Upload
others
View
59
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 8 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
Nama : Agusman Riyadi
NPM : 4011099
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Dodik Mulyono, M.Pd.
2. Lucy Asri Purwasi, M.Pd. Mat
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU
2017
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8
LUBUKLINGGAUTAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Agusman Riyadi1, Dodik Mulyono2, Lucy Asri Purwasi 3
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Discovery Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017”. Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang
signifikan metode pembelajaran Discovery terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017?”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran discovery
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggaui
tahun pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah true
experimental design yaitu eksperimen sebenarnya yang membandingkan metode
pembelajaran discovery dengan pembelajaran konvensional. Populasinya adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 yang
berjumlah 242 siswa, dan sebagai sampelnya adalah kelas VII.G dan kelas VII.D
yang diambil secara random. Kelas VII.G diberi pembelajaran dengan metode
pembelajaran Discovery sedangkan kelas VIII.D diberi pembelajaran dengan
pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
tes. Nilai rata-rata siswa untuk kelas yang diajarkan dengan metode pembelajaran
discovery sebesar 81,55 sedangkan untuk kelas yang diajarkan dengan konvensional
sebesar 77,80. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf
signifikan 05,0 . Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit = 1,80 > ttab =
1,67 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran
discovery terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 8
Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Metode Pembelajaran Discovery, Hasil Belajar, Matematika.
PENDAHULUAN
Sanjaya (2011:1), Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah rendahnya dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya hasil oleh setiap
1 Alumni Prodi Matematika STKIP PGRI lubuklinggau 2 Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau 3 Dosen Prodi Matematika STKIP PGRI Lubuklinggau
belajar siswa yang ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi
standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum. Dalam setiap mata pelajaran,
khususnya mata pelajaran matematika dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit
untuk dipahami dan membuat banyak siswa dalam mempelajari pembelajaran
matematika dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari guru mata pelajaran matematika
kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau mengatakan bahwa metode pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode konvesional. Ada
beberapa masalah yang sering timbul di dalam menggunakan konvesional yaitu: 1)
dalam proses belajar mengajar siswa kurang aktif dalam mengemukakan
pendapatnya; 2), berkurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika; 3)
siswa cenderung pasif sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi lambat
karena siawa hanya menunggu informasi dari guru tanpa adanya usaha mencari
informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi.
Penggunaan metode konvensional menyebabkan pelaksanaan belajar belum maksimal
sehingga hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran matematika masih banyak
yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan
sekolah yaitu sebesar 75.
Hal ini mencerminkan dari nilai rata-rata ulangan harian pada mata pelajaran
matematika yang berjumlah 189 siswa, hanya 85 siswa atau 44,97% siswa tuntas dan
104 siswa atau 55,03% belum tuntas dan rata-rata ulangan harian yang diperoleh
sebesar 60. Sehingga membuat sebagian besar siswa mengikuti remedial. Selain itu,
masih banyak siswa yang tidak dapat menjawab atau menyelesaikan soal yang sedikit
berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru dan siswa tidak berani untuk
mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti.
Metode penemuan terbimbing juga salah satu bentuk metode yang dapat
mengembangkan kemampuan menggunakan pola pikir dan keterampilan. Apabila
siswa dapat mengembangkan pola pikir serta mengunakan konsep dalam
memecahkan masalah dan mencapai tujuan dalam pembelajaran. Sehingga dalam
penggunaan metode penemuan terbimbing bertujuan menjadi siswa manusia yang
aktif, kreatif, cerdas, bertanggung jawab dan dapat menyelesaikan suatu permasalah
serta meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Penemuan Terbimbing
Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun
Ajaran 2016/2017”.
DESKRIPSI TEORITIK
Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Metode pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery learning) adalah
proses mental dimana siswa mampu menyesuaikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang
dimaksud dengan proses mental antara lain ialah : mengamati, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan untuk menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya sebagai fasilitator dan
membimbing apabila diperlukan atau apabila ada yang dipertanyakan (Roestiyah
2012:20). Sedangkan menurut Hariyono, (2001: 3) menyatakan bahwa penemuan
terbimbing tidak hanya sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan
pembelajaran dengan metode ini tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa,
namun guru masih tetap ambil bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing
merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction).
Siswa tetap memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran
Langkah-langkah Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
(1) Guru menyampaikan tujuanpembelajaran; (2) Guru menjelaskan materi
yang berkenaan dengan materi pelajaran; (3) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa
(LKS) pada setiap kelompok; (4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan
hipotesis; (5) Guru mengarahkan siswa menyelesaikan masalah yang ada di dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS); (6) Siswa melakukan percobaan dan guru membimbing
siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan bersama kelompoknya
masing-masing; (7) Setelah selesai siswa diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok; (8) Guru membimbing siswa dalam membuat evaluasi terhadap
kegiataan dilakukan.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing.
Menurut Roestiyah (2012:76), adapun kelebihan dan kekurangan metode
penemuan terbimbing ini adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan Metode Penemuan Terbimbing
a) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.
b) Sebagai wahana interaksi antara siswa dengan guru sehingga siswa aktif
dalam mengungkapkan pendapat yang mereka miliki.
c) Dapat membangkitkan gairah belajar siswa.
d) Siswa benar-benar memahami suatu konsep (rumus) karena mereka
mengalami sendiri proses mendapatkan suatu konsep.
e) Dapat melatih keterampilan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan
2) Kekurangan Metode Penemuan Terbimbing:
a) Untuk materi tertentu waktu yang tersita lebih lama
b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di
lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti diajarkan
dengan metode konvensional.
c) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini, umumnya
topik-topik atau materi pelajaran yang berhubungan dengan prinsip dapat
dikembangkan dengan metode Penemuan Terbimbing.
METODE PENELITIAN
Rencangan eksperimen yang digunakan berbentuk pre-test dan post-test.
Group rancangan yang digambarkan: Suryabrata (2010:92)
Keterangan:
A = Kelas Eksperimen
01 = Tes yang dilakukan sebelum pembelajaran (Pre-Test)
X = Pembelajaran dengan metode Penemuan Terbimbing
02 = Tes yang dilakukan sesudah pembelajaran ( Post-Test)
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Secara rinci populasi penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.1:
A = 𝐎𝟏 X 𝐎𝟐
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VIII.A 12 20 32
2 VIII.B 14 18 32
3 VIII.C 14 17 31
4 VIII.D 13 19 32
5 VIII.E 11 21 32
6 VIII.F 15 15 30
Jumlah 79 110 189
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017
Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dengan cara pengundian.
Dalam hal ini pengambilan anggota dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan kesetrataan dan tingkat kemampuan siswa dalam populasi tersebut.
Dari enam kelas tersebut diundi satu kelas yaitu kelas VIII.F sebagai sampel dan
diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara langsung oleh peneliti pada tanggal
13 Maret sampai dengan 13 April 2017 di kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2016/2017. Pembelajaran matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing ini diajarkan pada siswa kelas VIII.F SMP Negeri 8 Lubuklinggau
dengan uraian materi Kubus dan Balok. Sebelum pelaksanaan penelitian dimulai,
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan mengetahui kualitas
soal yang akan digunakan. Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas IX SMP negeri 8
Lubuklinggau pada tanggal 13 maret 2017 dengan diikuti siswa sebanyak 30 siswa
pada materi luas permukaan dan volume pada kubus serta balok.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data dengan menggunakan
pemberian tes pre-test dan post-test, tes pre-test dan post-test tersebut diberikan
kepada kelas yang menjadi sampel dalam pelaksanakan kegiatan pembelajaran
matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing pada materi Luas permukaan dan
volume pada kubus serta balok
Kemampuan awal
Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Penemuan Terbimbing.
Kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi Kubus dan Balok adalah
merupakan data penelitian yang didapat dari tes awal atau soal yang diberikan
sebelum siswa mendapatkan pengajaran dari guru. rekapitulasi analisis hasil Pre-test
siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Rekapitulasi hasil Pre-test
Kategori Hasil
Rata-rata nilai 21,83
Simpangan baku 7.47
Nilai maksimum 40
Nilai minimum 11
Siswa yang tuntas 0 orang (0%)
Siswa yang tidak tuntas 30 orang (100%)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih
dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 dalam Pre-test
sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari KKM adalah sebanyak 30
siswa (100%).
Kemampuan akhir
Kemampuan akhir siswa dalam penugasan materi luas permukaan dan volume
pada kubus serta balok merupakan hasil belejar setelah mengikuti proses
pembelajaran matematiak dengan menggunakan metode Penemuan Terbimbing.
Kemampuan akhir diperoleh melalui Post-test (tes akhir). Pelaksanaan Post-test
berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Penemuan Terbimbing. Soal
tes yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari 5 soal dengan jumlah skor
adalah 47. rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi hasil Post-test
Kategori Hasil
Rata-rata nilai 81,27
Simpangan baku 6,62
Nilai maksimum 96
Nilai minimum 68
Siswa yang tuntas 25 orang (83,3%)
Siswa yang tidak tuntas 5 orang (16,7%)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih
dari atau sama dengan KKM (75) dalam Post-test sebanyak 25 siswa (83,3%) dan
nilai kurang dari KKM (belum tuntas) sebanyak 5 orang (16,7%). Nilai yang tertinggi
adalah 96 dan nilai yang terendah adalah 68. Rata-rata nilai secara keseluruhan
sebesar 81,27.
Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah
diterapkan pembelajaran menggunakan metode Penemuan Terbimbing dapat
dikatakan tuntas, karena nilai rata-ratanya lebih dari KKM yaitu lebih dari atau sama
dengan 75 (>75). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.1
Grafik Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar Pre-test dan Post-test
PEMBAHASAN
Pre-test dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2017, pembelajaran Pre-test
Dilakukan untuk melihat dan mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberikan
perlakuan atau pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan, apakah siswa dapat
mengerjakan soal yang diberikan tersebut tuntas. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa 0 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 75 (tuntas). Nilai
(�̅�) nilai siswa secara keseluruhan sebesar 21,83. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pre-
test sebelum diterapkan metode Penemuan Terbimbing adalah belum tuntas.
Setelah pemberian Pre-test pada kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau,
kemudian siswa diberikan perlakuan menggunakan metode Penemuan terbimbing
sebanyak tiga kali pertemuan. Pelaksanakan pembelajaran dengan metode Penemuan
Terbimbing dilakukan dengan cara guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, kemudian guru menjelaskan materi yang berkenaan dengan materi
10
30
50
70
90
Rata-rata Ketuntasan Belajar
Axi
s Ti
tle
Pre test
Post test
pelajaran, kemudian guru membagi dan terbentukalah 5 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 6 orang siswa yang heterogen. Setelah kelompok terbentuk
kemudian membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus diselesaikan oleh
siswa. Setiap siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk merumuskan
masalah dan menganalisis data sesuai petunjuk pada Lembar Kerja Siswa (LKS) .
Kemudian siswa ,mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2017, setelah
peneliti menjelaskan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Penemuan Terbimbing, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan materi yang berkenaan dengan materi pelajaran, dan membagi
kelompok, peneliti membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai materi Luas
permukaan dan volume pada kubus serta balok dengan indikator yang harus dicapai
siswa adalah Memahami rumus dan menghitung luas permukaan kubus dan balok.
Saat siswa berdiskusi untuk menemukan Luas permukaan dan volume pada kubus
serta balok siswa mengalami kesulitan. Hasil penemuan siswa pada kelas eksperimen
setelah diterapkan Metode Penemuan Terbimbing dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai memahami metode pembelajaran
Penemuan Terbimbing setelah LKS II dibagikan mereka sudah tahu apa yang harus
dilakukannya. Sehingga mereka langsung menyelidiki dan menemukan permasalahan
yang ada dalam LKS. Tetapi sebagian dari mereka ada yang masih bingung dan
mengalami kesulitan karena mungkin lupa dengan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya. Dengan demikian peneliti memberikan arahan kepada siswa yang belum
mengerti. Setelah hasil diskusi mereka selesai, mereka mempresentasikan didepan
kelas. Setelah itu membuat kesimpulan. Kelompok yang mampu menyelesaikan
masalah pada pertemuan kedua sebanyak dua kelompok, sedangkan kelompok lain
juga sudah mampu menyelesaikan masalah namun belum mampu memberikan
penjelasan yang sesuai dan masih terdapat kesalahan. Hasil penemuan siswa pada
kelas eksperimen setelah diterapkan metode Penemuan Terbimbing dapat dilihat
pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
Pada tahap pertemuan ketiga ini tidak ada siswa yang mengalami kesulitan
karena mereka sudah paham dengan permasalahan yang ada pada LKS yang
diberikan. Dan semua siswa telah mencapai hasil yang baik karena sudah memahami
materi yang telah diberikan sebelumnya, sehingga peran peneliti hanya mengecek dan
mengawasi. Pada pertemuan ketiga lima kelompok sudah mampu menyelesaikan
masalah dengan baik, sedangkan satu kelompok lagi masih terdapat kesalahan. Hasil
penemuan siswa pada kelas eksperimen setelah diterapkan metode Penemuan
Terbimbing dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Hasil Jawaban LKS Siswa kelas eksperimen
selanjutnya satu kelas diberikan tes akhir (post-test) sebagai tolak ukur
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Tes akhir dilaksanakan pada tanggal 10
April 2017, Berdasarkan hasil post-test pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-
rata siswa (�̅�) adalah 81,27. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kelas eksperimen
ternyata nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran Penemuan Terbimbing .
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji-t menghasilkan bahwa
thitung > ttabel dengan nilai 5,18 > 1,69 ini membuktikan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima dan H0 ditolak yaitu rata-rata hasil belajar matematika yang
menggunakan metode penemua terbimbing lebih dari rata-rata hasil belajar
matematika siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini
diterima, yaitu ada penerapan metode penemuan terbimbing pada pembelajaran
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat
disimpulkan bahwa “Hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 8
Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 setelah penerapan metode pembelajaran
Penemuan Terbimbing secara signifikan tuntas”. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis
uji-t pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (5,18) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,69), yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata nilai akhir siswa sebesar 81,27.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan, maka saran yang dapat
diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Dapat melatih siswa untuk lebih disiplin dalam menghargai waktu belajar dan
dapat memotivasi belajar siswa.
2. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga terjalin
komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun antara guru dengan
siswa.
3. Metode Penemuan Terbimbing ini perlu diterapkan pada materi yang lain sehingga
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan dapat memaksimalkan hasil
pembelajaran.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyono, 2001. Dasar-dasar akuntasi jilid 2. Penerbit: STIE YKPN
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, 2010. Resume metodologi penelitian, Penerbit: rajawali pers
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenata Media.