3
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-3 1 Abstrak Kampung-Wisata Batik Kota Batu merupakan sebuah tempat wisata untuk mengenal dan mempromosikan Batik Khas Kota Batu yang dikembangkan dengan konsep sebuah desa wisata. Pendekatan metafora dipilih untuk menerapkan tema through pada objek rancangan ini. Tema through diangkat dari filosofi proses dari satu titik ke titik yang lainnya pada kegiatan membatik. Karakteristik dari tema through diterapkan pada penataan massa bangunan dan bentuk bangunan. Kata Kunci — batik, through, melalui, kampung, desa, wisata. I. PENDAHULUAN atik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sekarang berkembang bebas di masyarakat. Kini muncul beragam motif batik yang berkembang dari keseharian masyarakat, sesuai dengan kekhasan masing-masing daerah. Perkembangan batik tersebut juga muncul di Kota Batu, Jawa Timur. Pengerajin batik di Kota Batu mengembangkan motif batik khas Kota Batu, seperti motif apel, stroberi dan sayur. Objek arsitektur yang dirancang adalah Kampung- Wisata Batik Kota Batu. Tempat ini merupakan sebuah kawasan wisata baru yang dikembangkan dengan konsep seperti sebuah desa, dimana wisatawan dapat dekat dengan suasana tradisional dan berpartisipasi aktif dalam belajar mengenal batik, baik secara umum maupun batik khas Batu. Pengembangan dengan konsep kampung wisata dipilih agar pengunjung dapat belajar mengenal batik dalam suasana lokal, seperti kondisi pengerajin batik di Kota Batu yang masih bersifat industri rumahan dan sanggar seni. Sebuah kain batik memang lahir dari proses yang panjang. Membatik adalah proses satu titik ke titik yang lain, lalu tampak dari hubungan titik-titik menjadi keindahan keseluruhan pertemuan. Proses dari satu titik ke titik lainnya inilah yang menjadi dasar pemilihan tema dalam objek rancang ini. Bagaimana sebuah kain putih melalui proses yang kontinu sehingga akhirnya sampai pada sebuah penyelesaian yaitu kain batik itu sendiri. Tema through (melalui) dipilih karena kesan inilah yang ingin ditampilkan pada bangunan, bahwa setiap pengunjung dapat mengenal, mempelajari, dan menikmati hal yang berkaitan dengan Batik dari satu titik ke titik yang lain. Gambar 1. Perspektif Area Kedatangan Gambar 2. Site Plan Gambar 3. Perspektif Bird Eye View Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata Batik Kota Batu Lupita Thanaya Putri, dan Baskoro Widyo Isworo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] B

Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39259-3210100060-Paper.pdf · edukasi (workshop), komersial ... Wisata Batik Kota

  • Upload
    lymien

  • View
    253

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39259-3210100060-Paper.pdf · edukasi (workshop), komersial ... Wisata Batik Kota

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-3

1

Abstrak — Kampung-Wisata Batik Kota Batu merupakan sebuah tempat wisata untuk mengenal dan mempromosikan Batik Khas Kota Batu yang dikembangkan dengan konsep sebuah desa wisata. Pendekatan metafora dipilih untuk menerapkan tema through pada objek rancangan ini. Tema through diangkat dari filosofi proses dari satu titik ke titik yang lainnya pada kegiatan membatik. Karakteristik dari tema through diterapkan pada penataan massa bangunan dan bentuk bangunan.

Kata Kunci — batik, through, melalui, kampung, desa, wisata.

I. PENDAHULUAN atik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sekarang berkembang bebas di masyarakat. Kini

muncul beragam motif batik yang berkembang dari keseharian masyarakat, sesuai dengan kekhasan masing-masing daerah. Perkembangan batik tersebut juga muncul di Kota Batu, Jawa Timur. Pengerajin batik di Kota Batu mengembangkan motif batik khas Kota Batu, seperti motif apel, stroberi dan sayur.

Objek arsitektur yang dirancang adalah Kampung-Wisata Batik Kota Batu. Tempat ini merupakan sebuah kawasan wisata baru yang dikembangkan dengan konsep seperti sebuah desa, dimana wisatawan dapat dekat dengan suasana tradisional dan berpartisipasi aktif dalam belajar mengenal batik, baik secara umum maupun batik khas Batu.

Pengembangan dengan konsep kampung wisata dipilih agar pengunjung dapat belajar mengenal batik dalam suasana lokal, seperti kondisi pengerajin batik di Kota Batu yang masih bersifat industri rumahan dan sanggar seni.

Sebuah kain batik memang lahir dari proses yang panjang. Membatik adalah proses satu titik ke titik yang lain, lalu tampak dari hubungan titik-titik menjadi keindahan keseluruhan pertemuan. Proses dari satu titik ke titik lainnya inilah yang menjadi dasar pemilihan tema dalam objek rancang ini. Bagaimana sebuah kain putih melalui proses yang kontinu sehingga akhirnya sampai pada sebuah penyelesaian yaitu kain batik itu sendiri.

Tema through (melalui) dipilih karena kesan inilah yang ingin ditampilkan pada bangunan, bahwa setiap pengunjung dapat mengenal, mempelajari, dan menikmati hal yang berkaitan dengan Batik dari satu titik ke titik yang lain.

Gambar 1. Perspektif Area Kedatangan

Gambar 2. Site Plan

Gambar 3. Perspektif Bird Eye View

Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata Batik Kota Batu

Lupita Thanaya Putri, dan Baskoro Widyo Isworo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

B

Page 2: Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39259-3210100060-Paper.pdf · edukasi (workshop), komersial ... Wisata Batik Kota

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-3

2

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG Metode dalam proses penerapan tema through ini

menggunakan metode metafora. Menurut Geoffrey Broadbent dalam bukunya yang berjudul Design in Architecture, metafora merupakan penerjemah bentuk dari sesuatu. Jadi metode yang dilakukan adalah dengan mencari karakteristik dari tema through dan menerjemahkannya menjadi bentuk nyata untuk diaplikasikan pada objek rancangan.

Karakteristik dari tema through yang pertama adalah adanya penyebaran massa bangunan. Massa bangunan disebar sesuai fungsinya, yaitu : rekreasi (museum dan restoran), edukasi (workshop), komersial (galeri dan butik). Massa bangunan ditata searah jarum jam dan berhimpitan dengan mengadaptasi tatanan rumah pada sebuah kampung.

Karakteristik yang kedua adalah adanya penghubung diantara massa-massa bangunan tersebut. Penghubung dapat berupa selasar, yang juga merupakan tempat terjadinya proses pengenalan terhadap batik karena pengunjung dapat melihat proses yang ada di kiri dan kanannya. Selain itu, plasa juga dapat berfungsi sebagai penghubung massa bangunan. Plasa merupakan adaptasi dari penataan kampung atau desa dimana umumnya terdapat ruang publik yang menjadi pusat kegiatan warga, seperti balai desa atau balai RW. Dalam objek rancangan, ruang publik berupa plasa juga diletakkan di tengah.

Karakteristik yang ketiga adalah penataan ruang yang kontinu. Walaupun massa bangunan terpisah-pisah namun tetap ada keberlanjutan dari satu massa ke massa yang berikutnya. Proses yang kontinu terdapat pada alur sirkulasi pengunjung, sehingga pengunjung dapat merasakan perjalanan yang klimaks.

III. HASIL PERANCANGAN Konsep melalui dari satu titik ke titik yang lain

diaplikasikan pada penyebaran lima massa bangunan utama yang diatur berurutan sehingga menghasilkan alur perjalanan yang kontinu dan klimaks bagi pengunjung.

Pertama adalah museum yang sifatnya memberikan informasi kepada pengunjung mengenai perkembangan kain batik hingga penjelasan mengenai alat, bahan, dan proses pembuatan kain batik. Kedua adalah workshop, dimana pengunjung dapat belajar membatik, mulai dari pembuatan pola, pembatikan, pewarnaan, dan penjemuran kain batik. Ketiga adalah restoran yang merupakan tempat istirahat pengunjung. Setelah mengenal dan belajar membatik, proses selanjutnya adalah mempromosikan batik melalui Galeri dan Showroom. Galeri Batik memamerkan koleksi kain batik khas Kota Batu dengan kualitas terbaik, sedangkan Showroom, menjual koleksi batik hasil pengerajin Kota Batu.

Kelima bangunan tersebut mengelilingi ruang publik yang berada di tengah, berupa Plasa, Area Pagelaran, dan Area Makan Outdoor.

Gambar 4. Area Makan Outdoor

Gambar 5. Area Pagelaran Outdoor

Gambar 6. Selasar

Gambar 7. Selasar dengan Naungan Kain Batik

Page 3: Penerapan Tema “Through” pada Perancangan Kampung-Wisata ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39259-3210100060-Paper.pdf · edukasi (workshop), komersial ... Wisata Batik Kota

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-3

3

Massa bangunan ditata berhimpitan sehingga menghasilkan ruang selasar diantara kedua massa bangunan. Pengunjung dapat melihat aktifitas dari ruang selasar ini. Seperti pada Gambar 8 pengunjung dapat melihat proses penjemuran kain yang sudah dibatik dan diwarna, juga seperti pada Gambar 9 dimana pengunjung dapat melihat kegiatan membatik dari selasar.

Pada desain bangunan, tema through muncul pada bentuk atap bangunan yang kontinu dari satu titik ke titik berikutnya, seperti pada Gambar 10. Sedangkan pada bangunan workshop, bentuk atap diadaptasi dari lembaran kain yang dinamis ini juga menonjolkan titik-titik yang kontinu (Gambar 11).

IV. KESIMPULAN Penerapan tema through pada objek rancangan Kampung-

Wisata Batik Kota Batu terdapat penataan massa bangunan yang menyebar dengan penghubung berupa selasar dan plasa, sehingga penataan ruang tetap kontinu dan pengunjung dapat merasakan alur perjalanan yang klimaks. Selain itu penerapan tema through juga dapat dilihat pada bentuk atap bangunan yang kontinu dari satu titik ke titik berikutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.

Baskoro Widyo Isworo, M.Ars selaku pembimbing, atas semua ilmu dan bimbingannya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA [1] Adler, David. 1999. Metric Handbook Planning and Design Data. [2] Broadbent, Geoffrey. 1973. Design in Architecture. London, Wiley [3] Neufert. Architect Data. [4] Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara : Makna Filosofis, Cara

Pembuatan, dan Industri Batik. Yogyakarta : Penerbit Andi. [5] http://www.academia.edu/5977432/IPAL_LAWEYAN (diakses pada

tanggal 20 Mei 2014)

Gambar 8. Selasar Workshop

Gambar 9. Area Membatik pada Workshop

Gambar 10. Bentuk Bangunan Museum

Gmbar 11. Bentuk Bangunan Workshop