23
i PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI PEMBELAJARAN TIK (STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A) Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Ibnu Rohmadi (702010114) Adriyanto J. Gundo, S.Si. M.Pd Program Studi Pendidikan Teknik Informatika & Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Mei 2015

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

i

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI

PEMBELAJARAN TIK (STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti : Ibnu Rohmadi (702010114)

Adriyanto J. Gundo, S.Si. M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika & Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Mei 2015

Page 2: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional
Page 3: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

ii

Page 4: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

iii

Page 5: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

iv

Page 6: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

v

Page 7: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

vi

Page 8: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

1

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING) BERBANTUAN SCHOOLOGY DALAM PENINGKATAN MOTIVASI

PEMBELAJARAN TIK (STUDI KASUS: SMP NEGERI 1 TENGARAN SEMARANG KELAS IX-A)

1)Ibnu Rohmadi, 2)Adriyanto J. Gundo, S.Si, M.Pd

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)[email protected],2)[email protected]

Abstract The problem in this research is the use of conventional learning method make

low students’ motivation. This research aimed to find out the effect of applying the CTL (Contextual Teaching Learning) model assisted Schoology in increasing the motivation of ICT (Information and Communication Technology) students’ of class IX-A. This research uses descriptive qualitative. The results using conventional methods showed 25%, while the use of CTL model assisted Schoology showed 84.36%. This proves that applying of CTL model assisted Schoology affect the increase in students’ motivation. Keywords: CTL (contextual teaching learning) model, Schoology, Learning motivation.

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran secara konvensional membuat motivasi belajar siswa rendah. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL (Contextual Teaching Learning) berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional menunjukkan 25%, sedangkan penggunaan model CTL berbantuan Schoology menunjukkan 84,36%. Hal ini membuktikan penerapan model CTL berbantuan Schoology berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Kata kunci: Model CTL (contextual teaching learning), Schoology, Motivasi pembelajaran.

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 9: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

2

1. PendahuluanBerdasarkan hasil observasi awal hanya mencapai 25% serta wawancara

dengan guru TIK di kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang, dampak pembelajaran secara konvensional berakibat motivasi belajar siswa rendah saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran secara konvensional yang dimaksud adalah guru mengajar dengan cara ceramah dan media standar misalnya penggunaan media LKS (Lembar Kerja Siswa), modul dan powerpoint. Tersedianya fasilitas seperti komputer dan layanan internet di kelas sering disalah gunakan oleh siswa, yaitu membuka situs social media. Hal ini yang menjadikan guru kesulitan mengontrol siswa saat mengajar di kelas.

Model pembelajaran CTL dianggap tepat diterapkan pada pembelajaran TIK, karena dapat membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Secara tidak langsung kondisi tersebut akan membuat motivasi belajar siswa meningkat.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa kelas IX-A yang berjumlah 32 orang saat pembelajaran TIK berlangsung, siswa lebih menyukai membuka situs social media. Mengetahui hal tersebut, perlu dikembangkan media pembelajaran yang memanfaatkan kegemaran siswa membuka social media. Pemilihan Schoology sebagai media pembelajaran dianggap tepat untuk mendukung model CTL dan memanfaatkan kegemaran siswa membuka social media. Fitur dalam Schoology ini lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama seperti di kelas dalam dunia nyata, mulai dari absensi dan tes atau kuis. Schoology juga menyediakan jejaring sosial yang memungkinkan siswa untuk berdiskusi dengan guru dan teman satu kelasnya diluar jam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Diharapkan melalui penerapan model dan media tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Kajian PustakaPenelitian dari Hamidah Hannum Nasution yang berjudul “Penerapan

Pendekatan CTL Dalam E-learning Berbasis Weblog Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam e-learning berbasis weblog memberikan peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa lebih tinggi dari pada penerapan pendekatan CTL tanpa e-learning berbasis weblog [1].

Penelitian lain dari Selvi Yulindha yang berjudul “Penerapan Metode CTL Berbantuan Open Meeting Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Beji”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode CTL berbantuan Open Meeting mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan TIK siswa [2].

Berdasarkan dua penelitian yang dikemukakan, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan CTL sebagai model pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Schoology sebagai

Page 10: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

3

media pembelajaran dan pengukuran peningkatan motivasi belajar siswa di kelas. Diharapkan melalui penelitian ini dengan menerapkan model CTL berbantuan Schoology dapat meningkatkan motivasi belajar pada pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar [3]. Pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu (1) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran [4]. (2) Siswa adalah orang yang datang kesuatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari ilmu pengetahuan [5]. (3) Guru adalah figur yang berperan sebagai menejer, motivator, dan fasilitator, yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa [6]. (4) Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar [7]. (5) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya [8]. (6) Media pembelajaran adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan [9]. Salah satu masalah dalam pembelajaran adalah kurangnya motivasi belajar siswa.

Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan [12]. Pembelajaran akan kondusif jika guru menerapkan metode atau model yang membuat motivasi belajar siswa meningkat sehingga aktif dalam pembelajaran. Model CTL dianggap tepat untuk diterapkan guna membuat motivasi belajar siswa meningkat dan aktif dalam pembelajaran.

Model CTL (Contextual Teaching Learning) adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan kemampuan yang dimilikinya sekaligus menerapkan dan mengkaitkan dengan dunia nyata. Macam-macam prinsip CTL yang harus diciptakan oleh guru, yaitu menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment) [10]. Selanjutnya yang dilakukan siswa dalam pembelajaran adalah inquiry, learning community (berdiskusi dalam kelompok masing-masing) dan authentic assesment. Perlunya pembaharuan media pembelajaran juga harus dilakukan oleh guru guna mendukung model CTL. Schoology dianggap tepat diterapkan untuk mendukung model CTL, karena fitur-fiturnya sama seperti kelas dunia nyata.

Schoology adalah jaringan sosial untuk sekolah dan lembaga pendidikan tinggi difokuskan pada kerjasama yang memungkinkan pengguna untuk membuat, mengelola, dan berbagi konten akademis [11]. Schoology adalah penggabungan konsep antara sistem manajemen pembelajaran atau Learning Management System (LMS) dengan jejaring sosial (social networking) dan tampilannya hampir sama dengan facebook. Setelah pemilihan model dan media diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran.

Page 11: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

4

3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu sebuah

upaya mendeskripsikan fenomena yang terjadi dikelas IX-A SMP N 1 Tengaran Semarang dalam pembelajaran TIK pada saat penelitian. Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Tengaran Semarang, Jalan Masjid Besar, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Subyek dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran TIK dan siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang yang berjumlah 32 anak. Pemlilihan kelas IX-A atas rekomendasi dari guru TIK. Menurut informasi dari guru TIK, kelas IX-A merupakan salah satu kelas yang kurang termotivasi dalam pembelajaran. Sasaran penelitian ini adalah penerapan model CTL berbantu Schoology untuk meningkatkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.

Instrumen dalam penelitian ini berupa observasi dan hasil wawancara. Observasi digunakan untuk mengamati peningkatan atau penurunan motivasi siswa dalam penerapan model CTL berbantuan Schoology pada pembelajaran TIK. Sedangkan hasil wawancara digunakan sebagai data pendukung guna memperkuat hasil data observasi. Beberapa aspek dan pernyataan yang akan digunakan dalam lembar observasi motivasi pembelajaran dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Aspek tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam peningkatan motivasi pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang.

Tabel 1. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Sardiman) [12]

No Aspek Pernyataan

1 Tekun menghadapi tugas Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara mencari atau menelaah materi pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok.

2 Ulet menghadapi kesulitan Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3 Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa

Siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

4 Lebih senang bekerja mandiri

Siswa berusaha mengerjakan soal/ kuis sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

5 Cepat bosan dengan tugas rutin

Siswa semangat dengan tugas yang diberikan oleh guru.

6 Dapat mempertahankan pendapatnya

Siswa berani mengeluarkan pendapatnya beserta alasan saat diskusi maupun menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi pembelajaran.

7 Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Siswa bertanya dengan guru atau mencari sendiri dari berbagai sumber untuk memecahkan soal-soal yang belum dipahami.

Desain pembalajaran diperlukan sebagai petunjuk yang harus dilakukan

guru maupun siswa dalam pembelajaran, selanjutnya akan dibuat dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Penelitian ini dibagi menjadi empat kali pertemuan. Desain pembelajaran dapat ditunjukkan pada tabel 2.

Page 12: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

5

Tabel 2. Desain Pembelajaran Kegiatan Guru Siswa

Pertemuan 1 Pendahuluan (10 menit)

Guru bertanya kepada siswa (questioning): “Adakah dari kalian yang mengenal schoology?”

Guru menyampaikan tema tujuan pembelajaran

Siswa menjawab pertanyaan dari guru

Siswa menyiapkan bahan-bahan yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit) Eksplorasi

Guru memperkenalkan dan menjelaskan schoology serta fitur-fitur yang ada didalamnya

Guru meminta siswa untuk membuat kelompok 3-4 orang dalam satu kelompok (learning community)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa membuat kelompok (learning community)

Elaborasi

Guru meminta siswa untuk membuat account student schoology

Guru mendemonstrasikan (modelling) cara untuk masuk didalam courses schoology

Siswa membuat account student schoology

Siswa mengikuti arahan guru untuk masuk kedalam courses schoology

Konfirmasi

Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui mengenai media schoology (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10 menit)

Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 2 Pendahuluan (10 menit)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

Guru bertanya kepada siswa (questioning): “Sebutkan pengertian ukuran kecepatan akses internet?”

Guru menyampaikan tema tujuan pembelajaran

Siswa berkumpul sesuai kelompoknya (learing community)

Siswa menjawab pertanyaan guru Siswa menyiapkan bahan-bahan

yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit) Eksplorasi

Guru menjelaskan pengertian ukuran kecepatan akses internet

Guru meminta siswa untuk mencari informasi mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber (inquiry)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa mencari informasi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber dalam kelompoknya (inquiry)

Elaborasi

Guru menanyakan hasil eksplorasi mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data

Guru berdiskusi dengan siswa tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data (learing community)

Guru memberi contoh gambar (modelling) tentang materi komponen-komponen yang

Siswa melaporkan hasil pencarian komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data

Mendiskusikan dan mengadakan tanya jawab

Siswa melihat contoh gambar di

courses Schoology

Page 13: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

6

mempengaruhi kecepatan transfer data di courses Schoology

Konfirmasi

Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10 menit)

Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 3 Pendahuluan (10 menit)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

Guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya

Guru bertanya kepada siswa (questioning): “Sebutkan macam-macam kecepatan akses internet?”

Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran

Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya (learing community)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa menjawab pertanyaan dari guru

Siswa menyiapkan bahan-bahan

yang diperluakan dalam pembelajaran

Inti (60 menit) Eksplorasi

Guru meminta siswa untuk mencari informasi macam-macam kecepatan akses internet dari berbagai sumber (inquiry)

Siswa mencari informasi macam-macam kecepatan akses internet (inquiry)

Elaborasi

Guru menanyakan hasil eksplorasi tentang macam-macam kecepatan akses internet

Guru berdiskusi dengan siswa (learing community) tentang macam-macam akses internet (hasil eksplorasi)

Guru menyebutkan macam-macam kecepatan akses internet yang telah dishare di courses Schoology

Guru menunjukkan gambaran dari Dial-up melalui jalur PSTN, ADSL, GPRS, dan 3G di courses schoology (modelling)

Siswa melaporkan hasil eksplorasi tentang macam-macam kecepatan akses internet

Siswa berdiskusi dan mengadakan tanya jawab

Siswa memperhatikan penjelasan

guru dan membuka materi yang dishare di courses schoology

Siswa melihat gambaran Dial-up melalui jalur PSTN, ADSL, GPRS, dan 3G di schoology

Konfirmasi

Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10 menit)

Guru menarik kesimpulan

Pertemuan 4 Pendahuluan (10 menit)

Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learing community)

Guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya

Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran

Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya (learing community)

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa menyiapkan bahan-bahan yang diperluakan dalam pembelajaran

Page 14: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

7

Inti (60 menit) Eksplorasi

Guru meminta siswa untuk mencari informasi Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber (inquiry)

Siswa mencari informasi Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber (inquiry)

Elaborasi

Guru menanyakan hasil eksplorasi tentang Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel

Guru berdiskusi dengan siswa (learing community) tentang Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel

Guru memberikan ilustrasi di Schoology (modelling) Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel di courses Schoology

Guru memberi soal kepada siswa di courses Schoology (authentic assessment)

Siswa melaporkan hasil eksplorasi tentang Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel

Siswa berdiskusi dan mengadakan tanya jawab

Siswa melihat dan memperhatikan ilustrasi (modelling) di courses Schoology

Siswa mengerjakan soal (authentic assessment) di courses Schoology

Konfirmasi

Guru bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang belum diketahui tentang materi pembelajaran yang didiskusikan (reflection)

Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang kurang paham

Penutup (10 menit)

Guru menarik kesimpulan

Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif demi

kevalidan dan tingkat kepercayaan data yang telah terkumpul. Keabsahan data yang dipakai adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, baik secara teknik maupun sumber yang digunakan. Triangulasi yang dipakai adalah triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan memeriksa kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber-sumber data [13]. Triangulasi dengan sumber dapat dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi secara deskriptif. Data hasil observasi dapat dianalisis dengan cara, (a) Menghitung banyaknya siswa dalam kelas yang termotivasi (melaksanakan aspek motivasi yang diamati) pada saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya prosentase siswa “PS” yang termotivasi dihitung dengan rumus:

�� =������ ����� ���� �����������

������ ����������� �����× 100% [14]

(b) Setelah diketahui prosentase siswa yang termotivasi, selanjutnya dimasukkan kedalam lembar observasi. Tahap selanjutnya, untuk mencari total prosentase “TP” hasil observasi dihitung dengan rumus:

�� =������ ����� ���������

������ ����������� �����× 100% [14]

Page 15: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

8

(c) Langkah selanjutnya, total prosentase yang diperoleh dari hasil observasi dimasukkan kedalam kriteria motivasi belajar.

Tabel 3. Kriteria Motivasi Belajar [14]

Prosentase Motivasi Kriteria 76 % s/d 100 % Sangat Baik 51 % s/d 75 % Baik 26% s/d 50 % Cukup 0 % s/d 25 % Kurang

Analisis kualitatif dilakukan dengan teknik interactive model analysis [15]. Teknik analisis model interaktif terdiri beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian, dan kesimpulan (verfikasi). Empat komponen membentuk sebuah siklus yang saling berinteraksi dan prosesnya berjalan bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data.

Gambar 1. Interactive Model Analysis Miles dan Huberman

4. Hasil dan Pembahasan Sebelum diterapkan model CTL berbantu Schoology, tahap awal yang

dilakukan adalah mendeskripsikan pembelajaran TIK secara konvensional di kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang saat observasi awal dilakukan. Metode yang biasa dipakai saat pembelajaran TIK di kelas adalah “konvensional”. Maksud dari metode konvensional adalah, guru masih menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi pembelajaran di kelas dengan media yang standar kemudian diberi penugasan atau soal. Media tersebut berupa LKS, buku panduan, modul, dan powerpoint. Proses pembelajaran TIK di kelas IX A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan guru memimpin do’a, mengabsen kehadiran siswa, dan menyampaikan tema dan tujuan dalam pembelajaran. Masuk dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi pelajaran dengan cara bercerita atau ceramah sedangkan siswa mendengarkan atau memperhatikan dan mencatat. Apabila penjelasan materi dirasa cukup, berikutnya guru memberi tugas, soal, ataupun latihan praktik. Banyak siswa terlihat pasif dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran. Siswa terlihat jenuh, mengantuk, bermain game, membuka social media dan berbicara sendiri dengan temannya dalam pembelajaran. Selanjutnya saat guru memberikan tugas latihan praktik maupun soal, siswa kebingungan dan sibuk

Page 16: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

9

bertanya dengan temannya yang memperhatikan penjelasan guru. Akibatnya suasana kelas menjadi gaduh, hal ini yang menyebabkan guru kesulitan mengontrol kelas dan tidak menutup kemungkinan guru harus berteriak untuk mengkondisikan kelas kembali tenang. Setelah kegiatan inti selesai masuk dalam kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung, kemudian memberikan tugas atau “PR” (Pekerjaan Rumah) bila diperlukan dan menutup pertemuan dengan memimpin do’a. Pengamatan aspek motivasi sebelum dilakukan penerapan model dan media yaitu pada saat pembelajaran konvensional berlangsung mencapai 25%. Pengamatan aspek motivasi sesudah penerapan model dan media mencapai 84,36%, selanjutnya akan dideskripsikan per aspek yang diamati pada pertemuan kedua sampai dengan pertemuan keempat. Hasil pengamatan (observasi) motivasi siswa sebelum dan sesudah penerapan model dan media dapat ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi siswa

No Aspek Pernyataan Prosentase Sebelum Sesudah

1 Tekun menghadapi tugas

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan cara mencari atau menelaah materi pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok.

31,25%

75%

2 Ulet menghadapi kesulitan

Siswa tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

21,875%

90,625%

3 Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa

Siswa bekerja secara kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

21,875%

100%

4 Lebih senang bekerja mandiri

Siswa berusaha mengerjakan soal/ kuis sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

18,75%

84,325%

5 Cepat bosan dengan tugas rutin

Siswa semangat dengan tugas yang diberikan oleh guru.

25%

90,625%

6 Dapat mempertahankan pendapatnya

Siswa berani mengeluarkan pendapatnya beserta alasan saat diskusi maupun menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan materi pembelajaran.

34,375%

81,25%

7 Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Siswa bertanya dengan guru atau mencari sendiri dari berbagai sumber untuk memecahkan soal-soal yang belum dipahami.

21,875%

68,75%

�� =������ ����� ���������

������ ����������� �����× 100% [14] 25%

84, 36%

Page 17: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

10

Pertemuan pertama yaitu, (1) siswa diberi pertanyaan (questioning) “Adakah dari kalian yang mengenal Schoology?”. Questioning bertujuan untuk menggali rasa ingin tahu siswa tentang apa itu Schoology, sebab pengetahuan seseorang itu bermula dari bertanya. Setelah memunculkan rasa ingin tahu siswa terhadap schoology, kemudian guru menjelaskan konsep Schoology beserta fitur-fitur yang ada didalamnya. (2) Guru meminta siswa untuk membuat kelompok (learning community), masing-masing kelompok berjumlah 3-4 siswa. Kegiatan learning community bertujuan untuk menciptakan suasana diskusi dalam kelas, sehingga terjadi interaksi antara teman satu kelompoknya, antar kelompok dan guru. Setelah pembentukan kelompok, siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya dan membuat account student. Ditemukan masalah saat pembuatan account yaitu siswa menuliskan nama tidak sesuai dengan nama aslinya. Guru meminta siswa untuk merubah nama sesuai nama asli. Foto siswa sedang membuat account dapat ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Foto siswa sedang membuat account Schoology

(3) Guru mendemonstrasikan (modelling) cara masuk dalam courses Schoology. Pendemonstrasian dilakukan untuk memudahkan siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Kegiatan mendemonstrasikan cara masuk ke dalam courses Schoology, guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk memperhatikan kemudian di share kepada teman satu kelompoknya. Ditemukan masalah kembali saat siswa sudah masuk ke dalam courses Schoology yaitu siswa mencoba fitur Schoology seperti updates untuk gurauan (bercanda) dengan teman satu kelas. Setelah itu guru memperingatkan siswa untuk tidak membuat gurauan (bercanda) dalam courses Schoology, melainkan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran. (4) Selanjutnya, pada tahap refleksi (reflection) guru bertanya jawab kepada siswa tentang hal-hal mengenai Schoology. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membiasakan siswa mengulas kembali tentang apa yang telah dipelajari. Tahap refleksi, siswa diberi kesempatan untuk berfikir kembali tentang hal-hal yang masih menjadi pertanyaan dan keraguan, misalnya bagaimana cara masuk courses Schoology?, kemudian guru menjelaskan kembali cara masuk ke dalam coursess Schoology. Pertemuan pertama pembelajaran memang belum dimulai, penyebabnya adalah jumlah komputer yang dapat digunakan di laboratorium hanya kurang dari 20 buah, sedangkan jumlah siswa di kelas IX-A ada 32 siswa. Sehingga siswa harus bergantian untuk menggunakan komputer. Penyebab yang lainnya adalah akses internet yang lambat, pembuatan account dan masuk courses Schoology memakan waktu yang lama. Alternatif yang lain seperti dilanjutkan di

Page 18: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

11

luar jam pembelajaran tidak dimungkinkan, karena sebagian siswa bertempat tinggal di pelosok desa dan tidak mempunyai layanan internet.

Pertemuan kedua proses pembelajaran diantaranya adalah, (1) Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing (learning community). (2) Guru bertanya kepada siswa (questioning) “Sebutkan pengertian ukuran kecepatan akses internet?”. Ditemukan masalah saat guru bertanya, siswa diam dan malu untuk mengeluarkan pendapatnya. Sehingga guru harus menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban dari siswa memang kurang tepat, tetapi hal ini dilakukan untuk membuat siswa berani mengeluarkan pendapatnya sesuai pencapaian aspek motivasi yaitu, dapat mempertahankan pendapatnya. Selanjutnya guru menjelaskan pengertian ukuran kecepatan akses internet, untuk menyempurnakan jawaban dari siswa. (3) Guru meminta siswa untuk mencari (inquiry) materi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dari berbagai sumber. Inquiry adalah kegiatan inti dari CTL, karena inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Kegiatan inquiry ini tiap-tiap kelompok ditekankan untuk mencari dan menemukan materi pembelajaran yang telah disebutkan oleh guru. Tugas guru adalah sebagai fasilitator atau pembimbing dan memilih topik atau masalah untuk dipecahkan. Seperti yang diketahui pada kegiatan inquiry ini, guru meminta siswa untuk mencari materi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data. Kegiatan mencari (inquiry) ditemukan beberapa masalah. Banyak dari siswa terlihat menganggur dalam kelompoknya karena bermacam-macam alasan seperti, sudah ada yang mencari materi, sudah ada yang mencatat dan tidak kebagian komputer. Hal ini menjadikan siswa tidak semangat dalam menerima pembelajaran. Padahal, maksud guru membagi siswa dalam kelompok adalah terciptanya diskusi dalam tiap kelompok. Sehingga terjadi interaksi siswa dalam kelompok untuk saling share pendapat dan memunculkan ide guna memecahkan suatu masalah. Melihat masalah tersebut, guru mengarahkan untuk saling berbagi tugas dalam anggota tiap kelompok agar tidak ada lagi yang menganggur. Setelah selesai mencari materi, siswa menulis hasil pencarian yang telah dilakukan. Selanjutnya guru menanyakan hasil pencarian materi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data tiap individu maupun kelompok. Saat guru mengamati pencapaian motivasi yaitu, cepat bosan dengan tugas rutin, tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan dan menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa, ditemukan siswa belum termotivasi sesuai dengan temuan masalah yang dijabarkan pada kegiatan inquiry. (4) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi tentang komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data. Guru kembali menciptakan suasana diskusi, tidak hanya dalam satu kelompok namun tiap-tiap kelompok saling berinteraksi untuk mengungkapkan temuannya yang dilakukan saat kegiatan mencari materi. (5) Selanjutnya guru menjelaskan komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dan memberikan contoh gambar supaya siswa lebih mengerti (modelling). Komponen-komponen tersebut yaitu bandwidth, throughput, server proxy, backbone, faktor-

Page 19: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

12

faktor yang menentukan bandwidth dan troughput. Permodelan dari komponen-komponen yang mempengaruhi kecepatan transfer data dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Permodelan Bandwidth Gambar 4. Permodelan Throughput

(6) Setelah guru memberi contoh gambar melalui Schoology, kemudian pada tahap refleksi (reflection) guru mengulas kembali materi yang telah disampaikan. Kegiatan refleksi materi yang telah disampaikan, beberapa dari siswa masih bingung dengan materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Ditemukan saat guru mengamati aspek pencapaian motivasi yaitu senang mencari dan memecahkan soal-soal, siswa tidak bertanya dengan guru. Padahal beberapa diantara siswa masih kebingungan dan belum paham betul dengan materi yang didiskusikan, sehingga guru harus menunjuk salah satu siswa untuk berani bertanya. Selanjutnya guru menjelaskan bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Guru memberi kesimpulan dari pembelajaran pada pertemuan kedua.

Pertemuan ketiga proses pembelajarannya adalah, (1) sebelum pembelajaran dimulai guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learning community), kemudian guru mereview materi pada pertemuan sebelumnya. (2) Langkah selanjutnya, guru bertanya (questioning) kepada siswa “sebutkan macam-macam kecepatan akses internet?”. Perbedaan pertemuan kedua dengan ketiga, yaitu siswa tidak malu lagi untuk menjawab pertanyaan dari guru. Meskipun jawaban dari siswa masih kurang tepat, setidaknya siswa berani untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengamatan yang dilakukan guru saat kegiatan questioning yaitu dapat mempertahankan pendapatnya, dikatakan siswa sudah mulai termotivasi. Selanjutnya guru menyampaikan tema dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. (3) Guru meminta siswa untuk mencari (inquiry) materi tentang macam-macam kecepatan akses internet dari berbagai sumber. Siswa aktif saat kegiatan tersebut masing-masing kelompok saling berbagi tugas, ada yang mencari materi di internet, LKS, modul, dan juga mencatat hasil temuannya. Sehingga tidak ada yang menganggur pada masing-masing kelompok. Pengamatan aspek pencapaian motivasi yang dilakukan oleh guru pada kegiatan inquiry yaitu, cepat bosan dengan tugas rutin, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa, tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Siswa dikatakan termotivasi dan tidak pasif saat kegiatan pembelajaran. Setelah selesai mencari materi, guru menanyakan hasil temuan pada masing-masing kelompok. Foto kegiatan inquiry dapat dilihat pada gambar 5.

Page 20: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

13

Gambar 5. Kegiatan Inquiry

(4) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi tentang macam-macam kecepatan akses internet. Materi tersebut berisi dial-up melalui jalur PSTN (Public Switched Telephone Network), ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line), GPRS (General Packet Radio Service), dan 3G (third-generation technology). (5) Selanjutnya guru menjelaskan materi yang telah di diskusikan bersama, kemudian siswa ditunjukan contoh gambar dari materi tersebut supaya lebih mengerti (modelling). (6) Langkah selanjutnya adalah guru memberi refleksi (reflection) terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa bertanya dengan guru terkait materi pembelajaran yang belum dimengerti. Pengamatan aspek motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan refleksi yaitu senang mencari dan memecahkan soal-soal, membuat siswa termotivasi untuk berani bertanya terkait dengan materi pembelajaran yang belum dimengerti. Selanjutnya guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

Pertemuan keempat proses pembelajarannya adalah, (1) guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai kelompok masing-masing (learning community), guru mereview kembali materi pada pertemuan ketiga. Materi pelajaran masih sama dengan pertemuan ketiga, yaitu macam-macam kecepatan akses internet. (2) Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencari (inquiry) materi tentang Wi-Fi, Wireless Broadband, LAN, TV-kabel dari berbagai sumber. Siswa kembali aktif saat mencari materi, sudah tidak ditemukan lagi siswa yang menganggur dalam masing-masing kelompok. Seperti pada pertemuan ketiga, pengamatan aspek motivasi saat kegiatan inquiry membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran. Setelah siswa selesai mencari materi, kemudian guru menanyakan hasil temuan siswa pada masing-masing kelompok. (3) Guru berdiskusi (learning community) dengan siswa untuk membahas materi yang telah dicari siswa dari berbagai sumber. Siswa saling memberikan pendapat saat diskusi berlangsung baik secara individu maupun kelompok, hal ini menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. (4) Guru memberi ilustrasi (modelling) tentang materi yang telah didiskusikan, agar siswa lebih memahami materi yang telah didiskusikan bersama-sama. (5) Tahap selanjutnya guru memberi kuis (authentic assessment) melalui Schoology untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran. Kegiatan authentic assessment (penilaian sebenarnya) adalah tahap akhir dalam model CTL. Melaui kegiatan ini siswa ditekankan untuk mengerjakan kuis secara mandiri yang telah diberikan oleh guru. Sehingga guru mengetahui peningkatan siswa dalam

Page 21: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

14

memahami materi pembelajaran per individu. Contoh kuis yang dikerjakan siswa dalam Schoology dapat ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh kuis

Ditemukan masalah kembali saat kegiatan authentic assessment berlangsung, siswa bingung bagaimana cara mengerjakan kuis dalam Schoology. Sehingga guru harus menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah cara mengerjakan soal di Schoology. Pengamatan aspek pencapaian motivasi yang dilakukan oleh guru saat kegiatan authentic assessment/ kuis yaitu lebih senang bekerja sendiri, ditemukan siswa mengerjakan kuis sendiri dan tidak mencontek dengan temannya. Selesai mengerjakan kuis, beberapa siswa senang dan ada juga yang kecewa dengan hasil akhir dari kuis yang dikerjakan. Setelah diketahui hasil kuis yang dikerjakan, guru mudah untuk melakukan langkah selanjutnya, seperti refleksi kembali bagian-bagian yang dianggap sulit siswa atau remidial untuk memperbaiki nilai yang masih kurang. (6) Tahap selanjutnya guru memberi refleksi (reflection) terhadap materi yang telah dibahas. Siswa bertanya dengan guru terkait dengan pertanyaan kuis yang dianggap sulit. Guru menjelaskan dan mengulas kembali materi pembelajaran terkait dengan pertanyaan dari siswa. Seperti pada pertemuan ketiga saat kegiatan refleksi, siswa termotivasi untuk berani bertanya dengan guru mengenai pertanyaan-pertanyaan yang belum dipahami siswa. Setelah kegiatan refleksi selesai guru memberi kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil observasi motivasi siswa yang ditunjukkan pada tabel 4, total prosentase dimasukkan kedalam kriteria motivasi belajar, yaitu (0% s/d 25%) kurang, (26% s/d 50%) cukup, (51% s/d 75%) baik, dan (76% s/d 100%) sangat baik. Total prosentase sebelum dilakukan penerapan model CTL berbantu Schoology yaitu 25% masuk dalam kriteria kurang. Sedangkan total prosentase sesudah dilakukan penerapan model dan media tersebut yaitu 84,36% masuk dalam kriteria sangat baik. Penilaian observasi dilakukan dengan cara menggunakan daftar yang berisi aspek pencapaian motivasi, kemudian siswa diamati per individu dengan mengisi lembar observasi yang dibuat. Dilihat dari hasil observasi sebelum dilakukan penerapan model dan media, prosentase tertinggi adalah 34,375% hanya siswa tergolong pintar saja yang aktif dikelas. Setelah diberi penerapan model dan media tersebut, tidak hanya yang tergolong pintar saja yang aktif namun keseluruhan siswa aktif saat pembelajaran dilihat dari prosentase tertingi 100%. Penerapan model CTL berbantu Schoology dikatakan berhasil karena total

Page 22: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

15

prosentase menunjukkan <75%. Sesuai yang dikatakan oleh Mulyasa, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran [16]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model CTL berbantu Schoology berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

Wawancara dilakukan kepada guru TIK dan siswa saat sesudah penerapan model dan media. Pertanyaan wawancara dengan guru TIK yaitu (1) Bagaimana menurut guru TIK tentang penerapan model CTL berbantuan Schoology dalam pembelajaran TIK dikelas (2) Apakah guru TIK tertarik menerapkan model CTL dan media Schoology pada pembelajaran TIK. Pertanyaan wawancara dengan siswa yaitu “Bagaimana tanggapan siswa tentang penerapan model CTL berbantuan Schoology pada pembelajaran TIK”. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil wawancara

Guru TIK 1. Penerapan model dan media ini sangat memudahkan guru untuk menjelaskan materi pembelajaran siswa. Siswa antusias dan lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional.

2. Guru TIK tertarik untuk menerapkan model CTL dan media Schoology pada tahun ajaran baru.

Siswa Siswa lebih menyukai cara penyampaian dengan model CTL dan media Schoology dibandingkan dengan guru berceramah di kelas.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model CTL berbantu schoology pada pembelajaran TIK siswa kelas IX-A SMP Negeri 1 Tengaran Semarang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil observasi menggunakan metode secara konvensional menunjukkan 25%, sedangkan model CTL berbantuan Schoology menujukkan 84,36%. Dilihat dari kriteria motivasi belajar, total prosentase 25% berada dalam kriteria kurang, sedangkan 84,36% berada dalam kriteria sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan model CTL berbantuan Schoology berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

Hasil wawancara dengan guru TIK dan siswa penerapan model CTL berbantuan Schoology mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sekaligus siswa menyukai cara guru menyampaikan materi pelajaran melalui model dan media ini. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka disarankan pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Schoology hendaknya benar-benar dimanfaatkan dalam pembelajaran, karena dalam penelitian ini kurang dimaksimalkan. Schoology sangat cocok dimanfaatkan pada pelajaran matematika, tersedianya tools seperti linear sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Page 23: PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING …...Komunikasi) siswa kelas IX-A. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menggunakan metode konvensional

16

6. Daftar Pustaka [1] Nasution, Hamidah Hannum. 2013. Penerapan Pendekatan CTL Dalam E-

learning Berbasis Weblog Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. Medan: FMIPA UNIMED.

[2] Yulindha, Selvi. 2012. Penerapan Metode CTL Berbantuan Open Meeting Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Beji. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

[3] UU RI No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dep Pendidikan Nasional.

[4] Daryanto, H. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta [5] Khan, Shafique, A. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: CV

Pustaka Setia. [6] Yamin, Martinis & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran

Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. [7] Djamarah, B. S. & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka cipta. [8] Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. [9] Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam

Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. [10] Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. [11] Amiroh. 2013. Antara Moodle, Edmodo dan Schoology.

http://amiroh.web.id/antara-moodle-edmodo-dan-schoology. 13 Maret 2015.

[12] Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[13] Moleong, Lexy, J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[14] Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka. [15] Rohidi, Tjetjep, Rohendi. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia Press. [16] Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.