15
35 PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH PARA RASUL 1:8 TERHADAP PRAKTIK PENGINJILAN JEMAAT GPdI “SHEKINAH” MALANG Ilona Olvy Karamoy Abstrak Berdasarkan latar belakang pemahaman tentang makna penginjilan yang berbeda-beda, penelitian kuantitatif, dan bersifat korelasional ini disusun untuk menjawab pengaruh ajaran penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang dengan korelasi product moment dan instrumen kuesioner dengan skala likert untuk menjaring data dari sampling 25% (50 orang) di jemaat GPdI Shekinah Malang, dan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis menyatakan H1 diterima dalam derajat keyakinan 95% yaitu ada pengaruh yang cukup signifikan pemahaman ajaran Alkitab tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang, dengan koefisien determinasi (r 2 ) sebesar 0,472, dengan persamaan regresi sebesar 47,2%, sedangkan sisanya 52,8% dipengaruhi oleh variabel yang lain, yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dengan rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound sebesar 64,6946 67,0254 dan dalam praktek penginjilan sebesar 82,8975 86,9425 yang semuanya berada pada posisi atau kategori sedang. Karena itu disarankan peningkatan pemahaman dan praktik penginjilan dengan berbagai cara. Kata kunci: Penginjilan, Kisah Para Rasul, Praktek Penginjilan PENDAHULUAN Misi Allah atau penginjilan (PI) dimulai setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3:1-24; Roma 5:12-19). Tujuan PI adalah untuk membawa orang-orang berdosa kembali kepada jalan yang benar melalui Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi orang berdosa (Halim, 2000). Masalahnyaialah sebagian besar orang yang sudah percaya atau orang Kristen tidak memberitakan Injil atau melakukan penginjilan karena pemahaman yang berbeda tentang kata “penginjilan” apalagi dengan banyak bentuk dan metode. Harun (1986) menulis, bahwa dalam Alkitab keempat Injil disusul oleh sebuah kitab yang tampak melanjutkan cerita Injil. Dalam kitab itu diceritakan bagaimana karya Yesus diteruskan oleh para rasul yang memberikan kesaksian. Dalam pengamatan peneliti selama ini pengajaran akan tugas dan kewajiban sebagai orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus telah berulang-ulang kali disampaikan melalui mimbar gereja, lewat khotbah-khotbah atau renungan-renungan di ibadah gereja, komsel maupun lewat sarana multimedia seperti warta jemaat, program Radio Streaming Shekinah bahkan situs jejaring sosial komunitas jemaat “Shekinah”, juga melalui pesan singkat (SMS) yang berisi himbauan-himbauan untuk melakukan penginjilan (PI). Maka peneliti berasumsi bahwa jemaat yang paham terhadap pengajaran sebagai saksi-saksi Kristus atau tentang penginjilan akan melaksanakan PI dengan benar, sebaliknya jemaat yang kurang memahami pengajaran ini juga akan berdampak dalam ia melakukan praktik PI atau tidak sama sekali. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti pengaruh ajaran penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap Praktik Penginjilan Jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia “Shekinah” Malang dengan hipotesis H1.

PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

35

PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH PARA RASUL 1:8

TERHADAP PRAKTIK PENGINJILAN JEMAAT

GPdI “SHEKINAH” MALANG

Ilona Olvy Karamoy

Abstrak Berdasarkan latar belakang pemahaman tentang makna penginjilan yang berbeda-beda,

penelitian kuantitatif, dan bersifat korelasional ini disusun untuk menjawab pengaruh ajaran

penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI

“Shekinah” Malang dengan korelasi product moment dan instrumen kuesioner dengan skala

likert untuk menjaring data dari sampling 25% (50 orang) di jemaat GPdI Shekinah Malang,

dan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis menyatakan H1 diterima dalam derajat

keyakinan 95% yaitu ada pengaruh yang cukup signifikan pemahaman ajaran Alkitab

tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat

GPdI “Shekinah” Malang, dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,472, dengan

persamaan regresi sebesar 47,2%, sedangkan sisanya 52,8% dipengaruhi oleh variabel yang

lain, yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dengan rentang nilai Lower Bound dan

Upper Bound sebesar 64,6946 – 67,0254 dan dalam praktek penginjilan sebesar 82,8975 –

86,9425 yang semuanya berada pada posisi atau kategori sedang. Karena itu disarankan

peningkatan pemahaman dan praktik penginjilan dengan berbagai cara.

Kata kunci: Penginjilan, Kisah Para Rasul, Praktek Penginjilan

PENDAHULUAN

Misi Allah atau penginjilan (PI) dimulai setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa

(Kejadian 3:1-24; Roma 5:12-19). Tujuan PI adalah untuk membawa orang-orang berdosa

kembali kepada jalan yang benar melalui Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi orang

berdosa (Halim, 2000). Masalahnyaialah sebagian besar orang yang sudah percaya atau orang

Kristen tidak memberitakan Injil atau melakukan penginjilan karena pemahaman yang

berbeda tentang kata “penginjilan” apalagi dengan banyak bentuk dan metode.

Harun (1986) menulis, bahwa dalam Alkitab keempat Injil disusul oleh sebuah kitab

yang tampak melanjutkan cerita Injil. Dalam kitab itu diceritakan bagaimana karya Yesus

diteruskan oleh para rasul yang memberikan kesaksian. Dalam pengamatan peneliti selama ini

pengajaran akan tugas dan kewajiban sebagai orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus

telah berulang-ulang kali disampaikan melalui mimbar gereja, lewat khotbah-khotbah atau

renungan-renungan di ibadah gereja, komsel maupun lewat sarana multimedia seperti warta

jemaat, program Radio Streaming Shekinah bahkan situs jejaring sosial komunitas jemaat

“Shekinah”, juga melalui pesan singkat (SMS) yang berisi himbauan-himbauan untuk

melakukan penginjilan (PI). Maka peneliti berasumsi bahwa jemaat yang paham terhadap

pengajaran sebagai saksi-saksi Kristus atau tentang penginjilan akan melaksanakan PI dengan

benar, sebaliknya jemaat yang kurang memahami pengajaran ini juga akan berdampak dalam

ia melakukan praktik PI atau tidak sama sekali.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti pengaruh ajaran

penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap Praktik Penginjilan Jemaat Gereja

Pantekosta di Indonesia “Shekinah” Malang dengan hipotesis H1.

Page 2: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

36

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi akademis bagi

disiplin ilmu yang terkait, Teologi Biblika khususnya Perjanjian Baru, Hermeneutika dan

Teologi Misi, dan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi GPdI

“Shekinah” Malang dalam meningkatkan pemahaman ajaran penginjilan berdasarkan Kisah

Para Rasul 1:8 secara benar dan semakian giat serta terlibat aktif dalam implementasi praktis

dalam tugas penginjilan.

Menurut Hayes dan Holladay (2006) menafsir Alkitab termasuk dalam kategori

penafsiran khusus. Scheunemann (2009) menyampaikan bahwa awalnya penafsiran ditujukan

untuk memahami suatu teks. Ada dua tugas yang harus dimiliki oleh penafsir yaitu mengetahui

makna teks asli (eksegesis) dan menerjemahkannya ke dalam konteks masa kini

(Hermeneutika). Maksud dan tujuan penulisan Kisah Para Rasul menurut Brink (2005) adalah

menunjukkam lanjutan kisah yang ditulis Lukas dalam Injilnya (Stamps, 1996).

Melihat konteks jauh melalui prolegomena dalam pasal 1-12 (Kis. 1:1 s/d 12:25) dan

pasal 13-28 (Kis. 13:1 s/d 28:31) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem dan

Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk

menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi walau alami tertawan. Dalam konteks

dekat tema (Kisah Para Rasul 1:1-5) ini adalah Roh Kudus dijanjikan. Selama 40 hari Yesus

sering menampakkan diri kepada para rasul, menguatkan iman mereka dan memberi

pengajaran perihal Kerajaan rohani; sambil makan bersama mereka (bnd. Luk. 24:42-53), Ia

memerintahkan mereka tinggal di Yerusalem menantikan janji Bapa, Roh Kudus. Ayat enam

menunjukkan hubungan erat Kisah Para Rasul 1:6-11 dengan bagian sebelumnya. Perikop ini

bertemakan Yesus terangkat ke Surga, diawali dengan percakapan di ayat 6-8, pertanyaan para

murid (ayat 6) dan jawaban dari Yesus (ayat 7-8). Latar belakang dan konteks tersebut dapat

membantu penelitian selanjutnya tentang Kisah Para Rasul 1:8.

Teks di atas diawali dengan kata “tetapi”, yang adalah kata sambung atau kata

penghubung, (Yun: avlla.) menunjukkan bahwa bagian berikutnya justru merupakan apa yang

seharusnya dilakukan oleh atau terjadi pada para rasul. Frasa “kamu akan menerima kuasa“

menyiratkan kuasa ajaib yang akan diberikan kepada murid-murid untuk melakukan mukjizat-

mukjizat. Frasa “Kalau Roh Kudus turun ke atas kamu” (dalam naskah Yunaninya secara

harafiah berarti “dengan datangnya Roh Kudus kepada kalian”) dalam Perjanjian Baru

Interlinear diterjemahkan kata “kalau Roh Kudus turun” ini dengan “Ketika Roh Kudus

turun”(Sutanto, ). Kalimat, “dan kamu akan menjadi saksi-Ku” berarti bahwa Rasul-rasul

Yesus merupakan saksi mata dan harus memberitahu orang lain apa yang dilakukan dan

dikatakan-Nya. Frasa, “Di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria…” menunjukkan

tempat-tempat para rasul memberikan kesaksian kepada orang-orang yaitu di (Kota)

Yerusalem, di seluruh wilayah (provinsi) Yudea dan wilayah (daerah) Samaria.” Kalimat,

“sampai ke-ujung bumi”. berarti tempat-tempat atau Negara lain yang jauh atau “sampai ke

seluruh penjuru dunia”, “ke segala tempat di bumi”, “ke negara-negara lain”, atau “segala

tempat”, atau “diantara segala bangsa” atau segala golongan masyarakat”, atau “everywhere

in the world”.

Berdasarkan penjelasan diatas, teks tersebut dapat diterjemahan secara bebas

menjadi: Namun, ketika Roh Kudus datang kepada kalian, Allah akan membuat kalian mampu

bersaksi mengenai diri-Ku di (Kota) Yerusalem, di seluruh propinsi Yudea dan di

wilayah/daerah Samaria sampai ke segala tempat di bumi.

Page 3: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

37

Guthrie (2008) mengatakan bahwa Kisah Para Rasul amat penting dalam rangka

menetapkan ajaran Perjanjian Baru tentang Roh dan menekankan penting sekali untuk

mengetahui siapa atau apa Roh Kudus itu Jensen (1969). Bruce (1987) menjelaskan bahwa

teks ini ada dalam konteks pembicaraan antara para murid dan Yesus menjelang kenaikan-

Nya ke Sorga. Santoso (2010) menjelaskan peranan Roh sebagai pemberi keberanian

(parresia) berbicara kepada murid-murid seperti Yohanes (Kis. 4:13, 31), Simeon (Kis. 2:26),

Filipus (Kis. 8:29), Petrus (Kis, 10:19, 11:12), dan jemaat di Antiokhia (Kis. 13:2). Disamping

memenuhi murid-murid dan memberi keberanian kepada murid-murid dalam bersaksi, Roh

Kudus dengan ajaib memimpin para rasul dan pelayanan mereka serta kehidupan orang

Kristen pada waktu itu (Kis. 12:11-12; Kis. 4:13; Wesley, 2010).

Menurut ayat ini (Kis. 1:8), pesan terakhir yang diberikan Yesus sebelum

kenaikannya ke Surga adalah agar murid-murid-Nya menjadi saksi-Nya (13 kali, Bosch, 1997)

dan betapa pentingnya bersaksi (Jensen, 1969). Satu sebab mengapa jemaat mula-mula itu

begitu cepat bertambah ialah karena setiap anggota jemaat, secara pribadi berkewajiban untuk

menyampaikan Firman Allah kepada jiwa-jiwa yang sesat. (bnd. Kis. 8:1,4). Pada zaman

sekarang kebanyakan orang Kristen menyerahkan pekerjaan penginjilan kepada hamba-hamba

yang “profesional”, seperti gembala sidang dan penginjil-penginjil. Tetapi apabila dengan

jujur mempertimbangkan tanggung jawab orang Kristen, maka dapat dilihat bahwa setiap

orang Kristen harus mengambil bagian dalam pelayanan untuk membawa jiwa kepada Yesus

(Elbers, 2009).

Dua belas murid dipanggil Yesus untuk menjadi “penjala manusia” (Mark. 1:7; Bnd.

Mat. 10:1) dan diutus untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah serta untuk

menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan (Mat. 10:5-8; Bnd. Luk. 9:1-5). Setelah

kebangkitan Yesus, mereka diutus untuk “pergi dan jadikan semua bangsa murid Yesus” (Mat.

28:19; Bnd. Kis. 1:8), orang Yahudi (untuk orang-orang Israel) dan Non Yahudi (Yunani).

Pada zaman sekarang ini Tuhan bermaksud untuk menghimpunkan dari antara orang

bukan Yahudi suatu umat untuk diri-Nya sendiri, suatu jemaat, yang terdiri atas lebih banyak

orang-orang bukan Yahudi daripada orang-orang Yahudi (lih. Kis. 15:13-17). “sampai jumlah

yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Rm. 11:25; Schnabel, 2010). Semua bangsa

atau seluruh dunia adalah ruangan bagi Injil (Williams).

Dalam AD/ART Gereja Pantekosta di Indonesia GPdI bertujuan melaksanakan

Pekabaran Injil atau Penginjilan sebagai umat milik Allah dan mendasar bagi tugas umat

Allah dan bagi semua gereja (Orr, 1997). Praktik penginjilan Tomatala (2005), dihubungkan

dengan konsep tubuh kepada gereja Yesus Kristus dalam strategi 3P (Presence, Proclamation

Persuasion).

“Pendekatan Presence” atau kehadiran, adalah aspek yang menunjuk kepada

tanggung jawab gereja yang berkesadaran yang diwujudkan dengan tindakan sosial melalui

“kehadiran terencana” sebagai suatu kesaksian di dalam masyarakat. Pendekatan ini terfokus

kepada upaya untuk membuat diri diterima, diakui, dihormati oleh “orang dalam” sebagai

utusan Kristus, sehingga orang-orang Kristen dimaksud dapat menjadi “implementer” bagi

pemberitaan Injil (Wagner; Orchard, 1964)

Penginjilan proklamasi (Proclamation) menginjili secara efektif (Wagner). Baik

penginjilan presensi maupun penginjilan proklamasi menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan

baik itu memang harus menyertai pemberitaan Injil. Perbuatan baik membuktikan kebenaran

Page 4: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

38

Injil. (Mat. 5:16). Menurut Tomatala (2005) “Tugas Proclamation” atau pewartaan adalah

aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kerygma, yaitu pemberitaan Tentang Tuhan Yesus

Kristus, Juruselamat, sebagai inti/fokus berita Injil. Pemberitaan Injil ini patutlah dilaksanakan

dengan sebijak mungkin, sebagai bagian integral dari hidup dan kehidupan orang Kristen yang

harus dihidupi serta diberitakan oleh gereja tanpa kompromi maupun dengan menimbulkan

benturan social (Ellis, 1999).

Penginjilan persuasi (Persuasion) menyatakan bahwa seseorang tidak bisa dianggap

telah diinjili sebelum ia menjadi murid Yesus Kristus dan menjadi anggota yang bertangung

jawab dari gereja setempat (Mat 28:19-20, ”jadikan murid”, Wagner). Tomatala (2005)

menjelaskan akan hal ini “Tindakan Persuasion atau peyakinan” adalah aspek yang

berhubungan dengan upaya “meyakinkan” isi berita Injil yang telah disampaikan untuk

memberi peluang bagi pendengar Injil agar mereka dapat mengambil waktu dan membuat

keputusan yang bijaksana (Yoh. 1:12; 3:16; 1Yoh. 5:13). Tindakan ini diwujudkan dengan

upaya memberi tantangan yang persuasif agar setiap pendengar Injil dapat “menyambut Yesus

Kristus” sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka.

Pentingnya pemuridan di dalam gereja yang berkaitan dengan penginjilan juga

(Sriyanto, ) adalah alat yang efektif untuk pelipatgandaan jemaat. Selain anggota gereja

menjadi murid dalam pemuridan, anggota gereja bertugas menjadikan orang lain murid Yesus.

Semakin banyak anggota gereja yang dimuridkan, maka jemaat akan memuridkan orang lain

sehingga jemaat gereja akan bertambah. Pemuridan adalah cara yang tepat untuk membina

anggota menjadi serupa dengan Yesus, dan taat dalam menjalankan Amanat Agung.

Langkah selanjutnya menurut Tomatala adalah “Incorporation into the Body” atau

pelibatan yang adalah aspek yang bertalian dengan tindakan melibatkan setiap/semua orang

yang baru percaya ke dalam gereja dan persekutuan jemaat agar mereka dibangun dalam iman

dan pada gilirannya membangun orang lain dalam pelayanan yang berkontinuitas (Ef. 4:9-16;

1Kor. 12;1-11, 13, 27-30; 14:26).

Maka kesimpulannya menurut peneliti adalah sebagai berikut; Penginjilan adalah

misi Allah, bagi setiap umat manusia dimuka bumi ini. Oleh sebab itu setiap orang yang sudah

terjangkau dalam misi Allah ini, atau yang sudah menerima anugerah keselamatan melalui

karya Agung Yesus Kristus, serta menjadi orang Kristen atau orang percaya, wajib

melanjutkan misi Allah itu; memberitakan kabar baik – melakukan penginjilan, menjangkau

lebih banyak umat lagi, setiap kaum, setiap suku bangsa, menjadi umat milik Allah sendiri dan

masuk dalam rencana kekal Allah, yaitu masuk dalam Kerajaan Surga” (Why. 7:9-10).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (Cresswell) dan bersifat korelasional (Sumanto,

2002). untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan

seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien korelasi.

Oleh karenanya, dengan metode riset survei cross-sectional yang menetapkan tujuan, memilih

sampel, menulis unsur-unsur kuesioner, menyusun kuesioner, menguji coba kuesioner,

mempersiapkan surat pengantar, mengirim kuesioner dan menindaklanjuti, serta menganalisis

hasil dan melaporkan penelitian (Subagyo, 2004). Analisis statistik deskriptif dipakai untuk

menjelaskan dan meringkas data, misalnya tendensi sentral, variabilitas, dan pertalian. Secara

teknis, untuk mencari pengaruh atau ketergantungan dua variabel interval, maka akan

menggunakan analisis “Simple Linear Regression” (Regresi Linear Sederhana).

Page 5: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

39

Analisis regresi linier (Priyatno, 2008) meneliti hubungan antara satu variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dari opulasi penelitian ini sebanyak 200 orang

jemaat aktif GPdI Shekinah Malang peneliti mengambil 25%nya sebagai sampel penelitian

(Subagyo, 2004; Nasution, 1987), yaitu 50 orang anggota jemaat. Untuk uji validasi, peneliti

mengambil lagi 30 orang jemaat sebagai responden validator. Tempat atau lokasi penelitian

adalah GPdI “Shekinah” Malang. Waktu penelitian lapangan adalah bulan Agustus 2011.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan instrumen kuestioner

(Sukamto, 2002) dengan skala likert (Nasution, 1987), untuk mengukur pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok. Jawaban dalam skala ini mempunyai degradasi dari sangat positif

sampai sangat negatif, dengan rentang skor satu sampai dengan lima. Variabel X dalam

kuestioner adalah Ajaran penginjilan berdasarkan Kis. 1:8, sedangkan variabel Y adalah

praktik penginjilan.

Dalam penelitian ini digunakan analisis Regresi Linear Sederhana, analisis t.test dan

analisis ANOVA (Factorial Analysis of Variance). Analis varians digunakan untuk

menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua mean (rata-rata) pada suatu

probabilitas tertentu yang dipilih (Sumanto, 2002). Sebelum dijadikan instrumen pengambilan

data, validitas kuestioner perlu diuji secara statistik (Nasution, 1987) dengan taraf signifikansi

(α = 5% atau 0,05) dan rumus korelasi produk moment dengan cara mengkorelasi skor butir

dengan skor total (Husaini, 2003) dengan rumusan koefisien korelasi dapat disajikan dalam

bentuk:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌-∑ 𝑋 ∑ 𝑌

r =

√(𝑛(∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2)(𝑛(∑ 𝑌2) − (∑ 𝑌)²)

Uji realibilitas kuesioner ini menggunakan program SPSS dengan memilih metode

analisis reliabilitas untuk mengetahui koefisien reliability yaitu alpha cronbach’s (Cronbach

Alpha) untuk menguji reliabilitas instrument berskala Likert (1 s/d 5) yang instrumennya

berbentuk esai. Menurut Nunally, apabila Alpha Cronbach lebih besar dari 0.60, maka dapat

dikatakan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian reliabel (Gozhali, 2005).

Adapun hasil output uji reliabilitas berdasarkan program SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 01

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excluded

(a) 0 .0

Total 30 100.0

Tabel 02

Reliability Statistics

Page 6: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

40

Hasil analisis Alpha Cronbach’s dengan SPSS

di atas menyatakan bahwa:

1. Berdasarkan tabel Case Processing Summary

terlihat bahwa, jumlah cases data ada 30, artinya

data dari 30 orang responden. Tidak ada yang dikeluarkan, sehingga totalnya 100%.

2. Berdasarkan tabel Reliability Statistics dinyatakan bahwa, atas 33 item pernyataan/soal

angket yang valid itu memiliki angka Alpha Cronbach’s sebesar 0,822. Dengan demikian

hasil Alpha Cronbach’s-nya berada pada tingkat indeks yang baik, karena berada di atas

angka 0,60.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas di atas, peneliti menentukan nomor-

nomor baru bagi pernyataan/soal angket penelitian yang hendak disebar kepada responden

penelitian tabel 3 dan 4.

Tabel 03

Variabel X: Ajaran Penginjilan Berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8

No Indikator Item Pernyataan

1 MandatPemberitaan Injil 1,2,3,4

2 Pelaksana Peberitaan Injil 5, 6, 7, 8, 9, 10

3 Sasaran Pemberitaan Injil 11, 12, 13, 14, 15

Tabel 04

Variabel Y: Praktik Penginjilan

No Indikator Item Pernyataan

1 Penginjilan Presensi 15,16,17,18,19,20,21,

2 Penginjilan Proklamasi 22,23,24,25,26,27,18,29

3 Penginjilan Persuasi 30,31,32,33,

Prosedur pengumpulan data berdasarkan metode angket adalah meminta surat ijin

penelitian dari STBI guna membagikan angket atau kuesioner ketempat penelitian,

mengajukan ijin penelitian ke gembala GPdI Jemaat “Shekinah” Malang, dan membuat angket

atau kuesioner dan membagikan kepada jemaat GPdI “Shekinah” Malang, kemudian angket

atau kuesioner dikumpulkan kembali untuk editing dan ditabulasikan.

Cronbach's Alpha N of Items

.822 2

Page 7: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

41

ANALISIS TEMUAN DAN DISKUSI

Data angket kepada 50 responden, diperoleh angket telah memenuhi rumus Rick

Yount: Rate % = 100 𝑥 𝑆−𝑁𝐷

𝑅 (Subagyo, …)

Untuk mendeskripsikan data, statistik deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah

analisis frequencies yang hasilnya adalah sebagai berikut: Deskripsi statitik data dengan

analisis frequencies untuk Variabel X adalah Mean 65,86, Median 66,5, Mode 70, Standar

Deviasi 4,10082, Varians 16,817, Range 14 Minimum 56, Maximum 70. Tabel dan

histogramnya sebagai berikut:

Statistics

Ajaran Penginjilan

50

0

65,8600

66,5000

70,00

4,10082

16,817 -,781

,337

-,208

,662

14,00

56,00

70,00

Valid

Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Range

Minimum

Maximum

Page 8: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

42

Deskripsi statistik data untuk variabel Y adalah Mean 84,92, Median 84, Mode 95,

Standar Deviasi 7,11664, Varians 50,647, Range 22, Minimum 73, Maximum 95.

56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00

Ajaran Penginjilan

0

5

10

15

20

25

Mean = 65.86

Std. Dev. = 4.10082

N = 50

Histogram

Statistics

Praktik Penginjilan

50

0

84,9200

84,0000

95,00 7,11664

50,647

,136

,337 -1,329

,662

22,00 73,00

95,00

Valid Missing

N

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Skewness

Std. Error of Skewness

Kurtosis

Std. Error of Kurtosis

Range

Minimum

Maximum

Page 9: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

43

Kecenderungan Pemahaman Jemaat Gereja Pantekosta

di Indonesia “Shekinah” Malang terhadap Ajaran tentang Penginjilan berdasar Kisah Para

Rasul 1:8

Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi. Rendah

artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang kurang paham mengenai ajaran tentang penginjilan

berdasar Kisah Para Rasul 1:8. Sedang, artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang cukup paham

mengenai ajaran tentang penginjilan berdasarkan Kis. 1:8 Tinggi, artinya jemaat GPdI

“Shekinah” Malang paham tentang ajaran Alkitab tentang penginjilan berdasarkan Kis. 1:8.

70.00 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00

Praktik Penginjilan

0

2

4

6

8

10

Frequency

Mean = 84.92 Std. Dev. = 7.11664 N = 50

Histogram

Descriptives

65,8600 ,57994 64,6946

67,0254

66,1667

66,5000

16,817

4,10082

56,00

70,00

14,00

7,00

-,781 ,337

-,208 ,662

Mean

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Ajaran Penginjilan

Statistic Std. Error

Page 10: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

44

Interval klas (i) diperoleh dari Range dibagi Klas (R/k) = 14/3 = 4,67, dibulatkan

menjadi 5. Interval klas itu dimasukkan dalam rumus kategori: i . k ≥ R + 1, 5 . 3 ≥ 14 + 1,

15 = 15.

Kecenderungan Praktik Penginjilan Jemaat

Gereja Pantekosta di Indonesia

“Shekinah” Malang

Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi. Rendah

artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang tidak mempraktikkan penginjilan; sedang, artinya

jemaat GPdI “Shekinah” Malang kadang-kadang mempraktikkan penginjilan; tinggi, artinya

jemaat GPdI “Shekinah” Malang selalu mempraktikkan penginjilan.

Interval klas (i) diperoleh dari Range dibagi Klas (R/k) = 22/3 = 7,33 dibulatkan

menjadi 8. Hasil tersebut dimasukkan dalam rumus kategori: i . k ≥ R + 1, 8 . 3 ≥ 22 + 1, 24

≥ 23. Uji normalitas dilakukan dengan mengamati grafik Histogram dan grafik Normal P-P

Plot dari output olahan data SPSS. Data dikatakan berdistribusi normal jika didapatkan garis

kurva normal pada grafik Histogram dan titik-titik yang berhimpitan mengikuti garis diagonal

pada grafik Normal P-P Plot.

Descriptives

84,9200 1,00644 82,8975

86,9425

85,0000

84,0000

50,647

7,11664

73,00

95,00

22,00

14,25

,136 ,337 -1,329 ,662

Mean

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence

Interval for Mean

5% Trimmed Mean

Median

Variance

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Range

Interquartile Range

Skewness

Kurtosis

Praktik Penginjilan

Statistic Std. Error

Page 11: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

45

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual

0

2

4

6

8

10

12

14

Frequency

Mean = -6.9E-16 Std. Dev. = 0.99 N = 50

Dependent Variable: Praktik Penginjilan

Histogram

Page 12: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

46

Dari dua grafik di atas dapat disimpulkan bahwa, data variabel terikat (Y)

berdistribusi normal untuk variabel bebas (X), sebab pada grafik histogram didapatkan kurva

normal dan titik-titik mengikuti garis diagonal pada grafik Normal P-P Plot.

Untuk memastikan hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikatnya,

maka uji linearitas dilakukan, dengan mengamati nilai signifikasi simpangan model (deviation

from linearity) pada tabel Anova, dan membandingkannya dengan nilai alfa yang ditentukan

sebesar 0,05. Nilai alfa harus lebih kecil dari nilai signifikasi simpangan model untuk

memastikan bahwa antar variabel memiliki hubungan linier. Dari tabel Anova berikut ini,

diketahui nilai signifikasi simpangan model adalah 0,206. Jadi antara variabel bebas dan

variabel terikat pada penelitian ini memiliki hubungan linier, karena alfa 0,05 < signifikasi

simpangan model 0,206.

ANOVA Table

Sum of

Square

s

d

f

Mean

Squar

e F

Si

g.

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: Praktik Penginjilan

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Page 13: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

47

Praktik

Penginjil

an

Ajaran

Penginjil

an

Betwee

n

Groups

(Combine

d)

1560,0

13

1

2

130,0

01

5,21

9

,0

00

Linearity 1171,3

17 1

1171,

37

47,0

22

,0

00

Deviation

from

Linearity

388,69

7

1

1

35,33

6

1,41

9

,2

06

Within Groups 921,66

7

3

7

24,91

0

Total 2481,6

80

4

9

Pengolahan data penelitian dengan SPSS menghasilkan output sebagaimana tabel-tabel

berikut:

Model Summary b

,687 a ,472 ,461 5,22487

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square Std.Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Ajaran Penginjilan a.

Dependent Variable: Praktek Penginjilan b.

ANOVA b

1171,317 1 1171,317 42,907 ,000 a

1310,363 48 27,299

2481,680 49

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Ajaran Penginjilan a.

Dependent Variable: Praktek Penginjilan b.

Coefficients a

6,398 12,010 ,533 ,597

1,192 ,182 ,687 6,550 ,000

(Constant)

Ajaran Penginjilan

Model

1

B Std.Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Praktek Penginjilan a.

Page 14: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

48

Dari tabel di atas diperoleh t-hitung sebesar 6,550 yang lebih besar dari t-tabel sebesar

2,01063. t-tabel ditentukan pada signifikasi (α) = 0,05 atau 5% dan df 73, melalui rumus 𝑑𝑓 =

𝑛 − 𝑘, 𝑑𝑓 = 75 − 2 = 73.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari keseluruhan hasil penelitian tentang pengaruh ajaran penginjilan berdasarkan

Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang didapati

bahwa; pertama, jemaat GPdI “Shekinah” cukup paham menuju ke paham mengenai ajaran

Alkitab tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 dengan rentang nilai Lower

Bound dan Upper Bound sebesar 64,6946 – 67,0254 berada diposisi sedang menuju ke tinggi;

kedua, jemaat GPdI “Shekinah” Malang kadang-kadang saja mempraktikkan penginjilan

dengan rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound sebesar 82,8975 – 86,9425 berada pada

posisi atau kategori: sedang. Dengan kata lain, ada pengaruh pemahaman ajaran Alkitab

tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan oleh jemaat

Gereja Pantekosta di Indonesia “Shekinah” Malang.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa pemahaman jemaat GPdI “Shekinah”

Malang tentang ajaran penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 masih dapat ditingkatkan

terus dengan mengadakan pengajaran-pengajaran yang lebih intensif lagi, baik melalui

khotbah-khotbah, kelompok pendalaman Alkitab, seminar-seminar penginjilan dan kelas-

kelas pendalaman.

Selain itu, praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang masih perlu

dimotivasi dan dilatih untuk melakukan praktik penginjilan. Dalam lingkup Body Evangelism

yaitu, penginjilan presensi, penginjilan proklamasi hingga penginjilan persuasi. Diperlukan

juga suatu strategi penginjilan yang baik, memiliki tujuan yang jelas, langkah pencapaian

tujuan yang terarah serta sarana yang diperlukan dan mekanisme kerja guna pencapaian hasil

penginjilan itu.

Sumber Pustaka:

Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Bruce, F.F. The Book of The Act, The New International Comentary on The New Testament.

Grand Rapids: Eerdmans, 1987.

Elbers, J. Veronika. Gereja Misioner. Malang: Literatur SAAT, 2009.

Ellis, D.W. Metode Penginjilan. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999.

Ghozali, Imam. Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas

Diponegoro, 2005.

Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru, Jilid 1. Jakarta: Momentum, 2008.

Harun, Martin. Kamu akan menjadi saksi-Ku. Yogyakarta: Kanisius, 1986.

Hayes, John H. & Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2006.

Jensen, Irving L. Kisah Para Rasul. Bandung: Kalam Hidup, 1969.

Makmur, Halim. Model-Model Penginjilan Yesus dan Penerapannya Untuk Masa Kini.

Tanjung Enim: STT Eben Haezer, 2000.

Page 15: PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH …

49

Nasution, Metode Research. Bandung: Jemmars, 1987.

Orchard, R.K. Missions in a Time of Testing. London: Lutterworth Press, 1964.

Orr, A. Robert. Memantapkan Misi Gereja Menjadi Umat Allah. Semarang: STT Baptis

Indonesia, 1997.

Priyatno, Dwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom, 2008.

Santoso, David Iman. Teologi Lukas, Intisari dan Aplikasinya. Malang: Literatur SAAT,

2010.

Schnabel, Eckhard J. Rasul Paulus Sang Misionaris. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.

Scheneumann, Rainer. Panduan Lengkap Penafsiran Alkitab. Yogyakarta: Andi Offset,

2009.

Sriyanto, Bambang. Teologi Penginjilan dan Kepemimpinan Seorang Gembala Sidang

dalam Pelaksanaan Penginjilan. Semarang: Jurnal Pasca STBI Vol. 7 No. 1, 2010.

Stamps, Donald C.(Ed) Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas,

1996.

Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Kalam Hidup,

2004.

Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan. Bandung: Pioner Jaya,

2006.

Sumanto, Pembahasan Terpadu Statistika dan Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi, 2002.

Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear. Jakarta: LAI, 2004.

Tomatala, Y.Y. Penginjilan Masa Kini. Malang: Gandum Mas, 2004.

Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: Y.T Leadership Foundation, 2005.

Wagner, C. Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, tth.

Wesley, John. The Holy Spirit Power. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.

Williams, Theodore. Misi dan Jemaat Lokal. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina

Kasih/OMF, tt.

Internet:

Jemaat. http://alkitab.sabda.org/ dictionary.php?word=jemaat, akses 5 Mei 2011.