonomis atau untuk tujuan lain seperti

    menghemat energi (Nawy, 1990).

    Bahan tambah diaplikasikan pada campuran beton dengan tujuan meningkatkan

    beberapa sifat dan kinerja beton. Bahan tambah pemercepat (accelerator) menurut

    ASTM tipe C, maupun pemerlambat (retarder) menurut ASTM tipe D. Bahan

    tambah pemercepat digunakan untuk mempercepat waktu pengikatan semen dan

    pengerasan beton sedangkan bahan tambah pemerlambat digunakan untuk tujuan

    sebaliknya. Dosis bahan tambah retarder yang umum digunakan dalam campuran

    beton berkisar antara 0.03% - 0.15% dari berat semen (Jayakumaranma, 2005).

    Pengaruh penambahan material berbasis gula yang berupa sukrosa, gula pasir, dan

    sari tebu pada campuran beton sangat signifikan, yaitu mempercepat maupun

    memperlambat waktu pengerasan beton, serta meningkatkan kuat tekan beton

    (Susilorini, 2009; Susilorini, et. al., 2008; Etmawati dan Armelia, 2008;

    Nikodemus dan Setiawan, 2008; Neville, 1999). Perlu dicatat bahwa ampas tebu

    mengandung 30-50% selulosa dan 20-24% lignin (Viera, et.al., 2007). Adanya

    lignin dalam ampas tebu dan air perasannya diindikasikan memberikan kontribusi

    lekatan (bonding) bila larutan tebu dicampurkan ke dalam adukan beton. Bahan

    tambah berbasis gula dalam campuran beton bersifat meningkatkan ikatan C-S-H

    sehingga akan meningkatkan nilai kuat tekannya seiring waktu hingga dicapai

    nilai optimal dari kuat tekan tersebut.

    Pada dosis tertentu, gula dapat mempercepat atau memperlambat waktu

    pengikatan semen dan pengerasan beton serta meningkatkan kinerja kuat tekan

    mortar dan beton. Beton berbasis gula mengalami penaikan kekuatan pada dosis

    0.03 % dan 0.3% dari berat semen (Susilorini, 2009).

    Pada penelitiannya, Retno Susilorini (2009) mencampurkan bahan tambah

    berbasis gula terhadap beton dengan mutu 30 MPa dengan kadar sukrosa, gula

    pasir, dan sari tebu yang bermacam-macam. Kadar bahan tambah berbasis gula

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 0.03% dari berat semen. Variasi

    campuran bahan tambah berbasis gula dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Variasi campuran mortar Susilorini (2009)

    No.

    Kode

    benda uji

    % bahan

    tambah dari

    berat semen

    Bagian

    sukrosa

    dalam bahan

    tambah

    Bagian

    gula pasir

    dalam bahan

    tambah

    Bagian

    larutan tebu

    dalam bahan

    tambah

    1 M-I-A-01 0.03% 0 1.5 1.5

    2 M-I-A-02 0.03% 0.5 1.5 1

    3 M-I-A-03 0.03% 1 0.5 1.5

    4 M-I-A-04 0.03% 1.5 1 0.5

    5 M-I-B-01 0.03% 0.5 1.5 1

    6 M-I-B-02 0.03% 1 1.5 0.5

    7 M-I-B-03 0.03% 1.5 0.5 1.5

    8 M-I-B-04 0.03% 0 1 0.5

    Adapun hasil pengujian kuat tekan pada beton pada mutu beton 30 MPa dari

    penelitian Susilorini (2009) terlihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Kuat tekan beton pada umur 7, 14, dan 28 hari dari komposisi optimal

    bahan tambah beton berbasis gula Susilorini (2009)

    No. Kode benda uji

    Kuat tekan

    7 hari 14 hari 28 hari

    (MPa) (MPa) (MPa)

    1 Silinder Kontrol 27 28 33.57

    2 M-I-A-01 15.53 30.12 49.02

    3 M-I-A-02 20.46 25.39 49.66

    4 M-I-A-03 21.12 23.24 43.54

    5 M-I-B-04 22.89 21.89 42.02

    6 M-II-A-03 42.02 19.46 43.80

    7 M-II-B-01 17.83 28.27 47.87

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Dari penelitian tersebut, didapatkan dosis bahan tambah berbasis gula yang paling

    optimum dalam meningkatkan kuat tekan mortar yaitu mortar dengan kode benda

    uji M-I-A-02. Dosis bahan tambah tersebut telah didaftarkan menjadi proses paten

    dengan nomor Reg.No. P00201000309.

    Sementara itu, modulus elastisitas menentukan hubungan tegangan-regangan

    beton kondisi elastis. Tolak ukur yang umum dari sifat elastis suatu bahan adalah

    modulus elastisitas, yang merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan

    dengan perubahan bentuk per-satuan panjang, sebagai akibat dari tekanan yang

    diberikan itu (Murdok & Brook, 1991).

    Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan

    persamaan analisis dan desain pada struktur beton. kurva hubungan tegangan-

    regangan diperoleh dari pengujian terhadap benda uji silinder beton selama

    beberapa menit.

    Modulus elastisitas sangat berguna ketika akan menghitung suatu perubahan

    berupa lendutan atau tegangan akibat beban kerja normal (Amri, 2005).

    Diketahui bahwa nilai modulus elastisitas meningkat bersama dengan

    meningkatnya kuat tekan beton, tetapi tidak ada kesepakatan yang mutlak

    mengenai hubungan antara keduanya. Bagaimanapun, hal itu dapat dijadikan

    suatu acuan untuk memperkirakan nilai modulus elastisitas dilihat dari nilai kuat

    tekan yang diperoleh (Sambowo, 2001).

    2.2. Landasan Teori

    2.2.1. Beton

    Beton adalah pencampuran semen portland, air, dan agregat dengan atau tanpa

    bahan tambahan (admixture) tertentu. Material pembentuk beton tersebut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang

    homogen sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan.

    Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai akibat

    reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka waktu panjang

    atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan

    umurnya.

    Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air, semen dan agregat) yang

    ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera atau selama pengadukan beton.

    Tujuannya ialah mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam

    keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan,

    menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas,

    mengurangi sifat getas, mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya

    (Tjokrodimuljo, 1995).

    Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah air yang

    minimal konsisten dengan derajad workabilitas yang dibutuhkan untuk

    memberikan kepadatan maksimal. Derajat kepadatan harus dipertimbangkan

    dalam hubungannya dengan cara pemadatan dan jenis konstruksi, agar terhindar

    dari kebutuhan akan pekerjaan yang berlebihan dalam mencapai kepadatan

    maksimal (Murdock & Brook 1991).

    Beton dibentuk dari pencampuran bahan batuan yang diikat dengan bahan perekat

    semen. Bahan batuan yang digunakan untuk menyusun beton umumnya

    dibedakan menjadi agregat kasar atau kerikil dan agregat halus atau pasir. Agregat

    halus dan agregat kasar disebut sebagai bahan susun kasar campuran dan

    merupakan komponen utama beton, jumlahnya 70%-75% dari volume beton.

    Selain tidak mampu menahan kuat tarik, beton juga berpotensi mengalami

    keropos yaitu kerusakan yang disebabkan salah satunya karena umur beton yang

    terlalu lama. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena kerusakan terjadi

    pada bagian bangunan yang sulit dijangkau, misalnya pada bagian bawah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi kimia atau yang

    lain maka perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.

    Beton secara alami terlindungi dari korosi oleh lapisan tipis akibat passive

    alkaline dari bahan dasar semen. Namun akibat serangan agresif dari senyawa luar

    berinfitrasi, maka beton dapat mengalami korosi. Bangunan beton yang dibangun

    di sekitar pantai, dapat lebih cepat rusak akibat serangan garam chloride. Gas CO2

    pun dapat masuk secara agresif melalui pori-pori beton dan bereaksi dengan

    Ca(OH)2 dan menghasilkan CaCO3 + H2O yang menyebabkan pH dari beton

    turun. Salah satu pengendaliannya yaitu dengan penggunaan bahan tambah

    berbasis gula yang bersifat dapat mengurangi korosi pada beton walaupun beton

    tersebut tidak bertulang.

    2.2.2. Semen Portland Pozzolan

    Empat unsur yang paling penting dalam semen adalah:

    a. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO3

    b. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

    c. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3

    d. Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO2

    Fungsi semen ialah untuk merekatkan butirbutir agregat agar terjadi suatu massa

    yang kompak atau padat, selain itu juga untuk mengisi rongga di antara butiran

    agregat.

    Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling

    klinker, yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata

    antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi,

    dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus

    ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan

    digunakan sebagai bahan ikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan

    membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah

    lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut

    beton. Dalam campuran beton, semen bersama air sebagai kelompok aktif

    sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang

    berfungsi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo, 1995).

    Jenis-jenis semen Portland yang sering digunakan dalam konstruksi serta

    penggunaannya dicantumkan dalam Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Jenis semen Portland di Indonesia sesuai SII 0013-81

    Jenis semen Karakteristik umum

    Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

    persyaratan khusus seperti disyaratkan pada jenis-jenis lain

    Jenis II Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

    terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang

    Jenis III Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi

    Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    panas hidrasi yang rendah

    Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan

    ketahanan yang tinggi terhadap sulfat

    Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)

    Jika semen Portland dicampur dengan air, maka komponen kapur dilepaskan dari

    senyawanya. Banyaknya kapur yang dilepas ini sekitar 20% dari berat semen.

    Kondisi terburuknya adalah terjadi pemisahan struktur yang disebabkan oleh

    lepasnya kapur dari semen. Situasi ini dapat dicegah dengan suatu mineral silika

    seperti pozzolan. Mineral yang ditambahkan ini bereaksi dengan kapur bila ada

    uap air membentuk bahan padat yang kuat yaitu kalsium silikat (Nawy, 1990).

    Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina

    yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuknya yang

    halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat

    seperti semen (SNI 15-0302-2004).

    Fungsi pozzolan yaitu memberikan panas hidrasi yang rendah (mengurangi

    kenaikan temperature) dan meningkatkan ketahanan terhadap sulfat. Panas hidrasi

    rendah berarti hardening atau pengerasan lambat. Dengan perlambatan

    pengerasan beton, maka bahan tambah berbasis gula dan semen akan memberikan

    ikatan (bond) yang lebih kuat, sehingga beton lebih padat (kompak), sehingga

    kinerja kuat tekan beton lebih tinggi.

    2.2.3. Agregat

    Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

    dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini menempati sebanyak 60% - 80%

    dari volume mortar atau beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu

    bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton. Berdasarkan ukuran besar

    butirnya, agregat yang dipakai dalam adukan beton dapat dibedakan menjadi dua

    jenis, yaitu agregat halus dan agregat kasar.

    a. Agregat Halus

    Agregat halus adalah agregat yang berbutir kecil (antara 0.15 mm dan 5 mm).

    Dalam pemilihan agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan yang

    telah ditentukan. Karena sangat menentukan dalam hal kemudahan pengerjaan

    (workability), kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability) dari beton

    yang dihasilkan. Pasir sebagai bahan pembentuk mortar bersama semen dan air,

    berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kuat dan padat.

    Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah

    sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    1) Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras, bersifat kekal dalam

    arti tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan

    hujan.

    2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap jumlah

    berat agregat kering. Apabila kandungan lumpur lebih dari 5%, agregat halus

    harus dicuci terlebih dahulu.

    3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.

    Hal demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Header

    dengan menggunakan larutan NaOH.

    4) Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan

    apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1

    (PBI 1971), harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    (a) Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.

    (b) Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.

    (c) Sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80% - 90% berat.

    Pasir di dalam campuran beton sangat menentukan dalam hal kemudahan

    pengerjaan (workability), kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability)

    dari beton yang dihasilkan. Untuk memperoleh hasil beton yang seragam, mutu

    pasir harus dikendalikan. Oleh karena itu pasir sebagai agregat halus harus

    memenuhi gradasi dan persyaratan yang ditentukan. Batasan susunan butiran

    agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4. Batasan susunan butiran agregat halus

    Ukuran saringan

    (mm)

    Persentase lolos saringan

    Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4

    10.00

    4.80

    2.40

    1.20

    0.60

    0.30

    0.15

    100

    90-100

    60-95

    30-70

    15-34

    5-20

    0-10

    100

    90-100

    75-100

    55-90

    35-59

    8-30

    0-10

    100

    90-100

    85-100

    75-100

    60-79

    12-40

    0-10

    100

    95-100

    95-100

    90-100

    80-100

    15-50

    0-15

    Sumber :Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    Keterangan:

    Daerah 1 : Pasir kasar

    Daerah 2 : Pasir agak kasar

    Daerah 3 : Pasir agak halus

    Daerah 4 : Pasir halus

    b. Agregat Kasar

    Menurut Tjokrodimuljo (1996) disebutkan bahwa agregat kasar adalah agregat

    yang mempunyai ukuran butir-butir besar (antara 5 mm dan 40 mm). Sifat dari

    agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya

    terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar

    mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan

    yang baik dengan semen.

    Sifat-sifat bahan bangunan sangat perlu untuk diketahui, karena dengan

    mengetahui sifat dan karakteristik dari bahan tersebut, kita dapat menentukan

    langkah-langkah yang diambil dalam menangani bahan bangunan tersebut. Sifat-

    sifat dari agregat kasar yang perlu untuk diketahui antara lain ketahanan

    (hardness), bentuk dan tekstur permukaan (shape and texture surface), berat jenis

    agregat (specific gravity), ikatan agregat kasar (bonding), modulus halus butir

    (fines modulus), dan gradasi agregat (grading).

    Menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.4 syarat-syarat agregat kasar (kerikil) adalah

    sebagai berikut :

    1) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori. Agregat

    kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah

    butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.

    Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur

    oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang ditentukan

    terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat

    kasar harus dicuci.

    3) Agergat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,

    seperti zat-zat yang reaktif alkali.

    4) Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan bejana penguji dari

    Rudelof dengan bola pejal sebanyak 12 buah, yang harus memenuhi syarat-

    syarat :

    (a) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5-19 mm lebih dari 24% berat.

    (b) Tidak terjadi pembubukan sampai 19-30 mm lebih dari 22% berat.

    Kekerasan ini dapat juga diperiksa dengan mesin Los Angeles. Dalam hal

    ini tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.

    5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beranekaragam besarnya dan

    apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1

    PBI 1971, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    (a) Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0% berat .

    (b) Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.

    (c) Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan,

    maksimum 60% dan minimum 10% berat.

    Batasan susunan butiran agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.5.

    Tabel 2.5. Persyaratan gradasi agregat kasar

    Ukuran saringan (mm) Persentase lolos saringan

    40 mm 20 mm

    40

    20

    10

    4.8

    95-100

    30-70

    10-35

    0-5

    100

    95 100

    22-55

    0-10

    Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)

    Susunan untuk butiran (gradasi) yang baik akan dapat menghasilkan kepadatan

    (density) maksimum dan porositas (voids) minimum. Sifat penting dari suatu

    agregat (baik kasar maupun halus) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan

    karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses

    pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap

    penyusutan.

    2.2.4. Air

    Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat

    bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga

    berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan

    penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan

    mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan

    bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini

    akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan

    yang lemah.

    Menurut Tjokrodimuljo (1996), dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air

    memenuhi syarat sebagai berikut:

    a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.

    b. Tidak mengandung garam-garam yang merusak beton (asam, zat organik, dll)

    lebih dari 15 gram/liter.

    c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0.5 gram/liter.

    d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

    Menurut Tjokrodimuljo (1996) kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika

    air mengandung kotoran. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu

    ikatan awal serta kekuatan beton setelah mengeras. Adanya lumpur dalam air di

    atas 2 gram/liter dapat mengurangi kekuatan beton. Air dapat memperlambat

    ikatan awal beton sehingga beton belum mempunyai kekuatan dalam umur 2-3

    hari. Sodium karbonat dan potasium dapat menyebabkan ikatan awal sangat cepat

    dan konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan beton.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    2.2.5. Bahan Tambah

    Bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat, dan semen yang

    dicampurkan ke dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama

    pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan

    karakterisik dari beton atau mortar misalnya untuk dapat dengan mudah

    dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain. (ASTM C.125-1995)

    Secara umum bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah

    kimia (chemical admixture) dan bahan tambah mineral. Bahan tambah

    (admixture) tersebut ditambahkan saat pengadukan atau pada saat dilakukan

    pengecoran. Bahan ini biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton

    atau mortar saat pelaksanaan pekerjaan.

    Contoh bahan tambah pada beton yaitu accelerator yang berfungsi untuk

    mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton maupun mortar. Bahan ini

    digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan dan mempercepat

    pencapaian kekuatan pada beton maupun mortar. Bahan ini digunakan jika

    penuangan adukan dilakukan dibawah air, atau pada struktur beton yang

    memerlukan pengerasan segera.

    Bahan tambah lain yang biasa digunakan di dalam beton yaitu serat. Penambahan

    serat ke dalam beton akan meningkatkan kuat tarik beton yang pada umumnya

    sangat rendah. Pertambahan kuat tarik akan memperbaiki kinerja komposit beton

    serat dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan beton konvesional

    (Asad, 2008).

    Dari banyak jenis bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton, dipilih

    bahan tambah berbasis gula pada penelitian ini, karena selain dapat menambah

    kuat tekan beton, bahan tambah berbasis gula juga mudah didapat. Bahan tambah

    berbasis gula termasuk ke dalam bahan tambah mineral.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Campuran beton terdiri atas semen, air, agregat kasar (split, kerikil) dan agregat

    halus (pasir). Adanya bahan tambah yang dimasukkan ke dalam campuran beton

    menjadi satu faktor penting lain yang turut menentukan kinerja beton secara

    keseluruhan. ASTM C125 mendefinisikan bahan tambah (admixture) sebagai

    bahan selain air, agregat, semen hidrolis, dan serat, yang digunakan dalam beton

    atau mortar dan ditambahkan dalam campuran segera sebelum atau selama

    pengadukan. Bahan tambah kimiawi maupun alami telah banyak diproduksi.

    Beberapa penelitian terdahulu (Medjo Eko, dan Riwoski, 2001; Chandler, et.al.,

    2002; Peschard, 2004; Frias, et.al., 2007; Jayakumaran, 2005; Collepardi, 2005)

    telah mengkaji peranan dan kinerja bahan tambah alami berbasis gula dalam

    campuran beton yang ternyata dapat meningkatkan kinerja beton.

    Bahan tambah berbasis gula terdiri dari sukrosa, larutan tebu dan gula.

    Kandungan lignin yang terdapat pada larutan tebu dapat meningkatkan ikatan

    antar partikel pada beton. Bahan tambah berbasis gula memiliki kemampuan

    mengikat C-S-H sehingga beton dengan bahan tambah tersebut dapat memiliki

    kekuatan yang lebih tinggi.

    Sukrosa adalah senyawa disakarida dengan rumus molekul C12H22O11. Sukrosa

    terbentuk melalui proses fotosintesis yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Pada

    proses tersebut terjadi interaksi antara karbon dioksida dengan air di dalam sel

    yang mengandung klorofil. Bentuk sederhana dari persamaan tersebut adalah :

    6 CO2 + 6 H2O > C6H12O6 + 6 O2 ............................................................ (2.1)

    Gambar 2.1. Sukrosa

    Tanaman tebu (genus saccharum) dikenal sebagai bahan utama produksi gula

    pasir di Indonesia. Secara umum, batang tebu masak mengandung 67-75% air, 8-

    16%, sukrosa 8-16%, 0.5-20% gula reduksi, 0.5-1% material organik, 0.2-0.6%

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    senyawa anorganik, 0.5-1% senyawa nitrogenik, 0.3-0.8% abu, dan 10-16% serat

    (Mathur, 1990 dalam Farmani, et. al., 2008). Tebu juga mengandung 30-50%

    selulosa dan 20-24% lignin (Viera, et. al., 2007).

    Gambar 2.2. Sari tebu murni

    Gula tebu adalah disakarida, gula tersebut dapat dibuat dari gabungan dua gula

    yang sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Penggabungan dari

    dobel unit karbon monosakarida menjadi : C12H22O11 yang selanjutnya dinamakan

    sukrosa atau saccharose.

    Disakarida meliputi juga karbohidrat kompleks yang terdiri dari satu atau dua gula

    sederhana yang terjalin menjadi satu ikatan. Sebagai contoh adalah sukrosa yang

    terdiri atas jalinan glukosa dan fruktosa, yang dihubungkan oleh jembatan asetal

    oksigen dalam arah alfa (Ophardt, 2003). Struktur sukrosa terdiri atas 6 rantai

    glukosa dan 5 rantai fruktosa seperti disajikan Gambar 2.3.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Gambar 2.3. Struktur sukrosa (Ophardt, 2003)

    Penambahan gula ke dalam campuran beton akan menyebabkan interaksi antara

    gula dan C3A (tricalsium aluminat) (Young, 1968). Dalam kasus pemerlambatan

    pengerasan beton, interaksi ini akan menghambat pembentukan secara cepat fase

    kubik C3AH6 dan menyebabkan pembentukan fase heksagonal C4AH13

    (Collepardi, et. al., 1984, 1985).

    Gambar 2.4. Gula pasir

    Sukrosa yang terdapat dalam gula pasir merupakan gabungan satu molekul

    glukosa dengan satu molekul fruktosa. Gula mengandung sukrosa, disakarida

    yang tersusun atas satuan-satuan glukosa dan fruktosa. Adanya kandungan

    glukosa, glukonat, dan lignosulfonat akan menstabilkan ettringite dalam sistem

    C3Agypsum. Glukosa akan menghambat konsumsi gypsum dan pembentukan

    ettringite (Susilorini 2009). Untuk kasus pemercepatan pengerasan beton, terjadi

    peningkatan kecepatan hidrasi kalsium silikat. Senyawa yang biasa digunakan

    untuk mempercepat hidrasi C3A dengan sedikit perubahan alkalinitas pada pori-

    pori air adalah kalsium klorida (Neville, 1999). Perlu dicatat bahwa penambahan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    gula pada dosis tertentu dalam campuran beton juga dapat mempercepat

    pengerasan beton.

    2.2.6. Kuat Tekan

    Kuat tekan adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji

    hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu pada mesin uji. Kuat tekan beton

    ditentukan oleh perbandingan semen dan agregat halus, agregat kasar dan air dari

    berbagai jenis campuran. Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor

    utama dalam penentuan kuat tekan beton.

    Kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya

    apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga cenderung baik, misalnya

    kuat lentur, modulus elastisitas, dll. Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai

    2000 kg/cm2 atau lebih, tergantung pada jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta

    kualitas perawatan. Kekuatan tekan beton yang paling umum digunakan di

    Indonesia adalah sekitar 200 kg/cm2 sampai 500 kg/cm2.

    Beton relatif kuat menahan tekan. Keruntuhan beton sebagian disebabkan karena

    rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton dipengaruhi oleh

    sejumlah faktor antara lain:

    a. Faktor air semen. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan beton secara

    umum adalah bahwa semakin rendah nilai faktor air semen, semakin tinggi

    kuat tekan betonnya. Namun kenyataannya, pada suatu nilai faktor air semen

    semakin rendah, maka beton semakin sulit dipadatkan. Dengan demikian, ada

    suatu nilai faktor air semen yang optimal dan menghasilkan kuat tekan yang

    maksimal.

    b. Jenis semen dan kualitasnya mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas

    beton.

    c. Jenis dan lekuk-lekuk (relief) bidang permukaan agregat. Kenyataan

    menunjukkan bahwa penggunaan agregat batu pecah akan menghasilkan beton

    dengan kuat tekan yang lebih besar daripada agregat alami.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    d. Efisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat

    terjadi bila pengeringan terjadi sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang

    sangat penting pada pekerjaan di lapangan dan pada pembuatan benda uji.

    e. Suhu. Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan

    bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu

    yang lama.

    f. Umur pada keadaan yang normal. Kekuatan beton bertambah dengan

    bertambahnya umur, tergantung pada jenis semen. Misalnya semen dengan

    kadar alumina tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya pada 24 jam,

    sama dengan semen portland biasa pada 28 hari. Pengerasan berlangsung terus

    secara lambat sampai beberapa tahun.

    Nilai kuat tekan beton didapat melalui pengujian standar menggunakan mesin uji

    dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan

    beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)

    sampai hancur.

    Kuat tekan beton dapat dihitung dengan Persamaan (2.2).

    fc = A

    P max .. (2.2)

    dengan :

    fc = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa)

    Pmax = beban tekan maksimum (N)

    A = luas permukaan benda uji (mm2)

    2.2.7. Modulus Elastisitas

    Modulus elastisitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kekakuan dan

    ketahanan beton untuk menahan deformasi (perubahan bentuk). Suatu bahan

    apabila dibebani maka akan mengalami deformasi. Perbandingan nilai deformasi

    dengan ukuran awal benda uji disebut regangan. Modulus elastisitas merupakan

    perbandingan antara tegangan dan regangan dalam arah aksial. Semakin tinggi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    modulus elastisitas suatu bahan maka bahan tersebut semakin kuat menahan

    tegangan aksial akibat pembebanan dengan regangan yang sekecil mungkin.

    Biasanya sruktur yang mempunyai nilai modulus elastisitas yang besar akan

    bersifat getas atau kaku, umumnya material itu akan memiliki kuat tekan yang

    tinggi. Parameter ini sangat penting karena menunjukkan kemampuan beton untuk

    menahan beban maksimal sebelum struktur mengalami regangan atau lendutan.

    Pada umumnya bahan, termasuk beton, memiliki daerah awal pada diagram

    tegangan-regangannya dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier.

    Kemiringan diagram tegangan-regangan dalam daerah elastis linier itulah yang

    dinamakan Modulus Elastisitas (E) atau Modulus Young (Timosenko dan Gere,

    1987).

    Kajian tentang hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk

    menurunkan persamaan analisis dan perencanaan suatu bagian struktur.

    Kemampuan bahan untuk menahan beban yang didukungnya dan perubahan

    bentuk yang terjadi pada bahan itu amat tergantung pada sifat tegangan dan

    regangan tersebut.

    Pada baja terjadi perubahan bentuk secara elastis pada pembebanan di bawah

    elastis, sehingga beban uji kembali pada bentuk semula bila pembebanan

    ditiadakan. Beton berubah bentuk mengikuti regangan elastis dan sebagian

    mengalami regangan plastis. Hal ini digambarkan pada Gambar 2.5. yang

    memperlihatkan kurva tegangan-regangan tipikal yang diperoleh dari percobaan

    benda uji silinder beton dan dibebani tekan uniaksial selama beberapa menit.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Gambar 2.5. Kurva tegangan regangan beton yang diberi tekanan

    (Nawy, 1990: 44)

    Bagian kurva ini (sampai sekitar 40% fc) pada umumnya dapat dianggap linier

    untuk tujuan praktis. Setelah mendekati 70% tegangan hancur, material banyak

    kehilangan kekakuannya sehingga kurva tidak linier lagi.

    Modulus elastisitas yang besar menunjukkan kemampuan menahan tegangan

    yang cukup besar dalam kondisi regangan yang masih kecil, artinya bahwa

    beton tersebut mempunyai kemampuan menahan tegangan yang cukup besar

    akibat beban-beban yang terjadi pada suatu regangan (kemungkinan terjadi

    retak) yang kecil.

    Faktor yang mempengaruhi modulus elastisitas :

    a. Kelembaban

    Beton dengan kandungan air yang lebih tinggi mempunyai modulus

    elastisitas yang lebih tinggi daripada beton dengan spesifikasi yang sama.

    b. Agregat

    Nilai modulus dan proporsi volume agregat dalam campuran mempengaruhi

    modulus elastisitas beton. Semakin tinggi modulus agregat dan semakin besar

    proporsi agregat dalam beton, semakin tinggi pula modulus elastisitas beton

    tersebut.

    c. Umur beton

    Modulus elastisitas semakin besar seiring dengan bertambahnya umur beton

    seperti kuat tekannya, namun modulus elastisitas bertambah lebih cepat

    daripada kekuatan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    d. Mix Design beton

    Jenis beton memberikan nilai modulus elastisitas yang berbeda pada umur

    dan kekuatan yang sama.

    Murdock dan Brook (1991), modulus elastisitas yang sebenarnya modulus pada

    suatu waktu tertentu dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.3) (2.5).

    Modulus elastisitas (E) e

    s= ............................................................................

    (2.3)

    Dimana :

    Tegangan () AP

    = ...

    (2.4) Regangan ()

    llD

    = .. (2.5)

    Dengan : P = beban yang diberikan (ton)

    A = luas tampang melintang (mm2)

    l = perubahan panjang akibat beban P (mm)

    l = panjang semula (mm)

    Berdasarkan rekomendasi ASTM C 469-02, perhitungan modulus elastisitas beton

    yang digunakan adalah modulus chord, adapun perhitungan modulus elastisitas

    chord (Ec) dapat dilihat pada Persamaan (2.5).

    Modulus elastisitas (Ec)00005,0

    2

    12

    --

    =e

    SS .... (2.6)

    Dengan:

    Ec = modulus elastisitas (MPa)

    S2 = tegangan sebesar 40% x fc (MPa)

    S1 = tegangan yang bersesuaian dengan regangan arah longitudinal akibat

    tegangan sebesar 0,00005 (MPa)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    e2 = regangan longitudinal akibat tegangan S2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode

    eksperimen yang dimaksud yaitu penelitian dengan tujuan menyelidiki hubungan

    sebab akibat antara satu sama lain dan membandingkan hasilnya. Pengujian yang

    dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian bahan dasar pembentuk beton

    termasuk bahan tambah berbasis gula, pengujian kuat tekan beton, dan pengujian

    modulus elastisitas beton. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut.

    3.1. Bahan dan Benda Uji Penelitian

    Bahan pembentuk beton harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan

    penggunaan bahan tersebut di dalam beton yang akan dibuat. Apabila terdapat

    material yang tidak layak digunakan, maka akan ada tindakan sebagai solusi dari

    ketidaklayakan tersebut. Pengujian ini disebut pengujian pendahuluan. Hal ini

    dimaksudkan agar beton dapat mencapai mutu yang diinginkan sesuai

    perencanaan, fc= 40 MPa.

    Uji pendahuluan dari bahan tambah berbasis gula yang digunakan sebagai bahan

    tambah (admixture) pada penelitian ini juga penting dilakukan. Hal ini

    dimaksudkan untuk megetahui kandungan kimia dari bahan tambah, baik itu gula

    pasir, sari tebu, maupun sukrosa.

    3.1.1. Pengujian Bahan Pembentuk Beton

    Pengujian bahan pembentuk beton dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan

    karakteristik bahan penyusun beton yang nantinya akan digunakan dalam rancang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    campur (mix design) terhadap satu target tertentu. Pengujian bahan dasar beton

    hanya dilakukan terhadap agregat halus, agregat kasar, dan bahan tambah berbasis

    gula.

    3.1.1.1. Agregat Halus

    a) Pengujian Kadar Lumpur

    Pada penelitian ini, pasir digunakan sebagai agregat halus. Pasir berfungsi sebagai

    pengisi rongga-rongga yang terbentuk dari campuran pasta semen dan agregat

    kasar. Salah satu spesifikasi pasir yang dapat digunakan dalam campuran beton

    yaitu kandungan lumpurnya tidak melebihi 5% dari berat keringnya.

    Sesuai dengan PBI 1971 (N-20 atau ASTM), pasir yang mengandung lumpur 5%

    dari berat keringnya harus dicuci, karena kandungan lumpur yang berlebihan

    dalam pasir dapat mengganggu lekatan antara partikel dalam pencampuran beton

    sehingga dapat menurunkan kekuatan beton.

    Kadar lumpur pasir dihitung dengan persamaan 3.1 sebagai berikut :

    nn = 100% ......................................................................(3.1) dengan :

    G0 = berat pasir awal (100 gram)

    G1 = berat pasir akhir (gram)

    b) Pengujian Kadar Zat Organik

    Kandungan zat organik pada pasir umumnya besar. Hal ini terjadi karena pasir

    sebagai bahan dasar pembentuk beton biasanya diambil dari sungai dan sangat

    kotor. Aliran air sungai yang membuat zat organik atau semacamnya dapat

    terbawa dan mengendap pada pasir. Kandungan zat organik dapat membahayakan

    bila terlalu banyak terdapat pada campuran beton. Sifat zat organik yang mudah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    terurai membuatnya cepat membusuk sehingga menimbulkan pori pada beton.

    Kandungan zat organik pada pasir dapat diuji menggunakan larutan NaOH 3%

    pada percobaan perubahan warna Abrams Harder sesuai dengan PBI 1971 (N-20

    atau ASTM). Pada Tabel 3.1 dapat dilihat kadar zat organik pada pasir

    berdasarkan prubahan warnanya.

    Tabel 3.1. Tabel perubahan warna

    Warna Prosentase kandungan zat organik (%)

    Jernih

    Kuning muda

    Kuning tua

    Kuning kemerahan

    Coklat kemerahan

    Coklat

    0

    0 10

    10 20

    20 30

    30 50

    50 100

    c) Pengujian Specific Gravity

    Pengujian specific gravity agregat halus dengan berpedoman pada ASTM C 128

    ditujukan agar mendapatkan :

    i. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi

    kering dengan volume pasir total

    ii. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam

    kondisi kering permukaan dengan volume pasir total

    iii. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam

    kondisi kering dengan volume butir pasir

    iv. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat

    pasir kering

    Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.2 s/d 3.5 sebagai berikut:

    Bulk Specific Gravity cdb

    a-+

    = .......................................................... (3.2)

    Bulk Specific Gravity SSD cdb

    d-+

    = ........................................................... (3.3)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Apparent Specific Gravity cab

    a-+

    = ........................................................... (3.4)

    Absorbtion %100-

    =a

    ad ............................................................................. (3.5)

    dengan :

    a = berat pasir kering oven (gram)

    b = berat volumetricflash berisi air (gram)

    c = berat volumetricflash berisi pasir dan air (gram)

    d = berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (500 gram)

    d) Pengujian Gradasi

    Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat workability dan kohesi

    dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus sangat diperhatikan.

    Pengujian gradasi agregat halus menggunakan standar pengujian ASTM C 136.

    Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran

    pasir, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka

    yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehausan butir pasir.

    Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan persamaan 3.6 sebagai berikut :

    ogaV)nganna= ................................................................... (3.6) dengan :

    d = prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan

    e = prosentase kumulatif berat pasir yang tertinggal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    3.1.1.2. Agregat Kasar

    a) Pengujian Specific Gravity

    Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil atau batu pecah

    dengan diameter maksimum 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada

    pengujian specific gravity agregat kasar adalah ASTM C 127. Pengujian ini

    ditujukan untuk mengetahui :

    a. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi

    kering dengan volume kerikil total

    b. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil jenuh

    dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total

    c. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam

    kondisi kering dengan volume butir kerikil

    d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat

    kerikil kering

    Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan 3.7 s/d 3.10 sebagai

    berikut:

    Bulk Specific Gravity hg

    f-

    = ............................................................... (3.7)

    Bulk Specific Gravity SSD hg

    g-

    = ............................................................... (3.8)

    Apparent Specific Gravity hf

    f-

    = .............................................................. (3.9)

    Absorbsion %100-

    =h

    hg ........................................................................... (3.10)

    dengan :

    f = berat agregat kasar (3000 gram)

    g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)

    h = berat agregat kasar jenuh (gram)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    b) Pengujian Gradasi

    Gradasi pada pasir sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat

    kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah

    diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian

    ASTM C 136. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi

    diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus

    kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan

    butir pasir.

    Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan persamaan 3.11 sebagai berikut :

    ogaV)nganV)Vg= ................................................................ (3.11) dengan :

    m = prosentase kumulatif berat kerikilr yang tertinggal selain dalam pan

    n = prosentase kumulatif berat kerikil yang tertinggal

    c) Pengujian Abrasi

    Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar

    pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan

    menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh

    lebih dari 50%. Prosentase berat yang hilang dihitung dengan menggunakan

    persamaan 3.12 sebagai berikut :

    oa)na))nngn= 100% ........................................... (3.12) dengan:

    i = berat agregat kasar kering oven yang telah dicuci, sebelum pengausan (gram)

    j = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2.3 mm dan telah

    dicuci, setelah pengausan (gram)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    benda ujibeton normal

    benda ujibeton aditif 0.015%

    300 mm

    150 mm 150 mm

    benda ujibeton aditif 0.03%

    benda ujibeton aditif 0.045%

    300 mm

    150 mm 150 mm

    300 mm

    3.1.2. Pengujian Komponen Bahan Tambah Berbasis Gula

    Untuk mengetahui kandungan yang ada pada gula pasir, sukrosa, serta sari tebu

    yang digunakan pada penelitian, maka dilakukan pengujian pendahuluan yaitu

    pengujian kimia.

    Pengujian komponen bahan tambah berbasis gula dilakukan di Laboratorium

    FTP-Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Pengujian tersebut terdiri dari

    pengujian kandungan kadar glukosa dan lignin.

    Tebu mengandung zat kimia yang disebut selulosa yang menghasilkan lignin.

    Lignin yang terkandung dalam bahan tambah berbasis gula meningkatkan lekatan

    pada beton, sehingga agregat akan lebih bersatu dengan pasta semen dan dapat

    meningkatkan kekuatan beton dalam menahan beban.

    3.1.3. Benda Uji

    Benda uji yang digunakan untuk uji kuat tekan dan uji modulus elastisitas adalah

    silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Benda uji dapat dilihat

    pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1. Benda uji

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Benda uji seperti pada gambar di atas pada penelitian ini dibuat untuk diuji kuat

    tekan beton dan modulus elastisitasnya. Benda uji dibuat sebanyak 36 buah, yaitu:

    9 buah benda uji normal

    9 buah benda uji aditif 0.015%

    9 buah benda uji aditif 0.030%

    9 buah benda uji aditif 0.045%

    Nama dan spesifikasi benda uji, dapat dilihat pada Tabel 3.2.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Tabel 3.2. Jumlah dan ukuran penampang benda uji silinder

    Kode Tinggi

    (mm)

    Diameter

    (mm)

    Komposisi bahan

    tambah berbasis gula Jumlah

    Umur

    rencana

    BN 300 150

    3 (uji tekan) 3 hari

    3 (uji tekan) 14 hari

    3 (uji tekan dan modulus elastisitas)

    28 hari

    BBG-15 300 150

    0.015% dari berat semen

    3 (uji tekan) 3 hari

    Komposisi: 3 (uji tekan) 14 hari

    sukrosa = 0.0025% gula pasir = 0.0075% 3 (uji tekan dan

    modulus elastisitas) 28 hari sari tebu = 0.0050%

    BBG-30 300 150

    0.030% dari berat semen

    3 (uji tekan) 3 hari

    Komposisi: 3 (uji tekan) 14 hari

    sukrosa = 0.005% gula pasir = 0.015% 3 (uji tekan dan

    modulus elastisitas) 28 hari sari tebu = 0.010%

    BBG-45 300 150

    0.045% dari berat semen

    3 (uji tekan) 3 hari

    Komposisi: 3 (uji tekan) 14 hari

    sukrosa = 0.0075% gula pasir = 0.0225% 3 (uji tekan dan

    modulus elastisitas) 28 hari sari tebu = 0.0150%

    Keterangan:

    BN = Beton normal (benton tanpa bahan tambah)

    BBG-15 = Beton aditif 0.015% (beton dengan bahan tambah berbasis gula

    sebanyak 0.015% dari berat semen)

    BBG-30 = Beton aditif 0.030% (beton dengan bahan tambah berbasis gula

    sebanyak 0.030% dari berat semen)

    BBG-45 = Beton aditif 0.045% (beton dengan bahan tambah berbasis gula

    sebanyak 0.045% dari berat semen)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    b e n d a u j ib e t o n n o r m a l

    300 mm

    1 5 0 m m

    P

    3.1.4. Pengujian Kuat Tekan

    Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 3 hari, 14 hari, dan

    28 hari. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton

    dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm sebanyak 3 buah untuk setiap jenis

    penggunaan bahan tambah berbasis gula. Pengujian ini bertujuan untuk

    mengamati besarnya beban (P) maksimum atau beban pada saat beton hancur

    dengan menggunakan alat uji kuat tekan (Compression Testing Machine). Tata

    cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM 39 atau yang

    disyaratkan PBI 1989.

    Pada pengujian kuat tekan beton, benda uji diberi beban (P) dari atas perlahan

    demi perlahan sampai beton tersebut hancur, terlihat dalam Gambar 3.2.

    Gambar 3.2. Pembebanan benda uji pada pengujian kuat tekan

    Foto pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Gambar 3.3. Alat uji kuat tekan (Compression Testing Machine)

    Langkah-langkah pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :

    a. Menyiapkan benda uji silinder beton yang akan diuji.

    b. Meletakkan benda uji silinder beton pada alat uji kuat tekan (CTM).

    c. Mengatur jarum Compression Testing Machine tepat pada posisi nol.

    d. Menyalakan Compression Testing Machine kemudian membaca jarum

    penunjuk beban sampai silinder beton hancur.

    e. Mencatat besarnya nilai beban tekan maksimum yang kemudian digunakan

    untuk menghitung nilai kuat tekan silinder beton.

    3.1.5. Pengujian Modulus Elastisitas

    Pengujian modulus elastisitas dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Benda uji

    yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton dengan diameter 150

    mm dan tinggi 300 mm sebanyak 3 buah untuk setiap jenis penggunaan bahan

    tambah berbasis gula.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    Benda uji pada pengujian modulus elastisitas mengalami beban yang sama dengan

    pengujian kuat tekan beton. Namun, beban (P) yang diberikan hanya sampai

    40% dari kuat tekan beton rencana (fc) 40 MPa. Sketsa dari pembebanan benda

    uji terlihat dalam Gambar 3.4.

    Gambar 3.4. Pembebanan benda uji pada pengujian modulus elastisitas

    Pengujian modulus elastisitas bertujuan untuk mengamati besarnya perubahan

    panjang (regangan) arah longitudinal (aksial) silinder beton akibat pembebanan

    serta besarnya beban (P) pada saat beton mulai retak dengan menggunakan alat uji

    kuat tekan (Compression Testing Machine) dan alat ukur regangan dial

    (extensometer) yang dapat dilihat pada Gambar 3.5.

    Gambar 3.5. Alat uji modulus elastisitas (CTM & extensometer)

    300

    mm

    1 5 0 m m

    P

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    Langkah-langkah pengujian modulus elastisitas beton adalah sebagai berikut :

    a. Menimbang berat, mengukur tinggi dan diameter benda uji.

    b. Memasang dan mengatur jarum compressometer dan extensometer pada posisi

    nol arah longitudinal pada mesin uji tekan,

    c. Pengujian dilakukan dengan beban pada kecepatan yang konstan, yaitu setiap

    penambahan 20 kN.

    d. Untuk pengambilan data dengan cara mencatat besarnya perubahan panjang

    (l) untuk setiap penambahan tekanan sebesar 20 kN yang dapat dibaca dari

    jarum compressometer dan extensometer.

    e. Menghitung regangan () yang terjadi.

    3.2. Rancang Campur (Mix Design)

    Perencanaan campuran beton yang tepat dan sesuai dengan proporsi campuran

    adukan beton sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas beton yang baik.

    Penelitian ini menggunakan rancang campur beton yang mengacu pada peraturan

    SK.SNI.T-15-1990-03 dengan target kuat tekan (fc) 40 MPa.

    Rancang campur (mix design) dibuat dan direncanakan berdasarkan kualitas dari

    peneliti dengan menggunakan Sd (Standar deviasi). Bagi peneliti yang belum

    pernah membuat mix design sebelumnya, sebaiknya menggunakan nilai standar

    deviasi dengan mutu jelek (antara 5-8).

    3.2.1. Pembuatan Benda Uji

    Langkah-langkah pembuatan benda uji:

    a. Menyiapkan dan menimbang bahan-bahan campuran adukan beton sesuai

    dengan rancang campur adukan beton (mix design).

    b. Mencampur bahan-bahan tersebut sampai homogen dengan cara dimasukkan

    ke dalam alat aduk beton dengan jumlah sesuai keperluan.

    c. Mengukur nilai slump adukan setelah tercampur homogen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    d. Memasukkan adukan ke dalam cetakan silinder dengan diameter 15 cm dan

    tinggi 30 cm hingga penuh sambil dipadatkan dengan menggunakan vibrator.

    e. Setelah cetakan penuh dan padat, permukaannya diratakan dan diberi kode

    benda uji di atasnya, kemudian didiamkan selama 24 jam.

    f. Setelah 24 jam cetakan dibuka dan dilakukan curing selama 3 hari (12 benda

    uji), 14 hari (12 benda uji), dan 28 hari (12 benda uji).

    Proses dari pembuatan benda uji silinder beton dapat dilihat pada Gambar 3.6.

    Gambar 3.6. Pembuatan benda uji

    3.2.2. Pengujian Nilai Slump

    Slump beton adalah besaran kemampuan pengerjaan (workability) beton segar.

    Menurut SK-SNI M-12-1989-F, cara pengujian nilai slump adalah sebagai

    berikut:

    a. Membasahi cetakan dan pelat.

    b. Meletakkan cetakan diatas pelat dengan kokoh.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    c. Mengisi cetakan sampai penuh dengan 3 lapisan, tiap lapis berisi kira-kira 1/3

    isi cetakan, kemudian setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak

    25 kali tusukan secara merata.

    d. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan

    tongkat dan semua sisa benda uji yang ada disekitar cetakan harus

    disingkirkan.

    e. Mengangkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus keatas.

    f. Mengukur slump yang terjadi.

    Pengujian nilai slump yang terjadi pada adukan beton dapat dilihat pada

    Gambar 3.7.

    Gambar 3.7. Pengujian nilai slump

    3.2.3. Perawatan Benda Uji (Curing)

    Perawatan dilakukan dengan cara merendam beda uji dalam air dengan fungsi

    agar air dalam beton tidak menguap dengan cepat, sehingga proses hidrasinya

    sempurna dengan demikian mutu beton yang terjadi dapat sesuai dengan mutu

    rencana. Perawatan benda uji dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Benda uji yang telah berumur 24 jam dilepas dari cetakan silinder.

    b. Selanjutnya benda uji direndam dalam bak air selama 2 hari untuk pengujian

    di umur awal beton, 14 hari, dan 27 hari seperti terlihat pada Gambar 3.8.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    c. Setelah benda uji direndam selama 48 jam (untuk pengujian umur 3 dan 14

    hari), dan selama 14 hari (untuk pengujian umur 28 hari), benda uji diangkat

    dan diangin-anginkan untuk selanj