Upload
truongngoc
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM
MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
PADA RS HIKMAH
DANI SAPUTRI
A31106635
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM
MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP
PADA RS HIKMAH
OLEH:
DANI SAPUTRI
A31106635
SKRIPSI SARJANA LENGKAP UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SAYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
DISETUJUI OLEH: PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak Dra. Asri Usman, M.Si, Ak NIP.19660220 199412 2 001 NIP.19651018 199412 1 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
iv
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrabilallamin, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
karunia dan nikmat-Nya, sehingga akhirnya penyusunan skripsi ini dapat berjalan
dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Strata (S1) untuk memperoleh gelar kesarjanaan
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin Makassar.
Proses penyusunan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal mungkin,
kalaupun ada kekurangan itu karena keterbatasan yang dimiliki penulis layaknya
sebagaimana manusia biasa, karena proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis hendak memberikan ucapan terima kasih yang tulus kepada
1. Bapak DR. H. Abdul Hamid Habbe, SE, M. Si selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dra. Asri Usman, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing II
Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing
dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
v
4. Bapak Drs. Agus Bandang, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi
penulis.
5. Ibu Dra. Hj. Nurleni, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi
penulis.
6. Bapak Drs. Abdul Rahman, Ak selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi
penulis.
7. Kepada seluruh Pegawai Akademik terutama Pak Aso dan Pak Safar
terimakasih atas segala bantuan-bantuannya.
8. Mamaku tercinta yang selalu dengan sabar memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Setiap dukungannya
sangat berarti bagi penulis meskipun diiringi dengan ocehan-ocehan.
I love You Mam. Dan Bapaku yang selalu memberikan nasehat
kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Adeku tercinta yang selalu memberi dorongan kepada penulis untuk
selalu kuat,tegar dan percaya diri..
10. K’bota, K’Taty, K’Enong, K’Lue2, K’Uda dan smuanya kalian adalah
motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Iduuuuuuung…thanksyuuuu atas nasehat, dorongan dan semngatmuw
dalam menulis skripsi ini.
vi
12. Keluarga besarku tercinta yang selalu memberikan dukungan agar
sarjana cepat terlaksana.
13. Teman-teman rumahku, anak Jankload, Ita, K’ani, K’yo2 dan smuanya
yang senantiasa mendukungku. Thanksyuuuuw.
14. Teman-teman kampusku tercinta, thanksyuuuw preng buat Cha2,
Nining, Dyan, Qi2, Eqi kita berjuang bersama untuk mendapatkan
gelar S1 teman dan akhirnya kita juga bisa meskipun lama dan
melalui banyak rintangan tapi disitulah smua seninya.
15. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya hinggga terselesaikannya
skripsi ini.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunia-Nya
atas budi baik dan amal mereka. Akhir kata bila ada kekurangan dalam penulisan
skripsi ini penulis menyadari bahwa itu semua merupakan kekurangan dari penulis
sebagai manusia biasa. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta semua pihak yang
memerlukannya. Amin.
Makassar, Februari 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................... ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x
ABSTRAK .................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian .......................................................................... 4
1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................ 4
1.4 Batasan Penelitian ................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi Biaya .................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Biaya ........................................................................... 9
2.1.2 Klasifikasi Biaya .......................................................................... 10
2.1.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik ............................................... 11
2.1.4 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing ........ 12
2.2 Activity Based Costing System ................................................................ 14
viii
2.2.1 Pengertian Activity Based Costing System dan Konsep Dasar
Activity Based Costing System ...................................................... 15
2.2.2 Tujuan dan Peranan Activity Based Costing System..................... 19
2.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing ....................... 19
2.2.4 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing ......................... 20
2.2.5 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dengan Activity Based
Costing System .............................................................................. 21
2.3 Cost Driver ............................................................................................. 23
2.3.1 Pengertian Cost Driver ................................................................ 23
2.3.2 Faktor Utama Cost Driver ........................................................... 24
2.3.3 Jenis-jenis Cost Driver ................................................................ 25
2.4 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa ...................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 29
3.2 Metode Pengumpulan Data……………….. ........................................... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data……………………. ........................................... 29
3.4 Metode Analisis……………………. ...................................................... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................................... 32
4.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan……………….. .................................. 35
4.3 Struktur Organisasi……………………. ................................................. 36
4.4 Penyajian Data Ruang Rawat Inap……………………. ......................... 39
4.5 Data Pendukung Activity Based Costing ................................................. 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing
ix
System……………………. .................................................................... 47
5.1.1 Mengidentifikasi dan Mendefinisikan aktivitas .......................... 47
5.1.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas ... 48
5.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver ...................................................... 50
5.1.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver ...................................... 54
5.1.5 Membebankan Biaya Ke Produk dengan Menggunakan Tarif
Cost Driver dan Ukuran Aktivitas .............................................. 58
5.2 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan Metode
ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Raa\wat Inap……………………. .... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan……………………. ............................................................. 69
6.2 Saran……………….. .............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 71
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode ABC ........ 14
Gambar 2.2 Model Activing Based Costing…………….. ............................................ 18
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tarif Jasa Rawat Inap RS. Hikmah Tahun 2010 .......................................... 41
Tabel 4.2 Data Biaya Rawat Inap RS. Hikmah Tahun 2010……………….. .............. 42
Tabel 4.3 Data pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap RS. Hikmah Tahun
2010……………………. ............................................................................. 43
Tabel 4.4 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RS. Hikmah Tahun
2010……………………. .............................................................................. 44
Tabel 4.5 Data Pendukung Luas Luas Ruangan Rawat Inap RS. Hikmah Tahun 2010 45
Tabel 4.6 Tarif Konsumsi Tiap Kelas RS. Hikmah Tahun 2010 ................................. 46
Tabel 5.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Tingkat Aktivitas ......................................... 49
Tabel 5.2 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver……………….. .......... 50
Tabel 5.3 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Rawat Inap dengan Metode
ABC……………………. .............................................................................. 55
Tabel 5.4 Tarif Jasa Rawat Inap untuk Super VIP Utama
Patompo……………………. ........................................................................ 60
Tabel 5.5 Tarif Jasa Rawat Inap untuk Super VIP Biasa
Patompo ......................................................................................................... 61
Tabel 5.6 Tarif Jasa Rawat Inap untuk VIP Utama ...................................................... 62
Tabel 5.7 Tarif Jasa Rawat Inap untuk VIP Biasa ........................................................ 63
Tabel 5.8 Tarif Jasa Rawat Inap untuk Kelas I ……………….. .................................. 64
Tabel 5.9 Tarif Jasa Rawat Inap untuk Kelas II……………………. ........................... 65
Tabel 5.10 Tarif Jasa Rawat Inap untuk Kelas III……………………. ........................ 66
xii
Tabel 5.11 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Metode
Tradisional dan Metode Activity Based Costing ......................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan ketatnya persaingan di dunia industri dewasa ini maka
sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam
bidang ini untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna
meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Di lain pihak, perkembangan
yang fantastis di bidang teknologi dan informasi telah menjadikan setiap
perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan teknologi guna
meningkatkan kualitas prosesnya.
Perkembangan teknologi juga berdampak pada organisasi yang bergerak
di bidang jasa kesehatan (medical), seperti rumah sakit. Banyak rumah sakit
yang berdiri baik dari sektor pemerintah maupun sektor swasta. Berdasarkan
kondisi tersebut rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi baik
teknologi di bidang kedokteran, teknologi komunikasi, dan informasi serta
teknologi yang mendukung jasa pelayanan kesehatan yang lain guna
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat mulai dari
kelas ekonomi sampai dengan kelas eksekutif. Pemanfaatan teknologi tersebut
membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi besar yang
akan berdampak pada harga atau tarif rawat inap yang tinggi. Sehingga untuk
mengendalikan biaya, pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang
1
2
tepat khususnya metode perhitungan penentuan biaya guna menghasilkan
informasi biaya yang akurat yang berkenaan dengan biaya aktivitas
pelayanannya. Untuk itu rumah sakit memerlukan suatu strategi yang dapat
membantu meningkatkan daya saing yang unggul dan dapat melakukan
efisiensi dalam melakukan aktivitasnya. Efisiensi dapat dicapai dengan
melakukan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) secara lebih
baik dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value
added) dan pemborosan lainnya. Oleh karena itu rumah sakit dalam penentuan
tarif jasa rawat inap harus kompetitif dan melakukan efisiensi biaya agar dapat
memenangkan persaingan.
Salah satu solusi untuk memenangkan persaingan adalah dengan cara
menentukan tarif yang lebih rendah dan kualitas atau jasa yang lebih tinggi
daripada pesaing, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung secara
akurat biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan harga pokoknya hanya
menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga pokoknya tidak
lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori biaya
yang bersifat tidak langsung dan cenderung fixed. Di samping itu, biaya produk
yang dihasilkan memberikan informasi biaya produksi yang terdistorsi yaitu
under costing atau over costing. Distorsi tersebut mengakibatkan kesalahan
pengambilan keputusan dalam hal harga produk dan kelangsungan organisasi.
Sehingga perlu diterapkannya sistem penentuan harga pokok produk
3
berdasarkan aktivitasnya (activity based) atau lebih dikenal dengan nama
Activity Based Costing System. Activity Based Costing System merupakan sebuah
sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasikan bermacam-macam aktivitas
yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar
sifat yang ada dari aktivitas tersebut.
Perbedaan utama perhitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya
tradisional dengan Activity Based Costing adalah jumlah cost driver (pemicu
biaya) yang digunakan. Dalam penentuan harga pokok produk dengan metode
Activity Based Costing menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya
menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit.
Metode Activity Based Costing merupakan salah satu metode yang
kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan kualitas
dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah nilai,
mengefisiensikan biaya, dan meningkatkan kontrol terhadap kinerja
perusahaan.
Rumah Sakit Hikmah adalah Rumah Sakit Swasta yang melayani
kesehatan bagi masyarakat sekitar. Dalam menentukan biaya rawat inap rumah
sakit masih memakai sistem biaya tradisional, mengingat kompetitif persaingan
antar rumah sakit, sistem yang digunakan oleh Rumah Sakit Hikmah dianggap
kurang mampu menyediakan informasi yang akurat, sehingga dapat
mempengaruhi profitabilitas rumah sakit. Dari latar belakang di atas maka
4
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Penerapan
Activity Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa
Rawat Inap pada RS. Hikmah “
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah
pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perhitungan metode Activity Based Costing System untuk
menghitung tarif rawat inap di Rumah Sakit Hikmah.
2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit
Hikmah dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan
Activity Based Costing.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based
Costing System dalam menghitung tarif rawat inap di Rumah Sakit Hikmah.
2. Untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap metode
Akuntansi Biaya Tradisional dengan metode Activity Based Costing System.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
5
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
Di harapkan dapat membantu rumah sakit memberikan masukan informasi
tentang kemungkinan penerapan Activity-Based Costing System dalam
memperhitungkan biaya dan penentuan harga pokok, khususnya di unit
rawat inap.
2. Manfaat bagi penulis
Untuk memperoleh pengetahuan mengenai penerapan Activity Based Costing
System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap dan untuk
membandingkan sekaligus menerapkan teori yang diperoleh mengenai
Activity-Based Costing System selama studi dengan praktek yang terjadi di
dunia bisnis secara nyata dapat menambah kepustakaan.
3. Bagi pihak lainnya, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini berguna
sebagai bacaan yang berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai
panduan bagi penelitia lain yang akan melakukan penelitian pada masalah
yang sama.
1.4 Batasan Penelitian
Penulis juga membatasi penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam
menyusun penelitian ini. Batasan penelitian pada penulisan ini adalah:
- Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data tahun
2010.
- Penentuan tarif rawat inap yang akan di teliti adalah jenis perawatan umum.
- Tarif jasa rawat inap hanya sebatas harga kamar pada rumah sakit.
6
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab, antara satu bab dengan bab
lainnya saling berhubungan. Untuk memberikan gambaran tentang penulisan
skripsi, berikut ini disajikan gambaran umum dari setiap bab.
BAB I : Pendahuluan
Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai beberapa konsep dasar sebagai
landasan teori dan tinjauan kepustakaam yang diperlukan
sehubungan dengan pembahasan masalah.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, metode
pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta metode
analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini.
BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan
Merupakan bab yang berisikan gambaran umum perusahaan,
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
tugas dan tanggung jawab, serta proses produksi.
7
BAB V : Hasil dan Pembahasan
Merupakan bab yang menguraikan tentang perhitungan
Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Pendekatan
Activity Based Costing dan perbandingan penetapan tarif
antara metode tradisional dengan metode Activity Based
Costing (ABC).
BAB VI : Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab yang berisi kesimpulan atas hasil penelitian
dan saran-saran kepada pihak perusahaan atas hasil
penelitian yang dilakukakan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Firdaus A. Dunia dan Wasilah Abdullah (2009 : 4) akuntansi
biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu
dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan
pengendalian biaya.
Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya untuk memenuhi berbagai
macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya
menyajikan biaya yang telah terjadi di masa yang lalu. Untuk tujuan
pengendalian biaya, akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang
diperkirakan akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian
menyajikan analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan
keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang relevan dengan
keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan pengambilan
keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya masa yang akan datang.
Akuntansi Biaya (Cost Accounting) berhubungan dengan penetapan dan
pengendalian biaya. Pengumpulan dan analisis data biaya, baik biaya yang telah
terjadi maupun yang akan terjadi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusunan program perhitungan biaya di masa yang akan datang.
9
2.1.1 Pengertian Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2004:40), pengertian biaya adalah:
“Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.”
Sedangkan menurut Supriyono (2000:185), biaya adalah pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu
manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
Biaya dalam arti luas adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk obyek atau tujuan tertentu.
Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi
manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya
digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.
Penggunaan istilah cost dan expenses seringkali diterjemahkan sama,
yaitu biaya. Sesungguhnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Biaya (cost)
merupakan biaya yang belum dialokasikan, yang akan memberikan manfaat di
masa yang akan datang, oleh karena itu biaya (cost) dikapitalisasi sebagai
aktiva dan dimasukkan sebagai komponen neraca. Sedangkan beban (expenses)
10
adalah biaya dari aktiva yang telah dikorbankan dalam usaha memperoleh
pendapatan dalam suatu periode akuntansi dan tidak memberikan manfaat
dalam periode yang akan datang. Beban (expenses) dimasukkan dalam laporan
laba rugi sebagai pengurang dari pendapatan. Biaya merupakan unexpired cost
dan beban merupakan expired cost, dimana beban merupakan biaya yang telah
terpakai.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sebagai dasar penetapan harga pokok produksi menjadi
dua yakni sebagai berikut:
a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead. Biaya bahan baku termasuk didalamnya adalah biaya
bahan penolong. Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga yang
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan
dengan proses produksi, diluar bahan baku dan tenaga kerja langsung.
b. Biaya non produksi
Biaya pemasaran dan biaya administrasi umum perusahaaan yang
dikendalikan oleh konsumen (business driven by consumer) sehingga
komposisi biaya perusahaan lebih banyak pada biaya administrasi dan
pemasaran daripada biaya produksi.
11
2.1.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mardiasmo (1994 : 71) biaya overhead pabrik adalah biaya
bahan, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
berdasarkan karateristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga
kelompok tersebut adalah :
1. Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang totalnya
mengalami perubahan secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi.
2. Biaya overhead pabrik tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam
kapasitas relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume produksi
berubah-ubah.
3. Biaya overhead pabrik semi-variabel merupakan biaya overhead pabrik yang
totalnya berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume
produksi
12
2.1.4 Pembebanan Biaya Overhead Pada Activity Based Costing
Metode Activity Based Costing akan dihasilkan perhitungan yang lebih
akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitas-
aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan
suatu produk maupun jasa.
Menurut Armila Krisna Warindrani (2006:27) terdapat dua tahapan
pembebanan biaya overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu:
1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini di
perlukan 5 (lima) langkah yang dilakukan yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas.
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktivitas
yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi barang atau jasa
dengan cara membuat secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak
menerima barang sampai dengan pemeriksaana akhir barang jadi dan siap
dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan menjadi kegiatan yang
menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai (non added
value).
b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas.
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi
penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver
atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam Activity Based
Costing yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar
13
atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan suatu aktivitas.
c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu.
Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut :
i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk setiap
unit produk yang dihasilkan secara individual.
ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan
sekelompok produk.
iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai
kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum
karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu.
d. Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan.
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan
facility sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk
tiap-tiap kelompok.
e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate).
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing
kelompok dengan jumlah cost driver.
14
2. Membebankan biaya aktivitas pada produk.
Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan
perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai
berikut:
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk
Jika dibuat dalam suatu bagan maka pembebanan biaya overhead dengan
menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode ABC
Tahap 1
Tahap 2
Sumber : Armila Krisna Warindrani, 2006
2.2 Activity Based Costing System
Activity Based Costing System adalah suatu sistem perencanaan. Activity
Based Costing System tidak mencoba mengadakan suatu biaya teoritis atau
aktual. Activity Based Costing System merefleksi estimasi terbaik perusahaan
mengenai apa yang merupakan biaya menghasilkan produk pada masa yang
akan datang.
Aktivitas
Biaya Overhead Pabrik
Aktivitas Aktivitas
Produk
15
Activity Based Costing System adalah pendekatan penentuan biaya produk
yang membebankan ke biaya atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini
adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan
aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya.
Jadi, ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan
pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver,
dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri
biaya dari aktivitas ke produk.
2.2.1 Pengertian Activity Based Costing System dan Konsep Dasar Activity Based Costing System
Menurut Mulyadi (1993:34) pengertian Activity Based Costing system
adalah:
“Activity Based Costing system merupakan metode penentuan HPP yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.”
Sedangkan pengertian Activity Based Costing menurut Gorrison dan
Noreen (2000 : 342):
“Activity Based Costing System (ABC) adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk mengambil keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”
16
Dari kedua definisi di atas Activity Based Costing System adalah sistem
akuntansi biaya yang membebankan biaya kepada produk atau pelanggan
berdasarkan sumber daya yang dikonsumsi dengan mengidentifikasikan biaya
setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut. Biaya
produk yang terjadi mencerminkan biaya semua aktivitas yang dikonsumsinya
maka manajemen dapat mengendalikan aktivitas yang terjadi sekaligus juga
mengendalikan biaya.
Activity Based Costing System (ABC) adalah suatu sistem biaya yang
mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam
perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau
jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada
manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian
biaya, dan pengambilan keputusan.
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan suatu sistem
perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang
jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar memasukkan satu
atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related
faktor).
Activity Based Costing (ABC) pendekatan penentuan biaya produk yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya
yang disebabkan karena aktivitas. Dengan Activity Based Costing biaya
overhead pabrik dibebankan ke obyek biaya seperti produk atau jasa, dengan
17
mengidentifikasi sumber daya, aktivitas, biayanya serta kuantitas aktivitas dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi output.
Aktivitas dalam Activity Based Costing System menjadi titik dari
penghimpunan biaya yaitu biaya-biaya ditelusuri ke aktivitas-aktivitas dan
aktivitas-aktivitas tadi ditelusuri ke produk-produk berdasarkan penggunaan
aktivitas oleh produk-produk tadi. Activity Based Costing menyediakan
informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.
Henry Simamora (1999:114) menyatakan bahwa perbedaan
komputasional prinsipil antara metode konvensional dengan metode Activity
Based Costing berkenaan dengan sifat dan jumlah pemicu biaya (cost driver)
yang digunakan. Sistem Activity Based Costing memakai pemicu biaya dasar
unit maupun non unit dan biasanya jumlah pemicunya lebih besar ketimbang
jumlah pemicu biaya dasar unit yang lazim dipakai dalam system konvensional.
Akibatnya Activity Based Costing meningkatkan akurasi penentuan biaya
pokok produk.
Menurut Robin Cooper dan Robert S. Kaplan (1998:269) menyebutkan
ada dua asumsi penting yang mendasari Activity Based Costing System, yaitu:
1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya (activities cause cost), Activity
Based Costing System berangkat dari asumsi bahwa sumber daya pendukung
atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang
18
harus dialokasikan. Tahap pertama dari Activity Based Costing systems
adalah membebankan biaya-biaya dari sumber daya pendukung ke aktivitas-
aktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Karena itu, Activity Based
Costing Systems berangkat dari asumsi bahwa aktivitas menyebabkan
timbulnya biaya.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas
(product and customers create the demand for activities), untuk membuat
produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas memerlukan
sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut. Karena itu, pada tahap
kedua dari Activity Based Costing System biaya-biaya aktivitas dibebankan
ke produk berdasar konsumsi atau permintaan masing-masing produk
terhadap aktivitas tersebut.
Gambar 2.2 Model Activing Based Costing
Sumber : Ray H. Garrison and Eric W. Norren, 2000
Objek Biaya (missal, Produk, dan Konsumen)
Aktivitas
Konsumsi Sumber Daya
Biaya
19
2.2.2 Tujuan dan Peranan Activity Based Costing
Tujuan Activity Based Costing digunakan untuk mengalokasikan biaya
ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan
kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan
peranan aktivitas setiap produk.
Peranan Activity Based Costing system yaitu: (a) Pembebanan biaya
tidak langsung dan biaya pendukung, dan (b) Pembebanan biaya dan alokasi
biaya yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
2.2.3 Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing
a. Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan
pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap keputusan strategi
tentang harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal.
b. Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas,
sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai produk (product value)
dan nilai proses (process value).
c. Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk
pengambilan keputusan.
Secara teori Activity Based Costing system dianggap dapat memberikan
informasi dan kinerja yang lebih unggul dibandingkan sistem akuntansi biaya
tradisional. Akan tetapi, bukti bahwa Activity Based Costing System dapat
menghasilkan informasi biaya yang akurat tidak menjamin bahwa sistem ini
merupakan sistem yang sempurna karena ternyata sistem ini masih memiliki
20
beberapa kelemahan. Keterbatasan dari sistem Activity Based Costing sebagai
berikut:
a. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya
menemukan aktivitas biaya tersebut.
b. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis.
c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, di samping memerlukan biaya
yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.
2.2.4 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing
Penerapan sistem Activity Based Costing memerlukan persyaratan, antara
lain diversifikasi produk yang tinggi, persaingan yang ketat, dan biaya
pengukuran yang relatif kecil. Diversifikasi produk yang tinggi berarti
perusahaan memproduksi bermacam-macam jenis produk. Maka yang menjadi
masalah adalah pembebanan biaya overhead ke setiap produk secara logis
sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap produk. Sebab selama ini
pembebanan masih berdasarkan satu cost driver yaitu unit based yang ternyata
hanya terjadi subsidi silang yang berdampak pada kehancuran perusahaan itu
sendiri. Meskipun secara teoritis dapat diketahui bahwa Activity Based Costing
system memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun tidak semua
perusahaan dapat menerapkan sistem ini.
Menurut Supriyono (2002 : 247) ada dua hal mendasar yang harus
dipenuhi oleh perusahan yang akan menerapkan Activity Based Costing System,
yaitu :
21
1. Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan persentase signifikan dari
biaya tenaga kerja langsung. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka
sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk.
2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitas-
aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk
menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio kira-kira sama, maka
tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk
mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai
produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau Activity
Based Costing System membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang
sama. Jadi perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produknya
rendah) dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah.
2.2.5 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dengan Activity Based Costing
Biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing sangat berbeda
dengan biaya produk system costing tradisional. Tiang penyangga yang tampak
tidak menyumbangkan laba dalam sistem tradisional tampak sangat
menguntungkan dengan Activity Based Costing system.
Ada dua alasan utama kenapa ada perbedaan. Pertama, berdasarkan
system costing yang lama, biaya desain disebar keseluruh produk tanpa
memperhatikan apakah produk tersebut membutuhkan desain atau tidak.
Konsekuensinya, berdasarkan Activity Based Costing System, biaya desain
22
digeser dari produk standar berupa tiang penyangga yang tidak membutuhkan
biaya desain ke produk khusus seperti housing kompas.
Kedua, biaya order konsumen yang merupakan biaya batch-level
dibebankan dengan dasar jam mesin dalam system costing tradisional. Jam
mesin adalah basis lokasi untuk basis unit-level dan bukannya batch-level. Oleh
karena itu, produk dengan volume tinggi menyerap sebagian besar biaya batch-
level meskipun produk tersebut tidak mempengaruhi biaya ini dibandingkan
dengan produk yang di order dalam jumlah sedikit.
Berdasarkan system costing yang baru biaya batch-level dibebankan
secara lumpsum ke setiap order konsumen. Konsekuensinya, system costing
yang baru menggeser dari order bervolume tinggi seperti tiang penyangga ke
order yang bervolume rendah seperti housing kompas.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut:
1. Sistem biaya Activity Based Costing menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai
pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi
biaya overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional
mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua
basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan pada biaya, mutu dan
faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performa keuangan
jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan
23
untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak
dapat diandalkan.
3. Sistem biaya Activity Based Costing memerlukan masukan dari seluruh
departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik
dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya Activity Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih
kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok
biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas,
selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode
untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.
2.3 Cost Driver
2.3.1 Pengertian Cost Driver
Menurut Armila Krisna Warindrani (2006 : 28) pengertian Cost driver
atau pemicu biaya adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based
Costing system yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar
atau seberapa banyak usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber dari
setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk
atau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap
aktivitas yang dikonsumsikan pada periode tertentu.
24
Cost driver merupakan faktor-faktor yang menyebabkan biaya aktivitas,
cost driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya
ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.
Cost driver adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah
merupakan dampak yang ditimbulkannya. Dalam sistem biaya Activity Based
Costing (ABC) digunakan beberapa macam pemicu biaya sedangkan pada
sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu macam pemacu biaya
tertentu.
2.3.2 Faktor Utama Cost Driver
Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pemilihan pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat
korelasi antara cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya. Hal
ini dapat dijelaskan, sebagai berikut:
a. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement)
Dalam sistem biaya Activity-ased Costing (ABC), sejumlah besar pemacu
biaya dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat
penting untuk memilih pemacu biaya yang menggunakan informasi yang
telah tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada
sebelumnya berarti harus dihasilkan dan akibatnya akan meningkatkan biaya
sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen
dapat menawarkan sejumlah pemacu biaya. Untuk keadaan ini, pemacu
25
biaya yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya
hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran.
b. Tingkat Korelasi (Degree of Corelation) antara Cost Driver dan Konsumsi Overhead Aktualnya
Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain untuk
meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemacu biaya.
Terdapat kemungkinan utnuk menggantikan suatu pemacu biaya yang secara
langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu biaya yang
tidak secara langsung , mengukur konsumsi tersebut.
2.3.3 Jenis-jenis Cost Driver
Ada dua jenis cost driver yaitu:
1. Driver Sumber Daya (resources driver)
Merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.
2. Driver Kuantitas (activity driver)
Merupakan ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu
aktivitas terhadap objek biaya.
Menurut Supriyono (1994:652), menyatakan bahwa pemicu biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama yaitu:
1. Pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi.
Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang berkaitan
dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah mendominasi sistem
akuntansi biaya tradisional. Sebagian besar biaya-biaya pemanufakturan
26
dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya tersebut. Dalam hal variabilitas
biaya-biaya pemanufakturan dianggap dapat diterapkan dengan besarnya jam
kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan
baku.
2. Pemicu biaya yang berkaitan dengan pemanufakturan.
Pemicu biaya ini dianggap memicu sejumlah biaya pemanufakturan karena
terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk.
Diversitas dan kompleksitas produk disebabkan oleh karena perusahaan
memproduksi berbagai macam produk dengan karateristik yang berbeda-beda
baik karena kerumitan rancangan, ukuran volume produksi, ukuran bentuk,
maupun karateristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai macam
produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu) yang berbeda-
beda, maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi karena pola aktivitas untuk
memproduksi setiap jenis produk berbeda-beda. Dalam hal ini fokus
pengukuran biaya diarahkan pertama-tama bukan kepada produk, tetapi ke unit-
unit yang menyebabkan aktivitas terjadi.
27
2.4 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa
Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu
pihak pada pihak lain yang ada. Pada dasarnya tidak terwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya mungkin atau mungkin
juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Departemen jasa menurut Ray H. Gorrison (1991) adalah “semua yang
meliputi departemen-departemen yang tidak langsung berkaitan dengan
aktivitas operasi suatu organisasi”. Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia
jasa atau membantu penyediaan aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam
operasi organisasi. Prinsip utama penerapan Activity Based Costing baik untuk
departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Dua organisasi
di atas (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk
yang sulit untuk diidentifikasikan.
Penerapan sistem Activity Based Costing pada perusahaan jasa
permasalahan yang timbul disebabkan karena perusahaan jasa menghasilkan
produk yang tidak berwujud dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan
dalam menentukan biaya aktivitas dalam menghasilkan jasa tersebut.
Menggunakan Activity Based Costing dalam organisasi jasa pada
dasarnya merupakan tindakan untuk menata aktivitas yang berhubungan dengan
jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau
usaha akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukan
dengan cara menelusuri secara lebih spesifik terhadap support cost (biaya
28
pendukung) yang secara tradisional tertimbun dalam overhead dan dialokasikan
ke aktivitas pembantu (support activities) secara tradisional dialokasikan ke
semua produk jasa melalui direct berbasis, misalkan seperti tenaga kerja
langsung, pemakaian equipment, atau supplies. Sedangkan dalam Activity
Based Costing, diperlukan penulusuran-penelusuran aktivitas pembantu ke
masing-masing produk jasa.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi
ini, penulis melakukan penelitian pada Rumah Sakit Hikmah, yang berlokasi di
Makassar.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang lebih akurat dalam melaksanakan
penelitian, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung berupa wawancara dengan
pihak yang berwenang dalam perusahaan guna memperoleh informasi yang
terkait dengan objek penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan guna memperoleh pengetahuan dan
landasan teori dari berbagai literatur, referensi dan hasil penelitian yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :
30
1. Data Kuantitatif
Yaitu data-data pendukung perhitungan seperti biaya tarif jasa rawat inap
dan tarif biaya rawat inap
2. Data Kualitatif
Yaitu data-data yang berupa struktur organisasi, proses pelaksanaan,
peralatan atau perlengkapan yang dipakai.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :
(1) Data primer
Merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dengan
melalui wawancara langsung antara penulis dengan pihak perusahaan.
(2) Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari berbagai informasi tertulis mengenai
situasi dan kondisi perusahaan maupun berdasarkan dokumen-dokumen
perusahaaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif komparatif yang menunjukkan dan membandingkan metode
penentuan tarif jasa rawat inap yang diterapkan rumah sakit selama ini dengan
menggunakan activity based costing.
Langkah-langkah penerapan Activity Based Costing dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan aktivitas
31
2) Mengklasifikasikan biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas
3) Mengidentifikasi cost driver
4) Menentukan tarif per unit cost driver
Untuk menentukan tarif per unit dihitung dengan rumus:
Tarif per unit Cost Driver = Jumlah Aktivitas Cost Driver
5) Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan
ukuran aktivitas.
a) Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
b) Kemudian perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode
activity based costing dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
6) Membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan
metode Activity Based Costing dengan metode harga pokok tradisional.
Tarif per kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan
BOP yang dibebankan = tarif per unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Rumah Sakit Hikmah adalah salah satu rumah sakit swasta dan rumah
sakit pendidikan yang berada di Makassar, dalam perjalanannya senantiasa
terus berupaya untuk meningkatkan dan menciptakan upaya pelayanan
kesehatan yang prima dan mendukung setiap program peningkatan sumber daya
kesehatan yang terampil dan professional.
Pendirian Rumah Sakit Hikmah merupakan prakarsa (Alm) H.M. Daeng
Patompo, Hj. Andi Azisah, dr. Chairuddin Rasjad, SpB, SpBO dan Diana
Chairuddin Rasjad dengan membentuk YAYASAN KLINIK HIKMAH pada
tanggal 24 Desember 1979 berdasarkan Akta Pendirian Yayasan No. 91 oleh
Notaris SISTKE LIMOA dengan badan pendiri :
a. Penasehat : dr. Tajiddin Chalid
dr. Hasan Anuz
b. Ketua Umum : H. M. Daeng Patompo
c. Ketua I : Hj. Andi Azisah
d. Ketua II : dr. Chairuddin Rasjad, SpB, SpOT
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dimulailah kegiatan pelayanan kesehatan
yang menempati rumah (Alm) H. M Daeng Patompo, jalan Yosef Latumahina
No. 1 (dulu jalan Kenari) dengan pelayanan kesehatan yang mencakup:
33
pelayanan kesehatan umum, bedah, bedah tulang, dan sendi serta didukung oleh
pelayanan rawat inap dan kamar operasi.
Seiring dengan peningkatan upaya pelayanan kesehatan dan
meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih baik, maka pada tahun 1982 Yayasan Klinik Hikmah
berubah menjadi Rumah Sakit Umum Hikmah berdasarkan SK Kanwil
Departemen Kesehatan Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan, nomor :
8239/Kanwil/YKM-2/XII/1982. Perubahan status ini juga didukung dengan
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan dengan penambahan bangunan
untuk rawat inap serta penambahan ruang kamar operasi dan fasilitas
pemeriksaan penunjang serta peningkatan pelayanan kesehatan lain yang
mencakup bidang pelayanan spesialistik dan sub spesialistik rawat jalan berupa:
polilinik umum, polik bedah, polik bedah tulang dan sendi, poli gigi serta
fisoterapi. Perkembangan selanjutnya dengan penambahan polik pemeriksaan
penyakit dalam, polik kesehatan anak, polik bedah ginjal, dan saluran kemih
dan poli bedah saluran cerna serta penambahan ruang perawatan intensive care
dan unit gawat darurat dengan luas bangunan keseluruhan ± 1998 m2.
Pada pertengahan tahun 2007 Rumah Sakit Hikmah melakukan
perombakan bangunan utama dan menggantinya dengan bangunan baru 4 lantai
yang dapat menunjang keseluruhan fungsi pelayanan kesehatan. Hal ini
merupakan bagian dari upaya peningkatan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Hikmah.
34
Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Rumah Sakit
Hikmah juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan bagi
mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin serta pendidikan dan pelatihan
Kedokteran dalam bidang Spesialisasi dan Sup Spesialisasi dengan beberapa
kolegium bagian pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Kerjasama dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan juga telah
dilakukan dengan berbagai kegiatan pelatihan dalam bidang kedokteran serta
dijadikannya Rumah Sakit Hikmah sebagai center kerjasama bedah plastic dan
rekonstruksi Australia dengan bedah plastic dan rekonstruksi kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Dukungan pemerintah Daerah terwujud dalam kerjasama pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu dengan diadakannya beberapa
kegiatan-kegiatan sosial berupa : pengobatan gratis, operasi bibir sumbing
maupun kegiatan sosial lannya. Juga kerjasama dengan rumah sakit-rumah sakit
dan badan-badan kesehatan se Sulawesi selatan dalam upaya penanggulangan
bencana dan huru-hara yang tergabung dalam tim gerak cepat penanggulangan
bencana serta Ambulans Gawat Darurat (AGD 118).
Rumah Sakit Hikmah juga senantiasa memiliki komitmen untuk
mendukung visi dan misi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010
dengan sasaran terciptanya penggerak pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya, memelihara,
35
dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau serta upaya dalam mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat.
4.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan
1. Visi
“Menjadikan Rumah Sakit Swasta unggulan di Sulawesi Selatan khususnya
dan Indonesia Bagian Timur umumnya”
2. Misi
a) Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dan paripurna dengan tidak
membedakan agama, suku, bangsa, dan golongan serta kedudukan sosial
b) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang professional dan
berkualitas
3. Motto
H = HEALTHY
Sehat
I = INNOVATIVE
Mendapatkan paham-paham baru, membawakan pendapat-
pendapat baru
K = KINDLY
Yang murah hati, penyayang
M = MEDICATION
Pengobatan, perawatan dokter
36
A = ACCURACY
Teliti, cermat, cepat
H = HOSPITALITY
Keramahan, kesediaan/kesuksesan menerima tamu
4.3 Struktur Organisasi
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan, agar kerjasama dapat berjalan dengan baik maka
diperlukan adanya suatu pembagian tugas yang jelas bagi setiap individu yang
bekerjasama di dalam organisasi, pembagian tugas dengan jelas akan terbentuk
dalam struktur organisasi.
1. Tugas Pokok
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan Rumah Sakit
c. Melaksanakan pembinaan kepada unit pelayanan kesehatan dasar
disekitarnya.
2. Susunan organisasi RS Hikmah terdiri atas :
a. Direktur
b. Kepala Bidang Medis & Perawatan
37
c. Kepala bagian Pelayanan
d. Kepala Sub Bidang Monitoring Pelayanan
e. Kepala Sub Bidang Keperawatan
f. Kepala Sub Bagian Keuangan & Perencanaan
g. Kepala Sub Bagian Umum & Kepegawaian
h. Kepala Sub Bagian Pelayanan Umum
i. Staf Keuangan
j. Staf Umum & Kepegawaian
k. Rekam Medis
l. Staf Pelayanan Umum Perawat
m. Bidan
n. Laboratorium
o. Radiografer
p. Tekhnisi
q. Keamanan & Transportasi
r. Staf Tata Boga
s. Staf Tata Graha & Laundri
t. Apotek & Instalasi Farmasi
38
KETUA HARIAN YAYASAN
Sumber : RS Hikmah
Sub Ur.Transportasi Sub Ur Invent/Logistik
Sub Ur.Keamanan Sub Ur Pengolahan
Sub Ur.pembukuan Sub Ur Penyajian
Sub Ur.Perht.pasien umum Sub ur.Pemeliharaan
Sub Ur.Perht.pasien ketiga Sub umum & medis Sub Ur.invent/Logistikk
Sub Ur House keeping
Sub Ur.Loundry
DIREKTUR KOMITE MEDIK
DEWAN PEMBINA
MEDIS ETIK & HUKUM
BIDANG MEDIS & KEPERAWATAN BAGIAN PELAYANAN
Ka. Sie Monitoring &
Ev.mutu pelayanan
Ka Sie keperawatan
Instalasi Radiologi Instalasi GD
Instasi Lab Instalasi Rawat
Jalan
Instalasi Farmasi
Instalasi Gizi
Instalasi R. Inap
Instalasi Bedah
Instalasi Intensif
Bedah
Mata
THT
UPD Anak
Doter Umum
SMF
Radiologi
Anastesi
Obgyn
Sub Bag. Keuangan / Audi.
Internal
Urusan
BENDAHARA
Urusan Acc & Per.
Agg
Urs. Adm.
penerimaan
Urs. Verifikasi &
Pembiayaan
Sub. Bag. Umum & RT Sub. Bag. Adm Rs. Dan
Kepegawaian
Urusan RM dan
Pelaporan
Urs.Invent &
Perlengkapan
Urs. Protokuler, Diklat &
Kemitraan
Urusan Tata Boga Urs.Kesling transp &
keamanan
Urs.Pem Sarana & Prasarana
Urusan Tata Graha
39
4.4 Penyajian Data Ruang Rawat Inap
1. Ruang rawat inap dan fasilitasnya
Dalam memberikan pelayanan jasa khususnya jasa rawat inap yang
mencakup seluruh lapisan masyarakat, Rumah Sakit Hikmah menyediakan
tujuh kelas jasa yaitu: Super VIP Utama Patompo, Super VIP Biasa Patompo,
VIP Utama, VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kleas III. Di mana masing-
masing kelas memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Adapun fasilitas yang
ditawarkan pada masing-masing kelas antara lain :
a) Ruang Super VIP Utama Patompo
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dispenser,
meja makan, lemari pakaian, sofa, dan heater water. Satu kamar ditempati
oleh seorang pasien.
b) Ruang Super VIP Biasa Patompo
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dispenser,
meja makan, lemari pakean, sofa, dan heater water. Satu kamar ditempati
oleh seorang pasien.
c) Ruang VIP Utama
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dan
dispenser. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien.
d) Ruang VIP Biasa
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, AC, kulkas, dan
dispenser. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien.
40
e) Kelas I
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV dan AC. Satu kamar
ditempati oleh dua orang pasien.
f) Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV, kipas angin. Satu
kamar ditempati oleh tiga orang pasien.
g) Kelas III
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, TV dan kipas angin. Satu
kamar ditempati oleh lima orang pasien.
2. Penentuan tarif jasa rawat inap RS Hikmah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di RS Hikmah,
diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa rawat inap,
RS Hikmah masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang
hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat langsung saja tanpa
mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Dimana dalam
penentuan besarnya tarif jasa rawat inap RS Hikmah memperhitungkan jumlah
hari pasien tinggal di rumah sakit. Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, ada
beberapa pertimbangan dari pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan
tarif kamar rawat inap, yaitu:
a) Tarif pesaing. Penyesuaian tarif ini merupakan hal penting dalam penentuan
tarif
41
b) Segmen pasar. Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai
kelas-kelas perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada dalam
masyarakat.
c) Keadaan sosial masyarakat. Dalam penentuan tarif, rumah sakit harus
memperhitungkan kemampuan ekonomi masyarakat umum.
Adapun besarnya tarif tiap kelas jasa yang ditetapkan adalah :
Tabel 4.1 Tariff Jasa Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
No. Kelas Tarif / Hari (Rp.)
1. Super VIP Utama Patompo 600.000,-
2. Super VIP Biasa Patompo 500.000,-
3. Super VIP Utama 400.000,-
4. Super VIP Biasa 300.000,-
5. Kelas I 250.000,-
6. Kelas II 150.000,-
7. Kelas III 100.000,-
Sumber : RS Hikmah
42
4.5 Data Pendukung Activity Based Costing
Data-data yang dibutuhkan dalam menentukan tarif jasa rawat inap
dengan metode Activity Based Costing antara lain data biaya rawat inap, data
pendukung jumlah pasien rawat inap, data pendukung lama hari perawatan
pasien rawat inap, data pendukung jumlah dan luas kamar rawat inap, data tarif
konsumsi tiap kelas. Adapun data biaya-biaya kamar rawat inap adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Data Biaya Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
NO ELEMEN BIAYA JUMLAH (Rp) 1 Biaya gaji perawat 1.651.241.100 2 Biaya listrik dan air 293.847.587 3 Biaya konsumsi 473.107.000 4 Biaya administrasi 184.686.500 5 Biaya bahan habis pakai 887.767.670 6 Biaya laundry 37.320.000 7 Biaya kebersihan 115.885.275 8 Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas
gedung perawatan 135.765.728
Total 3.779.620.860
Sumber : RS Hikmah
43
Tabel 4.3 Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
BULAN Super VIP
Utama Patompo
Super VIP Biasa
Patompo VIP Utama VIP Biasa KELAS I KELAS I KELAS I
JANUARI 21 129 207 227 168 127 187 FEBRUARI 9 79 196 280 180 100 157 MARET 17 95 191 256 216 211 252 APRIL 41 51 227 252 128 180 184 MEI 106 - 141 217 159 182 198 JUNI 76 - 144 288 157 134 132 JULI 13 62 294 277 100 114 196 AGUSTUS 23 138 241 299 157 96 118 SEPTEMBER 17 147 138 235 131 126 177 OKTOBER 17 214 214 249 193 105 160 NOVEMBER 23 143 189 245 73 76 144 DESEMBER 23 50 157 245 73 109 106 TOTAL 388 1.108 2339 3.070 1.735 1.560 2.011
Sumber : RS Hikmah
44
Tabel 4.4 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
No. Kelas Jumlah Pasien
1. Super VIP Utama Patompo 89
2. Super VIP Biasa Patompo 241
3. VIP Utama 487
4. VIP Biasa 557
5. Kelas I 350
6. Kelas II 325
7. Kelas III 439
Jumlah 2.488
Sumber : RS Hikmah
45
Tabel 4.5 Data Pendukung Luas Ruangan Rawat Inap RS Hikmah
Tahun 2010
No. Kelas Luas Kamar (m2)
1. Super VIP Utama Patompo 240 m2
2. Super VIP Biasa Patompo 240 m2
3. VIP Utama 240 m2
4. VIP Biasa 240 m2
5. Kelas I 200 m2
6. Kelas II 200 m2
7. Kelas III 200 m2
Jumlah 672 m2
Sumber : RS Hikmah
46
Tabel 4.6 Tarif Konsumsi Tiap Kelas RS Hikmah
Tahun 2010
No. Kelas Tarif Makanan (Rp.)
1. Super VIP Utama Patompo 80.000
2. Super VIP Biasa Patompo 60.000
3. VIP Utama 45.000
4. VIP Biasa 35.000
5. Kelas I 28.000
6. Kelas II 20.000
7. Kelas III 15.000
Sumber : RS Hikmah
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Menggunakan Activity Based costing System Ada lima langkah dalam perhitungan harga pokok rawat inap berdasarkan
metode activity based costing dalam penelitian ini yaitu :
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas
b. Mengklasifikasi biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas
c. Mengidentifikasi cost driver
d. Menentukan tarif per unit cost driver
e. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan
ukuran aktivitas.
5.1.1 Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas
Berdasarkan wawancara dengan pihak Rumah Sakit Hikmah di dapat
aktivitas-aktivitas yang ada didalam rawat inap. Aktivitas-aktivitas itu meliputi:
1. Akitvitas perawatan pasien
a. Biaya perawat
2. Aktivitas pemeliharaan inventaris
a. Biaya peliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
b. Biaya kebersihan
3. Aktivitas pemeliharaan pasien
a. Biaya konsumsi
48
4. Aktivitas pelayanan pasien
a. Biaya listrik dan air
b. Biaya administrasi
c. Biaya bahan habis pakai
d. Biaya laundry
5.1.2 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas
1. Berdasarkan Unit-level activity cost
Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah ketika
sebuah unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi volume
produk tersebut. Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat
inap pada Rumah Sakit Hikmah. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini
adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya
konsumsi.
2. Berdasarkan Batch-related activity cost
Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan oleh
sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya biaya ini
tergantung dari frekuensi order produksi yang di olah oleh fungsi produksi.
Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu
biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, dan biaya kebersihan.
3. Berdasarkan Product-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produksi
produk yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan
49
pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan
produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam
penentuan tarif jasa rawat inap pada Rumah Sakit Hikmah.
4. Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat dilakukannya
produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan
fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam
kategori ini adalah biaya laundry, biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas
gedung perawatan.
Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Elemen Biaya Jumlah (Rp)
Unit –level activity cost
Biaya gaji perawat 1.651.241.100
Biaya listrik dan air 293.847.587
Biaya konsumsi 473.107.000
Batch-related activity cost
Biaya kebersihan 115.885.275
Biaya administrasi 184.686.500
Biaya bahan habis pakai 887.767.670
50
Fasilitas-sustaining activity cost
Biaya laundry 37.320.000
Biaya pemeliharaan bangunan & fasilitas gedung
perawatan 135.765.728
Total 3.779.620.860
Sumber : RS Hikmah
5.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver
Tahap yang dlikukan setelah seluruh aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi
sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost
driver dari setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam
penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver.
Tabel 5.2 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver
No. Aktivitas
Cost driver Jumlah Biaya
(Rp.) Satuan Banyaknya
Satuan
1. Unit-level activity cost
a. Biaya gaji Perawat Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 1.651.241.100
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
51
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
b. Biaya listrik dan air Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 293.847.587
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
c. Biaya konsumsi Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 473.107.000
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
52
2. Batch-related activity
cost
a. Biaya kebersihan Luas lantai 1.560 m2 115.885.275
1) Super VIP Utama Patompo
Luas lantai 240 m2
2) Super VIP Biasa Patompo
Luas lantai 240 m2
3) VIP Utama Luas lantai 240 m2
4) VIP Biasa Luas lantai 240 m2
5) Kelas I Luas lantai 200 m2
6) Kelas II Luas lantai 200 m2
7) Kelas III Luas lantai 200 m2
b. Biaya administrasi Jumlah pasien 12.211 Orang 184.686.500
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah pasien 388 Orang
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah pasien 1.108 Orang
3) VIP Utama Jumlah pasien 2.339 Orang
4) VIP Biasa Jumlah pasien 3.070 Orang
5) Kelas I Jumlah pasien 1.735 Orang
6) Kelas II Jumlah pasien 1.560 Orang
7) Kelas III Jumlah pasien 2.011 Orang
c. Biaya bahan habis
pakai
Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 887.767.670
53
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
3. Facility-sustaining activity cost
a. Biaya laundry Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 37.320.000
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
b.Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
Jumlah hari rawat Inap 12.211 Hari 135.765.728
1) Super VIP Utama Patompo
Jumlah hari rawat Inap 388 Hari
2) Super VIP Biasa Patompo
Jumlah hari rawat Inap 1.108 Hari
3) VIP Utama Jumlah hari rawat Inap 2.339 Hari
54
4) VIP Biasa Jumlah hari rawat Inap 3.070 Hari
5) Kelas I Jumlah hari rawat Inap 1.735 Hari
6) Kelas II Jumlah hari rawat Inap 1.560 Hari
7) Kelas III Jumlah hari rawat Inap 2.011 Hari
Sumber : Hasil pengolahan data
Pada tabel 5.2 dapat diketahui pengidentifikasian cost driver dari setiap
biaya yang terkait. Terdapat tiga cost driver yang digunakan dalam menentukan
tarif jasa rawat inap yaitu: jumlah hari rawat inap, jumlah pasien, dan luas
lantai. Pada biaya perawat, biaya listrik dan air, biaya konsumsi, biaya bahan
habis pakai, biaya laundry, dan biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas
gedung perawatan ditentukan pemicu biayanya adalah jumlah hari rawat inap
karena aktivitas yang menjadi pemicu biayanya dilakukan setiap hari selama
menjalani rawat inap di rumah sakit. Untuk biaya administrasi cost driver yang
digunakan adalah jumlah pasien karena aktivitas yang menjadi pemicu
biayanya adalah aktivitas pendaftaran administrasi yang hanya bergantung pada
jumlah pasien yang mendaftar. Sedangkan untuk biaya kebersihan cost driver
yang digunakan adalah luas lantai karena aktivitas yanga menjadi pemicu
biayanya tergantung pada pemeliharaan berdasarkan luas lantai.
5.1.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver
Setelah mengidentifikasi cost driver, langkah selanjutnya menentukan
tarif per unit cost driver karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan
55
cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen
(1999; 134), tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Tarif per unit cost driver = Jumlah Aktivitas Cost Driver
Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat
inap dengan menggunakan Activity Based Costing System.
Tabel 5.3 Penentuan Tarif Per Unit
Cost Driver Rawat Inap dengan Metode ABC
No. Elemen Biaya Jumlah Biaya
(Rp.) Cost Driver
Tarif/Unit
(Rp.)
1. Unit-level activity cost
a. Biaya gaji Perawat 1.651.241.100 12.211 135.225,7
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
7) Kelas III 2.011
56
b. Biaya listrik dan air 293.847.587 12.211 24.064,17
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
7) Kelas III 2.011
c. Biaya konsumsi 473.107.000 12.211 Sesuai tarif
1) Super VIP Utama Patompo
388 80.000
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108 60.000
3) VIP Utama 2.339 45.000
4) VIP Biasa 3.070 35.000
5) Kelas I 1.735 28.000
6) Kelas II 1.560 20.000
7) Kelas III 2.011 15.000
2. Batch-related activity cost
a. Biaya kebersihan 115.885.275 1.560 74.285,43
1) Super VIP Utama Patompo
240
2) Super VIP Biasa Patompo
240
57
3) VIP Utama 240
4) VIP Biasa 240
5) Kelas I 200
6) Kelas II 200
7) Kelas III 200
b. Biaya administrasi 184.686.500 12.211 74.230,91
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
7) Kelas III 2.011
c. Biaya bahan habis pakai 887.767.670 12.211 72.702,3
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
58
7) Kelas III 2.011
3. Facility-sustaining activity cost
a. Biaya laundry 37.320.000 12.211 3.056,26
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
7) Kelas III 2.011
b.Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
135.765.728 12.211 11.118,31
1) Super VIP Utama Patompo
388
2) Super VIP Biasa Patompo
1.108
3) VIP Utama 2.339
4) VIP Biasa 3.070
5) Kelas I 1.735
6) Kelas II 1.560
7) Kelas III 2.011
Sumber : Hasil pengolahan data
59
5.1.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas
Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999; 138), biaya aktivitas
dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk.
Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Dengan mengetahui BOP (biaya over head pabrik) yang dibebankan pada
masing-masingproduk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar.
Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan
metode ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah
dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai.
Sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit
Hikmah yaitu kelas Super VIP Utama Patompo 35%, Super VIP Biasa
Patompo 30%, VIP Utama 25%, VIP Biasa 20%, Kelas I 15%, Kelas II 10%,
dan Kelas III 5%.
Berikut ini tarif jasa rawat inap untuk masing-masing jenis kamar (Tabel
5.4 sampai dengan Tabel 5.10):
BOP yang dibebankan =Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan
60
Tabel 5.4 Tarif Jasa Rawat Inap
untuk Super VIP Utama Patompo
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 388 52.467.571,6
Biaya listrik dan air 24.064,17 388 9.336.897,9
Biaya konsumsi 80.000 388 31.040.000
Biaya laundry 3.056,26 388 1.185.828,8
Biaya kebersihan 74.285,43 240 17.828.503,2
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 388 28.208.880,4
Biaya administrasi 74.230,91 89 6.606.550,9
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 388 422.495,7
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 147.096.728,5
Jumlah hari pakai 388
Biaya rawat ianp per kamar 379.115.2
35% laba 132.690,32
Jumlah tarif 511.805,52
Sumber : Hasil pengolahan data
61
Tabel 5.5 Tarif Jasa Rawat Inap
untuk Super VIP Biasa Patompo
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 1.108 149.830.076
Biaya listrik dan air 24.064,17 1.108 26.663.100,4
Biaya konsumsi 60.000 1.108 110.800.000
Biaya laundry 3.056,26 1.108 3.386.336,1
Biaya kebersihan 74.285,43 240 17.828.503,2
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 1.108 80.554.148,4
Biaya administrasi 74.230,91 241 17.889.649,3
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 1.108 12.319.087,5
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 419.270.900
Jumlah hari pakai 1.108
Biaya rawat ianp per kamar 378.403,34
30% laba 113.521,00
Jumlah tarif 491.924,34
Sumber : Hasil pengolahan data
62
Tabel 5.6 Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk VIP Utama
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 2.339 31.622.912
Biaya listrik dan air 24.064,17 2.339 56.286.093,6
Biaya konsumsi 45.000 2.339 105.255.000
Biaya laundry 3.056,26 2.339 7.148.592,14
Biaya kebersihan 74.285,43 240 17.828.503,2
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 2.339 170.050.680
Biaya administrasi 74.230,91 487 36.150.453,2
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 2.339 26.005.727,1
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 735.017.961
Jumlah hari pakai 2.339
Biaya rawat ianp per kamar 314.244,53
25% laba 78.561,13
Jumlah tarif 392.805,66
Sumber : Hasil pengolahan data
63
Tabel 5.7 Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk VIP Biasa
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 3.070 415.142.899
Biaya listrik dan air 24.064,17 3.070 78.877.001,9
Biaya konsumsi 35.000 3.070 107.450.000
Biaya laundry 3.056,26 3.070 9.382.718,2
Biaya kebersihan 74.285,43 240 1.728.503,2
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 3.070 223.196.061
Biaya administrasi 74.230,91 557 41.346.616,9
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 3.070 34.133.211,7
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 922.357.012
Jumlah hari pakai 3.070
Biaya rawat ianp per kamar 300.442,02
20% laba 60.088,40
Jumlah tarif 360.530,42
Sumber : Hasil pengolahan data
64
Tabel 5.8 Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk Kelas I
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 1.735 234.616.590
Biaya listrik dan air 24.064,17 1.735 41.751.334,9
Biaya konsumsi 28.000 1.735 48.580.000
Biaya laundry 3.056,26 1.735 5.302.611,1
Biaya kebersihan 74.285,43 200 14.857.086
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 1.735 126.138.491
Biaya administrasi 74.230,91 350 25.980.818,5
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 1.735 19.290.267,8
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 516.517.200
Jumlah hari pakai 1.735
Biaya rawat ianp per kamar 297.704,43
15% laba 44.655,66
Jumlah tarif 342.360,09
Sumber : Hasil pengolahan data
65
Tabel 5.9 Tarif Jasa Rawat Inap
Untuk Kelas II
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 1.560 210.952.092
Biaya listrik dan air 24.064,17 1.560 37.540.105,2
Biaya konsumsi 20.000 1.560 31.200.000
Biaya laundry 3.056,26 1.560 4.767.765,6
Biaya kebersihan 74.285,43 200 14.857.086
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 1.560 113.415.588
Biaya administrasi 74.230,91 325 24.125.045
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 1.560 17.344.563,6
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 432.495.706
Jumlah hari pakai 1.560
Biaya rawat ianp per kamar 277.240,8
10% laba 27.724,08
Jumlah tarif 304.964,88
Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 5.10
66
Tarif Jasa Rawat Inap Untuk Kelas III
Aktivitas Tarif Cost
Driver
Jumlah Cost
Driver Total (Rp.)
Biaya gaji perawat 135.225,7 2.011 26.596.882,7
Biaya listrik dan air 24.064,17 2.011 48.399.078,9
Biaya konsumsi 15.000 2.011 30.165.000
Biaya laundry 3.056,26 2.011 6.146.138,8
Biaya kebersihan 74.285,43 200 14.857.086
Biaya bahan habis pakai 72.702,3 2.011 146.204.325
Biaya administrasi 74.230,91 439 32.587.369,4
Biaya pemeliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
11.118,31 2.011 22.358.921,4
Total biaya untuk kelas super VIP Utama Patompo 327.314.802
Jumlah hari pakai 2.011
Biaya rawat ianp per kamar 162.762,96
5% laba 8.138,09
Jumlah tarif 170.899,35
Sumber : Hasil pengolahan data
67
5.2 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan Metode ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap
Tabel 5.11
Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Metode Tradisional dan Activity Based Costing System
Kelas Tarif Tradisional
(Rp.)
Tarif ABC
(Rp.)
Selisih
(Rp.)
Super VIP Utama Patompo 600.000 511.808,52 88.191,48
Super VIP Biasa Patompo 500.000 491.924,34 8.075,66
VIP Utama 400.000 392.805,66 7.194,34
VIP Biasa 300.000 360.530,42 60.530,42
Kelas I 250.000 342.360,09 92.360,09
Kelas II 150.000 304.964,88 154.964,88
Kelas III 100.000 170.899,35 70.899,35
Sumber : Hasil pengolahan data
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan tarif
jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk
kelas Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP Biasa patompo
Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp. 360.530,42, Kelas I
Rp. 342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp. 170.899,35. Dari hasil
yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga tarif rawat inap yang telah
ditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Hikmah dengan hasil perhitungan
menggunakan pendekatan Activity Based Costing. Untuk metode Activity Based
68
Costing pada tipe kamar Super VIP Utama, Super VIP Biasa, dan VIP Utama
memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dari pada tarif yang telah
ditentukan oleh pihak rumah sakit. Yaitu dengan selisih harga untuk kelas
Super VIP Utama Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa Patompo
sebesar Rp. 8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34. Sedangkan pada
tipe kamar VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III hasil perhitungan metode
Activity Based Costing lebih besar dari pada tarif yang telah ditentukan oleh
pihak rumah sakit. Selisih untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42, Kelas I Rp.
92.360,09, Kelas II Rp. 154.964,88, dan Kelas III Rp. 70.899,35.
Terjadinya selisih harga dikarenakan pada metode Activity Based Costing,
pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode
akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya
dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi
pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya
overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver.
Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke
setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis
pada Rumah Sakit Hikmah Makassar, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perhitungan biaya produk yang telah digunakan oleh manajemen rumah
sakit telah banyak menimbulkan distorsi biaya, hal ini dikarenakan
konsumsi sumber daya pada masing-masing aktivitas tidaklah sama.
Sedangkan pada metode Activity Based Costing, biaya-biaya yang terjadi
dibebankan pada produk aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan
oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.
2. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan pendekatan
Activity Based Costing, dilakukan melalui beberapa tahap. Yaitu pertama
biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap
selanjutnya membebankan biaya aktivitas ke produk. Sedangkan tarif
diperoleh dengan menambah biaya (cost) rawat inap dengan laba yang
diharapkan pihak rumah sakit.
3. Hasil dari penentuan tarif jasa rawat inap jenis perawatan umum pada
rumah sakit menggunakan pendekatan Activity Based Costing yaitu, kelas
Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP Biasa patompo
Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp. 360.530,42,
Kelas I Rp. 342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp.
70
170.899,35. Terdapat selisih harga yang lebih rendah dari penetapan
manajemen rumah sakit dengan hasil perhitungan menggunakan
pendekatan Activity Based Costing yaitu untuk kelas Super VIP Utama
Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa Patompo sebesar Rp.
8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34. Sedangkan harga yang
lebih tinggi menggunakan Activity Based Costing yaitu untuk Selisih
untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42, Kelas I Rp. 92.360,09, Kelas II Rp.
154.964,88, dan Kelas III Rp. 70.899,35.
6.2 Saran
Pihak Rumah Sakit Hikmah sebaiknya mulai mempertimbangkan
perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based
Costing, dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor external yang lain
seperti tarif pesaing dan kemampuan masyarakat yang dapat mempengaruhi
dalam penetapan harga pelayanan rawat inap.
71
Daftar Pustaka
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya Dengan Tekanan Stategik, Edisi Pertama, Terjemahan Jilid Satu, Jakarta: Salemba Empat.
Cooper, Robin & Robert S. Kaplan. 1998. The Design of Cost Management System
Text, Cases and Readings, Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc. Dunia, Firdaus. A and Abdullah, Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya.Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat Erlina. 2002. Kalkulasi Biaya Berdasarkan Aktivitas. http:google.com. Akses tanggal
22 Maret 2011 Makassar. Female, Fieda. 2007. “Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam
Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada RSUD Kabupaten Batang”. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.14410. https://docs.geoogle.com/document/private. Akses 14 April 2010 pukul 13:07
Gorrison, Ray H. 1991. Management Accounting, Sixth Edition, Richard D. Irwin,
Inc. Gorrison, Ray H and Eric W, Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Alih Bahasa A.
Totok Budisantoso. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2003. Manajemen Accounting, Fourth
Edition, Cincinnati, Ohio, South Western College Publishing. ____________________________________. 2000. Manajemen Biaya, Edisi 2, Buku
1 Dialihbahasakan Oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Thomson Learning, Salemba Empat.
Kamaruddin, Ahmad. 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi 4. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
72
Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta. Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 2. BP
STIE YKPN, Yogyakarta. Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemeni. Cetakan Pertama, Salemba Empat,
Jakarta. Suhaenah. 2010. Akuntansi Manajemen. Modul Praktikum Akuntansi Manajemen. Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya:Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok
Produksi, Edisi 2, Yogyakarta:BPFE ________. 2002. Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen. STIE
YKPN, Yogyakarta. Tunggal, Amin Wijaya. 1992. Activity Based Costing untuk manufakturing dan
pemasaran. Rineke Cipta. Jakarta. Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan
Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.