52
PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI Disusun oleh : Prof. Dr. drh. Pratiwi Trisunuwati, MS Dr. drh. Masdiana C.P., M.App.Sc Dr. drh. Rositawati Indrati, MP Nama : ____________________________________ Nim : ____________________________________ Kelas : ____________________________________ No. Absen : ____________________________________ Kelompok : ____________________________________ LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020

PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

  • Upload
    others

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

PENGANTAR PRAKTIKUM DAN

LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh : Prof. Dr. drh. Pratiwi Trisunuwati, MS

Dr. drh. Masdiana C.P., M.App.Sc Dr. drh. Rositawati Indrati, MP

Nama : ____________________________________ Nim : ____________________________________ Kelas : ____________________________________ No. Absen : ____________________________________ Kelompok : ____________________________________

LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2020

Page 2: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

i

KATA PENGANTAR

Setelah mengalami beberapa perubahan baik materi maupun format

yang diperlukan, maka Buku Pengantar ini diterbitkan lagi. Buku Pengantar

Praktikum ini disusun dengan mengkaitkan teori supaya dapat berguna dan

bermanfaat untuk mahasiswa setelah mengalami proses belajar. Selama

proses belajar mengajar, isi buku menjadi acuan didalam Satuan Acara

Praktikum yang harus dipertanggung jawabkan oleh setiap mahasiswa

secara perorangan didalam kelompok.

Buku Pengantar ini sekaligus sebagai buku tugas yang harus

diselesaikan mahasiswa, dengan demikian setiap mahasiswa akan mengerti

tugasnya masing-masing dan merupakan bahan ujian akhir semester.

Saran dan kritik membangun akan diterima dengan baik, demi

perbaikan buku dimasa datang.

Tim Pengajar Mata Kuliah Epidemiologi

Page 3: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Setiap mahasiswa harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum 3. Dilarang memakai kaos oblong, sandal, makan dan minum didalam

laboratorium selama kegiatan praktikum. 4. Selama praktikum berlangsung wajib menjaga kebersihan ruangan,

peralatan dan bahan-bahan praktikum. 5. Kerusakan alat atau pecah karena kecerobohan praktikan, biaya

penggantinya akan dibebankan pada praktikan. 6. Pratikan wajib mengerjakan dan menyerahkan tugas dan laporan

praktikum tepat pada waktunya. 7. Setiap pelanggaran peraturan akan dikenakan sanksi. 8. Pengambilan sample boleh dilakukan oleh anggota kelompok yang

sama 9. Setiap mahasiswa mengerjakan sendiri setiap tugas, bukan merupakan

wakil kelompok, kecuali pengamatan susu mastitis dan uji yogurt 10. Penandatanganan oleh asisten setelah setiap selesai kegiatan dan

dinyatakan disetujui 11. Tidak diperkenankan membuat foto copy lembar tugas, atau

penandatanganan dengan kertas lain 12. Melakukan responsi pratikum setelah semua kegiatan diselesaikan 13. Mematuhi waktu sesuai dengan jadwal 14. Tidak boleh berganti kelompok, kecuali sakit dan alasan dapat diterima

oleh pengajar 15. Setelah melakukan praktikum dilakukan ujian praktikum 16. Bagi yang mengulang harus melapor dengan menunjukkan kartu puas

untuk bebas praktikum (minimal nilai pratikum ≥ 50,00, dinyatakan tidak menggulang pratikum)

17. Harus bersikap sopan dan mematuhi peraturan yang ada dilaboratorium Epidemiologi

Page 4: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

TATA TERTIB PRAKTIKUM .................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Bagaimana Menilai Terjangkitnya Penyakit ............................... 2

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG PENYAKIT

2.1 Penyakit Non Infeksius .......................................................... 5

2.2 Penyakit Infeksius ................................................................. 6

BAB III TINJAUAN EPIDEMIOLOGIS SUATU PENYAKIT

3.1 Angka Prevalensi dan Angka insidensi ................................. 9

3.2 Distribusi Geografi ................................................................. 10

BAB IV CARA PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

4.1 Pengawetan Bahan ............................................................... 16

4.2 Pengiriman Bahan ................................................................. 17

BAB V ANTIBIOTIK DAN OBAT-OBATAN KIMIA

5.1 Uji Yoghurt ............................................................................. 23

BAB VI KESIMPULAN ............................................................................. 25

BAB VII MATERI PRAKTIKUM

Tugas I Pengiriman Bahan ............................................................ 26

Tugas II Pengamatan Telur Cacing Dalam Tinja ........................... 30

Tugas III Pengamatan Pada Kerokan Mukosa Usus ..................... 32

Tugas IV Pengamatan Scabiosis Pada Kulit.................................. 34

Tugas V Pengamatan Susu Mastitis .............................................. 36

Tugas VI Pemeriksaan Antibiotik dan Obat-obatan Kimia

Dalam Air Susu ................................................................ 38

Gambar Telur Cacing Pada Sapi ................................................... 40

Gambar Telur Cacing Pada Domba Dan Kambing ........................ 43

Gambar Telur Cacing Pada Unggas .............................................. 44

Gambar Berbagai Jenis Ektoparasit Pada Hewan ......................... 45

Gambar Protozoa ........................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 47

Page 5: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 1

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB I PENDAHULUAN

Pemahaman pada konsep epidemiologi harus diawali dengan

pengetahuan ilmu-ilmu yang mendasar antara lain anatomi, phisiologi yang

menjadi dasar pijakan dalam ilmu manajemen ternak. Untuk mempelajari

lebih lanjut tentang konsep epidemiologi, maka perlu mengenal apa yang

disebut dengan penyakit dan aspek-aspek yang terkait. Pemahaman sakit

dan sehat harus terlebih dulu di ketahui. terlebih dahulu secara prinsip.

Dikatakan ternak dalam kondisi sehat apabila keadaan phisiologis stabil

atau secara medis disebut homeostatis, dapat bertumbuh dan berkembang

serta berproduksi dengan optimal. Metabolis kerja intra sel dan matriks

ekstra seluler, diikuti dengan pergantian bagian-bagian yang rusak atau mati

dengan sel-sel yang baru untuk menunjang stabilitas kehidupan ternak.

Sedangkan apa yang disebut sakit adalah kondisi yang menunjukkan

adanya gangguan phisiologis yang dinyatakan dengan gangguan regulasi

fungsi sistem orag tubuh terlihat dalam kelemahan fisik, nampak gejala

klinis sehingga tidak dapat mencapai penampilan produktivitas optimal.

Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi aspek infeksius dan non infeksius.

Masuk dalam kategori penyakit infeksius adalah apabila disebabkan oleh

agen penyebab penyakit (agent of infectious), menyerang dan berdampak

terhadap stabilitas phisiologis dan kerusakan organ tubuh (pathogenesa) .

Sedangkanpenyakit non infeksius merupakan kondisi sakit yang disebabkan

faktor-faktor lain, misalnya kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau

gangguan keseimbangan hormonal. Keadaan-keadaan tersebut diatas akan

Page 6: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 2

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 memberikan akibat gangguan phisiologis yang dapat teramati secara jelas

atau perlu dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Sebagai akibat

adalah terjadinya penurunan produksi sehingga menurunkan keuntungan

atau bahkan berakhir dengna kematian (case fatally rate).

1. Bagaimana menilai terjangkitnya suatu penyakit?

Cara penilaian sangat tergantung kepada tujuan akhirnya, apakah

dalam mencapai pengobatan individuil, populasi atau menyusun strategi

pencegahan penyakit atau dengan tujuan yang lain. Salah satu upaya

penilaian penyakit dengan skala lokasi, waktu dan populasi tertentu,

merupakan standart studi epidemiologi. Untuk mendapatkan hasil yang

maksimal diperlukan interaksi berbagai bidang ilmu dalam mengolah data

dan menetukan tindakan yang tepat. Penilaian secara kelompok (populatif)

akan memberikan hasil yang lebih terarah untuk tindakan pencegahan

penyakit secara lebih luas yang akan mengarah terhadap kebijakan

pemerintah dalam pengendalian penyakit tertentu. Berbagai data harus fi

analisis untuk memutuskan cara yang lebih mudah dicapai, tepat dan

bermanfaat. Ketika pertahanan (respon imun) tubuh rendah, maka bahan

yang bersifat racun sebagai produk samping dari organisme (mis : LPS dari

E coli) dapat mengakibatkan radang usus (enteritis) atau terjadi diare. Oleh

karena itu disimpulkan bahwa kejadian penyakit merupakan ketidak

seimbangan dan interaksi beberapa faktor sehingga berakibat terjangkitnya

suatu penyakit, seperti gambar dibawah ini :

Page 7: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 3

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

(a) Agent as separate causal factor

(b) Agent as component of environment

Gambar 1. Interaksi faktor (triad) penyebab penyakit

Host

Disease

Agent

Enviroment

Host

Disease

Agent

Page 8: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 4

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Manajemen pemeliharaan ternak yang kurang tepat, pakan yang

tidak rasional atau pemilihan bibit yang kurang selektif, akan memberikan

kesempatan lebih besar berjangkitnya suatu penyakit. Dengan demikian

upaya penanggulangan penyakit selalu akan menyangkut masalah-masalah

yang berkaitan dengan manajemen ternak. Pemilihan bibit merupakan hal

yang sangat penting, termasuk pemilihan daerah dengan klimat yang sesuai

sebaiknya menjadi pertimbangan sebelum melakukan usaha peternakan.

Epidemiologi ternak yang di ajarkan sebagai salah satu Materi

Kuliah (wajib) dalam kurikulum Fakulktas Peternakan merupakan sebagian

dari ilmu Epidemiologi secara utuh, mempunyai tujuan agar mahasiswa

mengenal berbagai upaya dalam mencegah kejadian penyakit pada usaha

peternakan berdasarkan menejemen kesehatan ternak. Sehingga perlu di

perkenalkan beberapa jenis penyakit yang umum terjadi di Indonesia,

penyakit strategic (SK Mentan tentang PHMS), cara pengenalan secara

dini, pengiriman sampel ke laboratorium dan konsep vaksinasi.

Page 9: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 5

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB II. PENGERTIAN UMUM TENTANG PENYAKIT

Pada Bab I telah di jelaskan bahwa penyakit dapat diakibatkan oleh

penyebab yang bersifat infeksius dan non infeksius. Untuk menjadi lebih

jelas, Bab II akan mengulas secara umum tentang hal tersebut.

2.1 Penyakit non Infeksius

Kelompok penyakit ini terjadi tidak disebabkan oleh agen penyakit, sehingga

seringkali disebut dengan penyakit metabolik. Penyakit metabolik dapat

terjadi karena disfungsi organ atau gangguan nutrisi (malnutrisi, defisiensi

nutrisi, intoksikasi). Di bawah ini merupakan contoh dari kelompok penyakit

metabolik :

1. Gangguan metabolisme tubuh karena kegagalan kerja organ

atau sistema misalnya Hyperthyroidismus, Diabetes inspidus dan

Kiste ovarium., corpus luteum persisten

2. Gangguan metabolisme karena kekurangan zat tertentu,

diakibatkan karena asupan ke dalam tubuh kurang, misalnya

Paralisis puerpureum, Milk fever, Rachitis, Ketosis dan

Hypocalcemia.

3. Gangguan metabolisme karena adanya produk racun atau

produk lain misalnya zat semacam hormon, yang berasal dari

luar maupun dalam tubuh.

Internal : apabila racun tersebut merupakan produk yang

dihasilkan oleh organ sebagai akibat disfungsi

organ, atau dihasilkan oleh mikroorganisme

Page 10: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 6

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 didalam tubuh, termasuk juga kemungkinan

berasal dari cacing.

Eksternal : apabila racun tersebut berasal dari luar tubuh,

misalnya racun yang terkandung didalam pakan

ternak, salah satu diantaranya aflatoxin dari

bahan pakan asal kang-kacangan, cyanida dari

daun singkong atau yang lain.

Kondisi sakit yang disebut diatas dapat bersifat ringan sampai

dapat berakibat dengan kematian. Untuk menetapkan jenis penyakit,

dilakukan dengan pemeriksaan pathologi klinis misalnya pemeriksaan kadar

gula darah, kadar ureum darah, PCV (Packed cell volume) atau uji-uji yang

lain.

Sering kali juga terjadi panyakit yang bersifat sekunder, artinya

merupakan akibat samping dari penyebab utama. Misalnya terjadi kerusakan

jaringan oleh karena perusakkan mekanis, kemudian terkontaminasi oleh

mikroorganisme lain, sehingga akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

gangguan terhadap kondisi phisiologi.

2.2 Penyakit Infeksius

Sebagai penyebab penyakit atau bibit penyakit dapat berupa

bakteri, virus, protozoa, jamur, cacing atau ektoparasit. Beberapa contoh

penyakit infeksius dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Page 11: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 7

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Tabel 1. Contoh Penyakit dan Penyebabnya

Disebabkan oleh bakteri

Nama Penyakit Bakteri

Antraks = Radang Limpa Boutvuur = Radang Paha Malleus = Ingus Ganas Tubercolosis Brucellosis = Bang’s Disease Septichaemia haemoragica

Bacillus anthracis Clostridium chauvei Malleomices mallei Mycobacterium tubercolusis Brucella abortus Pasteurella multocida

Disebabkan oleh virus

Nama Penyakit Bakteri

Cacar = Pox Rabies = Gila Anjing Apthae epizootica = Penyakit mulut dan kuku New Castle Disease = Tetelo

Vaccinia variola Herpes virus Rhinovirus Paramyxovirus

Untuk lebih mengenal penyakit, ditugaskan untuk membaca dan

mempelajari buku Pengantar Penyakit Pada Ternak dan

Penanggulangannya (Pratiwi dan rosita, 1990). Pengantar Ilmu Penyakit

Hewan (Pratiwi, 2011), Animal Disease and Preventive Health care (Pratiwi,

2016).

Page 12: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 8

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB III TINJAUAN EPIDEMIOLOGIS SUATU PENYAKIT

Tinjauan epidemiologis berorientasi pada daerah (lokasi) yang

terbatas dan berorientasi pada sejenis penyakit tertentu atau beberapa

penyakit yang bersifat terkait. Untuk melakukan tinjauan ini, maka dilakukan

pengumpulan data dari berbagai faktor (lihat Gambar 1.). Minimal data yang

harus dikumpulkan ialah :

a. Angka prevalensi, angka insidensi

b. Distribusi geografis

c. Susceptibilitas species , bangsa, kelamin dan umur

d. Status imunologi dari populasi

e. Peranan vektor, hospes atau hospes intermedier

f. Pengaruh klimat (suhu, kelembaban curah hujan)

g. Pengaruh manajemen

h. Imunisasi dan pengobatan

Dari data tersebut, dapat diperhitungkan dengan rumus perkiraan

studi epidemiologi. Dengan kesimpulan yang didapat, maka dapat

dipertimbangkan dan diputuskan tindakan yang harus diambil, dalam

kelompok ternak yang diamati. Tindakan yang diambil, antara lain ialah :

1. Pengobatan secara masal

2. Immunisasi disekitar daerah yang terserang atau terancam

3. Penutupan daerah yang terserang, keluar masuk ternak,

bahanpakan ternak atau alat-alat yang digunakan

4. Pembatasan mutasi ternak

5. Pemusnahan ternak didaerah terserang

Page 13: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 9

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 6. Manajemen penggembalaan

Kejadian wabah perlu mendapat perhatian yang cermat, agar tidak

keliru dengan penyakit non infeksius. Defisiensi mineral atau vitamin dapat

terjadi karena mutu vegetasi yang kurang baik akibat tanah yang kurang

memadai.

3.1 Angka Prevalensi dan Angka Insidensi

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan pengertian bahwa ilmu

Epidemiologi ialah multi disiplin, mengukur jumlah kejadian serta kualitas

penyakit untuk dapat menjelaskan kondisi dalam kelompok yang diukur.

Agar suatu hitungan dapat menjelaskan kelompok, maka perhitungan harus

dapat dilihat dalam bentuk proporsi terhadap kelompoknya. Variabel yang

diukur dalam jumlah dibagi dengan jumlah keseluruhan kelompoknya,

variabel yang diukur dalam jumlah dibagi dengan jumlah keseluruhan

kelompoknya. Sebagai contoh kasus tuberkulosis pada kelompok sapi perah

disuatu desa ditemukan sebesar 100 ekor, dari jumlah ternak 3000 ekor.

Maka angka 100 tersebut diperhitungkan terhadap jumlah ekor dalam

kelompok dikalikan 100%. Untuk mendapatkan angka yang lebih terinci

didalam jumlah tadi, misalnya dengan kelompok umur atau kelamin tertentu.

Pada perhitungan yang lebih spesifik ini digunakan dalam menentukan

umumnya menggunakan angka insidensi dinyatakan dalam bentuk

persentase.

ANGKA PREVALENSI =

Jumlah penderita penyakit X 100% Populasi ternak yang diteliti

Page 14: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 10

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Keterangan : waktu pada saat perhitungan

Angka prevalensi ini menjelaskan suatu pada waktu tertentu,

merupakan potret keadaan tersebut pada saat yang dikehendaki. Menjawab

tentang tuberkolosis pada sapi perah, maka angka prevalensinya ialah 100

dibagi 3000 kali 100 % = 3,33% Untuk yang lebih menciri dilakukan

perhitungan lain untuk menentukan angka insidensi dengan

memperhitungkan populasi beresiko.

ANGKA INSIDENSI =

Keterangan : dalam periode waktu tertentu

Angka kematian atau mortalitas menggambarkan jumlah ternak

yang mati didalam kelompok pada suatu periode tertentu. Sedangkan untuk

merinci lebih jauh, didapatkan rumusan lain misalnya Age Specific

Mortality Rate, yaitu pemantauan jumlah kematian pada umur tertentu,

digunakan Case Fatality Rate.

3.2 Distribusi Geografi

Untuk mengenal penyakit yang terjadi, perlu mempertimbangkan

kondisi geografis. Hal ini menyangkut pada kemungkinan tumbuh kembang

mikroorganisme pada kondisi alam tertentu. Baik untuk perkembangan

maupun untuk hospes intermedier yang membantu didalam siklus hidupnya.

Sebagai contoh misalnya Fasciola hepatica tidak banyak menular atau tidak

akan menimbulkan penyakit Distomatosis pada ternak didaerah yang kering,

Jumlah penderita penyakit X 100% Jumlah populasi beresiko

Page 15: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 11

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 tidak berawa-rawa karena tidak ada siput air (Lymnaea trucantula) yang

berperan terhadap kehidupan miracidium. Antraks dan Boutvuur akan lebih

banyak didapatkan berjangkit kembali pada daerah berkapur, karena dua

jenis penyakit tersebut tahan terhadap daerah berkapur dan bertahan hidup

pada daerah berkapur dan pada daerah anaerob. Pada kondisi tersebut

akan membentuk spora, terutama apabila kondisi tidak memungkinkan.

Dengan demikian akan muncul penyakit yang bersifat sporadis, artinya

penyakit tersebut tidak akan hilang sama sekali, dan kemungkinan akan

muncul pada saat tertentu.

1. Kesesuaian bangsa, kelamin dan umur

Berbagai penyakit pada umumnya mempunyai sifat spesifikasi

kondisi yang sesuai untuk dapat berkembang dan tumbuhnya bibit penyakit,

sehingga akan berakibat adanya pengaruh keseimbangan untuk munculnya

bibit penyakit. Perbedaan bangsa, kelamin dan umur akan memberikan

respon yang berbeda pada masuknya bibit penyakit. Misalnya untuk caplak

akan lebih banyak menyerang Bos taurus bila dibandingkan dengan Bos

indicus. Perbedaan kelamin misalnya kecenderungan kasus hemophillia

pada manusia, jenis kelamin laki-laki yang diserang, tidak pada wanita.

Demikian pula perbedaan umur, akan memberikan gambaran perbedaan

serangan penyakit, misalnya Coccidiosis akan lebih banyak menyerang

umur muda pada periode starter dan grower dari pada ayam-ayam dewasa.

Populasi ternak dengan kekhususan tersebut dianggap sebagai populasi

beresiko. Contoh penyakit lain banyak mempengaruhi angka insidensi.

Page 16: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 12

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Sehingga dengan spesifikasi ini akan dapat diramalkan atau didiagnosa

lebih tepat.

2. Status imunitas dari populasi atau kelompok ternak

Status imunitas dari kelompok ternak dapat terjadi karena vaksinasi

secara massal atau individuil, sehingga akan memberikan imunitas kepada

anak-anaknya pada tahapan tertentu. Demikian pula pada ternak yang

sembuh dari suatu penyakit akan dapat memiliki imunitas yang dapat

memberikan ingatan untuk menyusun ketahanan penyakit yang terkait.

3. Peran vektor atau hospes intermedier

Penularan penyakit kepada ternak yang lain akan lebih cepat terjadi

apabila keperluan biologis bibit penyakit tersebut terpenuhi, misalnya vektor

transmisi. Sebagai contoh untuk Fasciola, diperlukan siput yang sesuai

untuk kehidupan miracidium. Tanpa adanya siput, maka untuk melengkapi

siklus hidupnya Fasciola akan mati dan tidak dapat berkembang. Dengan

demikian penularan atau angka morbiditas akan rendah, bahkan manusia

memanfaatkan situasi ini untuk menanggulangi penularan, yaitu dengan

mematiakn siput agar siklus hidup Fasciola terputus. Hospes intermedier

atau vektor yang lain, misalnya kecoa akan dapat menularkan cacing pita

pada ayam. Berarti dengan kebersihan sekitar kandang insecta, akan

memgurangi kejadian penyakit.

4. Pengaruh klimat atau iklim

Iklim akan mempengaruhi keberhasilan perkembangbiakan

mikroorganisme tersebut apakah diperlukan suhu panas atau rendah, dan

kelembaban tinggi atau rendah. Sebagai contoh misalnya penyakit jamur

Page 17: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 13

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 akan tumbuh subur pada keadaan kelembaban tinggi. Telur-telur cacing

akan tumbuh menjadi larva setelah tanah menjadi lembab dan tumbuh

menjadi larva infektif untuk masuk ke dalam tubuh ternak yang terinfeksi.

Sedangkan saat kering pada umumnya telur-telur cacing akan tetap

bertahan tidak tumbuh tetapi tetap hidup, menunggu hujan yang akan tiba.

5. Pengaruh manajemen

Pemeliharaan yang kurang tepat akan berakibat terhadap

terjadinya kesempatan serangan penyakit. Kemungkinan faktor pakan yang

kurang, bentuk kandang maupun bahan kandang yang tidak memenuhi

syarat. Kadang-kadang juga karena kurang benarnya cara pemerahan,

sehingga dapat menyebabkan mastitis. Atau tidak pernah dilakukan potong

kuku sehingga akan memberikan kesempatan infeksi pada teracak.

Kondisi semacam itu menjadi pre disposisi kejadian suatu penyakit

padfa ternak, apakah infeksius atau non infeksius. Sehingga perlu di

lakukan pemahaman seberapa jauh tindakan menejemen yang benar agar

tidak muncul penyakit.

6. Immunitas dan manajemen kesehatan ternak

Dalam menejemen kesehatan ternak termasuk di dalamnya adalah

pemeliharaan atau environment secara global. Sanitasi dan higienen akan

sangant menentukan terjangkitnya penyaki karena memberikan

kemungkinan kemunculan agen penyakit.

Tindakan vaksinasi secara individual akan dapat dilacak seberapa

jauh tindakan pencegahan yang telah dilakukan. Kadang-kadang vaksinasi

yang kurang benar akan menyebabkan sumber penularan, karena

Page 18: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 14

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 mikroorganisme yang dilemahkan tadi akan muncul menjadi kuat dan akan

menyerang ternak lain. Syarat mutlak tindakan vaksinasi dalah kondisi

sehat, sehingga organ limpoid dapat membentuk sel imun sesuai dengan

criteria kemampuan vaksin dalam merangsang pembentukan antibody

homolog.

Pengobatan terhadap penyakit tertentu sering kali dapat

menyembuhkan, tetapi akan berakibat lain yaitu kemungkinan ternak yang

sembuh dapat berperan sebagai karier. Kemungkinan akan menularkan

penyakit kepada ternak yang lain yang mempunyai daya tahan tubuh

rendah. Misalnya pada ayam yang terserang NCD, dan sembuh karena

pengobatan akan dapat berperan sebagai karier. Demikian pula

kesembuhan tersebut tidak menjamin pemulihan produktivitas ternak seperti

semula.

Sebenarnya memang pengetahuan tentang penyakit merupakan

sesuatu yang kompleks, oleh karena itu agar dapat memberikan pengobatan

maupun pencegahan yang tepat, perlu kiranya dilakukan tindakan-tindakan

yang membantu dalam diagnosa. Misalnya pemeriksaan laboratorium, inipun

harus didukung oleh tindakan yang tepat oleh petugas lapangan dalam

teknis pengiriman bahan. Dalam pengiriman sampel memerukan SOP

pengiriman, agar dapat di lakukan dengan tepat. Misalnya etiket harus jelas

demikian pula berita acara pemeriksaan lab. Demikian pula cara

penambahan bahan untuk pengiriman sesuai dengan tujuan.

Page 19: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 15

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB IV. CARA PENGIRIMAN BAHAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membantu dokter

dalam menentukan diagnosa dan pengobatan, dapat dilakukan oleh teknisi

yang terdidik dalam pengawasan dokter. Sedangkan tugas didaerah wabah

antara lain ialah memberikan informasi dan mengirim sampel dari ternak

yang terserang atau tersangka. Untuk menjaga keutuhan bahan tersebut

maka perlu dilakukan upaya yang harus diketahui oleh petugas lapangan.

Berbagai hal yang harus dilakukan ialah mencantumkan dalam berita acara

pemeriksaan : :

1. Nama dan alamat dokter hewan, pejabat yang ditunjuk, atau alamat

kepada Laboratorium Diagnostik penyakit harus jelas.

2. Cantumkan gejala penyakit dengan tanda-tanda klinis.

3. Pemeriksaan yang diinginkan (bakteriologis, pathologi klinis, pathologi

anatomi yang lain)

4. Keterangan tentang ternak yang terserang, misalnya umur, spesies,

kelamin dan bangsa

5. Jumlah ternak yang terserang dalam populasi

6. Jumlah kematian

7. Jenis bahan yang dikirim

8. Pengawet yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pemeriksaan

9. Bila laporan hasil sangat diperlukan, dapat ditulis segera melalui

telegram atau telepon

Berita acara tersebut harus disertakan pada saat pengiriman bahan

serta beberapa keterangan harus ditempelkan pada botol atau pembungkus

Page 20: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 16

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 bahan tersebut dalam bentuk etiket. yang ditempel pada botol atau

kemasan bahan yang di kirim tersebut. Etiket yang ditempel seharusnya

cukup memberikan informasi tentang jenis bahan, spesifikasi ternak dan

pemeriksaan yang dikehendaki. Sedapat mungkin pengirim bahan

mempertimbangkan bahwa pada hari libur umumnya tidak ada pemeriksaan

atau dengan catatan khusus (segera/CITO).

4.1 Pengawetan Bahan

Pengiriman bahan ke laboratorium diagnostik dapat berupa bahan

segar atau bahan yang diawetkan, tergantung pada berbagai kepentingan

pemeriksaan. Misalnya untuk keperluan bedah bangkai, maka bangkai yang

dikirim secepat mungkin sebelum 24 jam agar belum didapatkan perubahan

pasca mati yang berarti. Untuk pemeriksaan pathologi anatomi dilakukan

pengawetan bahan dengan zat yang tidak merusak, tetapi mempertahankan

kondisi. Adapun dua macam cara pengawetan ialah :

1. Pendinginan

Bahan yang dipakai : es, es kering

Dengan es : (sekitar 40C) bahan dapat dimasukkan dalam kontainer,

kemudian dikelilingi dengan es yang diletakkan pada kontainer yang

sedikit lebih besar. Untuk memperllama pencairan es, dapat

ditambahkan garam dapur atau serbuk gergaji. Bahan yang diawetkan

dengan cara ini misalnya air susu, serum darah.

Dengan es kering atau dry ice: (- 20-300 C )bahan yang dikirim,

dibungkus rapi atau dalam kontainer yang dilapisi dengan bahan yang

memisahkan antara dry ice dengan bahan. Keadaan ini dipertahankan

Page 21: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 17

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 agar tidak terjadi pembekuan yang tidak diinginkan. Untuk mencegah

terjadinya pecahnya kontainer maka perlu dipertimbangkan agar tidak

ditutup terlalu rapat.

2. Mempergunakan bahan kimia

Bahan yang dipakai : alkohol, formalin, asam borat.

Pengiriman contoh untuk pemeriksaan histopahatologi dapat

menggunakan larutan formalin 10 % atau Paraformaldehyda 4%

dalam phospat buffer saline. Caranya ialah dengan memotong

jaringan yang dicurugai kira-kira 1 cm2, masukkan kedalam larutan

secepat mungkin sejak kematian atau biopsi. Jumlah cairan tersebut

dipersiapkan 10 kali volume potongan jaringan tersebut. Bahan lain

yang dapat digunakan ialah alkohol 96 % atau 70 %, hanya saja

bahan ini kurang baik apabila dibandingkan dengan formalin, karena

dapat mengeraskan jaringan akibat dehydrasi jaringan. Bateri akan

mati dengan larutan tersebut.

Pengiriman contoh bahan untuk pemeriksaan terhadap virus, dapat

digunakan gliserin 50 %. Sedang bahan yang dapat dipakai untuk

menghambat pertumbuhan bakteri ialah asam borat.. Virus akan

tetap hidup dengan gliserin.

4.2 Pengiriman Bahan

Pemilihan bahan contoh yang dikirim sangat tergantung kepada

jenis penyakit yang dicurigai, dipertimbangkan pula predileksi dari penyakit

atau organ yang diserang. Dengan pertimbangan-pertimbangan itulah dapat

dipilih bahan contoh apa yang diperiksa.

Page 22: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 18

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 1. Tinja atau isi usus

Kasus helminthiasis hamper menyerang setiap ternak yang di

pelihara, karena mata rantai yang seringkali tidak di putus secara

tuntas. Akibat dari kecacingan sebenarnya cukup besar pada produksi,

namun seringkali di abaikan. Apabila ternak tersertang endoparasit,

maka dapat ditentukan keparahan dan jenis cacing apa yang

menyerang pada ternak dengan pemeriksaan tinja baik secara natif atau

apung.

Tinja dapat dikirim dalam keadaan segar apabila tidak memerlukan

waktu yang lama, maka dapat disimpan dalam pendingin dengan

termos berisi es. Bila diperlukan waktu berminggu-minggu atau

berbulan-bulan, maka bahan pengawet yang digunakan adalah

formalin 5-10%. Pemeriksaan tinja pada umumnya digunakan untuk

meneliti adanya :

• Telur cacing

• Larva

• Cacing dewasa

• Darah

• Oocyst protozoa

Pemeriksaan tinja dapat dilakukan antara lain dengan cara :

• Pemeriksaan sederhana atau native

• Pemeriksaan dengan pewarna

• Pemeriksaan dengan metode apung atau flotation methode

Pemilihan cara ini sangat tergantung pada tujuan pemeriksaan.

Page 23: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 19

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Interpretasi jumlah epg

Fasciola hepatica : sangat berarti berapapun ditemukan

Cacing paru2 : sangat berarti berapapun di temukan

Triichuris : >500 eggs/g feces

Coccidia : >1,000 oocysts/g feces

2. Air susu

Pada umumnya untuk pemeriksaan bakteriologi, air susu harus

disimpan dalam botol dan dimasukkan dalam kontainer sejuk yang

(dengan es batu) atau harus dalam keadaan segar, misalnya untuk

penyakit mastitis.Air susu tidak di sarankan ditambahkan dengan larutan

kimiawi yang akan merusak komposisi air susu, demikian pula tidak

menggunakan system freezing.

Pemeriksaan air susu yang menjadi asam oleh karena mastitis

subklinis, dapat di lakukan dengan konsep ikatan sel somatic dengan

bahan uji misalnya dengan CMT

3. Jaringan

Jaringan sebagai contoh yang harus diperiksa secara bakteriologis,

histopathologis atau parasitologis. Pemilihan jaringan tergantung pada

predileksi atau kesukaan organ yang diserang oleh penyebab penyakit

tersebut. Usahakan jaringan tidal lebih dari 4 jam harus sudah dipotong

secara benar dan dicelupkan kedalam larutan formalin 10 % atau

Paraformaldehyda 4% dalam phospat buffer saline (BSA) sebagai

pengawet untuk pemeriksaan histophatologis. Bahan seperti hati, limpa

atau ginjal harus dipotong kecil seperti kubus 1 cm tegak lurus pada

Page 24: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 20

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 permukaan untuk melihat struktur anatominya. Botol atau kontainer

yang dipakai lebih baik bermulut lebar tetapi rapat agar mudah untuk

mengambil potongan jaringan yang terendam.

4. Parasit

Parasit yang berukuran besar dapat dimasukkan dalam botol atau pot

bermulut besar dengan pengawet formalin 5-10 %. Sedangkan

ektoparasit terutama pada kulit misalnya scabiosis dapat di ambil

sampel sebagai bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit kecil dan

terikat pada jaringan atau kerokan, lebih baik dikirim bersama keropeng

yang diambil dari tepi daerah terserang. Kerokan tersebut dimasukkan

ke dalam pot kecil yang berisi larutan KOH 10 % atau NaOH 10 %

dengan maksud jaringan tersebut larut. Pada endoparasit dapat di ambil

dari kerokan usus dapat di simpan dalam larutan pengawet atau

kerokan segar sehingga dapat di identifikasi jenis larva cacing maupun

protozoa yang menempel dan masuk ke dalam jaringan usus

(endoparasit) atau kulit (ektoparasit).

5. Ternak pasca mati/post mortal

Pengiriman sebaiknya kurang dari 24 jam sejak kematian, agar sebelum

terjadi perubahan jaringan yang berarti, yang disebabkan oleh proses

kematian. Untuk memperlama kemungkinan, dapat disimpan didalam

almari es untuk dibekukan.

Pemeriksaan pasca mati diharapkan tidak melampaui masa busuk

bangkai, karena akan merubah tampilan jaringan organ sehingga sulit

untuk di jadikan acuan pathologi sistemik. Demikian pula pengawetan

Page 25: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 21

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 dengan formalin akan mengaburkan perubahan jaringan lunak.

Sehingga sebaiknya se segera mungkin atau hanya dengan

pendinginan bukan pembekuan.

Page 26: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 22

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB V. RESIDU ANTIBIOTIK PADA PRODUK TERNAK

Penggunaan antibiotik pada peternakan sapi perah telah

mengakibatkan kemungfkinan residu antibiotik dalam air susu, daging dan

produk olahanya, yang dapat menimbulkan masalah bagi konsumen.

Antibiotik antara lain dipergunakan langsung pada ambing untuk pengobatan

mastitis, injeksi untuk pegobatan berbagai penyakit dan dipakai juga sebagai

bahan tambahan pakan.

Bagaimanapun teknik penggunaannya, sejumlah antibiotika akan

ditemukan dalam ambing sapi dan akibatnya adalah antibiotik kadang-

kadang dijumpai dalam air susu dan produk olahanya, apabila belum melalui

masa ekskresi dari tubuh ternak. Aplikasi melalui ambing dalam pengobatan

mastitis yang paling banyak dipilih, merupakan sebagian besar penyebab

utama dalam air susu dibandingkan dengan antibiotok jenis yang lain.

Tenggang waktu sampai antibiotik ditemukan dalam air susu

setelah pemberian pada ternak terjadi mulai dari beberapa jam sampai

beberapa hari tergantung pada jenis antibiotik ayang dipakai dan terutama

cara penggunaan obat tersebut. Oleh karena itu bagi sapi-sapi yang sedang

diobati, sebaiknya air susu yang diperah tidak dikirim ke tempat pengolahan

susu atau dikonsumsi. Apakah susu tersebut berasal dari ambing yang

diobati maupun ambing lainnya, agar benar-benar terjamin bahwa hanya air

susu yang tidak mengandung antibiotik. Jika sapi yang diobati dengan

menggunakan antibiotik berdaya aktif lama, maka harus ada keterangan

sejelas-jelasnya pada peternak agar selama masa pengoatan air susu ini

tidak dikirim ke pabrik pengolahan air susu. Peraturan yang diterbitkan oleh

Page 27: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 23

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Perda Jatim, air susu segar baru di perbolehkan di jual kepada konsumen 7

hari setelah pengobatan terakhir, walaupun secara teori pada 72 jam post

pengobatan terakhir, air susu sudah bebas dari residu antibiotic.

Antibiotik dan obat-obatan kimia bersifat stabil dalam air susu., baik

pada penyimpanan secara dingin sebelum air susu diolah maupun di

pasteurisasi tidak mengurangi secara efektif jumlah kadar antibiotik. Oleh

karena itu terdapatnya antibiotik dalam air susu dapat mengganggu proses

fermentasi dalam olahan susu. Hal ini merupakan salah satu alasan

mengapa industri pengolahan air susu mempermasalahkan antibiotik secara

serius sejak awal. Alasan lain tertentu mengapa hal tersebut

dipermasalahkan adalah kaitannya dengan kesehatan masyarakat.

Beberapa metode pembuatan produk olahan air susu berdasarkan

aktivitas mikroba tertentu, contohnya pemakaian asam laktat pada

pembuatan yoghurt. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu teknik

untuk mendeteksi antibiotika dalam susu. Umumnya cara tersebut

didasarkan pada penghambatan tumbuhnya bakteri tertentu.

Uji Yoghurt terhadap residu anti biotik

Uji didasarkan pada penghambatan pertumbuhan bakteri

fermentasi pembuatan yoghurt Apabila di dapatkan residu antibiotic, mjaka

fermentasi tidak akan terjadi.

Misalnya dalam air susu mengandung Penicilin 0,005 IU /ml,

kemudian dilakukan pemanasan sampai suhu 80-85oC dengan tujuan

merusak senyawa-senyawa bakteristatik yang secara alami terdapat dalam

Page 28: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 24

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 air susu, yang juga dapat menghambat pertumbuhan yoghurt (walaupun

sangat kecil kemungkinannya). Setelah dipanaskan susu didinginkan

mencapai suhu 45oC, kemudian diinokulasi dengan bakteri fermentasi

yoghurt dan diinkubasi pada suhu 42-45oC selama 3 jam. Apabila terjadi

keasamam maka dapat disimpulkan sementara bahwa susu segar tersebut

tidak mengandung antibiotic, sebaliknya apabila fermentasi tidak terjadi

diimpulkan bahwa air susu tersebut mengandung antibiotic yang menhambat

perkembangan bakteri

Terdapat juga beberapa teknik pengujian sederhana terhadap

keberadaan residu antibiotic dengan prinsip keberhasilan perkembangan

bakteri pada suatu bahan. Apabila terjadi perkembangan bakteri, secara

awal di katakan bahwa bahan tersebut bebas dari residu, demikian sebalikny

pada tidak terjadi perkembangan bakteri post inokulasi artinya terdapat

residu anti biotik pada bahan yang diperiksa. .

Page 29: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 25

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB VI. KESIMPULAN

Sebagai hand out menjelang praktikum Epidemiologi, maka teori

yang sudah di sajikan akan dikembangkan pada mata acara praktikum.

1. Sebagai pemahaman dasar sarjama peternakan semestinya

memahami tentang prinsip dasar tentang penyakit, pemeriksaan

sederhana/lapang untuk menetukan pemcegahan dari aspek

menajemen. Atau sebelum dilakukan pemeriksaan secadar nmedik

oleh profesi yang di beri kewenangan.

2. Cara pemilihan dan penanganan bahan untuk diperiksa sangat

menentukan keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan.

3. Pengiriman bahan harus dengan kontainer yang memenuhi syarat

dengan bahan pengawet yang sesuai dengan etiket lengkap.

4. Pengiriman bahan untuk di periksa secara labporatorium harus

dilakukan sedini mungkin, hindarkan dari kontaminasi agar

mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan jenis pemeriksaan

yang diperlukan.

5. Residu antibiotik dapat terdeteksi pada produk ternak, apabila

pengobatan antibiotik dalam dosis tinggi dan terus menerus.

Sehingga melewati ambang batas kemampuan sistem ekskresi,

atau kurang dari 72 sejak pemberian antibiotika terakhir.

Page 30: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 26

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 BAB VII MATERI PRATIKUM

TUGAS I PENGIRIMAN BAHAN

(Tugas individual)

Siapkan cara pengiriman 4 bahan/sampel untuk pemeriksaan laboratorium sesuai dengan tujuan pemeriksaan. HASIL KERJA SEMENTARA I. Spesifikasi asal bahan buat pada etiket atau berita acara : 1. Tinja sapi untuk pemeriksaan endoparasit, identifikasi sederhana,

pastikan bangsa, umur dan cara pemeliharaan 2. Bagian dari alat pencernaan usus ayam buras untuk pemeriksaan

kerokan mukosa usus terhadap larva cacing, cacing dewasa maupun protozoa.

Page 31: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 27

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

3. Kerokan kulit kelinci dan kambing untuk pemeriksaan scabiosis, sebutkan letak pengerokan.

4. Air susu mastitis dari keempat puting untuk pengamatan perubahan fisik

sebutkan dari laktasiu ke berapa, letak putting

Page 32: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 28

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

II. Cara pengawetan dan pengiriman bahan sesuai dengan tujuan

pemeriksaan

1. Tinja sapi (metode yang dikehendaki,) dengan bahan pengawet apa

2. Alat pencernaan usus ayam buras (sebutkan jenis ayam apa) dengan

bahan pengawet apa

Page 33: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 29

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Paraf Dosen/Asisten :

……………………

3. Kerokan kulit kelinci dan kambing (umur ternak) bahan pengawet apat

4. Air susu dari empat puting dari ambing yang sama

Page 34: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 30

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 TUGAS II

PENGAMATAN TELUR CACING DALAM TINJA

Bahan dan alat :

• Tinja baru (diambil dari rectum atau segar) satu sendok teh

• Cairan fisiologis atau air bersih

• Lidi atau gelas pengaduk

• Obyek glass dan penutup

• Mikroskop Cara kerja :

• Ambil obyek glass dan penutup, bersihkan

• Ambil tinja sapi satu ujung korek api, letakkan pada glass obyek

• Teteskan sedikit air, aduk pelan dengan lidi, buang bagian yang kasar

• Tutupkan gelas penutup, jangan sampai ada udara yang terperangkap

• Amati dibawah mikroskop, diperhatikan dan tentukan perkiraan jenis telur cacing (dibandingkan dengan gambar)

• Gambarlah yang saudara lihat HASIL KERJA SEMENTARA

Page 35: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 31

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Paraf Dosen/Asisten :

……………………

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 36: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 32

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 TUGAS III

PENGAMATAN PADA KEROKAN MUKOSA USUS

Bahan dan alat :

• Siapkan usus ayam buras, keroklah dengan scalpel

• Cairan fisiologi atau air bersih

• Gelas obyek dan gelas penutup

• Mikroskop Cara kerja:

• Pisahkan menjadi 3 bagian : proventrikulus, usus halus dan caecum

• Buka tiap bagian dengan gunting, kemudian keroklah bagian mukosa dengan scalpel

• Lakukan pemeriksaan seperti pada tugas II, tentukan apakah terdapat protozoa, larva cacing, cacing dewasa atau telur cacing pada sampel

• Tentukan jenis yang saudara lihat, gambarlah HASIL KERJA SEMENTARA

Page 37: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 33

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Paraf Dosen/Asisten :

……………………

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 38: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 34

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 TUGAS IV

PENGAMATAN SCABIOSIS PADA KULIT

Bahan dan alat :

• Siapkan kerokan kulit penderita kudisan (scabiosis) kelinci atau kambing

• KOH 10 %

• Gelas arloji atau pot plastik

• Mikroskop Cara kerja:

• Ambil kerokan mukosa letakkan dalam pot atau gelas arloji

• Tambahkan KOH 10 %

• Aduk pelan kemudian diamkan 5-10 menit

• Buatlah preparat sederhana pada gelas obyek dengan penutup

• Lihat dibawah mikroskop

• Tentukan jenis ektoparasit yang terlihat, gambarlah HASIL KERJA SEMENTARA

Page 39: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 35

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Paraf Dosen/Asisten :

……………………

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 40: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 36

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 TUGAS V

PENGAMATAN SUSU MASTITIS

Bahan dan alat :

• Siapkan air susu mastitis dari empat puting

• Paddle dengan empat lubang Cara kerja:

• Tuangkan air susu setiap puting pada setiap lubang pada paddle

• Aduk dan lihat apakah terdapat mucous/lendir

• Amati perubahan yang terjadi

• Cari cara pembacaan denganCMT HASIL KERJA SEMENTARA Pengamatan :

Kode Warna Bau Viskositas

Susu segar

Puting kanan depan

Puting kiri depan

Puting kanan belakang

Puting kiri belakang

Jelaskan perubahan yang terjadi :

a. Puting depan kiri

Page 41: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 37

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Paraf Dosen/Asisten :

……………………

b. Putting depan kanan

c. Putting belakang kiri

d. Putting belakang kanan

Page 42: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 38

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 TUGAS VI

PEMERIKSAAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU

Bahan dan alat :

• Tabung reaksi

• Pipet 1 ml

• Penangas air

• larutan penicillin 0,005 IU

• Starter yogurt aktif Cara kerja:

• Sediakan 8 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 4 ml sampel air susu

• 4 tabung untuk sampel C1 (putting depan kanan ), C2 (putting depan kiri) , D1 (putting belakang kanan), D2 (putting belang kanan)

• 2 tabung untuk sampel A1 dan A2 ( sampel susu puting sehat) .

• 2 tabung yang tersisa untuk sampel B1 dan B2 diisi dengan sampel susu mastitis.

• Siapkan larutan penicillin 0,5 IU/ml

• Panaskan seluruh tabung reaksi yang berisi sampel A1, A2, B1, B2, C1 . C2, C3 dan C4 pada suhu 80oC-85oC selama 10 menit

• Dinginkan sampai mencapai suhu 45oC

• Tambahkan 3 % starter yogurt aktif pada semua tabung

• Masukkan ke incubator semua tabung pada temperatur 43oC selama 3- 4 jam (atau lebih)

• Amati perubahan yang terjadi : - Susu yang menjadi yogurt akan terjadi perubahan konsistensi

dari encer menjadi kental, berarti tidak ada antibiotika dalam susu

- Susu tetap encer berarti ada antibiotik dalam susu

Page 43: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 39

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Tanda Tangan Dosen/Asisten :

……………………

HASIL KERJA SEMENTARA 1. Pengamatan sebelum inkubasi

Kode Warna Viskositas

2. Pengamatan setelah inkubasi

Kode Warna Viskositas Penilaian

Page 44: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 40

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Sumber : Soulsby E.J.L., 1971

1. Schistosoma bovis

2. Eurytrema pancreaticum

3. Schistosoma spindalis

4. Schistosoma japonicum

5. Schistosoma indicum

6. Ornithobilharzia turkestanicum

7. Thelazia rodesii

8. Schistosoma nasalis

9. Oesophagustomum radiatum

10. Syngamus larygeus

11. Mecistocirrus digitatus

12. Fischoederius cohboldi

13. Bunosthomum phlebotonum

14. Carmyerius spatiosus

15. Gastrothylax crumenifer

16. Cooperia pectinita

17. Ascaris vitulorum

18. Fischoederius clongatus

Eggs Worm Parasites Of Cattle (Original)

Page 45: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 41

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Ostertagia Haemonchus contortus

Trichosronylus spp Nematodirus

Trichostrongylus Trichuris spp

Page 46: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 42

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Moniezia Fasciola spp

Paramphistomum Paramphistomum

Page 47: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 43

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Sumber : Soulsby E.J.L., 1971

Egg Worm Parasites Of Sheep (Original)

1. Fasciola hepatica

2. Paramphistomum cervi

3. Thysaniezia giardi

4. Moniezia expansa

5. Moniezia benedeni

6. Dicoceolium dendriticum

7. Strongyloides papillosus

8. Gongylonema pulchrum

9. Trichuris globulosa

10. Fasciola gigantica

11. Nematodirus spathiger

12. Gaigeria pachyscelis

13. Tricostrongylus spp

14. Skrjabinema ovis

15. Acitellina centripunctata

16. Chabertia ovina

17. Haemonchus contortus

18. Bunostomum trigonocephalus

19. Oesophagustomum columbinarum

20. Cotylophoron cotylophorum

21. Fascioluides magna

22. Ostertagia circumcincta

23. Marshallagia marshalli

Page 48: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 44

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Morfologi telur cacing:

Eggs Worm Parasites Of The Fowl (Original)

.

1. Ascaridia galli

2. Heterakis galliae

3. Saburula brumpti

4. Prasthoganimus sp

5. Strongiloides avium

6. Tetramers Americana

7. Acuaria spiralis

8. Acuaria hanulosa

9. Gongylonema ingluvicola

10. Syngamus trachea

11. Harteria gallinarum

12. Oxyspirura mansoni

13. Capillaria annulala

14. Capillaria relusa

15. Capillaria columbae

16. Capillaria longicollis

17. Amaebotaenia sphenoides

18. Hymenolepis carioca

19. Raillietina cesticillus

20. Choanotaenia infundibulum

21. Single egg of C. infundibulum

22. Raillietina echinubothrida

23. Raillietina Terragona

24. Davainea proglottina

Page 49: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 45

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020

Psoroptes spp Mange-Scabies Chorioptes equi Demodec spp

Morfologi Ektoparasit

,

Psoroptes

Sarcoptes scabiei

Page 50: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 46

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Morfologi protozoa usus - Eimeria sp.

Page 51: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 47

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 DAFTAR PUSTAKA

Campell. R.S.F., Copeman. D.B., Goddard. M.E., Johnson S.J. and Tranter.

W.P., 1983. Veterinary Epidemiology. A.U.I.D.P Donal P. Conway and M. Elizabeth McKenzie, 2007.Poultry Coccidiosis Diagnosticand Testing Procedures. Blackwell Publishing Edsel Salvana, MD, DTM&H, 2010. Introduction of Parasitology Friedman G.D., 1986. Primer of Epidemiology. Yayasan Essentia Medica.

Penerbit Buku-buku Ilmiah Kedokteran, Yogyakarta Hansen J., Perry B., 1994. The Epidemiology, Diagnosis and Control of

Helmith Parasite Runimants. International Laboratory for research. Ethiophia

Direktorat bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan,

Departement Pertanian. 1990. Manual Standart Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan.

Lapage G. 2000. Monning’s Veterinary Helminthology and Entomology . Greenworld Publ Soulsby E.J.L., 2012. Veterinary Helminthology Helminth, Arthopode and

Protozoa of Domesticated Animal Minig. Balliere, Tindal and Cassel. London

Trisunuwati P., Indrati R., 1990. Pengantar penyakit Pada Ternak dan

Penaggulangannya. Nuffic-Universitas Brawijaya. Madang Trocy P.M., Itard. J. and Morell P., 1989. Manual of Tropical Veterinary

Parasitology. C.A.B International, U.K Thrusfield, M , 2006 . Veterinary epidemiology

Page 52: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI · kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju

lab epid Fak Peternakan UB 48

Petunjuk Praktikum Epidemiologi & Laporan Sementara 2020 Tritschler.J and Bradrad LM, 2002 Parasites livestock fecal examination for

parasite eggs Villarroe A, 2013 Internal Parasites in Sheep and Goats,