85

PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan
Page 2: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

PENYUSUN MODUL :

Laboratorium Keterampilan Medik FK. UISU

PakarIlmuTerkait

EDITOR :

TIM MEU FK. UISU

i

Page 3: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

KATA PENGANTAR DEKAN

Assalamu’alaikum .wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua. Saya ucapkan selamat kepada tim penyusun yang berkat kerja keras

dengan petunjuk dan ridha-Nya telah berhasil menyelesaikan Penuntun Praktikum

Modul HatidanSaluranEmpedu, HormondanMetabolisme, DarahdanKeganasan,

danPenyakitTropisdanInfeksi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.

Standard Pendidikan Profesi Dokter menuntut dunia pendidikan kedokteran

menghasilkan lulusan dokter dengan Standard Kompetensi Dokter sesuai SK-

Mendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis

Kompetensi, sehingga diharapkan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera

Utaraakan menghasilkan lulusan dokter muslim yang berakhlakul karimah dan dokter

yang berkompeten.

Konsil Kedokteran Indonesia dengan keputusan No. 21A/KKI/KEP/IX/2006 dan revisi

SKDI no 11 tahun 2012 telah mensahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012,

sesuai amanah Undang – Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

Berdasarkan hal tersebut, berpedoman pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utarayang disesuaikan dengan visi dan misi

Universitas Islam Sumatera Utara maka tersusunlah Penuntun Praktikum Semester II ini

dengan segala ketidaksempurnaannya sehingga tetap terbuka untuk perbaikan di masa

depan.

Insya Allah, kita dapat melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan

Dirjen Dikti RI dengan harapan berjalan sebagaimana mestinya.

Semoga Penuntun Praktikum Semester III ini bermanfaat buat kita semua sehingga

tercapai tujuan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utaradi

masa depan. Amin.

Medan, September 2017

Dekan

dr.Abd. Harris Pane, Sp.OG

ii

Page 4: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, Tidak

diizinkan mengikuti kegiatan bila terlambat lebih dari 15 menit

2. Mahasiswa harus mempersiapkan diri mengenai kegiatan yang akan

dilakukan

3. Bagi mahasiswa yang tidak mempersiapkan diri tidak akan diperbolehkan

mengikuti kegiatan

4. Mahasiswa harus membuat laporan kegiatan (Jurnal) dan mengumpulkan

setiap minggu berikutnya

5. Mahasiswa harus memakai baju lab (putih lengan panjang dengan Lambang

UISU) dan papan nama mulai dari awal kegiatan sampai selesai

6. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai sandal, kaos oblong dan celana jeans

(dianggap tidak hadir pada perpratikuman itu), kuku tangan tidak boleh

panjang

7. Tidak mengaktifkan HP

8. Kehadiran praktikum adalah 100% (wajib hadir)

9. Setiap mahasiswa harus membawa perlengkapan/ bahan yang sudah

diumumkan sebelum kegiatan

10. Setiap mahasiswa harus membawa kain lap dan kain planel di setiap

kegiatan

11. Mahasiswa harus menjaga ketertiban selama kegiatan

12. Peralatan yang rusak / hilang harus dilaporkan dan diganti oleh mahasiswa

per kelompok

13. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, minum atau merokok selama

praktikum

14. Tidak dibenarkan keluar dari ruangan kegiatan tanpa seizin Instruktur

iii

Page 5: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

PENILAIAN PRAKTIKUM

LULUS (L)

1. Telah mengikuti keseluruhan jadwal kegiatan praktikum

2. Lulus praktikum

Tunda

1. Bila tidak mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum

2. Mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum tetapi tidak mengikuti Ujian

Tengah Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)

3. Tidak wajib mengulang proses kegiatan praktikum tetapi hanya mengikuti Ujian

Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sesuai KRS yang

diambil

Ujian Tengah Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)

1. Hanya boleh diikuti oleh mahasiswa yang telah mengikuti seluruh jadwal

kegiatan praktikum100% (wajib hadir)

2. Mahasiswa yang memiliki absen ≤ 4 dan telah mengikuti kegiatan remedial

absen praktikum dapat mengikuti ujian.

3. Apabila mahasiswa telah memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) maka UTS

dianggap batal dan nilai tersebut batal, mahasiswa tersebut Gagal Praktikum

dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali.

4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) tidak

diperkenankan mengikuti kegiatan remedial absen praktikum dan ujian UTS/

UAS, mahasiswa tersebut Gagal Praktikum dan harus mengikuti proses

kegiatan praktikum kembali.

Remedial Ujian Akhir Semester (UAS) Praktikum

1. Mahasiswa yang mendapat nilai C+ sampai T, mahasiswa yang mengikuti ujian

UAS

2. Mahasiswa sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti remedial

Ulangan Proses (Remedial Absen Praktikum)

1. Mahasiswa yang memiliki absen ≤4 selama 1 semester

2. Mahasiswa yang telah mendaftar pada waktu yang telah ditentukan.

iv

Page 6: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Tata TertibPraktikum ................................................................................................. iii

PenilaianPraktikum .................................................................................................... iv

Daftar Isi ................................................................................................................... v

Praktikum I. Anatomi Hati dan Saluran Empedu ...................................................... 2

Praktikum II. Histologi Hati dan Saluran Empedu .................................................... 6

Praktikum III.Histopatologi Hati dan Empedu .......................................................... 8

Praktikum IV.Zat Warna dalam Urin ........................................................................ 13

Praktikum V.Anatomi Endokrin ................................................................................ 18

Praktikum VI.Histologi Sistem Endokrin .................................................................. 24

Praktikum VII.Histopatologi Endokrin ...................................................................... 35

Praktikum VIII.Histopatologi Jaringan ...................................................................... 37

Praktikum IX.Enzim .................................................................................................. 39

PraktikumX.Penatalaksanaan DM Tanpa Komplikasi .............................................. 42

Praktikum XI.Pemeriksaan SHDdan Difftel

MembuatSediaanHapusDarah Tepi ................................................... 55

Praktikum XII.Laju Endap Darah (LED) .................................................................. 58

Praktikum XIII.Penentuan Golongan Darahdan Cross Matching Test ...................... 61

Praktikum XIV.Bleeding Time .................................................................................. 66

Praktikum XV.Parasit pada Hati dan Saluran Empedu ............................................. 70

Praktikum XVI.Direct Smear Mycology, Mycology ................................................. 75

v

Page 7: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MODUL

HATI DAN SALURAN EMPEDU

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Buku Panduan Praktikum Semester III 1

Page 8: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM I

ANATOMI HATI DAN SALURAN EMPEDU

Hepar

Lokasi : regio hypochondrium kanan dan meluas ke regio epigastrium dan hypochondrium

kiri.

Bentuk: seperti pyramid.

Facies superior : diaphragma memisahkan facies superior ini dari basis pleura di sebelah

kanan dan kiri, dan dari pericardium fibrosa di tengah-tengah.

Facies lateral kanan: basis pyramid, berbentuk segiempat, setentang iga 7-11 pada linea

axillaris media. Biopsy hepar harus menjauhi batas bawah pleura (di

bawah iga 10).

Margo inferior: tidak melewati pinggir bawah iga, kecuali pada region epigastrium

Facies anterior : terletak diantara facies superior dan margo inferior. Pada sisi kanan

diaphragma memisahkan facies ini dari iga 5-10, sedangkan pada sisi kiri

dari rawan iga 7-8

Facies posterior : bentuk segi tiga dari kiri ke kanan terdapat berturut-turut

- Impression oesophagea (tempat pars abdominalis oesophagus)

- Fissure ligamentum venosi (tempat ligamentum venosum)

- Lobus caudatus

- Fossa venae cavae (tempat vena cava inferior)

- ‘’Bare area of the liver’’ yaitu bagian hepar yang tidak tertutup peritoneum dan

berhubungan langsung dengan diaphragma

Facies inferior (visceralis) : gambaran huruf H dan lekukan-2 oleh organ sekitarnya

Facies visceralis hepar

Terdapat gambaran huruf H:

Kaki kiri H

- fissura lig. teres hepatis (anterior)

- fissura lig. Venosi (posterior)

Buku Panduan Praktikum Semester III 2

Page 9: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kaki kanan H

- fossa vesicae fellea (anterior)

- fossa venae cavae (posterior)

Garis lintang H : porta hepatis

Lobus hepatis

Secara anatomi terdiri dari:

1. lobus dexter

2. lobus sinister

3. lobus quadrates

4. lobus caudatus

Apparatus extrahepatis, terdiri dari:

1. ductus hepaticus communis

2. vesica fellea dan ductus cysticus

3. ductus choledochus (common bile duct)

Gambar Hati (Hepar)

Dipisahkan oleh fissure lig.Teres hepatic dan lig.venosi Lobus dexter dipisahkan oleh fossa venae cavae dan fossa vesicae fellea

Dipisahkan oleh porta hepatis

Buku Panduan Praktikum Semester III 3

Page 10: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar Hati, Hepar, Porta Hepatis

Ductus hepaticus communis

Bilus (empedu) yang dihasilkan oleh sel-sel hati disalurkan oleh canaliculi yang terdapat

disekeliling sel-sel tersebut. Dari canaliculi ini diteruskan ke ductuli kecil dan seterusnya

hingga kedalam ductus hepaticus sinister dan dexter dari masing-masing lobus hepatis

fungsionil. Pada porta hepatis, kedua ductus hepaticus kiri dan kanan bersatu membentuk

ductus hepaticus communis. Ductus hepaticus communis panjangnya 3-4 cm dan berjalan

menurun dalam pinggir bebasomentum minus, kemudian bersatu dengan ductus cysticus

yang berasal dari kandung empedu untuk membentuk ductus choledochus.

Vesica fellea (kandung empedu)

Terletak di dalam fossa vesicae fellea lobus hepatis dexter. Terdiri dari fundus, corpus,

infundibullum dsn collum. Ukurannya 9 x 3 cm dan kapasitasnya 50 ml.

- Fundus adalah bagian yang terletak di luar pinggir anterior hepar. Biasanya terletak

pada sudut antara batas lateral m. rectus abdominis dengan rawan iga-9 kanan.

- Corpus terletak di dalam fossa vesica fellea dan tertutup oleh peritoneum dari sebelah

inferior dimana ia berhubungan dengan colon transversum dan pars superior duodeni

dan pars descendens duodeni

Buku Panduan Praktikum Semester III 4

Page 11: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

- Infundibulum adalah bagian yang menjadi lebih pipih secara perlahan sesudah corpus.

Melekat pada pars superior duodeni dengan perantaraan suatu lipatan peritoneum

bernama ligamentum cholecystoduodenalis.

- Collum vesicae adalah bagian yang tiba-tiba mengecil dan melengkung membentuk

huruf S. panjangnya 5-7 mm dan berlanjut ke ductus cysticus.

Kantong Hartmann adalah suatu penonjolon pada permukaan inferior infundibulum. Kantong

ini terletak dekat dengan collum. Dalam kantong Hartmann ini sering dijumpai batu empedu.

Ductus cysticus

Panjangnya 2,5 cm, berjalan ke inferior dan bersatu dengan ductus hepaticus communis

membentuk ductus choledochus

Ductus choledochus

Panjangnya 7,5 cm.

Secara topografi dapat dibagi atas 4 bagian:

1. Bagian supraduodenal

2. Bagian retroduodenal

3. Bagian infraduodenal (pancreatik)

4. Bagian intramural

Gambar Kandung empedu,

Vesica biliaris (fellea), saluran empedu

Buku Panduan Praktikum Semester III 5

Page 12: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM II

HISTOLOGI HATI DAN SALURAN EMPEDU

Lobulus hati (Hepatic lobulus)

Pada sediaan dari pada lobulus hati (lobuli hepatis) dengan objektif 10x, gambaran bagian-

bagiannya sebagai berikut:

1. Vena sentralis, berada ditengah-tengah suatu lobules hati

2. Lempengan hati yang dibangun oleh sel hati

3. Area portal dengan bentuk polygonal dan dijumpai segitiga hati, (trigonum hepatis) yang

terdiri dari : arteri, vena dan saluran empedu (duktus biliaris, bile duct) yang dibagun

oleh epitel kubus yang pucat.

4. Septa interlobular yang disusun oleh jaringan ikat

Gambar Lobulus Hati

Dengan objektif 45x pelajari sifat/ strukturnya dan hubungan sel-sel pembangun dari

lempengan hati, yaitu:

1. Vena sentralis, pembuluh darah yang berada di tengah-tengah lobulus hati

2. Sel hati, bentuk heksagonal dengan inti berada di tengah

3. Sinusoid, berada celah-celah diantara barisan susunan sel hati

4. Saluran empedu (ductus bilaris/ bile duct) terlihat berupa saluran yang dibentuk oleh

epitel kubus yang pucat

5. Vena interlobular, dijumpai pada septa interlobular

6. Septa interlobular dibentuk oleh suatu jaringan ikat

7. Arteri interlobular, dijumpai pada septa interlobular

Buku Panduan Praktikum Semester III 6

Page 13: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kandung empedu (Vesica fellea)

Secara makroskopis tampak suatu saluran yang merupakan potongan melintang dari kandung

empedu.

Dinding organ ini disusun oleh:

1. Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan (bedakan dengan jonjot usus) dan

terkadang membentuk lekukan(Divertikulum crypti mucosae)

a. Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak di

daerah basal.

b. Lapisan propria yang dibangun oleh jaringan ikat areolar dan dijumpai sinus

rokitansky aschoof

2. Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot elastic,.

3. Tunika adventisia dibangun oleh jaringan ikat padat dan berlanjut menjadi kapsula

interlobular dari hati.

Gambar Lempeng Hati (Hepatic Plates) Gambar Vesica fellea

Buku Panduan Praktikum Semester III 7

Page 14: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM III

HISTOPATOLOGI HATI DAN EMPEDU

ETIOLOGI

• Terminal dari alcoholic liver disease

• Viral hepatitis

• InfeksibeberapaparasitsepertiSchistosomiasis

• Gangguanmetabolismeseperti Wilsons Disease

• Keracunanbahankimia

• Keadaan yang tidakdiketahui

Buku Panduan Praktikum Semester III 8

Page 15: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pendahuluan

Cirrhosis penyakithatidifus yang ditandai proses nekrosis / fibrosis yang menghu-

bungkan portal dan portal, portal dansentral, dansentral – sentral.

Perubahanarsitekturdanvaskularisasihati

Biopsi Hatimelihat adanya perubahan pada struktur hati dan derajat kerusakan pada hati

Staging & grading

Terapi

Prognosis

Buku Panduan Praktikum Semester III 9

Page 16: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MAKROSKOPIS

2 bentuk :

- Makronodular

• Nodule> 3 mm

• Tampak kerusakan hepar ditandai adanya nekrosis diikutifibrosis

danregenerasihepatosit.

• Umummnyadisebabkan virus

- Mikronodular

• Umummnyadisebabkanalkohol

• Mixed

• Padapemotongan ,tampakkarekteristiknyapucatpadadaerahparut.

• Beratdarihatitidaklebih 1 kg ( menyusut ) padakasus yangberat.

Buku Panduan Praktikum Semester III 10

Page 17: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Buku Panduan Praktikum Semester III 11

Page 18: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Buku Panduan Praktikum Semester III 12

Page 19: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM IV

ZAT WARNA DALAM URIN

Pada dewasa normal,sebanyak 1-2 x 108 eritrosit dihancurkan setiap jamnya. Bagian

porphirin dari HEME mengalami degradasi yang berlangsung terutama didalam sel-sel RES

(Reticuloendothelial system) dari hepar,lien dan sumsum tulang.

Katabolisme heme berlangsung didalam mikrosom sel-sel RES oleh suatu kompleks enzim

yang dinamakan Heme oksigenase. Setelah mengalami proses oksidasi-reduksi, hemediubah

menjadi Biliverdin IXα.Pada burung dan amphibia,biliverdin IX-α langsung diekskresi

kedunia luar,tetapi pada mammalia,senyawa ini diubah menjadi bilirubin IX-α dengan

bantuan enzim bilirubin reduktase. Kira-kira 1 gram hemoglobin menghasilkan 35 mg

bilirubin.Dalam seharinya terbentukj 250-350 mg bilirubin.

Metabolisme bilirubin terutama berlangsung di hepar dan terbagi atas 3 proses :

1. uptake bilirubin oleh sel parenkhim hepar.

2. konyugasi bilirubin didalam smooth endoplasmic reticulum sel hati.

3. sekresi bilirubin kedalam cairan empedu.

Bilirubin yang berasal dari sel-sel RES berada dalam bentuk unconjugated yang tidak larut

dalam air (disebut juga indirect bilirubin) ditangkap oleh sel hati Setelah dikonyugasi dengan

2 gugus glukuronat,terbentuk bilirubin diglukuronat yang larut dalam air (direct bilirubin).

Asam glukuronat dapat disintesa dari glukosa dalam lintasan asam uronat dari metabolisme

KH (Uronic acid pathway).

Bilirubin direk disekresikan kedalam cairan empedu dan dialirkan kedalam duodenum.

Didalam ileum terminalis dan kolon, glukuronat dilepaskan dengan bantuan enzim spesifik β-

glukuronidase yang dihasilkan oleh bakteri usus.Selanjutnya pigmen ini direduksi menjadi

urobilinogen yang tidak berwarna.Didalam ileum terminalis dan kolon,sebagian urobilinogen

direabsorpsi dan re-ekskresi melalui hati kedalam duodenum (Siklus Enterohepatis).Sebagian

besar urobilinogen dikeluarkan bersama feses dan dioksidasi menjadi urobilin yang berwarna

gelap.

Buku Panduan Praktikum Semester III 13

Page 20: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sebagian bilirubin terkonyugasi yang berada didalam sirkulasi akan menyebar dan

dikeluarkan bersama urin.

Hiperbilirubinemia : Bila kadar bilirubin melebihi 1 mg/dL.

Penyebab hiperbilirubinemia :

a. produksi melebihi kemampuan ekskresi oleh hepar.

b. kerusakan hepar sehingga gagal mengekskresi seluruh bilirubin walaupun produksi

normal.

c. obstruksi pada saluran ekskresi hati.

Dalam keadaan demikian,bilirubin menumpuk didalam darah,pada kadar tertentu ( > 2-2,5

mg/dL),akan berdiffusi kedalam jaringan sehingga kulit dan sklera mata tampak berwarna

kuning,keadaan yang disebut icterus/jaundice.

Beberapa kelainan penyebab ikterus/jaundice adalah :

a. Pada uptake : Gilbert’s disease.

b. Pada tahap kunyugasi : Neonatal Jaundice,Toxic jaundice,Crigler-Najjar

Syndrome dan Gilbert’s disease.

c. Pada tahap sekresi : Dubin-Johnson syndrome dan Rotor’s syndrome.

Pemeriksaan Zat - Zat Warna dalam Urin

1.Pemeriksaan Urobilinogen dan Urobilin dalam Urin

Urin yang baru keluar hanya mengandung urobilinogen. Bila urin dibiarkan lama dalam

udara, maka urobilinogen ini akan dioksidasi oleh oksigen dari udara sehingga terbentuk

urobilin.

1.Reaksi Erlich

Cara kerja :

Ke dalam 10 ml urin dicampurkan 1 ml reagensia Erlich (terdiri dari 2gr para metil

amino benzaldehida di dalam 100 ml HCL 20%) dibiarkan selama 3 - 5 menit.

Interpretasi:

Bila terjadi warna merah muda, berarti reaksi positip. menunjukkan adanya

urobilinogen dalam urin.

Buku Panduan Praktikum Semester III 14

Page 21: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

2. Reaksi Schlesinger

Reagensia :

- Larutan jenuh Zn asetat dalam alkohol 96 % (sebelum dipakai dikocok)

- Larutan Jodium 1 % dalam alkohol.

Cara kerja :

10 ml urin dicampur dengan 1/2 ml NH4OH dan 10 ml reagensia Schlesinger, lalu

dikocok, saring dengan kertas saring. Filtratnya yang jernih kemudian ditetesi dengan

1 tetes larutan Jodium 1 % dalam alkohol.

Interpretasi :

Jika ada urobilin dalam urin, maka anak terlihat fluoresensi hijau yang dapat dilihat

dengan dasar hitam.

2. Pemeriksaan Bilirubin

Urin untuk pemeriksaan ini tidak boleh disaring, karena bila disaring bilirubinnya

akan tertinggal pada kertas saring.

2.1. Reaksi cincin dengan Jodium

Cara kerja :

Pada 5 ml urin ditambahkan 1 ml Jodium tinctur ( Jodium 1 % dalam alkohol )

dengan hati - hati melalui dinding tabung reaksi.

Interpretasi :

Reaksi positip bila dijumpai cincin hijau pada garis pemisah anta ra kedua cincin.

Berarti dijumpai bilirubin di dalam urin yang diperiksa.

2.2. Reaksi Huppert Salkowsky - Steensma

Cara kerja :

10 ml urin yang tidak disaring dan bersifat asam ditambah 10 tetes Na2CO3 20 %

dan 20 tetes CaCL2 20 % . Endapan yang terjadi disaring dan dicuci beberapa kali

dengan air.

Buku Panduan Praktikum Semester III 15

Page 22: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi :

• Jika endapan tidak berwarna, maka bilirubin tidak dijumpai dalam urin.

• Jika endapan berwarna kuning, maka endapan ini dilarut dalam 1 atau 3 ml Hcl

dalama alkohol. Kemudian pada larutan ini diteteskan 1 tetes NaNO3 0,5 %.

Maka bila terjadi warna hijau berarti dalam urin yang diperiksa mengandung

bilirubin.

2.3. Reaksi Fouchet

Cara Kerja :

5 ml urin diberi beberapa ml BaCL2 10 %. Endapan yang terjadi disaring

dengan kertas saring. Lalu endapan dipindahkan pada kertas saring yang lain.

Kemudian ditetesi dengan beberapa tetes reagensia Fouchet ( 25 gr

Trikloroasetil acid dilarutkan dalam 100 ml aquadest dan dicampur dengan 10

ml larutan FeCL3 ).

Interpretasi :

Jika terbentuk warna hijau berarti terdapat bilirubin di dalam urin yang

diperiksa.

Buku Panduan Praktikum Semester III 16

Page 23: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MODUL

HORMON DAN METABOLISME

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Buku Panduan Praktikum Semester III 17

Page 24: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM V

ANATOMI ENDOKRIN

Kelenjar endokrin terdiri atas:

- Hipofisa → Hipofisa anterior, medulla, posterior

- Thyroid

- Parathyroid

- Adrenal → korteks & medulla

- Pankreas → Sel Alpha, Sel Beta, Sel Delta, Sel F

- Ovarium

- Testis

- Thymus

Gambar Organ-Organ Endokrin

Buku Panduan Praktikum Semester III 18

Page 25: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Hipofisa (Pituitari)

- Terdiri dari hipofisa anterior (depan), Medulla (tengah) & posterior (belakang).

- Anterior & Medulla → Adenohipofisa

- Posterior → Neurohipofisa → ada sinyal syaraf baru disekresikan

- Kelenjar Hipofisa → Master Gland → karena dapat menghasilkan hormone yang

dihasilkan dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain → hipofisa

anterior → TSH = tyrosomatotropic hormone → merangsang kelenjar tyroid → untuk

menghasilkan thyroksin → thyroksin digunakan untuk metabolisme tubuh (karbohidrat,

protein, lipid) → berarti jalan menuju hipofisa anterior akan terhambat dst.

Kelenjar Thyroid

- Ada 2 lobi dan 1 lobus tambahan

- Letak → di kiri-kanan trakea atas dan di faring bagian bawah.

- Hormon tiroksin

- Mempengaruhi metabolisme sel, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi jaringan

tubuh.

Gambar Kelenjar Thyroid

Buku Panduan Praktikum Semester III 19

Page 26: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Paratyroid

- Terdiri dari 4 struktur kecil

- Letak di sebelah dorsal kelenjar tyroid

- Hormonnya parahormon

- Parahormon untuk mempertahankan kadar Ca dan P di dalam darah

Kelenjar Adrenal

Terletak polus superior ren (aspek superomedial), kiri dan kanan dari truncus coeliacus. Yang

kanan berbentuk pyramis, yang kiri berbentuk semilunaris.

Gambar Glandula Suprarenalis

Buku Panduan Praktikum Semester III 20

Page 27: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pankreas

Kelenjar yang berbentuk martil dan terletak di dalam epigastrium dan meluas ke

hypochondrium kiri dimana sumbu panjang organ ini kira-kira terletak pada bidang

transpilorik. Letaknya retroperitoneal di dalam cekungan duodenum berbentuk huruf c dan

meluas ke lateral kiri hingga mencapai hilus renalis.

Kelenjar ini memiliki 2 fungsi:

- Kelenjar eksokrin menghasilkan enzim-enzim pencernaan

- Kelenjar endokrin menghasilkan insulin oleh sel Beta dan glukagon oleh sel alpha untuk

metabolisme karbohidrat.

Organ ini terdiri dari caput, collum, corpus, dan cauda

Gambar Pankreas

Ovarium

Ovarium berfungsi mengeluarkan hormone steroid dan peptide seperti estrogen dan

progesterone. Kedua hormone ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks

sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk

implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal

kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur siklus menstruasi.

Buku Panduan Praktikum Semester III 21

Page 28: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Testis

Testis berperan pada system reproduksi dan system endokrin

Fungsi testis:

- Memproduksi sperma (spermatozoa)

- Memproduksi hormone seks pria seperti testosterone

Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak

saluran yang disebut Tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang

sudah atau tengah berkembang.

Gambar Testis

Buku Panduan Praktikum Semester III 22

Page 29: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Thymus

Terletak di rongga dada bagian medastinum superior, yakni dalam lingkup cakra jantung.

Terbagi menjadi lobus dextra dan sinistra. Kelenjar ini memegang peranan yang penting pada

perkembangan sex seorang anak. Sesudah masa remaja kelenjar ini seharusnya berhenti

bekerja, bilamana tidak demikian, maka anak itu kan berkurang bertanggung jawab, mudah

marah dan tidak mengindahkan kebenaran. Fungsi thymus yang paling utama adalah

pertukaran zat-zat mineral terutama kapur dan fosfor.

Gambar Tymus pada Seorang Remaja

Buku Panduan Praktikum Semester III 23

Page 30: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM VI

HISTOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Tujuan Instruksi Umum :

• Mengenal susunan dan mikroskop kelenjar tiroid, paratiroid, suprarenal dan kelenjar

hipofisis.

Tujuan Instruktur Khusus :

• Menetapkan dengan mikroskopis kelenjar tiroid, paratiroid, suprarenal, adenohipofisis

dan neurohipofisis.

Sistem Kelenjar Endokrin

Pengantar

Sistem endokrin terdiri dari sel-sel, jaringan dan organ yang mensintesis dan mensekresi

hormon langsung ke dalam pembuluh kapiler darah dan limfe. Akibatnya kelenjar/organ

endokrin tidak memiliki saluran keluar.

Hormon yang merupakan hasil sekresi dari kelenjar endokrin akan berperan terhadap organ

lain dalam pelaksanaan kerjanya. Gangguan keseimbangan dalam produksi hormon ini oleh

kelenjar akan dapat mengakibatkan hipofungsi maupun hiperfungsi. Kejadian ini merupakan

manefestasi beberapa penyakit.

Kelompok kelenjar ini disusun oleh jaringan epitel yang berbeda dan tidak mempunyai

permukaan bebas. Kejadian ini merupakan manesfestasi beberapa penyakit.

Kelompok kelenjar ini disusun oleh jaringan epitel yang berbeda dan tidak mempunyai

permukaan bebas. Kelenjar ini terdiri dari deretan sel (cords), lempengan atau gumpalan sel

disokong oleh jaringan ikat yang halus. Kelenjar ini mempunyai saluran, bahan sekresi

berupa hormon yang ditumpahkan langsung ke pembuluh darah. Dengan kejadian seperti ini

maka sekitar sel sekresi banyak ditemukan jaringan epitel.

Buku Panduan Praktikum Semester III 24

Page 31: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Hormon yang merupakan hasil sekresi dari kelenjar endokrin akan berperan terhadap organ

lain dalam pelaksanaan kerjanya.

Kelenjar endokrin ini dapat ditemukan berupa :

• Berkelompok dan tersusun secara tersendiri.

• Dapat bercampur dengan kelenjar eksokrin lainnya.

• Kelompok sel yang tersebar, jadi tidaklah merupakan sebagai suatu organ.

Gangguan keseimbangan dalam produksi hormon ini oleh kelenjar-kelenjar akan dapat

mengakibatkan hipofungsi maupun hiperfungsi. Kejadian ini terutama merupakan manifestasi

beberapa penyakit.

Dengan kemajuan teknologi kimia pada akhir ini telah dapat dilakukan sintesa hormon-

hormon, dan hal ini sangat membantu dalam pengobatan berbagai penyakit.

Pada beberapa kelenjar endokrin, bahan sekresi akan ditumpukkan diluar sel dan berada

dalam suatu kantongan atau folikel, tetapi pada beberapa jenis kelenjar endokrin yang lain

bahan sekresi tetap berada didalam sel sekresinya, ataupun masih berada dalam fase butir-

butir sekresi.

Terdapat juga banyak eksokrin yang terkait dengan dsel-sel endokrin atau jaringan endokrin.

Organ campuran (endokrin-eksokrin) seperti itu adalah pankreas, ginjal, organ reproduksi,

plasenta dan saluran cerna. Juga terdapat organ endokrin tersendiri pada tubuh yaitu hipofisis

atau kelenjar pituitaria, kelenjar tiroid/paratiroid dan kelenjar adrenal.

Kelenjar Tiroid (Glandula Thyroidea)

Secara keseluruhan elenjar ini dibungkus oleh kapsul dan akan mencuat ke dalam masa

kelenjar membentuk septa untuk membungkus lobulus. Massa kelenjar ini berupa kantongan

epitel yang disebut folikel dan mengandung koloid, antara folikel dipisahkan oleh jaringan

ikat yang disebut stroma. Folikel biasanya dilapisi epitel selapis kubus yang terdiri atas sel-

sel folikel atau sel prinsipal. Selain sel-sel folikel kelenjar tiroid juga mengandung sel

Buku Panduan Praktikum Semester III 25

Page 32: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

sekretoris jenis lain yaitu sel parafolikel. Sel ini terdapat berkelompok atau tunggal ditepi

folikel. Septa jaringan ikat simpai kelenjat tiroid meluas kebagian dalam tiroid dan membagi

kelenjar tiroid dalam lobuli. Didalam septa jaringan ikat dan sekitar setiap folikel terdapat

banyak pembuluh darah arterior, venul, kapiler.

Dengan lensa objektif 10x tampak bangunan-bangunan bulat dengan susunan sebagai berikut:

A. Parenkim (folikel) dengan bagian-bagiannya :

1. Epitel vesikuler yaitu berupa epitel selapis kubis/epitel silindris rendah yang melapisi

folikel.

2. Membrane basalis

3. Koloid yaitu cairan yang homogen dan berwarna kuning sampai merah dan dapat

mengalami pengerutan.

4. Koloid retraksi dan terbentuklah vakuola.

B. Stroma yang dibangun oleh :

1. Jarngan ikat

2. Sel Interfolikular

3. Pembuluh darah

Gambar Kelenjar Tiroid

Buku Panduan Praktikum Semester III 26

Page 33: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Paratiroid (Glandula Parathyroidea)

Kelenjar paratiroid berhubungan erat dengan kelenjar tiroid. Kelenjar ini dibungkus oleh

kapsul dan selanjutnya akan mencuat menjadi septa. Sedangkan parenkim membentuk massa

yang padat atau pita-pita sel yang irreguler. Sel-sel di dalam paratiroid tersusun dalam

deretan yang saling beranastomosis dan berkelompok, bukan sebagai folikel dengan koloid

seperti pada kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid mengandung 2 jenis sel yaitu sel utama/

prinsipal (chief cell) dan iksifit (oxyphil cell).

Dengan objektif 10x mirip sebagai suatu organ limfoid dan strukturnya homogen disebabkan

oleh karena sel-sel kelenjar yang bulat-bulat dan sama besarnya. Dengan objektif 45x dapat

diteliti:

a. Parenkim yang yang disusun oleh:

1. Sel principal (principal cell, chief cell) ditemukan lebih banyak, inti ditengah pucat,

berada dalam susunan massa ataupun barisan-barisan.

2. Sel oksifil (oxyphilic cell, acidophilic cell) sel ini terletak soliter, lebih besar,

protlasma mengandung granula-granula yang merah (homogen) inti lebih kecil dan

lebih padat, normal tidak ditemukan pada anak-anak.

b. Stroma yang dibangun oleh;

1. Jaringan ikat

2. Pembuluh darah.

Buku Panduan Praktikum Semester III 27

Page 34: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

;

Gambar Kelenjar Paratiroid

Gambar Kelenjar Paratiroid

Buku Panduan Praktikum Semester III 28

Page 35: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Hipofise (Hypophyse Cerebri)

Kelenjar ini berbentuk ovoid dengan besar 1,5 cm x 2,5 cm x 0,5-0,75 cm dan bertambah

besarnya pada saat kehamilan. Kelenjar ini berada pada sella tursica.

Kelenjar ini terdiri atas 2 sub divisi utama, yaitu adenohipofisis dan neurohipofisis.

Adenohipofisis dibagi menjadi pars distalis (lobus) anterior, pars tuberalis, pars intermedia.

Neurohipofisis dibagi menjadi pars nervosa atau prossesus infundibularis, tangkai

infundibulum (neural).

Dengan lensa objektif 10x tampak kelenjar yang terdiri dari dua macam yaitu:

A. Pars anterior berupa jaringan klenjar yang disusun oleh:

1. Parenkim disusun oleh sel-sel secara trabekular (column) dan dengan objektif 45x

dapat dibedakan atas:

a. Sel kromofob (principal cell, chief cell) berjumlah 50% dengan sifat sel yang

pucat, sitoplasma homogen, inti oval/ sferis lebih kecil dari.

b. Sel kromofil berjumlah 50% dan terdiri dari:

-Sel alfa (asidofilik) yang berwarna mrah dengan hematoksillin eosin, lebih

besar dan bergranul.

- Sel beta (basofilik) yang berwarna biru ungu (violet) dengan hematoksillin

eosin, lebih kecil dari sel alfa.

2.Sinusoiddiantara kelompok-kelompok sel kelenjar dan dilapisi oleh sel

retikuloendotel.

B. Pars Posterior berupa jaringan saraf yang terdiri atas:

1. Pars nervosa pada bagian ini diperhatikan adanya pembuluh darah, pituisit dan

serabut saraf yang dominan.

2. Pars intermedia, pada bagian ini terdapat sisa celah dari kantong Rathke dijumpai

adanya koloid.

C. Koloid dalam vesikula yang dilapisi oleh epitel silindris rendah.

Buku Panduan Praktikum Semester III 29

Page 36: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar Kelenjar Hipofise

Gambar Kelenjar Hipofise

Buku Panduan Praktikum Semester III 30

Page 37: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Anak Ginjal (Glandula Supra Renalis)

Kelenjar adrenal (suprarenal) terdiri dari kortex dan medulla. Kelenjar dikelilingi kapsula

jaringan ikat yang mengandung cabang-cabang arteri dan vena adrenal utama, saraf dan

pembuluh limf. Trabekula jaringan ikat dari simpai menyusup ke dalam korteks kelenjar dan

sampai ke medulla. Kapiler sinusoid terdapat di seluruh korteks dan medulla.

Korteks adrenal dibagi dalam 3 zona konsentris yang batasnya tidak jelas. Tepat di bawah

simpai jaringan ikat terdapat lapisan pertama korteks yaitu zona glomerulosa, sel sel di dalam

zona ini tersusun dalam kelompokan seperti telur. Lapisan tengah adalah zona fasikulata yang

sel-selnya tersusun berderetan atau berupa lempengan yang berjalan radial. Lapisan sel ketiga

zona retikularis berbatasan dengan medulla adrenal.Sel-sel lapisan ini membentuk deretan

yang saling berhubungan dan sering terpulas gelap.Batas medulla dengan korteks tidak tegas,

sebagian besar sel medulla tersusun berkelompok.Sitoplasma sel-sel medulla kelenjar adrenal

tampak bening, namun setelah difiksasi dengan K-bikromat terdapat granul halus coklat di

dalam sel medulla itu.

Dengan objektif 10x terlihat bahwa kelenjar ini diliputi oleh suatu kapsula fibrus, serta

adanya septa yang berjalan radial dan sebelah paling luar di kelilingi oleh kapsula adipose.

Parenkim dari kelenjar ini terbagi atas dua bagian besar:

A. Korteks dengan objektif 45% bagian ini disusun oleh:

1. Zona glomerulosa, merupakan yang paling luar dari korteks dan disusun oleh sel-sel

dengan inti kecil, gelap dan sitoplasma mengandung butiran-butiran lipoid sehingga

dengan begini kelihatan berupa vakuola. Di daerah ini kapiler-kapiler membentuk

sinusoid.

2. Zona fasikulata, disusun oleh sel-sel membentuk colum dan mempunyai banyak

vakuola nyata, ini disebabkan oleh karena steroid yang tadinya ada di situ kemudian

terlarut pada proses pewarnaan, sehingga disebut spongiosit. Di daerah ini kapiler

tersusun dalam bentuk memanjang (rectilinear). Pada sel-sel yang ditemui pada

bagian dalam zona ini mulai mengandung butir-butir pigmen.

3. Zona retikularis, bagian ini sel-selnya tersusun membentuk barisan (cords) yang

berjalan ke segala arah dan saling beranastomose. Pada zona ini sel-sel mengandung

pigmen kuning, sedangkan kapiler tersusun irregular.

Buku Panduan Praktikum Semester III 31

Page 38: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

B. Medulla

Terdiri dari sejenis sel dan sering berkelompok-kelompok dengan sitoplasma lebih

jernih dan bersifat basofilik dan ditemukan juga sel simpatetik ganglion.

Gambar kelenjar Suprarenal

Buku Panduan Praktikum Semester III 32

Page 39: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kelenjar Suprarenal

Pankreas (Pancreas)

Pankreas memiliki unsur eksorkin maupun endrokin yang menempati sebagian besar

kelenjar.Pancreas eksorkin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini

serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobules kecil.Lobuli dikelilingi septa intra

dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang kadang badan pacini.Di

dalam masa asini serosa, terdapat pulau lengerhans yang terisolasi.Pulau ini adalah bagian

endrokin pancreas dan merupakan cirri khas pancreas.

Pulau langerhans adalah massa sel endrokin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran yang

dipisahkan dari asini eksokrin disekelilingnya oleh selapis serat reticular halus. Pulau

langerhans biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat sel-sel

epithelial yang ditembus oleh banyak kapiler.

Buku Panduan Praktikum Semester III 33

Page 40: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Secara makroskopis tampak bahwa organ tersebut terbagi dalam belahan-belahan yang

disebut labolus/laboli. Dengan objektif 10x kelihatan gambaran kelenjar dengan beberapa

kelompok dari pada sel-sel pucat, dengan bagian-bagiannya sebagai berikut :

a) Acini pancreas (pancreatic acinus) yang terdiri dari sel sekresi (dominan serus), sel

sentro aciner dan sel keranjang

b) Saluran intralobular (doctus intralobularis)

c) Saluran interlobular ( doctus interlobularis)

d) Pulau langerhan (insula langerhani = island of langerhan)

e) Septa interlobular

f) Badan pacini

Gambar Pankreas

Buku Panduan Praktikum Semester III 34

Page 41: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM VII

HISTOPATOLOGI ENDOKRIN

Tujuan Instruksional Umum:

- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis pada system endokrin.

Tujuan Instruksional Khusus:

- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis proses radang pada

system endokrin

- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis neoplasma jinak dan

ganas pada system endokrin

Pelaksanaan Praktikum

Sediaan :

1. Goiter

2. Karsinoma papilari tiroid

Penjelasan

1. Goiter

Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid, apakah nodular atau difus, dan dibagi atas toksik

dan non-toksik. Kelainan ini terutama ditemukan pada wanita (8 : 1). Goiter difus sering

ditemukan pada usia dewasa dan selama kehamilan, dan merupakan lesi akut dari kelainan

ini. Sedangkan tipe multinodular terutama ditemukan pada usia > 50 tahun dan merupakan

lesi yang kronis. Makroskopis, tampak kelenjar membesar membentuk nodul-nodul; pada

pemotongan tampak massa colloid yang lunak, licin dan kemerahan. Mikroskopis terdiri

dari kelenjar yang dilapisi sel epitel bentuk pipih sampai kubus, bentuk dan ukuran

kelenjar bervariasi dan sebagian berisi massa colloid.

Buku Panduan Praktikum Semester III 35

Page 42: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

2. Karsinoma papilari tiroid

Merupakan keganasan tiroid yang paling sering ditemukan (60%), dapat mengenai segala

usia antara 20-50 tahun dan terutama pada wanita. Sebanyak 25.000 kasus baru setiap

tahunnya didiagnosa sebagai tumor ganas tiroid. Kesulitan membedakan antara lesi non-

neoplastik, tumor jinak dan tumor ganas tiroid secara klinis menjadi perhatian utama dari

para klinisi dan patologis. Penyebab pasti untuk terjadinya keganasan ini belum jelas,

tetapi adanya faktor risiko yang berperan seperti kekurangan/ kelebihan yodium, riwayat

radiasi, faktor genetik, atau adanya mutasi gen.

Buku Panduan Praktikum Semester III 36

Page 43: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM VIII

HISTOPATOLOGI JARINGAN

Sediaan Mikroskopis :

1. Limfadenitis

2. Limfoma

• Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan.

• Gambrkan sediaan pada jurnal pelaporan praktikum disertai dengan keterangan gambar.

Penjelasan :

1. Limfadenitis

Kelenjar limfe dapat mengalami peradangan atau reaktif karena adanya proses radang

pada tempat lain. Limfadenitis akut atau kronik ditandai dengan sebukan sel radang

polimorfonukleus yang dapat berlanjut menjadi abses pada kelenjar limfe atau sebukan

sel mononukleus disertai dengan adanya reaksi folikel atau sinus limfoid. Kelenjar limfe

yang terkena bergantung kepada lokalisasi infeksi, jenis dan virulensi mikroorganisme

penyebab.

2. Limfoma

Lymfoma (lymphoma malignanum) merupakan tumor primer jaringan limfoid; dapat

berasal dari kedua jenis sel yang membentuk kelenjar limfe yaitu limfosit/limfoblast dan

sel retikulum. Awalnya mengenai satu atau sekelompok kelenjar limfe, tetapi kemudian

mengenai kelenjar limfe pada bagian tubuh lain dan akhirnya menyebuk ke limfa dan

jaringan limfoid pada alat tubuh lainnya.

3. Cutaneus (Discoid) Lupus Eythematosus

Merupakan lesi kulit kronik berupa bercak-bercak terutama ditemukan di daerah wajah,

kepala, dan telinga. Penyakit kronik ini secara akut atau sub-akut dapat menjadi sistemik,

disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Mikroskopis, tampak sebukan sel-

sel radang limfosit pada papilari dan adventisia dermis serta diikuti dengan pembentukan

jaringan parut.

Buku Panduan Praktikum Semester III 37

Page 44: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Buku Panduan Praktikum Semester III 38

Page 45: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM IX

ENZIM

Percobaan Dengan Enzim Ptialin

Encerkan ludah saudara dalam sebuah gelas beker dengan perbandingan 1 : 250. Tandai

dengan angka 1,2,3 dan seterusnya pada plat penetes, selanjutnya teteskan 1 tetes larutan J2 -

KJ pada setiap plat penetes diatas. Kemudian teteskan 1 tetes larutan amilum pada plat

penetes no.1 sebagai kontrol terhadap warna biru.

Percobaan:

l. Penentuan Adanya Aktifitas Ptialin Terhadap Amilum

Air liur disekresi oleh 3 pasang kelenjar air liur, yaitu parotis, dan submaxillaris.

Komposisi air liur :

Air : 99,5 %

Benda padat : 0,5 %

2/3 dari benda padat ini merupakan zat organik, terutama ptialin dan musin. Sisanya adalah

ion-ion anorganik : SO4=, PO4

=, HCO3-, Cl-, Ca++, Mg++, Na+, K+

pH air ludah kira - kira 6,8

Fungsi musin : - pelincir dalam rongga mulut

- membasahi makanan sehingga mudah ditelan

Ptialin : - adalah enzim amilase

- memecah pati menjadidekatrin dan maltosa

Hasil akhir hidrolisa amilum dengan enzim amilase adalah maltosa. Sedangkan hidrolisa

dengan asam akan menghasilkan glukosa.

Buku Panduan Praktikum Semester III 39

Page 46: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Hidrolisa pati Hasil reaksi dengan jodium

Amiium Biru

Amilodekstrin + maltosa Biru

Eritrodekstrin + maltosa Merah

Akrodekstrin + maltosa Tak berwarna

Maltosa Tak berwarna

Cara Kerja :

Ke dalam sebuah tabung reaksi yang sudah berisi 2 ml buffer fosfat (pH =

6,8)ditambahkan 1 ml larutan amilum 0,5%, campurkan hingga homogen. Masukkan

tabung tersebut ke dalam woterboth dengan temperatur 37oC. 5 menit kemudian, ke dalam

tabung di atas dimasukkan 2 ml zat yang akan diperiksa (air ludah yang sudah diencerkan

tadi), campurkan hingga rata dan bersamaan dengan ini tekan stopwatch dan masukkan

kembali tabung tadi ke dalam waterbath (37o C). Pada plat penetes yang sudah

mengandung J2-KJ diteteskan l tetes larutan tadi setiap 60 detik.

Untuk setiap penetesan, pipet harus dibilas dengan aquadest. Perbuatlah hal yang sama

sampai campuran di dalam tabung reaksi tidak memberikan warna lagi dengan J2 – KJ

yang ada pada setiap plat penetas.

Pada menit keberapa hal itu terjadi ?

2. Penentuan Temperatur Optimum pada pH 6,8

Umumnya suhu yang mendekati titik beku air tidak merusak enzim, pada suhudimana

enzim masih aktif, keaktifan enzim adalah 2 kali lebih besar pada setiap kenaikan

temperatur 10oC. Reaksi berjalan paling cepat pada suhu optimum. Bila suhu dinaikkan

terus, keaktifan enzim, berkurang karena mengalami denaturasi. Suhu optimum enzim

dalam tubuh adalah ± 37oC.

Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada temperatur sekitar 80oC.Beberapa enzim

dapat aktif kembali setelah didinginkan. lni disebabkan karena proses denaturasi yang

reversibel. Untuk mendapatkan larutan yang bertemperatur OoC tabung reaksinya

Buku Panduan Praktikum Semester III 40

Page 47: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

dimasukkan ke dalam beker gelas yang berisi es. Larutan dengan temperatur kamar

dibiarkan pada rak. Larutan - larutan dengan temperatur 50o C dan 70o C diperoleh dengan

memasukkannya ke dalam waterbath.

Cara Kerja :

1. Ambil 4 tabung reaksi dan tandai pada masing - masing tabung : Oo C, TK(temperatur

kamar), 50oC dan 70oC. Pada setiap tabung dimasukkan 1 ml larutan amilum dan 2 ml

buffer fosfat (pH 6,8).

2. Setelah 5 menit, yaitu setelah masing - masing larutan memperoleh temperatur yang

sesuai ke dalam setiap tabung itu ditambah 2 ml larutan yang akan diperiksa(air ludah

yang sudah diencerkan) dan campurlah hingga merata, bersamaan dengan itu tekan

stopwatch. Setiap menit ambil l tetes dari setiap tabung di atasdan teteskan pada plat

penetes yang sudah berisi tetesan J2 – KJ.

3. Tentukan waktu dimana setiap tabung mulai tidak menunjukkan warna biru

lagi.Percobaan dihentikan bila warna biru masih kelihatan sesudah 30 menit.

4. Buatlahgrafik temperatur waktu untuk setiap suhu diatas dan tunjukkan suhu

optimumnya.

Buku Panduan Praktikum Semester III 41

Page 48: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM X

PENATALAKSANAAN DM TANPA KOMPLIKASI

DIABETES MELITUS

• Adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan

metabolisme lipid, karbohidrat, protein dan peningkatan resiko komplikasi penyakit

pembuluh darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.

• Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi

insulin oleh sel-sel beta Langerhans atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel

tubuh terhadap insulin.

• Insulin di sintesa di pankreas, di pankreas terdapat Sel-sel pulau langerhans dipersarafi

oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik akan menghambat

sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf

vagus akan merangsang sekresi insulin.

Buku Panduan Praktikum Semester III 42

Page 49: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

DM TIPE I

• Umumnya menyerang anak – anak, tetapi dapat juga terjadi pada orang dewasa.

• Penderita DM tipe I sebagian besar mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya

proses autoimun

• Ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β

berat.

• Akibat dari rusaknya sel β, pankreas sangat sedikit memproduksi dan mensekresi insulin,

sehingga tidak bisa mengimbangi glukosa yang masuk glukosa menumpuk di dalam

darah

• DM tipe ini memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan

ketoasidosis

INSULIN

• Menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah dengan cara menghambat produksi

glukosa di hati dan menstimulasi ambilan dan metabolisme glukosa oleh otot dan

jaringan adiposa.

• Maka pada DM terjadi peningkatan produksi glukosa di hati, penurunan ambilan glukosa

di perifer dan berkurangnya konversi glukosa menjadi glikogen di hati

MEKANISME KERJA INSULIN

• Insulin terikat ke receptor insulin di sel membran di target sel di hati, otot dan adipose

• Hati : menghambat produksi glukosa, stimulasi pembentukan dan penyimpanan

glikogen.

• Otot : stimulasi ambilan dan penggunaan glukosa di otot.

• Adipose : stimulasi ambilan glukosa dan supresi lipolisis.

3 Tipe Insulin :

1. Basal insulin

2. Pre-mix insulin

3. Fast-acting insulin

Buku Panduan Praktikum Semester III 43

Page 50: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

BASAL INSULIN

• Menjaga konsentrasi insulin di darah selama 24 jam.

• Dosis 10 IU per hari pada malam hari sebelum tidur atau pagi hari saat makan.

• Co : - Insulin Detemir (Lantus)

- Insulin Glargin (Levemir)

- Lily

Pre-mix insulin

• Gabungan rapid dan intermediate insulin untuk mengcover peningkatan kebutuhan

insulin basal dan post prandial.

• Injeksi SC 2 kkali sehari

• Co : - Inslu aspart (Novomix)

- Insulin NPL (Humalog)

- Mixtard

- Humulin Mix

• Dosis malam hari berdasarkan KGD PUASA

• Dosis pagi hari berdasar dosis sebelum makan malam

• Penyesuaian dosis paling cepat 3 hari

Fast acting insulin :

• Cepat diserap ke dalam darah.

• Mulai dengan dosis 4 IU tingkatkan dosis 2 IU setiap hari sampai target tercapai.

• Co : - insulin aspart (Novorapid)

- insulin Lispro (Humalog)

- insulin Gluisine (Apidra)

- actrapid

- Humulin R

• Ketika menggunakan fast act insulin , pemberian secretagog harus dihentikan.

Buku Panduan Praktikum Semester III 44

Page 51: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Cara Pakai :

• Jika KGD puasa meningkat mulai dengan basal insulin

• Jika KGD puasa dan KGD 2 jam PP meningkat mulai dengan premix insulin

basal insulin + OAD

Basal /bolus terapi

Buku Panduan Praktikum Semester III 45

Page 52: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sediaan Insulin

1. Actrapid HM : monoterapi 3x/>/hari

SC, IV, IM

Onset 30 mnt, puncak 1-3jam

sediaan : vial 40IU/ml

100IU/ml

2. Insulin lispro : dosis individual

diberikan 15 mnit sebelum makan.

sediaan : 100 IU/ml

DM TIPE II

• Pada DM tipe II, pancreas masih mempunyai beberapa fungsi sel β, yang

menyebabkan kadar insulin bervariasi atau kadar insulin menurun atau rendah,

tetapi tetap tidak mencukupi untuk memelihara homeostasis glukosa.

• Selain itu juga sering dihubungkan dengan menurunnya respon jaringan perifer

terhadap insulin (resistensi insulin).

Buku Panduan Praktikum Semester III 46

Page 53: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

ORAL ANTI DIABETIK (OAD)

• OAD ini sangat membantu pada DM tipe2 dengan pankreas yang masih mampu

mensekresi insulin yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet dan olahraga.

• Pasien yang sudah lama menderita diabetes mungkin

memerlukan kombinasi ADO dengan insulin untuk

mengontrol hipoglikemianya

Obat Hipoglikemik Oral

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:

A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid

B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion

C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

E. DPPIV inhibitor

Sulfonil Urea

• Merupakan obat yang mempunyai efek hipoglikemiksehingga disebut juga sebagai obat

hipoglikemik oral (OHO).

• Obat golongan ini bekerja merangsang sekresiinsulin di pankreas, sehingga hanya efektif

bila sel b-pankreas masih dapat berproduksi.

• Merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,namun

masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih.

Klasifikasi Sulfonil Urea

1. Generasi I : asetoheksamid, klorpropamid, talazamid, tolbutamid

2. Generasi II : glipizid, glicazid, glibenklamid dan glimepirid

Buku Panduan Praktikum Semester III 47

Page 54: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sediaan Sulfonil Urea

1. Glipizide (Aldiab) : 5 mg, 30’ sblm makan pagi

lansia dan penyakit hati 2,5mg

maksimum 15mg/hari

sediaan : 5 mg

2. Glimepiride (Amaryl) : 1mg/hari segera sblm makan

maks 8mg/hari

sediaan ; 1,2,3, 4 mg

3. Glibenklamid : dosis awal 2,5-5 mg/hari

sebelum makan pagi

sediaan : 5 mg

4. Glicazid (diamicron) : 1-4 tab/hari dosis tunggal

sediaan :80 mg

Buku Panduan Praktikum Semester III 48

Page 55: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Farmakodinamik Sulfonil Urea

• Meningkatkan rilis nsulin dari pankreas.

• Mempunyai efek regulasi terhadap reseptor-reseptor insulin diberbagai sel-sel jaringan

(sehingga memperbesar kepekaan jaringan terhadap insulin; dan menurunkan kadar

glukagon serum tetapi kemaknaan klinisnya masih dipertanyakan

Farmakokinetik

• Semua golongan sulfonilurea diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Dapat

diminum bersama makanan kecuali glipizid. Tolbutamid, gliburid, glipizid lebih efektif

diminum 30 menit sebelum makan. Generasi I lebih mudah lepas ikatan proteinnya jika

digunakan bersama dengan obat yang terikat pada protein yang sama (warfarin).

Metabolisme di hati dan metabolitnya diekskresikan di dalam urin.

Efek Samping Sulfonil Urea

• Hipoglikemia

• Koma lansia dgn gangguan fungsi hati dan ginjal

• Makin panjang waktu paruh makin besar kemungkinan hipoglikemia

• Mual muntah

• Ikterus kolestatis

• Agranulositosis

Buku Panduan Praktikum Semester III 49

Page 56: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Metformin

• Obat ini tidak menyebabkan hipoglikemia

• Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis)

dan meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak

• paling sering digunakan pada sindroma resistensi insulin

• Terutama dipakai pada diabetisi gemuk

• Dosis : 500 mg, 3x/hari atau 850mg, 2x/hari

• Sediaan : 500 mg , 850 mg

• Harian maksimum yang direkomendasikan adalah 2,5 g terbagi dalam tiga dosis bersama

makanan

• Kontraindikasi: pasien dengan gangguan fungsi ginjal

• (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien – pasien

• dengan kecenderungan hipoksemia (misal penyakit

• serebrovaskuler, sepsis, syok, gagal jantung).

Farmakokinetik Metformin

• Absorpsi di usus kecil

• Obat ini stabil

• Tidak berikatan dengan protein plasma

• Diekskresi dalam bentuk tidak berubah di urin

• Waktu paruh 2 jam

• Dosis maksimum harian 2,5 gr

• Diminum dalam 3 dosis bersama makanan.

Efek samping Metformin :

1. Diare, mual, perut terasa tidak enak, anoreksia

2. Rasa metalik,

3. Gangguan absorpsi vitB12 dan Folat (pernah dilaporkan sampai terjadi anemia), dan

4. AAL (Acidosis Asam Laktat); usus adalah sumber utama laktat yang akan diperbesar

oleh hepar bila ambilan glukosa di hepar meningkat sesudah makan

Buku Panduan Praktikum Semester III 50

Page 57: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tiazolidindion

• Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor

Gamma (PPARg), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.

• Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.

• Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I-IV karena

dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.

• Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati

secara berkala.

• Bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan perifer sehingga hanya

efektif jika ada insulin-tetapi juga dapat menurunkan produksi glukosa hepatik

• Hepatotoksisitas dapat terjadi beberapa bulan setelah pemberian obat dimulai

• Pioglitazon dan rosiglitazon jarang menimbulkan hepatotoksisitas

• Efek samping lain: anemia, kenaikan BB, edema, dan peningkatan volume plasma.

• Edema sering terjadi ketika konsumsi obat dikombinasi dengan insulin

• Tidak boleh digunakan pada pasien dengan gagal jantung

Penghambat Glukoksidase alfa

• Obat ini bekerja mengurangi absorbsi glukosa intestinal : pati, dekstrin, dan disakarida

dengan menghambat kerja α-glukosidase pada brush border intestinal di usus

halussehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

• Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia.

• Efek samping yang paling sering ditemukan ialah keluhan kembung dan flatulen.

• Acarbose dapat digunakan bersama dengan insulin, metformin, glitazone atau

sulfonylurea. Untuk mendapat efek maksimal, obat ini harus diberikan segera pada saat

makanan utama. Hal ini perlu karena merupakan penghambat kompetitif dan sudah harus

ada pada saat kerja ensimatik pada saat yang sama karbohidrat berada di usus halus.

Dengan memberikannya 15 menit sebelum atau sesudah makan akan mengurangi

dampak pengobatan terhadap glukosa postprandial.

Buku Panduan Praktikum Semester III 51

Page 58: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Acarbose dan miglitol merupakan penghambat kompetitif glukosidase-a usus danmemodulasi

pencernaan pasca-parandial dan absorpsi zat tepung dan disakarida.Secara strukrural miglitol

berbeda dengan acarbose.miglitol enam kali lebih kuat dalam menghambat sucrase.Akibat

klinis pada hambatan enzim adalah untuk meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas

dan menunda pencernaan (dan juga absorpsi) zat tepung dan disakarida yang masuk pada

usus kecil shg menurunkanglikemik setelah makan sebanyak 45-60mg/dl.

Acarbose & Miglitol

• Merupakan penghambat kompetitif glukosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca

prandial dan absorpsi disakarida.

• Akibat klinis pada hambatan enzim meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas

dan menunda pencernaan (juga absorpsi) disakarida yang masuk pada usus kecil bagian

distal sehingga menurunkan glikemik setelah makan sebanyak 45 -60 mg/dl, dan

menciptakan suatu efek hemat insulin

• Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan fltulens.

Acarbose dan miglitol diberikan dalam dosis 25-100mgsegera sebelum suapan pertama

setiap waktu makan, tetapi seyogyanya dimulai dengan dosis paling rendahdan ditingkatkan

secara perlahan.Efek tidak diinginkan flatulansi, diare dan rasa nyeriabdominal akibat

karbohidrat yang tidak diserap dalamkolon yang kemudian difermentasi menjadi asam

lemakrantai pendek, dengan merilis gas.Efek samping cenderung berkurang pada

penggunaankronis.

Paparan kronis pada karbohidrat menginduksi ekspresi glukosidase-a dalam yeyunum dan

ileum, sehingga meningkatkan absorpsi glukosa di usus kecil distal dan mengurangi

perjalanan karbohidrat ke kolon.

Dapat terjadi hipoglikemia pada terapi kombinasi dgn sulfonylurea secara

bersamaan.Hipoglikemia diatasi dengan pemberian glukosa (dekstrosa) dan bukan

dgnsukrosa yang pemecahannya kemungkinan disakat.

Buku Panduan Praktikum Semester III 52

Page 59: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

DPP-IV inhibitor

• Glucagon-like peptide-1 (GLP1) merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh

sel L di mukosa usus.

• Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke dalam

saluran pencernaan.

• GLP1 merupakan perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus sebagai

penghambat sekresi glukagon.

• Secara cepat GLP1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase-4 (DPP4), menjadi metabolit

GLP1 (9,36)amide yang tidak aktif.

• Sekresi GLP1 menurun pada DM tipe 2

Buku Panduan Praktikum Semester III 53

Page 60: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MODUL

DARAH DAN KEGANASAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Buku Panduan Praktikum Semester III 54

Page 61: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XI

PEMERIKSAAN SHD DAN DIFFTEL

MEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

1. Morfologi sel

2. Hitung jenis leukosit

3. Cara kerja

a. Teteskan setetes kecil darah tanpa menyentuh kulit di permukaan kaca objek pada

bagian kanan kaca tersebut dan letakkan di meja

b. Pegang kaca objek, kaca penutup/deck glass penggeser pada tangan kanan dan

letakkan sisi pendeknya sebelah kiri dari tetesan darah tadi.

c. Sentuhkan tetesan darah tadi dengan ujung kaca penggeser dengan sudut 30°-45° dan

biarkan sesaat tetesan darah tadi menyebar pada sisi kaca penggeser dan geserkan

kaca penggeser tersebut ke arah kiri kaca objek dengan pelan tetapi tidak terputus dan

tangan kiri menahan sisi kaca objek tersebut.

d. Biarkan sediaan kering di udara (hindarkan pencemaran)

e. Sesudah sediaan kering fiksasi dengan alkohol 96% (alkohol absolut) 15-20 menit

atau metil alkohol selama 5-7 menit

f. Setelah itu alkohol dibuang dan dikeringkan di udara terbuka, lalu dibubuhi larutan

kerja Giemsa selama 20 menit.

g. Selanjutnya buang zat warna dan bilas dengan air kran

h. Keringkan di udara sampai betul-betul kering

i. Lihat di bawah mikroskop 100x dengan memakai minyak emersi.

catatan:

- Dengan pulasan Giemsa, morfologi Basofil sulit untuk dikenal lagi sebab granul-

granul Basofil larut dengan Giemsa dan juga eritrosit-eritrosit lebih kelabu warnanya.

- Untuk mempelajari parasit-parasit darah sebaiknya sediaan dipulas dengan Giemsa,

dengan pH larutan pengencer (larutan bufer) = 6,4

- Pulasan Giemsa ini sama baiknya dengan pulasan Wright bila kelainan morfologi

darah tidak banyak dijumpai.

Buku Panduan Praktikum Semester III 55

Page 62: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

- Sediaan hapus darah yang banyak mengandung sel-sel muda dan sediaan hapus

sumsum tulang sebaiknya dipulas dengan Wright sebab struktur plasma dan inti jelas

terlihat

- Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sering dilakukan kombinasi pulasan Wright

dan Giemsa dalam satu sediaan hapus darah, dengan cara yaitu mulailah

memulassecara Wright dan sebagai pengganti Buffer dipakai larutan kerja Giemsa.

MENGHITUNG JENIS LEUKOSIT

Menetapkan persentase dari tiap-tiap macam leukosit di dalam darah dikatakan hitung jenis

leukosit.Hitungan ini baik dilakukan pada sediaan yang dipulas dengan Giemsa atau Wright

atau pulasan yang serupa dengan itu.

Cara Kerja :

1 Periksalah sediaan hapus darah yang telah diwarnai dibawah mikroskop dengan

pembesaran 10x. cari gambaran eritrosit tersebar berdampingan dan tidak bergumpal-

gumpal. Biasanya terletak dibagian yang tipis di ujung sediaan tersebut.

2 Kemudian objektif diganti dengan pembesaran 100x dengan memakai minyak immersi.

Periksa hapusan darah tersebut dari kanan ke kiri atau sebaliknya dan dari atas ke

bawah atau sebaliknya. Hati-hatilah jangan sampai menghitung satu lapisan lebih dari

satu kali

3 Hitunglah 100 sel. Bila ada eritrosit berinti, laporkanlah jumlahnya disamping 100

leukosit yang dihitung jangan diikut sertakan dalam hitung jenis. Sel yang tidak dikenal

laporkan jumlahnya dalam 100 leukosit

cara memeriksa sedian hapusan darah

Buku Panduan Praktikum Semester III 56

Page 63: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Catatan

A. Yang perlu dilihat dan dinilai pada sediaan hapus darah yang telah dicat adalah :

1. Keadaan leukosit

• Hitung jenia leukosit

a. Basofil (N=0-1%)

b. Eosinofil (N=1- 3%)

c. Neutrofil batang(N= 2 - 6%)

d. Neutrifil segmen (N= 50 - 70%)

e. Limfosit (N=20 - 40%)

f. Monosit (N= 2 - 8%)

• Menilai morfologi leukosit

a. Apakah bentuknya normal atau abnormal

b. Bila jumlahnya banyak, maka hati-hati terhadap diagnosa hematologi dan

dilakukan juga pemeriksaan sediaan hapus sumsum tulang belakang

2. Keadaan eritrosit

- Perhatikan 3S (Size, Shape, Staining characteristic)

3. Keadaan trombosit

- Pada sediaan hapus ini dapat juga dihitung jumlah trombosit dalam 10 lapangan

pandang dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring terhadap jumlah

trombosit dengan memakai kamar hitung. Dalam keadaan normal dengan

pembesaran 10 x, 45 x setiap lapangan pandang dijumpai 3- 8/ 100 eritrosit. Jika

ukuran trombosit lebih besar dari setengah ukuran eritrosit disebut giant

trombosit.

- Jadi dalam laporan dapat menyatakan jumlah trombosit cukup atau kurang. Juga

laporkan keadaan morfologinya apakah normal atau abnormal.

4. Perhatikan apakah ada parasit

- Misalnya malaria, filaria dan lain lain

- Bila ada laporkan pada hasil pemeriksaan

B. Dalam melaporkan hasil hitung jenis lekosit harus mengikuti urutan hasil pemeriksaan

sebagai berikut : BASOFIL – EOSINOFIL – NETROFIL BATANG – NETROFIL

SEGMEN – LIMFOSIT – MONOSIT disebut juga DIFFTEL (Differential Telling)

C. Jadi nilai normal diffel : 0-1 / 1-3 / 2-6 / 50-70 / 20-40 / 2-8

Buku Panduan Praktikum Semester III 57

Page 64: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XII

LAJU ENDAP DARAH (LED)

Untuk percobaan ini diperlukan darah yang tidak membeku, maka diperlukan darah yang

diberi antikoagulan.

AZAS:

Darah antikoagulan dimasukkan ke dalam pipet atau tabung khusus yang diletakkan tegak

lurus. Setelah 1 jam dibaca kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit. Ada 2

macam percobaan yaitu:

a. Cara Westergen

b. Cara Wintrobe

a. Cara Westergen

Cara ini lebih popular dan banyak dipakai di Indonesia

Cara Kerja :

1. Ke dalam botol penampung masukkan 0,4 ml Na.Citrat 3,8%

2. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan campurkan pada botol penampung yang berisi

Na. Citrat 3,8% tadi dan campurkan baik-baik.

3. Isap darah citrat tadi dengan tabung Westergen sampai garis bertanda 0 (nol) dan

letakkan tegak lurus pada rak Westergen selama 1 jam

4. Bacalah lapisan plasma dalam mililiter dan laporkan angka tersebut sebagai LED/

1 jam

Nilai normal dewasa: - Laki-laki = <10 mm/jam

- Wanita = <15 mm/jam

b. Cara Wintrobe

Cara Kerja

1. Isap darah Oxalat dengan tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm jagalah jangan

sampai terjadi geembung udara atau busa

2. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak lurus pada satu tempat yang tidak

banyak angin selama 1 jam.

Buku Panduan Praktikum Semester III 58

Page 65: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan mililiter dan laporkan angka itu sebagai

LED/ 1 jam

Nilai normal dewasa: - Laki-laki = <10 mm/jam

-Wanita =<20 mm/jam

Catatan :

Untuk pengendapan eritrosit ini pada proses LED mempunyai 3 stadium yaitu sebagai

berikut:

1. Periode agregasi:

- Pada periode ini terjadi penumpukan eritrosit untuk membentuk Rouleaux dan

pengendapan terjadi secara relatif lambat.

- Phase ini berlangsung selama 10 menit dari percobaan dimulai.

2. Periode terjadinya proses pengendapan yang cepat:

- Pada phase ini pengendapan berjalan konstan rata-rata dan berjalan selama 40 menit

3. Periode terakhir

- Pada phase terakhir ini terjadi pengendapan yang menetap dan tak berubah dalam

waktu yang lama, setelah percobaan berakhir.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi LED yaitu:

1. Plasma darah

Meningkatkan pembentukan Rouleaux sehingga pengendapan lebih cepat sebab beratnya

Rouleaux sangat tak sebanding dengan 1 buah sel eritrosit. Yang memegang peranan

penting disini adalah Fibrinogen dan Globulin dimana daya fibrinogen lebih kuat

daripada globulin. Alfa dan Beta globulin lebih efektif daripada Gamma globulin dan

albumin memperlambat LED. Bertambahnya viskositas darah/ plasma, hal ini

memperlambat LED dengan meniadakan/ menetralkan efek protein darah/ plasma pada

pembentukan Rouleaux. Kolesterol mempercepat dan lecithin memperlambat LED.

2. Eritrosit

Anemia mempercepat LED. Percobaan ratio eritrosit dengan plasma memudahkan

pembentukan Rouleaux. Microcyte (ukuran eritrosit lebih kecil dari normal)

memperlambat LED sedangkan Macrocyte lebih cepat daripada normacyte.

Buku Panduan Praktikum Semester III 59

Page 66: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3. Anti Coagulansia

Na.Citrat ataupun EDTA tidak mempengaruhi LED, sedangkan Oxalat dan Heparin

mempengaruhi.

Kesimpulan:

Faktor-faktor yang mempercepat LED

a. Pembentukan Rouleaux

b. Peninggian kadar Globulin dan Fibrinogen

c. Eritrosit besar (macrocyte)

Buku Panduan Praktikum Semester III 60

Page 67: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XIII

PENENTUAN GOLONGAN DARAHDAN CROSS MATCHING TEST

Tujuan Pembelajaran

- Mahasiwa mampu melakukan penentuan golongan darah (system ABO), Rhesus system

dan cross matching dengan benar

- Mahasiswa mampu memahami adanya reaksi antigen dan antibody pada penentuan

golongan darah

- Mahasiswa mampu mengetahui dasar-dasar transfuse darah

- Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme terjadinya Rhesus incomptability

Alat dan Bahan:

1. Anti serum golongan darah

2. Suspensi eritrosit (mempunyai

Ht = 2%)

3. Suspensi eritrosit (mempunyai

Ht = 4%)

4. Larutan NaCl 0,9%

5. Kapas alkohol

6. Hemolet

7. Tabung reaksi

8. Tabung centrifuge

9. Centrifuge apparate

10. Objek glass

11. Mikroskop

12. Rak tabung

13. Batang pengaduk

14. Spuit diposible 3 ml

Waktu : 100 menit

Penentuan golongan darah ada 2 cara (pada system ABO)

Ada 2 cara:

a. cara dengan kaca objek

b. cara dengan tabung

Buku Panduan Praktikum Semester III 61

Page 68: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Cara Kerja:

A.Cara dengan Kaca Objek

Azas :

Yang diperiksa adalah antigen dalam eritrosit dicampur dengan antibody berupa serum yaitu:

- anti A…………..warna hijau atau biru

- anti B…………..warna kuning

- anti AB…………warna putih

Adanya aglutinasi member petunjuk tentang reaksi antigen-antibodi.

1. Ambil kaca objek yang bersih dan letakkan setetes serum anti A di sisi kiri dan setetes

serum anti B di sisi kanan kaca objek

2. Letakan setetes kecil darah dekat tetesan serum anti A dan anti B, kemudian campur

dengan kaca pengaduk

3. Goyangkan kaca objek tersebut dengan membuat gerakan melingkar

4. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi.

Adanya aglutinasi dapat ditetapakan dengan mata belaka (makroskopis), tetapi

sebaliknya dibenarkan dengan lensa lup atau mikroskop untuk menentukan golongan

darah, lihtalah table dibawah ini

Anti A Anti B Anti AB Gol Darah -

+

-

+

-

-

+

+

-

+

+

+

O

A

B

AB

Keterangan : - : tidak terjadi aglutinasi

+ : terjadi aglutinasi

b. Cara Kerja dengan Tabung

1. Buatlah suspensi sel darah dengan Nacl 0,9% yang mempunyai nilai Ht=2% yaitu

ambil 2 tetes darah yang mempunyai Ht normal, campur dengan 3 ml Nacl 0,9%

2. Ambil 2 tabung kecil yang bersih diameter 7-9 mm, letakan pada rak tabung dan

teteskan setetes serum anti A pada tabung kiri dan serum anti B pada tabung kanan

(kalau memakai serum anti Ab harus pakai 3 tabung)

Buku Panduan Praktikum Semester III 62

Page 69: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3. Masukan setetes suspense darah tadi kedalam masing-msing tabung dab aduk supaya

bercampur

4. Centrifuse selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm

5. Goyang tabung tersebut dengan hati-hati dan perhatikan aglutinasi yang terjadi

6. Bila kurang jelas gunakan mikroskop dengan meneteskan campuran tadi ke atas kaca

objek

7. Penilian sama seperti cara kaca ojek

CROSS MATCHING TEST (REAKSI SILANG)

Cross matching dalam larutan garam

Terdiri dari 2 percobaan:

1. Major Cross match

Azas : eritrosit donor dicampur dengan serum penerima/ resipien, perhatikan apakah

terjadi aglutinasi

2. Minor Cross match

Azas: eritrosit penerima/ resipien dicampur dengan serum donor, perhatikan apakah ada

aglutinasi

Cara Kerja :

- Buatlah terlebih dahulu

a. Dari donor:

- Ambillah darah donor melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml

- Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7-8mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl 0,9%

sehingga Ht = 4%, yang dipakai untuk percobaan major cross match

- Sisanya masukkam ke dalam tabung II (tabung centrifuge) dan pusing selama 5

menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum, yang dipakai

untuk percobaan Minor cross match.

b. Dari resipien/ penerima

- Ambillah darah resipien melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml

Buku Panduan Praktikum Semester III 63

Page 70: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

- Masukkan ke dalam tabung I (diameter7-9 mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl 0,9%

sehingga Ht=4%, yang dipakai untuk percobaan Major cross match.

- Sisanya masukkam ke dalam tabung II (tabung centrifuge) dan pusing selama 5

menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum, yang dipakai

untuk percobaan Minor cross match.

Cara Kerja

A. Kaca Objek

Cara kerja kaca objek

1. Ambil sebuah kaca objek yang bersih dan letakan pada bagian sisi kiri kaca objek 1 tetes

serum resipien dan 1 tetes suspense eritrosit donor dengan HT = 4%. Campur dengan

pengaduk kaca( untuk major cross match)

2. Pada bagian sisi kanan kaca objek letakan pula 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspense

eritrosit resipien dengan HT = 4% campur dengan pengaduk kaca (untuk minor cross

match)

3. Biarkan beberapa menit dan lihat apakah terjadi aglutinasi (kalau ragu lihat dibawah

mikroskop dengan pembesaran objektis 40x)

Cara Kerja Tabung

1. Sediakan 2 tabung diameter 7-8 mm pada rak tabung ; yang sebelah kiri untuk major

cross match dan yang sebelah kanan untuk minor cross match

2. Tabung kiri diisi dengan 1 tetes serum resipien dan 1 tetes seupensi eritrosit donor

dengan Ht= 4%

3. Tabung kanan diisi dengan 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspense eritrosit resipien

denga Ht=4%

4. Campur isi tabung dan pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm

5. Goyang dengan hati-hati tabung-tabung itu dan periksalah apakah ada aglutinasi.

Catatan :

- Tindakan cross match diperlukan sebelum melakukan transfuse darah untuk melihat

apakah darah resipien sesuai dengan darah donor

Buku Panduan Praktikum Semester III 64

Page 71: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

- Jika golongan darah (sistem ABO) penerima dan donor sama, baik major maupun minor

cross match tidak ada aglutinasi, jika golongan darah penerima dan donor berlainan

misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A, maka akan terjadi

aglutinasi pada test minor

- Jadi major cross match merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan

penerima darah/ resipien dan sebaliknya dilakukan demikian sehingga baik anti zat

lengkap (complete antibodies) maupun yang tak lengkap (incomplete antibodies) dapat

ditemukan. Kerena itu dianjurkan agar cross match dilakukan dengan cara tabung saja,

cara yang menggunakan kaca objek kurang menjamin hasil percobaan.

LAPORAN LATIHAN

PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN COSS MATCHING

Nama / Nim : ……………………………

Group / Meja : ……………………………

Tanggal : …………………….........

1. Hasil yang diperoleh

Diuji Dengan serum Anti

A

Dengan serum

Anti B

Dengan serum

Anti A dan Anti B Larutan Kontrol

O.P

Keterangan : (+) : Ada aglutinasi

(-) : tidak ada aglutinasi

Hasil percobaan : ……………………

2. Cross Matching

Nama donor : Golongan darah :

Nama recepien : Golongan darah :

Cara Eritrosit donor

+ Serum resipien

Serum donor +

Entrosit resipien Kaca Objek

Tabung Reaksi

Kesimpulan :

Buku Panduan Praktikum Semester III 65

Page 72: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XIV

BLEEDING TIME

Azas :

Menilai trombosit dan reaksi pembuluhdarah terhadap luka yaitu kemampuan membentuk

sumbat trombosit yang efektif .

Cara Kerja :

Ada dua cara, yaitu :

a. Cara Ivy

1. Lengan bawah bagian volar kira-kira 3-4 hari lipat situ dibersihkan dengan alcohol

70-96%

2. Pasang tensi meter dengan tekanan 40 mmHg

3. Tusuk lengan bagian bawah tadi dengan hermolet sedalam 3 mm pasa saat darah

mengalir keluar, stopwatch, dijalankan

4. Tiap ½ meint darah dihisap dengan kertas saring, tanpa dotekan, catat waktu sejak

dari darah mengalir sampai berhenti dimaana warna darah tidak lagi menembus

kertas saring

5. Lepas tensimeter dan plester luka tusukan tersebut

Nilai normal : 1-6 menit

b. Cara Duke

1. Daerah yang ditusuk adalah anak daun telinga

2. Kurang sensitive diabanding dengan cara Ivy

Nilai normal : 1-5 menit

Catatan :

- Maka perdarahan cara ivy diatas 10 menit, menunjukan kelainan mekanisme hemotasi :

mala perlu dicari lebih lanjut dengan test-test lain dimana letak kelainan haemostasis

- Tapi perlu juga dipikirkan apakah yang tertusuk adalah vena, sebab keadaan ini

menyebutkan juga memanjangnya masa perdarahan dan ulangi percobaan ini pada

lengan lain

Buku Panduan Praktikum Semester III 66

Page 73: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

- Percobaan juga batal bila penusukan tidak dalam atau masa perdarahan lebih kecil dari 1

menit

- Cara duke kurang dapat dipercayaa sebab tidak diadakan pembendungan terutama pada

orang dewasa. Car duke ini sebaiknya dipakai pada bayi atau anak kecil sebab tensimeter

sukar dipasang lengannya

- Sebenarnya kedua percobaan ini sering kurang memuaskan, karena korelasi antara hasil

dan keadaan klinik tidak begitu baik.

CLOTHING TIME ( MASA PEMBEKUAN )

azas :

Menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku, hasilnya

merupakanaktifitasnya faktor-faktor pembekuan darah, teutama faktor yang membentuk

tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit serta kadar fibrinogen juga berpengaruh.

Cara Kerja :

I. Cara dengan tabung (Lee and white)

1. Sediakan 4 tabung dengan diameter 7-8 mm, dalam rak tabung yang tersedia

2. Lakukan vena punksi sebanyak 4 ml pada saat darah Nampak pada semprit,

stopwatch dijalankan

3. Buang jarum dari semprit dan masukan darah tadi 1 ml kedalam setiap tabung secara

perlahan-lahan dengan memiringkan tabung

4. Tabung I diangkat dari rak dan miringkan setiap 30 detik sampai terjadi pembekuan,

catat waktunya tanpa mematikan stopwatch

5. Kemudian lakukan juga pada tabung II, III, IV catatn waktunya untuk setiap lubang.

6. Kemudianbagi rata-rata waktu dari tabung II + III + IV, bagi tiga hasilnya untuk

taung I tidak diperhitungkan lagi (nilai normal : 9 – 15 menit)

II. Cara tabung kapiler (menurut duke)

1. Dilakukan dengan tabung kapiler yang berdiameter 1-2 mm

2. Cara ini kurang dapat dipercaya sebab selalu rekatuf banyak cairan jaringan berisi

tromboplastin jaringan bercampur dengan darah yang keluar.

Nilai normal : 2-6 menit

Buku Panduan Praktikum Semester III 67

Page 74: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Catatan :

• Diantara kedua cara ini yang dapat dipercaya adalah cara Lee dan White, walaupun

sebenarnya suatu test yang kasar saja.

• Bila masa pembekuan Lee dan White lebih besar dari 20 menit, keadaan ini dianggap

abnormal

• Masa pembekuan ini dibawah 9 menit, ini tidak mempunyai arti apa-apa dan mungkin

disebabkan oleh kesalahan-kesalahan :

1. Percampuran darah dengan tromboplastin jaringan

2. Punksi vena yang tidak berhasil dengan baik

3. Terjadi busa dalam semprit atau tebung

4. Menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa

5. Semprit dan tabung kotor

6. Diameter tabung yang dipakai semakin lebar diameter tabung semakin lama masa

pembekuan.

Buku Panduan Praktikum Semester III 68

Page 75: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MODUL

PENYAKIT TROPIS DAN INFEKSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Buku Panduan Praktikum Semester III 69

Page 76: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XV

PARASIT PADA HATI DAN SALURAN EMPEDU

Parasit yang sering menimbulkan masalah kesehatan yang hidup pada hati dan saluran

empedu antara lain:

1. Golongan cacing, termasuk Trematoda hati, antara lain:

- Clonorchis sinensis

- Fasciola hepatica

- Opisthorchis viverini

- Opisthorchis felineus

2. Golongan Protozoa, seperti Entamoeba histolytica

Untuk mengetahui adanya parasit pada tubuh manusia, maka diperlukan :

1. Pemeriksaan tinja, cairan duodenum

2. Pemeriksaan Biopsi hati

3. Liver punctie abses hati

Pemeriksaan tinja

Dari hasil pemeriksaan tinja kita dapat menemukan : telur cacing

Untuk menemukan adanya infestasi cacing dalam saluran empedu dapat dilakukan

pemeriksaan tinja dengan dua cara:

Direct (langsung)

Dengan pemeriksaan ini tinja yang kita terima langsung kita lakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan secara direct(langsung) dapat dilakukan dengan dua cara:

A. Tehnik sediaan tipis

- tinja yang digunakan sekitar 1 – 2 mg

- zat warna/larutan yang dapat digunakan:

1. Eosin

2. Lugol

3. NaCl 0,9%

Buku Panduan Praktikum Semester III 70

Page 77: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Bahan yang diperlukan:

1. Lidi sepanjang + 5 cm

2. Kaca benda(objectglass)

3. Kaca penutup(deckglass)

4. Zat warna

5. Tinja

Cara kerja :

1. Letakkan setetes zat warna diatas kaca benda

2. Dengan lidi diambil tinja ± 1 − 2 𝑚𝑚𝑚𝑚

3. Hancurkan/larutkan tinja diatas kaca benda hingga terdapat suspensi yang homogen.

Keluarkan dan buang bhan yang kasar (sisa makanan)

4. Tutuplah sediaan dengan kca penutup

5. Periksa dibawah mikroskopdengan pembearab 10 x 10

B. Tehnik sediaan tebal/tehnik Kato ( Cellophane Covered Thick Smear Technic)

Pada cara ini kita menggunakan cellophane tape sebagai pengganti kaca penutup.

Kemungkinan kita untuk menemukan telur cacing lebih besar oleh karena kita

menggunakan tinja lebih banyak.

Tinja yang digunakan ± 100 − 200 mg.

Larutan yang kita gunakan adalah larutan Kato yang terdiri dari:

- Malachit green 3 % 1 bagian

- Phenol 100 bagian

- Glycerin 100 bagian

- Formalin

Bahan pemeriksaan yang diperlukan:

1. Cellophane tape yang telah direndam dengan larutan Kato selama 18 – 24 jam

2. Kertas saring

3. Kaca benda

4. Potongan bambu/lidi

5. Tinja yang akan diperiksatutup botol dari karet

Buku Panduan Praktikum Semester III 71

Page 78: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Cara kerja:

1. Ambil tinja yang akan diperiksa dengan lidi dan letakkan diatas kaca benda

2. Letakkan cellophane tape diatas tinja

3. Dengan menggunakan tutup botol karet atau kaca benda lain kita ratakan tinja

dibawah cellophane tape

4. Letakkan sediaan secara terbalik diatas kertas saring, dan biarkan sediaan selama 20 –

30 menit

5. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10

Entamoeba histolytica Morfologi

1. Bentuk trofozoit (bentuk histolytica)

Bentuk amoeboit

Diameter : ............................ mikron

Inti : .............buah, dengan central karyosome

Ectoplasma : ....................................

Endoplasma : ...........................................

2. Bentuk minuta

Bentuk amoeboit

Diameter : ............................ mikron

Inti : .............buah, central karyosome

Ectoplasma : ....................................

Endoplasma : ...........................................

3. Bentuk kista

Bentuk amoeboit

Diameter : ............................ mikron

Inti : .............buah, central karyosome

Ectoplasma : ....................................

Endoplasma : ...........................................

Buku Panduan Praktikum Semester III 72

Page 79: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Fasciola hepatica Cacing dewasa

Bentuk pipih seperti daun

Ukuran : ……………………………………..

Bagian anterior bentuk kerucut/segitiga

Testis bercabang, letak anterior-posterior

Telur

Bentuk lonjong

Ukuran : ……………………………………..

Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub

Clonorchis sinensis Cacing dewasa

Bentuk pipih seperti daun

Ukuran : ……………………………………..

Testis bercabang, letak anterior-posterior

Telur

Bentuk lonjong

Ukuran : ……………………………………..

Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub

Opisthorchis viverini Cacing dewasa

Bentuk pipih seperti daun

Ukuran : ……………………………………..

Testis berlobus, letak obliq/miring

Telur

Bentuk lonjong

Ukuran : ……………………………………..

Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub

Telur mirip dengan telur Clonorchis sinensis

Buku Panduan Praktikum Semester III 73

Page 80: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Opisthorchis felineus Cacing dewasa

Bentuk pipih seperti daun/lanset

Ukuran : ……………………………………..

Testis berlobus, letak obliq/miring

Telur

Bentuk lonjong

Ukuran : ……………………………………..

Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub

Telur mirip dengan telur Clonorchis sinensis

Buku Panduan Praktikum Semester III 74

Page 81: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PRAKTIKUM XVI

DIRECT SMEAR MYCOLOGY

MYCOLOGY

Pendahuluan

Berbeda dengan bakteri, diagnosa suatu jamur sebagian besar telah dapat ditetapkan

berdasarkan sifat-sifat morfologik koloni dan struktur bagian-bagiannya. Oleh karena itu,

pada praktikum ini akan dipelajari teknik-teknik diagnosa untuk mengenal morfologi

tersebut.

Mempelajari sifat-sifat morfologi :

Secara kasar koloni jamur dapat dipelajari dengan mengamati pertumbuhannya pada lempng

agar Sabouraut secara biakan biasa atau bikan raksasa (giant culture) dengan mempergunakan

mata telanjang.

Pengamatan lebih mendetail dapat dilakukan dengan mempergunakan loupe atau mikroskop

perbesaran kecil.

Yang harus diperhatikan antara lain :

1. Bentuk koloni (Filamentous), Yeast form, Yeastlole fprm, Domorphic)

2. Ukuran koloni

3. Konsistensinya

4. Pembentukan figment

5. Dan yang lain-lain

Pengamatan selanjutnya dapat dilakukan dengan meneteskan alkohol ditempat yang kita

kehendaki. Dengan hati-hati ditutup dengan sebuah gelas penutup (deck glass), baru dilihat

dengan mikroskop, dengan cara ini spora seperti (conidia, sporangiospora, dll) akan tetap

berada ditempatnya.

Dengan slide culture(moist chamber) pengamatan mikroskop lebih mudah dengan cara yang

bermacam-macam.

Buku Panduan Praktikum Semester III 75

Page 82: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Salah satu cara yang paling mudah dan sederhana seperti yang disebut di bawah ini :

1. Sebuah piring yang mengandung kertas saring disterilkan, dimana kertas saring harus

menutupi dasar piring petri tersebut seluruhnya.

2. Celupkan sebuah glass object yang bersih ke dalam alkohol, lalu dibakar sehingga

seluruh alkohol menguap, lalu letakkan gelas di atas kertas saring secara septis, dan

dinginkan.

3. Dengan mempergunakan pipet steril, pindahkan secara aseptis Agar Sabouraud meleleh

ke permukaan gelas objek dan biarkan sampai memadat.

4. Buang satu segmen agar itu dengan sengkelit (OSE) yang steril sehingga diperoleh satu

pinggir yang rata.

5. Tanamkan pada permukaan yang rata tadi jamur yang akan diperiksa dengan memakai

sengkelit.

6. Tutup dengan satu gelas penutup (deck glass) yang steril.

7. Lalu rekatkan dengan parafin atau paselin di tiga sisi gelas penutup, dimana sisi yang

menghadap pada sisi yang rata tadi dibiarkan terbuka.

8. Teteskan 1-2 cc aquadest steril di kertas saring agar suasananya tetap lembab selama

dilakukan pengeraman, bahan ini dieramkan di dalam inkubator selama beberapa hari

dengan temperatur 25o C. setiap hari harus diteteskan aquadest agar suasana senantiasa

menjadi lembab, dimana aquadest ini diteteskan pada kertas saring yang ada.

Buku Panduan Praktikum Semester III 76

Page 83: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Buku Panduan Praktikum Semester III 77

Page 84: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

MEMPELAJARI JAMUR DENGAN SEDIAAN

Ini dapat dilakukan secara kering atau secara basah. Secara kering yaitu sama seperti

pembuatan sediaan kering unutk bakteri, lalu diwarnai dengan cara Gram atau dengan Biri

metilen.

Dengan sediaan basah caranya ialah dengan merendam incculum (mounting) dalam satu

cairan, lalu diperiksa di bawah mikros cairan yang biasanya dipakai adalah ; aquadest, NaOH

atau KOH 10-20%, larutan lactophenol cotton-blue.

Yang harus diingat dalam melakukan pemeriksaan secara basah ini antara lain adalah :

1. Zat warna tidaklah begitu penting seperti padaa pemeriksaan bakteri, oleh karena tanpa

zat warnapun banyak sel-sel jamur sudah dapat dibedakan dari sekitarnya dan dikenali

struktur morfologinya.

2. KOH dan NaOH 10-20% baik sekali dipergunakan untuk speciment yang berasal dari

nanah atau jaringan, karena alkali dapat melarutkan sel-sel jaringan dan kotoran-kotran,

sehingga sediaan dapat kelihatan bersih dan jelas.

3. Dalam melakukan penutupan dengan deck glass dijaga agar jangan terlalu banyak

gelembung udara, bila hendak memeriksanya sebaiknya sediaan dipanaskan si atas nyala

api.

4. Bahan yang akan diperiksa sebaiknya dari mulai dasarnya agar dapat diamati struktur

vegetatifnya.

Cara kerja :

1. Ambil satu buah gelas objek, tetesi dengan larutan naOH atau KOH 10-20% lalu

diletakkan bahan jamur yang akan diperiksa lalu ditutup dengan gelas penutup.

2. Ambil satu buah gelas objek, tetesi dengan larutan Lactophenol-cotton-blue lalu

letakkan bahan yang akan diperiksa, dan tutup dengan deck glass.

3. Setelah keduanya tertutup lihatlah di bawah mikroskop.

Buku Panduan Praktikum Semester III 78

Page 85: PENYUSUN MODUL PakarIlmuTerkait - fk.uisu.ac.id Panduan Praktikum Semester... · dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali. 4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan

Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Bahan yang Disediakan :

1. Sediaan dari kultur jamur yang ada

2. Sputum penderita

3. Kerokan kulit yang disangkakan menderita penyakit jamur

4. Buat laporan dan gambarkan apa yang saudara lihat pada sediaan yang dikerjakan

Tugas :

1. Sebutkan medium khusus untuk pembenihan jamur

2. Sebutkan jamur-jamur yang dapat menyebabkan pada organ-organ tubuh

3. Sebutkan jamur-jamur yang menyebabkan infeksi pada sub-kutan.

Buku Panduan Praktikum Semester III 79