Upload
hanguyet
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP PENGEMUDI
KENDARAAN YANG MELAKUKAN KELALAIAN DI JALAN RAYA
(Studi Putusan No.216 / Pid .B / 2011 / PN.BI)
Penulisan Hukum
(SKRIPSI)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
Mahendra Hengki Bahtiar
NIM. E0008384
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENERAPAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP PENGEMUDI
KENDARAAN YANG MELAKUKAN KELALAIAN DI JALAN RAYA
(Studi Putusan No.216 / Pid .B / 2011 / PN.BI)
Oleh:
Mahendra Hengki Bahtiar
NIM. E0008384
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukun (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, September 2012
Pembimbing I Pembimbing II Winarno Budyatmojo, S.H.,M.S Rehnalemken Ginting, S.H., M.H NIP. 196005251987021002 NIP. 195801051984031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENERAPAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP PENGEMUDI
KENDARAAN YANG MELAKUKAN KELALAIAN DI JALAN RAYA
(Studi Putusan No.216 / Pid .B / 2011 / PN.BI)
Oleh:
Mahendra Hengki Bahtiar
NIM. E0008384
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 24 Juli 2012
DEWAN PENGUJI
1. Ismunarno, S.H.,M.Hum_________ : ..........................................................
Ketua
2. Winarno Budyatmojo, S.H.,M.S__ : ..........................................................
Sekretaris
3. Rehnalemken Ginting, S.H.,M.H__ : ..........................................................
Anggota
Mengetahui
Dekan,
Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. NIP. 195702031985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Mahendra Hengki Bahtiar
NIM : E0008384
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PENERAPAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP PENGEMUDI
KENDARAAN YANG MELAKUKAN KELALAIAN DI JALAN RAYA
(Studi Putusan No. 216/ Pid.B/ 2011/PN.BI) adalah betul-betul karya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari
penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, September 2012
Yang Membuat Pernyataan
Mahendra Hengki Bahtiar
NIM. E0008384
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Mahendra Hengki Bahtiar. E0008384. 2012. PENERAPAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP PENGEMUDI KENDARAAN YANG MELAKUKAN KELALAIAN DI JALAN RAYA (Studi Putusan No.216/ Pid. B/ 2011/ PN.BI). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap kelalaian pengemudi yang menyebabkan korban luka berat, serta memberikan gambaran kepada pengguna jalan pada umumnya dan pengemudi kendaraan pada khususnya, tentang penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 terhadap pengemudi kendaraan yang lalai.
Penulis menggunakan metode penelitian dengan metode studi lapangan atau empiris kemudian akan dianalisa menggunakan informasi-informasi dari internet dan buku yang berkaitan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu membaca Berita Acara Pemeriksaan di Polres Boyolali, dilanjutkan dengan mengikuti proses persidangan, dan menganalisis putusan dari Pengadilan Negeri Boyolali.
Dari hasil penelitian yang di peroleh kasus kecelakaan ini terjadi antara mobil yang dikemudikan Eko Yulianto menabrak pejalan kaki yaitu Bayu aji kurniawan. kejadian ini terjadi pada waktu siang hari tepatnya pada waktu sehabis pulang sekolah korban bayu aji kurniawan. Pada olah TKP di jalan Solo-Semarang tepatnya di sebelah barat Pom bensin Mojosongo Boyolali tidak ada bekas pengereman mobil dan menurut saksi tidak ada bunyi klakson dari mobil tersebut, sehingga akibat dari kecelakaan tersebut Bayu aji kurniawan mengalami luka serius di bagian kepala dan menurut visum et repertum terjadi pendarahan otak pada korban Bayu aji kurniawan. menurut hasil penyidikan dan hasil olah TKP ternyata ada unsur kelalaian yang dilakukan Eko yulianto yang menyebabkan kecelakaan itu tidak bisa dihindarkan. Eko yulianto (pengendara mobil) ditetapkan sebagai terdakwa yang atas kelalaiannya telah mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan menabrak seorang pejalan kaki yaitu Bayu aji kurniawan sehingga mengalami luka berat yang dideritanya tersebut. maka atas kejadian ini maka terdakwa (Eko Yulianto) diancam dalam Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan jo. Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dengan di jatuhi pidana selama 10 bulan.
Adapun pertimbangan hakim dalam menjatuhi putusan terhadap terdakwa adalah Majelis hakim mempertimbangkan dengan fakta-fakta dalam persidangan dan diperkuat dengan barang bukti. Selain itu unsur-unsur bersalah yang terdapat dalam Pasal yang di kenakan kepada terdakwa juga terpenuhi. Majelis hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana. Kata Kunci : penerapan, kelalaian, luka berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Mahendra Hengki Bahtiar. E0008384. 2012. THE APPLICATION OF UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009 TO DRIVERS WHO MAKE DERELICTION IN MAIN READ(STUDY OF DECISION NO. 216 / Pid.B / 2011 / PN.BI). Faculty of Law of Sebelas March Surakarta University.
This research goal seeking to know process of UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan the way against heedlessness driver who claimed severe wounds , and give you to the users of the way in general and the driver of a vehicle in particular , about the application of UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan on the driver of a vehicle that heedless .
The author uses the method of research with fieldwork or empirical methods will then be analyzed using the information from the internet and related book as well as the laws and regulations in force. Research done by first reading the news on the Proceedings, proceed to the Polres Boyolali follow the trial proceedings, and analyzing the verdict of the District Court and Boyolali.
From the research results obtained these accidents occurred between the car driven Eko Yulianto slammed into pedestrians i.e. Bayu Aji Kurniawan. the incident occurred at the time of day to be precise at the time after home school victim bayu aji kurniawan. On the sports SCENE on the road Solo-Semarang at the West gas station Mojosongo Boyolali no traces of braking the car and according to witnesses no toot cars, so the result of the crash Bayu Aji Kurniawan seriously injured in the head and according to visum et repertum brain bleeding occurred in victims of Bayu Aji Kurniawan. According to the results of the investigation and the results of the sports SCENE turned out there is the element of negligence committed that caused the accident Eko Yulianto were not unavoidable. Eko yulianto ( of car drivers ) set forth as a defendant that over his negligence has resulted in traffic accidents with crash into a pedestrian i e Bayu Aji Kurniawan so as to undergo severe wounds sustained the . hence over this incident hence the defendant ( eko yulianto ) basically threatened in Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan jo. Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, punished to 10 months.
The consideration of the judge in sentencing the defendant is a panel of judges to consider the facts in the trial and confirmed by the evidence. Besides the elements of guilt contained in the article that the wear to the defendant are met. The judges did not find things that can release the defendant from criminal liability. keyword : application , neglectfulness , severe wounds.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Man Jadda Wajadaa.
(Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri.
Dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri ”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan kepada :
· Ayah dan Ibu tercinta terima kasih doa, bimbingan, kasih sayang, dan
dukungannya hingga saya bisa mewujudkan harapan ini, ucapan terima
kasih tidak cukup untuk membalas atas segala yang telah diberikan kepada
saya, semoga Allah SWT selalu memuliakan Ayah dan Ibu di dunia dan
akhirat, Amin.
· Kakak-kakakku tersayang (Wiwik K. S.E., Dewi H. S.E., Dan Lilian H.
S.T.) atas segala kasih sayang, doa, dan motivasinya sehingga dapat
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
· Bapak Agus Maksum Mulyohadi, S.H. yang telah ikut memberi andil dalam
memberikan bahan dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.
· Anindya Agustina yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta selalu
mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
· Sahabat-sahabat saya dalam komunitas KECCU F. C. maupun KECCU
TOURING yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan
arti hidup, arti kebersamaan dalam berbagi pengalaman, dan selalu membuat
saya ceria.
· Dan seluruh teman-teman almamater saya Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta angkatan 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi/penulisan hukum yang berjudul “PENERAPAN UNDANG-UNDANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN NOMOR 22 TAHUN 2009
TERHADAP PENGEMUDI KENDARAAN YANG MELAKUKAN
KELALAIAN DI JALAN RAYA (Studi Putusan No.216/ Pid. B/ 2011/ PN.BI)”.
Penulisan hukum ini sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat dalam
mencapai derajat Sarjana (S1) dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Rehnalemken Ginting,S.H.M.H. selaku Ketua Bagian Pidana
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus selaku
dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan masukan
yang sangat membantu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Winarno Budyatmojo,S.H.,M.S. selaku dosen pembimbing 1 yang
telah memberikan bimbingan, perhatian, dan pengarahan yang sangat
berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ismunarno, S.H.M.Hum. selaku Pembimbing Akademik penulis
selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak dan ibu dosen, serta karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta, terima kasih saya ucapkan atas semua ilmu dan kenangan
yang telah dibagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Bapak Agus Maksum Mulyohadi, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri
Boyolali, telah memberikan bimbingan selama penelitian, serta Bapak dan
Ibu Pegawai Pengadilan Negeri Boyolali.
7. Bapak dan Ibu saya, Pujono Warto, S.E. (Alm) dan RPU Riptiyani, S.E.
yang selalu memberikan dukungan, kepercayaan, support, dan doa-doa
yang selalu terpanjatkan di setiap malam. Inilah salah satu bentuk baktiku.
8. Kakak-kakakku tersayang Wiwik K. S.E., Dewi H. S.E., Lilian H, S.T.
yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan motivasinya.
9. Anindya Agustina, terima kasih telah memberikan motivasi dan dorongan
semangat untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal, serta
pengertian dan kesabarannya.
10. Sahabat-sahabatku SMA (Muh’arif, Widy Jebol, Erwan, Yuda, Fredy,
Angga, Tabah) Terimakasih telah memberikan banyak hal di lewati
bersama kalian dan jaga kebersamaan kita.
11. Teman-teman “Kost Putra Dewo” (Akil, Aji, Septa, Bayu) tetep kompak
ya, yang telah memberikan arti sebuah kebersamaan hingga sekarang.
12. Teman-teman Hukum angkatan 2008, terutama (Gangga, Eric, Pradha,
Ndaru, Erwan, Hengki R, Nico E, Farid, Angger, Putut, Adut, Fifi, Rina,
Bayu, Dian, Hanin, Dimas, dll) terima kasih sudah berjuang bersama,
saling mengisi ketika kuliah. Sukses buat kita semua. Tetep komunikasi.
13. Teman-teman ”Solo Matno” (Mas Eko, Mas Feri, Purbo, Adhi, Pakdhe,
dll) tetep kompak selalu dan sukses buat kita semua.
14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan
demi perbaikan yang berkelanjutan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.
Surakarta, September 2012
Hormat saya,
Mahendra Hengki Bahtiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..……………………….
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.................................................
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………..
ABSTRAK………………………………………………………………
HALAMAN MOTTO...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................
KATA PENGANTAR………………………………………..................
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………
A. Latar Belakang………..……………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………...
C. Tujuan Penelitian……………………………………………
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..
E. Metode Penelitian…………………………………………...
F. Sistematika Penulisan Hukum………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….
A. Kerangka Teori………..…………………………………….
1. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana..........................
a. Pengertian Tindak Pidana.............................................
b. Tujuan Hukum Pidana………………..........................
c. Pertanggung jawaban Pidana………………………...
2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana…...…………..
a. Pengertian Tindak Pidana…………….........................
b. Unsur-Unsur Tindak Pidana………………………….
c. Macam-Macam Tindak Pidana………………………
3. Macam-Macam Unsur Kelalaian yang Menimbulkan
Kecelakaan………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
x
xi
xiv
xv
1
1
5
5
6
7
11
12
12
12
12
14
14
15
15
16
19
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Kelalaian Karena Orang...……………………………
b. Kelalaian Karena Kendaraan…..…………………….
4. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan……………………………………………………...
a. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan………….
b. Kecelakaan Lalu Lintas dan Korban Kecelakaan ……
5. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim………………..
a. Pengertian Putusan Hakim……………………………
b. Dasar-Dasar Penjatuhan Putusan Hakim…………….
c. Pertimbangan Hakim…………………………………
d. Bentuk Putusan Hakim dalam Kecelakaan Lalu Lintas
B. Kerangka Pemikiran………..………………………………...
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….
A. Pengaturan Mengenai Kelalaian yang dilakukan
pengemudi dalam hukum pidana …………………………
1. Pengaturan Kelalaian Lalu Lintas pada KUHP………
2. Pengaturan Undang-Undang No. 22 tahun 2009….…
3. Kealpaan Termasuk Dalam Perbuatan Pidana (delik)
Culpa………………………………………………….
4. Adapun Hal-Hal yang Dapat Menghapuskan Pidana…
B. Pertimbangan Hakim dalam Menangani Perkara Kelalaian
Dalam Berkendara Yang Dilakukan Sopir Tersebut Dalam
Putusan No.216/Pid.B/2011/PN.BI……………………….
1. Putusan Hakim Dalam Perkara No.216/ Pid.B/ 2011/
PN.BI………………………………………………….
2. Analisis Apa Yang Menjadi Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan………………………….
1) Keterangan Tambahan Dari Teori Yang
Bersangkutan ……………………………………...
2) Tinjauan Putusan Berdasar Data Lapangan Yang di
Peroleh Penulis Dalam Wawancara kepada majelis
A. Saran…………………………………………………………
22
25
27
27
28
29
29
30
31
32
34
36
36
37
42
44
45
46
46
66
74
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV. PENUTUP……………………………………………………......
A. Simpulan………………………………………………..................
B. Saran………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………........
LAMPIRAN……………………………………………………………......
79
80
80
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Kerangka Pemikiran.....……………………………………...
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai upaya
memajukan kesejahtaraan umum, sebagaimana diamanatkan oleh Undang–
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan
potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahtaraan,
ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan dalam mendukung pembangunan
ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi, otonomi daerah,
serta akuntabilitas pembangunan negara.
Proses perkembangan industrialisasi otomotif dan teknologi
otomotif dunia yang kian menunjukkan peningkatan yang sangat pesat,
sangat berpengaruh di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam proses
meningkatnya penjualan kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor di Indonesia sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia dalam menunjang aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia dalam kesehari–hariannya. Pemakaian dan
penggunaan kendaraan bermotor banyak terjadi didaerah perkotaan atau
daerah–daerah urban yang semakin padat penduduk akibat terjadinya
proses urbanisasi besar–besaran yang terjadi, seperti di daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta dan daerah–daerah sekitarnya.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia
akan kendaraan bermotor, maka sangat berpengaruh pada ruang lalu lintas
jalan yang dimana jalan raya mempunyai peranan penting dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan hukum, akan tetapi
dalam kenyataannya keadaan dan kondisi jalan saat ini sudah berubah dari
yang semestinya, pada saat ini ruang lalu lintas jalan sudah dipadati oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
para pengendara kendaraan bermotor, untuk menunjang roda
kehidupannya terutama didaerah perekonomian yang padat penduduk dan
masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berskala nasional
yang berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat.
Sementara itu di Indonesia, Berita tanggal 1 September 2011
menyatakan bahwa berdasarkan data dari National Traffic Management
Center Polri, tahun ini terjadi 2.770 kecelakaan dengan 449 korban tewas,
760 orang luka berat, dan 1.914 orang luka ringan. Pada 2010, sesuai data
yang dicuplik dari buku "Mudik Asyik" yang dikeluarkan Mabes Polri,
jumlah kecelakaan selama sepekan arus mudik sebanyak 927. Korban
tewas sebanyak 182 orang, luka ringan 497 orang, dan luka berat 261
orang.
Dari bermacam banyak kejadian kecelakaan dapat disimpulkan
bahwa faktor kelelahan dan kurang hati-hatinya pengemudi yang memicu
kecelakaan. Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya
kecelakaan lalu lintas di jalan raya hal tersebut terjadi karena pola pikir dan
tingkah laku para pengendara kendaraan bermotor saat berkendara. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh kondisi jalan yang semakin padat, banyak para
pengendara yang kurang memperhatikan peraturan lalu lintas dan
mementingkan diri sendiri sehingga menyebabkan keamanan dan keselamatan
saat berkendara terabaikan.
Selain itu kecerobohan pengemudi juga tidak jarang menimbulkan
korban, baik korban menderita luka berat atau korban meninggal dunia
bahkan tidak jarang merenggut jiwa pengemudinya sendiri. Beberapa
kecelakaan lalu lintas yang terjadi, sebenarnya dapat dihindari bila
diantara pengguna jalan bias berprilaku disiplin, sopan dan saling
menghormati. Yang mana penggunaan jalan tersebut di atur di dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (selanjutnya disingkat dengan UU lalu lintas dan angkutan jalan).
Dengan berbagai latar belakang rencana, kepentingan, karakter,
dan kondisi fisik para pengendara kendaraan bermotor berinteraksi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
jalan raya, berbagai kemungkinan bisa terjadi. Perjalanan yang jauh,
kondisi jalan yang rusak berat, cuaca yang panas, dan perilaku massa yang
dipicu oleh kerumunan puluhan kendaraan bermotor di suatu tempat
tertentu dapat membuat keadaannya menjadi lebih buruk. Mengingat
dalam keadaan seperti itu, para pengendara sepeda motor sudah tidak
fokus lagi sehingga tidak dapat lagi berpikir secara jernih dan mengambil
keputusan secara benar.
Kecelakaan lalu lintas sangat berhubungan akan kepatuhan hukum
di jalan raya, kemerosotan terhadap kepatuhan hukum, belum tentu
diartikan sebagai kemunduran tolok ukurnya. Hukum dipatuhi karena
penegak hukum mempunyai kekuasaan, dan kekuasaan tersebut diakui
sehingga disebut wewenang. Kekuasaan dan wewenang tersebut biasanya
ditujukan untuk mencapai tujuan yang tertib khususnya dalam berlalu
lintas.
Sedangkan kecelakaan lalu lintas sendiri mempunyai pengertian di
mana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain dan
menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan
luka-luka atau kematian manusia atau binatang.
Kecelakaan lalu lintas selain diatur dalam buku Undang–Undang
Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan juga dapat diatur dalam Kitab Undang–Undang Hukum Pidana Buku
II Bab XXI Pasal 359 sampai Pasal 361 KUHP. Dalam Kitab Undang–
Undang Hukum Pidana mengandung pengertian “ barang siapa karena
kesalahannya ( kealpaannya ) menyebabkan orang lain mati”.
Dalam hal tindak pidana Kecelakaan Lalu Lintas tersebut di atas,
sebenarnya perangkat perundang undangan di Indonesia sudah cukup
lengkap, yaitu dengan adanya Undang–Undang Lalu Lintas & Angkutan
Jalan dan Kitab Undang–Undang Hukum Pidana. Seperti pengaturan
pidana menurut uraian UU Lalu lintas dan angkutan jalan pada Pasal 310
dapat disimpulkan bahwa apabila kealpaan atau kelalaian pengemudi itu
mengakibatkan orang lain terluka atau meninggal dunia ancaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pidananya apabila luka berat pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan
apabila meninggal dunia pidana penjara palig lama 6(enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Meski UU Lalu lintas dan angkutan jalan telah diterapkan sampai
dengan sekarang tapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kecelakaan
masih tetap terjadi. Dengan banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya
setidaknya itu bisa menggambarkan cerminan masyarakatnya betapa
minimnya kesadaran hukum bagi pengendara sepeda motor. Karena masih
banyak orang-orang mengemudi tidak tertib dan taat pada rambu-rambu
lalu lintas.
Meningkatnya jumlah korban dalam suatu kecelakaan merupakan
suatu hal yang tidak diinginkan oleh berbagai pihak, mengingat betapa
sangat berharganya nyawa seseorang yang sulit diukur dengan sejumlah
uang satuan saja. Orang yang mengakibatkan kecelakaan tersebut harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan harapan pelaku dapat
jera dan lebih berhati-hati. Berhati-hatipun tidaklah cukup untuk
menghindari kecelakaan, faktor kondisi sangatlah di utamakan dalam
mengendarai kendaraan dan juga kesadaran hukum berlalu lintas harus
dipatuhi sebagaimana mestinya. hal ini pun banyak terjadi di daerah atau
wilayah manapun, karena kecelakaan merupakan suatu perbuatan yang
tidak mustahil untuk di pungkiri. Mengingat manusia tidak luput dari
kesalahan yang melekat pada dirinya.
Akibat dari sejumlah kecelakaan lalu lintas tersebut timbul banyak
kerugian. Di Negara dengan pendapatan rendah dan menengah, kerugian
akibat kecelakaan bisa mencapai 1-1,5 persen dari Gross National Product
(GNP). Selain itu, kerugian yang timbul tidak hanya dari segi materi tetapi
juga menyangkut produktivitas, waktu, kesehatan, dan biaya social lainnya
(Andrew R. cecil, 2001 : 6).
Berdasarkan dengan banyaknya kasus kecelakaan di jalan raya
yang banyak menimbulkan korban, maka penulis merasa terdorong untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mengangkat hal tersebut menjadi judul penelitian dengan mengambil salah
satu kasus yang ada di daerah Boyolali yaitu: “PENERAPAN UNDANG-
UNDANG LALU LINTAS NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG
KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN DI JALAN RAYA.
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No.216 / Pid .B / 2011 /
PN.BI)”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan mengenai kelalaian yang dilakukan pengemudi
dalam hukum pidana?
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim di pengadilan negeri Boyolali
dalam menjatuhkan putusan terhadap kelalaian pengemudi dalam
kecelakaan lalu lintas di Boyolali?
C. TUJUAN PENELITIAN
Suatu Kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak
dicapai dengan jelas. Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah
dalam melangkah dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif :
a) Untuk mengetahui pengaturan hukum pidana terhadap perkara
dalam tindak pidana kecelakaan lalu lintas.
b) Untuk mengetahui bagaimanakah pemidanaan yang dijatuhkan
oleh hakim di Pengadilan Negeri Boyolali pada pelaku tindak
pidana kecelakaan lalu lintas.
c) Untuk menganalisis dan mengetahui apa yang menjadi
pertimbangan hakim di pengadilan negeri Boyolali dalam
menjatuhkan putusan atas perkara tindak pidana kecelakaan
Lalu Lintas.
2. Tujuan Subyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a) Untuk menambah pengetahuan penulis di bidang Hukum
Pidana dalam hal mengenai pengaturan tindak pidana
kecelakaan lalu lintas.
b) Untuk melatih kemampuan penulis dalam menerapkan teori
ilmu hukum, mengembangkan dan memperluas wacana
pemikiran serta pengetahuan yang didapat selama masa
perkuliahan guna menganalisis mengenai pengaturan tindak
pidana kecelakaan lalu lintas dalam Hukum Pidana.
c) Untuk melengkapi syarat–syarat guna memperoleh gelar
akademik sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Salah satu pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat. Karena nilai dari sebuah
penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari
adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari
penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
hukum pada umumnya, dan Hukum Pidana pada khususnya.
b) Untuk mengembangkan dan mempraktekkan pengetahuan yang
diperoleh penulis selama di bangku kuliah dan membandingkan
kenyataan yang ada di lapangan.
2. Manfaat Praktis
a) Dapat memberikan pengetahuan tentang dasar pertimbangan hakim
pengadilan negeri Boyolali di dalam menjatuhkan putusan atas
perkara tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang atas kelalaiannya
menyebabkan jatuhnya korban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman, memberikan tambahan masukan dan pengetahuan
kepada pihak–pihak terkait dengan masalah yang sedang diteliti,
dan juga kepada berbagai pihak yang berminat pada permasalahan
yang sama.
E. METODE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,
dengan jalan menganalisisnya. Metode adalah suatu alat untuk mencari
jawaban dari suatu pemecahan masalah, oleh karena itu suatu metode atau
alat harus jelas dahulu apa yang akan dicari.
Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu
menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Metode
penilitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis untuk menyusun penelitian
ini adalah penelitian hukum normatif sosiologis. Penelitian hukum ini
merupakan penggabungan dari penelitian hukum normatif atau
penelitian hukum kepustakaan dengan penelitian hukum empiris atau
sosiologis
Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan
memiliki definisi yang sama dengan penelitian doktrinal (doctrinal
research), yaitu penelitian berdasarkan bahan – bahan hukum (library
based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan – bahan
hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim, 2006: 44)
Sedangkan penelitian hukum empiris atau sosiologis adalah
penelitian yang mengkaji hukum dalam realitas atau kenyataan di
dalam masyarakat (law in action). Penelitian hukum empiris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mengungkapkan hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat
melalui perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya
penulis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan
atas subyek dan obyek penelitian sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan, dalam hal ini memberikan gambaran tentang penerapan
Undang-Undang Lalu lintas mengenai kelalaian terhadap putusan
Pengadilan Negeri Boyolali dalam perkara kecelakaan Lalu lintas.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh penulis
dengan mendasar pada data-data yang akan dinyatakan melalui tulisan
dan/atau lisan, serta perilaku yang nyata, diteliti, dan dipelajari sebagai
sesuatau yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986 : 250).
4. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat empiris-deskriptif
maka lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Boyolali.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Secara umum jenis data dalam penelitian dibedakan antara data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan
pustaka. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan
data primer, sedangkan data yang diperoleh dari bahan-bahan
kepustakaan ialah data skunder (Soerjono Soekanto, 2007 : 51).
a) Data Primer adalah data yang diperoleh terutama dari hasil
penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di
masyarakat. Dalam penelitian ini data diperoleh dari SATLANTAS
Boyolali dan Pengadilan Negeri Boyolali.
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan perpustakaan,
buku-buku, literatur, peraturan perundang-undangan, makalah,
artikel, media massa, bahan-bahan dari internet, hasil-hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penelitian yang berbentuk laporan dan sumber lain yang berkaitan
dalam penelitian hukum ini.
Sumber-sumber data yang Penulis gunakan adalah sumber data
primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat
melalui penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini data di ambil
dari SATLANTAS dan Pengadilan Negeri Boyolali. Sedangkan
sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, peraturan
perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian
lainnya yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
(a) Undang-Undang Dasar 1945
(b) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(c) Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas.
(d) Peraturan lain yang berkaitan.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dari data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-buku yang ditulis oleh
para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet dan sumber lainya
yang memiliki keterkaitan dalam penulisan hukum ini.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder
yaitu kamus.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
a) Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data primer yang dilakukan dengan cara penulis
terjun langsung kelapangan agar memperoleh data yang
diperlukan. Hal ini ditempuh dengan melalui wawancara yaitu
suatu pengumpulan data dengan mengadakan sejumlah Tanya
jawab secara langsung dengan mencari informasi secara
mendalam terhadap informan.
Perolehan data dengan melakukan wawancara ini dilakukan
peneliti dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur,
sehingga dengan adanya pedoman yang digunakan dapat
terarah dalam melakukan wawancara dan tujuan dari
wawancara tersebut dapat tercapai. Penulis mengadakan
wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan dan Hakim
yang memutus perkara ini di Pengadialan Negeri boyolali.
b) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan sangat penting untuk mendapatkan
landasan teori mengkaji substansi atau isi suatu badan hokum
yang berupa buku, peraturan perundang-undangan, dokumen,
dan pustaka lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti.
7. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang
sangat penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang
diteliti berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan
interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data
terkumpul maka ketiga komponen tersebut berinteraksi yang
didalamnya berisi Reduksi data, penyajian data dan kesimpulan
(H.B.Sutopo, 1999 : 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM
Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini terdiri dari 4
(empat) bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan
penutup. Selain itu ditambah dengan daftar pustaka. Adapun
sistematika yang terperinci adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini meliputi kerangka teori yang berisi
tentang tinjauan umum mengenai pengertian
hukum pidana, putusan hakim, pengertian tindak
pidana, tindak pidana culpa (kelalaian dalam
pelanggaran lalu lintas), dan macam- macam
kelalaian dalam pelanggaran lalu lintas.
BAB III : PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas mengenai pemidanaan
terhadap perkara tindak pidana culpa (kelalaian
dalam lalu lintas) serta membahas mengenai dasar–
dasar pertimbangan hakim di dalam menjatuhkan
putusan perkara tindak pidana culpa (kelalaian
dalam berkendara pada kecelakaan lalu lintas).
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan
dan saran terkait dengan permasalahan yang
diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana
a) Pengertian hukum pidana
Kata–kata hukum pidana merupakan kata–kata yang
mempunyai lebih daripada satu pengertian, maka dapat dimengerti
bahwa tidak ada satupun rumusan diantara rumusan–rumusan yang
ada, yang dapat dianggap sebagai rumusan yang sempurna yang
dapat diperlakukan secara umum.
Para ahli hukum memberikan arti yang berbeda-beda
mengenai pengertian hukum pidana, diantaranya :
1) Mr. W.F.C. van HATTUM (dalam buku P.A.F
Lamintang)
Suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan
yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum
umum lainnya, di mana mereka itu sebagai pemelihara
dari ketertiban hukum umum telah melarang
dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar
hukum dan telah mengaitrkan pelanggaran terhadap
peraturan-peraturannya dengan suatu penderitaan yang
bersifat khusus berupa hukuman. (P.A.F Lamintang, 1997
: 2 ).
2) SIMONS (dalam buku P.A.F Lamintang)
Hukum pidana itu dibagi menjadi hukum pidana dalam
arti obyektif atau strafrecht in objectieve zin dan hukum
pidana dalam arti subyektif atau strafrecht in subjectieve
zin, yaitu :
(a) Hukum pidana dalam arti obyektif adalah keseluruhan
dari larangan-larangan dan keharusan-keharusan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang atas pelanggarannya oleh negara atau oleh suatu
masyarakat hukum umum lainnya telah dikaitkan
dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa
suatu hukuman, dan keseluruhan dari peraturan-
peraturan di mana syarat-syarat mengenai akibat
hukum itu telah diatur serta keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang mengatur masalah
penjatuhan dan pelaksanaan dari hukumannya itu
sendiri.
(b) Hukum pidana dalam arti subyektif itu mempunyai
dua pengertian, yaitu :
(1) hak dari negara dan alat-alat kekuasaannya untuk
menghukum, yakni hak yang telah mereka peroleh
dari peraturan-peraturan yang telah ditentukan
oleh hukum pidana dalam arti obyektif.
(2) Hak dari negara untuk mengaitkan pelanggaran
terhadap peraturan-peraturannya dengan hukuman
(P.A.F Lamintang, 1997: 3-4).
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang
pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum.
Pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang
merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan.
Pelanggaran sendiri mempunyai artian sebagai suatu perbuatan
pidana yang ringan dan ancaman hukumannya berupa denda atau
kurungan, sedangkan kejahatan adalah perbuatan pidana yang
berat. Ancaman hukumannya berupa hukuman denda, hukuman
penjara, hukuman mati, dan kadangkala masih ditambah dengan
hukuman penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan hak
tertentu, serta pengumuman keputusan hakim (Yulies Tiena
Masriani, 2004 : 60).
b) Tujuan hukum Pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tujuan hukum pidana ada dua macam, yaitu:
1) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar tidak melakukan
perbuatan pidana (fungsi preventif/ pencegahan)
2) Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan pidana
agar menjadi orang yang baik dan dapat diterima kembali
dalam masyarakat (fungsi represif)
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum pidana adalah
untuk melindungi masyarakat. Apabila seseorang takut untuk
melakukan perbuatan tidak baik karena takut dihukum, semua
orang dalam masyarakat akan tenteram dan aman.
c) Pertanggung jawaban Pidana
Azas dalam pertanggung jawaban hukum pidana ialah tidak
dipidana jika tidak ada kesalahan (green straf zonder schuld).
Pertanggungjawaban tanpa adanya kesalahan dari pihak yang
melanggar, dinamakan leer van het materiele feit (faitmaterielle).
Dahulu dijalankan atas pelanggaran tapi sejak adanya arrest susu
dari H.R. 1916 Nederland, hal itu ditiadakan (moeljatno, 2000 :
153).
Dalam KUHP menentukan bahwa anak-anak dibawah umur
10 tahun tidak dapat dikenai pidana. Tapi pasal ini dalam tahun
1905 dihapus. Maksudnya ialah, agar supaya dengan demikian
terhadap anak-anak dibawah umur 10 tahun dimungkinkan
penuntutan, tidak supaya dipidana, tapi diadakan tindakan.
Adapun bagi mereka yang tidak dapat untuk dimintakan
pertanggungjawaban, seperti dalam KUHP Pasal 44 yang berbunyi:
“Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya disebabkan karena jiwanya
cacat dalam tumbuhnya, atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana”.
Prinsip pertanggungjawaban pidana didasarkan pada asas
kesalahan yang secara tegas menyatakan , bahwa tiada pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tanpa kesalahan. Artinya, seseorang baru dapat dimintai
pertanggung jawaban dalam hukum pidana karena telah melakukan
perbuatan yang bersifat melawan hukum apabila dalam diri orang
itu terdapat kesalahan. Apabila dalam diri orang itu tidak ada
kesalahan, maka terhadap orang itu tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana (Tongat, 2008 : 225).
Apabila dilihat secara cermat, maka terlihat bahwa KUHP
tidak memberi batasan/pengertian tentang apa yang dimaksud
dengan kemampuan bertanggungjawab. Secara formal-konseptual
KUHP tidak memberikan batasan atau pengertian tentang
persoalan tersebut. KUHP hanyalah memberikan batasan kapan
dalam diri seseorang itu dianggap tidak ada kemampuan
bertanggungjawab, tidak memberi batasan kapan dalam diri
seseorang itu dianggap ada kemampuan bertanggungjawab.
2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
a) Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal
dalam hukum pidana Belanda yaitu “strafbaar feit” Dimana
strafbaar feit terdiri dari 3 kata, yakni Straf, baar,dan feit. Straf
diartikan sebagai pidana dan hukum, perkataan baar diartikan
dengan dapat dan boleh, feit diartikan dengan tindak, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan.
Istilah strafbaarfeit sendiri diterjemahkan oleh pakar hukum
pidana Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. diantranya ada
yang memakai istilah delik, peristiwa pidana, perbuatan pidana,
tindak pidana, pelanggaran pidana. Perbuatan yang melawan
hukum atau bertentangan dengan tata hukum dan diancam pidana
apabila perbuatan yang dilarang itu dilakukan oleh orang yang
dapat di pertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Para ahli hukum memberikan arti dan istilah dari strafbaar
feit yang berbeda – beda, diantaranya :
1) Moeljatno mengatakan :
Beliau menggunakan istilah perbuatan pidana, yang
didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut (Adami Chazawi, 2002 : 71).
2) Roeslan saleh mengatakan:
Bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh
masyarakat dirasakan sebagai perbuatan yang tidak boleh
ada atau tidak dapat dilakukan (Roeslan saleh, 1968 : 10).
3) Utrecht mengatakan:
Peristiwa pidana itu meliputi suatu perbuatan hukum atau
melainkan akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena
perbuatan atau melalaikan) (Rusli effendi, 1986 : 251)
4) Simons mengatakan :
Pengertian dari strafbaar feit adalah sebagai suatu tindak
pidana, yang merupakan tindakan melanggar hukum yang
telah dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas
tindakan yang oleh Undang–undang telah dinyatakan
sebagai tindakan yang dapat dihukum (P.A.F Lamintang,
1984 : 176).
b) Unsur – Unsur Tindak Pidana
Secara garis besar unsur–unsur tindak pidana dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Unsur Subyektif
Merupakan semua hal yang melekat pada diri pelaku atau
berhubungan dengan pelaku, unsurnya adalah :
(a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(b) Maksud atau vooremen pada suatu percobaan,
(c) Macam – macam maksud atau oogmerk,
(d) Ada atau tidaknya perencanaan,
(e) Perasaan takut atau stress.
2) Unsur obyektif
Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan lahiriah, yaitu dalam keadaam mana tindakan itu
dilakukan, dan segala sesuatu yang berasal dari luar batin
si pelaku, unsurnya :
(a) Sifat melanggar hukum,
(b) Kualitas si pelaku,
(c) Kausalitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan
sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai
akibat (P.A.F Lamintang, 1984 : 183-184).
Buku II KUHP memuat rumusan-rumusan tentang tindak
pidana tertentu yang masuk ke dalam kelompok kejahatan, dan
buku III adalah pelanggaran. Berdasarkan rumusan-rumusan tindak
pidana tertentu yang ada dalam KUHP, maka dapat diketahui
adanya 8 unsur tindak pidana, yaitu :
1) Unsur tingkah laku
Tindak pidana adalah mengenai larangan berbuat, oleh
karena itu perbuatan atau tingkah laku harus disebutkan
dalam rumusan. Tingkah laku merupakan unsur mutlak
dari tindak pidana, yang terdiri dari dua macam, pertama
yaitu tingkah laku aktif atau positif yaitu suatu bentuk
tingkah laku yang untuk mewujudkannya diperlukan
wujud gerakan dari tubuh atau bagian dari tubuh. Yang
kedua adalah tingkah laku pasif atau negatif, yaitu bentuk
tingkah laku yang tidak melakukan aktivitas tertentu
tubuh atau bagian tubuh yang seharusnya seseorang itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam keadaan-keadaan tertentu harus melakukan
perbuatan aktif.
2) Unsur sifat melawan hukum
Melawan hukum adalah suatu sifat tercelanya atau
terlarangnya dari suatu perbuatan, yang sifat tercela mana
dapat bersumber pada Undang-undang dan dapat
bersumber pada masyarakat. Sifat tercela ini dalam
rumusan tindak pidana dinyatakan dengan berbagai
istilah, yaitu :
(a) Dengan tegas menyebut melawan hukum
(b) Dengan menyebut tanpa hak atau tidak berhak,
(c) Dengan menyebut tanpa izin,
(d) Dengan menyebut melampaui kekuasaannya,
(e) Dengan menyebut tanpa memperhatikan cara yang
ditentukan dalam peraturan umum.
3) Unsur Kesalahan
Kesalahan adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran
batin orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan,
karena itu unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan
bersifat subyektif pada diri pelaku dalam melakukan
tindak pidana.
4) Unsur akibat konstitutif
Unsur akibat konstitutif ini terdapat pada tindak pidana
materiil atau tindak pidana di mana akibat menjadi syarat
selesainya tindak pidana, pada tindak pidana yang
mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberat
pidana, pada tindak pidana dimana akibat merupakan
syarat dipidananya pembuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Unsur keadaan menyertai
Merupakan unsur tindak pidana yang berupa semua
keadaan yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan
dilakukan.
6) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
Unsur ini hanya terdapat dalam tindak pidana aduan, yang
merupakan tindak pidana yang hanya dapat dituntut
pidana jika adanya pengaduan dari yang berhak mengadu.
7) Syarat tambahan untuk memperberat pidana
Merupakan alasan untuk diperberatnya pidana, dan bukan
unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya tindak
pidana. Unsur ini bukanlah unsur pokok tindak pidana
yang bersangkutan.
8) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana
Yaitu berupa unsur keadaan–keadaan tertentu yang timbul
setelah perbuatan dilakukan, yang menentukan untuk
dapat dipidananya perbuatan ( Adami Chazawi, 2002 : 81
– 111 ).
c) Macam-macam Tindak Pidana
Perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang atau
sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau
perbuatan yang melanggar hukum pidana dan diancam dengan
hukuman. Perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Perbuatan pidana (delik) formil, adalah suatu perbuatan
pidana yang sudah dilakukan dan perbuatan itu benar-
benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam pasal
undang-undang yang bersangkutan.
2) Perbuatan pidana (delik) materiil, adalah suatu perbuatan
pidana yang dilarang, yaitu akibat yang timbul dari
perbuatan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Perbuatan pidana (delik) Dolus, adalah suatu perbuatan
pidana yang dilakukan dengan sengaja.
Contoh: pembunuhan berencana (Pasal 338 KUHP)
4) Perbuatan pidana (delik) Culpa, adalah suatu perbuatan
pidana yang tidak sengaja, karena kealpaannya
mengakibatkan luka atau matinya seseorang.
Contoh: Pasal 359 KUHP tentang kelalaian atau
kealpaan.
5) Delik aduan, adalah suatu perbuatan pidana yang
memerlukan pengaduan orang lain. Jadi, sebelum ada
pengaduan belum merupakan delik.
Contoh: Pasal 284 mengenai perzinaan.
6) Delik politik, adalah delik atau perbuatan pidana yang
ditujukan kepada keamanan negara, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Tindak pidana yang diatur di dalam KUHP dibedakan
menjadi dua, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Pembagian itu
didasarkan bahwa pada kenyataanya banyak dalam masyarakat
terdapat perbuatan–perbuatan yang pada dasarnya memang sudah
tercela dan pantas untuk dipidana, bahkan sebelum dinyatakan
demikian oleh Undang–undang karena telah mengandung sifat
tercela atau melawan hukum di dalam masyarakat. Dan juga ada
perbuatan yang baru bersifat melawan hukum dan dipidana setelah
Undang–undang dinyatakan demikian ( Adami Chazawi, 2002 :
119 ).
Berdasarkan cara perumusannya, tindak pidana dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Tindak pidana formil
Merupakan tindak pidana yang dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang
dirumuskan itu adalah melakukan suatu perbuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tertentu. Perumusannya tidak memperhatikan timbulnya
suatu akibat tertentu dari perbuatan sebagai syarat
penyelesaian tindak pidana, melainkan semata–mata pada
perbuatannya.
2) Tindak pidana materiil
Dalam perumusannya inti larangan adalah pada
menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang
menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang
dipertanggungjawabkan dan dipidana (Adami Chazawi,
2002 : 122-123).
Tindak pidana menurut bentuk kesalahannya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Tindak pidana sengaja/dolus
Tindak pidana ini mengandung pengertian sebagai tindak
pidana yang dalam perumusannya dilakukan dengan
kesengajaan atau mengandung unsur kesengajaan.
2) Tindak pidana kelalaian atau kealpaan/culpa
Merupakan tindak pidana yang dalam rumusannya
mengandung unsur culpa atau kealpaan dari si pelaku.
Unsur kealpaan tersebut bisa berupa kelalaian, karena
kurang hati–hati, dan tidak karena kesengajaan (Adami
Chazawi, 2002 : 124-125).
Tindak pidana berdasarkan sumbernya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Tindak pidana umum
Adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KUHP
Buku II dan Buku III sebagai kodifikasi hukum pidana
materiil.
2) Tindak pidana khusus
Adalah semua tindak pidana yang terdapat diluar
kodifikasi hukum pidana materiil. Karena walaupun telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
ada kodifikasi, tetapi adanya tindak pidana di luar KUHP
adalah suatu keharusan yang tindak dapat dihindari.
Karena perbuatan tertentu itu dinilai telah merugikan
masyarakat dan patut diancam dengan pidana (Adami
Chazawi, 2002 : 127).
Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan,
maka tindak pidana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Tindak pidana biasa
Yang dimaksud tindak pidana biasa ini adalah tindak
pidana yang untuk dilakukannya penuntutan pidana
terhadap pembuatnya tidak di syaratkan adanya
pengaduan dari yang berhak. Sebagian besar tindak
pidana adalah tindak pidana biasa yang tidak perlu adanya
pengaduan terlebih dulu.
2) Tindak pidana aduan
Adalah tindak pidana yang untuk dapatnya dilakukan
penuntutan pidana disyaratkan untuk terlebih dahulu
adanya pengaduan oleh yang berhak mengajukan
pengaduan. Yakni korban dari tindak pidana tersebut atau
wakilnya atau keluarga (Adami Chazawi, 2002 : 128-
129).
3. Macam-macam Unsur Kelalaian yang Menimbulkan Kecelakaan
a) Kelalaian karena orang
Untuk mengetahui apakah seseorang tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dimuka persidangan, maka harus
ditentukan apakah pelaku tindak pidana melakukan kesalahan
dengan sengaja (dolus) atau kelalaian/ Kealpaan (culpa).
Dalam lapangan hukum pidana, unsur kesengajaan atau yang
disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang terpenting.
Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan
sengaja atau biasa disebut dengan opzettelijk, maka unsur dengan
sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang
ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan.
Sengaja berarti juga adanya kehendak yang disadari yang
ditujukan untuk melakukan kejahatan tertentu. Maka berkaitan
dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu
dilakukan dengan sengaja, terkandung pengertian menghendaki
dan mengetahui atau biasa disebut dengan willens en wetens. Yang
dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu
perbuatan dengan sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens
atau haruslah menghendaki apa yang ia perbuat dan memenuhi
unsur wettens atau haruslah mengetahui akibat dari apa yang ia
perbuat.
Disini dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan
oleh Von Hippel maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan
dengan sengaja adalah kehendak membuat suatu perbuatan dan
kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau
akibat dari perbuatannya itu yang menjadi maksud dari
dilakukannya perbuatan itu.
Jika unsur kehendak atau menghendaki dan mengetahui
dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan tidak dapat dibuktikan
dengan jelas secara materiil karena memang maksud dan kehendak
seseorang itu sulit untuk dibuktikan secara materiil maka
pembuktian adanya unsur kesengajaan dalam pelaku melakukan
tindakan melanggar hukum sehingga perbuatannya itu dapat
dipertanggung jawabkan kepada si pelaku seringkali hanya
dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si pelaku pada waktu ia
melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan
kepadanya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Disamping unsur kesengajaan diatas ada pula yang disebut
sebagai unsur kelalaian atau kelapaan atau culpa yang dalam
doktrin hukum pidana disebut sebagai kealpaan yang tidak disadari
atau onbewuste schuld dan kealpaan disadari atau bewuste schuld.
Dimana dalam unsur ini faktor terpentingnya adalah pelaku dapat
menduga terjadinya akibat dari perbuatannya itu atau pelaku
kurang berhati-hati.
Wilayah culpa ini terletak diantara sengaja dan kebetulan.
Kelalaian ini dapat didefinisikan sebagai apabila seseorang
melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu
akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang, maka walaupun perbuatan itu tidak dilakukan dengan
sengaja namun pelaku dapat berbuat secara lain sehingga tidak
menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang, atau
pelaku dapat tidak melakukan perbuatan itu sama sekali.
Dalam culpa atau kelalaian ini, unsur terpentingnya adalah
pelaku mempunyai kesadaran atau pengetahuan yang mana pelaku
seharusnya dapat membayangkan akan adanya akibat yang
ditimbulkan dari perbuatannya, atau dengan kata lain bahwa pelaku
dapat menduga bahwa akibat dari perbuatannya itu akan
menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh
undang-undang.
Maka dari uraian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa jika
ada hubungan antara batin pelaku dengan akibat yang timbul
karena perbuatannya itu atau ada hubungan lahir yang merupakan
hubungan kausal antara perbuatan pelaku dengan akibat yang
dilarang itu, maka hukuman pidana tersebut dapat dijatuhkan
kepada si pelaku atas perbuatan pidananya itu
(http://hukum.kompasiana.com/2012/03/20/kecelakaan-saiful-
jamil-dilihat-darikesalahan-dan-pertanggungjawaban-hukum).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Kelalaian karena Kendaraan
Faktor kendaraan yang kerap kali menghantui kecelakaan
adalah fungsi rem, kondisi ban, hingga pencahayaan. ada beberapa
faktor yang menyebabkan kendaraan mengalami kecelakaan lalu
lintas, seperti terbalik atau menabrak, faktor tersebut diantaranya
adalah :
1) Genangan air, memasuki musim penghujan dapat
dipastikan banyak genangan yang tercipta akibat kondisi
jalan yang tidak mulus atau bergelombang. Melaju
dengan kecepatan di atas 60 km/jam, membuat daya
cengkram ban pada aspal mulai berkurang, bahkan bias
hilang. Air merupakan materi penghalang antara ban
dengan permukaan jalan. Akan lebih berbahaya lagi
ketika tapak ban sudah tipis. Kecenderungan yang kerap
terjadi adalah kendaraan secara tiba-tiba akan menarik
kekanan atau ke kiri.
2) Pecah ban, sama bahayanya dengan genangan. Bukan
hanya kendaraan yang susah dikendalikan, bisa juga
kendaraan tiba-tiba oleng dan terbalik karena beda
ketinggian kendaraan akibat ban meletus. Apalagi saat
melaju dalam kecepatan yang cukup tinggi.
3) Jalan Bergelombang, ketika kendaraan melaju kencang
dan melewati gelombang, yang terjadi adalah kendaraan
sedikit melayang. Bahkan bagian belakang sering tak bisa
diatur, terlebih jika kondisi suspensi sudah jelek. Jalan
tidak rata ini menyebabkan kendaraan melayang karena
ban tidak menempel dengan baik sehingga kehilangan
kendali.
4) Rem Blong ataupun Slip, hal ini sudah pasti akan
membuat kendaraan lepas kontrol dan sulit untuk
diperlambat. Apalagi pada mobil dengan transmisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
otomatis yang hanya mengandalkan rem tanpa engine
brake.
5) Human Error, faktor ini merupakan penyumbang terbesar
kecelakaan lalu lintas. Beberapa contohnya adalah
memacu kendaraan melampaui kemampuan mengemudi,
mengantuk, reaksi yang berlebihan ketika mobil
mengalami gejala negatif pengedalian seperti limbung,
oversteer maupun understeer. Menurunnya konsentrasi
pengemudi karena sibuk sms, telepon dan makan sambil
mengemudikan kendaraan dijalan raya.
(http://fandimin.blogspot.com/2012/03/20-penyebab-
mobil-mengalami-kecelakaan.html).
Sebab-sebab dari peristiwa lalu lintas jalan, baik yang
mengenai pelanggaran, maupun kecelakaan lalu lintas dapat
diuraikan sebagai berikut :
(a) Keadaan udara dan cuaca;
(b) Keadaan jalan;
(c) Pengemudi;
(d) Orang berjalan kaki;
(e) Penumpang;
(f) Keadaan kendaraan;
(g) Jalan trem atau kereta api;
(h) Benda-benda lain yang merintangi lalu lintas;
(i) Karena hewan;
(j) Bermacam-macam sebab lainnya (M. Karjadi, 1973 : 3).
Seperti yang tercantum di dalam jurnal internasional berjudul
“Human Factor In Traffic Accidents in Lagos, Nigeria” disebutkan
bahwa:
“Of the 25 human factors variables, age, overtaking,
overspeeding, neglect of brake servicing, neglect of tyre care and
religious affiliation significantly contribute to increase in road
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
traffic accidents in the metropolis, and significantly cantribute to
increase in road traffic accidents in lagos. Among such are
drinking of alcohol before driving in combinations with old age”.
Yaitu bahwa: “dari 25 variabel faktor manusia, usia,
menyalip, terlalu kencang, mengabaikan servis pada rem,
mengabaikan perawatan ban dan afiliasi agama secara signifikan
berkontribusi terhadap peningkatan kecelakaan lalu lintas jalan di
kota metropolitan, dan secara signifikan berkontribusi terhadap
peningkatan kecelakaan lalu lintas di jalan, antara lain seperti
minum alkohol sebelum mengemudi dan kombinasi usia tua.
4. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
a) Pengertian lalu lintas dan angkutan jalan
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu kesatuan sistem
yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan jaringan lalu lintas dan
angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan,
pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya (Undang-
Undang RI no. 22 tahun 2009 : 2).
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya,
yang mana pengertian lalu lintas itu sendiri di atur di dalam UU
lalu lintas dan angkutan jalan khusunya Pasal 1 ayat (1). Untuk lalu
lintas itu sendiri terbagi atas Laut, darat dan udara. Lalu lintas
sendiri merupakan suatu sarana transportasi yang di lalui
bermacam-macam jenis kendaraan, baik itu kendaraan bermesin
roda dua atau beroda empat pada umumnya dan kendaraan yang
tidak bermesin contohnya sepeda, becak dan lain-lain.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.
Manusia sebagai pengemudi atau pejalan kaki merupakan
unsur utama pelaku lalu lintas, dalam penampilannya dipengaruhi
oleh kondisi psikologi dari masing-masing diri pribadi, terutama
yang menyangkut disiplin dan kondisi fisik dari lingkungan
sekitarnya. Kendaraan sebagai alat angkut mempunyai bentuk,
ukuran dan kemampuan yang bermacam-macam sesuai kebutuhan.
Jaringan jalan sebagai tempat penampungan lalu lintas mempunyai
fungsi dan kondisi yang berbeda-beda mulai dari lebar lajur,
jumlah lajur, daya dukung dan lain-lain. Agar lalu lintas dapat
berjalan dengan lancar, teratur, tertib dan selamat, maka perlu
diatur dan ditata dengan perangkat peraturan yang cocok dan
dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya (Hasan Basri, 1993 : 12).
b) Kecelakaan Lalu lintas dan korban kecelakaan Lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak di sengaja melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan atau kerugian harta benda (Undang-Undang RI no. 22
tahun 2009 : 5).
Secara garis besar kecelakaan-kecelakaan lalu lintas
cenderung disebabkan oleh 4 faktor yang saling berkaitan, yakni
faktor-faktor manusia, kendaraan, jalan raya dan lingkungan. Dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan, maka keempat faktor
tersebut, faktor manusia pemakai jalan raya memegang peran
sangat penting. Kekurangan-kekurangan yang ada pada manusia
pemakai jalan raya merupakan penyebab utama terjadinya
kecelakaan lalu lintas (soerjono soekanto, 1984 : 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pengertian korban adalah mereka yang menderita jasmani dan
rohani sebagai tindakan orang lain yang mencari pemenuhan
kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi yang menderita (M Ali Zaidan, 2008 : 45-
46)
Korban tidak saja dipahami sebagai obyek dari suatu
kejahatan tetapi juga harus dipahami sebagai subyek yang perlu
mendapat perlindungan secara social dan hukum. pada dasarnya
korban adalah orang baik, individu, kelompok ataupun masyarakat
yang telah menderita kerugian yang secara langsung telah
terganggu akibat pengalamannya sebagai target dari kejahatan
subyek lain yang dapat menderita kerugian akibat kejahatan.
Istilah korban pada saat itu merujuk pada pengertian “setiap
orang, kelompok, atau apapun yang mengalami luka-luka,
kerugian, atau penderitaan akibat tindakan yang bertentangan
dengan hukum. Penderitaan tersebut bisa berbentuk fisik, psikologi
maupun dalam bentuk ekonomi” (http//www.faculty.ncwc.edu/
toconnor/300/300lect01.htm).
Mati orang disini tidak dimaksud sama sekali oleh pembuat
akan tetapi kematian tersebut hanya merupakan akibat dai kelalaian
(delik culpa) (Winarno Budyatmojo, 2009: 122).
Sedangkan untuk pelaku yang menimbulkan suatu kejahatan
baik itu disengaja maupun tidak yang menyebabkan kerugian bagi
orang lain. Pelaku berperan erat akan timbulnya korban, karena
korban akan ada setelah adanya perbuatan yang merugikan yang
dilakukan oleh si pelaku.
5. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim
a) Pengertian Putusan Hakim
Putusan menurut buku yang dikeluarkan oleh Kejaksaan
Agung RI 1985 menyatakan putusan adalah “hasil atau kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dari sesuatu yang telah dipertimbangkan atau dinilai dengan
semasak-masaknya yang dapat berbentuk tertulis ataupun
lisan”(Leden Marpaung, 1992, 406). KUHAP memberikan batasan
tentang Putusan Pengadilan adalah “pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum
dalam hal menurut cara yang diatur dalam undang-undang”. Ada
pula yang mengartikan putusan sebagai penerjemahan dari kata
vonnis adalah “hasil akhir dari pemeriksaan perkara di sidang
pengadilan”.
Beranekaragamnya pengertian mengenai putusan ini
dikarenakan oleh negara Indonesia yang mengadopsi peraturan
perundang-undangan dari bangsa Belanda beserta istilah-istilah
hukumnya, diterjemahkan oleh ahli bahasa dan bukan oleh ahli
hukum. Sehingga hal tersebut mengakibatkan ketidakcermatan
penggunaan istilah-istilah hukum pada saat sekarang ini. Sebagai
contoh yaitu kesalahan menyamakan istilah hukum antara putusan
dan keputusan sebab hal tersebut merupakan sesuatu yang sama
sekali berbeda.(Lilik Mulyadi, 2000 : 145)
b) Dasar-Dasar Penjatuhan Putusan Hakim
Pengambilan putusan oleh majelis hakim dilakukan setelah
masing-masing Hakim Anggota Majelis mengutarakan pendapat
atau pertimbangan-pertimbangan dan keyakinannya atas perkara
tersebut maka dilakukan musyawarah untuk mufakat. Ketua
Majelis berusaha agar diperoleh permufakatan bulat (Pasal 182
ayat 2 KUHAP). Dalam hal penjatuhan putusan, sebelumnya harus
dilakukan pembuktian. Pembuktian dalam sidang pengadilan
perkara pidana merupakan hal yang sangat penting oleh karena
tugas utama dari Hakim Acara Pidana adalah untuk mencari dan
menemukan kebenaran materiil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pembuktian di sidang pengadilan untuk dapat menjatuhkan
pidana, sekurang-kurangnya harus ada paling sedikit dua alat bukti
yang sah dan didukung adanya keyakinan hakim. Hal ini tecantum
dalam Pasal 183 KUHAP sebagai berikut: “Hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Dari ketentuan pasal tersebut diatas dapat ditarik hal sebagai
berikut:
1) Sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang sah
menurut undang-undang yang berlaku.
2) Atas dasar alat bukti yang sah tersebut hakim
berkeyakinan bahwa perbuatan pidana telah terjadi dan
terdakwalah yang bersalah.
Yang dimaksud dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti
yaitu berarti merupakan dua diantara alat-alat bukti yang sah
menurut ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP sebagai berikut:
(a) Keterangan saksi
(b) Keterangan ahli
(c) Surat
(d) Petunjuk
(e) Keterangan terdakwa
Hukum Acara Pidana Indonesia menganut sistem pembuktian
negatif, yang berarti hanya mengakui alat-alat bukti yang sah yang
tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Diluar ketentuan tersebut bukan merupakan alat bukti yang sah.
c) Pertimbangan Hakim
Setiap putusan hakim yang diberikan oleh hakim harus
disertai pertibangan hakim sebagai pertanggung jawaban kepada
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mengenai dasar pertimbangan mengapa hakim memberikan
putusan yang demikian berdasarkan undang-undang yang ia
gunakan untuk memerikasa tindak pidana tersebut.
Di dalam Pasal 197 butir (1) huruf (d) KUHAP menyatakan
bahwa “hakim sebelum mengambil putusan terlebih dulu
menyusun suatu pertimbangan yang disususn secara ringkas,
mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang
diperoleh dari pemeriksaan yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa”.
d) Bentuk Putusan Hakim dalam kecelakaan Lalu lintas
Peran hakim sangat diperlukan untuk menindak lanjuti
kelalaian ini. Pengemudi kendaraan yang lalai harus dijatuhi sanksi
pidana, dalam hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009, untuk memberikan efek jera sekaligus
meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian dalam berkendara,
sehingga dapat tercipta keamanan dalam berlalu lintas.
Dalam penjatuhan putusannya agar dapat memberikan
gambaran kepada pengguna jalan pada umumnya dan pengemudi
kendaraan pada khususnya, tentang penerapan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 terhadap pengemudi kendaraan yang lalai.
Dengan harapan dapat mengurangi angka kecelakaan karena
kelalaian pengemudi kendaraan. Sehingga dapat meningkatkan
keamanan berlalu lintas. Adapun bentuk Putusan hakim terhadap
Kelalaian Lalu lintas dapat berupa:
1) Putusan Bebas (vrijspraak)
Dalam praktek pemberian putusan bebas (vrijspraak)
yang berarti bahwa terdakwa tidak secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah melakukan Tindak Pidana
Culpa (kelalaian Lalu Lintas).
2) Putusan Pelepasan dari segala tuntutan (onslag van alle
rechtsvervolging).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Putusan Penglepasan dari Segala Tuntutan Hukum dapat
terjadi apabila Majelis Hakim beranggapan bahwa:
(a) Apa yang didakwakan kepada terdakwa memang
terbukti secara sah dan menyakinkan, dan
(b) Tetapi sekalipun terbukti, hakim berpendapat bahwa
perbuatan yang didakwakan tidak merupakan tindak
pidana.
3) Putusan Pemidanaan (veroordeling)
Apabila perbuatan yang didakwakan terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan
tindak pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
a. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Kerangka pemikiran dalam bentuk skema di atas mencoba
memberikan gambaran yang disusun secara sistematis dengan alur berfikir
dalam menjawab penelitian ini. Sebelum memasuki permasalahan yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Kelalaian dalam berkendara dijalan raya
Kecelakaan lalu lintas
Penerapan Pasal 310 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan jalan
Dasar-dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak
pidana lalu lintas/culpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pembahasan penjatuhan putusan hakim Pengadilan Negeri Boyolali
terhadap penerapan Undang-Undang pada perkara tindak pidana culpa
(kelalaian dalam Lalu lintas) diperlukan pembahasan mengenai latar
belakang, pengertian lalu lintas, macam-macam kelalaian, pengertian
hukum pidana, tindak pidana dan putusan hakim.
Setelah adanya pembahasan tersebut maka akan diperoleh suatu
gambaran mengenai masalah penerapan Undang-Undang Lalu lintas pada
putusan dalam perkara tindak pidana culpa (kelalaian dalam Lalu lintas)
yang terjadi khususnya pada wilayah hukum Pengadilan Negeri Boyolali.
Kemudian diadakan suatu penelitian hukum untuk mengetahui
pengaturan pemidanaan yang diberikan bagi pelaku tindak pidana culpa
(kelalaian dalam Lalu lintas) dan apa yang menjadi dasar-dasar
pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan tersebut. Selain itu dapat
diketahui juga kesesuaian antara peraturan yang digunakan dengan
putusan yang dijatuhkan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan
mengenai upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PENGATURAN MENGENAI KELALAIAN YANG DILAKUKAN
PENGEMUDI DALAM HUKUM PIDANA
Lalu lintas mempunyai peran dalam mendukung pembangunan dan
integrasi nasional untuk mewujudkan suatu kesejahteraan umum,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945. Untuk mewujudkan suatu ketertiban, kesejahteraan
dan keamanan lalu lintas perlu adanya pengembangan potensi dan
perannya sebagai sistem Transpotasi nasional. Upaya ini diwujudkan
dalam mendukung pembangunan ekonomi serta akuntabilitas dalam
pembangunan Negara.
Seiring meningkatanya suatu kebutuhan dalam masyarakat
Indonesia akan kendaraan bermotor, maka sangat berpengaruh pada ruang
lalu lintas jalan dimana hukum mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin
banyaknya kendaraan bermotor dijalan raya maka, terciptalah suatu
ketidak patuhan akan hukum yang berlaku karena faktor kebutuhan dan
kepentingan masing-masing individulah yang berbeda untuk melakukan
suatu kegiatan dalam kehidupannya. Dari bermacam-macam ketidak
patuhan akan peraturan itulah yang menyebabkan timbulnya suatu
kecelakaan dalam lalu lintas. Dari berbagai kejadian kecelakaan dapat
disimpulkan bahwa faktor kelelahan dan kurang berhati-hatinya
pengemudi yang memicu terjadinya kecelakaan. Penyebab utama
terjadinya kecelakaan lalu lintas terjadi karena pola pikir dan tingkah laku
para pengendara kendaraan bermotor saat berkendara.
Seperti yang tercantum di dalam jurnal internasional berjudul
“Insight into the nature of road accidents from data on injured and dead”
disebutkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
“Spending is considered to be the main cause of accidents.
However, in the Hills there are rewer collision-related accidents, and
major damage is caused by vehicles falling off the road. Trucks (goods
carriers) are most frequently in volvend in road accidents, but in the Hills
the jeep (a popular made of public transport) is the major culprit for most
accidents must accidents are observed to take place during the night”.
Yaitu bahwa: Mempercepat dianggap penyebab utama kecelakaan.
Namun, di perbukitan ada kurang tabrakan kecelakaan, dan kerusakan
utama adalah disebabkan oleh kendaraan jatuh dari jalan. Truk (barang
pembawa) adalah yang paling sering terjadi kecelakaan di jalan, tetapi di
perbukitan lebih popular jip yang sering terjadi kecelakaan. Hal ini
kebanyakan terjadi pada malam hari.
Selain kecerobohan pengemudi juga tidak jarang menimbulkan
korban luka-luka maupun meninggal dunia. Hal ini dapat dihindarai
apabila para pengguna jalan berperilaku disiplin, sopan dan saling
menghormati. Yang mana penggunaan jalan tersebut di atur dalam
Undang-Undang lalu lintas.
1. Pengaturan kelalaian lalu lintas pada KUHP
Bagi orang yang melanggar ketentuan khususnya mengenai
kelalaian atau kealpaan dalam berlalu lintas di Indonesia sendiri pada
dasarnya telah dijumpai dalam KUHP dan Undang-Undang RI nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada dasarnya bagi pelanggar undang-undang itu
sudah diatur mengenai apa yang menjadi ruang lingkup dari kelalaian
maupun kealpaan yang terjadi dalam berlalu lintas. Dalam
pengaturannya ada 2 dasar yang digunakan dalam menjatuhkan
hukuman yaitu:
a) Seperti dalam KUHP mengenai kelalaian atau kealpaan dalam lalu
lintas diatur pada pasal:
1) Pasal 359, yang berbunyi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang
lain, diancam pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun”.
2) Pasal 360, yang berbunyi:
“ayat (1), Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan orang
lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.
“ayat (2),Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan orang
lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau
denda paling tinggi tiga ratus rupiah”. dan,
3) Pasal 361, yang berbunyi:
“Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana
ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut
haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan
kejahatan dan Hakim dapat memerintahkan supaya putusan
diumumkan”.
Penjelasan dan analisis pasal dalam KUHP
Jika dilihat pada Pasal 359 tentu tidak ditegaskan bahwa tidak
adanya ketentuan mengenai penggolongan jenis korban dari
kecelakaan yang terjadi. Jadi didalam Pasal 359 hanya mengatur
korban yang karena kealpaan tersebut menyebabkan matinya orang
lain dari peristiwa kecelakaan yang telah terjadi. Jika di cermati dalam
pasal ini juga tidak mengatur jelas bagi kerusakan benda atau ganti
rugi denda dari sebab akibat yang timbul dari kecelakaan. Seharusnya
dalam pengaturannya pasal ini dapat diperjelas mengenai ketentuan
denda dari akibat yang ditimbulkan pada kecelakaan tersebut. Padahal
pada kenyataannya banyak terjadi pada proses hukumnya pihak dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
korban meminta ganti rugi denda yang harus diberikan kepada korban
untuk membantu administrasi pada pihak korban dalam akibat yang
timbul dari kecelakaan yang terjadi. Sehingga dalam penerapannya
kurang lengkap dan tidak ada batasan denda yang diajukan dari pihak
korban, sehingga perlindungan bagi korban dirasa kurang.
Pada Pasal 360 dalam pengaturannya selain tidak adanya
pengaturan denda pada pasal tersebut juga pada ayat (1) hanya
mengatur korban yang menderita luka berat saja. Sebaiknya dalam ayat
ini memuat lengkap mengenai akibat yang timbul dari kecelakaan
dengan korban luka ringan dan kerugian benda atau barang. Pada ayat
(2) lebih bersifat meminta pertanggung jawaban atas kecelakaan yang
terjadi yang mengakibatkan dirinya luka (mengalami kerugian dari
akibat terjadinya kecelakaan itu), sehingga tidak dapat melakukan
kegiatan yang biasanya dilakukan sebagaimana mestinya. Sebaiknya
pada ayat (1) juga memuat ketentuan seperti pada ayat (2) dengan
kelengkapan ketentuan denda yang apabila dibebani atas akibat yang
timbul dari kecelakaan itu. Pada intinya pasal ini secara umum memuat
ketentuan dari akibat kelalaian yang terjadi yang mengakibatkan
korban luka berat. Yang masuk dalam kategori luka berat di tentukan
dalam Pasal 90 KUHP yaitu:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut.
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas,
jabatan atau pekerjan pencaharian.
(3) Kehilangan salah satu panca indera.
(4) Mendapat cacat berat.
(5) Menderita sakit lumpuh.
(6) Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih.
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Perbedaan pokok antara Pasal 359 dan 360 ayat (1) KUHP adalah
tentang akibatnya atau korbannya. Pasal 359 korbannya mati,
sedangkan Pasal 360 ayat (1) korbannya luka berat. Tindak pidana ini
termasuk kejahatan yang berunsurkan kealpaan sebagaimana
dirumuskan dalam pasal-pasal tersebut diatas.
Perumusan kedua pasal tesebut di atas setelah mengalami
perubahan oleh Undang-Undang No.1 tahun 1960 LN. No.1 tahun
1960 pemecahan Pasal 360 menjadi dua ayat yaitu ayat (1)
merumuskan luka berat dan ayat(2) merumuskan yang tidak termasuk
luka berat.
Dalam perumusan terjemahan kedua pasal tersebut, ternyata pada
Pasal 359 KUHP ancaman pidananya dinaikan dari satu tahun menjadi
lima tahun pidana penjara dan kurungan dari Sembilan bulan menjadi
satu tahun, sedangkan Pasal 360 KUHP sebelum diadakan perubahan
hanya terdiri atas satu ayat denagn tidak membedakan antara luka berat
dan yang bukan luka berat dan diancam pidana sama. Kemudian
diubah terdiri atas dua ayat seperti tersebut di atas pada Pasal 360.
Alasan pemberatan ancaman pidana terhadap tindak pidana yang
berunsur kelalaian atau kealpaan terutama yang berakibat korban mati
atau menderita luka berat adalah sebagai berikut:
Sudah lama dirasakan perlu adanya tindakan tegas terhadap
keteledoran orang yang menyebabkan orang mati atau luka berat
teristimewa terhadap pengemudi kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya atau sifatnya kurang mengindahkan nilai jiwa sesame
manusia, menyebabkan terjadinya kecelakaan-kecelakaan lalu lintas
berupa tubruk-tubrukan, terjerumusnya kendaraan dalam jurang atau
kali, atau bergulingnya kendaraan karena terlampau banyaknya muatan
berupa barang atau orang atau karena putus asanya atau kebakaran
karena kurang perawatan atau penelitian sebelum menegmudikan
kendaraan itu, yang semuanya itu meminta korban manusia. Rupanya
ancaman hukuman penjara atau kurungan yang terdapat pada Pasal 359
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan 360 KUHP itu tidak cukup merupakan kekangan, sedang kalau
hukuman dijatuhkan meskipun berat, sering dirasakan tidak setimpal
dengan perbuatan yang dilakukannya, sehingga ancaman itu harus di
perberat.
Prof.Dr.H.Iswanto,SH berpendapat mengenai ancaman pidana
terhadap kejahatan sebagaimana yang terdapat pada Pasal 359 KUHP
dan Pasal 360 ayat (1) KUHP selain bertentanagan dengan teori pidana
modern yaitu pidana yang menekankan pada pembinaan bukan pada
pembalasan terpidana, juga dalam praktik Peradilan Indonesia
terutama dalam tindak pidana lalu lintas jalan para hakim sebagian
terbesar menjatuhkan pidana maksimum 12 bulan. Pada waktu
sekarang teori pembalasan pidana bagi terpidana menjadi tidak penting
lagi dengan dianutnya teori hukum pidana modern. Para terpidana
dipersiapkan untuk menjadi anggota masyatakat yang baik, sehingga
diharapkan tidak akanmelakukan kejahatan lagi. Pandangan tersebut
dapat di khawatirkan jikan terpidana yang karena kesalahannya
(kelalaiannya) menyebabkan mati atau luka berat orang lain, setelah
kluar dari penjara akan menjadi jahat, padahal sebelumnya adalah
orang yang baik.
Pasal 361 dalam pengaturannya merupakan pertanggung jawaban
diri dalam pelanggaran tersebut. Sehingga tidak dapat menghindari
dari akibat yang di timbulkan karena alasan pekerjaan karena kurang
berhati-hati dalam menjalankan tugas ataupun adanya unsur
kesengajaan. jadi, di pasal ini lebih meminta pertanggung jawaban
setelah terjadi kecelakaan itu, yang mengakibatkan kerugian dalam
melakukan pekerjaannya sehari-hari yang dilakukan korban
kecelakaan tersebut (akibat yang ditimbulkan setelah peristiwa
kecelakaan terjadi).
2. Pengaturan pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sedangkan pada Undang-Undang RI nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengenai kecelakaan lalu lintas
diatur mulai Pasal 226 sampai Pasal 326. Dalam pengaturanya pada
Undang-Undang ini lebih jelas dibandingakan dengan KUHP, seperti
dalam Pasal 229 diatur mengenai penggolongan dan penanganan
perkara kecelakaan lalu lintas yang didalamnya digolongkan
kecelakaan ringan, kecelakaan sedang, dan kecelakaan jenis berat.
Kecelakaan seperti jenis ringan merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang, kemudian
kecelakaan jenis sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
luka ringan dan kerusakan kendaraan atau barang. Sedangkan yang
dimaksud dengan kecelakaan jenis berat merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Pada kelalaian atau kealpaan dalam lalu lintas pada Undang-
Undang nomor 22 tahun 2009 diatur dalam Pasal 310, yang di dalam
pengaturannya mempuyai keterkaitan dengan Pasal 229. karena di
dalam Pasal 229 mengatur mengenai penggolongan seperti tersebut
diatas. pada Pasal 310 ayat (1) mengatur pada intinya mengenai
kecelakaan kategori rimgam di hukum dengan pidana penjara paling
lama enam bulan atau denda paling banyak satu juta rupiah.
Pada ayat (2) pada Pasal 310 mengatur mengenai kecelakaan
jenis sedang dengan sanksi pidana penjara paling lama satu tahun dan
denda paling banyak dua juta rupiah. Yang dimaksud kecelakaan jenis
ringan dengan korban luka ringan dan kerusakan barang.
Didalam ayat (3) lebih mengatur pada jenis kecelakaan lalu lintas
dengan korban luka berat dengan ancaman pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak sepuluh juta rupiah. Sedangkan
pada ayat terakhir ayat (4) mengatur mengenai kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia dengan ancaman pidana
penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak dua belas
juta rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penjelasan dan analisis Undang-Undang lalu lintas
Di dalam Pasal 310 ini dinilai lebih luas dalam memberikan
ketentuan dalam setiap ayat pada pasal tersebut. Sehingga dinilai lebih
jelas apa yang seharusnya dibebankan kepada terdakwa atas perbuatan
yang telah dilakukan dengan menimbulkan korban ataupun kerugian
pada pihak korban. Selain itu adanya suatu penggolongan jenis
kerugian yang di derita korban kecelakaan, sehingga di nilai lebih
lengkap pengaturanya. Secara umum dari analisis diatas pengaturan
pidana pada kecelakaan lalu lintas khususnya mengenai kelalaian
dalam pengaturannya sudah jelas dan sanksi pidananya juga sudah di
tentukan pada KUHP maupun Undang-Undang nomor 22 tahun 2009.
Dalam penerapannya secara lebih jelas sudah di golongkan pada
Undang-Undang nomor 22 tahun 2009, jadi apa yang menjadi
golongan tersebut tergantung pada pelanggaran dan korban kecelakaan
lalu lintas.
Dalam kenyataan pada sekarang ini setelah adanya Undang-
Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
dirasa lebih efektif dibandingkan dengan Undang-Undang sebelumnya.
Karena, dalam pengaturannya lebih spesifik dalam pelanggaran yang
terdapat dalam Undang-Undang itu beserta sanksi pidananya yang
lebih efektif dan dirasa dapat menimbulkan efek jera bagi pengguna
jalan agar lebih ber hati-hati dan berperilaku tertib di jalan raya. Sebab,
berperilaku tertib dari kesadaran masyarakat dapat mengurangi angka
pelanggaran dalam lalu lintas dan tidak mengganggu kenyamanan
pengendara lain maupun pengguna jalan lain dalam kepentingan
bersama.
3. Kealpaan termasuk dalam perbuatan pidana (delik) culpa
Apabila dikaitkan dengan macam-macam tindak pidana, maka
perbuatan pidana seperti kelalaian dalam lalu lintas baik yang
ketentuannya melanggar KUHP maupun Undang-Undang lalu lintas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dengan melakukan perbuatan yang menimbulkan peristiwa pidana atau
perbuatan melanggar hukum pidana tergolong pada jenis perbuatan
pidana (delik) culpa. Yang dimaksud delik culpa adalah suatu
perbuatan pidana yang tidak sengaja, karena kealpaanya
mengakibatkan luka atau matinya seseorang. Dalam terjadinya delik
culpa ada unsur faktor terpentingnya adalah pelaku dapat menduga
terjadinya akibat dari perbuatanya itu atau pelaku kurang berhati-hati.
Sedangkan dari bermacam-macam kejadian kecelakaan dapat
disimpulkan bahwa faktor kelelahan serta kurang berhati-hatinya
pengemudi yang memicu terjadinya kecelakaan. Maka kealpaan dalam
lalu lintas yang menimbulka kerusakan benda maupun menimbulkan
korban itulah termasuk dalam perbutan pidana (delik) culpa.
Semua pelanggaran baik kesengajaan atau kealpaan yang ada
pada KUHP maupun Undang-Undang lalu lintas yang menimbulkan
kerugian pada orang lain yang di golongakan akibat ringan, sedang
maupun berat pada terjadinya kecelakaan termasuk dalam perbuatan
pidana (delik) culpa. Jadi semua pelanggaran lalu lintas mengenai
kealpaan tergolong pada jenis delik culpa dengan ketentuan sanksi
yang terdapat pada KUHP maupun Undang-Undang nomor 22 tahun
2009.
4. Adapun Hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban
pidana
Dalam KUHP menentukan bahwa anak-anak dibawah umur 10
tahun tidak dapat di kenai pidana. Tetapi ada pembaharuan dalam pasal
ini bahwa terhadap anak dibawah 10 tahun di harapkan untuk
diberikan tindakan. Selain itu bagi mereka yang tidak dapat untuk
dimintakan pertanggungjawaban, seperti dalam pasal 44 KUHP yang
didalamnya berlaku bagi barang siapa yang melakukan perbuatan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
jiwanya cacat dalam tubuhnya, atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana.
Jadi terlihat bahwa KUHP tidak diberi batasan/pengertian tentang
apa yang dimaksud dengan kemampuan bertanggungjawab. Secara
formal-konseptual KUHP tidak memberikan batasan atau pengertian
tentang persoalan tersebut. KUHP hanyalah memberikan batasan
kapan dalam diri seseorang itu dianggap tidak ada kemampuan
bertanggungjawab, tidak memberi batasan kapan dalam diri seseorang
itu dianggap ada kemampuan bertanggungjawab.
B. Pertimbangan Hakim Dalam Menangani Perkara Kelalaian Dalam
Berkendara Yang Dilakukan Sopir Tersebut Di Dalam Putusan
Perkara Nomor 216/ Pid.B/ 2011/ PN. Bi
1. Putusan Hakim Dalam Perkara Nomor 216/ Pid.B/ 2011/ PN. Bi
P U T U S A N
Nomor: 216 / Pid.B / 2011 / PN.Bi
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Boyolali yang memeriksa dan mengadili perkara pidana
dengan acara pemeriksaan biasa dalam peradilan tingkat pertama telah
menjatuhkan putusan dalam perkara Terdakwa :
Nama lengkap : EKO YULIANTO BIN MUH ZAENURI;
Tempat Lahir : Semarang;
Umur/Tanggal Lahir : 33 tahun/ 12 Juli 1978;
Jenis Kelamin : Laki – laki;
Kebangsaan : Indonesia;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tempat Tinggal : Kp. Jolotundo RT.03/02 Kel. Sambirejo, Kec.
Gayamsari, Kota Semarang;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Swasta;
Pendidikan : SMP tidak lulus;
Terdakwa ditahan dalam Rumah Tahanan Negara Boyolali berdasarkan
Surat Perintah / Penetapan Penahanan oleh :
1. Penyidik, sejak tanggal 14 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 02
Nopember 2011;
2. Diperpanjang Penuntut Umum, sejak 03 Nopember 2011 sampai dengan
tanggal 12 Desember 2011 ;
3. Penuntut Umum, sejak tanggal 06 Desember 2011 sampai dengan 25
Desember 2011;
4. Hakim Pengadilan Negeri Boyolali, sejak tanggal 16 Desember 2011 sampai
dengan tanggal 24 Januari 2012 ;
5. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Boyolali, sejak tanggal 25
Januari 2012 sampai dengan tanggal 24 Maret 2012;
Terdakwa tidak didampingi oleh Advokat/ Penasehat Hukum, meskipun
Majelis Hakim telah menjelaskan tentang haknya untuk didampingi Penasehat
Hukum namun Terdakwa menyatakan tetap akan menghadapinya sendiri;
PENGADILAN NEGERI tersebut ;
Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang terkait dengan
perkara. Ini;
Telah mendengarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa;
Telah mengamati dan memperhatikan barang bukti yang diajukan
dipersidangan;
Telah mendengar tuntutan Pidana dari Jaksa Penuntut Umum yang pada
pokoknya menuntut agar Majelis Hakim yang mengadili perkara ini memutuskan
sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa EKO YULIANTO BIN M. ZAENURI terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebagaimana diatur dalam pasal 310 ayat (3) UU RI nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo pasal 229 ayat (4) UU RI nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, EKO YULIANTO BIN M.
ZAENURI dengan pidana penjara selama I (satu) tahun dan 6 (enam)
bulan dikurangi masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa. :
- 1 (satu) buah KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA;
- 1 (satu) lembar STNK KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
masingmasing dikembalikan kepada pemilik rental Nuria Jaya Abadi
yaitu sdr. MUHAMMAD NUROHIM, SH.MH;
- 1 (satu) lembar SIM an.EKO YULIANTO dikembalikan kepada
Terdakwa EKO YULIANTO BIN M. ZAENURI
4. Menetapkan supaya terdakwa, dibebani untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2.000,- (dua, ribu rupiah)
Telah mendengar pembelaan/permohonan Terdakwa secara lisan terhadap
tuntutan Pidana dari Penuntut Umum tersebut yang pada pokoknya memohon agar
Majelis Hakim memberikan keringanan Hukuman dengan alasan bahwa
Terdakwa sudah mengaku bersalah, menyesali perbuatannya dan berjanji tidak
akan mengulangi perbuatannya ;
Telah mendengar tanggapan secara lisan dari Penuntut Umum, atas
permohonan dari Terdakwa tersebut yang pada pokoknya menyatakan tetap pada
tuntutannya semula dan telah mendengar tanggapan secara lisan dari Terdakwa
atas jawaban dari Penuntut Umum tersebut yang pada pokoknya menyatakan tetap
pada permohonannya ;
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum dengan dakwaan tunggal sebagaimana diuraikan dalam Surat Dakwaan
No. Reg.Perkara PDM– 122/Byl/Epp.2/12/2011, tertanggal 13 Desember 2011
yaitu sebagai berikut :
Bahwa ia terdakwa EKO YULIANTO BIN M. ZAENURI pada hari
Selasa tanggal 23 Agustus 2011 sekira pukul 11.20 WIB atau setidak-tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pada suatu waktu dalam bulan Agustus 2011 bertempat di jalan umum, Solo-
Semarang tepatnya disebelah barat SPBU Mojosongo, Dk.Tegawire RT.01/09
Ds/Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang
masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, mengemudikan
kendaraan yang karena, kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas
dengan korban luka berat, yakni dilakukan dengan perbuatan atau cara-cara
sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 sekira pukul 11.20 WIB
terdakwa mengemudikan kendaraan jenis Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
berjalan dari arah timur ke barat (arah Solo ke Semarang) dengan kecepatan
60 km/jam persnelling 4 (empat), sesampainya di Jalan umum Solo-Semarang
tepatnya disebelah barat SPBU Mojosongo, Dk. Tegawire RT.01/09 Ds/Kec.
Mojosongo, Kab. Boyolali dengan keadaan jalan lurus beraspal kering, jalan
dibagi dua jalur dibatasi median jalan, arus lalu lintas sedang, pandangan
bebas tidak terhalang apapun, cuaca cerah, tiba-tiba ada 2 (dua) orang anak
kecil yaitu saksi korban Bayu Aji Kurniawan bin Harsono dengan saksi Ervan
Tri Indrianto bin Laminu yang sedang menyeberang jalan dari arah Selatan
kearah utara;
- Bahwa karena terdakwa dalam mengemudikan kendaraannya kurang hati-
hati, tidak membunyikan klakson, tidak berusaha mengerem kendaraannya,
dan tidak mengutamakan pejalan kaki maka ketika melihat saksi korban dan
saksi Ervan Tri Indrianto bin Laminu sedang menyeberang jalan dan pada
saat saksi korban yang sedang berjalan dibelakangnya saksi ErvanTri
Indrianto langsung tertabrak oleh mobil Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
yang sedang dikemudikan Terdakwa;
- Bahwa perkenaan kendaraan yang dikemudikan oleh Terdakwa dengan saksi
korban adalah di bagian depan kiri sedangkan saksi korban pada bagian
sebelah kanan; Bahwa akibat kejadian tersebut, saksi korban Bayu Aji
Kurniawan mengalami luka pada bagian wajah kiri banyak mengeluarkan
darah dan tidak sadarkan diri, kemudian saksi korban dibawa ke RSUD
Pandan Aran Kab. Boyolali tetapi karena kondisi saksi korban pada waktu itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kritis, kemudian saksi korban di rujuk ke Rumah Sakit Panti Waluyo,
Surakarta untuk dilakukan operasi otak tahap pertama sehingga saksi korban
harus opname selama 11 (sebelas) hari, kemudian pada tanggal 03 Oktober
2011 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2011 saksi korban opname lagi di
rumah sakit Panti waluyo Surakarta untuk operasi otak tahap kedua, sesuai
dengan visum et Repertum nomor : 904/PW/P/X/2011 yang ditandatangani
oleh dr. Widjono, Sp.BS dengan diketahui oleh direktur Rumah Sakit Panti
WaIuyo, Surakarta Dr.T.Soebroto, M.Kes dengan hasil pemeriksaan pada
tanggal 23 Agustus 2011 didapatkan :
- Kesadaran : tidak sadar;
- Gangguan kemampuan berbicara;
- Anggota gerak atas kanan lemah;
- CT SCAN (foto otak) : perdarahan dipermukaan otak bagian samping
depan kiri (Pendarahan Subdoral Acut);
- Dilakukan operasi otak untuk membersihkan bekuan darah
Kesimpulan : Pendarahan Otak
· Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 310 ayat (3) UU RI
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo pasal ayat (4)
UURI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan;
Menimbang, bahwa terhadap surat dakwaan Penuntut Umum tersebut,
Terdakwa menyatakan mengerti dan tidak mengajukan keberatan/ Eksepsi ;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
dipersidangan telah mengajukan 6 (enam) orang saksi dimana saksi-saksi tersebut
telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Saksi BAYU AJI KURNIAWAN Bin HARSONO (alm) tidak disumpah
yang pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 sekitar jam 11.20
WIB bertempat di jalan umum Solo – Semarang tertabrak oleh mobil Yaris
berwarna putih yang dikemudikan terdakwa;
- Bahwa saksi pada saat itu mau menyeberang bersama dengan Irvan Tri
Indiarto untuk main Playstation setelah pulang sekolah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
- Bahwa setelah Irvan berhasil menyeberang, saksi kemudian menyusul
untuk menyeberang lulu tertabrak oleh terdakwa;
- Bahwa saksi sebelumnya melihat ada 2 mobil tetapi masih jauh salah
satunya berwarna putih, saksi tidak mendengar suara klakson, cuaca terang
dan jalanan lurus;
- Bahwa saksi kemudian dioperasi kepalanya di rumah sakit Panti Waluyo
Surakarta selama 2 kali, sekarang sudah sembuh tetapi nilai saksi jelek
karena susah belajar dan lama tidak masuk sekolah;
- Bahwa saksi selama 1 (satu) tahun ini tidak boleh bermain sepakbola,
basket dan volly;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya ;
2. Saksi YANTUT AGUNG HARYANTO, disumpah yang pada pokoknya
menerangkan
- Bahwa pada saat kejadian korban Bayu Aji Kurniawan yang merupakan
keponakan saksi tertabrak mobil Yaris yang dikemudikan oleh terdakwa
pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011, saat itu saksi berada di Klaten;
- Bahwa saksi mengetahui kejadian diberitahu oleh staf saksi melalui
telepon;
- Bahwa saksi kemudian ke Rumah Sakit Pandanaran Boyolali dan melihat
korban tidak sadarkan diri, bagian pelipis memar, tangan lecet dan setelah
diperiksa ternyata ada pendarahan diotak dan selanjutnya dirujuk ke RS
Panti Waluyo Surakarta;
- Bahwa korban kemudian dilakukan operasi lepas tempurung, selang 2
minggu dipasang lagi tempurungnya dan setelah 4 kali kontrol setiap
minggu korban sudah sembuh;
- Bahwa korban sekarang tidak mengalami pusing tetapi tidak boleh
bermain olahraga basket, volly, sepakbola selama satu tahun;
- Bahwa biaya pengobatan menghabiskan sekitar Rp. 20.000.000,- dan
terdakwa belum ada membantu biaya pengobatan korban;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
- Bahwa terdakwa pernah datang membesuk korban di rumah sakit dan
pernah minta damai tetapi saksi belum bisa mengambil keputusan karena
korban masih dirawat;
- Bahwa setelah satu minggu kemudian terdakwa datang lagi, saksi meminta
bantuan biaya kepada terdakwa sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta
rupiah) dan terdakwa menyanggupi separuhnya sebesar Rp. 9.000.000,-
(sembilan juta rupiah) tetapi sampai sekarang tidak ada realisasinya;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa
menyatakan pada saat dirumah sakit memberi bantuan satu juta rupiah tetapi
ditolak dan atas bantahan terdakwa tersebut saksi menyatakan tidak tahu ;
3. Saksi UDDY KISHARDIYANTO Bin ANGGO (alm), disumpah yang pada
pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi berada di warung milik mas Totok pada saat kejadian
kecelakaan lalu lintas di jalan raya Solo Boyolali KM 2 antara mobil Yaris
warna putih yang dikemudikan terdakwa menabrak Bayu;
- Bahwa saksi tidak melihat kejadiannya tetapi mendengar suara kecelakaan
tersebut kemudian saksi mendatangi tempat kejadian dan melihat Bayu
dalam kondisi tengkurap tidak sadarkan diri yang selanjutnya diangkat
oleh terdakwa;
- Bahwa saksi diminta oleh terdakwa untuk menemani terdakwa mengantar
korban ke rumah sakit Pandanaran;
- Bahwa sebelum kecelakaan saksi tidak mendengar suara klakson,
pengereman dan jalan lurus tidak ada penghalang;
- Bahwa setelah keluarga korban datang, saksi selanjutnya pulang ke rumah;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya ;
4. Saksi AGUS SUPRASIS Bin SUKEMI, disumpah pada pokoknya
menerangkan
- Bahwa saksi tidak melihat langsung kejadian kecelakaan lalu lintas antara
mobil Yaris yang dikemudikan terdakwa menabrak korban anak kecil
bemama Bayu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
- Bahwa saksi mengetahui ada kecelakaan karena ditelpon warga dan
selanjutnya saksi datang ke TKP di Jln. Raya Solo – Semarang tepatnya di
Tegal Wire depan SPBU Mojosongo tetapi korban sudah tidak ada dan
sudah dibawa ke rumah sakit;
- Bahwa saksi kemudian ke rumah sakit melihat korban luka di kepala dan
selanjutnya saksi melakukan olah TKP dengan terdakwa dan tidak melihat
ada bekas rem;
- Bahwa saksi selanjutnya membawa terdakwa ke kantor polisi dan
menahan mobil, SIM, STNK dan KTP terdakwa;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa
membenarkannya ;
5. Saksi SUM SUKOWATI, disumpah yang pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi mengetahui kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada
bulan Agustus 2011 di jalan raya Solo – Semarang tepatnya di Mojosongo
karena saksi berada di warung dekat tempat kejadian yang jaraknya sekitar
sepuluh meter;
- Bahwa kecelakaan tersebut antara mobil menabrak seorang anak;
- Bahwa saksi tidak mendekat ke korban tetapi hanya melihat anak kecil
tengkurap didepan mobil yang menabrak dan kemudian sopir yang
menabrak tersebut mengangkat dan membawa korban ke rumah sakit
dengan ditemani Pak Udi;
- Bahwa di tempat kejadian saksi tidak melihat ada darah, tidak mendengar
suara rem dan suara klakson;
- Bahwa lalu lintas pada saat itu tidak begitu ramai, cuaca cerah, jalanan
aspal bagus tidak licin dan tidak ada penghalang pandangan;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya ;
6. Saksi ERVAN TRI INDRIANTO dibacakan dipersidangan yang pada
pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi ingat kejadian kecelakaan lalu lintas antara Toyota Yaris
dengan pejalan kaki terjadi pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sekira jam 11.00 WIB di jalan umum Solo – Semarang;
- Bahwa sebelum terjadi kecelakaan saksi bersama teman saksi yang
bernama Bayu mau menyeberang jalan untuk main playstation;
- Bahwa saksi menyeberang terlebih dahulu baru Bayu ikut menyeberang;
- Bahwa setahun saksi mobil Toyota Yaris berjalan dari arah timur ke barat
dan saksi tidak melihat ada kendaraan lain selain mobil Toyota Yaris yang
menabrak teman saksi;
- Bahwa saksi tidak mendengar suara klakson maupun suara rem mobil
tersebut;
Menimbang, bahwa terhadap keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya ;
Menimbang, bahwa dipersidangan Majelis Hakim juga telah
mendengarkan keterangan terdakwa yang pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut :
- Bahwa pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 terdakwa mengemudikan
mobil Toyota Yaris bersama teman terdakwa yang bernama Tarjimin sekira
pukul 11.00 WIB dari arah Solo mau ke Semarang;
- Bahwa ketika sampai di depan pom bensin Mojosongo tiba-tiba ada anak
kecil menyeberang sehingga anak kecil tersebut tertabrak oleh terdakwa;
- Bahwa kecepatan mobil terdakwa sekitar 60 km/jam;
- Bahwa sebelum kejadian kecelakaan terdakwa melihat anak kecil
menyeberang dimana saat itu ada mobil lain yang menyalip mobil terdakwa
sehingga membuat terdakwa kaget, dan saat terdakwa berbicara tentang
kekagetan terdakwa kepada teman terdakwa tiba-tiba mobil terdakwa telah
menabrak seorang anak kecil yang menyeberang;
- Bahwa terdakwa kemudian turun dari mobil dan mengangkat anak tersebut
untuk dibawa ke rumah sakit Pandanaran Boyolali dengan ditemani satu
orang yang ada di lokasi kejadian;
- Bahwa terdakwa pernah memberikan uang satu juta kepada keluarga korban
tetapi tidak diterima;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
- Bahwa keluarga korban meminta uang Rp. 20.000.000,- tetapi terdakwa
menyanggupi sebesar Sembilan juta rupiah tetapi terdakwa tidak bisa
memenuhi karena terdakwa tidak mempunyai uang;
- Bahwa terdakwa sebagai pengemudi sudah sekitar tiga tahunan dan
mempunyai SIM A;
- Bahwa terdakwa tidak sempat membunyikan klakson dan terdakwa
mengerem secara mendadak pada saat sudah menabrak;
Menimbang, bahwa di persidangan Penuntut Umum telah pula
mengajukan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah KBM Toyota Yaris Nopol: H-8612-GA;
- 1 (satu) lembar STNK KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
- 1 (satu) lembar SIM an.EKO YULIANTO
Menimbang, bahwa barang bukti tersebut diatas telah disita secara sah
menurut peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, maka barang bukti
tersebut dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan
terdakwa dan bukti Surat Visum et Repertum yang satu dengan lainnya saling
bersesuaian, diperkuat pula dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan
maka Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut :
- Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 sekira pukul 11.20
WIB terdakwa mengemudikan kendaraan jenis Toyota Yaris Nopol : H-8612-
GA dengan teman terdakwa berjalan dari arah timur ke barat (arah Solo ke
Semarang) dengan kecepatan 60 km/jam persnelling 4 (empat), sesampainya
di Jalan umum Solo – Semarang tepatnya disebelah barat SPBU Mojosongo,
Dk. Tegawire RT.01/09 Ds/Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali terdakwa
menabrak saksi korban Bayu Aji Kurniawan bin Harsono;
- Bahwa benar pada saat sebelum kejadian kecelakaan tersebut terdakwa
melihat anak kecil menyeberang dimana saat itu ada mobil lain yang
menyalip mobil terdakwa sehingga membuat terdakwa kaget, dan saat
terdakwa berbicara tentang kekagetan terdakwa kepada teman terdakwa, tiba-
tiba mobil terdakwa telah menabrak saksi korban Bayu Aji Kurniawan bin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Harsono;
- Bahwa benar kondisi jalan lurus beraspal kering, jalan dibagi dua jalur
dibatasi median jalan, arus lalu lintas sedang, pandangan bebas tidak
terhalang apapun, dan cuaca cerah;
- Bahwa benar terdakwa dalam mengemudikan kendaraannya pada saat melihat
anak kecil menyeberang, tidak membunyikan klakson, tidak berusaha
mengerem kendaraannya sehingga akhirnya menabrak saksi korban Bayu Aji
Kurniawan bin Harsono;
- Bahwa benar akibat kejadian tersebut, saksi korban Bayu Aji Kurniawan
mengalami luka pada bagian wajah kiri banyak mengeluarkan darah dan tidak
sadarkan diri, kemudian saksi korban dibawa terdakwa dengan ditemani saksi
Uddi Krishardiyanto ke RSUD Pandanaran Kab. Boyolali tetapi karena
kondisi saksi korban pada waktu itu cukup parah, kemudian saksi korban di
rujuk ke Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta untuk dilakukan operasi otak
tahap pertama sehingga saksi korban harus opname selama 11 (sebelas) hari,
kemudian pada tanggal 03 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 10 Oktober
2011 saksi korban opname lagi di rumah sakit Panti Waluyo Surakarta untuk
operasi otak tahap kedua, hal ini sesuai dengan Visum et Repertum nomor :
904/PW/P/X/2011 yang ditandatangani oleh dr. Widjono, Sp.BS dengan
diketahui oleh direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Dr.T.Soebroto,
M.Kes dengan hasil pemeriksaan pada tanggal 23 Agustus 2011 didapatkan
kesimpulan terjadi pendarahan otak.
- Bahwa benar keluarga korban meminta bantuan terdakwa biaya pengobatan
sebesar Rp. 20.000.000,- dan terdakwa menyanggupi sebesar Rp. 9.000.000,-
tetapi sampai perkara ini disidangkan terdakwa belum memberikan bantuan
tersebut;
- Bahwa benar terdakwa baru ditahan tanggal 14 Oktober 2011 karena
terdakwa 3 kali pergi ke Jakarta untuk mengantarkan tamu dan tidak
melaksanakan kewajibannya untuk wajib lapor di kepolisian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, segala
sesuatu yang tercantum dalam Berita Acara Persidangan dianggap dimuat dan
dipertimbangkan pula dalam putusan ini ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan berdasarkan
fakta-fakta sebagaimana dikemukakan para saksi dan keterangan terdakwa
dipersidangan, diperkuat dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan
apakah Terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana
yang dikemukakan oleh Penuntut Umum didalam surat dakwaannya ;
Menimbang, bahwa dalam mempertimbangkan unsur-unsur dari Dakwaan
Penuntut Umum tersebut Majelis Hakim akan berpedoman pada "Asas Minimal
Pembuktian" (vide Pasal 183 KUHAP) dan untuk itu juga akan diterapkan alat-
alat bukti (vide Pasal 184 KUHAP) ;
Menimbang, bahwa untuk dapat dikatakan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22 tahun
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan maka terlebih dahulu harus dipenuhi
unsur-unsur pasal tersebut, yaitu;
1. Setiap Orang;
2. Yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kecelakaan lalulintas;
3. Dengan korban luka berat;
Ad. 1. Setiap Orang;
Menimbang, bahwa yang dimaksud "setiap orang" adalah menunjuk
subyek Hukum atau manusia yang mempunyai hak dan kewajiban yang mana
dalam perkara ini telah dihadapkan kepersidangan an. Terdakwa EKO
YULIANTO Bin MUH. ZAENURI yang diminta pertanggungjawabannya atas
perbuatan yang telah dilakukannya;
Menimbang, bahwa setelah identitas Terdakwa ditanyakan dipersidangan
ternyata cocok dan sesuai dengan nama yang disebutkan dalam Surat Dakwaan
Penuntut Umum tersebut dan menurut pengamatan Majelis Hakim terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
adalah orang yang sehat jasmani dan rohani sehingga dalam perkara ini dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas dengan
demikian Majelis Hakim berpendapat unsur "Setiap orang" telah terpenuhi :
Ad. 2. Yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kecelakaan lalulintas;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kendaraan bermotor dalam
Pasal 1 angka 8 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan
angkutan jalan adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pengemudi dalam Pasal 1
angka 23 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan
jalan adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah
memiliki Surat Ijin Mengemudi;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan lalulintas dalam
pasal 1 angka 24 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan
angkutan jalan adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda;
Menimbang, bahwa kelalaian disamakan pengertiannya dengan kealpaan
yaitu bahwa suatu peristiwa pidana semestinya tidak terjadi andaikata terdakwa
dapat mengantisipasi atau menduga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
apabila perbuatan itu tetap dijalankan tetapi terdakwa tidak melakukan tindakan
tersebut untuk menghindari peristiwa pidana itu. Untuk adanya unsur kelalaian
menurut ilmu pengetahuan hukum haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan:
1. Perbuatan yang dilakukan si pelaku merupakan perbuatan yang tidak atau
kurang hati-hati.
2. Si pelaku harus membayangkan akibat yang timbul dari perbuatan yang
kurang hati-hati itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap
dipersidangan pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011 sekira pukul 11.20 WIB
terdakwa mengemudikan kendaraan jenis Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
dengan teman terdakwa berjalan dari arah timur ke barat (arah Solo ke Semarang)
dengan kecepatan 60 km/jam persnelling 4 (empat), sesampainya di Jalan umum
Solo – Semarang tepatnya disebelah barat SPBU Mojosongo, Dk. Tegawire
RT.01/09 Ds/Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali terdakwa melihat anak kecil
menyeberang dimana saat itu ada mobil lain yang menyalip mobil terdakwa
sehingga membuat terdakwa kaget, dan saat terdakwa berbicara tentang kekagetan
terdakwa kepada teman terdakwa tersebut tiba-tiba mobil terdakwa telah
menabrak saksi korban Bayu Aji Kurniawan bin Harsono;
Menimbang, bahwa kondisi jalan lurus beraspal kering, jalan dibagi dua
jalur dibatasi median jalan, arus lalu lintas sedang, pandangan bebas tidak
terhalang apapun, dan cuaca cerah;
Menimbang, bahwa terdakwa dalam mengemudikan kendaraannya pada
saat melihat anak kecil menyeberang, tidak membunyikan klakson, tidak berusaha
mengerem kendaraannya sehingga akhirnya menabrak saksi korban Bayu Aji
Kurniawan bin Harsono;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas, Majelis Hakim berpendapat
Toyota Yaris dengan Nopol H-8612-GA termasuk dalam kategori kendaraan
bermotor yang dimaksud dalam pasal 1 angka 8 yaitu kendaraan yang digerakkan
oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel.
Demikian pula dengan Terdakwa termasuk dalam kategori pengertian pengemudi
yang dimaksud dalam pasal 1 angka 23 karena terdakwa dalam mengemudikan
kendaraan bermotor di jalan telah memiliki Surat Ijin Mengemudi / SIM A;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
kelalaian dari Terdakwa sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan lalulintas
yaitu pada saat terdakwa melihat anak kecil sedang menyeberang dan mobil
terdakwa disalip oleh mobil lain terdakwa kaget dan kemudian membicarakan
kekagetannya tersebut kepada teman terdakwa yang duduk disamping terdakwa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Menimbang, bahwa adalah suatu sikap kehati-hatian dari seorang
pengemudi ketika mengemudikan kendaraannya di sebuah jalan umum dengan
kecepatan 60 km/jam dan melihat ada anak kecil menyeberang maka terdakwa
seharusnya mengurangi kecepatannya dengan melakukan pengereman atau
membunyikan klakson serta tetap konsentrasi melihat kearah depan sehingga
dapat menghindari/mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di
persidangan, bahwa terdakwa tidak melakukan suatu sikap berhati-hati, karena
terdakwa ketika mengendarai mobil toyota yaris dengan kecepatan 60 km/jam,
sudah melihat ada saksi Ervan Tri Indrianto yang menyeberang didepannya tetapi
terdakwa tidak mengurangi kecepatan dan membunyikan klakson serta tidak
konsentrasi ke jalan yang akhirnya terdakwa tidak bisa mengambil tindakan cepat
dan tepat untuk menghindari saksi korban Bayu Aji Kurniawan yang menyusul
menyeberang dan tidak bisa menghindari kecelakaan tersebut atau paling tidak
mengurangi akibat yang timbul dari kecelakaan tersebut;
Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa
terdakwa telah bertindak kurang hati-hati dan lalai sehingga akibat perbuatan
Terdakwa tersebut menimbulkan kecelakaan dan mengakibatkan jatuhnya korban
;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas,
maka Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur Ad.2 Yang mengemudikan
kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan
lalulintas telah terpenuhi;
Ad. 3. Unsur "Dengan Korban Luka Berat"
Menimbang, bahwa pengertian luka berat terdapat dalam pasal 90 KUHP
yaitu:
1. Penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi
dengan sempurna atau dapat mendatangkan bahaya maut.
2. Terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan.
3. Tidak lagi memakai salah satu panca indra.
4. Kudung atau rompong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5. Lumpuh.
6. Berubah pikiran/akal lebih dari empat minggu.
7. Menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan.
Menimbang, bahwa selain dari 7 macam tersebut menurut yurisprudensi
pengertian luka berat termasuk pula segala luka yang dengan kata sehari-hari
disebut sebagai luka berat;
Menimbang bahwa dari fakta hukum yang terungkap dipersidangan akibat
dari kecelakaan tersebut mengakibatkan saksi korban Bayu Aji Kumiawan luka
pada bagian wajah kiri banyak mengeluarkan darah dan tidak sadarkan diri,
kemudian saksi korban dibawa ke RSUD Pandanaran Kab, Boyolali tetapi karena
kondisi saksi korban pada waktu itu cukup parah, kemudian saksi korban di rujuk
ke Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta untuk dilakukan operasi otak tahap
pertama sehingga saksi korban harus opname selama 11 (sebelas) hari, kemudian
pada tanggal 03 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2011 saksi
korban opname lagi di rumah sakit Panti waluyo Surakarta untuk operasi otak
tahap kedua, hal ini sesuai dengan Visum et Repertum nomor 904/PW/P/X/2011
yang ditandatangani oleh dr. Widjono, Sp.BS dengan diketahui oleh direktur
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Dr.T.Soebroto, M.Kes dengan hasil
pemeriksaan pada tanggal 23 Agustus 2011 didapatkan kesimpulan terjadi
pendarahan otak.
Menimbang, bahwa berdasar uraian pertimbangan tersebut, maka majelis
hakim berpendapat bahwa unsur Ad. 3 dengan korban luka berat telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa oleh karena unsur-unsur dari tindak Pidana yang
didakwakan Penuntut Umum dalam Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 tahun
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan telah terpenuhi, maka Majelis
Hakim berkeyakinan dan berpendapat bahwa Terdakwa dinyatakan telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana "Karena
kelalaiannya menyebabkan kecelakaan lalulintas dengan korban luka berat ".
Menimbang, bahwa dari kenyataan yang diperoleh selama persidangan,
Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat melepaskan terdakwa dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pertanggungjawaban Pidana, baik sebagai alasan pembenar maupun pemaaf oleh
karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan.
Terdakwa harus dipertanggungjawabkan kepadanya ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggungjawab dan
telah terbukti bersalah, maka sudah sepatutnya Terdakwa dijatuhi Pidana yang
setimpal dengan kesalahannya tersebut ;
Menimbang, bahwa dalam menemukan jenis dan lamanya pidana yang
harus dijalani terdakwa, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan aspek
keadilan dan tujuan pemidanaan bagi terdakwa ;
Menimbang, bahwa pidana yang akan dijatuhkan terhadap diri Terdakwa
bukan semata-mata sebagai pembalasan ataupun duka nestapa, melainkan juga
untuk mendidik dan menyadarkan Terdakwa akan perbuatan salahnya, disamping
itu agar dapat pula dijadikan pelajaran bagi orang lain agar tidak melakukan
perbuatan sebagaimana telah dilakukan oleh Terdakwa tersebut ;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan Pidana terlebih
dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan dari
diri dan perbuatan Terdakwa sebagai berikut
Hal-hal memberatkan :
- Terdakwa tidak memberikan bantuan biaya pengobatan saksi korban;
- Terdakwa tidak memenuhi kewajibannya melapor diri di kepolisian selama
sekitar 2 bulan dengan 3 kali pergi ke Jakarta;
Hal-hal meringankan :
- Terdakwa belum pernah dihukum
- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya serta berjanji akan lebih
berhati-hati dalam mengemudikan kendaraan bermotor;
- Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;
Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Majelis
Hakim berpendapat tentang lamanya pidana yang akan dijatuhkan atas diri
terdakwa sebagaimana termuat dalam amar putusan nanti cukup memadai dan
sesuai dengan rasa keadilan baik itu terdakwa, korban maupun masyarakat ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah dengan jenis Penahanan Rutan
maka sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (4) KUHAP, beralasan hukum untuk
menetapkan agar lamanya masa penangkapan dan masa penahanan yang pernah
dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menimbang bahwa oleh karena masa pidana yang akan dijatuhkan adalah
lebih lama daripada masa tahanan yang telah dijalani Terdakwa maka Terdakwa
diperintahkan untuk tetap berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan ke persidangan
yaitu berupa :
· 1 (satu) buah KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA;
· 1 (satu) lembar STNK KBM Toyota Yaris Nopol: H-8612-GA
Dipersidangan terbukti sebagai milik dari pemilik rental Nuria Jaya Abadi
maka barang bukti tersebut masing-masing dikembalikan kepada pemilik
rental Nuria Jaya Abadi yaitu sdr. MUHAMMAD NUROHIM, SH.MH;
· 1 (satu) lembar SIM an.EKO YULIANTO dimana barang bukti tersebut
disita dari terdakwa dan milik terdakwa maka barang bukti tersebut
dikembalikan kepada terdakwa Eko Yulianto Bin Muh. Zaenuri;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah dan
dijatuhi pidana maka kepada terdakwa haruslah dibebankan untuk membayar
biaya perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini ;
Mengingat ketentuan Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22 tahun
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Undang-undang Nomor : 8 tahun
1981 tentang KUHAP dan pasal-pasal lain dari peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan perkara ini;
M E N G A D I L I
1. Menyatakan terdakwa EKO YULIANTO Bin MUH. ZAENURI telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : "Karena
kelalaiannya menyebabkan kecelakaan lalulintas dengan korban luka berat" ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa EKO YULIANTO Bin MUH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ZAENURI oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan ;
3. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
4. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
5. Menetapkan barang bukti berupa ;
· 1 (satu) buah KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA;
· 1 (satu) lembar STNK KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA
masing-masing dikembalikan kepada pemilik rental Nuria Jaya Abadi
yaitu sdr. MUHAMMAD NUROHIM, SH.MH;
· 1 (satu) lembar SIM an.EKO YULIANTO dikembalikan kepada
terdakwa Eko Yulianto Bin Muh. Zaenuri;
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawarahan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Boyolali pada Hari Selasa, tanggal 31 Januari 2012 oleh kami
AGUS RUSIANTO, S.H.M.H., sebagai Ketua Majelis Hakim, AGUS MAKSUM
MULYOHADI, S.H., dan KUSTRINI, S.H. masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan tersebut diucapkan pada hari Rabu tanggal 01 Februari 2012
dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis Hakim tersebut,
dengan didampingi oleh kedua Hakim Anggota dengan dibantu Y.M. ENNY
HARTIASTUTI, sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Boyolali,
dihadiri oleh SAPTANTI LASTARI, S.H. sebagai Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Boyolali dan di hadapan Terdakwa ;
Hakim-hakim Anggota Ketua Majelis Hakim,
Panitera Pengganti,
Dicatat disini bahwa putusan Pengadilan Negeri Boyolali tanggal 3 Mei
2012, Nomor : 216/Pid.B/2011/PN.Bi. sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Analisis Apa yang menjadi Pertimbangan Hakim Dalam
Menjatuhkan Putusan Perkara Nomor 216/ Pid.B/ 2011/ PN.Bi.
Bahwa dasar pertimbangan Majelis hakim dalam menjatuhkan
putusan No.216/Pid.B/2011/PN.Bi, ini adalah sebagai berikut:
Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini,
segala sesuatu yang tercantum dalam Berita Acara Persidangan
dianggap dimuat dan dipertimbangkan pula dalam putusan ini ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan
berdasarkan fakta-fakta sebagaimana dikemukakan para saksi dan
keterangan terdakwa dipersidangan, diperkuat dengan barang bukti
yang diajukan ke persidangan apakah Terdakwa dapat dipersalahkan
melakukan tindak pidana sebagaimana yang dikemukakan oleh
Penuntut Umum didalam surat dakwaannya ;
Menimbang, bahwa dalam mempertimbangkan unsur-unsur dari
Dakwaan Penuntut Umum tersebut Majelis Hakim akan berpedoman
pada "Asas Minimal Pembuktian" (vide Pasal 183 KUHAP) dan untuk
itu juga akan diterapkan alat-alat bukti (vide Pasal 184 KUHAP) ;
Menimbang, bahwa untuk dapat dikatakan bersalah melakukan
tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut
Umum sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 310 ayat
(3) UURI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
jo Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan maka terlebih dahulu harus dipenuhi unsur-unsur
pasal tersebut, yaitu;
1. Setiap Orang;
2. Yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalulintas;
3. Dengan korban luka berat;
Ad. 1. Setiap Orang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Menimbang, bahwa yang dimaksud "setiap orang" adalah
menunjuk subyek Hukum atau manusia yang mempunyai hak dan
kewajiban yang mana dalam perkara ini telah dihadapkan
kepersidangan an. Terdakwa EKO YULIANTO Bin MUH. ZAENURI
yang diminta pertanggungjawabannya atas perbuatan yang telah
dilakukannya;
Menimbang, bahwa setelah identitas Terdakwa ditanyakan
dipersidangan ternyata cocok dan sesuai dengan nama yang disebutkan
dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum tersebut dan menurut
pengamatan Majelis Hakim terdakwa adalah orang yang sehat jasmani
dan rohani sehingga dalam perkara ini dapat dipertanggungjawabkan
atas perbuatannya tersebut ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas
dengan demikian Majelis Hakim berpendapat unsur "Setiap orang"
telah terpenuhi :
Ad. 2. Yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalulintas;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kendaraan bermotor
dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan adalah setiap kendaraan yang digerakkan
oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan
diatas rel;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pengemudi dalam
Pasal 1 angka 23 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang
lalulintas dan angkutan jalan adalah orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin
Mengemudi;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas
dalam Pasal 1 angka 24 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang
lalulintas dan angkutan jalan adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau
kerugian harta benda;
Menimbang, bahwa kelalaian disamakan pengertiannya dengan
kealpaan yaitu bahwa suatu peristiwa pidana semestinya tidak terjadi
andaikata terdakwa dapat mengantisipasi atau menduga kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi apabila perbuatan itu tetap dijalankan
tetapi terdakwa tidak melakukan tindakan tersebut untuk menghindari
peristiwa pidana itu. Untuk adanya unsur kelalaian menurut ilmu
pengetahuan hukum haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan:
1. Perbuatan yang dilakukan si pelaku merupakan perbuatan yang
tidak atau kurang hati-hati.
2. Si pelaku harus membayangkan akibat yang timbul dari perbuatan
yang kurang hati-hati itu.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang
terungkap dipersidangan pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2011
sekira pukul 11.20 WIB terdakwa mengemudikan kendaraan jenis
Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA dengan teman terdakwa berjalan
dari arah timur ke barat (arah Solo ke Semarang) dengan kecepatan 60
km/jam persnelling 4 (empat), sesampainya di Jalan umum Solo –
Semarang tepatnya disebelah barat SPBU Mojosongo, Dk. Tegawire
RT.01/09 Ds/Kec. Mojosongo, Kab. Boyolali terdakwa melihat anak
kecil menyeberang dimana saat itu ada mobil lain yang menyalip
mobil terdakwa sehingga membuat terdakwa kaget, dan saat terdakwa
berbicara tentang kekagetan terdakwa kepada teman terdakwa tersebut
tiba-tiba mobil terdakwa telah menabrak saksi korban Bayu Aji
Kurniawan bin Harsono;
Menimbang, bahwa kondisi jalan lurus beraspal kering, jalan
dibagi dua jalur dibatasi median jalan, arus lalu lintas sedang,
pandangan bebas tidak terhalang apapun, dan cuaca cerah;
Menimbang, bahwa terdakwa dalam mengemudikan
kendaraannya pada saat melihat anak kecil menyeberang, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
membunyikan klakson, tidak berusaha mengerem kendaraannya
sehingga akhirnya menabrak saksi korban Bayu Aji Kurniawan bin
Harsono;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas, Majelis Hakim
berpendapat Toyota Yaris dengan Nopol H-8612-GA termasuk dalam
kategori kendaraan bermotor yang dimaksud dalam pasal 1 angka 8
yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin
selain kendaraan yang berjalan diatas rel. Demikian pule dengan
Terdakwa termasuk dalam kategori pengertian pengemudi yang
dimaksud dalam pasal 1 angka 23 karena terdakwa dalam
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan telah memiliki Surat Ijin
Mengemudi / SIM A;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan kelalaian dari Terdakwa sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan lalulintas yaitu pada saat terdakwa melihat
anak kecil sedang menyeberang dan mobil terdakwa disalip oleh mobil
lain terdakwa kaget dan kemudian membicarakan kekagetannya
tersebut kepada teman terdakwa yang duduk disamping terdakwa;
Menimbang, bahwa adalah suatu sikap kehati-hatian dari seorang
pengemudi ketika mengemudikan kendaraannya di sebuah jalan umum
dengan kecepatan 60 km/jam dan melihat ada anak kecil menyeberang
maka terdakwa seharusnya mengurangi kecepatannya dengan
melakukan pengereman atau membunyikan klakson serta tetap
konsentrasi melihat kearah depan sehingga dapat
menghindari/mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di
persidangan, bahwa terdakwa tidak melakukan suatu sikap berhati-hati,
karena terdakwa ketika mengendarai mobil toyota yaris dengan
kecepatan 60 km/jam, sudah melihat ada saksi Ervan Tri Indrianto
yang menyeberang didepannya tetapi terdakwa tidak mengurangi
kecepatan dan membunyikan klakson serta tidak konsentrasi ke jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
yang akhirnya terdakwa tidak bisa mengambil tindakan cepat dan tepat
untuk menghindari saksi korban Bayu Aji Kurniawan yang menyusul
menyeberang dan tidak bisa menghindari kecelakaan tersebut atau
paling tidak mengurangi akibat yang timbul dari kecelakaan tersebut;
Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim
berpendapat bahwa terdakwa telah bertindak kurang hati-hati dan lalai
sehingga akibat perbuatan Terdakwa tersebut menimbulkan kecelakaan
dan mengakibatkan jatuhnya korban ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut
diatas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur Ad.2 Yang
mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kecelakaan lalulintas telah terpenuhi;
Ad. 3. Unsur "Dengan Korban Luka Berat"
Menimbang, bahwa pengertian luka berat terdapat dalam pasal 90
KUHP yaitu:
1. Penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi
dengan sempurna atau dapat mendatangkan bahaya maut.
2. Terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan.
3. Tidak lagi memakai salah satu panca indra.
4. Kudung atau rompong.
5. Lumpuh.
6. Berubah pikiran/akal lebih dari empat minggu.
7. Menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan.
Menimbang, bahwa selain dari 7 macam tersebut menurut
yurisprudensi pengertian luka berat termasuk pula segala luka yang
dengan kata sehari-hari disebut sebagai luka berat;
Menimbang bahwa dari fakta hukum yang terungkap
dipersidangan akibat dari kecelakaan tersebut mengakibatkan saksi
korban Bayu Aji Kumiawan luka pada bagian wajah kiri banyak
mengeluarkan darah dan tidak sadarkan diri, kemudian saksi korban
dibawa ke RSUD Pandanaran Kab, Boyolali tetapi karena kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
saksi korban pada waktu itu cukup parah, kemudian saksi korban di
rujuk ke Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta untuk dilakukan operasi
otak tahap pertama sehingga saksi korban harus opname selama 11
(sebelas) hari, kemudian pada tanggal 03 Oktober 2011 sampai dengan
tanggal 10 Oktober 2011 saksi korban opname lagi di rumah sakit
Panti waluyo Surakarta untuk operasi otak tahap kedua, hal ini sesuai
dengan Visum et Repertum nomor 904/PW/P/X/2011 yang
ditandatangani oleh dr. Widjono, Sp.BS dengan diketahui oleh direktur
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Dr.T.Soebroto, M.Kes dengan
hasil pemeriksaan pada tanggal 23 Agustus 2011 didapatkan
kesimpulan terjadi pendarahan otak.
Menimbang, bahwa berdasar uraian pertimbangan tersebut, maka
majelis hakim berpendapat bahwa unsur Ad. 3 dengan korban luka
berat telah terpenuhi;
Menimbang, bahwa oleh karena unsur-unsur dari tindak Pidana
yang didakwakan Penuntut Umum dalam Pasal 310 ayat (3) UURI
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo Pasal
229 ayat (4) UURI Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan telah terpenuhi, maka Majelis Hakim berkeyakinan dan
berpendapat bahwa Terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana "Karena kelalaiannya
menyebabkan kecelakaan lalulintas dengan korban luka berat".
Menimbang, bahwa dari kenyataan yang diperoleh selama
persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat
melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban Pidana, baik sebagai
alasan pembenar maupun pemaaf oleh karenanya Majelis Hakim
berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan. Terdakwa harus
dipertanggungjawabkan kepadanya;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu
bertanggungjawab dan telah terbukti bersalah, maka sudah sepatutnya
Terdakwa dijatuhi Pidana yang setimpal dengan kesalahannya tersebut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Menimbang, bahwa dalam menemukan jenis dan lamanya pidana
yang harus dijalani terdakwa, maka Majelis Hakim akan
mempertimbangkan aspek keadilan dan tujuan pemidanaan bagi
terdakwa;
Menimbang, bahwa pidana yang akan dijatuhkan terhadap diri
Terdakwa bukan semata-mata sebagai pembalasan ataupun duka
nestapa, melainkan juga untuk mendidik dan menyadarkan Terdakwa
akan perbuatan salahnya, disamping itu agar dapat pula dijadikan
pelajaran bagi orang lain agar tidak melakukan perbuatan sebagaimana
telah dilakukan oleh Terdakwa tersebut;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan Pidana
terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan
meringankan dari diri dan perbuatan Terdakwa sebagai berikut
Hal-hal memberatkan :
- Terdakwa tidak memberikan bantuan biaya pengobatan saksi
korban;
- Terdakwa tidak memenuhi kewajibannya melapor diri di kepolisian
selama sekitar 2 bulan dengan 3 kali pergi ke Jakarta;
Hal-hal meringankan :
- Terdakwa belum pernah dihukum
- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya serta berjanji
akan lebih berhati-hati dalam mengemudikan kendaraan bermotor;
- Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;
Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas
Majelis Hakim berpendapat tentang lamanya pidana yang akan
dijatuhkan atas diri terdakwa sebagaimana termuat dalam amar
putusan nanti cukup memadai dan sesuai dengan rasa keadilan baik itu
terdakwa, korban maupun masyarakat;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa
telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah dengan jenis
Penahanan Rutan maka sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
KUHAP, beralasan hukum untuk menetapkan agar lamanya masa
penangkapan dan masa penahanan yang pernah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Menimbang bahwa oleh karena masa pidana yang akan
dijatuhkan adalah lebih lama daripada masa tahanan yang telah dijalani
Terdakwa maka Terdakwa diperintahkan untuk tetap berada dalam
tahanan;
Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan ke
persidangan yaitu berupa :
· 1 (satu) buah KBM Toyota Yaris Nopol : H-8612-GA;
· 1 (satu) lembar STNK KBM Toyota Yaris Nopol: H-8612-GA
Dipersidangan terbukti sebagai milik dari pemilik rental Nuria Jaya
Abadi maka barang bukti tersebut masing-masing dikembalikan
kepada pemilik rental Nuria Jaya Abadi yaitu sdr. MUHAMMAD
NUROHIM, SH.MH;
· 1 (satu) lembar SIM an.EKO YULIANTO dimana barang bukti
tersebut disita dari terdakwa dan milik terdakwa maka barang bukti
tersebut dikembalikan kepada terdakwa Eko Yulianto Bin Muh.
Zaenuri;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti
bersalah dan dijatuhi pidana maka kepada terdakwa haruslah
dibebankan untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan
ditentukan dalam amar putusan ini;
Mengingat ketentuan Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 tahun
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Undang-
undang Nomor : 8 tahun 1981 tentang KUHAP dan Pasal-Pasal lain
dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perkara
ini.
1. Keterangan tambahan di tinjau dari teori yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari keterangan diatas, dapat di jelaskan bahwa:
Dalam pertimbangan diatas menyebutkan bahwa ada unsur para
saksi, keterangan dan barang bukti terdakwa yang dapat
menyatakan terdakwa benar bersalah. Hal ini digunakan penuntut
umum dalam membuat surat dakwaan untuk di limpahkan kepada
hakim untuk menyatakan atau memproses terdakwa apakah dapat
dipersalahkan melakukan tindak pidana yang dimaksudkan dalam
dakwaan. Sistem pembuktian ini tentunya berdasarkan keyakinan
hakim (conviction in time). Dalam hal ini hakim di dalam
menjatuhkan putusan tidak terkait dengan alat bukti yang ada.
Darimana hakim menyimpulkan putusannya tidak menjadi
masalah, hakim hanya boleh menyimpulkan dari alat bukti yang
ada dipersidangan (Hari Sasangka, 2003:14).
Selain keterangan terdakwa dan keterangan saksi alat bukti lain
yaitu visum et repertum nomor: 904/PW/P/X/2011 juga sebagai
pertimbangan hakim dalam menetukan unsur kesalahan yang
dilakukan terdakwa. Dimana alat bukti visum et repertum
tergolong dalam kategori alat bukti surat yang yang di atur dalam
Pasal 187 KUHAP yang dikatakan sah apabila: (Yahya harahap,
200:306)
1) Surat yang dibuat atas sumpah jabatan.
2) Surat yang dikaitkan dengan sumpah.
Dari hal-hal ini maka majelis hakim dapat mengetahui jelas bahwa
dengan bukti visum et repertum itu unsure dengan luka berat telah
terpenuhi.
Selain alat bukti adapun hal-hal lain yang digunakan majelis
hakim dalam menentukan putusannya, adapun hal yang
meringankan dan memberatkan terdakwa atas pertanggung
jawaban pidana yaitu:
Hal-hal memberatkan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
- Terdakwa tidak memberikan bantuan biaya pengobatan saksi
korban;
- Terdakwa tidak memenuhi kewajibannya melapor diri di
kepolisian selama sekitar 2 bulan dengan 3 kali pergi ke
Jakarta;
Hal-hal meringankan :
- Terdakwa belum pernah dihukum
- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya serta berjanji
akan lebih berhati-hati dalam mengemudikan kendaraan
bermotor;
- Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat menentukan mengenai
lamanya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa sesuai
dengan rasa keadilan terdakwa,korban maupun masyarakat.
Setelah di ketahui unsur kesalahan yang dilakukan terdakwa dan
unsur tindak pidana yang dilakukan maka sesuai atas hasil
musyawarah bersama yang dilakukan majelis hakim beserta hakim
anggotanya dalam memberikan putusan penahanan yang harus
dijalani terdakwa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
serta keterangan yang diperoleh pada proses persidangan dan rasa
keadilan bersama.
2. Tinjauan putusan berdasarkan data lapangan yang diperoleh
penulis dalam wawancara yang dilakukan kepada majelis
hakim yang bersangkutan, adalah:
Menurut hakim mengenai hal-hal yang berkaitan dengan putusan
tersebut pada permulaanya dibedakan antara kesengajaan dan
kelalaian. Hakim memberikan pengertian mengenai kesengajaan
itu terjadi karena orang itu sudah mengetahui dan menghendaki
akan akibat yang timbul dari apa yang dilakukan. Sedangkan
kelalaian cenderung berkaitan dengan hal-hal yang bisa diduga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
atau diantisipasi apabila melakukan upaya-upaya tertentu, atau
kalau melakukan upaya lain peristiwa itu tidak akan terjadi.
Dalam kasus kecelakaan lalu lintas ini lebih cenderung mengenai
kelalaian karena pada saat terdakwa sedang berkendara atau
mengemudikan kendaraan sudah melihat anak kecil menyeberang,
seharusnya terdakwa mengontrol laju kendaraan dan tetap
berkonsentrasi apabila mungkin ada orang yang menyeberang jalan
lagi, kemudian terdakwa juga tidak membunyikan klakson maupun
mengurangi laju kendaraan, tetapi terdakwa malah mengobrol
dengan temannya.
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan hukum yang lain,
yaitu:
- Selain hal meringankan dan memberatkan terdakwa, ada juga
yang menjadi pertimbangan hakim dalam memberikan putusan
yaitu dengan mempertimbangkan apakah terdakwa sudah
pernah di hukum? apakah dalam persidangan terdakwa
berbelit-belit? Hal-hal inilah yang dapat membedakan dengan
orang yang belum pernah dihukum.
- Dalam memberikan putusan itu musyawarah majelis dilakukan
untuk mengambil putusan. Masing-masing hakim berhak dalam
menentukan berapa lamanya masa tahanan yang pantas untuk
terdakwa, dan apabila dari tiga hakim tersebut putusannya
berbeda-beda diambil dari suara terbanyak antara hakim
termuda pertama, kedua serta hakim ketua. Apabila hal tersebut
masih tidak bisa digunakan dalam menentukan putusannya
biasanya di bagi-bagi atau dikembalikan kepada yang
menguntungkan terdakwa dan berdasarkan ketentuan dalam
KUHAP.
- Dari putusan-putusan itu di ambil disparitas putusannya yang
ada sebelumnya mengenai berapa lama masa tahanan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kasus yang sama dalam kecelakaan akibat kelalaian dalam lalu
lintas, agar tidak terjadi disparitas yang tinggi.
- Jadi hakim itu memutus perkara dari segala sisi, yaitu:
a) Perbutannya;
b) Akibatnya atau akibat yang ditimbulkannya;
c) Sikap baik pelaku, contoh: bantuan, meminta maaf, dll.
Dalam menyikapi masalah mengenai kelalaian dalam lalu lintas
yang pada akhir-akhir ini banyak terjadi hakim memberikan
anggapan yaitu:
1) Menurut hakim semua berperan dalam lalu lintas sebagai
pengguna, sebaiknya ada pengecekan masa layak jalan oleh
Dinas Perhubungan khususnya angkutan jalan. Jangan sampai
ada upaya lain yang dapat memberikan ijin layak jalan tersebut.
2) Bagi pengendara kendaraan sebaiknya melakukan pengecekan
pada kendaraan yang akan dipakainya.
3) Bagi pengguna jalan sebaiknya lebih teliti dalam melihat
rambu-rambu yang ada di jalan raya.
4) Perlunya tanda pengenal pada pembatas jalan.
5) Seperti dalam kapal yang mengangkut kendaraan bermotor
sebaiknya pada peringatan orang tidak boleh berada dalam
kendaraan lebih di pertegas dan di teliti kembali, karena sering
terjadi penyebab kebakaran dalam kapal.
6) Saling menghormati dan menghargai sesama pengguna jalan.
Pada akhirnya dalam pemberian putusan tersebut hakim berharap
agar terdakwa lebih berhati-hati nantinya dalam berkendara dijalan
raya dalam upaya untuk mendidik terdakwa dan dapat menjadikan
pembelajaran bagi orang lain tentang akibat yang di timbulkan dari
perbuatan yang tidak baik dalam berkendara di jalan raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah Penulis uraikan dalam bab-bab
sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Dalam kasus ini terdakwa dalam mengemudikan kendaraannya kurang
berhati-hati yang menyebabkan kecelakaan tersebut tidak dapat
dihindarkan. Apalagi terdakwa dengan jelas terbukti tidak
membunyikan klakson sebagai peringatan, tidak berusaha untuk
memperlambat laju kendaraannya dengan cara mengerem serta tidak
ada tanda-tanda pengereman di tempat kejadian. dalam mengemudikan
mobinya terdakwa juga tidak mengutamakan pejalan kaki maka ketika
melihat saksi korban sedang menyeberang jalan dan pada saat saksi
korban yang sedang berjalan tertabrak langsung oleh mobil tersebut
yang di kemudikan terdakwa. Maka dalam hal ini terlihat jelas bahwa
terdakwa telah melakukan tindak pidana sebagai mana dimaksud
dalam uraian di atas. Hal ini tergolong dalam kelalaian dan termasuk
dalam kategori ciri-ciri perbuatan kelalaian yang terdapat dalam Pasal
310 Undang-Undang nomor 22 tahun 2009, jika dilihat dari faktor data
yang diperoleh dalam kecelakaan tersebut.
2. Hal ini dapat di katakan kelalaian karena pada kenyataanya terdakwa
Eko yulianto tidak konsentrasi mengenai apa yang ada pada kondisi
jalan yang di laluinya sehingga eko yulianto dinyatakan telah
melanggar Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pertimbangan
hakim mengenai pembuktian yang sah, telah dilakukan dengan
memeriksa dua alat bukti yang sah. Dasar pertimbangan hukum hakim
sudah benar dalam memutus karena telah terpenuhinya syarat-syarat
pemidanaan (syarat formil dan syarat materiil) dan terpenuhinya semua
unsur yang ada pada Pasal 310 ayat (3) UURI Nomor 22 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan jo Pasal 229 ayat (4) UURI
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dalam pengenaan Pasal ini di harapkan nantinya dalam bekendara
kendaraan bermotor khususnya mobil lebih berhati-hati dan tidak
membahayakan orang lain maupun pengguna jalan lainnya dan sebagai
tolak ukur pada masyarakat mengenai pasal yang dikenakan bagi
tindak pidana lalu lintas yang membahayakan orang lain karena
kelalaian tersebut. Jika dilihat dari pertimbangan Majelis hakim alasan
atau dasar dalam pembuatan putusan dinilai berdasar pada
pertimbangan dengan seadil-adilnya.
B. SARAN
1. Pengaturan mengenai kelalaian dalah hukum Pidana sudah cukup baik
karena adanya Undang-Undang lalu lintas yang baru Nomor 22 Tahun
2009 dapat menjawab mengenai kelalain yang terjadi seperti pada
masa sekarang ini dengan perkembangan yang sangat pesat khususnya
dalam naiknya volume kendaraan di jalan raya. Tetapi pada masa
sekarang ini jumlah kendaraan yang semakin banyak mempengaruhi
pola perilaku di jalan raya yang bermacam-macam sehingga tidak
memutup kemungkinan banyak terjadi kelalaian dalam berlalu lintas.
Sehingga dalam Undang-Undang lalu lintas perlunya pembaharuan
lagi agar dapat mengatasi masalah yang di timbulkan dalam Lalu lintas
pada masa yang semakin berkembang.
2. Dalam hal pertimbangan hakim sebaiknya lebih melihat dari Unsur-
Unsur yang sesuai terdapat dalam Pasal atau Undang-Undang lalu
lintas, agar dapat dinilai lebih efektif dalam memberikan putusan.
3. Bagi penegak hukum diharapkan dapat memberikan sanksi kepada
pelanggar peraturan lalu lintas dengan semaksimal mungkin agar
timbul perasaan takut kepada pelanggar dan dapat membuat jera.
DAFTAR PUSTAKA