21
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII SMP PGRI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Retno Wulandari 1 , Derty Mulyana, M.Pd. 2 , A. Budi Mulyanto, M.Pd 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRAK Skripsi ini berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Inquiry pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika Siswa Kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian one-group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 41 siswa dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIIberjumlah 41 siswa, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan teknik tes. Berdasarkan hasil analisis uji- z dengan taraf kepercayaan = 5%, diperoleh t hitung (6,578) > t tabel (1,684). Sehingga dapat disimpulkan bahwahasil belajar fisika siswa Kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaranInquirysecara signifikan tuntas. Kata Kunci :Inquiry, Hasil Belajar A. Latar Belakang Hamalik (2009:7) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VII

SMP PGRI 3 LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Retno Wulandari1, Derty Mulyana, M.Pd.

2, A. Budi Mulyanto, M.Pd

3

1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,

Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Inquiry pada Pembelajaran

Fisika Siswa Kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika

Siswa Kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah

diterapkan model pembelajaran Inquiry. Metode penelitian yang digunakan adalah

quasi eksperimen dengan desain penelitian one-group pretest-posttest design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 3

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 41 siswa dan sampel

penelitian adalah siswa kelas VIIberjumlah 41 siswa, yang terdiri dari 20 siswa

laki-laki dan 21 siswa perempuan yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan

data menggunakan teknik observasi dan teknik tes. Berdasarkan hasil analisis uji-

z dengan taraf kepercayaan = 5%, diperoleh thitung (6,578) > ttabel (1,684).

Sehingga dapat disimpulkan bahwahasil belajar fisika siswa Kelas VII SMP

PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model

pembelajaranInquirysecara signifikan tuntas.

Kata Kunci :Inquiry, Hasil Belajar

A. Latar Belakang

Hamalik (2009:7) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses

dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik

mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan

perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat

dalam kehidupan masyarakat.

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

2

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang pada

umumnya tidak disukai dan disenangi oleh siswa. Hal ini dikarenakan dalam

pembelajarannya siswa dituntut untuk menerapkan pemahaman yang telah

diperoleh ke dalam aplikasi sistematis berupa rumus-rumus. Selain itu,

kebanyakan guru cenderung menggunakan model pembelajaran yang

konvensional.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan guru fisika kelas

VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau yaitu Ibu Shofiliyanti, S.Pd., pada tanggal 16

Desember 2014 bahwa rendahnya hasil belajar siswa khususnya di kelas VII

SMP PGRI 3 Lubuklinggau dapat dilihat dari 40,43% atau hanya 19 siswa

yang tuntas dalam pembelajarannya sedangkan 59,57% atau 28 siswa tidak

tuntas dalam pembelajarannya. Menunjukan bahwa rendahnya hasil belajar

siswa dengan nilai rata-rata 53 sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah tersebut yakni 75.

Permasalahan yang menyebabkan pencapaian kompetensi mata pelajaran

fisika kurang optimal adalah karena masih terdapat beberapa masalah

diantaranya adalah dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang berpartisipasi

secara aktif. Kebanyakan dari mereka hanya berdiam sendiri dan asik dengan

kegiatan mereka masing-masing. Sebagian besar siswa mengalami kendala

pada pelajaran fisika karena kurangnya motivasi, serta masih banyak siswa

yang kesulitan dalam mengerjkan soal-soal. Rendahnya motivasi belajar

disebabkan karena kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan

seperti kesulitan menghapal dan memahami rumus.

Pembelajaran fisika seharusnya diarahkan kedalam kegiatan yang

mendorong siswa untuk belajar secara aktif, fisik, mental maupun sosial

untuk memahami pelajaran fisika. Oleh karena itu, guru harus mencari solusi

agar siswa lebih aktif dalam pembelajarannya. Misalnya, dalam penyajian

materi guru harus menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga

siswa lebih giat dan semangat lagi dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.

Agar siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru dapat menerapkan

berbagai model pembelajaran.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

3

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi

tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Ada banyak model pembelajaran yang ada salah satunya yaitu Model

Pembelajaran Inquiry. Menurut Sanjaya (2011:196) Model Pembelajaran

Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar fisika signifikan tuntas setelah

penerapan Model Pembelajaran Inquiry di kelas VII SMP PGRI 3

Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016”?.

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini

adalah : untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa tuntas setelah penerapan

Model Pembelajaran Inquiry pada kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggautahun

pelajaran 2015/2016

B. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Hamalik (2009:27) belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut Riyanto (2010:6),

belajar adalah suatu proses untuk mengubah performasi yang tidak

terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti skill,

persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan

performasi.

Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku individu sebagai hasil dari pengalaman berinteraksi dengan

lingkungannya.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

4

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen-

komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi.

Pembelajaran bukan menitik berat pada “apa yang dipelajari” melainkan

pada “bagaimana membuat pebelajar mengalami proses belajar”, yaitu

cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan

cara pengorganisasian materi, cara menyimpan pelajaran, dan cara

mengelolah pembelajaran (Yamin, 2012:66).

Sedangkan, menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala,

2010:61) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut Aunurrahman (2009:28), dalam proses pembelajaran yang

diharapkan adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-

potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menyampaikan materi

pelajaran akan tetapi harus mampu mengaktualisasikan peran strategisnya

dalam upaya membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian

dan nilai-nilai yang berlaku. Menurut Surya (2003:11) pembelajaran ialah

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Suprijono (2009:13) pembelajaran merupakan proses

organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat

untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk

membantu siswa melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran

adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan untuk

membuat siswa belajar secara aktif dengan penyediaan sumber belajar

yang ada.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

5

3. Hasil Belajar

Suprijono (2009:5), menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-

pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi

dan keterampilan .Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, (Hamalik, 2009:

30). Sedangkan, Sudjana (dalam Jihad dan Haris, 2010:15) berpendapat,

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku yang terjadi pada

siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajarnya. Seseorang

dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan

adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan –perubahan tersebut dapat

ditunujukan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya,

atau sikapnya terhadap suatu obyek.

Menurut Wahidmurni (2010:18) perubahan dari hasil belajar ini

dalam Taxonomy Bloom dikelompokkan dalam tiga ranah (domain),

yakni: domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau

sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Domain yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu domain kognitif atau kemampuan

berpikir. Menurut Yamin (2012:241), kawasan kognitif dan afektif adalah

dua dari tiga ranah tujuan intruksional yang memiliki klasifikasi atau

rincian yang paling detail, sehingga seolah-olah merupakan suatu system

tersendiri.Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak).

4. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Hanafiah dan Suhanna (2009:41) menyatakan bahwa

model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adaptif maupun

generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar

peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style),

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

6

yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and

Teaching).

Menurut Joice (dalam Trianto, 2007:1), model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain

pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur

tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program

media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap

model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat

membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan. Aunurrahman

(2009:146), model pembelajaran diartikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan

aktivitas pembelajaran.

5. Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Sanjaya (2011:1996) model pembelajaran Inquiry adalah

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis

dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan

melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Sejalan dengan Sanjaya,

Trianto (2009:144) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Inquiry

merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konseptual.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Model

Pembelajaran Inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada berpikir kritis dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.

1) Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Sanjaya (2011:201), langkah-langkah penggunaan Model

Pembelajaran Inquiry adalah sebagai berikut:

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

7

a) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengontrol

agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang

dapat diperhatikan dalam tahapan ini, yaitu:

(1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa.

(2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan.

(3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

b) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam merumuskan masalah, yaitu:

(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki

yang jawabannya pasti.

(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

c) Mangajukan hipotesis

Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk

menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.

d) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dilakukan.

e) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data.

f) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Menurut Trianto

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

8

(2009:168), langkah-langkah dalam penggunaan Model Pembelajaran

Inquiry , yaitu:

(1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan Inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalan

diajukan.

(2) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data.

(3) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.

(4) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor

penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau

“salah”.

(5) Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran Inquiry adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah dalam penggunaan Model Pembelajaran Inquiry, yaitu:

(a) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan yang ada.

(b) Mengajukan hipotesis berdasarkan masalah atau pertanyaan

yang diajukan.

(c) Mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang

dibahas.

(d) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan,

gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya ilmiah lainnya.

(e) Membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran.

2) Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Sanjaya (2011:201), kelebihan dan kelemahan

penggunaan Model Pembelajaran Inquiry, sebagai berikut:

a) Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

9

(1) Model Pembelajaran Inquiry merupakan model pembelajaran yang

menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang.

(2) Model Pembelajaran Inquiry dapat memberikan ruang kepada

siswa untuk belajar sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah

laku berkat adanya pengalaman.

(3) Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang

memiliki kemampuan diatas rata-rata.

b) Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

(1) Jika Model Pembelajaran Inquiry digunakan sebagai model

pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan

keberhasilan siswa.

(2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

(3) Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang

panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu

yang telah ditentukan.

(4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pelajaran, maka Model Pembelajaran

Inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

(5) Ada kritik, bahwa proses dalam model ini terlalu mementingkan

proses pengertian saja.

6. Materi Besaran dan Satuan

a. Besaran Pokok

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan

angka-angka, Sedangkan satuan adalah satuan adalah pembanding

besaran dalam suatu pengukuran.

Dalam fisika dikenal dua jenis besaran utama yaitu besaran pokok

dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya

sudah ditentukan terlebih dahulu, berdiri sendiri, dan tidak bergantung

dari besaran lain. Besaran pokok terdiri atas tujuh besaran, satuannya

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

10

ditentukan berdasarkan sistem satuan internasional (SI) sebagaimana

yang tertera pada tabel 1.

No Nama Besaran Pokok Satuan

1

2

3

4

5

6

7

Massa

Panjang

Waktu

Kuat Arus

Suhu

Intensitas Cahaya

Jumlah Zat

kilogram

meter

sekon

ampere

kelvin

candela

Mol

Sumber : Buku Giancoli Jilid 1 halaman 1

b. Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan atas dari besaran

pokok. Satuan dari besaran turunan tergantung dari besaran pokonya.

Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta

satuannya dalam SI pada tabel 2.

Tabel 2

Besaran Turunan

No Nama Besaran Turunan Simbol Satuan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Luas

Volume

Kecepatan

Percepatan

Gaya

Tekanan

Energi

Usaha

Daya

m2

m3

m/s

m/s2

N (newton)

Pa (pascal)

J (joule)

J (joule)

W (watt)

Sumber : Buku Giancoli Jilid 1 halaman 2

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan

metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel

bebas dan satu variabel terikat. Pendekatan pembelajaran scientific

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

11

merupakan variabel bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil

belajar siswa.

Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3

Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 98 siswa. Sampel

penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random

sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan

observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-

test) dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari

sampel apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya

dianalisis dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas,

uji hipotesis, dan uji-gain.

1. Deskripsi dan Analisis Data Tes Awal Siswa

Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu

pada tanggal 29 agustus 2015 dan diikuti oleh 41 siswa pada kelas VII.

Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang

dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari.

Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku pre-test dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3.

Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku pre-test

No Uraian Eksperimen

1 Jumlah Siswa 41

2 𝑥 27,75

3 Nilai terendah 18

4 Nilai tertinggi 35

5 Rentang Nilai 17

6 Standar Deviasi 4,69

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat

nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah

yaitu 75 dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai

kurang dari KKM adalah sebanyak 41 siswa (100%). Nilai tertinggi

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

12

pada pre-test ini adalah 35 dan yang terendah adalah 18. Rata-rata (𝑥 )

nilai secara keseluruhan adalah 27,75.

2. Deskripsi dan Analisis Data Tes Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi besaran dan

Pengukuran merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 10

september 2015 dan diikuti oleh 41 siswa pada kelas VII. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 79,21.

Siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 atau di atas KKM sebanyak 33

orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 atau di bawah

KKM adalah 8 orang. Dari hasil perhitungan (Lampiran C), dapat

dikemukakan rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari post-test

dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan selisih hasil pretest dan posttest

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku

No Uraian Eksperimen 1 Jumlah Siswa 41 2 x 79,21

3 Nilai Terendah 69 4 Nilai Tertinggi 88 5 Rentang Nilai 17 6 Standar Deviasi 6,98

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka

digunakan uji normalitas dengan uji kecocokan 𝜒2 (Chi kuadrat).

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas

data dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 , maka

dinyatakan bahwa data berdistribusi normaldan dalam hal lainnya

tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran C. Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

13

Tabel 5

Uji Normalitas Pre-test dan Post-test

Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 Kesimpulan

Awal 3,3294 5 11,070 Normal

Akhir 7,1723 5 11,070 Normal

Pada Tabel 5 menunjukan bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes awal

dan tes akhir lebih kecil dari pada 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 . Berdasarkan ketentuan

pengujian uji normalitas dengan menggunakan uji 𝜒2 (chi-kuadrat)

dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes awal

maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 𝛼 =

0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 5.

b. Pengujian Hipotesis

Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka

dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah “hasil belajar fisika dengan

menggunakan model pembelajaran Inquiry pada pembelajaran

fisika siswa kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016 secara signifikan tuntas”. Setelah diketahui data pre-test

dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji

hipotesis. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran C. Uji hipotesis dari data pre-test dan post-test dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 4.5

Uji Hipotesis Posttest

Tes thitung dk ttabel Kesimpulan

Akhir 40,96 40 1,684 Ha diterima

Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah:

Ha = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika

dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry lebih dari atau

sama dengan 75 (Ha 75).

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

14

H0 = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika

dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry kurang dari

(H0 < 75).

Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat

kebebasan (dk) = n-1 = 40, 𝛼 = 5% diperoleh ttabel 1,684. Jika

thitung ≥ ttabel berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian

berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya,

sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas

VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry secara signifikan

tuntas.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengajar di kelas VII sebagai kelas

sampel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

fisika siswa kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry. Sebelum

proses pembelajaran dimulai, peneliti memberikan pre-test untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah dilakukan tes awal,

pembelajaran dilaksanakan di kelas tersebut. Pembelajaran dilakukan

sebanyak dua kali pertemuan dengan materi besaran dan pengukuran.

Kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry.

Berdasarkan data pre-test, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang

tuntas. Nilai yang tertinggi didapat siswa adalah 35 dan yang memperoleh

nilai terendah adalah 18, maka hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil

belajar fisika siswa kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016 sebelum diterapkan model pembelajaran Inquiry dapat

dikatakan belum tuntas.

Pada awal proses pembelajaran sebagai tahap persiapan peneliti

mengkondisikan kelas dan memberikan motivasi dan apersepsi kepada

siswa. Selain itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai pada pembelajaran materi besaran dan satuan. Pada tahap

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

15

penyampaian peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-

kelompok belajar sebagai uji coba kolaboratif. Secara berdiskusi siswa

mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan mencatat hasil pekerjaan

kelompok, membaca, saling berdekatan dan bertukar pendapat antar

anggota maupun kelompok lain dalam mengerjakan LKS berarti siswa

belajar menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis,

merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan data dan membuat

kesimpulan.

Pada pertemuan pertama, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja

siswa 1 yaitu pengukuran yang berhubungan juga dengan besaran. Hasil

yang diperoleh siswa untuk kelompok 1 mendapatkan nilai 76, kelompok

dua 85, kelompok tiga 71, kelompok empat 85, kelompok lima 71 dan

kelompok enam 71. Semua kelompok rata-rata bisa mengerjakan LKS

dengan baik.

Sedangkan pada pertemuan kedua, nilai LKS yang didapatkan

masing-masing kelompok berturut-turut adalah kelompok 1 dan 2

mendapatkan nilai 90, kelompok 3, 4, 5 dan 6 mendapatkan nilai 85.

Masing-masing kelompok sudah mulai terbiasa dengan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan terbukti dengan nilai LKs yang diperoleh

siswa menunjukan peningkatan.

Penguasaan materi saja belum cukup, maka diperlukan tahap pelatihan

sehingga siswa mampu mengerjakan soal-soal fisika. Kemudian siswa

mempresentasikan hasil diskusi. Tahap pelatihan belum cukup sampai

disini, sebagai pemantapan siswa belajar dalam penguasaan materi peneliti

memberikan pertanyaan-pertanyaan lagi kepada siswa. Yang terakhir agar

materi masih tetap melekat dan berhasil maka pada bagian penutup

pembelajaran dilakukan penguatan, evaluasi dan tugas rumah yang harus

dikerjakan siswa sebagai tahap penampilan hasil. Pembelajaran Inquiry

pada pertemuan kedua dan ketiga sama dengan pembelajaran Inquiry yang

digunakan pada pertemuan pertama.

Pada awalnya, saat menerapkan model pembelajaran Inquiry, peneliti

mengalami sedikit hambatan, yaitu kegaduhan dari siswa yang tidak dapat

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

16

dihindarkan. Mengingat hal tersebut dapat mengganggu aktivitas belajar

kelas yang lain. Akan tetapi hambatan-hambatan yang dialami peneliti

tidak berlangsung lama, dikarenakan selanjutnya siswa melaksanakan

langkah-langkah pembelajaran yang baru mereka terapkan.

Setelah penyampaian materi dengan model pembelajaran Inquiry

diadakan post-test. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama

dengan KKM (KKM ≥ 75) sebanyak 33 siswa (80,48%) dan nilai yang

kurang dari KKM sebanyak 8 siswa (19,51%). Nilai yang tertinggi adalah

88 dan yang memperoleh nilai terendah adalah 69.

Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data pada kelas eksperimen,

Hasil penelitian setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t satu pihak,

diperoleh thitung = 6,578 sedangkan ttabel= 1,684 dengan thitung > ttabel maka

H0 ditolak dan hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan taraf

signifikan 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry secara signifikan

tuntas.

Selama kegiatan pembelajaran siswa menjadi terlatih untuk mencari

dan menemukan konsep melalui kegiatan praktikum. Pendapat ini juga

didukung pernyataan Sanjaya (2009:196), model pembelajaran Inquiry

merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sehingga dalam

pelaksanaannya, selama kegiatan pembelajaran Inquiry siswa tidak hanya

dituntut untuk menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana siswa

dapat menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara optimal.

Siswa melalui kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran Inquiry

pola berpikirnya menjadi runtut karena siswa diajak merumuskan

permasalahan, kemudian membuktikan kebenrana konsep melalu

percobaan dan pengamatan sehingga akhirnya siswa menemukan

kesimpulan dari masalah tersebut. Pada saat pelaksanaan kegiatan

pembelajaran Inkuiri dari merumuskan masalah sampai menarik

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

17

kesimpulan siswa aktif melakukan percobaan, bertanya, berpendapat,

berdiskusi maupun mempresentasikan hasil percobaan dan diskusinya

dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman

langsung.

Perlu diperhatikan juga bahwa model pembelajaran Inquiry

mempunyai beberapa indikator keberhasilan, diantaranya adalah

mengembangkan kemampuan siswa melihat perkiraan, proses berpikir

dalam memecahkan masalah sebuah permasalahan, mengemukakan

pendapat, melontarkan pertanyaan, memberikan kesempatan kepada

anggota lainnya untuk berargumen, dan kerjasama siswa dalam proses

belajar. Jika peneliti melihat bahwa siswa telah memenuhi indikator

tersebut, dengan demikian dapat dikategorikan model pembelajaran

tersebut berhasil diterapkan.

Model pembelajaran Inquiry juga memiliki kelebihan bagi siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar diantaranya yakni mendorong

adanya komunikasi dan hubungan antara guru dan siswa, meningkatkan

dan mengembangkan wawasan siswa mengenai masalah-masalah

kemasyarakatan atau lingkungannya, mendidik siswa memiliki

kemampuan merefleksi pengalaman belajarnya sehingga pengalaman

belajar yang tersimpan dalam memorinya akan tertahan lebih lama karena

telah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui, memahami

diri sendiri, melakukan dan belajar bekerja sama dengan teman-temannya

dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan membuat siswa memiliki

hasil belajar yang lebih baik setelah siswa mengalami proses pembelajaran

dengan model pembelajaran Inquiry.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan dengan demikian model

pembelajaran Inquiry dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

ketuntasan hasil belajar siswa.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

18

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa

thitung = 40,96 lebih besar dari pada ttabel = 1,684 dengan rata-rata hasil

belajar post-test siswa sebesar 79,21 dan persentase jumlah siswa yang

tuntas sebanyak 80,48%, sedangkan rata-rata hasil belajar pre-test siswa

sebesar 27,75 dan tidak ada siswa yang tuntas. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar fiska siswa tuntas setelah penerapan model

pembelajaran Inquiry di kelas VII SMP PGRI 3 Lubuklinggau tahun

pelajaran 2015/2016.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut:

1. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup

untuk memilih strategi atau teknik pembelajaran yang hendak dicapai

dalam pembelajaran Inquiry.

2. Hendaknya guru menggunakan model pembelajaran Inquiry sebagai salah

satu model dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil

belajar fisika siswa karena strategi pembelajaran Inquiry berpengaruh

positif terhadap hasil belajar fisika siswa.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memenuhi apakah pembelajaran

Inquiry dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada materi

pelajaran fisika pada konsep yang berbeda.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkomunikasikan model

pembelajaran Inquiry dengan metode lain atau menggunakan media

pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil

belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu

agar penerapan model pembelajaran Inquiry dalam setiap pertemuan

waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

19

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: PT Refika Aditama

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor –faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Sagala, Syaiful. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta:

Ciputat Mega Mall

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

37

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA …

Zikrillah. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X

SMA Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan.

Lubuklinggau. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP PGRI

Lubuklinggau

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo