Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
35
PENGARUH AJARAN PENGINJILAN BERDASARKAN KISAH PARA RASUL 1:8
TERHADAP PRAKTIK PENGINJILAN JEMAAT
GPdI “SHEKINAH” MALANG
Ilona Olvy Karamoy
Abstrak Berdasarkan latar belakang pemahaman tentang makna penginjilan yang berbeda-beda,
penelitian kuantitatif, dan bersifat korelasional ini disusun untuk menjawab pengaruh ajaran
penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI
“Shekinah” Malang dengan korelasi product moment dan instrumen kuesioner dengan skala
likert untuk menjaring data dari sampling 25% (50 orang) di jemaat GPdI Shekinah Malang,
dan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis menyatakan H1 diterima dalam derajat
keyakinan 95% yaitu ada pengaruh yang cukup signifikan pemahaman ajaran Alkitab
tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat
GPdI “Shekinah” Malang, dengan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,472, dengan
persamaan regresi sebesar 47,2%, sedangkan sisanya 52,8% dipengaruhi oleh variabel yang
lain, yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dengan rentang nilai Lower Bound dan
Upper Bound sebesar 64,6946 – 67,0254 dan dalam praktek penginjilan sebesar 82,8975 –
86,9425 yang semuanya berada pada posisi atau kategori sedang. Karena itu disarankan
peningkatan pemahaman dan praktik penginjilan dengan berbagai cara.
Kata kunci: Penginjilan, Kisah Para Rasul, Praktek Penginjilan
PENDAHULUAN
Misi Allah atau penginjilan (PI) dimulai setelah manusia pertama jatuh ke dalam dosa
(Kejadian 3:1-24; Roma 5:12-19). Tujuan PI adalah untuk membawa orang-orang berdosa
kembali kepada jalan yang benar melalui Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi orang
berdosa (Halim, 2000). Masalahnyaialah sebagian besar orang yang sudah percaya atau orang
Kristen tidak memberitakan Injil atau melakukan penginjilan karena pemahaman yang
berbeda tentang kata “penginjilan” apalagi dengan banyak bentuk dan metode.
Harun (1986) menulis, bahwa dalam Alkitab keempat Injil disusul oleh sebuah kitab
yang tampak melanjutkan cerita Injil. Dalam kitab itu diceritakan bagaimana karya Yesus
diteruskan oleh para rasul yang memberikan kesaksian. Dalam pengamatan peneliti selama ini
pengajaran akan tugas dan kewajiban sebagai orang percaya untuk menjadi saksi-saksi Kristus
telah berulang-ulang kali disampaikan melalui mimbar gereja, lewat khotbah-khotbah atau
renungan-renungan di ibadah gereja, komsel maupun lewat sarana multimedia seperti warta
jemaat, program Radio Streaming Shekinah bahkan situs jejaring sosial komunitas jemaat
“Shekinah”, juga melalui pesan singkat (SMS) yang berisi himbauan-himbauan untuk
melakukan penginjilan (PI). Maka peneliti berasumsi bahwa jemaat yang paham terhadap
pengajaran sebagai saksi-saksi Kristus atau tentang penginjilan akan melaksanakan PI dengan
benar, sebaliknya jemaat yang kurang memahami pengajaran ini juga akan berdampak dalam
ia melakukan praktik PI atau tidak sama sekali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti meneliti pengaruh ajaran
penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap Praktik Penginjilan Jemaat Gereja
Pantekosta di Indonesia “Shekinah” Malang dengan hipotesis H1.
36
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi akademis bagi
disiplin ilmu yang terkait, Teologi Biblika khususnya Perjanjian Baru, Hermeneutika dan
Teologi Misi, dan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi GPdI
“Shekinah” Malang dalam meningkatkan pemahaman ajaran penginjilan berdasarkan Kisah
Para Rasul 1:8 secara benar dan semakian giat serta terlibat aktif dalam implementasi praktis
dalam tugas penginjilan.
Menurut Hayes dan Holladay (2006) menafsir Alkitab termasuk dalam kategori
penafsiran khusus. Scheunemann (2009) menyampaikan bahwa awalnya penafsiran ditujukan
untuk memahami suatu teks. Ada dua tugas yang harus dimiliki oleh penafsir yaitu mengetahui
makna teks asli (eksegesis) dan menerjemahkannya ke dalam konteks masa kini
(Hermeneutika). Maksud dan tujuan penulisan Kisah Para Rasul menurut Brink (2005) adalah
menunjukkam lanjutan kisah yang ditulis Lukas dalam Injilnya (Stamps, 1996).
Melihat konteks jauh melalui prolegomena dalam pasal 1-12 (Kis. 1:1 s/d 12:25) dan
pasal 13-28 (Kis. 13:1 s/d 28:31) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem dan
Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk
menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi walau alami tertawan. Dalam konteks
dekat tema (Kisah Para Rasul 1:1-5) ini adalah Roh Kudus dijanjikan. Selama 40 hari Yesus
sering menampakkan diri kepada para rasul, menguatkan iman mereka dan memberi
pengajaran perihal Kerajaan rohani; sambil makan bersama mereka (bnd. Luk. 24:42-53), Ia
memerintahkan mereka tinggal di Yerusalem menantikan janji Bapa, Roh Kudus. Ayat enam
menunjukkan hubungan erat Kisah Para Rasul 1:6-11 dengan bagian sebelumnya. Perikop ini
bertemakan Yesus terangkat ke Surga, diawali dengan percakapan di ayat 6-8, pertanyaan para
murid (ayat 6) dan jawaban dari Yesus (ayat 7-8). Latar belakang dan konteks tersebut dapat
membantu penelitian selanjutnya tentang Kisah Para Rasul 1:8.
Teks di atas diawali dengan kata “tetapi”, yang adalah kata sambung atau kata
penghubung, (Yun: avlla.) menunjukkan bahwa bagian berikutnya justru merupakan apa yang
seharusnya dilakukan oleh atau terjadi pada para rasul. Frasa “kamu akan menerima kuasa“
menyiratkan kuasa ajaib yang akan diberikan kepada murid-murid untuk melakukan mukjizat-
mukjizat. Frasa “Kalau Roh Kudus turun ke atas kamu” (dalam naskah Yunaninya secara
harafiah berarti “dengan datangnya Roh Kudus kepada kalian”) dalam Perjanjian Baru
Interlinear diterjemahkan kata “kalau Roh Kudus turun” ini dengan “Ketika Roh Kudus
turun”(Sutanto, ). Kalimat, “dan kamu akan menjadi saksi-Ku” berarti bahwa Rasul-rasul
Yesus merupakan saksi mata dan harus memberitahu orang lain apa yang dilakukan dan
dikatakan-Nya. Frasa, “Di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria…” menunjukkan
tempat-tempat para rasul memberikan kesaksian kepada orang-orang yaitu di (Kota)
Yerusalem, di seluruh wilayah (provinsi) Yudea dan wilayah (daerah) Samaria.” Kalimat,
“sampai ke-ujung bumi”. berarti tempat-tempat atau Negara lain yang jauh atau “sampai ke
seluruh penjuru dunia”, “ke segala tempat di bumi”, “ke negara-negara lain”, atau “segala
tempat”, atau “diantara segala bangsa” atau segala golongan masyarakat”, atau “everywhere
in the world”.
Berdasarkan penjelasan diatas, teks tersebut dapat diterjemahan secara bebas
menjadi: Namun, ketika Roh Kudus datang kepada kalian, Allah akan membuat kalian mampu
bersaksi mengenai diri-Ku di (Kota) Yerusalem, di seluruh propinsi Yudea dan di
wilayah/daerah Samaria sampai ke segala tempat di bumi.
37
Guthrie (2008) mengatakan bahwa Kisah Para Rasul amat penting dalam rangka
menetapkan ajaran Perjanjian Baru tentang Roh dan menekankan penting sekali untuk
mengetahui siapa atau apa Roh Kudus itu Jensen (1969). Bruce (1987) menjelaskan bahwa
teks ini ada dalam konteks pembicaraan antara para murid dan Yesus menjelang kenaikan-
Nya ke Sorga. Santoso (2010) menjelaskan peranan Roh sebagai pemberi keberanian
(parresia) berbicara kepada murid-murid seperti Yohanes (Kis. 4:13, 31), Simeon (Kis. 2:26),
Filipus (Kis. 8:29), Petrus (Kis, 10:19, 11:12), dan jemaat di Antiokhia (Kis. 13:2). Disamping
memenuhi murid-murid dan memberi keberanian kepada murid-murid dalam bersaksi, Roh
Kudus dengan ajaib memimpin para rasul dan pelayanan mereka serta kehidupan orang
Kristen pada waktu itu (Kis. 12:11-12; Kis. 4:13; Wesley, 2010).
Menurut ayat ini (Kis. 1:8), pesan terakhir yang diberikan Yesus sebelum
kenaikannya ke Surga adalah agar murid-murid-Nya menjadi saksi-Nya (13 kali, Bosch, 1997)
dan betapa pentingnya bersaksi (Jensen, 1969). Satu sebab mengapa jemaat mula-mula itu
begitu cepat bertambah ialah karena setiap anggota jemaat, secara pribadi berkewajiban untuk
menyampaikan Firman Allah kepada jiwa-jiwa yang sesat. (bnd. Kis. 8:1,4). Pada zaman
sekarang kebanyakan orang Kristen menyerahkan pekerjaan penginjilan kepada hamba-hamba
yang “profesional”, seperti gembala sidang dan penginjil-penginjil. Tetapi apabila dengan
jujur mempertimbangkan tanggung jawab orang Kristen, maka dapat dilihat bahwa setiap
orang Kristen harus mengambil bagian dalam pelayanan untuk membawa jiwa kepada Yesus
(Elbers, 2009).
Dua belas murid dipanggil Yesus untuk menjadi “penjala manusia” (Mark. 1:7; Bnd.
Mat. 10:1) dan diutus untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah serta untuk
menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan (Mat. 10:5-8; Bnd. Luk. 9:1-5). Setelah
kebangkitan Yesus, mereka diutus untuk “pergi dan jadikan semua bangsa murid Yesus” (Mat.
28:19; Bnd. Kis. 1:8), orang Yahudi (untuk orang-orang Israel) dan Non Yahudi (Yunani).
Pada zaman sekarang ini Tuhan bermaksud untuk menghimpunkan dari antara orang
bukan Yahudi suatu umat untuk diri-Nya sendiri, suatu jemaat, yang terdiri atas lebih banyak
orang-orang bukan Yahudi daripada orang-orang Yahudi (lih. Kis. 15:13-17). “sampai jumlah
yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (Rm. 11:25; Schnabel, 2010). Semua bangsa
atau seluruh dunia adalah ruangan bagi Injil (Williams).
Dalam AD/ART Gereja Pantekosta di Indonesia GPdI bertujuan melaksanakan
Pekabaran Injil atau Penginjilan sebagai umat milik Allah dan mendasar bagi tugas umat
Allah dan bagi semua gereja (Orr, 1997). Praktik penginjilan Tomatala (2005), dihubungkan
dengan konsep tubuh kepada gereja Yesus Kristus dalam strategi 3P (Presence, Proclamation
Persuasion).
“Pendekatan Presence” atau kehadiran, adalah aspek yang menunjuk kepada
tanggung jawab gereja yang berkesadaran yang diwujudkan dengan tindakan sosial melalui
“kehadiran terencana” sebagai suatu kesaksian di dalam masyarakat. Pendekatan ini terfokus
kepada upaya untuk membuat diri diterima, diakui, dihormati oleh “orang dalam” sebagai
utusan Kristus, sehingga orang-orang Kristen dimaksud dapat menjadi “implementer” bagi
pemberitaan Injil (Wagner; Orchard, 1964)
Penginjilan proklamasi (Proclamation) menginjili secara efektif (Wagner). Baik
penginjilan presensi maupun penginjilan proklamasi menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan
baik itu memang harus menyertai pemberitaan Injil. Perbuatan baik membuktikan kebenaran
38
Injil. (Mat. 5:16). Menurut Tomatala (2005) “Tugas Proclamation” atau pewartaan adalah
aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kerygma, yaitu pemberitaan Tentang Tuhan Yesus
Kristus, Juruselamat, sebagai inti/fokus berita Injil. Pemberitaan Injil ini patutlah dilaksanakan
dengan sebijak mungkin, sebagai bagian integral dari hidup dan kehidupan orang Kristen yang
harus dihidupi serta diberitakan oleh gereja tanpa kompromi maupun dengan menimbulkan
benturan social (Ellis, 1999).
Penginjilan persuasi (Persuasion) menyatakan bahwa seseorang tidak bisa dianggap
telah diinjili sebelum ia menjadi murid Yesus Kristus dan menjadi anggota yang bertangung
jawab dari gereja setempat (Mat 28:19-20, ”jadikan murid”, Wagner). Tomatala (2005)
menjelaskan akan hal ini “Tindakan Persuasion atau peyakinan” adalah aspek yang
berhubungan dengan upaya “meyakinkan” isi berita Injil yang telah disampaikan untuk
memberi peluang bagi pendengar Injil agar mereka dapat mengambil waktu dan membuat
keputusan yang bijaksana (Yoh. 1:12; 3:16; 1Yoh. 5:13). Tindakan ini diwujudkan dengan
upaya memberi tantangan yang persuasif agar setiap pendengar Injil dapat “menyambut Yesus
Kristus” sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka.
Pentingnya pemuridan di dalam gereja yang berkaitan dengan penginjilan juga
(Sriyanto, ) adalah alat yang efektif untuk pelipatgandaan jemaat. Selain anggota gereja
menjadi murid dalam pemuridan, anggota gereja bertugas menjadikan orang lain murid Yesus.
Semakin banyak anggota gereja yang dimuridkan, maka jemaat akan memuridkan orang lain
sehingga jemaat gereja akan bertambah. Pemuridan adalah cara yang tepat untuk membina
anggota menjadi serupa dengan Yesus, dan taat dalam menjalankan Amanat Agung.
Langkah selanjutnya menurut Tomatala adalah “Incorporation into the Body” atau
pelibatan yang adalah aspek yang bertalian dengan tindakan melibatkan setiap/semua orang
yang baru percaya ke dalam gereja dan persekutuan jemaat agar mereka dibangun dalam iman
dan pada gilirannya membangun orang lain dalam pelayanan yang berkontinuitas (Ef. 4:9-16;
1Kor. 12;1-11, 13, 27-30; 14:26).
Maka kesimpulannya menurut peneliti adalah sebagai berikut; Penginjilan adalah
misi Allah, bagi setiap umat manusia dimuka bumi ini. Oleh sebab itu setiap orang yang sudah
terjangkau dalam misi Allah ini, atau yang sudah menerima anugerah keselamatan melalui
karya Agung Yesus Kristus, serta menjadi orang Kristen atau orang percaya, wajib
melanjutkan misi Allah itu; memberitakan kabar baik – melakukan penginjilan, menjangkau
lebih banyak umat lagi, setiap kaum, setiap suku bangsa, menjadi umat milik Allah sendiri dan
masuk dalam rencana kekal Allah, yaitu masuk dalam Kerajaan Surga” (Why. 7:9-10).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif (Cresswell) dan bersifat korelasional (Sumanto,
2002). untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan
seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien korelasi.
Oleh karenanya, dengan metode riset survei cross-sectional yang menetapkan tujuan, memilih
sampel, menulis unsur-unsur kuesioner, menyusun kuesioner, menguji coba kuesioner,
mempersiapkan surat pengantar, mengirim kuesioner dan menindaklanjuti, serta menganalisis
hasil dan melaporkan penelitian (Subagyo, 2004). Analisis statistik deskriptif dipakai untuk
menjelaskan dan meringkas data, misalnya tendensi sentral, variabilitas, dan pertalian. Secara
teknis, untuk mencari pengaruh atau ketergantungan dua variabel interval, maka akan
menggunakan analisis “Simple Linear Regression” (Regresi Linear Sederhana).
39
Analisis regresi linier (Priyatno, 2008) meneliti hubungan antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dari opulasi penelitian ini sebanyak 200 orang
jemaat aktif GPdI Shekinah Malang peneliti mengambil 25%nya sebagai sampel penelitian
(Subagyo, 2004; Nasution, 1987), yaitu 50 orang anggota jemaat. Untuk uji validasi, peneliti
mengambil lagi 30 orang jemaat sebagai responden validator. Tempat atau lokasi penelitian
adalah GPdI “Shekinah” Malang. Waktu penelitian lapangan adalah bulan Agustus 2011.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan instrumen kuestioner
(Sukamto, 2002) dengan skala likert (Nasution, 1987), untuk mengukur pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok. Jawaban dalam skala ini mempunyai degradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, dengan rentang skor satu sampai dengan lima. Variabel X dalam
kuestioner adalah Ajaran penginjilan berdasarkan Kis. 1:8, sedangkan variabel Y adalah
praktik penginjilan.
Dalam penelitian ini digunakan analisis Regresi Linear Sederhana, analisis t.test dan
analisis ANOVA (Factorial Analysis of Variance). Analis varians digunakan untuk
menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua mean (rata-rata) pada suatu
probabilitas tertentu yang dipilih (Sumanto, 2002). Sebelum dijadikan instrumen pengambilan
data, validitas kuestioner perlu diuji secara statistik (Nasution, 1987) dengan taraf signifikansi
(α = 5% atau 0,05) dan rumus korelasi produk moment dengan cara mengkorelasi skor butir
dengan skor total (Husaini, 2003) dengan rumusan koefisien korelasi dapat disajikan dalam
bentuk:
𝑛 ∑ 𝑋𝑌-∑ 𝑋 ∑ 𝑌
r =
√(𝑛(∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2)(𝑛(∑ 𝑌2) − (∑ 𝑌)²)
Uji realibilitas kuesioner ini menggunakan program SPSS dengan memilih metode
analisis reliabilitas untuk mengetahui koefisien reliability yaitu alpha cronbach’s (Cronbach
Alpha) untuk menguji reliabilitas instrument berskala Likert (1 s/d 5) yang instrumennya
berbentuk esai. Menurut Nunally, apabila Alpha Cronbach lebih besar dari 0.60, maka dapat
dikatakan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian reliabel (Gozhali, 2005).
Adapun hasil output uji reliabilitas berdasarkan program SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 01
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded
(a) 0 .0
Total 30 100.0
Tabel 02
Reliability Statistics
40
Hasil analisis Alpha Cronbach’s dengan SPSS
di atas menyatakan bahwa:
1. Berdasarkan tabel Case Processing Summary
terlihat bahwa, jumlah cases data ada 30, artinya
data dari 30 orang responden. Tidak ada yang dikeluarkan, sehingga totalnya 100%.
2. Berdasarkan tabel Reliability Statistics dinyatakan bahwa, atas 33 item pernyataan/soal
angket yang valid itu memiliki angka Alpha Cronbach’s sebesar 0,822. Dengan demikian
hasil Alpha Cronbach’s-nya berada pada tingkat indeks yang baik, karena berada di atas
angka 0,60.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas di atas, peneliti menentukan nomor-
nomor baru bagi pernyataan/soal angket penelitian yang hendak disebar kepada responden
penelitian tabel 3 dan 4.
Tabel 03
Variabel X: Ajaran Penginjilan Berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8
No Indikator Item Pernyataan
1 MandatPemberitaan Injil 1,2,3,4
2 Pelaksana Peberitaan Injil 5, 6, 7, 8, 9, 10
3 Sasaran Pemberitaan Injil 11, 12, 13, 14, 15
Tabel 04
Variabel Y: Praktik Penginjilan
No Indikator Item Pernyataan
1 Penginjilan Presensi 15,16,17,18,19,20,21,
2 Penginjilan Proklamasi 22,23,24,25,26,27,18,29
3 Penginjilan Persuasi 30,31,32,33,
Prosedur pengumpulan data berdasarkan metode angket adalah meminta surat ijin
penelitian dari STBI guna membagikan angket atau kuesioner ketempat penelitian,
mengajukan ijin penelitian ke gembala GPdI Jemaat “Shekinah” Malang, dan membuat angket
atau kuesioner dan membagikan kepada jemaat GPdI “Shekinah” Malang, kemudian angket
atau kuesioner dikumpulkan kembali untuk editing dan ditabulasikan.
Cronbach's Alpha N of Items
.822 2
41
ANALISIS TEMUAN DAN DISKUSI
Data angket kepada 50 responden, diperoleh angket telah memenuhi rumus Rick
Yount: Rate % = 100 𝑥 𝑆−𝑁𝐷
𝑅 (Subagyo, …)
Untuk mendeskripsikan data, statistik deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah
analisis frequencies yang hasilnya adalah sebagai berikut: Deskripsi statitik data dengan
analisis frequencies untuk Variabel X adalah Mean 65,86, Median 66,5, Mode 70, Standar
Deviasi 4,10082, Varians 16,817, Range 14 Minimum 56, Maximum 70. Tabel dan
histogramnya sebagai berikut:
Statistics
Ajaran Penginjilan
50
0
65,8600
66,5000
70,00
4,10082
16,817 -,781
,337
-,208
,662
14,00
56,00
70,00
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
Range
Minimum
Maximum
42
Deskripsi statistik data untuk variabel Y adalah Mean 84,92, Median 84, Mode 95,
Standar Deviasi 7,11664, Varians 50,647, Range 22, Minimum 73, Maximum 95.
56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00
Ajaran Penginjilan
0
5
10
15
20
25
Mean = 65.86
Std. Dev. = 4.10082
N = 50
Histogram
Statistics
Praktik Penginjilan
50
0
84,9200
84,0000
95,00 7,11664
50,647
,136
,337 -1,329
,662
22,00 73,00
95,00
Valid Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
Std. Error of Kurtosis
Range
Minimum
Maximum
43
Kecenderungan Pemahaman Jemaat Gereja Pantekosta
di Indonesia “Shekinah” Malang terhadap Ajaran tentang Penginjilan berdasar Kisah Para
Rasul 1:8
Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi. Rendah
artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang kurang paham mengenai ajaran tentang penginjilan
berdasar Kisah Para Rasul 1:8. Sedang, artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang cukup paham
mengenai ajaran tentang penginjilan berdasarkan Kis. 1:8 Tinggi, artinya jemaat GPdI
“Shekinah” Malang paham tentang ajaran Alkitab tentang penginjilan berdasarkan Kis. 1:8.
70.00 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00
Praktik Penginjilan
0
2
4
6
8
10
Frequency
Mean = 84.92 Std. Dev. = 7.11664 N = 50
Histogram
Descriptives
65,8600 ,57994 64,6946
67,0254
66,1667
66,5000
16,817
4,10082
56,00
70,00
14,00
7,00
-,781 ,337
-,208 ,662
Mean
Lower Bound Upper Bound
95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Ajaran Penginjilan
Statistic Std. Error
44
Interval klas (i) diperoleh dari Range dibagi Klas (R/k) = 14/3 = 4,67, dibulatkan
menjadi 5. Interval klas itu dimasukkan dalam rumus kategori: i . k ≥ R + 1, 5 . 3 ≥ 14 + 1,
15 = 15.
Kecenderungan Praktik Penginjilan Jemaat
Gereja Pantekosta di Indonesia
“Shekinah” Malang
Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi. Rendah
artinya jemaat GPdI “Shekinah” Malang tidak mempraktikkan penginjilan; sedang, artinya
jemaat GPdI “Shekinah” Malang kadang-kadang mempraktikkan penginjilan; tinggi, artinya
jemaat GPdI “Shekinah” Malang selalu mempraktikkan penginjilan.
Interval klas (i) diperoleh dari Range dibagi Klas (R/k) = 22/3 = 7,33 dibulatkan
menjadi 8. Hasil tersebut dimasukkan dalam rumus kategori: i . k ≥ R + 1, 8 . 3 ≥ 22 + 1, 24
≥ 23. Uji normalitas dilakukan dengan mengamati grafik Histogram dan grafik Normal P-P
Plot dari output olahan data SPSS. Data dikatakan berdistribusi normal jika didapatkan garis
kurva normal pada grafik Histogram dan titik-titik yang berhimpitan mengikuti garis diagonal
pada grafik Normal P-P Plot.
Descriptives
84,9200 1,00644 82,8975
86,9425
85,0000
84,0000
50,647
7,11664
73,00
95,00
22,00
14,25
,136 ,337 -1,329 ,662
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Praktik Penginjilan
Statistic Std. Error
45
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
0
2
4
6
8
10
12
14
Frequency
Mean = -6.9E-16 Std. Dev. = 0.99 N = 50
Dependent Variable: Praktik Penginjilan
Histogram
46
Dari dua grafik di atas dapat disimpulkan bahwa, data variabel terikat (Y)
berdistribusi normal untuk variabel bebas (X), sebab pada grafik histogram didapatkan kurva
normal dan titik-titik mengikuti garis diagonal pada grafik Normal P-P Plot.
Untuk memastikan hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikatnya,
maka uji linearitas dilakukan, dengan mengamati nilai signifikasi simpangan model (deviation
from linearity) pada tabel Anova, dan membandingkannya dengan nilai alfa yang ditentukan
sebesar 0,05. Nilai alfa harus lebih kecil dari nilai signifikasi simpangan model untuk
memastikan bahwa antar variabel memiliki hubungan linier. Dari tabel Anova berikut ini,
diketahui nilai signifikasi simpangan model adalah 0,206. Jadi antara variabel bebas dan
variabel terikat pada penelitian ini memiliki hubungan linier, karena alfa 0,05 < signifikasi
simpangan model 0,206.
ANOVA Table
Sum of
Square
s
d
f
Mean
Squar
e F
Si
g.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expected Cum Prob
Dependent Variable: Praktik Penginjilan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
47
Praktik
Penginjil
an
Ajaran
Penginjil
an
Betwee
n
Groups
(Combine
d)
1560,0
13
1
2
130,0
01
5,21
9
,0
00
Linearity 1171,3
17 1
1171,
37
47,0
22
,0
00
Deviation
from
Linearity
388,69
7
1
1
35,33
6
1,41
9
,2
06
Within Groups 921,66
7
3
7
24,91
0
Total 2481,6
80
4
9
Pengolahan data penelitian dengan SPSS menghasilkan output sebagaimana tabel-tabel
berikut:
Model Summary b
,687 a ,472 ,461 5,22487
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square Std.Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Ajaran Penginjilan a.
Dependent Variable: Praktek Penginjilan b.
ANOVA b
1171,317 1 1171,317 42,907 ,000 a
1310,363 48 27,299
2481,680 49
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ajaran Penginjilan a.
Dependent Variable: Praktek Penginjilan b.
Coefficients a
6,398 12,010 ,533 ,597
1,192 ,182 ,687 6,550 ,000
(Constant)
Ajaran Penginjilan
Model
1
B Std.Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Praktek Penginjilan a.
48
Dari tabel di atas diperoleh t-hitung sebesar 6,550 yang lebih besar dari t-tabel sebesar
2,01063. t-tabel ditentukan pada signifikasi (α) = 0,05 atau 5% dan df 73, melalui rumus 𝑑𝑓 =
𝑛 − 𝑘, 𝑑𝑓 = 75 − 2 = 73.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari keseluruhan hasil penelitian tentang pengaruh ajaran penginjilan berdasarkan
Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang didapati
bahwa; pertama, jemaat GPdI “Shekinah” cukup paham menuju ke paham mengenai ajaran
Alkitab tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 dengan rentang nilai Lower
Bound dan Upper Bound sebesar 64,6946 – 67,0254 berada diposisi sedang menuju ke tinggi;
kedua, jemaat GPdI “Shekinah” Malang kadang-kadang saja mempraktikkan penginjilan
dengan rentang nilai Lower Bound dan Upper Bound sebesar 82,8975 – 86,9425 berada pada
posisi atau kategori: sedang. Dengan kata lain, ada pengaruh pemahaman ajaran Alkitab
tentang penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 terhadap praktik penginjilan oleh jemaat
Gereja Pantekosta di Indonesia “Shekinah” Malang.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa pemahaman jemaat GPdI “Shekinah”
Malang tentang ajaran penginjilan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 masih dapat ditingkatkan
terus dengan mengadakan pengajaran-pengajaran yang lebih intensif lagi, baik melalui
khotbah-khotbah, kelompok pendalaman Alkitab, seminar-seminar penginjilan dan kelas-
kelas pendalaman.
Selain itu, praktik penginjilan jemaat GPdI “Shekinah” Malang masih perlu
dimotivasi dan dilatih untuk melakukan praktik penginjilan. Dalam lingkup Body Evangelism
yaitu, penginjilan presensi, penginjilan proklamasi hingga penginjilan persuasi. Diperlukan
juga suatu strategi penginjilan yang baik, memiliki tujuan yang jelas, langkah pencapaian
tujuan yang terarah serta sarana yang diperlukan dan mekanisme kerja guna pencapaian hasil
penginjilan itu.
Sumber Pustaka:
Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Bruce, F.F. The Book of The Act, The New International Comentary on The New Testament.
Grand Rapids: Eerdmans, 1987.
Elbers, J. Veronika. Gereja Misioner. Malang: Literatur SAAT, 2009.
Ellis, D.W. Metode Penginjilan. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999.
Ghozali, Imam. Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2005.
Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru, Jilid 1. Jakarta: Momentum, 2008.
Harun, Martin. Kamu akan menjadi saksi-Ku. Yogyakarta: Kanisius, 1986.
Hayes, John H. & Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.
Jensen, Irving L. Kisah Para Rasul. Bandung: Kalam Hidup, 1969.
Makmur, Halim. Model-Model Penginjilan Yesus dan Penerapannya Untuk Masa Kini.
Tanjung Enim: STT Eben Haezer, 2000.
49
Nasution, Metode Research. Bandung: Jemmars, 1987.
Orchard, R.K. Missions in a Time of Testing. London: Lutterworth Press, 1964.
Orr, A. Robert. Memantapkan Misi Gereja Menjadi Umat Allah. Semarang: STT Baptis
Indonesia, 1997.
Priyatno, Dwi. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom, 2008.
Santoso, David Iman. Teologi Lukas, Intisari dan Aplikasinya. Malang: Literatur SAAT,
2010.
Schnabel, Eckhard J. Rasul Paulus Sang Misionaris. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Scheneumann, Rainer. Panduan Lengkap Penafsiran Alkitab. Yogyakarta: Andi Offset,
2009.
Sriyanto, Bambang. Teologi Penginjilan dan Kepemimpinan Seorang Gembala Sidang
dalam Pelaksanaan Penginjilan. Semarang: Jurnal Pasca STBI Vol. 7 No. 1, 2010.
Stamps, Donald C.(Ed) Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas,
1996.
Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Kalam Hidup,
2004.
Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan. Bandung: Pioner Jaya,
2006.
Sumanto, Pembahasan Terpadu Statistika dan Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi, 2002.
Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear. Jakarta: LAI, 2004.
Tomatala, Y.Y. Penginjilan Masa Kini. Malang: Gandum Mas, 2004.
Tomatala, Yakob. Teologi Misi. Jakarta: Y.T Leadership Foundation, 2005.
Wagner, C. Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas, tth.
Wesley, John. The Holy Spirit Power. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Williams, Theodore. Misi dan Jemaat Lokal. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, tt.
Internet:
Jemaat. http://alkitab.sabda.org/ dictionary.php?word=jemaat, akses 5 Mei 2011.