Upload
betaamrinarosyada
View
20
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
di dalam makalah ini berisi tentang pasal pasal PPh 21 PPh 22 dan pasal terupdate tahun 2015
Citation preview
Pengantar Hukum Pajak
Definisi Pajak
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Fungsi Pajak
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi
3. Fungsi Redistribusi
Menekankan unsur pemerataan dan kedilan dalm masyarakat
4. Fungsi Demokrasi
Salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong termasuk kegiatan
pemerintah dan pembangunan
Perbedaan pajak dengan pungutan lain
1. Retribusi
Pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi
(ada kontraprestasi secara langsung) karena pembayaran tersebut ditujukan
semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah.
2. Sumbangan
Pada sumbangan yang mendapatkan atau merasakan imbalan/manfaat secara
langsung adalah penerima sumbangan.
Perlawanan Terhadap Pajak
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak
2. Perlawanan Aktif
a. Tax Avoidance
Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam kerangka
hukum
b. Tax Evasion
Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak dengan cara-cara yang
melanggar undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari
pajak atau mengurangi dasar pengenaannya.
c. Melalaikan Pajak
Dilakukan dengan menolak membayar pajak yang telah ditetapkan
dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi.
Agnes
1
Pembagian Hukum Pajak
Hukum Pajak dapat dibedakan menjadi :
1. Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenakan pajak (obyek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subyek
pajak), berapa besarnya pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul
dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib
Pajak.
Hukum Pajak Materiil meliputi :
a. UU Pajak Penghasilan
b. UU Pajak Pertambahan Nilai
2. Hukum Pajak Formal
Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan, hukum pajak formal ini meliputi :
a. Tata cara penetapan utang pajak
b. Hak-hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak
c. Kewajiban Wajib Pajak dan hak-hak Wajib Pajak
Hukum Pajak Formal meliputi :
a. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
b. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
c. UU Pengadilan Pajak
Jenis atau Pengelompokan Pajak
a. Menurut Sifatnya :
1. Pajak Langsung
Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain,
tetapi harus menjadi beban langsung WP yang bersangkutan.
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain
b. Menurut Sasaran/Obyeknya :
1. Pajak Subyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkn pada subyekny yang selanjutnya
dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaaan diri WP
2. Pajak Obyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri WP
c. Menurut Pemungutnya :
1. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara
2. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah
i. Pajak Provinsi
ii. Pajak Kabupaten/Kota
Agnes
2
Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak
a. Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan) yang nyata,
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnyatelah dapat diketahui.
b. Stelsel Anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang.
c. Stelsel Campuran
Kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili/tempat tinggal
Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak tanpa memperhatikan
apakah ia sebagai warga negaranya atau warga negara asing.
b. Asas sumber
Pengenaan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan
negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal.
c. Asas kebangsaan
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber dari suatu negara tersebut.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System
Memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang
b. Self Assessment System
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada WP
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
c. Withholding System
Negara mempunyai batas kewenangan didasarkan atas tempat
tinggal, kewarganegaraan atau sumber penghasilan sehingga
pemungutan pajak tidak berulang-ulang dan memberatkan WP
Syarat Pemungutan Pajak
1. Syarat Keadilan
2. Syarat Yuridis
3. Syarat Ekonomis
4. Syarat Finansiil
5. Sistem Pemungutan Pajak harus sederhana
Agnes
3
Teori yang mendukung Pemungutan Pajak
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan
perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentinganmasing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang
terhadap negara, semakin tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, maksudnya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.
Mengukur daya pikul menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu :
a. Unsur Obyektif
b. Unsur Subyektif
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu
menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
bahwa memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tanga
masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan
menyalurkannya kembali ke msyarakat dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteran masyarakat. Dengan demikian kepetingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan.
Tarif Pajak :
1. Tarif Proporsional/Sebanding
Tarif berupa persentase yang teap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dineai pajak.
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapaun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
3. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dinekai
pajak semakin besar.
4. Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunaka semakin kecil bila jumlah yang dikenai
semakin besar.
5. Tarif Pajak Advalorem
Agnes
4
Tarif dengan persentase tertentu, atas harga barang atau nmilai suatu
barang.
6. Tarif Spesifik
Tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang
tertentu.
Agnes
5
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP)
Pengertian-pengertian
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
Fungsi NPWP
Agnes
6
1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan
Format NPWP
Terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan
X X . X X X . X X X . X – X X X . X X X
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
apabila:
1. diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Wajib
Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan;
2. dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua
belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima
secara lengkap
Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa
Pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
Fungsi SPT
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
Agnes
7
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu)
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
2. Penghasilan yang merupakan obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak
3. Harta dan kewajiban dan/atau
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Agnes
8
Jenis SPT
1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak
2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak
SPT Meliputi
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan
2. SPT Masa yang terdiri dari :
a. SPT Masa Pajak Penghasilan
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
SPT berbentuk :
1. Formulir kertas (hardcopy)
2. Elektronik SPT (e-SPT)
3. e-Filing (online)
Jenis Formulir
1. Formulir SPT 1770 ; mempunyai penghasilan :
– Dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan
pembukuan/norma penghitungan penghasilan neto
– Dari satu atau lebih pemberi kerja
– Yang dikenakan Pph final dan/atau bersifat final
– Dari penghasilan lain
2. Formulir SPT 1770 S ; mempunyai penghasilan :
– Dari satu atau lebih pemberi kerja
– Dalam negeri lainnya
– Yang dikenakan Pph final dan/atau bersifat final
3. Formulir SPT 1770 SS ; mempunyai penghasilan :
– Dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak melebihi
Rp. 60 juta setahun
4. Formulir SPT 1771
– SPT untuk Wajib pajak Badan
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:
1. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa Pajak;
Agnes
9
2. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
3. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan
penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
1. Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai
2. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
lainnya
3. Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
4. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud tidak
dilakukan terhadap:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas;
3. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing
yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
4. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
5. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
7. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan; atau
8. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang
tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Agnes
10
Fungsi Pengukuhan PKP
1. Untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya
2. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM
3. Untuk pengawasan admnistrasi perpajakan
Surat Setoran pajak (SSP)
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
Pembukuan/ Pencatatan Bagi WP
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto
dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang termasuk penghasilan yang bukan obyek pajak dan atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final.
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan Pemeriksaan :
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada WP.
2. Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-
undangan perpajakan
Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
Agnes
11
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Penetapan & Ketetapan Pajak
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Penagihan & Pembayaran Utang Pajak
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan
Agnes
12
Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri,
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
Agnes
13
Sengketa Pajak
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap
hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat diajukan gugatan.
Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh
Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari
badan peradilan pajak.
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak untuk Wajib Pajak tertentu.
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau
dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili,
atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putusan diterima secara langsung.
Agnes
14
Pajak Penghasilan (PPh)
Yang menjadi subjek pajak adalah:
1. a. orang pribadi;
b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
2. badan; dan
3. bentuk usaha tetap.
Subjek pajak dibedakan menjadi
1. Subjek pajak dalam negeri
a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia;
b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
dan
c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
2. Subjek pajak luar negeri adalah:
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
dan
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia.
Agnes
15
Yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
adalah:
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat
lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
Agnes
16
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar (tahun
2012):
a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Sedangkan untuk PTKP harian sebesar Rp 150.000
Agnes
17
Mulai 1 Januari 2013, PTKP naik menjadi:
a. Rp 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri
Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan
untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Sedangkan untuk PTKP harian sebesar Rp 200.000
Mulai 1 Juli 2015 (berlaku surut per 1 Januari 2015), PTKP naik menjadi:
a. Rp 36.000.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk diri
Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp Rp 36.000.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah)
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan
d. Rp 3.000.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Sedangkan untuk PTKP harian sebesar Rp 300.000
PPh Pemotongan dan Pemungutan
Pemotongan dan pemungutan PPh merupakan penerapan sistem withhoding
system, yaitu pajak yang dibayar seseorang atau badan, dipotong dan
dipungut Pajak Penghasilan oleh pihak ketiga. Dalam withhoding system pihak
ketiga berkewajiban melakukan pemotongan/ pemungutan dari penerima
penghasilan, menyetorkan pajak tersebut ke kas negara dan melaporkan pajak
yang dipotong/ dipungutnya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Pemotong pajak pihak yang membayarkan. Artinya kewajiban
melakukan pemotongan adalah pihak yang melakukan pembayaran.
Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan,
perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Pemungut pajak pihak yang menerima pembayaran. Artinya kewajiban
memungut ada pada pihak yang menerima pembayaran. Contoh jelas dari
pemungutan pajak adalah pada Pajak Pertambahan Nilai. Ketika kita
berbelanja di sebuah pasar swalayan kita akan membayar 10% lebih besar
Agnes
18
dari harga yang tertera di label harga barang yang kita beli. Misal harga
barang Rp. 20.000,- maka yang kita bayarkan adalah Rp. 22.000 (Rp. 20.000
+ Rp. 2.000) kelebihan sebesar Rp. 2.000,- adalah PPN yang dipungut oleh
pasar swalayan tersebut.
Pemungut pajak adalah:
o Bendaharawan pemerintah atau lembaga pemerintah dan lembaga
negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan
barang
o Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaan dengan kegiatan di bidang import, atau kegiatan usaha
dibidang lainnya.
PPh Pasal 4 (2)
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan SUN, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Daftar Tarif PPh Pasal 4 (2) PPh Final
No
Penghasilan Tarif Ketentuan
1
Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI dan Jasa Giro Kecuali yang diterima bank, dana pensiun, tabungan pemilikan rumah RSS, tabungan atau deposito dibawah rp 7.500.000,-
20 %
PP No. 131 Tahun 2000 joKMK No. 51/KMK.04/2001
2bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
10 %Pasal 17 (7) UU PPhPP No. 15 Tahun 2009
3
bunga obligasi (adalah surat utang dan surat utang negara yang lebih dari 12 bulan) Kecuali bunga dan/atau diskonto yang diterima oleh dana pensiun dan bank, baik bank DN atau perwakilan bank LN di DN PPh-nya tidak final
PP No. 16 Tahun 2009
Agnes
19
a. bunga dari Obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT
15 %s.d.a.
b. bunga dari Obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak LN Non BUT seusai P3B
20 %s.d.a.
Agnes
20
No
Penghasilan Tarif Ketentuan
c. diskonto dari Obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan
15 %
s.d.a.
d. Diskonto dari Obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak LN Non BUT sesuai P3B dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan
20 %
s.d.a.
e. diskonto dari Obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi
15 %
s.d.a.
f. diskonto dari Obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak LN Non BUT sesuai P3B dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi
20 %
s.d.a.
g. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh WP reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk tahun 2009 s.d 2010
0 %
s.d.a.
h. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk tahun 2011 s.d. tahun 2013
5 %
s.d.a.
i. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh WP reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan untuk tahun 2014 dst
15 %
s.d.a.
4Deviden yang diterima/diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
10 % Pasal 17 (2c) UU PPh
5 hadiah undian 25 % PP No. 132 Tahun 2000
6transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dari margin awal
Pasal 17 (2c) UU PPh
7 a. Transaksi penjualan saham pendiri0.5 %
PP No. 14 Tahun 1997 joKMK No.282/KMK.04/1997 jo SE No. 15/PJ.42/1997SE No. 16/PJ.4/1997
b. Transaksi penjualan bukan saham pendiri0.1 %
s.d.a.
8 Jasa KonstruksiPP No. 51 Tahun 2008 joPP No. 40 Tahun 2009
a. Pelaksana JK sertifikasi kecil 2 % s.d.a.b. Pelaksana JK tanpa sertifikasi 4 % s.d.a.c. Pelaksana JK sertifikasi sedang dan besar 3 % s.d.a.
Agnes
21
d. Perancang atau pengawas JK oleh penyedia JK bersertifikasi usaha
4 %s.d.a.
e. Perancang atau pengawas JK oleh penyedia JK tanpa bersertifikasi usaha
6 %s.d.a.
9 Persewaan atas tanah dan/atau bangunan 10 %PP No. 29 Tahun 2009 joPP No. 05 Tahun 2002
Agnes
22
No
Penghasilan Tarif Ketentuan
10
a. Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau bangunan (termasuk usaha real estate) kecuali pengalihan oleh Wajib Pajak OP yang berpenghasilan dibawah PTKP dengan nilai pengalihan kurang dari Rp 60.000.000,- , penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus; hibah, warisan.
5 % PP No. 71 Tahun 2008
b. Pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau bangunan
1 % s.d.a.
11
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura dengan sarat perusahaan pasangannya tidak terdaftar dibursa efek, dalam hal transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal tersebut dilakukan melalui bursa efek, maka pengenaan Pajak Penghasilannya dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek
0.1 %
PP No. 04 Tahun 1995
12
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak
badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan
b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
1% PP No. 46 Tahun 2013
PPh Pasal 15
Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib
Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat
(1) atau ayat (3) ditetapkan Menteri Keuangan.
Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan
Wajib Pajak tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan
Agnes
23
internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran
minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (“build, operate, and
transfer”).
Untuk menghitung kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan
praktis atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang
usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma
Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto dari Wajib
Pajak tertentu tersebut.
No
Penghasilan Tarif DPP Ketentuan
1
Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penyewaan kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya
1.2 %Bersifat
finalPenghasilan
Bruto
KMK No. 416/KMK.04/19
96
2
Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri Jika perusahaan pelayaran/
penerbangan luar negeri tidak memiliki BUT di indonesia maka tarif 20% atau sesuai dengan P3B bersifat final
tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau barang di luar negeri dan dari pelabuhan diluar negeri ke pelabuhan di Indonesia.
2.64 %Bersifat
finalPenghasilan
Bruto
KMK No. 417/KMK.04/19
96jo SE No.
32/PJ.4/1996
3 Imbalan yang Diterima/Diperoleh 2.64 % Penghasilan KMK No.
Agnes
24
Sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang Termasuk Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara Oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri Jika perusahaan pelayaran/
penerbangan luar negeri tidak memiliki BUT di indonesia maka tarif 20% atau sesuai dengan P3B bersifat final
tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau barang di luar negeri dan dari pelabuhan diluar negeri ke pelabuhan di Indonesia.
Bersifat final Bruto
417/KMK.04/1996
jo SE No. 32/PJ.4/1996
4
Imbalan Charter Pesawat Udara Yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
1.8 %Penghasilan
Bruto
KMK No.475/
KMK.04/1996
5
WP LN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia
0.44 %Nilai Ekspor
brutoKEP-667/PJ./
2001
6
Pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk Perjanjian Bangunan Guna Serah (Built Operate and Transfer)
5 %Final bagi
WP OP
Jumlah bruto nilai tertinggi
antara nilai pasar
dengan Nilai Jual Obyek
Pajak (NJOP)
KMK No.248/
KMK.04/1995
Perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian charter kapal atau
pesawat udara meliputi semua bentuk charter. Khusus mengenai sewa ruangan
kapal atau pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang (“space charter’),
apabila sewa tersebut meliputi lebih dari 50% (lima puluh Persen) dari
kapasitas angkut atau pesawat terbang yang disewa, maka sewa tersebut
digolongkan sebagai charter.
Agnes
25
PPh Pasal 21
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
1. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
2. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
3. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
4. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas; dan
5. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah orang pribadi yang merupakan :
a. pegawai;
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
3. olahragawan
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. agen iklan;
8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
10. petugas penjaja barang dagangan;
11. petugas dinas luar asuransi;
Agnes
26
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
5. peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap
bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan
atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang
dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian
penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi
20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
Agnes
27
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi :
1. pegawai tetap;
2. penerima pensiun berkala;
3. pegawai tidak tetap yang penghasilannya di bayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh
ribu rupiah);
4. bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang
menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.
b. jumlah penghasilan yang melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah
harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang
penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum
melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah);
Agnes
28
c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi
bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang
menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;
d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan sebagaimana di maksud pada huruf a, b dan huruf c.
Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
a. bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);
b. bagi pegawai tidak tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP;
c. bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, sebesar
50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per
bulan.
Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21
adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:
a. biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp
6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun;
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
Besarnya penghasilan netto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh
Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya
pensiun, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya
Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta
empat ratus ribu rupiah) setahun.
Agnes
29
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
diterapkan atas jumlah kumulatif dalam satu tahun kalender dari:
a. Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf c, bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1);
b. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap
pembayaran imbalan bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c yang bersifat berkesinambungan yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1);
c. jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama;
d. jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi , tantiem, gratifikasi, bonus
atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai;atau
e. jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta
program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
diterapkan atas :
a. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap
pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang tidak bersifat
berkesinambungan;
b. jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh
dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan
PPh Pasal 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
2. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi
100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Agnes
30
PPh Pasal 22
No Penghasilan Tarif DPP Ketentuan
1 Badan Usaha Industri/Eksportir
a. Semen0.25
%DPP PPN KEP – 401/PJ./2001
b. Kertas0.1 %
DPP PPN KEP – 69/PJ./1995
c. Baja (pada tahap industri hulu)0.3 %
DPP PPN KEP – 01/PJ./1996
d. Otomotif (Kecuali Instansi Pemerintah, Corps Diplomatik, bukan Subjek pajak; pengenaan tarif dari DPP untuk penghitungan PPN)
0.45 %
DPP PPN
KEP-32/PJ./1995 jo. KEP – 65/PJ./1995
jo SE – 01/PJ.43/2004
e. Rokok ( Industri rokok sejak 1 januari 2009 bukan lagi pemungut PPh Psl 22 atas penjualan rokok di dalam negeri oleh karena itu distributor rokok PPh dikenakan berdasarkan PPh Pasal 17 dan tidak final)
210/PMK.03/2008 Jo PER – 52/PJ/2008
jo SE – 7/PJ.03/2008
2Penjualan Barang yang tergolong Sangat Mewah
5 %
Harga jual tidak
termasuk PPN dan PPnBM
PER 19/PJ/2015 jo253/PMK.03/2008 jo SE – 13/PJ/2009
3
Pembelian Barang Oleh Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk Bendaharawan Pemerintah,
dikecualikan s/d Rp 2.000.000 Bendaharawan BUMN/BUMD,
dikecualikan s/d Rp 10.000.000
1.5 %
Nilai Pembelian
PMK No. 08/PMK.03/2008
4Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea dan Cukai
PMK No. 08/PMK.03/2008
a. API (Angka Pengenal Impor)2.5 %
Nilai Impor s.d.a
b. Impor kedelai, gandum, tepung terigu oleh importir dengan API
0.5 %
Nilai Impor s.d.a
c. Non API7.5 %
Nilai Impor s.d.a
5Hasil Lelang (Ditjen Bea dan Cukai)
7.5 %
Harga jual lelang
s.d.a
6Penjualan Migas Oleh Pertamina / Badan Usaha Selain Pertaminaa. SPBU/Agen/Penyalur Swasta (Final)
Premium0.3 %
Harga jual KEP-417/PJ./2001
Solar0.3 %
Harga jual s.d.a
Premix/Super TT 0.3 Harga jual s.d.ab. SPBU Pertamina
Agnes
31
Premium0.25
%Harga jual s.d.a
Solar0.25
%Harga jual s.d.a
Premix/Super TT0.25
%Harga jual s.d.a
Minyak Tanah0.3 %
Harga jual s.d.a
Gas LPG0.3 %
Harga jual s.d.a
Pelumas0.3 %
Harga jual s.d.a
7
Industri/Eksportir bidang kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan atas pembelian ke pengepul
0.25 %
Harga pembelian
tidak termasuk
PPN
PER-23/PJ./2009
Agnes
32
Macam barang sangat mewah :
1. pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,00
(dua puluh milyar rupiah);
2. kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
3.
4. rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih
dari 500 m2 (lima ratus meter persegi);
5. apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
6. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv),
minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.
Per 30 Mei 2015 Barang yang Tergolong Sangat Mewah diubah kriterianya
sesuai PER 19/PJ/2015, yakni:
a. pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari
400m2 (empat ratus meter persegi);
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau luas
bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh meter persegi);
e. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv),
minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc;
f. kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder
lebih dari 250cc.
PPh Pasal 23
Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan:
a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
1. dividen (yang diterima oleh badan)
Agnes
33
2. bunga
3. royalti; dan
4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
b. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2); dan
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih
tinggi 100% (seratus persen)
Pemotongan pajak tidak dilakukan atas:
a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2c);
d. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
e. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
f. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
PPh Pasal 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama
sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi
tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber
penghasilan ditentukan sebagai berikut:
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau
Agnes
34
dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau
berada;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak
adalah negara tempat harta tersebut terletak;
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani
imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta
tetap berada; dan
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu
bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata
kemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian
itu dilakukan.
PPh Pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak
Penghasilan yang dipungut dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir
tahun pajak yang lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan
surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah
bulan penerbitan surat ketetapan pajak.
Agnes
35
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai
berikut:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi:
a. Wajib Pajak baru;
b. bank, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, Wajib Pajak
masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan
berkala; dan
c. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi
0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto.
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak dan telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang bertolak ke luar negeri
wajib membayar pajak (Fiskal Luar Negeri) yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah (berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2010).
Fiskal Luar Negeri menggunakan transportasi udara sebesar Rp 2.500.000
Fiskal Luar Negeri menggunakan transportasi darat / laut sebesar Rp 1.000.000
PPh Pasal 26
Atas penghasilan tersebut di bawah ini, oleh badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari
jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan:
a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
Agnes
36
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan utang.
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia adalah
negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang
sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali
yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi asuransi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri dipotong pajak 20% (dua
puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau
special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara
yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai
penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak
sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.
Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Agnes
37
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)
Subjek Pajak Orang Pribadi
Yang menjadi subjek pajak Orang Pribadi menurut UU No 36 tahun 2008
adalah:
1. a. orang pribadi;
b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
2. bentuk usaha tetap.
Penghasilan Orang Pribadi
Penghasilan didefinisikan sebagai :
setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima (cash basis) atau diperoleh (accrual basis) Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Pengurangan yang Diperbolehkan
A. Terkait dengan Usaha atau Pekerjaan Bebas
1. Deductible Expense
a. Biaya yang secara langsung/tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha :
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
MenKeu;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
Agnes
38
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
i. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
ii. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
iii. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu;
iv. syarat sebagaimana dimaksud tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih bagi debitur kecil yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Non Deductible Expense
a. Pajak Penghasilan
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya
c. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan undang-
undang pajak
3. Kompensasi Rugi
Agnes
39
Jika penghasilan bruto setelah pengurangan deductible expense didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
B. Terkait dengan Pekerjaan
1. Biaya Jabatan, sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan jumlah
maksimum yang diperkenankan Rp 6.000.000 per tahun atau Rp 500.000
per bulan
2. Biaya Pensiun, sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan jumlah
maksimum yang diperkenankan Rp 2.400.000 per tahun atau Rp 200.000
per bulan
3. Iuran Pensiun/Jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang
dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan
Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
C. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:
e. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
f. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)
tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
g. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu
rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1); dan
h. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)
tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
D. Zakat Penghasilan
Jumlah zakat yang dapat dikurangkan adalah zakat atas penghasilan yang
nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama
islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang pendiriannya
telah disahkan oleh Pemerintah.
Penyesuaian Fiskal
Penyesuaian Fiskal dilakukan untuk menyesuaikan penghasilan neto komersial
menjadi penghasilan neto fiskal. Penghasilan neto fiskal ini merupakan dasar
penghitungan Pajak Penghasilan Terutang. Penyesuaian fiskal dilakukan atas
penghasilan Orang Pribadi yang berasal dari usaha dan atau pekerjaan bebas.
Agnes
40
1. Penyesuaian Fiskal Positif
Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto
komersial dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan
UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat menambah atau
memperbesar penghasilan kena pajak. Penyesuaian tersebut timbul karena
adanya biaya, pengeluaran, dan kerugian yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan
pelaksanaannya, karena adanya perbedaan saat pengakuan biaya dan
penghasilan atau karena penghitungan biaya menurut metode fiskal lebih
rendah dari penghitungan menurut metode akuntansi komersial,serta
karena adanya penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak
termasuk dalam penghasilan komersial, yaitu sebagai berikut:
a. pengeluaran perusahaan untuk pembelian/perbaikan rumah atau
kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi/keluarga, biaya premi
asuransi pribadi/keluarga, dan pengeluaran lainnya untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
b. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak. Pada saat Wajib Pajak
menerima penggantian atau santunan asuransi, penerimaan tersebut
bukan merupakan objek pajak;
c. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan (benefit in-kind) bukan
merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan. Oleh karena
itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, bagi Wajib Pajak
pemberi kerja tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun
pemberian natura berupa penyediaan makanan/minuman di tempat kerja
bagi seluruh pegawai, demikian pula pemberian natura atau kenikmatan
di daerah terpencil yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan,
serta pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan
dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau
karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya (seperti: pakaian dan
peralatan khusus untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas
keamanan, antar-jemput pegawai, serta akomodasi untuk awak kapal dan
sejenisnya), dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan;
d. pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sepanjang jumlahnya tidak melebihi kewajaran. Kewajaran diukur
berdasarkan standar yang berlaku umum untuk pekerjaan dengan
kualifikasi yang sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa. Atas selisih yang melebihi kewajaran
tersebut dapat dikategorikan sebagai pembagian laba;
Agnes
41
e. bantuan atau sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, bukan
merupakan penghasilan sepanjang tidak terdapat hubungan
usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan. Oleh karena itu sesuai dengan prinsip taxability and
deductibility, (jika atas sejumlah uang (biaya) yang dikeluarkan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan dapat dibiayakan atau diperlakukan
sebagai pengurang penghasilan bruto, maka bagi si penerima uang,
penghasilan tersebut dikenakan pajak (PPh), bagi Wajib Pajak pemberi
bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat
dibebankan sebagai biaya;
f. Pajak Penghasilan
g. pembayaran gaji kepada pemilik atau orang yang menjadi
tanggungannya tidak dapat dibebankan sebagai biaya;
h. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan bukan merupakan biaya;
i. apabila perhitungan penyusutan/amortisasi menurut pembukuan Wajib
Pajak lebih besar dari perhitungan penyusutan/amortisasi menurut fiskal
(daftar rincian perhitungan penyusutan dan amortisasi fiskal dilampirkan
pada SPT);
j. biaya yang berkaitan dengan penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam
penghasilan komersial;
k. terdapat penghasilan yang tidak diakui secara komersial akan tetapi
termasuk Objek Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan tidak bersifat
final;
l. terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang diakui
secara komersial akan tetapi tidak dapat diakui secara fiskal.
2. Penyesuaian Fiskal Negatif
Penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto
komersial dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan
UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat mengurangi
penghasilan kena pajak.
a. penghasilan yang dikenakan PPh Final dan Penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam penghasilan komersial.
b. perhitungan penyusutan/amortisasi menurut pembukuan Wajib Pajak
lebih kecil dari perhitungan penyusutan/amortisasi menurut fiskal (daftar
rincian perhitungan penyusutan dan amortisasi fiskal dilampirkan pada
SPT).
c. penyesuaian fiskal negatif lainnya.
Agnes
42
Penghitungan Pajak
A. Tarif Pajak
Tarif Pajak yang diterapkan bagi Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang
Pribadi sesuai dengan pasal 17 UU PPh adalah sebagai berikut :
Sampai dengan Rp 50.000.000 : dikenakan tarif 5%
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 : dikenakan tarif 15%
Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 : dikenakan tarif 25%
Diatas Rp 500.000.000 : dikenakan tarif 30%
Contoh :
Diketahui Penghasilan Kena Pajak tahun 2010 adalah sebesar Rp
700.000.000, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
5% x Rp 50.000.000= Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000= Rp 30.000.000
25% x Rp 250.000.000= Rp 62.500.000
30% x Rp 200.000.000= Rp 60.000.000
Jumlah PPh terutang Rp155.000.000
B. Kredit Pajak
Merupakan pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh
yang dipotong atau dipungut pihak lain tidak termasuk yang bersifat final
dan dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar
negeri yang diterima Wajib Pajak sendiri, istri, dan anak atau anak angkat
yang belum dewasa dalam tahun pajak yang bersangkutan, kecuali istri
yang pisah harta atau telah hidup berpisah, yang terdiri dari :
1. PPh yang ditanggung pemerintah
2. PPh yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain
didalam negeri meliputi ; PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23
3. PPh pasal 24 sebagai kredit pajak luar negeri
C. Angsuran PPh Pasal 25
Secara umum besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk suatu tahun pajak
dihitung sebesar PPh terutang menurut SPT Tahunan PPh Tahun pajak yang
lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain serta PPh
yang dibayar, dipotong atau terutang dalam negeri. Hasil dari pengurangan
tersebut kemudian dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam tahun
pajak diperolehnya penghasilan tersebut.
Agnes
43