20
p-ISSN 2086-3748 Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT) Volume 4 Nomor 2, November 2013 8 PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATAN KERJA SAMA ANTARA PETERNAK DAN PEDAGANG (PENGEPUL) JANGKRIK DI KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK Astohar Astohar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang ABSTRACT Cricket animals are animals that have high economic value, which is used for animal feed (birds and ornamental fish). This makes some people or community groups cultivate these crickets. The object of this research is the cricket farmers in Kecamatan Kebonagung Demak Regency. This breeder is divided into two groups, the farmers who cooperate with the collectors and who do not cooperate. For farmers who do not cooperate with financial collectors and information better than those who work together. The focus of this study is whether the determination of price contracts can enhance cooperation between farmers and traders (Collectors) Crickets in Kebonagung District, Demak District.The population in this research is all breeders and collectors (traders) crickets in Kebonagung District, Demak District which is still actively running the farm and business of crickets is as much as 53 breeders and collectors. The sample is taken by 7 informants, 2 cricket farmers, 2 collectors collectors, 1 feeder, 1 bird and ornamental fish 1 person and 1 farmer. The results of this study indicate that the contract price is still flexible and more in line with the culture in Demak district, so the risk of breeders and collectors can be minimized, but profit can not be enjoyed together on both sides (breeders and collectors). The advantage is more enjoyed by the collecting party as the contract price determinant. Both parties still have ties to try to foster cooperation to be longer with better future cooperation commitments. Cooperation ties need to be improved so as to become stronger and more profitable. Information generally known to farmers will be anticipated by the collectors. The agency theory still applies to the business of cricket trade. The collectors still hide very important information and can threaten the existence of the collectors themselves. Keywords: Contract Price, Farmer and Collector (trader) PENDAHULUAN Hewan jangkrik merupakan salah satu binatang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hewan ini selain untuk pakan ternak (burung dan ikan hias) juga dapat digunakan untuk makanan ataupun lauk pauk bagi manusia pada wilayah wilayah tertentu. Nilai ekonomis yang tinggi membuat beberapa

PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

8

PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATAN KERJA SAMA ANTARA PETERNAK DAN PEDAGANG

(PENGEPUL) JANGKRIK DI KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK

Astohar Astohar

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang

ABSTRACT

Cricket animals are animals that have high economic value, which is used for animal feed (birds and ornamental fish). This makes some people or community groups cultivate these crickets. The object of this research is the cricket farmers in Kecamatan Kebonagung Demak Regency. This breeder is divided into two groups, the farmers who cooperate with the collectors and who do not cooperate. For farmers who do not cooperate with financial collectors and information better than those who work together. The focus of this study is whether the determination of price contracts can enhance cooperation between farmers and traders (Collectors) Crickets in Kebonagung District, Demak District.The population in this research is all breeders and collectors (traders) crickets in Kebonagung District, Demak District which is still actively running the farm and business of crickets is as much as 53 breeders and collectors. The sample is taken by 7 informants, 2 cricket farmers, 2 collectors collectors, 1 feeder, 1 bird and ornamental fish 1 person and 1 farmer.

The results of this study indicate that the contract price is still flexible and more in line with the culture in Demak district, so the risk of breeders and collectors can be minimized, but profit can not be enjoyed together on both sides (breeders and collectors). The advantage is more enjoyed by the collecting party as the contract price determinant. Both parties still have ties to try to foster cooperation to be longer with better future cooperation commitments. Cooperation ties need to be improved so as to become stronger and more profitable. Information generally known to farmers will be anticipated by the collectors. The agency theory still applies to the business of cricket trade. The collectors still hide very important information and can threaten the existence of the collectors themselves. Keywords: Contract Price, Farmer and Collector (trader)

PENDAHULUAN

Hewan jangkrik merupakan salah satu binatang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hewan ini selain untuk pakan ternak (burung

dan ikan hias) juga dapat digunakan untuk makanan ataupun lauk pauk bagi manusia pada wilayah – wilayah tertentu. Nilai ekonomis yang tinggi membuat beberapa

Page 2: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

9

orang atau kelompok masyarakat membudidayakan hewan jangkrik tersebut. Selain itu kerja sama juga terjalin antar para peternak tersebut. Omset yang dihasilkan dari usaha pembudidayaan jangkrik juga tergolong sangat tinggi. Menurut Handriansyah (2012) di daerah Cirebon, Jawa Barat terdapat peternak jangkrik yang beromset Rp. 180.000.000,- perbulan. Pada awalnya usaha yang digeluti oleh peternah ini sangat banyak, juga pernah jatuh bangun. Setelah menggeluti budidaya jangkrik keuntungan terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini juga mengispirasi penduduk disekitar untuk pembudidayaan tersebut.

Di daerah Demak khususnya di wilayah kecamatan Kebonagung budidaya jangkrik sampai saat ini juga masih terus berjalan, meskipun masa – masa jasa sudah lewat, yaitu pada tahun 2012 dan jumlah peternak juga sudah mulai menurun mencapai 40 % dari sebelumnya yang mencapai 36 peternak dengan kapasitas minimal 4 kotak (2 x 4 m) atau sekali panen mencapai 20 sampai dengan 30 kg jangkrik dari berbagai ukuran.

Pada aspek pemeliharaan para peternak sudah tidak mengalami kendala, artinya berdasarkan pengalaman yang dimiliki hama dan hal – hal yang bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan jangkrik sudah mampu untuk diantisipasi oleh para peternak. Para peternak juga berbagai pengalaman dengan peternak yang lain berkenaan dengan hama dan upaya untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Bahkan para peternak jangkrik secara tidak sengaja

menemukan metode – metode beternak jangkrik yang berhasil dan berdaya guna.

Kendala yang dihadapi pada peternak jangkrik di wilayah kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak adalah berkenaan dengan harga yang tidak menentu atau ketidakpastian harga(Kiptiyah, 1999). Para peternak dihadapkan pada risiko harga yang rendah. Biaya yang dikeluarkan semakin meningkat sesuai dengan harga pakan dari jangkrik tersebut. Beberapa makanan (pakan) dari jangkrik bisa diperoleh para peternak dari sekitar rumah. Untuk pakan yang harus membeli seperti poor dan dedak harga semakin meningkat.

Untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian (uncertainty) para peternak berupaya menjalin kerja sama dengan para pengepul. Hal ini dilakukan para peternak untuk dapat bertahan. Harga jangkrik di kota besar yang tidak menentu sangat berdampak pada kelangsungan hidup para peternak. Pada saat harga tinggi yaitu mencapai Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 60.000,- para peternak dapat menikmati keuntungan. Hal ini akan berbeda apabila harga jangkrik di kota atau di daerah pemasaran yang hanya Rp. 20.000,- per kg.

Beberapa peternak atau sekitar 40 % an tetap bertahan untuk tidak menjalin kerja sama dengan para pengepul dengan berpijak pada harga pasaran. Golongan peternak yang seperti ini secara keuangan lebih mapan dan sehat dibandingkan yang bekerja sama dengan perjanjian harga kontrak dengan para pengepul. Para kelompok peternak yang tidak bekerja sama dengan para pengepul dengan harga

Page 3: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

10

kontrak ini dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian juga harus ditanggung sendiri.

Para peternak yang tidak bekerja sama dengan para pengepul dengan harga kontrak akan menikmati harga yang tinggi secara utuh dan tentunya akan menghadapi risiko juga secara sendiri. Selain didasarkan pada kemampuan keuangan yang lebih kuat dibandingkan dengan peternak yang lain. Hal ini juga informasi yang diperoleh bahwa harga di kota adalah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga di desa (diparitas harga). Kondisi ini memungkinkan terjadinya asimetri informasi antara peternak dan pengepul (pedagang) jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak.

Bagi para peternak yang lebih memilih bekerja sama dengan para pengepul dengan perjanjian harga kontrak biasanya pada kondisi keuangan yang tidak mapan atau tidak kuat. Para peternak ini tinggal menjalankan atau memelihara. Bibit (telur jangkrik) sudah disediakan, selain itu juga untuk biaya pakan dan pemeliharaan juga disediakan oleh para pengepul dan membayarnya adalah pada saat panen dengan mengurangi dari penjualan yang diperoleh.

Peternak jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak terbagi menjadi dua kelompok, yaitu peternak yang menjalin kerja sama dengan pengepul dan yang tidak menjalin kerja sama. Bagi para peternak yang tidak menjalin kerja sama dengan pengepul secara financial dan informasi lebih baik daripada yang menjalin kerja sama. Fokus penelitian ini adalah apakah

penetapan kontrak harga dapat meningkatkan kerja sama antara peternak dan pedagang (Pengepul) Jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak ?. Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa konsep agency theory adalah hubungan atau kontrak yang terjadi antara principal dan agent.

Terdapat asumsi sifat manusia berkenaan dengan teori agensi Eisenhardt (1989) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007), yaitu : (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana

Page 4: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

11

untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earnings management (Richardson, 1998 dalam Wardhana, 2009). Manajemen Risiko

Risiko adalah kerugian akibat kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Risiko diidentifikasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu risiko karena pergerakan harga pasar (misalnya, harga saham, nilai tukar atau suku bunga) dikategorikan sebagai risiko pasar. Risiko karena mitra transaksi gagal bayar (default) disebut risiko kredit (default). Sementara itu, risiko karena kesalahan atau kegagalan orang atau sistem, proses atau faktor eksternal disebut risiko operasional (Sunaryo, 2009).

Manajemen risiko mempunyai tiga tahapan: mengidentifikasi, mengukur, dan memanajemeni risiko. Lembaga finansial atau investor dapat memanajemeni risiko dengan cara: mengurangi risiko, misalnya dengan melakukan lindung nilai (hedging), menyediakan cadangan untuk menopang risiko (self insurance) dan mentransfer risiko kepada pihak ketiga dengan instrumen derivatif. Bank dapat mentransfer risiko kreditnya kepada pihak lain dengan menggunakan credit derivatives (Sunaryo, 2009).

Menurut Kiptiyah (1999) yang melakukan kajian di sector pertanian menjelaskan bahwa karakteristik sektor pertanian yang utama adalah tingginya derajat ketidakpastian dalam pengambilan keputusan produksi. Untuk itu perlu diketahui beberapa jenis ketidakpastian yang lazim terjadi di

sektor pertanian, yaitu : Resiko alamiah, Fluktuasi pasar, Ketidakpastian sosial, Kebijakan pemerintah dan perang Hedging

Menurut Sunaryo (2009) prinsip hedging adalah menutupi kerugian posisi aset awal dengan keuntungan dari posisi instrument hedging. Sebelum melakukan hedger hanya memegang sejumlah aset awal. Setelah melakukan hedging, hedger memegang sejumlah aset awal dan sejumlah tertentu instrumen hedging. Portfolio yang terdiri atas aset awal dan instrument hedging-nya disebut portfolio hedging. Portfolio hedging ini mempunyai risiko yang lebih rendah dibanding risiko aset awal.

Menurut Edward (1991) dalam Putranto (2012) pengertian hedging secara teknis adalah suatu proses untuk mengambil posisi dalam pasar berjangka yang berlawanan dengan posisi yang dimilikinya di pasar fisik dalam jumlah/besar kontrak sama. Individu atau perusahaan yang melakukan hedging pada perdagangan berjangka, disebut: “hedger”. Hedger mempunyai usahapokokpadapasarfisik (cash market), sedangkan aktivitas mereka padaperdagangan berjangka (futures market) untuk memperkecil risiko dari fluktuasi harga yang tidak menguntungkan.

Kegiatan ini mempunyai keuntungan yang ditargetkan dapat direalisir, atau kalaupun menyimpang, penyimpangannya tidak terlalu jauh. Oleh karena itu proses dari hedging ini memerlukan skill khusus.Instrumen derivatif untuk melakukan Hedging Instrumen derivative dapat

Page 5: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

12

dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan swap, dengan bahan dasar instrument derivative adalah saham, suku bunga, obligasi, nilai tukar, komoditas, dan indeks (Sunaryo,2009). Kontrak, Informasi Asimetris, dan Biaya Transaksi Dalam Kegiatan Ekonomi

Biaya transaksi dalam proses pembuatan kontrak juga muncul dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi. Menurut Burhan dalam Pambudi (2011) biaya dalam ilmu ekonomi merupakan setiap pengorbanan yang dikeluarkan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu, baik yang berwujud uang maupun bukan uang. Kesempatan yang dikorbankan dengan pertimbangan untuk memperoleh hasil yang lebih baik atau lebih besar juga dianggap sebagai biaya yang disebut biaya kesempatan (opportunity cost).

Biaya tidak selalu berkaitan dengan uang, namun juga bisa dalam bentuk waktu, tenaga, bahkan pikiran yang pada dasarnya segala bentuk pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Transaksi menurut Furubotn dan Richter (2005) adalah perpindahan sumberdaya yang dipindahkan secara fisik, baik antar perusahaan maupun antar pasar. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran internal dan eksternal atau pertukaran di dalam perusahaan dan di pasar. Pengorbanan yang dikeluarkan oleh peternak jangkrik untuk bertransaksi dengan pengepul (pedagang) tersebut yang menjadi biaya transaksi dalam penelitian ini.

Biaya transaksi dapat juga diartikan dalam tiga kategori yang lebih luas, yaitu biaya pencarian dan informasi; biaya negosiasi (bargaining) dan keputusan atau mengeksekusi kontrak; dan biaya pengawasan (monitoring), pemaksaan, dan pemenuhan atau pelaksanaan (compliance) (Mburu dan Birner, 2002). Proses negosiasi dapat memerlukan banyak biaya di mana seluruh pelaku harus melakukan proses tawar menawar antara pihak satu dengan lainnya. Pengukuran (measurement) juga dapat sangat mahal karena menyangkut keinginan untuk mengetahui kondisi secara mendalam terhadap barang dan jasa yang akan diperjualbelikan. Modal Sosial dan Hubungan Sosial dalam Kegiatan Ekonomi

Modal sosial adalah jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul diantara para anggota perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama (Putnam, dalam Damsar, 2009). Menurut Damsar (2009) modal sosial adalah semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan / atau kelompok secara efisien dan efektif dengan modal lainnya.

Terdapat tiga bentuk (forms) dari modal sosial (Coleman, 1988) : 1. Struktur kewajiban (obligations),

ekspektasi (expectations), dan kepercayaan (trustworthiness).

2. Jaringan informasi (information channels)

Page 6: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

13

3. Norma dan sanksi yang efektif (norms and effective sanctions).

Menurut Putnam (dalam Ulinnuha, 2012) norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang (komunitas). Norma dapat bersumber dari agama, panduan moral maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama. Norma-norma tersebut merupakan pra kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. Metodologi Penelitian Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melakukan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis data untuk membangun hipotesis atau teori (Sugiyono, 2005).

Melalui penggunaan pendekatan penelitian kualitatif tersebut peneliti mengamati, mempelajari dan menganalisis kejadian atau fenomena yang terjadi saat penelitian dilapangan terkait dengan perjanjian kontrak antara peternak dan pengepul (pedagang) jangkrik yang mendatangi atau bekerjasama di Wilayah Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak.

Pendekatan dan Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dengan informan (Kasali, 2002).

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah paradigma interpretive, yaitu paradigma yang didasarkan pada keyakinan bahwa individu merupakan makhluk yang secara sosial dan simbolik membentuk dan mempertahankan realita mereka sendiri (Berger dan Luckmann 1967; Morgan dan Smircich 1980 dalam Chariri, 2009). Tujuan dari pengembangan teori dalam paradigma ini adalah untuk menghasilkan deskripsi, pandangan-pandangan dan penjelasan tentang peristiwa sosial tertentu sehingga peneliti mampu mengungkap sistem interpretasi dan pemahaman yang ada dalam lingkungan sosial (Chariri, 2009).

Pendekatan interpretif menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman di dalam ilmu sosial. Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha

Page 7: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

14

memahaminya dari kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Fokus penelitian ini adalah pada arti individu dan persepsi manusia pada realitas bukan pada realitas independen yang berada di luar mereka. Pendekatan interpretif ini mempunyai tujuan menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu terbentuk (Chariri, 2009). Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data untuk keperluan kontrak harga bisa berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara mendalam terhadap peternak dan pengepul (pedagang) jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak, Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan.

Lima alat pengukuran yang dirumuskan menjadi teknik dan metode pengumpulan data :Survey dengan kuesioner, Wawancara tatap muka, Teknik analisis jaringan, Pengalaman komunikasi dan Catatan harian komunikasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumen maupun rekaman arsip. Studi dokumen diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai permasalahan yang dibahas oleh penulis. Dokumen-dokumen

tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2005). Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh wilayah generalisasi yang dijadikan obyek penelitian (Notoatmojo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak dan pengepul (pedagang) jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak yang masih aktif menjalankan peternakan dan bisnis dari jangkrik sampai Bulan Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 peternak dan pengepul.

Sampel adalah bagian populasi yang memiliki karakteristik hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. (Djarwanto dan Subagyo, 2008) Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh atau jumlah populasi sama dengan sampel (Sugiono, 2005). Penelitian ini dilakukan pada peternak dan pengepul (pedagang) jangkrik di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah belum pernah diadakan penelitian serupa dan kepemilikan sarana di lokasi tersebut. Jenis dan Sumber Data

Informasi diperoleh dari wawacara mendalam dengan pihak – pihak terkait kontrak harga antara peternak dengan pengepul (pedagang) jangkrik. Informan yang dipilih berdasarkan :

Page 8: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

15

a. Kesesuaian (appropriateness), yaitu pemilihan berdasarkan atas dasar pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan topik penelitian

b. Kecukupan (adequacy), yaitu data yang diperoleh seharusnya dengan menggambarkan keseluruhan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian.

Penetapan informan dilakukan secara purposive sampling sehingga informasi yang diharapkan dapat tergali. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah : a. Peternak Jangkrik2 orang b. Pengepul (pedagang)

jangkrik 2 orang c. Pedagang Pakan ternak1

orang d. Pemilik Burung atau Ikan 1

orang e. Informan (bekas peternak)1

orang Uji Validitas dan Reliabilitas (Uji Kredibilitas)

Uji validitas dan reliabilitas (uji kredibilitas), hal ini mengacu bahwa penelitian kualitatif memiliki dua kelemahan utama : (a) Peneliti tidak dapat 100% independen dan netral dari researchsetting ; (b) Penelitian kualitatif sangat tidak terstruktur (messy) dan sangat interpretive. Upaya untuk peningkatan kredibilitas case study dengan menawarkan 9 prosedur, seperti disajikan sebagai berikut (Creswell dan Miller, 2000) a. Triangulation Triangulation artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam melakukan penelitian. Artinya, dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat menggunakan berbagai sumber data, teori, metode dan

investigator agar informasi yang disajikan konsisten. Untuk memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian, peneliti dapat mengunakan lebih dari satu teori, lebih dari satu metode (inteview, observasi dan analisis dokumen). Di samping itu, peneliti dalam melakukan interview dari bawahan sampai atasan dan menginterpretasikan temuan dengan pihak lain. b. Disconfirming Evidence Prosedur ini dilakukan dengan cara mencari tema dan kategori yang konsisten dan menerapkan proses tertentu untuk membuktikan ketidakbenaran (disconfirm) temuan tersebut. Langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi tema riset, dan jika sudah teridentifikasi, cari bukti negative. c. Research Reflexivity Menjelaskan aspek ontology, epistemology, dan asumsi tipe manusia yang digunakan dalam penelitian. Cara ini dilakukan untuk menunjukkan kepada pembaca mengapa teori tertentu dan metode penelitian tertentu diadopsi. Aspek ini perlu diungkapkan, karena persepsi peneliti dibentuk oleh sistem nilai dan keyakinan d. Member Checking Member checking dilakukan dengan cara kembali ke research setting untuk memverifikasi kredibilitas informasi. Langkah yang dilakukan adalah prosedur ini adalah : 1) Setiap temuan harus didiskusikan dan dicek validitasnya dengan orang dalam organisasi yang mengetahui fenomena yang diteliti ; 2) Apakah data/temuan tersebut benar dan diinterpretasikan sama baik oleh peneliti maupun orang lain.

Page 9: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

16

e. Prolonged Engagement In The Field Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian, peneliti dapat mengalokasikan waktu yang cukup lama di setting penelitian. Langkah ini dapat mengurangi kemungkinan munculnya: 1) Observer‐ caused effect (kondisi yang muncul dilapangan karena keberadaan observer); 2) Observer bias (misinterpretation karena keterbatasan data dan pengetahuan) dan 3) Kesulitan dalam memperoleh akses atas data yang diperlukan. f. Collaboration Atas dasar prosedur ini, peneliti dapat menunjuk seorang participant

untuk diangkat sebagai co-researcher dalam proses penelitian. Partisipan tersebut berperang seperti “mata-

mata” yang bertugas membantu mencari data, dan menginterpretasikan temuan. Agar credible, participant tersebut harus memiliki pengetahuan tentang fenomena yang diteliti dan memiliki akses terhadap sumber data. g. The Audit Trail Audit trail dapat dilakukan dengan cara peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dengan pihak eksternal untuk menilai kredibilitas metode pengumpulan data, temuan dan interpretasi yang dibuat. Pihak eksternal yang dipilih adalah orang yang memahami fenomena dan independent. h. Thick and Rich Description Kredibilitas hasil penelitian kualitatif dapat dipertahankan dengan cara menggambarkan secara rinci dan jelas temuan penelitian. Peneliti harus mampu menggambarkan dengan detail tentang research setting, participant, tema penelitian, proses

pencarian data, proses interpretasi, dll i. Peer Debriefing Kredibilitas hasil penelitian dapat juga ditingkatkan dengan cara melakukan review atas data dan kegiatan penelitian berdasarkan pada familiarity peneliti atas fenomena yang diteliti Perlu diingat bahwa kesembilan prosedur tersebut tidak harus diterapkan semuanya. Pada penelitian ini dapat memilih beberapa prosedur sesuai dengan kondisi di lapangan dan fokus penelitian Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu setelah pengumpulan data dilaksanakan, dilakukan reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. analisis data dan pengumpulan data merupakan proses yang tidak terpisahkan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari informan kunci hasil wawancara, dan hasil pengamatan yang tercatat dalam berkas di lapangan, dan hasil studi dokumentasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Langkah-langkah yang ditempuh adalah: 1. Reduksi data, yaitu proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Hal ini dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang terkumpul.

Page 10: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

17

Proses reduksi dilakukan dengan cara: a. Mengumpulkan data dari

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data

b. Data yang telah dikategorikan tersebut diorganisir sebagai bahan penyajian data.

2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilaksanakan dengan cara deskriptif yang didasarkan kepada aspek yang diteliti. Dengan demikian, kemungkinan dapat mempermudah gambaran seluruhnya atau bagian tertentu dan aspek yang diteliti.

3. Simpulan atau verifikasi, yaitu sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada pokok permasalahan yang diteliti

Hasil dan pembahasan Jumlah Peredaran Hasil Ternak (Jangkrik)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti melihat bahwa para peternak belum mampu bekerja secara taktis. Pada saat pekerjaan meningkat (permintaan banyak) para peternak kurang mampu mengatur pekerjaan dengan baik (panennya turun). Sehingga banyak peluang bisnis terlewatkan.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan sebagian menyatakan bahwa jumlah personel (peternak) di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak sudah mencukupi atau kebanyakan

Berdasarkan informan diatas menunjukkan bahwa peternak di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak sudah mencukupi, namun demikian permintaan yang bersifat temporer terkadang mampu meningkatkan permintaan jangkrik. Berdasarkan informan lain (Informan 2) kebanyakan atau tingginya penawaran karena adanya drop atau pedagang besar mendatangkan jangkrik dari luar daerah.

….. kita pedagang (pengepul : Bhs Jawa) tergantung permintaan juraga di Kota besar……. Memang kita juga punyak pelanggan dari para pedagang – pedagang kecil di sekitar wilayah Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak……. Namun kita juga berupaya mengedarkan hingga ke Jakarta melalui pihak maklar atau pihak ketiga………… otomatis ada risiko yang harus saya tanggung………… secara umum jumlah jangkrik di wilayah Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak sudah sangat mencukupi ....hal ini berbeda kalau ada restoran yang menjual jangkrik untuk dimakan manusia….. kalau mengandalkan dari penggemar burung dan ikan….. masih tergolong seimbang (maksudnya yang menawarkan dan meminta itu hamper seimbang)…… bahkan kadang kala (atau seringnya) malah yang menawarkan jauh lebih

Page 11: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

18

banyak…….. hal ini mungkin ada beberapa peternak baru atau panennya lagi berhasil ………. Lha itu justru yang membuat harga menjadi tidak stabil …(Informan 2a).

Hal hampir sama juga disampaikan pengepul (pedagang) jangkrik lainnya (informan 2b)

………kita pengepul tidak bisa mempengaruhi jumlah jangkrik atau bahkan harganya…….teorinya kalau jangkriknya banyak harganya murah kalau jangkriknya sedikit ya harganya pasti mahal……….. kan tidak mungkin jangkrik itu sedikit terus atau banyak terus……. Kalau saya (kata informan 2b) lebih suka jangkriknya jumlahnya sedikit atau harganya pas mahal…… kita pernah mencoba menyimpan lagi atau jangkrik yang banyak coba kita ambil semua ……. Lalu kita simpan……. Tapi malah menanggung kerugian…………. Selain jangkriknya pada mati juga jangkrik semakin tua semakin tidak laku……. Jadi kita tidak bisa mempengaruhi jumlah maupun harga….. kita hanya menjalani saja.

Komentar agar berbeda disampaikan pedagang pakan burung dan ikan yang tidakterlibat pada pengepul atau penyalur jangkrik (informan 3). Kita harga itu ikut saja harga pasaran. Naik dan turunnya harga jangkrik itu sebelumnya juga ada informasi dari teman atau penyalur langganan.

…………. kalau kita pedagang itu ikut harga saat beli atau paling tidak informasi yang saya peroleh…………. Memang terkadang kita diuntungkan pada saat jangkrik yang kita miliki itu

masih banyak dan saat itu pula harga jangkrik naik lha kita ikut menaikkan harga….. tapi itu jarang dan kenaikan harga yang normal atau biasa saja………. Yang beli dikita,,,, itu hampir semua sudah kenal baik dan teman…….. tidak enak kalau kita menaikan harga seenak kita……jadi jumlah stok yang saya miliki itu tidak bisa mempengaruhi harga…… naik dan turun kelihatanya sudah otomatis ….. (informan 3).

Menurut pemilik burung

atau ikan hias jumlah jangkrik itu tidak penting. Pertimbangan dari para pemilik burung piaraan atau ikan hias yang terpenting jangkrik itu ada dan tersedia. Mahal tidak menjadi masalah serius atau signifikan. Bahkan menurut pemilik burung, mungkin kalau jumlah jangkrik yang dihasilkan peternak tersebut banyak atau melimpah harga menjadi lebih muruh (turun).

…………..saya tidak tahu jumlah jangkrik yang beredar untuk dijual…. Yang penting kalau ada saya beli…. Kalau tidak ada yang nyari di pedagang lain atau minta temen dulu….. dulu pernah kehabisan yang pinjam atau minta temen dulu….. jadi maaf mas jangan Tanya jumlah dan harga…… tidak tahu mas. Menurut bekas peternak yang sudah tidak aktif lagi selama kurang lebih 2 tahun dari tahun waktu yang ditetapkan adalah sebagai berikut. ……………. Menurut saya jumlah berapapun yang dihasilkan

Page 12: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

19

oleh para peternak itu tetap saja laku dan dibutuhkan……… jangkrik itu mampu bertahan hidup dengan pasokan makanan yang seadanya….. jadi jumlah jangkrik tidak menjadi pertimbangan penting dalam penentuan harga jangkrik……. Makanya saya tidak melanjutnya beternak jangkrik…. Harga tidak pasti……. Ikut harga kontrak labanya sedikit……… kalau beternak lepas tidak ada kepastian barang laku dan bahan bakunya (telur dan pakannya)……. Bagi saya lebih baik beternak yang lain saja…… yang pasti – pasti saja…. … harga itu menurut saya itu permainan antara pengepul dengan pedagang besar……. Mereka sama – sama bisa memainkan harga……… seandainya ada koperasi atau persatuan mungkin jauh lebih baik…… lebih transparan dan pasti…… (informan 5)

Berdasarkan hasil tanggapan

dari kelima kelompok informan, yaitu pada peternak, pengepul, pedagang, pemilik burung dan bekas peternak dengan harga kontrak menunjukkan bahwa ada beberapa perbedaan persepsi. Pada intinya bahwa hasil peternakan pada suatu kondisi yang tidak stabil, pada suatu saat sangat melimpah sehingga harganya menjadi murah dan pada suatu kondisi sangat terbatas sehingga harganya mahal.

Berdasarkan hasil wawancara awal menunjukkan bahwa ada kesan pengepul berupaya untuk mencari keuntungan secara sepihak. Meskipun disamarkan dengan berupaya memberikan informasi yang simetris. Karena perkembangan zaman, informasi

yang simetris dapat secara pelan – pelan dibongkar. Namun karena ada ambisi dari para pengepul untuk memupuk keuntungan sebesar – besarnya informasi tersebut berupaya untuk ditutup atau dihambat. Harga dan Penentuan Harga

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan tentang harga dan penetapan harga kontrak serta kontribusiya terhadap konsistensi dan keseriusan peternak serta kinerja dari para peternak. Hampir semua informan menyatakan bahwa harga dan penetapan harga untuk kontrak harga mampu meningkatkan kerja sama.

…………… kalau saya membutuhkan yang pasti – pasti saja..…saya tidak mau rugi dari hasil ternak saya …….. sayup – sayup saya mendengar harga jangkrik di Jakarta atau kota besar adalah sekian Rupiah ……… (waktu wawancara pada saat itu harga di Jakarta atau pedagang besar pada kisaran Rp. 45.000,- per kg)…… dan kenapa saya sudah terikat kontrak 22/12 tetap saya jalankan, itu karena dari bahan baku (telur dan pakan) sudah disediakan…….. bagi saya ini sangat membantu…… memang secara hitung – hitungan kalau harga segitu lebih baik tidak ikut kontrak…… tapi terkadang keuangan saya itu tidak pasti ……….(yang terkadang untuk belanja harian)……. Jadi kalau semua sudah disediakan oleh pengepul,,,,,, kita jadi lebih tenang….. atau ada kepastian jangkrik yang saya pelihara ada yang menampung dan ada yang membayarnya (informan 1a).

Page 13: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

20

……………… katanya diperdaya (paeko : bhs jawa)…… harganya dari peternak sengaja di lemahkan….. bagi saya tidak apa – apa……. Nyatanya saya juga dibantu dalam bahan baku (telur dan pakan)…. Terserah pengepul mau dikerjani tidak apa – apa…… lokasi dan tempat sudah tersedia…… rugi kalau saya biarkan….. nanti kalau sudah tidak cocok yang keluar dari kontrak harga dengan pengepul (pedagang)…. Bagi saya …… dia (pengepul) memang mencari untung dan saya juga membutuhkan usaha ternak saya berjalan…. Jadi tidak menjadi soal selisih harga pasaran dengan harga kontrak itu ada perbedaan bahkan perbedaannya jauh….. lha kalau yang sebagian tak jual di pedagang yang tidak ada kontrak ……… rasanya tidak enak saja mas….(tidak etis)…….. jadi kalau tiba – tiba harga tiba – tiba naik….. dan tentunya saya tidak bisa naik karena sudah terikat kontrak …… ya itu risiko saya….. wong kalau harga murah…… jangkrik saya juga diambil juga (informan 1b) …………. Saya berupaya untuk menjalin kerja sama dengan para peternak – peternak saya juga bisa langgeng dan lebih lama lagi……. Makanya kalau harga naik drastis………… para peternak juga tak kasih tambahan ………. Tapi sifatnya sukarela….. dan kalau harga turun yang tak upayakan untuk ikut turun lebih dulu….. tapi kalau turun terus menerus yang terpaksa saya turunkan…….. memang jujur ada yang saya sembuyikan harga yang aslinya berapa…… tapi paling tidak tidak

terlalu menipu…… memang kita tidak ada perjanjian secara tertulis…… komitmen awal yang saya pegang…… bahkan sebenarnya saya tidak ada kewajiban untuk menaikkan atau menurunkan dari harga kontrak…….ini semata – mata saya lakukan karena kita semua teman……. Memang ada sisi untunnya tapi juga ada sisi ruginya……. Secara kuantitas jumlah peternak yang bekerja sama dengan saya juga mengalami penurunan……. Tetapi mereka mengakiri kontrak itu bukan terus pindah harga pasaran tapi memang dia (peternak) yang berhenti beternak…….. kita juga dulu beternak ….. jadi susah dan senangsudah pernah kami rasakan saat menjadi peternak tersebut (informan 2a). ……………harga memang sudah kita lakukan kontrak dengan para peternak….. tapi kadang perjanjian lesan itu juga kita langgar sendiri….. tapi pelanggaran ini untuk kebaikan bersama…… masak saat saya untungya banyak tidak berbagai atau bahkan saat saya rugi…. Kerugian tersebut saya tanggung sendiri….. saya juga minta ada sandaran kerugian………. Harga dengan pedagang besar di Kota besar itu memang sangat rahasia mas…… tapi sebenarnya peternak juga tidak bodoh…… mereka juga tahu kalau harga di pasaran itu naik dan turun dan selisih harga kontrak dengan harga pasaran rata – rata itu Rp. 5000,- sampai dengan Rp. 7500,- meskipun ada beberapa yang jauh diatasnya…… tapi kan saya menyediakan harga telur (bahan bakunya) dan harganya itu juga

Page 14: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

21

naik turun….. tapi saya tetep menjamin ketersediaan dari telur dan pakannya (sintrat)…… jadi tahu sama tahu saja…… wong peternak juga bisa memutuskan kerjasama dengan saya…………tapi ya harus menunggu panen…… karena telur (bahan baku) itu masih masuk dalam kontrak…… …………… wah tidak tahu mas dia (pengepul) dengan para peternak itu ada kerja sama kontrak harga……. Yang saya tahu ada beberapa peternak memang berupaya untuk ikut titip jangkrik (menjual jangkrik ke saya)…… selain kita sudah punya kerja sama….. peterna minta harganya lebih mahal…….. jadi ya tidak jadi membeli (informan3). ……… makanya saya mundur atau tidak beternak jangkrik lagi…… rasanya usaha kok was – was…… gimana tidak was – was…… saat harga tinggi masak di kita harga segitu saja……. Saya juga menyadaripara pengepul memang harus menanggung risiko kalau harganya anjlok…. Tapi rasanya harga juga relative baik terus (jangkrik tetap laku)….Mungkin juga sayanya yang tidak pas beternak jangkrik…….. memang seperti orang main saja (sangat mudah)…… tapi tetep butuh tempat dan keseriusan….. jadi kalau gagal….. kita kan juga rugi waktu dan material meskipun sedikit…..

Peternak dan pedagang juga

sadar akan kerja sama dalam penentuan harga (harga kontrak) yang mereka perjanjikan. Sehingga dapat diberikan gambaran bisnis

atau kerjasama itu dibangun secara sadar. Apabila dikaitkan dengan teori hal ini adalah hedging atau mengoptimalkan aktiva untuk mengurangi risiko – risiko bisnis atau mengalihkan risiko kepada pihak lainnya. Komitmen untuk Kelangsungan Kerja Sama

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan 1 dan 2 tentang komitmen untuk kelangsungan kerja sama. Kedua informan menyatakan untuk tetap berkomitmen untuk kelangsungan kerja sama dengan beberapa catatan.

……….. saya (peternak) mempunyai komitmen untuk terus bekerja sama……… pada saat tidak punya uang beberapa kali saya meminjam dana………. Bahkan terkadang dana tersebut melampaui bayaran atau hasil penjualan dari ternak saya (informan 1a). ………..dulu saya pernah menjual hasil jangkrik saya ke pengepul lain….. karena mereka harganya juga berbeda…………. Hal itu saya lakukan pada saat harga jangkrik lumayan mahal….. dipasaran harga jangkrik mencapai Rp. 46.000,- per kg………….. padahal di kontrak harga dengan pengepul tersebut hanya Rp. 20.000,-…. Tidak enak sih pada waktu itu……….. habis gimana lagi…… lagi butuh uang (dana) untuk pengembangan ternak dan kebutuhan sehari – hari……. Tapi akhirnya ketahuan secara tidak langsung…………. Sebenarnya belum clear…… tapi sejak saat itu saya berkomitmen

Page 15: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

22

untuk tetap setia dengan perjanjian kontrak harga (informan 1b). …… makanya saya mengundurkan diri dari perjanjian,….. selain memang kita (peternak) selalu pada posisi yang lemah……… bisnis ini (peternak jangkrik) pada kondisi yang tidak pasti….. berat kalau terus bekerja sama…….. lebih baik kalau memang dapat sedikit yang kita nikmati….. kalau dapat banyak yang alhamdulilah…………. Lha kalau kerja sama…… segitu terus penghasilannya……..kapan kita bisa maju (informan 5). ………….. sebenarnya kalau harganya stabil, kami (pengepul) tidak ingin bahkan lebih menguntungkan kalau tetap kerja sama……….. tapi kalau kondisi harga di Kota besar lagi lesu atau turun…….. rasanya juga tidak ingin mengambil jangkrik tersebut………… tapi kami kan sudah mengeluarkan biaya awal untuk mensubsidi bahan baku (telur dan pakan yang berupan centrate) yang harganya tidak murah……. Jadi kami harus tetep komitmen (informan 2a). ….wah kalau kita tidak mungkin mengingkari….. dah komitmen dengan kontrak……. Harus kita pegang komitmen itu………. Seberat apapun risiko harus kita tanggung…………. Wong kalau untung juga kita nikmati………. Ini konsekuensi bisnis mas………. Tetep komitmen (informan 2b).

Hasil wawancara tersebut

menunjukkan bahwa antara peternak dan pengepul meskipun

pernah terjadi pengingkaran janji, akan tetapi pada akhirnya mereka komitmen. Pada mantan peternak yang bekerja sama, mereka lebih pada posisi yang liberal. Hal ini berbeda dengan peternak yang bekerja sama dengan pengepul (pedagang) dengan kontrak harga, lebih konsevatif untuk menjaga kerja sama tersebut.

Kedua belah pihak pada hakekatnya meskipun terjalin dengan baik komitmen dan kelangsungan namun masih rentan untuk terjadi ketidaksepakatan atau moral hazard. Peternak lebih rentan untuk menjual hasil ternak kepada pasaran umum apabila harga di pasaran tinggi, demikian pula untuk para pengepul (meskipun) agak sulit, akan berusaha untuk mengurangi harga. Karena berdasarkan pengalaman harga yang di kontrak itu bisa mencapai titik terendah yaitu Rp. 12.000,-. Jaringan Informasi

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan 1 dan 2 tentang Jaringan informasi. Kedua kelompok informan menyatakan memiliki informasi mengenai bisnis dan jaringan jangkrik di Kabupaten Demak dan sekitarnya.

……. Saya juga punya kenalan pengepul lain…… apalagi di internet juga ada info – info mengenai bisnis jangkrik….. dan informasi tersebut biasanya saya gunakan untuk menekan pengepul….. ada beberapa berhasil dengan ada peningkatan harga atau paling tidak kita dapat uang saku untuk menambah modal (informan 1a)

Page 16: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

23

……. Biasanya informasi yang saya peroleh dari para peternak lainnya….. pernah kita ada sedikit ancaman agar nilai kontrak atau harga kontrak dapat dinaikan…kadang berhasil,,,,,, tapi pengepul melakukan rayuan agar kita (peternak) masih mau bekerja sama dengan harga yang sudah ditentukan tersebut…………..sebenarnya kita (peternak) juga mempunyai kenalan atau kolega dari pengepul lainnya (dari luar Kecamatan)…. Dan biasanya juga menanyakan harga kontrak berapa bahkan sempat membocorkan harga yang berlaku di kota Semarang. …… intinya informasi dapat dengan mudah kami peroleh…….apalagi sekarang ada internet, sms dan informasi yang relevan lainnya........ jadi seperti saya sampaikan di depan……… pengepul tidak mengiformasikan harga….. kita mempunyai perkiraan harganya (informan 1b) …….. tidak usah ditutupi, para peternak juga sudah tahu…… intinya kita sebagai pengepul harus mampu memberikan nilai yang terbaik (paling berani memberikan harga dan pelayanan)………. Kita itu butuh barang untuk kita sampaikan atau distribusikan ke Kota….. lha barang yang puny akan peternak….. saya juga punya ternak 4 kotak, tapi mana bisa mencukupi untuk menutup permintaan….. yang kita rahasiakan biasanya pedagang besarnya;……. Tapi toh pedagang besar juga selektif….. butuh waktu untuk menjadi pengepul atau bisa setor sendiri ke pedagang besar tersebut…… para peternak belum mampu atau tidak mau untuk hal seperti itu (informan 2a).

…… era saat ini tidak bisa ditutupi…… meskipun ada yang perlu ditutupi….. tapi tidak semua bisa ditutupi…… wong kita juga menjual barang itu lagi (jangkrik). ……. Memang pada akhirnya memang harga lebih besar ditentukan oleh kekuatan tawar menawar……….. kita sulit menentukan harga…… kalau ada selisih harga biasanya kita merayu untuk tetap menggunakan harga lama….. lha disitu kita mendapat keuntungan secara sesaat…… tapi toh dengan memberikan pengertian bahwa pada saat panen yang akan datang dengan memberikan bonus atau uang saku (informan 2b)

Berdasaarkan hasil tanggapan

dari para informan menunjukkan bahwa informasi antara peternak dengan para pengepul sebenarnya sudah memiliki informasi-informasi mengenai harga secara simetris antar keduanya. Upaya yang dilakukan oleh para pengepul untuk merahasiakan mengenai pedagang besar atau berupaya untuk menghambat informasi terkait siapa pedagang besar yang ada di kota besar.

Hal ini dilakukan oleh pengepul (pedagang) di tingkat kecamatan atau kabupaten untuk menghambat (entry barriers) para pengepul – pengepul baru. Upaya ini dilakukan, karena harga dari jangkrik ini relative cepat naik dan turunnya. Sehingga terkait dengan upaya itu informasi yang bersifat sangat penting tidak akan disampaikan kepada para peternak untuk menstabilkan keuntungan dari pengepul (pedagang).

Page 17: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

24

Pembahasan Berdasarkan hasil tanggapan

dari para informan menunjukkan bahwa berkenaan dengan jumlah peredaran jangkrik tidak merata di seluruh daerah. Kondisi ini menjadi rentan terjadi disparitas harga pada komoditas ini. Pada peternak, pengepul, pedagang, pemilik burung dan bekas peternak dengan harga kontrak menunjukkan bahwa ada beberapa perbedaan persepsi. Pada intinya bahwa hasil peternakan pada suatu kondisi yang tidak stabil, pada suatu saat sangat melimpah sehingga harganya menjadi murah dan pada suatu kondisi sangat terbatas sehingga harganya mahal.

Pengepul berupaya untuk mencari keuntungan secara sepihak dengan berupaya mengirim barang dagangan kepada daerah yang mahal. Hal ini sangat kecil dilakukan oleh para peternak. Sehingga keuntungan yang sangat besar akan diperoleh oleh para pengepul. Namun hal ini hanya beberapa pengepul yang mampu melakukan. Hal ini terkait dengan jumlah barang dagangan. Para pengepul juga mempunyai perjanjian dengan para pedagang besar untuk menyetor dalam jumlah tertentu.

Pada aspek harga kontrak yang diperjanjikan kedua belah pihak tidak terjadi pelanggaran. Peternak dan pedagang juga sadar akan kerja sama dalam penentuan harga (harga kontrak) yang mereka perjanjikan. Bisnis atau kerjasama itu dibangun secara sadar untuk menjaga etika bisnis. Pada teori hedging didasarkan pada aturan main secara kaku dan professional. Pada bisnis jangkrik teori hedging tersebut tidak dapat secara sempurna dijalankan. Secara risiko peternak dan pengepul dapat diminimalkan,

namun secara keuntungan tidak dapat dinikmati secara bersama di kedua belah pihak (peternak dan pengepul).

Antara peternak dan pengepul dengan hubungan yang naik dan turun (akrab dan renggang) kedua belah pihak berupaya untuk berkomitmen menjalin kerja sama lebih lama lagi. Pada perjalanan bisnis kedua belah pihak pernah melakukan upaya untuk mencari keuntungan secara individu dengan melakukan pelanggaran. Meskipun demikian kedua belah pihak masih ada ikatan untuk berupaya memupuk kerja sama menjadi lebih panjang dengan komitmen kerja sama kedepan yang lebih baik.

Pengepul lebih menguasai informasi dibandingkan dengan peternak. Hal ini berdampak pada pengendalian atau penyumbatan informasi yang bersifat sangat penting. Informasi yang secara umum diketahui oleh peternak akan diantisipasi oleh para pengepul. Hal ini menunjukkan bahwa teori agency masih juga berlaku pada bisnis perdagangan jangkrik. Kerjaasma kontrak harga tersebut masih diwarnai informasi yang disembuyikan oleh para pengepul. Penutup Berdasarkan hasil pembahasan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah jangkrik belum

terdistribusi secara merata di seluruh daerah di Pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa TImur, Jawa Barat, Jakarta dan Yogyakarta). Ada beberapa daerah yang kelebihan dan beberapa daerah yang kekuarangan. Selama ini distribusi dari Kabupaten Demak

Page 18: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

25

ke daerah Jakarta. Hal ini akan berdampak pada disparitas harga

2. Harga kontrak masih fleksibel dan lebih sesuai dengan kultur di kabupaten Demak, sehingag risiko peternak dan pengepul dapat diminimalkan, akan tetapi secara keuntungan tidak dapat dinikmati secara bersama di kedua belah pihak (peternak dan pengepul). Keuntungan lebih dinikmati oleh pihak pengepul sebagai penentu harga kontrak

3. Kedua belah pihak masih ada ikatan untuk berupaya memupuk kerja sama menjadi lebih panjang dengan komitmen kerja sama kedepan yang lebih baik. Ikatan kerja sama perlu ditingkatkan dengan baik agar menjadi lebih kuat dan menguntungkan

4. Informasi yang secara umum diketahui oleh peternak akan diantisipasi oleh para pengepul. Teori agency masih juga berlaku pada bisnis perdagangan jangkrik. Pengepul masih menyebunyikan informasi yang sangat penting dan dapat mengancam eksistensi dari pengepul itu sendiri.

Saran Saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut : 1. Perlu adanya peran pemerintah

atau Dinas terkait untuk memperlancar distribusi ternak tersebut ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Hal ini perlu menjadi perhatian karena banyak pihak yang terlibat di sektor ini

2. Perlu adanya perjanjian kontrak yang baik dan terstruktur, sehingga masing pihak dapat bekerja secara profesional dan tidak ada pihak yang secara

sepihak dirugikan ataupun diuntungkan.

3. Perlu adanya asosiasi yang beranggotakan peternak – peternak yang sekaligus untuk dapat membantu meningkatkan pendapatan dari para peternak tersebut. Karena secara bargaining posisi tentu lebih kuat apabila ada asosiasi yang menaungi para peternak tersebut.

Keterbatasa Penelitian 1. Hasil penelitian ini hanya pada

tataran praktis belum menyentuh tataran grounded teory (eksplore) secara lebih mendalam. Penelitian ini masih pada tataran deskriptif kualitatif

2. Waktu penelitian efektif yang digunakan peneliti ± 3 bulan, sehingga banyak hal yang belum digali dari para informan. Hal ini lain juga dihadapkan pada penyesuaian waktu dengan para informan yang mobilitasnya tinggi

3. Penelitian ini hanya satu sudut pandang akuntansi yaitu mengenai teori agency dan kaitannya dengan kontrak harga antara peternak dan pengepul

Agenda Penelitian Mendatang Agenda penelitian

mendatang adalah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan waktu yang

lebih panjang, agar penelitian dapat menghasilkan penelitian yang lebih akurat dan komprehensif.

2. Perlu adanya penelitian yang dikaitkan dengan konsep dari manajemen operasional dan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA Coleman, James S. 1988. Social

Capital in The Creation of

Page 19: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

26

Human Capital. American Journal of Sociology, Vol. 94, Supplement: 95 – 120.

Chariri, A. 2009. “Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif”, Paper disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 31 Juli – 1 Agustus 2009

Creswell, J. W. and D. L. Miller, 2000, "Determining Validity in Qualitative Inquiry", Theory

Into Practice, 39, 3, pp.124‐ 130

Case, Karl E. & Ray C. Fair. 2005. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Edisi Ketujuh. Terjemahan oleh Barlian Muhammad. PT. Indeks Kelompok Gramedia., Jakarta.

Debertin, 1986, Agricultural Production Economics, Macmillan Publishing Company, NewYork

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Prenada Media., Jakarta

Djarwanto PS dan Subagyo, Pangestu, 2008, StatistikInduktif, Edisi keempat, Yogyakarta, BPFE.

Efferin, et al., 2004, Metode Penelitian Untuk Akuntansi, Bayumedia Publishing, Malang

Furubotn, Eirik G. & Rudolf Ritcher. 2005. Institutions and Economic Theory: The Contribution of The New Institutional Economics Second Edition. USA: The University of Michigan Press.

Handriansyah, Handri, 2012., Omset Rp. 180 Juta per Bulan dari Jangkrik., http://www.pikiran-rakyat.com/node/263844

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and

Kiptiyah, 1999., Hedging: Suatu Altenarnatif Manajemen Risk dan Uncertainty., Jurnal Pertanian., Universitas Airlangga

Mburu, John & Regina, B. 2002. Analyzing The Efficiency of Collaborative Wildlife Management: The Case of Two Community Wildlife Sanctuaries in Kenya. Internasional Journal of Organization Theory and Behaviour, Vol. 5, (No. 3 & 4): 259 – 297.

Pass, C., Bryan Lowes, & L. Davies. 1998. Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua. Terjemahan oleh Tumpal Rumapea dan Posman Haloho. PT. Gelora Aksara Pratama., Jakarta

Putro, Septama Hardanto., 2012., Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging(Studi Kasus Pada Perusahaan Automotive and Allied Products Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010)., Skripsi., Univesitas Diponegoro., Semarang

Rahmawati, dkk. 2006. “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik

Page 20: PENETAPAN KONTRAK HARGA UNTUK PENINGKATA N KERJA SAMA

p-ISSN 2086-3748

Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)

Volume 4 Nomor 2, November 2013

27

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IX.

Sunaryo, T., 2009., Manajemen Risiko Finansial, PT. Gramedia Pustaka Utama., Jakarta

Sugiyono., 2008.,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D., Alfabeta., Bandung.

Ulinnuha, M. Zulham. 2012. Strategi Peningkatan Produktivitas Petani Melalui Penguatan Modal Sosial (Studi Empiris di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Ujiyantho, Moh. Arief dan Bambang Agus P. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan” ,Simposium Nasional Akuntansi X.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. “Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi &Keuangan Vol. 3, No. 2, November.

Yustika, Ahmad Erani. 2010. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori dan Strategi. Bayumedia Publishing., Malang.