PENERAPAN PEDOMAN

DAN SPESIFIKASI TEKNIS PEMETAAN GEOLOGI SKALA 1:50.000

1

Surono Martosuwito BADAN GEOLOGI

YOGYAKARTA 27 AGUSTUS 2013

POKOK BAHASAN

1. PENDAHULUAN 2. PEDOMAN PEMETAAN GEOLOGI 3. PELAKSANAAN/PENERAPAN 4. PENGAWASAN:

a. PERENCANAAN b. PELAKSANAAN c. HASIL

5. PENUTUP

2

LATAR BELAKANG 1.  PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

a)  Undang-­‐Undang  Nomor  32  Tahun  2004,  tentang  Pemerintahan  Daerah;  b)  Undang-­‐undang  Nomor  26  Tahun  2007  tentang  Penataan  Ruang;  c)  Peraturan  Pemerintah  Nomor  38  Tahun  2007  tentang  Pembagian  Urusan  

Pemerintahan  antara  Pemerintah,  Pemerintahan  Daerah  Provinsi,  dan  Pemerintahan  Daerah  Kabupaten/  Kota;  

d)  Peraturan  Pemerintah  Nomor  26  Tahun  2008  tentang  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  Nasional;  

e)  Peraturan  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral  Nomor  1452/K/10/MEM/2000  tentang  Pedoman  Teknis  Penyelenggaraan  Tugas  Pemerintah  di  Bidang  Inventarisasi  Sumber  Daya  Mlamineral  dan  Energi,  Penyusunan  Peta  Geologi  dan  Pemetaan  Zona  Kerentanan  Gerakan  Tanah;  

f)  Peraturan  Menteri  Energi  dan  Sumberdaya  Mineral  No.  018  Tahun  2010  tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja  Kementerian  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral.

2. DIHARAPKAN HASIL YANG STANDART a)  Standart dalam perencanaan b)  Standart dalam pelaksanaan c)  Standart dalam hasil (termasuk penampilan/penyajian)

3

KONDISI SAAT INI •  PETA  GEOLOGI  SKALA  1:50.000  DIRASA  CUKUP  DAPAT  MEMENUHI  BERBAGAI  KEPERLUAN  

•  PETA  GEOLOGI  SKALA  RINCI  SANGAT  DIBUTUHKAN/DITUNGGU  OLEH  PENGGUNA  

•  HARUS  SECEPATNYA  DISEDIAKAN  •  JUMLAH  LEMBAR  PETA  1:50.000  SEKITAR  3850  •  BERBAGAI  KENDALA  AKAN  DIHADAPI  SEPERTI:  

–  SDM  –  STRATEGI  PELAKSANAAN  –  PENDANAAN  – DSB.  

4

PERATURAN PERUDANG-UNDANGAN

•  PEDOMAN  PEMETAAN  GEOLOGI  RINCI  –  Dikluarkan  oleh  Menteri  ESDM  –  Berlaku  bagi  semua  pihak  dan  di  semua  daerah  (lembar)  

•  STANDART  (PETUNJUK  TEKNIS)  PEMETAAN  GEOLOGI  RINCI  –  Dikluarkan  oleh  Kepala  Badan  Geologi  –  Berlaku  bagi  semua  pihak  dan  di  semua  daerah  (lembar)  

•  TOR:    –  Dikluarkan  oleh  Kepala  PSG/P2K  –  Berlaku  hanya  pada  daerah  (lembar)  tertentu  

5

PEDOMAN PEMETAAN GEOLOGI MELIPUTI:

•  PERENCAAN •  PELAKSANAAN PEMETAAN DI LAPANGAN •  ANALISA LABORATORIUM DAN

PENGOLAHAN DATA •  PENYUSUNAN/PENYAJIAN PETA DAN

LAPORAN •  PETA DAN LAPORAN GEOLOGI AKAN

TERBIT DUA VERSI: HARD COPY DAN SOFT COPY

6

PERENCANAAN  •  PEMILIHAN  DAERAH  PEMETAAN:  

–  RENCANA  PEMBANGUNAN  NASIONAL    –  POTENSI  SUMBERDAYA  GEOLOGI  –  WILAYAH  PERBATASAN  NEGARA  –  KAWASAN  LINDUNG  GEOLOGI  

•  STUDI  PUSTAKA:  –  HASIL  PEMETAAN,  PENYELIDIKKAN  DAN  PENELITIAN  TERDAHULU  –  KESAMPAIAN  DAERAH  –  KERAWANAN  DAN  KEAMANAN  DAERAH  

•  PENYEDIAAN  PETA  DASAR  DAN  INDERAAN  JAUH:  –  PETA  RUPABUMI  –  CITRA  INDERAN  JAUH  (CITRA  SATELIT/FOTO  UDARA)  –  INTERPRETASI  INDERAJA  BERDASARKAN  HASIL  STUDI  PUSTAKA  –  PENYUSUNAN  PETA  GEOLOGI  AWAL  

•  PERENCANAAN  LINTASAN:  –  PERENCAAN  LINTASAN  BERDASARKAN  PETA  GEOLOGI  SEMENTARA  –  MENGHITUNG  HARI  LINTASAN  –  MENGHITUNG  BIAYA  YANG  DIBUTUHKAN  

7

PELAKSANAAN  KEGIATAN  •  PEREKAMAN  DATA  GEOLOGI:  

–  Penentuan  lokasi  pengamatan  berdasarkan  pengukuran  GPS  –  Pemerian  morfologi  –  Pemerian  singkapan  batuan  –  Pengukuran  struktur  geologi  –  Pengamatan/pengukuran  sumberdaya  geologi  –  Pemotretan/sketsa  singkapan  batuan  –  Pengambilan  contoh  batuan/sumberdaya  geologi  

•  PEMBUATAN  STRATIGRAFI  TERUKUR  –  Dilakukan  pada  lokasi  paling  lengkap  yang  mewakili  seaap  satuan  batuan  –   Untuk  mengetahui  hubungan  verakal  dan  horizontal  dengan  satuan  lainnya  –  Untuk    mengetahui  proses  pembentukkannya  

•  PENGUKURAN  STRUKTUR  GEOLOGI  –  Arah  jurus  dan  kemiringan  perlapisan  batuan  –  Sesar,  kekar,  gores-­‐garis,  pergeseran  –  Perdaunan  –  Penyusunan  peta  geologi  sementara  berdasarkan  litostraagrafi  

penggabungan  dari  peta  geologi  awal  dan  data  lapangan  

8

ANALISA  LABORATORIUM  DAN  PENGOLAHAN  DATA  

•  ANALISA  LABORATORIUM  (sesuai  kebutuhan  /  kondisi  geologi  daerah  pemetaan):  –  Petrologi,  Paleontologi,  Sedimentologi,  Geokronologi,  dan  Geokimia  

•  PENGOLAHAN  DATA  (sesuai  kebutuhan  /  kondisi  geologi  daerah  pemetaan):  1.  Pemanfaatan/pengolahan  data  hasil  analisa  laboratorium  dan  peta  

geologi  sementara  2.  Penafsiran/interpretasi  ulang  citra  inderaan  jauh  berdasarkan  hasil  

buar  1  3.  Penyususunan  peta  geologi  dan  buku  laporannya.  

9

FORMAT  PETA  GEOLOGI  TERBIT  DALAM  HARD  COPY/SOFT  COPY  

1.  Peta  dasar  (rupabumi)  berukuran  15’  x  15’  dengan  jala  30”  x  30”  2.  Koordinat  peta  mengacu  sistem  Badan  Informasi  Geospasial  (BIG/BAKOSURTANAL)  3.  Bila  hard  copy  dengan  kertas  berukuran  A0  4.  Skala  waktu  geologi  mengikua  the  Geological  Society  of  America.    5.  Peta  geologi  berisikan:  

a)  Nama  pemetaan  &  penelaah  dan  tahun  penerbitan  b)  Penyebaran  satuan  batuan  dan  unsur  geologi  lainnya  c)  Instansi  penerbit  d)  Nama  lembar  (menurut  penamaan    BIG)  e)  Korelasi/straagrafi  satuan  batuan  f)  Tataan  tektonik  g)  Uraian  singkat  seaap  satuan  h)  Keterangan  semua  simbol  yang  digunakan  i)  Sumber  peta  dasar  yang  digunakan  j)  Indeks  lembar  peta  dasar  k)  Deklinasi  magnet  l)  Dahar  isalah    m)  Informasi  kerjasama  dalam  pemetaan  (kalau  ada)  n)  Skala  peta  dalam  grafis  dan  garis  

10

FORMAT  PETA  GEOLOGI  TERBIT  DALAM  HARD  COPY/SOFT  COPY  

1.  Teks menggunakan dua bahasa: Indonesia dan Inggris 2.  Nama Lembar mengikuti penamaan BIG 3.  Satuan batuan menggunakan litostratigrafi dengan

warna dan/atau pattern, serta notasi paling banyak 5 huruf, contoh Teosl (Tersier, Eosen-Oligosen, Salodik, limestone)

4.  Stratigrafi satuan sebaiknya memakai tektonostratigrafi 5.  Informasi lain (selain disebut sebelumnya) sebaiknya

dimasukan dalam buku yang menyertai peta.

11

FORMAT  PETA  GEOLOGI  

 

12

3

4

5

7910

14 13 12 11

1

2

6

9 8

1. Peta Geologi2. Instansi sebagai penerbit3. Nama Lembar/Daerah4.Korelasi Satuan Peta5. Uraian Singkat Setiap Satuan6.Simbul Peta Geologi Yang Digunakan7.Peta Indeks Pemetaan Geologi, para 13. Nama Lembar/Daerah, penyusun, Pemeta dan Penelaah Tahun Penerbitan 14. Daftar Istilah/ Informasi Kerjasama

Gambar 1. Bagan Tata Letak Peta Geologi

.

8. Peta Indeks Lokasi Lembar/Daerah9. Penampang Geologi10. Sumber Peta Dasar11. Dekilinasi Magnet12. Nama Lembar

LAPORAN GEOLOGI

•  MEMBAHAS KONDISI GEOLOGI DAERAH PEMETAAN SECARA RINCI

•  BAHASAN DIFOKUSKAN PADA DATA YANG DIDAPAT BAIK DATA PRIMER MAUPUN SEKUNDER

•  DIUTAMAKAN KONDISI GEOLOGI YANG TIDAK DAPAT DIPRESENTASIKAN DALAM PETA GEOLOGI ATAU YANG PERLU DIURAIKAN LEBIH RINCI

•  DIHINDARI BAHASAN YANG SIFATNYA INTERPRETASI TERLALU JAUH

•  TERBIT DALAM DUA BAHASA PERTAMA BAHASA INDONESIA KEMUDIAN SUSUL BAHASA INGGRIS

13

ISI  LAPORAN  GEOLOGI  •  PENDAHULUAN:

–  Lokasi dan kesampaian daerah –  Geografi dan administrasi pemerintahan –  Penyelidikkan/penelitian terdahulu –  Peta dasar –  Ketersediaan citra inderaan jauh

•  GEOLOGI: –  Fisiografi dan morfologi –  Stratigrafi –  Uraian satuan peta –  Struktur geologi dan tektonik

•  POTENSI SUMBERDAYA GEOLOGI: –  Sumberdaya positif: migas, mineral, pariwisata

dst. –  Sumberdaya negatif: bahaya gunungapi,

gerakan tanah, gempa, tsunami dsb. •  LAMPIRAN (bila diperlukan)

14

PELAKSANAAN  PENERAPAN  PEDOMAN  PEMETAAN  GEOLOGI  RINCI  

•  PUSAT  SURVEI  GEOLOGI  •  SUPERVISI/KONSULTAN:  PERENCANA  DAN  PENGAWASAN  

•  PELAKSANA  PEMETAAN  GEOLOGI  •  CARA  PELAKSANAAN  KEGIATAN:  SWAKELOLA  DAN  FIHAK  KETIGA  

15

PERSIAPAN TEKNIS

1.  HARUS ADA PEDOMAN, BERLAKU UMUM 2.  HARUS ADA STANDART (PETUNJUK TEKNIS)

YANG BERLAKU UMUM 3.  HARUS ADA TOR (TERM OF REFERENCE)

UNTUK SETIAP LEMBAR/DAERAH YANG AKAN DILELANGKAN

4.  HARUS ADA SUPERVISI/KONSULTAN YANG MELAKUKAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN SECARA KETAT DAN BERKESINAMBUNGAN

16

FUNGSI  INSTITUSI  

•  PUSAT  SURVEI  GEOLOGI:  –  SEBAGAI  EMPUNYA  PEKERJAAN  –  PENGATUR  DAN    –  PENGAWASAN:  SUPERVISI/KONSULTAN  DAN  PELAKSANA  PEMETAAN  

•  SUPERVISI/KONSULTAN:  –  PERENCANA,  PENGAWAS  PELAKSANAAN,  DAN  PELAPORAN  

–  PERSONIL  PSG/SWASTA  PROFESIONAL  •  PELAKSANA  PEMETAAN:  

–  PERSONIL  PSG  DAN/ATAU  SWASTA  

17

PELAKSANAAN PEMETAAN

KARENA KETERBATASAN SDMan, PILIHAN PELAKSANAAN PEMETAAN GEOLOGI:

1.  SWAKELOLA (PSG KERJASAMA DENGAN PERGURUAN TINGGI / INSTANSI PEMERINTAH LAINNYA)

2.  SWASTA (DENGAN PROSES LELANG)

18

STANDART PEMETAAN (PETUNJUK TEKNIS)

•  DISAMPING PEDOMAN YANG BERSIFAT UMUM, DIBUTUHKAN STANDART YANG BERSIFAT RINCI

•  ISI STANDART ADALAH URAIAN SECARA RINCI BAGAIMANA MELAKUKAN PEMETAAN GEOLOGI SKALA 1:50.00 DAN MENYAJIKAN HASILNYA, BERISI: –  STANDART PELAKSANAAN DI LAPANGAN: a.n. berapa

panjang lintasan, jumlah titik pengamatan, apa dan bagaimana pengamatan di lapangan, dsb.

–  STANDART PENYAJIAN: a.n. program apa yang dipakai u/t data base, peta, dan laporan; bagaimana penggambaran peta, berapa panjang dan tebal garis u/t sesar/jurus/kemiringan, jenis/besar font yang dipakai; dsb.

19

PENUTUP

•  PELAKSANAAN PEMETAAN DAPAT SWAKELOLA DAN/ATAU DIPIHAKKETIGAKAN

•  SUPERVISI/KONSULTAN BERTUGAS MERENCANAKAN DAN PENGAWASAN

•  DIPERLUKAN SEGERA PEDOMAN, STANDART DAN TOR •  PENERAPAN PEDOMAN DIMULAI DARI PERENCANAAN,

PELAKSANAAN PEMETAAN SAMPAI PENYUSUNAN PETA GEOLOGI DAN LAPORAN

•  STANDART PEMETAAN GEOLOGI RINCI HARUS DIURAIKAN SECARA RINCI DAN JELAS

•  UNTUK MENJAGA KUALITAS HARUS DILAKUKAN PENGAWASAN SECARA KETAT DAN BERKESINAMBUNGAN

20

TERIMA KASIH

P. Labengke, Sultra