Upload
leedya-jewelself-beautyseob
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Manajemen
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan
masyarakat terhadap organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang
menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan oleh karena itu,
diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika
bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu
system juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab social terhadap
masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha dewasa ini adalah
semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan jabatan-jabatan baru
yang berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan puncak mereka. Yang
menjadi pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah segala kegiatan
perusahaan, dari program daur ulang yang dilakukan sampai ke kebijaksanaan
jangka panjang perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut
keterampilan dari manajer ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi
berbagai macam isu tentang peraturan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan
lingkungan. Kemampuan melakukan diplomasi juga akan sangat membantu
karena mereka juga berbicara atas nama lingkungan alam, dan rakyat, dalam
berbagai forum eksekutif. Pada perusahaan DuPont, misalnya, setiap tahun
dilakukan penilaian terhadap para line manajer tentang seberapa baik mereka
mengelola tanggung jawab yang berkaitan dengan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Jelaskan pro kontra mengenai tanggung jawab sosial perusahaan!
3. Jelaskan strategi pengelolaan tanggung jawab sosial perusahaan!
4. Jelaskan manfaat tanggung jawab sosial perusahaan!
5. Jelaskan dimensi etika dalam manajemen!
1
6. Jelaskan nilai personal sebagai standar etika!
7. Bagaimana Penelitian empiris mengenai nilai terminal dan nilai instrumental
( kreitner,1992 )!
8. Jelaskan jenis – jenis dari konflik nilai!
9. Jelaskan berbagai isu seputar etika manajemen!
10. Bagaimana cara mengukur etika manajemen?
11. Bagaimana upaya perwujudan dan peningkatan etika manajemen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial yang dihadapi oleh organisasi
bisnis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar etika manajemen dan kaitannya dengan
tanggung jawab sosial dari perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta
berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Setiap organisasi atau perusahaan pada akhirnya perlu menyadari bahwa
apapun yang perlu dilakukannya merupakan reaksi atau tuntutan dari lingkungan
atau juga sebaliknya merupakan upaya untuk memengaruhi masyarakat. Sudah
semestinya organisasi bisnis atau perusahaan perlu menyadari bahwa dirinya
memiliki apa yang dinamakan dengan tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responsibility). Tanggung jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat pada
umumnya, partisipasi perusahaan dalam pembangunan lingkungannya, dan lain
sebagainya.
B. PRO KONTRA MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Dikalangan masyarakat dan praktisi bisnis masih terdapat pro dan kontra
apakah sebuah perusahaan perlu memiliki tanggung jawab sosial pada
masyarakatnya. Mereka yang pro meyakini bahwa sebagai bagian dari anggota
masyarakat yang sudah semestinyalah perusahaan perlu memiliki tanggung jawab
sosial. Namun bagi mereka yang kontra berpandangan bahwa sampai sebatas
mana tanggung jawab sosila tersebut. Apakah perusahaan semestinya berperan
sebagai lembaga sosial? Lalu dimana tugas pemerintah? Dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3
Beberapa pandangan tentang tanggung jawab sosial perusahaan
No
Pandangan Kelompok yang Pro
terhadap tanggung jawab sosial
dari Organisasi Bisnis
No
Pandangan Kelompok yang Kontra
terhadap tanggung jawab sosial dari
Organisasi Bisnis
1
Kegiatan bisnis seringkali
menimbulkan masalah, oleh karena
itu sudah semestinyalah perusahaan
bertanggung jawab atas apa yang
telah dilakukannya
1
Perusahaan tidak memiliki ahli yang
mengkhususkan dalam bidang sosial dan
kemasyarakatan, oleh karena itu sulit
bagi perusahaan untuk ikut bertanggung
jawab
2
Perusahaan adalah bagian dari
lingkungan sosial masyarakat, oleh
karena itu sudah semestinya ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab
atas apa yang terjadi di masyarakat
2
Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam lingkungan
sosial masyarakat justru akan memiliki
kekuatan untuk mengontrol masyarakat,
dan itu indikasi yang kurang baik secara
Sosial
3
Perusahaan biasanya memiliki
sumber daya untuk menyelesaikan
masalah di lingkungan sosial
masyarakat
3
Akan banyak terdapat konflik
kepentingan di masyarakat jika
perusahaan terlibat dalam aktifitas sosial
4
Perusahaan adalah partner dari
lingkungan sosial kemasyarakatan,
sebagaimana halnya juga pemerintah
dan masyarakat lain pada umumnya
4
Tujuan perusahaan bukan untuk motif
sosial, akan tetapi untuk memperoleh
profit dan mencapai tujuan yang
diharapkan oleh para pemilik perusahaan
Sumber: Management, Robert Kreitner, 5th edition, Houghton Mifflin Company, 1992
Contohnya, limbah industri merupakan akibat dari adanya industri yang
beroperasi di suatu wilayah. Mereka yang pro terhadap tanggung jawab sosial
yang harus dipikul perusahaan menganggap bahwa perusahaan juga merupakan
bagian dari masyarakat, sehingga perlu juga untuk bersama-sama dengan
masyarakat mewujudkan keadaan yang lebih baik. Disisi lain mereka yang kontra
terhadap tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan beranggapan
bahwa perusahaan tidak perlu terlibat dalam tanggung jawab sosial karena pada
4
dasarnya perusahaan tidak memiliki ahli-ahli khusus untuk menangani tanggung
jawab sosial ini dalam perusahaan. Mereka beranggapan bahwa yang bertugas
mengontrol masyarakat adalah pemerintah. Mereka juga beranggapan bahwa pada
dasarnya tujuan dari perusahaan adalah untuk meraih profit dan bukan untuk
membantu masyarakat sebagaimana halnya yang dilakukan oleh berbagai lembaga
sosial, seperti yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya.
Terlepas dari pro dan kontra permaslahan diatas, kami setuju bahwa
perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis
keberadaanya dalam lingkungan dan masyarakat. Hanya saja tanggung jawab
sosial yang harus dipikul perusahaan ini semestinya diatur dengan lebih baik oleh
pemerintah sehingga porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di
masyarakat, namun brsama-sama dengan pemerintah dan masyarakat
mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
Salah satu contoh tanggung jawab sosial yang telah dipikul oleh
perusahaan adalah sebagaimana yang telah dilakukan oleh PT ISM Bogasari yang
bergerak dalam bisnis tepung. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari
Bogasari adalah memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para petani
gandum bagaimana agar dapat bertani dengan baik dan mengelola pertaniannya
dengan baik.
C. STRATEGI PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Perkembangan dunia bisnis di masa yang akan datang akan berhadapan
dengan tuntutan yang lebih besar dari sisi tanggung jawab sosial seiring dengan
semakin besarnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Ada beberapa
strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Diantaranya adalah, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif, proaktif,
dan akomodatif.
5
Reaktif :Cenderung Menolak tanggung Jawab Sosial
Rendah ----------------Tingkat Tanggung Jawab Sosial-------------- Tinggi
Defensif:Cenderung membela diri dalam menghindari tanggung jawab sosial
Sumber: Management, Robert Kreitner, 5th edition, Houghton Mifflin Company, 1992
Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung
jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung
jawab social. Contohnya, perusahaan tembakau di masa lalu cenderung untuk
menghindarkan diri dar isu tentang peluang penyakit kanker karena
mengkonsumsi rokok. Akan tetapi, dikarenakan adanya peraturan pemerintah
untuk mencantumkan bahaya rokok dalam setiap iklan, maka hal tersebut
dilakukan oleh perusahaan rokok.
Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum
untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab social. Contohnya,
perusahaan yang menghindarkan diri dari tanggung jawab penanganan limbah
6
Akomodatif:Melakukan tanggung jawab sosial untuk menghindari tekanan dari masyarakat
Proaktif:Mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial; Membentuk model industri yang bertanggung jawab sosial
bisa saja berargumen melalui pengacara yang disewanya untuk
mempertahankan diri dari tuntutan hukum dengan berargumen bahwa tidak
hanya perusahaannya yang membuang limbah ke sungai ketika di lokasi
perusahaan tersebut beroperasi, terdapat juga perusahaan lain yang
beroperasi.
Strategi Akomodatif
Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang
dijalankan perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan
lingkungan sekitar akan hal tersebut. Contohnya, perusahaan-perusahaan
besar pada Orde Baru dituntut untuk memberikan pinjaman kredit lunak
kepada para pengusaha kecil, bukan disebabkan karena adnya kesadaran
perusahaan, akan tetapi sebagai langkah akomodatif yang diambil setelah
pemerintah menuntut para korporat untuk lebih memerhatika para pengusaha
kecil.
Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian
dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders
terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan terbangun. Dalam
jangka panjang perusahaan akan diterima dengan bak oleh masyarakat dan
akan menambah jumlah pelanggan baru. Contohnya, membuat kegiatan
khusus penanganan limbah, keterlibatan dalam setiap kegiatan sosial di
lingkungan masyarakat, atau dengan memberikan pelatihan-pelatihan
terhadap masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
D. MANFAAT TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Manfaat bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Selain
membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga dianggap bersama
masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa
7
yang akn datang. Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh tanggpan
yang positif setiap kali akan menawarkan sesuatu kepada masyarakat.
Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat
dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution. Hubungan
masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi dipandang sebagai hubungan antara
pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang tereksploitasi, tetapi hubungan
kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan yang lebih baik. Tidak
hanya di sektor perekonomian, tetapi juga dalam sektor sosial, pembangunan,
dan lain-lain.
Manfaat bagi Pemerintah
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah
dalam hal tanggung jawab sosial. Pemerintah tidak hanya berfungsi sebgai
wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan
dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Tetapi
pemerintah sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik. Sebagian tugas pemerintah dapat
dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisai
bisnis.
E. DIMENSI ETIKA DALAM MANAJEMEN
Etika adalah pandangan , keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan
buruk, benar dan salah (Griffin).
Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang
memenuhi kriteria etika.
8
Empat pandangan tentang perilaku yang etis :
1. Utilitarian view
Perilaku yang etis, perilaku yang akan memberikan kebaikan terbesar
bagi sebagian besar orang.
2. Individualism view
Perilaku yg etis, perilaku yang dalam jangka panjang memberikan
kepentingan bagi diri sendiri.
3. Moral-rights view
Perilaku yang etis, perilaku yang menghargai hak asasi manusia yg
dianut oleh semua orang.
4. Justice view
Perilaku yang etis, perilaku yang tidak memihak, jujur dan adil dalam
memperlakukan orang.
Etika manajemen lebih jauh lagi berbicara mengenai nilai-nilai yang
dianut oleh organisasi sehubungan dengan kegiatan bisnis yang
dijalankannya. Seperti misalnya, apakah beberapa jenis periklanan yang
dibuat etis atau tidak. Apakah misalnya jika perusahaan memberikan hadiah
kepada pelanggan termasuk etis ataukah tidak. Di satu sisi perusahaan
berupaya untuk mempertahankan loyalitas konsumen dengan memberikan
pelayanan tambahan berupa pemberian hadiah, akan tetapi disisi lain, yang
dijual perusahaan sebetulnya bukan hadiahnya, akan tetapi produknya
beserta segala jenis kegiatan yang dilakukannya di masyarakat. Berdasarkan
hal ini, maka manajemen sebuah perusahaan perlu memahami benar
mengenai konsep etika dalam manajemen ini. Terlebih jika dikaitkan
dengan tanggung jawab sosial yang akan semakin dituntut masyarakat
dalam kegiatan bisnis di masa yang akan datang.
9
F. NILAI PERSONAL SEBAGAI STANDAR ETIKA
Nilai dan norma dalam personal atau orang-orang memainkan peranan
penting dalam hal pengambilan keputusan dan etika manajemen.
Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang
mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang.
Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang,
cara pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh seseorang sehubungan dengan
segala kegiatan yang dilakukannya.
Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai
Terminal pada dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang
yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif dirinya dalam
meraih sesuatu. Sedangkan Nilai Instrumental adalah pandangan dan cara
berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua
pihak sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan. Nilai-
nilai kejujuran, tanggung jawab, komitmen, integritas, adalah salah satu
contoh nilai instrumental yang tidak hanya dianut oleh sebagian orang, akan
tetapi semestinya oleh setiap orang dalam setiap keadaan.
G. PENELITIAN EMPIRIS MENGENAI NILAI TERMINAL DAN NILAI
INSTRUMENTAL (KREITNER,1992)
Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai terminal yang
perlu untuk dimiliki adalah :
1. kejujuran
2. tanggung jawab
3. kapabilitas
4. ambisi, dan
5. independensi.
10
Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai instrumental yang
perlu dimiliki adalah:
1. penghargaan terhadap pribadi
2. keamanan dan kesejahteraan keluarga pekerja
3. kebebasan dan kemerdekaan
4. dorongan untuk meraih sesuatu, dan
5. kebahagiaan.
Sekalipun hasil survei ini tidak dapat digenerilisasi untuk setiap keadaan,
paling tidak kita bisa melihat bagaimana umumnya para pekerja memiliki nilai-
nilai dalam setiap pekerjaannya. Manfaat dari pengetahuan ini adalah manajemen
dapat merencanakan dengan lebih baik bagaimana organisasi semestinya dikelola
dan dijalankan.
H. JENIS – JENIS KONFLIK NILAI
Manfaat lain dari pengetahuan kita terhadap nilai-nilai yng dianut oleh
anggota organisasi adalah bahwa kita akan dapat mengetahui nilai-nilai mana
yang dapat berjalan secara seiringan dan saling mendukung, atau sebaliknya nilai-
nilai mana yang akan saling berbenturan satu sama lainnya. Ada 3 jenis konflik
nilai yang terdapat dalam perusahaan, yaitu :
Konflik intrapersonal (intrapersonal conflict) pada dasarnya terjadi
umumnya di dalam individu dan antar individu. Contohnya, mereka yang
bekerja karena nilai ambisi dalam dirinya untuk meraih sesuatu di tempat
kerjanya, barangkali akan berbenturan dengan nilai kekeluargaan dimana,
misalnya, keluarga menuntut sang pekerja untuk lebih banyak meluangkan
waktu bersama keluarganya. Atau dorongan ambisi ini juga tidak jarang
berbenturan dengan nilai persahabatan, nilai relasi antar individu, maupun
nilai-nilai kemanusiaan lainnya.
11
Konflik individu-organisasi pada dasarnya merupakan konflik yang terjadi
pada saat nilai yang dianut oleh individu berbenturan dengan nilai yang
harus ditanamkan oleh perusahaan. Individu yang cenderung menginginkan
kebebasan akan berbenturan dengan nilai yang dianut organisasi yang
menuntutnya untuk patuh berdasarkan aturan main yang mungkin dirasakan
sebagai sesuatu yang formal dan mengikat.
Konflik antar Budaya pada dasarnya merupakan konflik antar individu
maupun antara individu dengan organisasi yang disebabkan oleh adanya
perbedaan budaya diantara individu yang bersangkutan atau juga organisasi
yang bersangkutan. Contohnya, manajer Amerika yang bekerja di Indonesia,
dia memiliki nilai independensi, kebebasan dan penghargaan pada pribadi,
acapkali dianggap sebagai orang yang individualistis, egois, dan tidak
sensitif oleh kebanyakan orang Asia dan Eropa, pada saat mereka umumnya
memiliki nilai kebersamaan, tolong-menolong, dan kontrol individu.
Pada intinya, manajer perlu memahami benar kondisi para pekerjanya
dari berbagai kemungkinan konflik yang muncul dalam perusahaan yang dapat
disebabkan adanya perbedaan nilai yang dianut oleh setiap orang.
I. BERBAGAI ISU SEPUTAR ETIKA MANAJEMEN
1. Penggunaan obat-obatan terlarang
2. Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi
3. Konflik Kepentingan
4. Pengawasan Kualitas atau Quality Control
5. Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
6. Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
7. Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
8. Pemecatan tenaga kerja
12
9. Polusi Lingkungan
10. Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis
11. Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
12. Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang
kebijakan.
13. dan lain sebagainya.
Beberapa isu ini tak jarang terjadi dalm satu perusahaan, sehingga taktis
perusahaan tersebut dianggap tidak menjalankan kegiatannya secara etis. Di sisi
lain, sebagian perusahaan telah berusaha untuk melakukan yang terbaik
sehubungan dengan berbagai isu etika tersebut. Peran pemerintah sangat penting
untuk dapat menjamin perusahaan dan masyarakat dapat menjalankan kegiatannya
secara lebih beretika.
J. BAGAIMANA MENGUKUR ETIKA MANAJEMEN?
Model Penilaian Etika (Griffin,2002)
13
Pengumpulan Data mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan
Apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4 kriteria
dalam etika :
Manfaat : Apakah tindakan tersebut memberikan manfaat dan
kepuasan bagi semua pihak ?
Pemenuhan Hak : Apakah tindakan yang dilakukan menjamin
terpenuhinya dan terpeliharanya hak-hak dari semua pihak ?
Keadilan : Apakah tindakan yang dilakukan adil bagi semua pihak ?
Pemeliharaan : Apakah tindakan yang dilakukan konsisten dengan
tanggung jawab pemeliharaan dalam berbagai hal ?
Data Gathering
Analysis-
Model penilaian etika tersebut memberikan panduan apakah suatu
tindakan atau kegiatan memenuhi kriteria atau tidak dapat dinilai dari 4 kriteria
etika, yaitu dari sisi manfaat (benefits), pemenuhan hak-hak (rights), prinsip
keadilan (justice), dan sifat pemeliharaan (caring). Sebagai contoh, sebuah
tindakan manajer dalam pemberian insentif kepada pegawai yang berprestasi.
Tindakan ini bisa dikatakan tindakan yang atis atau memenuhi kriteria etika. Dari
sisi manfaat, jelas semua pihak bisa merasakan manfaat dari prestasi yang
dilakukan pegawai. Perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja keras
pegawainya yang berprestasi, demikian juga bagi pegawainya. Insentif
memberikan manfaat psikis berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya
sekaligus manfaat fisis berupa balasan yang seimbang dengan apa yang telah
dilakukannya. Dari sisi pemenuhan hak-hak, jelas tindakan pemberian insentif
kepada pegawai yang berprestasi – jika memang telah diterapkan aturannya –
memenuhi kriteria pemenuhan hak-hak dari seluruh pihak. Bagi yang menerima
insentif dia terpenuhi haknya setelah memberikan prestasi kepada organisasi. Bagi
yang tidak berprestasi, maka dia tidak memiliki hak untuk mendapatkan insentif
14
Tidak dalam seluruh kriteria
Ya, dalam seluruh kriteria
Tidak dalam satu atau beberapa kriteria
- Apakah ada faktor yang menyebabkan kriteria tidak terpenuhi sehingga dapat dimaklumi ?
- Apakah kriteria yang terpenuhi lebih penting dibandingkan kriteria lain?
- Apakah ada faktor diluar kemampuan organisasi yang menyebabkan sebagian kriteria tidak terpenuhi ?
Penilaian
Tidak
Tidak Etis Etis
Ya
hingga dia dapat menunjukkan prestasinya. Dari sisi prinsip keadilan, jelas bahwa
tindakan pemberian insentif bagi pegawai yang berprestasi memenuhi prinsip
keadilan, yaitu dengan memberikan perlakuan yang seimbang dengan apa yang
telah ditunjukkan pegawai dalam pekerjaannya. Dari sisi pemeliharaan, jelas
pemberian insentif akan mampu menjaga konsitensi produktivita skegiatan
organisasi, dikarenakan jenis pemberian insentif dapat memacu pegawai untuk
bekerja lebih baik bagi organisasi. Di sisi lain, juga tetap memelihara motivasi
pegawai yang telah menunjukkan prestasi yang baik melalui penghargaan dengan
pemnerian insentif.
K. UPAYA PERWUJUDAN DAN PENINGKATAN ETIKA MANAJEMEN
Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan
sehubungan dengan dorongan untuk melaksanakan etika dalam manajemen.
Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan tersebut, diantaranya adalah:
Pelatihan Etika (Ethics Training)
Etika dakam bisnis maupun etika dalam manajemen perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan yang diberlakukan kepada para pelaku organisasi,
dari mulai level tertinggi hingga terndah. Pembiasaan ini dapat dilakukan
melalui berbagai jenis pelatihan yang menyangkut etika dan ketertaikatannya
dengan perwujudan lingkungan sosial yang lebih baik.
Advokasi etika
Advokasi etika adalah upaya perusahaan untuk menjalankan etika
dalam kegiatan dengan cara menempatkan orang atau tim khusus dalam tim
manajemen perusahaan yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi
sehala kegiatan perusahaan agar tetap memenuhi standar-standar etika. Pada
umunya, pihak yang diperkerjakan dan ditempatkan dalam bagian ini adalah
mereka yang berlatar belakang ilmu hukum yang dianggap mengetahui seluk-
beluk regulasi dan bagaimana regulasi tersebut bisa dijalankan.
15
Kode Etik
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menetapkan
standar aturan mengenai etika yang harus dijalankan oleh perusahan atau
seringkali dinamakan sebagai code of ethics. Implementasi dari code of ethics
ini akan sangat efektif jika memenuhi dua syarat, yaitu pertama, perusahaan
perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai code of ethics yang
mereka jalankan. Syarat kedua agar code of ethics ini bisa berjalan secara
efektif adalah perlu adanya dukungan dari tim manajemen puncak melalui
sistem pengawasan tertentu seperti reward and punishment system dan lain
sebagainya. Tanpa ada dukungan dari manajemen puncak, code of ethics ini
akan sulit diimplementasikan.
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
Perushaan akan menjalankan kegiatannya secara beretika adalah
dengan melibatkan publik dalam setiap kegiatan perusahaan yang dianggap
tidak beretika. Dalam istilah manajemen ini dinamakan sebagai whistle-
blowing (meniup peluit). Konteksnya adalah bahwa jika sebuah perusahaan
menjalankan suatu kegiatan yang tidak memenuhi standar etika dan
perusahaan cenderung membiarkan praktik tersebut untuk terus berjalan,
kenyataan ini kemudian dilaporkan oleh anggota perusahaan kepada pihak
publik seperti media massa, lembaga swadaya masyarakat, ataupun
pemerintah yang representatif untuk menangani kasus-kasus seperti ini. Upaya
ini akan mendorong perusahaan agar benar-benar memerhatikan kepentingan
publik, dan mencoba mengingatkan perushaan bahwa jika kegiatan tidak etis
dilakukan perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi konsekuensi logis
berupa penilaian buruk dari masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas maka kesimpulan
yang dapat diambil dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan CSR yang baik dan benar sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku akan berimplikasi pada iklim penanaman modal yang kondusif. Untuk
bisa mewujudkan CSR setiap pelaku usaha (investor) baik dalam maupun asing
yang melakukan kegiatan di wilayah RI wajib melaksanakan aturan dan tunduk
kepada hukum yang berlaku di Indonesia, sebaliknya pemerintah sebagai
regulator wajib dan secara konsisten menerapkan aturan dan sanksi apabila ada
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak melaksanakan CSR
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
B. Saran-saran
Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha
untuk menyamakan persepsi mengenai pentingnya CSR dalam mewujudkan iklim
penanaman modal di Indonesia.
Dibutuhkan konsistensi dan komitmen baik dari pemerintah maupun
pelaku usaha (investor) dalam melaksanakan CSR sebagai suatu kewajiban
hukum.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca, dan kami mohon kritik dan saranya apabila ada kekurangan dalam
penulisan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pengantar Manajemen, Ernie Tisnawati Sule and Kurniawan Saefullah, 1st
Edition, 2010.
18