Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG
PADA SISWA KELAS IV SDN 3 GLEMPANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
NURUL CHUJAEMAH
NIM X7210106
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Chujaemah
NIM : X7210106
Jurusan/Program Studi: FKIP / SI PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG BANGUN RUANG SEDERHANA PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 3 GLEMPANG TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasin yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 14 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Nurul Chujaemah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GLEMPANG
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
NURUL CHUJAEMAH
X7210106
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pengetahuan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Jadilah manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi
hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
(Mahatma Gandhi)
Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh
kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati.
(Albert Einstein)
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
( Khalifah Umar)
Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak
pernah mencoba sesuatu yang baru.
(Albert Einstein)
Sukses adalah satu persen bakat dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras.
(Thomas Alva Edison)
Dengan senyum kita mampu menyelesaikan banyak masalah, dan dengan diam
mampu membuat kita terhindar dari banyak masalah.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya kecil ini atas cinta bakti dan sayangku kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, terima kasih atas segala kasih sayangmu
kepadaku dan maafkan aku tak mampu menjadi yang terbaik.
2. Suamiku terkasih yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Anakku tersayang, yang senantiasa mewarnai hari-hariku dengan keceriaan.
4. Adikku yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku semoga persahabatan kita tak akan lekang oleh waktu
6. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, tempat aku menimba ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Nurul Chujaemah. PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 GLEMPANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari. 2013. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan Penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 3 Glempang Tahun Ajaran 2011/2012, (2) Mendeskripsikan kendala dan solusi yang ditemui dalam penerapan model konstruktivisme.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan selama tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa dengan perincian 11 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan dokumen. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data kuantitatif yang digunakan yaitu tes hasil belajar, sedangkan teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan yaitu observasi dan wawancara. Dalam memvalidasi hasil penelitian, digunakan triangulasi data antara peneliti, observer dan siswa.
Hasil penelitian menunujukan bahwa penerapan model konstruktivisme dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa pada setiap fase konstruktivisme tandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dan meningkatnya hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan siswa pada siklus I mencapai 45,87%, pada siklus II meningkat menjadi 72,69%, pada siklus III meningkat lagi menjadi 91,31%. Ketuntasan belajar siswa juga selalu mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu ketuntasan belajar mencapai 96% setelah diadakan tindakan siklus III. Adapun ketuntasan nilai pre test sebesar 12%, siklus I meningkat menjadi 52%, pada siklus II meningkat menjadi 84% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 96%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penerapan model konstruktivisme yang diterapkan sesuai dengan langkah-langkah konstruktivisme dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran sesuai dengan indikator kerja yang telah ditetapkan. (2) Kendala dalam penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang dapat diatasi dengan solusi yang tepat. Kata kunci : konstruktivisme, pembelajaran matematika, bangun ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAC
Nurul Chujaemah. APPLYING OF CONSTRUCTIVISM METHOD IN MATHEMATICS LEARNING OF GEOMETRY IN FOURTH GRADE STUDENTS OF GLEMPANG STATE ELEMENTARY SCHOOL 3 IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University Surakarta. January 2013.
The purpose of this research are: (1) Description of applying of constructivism approach in mathematics learning of geometry in fourth grade students of glempang state elementary school 3 in academic year 2011/2012, (2) Description of the obstacle and finding the solution in using constructivism.
This research is classroom action research (CAR). This research was done in three cycles and every cycle consist of three meetings. The subjects in this reserach are stundents in fourth grade of Glempang state elementary school 3 in academic year 2011/2012 with the number of students 25 consist of 11 boys and 14 girls. This research is classroom action be held with four phases those are planing, acting, observating, and reflecting. The data sources in the research are from students, teacher (researcher), collegas and document. The technique to collect the data using qualitative and quantitative datas. the technique to collect quantitative data using lesson result test and the technique to collect qualitative data using observation and interview. To validate the research result using triangulation data among researcher, observer and students.
The results showed that applying constructivism approach improve students Involvement in teaching learning process. It can be seen from students involvement in every contructivsm approach phase it proved by the improving of students activity and lesson result in each cycle. The involvement in first cycle up to 45,87%, in the second cycle increased to 72,69% and the third cycle increased to 91,31%. The grade of exhaustiveness achive 100% after the cycle action I-III be held. The exhaustiveness achive is 12% pre-test, in the first cycle up to 52%, in the second cycle increased to 84% and the third cycle increased to 96%.
Based on this research can be concluded: (1) The applying of constructivism approach could improve the students involvement if implemented according to appropriate step based on scenarios that have been made, (2) The obstacle in constructivism approach in mathematics learning of geometry can be solved with the right solution. Keywords: Constructivism, Learning Mathematics, Geometry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3
GELMPANG TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu,
peneliti menyampailkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Ketua Program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
4. Koordinator Pelaksana Program S1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen.
5. Drs. Triyono, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
6. Drs. H. Setyo Budi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
7. Suami yang selalu mendukung untuk selalu berkarya.
8. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung, mendo’akan dan memberikan yang
terbaik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu guru SD Negeri 3 Glempang, UPT Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara yang selalu
memberi motivasi kepada penulis.
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah tulus
ikhlas membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya peneliti
berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Surakarta, 14 Januari 2013
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
1. Pembelajaran Matematika tentang Bangun
Ruang Siswa Kelas IV SD…………………………........... 8
a. Karakteristik Siswa kelas IV SD………......................... 8
b. Hakikat Matematika ........................................................... 11
c. Bangun Ruang…………………....................................... 13
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika ………. 16
e. Hakikat Pembelajaran…………………………………… 22
f. Hakikat Belajar ………………………………………….. 26
2. Model konstruktivisme ………….…………………………. 32
a. Pengertian Konstruktivisme............................................... 32
b. Prinsip Dasar konstruktivisme .......................................... 35
c. Penerapan Model konstruktivisme ……………………… 37
d. Pembelajaran Matematika Konstruktivisme …………….. 39
e. Alasan Penggunaan Model konstruktivisme ……………. 40
B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 42
C. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 46
1. Tempat Penelitian .................................................................. 46
2. Waktu Penelitian .................................................................... 46
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 48
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 48
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data............................................. 49
1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 49
2. Alat Pengumpulan Data .......................................................... 52
E. Uji Validitas data.......................................................................... 53
F. Analisis Data................................................................................ 53
G. Indikator Kinerja ………….......................................................... 55
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 55
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................. 64
B. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I ….......................................... 66
C. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II ………………………….... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
D. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus III ………………………….. 137
E. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus................................... 170
F. Pembahasan ................................................................................. 174
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 186
B. Implikasi....................................................................................... 189
C. Saran ............................................................................................ 189
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 191
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
3.1 Jadwal Penelitian ………………………………………………… 47
4.1 Frekuensi Nilai Pretes ……………………………………………. 64
4.2 Analisis Observasi Guru Siklus I Pertemuan 1 ………………….. 69
4.3 Analisis Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1 ………………….. 70
4.4 Analisis Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 1 …………………. 71
4.5 Frekuensi Nilai Tes Siklus I Pertemuan 1 ………………………… 73
4.6 Analisis Observasi Guru Siklus I Pertemuan 2 …………………… 78
4.7 Analisis Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2 ………………….. 79
4.8 Analisis Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 2 ………………….. 81
4.9 Frekuensi Nilai Tes SIklus I Pertemuan 2 ………………………… 82
4.10 Analisis Observasi Guru Siklus I Pertemuan 3 ………………….... 87
4.11 Analisis Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 3 ………………….. 89
4.12 Analisis Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 3 …………………… 90
4.13 Frekuensi Nilai Tes Siklus I Pertemuan 3 ………………………… 91
4.14 Analisis Observasi Guru Siklus I …………………………………. 95
4.15 Analisis Observasi Siswa Siklus I ………………………………… 96
4.16 Analisis Keaktifan Siswa Siklus I ………………………………… 97
4.17 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………………………………… 98
4.18 Analisis Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1 ………………….. 104
4.19 Analisis Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 ……………….. .. 105
4.20 Analisis Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1 ………………. .. 106
4.21 Frekuensi Nilai Tes Siklus II Pertemuan 1 ………………………… 108
4.22 Analisis Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2 …………………… 114
4.23 Analisis Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2 ……………….. .. 115
4.24 Analisis Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 2 ……………….. .. 116
4.25 Frekuensi Nilai Tes SIklus II Pertemuan 2 ………………………… 117
Tabel Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.26 Analisis Observasi Guru Siklus II Pertemuan 3 ………………….... 123
4.27 Analisis Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 3 ……………….. .. 124
4.28 Analisis Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 3 …………………… 125
4.29 Frekuensi Nilai Tes Siklus II Pertemuan 3 ………………………… 127
4.30 Analisis Observasi Guru Siklus II …………………………………. 130
4.31 Analisis Observasi Siswa Siklus II ………………………………… 131
4.32 Analisis Keaktifan Siswa Siklus II ………………………………… 132
4.33 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ………………………………… 133
4.34 Analisis Observasi Guru Siklus III Pertemuan 1 ……………….. .. 139
4.35 Analisis Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 1 ……………….. 140
4.36 Analisis Keaktifan Siswa Siklus III Pertemuan 1 ………………. . 141
4.37 Frekuensi Nilai Tes Siklus III Pertemuan 1 ………………………… 143
4.38 Analisis Observasi Guru Siklus III Pertemuan 2 …………………… 148
4.39 Analisis Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 2 ……………….. 149
4.40 Analisis Keaktifan Siswa Siklus III Pertemuan 2 ……………….. . 150
4.41 Frekuensi Nilai Tes SIklus III Pertemuan 2 ………………………… 151
4.42 Analisis Observasi Guru Siklus III Pertemuan 3 ………………….... 156
4.43 Analisis Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 3 ……………….. 157
4.44 Analisis Keaktifan Siswa Siklus III Pertemuan 3 …………………… 158
4.45 Frekuensi Nilai Tes Siklus III Pertemuan 3 ………………………… 160
4.46 Analisis Observasi Guru Siklus III …………………………………. 162
4.47 Analisis Observasi Siswa Siklus III ………………………………… 163
4.48 Analisis Keaktifan Siswa Siklus III ………………………………… 164
4.49 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ………………………………… 166
4.50 Perbandingan Proses Pembelajaran …………………………………. 169
4.51 Perbandingan Tindakan Guru ………………………………………. 171
4.52 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ……………………… 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
1
2.1 Gambar Bangun Prisma ..................................................................... 18
2.2 Ciri-ciri Bangun Ruang Kubus …………………………………… . 19
2.3 Jaring-jaring Kubus ………………………………………………. 19
2.4 Bangun Ruang Balok …………………………………………….. 20
2.5 Bangun Ruang Balok ……………………………………………. . 21
2.6 Bangun Datar Persegi Panjang …………………………………… 21
2.7 Jaring-jaring Balok ………………………………………………. 22
2.8 Bagan Kerangka Berpikir ……………………………………….. . 44
3.1 Alur PTK ………………………………………………………… 56
4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I ............................ 100
4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II ….…………… 135
4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus III .......................... 167
4.4 Perbandingan Penilaian Proses Siswa ............................................. 171
4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar …………………………. 173
Gambar Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1
1 Silabus Pembelajaran ....................................................................... 185
2 Skenario Pembelajaran Siklus I …………………………………... 187
3 Skenario Pembelajaran Siklus II ……………………………….. ... 190
4 Skenario Pembelajaran Siklus III ………………………………… 193
5 Kisi-kisi Instrumen Observasi ……………………………………. 196
6 Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ............... 207
7 Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme .. 208
8 Lembar Observasi Guru ................................................................... 210
9 Pedoman Wawancara ...................................................................... 211
10 Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ............... 213
11 Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus II.. ............ 216
12 Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus III ……… 219
13 Observasi Siswa dalam Fase Konstruktivisme Siklus I................... 222
14 Observasi Siswa dalam Fase Konstruktivisme Siklus II …………. 223
15 Observasi Siswa dalam Fase Konstruktivisme Siklus III ………… 224
16 Lembar Observasi Guru Siklus I.……………………………….. .. 225
17 Lembar Observasi Guru Siklus II ………………………………… 228
18 Lembar Observasi Guru Siklus III ………………………………. . 231
19 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................................... 234
20 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II .................................................. 235
21 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III ................................................. 236
22 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................................... 237
23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................. 249
24 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ................................ 262
25 Daftar Presensi Siswa Siklus I ......................................................... 273
26 Daftar Presensi Siswa Siklus II ....................................................... 274
27 Daftar Presensi Siswa Siklus III ...................................................... 275
Lampiran Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
28 Dokumentasi Siklus I....................................................................... 276
29 Dokumentasi Siklus II ..................................................................... 277
30 Dokumentasi Siklus III .................................................................... 278
31 Surat Keterangan Observer .............................................................. 279
32 Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 282
33 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian ....................................... 283
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
menyiapkan peserta didik menghadapi masa yang akan datang. Pendidikan
berperan penting dalam mempersiapkan peserta didik menghadapi berbagai
tantangan hidup di masa yang akan datang. Saat ini dunia pendidikan telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Jika pendidikan di Indonesia tidak
ditingkatkan mutu dan kualitasnya, maka pendidikan di Indonesia akan tertinggal
dengan pendidikan di Negara lain. Jika pendidikan di suatu negara mengalami
kemajuan yang baik, itu berarti generasi penerusnya akan semakin cerdas dan
mampu menghadapi tantangan perkembangan jaman, tetapi sebaliknya jika suatu
negara mengalami penurunan dalam hal pendidikan, maka generasi penerusnya
juga akan mengalami kemunduran dalam pendidikannya dan akan berimbas
kepada keterbelakangan pendidikan suatu Negara.
Upaya pembaharuan dunia pendidikan bukan hanya tanggung jawab
pemerintah saja, guru sebagai pelaksana pendidikan juga memegang peran besar
dalam memajukan pendidikan. Bahkan kemajuan dunia pendidikan bisa dikatakan
tergantung kepada guru dalam mendidik anak didiknya agar menjadi seseorang
yang kompeten dan kreatif. Pembelajaran yang disampaikan harus dapat dipahami
oleh anak didik secara benar. Guru seharusnya menjadi panutan yang baik untuk
anak didiknya dan dapat menyampaikan informasi dengan beberapa pendekatan
sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan.
Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk menemukan
konsep pembelajaran, serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri,
agar siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan
menarik bagi siswa, sehingga kualitas belajar yang diharapkan dalam
pembelajaran dapat tercapai.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Terutama pada mata pelajaran matematika yang selama ini dianggap
sangat sulit dan ditakuti oleh para siswa. Seorang guru hendaknya memberi kesan
yang menyenangkan bagi siswanya dalam mempelajari matematika yang selama
ini di anggap sebagai mata pelajaran yang sangat menakutkan. Kesan matematika
sebagai pelajaran yang sangat sulit di kalangan siswa hendaknya digantikan
dengan kesan yang menyenangkan dan menarik. Pembelajaran saharusnya tidak
hanya menekankan pada hasil tetapi juga menekankan pada proses pembelajaran
untuk memahami konsep dan prinsip pembelajaran, sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang matematika.
Jika guru dalam mengajarkan konsep matematika lebih menekankan pada proses
dan siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka dapat membawa
dampak positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan
kualitas dan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran matematika dalam prosesnya adalah untuk meningkatkan
keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu menghafal
melainkan juga terampil dalam bidang psikomotorik. Guru hendaknya tidak
hanya mengharapkan setiap siswa akan menjadi ahli menghitung dan menghafal,
melainkan dapat mengemukakan ide dalam mengkontruksi pengetahuannya
kedalam pembelajaran matematika.
Salah satu materi matematika yang terdapat dalam sekolah dasar kelas IV
adalah materi tentang bangun ruang sederhana. Materi tersebut sangat dekat
hubungannya dengan benda-benda yang ditemui oleh peserta didik dalam
kehidupan mereka sehari-hari, untuk itu penyampaian materi harus lebih berkesan
dan menarik agar siswa lebih memahami penggunaannya dalam kehidupan dan
bukan bersifat hafalan konsep saja.
Pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam
meningkatkan pemahaman siswa serta dapat meningkatkan kualitas belajar siswa
dalam memahami konsep dan prinsip matematika di sekolah dasar adalah salah
satunya dengan menggunakan Pendekatan Kontruktivisme. Mengenai model
konstruktivisme Daniel Muijs dan David Reynolds (2008) mengemukakan bahwa
“Di dalam pendidikan, ide-ide konstruktivis sebagai berarti bahwa “semua pelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya sendiri, dan bukan
pengetahuan yang datang dari guru “diserap” oleh murid” (hlm. 79). Hal ini
berarti didalam pembelajaran siswa menggunakan pengetahuannya sendiri yang
kemudian dikonstruksikan kedalam pembelajaran, pengetahuan yang didapatkan
oleh siswa bukan berasal dari seorang guru.
Model konstruktivisme akan menciptakan siswa menjadi lebih aktif dalam
memahami materi yang diberikan, sehingga pengalaman belajar siswa akan
bertambah sesuai dengan apa yang mereka lakukan dalam memproses belajarnya.
Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu
dilakukan oleh siswa untuk memperoleh kualitas belajar yang lebih baik.
Model konstruktivisme dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami
konsep apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh kongkrit sesuai
dengan benda-benda yang terdapat di sekitar siswa. Siswa dapat lebih mudah
dalam menerima konsep-konsep matematika karena dengan model
konstruktivisme akan memudahkan pengembangan konsep-konsep tersebut.
Siswa akan terpancing semangat belajarnya dengan cara yang menyenangkan
sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan tetap teringat dalam waktu yang
lama.
Model konstruktivisme dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami
konsep, dalam pembelajaran bangun ruang diharapkan siswa akan memahami
konsep bangun ruang secara utuh dari pengetahuan riil menuju pengetahuan
secara abstrak. Pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang sederhana
yang didapatkan akan berupa pengalaman yang didapatkan sendiri dari proses
eksplorasi dengan menggunakan bahan riil yang mereka gunakan dalam kegiatan
eksplorasi. Sehingga ketika mereka dihadapkan pada gambar abstrak bangun
ruang, mereka telah mengetahui dengan tepat sifat-sifat bangun ruang tersebut dan
dapat menunjukkan sifat-sifat bangun ruang tersebut dengan tepat.
Penggunaan bahan riil yang sesuai dengan pengalaman siswa akan
mempermudah siswa untuk memahami konsep-konsep sifat bangun ruang,
sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan akan teringat dalam waktu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
lama. Sehingga siswa akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan yang
mungkin akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Peneliti melakukan wawancara langsung kepada guru kelas IV di sekolah
tersebut, peneliti memperoleh data sebagai berikut : (1) guru beranggapan sulit
menemukan dan melaksanakan pendekatan mengajar yang tepat dalam
mengajarkan matematika di sekolah dasar khususnya terhadap materi bangun
ruang sederhana; (2) guru juga beranggapan bahwa jika lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan alat peraga akan memerlukan
waktu yang lebih banyak sementara waktu mengajarnya terbatas; (3) guru juga
beranggapan jika menggunakan metode eksperimen dan observasi hanya
membuat siswa akan ribut di kelas; (4) Guru merasa disibukan apabila
menggunakan eksperimen dalam menyampaikan pelajaran di kelas karena
sebelumnya harus mempersiapkan alat dan bahan meskipun alat dan bahan dapat
disiapkan oleh siswa.
Selain dari wawancara yang dilakukan, peneliti melakukan pengambilan
data hasil tes dari guru kelas IV untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
siswa mengenai konsep bangun ruang sederhana, tampak bahwa pada umumnya
siswa kurang memahami konsep bangun ruang, hal ini terlihat dari ketidakaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru,dengan
hasil penilaian proses yang masih rendah. Siswa tidak kondusif di dalam kelas
karena tidak diatur dengan baik dan banyak siswa yang tidak fokus terhadap
pelajaran, tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tidak jarang pula
dibaikan oleh siswa dengan berbagai macam alasan seperti lupa, ketinggalan,
malas, dan lain-lain. Jika siswa mengalami kesulitan atau belum jelas akan materi
matematika yang disampaikan, mereka cenderung memilih untuk diam saja, entah
malu atau takut untuk bertanya. Kurangnya persaingan yang positif diantara
peserta didik untuk berlomba-lomba memperoleh pengetahuan tentang mata
pelajaran matematika, hal ini ditunjukan dengan sebagian besar siswa malas
membaca buku pelajaran yang sebenarnya masing-masing dari mereka telah
memiliki buku pelajaran tentang matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Hal itulah yang menyebabkan rendahnya kualitas belajar siswa akan
konsep bangun ruang di sekolah dasar. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi
maka akan berdampak buruk bagi siswa, terutama pada mutu dan hasil
pembelajaran matematika di sekolah dasar. Peneliti bermaksud untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul “Penerapan Model konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Bangun Ruang Sederhana pada Kelas IV SDN 3 Glempang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model konstruktivisme yang dapat membuat siswa
aktif dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana pada
siswa Kelas IV SD Negeri 3 Glempang?
2. Apakah kendala dan solusi yang dihadapi dalam penerapan model
konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang
sederhana pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Glempang?
C. Tujuan Penelitian
Semua penelitian yang dilakasanakan pasti memiliki tujuan tertentu sesuai
dengan penelitian yang dilakukan. Melalui permasalahan yang telah dipaparkan di
atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
untuk:
1. Mendeskripsikan Penerapan Model Konstruktivisme yang dapat membuat
siswa aktif dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana
pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang.
2. Mendeskripsikan kendala dan solusi yang dihadapi dalam penerapan model
konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang
sederhana pada siswa Kelas IV SD Negeri 3 Glempang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dapat memperoleh pengetahuan
dan wawasan tentang penggunaan model konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika tentang bangun ruang sederhana .
2. Manfaat Praktis
a. Guru
1) Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD memiliki pengetahuan
dan wawasan tentang teori model konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika tentang bangun ruang sederhana.
2) Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD memiliki pengetahuan
mengenai teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan proses pembelajaran matematika di sekolah dasar.
b. Siswa
1) Dapat lebih mudah menerima materi pembelajaran karena pembelajaran
sesuai dengan pengalaman peserta didik.
2) Dapat menarik perhatian siswa dengan variasi pembelajaran
matematika sehingga menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam
mengikuti pelajaran.
3) Mendorong munculnya kreatifitas baru dari siswa.
c. Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan peneliti mendapat pengalaman nyata
dan dapat menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika jika menjadi guru di SD yang menjadikan guru penuh inovasi
baru, ide-ide baru untuk lebih meningkatkan kualitas belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
d. Lembaga
1) Memberikan kontribusi yang baik berupa masukan tentang penerapan
model konstruktivisme dalam pembelajaran matematika.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan simulasi atau
praktek mengajar siswa SD.
3) Lembaga pendidikan SD maupun PGSD dapat bekerjasama dan
menjalin hubungan yang baik guna kelancaran pelaksanaan program
lembaga pendidikan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang kelas IV SD
a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sepuluh tahun atau
dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka
menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang.
Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang,
barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah
dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang
lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial
maupun non sosial meningkat. Pada masa ini anak berada pada fase
operasional konkret. Anak aktif dan mempunyai perhatian yang besar pada
lingkungan.
Tantang karakteristik Heruman (2007) menyatakan bahwa “Siswa
Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 tahun atau 7 tahun, sampai
12 atau 13 tahun. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berfikir untuk megoperasikan kaidah-kaidah
logika, mekipun masih terikat dengan objek kongkret yang dapat
ditangkap oleh panca indra” (hlm: 1).
Masa usia sekolah terbagi menjadi dua fase yaitu masa kelas
rendah dan masa kelas tinggi, Yusuf menjelaskan fase usia sekolah
menjadi dua fase yaitu fase kelas rendah dan fase kelas tinggi (2010). Pada
fasekelas rendah sifat anak-anak pada masa ini antara lain sebagai berikut:
(a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh); (b)
Sikap tunduk terhadap peraturan-peraturan permainan tradisional; (c)
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri (menyebut nama
sendiri); (d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain;
(e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap
tidak penting; (f) Pada masa ini anak menghendaki nilai yang baik, tanpa
mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau tidak. Masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini
antara lain sebagai berikut: (a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis; (b) Amat
realistik, ingin mengetahui, ingin belajar; (c) Menjelang akhir masa ini
telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus; (d) Sampai
kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya; (e) Pada
masa ini anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi sekolah; (f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok
sebaya biasanya untuk dapat bermain secara bersama-sama.
Karakteristik anak sekolah dasar, Bassett menyatakan karakteristik
anak sekolah dasar terdiri dari enam karakterikstik,keenam karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut: (a) Mereka secara alamiah memiliki rasa
ingin tahu yang sangat kuat dan tertarik dengan dunia sekitar yang
mengelilingi diri mereka sendiri; (b) Mereka senang bermain dan lebih
suka bergembira; (c) mereka suka mengatur dirinya untuk menangani
berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha
baru; (d) mereka biasanya tergetar hatinya dan terdorong untuk berprestasi
sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalan-kegagalan; (e) Mereka belajar dengan efektif ketika mereka
merasa puas dengan situasi yang terjadi; (f) mereka belajar dengan cara
bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya
(Sumantri dan Permana. 2001: 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Masa perkembangan anak merupakan suatu masa yang penuh
dengan kegiatan menyenangkan untuk mendukung pertumbuhan agar
berjalan dengan baik tanpa adanya suatu hambatan. Usia pada anak
sekolah dasar dibagi ke dalam dua fase yaitu fase kelas rendah dan fase
kelas tinggi. Fase kelas rendah anak cenderung memiliki keegoisan
terhadap sesuatu masalah yang lebih tinggi dan anak kurang peduli
terhadap suatu kejadian, sebaliknya pada fase kelas tinggi anak berkurang
dalam sikap egoisnya dan mempunyai keinginan untuk memiliki kelompok
tertentu meskipun masih mengandalkan guru atau orang dewasa lainnya
dalam membantu menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.
Anak usia SD cenderung menyukai pujian yang didatangkan
untuknya yang berfungsi untuk lebih memacu tingkat belajar mereka,
tetapi pujian tersebut juga sering diiringi dengan kata ejekan terhadap
teman sebaya yang prestasi belajarnya tidak setingkat dengannya. Masa
anak SD sangat membutuhkan perhatian dari orang dewasa dalam
beberapa hal, umumnya mereka masih bergantung atas perintah dan
motivasi yang diberikan oleh orang dewasa tersebut, mereka baru akan
menyelesaikan tugas yang diberikan setelah mendapat dorongan atau
bantuan dari orang dewasa. Persaingan yang terjadi cukup baik, jika
ditemui teman sebaya yang melebihi kemampuannya maka anak lain akan
mencoba hal yang sama untuk mencapai hasil belajar atau hal yang lain
yang memuaskan, selain itu mereka lebih suka mengelompok dengan
susunan anggota tertentu yang sebelumnya merupakan teman dalam satu
wilayah sebagai sebuah group bermain yang baik. Keegoisan akan muncul
ketika mereka mendapatkan suatu tekanan dalam kelompok karena pada
dasarnya masa anak-anak hanya mencari kegembiraan semata yang datang
dari teman sebaya mereka atau dari lingkungan tertentu. Masa anak
sekolah merupakan masa anak aktif yang jika dapat dikembangkan melalui
cara tertentu justru keaktifan akan menuju hal positif yang sangat
menunjang prestasi belajar. Banyak anak SD yang mendapatkan nama
sebagai anak nakal bagi teman sebaya mereka yang sebenarnya jika digali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan diamati mereka justru memiliki kelebihan dalam hal tertentu dan jika
diarahkan dengan benar, bukan kenakalan semata yang bisa menurun
tetapi potensi yang positif justru akan terlihat.
Berdasarkan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas,
guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar
yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal
yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga
materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi
anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan
mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok.
b. Matematika
1) Pengertian Matematika
Pembelajaran matematika bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Matematika
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang bagaimana penyelesaian
suatu masalah, yang nantinya akan berguna dalam kehidupan seseorang.
Pentelesaian suatu masalah memerlukan kretifitas agar masalah tersebut
dapat terselesaikan dengan tepat. Selain kretifitas, siswa juga dapat
menyelesaikannya dengan menggunakan pengalaman yang pernah mereka
alami atau pelajari sebelumnya. Mereka harus mengkontruksikan
pengalaman meraka dalam menyelesaikan masalah tersebut, sehingga
mereka dapat menemukan konsep sendiri dalam pembelajaran, sehingga
konsep pembelajaran akan membekas dalam ingatan dalam jangka waktu
yang lama. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik.
Johnson dan Myklebust (Abdurrahman 2009: 252) menyatakan
bahwa “ matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”.
Berdasarkan pengrtian matematika tersebut, berarti didalam matematika
bukan hanya mempelajari hubungan kuantitatif tetapi juga mempelajari
keruangan.
Tentang pengertian matematika Ruseffendi menyataka bahwa
“matematika adalah bahasa simbolis; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma
atau postulat, dan akhirnya ke dalil” (Heruman 2007: 1).
Pengertian matematika juga dikemukakan oleh Lerner (1988) yang
mendefinisikan bahwa “matematika disamping sebagai bahasa simbolis
juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas” (Abdurrahman 2009: 252).
Pengertian matematika juga dikemukakan oleh Kline (1981)
menyatak bahwa “matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunanaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak
melupakan cara berfikir induktif” (Abdurrahman 2009: 252).
Mengenai pengertian matematika, Muijs dan Reynolds
menerangkan bahwa “Matematika lebih penting dibanding penerapan
keterampilan numerasi dasar semata. Matematika juga merupakan
“kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan
keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak. Ia juga
memainkan peran penting disejumlah bidang ilmiah lain, seperti fisika,
teknik, dan statistik” (2008: 333).
Berdsarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah bahasa simbolis yang berfungsi untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kualitatif dan mempunyai ciri utama menggunakan
cara bernalar deduktif dan tidak melupakan cara berfikir induktif, juga
berperan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan
keterampilan kognitif pada anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Bangun Ruang dalam Matematika
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat
kompetensi matematika yang dilakukan dan harus dicapai oleh siswa
pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam
kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar,
statistika, trigonometri dan kalkulasi (”Kurikulum tahun 2004,” (2003).
Ruang lingkup pembelajaran matematika secara garis besar di
dijabarkan oleh Karso, dkk (2000) yang menjabarkan bahwa ”ruang
lingkup pembelajaran matematika secara garis besar adalah (a) unit
aritmatika (berhitung); (b) unit aljabar; (c) unit geometri; (d) unit
pengukuran; (e) unit kajian data (hlm. 2.109) .
Sedangkan menurut sumber lain menegaskan bahwa ruang
lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan, geometri dan pengukuran,
dan pengelolaan data(”Kurikulum KTSP,” 2008).
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
matematika meliputi bilangan, geometri dan pengukurn, aljabar,
trigonometri, statistika, dan pengelolaan data. Bangun ruang sederhana
terdapat didalam geometri dan pengukuran, didalam geometri
membahas bangun ruang dan pengukurannya.
c. Bangun Ruang
1) Hakikat Bangun ruang
Mengenai pengertian bangun ruang, Kustandi dan Sutjipto
mengemukakan bahwa Bangun ruang adalah bangun matematika yang
mempunyai isi atau pun volume. Berikut ini merupakan bagian-bagian dari
bangun ruang yaitu: (a) sisi, bidang pada bangun yang membatasi antara
bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya; (b) rusuk, pertemuan dua sisi
yang berupa ruas garis pada bangu ruang; (c) titik sudut, titik hasil
pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih. Adapun jenis bangun
ruang yang umum dikenal sebagai media pembelajaran adalah balok,
kubus, prisma, limas, kerucut, tabung dan bola (2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Mengenai unsur-unsur bangun ruang, Muhsetyo, dkk menyatakan
bahwa: (a) titik, sebuah titik tidak mempunyai ukuran atau dimensi.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa secra sederhana kita dapat
mendefinisikan bahwa geometri merupakan suatu bidang studi tentang
himpunan titik. Titim juga dapat disebut sebagai noktah yang digambar
pada sehelai kertas atau pada papan tulis untuk mewujudkan sebuah model
dari titik tersebut. Noktah-noktah ini akan memberikan suatu ide tentang
lokasi atau letak titik yang dibicarakan. Untuk mempermudah pemahaman
kita dapat memberi nama bagi setiap titik yang menjadi perhatian kita; (b)
garis, yaitu bagian atau patahan dari sebuah garis, sedangkan jika ruas
garis itu diperpanjang terus-menerus ke suatu arah, maka terjadilah sinar;
(c) bidang, aecara intuitif kita dapat membayangkan suatu bidang sebagai
permukaan suatu meja yang sangat rat, atau permukaan lantai, atau
permukaan suatu dinding, atau permukaan rata yang lain (2008).
Mengenai bangun ruang prisma, Heruman (2007) berpendapat
bahwa ”prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar,
serta beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar”
(hlm. 110). Menurut pengertian tersebut maka bangun ruang kubus dan
balok termasuk kedalam bagian dari bangun prisma, karena bangun ruang
kubus dan balok juga memiliki dua bidang sejajar yaitu, bidang alas,
bidang atas, dan bidang tegak.
Berdasarkan ketiga pendapat diatas, maka dapat dimpulkan bahwa
bangun ruang adalah bangun yang mempunyai volume, mempunyai unsur
titik, garis, dan bidang serta dibatasi oleh dua bidang sejajar, beberapa
bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bangun kubus dan
balok termasuk bangun ruang, karena mempunyai volume, titk, garis,
bidang serta dibatasi oleh dua bidang sejajar dan beberapa bidang yang
saling berpotongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Bangun Ruang Kubus
Pengertian bangun ruang kubus dikemukakan oleh Heruman (2007)
yang menyatakan bahwa ”bangun ruang kubus merupakan bagian dari
prisma. Kubus mempunyai ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama” (hlm.
110). Berdasarkan pengertian tersebut, bangun ruang kubus berarti sebuah
bangun ruang yang termasuk bagian dari bangun ruang prisma yang
mempunyai ciri khusus yaitu memiliki enam sisi yang ukurannya sama.
Semua sisi yang dimiliki oleh bangun ruang kubus memilik panjang dan
lebar yang ukurannya sama. Bangun ruang kubus ini merupakan bagian
dari bangun ruang prisma karena mempunyai dua bidang sejajar yaitu
bidang alas, bidang atas, dan bidang tegak, sedangkan jarak antara kedua
bidang biasanya disebut juga sebagai tinggi prisma.
Mengenai pengertian bangun ruang kubus, Muhsetyo, dkk (2008)
mengemukakan ”jika alas dari sisi-sisi tegak sebuah balok adalah bujur
sangkar atau persegi, maka balok itu disebut sebuah kubus” (hlm. 5.15).
Tentang pengertian bangun ruang prisma, Heruman (2007)
berpendapat” prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis
sejajar” (hlm. 110). Menurut pengertian tersebut maka bangun ruang
kubus termasuk kedalam bagian dari bangun ruang prisma, karena bangun
ruang kubus juga memiliki dua bidang sejajar bahkan memiliki tiga bidang
yang sejajar yaitu, bidang alas, bidang atas, dan bidang tegak.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bangun ruang kubus
adalah merupakan bagian dari prisma yang dibatasi oleh dua bidang
sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan. Bangu kubus
memiliki enam sisi yang ukuran semua sisinya sama, bangun ruang kubus
juga termasuk kedalam bagian dari bangun ruang prisma, karena memilik
beberapa bidang yang sejajar yaitu bidang alas, bidang atas, dan bidang
tegak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Bangun Ruang Balok
Mengenai pengertian bangun ruang balok, Muhsetyo, dkk (2008)
menyatakan bahwa ”Paralelepipida tegak yang alasnya daerah
persegipanjang disebut balok. Paralelepipida adalah prisma yang alasnya
berbentuk jajargenjang. Paralelepipida dapat dikelompokkan atas dua
jenis, yaitu paralelepipida tegak dan paralelepipida miring” (hlm. 5.15).
Pengenalah bangun ruang balok bagi siswa Sekolah Dasar,
Heruman (2007) mengemukakan bahwa ”Bagi siswa Sekolah Dasar,
pengenalan bangun ruang balok sama halnya dengan pengenalan bangu
kubus, yaitu melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciri-cirinya.
Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang benar,
serta dengan menggunakan media peraga yang dapat digunakan” (hlm.
113)
Bangun ruang balok juga merupakan bagian dari bangun ruang
prisma, karena memilika dua bidang sejajar, yaitu bidang alas dan bidang
atas, namun tidak seperti bangun ruang kubus yang memiliki sisi sama.
Pada bangun ruang balok sisi yang sama ada tiga pasang yaitu sisi atas dan
sisi bawah, sisi samping kanan dan sisi kiri, serta kedua sisi tegak.
Bangun ruang balok mempunyai sisi sebanyak enam buah,
mempunyai rusuk sebanyak duabelas, dan bentuk sisi-sisi baloknya
berbentuk persegi panjang. Persamaan bangun ruang kubus dan balok
adalah kedua bangun tersebut memiliki jumlah rusuk yang sama yaitu
berjumlah 12 dan mempunyai sisi sebanyak 6 buah.
d. Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV SD
Mengenai pengetahuan geometri untuk siswa SD, Muhsetyo, dkk
(2008:) berpendapat bahwa ”Pengetahuan geometri termasuk bangun ruang
dapat mengembangkan pemahaman anak terhadap dunia sekitarnya. Bukan
hanya kemampuan mengenal bangun datar saja, namun kemampuan tentang
bangun ruang pun dapat dikenalkan pada anak usia SD, bahkan pada anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Taman Kanak-kanak (TK) asalkan menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan tahap berpikir mereka” (hlm. 5.1).
Geometri tentang bangun ruang merupakan pengetahuan dasar yang
harus dipelajari siswa. Para siswa diharapkan mengenal konsep titik, garis,
bidang, kubus dan balok, serta pengukuran bangun ruang tersebut. Konsep
bangun ruang sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Para siswa sering menemukan bangun-bangun ruang seperti bentuk ruang
kelas, televisi, almari, kotak kapur, bahkan komputer. Pengetahuan anak
tentang bangun ruang dapat mengembangkan pemahaman anak terhadap
dunia sekitar. Siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari bangun ruang jika
mereka terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan secara individu maupun
kelompok berkenaan dengan bangun ruang. Siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan investigasi secara individu atau kelompok
dengan bantuan benda-benda konkret di sekitar lingkungan hidup mereka
sehari-hari.
Mengenai pembelajaran geometri, Heruman menyatakan bahwa
selama ini guru seringkali langsung memberi informasi pada siswa tentang
ciri-ciri bangun geometri ruang tersebut (2008). Sebenarnya, hal ini
menunjukkan kekurangpahaman guru dalam penyampaian topik geometri
ruang melalui metode dan teknik pembelajaran metematika yang benar.
Dalam banyak kasus guru hanya menggambar bangun geometri ruang
tersebut di papan tulis, atau cukup hanya dengan menunjukkan gambar yang
ada dalam buku sumber yang digunakan siswa. Bahkan, walaupun
menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja bangun ruang yang
ditunjukkan guru tersebut. Kegiatan pembelajaran ini memang efisien, karena
tidak membutuhkan waktu dan alat yang banyak. Akan tetapi, keefektifannya
bagi pengalaman belajar siswa harus dipertanyakan, karena siswa tidak
dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-ciri bangun geometri
ruang yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Silabus Pembelajaran Bangun Ruang Kelas IV SD
Standar kompetensi mata pelajaran matematika materi bangun
ruang kelas IV SD semester 2 yaitu memahami sifat-sifat bangun ruang
sederhana dan hubungan antar bangun datar.
Kompetensi dasar mata pelajaran matematika materi bangun
ruang kelas IV Sd semester 2 yaitu: (1) menentukan sifat-sifat bangun
ruang sederhana; (2) menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
Indikator dalam mata pelajaran matematika materi bangun ruang
kelas IV semester 2 ada tiga yaitu: (1) mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang sederhana; (2) menggambar jaring-jaring kubu; (3) menggambar
jaring-jaring balok.
2) Materi Pelajaran Bangun Ruang Kelas IV
Sebelum membahas tentang berbagai bangu ruang, siswa harus
telebi dahulu diperkenalkan dengan konsep prisma. Prisma adalah
bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa
bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Dua bidang sejajar
tersebut dinamakan bidang alas, dan bidang atas. Bidang-bidang lainnya
disebut bidang tegak, sedangkan jarak antara kedua bidang yaitu bidang
alas dan bidang atas prisma tersebut disebut tinggi prisma.
Tinggi prisma Bidang atas
Bidang alas Bidang tegak
Gambar 2.1. Bangun Prisma (Sumber: Soerya, 2011: 4)
Bangun ruang kubus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) semua
sisinya berjumlah 6 buah; (2) semua sisinya berbentuk persegi; (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
memiliki rusuk sebanyak 12 buah, dan; (4) memiliki titik sudut sebanyak
8 buah.
Bangun ruang kubus memiliki ciri yang khas yaitu keenam
sisinya berbentuk bangun persegi, yaitu isi atas, sisi bawah, sisi kanan,
sisi kiri, sisi depan, dan sisi belakang. Ciri khas tersebut yang menjadikan
bangun ruang kubus mudah dikenal dan dipahami oleh siswa.
Gambar 2.2. Ciri-ciri Bangun Ruang Kubus
(Sumber: M. Fery Fadhly, 2010: 11)
Selain harus mengetahui ciri-ciri dari bangun kubus, siswa juga
harus diperkenalkan dengan jaring-jaring dari bangun kubus tersebut,
karena untuk membuat sebuah bangun ruang kubus siswa terlebih dahulu
harus membuat jaring-jaring kubus terlebih dahulu.
Gambar 2.3. Jaring-jaring Kubus
(Sumber: Soerya, 2011: 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Jaring-jaring kubus tersebut dapat dijadikan sebagai langkah awal
membuat bangun ruang kubus. Siswa dapat menggambarkannya terlebih
dahulu pada sebuah kertas, kemudian siswa menggunting pola gambar
jaring-jaring kubus tersebut dan merangkainya agar menjadi sebuah
bangun ruang kubus.
Selain bangun ruang kubus, bangun ruang balok juga termasuk
kedalam bangun ruang sederhana, yang harus diperkenalkan kepada
siswa karena mereka sering sekali menjumpai benda-benda yang
berbentuk balok dalam kehidupan mereka sehari-hari.bagoi siswa
Sekolah Dasar, pengenalan bangun ruang balok sama halnya dengan
pengenalan bangun ruang kubus, yaitu melalui identifikasi bentuk
bangun serta analisi ciri-cirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan
konsep pembelajaran yang benar, serta dengan menggunakan media
peraga yang dapat digunakan sendiri oleh siswa.
Bangun ruang balok mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
mempunyai 6 buah sisi; (2) sisi depan, belakang, atas, dan sisi bawah
berbentuk bangun datar persegi panjang; (3) mempunyai rusuk sebanyak
12 buah; (4) mempunyai titik sudut sebanyak 8 buah. Ciri-ciri tersebut
dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.4. Bangun Ruang Balok
(Sumber: Revina Nurlistya 2011: 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Bangun ruang balok mempunyai rusuk sebanyak 12 buah, sama
dengan bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk tersebut dapat dilihat dalam
gambar berikut ini:
Gambar 2.5. Gambar Bangun Ruang Balok
(Sumber: Revina Nurlistya 2011: 4)
Selain harus mengetahui ciri-ciri dari bangun ruang balok, siswa
juga harus diperkenalkan dengan jaring-jaring dari bangun ruang balok
tersebut, karena untuk membuat sebuah bangun ruang balok siswa
terlebih dahulu harus membuat jaring-jaring balok tersebut. Jaring-jaring
bangun ruang balok terdiri dari enam buah bangun datar persegi panjang.
Bangun datar persegi panjang ini menjadi sisi dalam bangun ruang balok
yaitu sisi kanan, sisi kiri, sisi atas, sisi bawah, sisi depan, dan sisi
belakang. Bangun datar persegi panjang yang terdapat dalam bangun
ruang balok ini terdiri dari tiga pasang yang setiap pasangnya memiliki
ukuran yang sama.
Gambar 2.6. Bangun datar persegi panjang
Bangun datar persegi panjang ini menjadi empat sisi yaitu sisi
depan, sisi belakang, sisi atas, dan sisi bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 2.7. Jaring-jaring Balok
(Sumber: Zoerisca 2011: 4)
Jaring-jaring balok tersebut dapat dijadikan sebagai langkah awal
membuat bangun ruang balok. Siswa dapat menggambarkannya terlebih
dahulu pada sebuah kertas, kemudian siswa menggunting pola gambar
jaring-jaring balok tersebut dan merangkainya agar menjadi sebuah
bangun ruang balok.
e. Hakikat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Mengenai pengertian pembelajaran, Nasution (2005) menyatakan
bahwa “pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar’. Pengertian pembelajaran
menurut pendapat tersebut adalah sebagai aktivitas mengatur lingkungan
dan menghubungkannya dengan anak didik. Proses menghubungkan
lingkungan dengan anak didik tersebut yang dimaksud sebagai proses
belajar” (Sugihartono, dkk 2007: 80).
Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Degeng (1989)
yang mengemukakan bahwa “pembelajaran berarti upaya membelajarkan
siswa” (Wena, 2009: 2). Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran
merupakan suatu proses membuat siswa belajar yang dibimbing oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
seorang guru. Pembelajaran sebagai proses membuat siswa dalam kondisi
belajar dan bertujuan agar siswa melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan yang diharapkan, maka pembelajaran seharusnya dapat menarik
perhatian peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan.
Mengenai proses pembelajaran, Gulo (2004) mendefinisikan bahwa
“pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar” (Sugihartono, dkk 2007: 80).
Pengertian pembelajaran juga dikemukakan oleh Nasution (2005)
menyatakan bahwa “pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar” (Sugihartono, dkk 2007: 80).
Pengertian pembelajaran menurut pendapat tersebut adalah sebagai
aktivitas mengatur lingkungan dan menghubungkannya dengan anak didik.
Proses menghubungkan lingkungan dengan anak didik tersebut yang
dimaksud sebagai proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembelajaran adalah sebagai usaha membelajarkan siswa dan
menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar,
dengan menghubungkan lingkungan dengan anak didiknya dalam kegiatan
belajar mengajar. Kondisi belajar mengajar diartikan sebagai proses
menghubungkan lingkungan dengan peserta didik, proses menghubungkan
lingkungan dengan pesrta didik tersebut biasanya disebut sebagai proses
belajar.
2) Kondisi Pembelajaran
Mengenai kondisi pembelajaran, Wena (2009) menyatakan bahwa “
Kondisi pembelajaran merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi pembelajaran dalam meningkatkan hasil pembelajaran” (hlm. 4).
Variabel kondisi pembelajaran dikemukakan oleh Degeng (1989)
yang mengemukakan bahwa “variabel kondisi pembelajaran
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
studi,(b) kendala dan karakteristik bidang studi, serta (c) karakteristik
siswa” (Wena, 2009: 4). Berdasarkan pendapat tersebut, kondisi
pembelajaran dipengaruhi oleh tiga hal yang berhubungan langsung
dengan proses pembelajaran yaitu, tujuan, kendala dan siswa itu sendiri.
Variabel yang mempengaruhi kondisi pembelajaran yang sangat
berpengaruh adalah karekteristik siswa, karena karakteristik dari masing-
masing siswa berbeda sesuai dengan latar belakang masing-masing siswa
itu sendiri.
Mengenai variabel kondisi pembelajaran, Degeng (1989)
berpendapat bahwa variabel kondisi pembelajaran dikelompkkan menjadi
tiga, yaitu: (a) tujuan dan karakteristik bidang studi; (b) kendala dan
karakteristik bidang studi; (c) karakteristik siswa (Wena, 2009: 4).
Berdasarkan ketiga pendapat di atas tentang kondisi pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa kondisi pembelajaran adalah proses
pembelajaran yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan, kendala,
dan siswa, untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Faktor-faktor
tersebutlah yang nantinya akan menentukan hasil pembelajaran
3) Strategi Pembelajaran
Mengenai strategi pembelajaran, Wena (2009) menyatakan bahwa
“strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan (sequencing)
dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan, suatu isi pembalajaran” (hlm. 7).
Strategi pembelajaran menurut Reigeluth (1983) berpendapat bahwa
“strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda” (Wena,
2009: 5). Berdasarkan pendapat diatas, strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara-cara yang digunakan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan.
Seorang guru tidak hanya menggunakan satu strategi dalam pembelajarn,
melainkan menggunakan berbagai strategi untuk mendapatkan hasil yang
berbeda. Strategi yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
agar strategi pembelajaran tersebut dapat digunakan dengan tepat dan
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Mengenai variabel strategi pembelajaran, Wena mengemukakan
bahwa variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a)
strategi pengorganisasian (organizational strategy), (b) strategi
penyampaian (delivery strategy), dan (c) strategi pengelolaan (management
strategy)” (2009). (a) Strategi Pengorganisasian merupakan cara untuk
menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan
tindakan pemilihan isi/ materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan
sejenisnya; (b) Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan
pambelajaran pada siwa dan/ atau untuk menerima serata merespon
masukan dari siswa; (c) Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata
interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (stategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan
pembalajaran berhubungan dangan pemilihan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian yang disampaikan selam proses
pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan
dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar, dan motivasi
(hlm. 5).
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, stategi
pembelajaran adalah cara yang diterapkan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah
kondisi yang berbeda pula. Agar hasil pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan perlu adanya strategi pengorganisasian dalsm proses
pembelajaran, variabel strategi pembelajaran tersebut terdiri dari tiga yaitu,
strategi pengorganisasian yang berfungsi untuk mengorganisasika proses
pembelajara agar menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif, strategi
penyampaian yang beguna untuk memilih cara penyampaian pembelajaran
kepada siswa agar proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh
siswa, strategi pengelolaan yang berfungsi sebagai cara untuk mengelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
proses pembelajaran yang berhubungan dengan pembuatan jadwal
pembelajaran, pembuatan catatan kemajuan belajar yang dialami oleh setiap
siswa sebagai peserta pembelajaran, dan untuk memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan
antusias dan menghasilkan suatu proses pembelajaran yang lebih bermakna
dan bermanfaat bagi setiap individu.
f. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Menurut pandangan Skinner bahwa “belajar adalah suatu perilaku.
Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan
adanya hal berikut: (a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons pebelajar; (b) Respons si pebelajar; dan (c)
Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,
perilaku respon si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku
respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman” (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 9).
Mengenai pengertian belajar, Hamalik (2010) mengemukakan
bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan
kelakuan” (hlm. 36).
Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2010) yang
mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya” (hlm. 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu keadaan di mana seseorang mampu mengingat
dan memodifikasi semua pengalaman yang didapatnya untuk perubahan
tingkah laku dari si pembelajar sesuai dengan yang dialaminya sehingga
respon yang ditimbulkan saat seseorang melakukan kegiatan belajar akan
semakin meningkat, tetapi jika seseorang menyatakan untuk berhenti
belajar maka respon yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut akan
menurun. Belajar merupakan suatu proses penemuan atas hasil
interaksinya dengan lingkungan sekitar yang membawa dampak
munculnya pengalaman baru mendapatkan aneka ragam kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang akan membawa dalam perubahan manusia
menjadi lebih berkualitas. Belajar akan membawa diri kita menjadi
manusia yang lebih baik dari sebelumnya walaupun kegiatan belajar
dilakukan dari bayi hingga tua nanti, tetapi jika kegiatan belajar terus
dilakukan maka akan menimbulkan sesuatu yang positif dan berguna
untuk pribadi individu karena belajar merupakan sesuatu yang
memerlukan proses untuk mendapatkan informasi baru dan bukan semata
berdasarkan hasil.
Kata kunci dari belajar adalah perubahan tingkah laku. Slameto
mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu perubahan terjadi
secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu, perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, dan perubahan dalam belajar bersifat tidak
sementara (2010). Menurut pendapat tersebut bahwa perubahan tingkah
laku terbagi menjadi empat macam yaitu: (a) Perubahan terjadi secara
sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia bisa merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya
bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau
dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian
belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
itu; (b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional,
perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi secara
berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan
mengakibatkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis
sampai ia dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna; (c) Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan itu senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan,
makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu itu sendiri; (d) Perubahan dalam belajar
tidak bersifat sementara, perubahan yang bersifat sementara atau temporer
terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,
bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan ke dalam
perubahan arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat tetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi
setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak
dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja
melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus
dipergunakan atau dilatih; (e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku individu itu terjadi
karena ada tujuan yang akan dicapai. Misalnya seseorang yang belajar
mengetik sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin bisa dicapai
dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah
ditetapkannya; (f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku,
perubahan yang diperoleh seseorang melalui proses belajar meliputi
perubahan seluruh tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan-kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan
temporer dari subjek. Hamalik mengemukakan ciri-ciri belajar yaitu
belajar dengan kematangan, belajar dibedakan dari perubahan fisik dan
mental, dan hasil belajar yang relative menetap (2010). Berdasarkan
pendapat tersebut, cirri-ciri belajar adalah sebagai berikut: (a) Belajar
berbeda dengan kematangan, pertumbuhan adalah saingan utama sebagai
pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui
secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa
perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karena belajar.
Bila prosedur latihan tidak secara tepat mengubah tingkah laku, maka
berarti prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan perubahan-
perubahan tidak dapat diklasifikasikan sebagai belajar; (b) Belajar
dibedakan dari perubahan fisik dan mental, perubahan tingkah laku juga
dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena
melakukan suatu perbuatan berulang kali yang mengakibatkan badan
menjadi lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat mengakibatkan perubahan
tingkah laku; (c) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap, hasil belajar
dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk
latihan dan pengalaman. Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap
dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa
perilaku yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, seseorang bukan hanya
mengetahui sesuatu yang diperbuat, melainkan juga melakukan perbuatan
itu sendiri secara nyata. Jadi istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku
itu dikuasai secara tepat.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa: (a)
Dalam belajar terjadi perubahan yang disadari dari tidak bisa menjadi bisa
karena dalam belajar berlaku sesuatu yang membuat lebih memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengerti sehingga terjadi peningkatan kemampuan; (b) Perubahan yang
diakibatkan karena proses belajar terjadi tidak untuk sementara tetapi akan
berkesinambungan dan jika terus ditingkatkan akan menimbulkan
kemampuan yang meningkat dan akan terus bertambah jika kemampuan
tersebut diimbangi dengan pelaksanaan langsung hasil belajar yang
diperoleh, misalnya seorang yang belum bisa memainkan gitar setelah
belajar memainkan gitar dan bisa menggunakanya dengan memakai kunci
gitar yang benar dalam menyanyikan sebuah lagu maka walaupun selang
waktu yang lama tidak memainkan gitar tetapi memori tentang gitar akan
selalu tersimpan dengan baik; (c) Perubahan dalam proses belajar
merupakan perubahan yang terarah, misalnya seseorang belajar menaiki
sepeda motor pastinya telah memiliki tujuan tertentu sebelumnya yang
akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantunya lebih
memudahkan kegiatannya; (d) Terdapat penguasaan perilaku secara tepat
sebagai tanda perubahan tingkah laku dalam belajar; (e) Dengan proses
belajar akan menimbulkan perubahan fisik dan mental bagi seseorang yang
melakukan kegiatan belajar, perubahan tersebut terjadi karena proses
latihan yang dilakukan.
2) Proses Belajar
Mengenai proses belajar, Dimyati dan Mujiono (2006) menyatakan
bahwa “proses belajar merupakan proses internal siswa yang tidak bisa
diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut terlihat
melalui perilaku siswa mempelajari bahan belajar” (hlm. 18).
Proses belajar juga disampaikan oleh Mikasa, dkk (2009) yang
menyatakan bahwa “proses belajar terjadi melalui 3 komponen pokok
yaitu: (a) Stimulus adalah sesuatu yang datang dari lingkungan yang dapat
membangkitkan respons individu; (b) Respon yang menimbulkan perilaku
jawaban atas stimulus; (c) Akibat, yang merupakan sesuatu yang terjadi
setelah individu merespon baik sesuatu yang bersifat positif atau negative”
(hlm. 6.5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Proses belajar melibatkan guru dan siswa, meskipun tidak bisa
diamati kegiatan dalam menemukan proses belajar, tetapi dapat dipahami
dengan baik oleh responden yang melihat dengan cara memperhatikan
sesuatu yang menjadi bahan ajar. Proses belajar dialami sepanjang hayat
seorang manusia dari manusia itu dilahirkan sampai manusia itu kembali
lagi kepada kodratnya serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun tanpa
ada batas waktu dan usia. Proses belajar mempunyai tingkatan yaitu
datangnya sesuatu yang berasal dari lingkungan atau yang lainnya
sehingga nantinya akan menimbulkan jawaban yang bersifat baik atau
tidak baik sehingga dari jawaban tersebut akan mengakibatkan dampak
positif atau negatif.
Proses belajar sangat diperlukan oleh setiap manusia disamping
hasil belajar yang diperoleh karena dengan mereka mengetahui proses
munculnya suatu masalah dan pemecahannya, mereka dapat mengingatnya
dalam jangka waktu yang lama. Kegiatan untuk memproses sesuatu
memerlukan keaktifan dan keantusiasan langsung dari sipebelajar sehingga
besar kecilnya hasil yang diperoleh dapat berwujud baik dan tidak baik
sesuai dengan keadaan orang yang melakukan tindakan.
3) Prinsip-prinsip Belajar
Mengenai prinsip-prinsip belajar, Dimyati dan Mujiono (2006)
menyatakan bahwa, “prinsip belajar terdiri dari perhatian, motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan, dan
perbedaan individual” (hlm. 42).
Prinsip-prinsip belajar juga dikemukakan oleh Mikasa dkk, (2009):
6.7) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
(a) Manusia mempunyai dorongan alamiah untuk belajar; (b) Belajar akan bermakna apabila materi yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan anak; (c) Belajar harus diperkuat dengan mengurangi ancaman eksternal yang meliputi hukuman, penilaian, sikap merendahkan murid, dan mencemoohkan; (d) Belajar atas inisiatif sendiri; (e) Sikap mandiri, kreatifitas, dan percaya diri diperkuat dengan penilaian atas diri sendiri (hlm. 6.9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Prinsip belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dicapai, apabila perhatian yang diberikan disesuaikan dengan karakter anak
yang selalu menuntut perhatian yang lebih terhadap semua hal yang
dilakukannya itu, motivasi dalam proses belajar diberikan untuk
merangsang semangat anak untuk lebih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap materi pelajaran, keaktifan dalam lingkup suasana belajar
ditingkatkan dengan cara memberikan sesuatu yang bersifat memacu
semangat siswa secara fisik maupun batin, keterlibatan langsung seorang
guru dalam bergaul dengan siswa ditingkatkan, pengulangan, tantangan,
balikan, dan perbedaan individual untuk siswa ditingkatkan dan dilakukan
dengan baik, maka akan terlihat peningkatan hasil belajar siswa yang
berkualitas tinggi. Hal yang dapat mengurangi bahkan menurunkan
keaktifan siswa harus dihilangkan dari diri seorang pengajar, seperti
mencemooh siswa saat siswa tersebut mengalami kesulitan belajar yang
disebabkan karena suatu hal, memberi hukuman siswa yang dapat
menyebabkan siswa tersebut memiliki rasa takut di atas normal,
memberikan penilaian tertentu terhadap keadaan suatu siswa sehingga
mengakibatkan siswa kekurangan rasa percaya diri, dan berlaku tidak adil
terhadap siswa tertentu.
2. Model konstruktivisme
a. Pengertian Konstruktivisme
Mengenai pendektan konstruktivisme, Rosalin menyatakan bahwa
Konstruktivisme merupakan cara pandang (filosofis) yang menganjurkan
perubahan proses pembelajaran skolastik (baik formal maupun nonformal
dan informal) melalui pengenalan, penyusunan, dan penetapan tangkapan
pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik (2008). Ilmu
pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer
knowledge) dalam bentuk yang serba “jadi” melalui program pengajaran
guru (Teacher Centered Learning). Guru bukan lagi satu-satunya sumber
belajar, dan kedua, Guru bukan pula satu-satunya sumber kebenaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ilmiah. Dengan demikian, secara otomatis terjadi perubahan orientasi
belajar di sekolah dari Teacher Centered Learning ke Student Centered
Learning.
Pengertian model konstruktivisme juga dikemukakan oleh Nurhadi,
dkk (2004) mengemukakan bahwa “konstruktivisme merupakan landasan
berpikir (filosofis) pembelajaran kotekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata” (hlm. 33).
Mengenai pembelajaran yang berciri konstruktivisme, Muslich
(2009) menyatakan bahwa “Pembelajaran yang berciri konstruktivisme
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan
produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari
pengalaman belajar yang bermakna” (hlm. 44). Pengetahuan bukanlah
serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia
harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan
member makna melalui pengalaman nyata, karena itu siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguana bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada ada dirinya.
Model konstruktivisme juga disampaikan oleh Rosalin (2008)
yang berpendapat bahwa “konstruktivisme adalah proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu berasal dari luar,
tapi dikonstruksi oleh dan dari dalan diri seseorang oleh sebab itu,
pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu obyek yang menjadi
bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasikan
oyek tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya dengan demikian,
pengetahuan itu tidak bersifat statis, tetapi bersifat dinamis, bergantung
individu yang melihat dan mengkonstruksikannya (hlm. 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Mengenai ide-ide konstruktivis, Muijs dan Reynolds (2008)
menyatakan bahwa “Di dalam pendidikan, ide-ide konstruktivis
diterjemahkan sebagai berarti bahwa semua pelajar benar-benar
mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya sendiri, dan bukan
pengetahuan yang datang dari guru “diserap” oleh murid” (hlm. 97).
Berdasarkan keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang
menekankan terbangunnya pemahaman dari diri sendiri berdasarkan
pengetahuan siswa, dan pengetahuan yang diperoleh bukan dari seorang
guru melainkan pengetahuan dari diri sendiri melalui pengalaman belajar.
Model konstruktivisme ini dipandang sebagai pendekatan yang paling
sesuai diterapkan untuk menjadikan siswa aktif, kreatif dan produktif
dalam proses pembalajaran, sehingga proses pembelajaran akan
berlangsung menyenangkan dan siswa akan dapat mengingat pelajaran itu
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari.
Pendekatan konstuktivisme akan efektif jika sesuai dengan
kesiapan intelektual. Oleh karena itu, model konstruktivisme harus
tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pengalaman siswa. Misalnya sebelum pembelajaran dilaksanakan, siswa
terlebih dahulu harus mengamati benda-benda yang ada di lingkungan
hidup sehari-hari. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
mengkonstruksikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam
belajar matematika menggunakan model konstruktivisme adalah suatu
perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap
pembelajaran matematika yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham
dan mengerti permasalahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Prinsip Dasar Konstruktivisme
Mengenai prinsip dasar konstruktivisme, Masnur menyatakan
terdapat tujuh prinsip dasar konstruktivisme (2009). Prinsip dasar
kontruktivisme yang dalam praktik pembelajaran harus dipegang guru-
adalah sebagai berikut: (1) proses pembelajaran lebih utama daripada
pembelajaran; (2) informasi lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan
nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis; (3) siswa
mendapatkan kesempatanseluas-luasnya untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri; (4) siswa diberikan kebebasan untuk
menerapkan strateginya sendiri dalam belajar; (5) pengetahuan siswa
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri; (6) pemahaman
siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji
dengan pengalaman baru; (7) pengalamana siswa bias dibangun secara
asimilasi (yaitu pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan
yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang
sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya
pengalaman baru).
Mengenai landasan berpikir konstruktivisme, Nurhadi, dkk (2004)
mengemukakan bahwa landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda
dengan kaum obyektivis dalam hal tujuan pembelajaran. Kaum obyektif
menekankan pada hasil pembelajaran yang berupa pengatahuan. Berbeda
dengan konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengatahuan. Tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (1) menjadikan pengetahuan
bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberikan kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan ide, dan; (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka selama belajar (hlm. 34).
Mengenai lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan
konstruktivisme, Indrawati (1999) mengemukakan bahwa ada enam
lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan konstruktivis (dalam
Rosalin 2008). Lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
konstruktivis adalah sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai
sesuatu yang pasif, tetapi memiliki tujuan serta dapat merespons situasi
pembelajaran dengan membawa konsepsi awal sebelumnya; (2) belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin melibatkan proses aktif siswa
dalam mongkonstriksi pengetahuan yang kerapkali melibatkan negosiasi
interpersonal; (3) pengetahuan hukan sesuatu yang datang dari luar,
melainkan dikonstruksi secara personal dan sosial; (4) seperti siswa, guru
juga membawa konsepsi awal kedalam situasi pembelajaran, baik
mengenai materi pelajaran maupun pandangan mereka tentang
pembelajaran; (5) pembelajaran bukanlah bukanlah transmisi pengetahuan,
melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas serta tatanan pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat berpikir secara ilmiah; (6) kurikulum
bukanlah sesuatu yang sekedar dipelajari, melainkan seperangkat program
pembelajaran, materi, sumber, serta pembahasan yang merupakan titik
tolak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan (Elin Rosalin, 2008: 7).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip dasar konstruktivisme yang harus diketahui oleh seorang guru
meliputi: (1) proses pembelajaran lebih utama dari pada pembelajaran; (2)
pengetahuan lebih bermakna dan relevan; (3) memberikan kesempatan
kepada siswa seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan strategi
dan idenya; (4) pengetahuan siswa berkembang melalui pengalaman
sendiri, karena pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar,
melainkan dikonstruksikansecara personal; (5) lebih mementingkan
pelibatan siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran; (6) guru dan siswa
memberikan konsepsi awal tentang nateri pembelajaran; (7) kurikulum
tidak hanya dipelajari, melainkan juga berperan sebagai program
pembelajaran, materi pelajaran, dan sumber belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Penerapan Model konstruktivisme
Mengenai langkah struktur pembelajaran konstruktivisme, Muijs dan
Reynolds mengemukakan bahwa terdapat empat langkah struktur
pembelajaran konstruktivis (2008). Empat langkah struktur pembelajaran
konstruktivis yaitu sebagai berikut: (1) fase start, dalam fase ini guru
mungkin ingin mulai dengan mengukur pengetahuan murid sebelumnya dan
menetapkan sebagai kegiatan. Guru dapat memulai dengan pertanyaan
umum terbuka, lalu mendorong murid untuk memberikan jawaban-jawaban
terbuka dan mendiskusikan tentang subjek ini. Sebagai alternatif adalah
mulai dengan sebuah masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari;
(2) fase eksplorasi, dalam fase ini murid mengerjakan kegiatan yang
ditetapkan guru di fase 1. Kegiatan ini biasanya bersifat eksploratik,
melibatkan situasi atau bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk kerja
kelompok; (3) fase refleksi, dalam fase ini mungkin diminta untuk
menengok kembali kegiatan itu dan menganalisis serta mendiskusikan apa
yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok-kelompok lain atau
dengan guru; (4) fase aplikasi dan diskusi, dalam fase ini guru meminta
seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai temuan dan menarik
kesimpulan.
Mengenai konsep belajar jean piaget, Nurhadi menyatakan bahwa
ada empat konsep belajar (2004). Empat konsep belajar konstruktivisme
jean piaget yaitu: (1) schemata adalah sekumpulan konsep-konsep atau
kategori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan lingkungan.
Schemata itu senantiasa berkembang. Artinya, semasa kecil seorang anak
memiliki skemata saja, tetapi setelah beranjak dewasa skematanya secara
berangsur-angsur menjadi lebih luas, lebih kompleks, dan beraneka ragam;
(2) asimilasi dimaksudkan sebagai suatu proses kognitif dan penyerapan
pengalaman baru, dimana seseorang memadukan stimulus atau persepsi
kedalam skemata atau perilaku yang telah ada; (3) akomodasi yaitu suatu
proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Proses kognitif tersebut menghasilkan terbentuknya skemata baru dan
berubahnya skemata lama; (4) keseimbangan dalam proses adaptasi
terhadap lingkungan, individu berusaha untuk mencapai struktur mental dan
skemata yang stabil. Stabil dalam arti bahwa terjadi keseimbangan antara
proses asimilasi dan akomodasi.
Tahap dalam pembelajaran konstruktivisme juga dikemukakan oleh
Yager (1991) yang berpendapat bahwa tahap pembelajaran dengan
menggunakan model konstruktivisme terdiri atas 4 tahap (Rosalin, 2008:
17)tahap pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme terdiri
atas 4 tahap, yaitu: (1) invitasi: diperlukan untuk mengidentifikasi konsep
awal siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan; (2) eksplorasi
adalah tahap pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara
aktif menggali informasi-informasi baru; (3) pengajuan eksplanasi dan
solusi: merupakan tahapan diskusi yang dilakukan diantara siswa, baik
secara individu maupun secara kelompok; (4) taking action atau tahap
pengambilan tindakan: merupakan tahap akhir pembelajaran. Pada tahap ini
siswa merumuskan hasil eksplorasi dan diskusinya. Pada tahap ini juga
diberikan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru, baik secara lisan maupun tulisan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah
model konstruktivisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
Fase Start yaitu guru mengukur pengetahuan siswa melalui pertanyaan.
Pengetahuan yang didapat oleh siswa tentu saja didapat dari pengalam
mereka dalam kehidupan sehari-hari, siswa menjawab pertanyaan dari guru;
(2) Fase Eksplorasi yaitu guru memberikan tugas utuk bereksplorasi baik
secara berkelompok, siswa melakukan kegiatan eksplorasi secara
berkelompok; (3) Fase Refleksi yaitu guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan
secara berkelompok, siswa menyampaikan hasil kegiatan eksplorasi yang
telah mereka lakukan; (4) Fase Aplikasi dan Diskusi yaitu guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan pengetahuan
yang telah mereka dapatkan, siswa mendiskusikan pengetahuan yang telah
mereka dapatkan.
d. Pembelajaran Matematika Konstruktivisme
Mengenai pembelajaran matematika, Muhsetyo berpendapat bahwa
pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari (2008). Pembelajaran matematika menggunakan model
konstruktivisme bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa dan kompetensi tentang konsep bangun ruang sederhana, sifat-sifat
bangun ruang, serta dapat membuat jaring-jaring dan bangun ruang kubus
dan balok menggunakan kertas sesuai dengan sifat-sifat bangun ruang yang
telah mereka peroleh sebelumnya, serta dengan menerapkan pengetahuan
yang telah mereka dapatkan dari pengalaman yang mereka peroleh
sebelumnya. Tujuan akhir dari pembelajaran matematika tentang bangun
ruang sederhana menggunkan model konstruktivisme yaitu memberikan
pengalaman belajar kepada siswa, serta menerapkan pengalaman tersebut
untuk membuat bangun ruang kubus dan balok sebagai hasil dari proses
pembelajaran yang berupa produk (hlm. 1.26).
Mengenai strategi pembelajaran matematika, Muhsetyo (2008)
mengemukakan bahwa ada beberapa strategi pembelajaran matematika yang
konstruktivistik dan dianggap sesuai pada saat ini antara lain (1) problem
solving, (2) problem posing, (3) open-ended problem, (4) mathematical
investigastion, (5) guided discovery, (6) contextual learning, dan (7)
cooperative learning (1.26).
Mengenai penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika,
Muhsetyo (2008) mengemukakan bahwa Penemuan terbimbing adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang mana guru membimbing siswa-siswanya
dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
merasa menemukan sesuatu. Apa yang diperoleh siswa bukanlah temuan-
temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa dapat mereka rasakan sebagai
temuan baru. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami proses
penemuan, mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunkan
pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari
hubungan dalam wujud pola atau bekerja induktif berdasarkan fakta-fakta
khusus untuk memperoleh aturan umum (hlm. 1.35).
Siswa dibimbing untuk menemukan sifat-sifat bangun ruang kubus
dan balok, dan menerapkannya dalam membuat jaring-jaring dan
mengkonstruksi bangun ruang kubus dan balok. Melalui strategi ini, siswa
juga dibimbing untuk menemukan benda-benda disekitar yang berupa
bangun ruang kubus dan balok.
e. Alasan Penggunaan model konstruktivisme
Mengenai alasan penggunaan model konstruktivisme, McDavin
(1994) menyatakan bahwa ”perbandingan secara eksplisit murid-murid yang
diajar dengan menggunakan metode-metode eksperiensial konstruktivis
dengan murid-murid yang diajar dengan metode ekspositorik (paparan)
tradisional menemukan bahwa kelompok eksperimental (eksperiensial)
menunjukkan hasil yang lebih baik secara signifikan pada postes daripada
kelompok kontrol (Muijs dan Reynolds, 2008: 108).
Mengenai alasan penggunaan model konstruktivisme
dalampembelajaran matematika, Madden et al (1999) menegaskan bahwa:
Sebuah program perbaikan mengajar dan belajar matematika yang menggunakan pendekatan konstruktivis untuk mengajar menunjukkan hasil-hasil positif dibanding sejumlah distrik sekolah yang berbeda. Perbandingan antara sekolah-sekolah yang menggunakan program itu dan sekolah-sekolah sebanding yang tidak menggunakannya menunjukkan efek-efek positif pada tes tersetandar. Tes-tes yang digunakan berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lain, tetapi disemua kasus anak-anak di sekolah yang mengikuti program itu secara rata-rata menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding sekolah-sekolah yang dimatched dengannya. Tes-tes yang berbeda difokuskan pada keterampilan-keterampilan tingkat tinggi (Muijs dan Reynolds, 2008: 108).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pendapat di atas sesuai dengan pernyataan Caprano (2001) yang
menyatakan bahwa ”murid-murid dikelas dengan guru-guru yang memiliki
keyakinan konstruktivis lebih kuat menunjukkan kinerja yang lebih baik di
dalam penyelesaian soal matematika” (Muijs dan Reynolds, 2008: 109).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model konstruktivisme dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan pembelajaran matematika. Model konstruktivisme pada
pembelajaran matematika bukan hanya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, namun proses belajar siswa yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran
juga dapat meningkat. Kekatifan siswa dalam pembelajaran dapat
meningkat karena model konstruktivisme menekankan terbangunnya
pemahaman siswa terhadap materi melalui proses belajar, keaktifan siswa
dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Semakin aktif seorang siswa dalam proses pembelajaran, maka siswa
tersebut mempunyai kemungkinan besar utnuk dapat menyelesaikan soal
evaluasi pada akhir pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan matematika dapat menjadi suatu wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi kehidupan
lingkungan hidup mereka. Pengembangan pendidikan matematika dapat
diterapkan lebih lanjut didalam kehidupan sehari-hari yang dapat bermanfaat
untuk kehidupan bermasyarakat. Salah satu materi matematika yang terdapat
dalam sekolah dasar kelas IV adalah materi tentang bangun ruang sederhana.
Materi tersebut sangat dekat hubungannya dengan benda-benda yang ditemui oleh
peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, untuk itu penyampaian materi
harus lebih berkesan dan menarik agar siswa lebih memahami penggunaannya
dalam kehidupan dan bukan bersifat hafalan konsep saja.
Pembelajaran menggunakan model konstruktivisme adalah proses
pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman dari diri sendiri
berdasarkan pengetahuan siswa, dan pengetahuan yang diperoleh bukan dari
seorang guru melainkan pengetahuan dari diri sendiri melalui pengalaman belajar.
Model konstruktivisme ini dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai
diterapkan untuk menjadikan siswa aktif, kreatif dan produktif dalam proses
pembalajaran, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung menyenangkan
dan siswa akan dapat mengingat pelajaran tersebut serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-sehari. Pembelajaran konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang
bermakna. Model konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran matematika di sekolah yang dilaksanakan dengan
menempatkan siswa sebagai titik awal pembelajaran, pengelolaan belajar-
mengajar berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam mencerna
suatu masalah dan menemukan jalan keluar pemecahan masalah tersebut. Melalui
model konstruktivisme siswa dapat menemukan dan merekonstruksi konsep-
konsep matematika dalam pembelajaran. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan
menerapkan konsep-kosep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari
yang berhubungan dengan bangun ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang
bangun ruang sederhana akan menumbuhkan keaktifan dan kreatifitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana.
Keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran menjadikan suasana
pembelajaran menjadi kondusif karena proses pembelajaran tidak didominasi oleh
guru, melainkan siswa juga ikut aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru dengan bekerja
kelompok menjadikan siswa semakin menyukai dan memahami secara penuh
materi bangun ruang sederhan karena siswa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Keaktifan dalam pembelajaran, dengan mengkonstruksikan
pengalaman dan ide-ide mereka kedalam materi pembelajaran, maka pengalaman
yang didapatkan siswa akan terkesan dalam waktu yang lama dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari karena konsep pembelajaran yang
mereka dapatkan adalah berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan mereka
dapatkan sendiri dengan mengkonstruk ide dan pengalaman mereka sendiri,
dengan keaktifan mereka dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan dan hasil
belajar siswa semakin meningkat.
Model konstruktivisme sangat tepat digunakan dalam pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika tentang bangun ruang juga sangat
memerlukan adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga dengan
penerapan model konstruktivisme dapat membantu meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang
sederhana. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model konstruktivisme yang
dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana
pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat
kita lihat pada bagan berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 2.8 Bagan kerangka berpikir
Kondisi
awal
Pembelajaran masih didominasi
oleh guru
Keaktifan dan hasil belajar siswa rendah
(dibawah KKM yaitu 70)
Pelaksanaan tindakan
menggunakan model
konstruktivisme
Model konstruktivisme yang diterapkan sesuai langkah
konstruktivisme yaitu fase start, fase eksplorasi,
fase refleksi, dan fase aplikasi dan
diskusi
Siklus I Model
Konstruktivisme yang diterapkan pada
materi pengertian bangun ruang
Siklus II Model
konstruktivisme yang diterapkan pada materi sifat-sifat
bangun ruang
Siklus III Model
konstruktivisme yang diterapkan pada
materi jarring-jaring bangun ruang
Hasil Akhir
Setelah diterapkan model
konstruktivisme dalam proses pembelajaran
Keaktifan siswa mencapai 80%
Hasil belajar siswa mencapai 80% Kinerja guru
mencapai 80%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan
hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Penggunaan model
konstruktivisme dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
matematika bangun ruang sederhana pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3
Glempang Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Sekolah Dasar
yang beralamatkan di Desa Glempang RT 03 RW IV ini sebenarnya adalah
sekolah dasar yang cukup strategis karena letaknya di pinggir jalan raya
walaupun kondisi jalan yang naik turun.
Kondisi bangunan di SD Negeri 3 Glempang cukup bagus dan kuat, ini
dikarenakan dalam dua tahun terakhir secara berturut-turut menerima dana
bantuan untuk rehabilitasi ruang kelas. Tembok sekolah yang berdinding warna
hijau, menjadikan suasana belajar terasa nyaman. Lantai yang juga beralaskan
keramik menjadikan murid-murid berusaha meningkatkan kebersihan sekolah
dengan jadwal piket yang selalu terpampang di tembok ruang kelas IV.
Sekolah Dasar Negeri 3 Glempang mempunyai 6 ruang kelas, satu ruang guru
yang bergabung dengan ruang kepala sekolah, satu gudang, satu ruang UKS,
dua WC siswa, dan dua WC guru.
Sekolah Dasar Negeri 3 Glempang mempunyai 1 orang kepala sekolah, 5
orang guru PNS, 3 orang guru wiyata bhakti, 1 orang tenaga perpustakaan dan
1 tenaga penjaga sekolah. Sarana buku-buku pelajaran dapat dikatakan cukup
memuaskan, ini dikarenakan SD Negeri 3 Glempang mengalokasikan secara
bertahap dana BOS untuk membeli buku-buku pelajaran guna dipinjamkan
kepada muridnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran
2011/2012 tepatnya dari bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2012. Adapun
untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui jadwal penelitian dalam table berikut
ini:
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelitian 2011 2012 2013
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan 1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti
dengan kepala sekolah dan guru kelas II
b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan
c. Menyusun Proposal Penelitian
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian (lemar observasi dan pedoman wawancara)
e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus 1 - perencanaan - pelaksanaan
Tindakan - observasi - refleksi
b. Siklus II - perencanaan - pelaksanaan
Tindakan - observasi - refleksi
c. Siklus III - perencanaan - pelaksanaan
Tindakan - observasi - refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data (hasil tindakan 3 siklus)
b. Menyusun Laporan Skripsi
c. Ujian dan Revisi d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan
3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Jadwal penelitian ini hanya menyangkut bulan dan minggu sedangkan
tanggal dan waktu penelitian menyesuaikan dengan teknis dan kebijakan
sekolah.
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengambil subjek penelitian siswa kelas IV
SD Negeri 3 Glempang. Siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang berjumlah 25
anak yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan
berasal dari desa Glempang itu sendiri. Selain siswa kelas IV SD Negeri 3
Glempang penelitian ini juga mengambil subjek dari pihak sekolah yang terdiri
dari guru dan kepala sekolah.
C. Sumber Data
Selama penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini, sumber data
yang diambil meliputi siswa ,dokumen, dan teman sejawat.
1. Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang
Tahun Pelajaran 2011/2012. Data yang didapatkan adalah berupa hasil
penilaian proses yang dilakukan guru terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar penilaian proses, data ketika siswa
melakukan kegiatan eksplorasi menggunakan lembar kerja siswa, dan data
hasil belajar siwa setelah siswa mengerjakan evaluasi.
2. Dokumen
Arsip atau dokumen yang dapat dijadikan sumber data adalah semua
arsip yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya buku daftar nilai, buku
rapor, dan juga buku tentang catatan kelakuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Guru/Teman Sejawat
Data yang diperoleh dari guru atau teman sejawat berupa data
tentang pelaksanaan model pembelajaran Model konstruktivisme di kelas
IV SD Negeri 3 Glempang tahun ajaran 2011/2012.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data selama pelaksanaan penelitian berlangsung,
peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data baik secara langsung
maupun melalui narasumber. Adapun teknik tersebut adalah sebagai berikut:
a) Observasi
Pengertian observasi Nazir (2005) berpendapat bahwa
“Pegumpulan data dengan pengamatan langsung atau observasi langsung
adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut” (hlm. 175).
Sedangkan Sanjaya (2010) berpendapat, “Oberseravi merupakan tekhnik
pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan diamati atau diteliti” (hlm. 96).
Dalam menggunakan teknik observasi cara yang paling efektif
menurut Arikunto (2006) adalah melengkapi dengan format atau blanko
pengamatan sebagai instrumen. Pedoman observasi berisi sebuah daftar
jenis kegiatan jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Dalam proses observasi, observator (pengamat) hanya tinggal memberikan
tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa observasi merupakan tekhnik pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.
Observasi dilakukan pada proses pembelajaran matematika tentang
bangun ruang sederhana siswa kelas IV. Dalam melaksanakan observasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
observer diberi pedoman observasi/blangko pengamatan proses
pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana menggunakan
model konstruktivisme.
b) Tes
Mengenai pengertian tes, Arikunto (2006) mengemukakan bahwa
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (hlm. 150).
Menurut Padmono (2002) tes adalah suatu cara untuk mengadakan
pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang harus dilakukan
subjek sehingga menghasilkan informasi tentang performan atau
penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan dengan skor standard
atau dengan kelompoknya. Sedangkan Sanjaya (2010) mengemukakan
bahwa “Tes merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasan
materi pembelajaran” (hlm. 99).
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes
adalah teknik pengumpulan data yang berupa serentetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dapat
dibandingkan dengan skor standard atau dengan kelompoknya
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur hasil
belajar adalah dengan tes tertulis. Sanjaya (2010) berpendapat, tes tertulis
adalah “ tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal
dengan cara tertulis” (hlm. 100). Penelitian ini, menggunakan tes subjektif,
yang bentuk soalnya terdiri dari item (pokok soal) uraian. Dimana tes
tersebut diambil dari materi matematika siswa kelas IV SD Negeri 3
Glempang tentang bangun ruang sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Wawancara
Mengenai pengertian wawancara, Nazir (2005) berpendapat bahwa
“Wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara”.
Hal tersebut sama dengan pandapat yang dinyatakan oleh Sanjaya
(2010) yang menyatakan bahwa “wawancara dapat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap
muka ataupun melalui saluran media tertentu” (hlm. 96). Sedangkan
menurut Arikunto (2006) wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara (interviewer) untuk memeperoleh informasi
terwawancara (interviewer)” (hlm. 155).
Mengenai macam-macam wawancara Anggoro, dkk (2007)
menyatakan bahwa wawancara meliputi:
(1) wawancara terstruktur, terdiri dari seperangkat pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban ya atau tidak; (2) wawancara semi terstuktur, terdiri dari seperangkat pertanyaan yang diperdalam dengan pertanyaan terbuka; (3) wawancara tidak terstruktur, tidak dibutuhkan pedoman wawancara yang detail tetapi semacam rencana umum untuk menanyakan pendapat responden tentang suatu topik (hlm. 5.17).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka ataupun melalui
saluran media yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memeperoleh informasi terwawancara (interviewer) dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini dilaksanakan
ketika siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang telah selesai mengikuti
pelajaran menggunakan model konstruktivisme dengan menggunakan jenis
wawancara semi terstruktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan teknik pengumpulan data. Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat
yang digunakan antara lain:
a) Lembar Observasi
Alat pengumpulan data dengan teknik observasi yang dilakukan
oleh teman sejawat kepada peneliti ialah menggunakan lembar observasi.
Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang
dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran matematika menggunakan
model konstruktivisme oleh guru, siswa, dan partisipasi siswa pada proses
pembelajaran secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara
individual tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan
model konstruktivisme.
b) Lembar Tes
Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik tes ini yaitu
berupa soal-soal tes. Adapun soal yang digunakan berisi tentang soal materi
bangun ruang sederhana yang telah disampaikan menggunakan pendekaatan
konstruktivisme.
c) Lembar Wawancara
Alat pengumpulan data dengan teknik wawancara ini yaitu
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa tentang tanggapan
mereka terhadap proses belajar mengajar, serta kesan mereka selama
pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme. Selain itu,
peneliti juga melaksanakan wawancara secara tidak terstruktur dan bersifat
terbuka kepada staf guru pada umumnya dan guru kelas IV pada khususnya
tentang kesulitan yang dialami siswa kelas IV pada proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa. Setelah itu dilanjutkan melaksanakan wawancara secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
terstruktur setelah pelaksanaan siklus tindakan, yang ditujukan kepada siswa
dan guru
E. Validitas Data
Mengenai validitas data, Anggoro, dkk (2007) menjelaskan bahwa
”validitas sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga
merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan dalam suatu penelitian. Validitas
mencerminkan ukuran kejituan instrumen penelitian untuk mengukur dan
menggali fakta yang tersembunyi” (hlm. 5.29).
Untuk menghasilkan informasi yang akurat agar tidak salah dalam
pengambilan keputusan, maka dapat digunakan triangulasi data. Sanjaya (2010)
berpendapat, ”Triangulasi data adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi
yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi tersebut dapat
dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah dalam mengabil keputusan”
(hlm. 112).
Penelitian ini menggunakan triangulasi yang dilakukan berdasarkan tiga
sudut pandangan, yakni sudut pandang siswa, pengamat, dan peneliti. Peneliti
berada di posisi terbaik untuk melakukan instrospeksi diri terhadap kinerjanya
sendiri dalam sasaran dan tujuan pembelajaran. Para siswa berada dalam posisi
terbaik untuk menjelaskan, bagaimana pengaruh tindakan guru terhadap respon
yang mereka berikan pada waktu pembelajaran berlangsung. Sedangkan
pengamat, berada pada posisi terbaik untuk mengumpulkan data hasil observasi
dari interaksi guru dengan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung.
Dengan membandingkannya dengan ketiga sudut pandang tersebut,
terbukalah kesempatan untuk menguji kebenaran yang lebih akurat.
F. Analisis Data
Mengenai analisis data, Tripp (1996) berpendapat bahwa “Analisis data
merupakan proses mengurai (memecah sesuatu kedalam bagian-bagiannya”
(Sukidin, Basrowi & Suranto, 2010: 111). Sedangkan Wardani dan Wihardit
(2008) menyatakan bahwa ”analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam
bentuk yang dapat dipercaya dan benar” (hlm. 2.30).
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan didukung data kualitatif dan kuantitatif. Nilai hasil belajar
siswa akan dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif. Data kualitatif berupa
informasi gambaran tentang pelaksanaan langkah-langkah penggunan media
konkret pada pembeljaran soal cerita. Data kualitatif berupa hasil wawancara dan
observasi.
Bentuk analisis data dalam penelitian ini meliputi 3 alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan dan terus menerus selama dan setelah pengumpulan data.
Berikut ini tahapan analisis data:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
mengorganisasikan data dengan sedemikian rupa sehingga disimpulkan dan
diverifikasi
Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan reduksi data dengan cara
mengelompokkan data, membuang data yang tidak perlu dari teknik
pengumpulan data yang digunakan. Jika data yang diperoleh dalam
penggunaan media konkret tidak perlu dianalisis maka peneliti akan
membuang data tersebut.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang disusun untuk
menarik kesimpulan dan mengambil tindakan yang tepat. Penyajian data
dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan ringkasan.
Pada tahap penyajian data, peneliti menyajikan data hasil pembelajaran
baik dari proses maupun hasil pembelajaran matematika dengan
menggunakan media konkret. Kedua data tersebut disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Penarikan kesimpulan
Pada tahap penarikan kesimpulan, peneliti menyimpulkan data hasil
penelitian yang telah dilakukan yaitu hasil pembelajaran yang mencakup
proses dan hasil belajar matematika soal cerita dengah menggunakan media
konkret.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
pembelajaran bangun ruang sederhana di kelas IV SD Negeri 3 Glempang.
Sebagai tolak ukur (kriteria) penelitian keberhasilan tindakan kelas ini
berhasil bila:
1. Guru dalam pembelajaran menggunakan model konstruktivisme mencapai
keberhasilan 80%.
2. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model
konstruktivisme mencapai 80% dari jumlah siswa.
3. Hasil belajar siswa yaitu 80% dari jumlah siswa dapat mencapai KKM ( .
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana dalam
setiap siklus terdapat tiga pertemuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas. Secara garis besar menurut Suharsimi
Arikunto, dkk (2008) “terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian
tindakan kelas yaitu (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan), (3)
observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi)” (hlm.16). Adapun model dan
penjelasan untuk masing –masing tahap adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 3.1. Alur PTK menurut Suharsimi Arikunto
1. Tahap Perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti mengawali kegiatan dengan meminta izin kepada
pihak sekolah yang dalam hal ini diwakili oleh kepala sekolah dan dilanjutkan
dengan menyusun rencana kegiatan berdasarkan permasalahan yang ada.
Penyusunan rencana kegiatan meliputi kegiatan apa saja yang akan
dilaksanakan, materi apa yang akan disampaikan, sumber apa saja yang bisa
digunakan, media dan metode apa saja yang akan digunakan, bagaimana
bentuk evaluasi yang akan dipakai untuk mengukur keberhasilan penelitian,
serta bagaimana cara pelaksanaanya. Selain itu peneliti juga mempersiapkan
lembar observasi dan menghubungi teman sejawat yang akan dijadikan sebagai
observer.
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
Tahap pelaksanaan ini didasarkan pada perencanaan yang telah
ditetapkan. Tahap ini merupakan tahap untuk melaksanaan pembelajaran
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada tahap ini peneliti membagi
menjadi beberapa satuan tindakan atau lebih dikenal dengan siklus tindakan.
3. Tahap Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) memiliki fungsi untuk mendokumentasikan
berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengamatan berorientasi ke masa
yang akan datang, artinya observasi dimaksudkan untuk memperoleh
berbagai keterangan yang digunakan untuk langkah-langkah yang akan
datang. Hasil pengamatan yang cermat akan memberikan masukan yang
digunakan pada langkah refleksi untuk memperbaiki tindakan atau
mempertahankan tindakan. Perlu diperhatikan bahwa dalam pengamatan
sering menemui berbagai hambatan, sebab tindakan dibatasi oleh kendala
realitas dan semua kendala yang belum pernah ditemui dan dilihat pada masa
lalu. Sehubungan dengan itu, observasi perlu direncanakan secara cermat,
sehingga ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang
dilakukan. Obsevasi dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan,
maupun akibat yang timbul dari tindakan tersebut. Obsevasi terhadap
pelaksanaan tindakan, digunakan untuk menyusun rencana tindakan
berikutnya.
4. Tahap Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali
suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis.
Refleksi mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada
situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan timbulnya persoalan itu.
Refleksi biasanya dibantu dan dan atau dilakukan oleh seluruh anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
peneliti melalui diskusi. Rekonstruksi tindakan akan diungkap kembali,
sehingga seluruh peneliti memiliki pandangan dan persepsi yang sama
tentang kendala dan faktor pendukung. Berdasarkan analisis kasus dan
berbagai pertimbangan dapat diputuskan berbagai rencana (revisi rencana
tindakan). Refleksi ini mempunyai sifat evaluatif, sebab melalui refleksi
seluruh anggota penelitian menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah
mencapai harapan atau belum, apakah tindakan perlu diadakan perbaikan atau
tidak.
Rencana kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus
dan dalam setiap siklus terdapat tiga pertemuan,akan direncanakan sebagai
berikut:
a. Siklus I
1) Perencanaan
Perencanaan tindakan dibuat agar pelaksanaan penelitian
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan ini
meliputi: (a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; (b)
Menyusun alat yang akan digunakan; (c) Menyusun lembar
kegiatan siswa dan lembar jawaban; (d) Menyusun lembar
observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1 yaitu
materi tentang pengertian bangun ruang dengan menggunakan
model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
b) Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 2 yaitu
materi tentang pengertian bangun ruang kubus dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c) Pertemuan 3
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 3 yaitu
materi tentang pengertian bangun ruang kubus dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai
observer. Observasi dilakukan untuk mengamati dan
mengumpulkan data tentang proses pembelajaran. Observasi
dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi
instrument pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga
perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat
teramati.
4) Refleksi
Kegiatan pada siklus I diakhiri dengan kegiatan refleksi
yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan pengamatan observer dan
peneliti sendiri. Hasil refleksi dari observer digunakan untuk
mengetahui kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran
(tindakan) yang telah dilakukan peneliti sehingga dijadikan
pedoman perbaikan untuk siklus berikutnya. Dengan adanya
refleksi peneliti dapat melihat kekurangan dan kelebihan dari
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga pada
pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik.
b. Siklus II
Tahap pelaksanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi
siklus I. Materi pelajaran yang dipelajari pada siklus II adalah kelanjutan
dari materi yang dipelajari pada siklus I. Siswa dan guru melakukan
kegiatan yang terbagi dalam rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1) Perencanaan
Perencanaan tindakan dibuat agar pelaksanaan penelitian dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan ini meliputi: (1)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) Menyusun alat
yang akan digunakan; (3) Menyusun lembar kegiatan siswa dan
lembar jawaban; (4) Menyusun lembar observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1 yaitu
materi tentang pengertian sisi, titik sudut, dan rusuk dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
b) Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 2 yaitu
materi tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
c) Pertemuan 3
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 3 yaitu
materi tentang sifat-sifat bangun ruang balok dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai observer.
Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data
tentang proses pembelajaran. Observasi dilakukan selama
pembelajaran berlangsung dengan mengisi instrument pengamatan
yang telah disusun sebelumnya. Sehingga perubahan-perubahan dan
kemajuan dapat diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4) Refleksi
Kegiatan pada pertemuan pertama siklus dua diakhiri dengan
kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
pengamatan observer dan peneliti sendiri. Hasil refleksi dari
observer digunakan untuk mengetahui kekurangan yang terjadi
dalam pembelajaran (tindakan) yang telah dilakukan peneliti
sehingga dijadikan pedoman perbaikan untuk siklus berikutnya.
Dengan adanya refleksi peneliti dapat melihat kekurangan dan
kelebihan dari pelaksanaan tindakan/pembelajaran yang
dilaksanakan sehingga pada pelaksanaan tindakan berikutnya lebih
baik.
c. Siklus III
Tahap pelaksanaan pada siklus III didasarkan pada hasil refleksi
siklus II. Materi pelajaran yang dipelajari pada siklus III adalah kelanjutan
dari materi yang dipelajari pada siklusII.
1) Perencanaan
Perencanaan tindakan dibuat agar pelaksanaan penelitian
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan ini
meliputi: (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; (2)
Menyusun alat yang akan digunakan; (3) Menyusun lembar
kegiatan siswa dan lembar jawaban; (4) Menyusun lembar
observasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan pada siklus III pertemuan 1
yaitu materi tentang jarring-jaring bangun ruang dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
b) Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus III pertemuan 2
yaitu materi tentang jarring-jaring bangun ruang kubus dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
c) Pertemuan 3
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 3 yaitu
materi tentang jarring-jaring bangun ruang balok dengan
menggunakan model konstruktivisme dalam pembelajarannya.
3) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai
observer. Observasi dilakukan untuk mengamati dan
mengumpulkan data tentang proses pembelajaran. Observasi
dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi
instrument pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga
perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat
teramati.
4) Refleksi
Kegiatan pada pertemuan pertama siklus tiga diakhiri
dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
pengamatan observer dan peneliti sendiri. Hasil refleksi dari
observer digunakan untuk mengetahui kekurangan yang terjadi
dalam pembelajaran (tindakan) yang telah dilakukan peneliti
sehingga dijadikan pedoman perbaikan untuk siklus berikutnya.
Dengan adanya refleksi peneliti dapat melihat kekurangan dan
kelebihan dari pelaksanaan tindakan/pembelajaran yang
dilaksanakan sehingga pada pelaksanaan tindakan berikutnya lebih
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sebelum melaksanakan kegiatan, peneliti membuat
rancangan kegiatan dalam kegiatan perencanaan untuk setiap
Siklus. Untuk skenario pelaksanaan terdapat pada Bab 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar
Negeri 3 Glempang Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Adapun
subjeknya adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Glempang tahun pelajaran
2011/2012. Kelas IV terletak di antara ruang UKS dan ruang Kelas V. Letak
lingkungan SD Negeri 3 Glempang berada di daerah pegunungan sehingga
membuat kelas tidak bisa sejajar melainkan terlihat seperti teras sering. Di
dalam ruang kelas IV terdapat satu meja guru dan satu kursi guru, 13 meja
siswa, 25 kursi siswa, dan satu almari yang letaknya bersebelahan dengan
meja guru.
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kelas IV
SD Negeri 3 Glempang sudah berjalan cukup baik. Dalam mengajar guru
sudah melaksanakan sesuai dengan petunjuk dalam kurikulum yang berlaku,
akan tetapi guru kurang menggunakan pendekatan dalam proses pembelajaran
yang dapat mengajak siswa untuk lebih aktif dalam menemukan dan
memecahkan suatu masalah sendiri dengan cara yang menyenangkan, sehingga
keaktifan dan motivasi siswa bertambah menjadi lebih baik. Guru terlalu sering
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran, oleh
sebab itu siswa masih banyak yang mengalami kesulitan menerima materi
pelajaran yang mengakibatkan kualitas belajar siswa kurang memuaskan.
Pelaksanaan proses pembelajaran sebelumnya menunjukan kekurangan
siswa dalam memahami materi yang disebabkan guru tidak menggunakan
pendekatan dalam proses pembelajaran yang sesuai, siswa tidak bisa
dikondisikan dengan baik sehingga mengganggu siswa lain yang sebenarnya
ingin memperhatikan pelajaran dengan serius menjadi terganggu
keseriusannya, siswa kurang aktif saat pembelajaran karena kejenuhan mereka
dengan gaya mengajar dari guru yang selalu memakai metode yang sama dan
tidak menuntut siswa untuk aktif mengikuti pelajaran karena dalam hal ini
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
siswa lebih sering menjadi pendengar yang baik, siswa malas untuk
memperhatikan penjelasan dari guru, semangat siswa saat mengikuti pelajaran
kurang terlihat, dan siswa tidak semangat jika mendapatkan tugas yang harus
dikerjakan sekalipun tugas itu dapat dikerjakan di rumah dalam bentuk
pekerjaan rumah.
Untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan pretest
atau tes awal yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2012. Hasilnya
sebagian besar siswa kelas IV kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sederhana yang diberikan
oleh guru menggunakan metode ceramah, hasil belajar mereka pun masih
rendah. Hal ini terbukti bahwa dari 25 siswa pada kelas IV yang mencapai nilai
ketuntasan belajar yang diukur tes akhir hanya 3 siswa yang memenuhi nilai
ketuntasan belajar, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 70 yaitu 22
siswa dengan nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 75 dengan perolehan nilai
rata-rata kelas 52. Distribusi frekuensi nilai pretes sebagai berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Nilai Pretes
No Interval Frekuensi Persen (%)
1 20-29 1 4% 2 30-39 3 12% 3 40-49 1 4% 4 50-59 13 52% 5 60-69 4 16% 6 70-79 3 12%
Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukan jumlah dari 25 siswa yang
terdapat pada kelas IV yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dalam
belajar sebanyak 3 siswa, jika di jadikan dalam bentuk persen sebesar 12%.
Jumlah anak yang belum tuntas dalam belajar sebanyak 22 anak, nilai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mereka capai bagi yang belum tuntas berada di bawah angka 70, jika
dipersentasekan sebesar 88%. Hasil belajar siswa pada saat sebelum diadakan
tindakan terlihat sangat rendah bahkan jauh dari kriteria ketuntasan belajar
yang telah ditentukan, sangat terlihat sekali dari siswa ingin mendapatkan
inovasi pembelajaran yang lain untuk menghilangkan kejenuhan mereka
dengan cara pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Dari keterangan di atas, maka peneliti akan melaksanakan penelitian
tindakan kelas untuk memberi suasana baru terhadap cara belajar siswa agar
lebih menarik menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan tujuan
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika pokok bahasan bangun ruang sederhana sesuai dengan proposal
penelitian yang telah diajukan sebelumnya.
B. Deskripsi Siklus I
Untuk mengawali tindakan sebagai wujud dari peningkatan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar sesuai dengan yang
diinginkan, peneliti menggunakan beberapa siklus yang akan dilakukan.
Kegiatan pada siklus I yang akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan yaitu
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga ini terdiri dari 4
tahap yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi,
dan tahap evaluasi.
1. Siklus I Pertemuan 1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan awal peneliti merancang pelaksanaan
pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada pembelajaran
matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti memilih kegiatan
tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme, siswa diajak untuk
melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif sehingga mendapatkan
pengalaman belajar secara langsung dan siswa diharapkan mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
beradaptasi dengan cara belajar yang akan disajikan yang menjurus pada
kegiatan tersebut, kegiatan belajar mampu memberikan kesenangan
untuk siswa yang merasa jenuh dengan cara belajar sebelumnya sehingga
diharapkan keaktifan siswadapat meningkat. Pelaksanaan siklus I
Pertemuan 1 ini direncanakan sesuai dengan jadwal mata pelajaran
matematika yang sudah ada di SD tersebut yaitu pada hari Senin tanggal
26 Maret 2012 di kelas IV SD Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan dengan cara kolaborasi bersama teman sejawat
yang sebelumnya sudah dimintai kesediaannya untuk ikut membantu
dalam beberapa hal.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I peneliti menyiapkan
langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala sekolah untuk
melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang di dalamnya terdapat kegiatan fase-fase konstruktivisme yaitu fase
start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase aplikasi dan diskusi ; (3)
Menyiapkan media; (4) Membuat lembar penilaian proses dan lembar
kerja siswa untuk siswa; (5) Meminta kesediaan teman sejawat untuk
menjadi observer; (6) Membuat lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang baik untuk melaksanakan tindakan agar tidak keluar
dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan siklus I
ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran matematika kelas IV pada hari
Senin tanggal 26 Maret 2012. Kegiatan pelaksanaan terdiri atas 3
kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini, terlebih dahulu guru mengawali dengan
membuka pelajaran yang diikuti mengucapkan salam kepada siswa
kelas IV dilanjutkan dengan melakukan absensi untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kehadiran siswa yang akan mengikuti pelajaran. Pada saat pelaksanaan
penelitian pertemuan pertama semua siswa hadir di dalam kelas.
Sebelum masuk pada kegiatan inti pembelajaran, guru terlebih dahulu
melakukan tes penjajagan tentang materi bangun ruang sederhana
dengan cara memberi pertanyaan seputar pengertian bangun ruang
kepada siswa yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh
pengalaman dan kemampuan awal siswa mengenai pengertian bangun
ruang tersebut. Dari kegiatan tersebut justru terdapat pendapat dari
salah satu siswa mengenai pengertian bangun ruang, menurutnya
bangun ruang yang dimaksud adalah bangun tidur, yang selanjutnya
mendapatkan gelak tawa dari siswa lain yang mendengarkan. Langkah
selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk memancing
pengetahuan siswa terhadap materi bangun ruang sederhana yang akan
diberikan. Guru menanyakan kepada semua siswa yang berada di
kelas mengenai kotak infak, tempat kapur, dan almari yang ada di
ruang kelas, semuanya merupakan benda ruang yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti yaitu
berupa : (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi pertanyaan
seputar materi bangun ruang sederhana untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan sebelum pembelajaran dilakukan guru
sudah meminta siswa untuk mencari informasi yang berhubungan
dengan materi yang akan diajarkan; (b) fase eksplorasi, siswa bekerja
kelompok mengidentifikasi pengertian bangun ruang dengan
mengamati langsung bangun ruang; (c) fase refleksi, siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka dan
mendiskusikannya dengan kelompok lain; (d) fase palikasi dan
diskusi, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
temuan yang telah mereka temukan dan menarik kesimpulan tentang
hasil temuan mereka.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat pelajaran
berlangsung sehingga siswa diharapkan akan lebih memahami materi
yang diajarkan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mulai
memancing keberanian siswa dalam bertanya kemudian dilanjutkan
dengan memberikan evaluasi yang telah disiapkan. Setelah selesai,
guru mengakhiri pelajaran dengan salam disertai pemberian motivasi
kepada siswa untuk selalu belajar dengan tekun disertai selalu
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa masih
banyak menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada siklus
berikutnya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran yang
diharapkan serta mengetahui kendala dan solusi pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme.
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 16 halaman 234.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.2 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 2,00 40% 2. Pengelolaan Kelas 3,00 60% 3. Penggunaan Media 2,00 40% 4. Pemanfaatan Waktu 2,00 40% Rerata 2,25 45%
Berdasarkan data pada tabel 4.2 pelaksanakan pembelajaran
menggunakan media bangun ruang sudah tepat, guru belum aktif
menjadi fasilitator pembelajaran. Guru belum mampu mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif, guru terlalu cepat
menyampaikan materi sehingga siswa sulit menangkap isi materi
yang disampaikan. Pada dasarnya siswa sudah mulai menyukai gaya
mengajar guru menggunakan pendekatan konstruktivisme dan
terlihat antusias mengikuti pelajaran tetapi cara penyampaiannya
yang belum bisa diterima langsung oleh beberapa siswa. Selain itu
guru terlihat kurang kreatif pada saat memberikan contoh bangun
ruang yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Guru belum mampu menumbuhkan semangat siswa dalam
proses pembelajaran, karena siswa masih takut untuk mengutarakan
pendapatnya dan terlihat wajah tegang pada siswa sehingga kondisi
dikelas sedikit kaku. Pembelajaran belum terpusat pada siswa karena
guru terlalu banyak menyampaikan materi yang seharusnya materi
tersebut bisa untuk memancing keaktifan siswa dalam belajar, materi
tersebut bisa ditanyakan kepada siswa untuk memancing keberanian
siswa untuk menjawab. Guru belum bisa mengajar secara
demokratis. Guru belum bisa memanfaatkan waktu dengan efektif
yang terlihat dari kegiatan kerja kelompok dalam bereksplorasi yang
memerlukan waktu terlalu banyak tanpa ada kontrol yang tepat
dalam pemanfaatan waktu yang tersedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2) Siswa
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
10 halaman 222.
Tabel 4.3 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Kehadiran Siswa 3,5 70% 2. Keaktifan Siswa 1,5 30% 3. Bekerja Kelompok 1,5 30% 4. Menyelesaikan Tugas 1,5 30% Rerata 2 40%
Berdasarkan data pada tabel 4.3 hasil observasi yang
dilakukan untuk siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan
bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam
pertemuan selanjutnya. Kekurangan-kekurangan tersebut antara
lain; (1) Siswa kurang terlibat secara aktif dalam mengikuti
pelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir, karena masih
banyak siswa yang tidak memperhatikan perintah guru dan
melaksanakan tugas dari guru dan mereka asyik bermain atau
membuat gaduh di kelas pada saat pembelajaran sedang
berlangsung; (2) Siswa belum mampu menyelesaikan tugas
dengan baik, masih banyak siswa yang mengerjakan tugas
dengan cepat tetapi dengan hasil yang kurang baik; (3) Siswa
belum maksimal berperan aktif dalam kegiatan bekerja
kelompok, masih banyak siswa yang bermain atau mengganggu
teman yang lain pada saat bekerja kelompok; (4) Siswa masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
terlalu kaku dan takut untuk mengungkapkan pendapatnya,
akibatnya pada saat diberikan kesempatan oleh guru untuk
menyampaikan pendapatnya hanya beberapa siswa yang berani
berpendapat.
b) Keaktifan siswa pada fase pendekatan konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 13 halaman 228.
Tabel 4. 4. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 1,32 33% C
2 Eksplorasi 1,75 43,75% C
3 Refleksi 1,56 39% C
4 Aplikasi dan Diskusi
1,44 36% C
A = nilai 3 - 4 (baik sekali)
B = nilai 2 - 3 (baik)
C = nilai 1- 2 (cukup baik)
Besrdasarkan data tabel 4.4 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase-fase konstruktivisme yang
terdiri dari fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase
aplikasi dan diskusi masih terlihat beberapa kendala sebagai
berikut: (1) fase start, keaktifan yang dinilai adalah keaktifan
bertanya dan menjawab. Siswa belum aktif dalam menjawab
pertanyaan dari guru tentang materi yang akan dipelajari. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menunjukan siswa kurang mampu mencari informasi dari dalam
atau luar kelas yang dapat digunakan sehubungan dengan materi
pengertian bangun ruang yang diajarkan oleh guru. Siswa
kurang melibatkan diri secara aktif mencari pengetahuan awal
untuk materi yang sedang diberikan guru, sehingga siswa kurang
aktif bertanya dan menjawab tentang materi yang akan
disampaikan. (2) fase eksplorasi, keaktifan yang dinilai adalah
keaktifan bekerja kelompok. Siswa kurang mampu menuangkan
ide-idenya kedalam materi pembelajaran, siswa juga masih
kurang terlibat aktif dalam kegiatan bereksplorasi yang
dilaksanakan secara berkelompok. (3) fase refleksi, keaktifan
yang dinilai adalah keaktifan berdiskusi. Siswa kurang mampu
dalam menyimpulkan hasil kegiatan kerja kelompok yang
dilakukan karena siswa masih kesulitan dalam mengungkapkan
pendapatnya secara lisan tentang kegiatan yang telah dilakukan.
Siswa masih kesulitan dalam merangkai kata-kata untuk
menyampaikan pendapatanya. Siswa juga masih ragu-ragu
dalam menyampaikan pendapatnya dan tidak percaya diri (4)
fase aplikasi dan diskusi , keaktifan yang dinilai adalah
keaktifan mengeluarkan pendapat. Keaktifan siswa dalam fase
ini menunjukan kurang mampunya siswa untuk berbicara di
depan kelas dalam menyampaikan hasil kegiatannya atau
pendapatnya seputar materi bangun ruang sederhana yang
diberikan oleh guru. Siswa kurang percaya diri yang disertai rasa
malu jika diminta untuk berbicara di depan kelas.
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus I
pertemuan 1. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus I
pertemuan 1 pada lampiran 19 halaman 243.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.5. Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus I Pertemuan 1
No Interval Frekuensi Persen (%) 1 40-46 4 16% 2 47-53 5 20% 3 54-60 6 24% 4 61-66 4 16% 5 67-73 5 20%
4% 6 74-80 1
Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukan frekuensi
nilai siklus I pertemuan 1 ketuntasan belajar siswa mengalami
kenaikan sebanyak 12% yaitu menjadi 24% atau sebanyak 6
siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa mengalami ketegangan yang masih
berlebihan dalam mengikuti pelajaran yang diberikan yang
mengakibatkan kurang mampunya siswa memahami materi
yang diberikan dan ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran
matematika, dikarenakan anggapan mereka terhadap mata
pelajaran matematika yang terlalu sulit dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya. Siswa jarang menyempatkan waktunya
untuk belajar di rumah dikarenakan rasa malas dan menganggap
belajar itu tidak penting dan tidak berguna bagi mereka padahal
seharusnya masa mereka adalah masa emas perkembangan otak
yang harus diisi dengan kegiatan bersifat positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan
untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus I pertemuan 1, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan pada
fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai rata-rata
1,32 atau 33%, yang menandakan kurang aktif dalam kegiatan tanya
jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase eksplorasi
nilai rata-rata 1,75 atau 43,75% yang menandakan bahwa siswa kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 1,56 atau
39% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Keaktifan
siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 1,44 atau 36% yang berarti
siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi dan menyimpulkan materi
pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami sedikit peningkatan. Pada
hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 6 siswa yang tuntas
belajar atau 24 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 58.
Meskipun peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan
namun pembelajaran dikatakan belum berhasil karena siswa yang tidak
tuntas ( i setengah jumlah siswa yaitu 19 anak
atau 76% dari jumlah siswa. Peneliti memberikan tindakan berupa
penjelasan materi kembali dan memberikan soal evaluasi sesuai materi
yang telah diajarkan.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa masih ragu dan malu untuk bertanya dan menjawab seputar materi
yang akan dipelajari; (2) Siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran
terutama pada saat bekerja kelompok melakukan eksplorasi
mengidentifikasi pengertian bangun ruang, karena beberapa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
menganggap bahwa tugas kelompok telah dikerjakan beberapa anggota
kelompok dan anggota yang lain bebas dari tugas; (3) Siswa masih terlalu
kaku dan takut untuk mengungkapkan pendapatnya dalam mengikuti
pembelajaran, karena belum terbiasa dilatih untuk berpendapat karena
selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah yang hanya
membuat siswa sebagai pendengar yang baik ; (4) Siswa belum mampu
menyelesaikan tugas dengan baik, baik tugas yang dikerjakan secara
kerja kelompok maupun yang dikerjakan secara individu.
Berdasarkan kendala tersebut peneliti memberikan solusi yaitu:
(1) Guru memberikan pertanyaan yang mudah untuk dijawab dan
menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab dengan dibantu
merangkai kata-kata yang akan disampaikan; (2) Guru memberikan
arahan kepada semua siswa bahwa tugas kelompok menjadi tanggung
jawab semua anggota kelompok untuk menyelesaikannya, bukan hanya
dikerjakan oleh beberapa anggota kelompok sebagai perwakilan dari
kelompok tersebut, sehingga semua siswa turut aktif dalam bekerja
kelompok; (3) Guru memberikan arahan kepada siswa untuk berpendapat
dengan menggunakan beberapa pertanyaan untuk memancing siswa
mengungkapkan pendapatnya; (4) Guru memberikan arahan agar siswa
termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dan
guru juga memberikan beberapa penghargaan bagi siswa yang dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar agar siswa yang lain
termotivasi untuk mengerjakan tugasnya dengan baik.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan 1, maka peneliti perlu melaksanakan siklus I
pertemuan 2 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa, serta
untuk menuntaskan 19 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Siklus I Pertemuan 2 a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus I Pertemuan 2 ini
direncanakan pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I Pertemuan 2 peneliti
menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala sekolah
untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang didalamnya menggunakan pendekatan
konstruktivisme; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat lembar penilaian
proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa; (5) Meminta
kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6) Membuat lembar
pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus I Pertemuan 2 ini dilaksanakan sesuai jadwal
pelajaranmatematika kelas IV pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012.
Kegiatan pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini, terlebih dahulu guru mengawali dengan
membuka pelajaran yang diikuti mengucapkan salam kepada siswa
kelas IV dilanjutkan dengan melakukan absensi untuk mengetahui
seberapa banyak kehadiran siswa yang akan mengikuti pelajaran.
Pada saat pelaksanaan penelitian pertemuan kedua semua siswa
hadir di dalam kelas. Sebelum masuk pada kegiatan inti
pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tes penjajagan
tentang materi bangun ruang kubus dengan cara memberi
pertanyaan seputar bangun ruang kubus kepada siswa yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman dan
kemampuan awal siswa. Langkah selanjutnya guru memberikan
apersepsi untuk memancing pengetahuan siswa terhadap materi
bangun ruang kubus yang akan diberikan. Guru menanyakan
kepada semua siswa yang berada di kelas mengenai contoh bangun
ruang kubus yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase model konstruktivisme dalam kegiatan inti yaitu berupa
kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi
pertanyaan seputar materi bangun ruang kubus untuk mengetahui
kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi, siswa bekerja
kelompok mengidentifikasi dan mencari pengertian bangun ruang
kubus; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan hasil kerja semua
kelompok yang telah dipresentasikan; (d) fase aplikasi dan diskusi,
siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil kerja
kelompok dan berbagai temuan yang telah mereka temukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
masih beberapa kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan berikutnya serta kendala dan solusi yang ditemui pada
proses pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 16 halaman
235.
Tabel 4.6 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 2,5 50% 2. Pengelolaan Kelas 3,0 60% 3. Penggunaan Media 2,5 50% 4. Pemanfaatan Waktu 2,6 52% Rerata 2,65 53%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berdasarkan data pada tabel 4.6 guru belum mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif walopun sebagian
siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mulai
menyukai cara mengajar guru. Guru belum maksimal dalam
menumbuhkan semangat siswa, terlihat beberapa siswa yang masih
ragu dan malu untuk aktif mengeluarkan pendapat mereka. Guru
sudah bisa berinteraksi secara langsung dengan siswa saat pelajaran
dimulai, tetapi kedekatan antara guru dan siswa harus diberi batas
agar nilai-nilai sebagai figur seorang guru tetap dianggap oleh
siswa. Pemanfaatan waktu belum berjalan dengan baik karena
masih sedikit melebihi jadwal yang telah ditentukan.
2) Siswa
Hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme
dan tahap wawancara.
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam pembelajaran
menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar nilai
observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran 10 halaman
223.
Tabel 4.7 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Kehadiran Siswa 4,0 80% 2. Keaktifan Siswa 2,5 50% 3. Bekerja Kelompok 2,0 40% 4. Menyelesaikan Tugas 2,0 40% Rerata 2,625 5,25%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan data pada tabel 4.7 observasi untuk siswa
sudah menunjukan hasil yang cukup baik dibandingkan dengan
pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam
menyiapkan materi yang akan dibahas yang sebelumnya telah
dipelajari terlebih dahulu oleh siswa meskipun masih terdapat
beberapa siswa yang belum siap dengan materi yang akan
dipelajari. Kekurangan yang masih harus diperbaiki dalam
pertemuan selanjutnya adalah: (1) Siswa belum berani mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang materi pelajaran, meskipun ada
beberapa siswa yang sudah aktif; (2) Siswa belum sepenuhnya aktif
dalam bekerja kelompok, karena kurang adanya rasa tanggung
jawab pada setiap anggota kelompok, sehingga tugas kelompok
hanya dikerjakan oleh beberapa anggota kelompok saja; (3) Siswa
kurang aktif dalam mengerjakan tugas baik tugas individu maupun
tuhas kelompok, karena beberapa siswa masih belum memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugas mereka; (4) Siswa sudah terlihat
menyukai kegiatan bereksplorasi meskipun belum semua siswa
terlibat aktif dalam kegiatan bereksplorasi , karena masih terlihat
beberapa siswa yang asyik bermain sendiri pada saat kegiatan
eksplorasi berlangsung; (5) Siswa belum sepenuhnya aktif dalam
menyelesaikan tugas kelompok, karena tugas kelompok hanya
dikerjakan oleh beberapa siswa saja.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 13 halaman 231.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4. 8. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 1,64 41% C
2 Eksplorasi 2,12 53% B
3 Refleksi 1,8 45% C
4 Aplikasi dan Diskusi
1,56 39% C
A = nilai 3 - 4 (baik sekali) B = nilai 2 - 3 (baik) C = nilai 1- 2 (cukup baik)
Berdasarkan data pada tabel 4.7 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri dari
keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase
aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan sebagai
berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan bertanya dan menjawab.
Keaktifan siswa dalam fase ini mengalami peningkatan
kemampuan siswa dalam mencari tahu terlebih dahulu informasi
untuk menunjang materi yang akan dipelajari baik berasal dari luar
atau dalam kelas dan mampu menjawab pertanyaan dari guru
tentang materi yang akan dipelajari. ; (2) fase eksplorasi, yaitu
keaktifan bekerja kelompok. Beberapa Siswa sudah mampu
melakukan kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok, akan tetapi masih terdapat beberapa siswa yang
kesulitan untuk mengidentifikasi pengertian bangun ruang kubus;
(3) fase refleksi, yaitu keaktifan berdiskusi. Keaktifan siswa dalam
fase ini menunjukan adanya peningkatan siswa dalam
mendiskusikan apa yang telah mereka temukan dalam kegiatan
eksplorasi, meskipun terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam
berdiskusi dan menganalisis pengertian bangun ruang kubus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
meskipun masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam
berdiskusi; (4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu keaktifan
mengeluarkan pendapa. Meskipun sudah mengalami peningkatan
dari kegiatan belajar sebelumnya tetapi masih menunjukan kurang
mampunya siswa untuk berpendapat untuk mendiskusikan
pengertian bangun ruang kubus dan menarik kesimpulan tentang
pengertian bangun ruang kubus. Rasa percaya diri siswa sudah
meningkat tetapi masih sangat perlu ditingkatkan lagi agar siswa
lebih berani mengungkapkan pendapatnya.
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus I
pertemuan 2. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus I
pertemuan 2 pada lampiran 19 halaman 243.
Tabel 4.9. Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus I Pertemuan 2 No Interval Frekuensi Persen (%)
1 40-47 4 16% 2 48-55 9 36% 3 56-63 2 8% 4 64-71 5 20% 5 72-79 4 16% 6 80-87 1 4%
Berdasarkan data pada tabel 4.9 menunjukan frekuensi nilai
siklus I pertemuan 2 ketuntasan belajar siswa mengalami kenaikan
sebanyak 8% yaitu menjadi 32% atau sebanyak 8 siswa yang tuntas
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru terhadap
perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai tertinggi dan dua
siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh hasil bahwa siswa
sudah mulai senang belajar dan gemar membaca untuk mengetahui
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan walaupun kegiatan
tersebut hanya dilakukan dalam waktu yang tidak lama dan jika ada
tugas saja dari guru. Ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran
matematika masih banyak dialami oleh beberapa siswa yang
mengakibatkan keaktifan siswa hanya mengalami kenaikan yang
belum maksimal.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan
untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus I pertemuan 2, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai
rata-rata 1,64 atau 41%, yang menandakan kurang aktif dalam kegiatan
tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase
eksplorasi nilai rata-rata 2,12 atau 53% yang menandakan bahwa siswa
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 1,8
atau 45% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi.
Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 1,56 atau 39%
yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 9 siswa yang tuntas belajar
atau 36 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 60,80. Meskipun
peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pembelajaran dikatakan belum berhasil karena siswa yang tidak tuntas
( i setengah jumlah siswa yaitu 16 anak atau
64% dari jumlah siswa. Peneliti memberikan tindakan berupa
penjelasan materi kembali dan memberikan soal evaluasi sesuai materi
yang telah diajarkan.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
siswa belum berani mengajukan pertanyaan; (2) siswa belum terlibat
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu dalam kegiatan kerja
kelompok; (3) siswa belum maksimal dalam menyelesaikan tugas; (4)
siswa belum sepenuhnya aktif melaksanakan eskplorasi yang
dilaksanakan secara berkelompok; (5) siswa belum terlibat secara aktif
dalam menyelesaikan tugas kelompok; (6) waktu yang diberikan untuk
bekerja kelompok melakukan eksplorasi belum dapat digunakan dengan
efektif.
Berdasarkan kendala yang ditemui peneliti memberikan solusi
sebagai berikut: (1) guru berusaha untuk memberikan motivasi kepada
semua siswa agar mereka berani untuk mengajukan pertanyaan tentang
materi pelajaran, dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
pancingan agar mereka berani bertanya; (2) guru memberikan motivasi
terhadap siswa agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi yang
dilakukan secara kelompok, guru juga memberikan kegiatan yang
menarik agar siswa antusias mengikuti kegiatan kerja kelompok; (3)
guru terus memberikan pengertian dan motivasi kepada siswa agar siwa
rajin mengerjakan tugas yang diberikan guru dan memberika pengertian
kepada mereka tentang rasa tanggung jawab terhadap tugas mereka; (4)
guru lebih sering memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan bereksplorasi yang dilakukan secara berkelompok, guru
berusaha untuk memberikan tugas yang sama terhadap setiap siswa agar
mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(5) guru memberikan motivasi dan tugas yang harus diselesaikan oleh
setiap siswa, meskipun tugas itu adalah tugas kelompok; (6) guru
memberikan batas waktu dan memandu jalannya kegiatan eksplorasi
agar waktu yang digunakan untuk kegiatan bereksplorasi berjalan
dengan efektif.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan
siklus I pertemuan 1, maka peneliti perlu melaksanakan siklus I
pertemuan 3 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa, serta
untuk menuntaskan 16 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
3. Siklus I Pertemuan 3 a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus I Pertemuan 3 ini
direncanakan pada hari Jum’at tanggal 30 Maret 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I Pertemuan 3 peneliti
menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala sekolah
untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme; (3)
Menyiapkan media; (4) Membuat lembar penilaian proses, lembar kerja
siswa, dan evaluasi untuk siswa; (5) Meminta kesediaan teman sejawat
untuk menjadi observer; (6) Membuat lembar pengamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus I Pertemuan 3 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari Jum’at tanggal 30 Maret 2012. Kegiatan
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini, terlebih dahulu guru mengawali dengan
membuka pelajaran yang diikuti mengucapkan salam kepada siswa
kelas IV dilanjutkan dengan melakukan absensi untuk mengetahui
seberapa banyak kehadiran siswa yang akan mengikuti pelajaran.
Pada saat pelaksanaan penelitian pertemuan ketiga semua siswa
hadir di dalam kelas. Sebelum masuk pada kegiatan inti
pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tes penjajagan
tentang materi bangun ruang balok dengan cara memberi
pertanyaan seputar bangun ruang balok kepada siswa yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman dan
kemampuan awal siswa. Langkah selanjutnya guru memberikan
apersepsi untuk memancing pengetahuan siswa terhadap materi
bangun ruang balok yang akan diberikan. Guru menanyakan
kepada semua siswa yang berada di kelas mengenai contoh bangun
ruang balok yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme pada kegiatan inti yaitu
berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi
pertanyaan seputar materi bangun ruang balok untuk mengetahui
kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi, siswa bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kelompok mengidentifikasi dan mencari pengertian bangun ruang
balok; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan hasil temuan dari
semua kelompok yang telah dipresentasikan; (d) fase aplikasi dan
diskusi, siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil kerja
kelompok dan berbagai temuan yang telah mereka temukan.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan
siswa masih terdapat beberapa kekurangan yang memerlukan perbaikan
pada siklus berikutnya serta kendala dan solusi yang ditemui pada
proses pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme.
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 16 halaman 236.
Tabel 4.10 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 3
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 3,0 60% 2. Pengelolaan Kelas 2,5 50% 3. Penggunaan Media 2,5 50% 4. Pemanfaatan Waktu 3,0 60% Rerata 2,75 55%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan data pada tabel 4.10 pada saat guru
menyampaikan materi menggunakan media bangun ruang balok,
media yang digunakan sudah sesuai dengan materi, tetapi materi
yang disampaikan terlalu luas yang seharusnya dapat menjadi
bahan temuan siswa dalam berdiskusi dan bereksplorasi secara
berkelompok, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran. Guru belum mampu menumbuhkan semangat
siswa, karena masih banyak siswa yang belum terlibat aktif dalam
proses pembelajaran, siswa mulai aktif dan berani sedikit berbicara
di dalam kelas meskipun masih sebagian besar siswa belum bisa
merangkai kata-kata untuk menyampaikan hasil kegiatan yang
telah dilakukan. Pemanfaatan waktu sudah berjalan cukup baik
meskipun masih sedikit melebihi jadwal yang telah ditentukan.
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada siklus
selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap pelaksanaan
proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme dan tahap
wawancara.
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
10 halaman 224.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 4.11 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Kehadiran Siswa 4,0 80% 2. Keaktifan Siswa 2,5 50% 3. Bekerja Kelompok 2,0 40% 4. Menyelesaikan Tugas 3,0 60% Rerata 2,875 57,5%
Berdasarkan data pada tabel 4.11 observasi untuk siswa
sudah menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan
dengan pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan
siswa dalam menyiapkan materi yang akan dibahas yang
sebelumnya telah dipelajari terlebih dahulu oleh siswa meskipun
masih terdapat beberapa siswa yang belum siap dengan materi
yang akan dipelajari. Peningkatan cara berbicara untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas menggunakan
bahasa yang baik dan benar meskipun masih ada beberapa siswa
yang terlihat tegang untuk menyampaikan pendapatnya di depan
kelas. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan tugas tepat
waktu sesuai jadwal yang ditentukan meskipun masih terdapat
banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai kriteria
ketuntasan minimal.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Pendekatan Konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 13 halaman 231.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4. 12. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 2,22 55,5% B
2 Eksplorasi 2,44 61% B
3 Refleksi 2,16 54% B
4 Aplikasi dan Diskusi
2,0 50% B
A = nilai 3 - 4 (baik sekali) B = nilai 2 - 3 (baik) C = nilai 1- 2 (cukup baik)
Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi yang dilakukan
dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri dari
keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase
aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan sebagai
berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran.
Keaktifan siswa dalam fase ini sudah terdapat peningkatan
keaktifan siswa dalam mencari tahu terlebih dahulu informasi
untuk menunjang materi yang akan dipelajari baik berasal dari
luar atau dalam kelas, sehingga siswa aktif dalam menjawab dan
bertanya tentang nateri pelajaran; (2) fase eksplorasi, yaitu
keaktifan dalam bekerja kelompok. Beberapa Siswa sudah
mampu melakukan kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok, akan tetapi masih terdapat beberapa siswa yang
kesulitan untuk mengidentifikasi pengertian bangun ruang
balok; (3) fase refleksi, yaitu keaktifan siswa dalam berdiskusi.
Keaktifan siswa dalam fase ini menunjukan sudah ada
peningkatan siswa dalam mendiskusikan apa yang telah mereka
temukan dalam kegiatan eksplorasi, meskipun terdapat beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
siswa yang kesulitan dalam berdiskusi dan menganalisis
pengertian bangun ruang balok; (4) fase aplikasi dan diskusi,
yaitu keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat . Meskipun
sudah mengalami peningkatan dari kegiatan belajar sebelumnya
tetapi masih menunjukan kurang mampunya siswa untuk
berpendapat untuk mendiskusikan pengertian bangun ruang
balok dan menarik kesimpulan tentang pengertian bangun ruang
balok. Rasa percaya diri siswa sudah meningkat tetapi masih
sangat perlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih berani
mengungkapkan pendapatnya.
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus I
pertemuan 3. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus I
pertemuan 3 pada lampiran 19 halaman 243.
Tabel 4.13. Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 3 No Interval Frekuensi Persen (%)
1 40-48 3 12% 2 49-57 8 32% 3 58-65 1 4% 4 66-74 7 28% 5 75-83 4 16% 6 84-92 2 8%
Berdasarkan data pada tabel 4.13 menunjukan
frekuensi nilai siklus I pertemuan 3 ketuntasan belajar siswa
mengalami kenaikan sebanyak 16% yaitu menjadi 48% atau
sebanyak 12 siswa yang tuntas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah mulai suka dengan pelajaran
matematika. Ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran
matematika masih banyak dialami oleh siswa yang
mengakibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
hanya mengalami kenaikan yang belum maksimal.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus I pertemuan 3, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai
rata-rata 2,22 atau 55,5%, yang menandakan kurang aktif dalam
kegiatan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan
pada fase eksplorasi nilai rata-rata 2,44 atau 61% yang menandakan
bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang
dilakukan secara berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi
mencapai nilai 2,16 atau 54% yang berarti siswa kurang aktif dalam
kegiatan diskusi. Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai
nilai 2,0 atau 50% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan
diskusi dan menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 13 siswa yang tuntas belajar
atau 52 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 63,2. Meskipun
peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan namun
pembelajaran dikatakan belum berhasil karena siswa yang tidak tuntas
( 12 anak atau 48% dari jumlah siswa. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
memberikan tindakan berupa penjelasan materi kembali dan
memberikan soal evaluasi sesuai materi yang telah diajarkan.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa belum berani mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran
atau tentang hal-hal yang belum dimengerti mengenai materi maupun
tugas kelompok dan tugas individu; (2) Siswa belum terlibat aktif dalam
bekerja kelompok yaitu kegiatan bereksplorasi mencari tau pengertian
bangun ruang balok; (3) Siswa belum maksimal dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas kelompok maupun tugas
individu dikarenakan belum ada rasa tanggung jawab untuk
mengerjakan tugas pada diri mereka; (4) Siswa masih ragu untuk
mengemukakan pendapatnya meskipun mereka telah menemukan
beberapa ide dan pendapat; (5) Keaktifan siswa dan hasil belajar belum
mencapai nilai maksimal meskipun sudah mulai ada peningkatan yaitu
dari 25 anak sebanyak 13 anak sudah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal; (6) Waktu yang diberikan untuk bekerja kelompok melakukan
eksplorasi belum dapat digunakan dengan efektif.
Berdasarkan kendala yang ditemui peneliti menerapkan solusi
yaitu: (1) Guru berusaha untuk memotivasi seluruh siswa agar
mempunyai rasa percaya diri dan keberanian mengajukan pertanyaan
tentang materi pelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
seputar materi pelajaran untuk memancing keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat mereka; (2) Guru memberikan
motivasi terhadap siswa agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok, memberikan kegiatan
yang menarik dan menggunakan median yang dapat menarik minat
siswa untuk mengikuti kerja kelompok; (3) Guru memberikan
pengertian dan motivasi kepada siswa agar tertanam rasa tanggung
jawab pada diri mereka dalam mengerjakan tugas, dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
beberapa penghargaan terhadap siswa yang dapat menyelesaikan tugas
dengan baik dan tepat waktu agar siswa yang lain termotivasi untuk
mengerjakan tugas dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan; (4) Guru memotivasi siswa agar mempunyai rasa percaya
diri untuk menyampaikan pendapatnya dan melarang siswa untuk
menertawakan siswa lain yang sedang menyampaikan pendapatnya
dengan alasan semua siswa mempunyai pendapat yang berbeda dan kita
harus menghargai pendapat orang lain, guru membantu iswa yang
berkesulitan merangkai kata-kata yang akan disampaikan; (5) Guru
memperbaiki semua tindakan yang masih kurang dalam proses
pembelajaran demi meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa; (6)
Guru memberikan batas waktu dan memandu jalannya kegiatan
eksplorasi agar waktu yang digunakan untuk kegiatan bereksplorasi
berjalan dengan efektif dan siswa lebih berkonsentrasi mengerjakan
tugas mereka dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan meskipun tugas itu adalah tugas kelompok.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus I pertemuan 3, maka peneliti perlu melaksanakan siklus
II untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa, serta untuk
menuntaskan 12 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
4. Kesimpulan Siklus
a. Analisis Observasi Terhadap Guru
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. Observer
mengamati proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan oleh peneliti. Adapun analisis hasil observasi guru oleh observer
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.14. Analisis Observasi Terhadap Guru Oleh Observer No Siklus Rata-rata
skor Persentase Keterangan
1 2 3
Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus I Pertemuan 3
2,22 2,67 2,78
44,4% 53,4% 55,6%
B B B
Keterangan:
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31- 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10- 20 (kurang baik)
Dari tabel 4.14 pembelajaran sudah berlangsung dengan baik.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan sudah sesuai
langkah-langkah dalam pendekatan konstruktivisme. Skor rata-rata
yang diperoleh pada siklus I 2,56 dengan klasifikasi B dan presentase
51,2%. Dalam pembelajaran guru sudah bias menjadi fasilitator
pembelajaran. Guru juga sudah mengajar dengan demokratis dengan
memperlakukan semua siswa secara sama. Guru juga sudah dapat
menggunakan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
pembelajaran.
b. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Selain mengobservasi guru, penulis juga mengobservasi siswa.
Hasil observasi siswa oleh observer siklus 1. Adapun analisis hasil
observasi siswa oleh observer adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 4.15. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
No Siklus I Rata2 skor
Presentase Ket
1. Pertemuan 1 2,00 40 % C 2. Pertemuan 2 2,62 52,4 % C 3. Pertemuan 3 2,87 57,4 % C
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31 - 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10 - 20 (kurang baik)
Berdasarkan tebel 4.15 keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik. Skor rata-rata yang diperoleh 2,50
dengan klasifikasi nilai C dan presentase 50%. Dalam pembelajaran
siswa sudah dilibatkan dalam pembelajaran. Kehadiran siswa dalam
pembelajaran mencapai 100% yang menandakan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat tinggi. Siswa juga sudah aktif dalam
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Siswa juga
sudah baik dalam mengerjakan tugas kelompok, yang menandakan
bahwa kesadaran mereka terhadap tugas kelompok semakin meningkat.
c. Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap siswa dalam
fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4. 16. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 1,73 43,25% C
2 Eksplorasi 2,10 52,5% B
3 Refleksi 1,84 46% C
4 Aplikasi dan Diskusi
1,67 41,75% C
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
Berdasarkan data pada tabel 4.16 hasil observasi keaktifan
siswa dalam fase start belum sesuai dengan yang diharapkan, nilai yang
didapatkan yaitu 1,73 dengan persentase 43,25% dan klasifikasi
penilaian C. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang
materi yang akan dipelajari belum sesuai yang diharapkan, siswa masih
banyak yang belum berani menjawab pertanyaan dari guru karena
mereka tidak membaca materi yang akan dipelajari terlebih dahulu.
Siswa juga belum banyak yang bertanya tentang materi yang akan
disampaikan dan tugas yang akan dilaksanakan karena mereka tidak
mempunyai keberanian untuk bertanya.
Keaktifan siswa dalam fase eksplorasi mencapai nilai 2,10
dengan persentase sebesar 52,5% dan klasifikasi nilai B. Siswa belum
sepenuhnya aktif dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok, masih banyak siswa yang bermain pada saat kegiatan
eksplorasi berlangsung. Siswa juga masih banyak yang tidak ikut dalam
mengerjakan tugas kelompok karena LKS hanya terdapat satu dalam
setiap kelompok, sehingga LKS hanya dikerjakan oleh beberapa orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
saja dan yang lain tidak mempedulikan tugas tersebut karena sudah ada
yang mengerjakan.
Kekatifan siswa dalam fase refleksi mencapai nilai 1,84
dengan persentase sebesar 46% dan klasifikasi nilai C. hal ini
menunjukkan bahwa siswa belum terlibat aktif dalam mendiskusikan
hasil temuan mereka dalam kegiatan eksplorasi. Siswa tidak berani
berpendapat karena tidak mempunyai rasa percaya diri dan mereka
masih sulit untuk merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapat
mereka, sehingga kegiatan diskusi hanya didominasi oleh beberapa
orang saja.
Keaktifan siswa dalam fase aplikasi dan diskusi mencapai
nilai 1,67 dengan persentase sebesar 41,75% dan klasifikasi nilai C.
Keaktifan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran belum sesuai
dengan yang diharapkan.
d. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa berhubungan dengan hasil belajar intelektual
yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh
tes. Ringkasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan
pendekatan konstruktivisme dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.17. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Siklus Kriteria (%) Rata- rata
nilai Tuntas Belum tuntas 1 2 3 4
Sebelum tindakan Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus I Pertemuan 3
12% 24% 36% 52%
88% 76% 64% 48%
52 58
60,8 63,2
Berdasarkan tabel 4.17 diawali dengan kegiatan sebelum
tindakan yang menunjukan ketuntasan belajar siswa masih jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
harapan yaitu sebesar 12% hanya terdapat 3 siswa yang tuntas belajar
dengan rata-rata nilai siswa adalah 52. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan
1 sudah mengalami peningkatan walaupun belum mencapai indikator
ketuntasan yang diharapkan, terdapat 24% siswa yang mendapatkan
predikat tuntas belajar dijumpai pada 5 siswa dengan nilai rata-rata
semua siswa adalah 58. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 2 juga
mengalami kenaikan ketuntasan belajar menjadi 36% atau 9 siswa
mendapatkan predikat tuntas dengan rata-rata perolehan nilai rata-rata
semua siswa adalah 60,8. Pelaksanaan Siklus I Peretemuan 3
mengalami kenaikan ketuntasan belajar siswa menjadi 52% yaitu ada
13 siswa yang mendapatkan predikat tuntas dengan nilai rata-rata
semua siswa 63,2.
Peningkatan hasil belajar siswa sebelum tindakan, siklus I
pertemuan 1, siklus I pertemuan 2, dan siklus I pertemuan 3 dapat
dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
52%
12%24%
0
10
20
30
40
50
60
sebelum tindakan siklus 1/1 siklus 1/2 siklus 1/3
persentaseketuntasan belajar36%
Gambar 4.1. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Awal sebelum tindakan terdapat 12% siswa mendapatkan
ketuntasan belajar sehingga diadakan tindakan Siklus I pertemuan1
yang mengakibatkan mengalami kenaikan hasil belajar sebesar 12%
menjadi 24%. Pada Siklus I Pertemuan 2 mengalami kenaikan sebesar
12% sehingga ketuntasan belajar siswa menjadi 36%. Pada siklus I
Pertemuan 3 ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 16%
sehingga ketuntasan belajar menjadi 52%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
e. Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa diperoleh bahwa
sebagian besar siswa sudah tertarik dan menyukai proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Siswa suka dengan kegiatan
eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok karena kegiatan
eksplorasi jarang dilakukan sebelumnya. Siswa juga merasa dapat
memahami materi pelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
karena mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran melalui
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Siswa lebih
senang dengan diskusi yang dilakukan karena dapat bertukat pikiran
dengan siswa lain.
f. Kendala dan Solusi
Kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat diatasi dengan solusi
yang tepat. Adapun kendala dan solusi siklus I yaitu: (1) Kendala yang
dihadapi siswa masih ragu dan malu untuk bertanya dan menjawab
seputar materi yang akan dipelajari. Solusi yang diterapkan yaitu guru
memberikan pertanyaan yang mudah untuk dijawab dan menunjuk
salah seorang siswa untuk menjawab dengan dibantu merangkai kata-
kata yang akan disampaikan; (2) Kendala yang dihadapi yaitu siswa
kurang aktif dalam mengikuti pelajaran terutama pada saat bekerja
kelompok melakukan eksplorasi mengidentifikasi pengertian bangun
ruang, karena beberapa siswa menganggap bahwa tugas kelompok telah
dikerjakan beberapa anggota kelompok dan anggota yang lain bebas
dari tugas. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru
memberikan arahan kepada semua siswa bahwa tugas kelompok
menjadi tanggung jawab semua anggota kelompok untuk
menyelesaikannya, bukan hanya dikerjakan oleh beberapa anggota
kelompok sebagai perwakilan dari kelompok tersebut, sehingga semua
siswa turut aktif dalam bekerja kelompok; (3) Kendala yang dihadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
adalah siswa masih terlalu kaku dan takut untuk mengungkapkan
pendapatnya dalam mengikuti pembelajaran, karena belum terbiasa
dilatih untuk berpendapat karena selama ini guru hanya menggunakan
metode ceramah yang hanya membuat siswa sebagai pendengar yang
baik. Solusi yang digunakan untuk mengatsi kendala tersebut adalah
guru memberikan arahan kepada siswa untuk berpendapat dengan
menggunakan beberapa pertanyaan untuk memancing siswa
mengungkapkan pendapatnya; (4) Kendala yang dihadapi yaitu Siswa
belum mampu menyelesaikan tugas dengan baik, baik tugas yang
dikerjakan secara kerja kelompok maupun yang dikerjakan secara
individu. Solusi yang diterapkan adalah guru memberikan arahan agar
siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru, dan guru juga memberikan beberapa penghargaan bagi siswa yang
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar agar siswa yang
lain termotivasi untuk mengerjakan tugasnya dengan baik.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus I, maka peneliti perlu melaksanakan siklus II untuk
memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa, serta untuk
menuntaskan 12 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
C. Deskripsi Siklus II
Kegiatan pada siklus II terdiri dari 3 pertemuan dan pada setiap
pertemuan terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan
tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi. Kegiatan yang dilakukan pada
siklus II ini adalah sebagai perbaikan dari sikus 1 yang dianggap masih kurang
baik hasilnya. Peneliti akan memperbaiki segala tindakan yang masih kurang
pada siklus I, sehingga pada siklus II ini keaktifan dan hasil belajar siswa akan
meningkat dan bertamabah baik sesuai dengan harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
1. Siklus II Pertemuan 1
Kegiatan pada siklus II pertemuan 1 ini terdiri dari 4 tahap tindakan
yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap
evaluasi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus II Pertemuan 1 ini
direncanakan pada hari Senin tanggal 9 April 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II Pertemuan 1
peneliti menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala
sekolah untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat
lembar penilaian proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa;
(5) Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6)
Membuat lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus II Pertemuan 1 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari Senin tanggal 9 April 2012. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa. Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung semua
siswa hadir. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana dan memberikan acuan dalam pembelajaran tersebut.
Langkah selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk memancing
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dengan
cara memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa
mengenai sifat-sifat bangun ruang sederhana dan beberapa siswa
diminta memberikan pendapatnya mengenai materi tersebut
tersebut.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti
yaitu berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa
diberi pertanyaan seputar materi sifat-sifat bangun ruang sederhana
untuk mengetahui kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi,
siswa bekerja kelompok mengidentifikasi dan mencari sifat-sifat
bangun ruang sederhanak; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan
hasil temuan dari semua kelompok yang telah dipresentasikan; (d)
fase aplikasi dan diskusi, siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan hasil kerja kelompok dan berbagai temuan yang
telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan
siswa serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 17 halaman 237.
Tabel 4.18 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 3,5 70% 2. Pengelolaan Kelas 3,5 70% 3. Penggunaan Media 2,5 50% 4. Pemanfaatan Waktu 3,3 66% Rerata 3,2 64%
Berdasarkan data pada tabel 4.18 guru sudah mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif meskipun belum
sempurna. Guru sudah mampu menumbuhkan semangat siswa dan
lebih dekat dengan siswa. Guru sudah dapat mengelola kelas
dengan baik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
kondusif. Pembelajaran sudah terpusat kepada siswa yang berperan
aktif dalam mencari tahu tentang materi yang dibahas dan
menjawab pertanyaan guru tentang materi yang akan dipelajari,
siswa mulai menyukai kegiatan eksplorasi yang menimbulkan
pengetahuan baru, siswa mulai aktif dan berani berbicara di dalam
kelas. Guru sudah dapat mengajar secara demokratis kepada semua
siswa tanpa ada yang dibedakan. Pemanfaatan waktu sudah
semakin baik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme
dan tahap wawancara.
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
12 halaman 228.
Tabel 4.19 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Kehadiran Siswa 4,5 90% 2. Keaktifan Siswa 3,5 70% 3. Bekerja Kelompok 2,5 50% 4. Menyelesaikan Tugas 3,0 60% Rerata 3,375 67,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Berdasarkan data pada tabel 4.19 bservasi untuk siswa
sudah menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan
dengan siklus sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari. Peningkatan cara berbicara siswa untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas menggunakan
bahasa yang baik dan benar meskipun masih ada beberapa siswa
yang terlihat tegang untuk menyampaikan pendapatnya di depan
kelas. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan tugas tepat
waktu sesuai jadwal yang ditentukan meskipun masih terdapat
banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai kriteria
ketuntasan minimal.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 14 halaman 232.
Tabel 4. 20. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase
Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 2,2 55% B
2 Eksplorasi 2,96 74% B
3 Refleksi 2,24 56% B
4 Aplikasi dan Diskusi
2,0 50% B
A = nilai 3 - 4 (baik sekali)
B = nilai 2 - 3 (baik)
C = nilai 1- 2 (cukup baik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Berdasarkan data dari tabel 4.20 dari hasil observasi
yang dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang
terdiri dari keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi,
dan fase aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan
sebagai berikut: (1) fase start, keaktifan dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari. Keaktifan dalam fase ini menunjukan
peningkatan keaktifan siswa dalam mencari tahu terlebih dahulu
informasi untuk menunjang materi yang akan dipelajari,
sehingga siswa aktif dalam menjawab dan bertanya tentang
materi pelajaran; (2) fase eksplorasi, yaitu keaktifan dalam
bekerja kelompok. Keaktifan siswa dalam kegiatan eksplorasi
masih perlu ditingkatkan, agar semua siswa terlibat aktif dalam
kegiatan eksplorasi tersebuti; (3) fase refleksi, yaitu keaktifan
siswa dalam berdiskusi. Keaktifan siswa dalam berdiskusi
mengalami peningkatan, siswa mulai aktif mendiskusikan apa
yang telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi,
meskipun terdapat beberapa siswa yang kesulitan dalam
berdiskusi dan menganalisis sifat-sifat bangun ruang sederhana;
(4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu keaktifan siswa dalam
mengeluarkan pendapat . Meskipun sudah mengalami
peningkatan dari kegiatan belajar sebelumnya tetapi masih
menunjukan kurang mampunya siswa untuk berpendapat dan
mendiskusikan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan menarik
kesimpulan tentang sifat-sifat bangun ruang sederhana. Rasa
percaya diri siswa sudah meningkat tetapi masih sangat perlu
ditingkatkan lagi agar siswa lebih berani mengungkapkan
pendapatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus II
pertemuan 1. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus II
pertemuan 1 pada lampiran 20 halaman 224.
Tabel 4.21.Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus II Pertemuan 1
No Interval Frekuensi Persen 1 45-60 9 36% 2 61-76 8 32% 3 77-92 7 28% 4 93-100 1 4%
Berdasarkan data pada tabel 4.21 menunjukan
frekuensi nilai siklus II pertemuan 1 ketuntasan belajar siswa
mengalami kenaikan sebanyak 12% yaitu menjadi 60% atau
sebanyak 15 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah mulai suka dengan pelajaran
matematika. Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka
mulai menyukai pelajaran matematika karena memberikan
suasana berbeda dalam proses pembelajaran matematika.,
sehingga mereka mulai tertarik untuk mengikuti proses
pembelajaran dan aktif didalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus II pertemuan 1, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai
rata-rata 2,2 atau 55%, yang menandakan kurang aktif dalam kegiatan
tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase
eksplorasi nilai rata-rata 2,96 atau 74% yang menandakan bahwa siswa
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 2,24
atau 56% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi.
Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 2,0 atau 50%
yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 15 siswa yang tuntas belajar
atau 60 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 69,4. Meskipun
peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan namun
pembelajaran dikatakan belum berhasil karena siswa yang tidak tuntas
( 10 anak atau 40% dari jumlah siswa. Peneliti
memberikan tindakan berupa penjelasan materi kembali dan
memberikan soal evaluasi sesuai materi yang telah diajarkan.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa belum berani mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari pada awal pembelajaran atau tentang hal-hal yang
belum dimengerti mengenai materi maupun tugas kelompok dan tugas
individu; (2) Siswa belum semuanya terlibat aktif dalam bekerja
kelompok yaitu kegiatan bereksplorasi mencari tahu sifat-sifat bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
ruang sederhana; (3) Siswa belum maksimal dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru, baik tugas kelompok maupun tugas individu,
sehingga hasil yang mereka capai belum maksimal; (4) Siswa belum
sepenuhnya aktif dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi meskipun
guru telah memberikan acuan dan lembar kerja siswa, tetapi masih
banyak siswa yang ragu dalam melakukan kegiatan eksplorasi; (5)
Keaktifan siswa dan hasil belajar belum mencapai nilai maksimal
meskipun sudah mulai ada peningkatan yaitu dari 25 anak sebanyak 15
anak sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal; (6) Waktu yang
diberikan untuk bekerja kelompok melakukan eksplorasi belum dapat
digunakan dengan efektif.
Berdasarkan kendala yang ditemui peneliti mengatasi kendala
tersebut dengan solusi sebagai berikut:(1) Guru berusaha untuk
memotivasi seluruh siswa agar mempunyai rasa percaya diri dan
keberanian mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi pelajaran untuk
memancing keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat mereka, guru memberikan penghargaan kepada siswa yang
dapat menjawab pertanyaan dengan benar agar siswa yang lain
termotivasi untuk menjawab pertanyaan guru; (2) Guru memberikan
motivasi terhadap siswa agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok, memberikan kegiatan
yang menarik dan menggunakan media yang dapat menarik minat siswa
untuk mengikuti kerja kelompok dan memberikan tugas kelompok agar
mereka dapat membagi tugas kepada setiap anggota kelompok; (3)
Guru memberikan pengertian dan motivasi kepada siswa agar tertanam
rasa tanggung jawab pada diri mereka dalam mengerjakan tugas, dan
memberikan beberapa penghargaan terhadap siswa yang dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu agar siswa yang lain
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan; (4) Guru memberikan kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
menarik dan tugas kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam
kegiatan eksplorasi dan kegiatan eksplorasi tidak didominasi oleh
beberapa anggota kelompok saja; (5) Guru memperbaiki semua
tindakan yang masih kurang dalam proses pembelajaran demi
meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa; (6) Guru memberikan
batas waktu dan memandu jalannya kegiatan eksplorasi agar waktu
yang digunakan untuk kegiatan bereksplorasi berjalan dengan efektif
dan siswa lebih berkonsentrasi mengerjakan tugas mereka dan
memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan meskipun
tugas itu adalah tugas kelompok.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II pertemuan 1, maka peneliti perlu melaksanakan siklus
II pertemuan 2 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa.
2. Siklus II Pertemuan 2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus II Pertemuan 2 ini
direncanakan pada hari Selasa tanggal 10 April 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II Pertemuan 2
peneliti menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
sekolah untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat
lembar penilaian proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa;
(5) Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6)
Membuat lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus II Pertemuan 2 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari Selasa tanggal 10 April 2012. Kegiatan
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa. Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung semua
siswa hadir. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi sifat-sifat bangun ruang
kubus dan memberikan acuan dalam pembelajaran tersebut.
Langkah selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk memancing
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dengan
cara memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa
mengenai sifat-sifat bangun ruang kubus dan beberapa siswa
diminta memberikan pendapatnya mengenai materi tersebut
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti yaitu
berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi
pertanyaan seputar materi sifat-sifat bangun ruang kubus untuk
mengetahui kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi, siswa
bekerja kelompok mengidentifikasi dan mencari sifat-sifat bangun
ruang kubus; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan hasil temuan
dari semua kelompok yang telah dipresentasikan; (d) fase aplikasi
dan diskusi, siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil
kerja kelompok dan berbagai temuan yang telah mereka temukan
dalam kegiatan eksplorasi.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 17 halaman 237.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 4.22 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 3,5 70% 2. Pengelolaan Kelas 3,5 70% 3. Penggunaan Media 3,0 60% 4. Pemanfaatan Waktu 3,7 74% Rerata 3,425 68,5%
Gerdasarkan tabel 4.22 guru sudah mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif dan kreatif meskipun belum sempurna.
Guru sudah mampu menumbuhkan semangat siswa meskipun belum
seluruhnya dan guru sudah lebih dekat dengan siswa. Guru sudah
dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan kondusif. Pembelajaran sudah terpusat kepada siswa
yang berperan aktif dalam mencari tahu tentang materi yang akan
dibahas dan menjawab pertanyaan guru tentang materi yang akan
dipelajari, siswa mulai menyukai kegiatan eksplorasi yang
menimbulkan pengetahuan baru bagi mereka, siswa mulai aktif dan
berani berbicara di dalam kelas. Guru sudah dapat mengajar secara
demokratis kepada semua siswa tanpa ada yang dibedakan.
Pemanfaatan waktu sudah dalam pembelajaran sudah efektif.
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme
dan tahap wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
11 halaman 226.
Tabel 4.23 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Kehadiran Siswa 4,5 90% 2. Keaktifan Siswa 3,5 70% 3. Bekerja Kelompok 3,5 70% 4. Menyelesaikan Tugas 3,5 70% Rerata 3,75 75%
Berdasarkan data pada tabel 4.23 observasi untuk siswa
sudah menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan
dengan pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Peningkatan cara berbicara siswa untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas menggunakan
bahasa yang baik dan benar meskipun masih ada beberapa siswa
yang terlihat tegang untuk menyampaikan pendapatnya di depan
kelas. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan tugas tepat
waktu sesuai jadwal yang ditentukan meskipun masih terdapat
beberapa siswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai kriteria
ketuntasan minimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 14 halaman 232.
Tabel 4. 24. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase
Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,0 75% A
2 Eksplorasi 3,36 84% A
3 Refleksi 3,0 75% A
4 Aplikasi dan Diskusi
3,04 76% A
A = nilai 3 - 4 (baik sekali)
B = nilai 2 - 3 (baik)
C = nilai 1- 2 (cukup baik)
Berdasarkan data pada tabel 4.24 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri
dari keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan
fase aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan
sebagai berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Keaktifan siswa dalam fase ini
menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mencari
tahu terlebih dahulu informasi untuk menunjang materi yang
akan dipelajari, sehingga siswa aktif dalam menjawab dan
bertanya tentang materi pelajaran; (2) fase eksplorasi, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
keaktifan dalam bekerja kelompok. Siswa sebagian besar sudah
menyukai kegiatan eksplorasi dan mereka sudah mulai terlibat
aktif dalam kegiatan eksplorasi tersebut, namun keaktifan siswa
masih perlu ditingkatkan lagi agar tercipta pembelajaran yang
aktif dan kreatif; (3) fase refleksi, yaitu keaktifan siswa dalam
berdiskusi. Keaktifan siswa dalam mendiskusikan apa yang
telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi mengalami
peningkatan, meskipun terdapat beberapa siswa yang belum
aktif dalam berdiskusi dan menganalisis sifat-sifat bangun ruang
kubus. Siswa masih terlihat ragu dalam berdiskusi dan tidak
percaya diri; (4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu keaktifan siswa
dalam mengeluarkan pendapat . Kegiatan berdiskusi mengalami
peningkatan meskipun tidak terlalu tinggi, karena masih ada
beberapa siswa yang masih belum aktif dalam menyampaikan
pendapat mereka untuk menyimpulkan sifat-sifat bangun ruang
kubus. Rasa percaya diri siswa sudah meningkat tetapi masih
sangat perlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih berani
mengungkapkan pendapatnya.
c) Tahap Penilaian Tes
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus II
pertemuan 2. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus II
pertemuan 2 pada lampiran 20 halaman 244.
Tabel 4.25. Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus II Pertemuan 2
No Interval Frekuensi Persen 1 50-57 4 16% 2 58-65 3 12% 3 66-72 2 8% 4 73-80 9 36% 5 81-88 3 12% 6 89-96 4 16%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Berdasarkan data pada tabel 4.25 menunjukan
frekuensi nilai siklus II pertemuan 2 ketuntasan belajar siswa
mengalami kenaikan sebanyak 12% yaitu menjadi 72% atau
sebanyak 7 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah mulai menyuka pelajaran matematika.
Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka mulai
menyukai pelajaran matematika karena memberikan suasana
berbeda dalam proses pembelajaran matematika., sehingga
mereka mulai tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan
aktif didalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan konstruktivisme menjadikan kegiatan pembelajaran
lebih efektif.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus II pertemuan 2, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai
rata-rata 3,00 atau 75%, yang menandakan kurang aktif dalam kegiatan
tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase
eksplorasi nilai rata-rata 3,36 atau 84% yang menandakan bahwa siswa
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 3,00
atau 75% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi.
Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 3,04 atau 76%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 18 siswa yang tuntas belajar
atau 72 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 74,6.
Peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkata dan
pembelajaran dikatakan berhasil karena siswa yang tuntas belajar
sebanyak 72%.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa belum seluruhnya berani mengajukan pertanyaan tentang materi
pelajaran yang akan dipelajari pada awal pembelajaran atau tentang hal-
hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran maupun tugas
kelompok dan tugas individu yang diberikan oleh guru, meskipun
mereka belum paham; (2) Siswa belum maksimal dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas kelompok maupun tugas
individu, sehingga hasil yang mereka capai belum maksimal, hal
tersebut dikarenakan belum adanya rasa tanggung jawab siswa terhadap
tugas yang mereka terima; (3) Siswa belum sepenuhnya aktif dalam
melaksanakan kegiatan eksplorasi mencari sifat-sifat bangun ruang
kubus, meskipun guru telah memberikan acuan dan lembar kerja siswa,
tetapi masih banyak siswa yang ragu dalam melakukan kegiatan
eksplorasi; (4) Keaktifan siswa dan hasil belajar belum mencapai nilai
maksimal meskipun sudah mulai ada peningkatan.
Berdasarkan kendala yang dihadapi peneliti mengatasi
dengan solusi sebagai berikut: (1) Guru berusaha untuk memotivasi
seluruh siswa agar mempunyai rasa percaya diri dan keberanian
mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi pelajaran untuk memancing
keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat mereka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab
pertanyaan dengan benar agar siswa yang lain termotivasi untuk
menjawab pertanyaan guru; (2) Guru memberikan pengertian dan
motivasi kepada siswa agar tertanam rasa tanggung jawab pada diri
mereka dalam mengerjakan tugas, dan memberikan beberapa
penghargaan terhadap siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan
baik dan tepat waktu agar siswa yang lain termotivasi untuk
mengerjakan tugas dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan; (3) Guru memberikan kegiatan yang menarik dan tugas
kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi dan
kegiatan eksplorasi tidak didominasi oleh beberapa anggota kelompok
saja; (4) Guru memperbaiki semua tindakan yang masih kurang dalam
proses pembelajaran demi meningkatnya keaktifan dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II pertemuan 2, maka peneliti perlu melaksanakan siklus
II pertemuan 3 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa.
3. Siklus II Pertemuan 3
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu dan dengan kegiatan eksplorasi tersebut diharapakan
siswa dapat aktif menuangkan ide-ide mereka untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa. Siswa diajak untuk melakukan kegiatan
pembelajaran secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang
dibangun sendiri dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
pada diri siswa dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus II
Pertemuan 3 ini direncanakan pada hari Jum’at tanggal 13 April 2012
di kelas IV SD Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan dengan cara kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II Pertemuan 3
peneliti menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala
sekolah untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat
lembar penilaian proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa;
(5) Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6)
Membuat lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus II Pertemuan 3 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari Jum’at tanggal 13 April 2012. Kegiatan
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa. Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung semua
siswa hadir. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi sifat-sifat bangun ruang
balok dan memberikan acuan dalam pembelajaran tersebut.
Langkah selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk memancing
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dengan
cara memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
mengenai sifat-sifat bangun ruang balok dan beberapa siswa
diminta memberikan pendapatnya mengenai materi tersebut
tersebut.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti yaitu
berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi
pertanyaan seputar materi sifat-sifat bangun ruang balok untuk
mengetahui kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi, siswa
bekerja kelompok mengidentifikasi dan mencari sifat-sifat bangun
ruang balok; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan hasil temuan
dari semua kelompok yang telah dipresentasikan; (d) fase aplikasi
dan diskusi, siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil
kerja kelompok dan berbagai temuan yang telah mereka temukan
dalam kegiatan eksplorasi.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 17 halaman 239.
Tabel 4.26 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 3
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 4,0 80% 2. Pengelolaan Kelas 4,0 80% 3. Penggunaan Media 3,5 70% 4. Pemanfaatan Waktu 3,7 74% Rerata 3,8 76%
Berdasarkan tabel 4.26 guru sudah mampu menciptakan
pembelajaran yang aktif dan kreatif meskipun belum sempurna.
Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan kondusif. Guru sudah mampu
menumbuhkan semangat siswa, tetapi masih harus ditingkatkan agar
semua siswa semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sudah
terpusat kepada siswa yang berperan aktif dalam mencari tahu
tentang materi yang akan dibahas dan menjawab pertanyaan guru
tentang materi yang akan dipelajari, siswa mulai menyukai kegiatan
eksplorasi yang menimbulkan pengetahuan baru bagi mereka, siswa
mulai aktif dan berani berbicara di dalam kelas. Guru sudah dapat
mengajar secara demokratis kepada semua siswa, tetapi masih perlu
ditingkatkan lagi agar siswa tidak merasa ada yang dibedakan dan
semua siswa mendapatkan perlakuan yang sama dari guru.
Pemanfaatan waktu dalam pembelajaran sudah efektif, karena waktu
yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme dan
tahap wawancara.
a) Proses Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
11 halaman 227.
Tabel 4.27 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 3
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Kehadiran Siswa 4,5 90% 2. Keaktifan Siswa 4,0 80% 3. Bekerja Kelompok 4,0 80% 4. Menyelesaikan Tugas 4,0 80% Rerata 4,125 82,5%
Berdasarkan data pada tabel 4.27 observasi untuk siswa
sudah menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan
dengan pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan
siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Peningkatan cara berbicara siswa untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas menggunakan
bahasa yang baik dan benar meskipun masih ada beberapa siswa
yang terlihat tegang untuk menyampaikan pendapatnya di depan
kelas. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan tugas tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
waktu sesuai jadwal yang ditentukan meskipun masih terdapat
beberapa siswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai kriteria
ketuntasan minimal.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam fase
konstruktivisme. Adapun daftar nilai observasi siswa dalam
pembelajaran pada lampiran 14 halaman 232.
Tabel 4. 28. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase
Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,32 83% A
2 Eksplorasi 3,44 86% A
3 Refleksi 3,12 78% A
4 Aplikasi dan Diskusi
3,2 80% A
A = nilai 3 - 4 (baik sekali)
B = nilai 2 - 3 (baik)
C = nilai 1- 2 (cukup baik)
Berdasarkan data pada tabel 4.28 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri
dari keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan
fase aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan
sebagai berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Kekatifan siswa dalam fase sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
mengalami peningkatan keaktifan siswa dalam mencari tahu
terlebih dahulu informasi untuk menunjang materi yang akan
dipelajari, sehingga siswa aktif dalam menjawab dan bertanya
tentang materi pelajaran; (2) fase eksplorasi, yaitu keaktifan
dalam bekerja kelompok. Observasi yang dilakukan pada fase
ini menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam menjalankan
kegiatan eksplorasi; (3) fase refleksi, yaitu keaktifan siswa
dalam berdiskusi. Keaktifan siswa dalam mendiskusikan apa
yang telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi
mengalami peningkatan, meskipun terdapat beberapa siswa yang
belum sepenuhnya aktif dalam berdiskusi dan menganalisis
sifat-sifat bangun ruang balok; (4) fase aplikasi dan diskusi,
yaitu keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat . Observasi
dalam fase ini menunjukkan siswa masih kurang aktif dalam
kegiatan berdiskusi, karena nilai keaktifan mengeluarkan
pendapat masih rendah dibandingkan dengan kegiatan lainnya.
Rasa percaya diri siswa sudah meningkat tetapi masih sangat
perlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih berani mengungkapkan
pendapatnya.
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus II
pertemuan 3. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus II
pertemuan 3 pada lampiran 20 halaman 244.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Tabel 4.29. Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus II Pertemuan 3
No Interval Frekuensi Persen 1 60-67 4 16% 2 68-75 6 24% 3 76-83 7 28% 4 84-91 3 12% 5 92-100 5 20%
Berdasarkan data pada tabel 4.29 menunjukan
frekuensi nilai siklus II pertemuan 3 ketuntasan belajar siswa
mengalami kenaikan sebanyak 12% yaitu menjadi 84% atau
sebanyak 21 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah menyukai pelajaran matematika.
Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka mulai
menyukai pelajaran matematika karena memberikan suasana
berbeda dalam proses pembelajaran matematika., sehingga
mereka mulai tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan
aktif didalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan konstruktivisme menjadikan kegiatan pembelajaran
lebih efektif. Pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan konstruktivisme membuat nilai hasil belajar siswa
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus II pertemuan 3, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase dengan nilai
rata-rata 3,32 atau 83%, yang menandakan kurang aktif dalam kegiatan
tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase
eksplorasi nilai rata-rata 3,44 atau 86% yang menandakan bahwa siswa
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 3,12
atau 78% yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi.
Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 3,2 atau 80%
yang berarti siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 21 siswa yang tuntas belajar
atau 84 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 80. Meskipun
peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan siswa
yang tidak jumlahnya 4 anak atau 16% dari jumlah siswa.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa belum seluruhnya berani mengajukan pertanyaan tentang materi
pelajaran yang akan dipelajari pada awal pembelajaran atau tentang hal-
hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran maupun tugas
kelompok dan tugas individu yang diberikan oleh guru, meskipun sudah
mengalami peningkatan; (2) Siswa sudah mengalami peningkatan yang
baik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas
kelompok maupun tugas individu, sehingga hasil yang mereka capai
semakin baik, meskipun belum seluruh siswa aktif menyelesaikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
dan hasil yang mereka capai belum maksimal; (3) Siswa belum
sepenuhnya aktif dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi mencari
sifat-sifat bangun ruang balok, meskipun sudah ada peningkatan yang
cukup baik; (4) Keaktifan siswa dan hasil belajar belum mencapai nilai
maksimal meskipun sudah mulai ada peningkatan.
Berdasarkan kendala yang dihadapi peneliti mengatasi dengan
solusi sebagai berikut: (1) Guru berusaha untuk memotivasi seluruh
siswa agar mempunyai rasa percaya diri dan keberanian mengajukan
pertanyaan tentang materi pelajaran, guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan seputar materi pelajaran untuk memancing keberanian siswa
dalam bertanya dan mengemukakan pendapat mereka, guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab
pertanyaan dengan benar agar siswa yang lain termotivasi untuk
menjawab pertanyaan guru; (2) Guru memberikan pengertian dan
motivasi kepada siswa agar tertanam rasa tanggung jawab pada diri
mereka dalam mengerjakan tugas, dan memberikan beberapa
penghargaan terhadap siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan
baik dan tepat waktu agar siswa yang lain termotivasi untuk
mengerjakan tugas dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, sehingga hasil yang mereka capai juga semakin baik; (3)
Guru memberikan kegiatan yang menarik dan tugas kelompok agar
semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi dan kegiatan
eksplorasi tidak didominasi oleh beberapa anggota kelompok saja,
melainkan semua anggota kelompok aktif dalam kegiatan eksplorasi
dan mendapatkan pengetahuan baru yang dapat berakibat kepada
meningkatnya hasil belajar siswa ; (4) Guru memperbaiki semua
tindakan yang masih kurang dalam proses pembelajaran demi
meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II pertemuan 1, maka peneliti perlu melaksanakan siklus
II pertemuan 2 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
4. Kesimpulan Siklus II
a. Analisis Observasi Terhadap Guru
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. Observer
mengamati proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan oleh peneliti. Adapun analisis hasil observasi guru oleh observer
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.30. Analisis Observasi Terhadap Guru Oleh Observer No Siklus Rata-rata
skor Persentase Keterangan
1 2 3
Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 3
3,22 3,44 3,78
64,4% 68,8% 75,6%
B B B
Keterangan:
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31- 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10- 20 (kurang baik)
Dari tabel 4.30 pembelajaran sudah berlangsung dengan baik.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan sudah sesuai
langkah-langkah dalam pendekatan konstruktivisme. Skor rata-rata
yang diperoleh pada siklus II 3,48 dengan klasifikasi B dan presentase
69,6%. Dalam pembelajaran guru sudah bias menjadi fasilitator
pembelajaran. Guru juga sudah mengajar dengan demokratis dengan
memperlakukan semua siswa secara sama. Guru juga sudah dapat
menggunakan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
b. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Selain mengobservasi guru, penulis juga mengobservasi siswa.
Hasil observasi siswa oleh observer siklus II. Adapun analisis hasil
observasi siswa oleh observer adalah sebagai berikut :
Tabel 4.31. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
No Siklus II Rata2 skor Presentase Ket
1. Pertemuan 1 3,37 67,4% B 2. Pertemuan 2 3,75 75 % B 3. Pertemuan 3 4,12 82,4 % A
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31 - 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10 - 20 (kurang baik)
Berdasarkan tebel 4.31 keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik. Skor rata-rata yang diperoleh 3,75
dengan klasifikasi nilai B dan presentase 75%. Dalam pembelajaran
siswa sudah dilibatkan dalam pembelajaran. Kehadiran siswa dalam
pembelajaran mencapai 100% yang menandakan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat tinggi. Siswa juga sudah aktif dalam
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Siswa juga
sudah baik dalam mengerjakan tugas kelompok, yang menandakan
bahwa kesadaran mereka terhadap tugas kelompok semakin meningkat.
c. Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap siswa dalam
fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Tabel 4.32. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 2,84 71% B
2 Eksplorasi 3,25 81,25% A
3 Refleksi 2,79 69,75% B
4 Aplikasi dan Diskusi
2,75 68,75% B
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
Berdasarkan data dari tabel 4.32 hasil observasi keaktifan siswa
dalam fase start sudah mengalami peningkatan, nilai yang didapatkan
yaitu 2,84 dengan persentase 71% dan klasifikasi penilaian B.
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi yang
akan dipelajari sudah mengalami peningkatan, meskipun masih banyak
siswa yang masih kesulitan untuk merangkai kata-kata dalam
menyampaikan pertanyaannya. Siswa juga sudah mulai berani
menanyakan materi yang akan dipelajari dan menanyakan tugas yang
akan diselesaikan.
Keaktifan siswa dalam fase eksplorasi mencapai nilai 3,25
dengan persentase sebesar 81,25% dan klasifikasi nilai A. Siswa sudah
aktif dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok,
siswa mulai menyukai kegiatan eksplorasi dan mereka mengerjakan
LKS secara bersama-sama.
Kekatifan siswa dalam fase refleksi mencapai nilai 2,79 dengan
persentase sebesar 69,75% dan klasifikasi nilai B. hal ini menunjukkan
bahwa siswa belum terlibat aktif dalam mendiskusikan hasil temuan
mereka dalam kegiatan eksplorasi. Siswa tidak berani berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
karena tidak mempunyai rasa percaya diri dan mereka masih sulit untuk
merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapat mereka, sehingga
kegiatan diskusi hanya didominasi oleh beberapa orang saja.
Keaktifan siswa dalam fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai
2,75 dengan persentase sebesar 68,75% dan klasifikasi nilai B.
Keaktifan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran belum sesuai
dengan yang diharapkan. Siswa masih ragu untuk berpendapat karena
kurang percaya diri dan kesulitan untuk merangkai kata-kata.
d. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa berhubungan dengan hasil belajar intelektual
yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh
tes. Ringkasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan
pendekatan konstruktivisme dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.33. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II No Siklus Kriteria (%) Rata- rata
nilai Tuntas Belum tuntas 1 2 3
Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 3
60% 72% 84%
40% 28% 16%
69,4 74,6 80
Berdasarkan tabel 4.33 hasil belajar pada siklus II pertemuan 1
terdapat 15 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai siswa adalah
69,4. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 2 sudah mengalami peningkatan
walaupun belum mencapai indikator ketuntasan yang diharapkan,
terdapat 18 siswa yang mendapatkan predikat tuntas belajar dijumpai
pada 7 siswa dengan nilai rata-rata semua siswa adalah 74,6.
Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 3 juga mengalami kenaikan ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
belajar menjadi 21 siswa mendapatkan predikat tuntas dengan rata-rata
perolehan nilai rata-rata semua siswa adalah 80.
Peningkatan hasil belajar siswa sebelum, siklus II pertemuan 1,
siklus II pertemuan 2, dan siklus II pertemuan 3 dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut ini:
0
20
40
60
80
100
siklus II/1 siklus II/2 siklus II/3
persentaseketuntasan belajar
Gambar 4.2. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Hasil belajar siklus II pertemuan 1 mengalami kenaikan hasil
belajar menjadi 60%. Pada Siklus II Pertemuan 2 mengalami kenaikan
sebesar 12% sehingga ketuntasan belajar siswa menjadi 72%. Pada
siklus II Pertemuan 3 ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar
12% sehingga ketuntasan belajar menjadi 84%.
e. Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa diperoleh bahwa
sebagian besar siswa sudah tertarik dan menyukai proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Siswa suka dengan kegiatan
eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok karena kegiatan
eksplorasi jarang dilakukan sebelumnya. Siswa juga merasa dapat
memahami materi pelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
karena mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran melalui
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Siswa lebih
senang dengan diskusi yang dilakukan karena dapat bertukat pikiran
dengan siswa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
f. Kendala dan Solusi
Kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat diatasi dengan solusi
yang tepat. Adapun kendala dan solusi siklus II yaitu: (1) Kendala yang
dihadapi yaitu siswa belum seluruhnya berani mengajukan pertanyaan
tentang materi pelajaran yang akan dipelajari pada awal pembelajaran
atau tentang hal-hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran
maupun tugas kelompok dan tugas individu yang diberikan oleh guru,
meskipun sudah mengalami peningkatan. Solusi yang terapkan untuk
mengatasi kendala tersebut adalah guru berusaha untuk memotivasi
seluruh siswa agar mempunyai rasa percaya diri dan keberanian
mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi pelajaran untuk memancing
keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat mereka,
guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab
pertanyaan dengan benar agar siswa yang lain termotivasi untuk
menjawab pertanyaan guru; (2) Kendala yang dihadapi adalah siswa
sudah mengalami peningkatan yang baik dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru, baik tugas kelompok maupun tugas individu,
sehingga hasil yang mereka capai semakin baik, meskipun belum
seluruh siswa aktif menyelesaikan tugas dan hasil yang mereka capai
belum maksimal. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala
tersebut adalah guru memberikan pengertian dan motivasi kepada
siswa agar tertanam rasa tanggung jawab pada diri mereka dalam
mengerjakan tugas, dan memberikan beberapa penghargaan terhadap
siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu
agar siswa yang lain termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil yang
mereka capai juga semakin baik; (3) Kendala yang dihadapi adalah
siswa belum sepenuhnya aktif dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi
mencari sifat-sifat bangun ruang balok, meskipun sudah ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
peningkatan yang cukup baik. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah guru memberikan kegiatan yang menarik dan
tugas kelompok agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
eksplorasi dan kegiatan eksplorasi tidak didominasi oleh beberapa
anggota kelompok saja, melainkan semua anggota kelompok aktif
dalam kegiatan eksplorasi dan mendapatkan pengetahuan baru yang
dapat berakibat kepada meningkatnya hasil belajar siswa; (4) Kendala
yang dihadapi adalah keaktifan siswa dan hasil belajar belum mencapai
nilai maksimal meskipun sudah mulai ada peningkatan. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memperbaiki
semua tindakan yang masih kurang dalam proses pembelajaran demi
meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus II, maka peneliti perlu melaksanakan siklus III untuk
memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa.
D. Deskripsi Siklus III
Kegiatan pada siklus III terdiri dari 3 pertemuan dan pada setiap
pertemuan terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan
tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi. Kegiatan yang dilakukan pada
siklus III ini adalah sebagai perbaikan dari sikus II yang dianggap masih
kurang baik hasilnya. Peneliti akan memperbaiki segala tindakan yang masih
kurang pada siklus I dan siklus II, sehingga pada siklus III ini keaktifan dan
hasil belajar siswa akan meningkat sesuai dengan harapan, sehingga penelitian
dapat dikatakan berhasil.
1. Siklus III Pertemuan 1
Kegiatan pada siklus III pertemuan 1 ini terdiri dari 4 tahap
tindakan yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi,
dan tahap evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan
pembelajaran secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang
dibangun sendiri dan diharapkan pengalaman tersebut dapat
membekas pada diri siswa dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus
III Pertemuan 1 ini direncanakan pada hari Senin tanggal 16 April
2012 di kelas IV SD Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan dengan cara kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus III Pertemuan 1
peneliti menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala
sekolah untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat
lembar penilaian proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa;
(5) Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6)
Membuat lembar pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan
tindakan siklus III Pertemuan 1 ini dilaksanakan sesuai jadwal
pelajaran matematika kelas IV pada hari Senin tanggal 16 April 2012.
Kegiatan pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa. Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung semua
siswa hadir. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi jaring-jaring bangun
ruang kubus dan memberikan acuan dalam pembelajaran tersebut.
Langkah selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk
memancing pengetahuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing
pengetahuan siswa mengenai jaring-jaring bangun ruang kubus
dan beberapa siswa diminta memberikan pendapatnya mengenai
materi tersebut tersebut.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti
yaitu berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa
diberi pertanyaan seputar materi jaring-jaring bangun ruang
kubus untuk mengetahui kemampuan awal siswa; (b) fase
eksplorasi, siswa bekerja kelompok mencari tahu bagaimanakah
bentuk dari jaring-jaring bangun ruang kubus; (c) fase refleksi
siswa mendiskusikan hasil temuan dari semua kelompok yang
telah dipresentasikan; (d) fase aplikasi dan diskusi, siswa diberi
kesempatan untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok dan
berbagai temuan yang telah mereka temukan dalam kegiatan
eksplorasi.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada
saat pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk
selalu belajar dengan rajin.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 18 halaman 240.
Tabel 4.34 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Fasilitator Pembelajaran 4,0 80% 2. Pengelolaan Kelas 5,0 100% 3. Penggunaan Media 4,5 90% 4. Pemanfaatan Waktu 4,7 94% Rerata 4,55 91%
Berdasarkan data pada tabel 4.32 guru sudah mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif meskipun belum
sempurna. Guru sudah mampu menumbuhkan semangat siswa
dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran dan guru sudah dapat lebih dekat
dengan siswa. Guru sudah dapat mengajar secara demokratis dan
memberikan perlakukan yang sama kepada semua siswa tanpa ada
yang dibedakan, sehingga semua siswa dapat merasakan bahwa
mereka berada pada posisi yang sama dihadapan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Pemanfaatan waktu dalam proses pembelajaran sudah semakin baik
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa masih
menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme
dan tahap wawancara.
a) Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
12 halaman 228.
Tabel 4.35 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 1
No Indikator Rerata Persentase (%)
1. Kehadiran Siswa 5,0 100% 2. Keaktifan Siswa 4,5 90% 3. Bekerja Kelompok 5,0 100% 4. Menyelesaikan Tugas 4,5 90% Rerata 47,5 95%
Berdasarkan data pada tabel 4.35 observasi untuk siswa
sudah menunjukan peningkatan yang cukup baik dibandingkan
dengan siklus sebelumnya. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa
dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari. Peningkatan cara berbicara siswa untuk
menyampaikan pendapatnya di depan kelas menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
bahasa yang baik dan benar, siswa sudah mulai terbiasa untuk
menyampaikan pendapat mereka di depan kelas karena mereka
sudah mulai menyukai suasana belajar menggunakan
pendekatan konstruktivisme. Sebagian besar siswa mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan
dan hasil yang mereka dapatkan semakin baik.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap
siswa dalam fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.36. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,4 85% A
2 Eksplorasi 3,84 96% A
3 Refleksi 3,44 86% A
4 Aplikasi dan Diskusi
3,36 84% A
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
Berdasarkan data dari tabel 4.36 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri
dari keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan
fase aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan
sebagai berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
dan menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Kekatifan siswa dalam fase ini sudah
mengalami peningkatan keaktifan siswa dalam mencari tahu
terlebih dahulu informasi untuk menunjang materi yang akan
dipelajari, sehingga siswa aktif dalam menjawab dan bertanya
tentang materi pelajaran. Siswa sudah mulai berani bertanya
tentang materi atau tugas yang belum jelas menggunakan kata-
kata yang baik; (2) fase eksplorasi, yaitu keaktifan dalam
bekerja kelompok. Observasi yang dilakukan pada fase ini
menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam menjalankan
kegiatan eksplorasi. Semua siswa terlihat aktif mengikuti
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Tugas
kelompok pun dikerjakan bersama-sama meskipun LKS hanya
terdapat satu dalam setiap kelompok; (3) fase refleksi yaitu
keaktifan siswa dalam berdiskusi. Keaktifan siswa dalam
mendiskusikan apa yang telah mereka temukan dalam kegiatan
eksplorasi mengalami peningkatan, siswa mulai berani
berpendapat dan menyampaikan pendapat mereka dengan kata-
kata yang baik, meskipun belum semua siswa lancar dalam
menyampaikan pendapatnya.; (4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu
keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat . Observasi
dalam fase ini menunjukkan siswa masih kurang aktif dalam
kegiatan berdiskusi, ada beberapa siswa yang belum berani
menyamapikan pendapatnya karena tidak memiliki rasa percaya
diri yang tinggi dan masih sulit untuk merangkai kata-kata
dalam menyampaikan pendapatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus III
pertemuan 1. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus III
pertemuan 1 pada lampiran 21 halaman 245.
Tabel 4.37. Frekuensi Nilai Siklus III Pertemuan 1
No Interval Frekuensi Persen 1 50-58 2 8% 2 59-66 1 4% 3 67-74 1 4% 4 75-82 6 24% 5 83-90 9 36% 6 91-100 6 24%
Berdasarkan data pada tabel 4.37 menunjukan
frekuensi nilai siklus III pertemuan 1 ketuntasan belajar siswa
mengalami kenaikan sebanyak 4% yaitu menjadi 88% atau
sebanyak 22 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah menyukai pelajaran matematika.
Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka mulai
menyukai pelajaran matematika karena memberikan suasana
berbeda dalam proses pembelajaran matematika dibandingkan
sebelumnya, sehingga mereka mulai tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran dan aktif didalam pembelajaran.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
menjadikan kegiatan pembelajaran lebih efektif. Pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme
membuat nilai hasil belajar siswa meningkat. Materi pelajaran
yang mereka dapatkan akan membekas dalam jangka waktu
yang lama karena proses menemukan konsep pembelajaran
mereka temukan sendiri dari hasil kegiatan eksplorasi dan
diskusi.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus III pertemuan 1, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase start dengan
nilai rata-rata 3,4 atau 85%, yang menandakan siswa sudah aktif dalam
kegiatan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan
pada fase eksplorasi nilai rata-rata 3,84 atau 96% yang menandakan
bahwa siswa sudah aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang
dilakukan secara berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi
mencapai nilai 3,44 atau 86% yang berarti siswa sudah aktif dalam
kegiatan diskusi. Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai
nilai 3,36 atau 84% yang berarti siswa sudah aktif dalam kegiatan
diskusi dan menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 22 siswa yang tuntas belajar
atau 88 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 83,8. Meskipun
peningkatan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan siswa
yang tidak tuntas belajar jumlahnya 3 anak atau 12% dari jumlah siswa.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa belum mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menjawab
pertanyaan dari guru dan bertanya tentang tugas yang belum jelas,
sehingga mereka terlihat masih ragu dalam bertanya dan menjawab; (2)
Siswa sudah aktif dalam kegiatan ekslporasi yang dilakukan secara
berkelompok, namun ada beberapa siswa yang mengganggu siswa lain
karena kelompok mereka telah selesai mengerjakan tugas; (3) Siswa
sudah aktif dalam melaksanakan kegiatan diskusi meskipun mereka
masih kesulitan untuk merangkai kata-kata. Siswa menjadi ragu dalam
menyampaikan pendapatnya karena ada beberapa siswa yang mengejek
pendapat siswa lain; (4) Keaktifan siswa dalam berdiskusi terlihat
semakin baik karena semua siswa ikut dalam kegiatan tersebut dan
tidak ada siswa yang bermain atau membuat gaduh di kelas.
Berdasarkan kendala yang dihadapi peneliti mengatasi dengan
solusi sebagai berikut:
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus III pertemuan 1, maka peneliti perlu melaksanakan
siklus III pertemuan 2 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar
siswa.
2. Siklus III Pertemuan 2
Kegiatan pada siklus III pertemuan 2 ini terdiri dari 4 tahap
tindakan yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi,
dan tahap evaluasi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus III Pertemuan 2 ini
direncanakan pada hari Selasa tanggal 17 April 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus III Pertemuan 2 peneliti
menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala sekolah
untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat lembar penilaian
proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa; (5) Meminta
kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6) Membuat lembar
pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus III Pertemuan 2 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari Senin tanggal 17 April 2012. Kegiatan
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa.
Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung satu orang siswa
tidak hadir. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi jaring-jaring bangun ruang
balok dan memberikan acuan dalam pembelajaran tersebut. Langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk memancing
pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dengan cara
memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa
mengenai jaring-jaring bangun ruang balok dan beberapa siswa
diminta memberikan pendapatnya mengenai materi tersebut tersebut.
2) Kegiatan Inti (± 35 menit)
Fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti yaitu
berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa diberi
pertanyaan seputar materi jaring-jaring bangun ruang balok untuk
mengetahui kemampuan awal siswa; (b) fase eksplorasi, siswa
bekerja kelompok mencari tahu bagaimanakah bentuk dari jaring-
jaring bangun ruang balok; (c) fase refleksi siswa mendiskusikan
hasil temuan dari semua kelompok yang telah dipresentasikan; (d)
fase aplikasi dan diskusi, siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan hasil kerja kelompok dan berbagai temuan yang telah
mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi.
3) Kegiatan Akhir (± 25 menit)
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada saat
pelajaran berlangsung dan kemudian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi. Setelah selesai, guru mengakhiri pelajaran
dengan salam disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk selalu
belajar dengan rajin.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 18 halaman 241.
Tabel 4.38 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 5,0 100% 2. Pengelolaan Kelas 5,0 100% 3. Penggunaan Media 5,0 100% 4. Pemanfaatan Waktu 4,5 90% Rerata 4,875 97,5%
Berdasarkan data pada tabel 4.38 guru sudah mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif meskipun belum
sempurna. Guru sudah mampu menumbuhkan semangat siswa
dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih antusias
mengikuti proses pembelajaran dan guru sudah dapat lebih dekat
dengan siswa. Guru sudah dapat mengajar secara demokratis dan
memberikan perlakukan yang sama kepada semua siswa tanpa ada
yang dibedakan, sehingga semua siswa dapat merasakan bahwa
mereka berada pada posisi yang sama dihadapan guru.
Pemanfaatan waktu dalam proses pembelajaran sudah semakin baik
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Guru
sudah dapat menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran.
2) Siswa
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan siswa
masih menunjukan kekurangan yang memerlukan perbaikan pada
pertemuan selanjutnya. Kekurangan tersebut terjadi pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
pelaksanaan proses belajar, tahap penilaian fase konstruktivisme
dan tahap wawancara.
a) Kekatifan Siswa dalam Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
12 halaman 229.
Tabel 4.39 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 2
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Kehadiran Siswa 5,0 100% 2. Keaktifan Siswa 4,5 90% 3. Bekerja Kelompok 5,0 100% 4. Menyelesaikan Tugas 5,0 100% Rerata 4,875 97,5%
Berdasarkan data pada tabel 4.39 hasil observasi yang
dilakukan untuk siswa sudah menunjukan peningkatan yang
cukup baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Peningkatan cara berbicara siswa untuk menyampaikan
pendapatnya di depan kelas menggunakan bahasa yang baik
dan benar, siswa sudah mulai terbiasa untuk menyampaikan
pendapat mereka di depan kelas karena mereka sudah mulai
menyukai suasana belajar menggunakan pendekatan
konstruktivisme. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan
tugas tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan dan hasil yang
mereka dapatkan semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap
siswa dalam fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.40. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,68 92%
2 Eksplorasi 3,88 97%
3 Refleksi 3,64 91%
4 Aplikasi dan Diskusi
3,60 90%
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
Berdasarkan data pada tabel 4.40 hasil observasi yang
dilakukan dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri
dari keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan
fase aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan
sebagai berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran
yang akan dipelajari. Kekatifan siswa dalam fase ini sudah
mengalami peningkatan, siswa mulai terbiasa untuk menjawab
pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran dan menanyakan
hal yang belum jelas tentang materi dan tugas.; (2) fase
eksplorasi, yaitu keaktifan dalam bekerja kelompok. Observasi
yang dilakukan pada fase ini menunjukkan bahwa siswa sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
aktif dalam menjalankan kegiatan eksplorasi. Semua siswa
terlihat aktif mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan
secara berkelompok. Tugas kelompok pun dikerjakan bersama-
sama meskipun LKS hanya terdapat satu dalam setiap
kelompok; (3) fase refleksi yaitu keaktifan siswa dalam
berdiskusi. Keaktifan siswa dalam mendiskusikan apa yang
telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi mengalami
peningkatan, siswa mulai berani berpendapat dan
menyampaikan pendapat mereka dengan kata-kata yang baik,
meskipun belum semua siswa lancar dalam menyampaikan
pendapatnya.; (4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu keaktifan
siswa dalam mengeluarkan pendapat. Observasi dalam fase ini
menunjukkan siswa masih kurang aktif dalam kegiatan
berdiskusi, ada beberapa siswa yang belum berani
menyamapikan pendapatnya karena tidak memiliki rasa
percaya diri yang tinggi dan masih sulit untuk merangkai kata-
kata dalam menyampaikan pendapatnya.
c) Penilaian Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus III
pertemuan 2. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus III
pertemuan 2 pada lampiran 21 halaman 245.
Tabel 4.41. Frekuensi Nilai Siklus III Pertemuan 2 No Interval Frekuensi Persen 1 50-58 1 4% 2 59-66 2 8% 3 67-74 2 8% 4 75-82 4 16% 5 83-90 8 32% 6 91-100 8 32%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Berdasarkan data pada tabel 4.41 menunjukan
frekuensi nilai siklus III pertemuan 2 ketuntasan belajar siswa
mengalami penurunan sebanyak 4% yaitu menjadi 84% atau
sebanyak 21 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah menyukai pelajaran matematika.
Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka mulai
menyukai pelajaran matematika karena memberikan suasana
berbeda dalam proses pembelajaran matematika dibandingkan
sebelumnya, sehingga mereka mulai tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran dan aktif didalam pembelajaran matematika
tentang bangun ruang sederhana. Pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme membuat nilai hasil
belajar siswa meningkat. Materi pelajaran yang mereka dapatkan
akan membekas dalam jangka waktu yang lama karena proses
menemukan konsep pembelajaran mereka temukan sendiri dari
hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah-masalah yang muncul untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Berdasarkan analisis data pada
siklus III pertemuan 2, keaktifan siswa telah mengalami peningkatan
pada fase pendekatan konstruktivisme, yaitu pada fase start dengan
nilai rata-rata 3,68 atau 92%, yang menandakan siswa sudah aktif dalam
kegiatan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan
pada fase eksplorasi nilai rata-rata 3,88 atau 97% yang menandakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
bahwa siswa sudah aktif dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang
dilakukan secara berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi
mencapai nilai 3,64 atau 91% yang berarti siswa sudah aktif dalam
kegiatan diskusi. Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai
nilai 3,6 atau 90% yang berarti siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi
dan menyimpulkan materi pelajaran.
Persentase hasil belajar menurun karena ada satu orang siswa
yang tidak berangkat, ketuntasan hasil belajar menjadi 84%, tetapi nilai
rata-rata siswa meningkat menjadi 83,95. Masih terdapat 4 siswa yang
belum tuntas belajar atau 16% dari jumlah siswa.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa mulai aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru
tentang materi pealajaran, namun mereka hanya menanyakan tugas
yang belum jelas, materi pelajaran tidak ditanyakan; (2) Siswa sudah
aktif dalam kegiatan ekslporasi yang dilakukan secara berkelompok,
namun siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas membuat gaduh
dikelas; (3) Siswa menjadi ragu dalam menyampaikan pendapatnya
karena ada beberapa siswa yang mengejek pendapat siswa lain; (4)
Keaktifan siswa dalam berdiskusi terlihat semakin baik, tetapi dalam
berdiskusi siswa terlihat gaduh karena mereka berebut ingin
menyampaikan pendapat.
Berdasarkan kendala yang dihadapi peneliti mengatasi dengan
solusi sebagai berikut: (1) Guru memberikan pertanyaan tentang materi
pelajaran agar siswa terpancing untuk menjawab, dari jawaban yang
belum jelas siswa lain akan menanyakan kembali kepada guru sehingga
siswa aktif dalam bertanya dan menjawab tentang materi pelajaran; (2)
Guru memberikan tugas kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan
tugasnya untuk mengecek kembali pekerjaan mereka, sehingga tidak
membuat gaduh; (3) Guru mengingatkan siswa agar tidak mengejek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
pendapat dari siswa lain, karena kita harus menghormati pendapat orang
lain; (4) Guru menentukan siapa yang akan menyampaikan pendapatnya
terlebih dahulu dengan melihat siapa yang mengacungkan jari lebih
dulu agar tidak saling berebut untuk menyampaikan pendapatnya.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus III pertemuan 2, maka peneliti perlu melaksanakan
siklus III pertemuan 3 untuk memperbaiki keaktifan dan hasil belajar
siswa.
3. Siklus III Pertemuan 3
Kegiatan pada siklus III pertemuan 3 ini terdiri dari 4 tahap
tindakan yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap
observasi, dan tahap evaluasi.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan selanjutnya peneliti merancang
pelaksanaan pendekatan konstruktivisme yang akan diterapkan pada
pembelajaran matematika dalam bentuk kegiatan eksplorasi. Peneliti
memilih kegiatan tersebut karena dalam pendekatan konstruktivisme
terdapat fase eksplorasi yang dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu, siswa diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran
secara aktif sehingga mendapatkan pengalaman yang dibangun sendiri
dan diharapkan pengalaman tersebut dapat membekas pada diri siswa
dalam waktu yang lama. Pelaksanaan siklus III Pertemuan 3 ini
direncanakan pada hari Jum’at tanggal 20 April 2012 di kelas IV SD
Negeri 3 Glempang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan teman sejawat.
Untuk pelaksanaan tindakan pada siklus III Pertemuan 3 peneliti
menyiapkan langkah-langkah berikut: (1) Meminta ijin kepala sekolah
untuk melakukan penelitian; (2) Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran; (3) Menyiapkan media; (4) Membuat lembar penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
proses, lembar kerja siswa, dan evaluasi untuk siswa; (5) Meminta
kesediaan teman sejawat untuk menjadi observer; (6) Membuat lembar
pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan setelah peneliti melakukan
perencanaan yang matang untuk melaksanakan tindakan agar tidak
keluar dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
siklus III Pertemuan 3 ini dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran
matematika kelas IV pada hari jum’at tanggal 20 April 2012. Kegiatan
pelaksanaan terdiri atas 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal (± 10 menit)
Pada kegiatan ini guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengecek kehadiran
siswa. Pada saat hari pelaksanaan penelitian berlangsung siswa
hadir semua. Sebelum masuk kegiatan inti pembelajaran, guru
melakukan tes penjajagan tentang materi mengkonstruksi bangun
ruang kubus dan balok dan memberikan acuan dalam pembelajaran
tersebut. Langkah selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk
memancing pengetahuan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing
pengetahuan siswa mengenai materi mengkonstruksi bangun ruang
kubus dan balok dan beberapa siswa diminta memberikan
pendapatnya mengenai materi tersebut tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
2) Kegiatan inti (± 35 menit)
Fase-fase pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan inti
yaitu berupa kegiatan: (a) fase start, dalam tes penjajagan siswa
diberi pertanyaan tentang cara mengkonstruksi bangun ruang kubus
dan balok; (b) fase eksplorasi, siswa bekerja kelompok
mengkonstruksi bangun ruang kubus dan balok menggunakan
jarring-jaring kubus dan balok; (c) fase refleksi siswa
mendiskusikan hasil temuan dari semua kelompok yang telah
dipresentasikan; (d) fase aplikasi dan diskusi, siswa diberi
kesempatan untuk menyimpulkan hasil kerja kelompok dan
berbagai temuan yang telah mereka temukan dalam kegiatan
eksplorasi.
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan, tindakan guru dan siswa
serta kendala dan solusi yang dialami dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme terlihat sebagai berikut:
1) Guru
Berikut ini tabel hasil pengamatan kinerja guru dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun daftar
nilai pengamatan kinerja guru pada lampiran 18 halaman 242.
Tabel 4.42 Analisis Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan 3
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Fasilitator Pembelajaran 5,0 100% 2. Pengelolaan Kelas 5,0 100% 3. Penggunaan Media 5,0 100% 4. Pemanfaatan Waktu 4,7 94% Rerata 4,925 98,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Berdasarkan data pada tabel 4.42 guru sudah mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif. Guru sudah
mampu menumbuhkan semangat siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan
guru sudah dapat lebih dekat dengan siswa. Guru sudah dapat
mengajar secara demokratis dan memberikan perlakukan yang
sama kepada semua siswa tanpa ada yang dibedakan, sehingga
semua siswa dapat merasakan bahwa mereka berada pada posisi
yang sama dihadapan guru. Pemanfaatan waktu dalam proses
pembelajaran sudah semakin baik sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya. Guru sudah dapat menjadi fasilitator dalam
proses pembelajaran.
2) Siswa
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus III pertemuan 3
tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keaktifan
siswa dalam fase konstruktivisme yaitu sebagai berikut:
a) Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Berikut ini tabel hasil observasi siswa dalam
pembelajaran menggunakan model konstruktivisme. Adapun
daftar nilai observasi siswa dalam pembelajaran pada lampiran
12 halaman 230.
Tabel 4.43 Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan 3
No Indikator Rerata Persentase
(%) 1. Kehadiran Siswa 5,0 100% 2. Keaktifan Siswa 5,0 100% 3. Bekerja Kelompok 5,0 100% 4. Menyelesaikan Tugas 4,7 94% Rerata 4,925 98,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Berdasarkan data pada tabel 4.43 hasil observasi yang
dilakukan untuk siswa sudah menunjukan peningkatan yang
cukup baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Peningkatan cara berbicara siswa untuk menyampaikan
pendapatnya di depan kelas menggunakan bahasa yang baik dan
benar, siswa sudah mulai terbiasa untuk menyampaikan
pendapat mereka di depan kelas karena mereka sudah mulai
menyukai suasana belajar menggunakan pendekatan
konstruktivisme. Sebagian besar siswa mampu menyelesaikan
tugas tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan dan hasil yang
mereka dapatkan semakin baik. Keaktifan siswa dan hasil
belajar siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan.
b) Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap
siswa dalam fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.44. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,8 95% A
2 Eksplorasi 3,84 96% A
3 Refleksi 3,72 93% A
4 Aplikasi dan Diskusi
3,64 84% A
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Berdasarkan tabel 4.44 hasil observasi yang dilakukan
dalam pelaksanaan fase konstruktivisme yang terdiri dari
keterampilan fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase
aplikasi dan diskusi terlihat kekurangan-kekurangan sebagai
berikut: (1) fase start, yaitu keaktifan dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pelajaran yang
akan dipelajari. Kekatifan siswa dalam fase ini sudah mengalami
peningkatan, siswa mulai terbiasa untuk menjawab pertanyaan
dari guru tentang materi pelajaran dan menanyakan hal yang
belum jelas tentang materi dan tugas.; (2) fase eksplorasi, yaitu
keaktifan dalam bekerja kelompok. Observasi yang dilakukan
pada fase ini menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam
menjalankan kegiatan eksplorasi. Semua siswa terlihat aktif
mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Tugas kelompok pun dikerjakan bersama-sama
meskipun LKS hanya terdapat satu dalam setiap kelompok; (3)
fase refleksi yaitu keaktifan siswa dalam berdiskusi. Keaktifan
siswa dalam mendiskusikan apa yang telah mereka temukan
dalam kegiatan eksplorasi mengalami peningkatan, siswa mulai
berani berpendapat dan menyampaikan pendapat mereka dengan
kata-kata yang baik; (4) fase aplikasi dan diskusi, yaitu
keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Observasi dalam
fase ini menunjukkan siswa aktif dalam kegiatan berdiskusi,
siswa terlibat aktif dalam kegiatan berdiskusi.
c) Hasil Belajar Siswa
Berikut ini tabel hasil belajar siswa dalam siklus III
pertemuan 3. Adapun daftar nilai hasil belajar siswa siklus III
pertemuan 3 pada lampiran 21 halaman 245.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Tabel 4.45. Frekuensi Nilai Hasil Tes Siswa Siklus III Pertemuan 3
No Interval Frekuensi Persen 1 60-65 1 4% 2 66-71 1 4% 3 72-77 3 12% 4 78-83 3 12% 5 84-89 5 20% 6 90-95 5 20% 7 96-100 7 28%
Berdasarkan data pada tabel 4.45 menunjukan
frekuensi nilai siklus III pertemuan 3 ketuntasan belajar siswa
mengalami penurunan sebanyak 12% yaitu menjadi 96% atau
sebanyak 24 siswa yang tuntas belajar.
d) Tahap Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan guru
terhadap perwakilan dari dua siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan dua siswa yang mendapat nilai terendah diperoleh
hasil bahwa siswa sudah menyukai pelajaran matematika.
Kegiatan eksplorasi dan diskusi membuat mereka mulai
menyukai pelajaran matematika karena memberikan suasana
berbeda dalam proses pembelajaran matematika dibandingkan
sebelumnya, sehingga mereka mulai tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran dan aktif didalam pembelajaran matematika
tentang bangun ruang sederhana. Pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme membuat nilai hasil
belajar siswa meningkat. Materi pelajaran yang mereka dapatkan
akan membekas dalam jangka waktu yang lama karena proses
menemukan konsep pembelajaran mereka temukan sendiri dari
hasil kegiatan eksplorasi dan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah
dilaksanakan. Berdasarkan analisis data pada siklus III pertemuan 3,
keaktifan siswa telah mengalami peningkatan pada fase pendekatan
konstruktivisme, yaitu pada fase start dengan nilai rata-rata 3,8 atau
95%, yang menandakan siswa sudah aktif dalam kegiatan tanya jawab
tentang materi yang akan dipelajari. Keaktifan pada fase eksplorasi nilai
rata-rata 3,84 atau 96% yang menandakan bahwa siswa sudah aktif
dalam mengikuti kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
berkelompok. Keaktifan siswa pada fase refleksi mencapai nilai 3,72
atau 93% yang berarti siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi.
Keaktifan siswa fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai 3,64 atau 91%
yang berarti siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dan
menyimpulkan materi pelajaran.
Hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan. Pada hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat 24 siswa yang tuntas belajar
atau 96 % dari jumlah siswa. Rata-rata kelas mencapai 87,6. Hasil
belajar siswa telah mengalami peningkatan dan siswa yang tidak tuntas
belajar jumlahnya 1 siswa atau 4% dari jumlah siswa.
Adapun kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan
Pembelajaran matematika menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
yang diterapkan di kelas IV SD Negeri 3 Glempang diantaranya: (1)
Siswa aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru tentang
materi pelajaran, namun dari beberapa siswa yang bertanya hanya
melanjutkan dari pertanyaan siswa lain; (2) Siswa sudah aktif dalam
kegiatan ekslporasi yang dilakukan secara berkelompok, namun siswa
yang sudah selesai terlebih dahulu mengerjakan tugas membuat gaduh
dikelas; (3) Siswa menjadi ragu dalam menyampaikan pendapatnya
karena ada beberapa siswa yang mengejek pendapat siswa lain; (4)
Keaktifan siswa dalam berdiskusi terlihat semakin baik, tetapi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
berdiskusi siswa terlihat gaduh karena mereka berebut ingin
menyampaikan pendapat.
Berdasarkan kendala yang dihadapi peneliti mengatasi dengan
solusi sebagai berikut: (1) Guru memberikan memberikan penjelasan
kepada semua siswa tentang materi yang belum jelas agar siswa tidak
mengulang dengan pertanyaan yang sama; (2) Guru memberikan tugas
kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan tugasnya untuk
mengecek kembali pekerjaan mereka, sehingga tidak membuat gaduh;
(3) Guru mengingatkan siswa agar tidak mengejek pendapat dari siswa
lain, karena kita harus menghormati pendapat orang lain; (4) Guru
menentukan siapa yang akan menyampaikan pendapatnya terlebih
dahulu dengan melihat siapa yang mengacungkan jari lebih dulu agar
tidak saling berebut untuk menyampaikan pendapatnya.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
tindakan siklus III pertemuan 3, maka peneliti mengakhiri penelitian
karena keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dari setiap
siklusnya dan ketuntasan hasil belajar siswa lebih dari 80%.
4. Kesimpulan Siklus III
a. Analisis Observasi Terhadap Guru
Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat. Observer
mengamati proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan oleh peneliti. Adapun analisis hasil observasi guru oleh observer
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.46. Analisis Observasi Terhadap Guru Oleh Observer No Siklus Rata-rata
skor Persentase Keterangan
1 2 3
Siklus III Pertemuan 1 Siklus III Pertemuan 2 Siklus III Pertemuan 3
4,68 4,78 4,88
93,6% 95,6% 97,6%
A A A
Keterangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31- 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10- 20 (kurang baik)
Dari tabel 4.46 pembelajaran sudah berlangsung dengan baik.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan sudah sesuai
langkah-langkah dalam pendekatan konstruktivisme. Skor rata-rata
yang diperoleh pada siklus III adalah 34,78 dengan klasifikasi A dan
presentase 95,6%. Dalam pembelajaran guru sudah dapat menjadi
fasilitator pembelajaran. Guru juga sudah mengajar dengan demokratis
dengan memperlakukan semua siswa secara sama. Guru juga sudah
dapat menggunakan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan
dalam pembelajaran.
b. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Selain mengobservasi guru, penulis juga mengobservasi siswa.
Hasil observasi siswa oleh observer siklus III. Adapun analisis hasil
observasi siswa oleh observer adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 47. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
No Siklus III Rata2 skor Presentase Ket
1. Pertemuan 1 4,75 95% A 2. Pertemuan 2 4,87 97,4% A 3. Pertemuan 3 4,88 97,6% A
A = nilai 41 - 50 (baik sekali)
B = nilai 31 - 40 (baik)
C = nilai 21- 30 (cukup baik)
D = nilai 10 - 20 (kurang baik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Berdasarkan tebel 4.47 keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik. Skor rata-rata yang diperoleh 4,83
dengan klasifikasi nilai A dan presentase 96,6%. Dalam pembelajaran
siswa sudah dilibatkan dalam pembelajaran. Kehadiran siswa dalam
pembelajaran mencapai 100% yang menandakan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat tinggi. Siswa juga sudah aktif dalam
kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok. Siswa juga
sudah baik dalam mengerjakan tugas kelompok, yang menandakan
bahwa kesadaran mereka terhadap tugas kelompok semakin meningkat.
c. Keaktifan Siswa dalam Fase Konstruktivisme
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap siswa dalam
fase pendekatan konstrktivisme adalah sebagai berikut:
Tabel 4.48. Ringkasan Hasil Analisis Keaktifan Siswa Tiap Fase Konstruktivisme
No Fase konstruktivisme
Rerata skor
Persentase keterangan
1 Start 3,63 90,75% A
2 Eksplorasi 3,85 96,25% A
3 Refleksi 3,6 90% A
4 Aplikasi dan Diskusi
3,53 88,25% A
A = nilai 31 - 40 (baik sekali)
B = nilai 21 - 30 (baik)
C = nilai 10- 20 (cukup baik)
Berdasarkan data dari tabel 4.48 hasil observasi keaktifan siswa
dalam fase start sudah mengalami peningkatan, nilai yang didapatkan
yaitu 3,63 dengan persentase 90,75% dan klasifikasi penilaian A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi yang
akan dipelajari sudah mengalami peningkatan. Siswa juga sudah mulai
berani menanyakan materi yang akan dipelajari dan menanyakan tugas
yang akan diselesaikan.
Keaktifan siswa dalam fase eksplorasi mencapai nilai 3,85
dengan persentase sebesar 96,25% dan klasifikasi nilai A. Siswa sudah
aktif dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok,
siswa mulai menyukai kegiatan eksplorasi dan mereka mengerjakan
LKS secara bersama-sama.
Kekatifan siswa dalam fase refleksi mencapai nilai 3,6 dengan
persentase sebesar 90% dan klasifikasi nilai A. hal ini menunjukkan
bahwa siswa aktif dalam mendiskusikan hasil temuan mereka dalam
kegiatan eksplorasi. Siswa berani berpendapat karena mempunyai rasa
percaya diri dan mereka tidak kesulitan dalam merangkai kata-kata
dalam menyampaikan pendapat mereka.
Keaktifan siswa dalam fase aplikasi dan diskusi mencapai nilai
3,35 dengan persentase sebesar 88,25% dan klasifikasi nilai A.
Keaktifan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran sesuai dengan
yang diharapkan. Siswa tidak ragu untuk berpendapat karena memiliki
rasa percaya diri dan tidak kesulitan untuk merangkai kata-kata.
d. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa berhubungan dengan hasil belajar intelektual
yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh
tes. Ringkasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan
pendekatan konstruktivisme dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Tabel 4.49. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III No Siklus Kriteria (%) Rata- rata
nilai Tuntas Belum tuntas 1 2 3
Siklus III Pertemuan 1 Siklus III Pertemuan 2 Siklus III Pertemuan 3
88% 84% 96%
12% 16% 4%
83,8 83,95 87,6
Berdasarkan tabel 4.49 hasil belajar pada siklus III pertemuan 1
terdapat 22 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai siswa adalah
83,8. Pelaksanaan Siklus III Pertemuan 2 mengalami penurunan karena
terdapat seorang siswa yang tidak berangkat yaitu menjadi 21 siswa
yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata 83,95. Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan 3 mengalami kenaikan ketuntasan belajar menjadi 24 siswa
mendapatkan predikat tuntas dengan rata-rata perolehan nilai rata-rata
siswa adalah 87,6.
Peningkatan hasil belajar siswa, siklus III pertemuan 1, siklus III
pertemuan 2, dan siklus III pertemuan 3 dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut ini:
75
80
85
90
95
100
siklus III/1 siklus III/2 siklus III/3
persentaseketuntasan belajar
Gambar 4.3. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar
Hasil belajar siklus III pertemuan 1 mengalami kenaikan hasil
belajar menjadi 88%. Pada Siklus III Pertemuan 2 mengalami
penurunan sebesar 4% karena ada satu orang siswa yang tidak
berangkat, sehingga ketuntasan belajar siswa menjadi 84%. Pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
III Pertemuan 3 ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 12%
sehingga ketuntasan belajar menjadi 96%.
e. Hasil Wawancara Hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa diperoleh bahwa
sebagian besar siswa sudah tertarik dan menyukai proses pembelajaran
menggunakan pendekatan konstruktivisme. Siswa menyukai kegiatan
eksplorasi yang dilakukan secara berkelompok karena kegiatan eksplorasi
jarang dilakukan sebelumnya. Siswa juga merasa dapat memahami materi
pelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, karena mereka menemukan
sendiri konsep materi pelajaran melalui kegiatan eksplorasi yang dilakukan
secara berkelompok. Siswa lebih senang dengan diskusi yang dilakukan
karena dapat bertukat pikiran dengan siswa lain.
f. Kendala dan Solusi
Kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan konstruktivisme dapat diatasi dengan solusi
yang tepat. Adapun kendala dan solusi siklus III yaitu: (1) Kendala yang
dihadapi yaitu siswa belum seluruhnya berani mengajukan pertanyaan
tentang materi pelajaran yang akan dipelajari pada awal pembelajaran atau
tentang hal-hal yang belum dimengerti mengenai materi pelajaran maupun
tugas kelompok dan tugas individu yang diberikan oleh guru, meskipun
sudah mengalami peningkatan. Solusi yang terapkan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah guru berusaha untuk memotivasi seluruh siswa
agar mempunyai rasa percaya diri dan keberanian mengajukan pertanyaan
tentang materi pelajaran, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar
materi pelajaran untuk memancing keberanian siswa dalam bertanya dan
mengemukakan pendapat mereka, guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar agar siswa yang lain
termotivasi untuk menjawab pertanyaan guru; (2) Kendala yang dihadapi
adalah siswa sudah mengalami peningkatan yang baik dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas kelompok maupun tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
individu, sehingga hasil yang mereka capai semakin baik, meskipun belum
seluruh siswa aktif menyelesaikan tugas dan hasil yang mereka capai
belum maksimal. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut
adalah guru memberikan pengertian dan motivasi kepada siswa agar
tertanam rasa tanggung jawab pada diri mereka dalam mengerjakan tugas,
dan memberikan beberapa penghargaan terhadap siswa yang dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu agar siswa yang lain
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil yang mereka capai juga
semakin baik; (3) Kendala yang dihadapi adalah siswa belum sepenuhnya
aktif dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi mencari sifat-sifat bangun
ruang balok, meskipun sudah ada peningkatan yang cukup baik. Solusi
yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru
memberikan kegiatan yang menarik dan tugas kelompok agar semua siswa
terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi dan kegiatan eksplorasi tidak
didominasi oleh beberapa anggota kelompok saja, melainkan semua
anggota kelompok aktif dalam kegiatan eksplorasi dan mendapatkan
pengetahuan baru yang dapat berakibat kepada meningkatnya hasil belajar
siswa; (4) Kendala yang dihadapi adalah keaktifan siswa dan hasil belajar
belum mencapai nilai maksimal meskipun sudah mulai ada peningkatan.
Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru
memperbaiki semua tindakan yang masih kurang dalam proses
pembelajaran demi meningkatnya keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan
siklus III, maka peneliti mengakhiri penelitian karena keaktifan siswa
meningkat dari setiap siklusnya dan ketuntasan hasil belajar siswa telah
mencapai lebih dari 80%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
E. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Sebagai hasil dari pelaksanaan tindakan di siklus I, II, dan III, data
berupa pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Adapun perincian data tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.50. Perbandingan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Yang Dilakukan Siswa Oleh Observer
No Siklus Nilai Keterangan 1 Siklus 1 2,49 Cukup Baik 2 Siklus II 3,75 Baik 3 Siklus III 4,87 Sangat baik
Berdasarkan data pada tabel 4.50 data pelaksanan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa hasil dari observer dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme pada Siklus I adalah dengan nilai cukup baik
yaitu pada angka 2,49. Siklus II mengalami peningkatan dengan nilai baik
yaitu pada angka 3,75 hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan
pembelajaran sudah lebih baik dari sebelumnya. Siklus III terdapat
peningkatan dengan nilai sangat baik yaitu pada angka 4,87.
Keaktifan siswa dalam fase konstruktivisme dalam proses
pembelajaran juga semakin meningkat. Siswa yang terlihat semakin aktif
dalam fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase aplikasi dan
diskusi. Di bawah ini adalah gambar perbandingan keaktifan siswa dalam
fase konstruktivisme dalam proses pembelajaran akan disajikan pada
gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Gambar 4.4. Perbandingan Penilaian Proses Siswa Saat Proses
Pembelajaran
Keaktifan siswa dalam fase konstruktivisme pada siklus I fase start
mendapat presentase 43,25%, pada siklus II naik menjadi 71%, dan pada
siklus III naik lagi menjadi 90,75%. Fase eklsplorasi pada siklus 1
mendapat presentase 52,25%, pada siklus 2 naik menjadi 81,25%, dan
pada siklus III naik lagi menjadi 96,25%. Fase refleksi pada siklus 1
mendapat presentase 46%, pada siklus II naik menjadi 68,25%, dan pada
siklus III naik lagi menjadi 90%. Fase aplikasi dan diskusi pada siklus I
mendapat persentase 41,75%, pada siklus II naik menjadi 68,75%, dan
pada siklus III naik lagi menjadi 88,25%.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan
konstruktivisme tidak hanya terjadi pada siswa. Kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme
juga terlihat selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun
peningkatan tersebut dapat dilihat pada pada tabel 4.23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Tabel 4.51. Perbandingan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran
No Siklus Nilai Keterangan 1 Siklus I 2,56 Cukup baik 2 Siklus II 3,48 Baik 3 Siklus III 4,78 Sangat baik
Berdasarkan data pada tabel 4.51 kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme
pada Siklus I adalah dengan nilai cukup baik yaitu pada angka 2,56 yang
didasari dari hasil observasi guru. Siklus II mengalami peningkatan dengan
nilai baik yaitu pada angka 3,48, hal ini menunjukan guru mampu
melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. Siklus III
terdapat peningkatan dengan nilai sangat baik yaitu pada angka 4,78.
Peningkatan tersebut dikarenakan refleksi guru yang diberikan kemudian
dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga menyebabkan peningkatan
kinerja menjadi lebih baik.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa berhubungan dengan hasil belajar intelektual
yang ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh tes.
Ringkasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan
pendekatan konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.52.
Tabel 4.52. Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa
No. Uraian Belum Tuntas (<70) Tuntas (>70) Rata-
rata nilai Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Nilai Awal 22 88% 3 12%
52
2. Siklus I 12 48% 13 52% 63,2 3. Siklus II 4 16% 21 84% 80 4. Siklus III 1 4% 24 96% 87,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Berdasarkan tabel 4.52 diawali dengan kegiatan sebelum tindakan
yang menunjukan ketuntasan belajar siswa masih jauh dari harapan karena
hanya terdapat 3 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai siswa
adalah 52. Pelaksanaan Siklus I sudah mengalami peningkatan walaupun
masih jauh dari indikator ketuntasan yang diharapkan, terdapat 52% siswa
yang mendapatkan predikat tuntas belajar dijumpai pada 13 siswa dengan
nilai rata-rata semua siswa adalah 63,2. Pelaksanaan Siklus II juga
mengalami kenaikan ketuntasan belajar yang cukup signifikan menjadi 84%
atau 21 siswa mendapatkan predikat tuntas dengan rata-rata perolehan nilai
pada semua siswa adalah 80. Nilai tersebut sudah diatas kriteria ketuntasan
minimal yaitu 70. Pelaksanaan Siklus III mengalami kenaikan menjadi 96%
atau 24 siswa telah berada dalam ketuntasan belajar dengan rata-rata nilai
pada semua siswa adalah 87,6.
Peningkatan hasil belajar siswa sebelum tindakan, Siklus I, Siklus II,
dan Siklus III dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:
12%
52%
84%96%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
sebelum tindakan siklus 1 siklus II siklus III
persentase ketuntasan belajar
Gambar 4.5. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar
Awal sebelum tindakan terdapat 12% siswa mendapatkan ketuntasan
belajar sehingga diadakan tindakan Siklus I yang mengakibatkan mengalami
kenaikan hasil belajar sebesar 40% menjadi 52%. Pada Siklus II mengalami
kenaikan sebesar 24% sehingga ketuntasan belajar siswa menjadi 84%. Pada
Siklus III ketuntasan belajar mengalami kenaikan sebesar 12% sehingga
ketuntasan belajar menjadi 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan yang terdiri dari 3
siklus penelitian, peneliti akan membahas beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses Belajar
Proses belajar yang dimaksud adalah cara siswa dalam
mempelajari materi yang diajarkan, sehingga melalui proses tersebut siswa
mendapatkan pengetahuan yang lebih bermakna. Proses belajar
memerlukan keaktifan siswa dalam pelaksanaannya meskipun proses
tersebut tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami perubahannya. Proses
belajar yang dimaksud adalah berhubungan dengan cara siswa dalam
mengikuti fase start, fase eksplorasi, fase refleksi, dan fase aplikasi dan
diskusi yang nantinya membawa dampak positif untuk siswa yaitu
pemahaman dan keaktifan siswa bertambah.
Sebelum dilaksanakan tindakan sangat terlihat antusias siswa
yang sangat kurang, siswa seakan tidak peduli dengan materi yang
disampaikan oleh guru, siswa hanya menjadi pendengar yang baik di
dalam kelas sehingga kejenuhan siswa meningkat. Siswa tidak diikut
sertakan untuk bertindak aktif dan kreatif dalam kelas, sepanjang hari
siswa hanya duduk manis memperhatikan guru menyampaikan materi
yang kebanyakan menggunakan metode ceramah sehingga rasa percaya
diri dan cara bicara siswa tidak banyak mengalami peningkatan yang
seharusnya didapat siswa, karena masa anak SD merupakan masa yang
sangat baik untuk memunculkan percaya diri dan keaktifan diri siswa.
Tindakan yang akan dilakukan adalah untuk lebih meningkatkan
keaktifan dan meningkatkan cara belajar siswa dalam memproses
pembelajaran suatu materi yang diberikan. Kemampuan yang akan
ditingkatkan meliputi kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru, bekerja kelompok dalam kegiatan eksplorasi, berdiskusi, dan
mengeluarkan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
Fase start merupakan tahap mencari tahu tentang seberapa jauh
pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari dalam rangka
menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan dan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Diawali
dengan tindakan pada Siklus I Pertemuan 1, cara siswa dalam mengikuti
fase start masih belum maksimal yang dibuktikan dengan perolehan nilai
rata-rata sebesar 1,32 . Peningkatan cara siswa dalam mengikuti fase start
terjadi pada Siklus I Pertemuan 2 dengan perolehan nilai rata-rata siswa
sebesar 1,64. Pelaksanaan fase start pada siklus I Pertemuan 3 juga
mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata-rata siswa sebesar 2,22.
Pelaksanaan fase start pada Siklus II Pertemuan 1 dengan nilai rata-rata
siswa mencapai 2,2. Siklus II Pertemuan 2 fase start ini juga mengalami
peningkatan, nilai rata-rata siswa menjadi 3,0. Fase start pada Siklus II
Pertemuan 3 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata siswa menjadi
3,32. Fase start pada siklus III Pertemuan 1 mengalami pengingkatan
dengan nilai rata-rata siswa menjadi 3,4. Fase start pada Siklus III
Pertemuan 2 mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata siswa menjadi
3,68. Fase start pada siklus III Pertemuan 3 juga mengalami peningkatan
yaitu nilai rata-rata siswa menjadi 3,8.
Penilaian fase start dalam pendekatan konstruktivisme meliputi
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru tentang materi yang
akan dipelajari, dan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Muijs dan Reynold (2008) yang menyatakan
bahwa “didalam kegiatan fase start guru mungkin ingin mulai dengan
mengukur pengetahuan murid sebelumnya dan menetapkan berbagai
kegiatan. Guru dapat memulai dengan pertanyaan terbuka yang
mendorong murid untuk memberikan jawaban-jawaban terbuka dan
mendiskusikan tentang subyek ini,guru juga mengintroduksikan sebuah
situasi yang membingungkan atau mengejutkan, yang menyebabakan
murid bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui” (hlm. 105).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Fase eksplorasi merupakan cara siswa untuk mencari tahu dan
memahami materi pelajaran dengan cara mereka sendiri, sehingga
pengetahuan yang didapat siswa adalah hasil dari cara mereka sendiri
untuk mencari tahu dan memahami materi, pemahaman materi bukan
berasal dari guru. Melalui kegiatan eksplorasi siswa diajak untuk lebih
mengenal konsep materi yang diberikan dan siswa diberi kebebasan dalam
menemukan pemecahan terhadap materi yang diberikan. Kegiatan
ekslporasi pada Siklus I Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah
1,75. Kegiatan ekslporasi pada Siklus I Pertemuan 2 perolehan nilai rata-
rata siswa adalah 2,12. Kegiatan ekslporasi pada Siklus I Pertemuan 3
perolehan nilai rata-rata siswa adalah 2,44. Kegiatan ekslporasi pada
Siklus II Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 2,96. Kegiatan
ekslporasi pada Siklus II Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata siswa
adalah 3,36. Kegiatan ekslporasi pada Siklus II Pertemuan 3 perolehan
nilai rata-rata siswa adalah 3,44. Kegiatan ekslporasi pada Siklus III
Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,84. Kegiatan
ekslporasi pada Siklus III Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata siswa
adalah 3,88. Kegiatan ekslporasi pada Siklus III Pertemuan 3 perolehan
nilai rata-rata siswa adalah 3,84 .
Mengenai kegiatan eksplorasi, Muijs dan Reynold (2008) yang
menyatakan bahwa “didalam kegiatan fase eksplorasi murid mengerjakan
kegiatan yang ditetapkan guru dalam fase 1. Kegiatan ini bersifat
eksploratik, melibatkan situasi atau bahan-bahan riil, dan memberikan
kesempatan untuk kerja kelompok” (hlm. 105).
Fase refleksi merupakan cara siswa untuk merefleksikan berbagai
temuan yang telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi dengan cara
mendiskusikannya dengan kelompok lain. Kegiatan refleksi pada Siklus I
Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 1,56. Kegiatan refleksi
pada Siklus I Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 1,8.
Kegiatan refleksipada Siklus I Pertemuan 3 perolehan nilai rata-rata siswa
adalah 2,16. Kegiatan refleksi pada Siklus II Pertemuan 1 perolehan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
rata-rata siswa adalah 2,24. Kegiatan refleksi pada Siklus II Pertemuan 2
perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,0. Kegiatan refleksi pada Siklus II
Pertemuan 3 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,12. Kegiatan refleksi
pada Siklus III Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,44.
Kegiatan refleksipada Siklus III Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata
siswa adalah 3,64. Kegiatan refleksipada Siklus III Pertemuan 3 perolehan
nilai rata-rata siswa adalah 3,72 .
Penilaian fase refleksi dalam pendekatan konstruktivisme
meliputi keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan refleksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Muijs dan Reynold (2008) yang menyatakan bahwa
kegiatan refleksi dalam fase ini murid diminta untuk menengok kembali
kegiatan-kegiatan itu dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah
mereka kerjakan, baik dengan kelompok-kelompok lain atau dengan guru.
Guru dapat memberikan scaffolding yang bermanfaat selama fase ini,
melalui pertanyaan dan komentar yang dirancang untuk mengaitkan
eksplorasi itu dengan konsep kunci yang sedang dieksplorasi (hlm.105).
Fase aplikasi dan diskusi merupakan cara siswa untuk
mendiskusikan hasil temuan mereka dan menarik kesimpulan dari apa
yang telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi. Kegiatan aplikasi
dan diskusi pada Siklus I Pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata siswa
adalah 1,44. Kegiatan aplikasi dan diskusi pada Siklus I Pertemuan 2
perolehan nilai rata-rata siswa adalah 1,56. Kegiatan aplikasi dan diskusi
pada Siklus I Pertemuan 3 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 2,16.
Kegiatan aplikasi dan diskusi pada Siklus II Pertemuan 1 perolehan nilai
rata-rata siswa adalah 2,0. Kegiatan aplikasi dan diskusi pada Siklus II
Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,04. Kegiatan aplikasi
dan diskusi pada Siklus II Pertemuan 3 perolehan nilai rata-rata siswa
adalah 3,2. Kegiatan aplikasi dan diskusi pada Siklus III Pertemuan 1
perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,36. Kegiatan aplikasi dan diskusi
pada Siklus III Pertemuan 2 perolehan nilai rata-rata siswa adalah 3,6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Kegiatan aplikasi dan diskusi pada Siklus III Pertemuan 3 perolehan nilai
rata-rata siswa adalah 3,64.
Penilaian fase aplikasi dan diskusi dalam pendekatan
konstruktivisme meliputi keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan
diskusi tentang apa yang telah mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi
dan mengambil kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muijs dan
Reynold (2008) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan ini guru meminta
seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai temuan dan menarik
kesimpulan. Kegiatan diskusi meminta semua siswa untuk mengeluarkan
pendapatnya agar diskusi berjalan dengan efektif (hlm. 105).
Penerapan pendekatan konstruktivisme dapat membuat siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan pada keaktifan siswa
yang semakin meningkat pada setiap siklusnya, hal tersebut sesuai dengan
pendapat mengenai alasan penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran matematika yang disampaikan oleh Madden et al (1999)
yang menegaskan bahwa:
Sebuah program perbaikan mengajar dan belajar matematika yang menggunakan pendekatan konstruktivis untuk mengajar menunjukkan hasil-hasil positif dibanding sejumlah distrik sekolah yang berbeda. Perbandingan antara sekolah-sekolah yang menggunakan program itu dan sekolah-sekolah sebanding yang tidak menggunakannya menunjukkan efek-efek positif pada tes tersetandar. Tes-tes yang digunakan berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lain, tetapi disemua kasus anak-anak di sekolah yang mengikuti program itu secara rata-rata menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding sekolah-sekolah yang dimatched dengannya. Tes-tes yang berbeda difokuskan pada keterampilan-keterampilan tingkat tinggi (Muijs dan Reynolds, 2008: 108).
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perolehan yang dimiliki oleh seseorang
dalam memecahkan suatu masalah yang ada dan diwujudkan dengan nilai
sesuai dengan perolehan tersebut. Hasil belajar menentukan tuntas atau
tidak tuntasnya siswa dalam mengikuti pelajaran sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
keseriusan dari berbagai pihak untuk meningkatkan hasil belajar yang
maksimal.
Sebelum diadakan tindakan, terlebih dahulu diadakan tes awal
untuk mengetahui hasil belajar siswa dan situasi yang ada di dalam kelas.
Dari hasil tes awal yang dilakukan untuk 25 anak diketahui terdapat 22
siswa yang belum tuntas belajar yang dipersentasekan sebesar 88%,
sehingga hanya terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama
dengan KKM yang telah ditentukan yang dipersentasekan sebesar 12%.
Dari keterangan tersebut semakin memperkuat bahwa hasil belajar siswa
sebelum diadakan tindakan sangat memprihatinkan dan berada di bawah
KKM. Banyak siswa kurang tertarik terhadap apa yang disampaikan guru
sehingga peneliti harus mengadakan suatu inovasi untuk menggebrak
semangat siswa agar hasil belajar dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Peneliti melakukan tindakan pada Siklus I Pertemuan 1 dengan
langkah-langkah yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil dari pelaksanaan
tindakan tersebut ternyata cukup membawa dampak positif bagi siswa,
mereka cukup antusias mengikuti jalannya proses belajar yang diadakan
melalui kegiatan eksperimen meskipun pelaksanaan belum sesuai dengan
yang diharapkan baik dari segi siswa dan segi guru. Pada kegiatan ini,
terdapat 6 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM yang
telah ditentukan dan jika dipersentasekan sebesar 24%, masih terdapat 19
siswa yang hasil belajarnya di bawah standar ketuntasan minimal yang jika
dipersentasekan sebesar 76%. Dari data tersebut, terlihat pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme sudah
menunjukan hasil belajar yang meningkat walaupun belum sesuai dengan
indikator yang ditentukan, tetapi banyak siswa yang mulai tergugah
hatinya mengikuti pelajaran dengan aktif dan tidak lagi bermalas-malasan
ataupun tidak menyukai pelajaran yang disajikan. Dari kegiatan tersebut
maka akan dilakukan peningkatan pada tahap selanjutnya dengan
menempatkan siswa lebih aktif dan menyukai pelajaran Matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Tindakan Siklus I Pertemuan 2 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan eksplorasi. Pada kegiatan
ini terlihat keikutsertaan siswa yang mulai aktif dalam kegiatan eksplorasi
yang dilakukan secara kelompok. Dari hasil yang diperoleh terdapat 9
siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang telah ditentukan yang
dipersentasekan menjadi 36%, sedangkan jumlah siswa yang belum
mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 16 siswa yang
dipersentasekan menjadi 64%. Hasil belajar tersebut cukup memuaskan
karena siswa mulai aktif belajar, terlihat semangat mereka dalam
mengikuti pelajaran yang disajikan. Siswa sangat antusias dalam
mengerjakan soal yang diberikan, jarang sekali dijumpai siswa yang
ngantuk di kelas saat diberikan soal untuk mereka. Pada pertemuan ini
terbukti dengan pendekatan konstruktivisme mampu membawa dampak
positif untuk siswa lebih aktif yang mengakibatkan peningkatan hasil
belajar. Untuk mengetahui peran siswa dalam pembelajaran yang lebih
baik dari sebelumnya, diadakan tindakan selanjutnya yang bertujuan agar
siswa mulai terbiasa melakukan kegiatan dengan pendekatan
konstruktivisme dan hasil yang diharapkan dapat diperoleh oleh siswa
dapat menjadi lebih baik lagi sesuai dengan KKM yang ditentukan.
Tindakan Siklus I Pertemuan 3 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan eksplorasi. Dari hasil yang
diperoleh terdapat 13 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yang
telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 52%, sedangkan jumlah
siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 12 siswa
yang dipersentasekan menjadi 48%.
Tindakan Siklus II Pertemuan 1 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 60%, sedangkan
jumlah siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak
10 siswa yang dipersentasekan menjadi 40%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Tindakan Siklus II Pertemuan 2 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 18 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 72%, sedangkan
jumlah siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 7
siswa yang dipersentasekan menjadi 28%.
Tindakan Siklus II Pertemuan 3 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 21 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 84%, sedangkan
jumlah siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 4
siswa yang dipersentasekan menjadi 16%.
Tindakan Siklus III Pertemuan 1 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 22 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 88%, sedangkan
jumlah siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 3
siswa yang dipersentasekan menjadi 12%.
Tindakan Siklus III Pertemuan 2 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 21 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 84%, persentase
ketuntasan belajar siswa mengalami penurunan karena terdapat seorang
siswa yang tidak berangkat, sedangkan jumlah siswa yang belum
mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 4 siswa yang
dipersentasekan menjadi 16%.
Tindakan Siklus III Pertemuan 3 dimulai dengan mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran. Dari hasil
yang diperoleh terdapat 24 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
yang telah ditentukan yang dipersentasekan menjadi 96%, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
jumlah siswa yang belum mendapatkan predikat tuntas belajar sebanyak 1
siswa yang dipersentasekan menjadi 4%.
Peran guru dalam pelaksanaan kegiatan juga sangat berpengaruh.
Guru berhasil menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan
menempatkan siswa lebih bebas untuk melakukan eksplorasi dan guru
berhasil mengurangi ketegangan siswa sehingga dengan leluasa
menyampaikan pendapat mereka tanpa ada rasa takut yang membebani
mereka.
Penerapan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa, hal ini sesuai dengan pendapat McDavin (1994)
menyatakan bahwa ”perbandingan secara eksplisit murid-murid yang
diajar dengan menggunakan metode-metode eksperiensial konstruktivis
dengan murid-murid yang diajar dengan metode ekspositorik (paparan)
tradisional menemukan bahwa kelompok eksperimental (eksperiensial)
menunjukkan hasil yang lebih baik secara signifikan pada postes daripada
kelompok kontrol (Muijs dan Reynolds, 2008: 108). Hal tersebut juga
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Caprano (2001) yang
menyatakan bahwa ”murid-murid dikelas dengan guru-guru yang memiliki
keyakinan konstruktivis lebih kuat menunjukkan kinerja yang lebih baik di
dalam penyelesaian soal matematika” (Muijs dan Reynolds, 2008: 109).
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar yang terjadi pada
setiap siklusnya, yang menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan
konstruktivisme dalam materi bangun ruang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang bangun ruang pada
siswa kelas IV.
Terbukti dengan pendekatan konstruktivisme mampu menciptakan
sebuah inovasi cara menyampaikan materi yang menyenangkan untuk
siswa yang mengakibatkan siswa menyukai pelajaran yang disampaikan
sehingga hasil belajar yang dicapai siswa berada di atas atau sama dengan
KKM yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar dari sebelum
tindakan dan setelah diadakan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
3. Kendala dan Solusi Pendekatan Konstruktivisme
Segala sesuatu yang digunakan sebagai metode atau media pasti
memiliki kendala dan solusi masing-masing karena tidak ada di dunia ini
yang sempurna. Kendala dan solusi dalam menggunakan pendekatan
konstruktivisme adalah sebagai berikut: 1) Kendala yang ditemui yaitu
siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan tanya jawab, kerena guru
tidak memberikan tugas rumah kepada siswa untuk membaca terlebih
dahulu materi yang akan dipelajari. Solusi yang diterapkan untuk
mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan tugas rumah berupa
tugas membaca materi yang akan dipelajari, agar mereka lebih aktif dalam
kegiatan tanya jawab seputar materi yang akan dipelajari; (2) Kendala
yang ditemui yaitu siswa masih belum dapat menggunakan waktu yang
telah ditentukan dengan baik dalam mengerjakan kegiatan eksplorasi dan
masih banyak siswa yang bermain sendiri tanpa memperdulikan tugas
kelompok yang diberikan oleh guru, karena lembar pekerjaan siswa (LKS)
dalam satu kelompok hanya terdapat satu. Solusi yang diterapkan untuk
mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan batasan waktu dan
memandu jalannya kegiatan eksplorasi agar kegiatan eksplorasi berjalan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan selalu memberikan arahan
kepada seluruh siswa bahwa tugas kelompok menjadi tugas bagi semua
anggota kelompok ; (3) Kendala yang ditemui yaitu siswa belum
sepenuhnya aktif dalam kegiatan berdiskusi, masih banyak siswa yang
bermain sendiri pada waktu diskusi sedang berlangsung, sehingga diskusi
tidak berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memandu
kegiatan diskusi dan memberikan arahan kepada seluruh siswa agar
terlibat aktif dalam kegiatan diskusi dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan yang memancing mereka untuk menyampaikan pendapatnya
dan guru juga memberikan beberapa penghargaan kepada siswa yang
berani menyampaikan pendapatnya agar siswa yang lain ikut
menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan diskusi (4) Kendala yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
ditemui yaitu masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan
pendapatnya karena siswa belum mempunyai rasa percaya diri dan masih
kesulitan untuk merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapat
mereka. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah
guru berusaha memberikan arahan kepada seluruh siswa agar mereka
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi sehingga mereka aktif dalam
menyampaikan pendapatnya, guru juga membantu siswa yang masih
kesulitan merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapatnya; (5)
Kendala yang ditemui yaitu guru masih kesulitan untuk menggali
informasi awal tentang materi yang akan dipelajari dari siswa karena siswa
jarang menjawab dan bertanya tentang materi pelajaran yang akan
dipelajari. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah
guru memberikan pertanyaan kepada semua siswa agar mereka terpancing
untuk menjawab pertanyaan guru dan bertanya tentang kegiatan atau
materi yang belum jelas, guru juga memberikan beberapa penghargaan
kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru agar siswa yang
lain juga ikut menjawab pertanyaan dari guru ; (6) Kendala yang ditemui
yaitu guru masih kesulitan untuk mengatur waktu dalam kegiatan
eksplorasi, karena siswa selalu melebihi waktu yang telah ditentukan
dalam melaksanakan kegiatan eksplorasi, dan guru masih kesulitan untuk
menyadarkan siswa bahwa tugas kelompok menjadi tugas semua anggota
kelompok bukan tugas dari salah satu anggota kelompok. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memandu
jalannya kegiatan eksplorasi agar kegiatan eksplorasi berjalan sesuai
dengan yang telah direncanakan dan tidak melebihi waktu yang telah
ditentukan, guru selalu memberikan arahan kepada seluruh siswa agar
mereka mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama karena
merupakan tanggung jawab dari semua anggota kelompok; (7) Kendala
yang ditemui yaitu guru masih kesulitan untuk membimbing diskusi agar
berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan, karena masih banyak siswa
yang belum terlibat aktif dalam kegiatan diskusi. Solusi yang diterapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan arahan kepada
seluruh siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan diskusi, sehingga kegiatan
diskusi berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan dan tidak
didominasi oleh beberapa orang saja; (8) Kendala yang ditemui yaitu guru
masih kesulitan untuk mengatur siswa dalam kegiatan diskusi dalam
menyimpulkan materi pelajaran, karena masih banyak siswa yang belum
berani menyampaikan pendapatnya didepan kelas. Solusi yang diterapkan
untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan arahan kepada
seluruh siswa agar mempunyai rasa percaya diri dalam menyampaikan
pendapat mereka didepan kelas, dan membantu siswa yang masih kesulitan
untuk merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tindakan kelas yang
berjudul ”Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Bangun Ruang Sederhana Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 3 Glempang Tahun Ajaran 2011/2012”, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan kontruktivisme yang diterapkan sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, dengan ditandai keaktifan siswa
yang semakin meningkat pada setiap siklusnya. Keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran pada saat diadakan tindakan meningkat, siswa
menjadi lebih aktif, kreatif, produktif dan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi. Hal ini ditunjukkan dari pelaksanaan penilaian keaktifan siswa
pada empat fase konstruktivisme yang mengalami peningkatan pada
setiap siklusnya. Empat fase tersebut adalah: (1) Fase Start, pada Siklus I
mencapai 43,25% , pada Siklus II meningkat menjadi 71%, dan pada
Siklus III menjadi 90,75%; (2) Fase Eksplorasi, pada Siklus I mencapai
52,5%, pada Siklus II meningkat menjadi 81,25%, dan pada Siklus III
meningkat menjadi 96,25%; (3) Fase Refleksi, pada Siklus I mencapai
46%, kemudian pada Siklus II meningkat menjadi 69,75%, pada Siklus
III meningkat menjadi 90%; (4) Fase Aplikasi dan Diskusi, pada Siklus I
mencapai 41,75%, kemudian pada siklus II menjadi 68,75%, pada Siklus
III meningkat menjadi 88,25%. Hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya dan lebih dari 80% siswa telah
memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu diatas nilai 70, pada
siklus I nilai rata-rata siswa 63,2 dengan persentase ketuntasan belajar
mencapai 52%, pada siklus II nilai rata-rata siswa 80 dengan persentase
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
ketuntasan belajar mencapai 84%, pada siklus III nilai rata-rata siswa
87,6 dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 96%.
2. Kendala dan solusi yang ditemui dalam penggunaan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang
sederhana antara lain: (1) Kendala yang ditemui yaitu siswa kurang aktif
dalam kegiatan tanya jawab. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah guru memberikan tugas rumah berupa tugas
membaca materi yang akan dipelajari, agar mereka lebih aktif dalam
kegiatan tanya jawab seputar materi yang akan dipelajari; (2) Kendala
yang ditemui yaitu siswa masih belum dapat menggunakan waktu yang
telah ditentukan dengan baik dalam mengerjakan kegiatan eksplorasi dan
masih banyak siswa yang bermain sendiri tanpa memperdulikan tugas
kelompok yang diberikan oleh guru, karena lembar pekerjaan siswa
(LKS) dalam satu kelompok hanya terdapat satu. Solusi yang diterapkan
untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan batasan waktu
dan memandu jalannya kegiatan eksplorasi agar kegiatan eksplorasi
berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan selalu
memberikan arahan kepada seluruh siswa bahwa tugas kelompok menjadi
tugas bagi semua anggota kelompok ; (3) Kendala yang ditemui yaitu
siswa belum aktif dalam kegiatan berdiskusi, masih banyak siswa yang
bermain sendiri pada waktu diskusi sedang berlangsung. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memandu
kegiatan diskusi dan memberikan pertanyaan yang memancing mereka
untuk menyampaikan pendapatnya; (4) Kendala yang ditemui yaitu masih
banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapatnya karena
siswa belum mempunyai rasa percaya diri dan masih kesulitan untuk
merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapat mereka. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan
arahan kepada seluruh siswa agar mereka mempunyai rasa percaya diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
yang tinggi sehingga mereka aktif dalam menyampaikan pendapatnya,
guru juga membantu siswa yang masih kesulitan merangkai kata-kata
dalam menyampaikan pendapatnya; (5) Kendala yang ditemui yaitu guru
masih kesulitan untuk menggali informasi awal tentang materi yang akan
dipelajari dari siswa karena siswa jarang menjawab dan bertanya tentang
materi pelajaran yang akan dipelajari. Solusi yang diterapkan untuk
mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan pertanyaan kepada
semua siswa agar mereka terpancing untuk menjawab pertanyaan guru,
guru juga memberikan beberapa penghargaan kepada siswa yang dapat
menjawab pertanyaan dari guru agar siswa yang lain juga ikut menjawab
pertanyaan dari guru ; (6) Kendala yang ditemui yaitu guru masih
kesulitan untuk mengatur waktu dalam kegiatan eksplorasi. Solusi yang
diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memandu
jalannya kegiatan eksplorasi agar kegiatan eksplorasi berjalan sesuai
dengan yang telah direncanakan; (7) Kendala yang ditemui yaitu guru
masih kesulitan untuk membimbing diskusi agar berjalan sesuai dengan
yang telah ditentukan. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala
tersebut adalah guru memberikan arahan kepada seluruh siswa agar
terlibat aktif dalam kegiatan diskusi; (8) Kendala yang ditemui yaitu guru
masih kesulitan untuk mengatur siswa dalam kegiatan diskusi dalam
menyimpulkan materi pelajaran, karena masih banyak siswa yang belum
berani menyampaikan pendapatnya didepan kelas. Solusi yang diterapkan
untuk mengatasi kendala tersebut adalah guru memberikan arahan kepada
seluruh siswa agar mempunyai rasa percaya diri dalam menyampaikan
pendapat mereka didepan kelas, dan membantu siswa yang masih
kesulitan untuk merangkai kata-kata dalam menyampaikan pendapatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, kiranya penelitian ini dapat ditindak
lanjuti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dalam penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
Matematika tentang bangun ruang sederhana terhadap keaktifan dan hasil
belajar Matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang sederhana.
Keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajarannya. Ini berarti
pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang baik digunakan
dalam pembelajaran Matematika tentang bangun ruang sederhana.
C. Saran
1. Bagi Guru
Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut, saran yang dapat
disampaikan oleh peneliti untuk guru yaitu penggunaan pendekatan
konstruktivisme dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran matematika tentang bangun ruang sederhana, keaktifan
siswa tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Hendaknya para guru dapat menggunakan pendekatan konstruktivisme
sesuai dengan lanhkah-langkah konstruktivisme, sehingga dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti yaitu untuk para siswa
adalah hendaknya siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik,
baik dalam kegiatan eksplorasi maupun diskusi, dan memiliki semangat
belajar yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
3. Bagi Sekolah
Penelitian Tindakan Kelas ini perlu dilakukan pada subjek dan
tempat penelitian yang berbeda untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
Matematika tentang bangun ruang sederhana pada siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti hendaknya lebih mengoptimalkan penggunaan
pendekatan konstruktivisme dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
tentang bangun ruang sederhana agar tercipta pembelajaran yang lebih
baik dan sesuai dengan yang diharapkan dan keaktifan serta hasil belajar
siswa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user