Upload
cody-anderson
View
245
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 1/13
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 2/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
2
B. Tujuan
Paper ini bertujuan memberikan pengetahuan dasar tentang pembiakan vegetatif makro pada pemuliaan pohon,hasil-hasil penelitian pembiakan vegetatif dan aplikasinya pada pemuliaan pohon.
II. Pembiakan vegetatif Makro
Pembiakan vegetatif mempunyai banyak kegunaan dalam kehutanan (Zobel dan Talbert, 1984), yaitu:
1. preservasi genotipa-genotipa unggul dalam bank klon atau arsip klonal.2. Perbanyakan genotipa-genotipa unggul yang diinginkan untuk kegunaan khusus seperti di kebun benih
atau pemurnian.3. Penilaian dari genotipa-genotipa dan interaksinya dengan lingkungan melalui uji klonal4. Memperoleh keuntungan genetik maksimum apabila digunakan untuk peremajaan dalam program
pelaksanaan penanaman.Pada dasarnya teknik pembiakan vegetatif dapat dibedakan dalam 2 golongan besar yaitu :
1. Pembiakan vegetatif invitro, disebut juga pembiakan mikro atau kultur jaringan (misalnya kultur seltunggal, kultur jaringan, kultur organ).
2. Pembiakan vegetatif invivo, disebut juga pembiakan makro misalnya sambungan, okulasi, cangkok danstek.
Pembiakan makro atau invivo pada prinsipnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Pembiakan allo vegetatif, adalah pembiakan vegetatif dari genotipa yang berbeda, seperti padasambungan (grafting), dan okulasi (budding).
2. Pembiakan autovegetatif, adalah pembiakan vegetatif dari genotipa yang sama, seperti pada cangkok(air layering) dan stek (cutting).
A. Pembiakan vegetatif stek
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembiakan vegetatif stek digolongkan menjadi 3 bagian(Rochiman dan Harjadi, 1973 dalam Pudjiono 1998):
1. Faktor tanaman, terdiri daria. Macam bahan stekb. Umur bahan stekc. Adanya tunas dan daun pada stekd. Kandungan bahan makanan pada steke. Kandungan zat tumbuhf. Pembentukan kallus
2. Faktor lingkungan, terdiri dari
a.
Media pertumbuhanb. Kelembabanc. Temperaturd. Cahaya
3. Faktor pelaksanaan, terdiri daria. Perlakuan sebelum pengambilan bahan stekb. Waktu pengambilan stekc. Pemotongan stek dan pelukaand. Penggunaan zat tumbuhe. Kebersihan dan pemeliharaan
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 3/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
3
B. Pembiakan vegetatif sambung/ grafting
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya graft union dibagi menjadi 3 golongan:
1. Faktor lingkungana. Waktu penyambunganb. Temperatur dan kelembabanc. Cahaya
2. Faktor tanamana. Kompatibilitas dan inkompatibilitasb. Keadaan fisiologi tanamanc. Keserasian bentuk potongand. Persentuhan kambiume. Kegiatan kambiumf. Pengelupasan kulit kayug. Kekuatan akar
3.
Faktor pelaksanaana. Cara sambunganb. Ketangkasan atau keahlian dalam menyambungc. Kesempurnaan alat-alatd. Pemeliharaan tanaman yang disambung.
C. Pembiakan vegetatif cangkok
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Waktu mencangkokWaktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim hujan, karena tak perlu melakukan penyiramanberulang-ulang, selain dari itu pada musim hujan cangkokan agak cepat berhasilnya sehingga dalam musimitu juga telah dapat ditanamkan. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada musim kemarau, asal dilakukanpenyiraman 1-2 kali sehari.
2. Pemilihan batang cangkokanBatang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon induk yang terlalu tua sebab biasanya dahan pohoninduk tersebut kurang baik untuk dicangkok, dan juga jangan pula diambil dari pohon yang terlalu mudasebab belum dapat diketahui sifat-sifatnya. Pohon induk yang sedang umurnya, kuat, sehat dan subur sertabanyak dan baik buahnya, sangat baik diambil batangnya untuk cangkokan.
3.
Pemeliharaan cangkokanSelama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap sudah cukup apabila media cangkokantersebut cukup lembab sepanjang waktu.
III. Hasil-hasil Penelitian Perbanyakan Tanaman Secara vegetatif
Beberapa hasil penelitian persiapan bahan materi untuk perbanyakan vegetatif dan teknik perbanyakan vegetatifdengan aplikasinya.
A. Teknik Rejuvenasi.
Dalam pelaksanaan program pemuliaan pohon, pengambilan bahan vegetatif tanaman lebih sering dilakukan daritanaman dewasa (pohon terseleksi) padahal dengan bertambahnya umur tanaman, kemampuan berakar bahanvegetatif tersebut akan menurun drastis (Hartman et al. 1990). Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 4/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
4
kegiatan permudaan atau rejuvenasi dengan maksud untuk mendapatkan bahan vegetatif yang secara fisiologisbersifat juvenil/muda serta memiliki kemampuan berakar yang baik.
Teknik rejuvenasi ada beberapa cara. Tiga cara diantaranya adalah partial felling, felling dan girdling. Partialfelling adalah pohon ditebang dengan batang atasnya masih menyambung dengan batang bawah yang sudah
ditebang, batang bagian atas yang rebah masih tetap hidup. Felling adalah pohon ditebang dengan tinggi 30 cmdari permukaan tanah. Girdling adalah batang tanaman diteres dengan cara membuat dua buah sayatan 2/3panjang lingkaran batang secara berbalasan.
(a) Partial felling (b) Felling (c)Girdling
Foto 1. Beberapa teknik rejuvenasi
Tabel 1. Produksi tunas hasil rejuvenasi umur 2 bulan
Percobaan I Percobaan IIPerlakuan
rejuvenasi
Jumlah
panjang tunas
Jumlah
tunas
Panjang tunas
rata-rata
Jumlah
panjang tunas
Jumlah
tunas
Panjang tunas
rata-rata1647(421) 26(9) 63.3(46.8) 580 6 96.71268(269) 19(13) 66.7(41.5) 755 9 84.0751(269) 8(11) 93.9(24.5) 974 12 81.0
Partial Felling
638(275) 8(7) 79.8(38.3) 1587(253) 23(11) 69.0(23.0)1514 54 28.0 1989 44 45.2585 17 34.4 2841 51 55.7589 26 22.7 1328 30 44.0
Felling
851 19 44.8 2045 47 45.0- - - 1428 22 64.9- - - 1443 13 111.0293 4 73.2 1940 21 92.0
Girdling
- - - 958 21 46.0- Tidak ada tunas yang tumbuh( ) Data tunas dari batang yang rebah
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 5/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
5
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
J u m l a h p a n j a n g
t u n a s t r u b u s a n
( c m )
Partial Felling Felling Girdling Partial Felling Felling Girdling
Percobaan I/ Musim kemarau Percobaan II/ Awal musim hujan
Perlakuan rejuvenasi
Grafik 1. Hasil perlakuan rejuvenasi E. pellita terhadap panjang tunas pada musim kemarau dan musim hujan.
Jumlah panjang tunas pada percobaan II lebih panjang dari percobaan I kecuali Partial felling. Rata-rata panjangtunas dari Partial felling dan Girdling lebih panjang dibanding Felling. Terdapat variasi individu pada kemampuantumbuhnya tunas.
B. Perbanyakan Vegetatif Stek Pucuk
Tabel 2. Hasil Stek Pucuk Eucalyptus pellitaumur 2 bulan
Pasir sungai Pasir sungai + TanahScion Konsentrasi IBA(ppm) Jumlah
stekStek
berakarPersentase
berakarJumlah
stekStek
berakarPersentase
berakar0 30 21 70.0 30 25 83.3
150 30 20 66.7 30 18 60.0Tunas
juvenil300 19 12 63.2 30 23 76.70 30 0 0.0 30 0 0.0
150 30 0 0.0 30 0 0.0Cabang tua
300 30 0 0.0 30 0 0.0
Hasil penelitian pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa persentase stek berakar tertinggi adalah 83,3% daritunas juvenil dan 0% pada stek pucuk yang berasal dari cabang tua. Perbedaan konsentrasi hormon dan
perbedaan media tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada percobaan stek pucuk ini.Tabel 3. Persentase berakar stek pucuk E. deglupta umur 2 bulan dari ketinggian batang yang berbeda
Tinggi batang (cm) Jumlah scion Jumlah stek berakar Persentase stekberakar (%)
< 30 45 39 86.730 - 130 45 37 82.3130 - 230 45 25 55.6230-330 45 19 42.2
Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa semakin keatas kemampuan stek berakar semakin rendah. Hal ini
menunjukkan umur jaringan tanaman semakin kebawah semakin muda. Semakin muda jaringan tanamankemampuan berakar tanaman semakin besar (Kijkar, S. 1991).
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 6/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
6
Tabel 4. Hasil percobaan stek pucuk A. Mangium umur2 bulan
Rumah kaca Arboretum
Scion Hormone Jumlah
stek
Jumlahstek
berakar
Persentasestek
berakar(%)
Jumlah
stek
Jumlahstek
berakar
Persentasestek
berakar(%)
Rootone-F 40 28 70.5 40 26 65.0Tunas juvenil Kontrol 40 13 33.0 40 20 50.0
Rootone-F 40 2 5.0 40 0 0.0CabangKontrol 40 2 5.0 40 1 2.5
Tabel 5. Kondisi bak stek
Temperature (oC) Kelembaban (%) Intensit as cahaya (lx)LokasiMax. Min. Max. Min. 9.00 12.00 15.00
Rumahkaca 32.5 20.9 96.6 89.4 3,000 5,000 2,500 Arboretum 41.0 19.8 100.0 80.7 3,600 8,200 3,200
Pengaruh Rootone-F pada tunas juvenil dan cabang tua
0
20
40
60
80
100
120
0 15 30 45 61
Hari
T i n g k a t k e t a h a n a n h i d u p ( %
Tunas juvenil
Cabang tua
Pengaruh Rootone-F pada tunas juvenil
0
20
40
60
80
100
120
0 15 30 45 61
Hari
T i n g k a t k e t a h a n a n h i d u p ( %
Rootone-F
Kontrol
(a) (b)
Efek Rootone-F pada tunas juvenil dan cabang tua Efek Rootone-F pada tunas juvenil
Pengaruh Rootone-F pada cabang tua
0
20
40
60
80
100
120
0 15 30 45 61
Hari
T i n g k a t k e t a h a n a n
h i d u p ( %
Rootone-F
Kontrol
(c)
Efek Rootone-F pada cabang tua
Grafik 4. Perubahan persentase hidup pada scion
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 7/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
7
Tabel 6. Hasil stek pucuk Acacia auriculiformis umur2 bulan
Kontro l IBA 500 ppmKode famili Persentase stek
berakar (%)Persentase stek
berakar (%)
Rerata Persentasestek berakar (%)
A50 100 95 97.5 A60 100 100 100.0 A61 90 95 92.5 A62 100 100 100.0 A64 95 100 97.5 A72 80 75 77.5 A73 90 80 85.0 A74 100 95 97.5 A75 90 100 95.0 A78 95 95 95.0
Rerata persentase stek berakar (%) 94.0 93.5 93.8
Tabel 7. Hasil stek berakar A. auriculiformis umur2 bulan pada jumlah mata tunas yang berbeda
1 mata tunas 2 mata tunasKode familiPersentase stek berakar (%) Persentase stek berakar (%)
A50 50 50 A60 50 42 A62 67 67 A74 92 50 A75 83 58
Rerata persentase stek berakar 68.4 53.4
Hasil penelitian stek pucuk A. mangium ditunjukkan pada tabel 4. Persentase maksimum stek berakar sebesar70,5% diperoleh pada stek yang berasal dari trubusan juvenil dan hanya 5 % stek berakar ditunjukkan oleh stekyang berasal dari cabang tua. Pada scion dari tunas juvenil, pengaruh hormon Rootone F berpengaruh terhadapkemampuan stek berakar secara signifikan. Pada cabang tua kemampuan hormon Rootone F mempertahankanvigoritas hanya mampu sampai 2 minggu pertama . Pada umur stek satu bulan kemampuan itu turun secaradrastis (gambar 4 a.). Kemampuan Hormon Rootone F terhadap trubusan tunas juvenil menunjukkankeberhasilan stek lebih tinggi dibanding dengan kontrol/ tanpa pemberian hormon (gambar 4 b). Sedangkan padastek yang berasal dari cabang tua pengaruh hormon Rootone F mempertahankan vigoritas hanya mampusampai 2 minggu pertama saja kemudian turun pada umur stek 1 bulan dan turun lagi pada stek umur 2 bulan.Pemberian hormon Rootone F dan tanpa hormon tersebut pada stek cabang tua tidak menunjukkan pengaruhyang signifikan (gambar 4 c).
Hasil penelitian tabel 6. menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil stek yang berakar untuk famili yang berbeda.Famili no A72 menunjukkan kemampuan berakar yang lebih rendah dibanding dengan famili-famili yang lain.Disisi lain pemberian Hormon IBA 500 ppm dengan cara stek direndam selama 30 detik didalamnya tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kemampuan stek berakar. Kemampuan stek berakar rata-ratanyasangat tinggi mengingat materi tanaman yang diperbanyak masih bersifat juvenil yaitu seedling umur 5,5 bulan.
Padal tabel 7 terlihat bahwa persentase stek berakar 1 mata tunas lebih tinggi dibanding dengan 2 mata tunastetapi secara statistik tidak signifikan. Dari hasil tersebut maka untuk jenis ini cenderung penggunaan stekdengan 1 mata tunas dapat diterapkan. Hal ini dapat lebih efisien dalam penggunaan materi tanaman sebagaisumber bahan stek. Bila diterapkan untuk jenis unggul maka dapat memperbanyak tanaman dalam skala banyakdan juga menghemat biaya.
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 8/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
8
Tabel 8. Hasil stek berakar A. auriculiformisumur 2 bulan pada umur seedling yang berbeda
Umur 5.5 bulan Umur 7.5 bulanKode familiPersentase stek berakar (%) Persentase stek berakar (%)
A50 97.5 50 A60 100 42 A62 100 67 A74 97.5 50 A75 95 58
Rerata persentase stek berakar 98.0 53.4
Pada penelitian stek menggunakan 2 mata tunas dengan bertambahnya umur materi bahan vegetatif berupaseedling persentase stek berakar sangat turun drastis. Pada seedling umur 5,5 bulan rata-rata keberhasilan stekberakar 98% tetapi setelah umur seedling 7,5 bulan keberhasilan stek berakar menurun menjadi 53,4% (tabel 8).
2 mata tunas 1 mata tunasFoto 2. Tipe bentuk stek dari banyaknya mata tunas.
1. Perbanyakan vegetatif stek pucuk pada tanaman indigenous/ unggulan setempatMerbau merupakan tanaman asli di Pulau Sumatera yang keberadaanya sulit dijumpai. Hasil perbanyakanvegetatifnya sudah dilakukan. Perbanyakan vegetatif Merbau dilakukan secara stek pucuk. Stek pucuk denganmenerapkan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh. Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan pada penelitian ini adalahRootone F, Rhizatun, Hormonik (Hormon organik) dengan berbagai konsentrasi. Hasil penelitian mengenai ZatPengatur Tumbuh dan Dosis pada stek pucuk dapat dilihat pada tabel 9. dibawah ini.
Tabel 9. Stek Merbau dengan menggunakan ZPT
ZPTDosis Rootone F Rhizatun Hormonik1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah 1 2 3 Jumlah
0 ppm 3 8 3 14 3 3 8 14 8 3 3 141000 ppm 5 9 8 22 7 8 6 21 7 6 10 23(76,7%)2000 ppm 5 8 4 17 7 6 9 22 4 5 6 153000 ppm 4 9 3 17 7 9 8 19 6 7 6 214000 ppm 7 8 6 21 7 5 6 18 4 5 7 16Jumlah 14 42 24 80 31 31 37 99 29 26 32 87persentaseperlakuan
ZPT
53,3% 66.0% 58,0%
Dari tabel 9. diatas terlihat bahwa konsentrasi hormonik 1000 ppm menghasilkan persentase keberhasilan stekyang tertinggi sebesar 76,7% (23/30 stek jadi). Keberhasilan stek merbau ini cukup tinggi berarti jenis ini mampudiperbanyak secara vegetatif. Secara keseluruhan stek merbau ini menghasilkan persentase keberhasilan
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 9/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
9
sebesar 59,1% (266/450 stek). Kemampuan jenis ini dapat diperbanyak secara vegetatif memberi titik teranguntuk pengembangan jenis ini mengingat jenis ini hampir mendekati kepunahan jika tidak segera ditanganidengan bijak. Dengan dikuasainya perbanyakan vegetatif dengan stek ini maka perbanyakan tanaman tidakhanya mengandalkan dari biji sehingga perbanyakan jenis ini dapat dilakukan kapan saja.
Tabel 10. Stek merbau dengan menggunakan Media
Macam media tanam Tinggi tunas(cm)
Jumlahdaun
Diameterbatang (cm)
Persen jadibibit (%) Nilai Index
Pasir : kompos 5,05 2,11 1,96 56,2 1174Pasir 4,08 1,64 1,74 70.8 824
Pasir : pupuk kandang 6,75 2,18 1,89 63,1 1754
Dari tabel 10. diatas dapat diketahui pengaruh media stek terhadap parameter stek yang diamati. Media pasirmenghasilkan persentase stek hidup yang tertinggi 70,8% tetapi bila dilihat dari parameter tinggi, jumlah daun
dan diameter batang, media pasir menempati urutan terakhir ini disebabkan sedikit sekali terdapat unsur haradibandingkan media pasir kompos ataupun pasir pupuk kandang. Media pasir porous sangat baik untuk steksehingga memudahkan akar untuk berkembang.
Media pasir pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan tinggi, jumlah daun yang terbaik dibanding medialainnya. Sedangkan media pasir kompos menghasilkan pertumbuhan diameter batang yang terbesar dibandingkedua media lainnya. Untuk menentukan yang terbaik dari semua parameter yang diukur maka dilakukan denganmencari nilai index. Nilai index diperoleh dengan mengalikan semua nilai parameter. Dari nilai indeks tersebutdiperoleh nilai terbesar adalah media dengan komposisi pasir : pupuk kandang. Maka media pasir : pupukkandang merupakan media terbaik untuk stek merbau.
Foto 3. Perbanyakan vegetatif stek pucuk merbau
2. Penanaman Merbau hasil perbanyakan vegetatif untuk plot uji.
Perbanyakan stek pucuk untuk materi plot uji sejumlah 120 pohon induk masing-masing sebanyak 30 stek.Pohon induk sebanyak 120 pohon itu terdiri dari beberapa populasi. Populasi populasi tersebut adalah populasidari Jawa, Waigo, Wasior, Oransbari, Nabire, Nusajaya, Pasifik ras lahan Bogor, Minamin, Mandopi, Twanwawi,Biak dan Seram.
Presentase kemampuan berakar berbeda-beda dari beberapa populasi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwapersentase kemampuan stek berakar merbau dari populasi Jawa menghasilkan 47,54%, Waigo 84,72%, Wasior79,7%, Oransbari 82,33%, Nabire 84,88%, Nusajaya 84,50%, Pasifik 87,76%, Minamin 83,53%, Mandopi91,25%, Twanwawi 88,46%, Biak 56,41% dan Seram 72,09%.
Dari hasil tersebut, merbau populasi Mandopi mudah distek dengan keberhasilan 91,25% disusul merbau daripopulasi Twanwawi 88,46% dan Pasifik 87,76%. Hasil stek 120 pohon induk tersebut diaklimatisasi di
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 10/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
10
persemaian. Setelah mampu beradaptasi kemudian ditanam di Gunung Kidul sebagai plot uji merbau hasilperbanyakan vegetatif.
C. Perbanyakan Vegetatif Cangkok
Tabel 9. Hasil cangkok setelah 2,5 bulan pada A. mangium.Tunas juvenil Cabang
Nomorpohon. Jumlah
cangkokan
Cangkokanyang
bertahan
Jumlahcangkok
yangberakar
Jumlahcangkokan
Cangkokanyang
bertahan
Jumlahcangkok
yangberakar
1 3 2 2 1 0 02 3 2 2 1 0 03 7 6 5 3 0 04 15 1 1 13 0 05 19 9 7 7 3 0
6 12 0 0 1 1 07 5 4 3 2 0 08 16 9 6 5 3 09 2 1 1 1 0 0
10 10 10 10 4 3 111 2 0 0 1 0 012 2 1 1 1 0 013 10 3 3 4 2 014 14 3 3 4 3 015 11 4 4 8 2 2
Total 131 55 48 56 17 3
42.0 36.6 30.4 5.3
Pencangkokan dilakukan dengan menggunakan hormon oxiberon berupa bubuk. Hasil penelitian cangkokmenunjukkan bahwa keberhasilan cangkok dari tunas juvenil menghasilkan persentase keberhasilan cangkok(36,6%) lebih tinggi daripada cangkok dari cabang tua (5,3%). Kemampuan masing-masing individu pohonpunberpengaruh terhadap keberhasilan cangkok. Seperti pada pohon nomor 3 dan 10 yang menghasilkan cangkokberakar sebesar 71,4% dan 100%.
IV. Aplikasi hasil perbanyakan vegetatif pada pemuliaan pohon
1. Kebun Benih Klon/ Clonal Seed Orchard (CSO)
Kebun Benih Klon dibangun untuk menghasilkan benih berupa biji yang unggul. Pada umumnya kebun benihklon dibangun dari tanaman hasil perbanyakan vegetatif berupa sambungan atau cangkokan. Dari hasilsambungan atau cangkokan diharapkan tanaman cepat menghasilkan buah karena materi tanaman yangdisambung sebagai batang atas atau scion berasal dari tanaman tua yang telah berbunga/ berbuah.
2. Bank Klon/ Clone BankBank klon dibangun sebagai upaya untuk koleksi individu-individu yang mempunyai kelebihan khusus. Sepertipohon unggul, pohon yang tahan terhadap hama atau penyakit, pohon yang pertumbuhannya cepat baik tinggiataupun diameternya. Ataupun pohon yang bersifat unik.
3. Kebun Perkawinan Silang/ Breeding gardenKebun breeding dibangun untuk mendapatkan tanaman hibrid atau crossing individu-individu unggul danmemudahkan kawin silang. Umumnya dibangun dari hasil perbanyakan vegetatif cangkok atau sambung. Darihasil cangkok atau sambung maka dapat dengan mudah untuk kawin silang karena dengan pohon yang pendeksudah berbunga Penguduhan buahpun jadi lebih mudah untuk dipanen.
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 11/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
11
4. Kebun Pangkas/ Hedge OrchardKebun pangkas dibangun untuk mendapatkan materi vegetatif tanaman yang unggul seperti pohon induknya.Kebun pangkas dibuat sedemikian rupa sehingga materi tanaman vegetatif masih bersifat juvenil atau muda.Setiap periode waktu tertenttu kebun pangkas dapat diganti dengan tanaman baru supaya juvenilitas tanaman
dapat dipertahankan. Pada umumnya maikin tua umur tanaman makin sulit untuk diperbanyak secara vegetatif.5. Uji KlonUji klon diterapkan untuk mendapatkan klon-klon unggul melalui suatu uji dengan rancangan penelitian khusus.Pada uji klon biasanya teknik perbanyakan vegetatif yang digunakan adalah cara stek/ kultur jaringan. Padateknik ini biasanya yang diharapkan dari tanaman adalah produksi kayunya. Pada uji klon yang diukur adalahkinerja pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan produksi kayu bukan produksi biji.
Foto 4. Bank klon E. pellita dari sambungan. Foto 5. Bank klon A. mangium dari cangkokan
Foto 6. Bank klon P. merkusii dari cangkokan
(b) benih hibrid (c) semai hibrid(a) Kebun persilangan
Foto 7. Kebun Persilangan A. mangium dan A. auriculiformis dan hasilnya
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 12/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
12
A. mangium A. hibrid A. auriculiformis
Foto 8. Perbedaan bentuk daun A.mangium, Foto 9. Hasil elektroforesis A. hybrid A. auriculiformisdan A. hybrid
Foto 10. Uji Klon Jati umur 5 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H.A. dan Pudjiono, S. 2005. Teknik Perbanyakan Pohon Plus Jenis Ekaliptus pellita secaravegetatif. (Vegetative Propagation Method for Plus Tree of Eucalyptus sp.). Informasi Teknis Vol.3.No.2. Desember 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bada Penelitian danPengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yogyakarta.
Kjkar, S. 1991. Producing Rooted Cutting of Eucalyptus camaldulensis. Handbook. ASEAN Canada Forest TreeSeed Centre Project, Muak-Lek Saraburi. Thailand.
Laksmi, R., Pudjiono, S., Suhartati. 1996. Teknik rejuvenasi tanaman Eucalyptus. Rimba Sulawesi. Volume 2/Nomor 1/1996. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan. Departemen Kehutanan. Ujung Pandang.
Pudjiono, S. 2007. Laporan Hasil Penelitian Uji Klon Jati ( Tectona grandis). Balai Besar Penelitian Bioteknologidan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
8/10/2019 PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/penerapan-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatifpdf 13/13
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman HutanKerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
13
Pudjiono, S. 2007. Laporan Hasil Penelitian Pembangunan Populasi Perbanyakan Vegetatif Jenis Merbau(Intsia bijuga). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. PurwobinangunYogyakarta. Tidak dipublikasikan
Pudjiono, S. 1994. Laporan hasil kegiatan pencangkokan jenis Paraserianthes falcataria, acacia mangium,Eucalyptus deglupta, Eucalyptus urophylla, Pinus merkusii. Proyek pusat produksi benih danpemuliaan pohon, Direktotar Reboisasi dan Penghijauan. Direktorat Jenderal Reboisasi danRehabilitasi lahan. Departemen Kehutanan. Yogyakarta.
Pudjiono, S. 1998. Pembiakan Vegetatif Makro Sengon ( Paraserianthes falcataria). Informasi TeknisNo.2/1998. Balai Litbang Pemuliaan Benih Tanaman Hutan Purwobinangun. Badan LitbangKehutanan. Yogyakarta.
Pudjiono, S dan Kondo, H. 1996. Technical report for cutting propagation of Eucalyptus deglupta, E. pellita, Acacia mangium and Paraserianthes falcataria. Forest Tree Improvement Project (FTIP) No. 55. JapanInternational Cooperation Agency (JICA) and Agency for Forestry Research and Development,
Ministry of Forestry, Purwobinangun, Yogyakarta.
Pudjiono, S dan Kondo, H. 1996. Technical report for Conventional Vegetative Propagation. Forest TreeImprovement Project (FTIP) No. 61. Japan International Cooperation Agency (JICA) and Agency forForestry Research and Development, Ministry of Forestry, Purwobinangun, Yogyakarta.
Wudianto, R. 1995. Membuat Stek, cangkok dan okulasi. Seri pertanian-L/163/88. Penebar Swadaya. Cetakanke-3. Jakarta.