33
PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI DALAM RANTAI PENYEDIAAN ES BATU DAN MINUMAN ES (STUDI KASUS SEKOLAH DASAR DI JAKARTA) IRMA SEPTIANI F24100012 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

  • Upload
    vunhan

  • View
    263

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI

DALAM RANTAI PENYEDIAAN ES BATU DAN MINUMAN ES

(STUDI KASUS SEKOLAH DASAR DI JAKARTA)

IRMA SEPTIANI

F24100012

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh
Page 3: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Titik

Kritis Risiko Keamanan Mikrobiologi dalam Rantai Penyediaan Es Batu

dan Minuman Es (Studi Kasus Sekolah Dasar di Jakarta) adalah benar karya

saya dengan arahan dari para pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Irma Septiani

NIM F24100012

Page 4: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

ABSTRAK

IRMA SEPTIANI. Penentuan Titik Kritis Risiko Keamanan Mikrobiologi

dalam Rantai Penyediaan Es Batu dan Minuman Es (Studi Kasus Sekolah

Dasar di Jakarta). Dibimbing oleh CAECILLIA CHRISMIE NURWITRI,

WINIATI P. RAHAYU, dan NUGROHO INDROTRISTANTO.

Es batu dan minuman es merupakan pangan yang sering dikonsumsi

oleh siswa sekolah dasar. Namun, es batu dan minuman es berpotensi

mengandung bahaya mikrobiologi dan titik tempat masuknya kontaminasi

mikroba tersebut belum teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan menentukan

titik kritis keamanan mikrobiologi di sepanjang rantai penyediaan dan es

batu dan minuman es di Jakarta. Penentuan tersebut dilakukan dengan

menggunakan prinsip pertama dan kedua Hazard Analysis Critical Control

Point (HACCP). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat titik kritis di setiap

bagian rantai penyediaan es batu dan minuman es. Titik kritis di tingkat

produsen skala rumah tangga adalah air bahan baku es, perebusan, dan

pengisian air ke dalam plastik, sedangkan di tingkat produsen es balok skala

pabrik titik kritisnya adalah air bahan baku es, filtrasi, dan penyortiran es.

Titik kritis di tingkat distributor adalah distribusi es dari pabrik ke depot,

penyimpanan es, pencucian es, pengecilan ukuran es, dan distribusi es ke

lokasi penjaja. Di tingkat penjaja, titik kritisnya adalah pengecilan ukuran

es, penyimpanan es, dan pencampuran es dengan bahan-bahan lain. Adanya

titik-titik kritis tersebut menunjukkan pentingnya kesadaran dan tindakan

setiap pihak yang terlibat dalam penyediaan es batu dan minuman es untuk

menjamin keamanan produk-produk tersebut untuk dikonsumsi masyarakat,

secara khusus untuk pangan jajanan siswa sekolah dasar.

Kata kunci: es batu, HACCP, keamanan pangan, minuman es, titik kritis

ABSTRACT

IRMA SEPTIANI. Microbiological Safety Risk Critical Point

Determination in Ice and Iced Beverages Supply Chain (Case Study on

Elementary Schools in Jakarta). Supervised by CAECILLIA CHRISMIE

NURWITRI, WINIATI P. RAHAYU, and NUGROHO INDROTRIS-

TANTO.

Ice and iced beverages are frequently consumed by Indonesian,

including elementary school students. Ironically, ice and iced beverages

have a potential to carry on microbial hazards. The entry point for the

microbes in contaminating ice was still unidentified. The aim of this study

was to determine the critical points of microbiological safety risk in ice and

iced beverages supply chain in some elementary schools in Jakarta. The

determination was done by using the first and second principles of Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP). The result showed that there were

some critical points in every part of the supply chain. The critical points in

home-scale ice producer were water that was used to make ice, water

Page 5: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

boiling process, and water filling process, whereas the critical points in

factory-scale ice blocks producer were water that was used to make ice,

filtration, and ice sorting process. The critical points in ice distributor line

were distribution process from ice factory to ice house, ice storage, ice

washing, ice crushing, and distribution process to food service. In food

service line, the critical points were ice crushing, crushed ice storage, and

ice and ingredients mixing process. The critical points found showed the

importance for everyone engaging in ice and iced beverages business to be

aware and take action to ensure the safety of the products for the consumers.

Keywords: critical points, food safety, HACCP, ice, iced beverages

Page 6: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh
Page 7: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI

DALAM RANTAI PENYEDIAAN ES BATU DAN MINUMAN ES (STUDI

KASUS SEKOLAH DASAR DI JAKARTA)

IRMA SEPTIANI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh
Page 9: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh
Page 10: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

PRAKATA

Puji dan syukur bagi Tuhan, Pencipta alam semesta, yang dengan

kasih setia-Nya membimbing dan menolong penulis menyelesaikan tugas

akhir ini. Penelitian ini dilakukan di Jakarta sejak akhir bulan Februari 2014

dan selesai pada awal bulan September 2014 dan dana penelitian ini

disediakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

(BPOM RI).

Terima kasih kepada ibu Ir. C. C. Nurwitri, DAA, ibu Prof. Dr.

Winiati P. Rahayu, bapak Nugroho Indrotristanto, STP, M.Sc, ibu Citra

Prasetyawati, S.Farm, Apt, M.Sc, dan ibu Rina Puspitasari, STP, M.Sc

yang telah membimbing penulis dalam penelitian dan penyelesaian tugas

akhir. Terima kasih juga kepada mbak Wiwin, mbak Sarli, kak Dika, kak

Jian, dan seluruh tim Direktorat SPKP BPOM serta teman-teman magang di

BPOM (Adiguna, Anjani, Ghita, Nizza, Nurul, Rita, dan Zacky) yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama proses penelitian.

Bogor, November 2014

Irma Septiani

Page 11: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Rantai Penyediaan Es Batu dan Minuman Es di Jakarta 4

Analisis Bahaya 5

Penentuan Titik Kritis 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 21

Page 12: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

DAFTAR TABEL

1 Tahap proses penyediaan es batu dan minuman es dan bahaya

signifikan yang teridentifikasi pada tahap tersebut 6 2 Titik kritis yang teridentifikasi pada setiap jenis diagram alir

proses penyediaan es batu dan minuman es di Jakarta 12

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon penentuan bahaya signifikan 3 2 Pohon penentuan titik kritis 4 3 Jenis es batu yang banyak digunakan oleh penjaja minuman es di

SD di Jakarta 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lima jenis diagram alir proses penyediaan es batu dan minuman

es yang ada di Jakarta 16

Page 13: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dalam pengawasan

terhadap pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di Indonesia pada tahun 2012

dan 2013, menemukan bahwa minuman es, seperti es mambo, es cendol,

dan es campur, yang tidak memenuhi syarat memiliki persentase yang

cukup besar, yaitu 46.67% pada tahun 2012 dan 40.54% pada tahun 2013.

Syarat yang dimaksud untuk kategori minuman es adalah syarat

mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most

probable number (MPN) koliform (BPOM 2013). Kualitas mikrobiologi

minuman es tersebut dipengaruhi oleh kualitas mikrobiologi komponen-

komponen di dalamnya, salah satunya adalah es batu.

Hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas mikrobiologi es batu

yang digunakan oleh penjaja makanan di Jakarta menunjukkan adanya

cemaran mikroba berupa koliform fekal dengan median 500/100 mL pada

seluruh sampel es yang diuji (Vollaard et al. 2004). Di samping itu,

penelitian Firlieyanti (2006) mengenai bakteri indikator sanitasi di

sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor menunjukkan bahwa 100%

sampel yang diuji mengandung koliform non-fekal, 45% mengandung

koliform fekal, dan 10% mengandung Escherichia coli. Hasil-hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa es batu yang beredar di Jakarta dan

Bogor saat ini masih belum memenuhi kriteria mikrobiologi yang ditetapkan

dalam standar nasional Indonesia tentang es batu, yaitu 0/100 mL untuk

jumlah koliform fekal dan total koliform (DSN 1995). Selain itu,

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewanti-Hariyadi dan Hartini

(2006), diketahui bahwa beberapa serovar Salmonella mampu tumbuh pada

es batu yang sedang mencair. Hal ini menunjukkan potensi bahaya

mikrobiologi dari es batu bila tidak ditangani dengan sanitasi dan higiene

yang baik.

Perumusan Masalah

Es batu merupakan pangan yang dapat menjadi agen pembawa

mikroba patogen maupun non-patogen jika tidak ditangani dengan baik.

Masuknya cemaran mikroba pada es batu diperkirakan dapat terjadi pada

saat produksi, distribusi, maupun saat pengolahannya menjadi pangan siap

saji seperti minuman es. Namun, hingga saat ini belum diketahui dengan

pasti titik-titik mana yang menjadi tempat masuknya cemaran mikroba,

sehingga upaya pencegahan dan pengendalian bahaya mikrobiologi pada es

batu dan minuman es belum dapat dilakukan secara optimal. Karena itu,

diperlukan analisis untuk menentukan titik-titik tempat terjadinya

kontaminasi mikroba di sepanjang rantai penyediaan es batu dan minuman

es. Penentuan tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis bahaya

mikrobiologi dan menentukan titik kritis berdasarkan hasil analisis tersebut,

seperti prinsip pertama dan kedua dalam sistem HACCP (Hazard Analysis

Page 14: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

2

Critical Control Point). Dengan demikian, titik-titik kritis tempat terjadinya

kontaminasi mikroba dapat ditentukan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menentukan titik-titik kritis risiko

keamanan mikrobiologi di sepanjang rantai penyediaan es batu dan

minuman es, mulai dari produsen hingga penjaja minuman es di sekolah

dasar (SD) di Jakarta.

Manfaat Penelitian

Penentuan titik kritis ini akan membantu pihak-pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan dan pengendalian keamanan es batu dan

minuman es, khususnya BPOM, dalam proses pengambilan kebijakan. Hasil

penelitian ini diharapkan akan berdampak juga pada peningkatan kesehatan

masyarakat, khususnya siswa SD di Jakarta, sebagai konsumen, dan

perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh para pelaku usaha es batu dan

minuman es.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup analisis data hasil survei penjaja, distributor,

dan produsen es yang terdapat di dalam Laporan Survei Penentuan Titik

Kritis Rantai Pangan Dalam Rangka Kajian Mikrobiologi Es Dan Minuman

Es di Provinsi DKI Jakarta (BPOM 2014b). Data yang digunakan adalah

diagram alir proses produksi hingga penyajian minuman es kelompok A, C,

D, G, dan H.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode analisis bahaya dan penentuan

titik kritis yang diadaptasi dari prinsip pertama dan kedua HACCP (FDA

2011; Schothorst 2004). Analisis bahaya dan penentuan titik kritis dilakukan

dengan menggunakan lembar kerja analisis bahaya yang diadaptasi dari

model lembar kerja analisis bahaya (FDA 2011).

Analisis bahaya dilakukan melalui dua tahap. Tahap yang pertama

yaitu membuat daftar bahaya yang mungkin ada dalam setiap tahap proses,

baik di tahap produksi, distribusi, maupun pengolahan es batu menjadi

pangan siap saji. Bahaya yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah

bahaya mikrobiologi. Beberapa mikroba yang dimasukkan ke dalam daftar

bahaya mikrobiologi pada es batu dan minuman es, yaitu: Salmonella

Typhimurium, Vibrio cholerae serogrup O1 dan O139, Enterohemorrhagic

Escherichia coli (EHEC), Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC),

Page 15: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

3

Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), dan Enteroinvasive Escherichia

coli (EIEC) (BPOM 2014a). Keenam jenis mikroba tersebut didaftarkan

berdasarkan kemungkinan keberadaannya pada air, es batu, dan/atau

minuman es serta penyakit yang dapat ditimbulkannya.

Setelah itu, dilakukan tahap kedua, yaitu analisis untuk menentukan

bahaya yang signifikan pada tiap tahap proses. Analisis ini dilakukan

dengan mempertimbangkan data dari literatur dan bantuan pohon penentuan

bahaya signifikan (Gambar 1). Pertanyaan-pertanyaan dalam pohon

penentuan tersebut ditanyakan untuk setiap jenis bahaya pada setiap tahap

proses (Schothorst 2004).

Berdasarkan hasil analisis bahaya, selanjutnya dilakukan prinsip

kedua HACCP, yaitu penentuan titik kritis. Penentuan titik kritis dilakukan

terhadap setiap jenis bahaya signifikan yang telah diidentifikasi pada tiap

tahap proses dengan menggunakan pohon penentuan titik kritis (Gambar 2).

Apakah ada kemungkinan

bahaya yang potensial

terdapat pada bahan mentah?

Ya Tidak

Tidak ada bahaya*

Apakah ada kemungkinan

bahaya yang potensial terdapat

pada proses atau lingkungan?

Ya Tidak

Apakah bahaya yang potensial

mungkin terdapat pada tingkat yang

tidak dapat diterima, selamat,

menetap, atau bertambah di tahap ini?

Apakah ada kemungkinan

kontaminasi bahaya yang potensial

pada tahap ini? Ya

Tidak

Tidak ada bahaya*

Tidak

Ya

Apakah ada kemungkinan

pengurangan bahaya tersebut hingga

tingkat yang dapat diterima pada

tahap selanjutnya?

Ya**

Tidak Bahaya signifikan

*bukan bahaya yang harus dikendalikan pada tahap ini

**tahap pengurangan bahaya menjadi titik kritis

Gambar 1 Pohon penentuan bahaya signifikan. Diadaptasi dari Schothorst

(2004).

Page 16: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rantai Penyediaan Es Batu dan Minuman Es di Jakarta

Rantai penyediaan es batu dan minuman es yang dianalisis dalam

penelitian ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim BPOM di

Jakarta pada bulan Maret-September 2014. Rantai penyediaan tersebut

digambarkan dalam bentuk diagram alir proses. Berdasarkan hasil survei,

dapat disusun 30 diagram alir, yang kemudian dikelompokkan menjadi 9

jenis diagram alir berdasarkan kesamaan proses (BPOM 2014b). Dalam

Gambar 2 Pohon penentuan titik kritis. Diadaptasi dari Schothorst (2004).

Pertanyaan 1: Apakah ada kemungkinan bahaya yang potensial terdapat pada bahan mentah?

Ya Tidak

Bukan titik kritis

Pertanyaan untuk setiap bahan mentah yang digunakan

Pertanyaan 2: Apakah ada kemungkinan bahaya yang potensial dihilangkan dalam proses

selanjutnya (termasuk penggunaan oleh konsumen) ?

Tidak Ya

Bukan titik kritis

Pertanyaan untuk setiap produk antara atau produk akhir

Pertanyaan 3: Apakah formulasi atau komposisi atau struktur produk antara atau produk akhir

penting untuk mencegah bahaya ini bertambah hingga tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya Tidak

Bukan titik kritis

Formulasi atau komposisi adalah

titik kritis untuk bahaya ini

Pertanyaan 4: Apakah ada kemungkinan bahaya yang potensial masuk pada tahap ini atau

terjadi penambahan jumlah mikroba sumber bahaya hingga tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya Tidak

Pertanyaan 5: Apakah tahap selanjutnya,

termasuk penggunaan oleh konsumen,

menjamin penghilangan atau pengurangan

bahaya hingga tingkat yang dapat diterima?

Pertanyaan 6: Apakah tahap ini bertujuan

menghilangkan atau mengurangi bahaya

hingga tingkat yang dapat diterima?

Ya Tidak Bukan titik kritis Tidak Ya

Tahap ini harus dinyatakan sebagai titik kritis untuk bahaya ini

Pertanyaan untuk setiap tahap proses

Bahan mentah harus dianggap

sebagai titik kritis untuk bahaya ini

Page 17: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

5

penelitian ini dipilih 5 jenis diagram alir yang dianggap dapat mewakili

rantai penyediaan es batu dan minuman es yang ada di Jakarta yang dapat

dilihat dalam Lampiran 1.

Diagram alir kelompok A, D, G, dan H menggambarkan rantai

penyediaan es batu dan minuman es yang diproduksi oleh produsen berskala

rumah tangga yang kemudian digunakan oleh produsen itu sendiri atau

penjaja yang membeli kepadanya untuk membuat minuman es yang dijual

di sekolah dasar di Jakarta. Jenis es batu yang digunakan adalah es batu

dalam plastik ukuran kecil, yang disebut dengan istilah plastik kiloan

(Gambar 3a). Produk minuman es yang dijual di sekolah dalam rantai

penyediaan ini adalah minuman yang diberi hancuran es, seperti es teh, es

kelapa, dan minuman es dari minuman serbuk instan. Selain itu, terdapat

juga produk berupa es serut yang dicampur dengan minuman serbuk instan.

Dalam rantai penyediaan tersebut, tidak ada distributor; hanya ada produsen,

penjaja, dan/atau produsen sekaligus penjaja.

Diagram alir kelompok C menggambarkan rantai penyediaan es batu

berbentuk balok (Gambar 3b) yang dibuat di pabrik es, kemudian

didistribusikan melalui distributor es balok, lalu disajikan dalam bentuk

minuman es oleh penjaja di sekolah dasar di Jakarta. Jenis minuman es yang

disajikan adalah minuman serbuk instan yang dilarutkan dengan air minum

isi ulang dan diberi hancuran es batu.

Dengan demikian, rantai penyediaan es batu dan minuman es yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah yang menggunakan dua jenis es batu,

yaitu es batu dalam plastik dan es balok. Rantai penyediaan tersebut

melibatkan pihak produsen berskala rumah tangga dan pabrik, distributor

(khusus es balok), penjaja, dan produsen-penjaja.

Analisis Bahaya

Analisis bahaya yang dilakukan menunjukkan adanya potensi bahaya

yang signifikan pada beberapa tahap proses penyediaan es batu dan

minuman es di Jakarta. Bahaya-bahaya tersebut kemungkinan berasal dari

air bahan baku yang terkontaminasi, tangan pekerja yang kurang terjaga

kebersihannya, dan dari permukaan alat angkut atau kemasan yang

digunakan dalam proses distribusi. Tahap proses penyediaan es batu dan

(a) (b)

Gambar 3 Jenis es batu yang banyak digunakan oleh penjaja minuman

es di SD di Jakarta: (a) es batu dalam plastik dan (b) es balok

Page 18: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

6

minuman es dan bahaya signifikan yang teridentifikasi berpotensi terdapat

pada setiap tahap tersebut terangkum dalam Tabel 1.

Salmonella Typhimurium merupakan bahaya yang signifikan pada air

bahan baku es yang tidak direbus, perebusan, filtrasi, pengisian air ke dalam

Tabel 1 Tahap proses penyediaan es batu dan minuman es dan bahaya

signifikan yang teridentifikasi pada tahap tersebut

Tahap Jenis bahaya signifikan

S. Typ a V. cho

b EHEC ETEC EPEC EIEC

Produsen

Air bahan baku es

(tidak direbus)

Perebusan

Filtrasi

Pengisian air ke

dalam plastik x x x

Es batu dalam plastik

(air bahan baku tidak

direbus)

Es batu dalam plastik

(air bahan baku

direbus) x x x

Es batu balok x x x x

Penyortiran es balok x x x

Distributor

Distribusi es dari

pabrik ke depot x x x

Penyimpanan es di

depot x x x x x

Pencucian es di

depot

Pengecilan ukuran es

di depot x x x

Distribusi es ke

lokasi penjaja x x x

Penjaja

Pengecilan ukuran es x x x

Hancuran es *

*

Penyimpanan x x x x x

Pencampuran

bahaya signifikan pada tahap ini a

Salmonella Typhimurium

x bukan bahaya signifikan pada tahap ini b Vibrio cholerae

* bahaya signifikan jika air bahan baku es tidak direbus

Page 19: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

7

plastik, produk es batu (es batu dalam plastik maupun es balok), dan

penyortiran es balok pada tingkat produsen. Di tingkat distributor, mikroba

ini merupakan bahaya yang signifikan pada tahap distribusi es dari pabrik ke

depot, penyimpanan es di depot, pencucian es, pengecilan ukuran es, dan

distribusi es dari depot ke lokasi penjaja. Di tingkat penjaja, Salmonella

Typhimurium merupakan bahaya yang signifikan pada pengecilan ukuran es,

hancuran es, penyimpanan, dan pencampuran (Tabel 1). Artinya, pada tahap

atau bahan tersebut, S. Typhimurium kemungkinan ada pada jumlah yang

dapat menyebabkan infeksi dan tahap atau bahan tersebut maupun tahap-

tahap selanjutnya tidak dapat mengurangi jumlahnya hingga di bawah dosis

infektif.

Salmonella Typhimurium adalah salah satu serovar Salmonella

enterica yang dapat menyebabkan nontyphoidal salmonellosis pada manusia,

yang gejalanya berupa mual, muntah, kram perut, diare, sakit kepala, dan

demam. Jika tidak ditangani dengan tepat, orang yang terinfeksi dapat

mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menye-

babkan kematian pada anak-anak, lansia, dan orang yang ketahanan

tubuhnya rendah (FDA 2012). Dosis infektif mikroba ini adalah < 10 sel

(Ethelberg et al. 2014). Artinya, jika dalam pangan yang dikonsumsi

seseorang terdapat 10 sel Salmonella Typhimurium atau kurang dari itu,

orang tersebut dapat mengalami nontyphoidal salmonellosis.

Kontaminasi Salmonella Typhimurium mungkin berasal dari tangan

pekerja (produsen, distributor, maupun penjaja) yang menangani es dan

minuman es. Sebanyak 3% penjaja makanan di Jakarta yang diambil sampel

fesesnya ditemukan membawa Salmonella nontyphoidal. Di samping itu,

kontaminasi S. Typhimurium juga diperkirakan terjadi pada proses produksi

dan distribusi es batu sebelum sampai di tangan penjaja (Vollaard et al.

2004). Proses pengisian air ke dalam plastik, penyortiran es, distribusi,

pengecilan ukuran es, dan pencampuran es dengan bahan lain ketika

membuat minuman es melibatkan pekerja yang mungkin membawa mikroba

ini, sehingga bahaya ini menjadi signifikan pada tahap-tahap tersebut.

Selain dari tangan pekerja, terdapat juga kemungkinan kontaminasi

Salmonella dari air bahan baku es dan minuman es maupun dari air yang

digunakan untuk mencuci es. Lebih dari separuh sampel air minum yang

digunakan oleh para penjaja makanan di Jakarta, yang berasal dari air

minum dalam kemasan, air PAM, dan air sumur, ditemukan terkontaminasi

koliform fekal, yang mengindikasikan bahwa sumber air minum dan

pembuangan kotoran manusia di Jakarta tidak sepenuhnya terpisah

(Vollaard et al. 2004). Yuniarti (2008) juga menemukan adanya

kontaminasi koliform pada air minum isi ulang di Jakarta. Padahal,

Salmonella dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi (FDA 2012).

Dengan demikian, air bahan baku es batu dan minuman es serta proses

pencucian es dapat mengandung bahaya S. Typhimurium yang signifikan.

Salmonella Typhimurium juga mungkin terdapat dalam es batu,

termasuk hancuran es. Walaupun penelitian yang dilakukan di Dramaga,

Bogor, tidak menemukan adanya Salmonella pada 5 sampel es batu yang

diuji (Dewanti-Hariyadi & Hartini 2006), namun dari 50 sampel es batu

yang dikumpulkan dari 5 wilayah di Jakarta, ditemukan 568 koloni terduga

Page 20: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

8

Salmonella, dan 2.99% terindikasi sebagai S. Typhimurium (Waturangi et al.

2012b). Tapi, keterbatasan informasi mengenai jumlah S. Typhimurium

dalam es batu menjadikan penentuan signifikansi bahaya pada es batu

terkendala, karena tidak diketahui apakah jumlah cemaran yang ada cukup

untuk menyebabkan infeksi atau tidak. Sehingga, digunakan asumsi bahwa

mikroba tersebut ada pada es batu dengan jumlah yang melebihi dosis

infektif. Berdasarkan temuan dan asumsi tersebut, es batu, baik yang masih

utuh maupun yang berupa hancuran, memiliki kemungkinan mengandung

bahaya mikrobiologi dari S. Typhimurium yang signifikan.

Proses distribusi dan penyimpanan es batu juga dapat menjadi

kesempatan mikroba ini bertahan dan tumbuh. Salmonella Typhimurium

diketahui memiliki kemampuan bertahan pada suhu pembekuan (Jay 2000),

bahkan tumbuh pada es batu yang sedang mencair ketika disimpan pada

suhu ruang (Dewanti-Hariyadi & Hartini 2006). Hal ini berarti bahwa jika

pada proses produksi dan penanganan terjadi kontaminasi S. Typhimurium,

tahap distribusi dan penyimpanan es kemungkinan akan mengandung

bahaya S. Typhimurium yang signifikan.

Vibrio cholerae serogrup O1 dan O139 (selanjutnya disebut Vibrio

cholerae) menjadi bahaya yang signifikan pada air bahan baku es, proses

perebusan, filtrasi, dan produk es (es batu dalam plastik maupun es balok)

yang dibuat dari air yang tidak direbus di tingkat produsen; proses

pencucian es di tingkat distributor; dan hancuran es serta proses

pencampuran es dan bahan lainnya di tingkat penjaja (Tabel 1). Kedua

serogrup Vibrio cholerae tersebut adalah yang dianggap bertanggung jawab

terhadap penyakit kolera pada manusia, dengan dosis infektif sekitar 106

sel.

Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya pada kasus yang ringan,

namun pada kasus yang berat, kolera dapat menyebabkan kematian jika

penderitanya tidak ditangani tepat waktu (FDA 2012).

Vibrio cholerae merupakan mikroba yang secara alami terdapat di air,

sehingga ada kemungkinan air bahan baku es dan minuman es serta air yang

digunakan untuk mencuci es mengandung mikroba ini yang dapat

mengontaminasi es batu dan minuman es. Vibrio cholerae sangat rentan

terhadap suhu tinggi (mulai inaktif pada suhu > 45 0C) dan suhu rendah,

khususnya pembekuan (FDA 2012). Dengan demikian, bahaya dari mikroba

ini dapat dihilangkan dengan perebusan dan pembekuan. Namun, adanya V.

cholerae yang ditemukan pada es batu sebanyak < 0.3 sampai > 110

MPN/mL (Waturangi et. al 2012a) menunjukkan masih terdapatnya bahaya

dari mikroba ini pada suhu rendah. Dengan demikian, bahaya mikrobiologi

dari Vibrio cholerae dianggap tidak signifikan pada air bahan baku es dan

minuman es yang mengalami proses perebusan, namun menjadi signifikan

jika air tersebut tidak direbus. Selain itu, dengan ditemukannya V. cholerae

pada es batu, bahaya mikrobiologi ini juga dianggap signifikan pada produk

es batu maupun hancurannya yang dibuat dari air yang tidak direbus, dengan

asumsi mikroba tersebut ada pada jumlah melebihi dosis infektif.

Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) dan Enteroinvasive

Escherichia coli (EIEC), berdasarkan hasil analisis bahaya, dianggap

sebagai bahaya mikrobiologi yang signifikan pada air bahan baku es yang

tidak direbus, perebusan, filtrasi, pengisian air ke dalam plastik, produk es

Page 21: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

9

batu dalam plastik, dan penyortiran es balok di tingkat produsen. Di tingkat

distributor, mikroba ini merupakan bahaya yang signifikan pada tahap

distribusi es dari pabrik ke depot, pencucian es, pengecilan ukuran es, dan

distribusi es dari depot ke lokasi penjaja. Di tingkat penjaja, EHEC dan

EIEC merupakan bahaya yang signifikan pada pengecilan ukuran es,

hancuran es, dan pencampuran (Tabel 1).

EHEC merupakan salah satu subset Shiga-toxigenic Escherichia coli

yang dapat menyebar melalui pangan atau air yang terkontaminasi. Mikroba

ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia dengan dosis infektif 10

sampai 100 sel untuk strain O157:H7. Strain lainnya memerlukan sedikit

lebih banyak sel untuk dapat menyebabkan infeksi. Infeksi EHEC dapat

terjadi tanpa gejala atau diare ringan hingga komplikasi yang berat. Gejala

akut infeksi EHEC berupa sakit perut yang hebat, mual atau muntah, dan

diare berdarah yang disebut hemorrhagic colitis (HC). HC dapat

berkembang menjadi hemolytic uremic syndrome atau thrombotic

thrombocytopenia purpura yang mengancam hidup (FDA 2012).

EIEC memiliki dosis infektif 200 sampai 5 000 sel. EIEC dapat

menyebar melalui air atau pangan yang terkontaminasi maupun melalui

kontak langsung dengan penderita infeksi. Gejala infeksi EIEC antara lain:

diare bercampur darah dan lendir, kram perut, muntah, demam, dan meriang.

Pada manusia yang sehat, infeksi EIEC umumnya dapat sembuh dengan

sendirinya. Namun pada kasus yang lebih berat, diperlukan penanganan

medis untuk menanggulangi kehilangan cairan dan mineral akibat diare

yang timbul (FDA 2012).

EHEC dan EIEC dapat masuk ke dalam produk es batu dan minuman

es melalui air bahan baku dan air pencuci es jika air tersebut tercemar

kotoran manusia yang terinfeksi. Vollaard et al. (2004) menemukan bahwa

air yang digunakan sebagai air minum oleh penjaja makanan di Jakarta lebih

dari separuhnya terkontaminasi koliform fekal, yang menunjukkan adanya

potensi kontaminasi EHEC dan EIEC pada air bahan baku es dan minuman

es serta air pencuci es. Dosis infektif EHEC dan EIEC yang rendah

memperbesar risiko terjadinya infeksi, karena dengan jumlah sel yang

sedikit, infeksi pada manusia dapat terjadi.

Selain melalui air, EHEC dan EIEC dapat mengontaminasi es batu

dan minuman es melalui tangan pekerja. Dengan jumlah koliform fekal

yang terdapat pada tangan berkisar 5 sampai 2 000 CFU (Todd et al. 2008)

dan dosis infektif sekitar 10 sampai 100 sel untuk EHEC dan 200 sampai 5

000 sel untuk EIEC (FDA 2012), kemungkinan terjadinya infeksi jika

tangan pekerja menyentuh es tergolong besar. Dengan demikian, proses-

proses yang memungkinkan tangan pekerja menyentuh es, seperti pengisian

air bahan baku es ke dalam plastik, penyortiran es balok, distribusi es dari

pabrik ke depot dan dari depot ke lokasi penjaja, pengecilan ukuran es oleh

distributor maupun oleh penjaja, dan pencampuran es dengan bahan lain

oleh penjaja dianggap mengandung bahaya EHEC dan EIEC yang

signifikan.

Jumlah EHEC dan EIEC dalam es batu maupun produknya belum

diketahui. Namun, ditemukan adanya E. coli pada 10 sampai 20% sampel es

batu di daerah Bogor yang sampelnya diperoleh dari tingkat distribusi

Page 22: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

10

terakhir (Firlieyanti 2006; Dewanti-Hariyadi & Hartini 2006). Dengan

asumsi EHEC dan EIEC ada pada jumlah yang dapat menyebabkan infeksi,

maka es batu dalam kemasan plastik dan hancuran es dianggap mengandung

bahaya EHEC dan EIEC yang signifikan. Es batu balok yang merupakan

produk dari pabrik dianggap tidak mengandung bahaya yang signifikan dari

mikroba ini karena tidak ditemukan adanya E. coli pada produk tersebut

(Firlieyanti 2006).

Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) dan Enteropathogenic

Escherichia coli (EPEC) digolongkan sebagai bahaya yang signifikan pada

air bahan baku es, proses perebusan, filtrasi, dan produk es batu dalam

plastik yang dibuat dari air yang tidak direbus di tingkat produsen; proses

pencucian es di tingkat distributor; dan hancuran es (dari air yang tidak

direbus) serta proses pencampuran di tingkat penjaja (Tabel 1).

ETEC dan EPEC dapat menyebabkan infeksi pada orang dewasa jika

jumlahnya mencapai 106 sampai 10

9 sel. Penyebarannya dapat melalui air

atau pangan yang terkontaminasi. Infeksi ETEC dan EPEC memiliki gejala

seperti diare, kram perut, mual, dan demam ringan. Biasanya infeksi yang

disebabkan kedua jenis mikroba ini tidak parah. Namun, pada beberapa

kasus, seperti infeksi pada kelompok orang yang memiliki kekebalan tubuh

rendah, infeksi tersebut dapat menjadi berbahaya, karena dehidrasi yang

ditimbulkannya (FDA 2012).

Kedua jenis mikroba ini menjadi bahaya yang signifikan pada air

bahan baku es, proses pencucian es, dan proses pencampuran es dengan

bahan-bahan lain untuk pembuatan minuman es karena penyebarannya yang

dapat melalui media air dan adanya temuan kontaminasi koliform fekal pada

air minum di Jakarta seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan

mengenai EHEC dan EIEC. Selain itu, penggunaan air minum isi ulang

sebagai salah satu bahan pencampur juga dapat menjadi sumber cemaran

kedua kelompok E. coli ini karena Yuniarti (2008) menemukan adanya

kontaminasi E. coli pada air minum isi ulang.

Proses pengisian air ke dalam plastik, es batu dalam plastik dan

hancuran es yang dibuat dari air yang direbus, proses penyortiran es,

distribusi, dan pengecilan ukuran es dianggap mengandung bahaya EHEC

dan EIEC namun tidak mengandung bahaya ETEC dan EPEC yang

signifikan. Hal ini disebabkan dosis infektif EHEC dan EIEC yang relatif

lebih rendah, sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar daripada

ETEC dan EPEC. Kemungkinan kontaminasi mikroba dari tangan pekerja

pada tahap-tahap proses yang telah disebutkan maupun es batu dalam

plastik yang dibuat dari air yang telah direbus diperkirakan rendah; namun

dengan dosis infektif EHEC dan EIEC yang rendah, bahaya dari mikroba ini

dapat dianggap signifikan.

Semua mikroba sumber bahaya menjadi bahaya yang signifikan pada

tahap perebusan dan filtrasi. Mikroba sumber bahaya yang mungkin ada

pada air bahan baku es akan tetap ada pada air yang masuk ke tahap

perebusan jika tidak ada proses yang diterapkan untuk mengurangi jumlah

mikroba pada air. Tahap perebusan sangat penting karena jika tidak

dilakukan dengan tepat, mikroba akan tetap ada hingga ke produk akhir

karena tidak ada tahap pengurangan mikroba pada tahap-tahap selanjutnya.

Page 23: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

11

Proses filtrasi yang diterapkan oleh produsen untuk mengurangi jumlah

mikroba juga tidak dapat menjamin air bebas dari bahaya mikrobiologi. Alat

filtrasi memerlukan perawatan secara berkala (EPA 2005). Jika hal ini tidak

dilakukan, membran filtrasi menjadi tidak efektif dan malah bisa menjadi

tempat bakteri membentuk biofilm dan kemudian dapat mengontaminasi air

(Vonberg et al. 2008, Daschner et al. 1996). Berdasarkan keterangan-

keterangan tersebut, keenam jenis mikroba sumber bahaya dianggap sebagai

bahaya yang signifikan pada proses perebusan dan filtrasi.

Penentuan Titik Kritis

Titik kritis adalah bahan atau proses yang dapat menjadi titik

terjadinya kontaminasi atau yang berperan dalam pengendalian kontaminasi

mikroba sumber bahaya pada es batu. Titik kritis yang teridentifikasi pada

tiap jenis diagram alir disajikan pada Tabel 2.

Titik kritis yang teridentifikasi di tingkat produsen skala rumah tangga

(kelompok diagram alir A, D, G, dan H) adalah air bahan baku es, perebus-

an, dan pengisian air ke dalam plastik (Tabel 2). Air bahan baku es menjadi

titik kritis pada kelompok diagram alir A karena air bahan baku tersebut

kemungkinan mengandung bahaya signifikan dan tidak ada tahap yang

dapat mengurangi jumlah mikroba sumber bahaya tersebut. Kelompok D, G,

dan H memiliki proses perebusan, yang dapat menginaktivasi mikroba

sumber bahaya, sehingga air bahan baku tidak menjadi titik kritis pada

ketiga kelompok tersebut. Jika kualitas mikroba air bahan baku es pada

proses yang digambarkan oleh kelompok diagram alir A tidak diperhatikan

dan dikendalikan, maka es yang diproduksi dapat terkontaminasi dan

membahayakan kesehatan orang yang mengonsumsi produk tersebut. Di sisi

lain, perebusan menjadi titik kritis pada kelompok diagram alir D, G, dan H

karena tahap tersebut adalah tahap yang penting untuk mencegah

kontaminasi mikroba sumber bahaya pada produk es yang dihasilkan.

Pengisian air ke dalam plastik menjadi titik kritis pada semua kelompok

diagram alir tersebut karena ada peluang kontaminasi mikroba sumber

bahaya pada tahap tersebut dan tidak ada tahap selanjutnya yang dapat

mengurangi jumlah mikroba. Adanya titik-titik kritis pada proses produksi

es di tingkat rumah tangga menunjukkan perlunya sosialisasi mengenai

praktik keamanan pangan bagi masyarakat, khususnya yang membuat

pangan untuk dijual seperti produsen es skala rumah tangga.

Page 24: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

12

Kelompok diagram alir C yang menggambarkan proses penyediaan es

balok teridentifikasi memiliki 3 titik kritis di tingkat produsen. Titik-titik

kritis tersebut adalah air bahan baku es, proses filtrasi, dan penyortiran es.

Bahan baku dan tahap-tahap tersebut menjadi titik kritis karena adanya

bahaya yang signifikan pada bahan atau tahap tersebut dan tidak ada proses

selanjutnya yang dapat mengurangi jumlah mikroba sumber bahaya.

Berdasarkan hasil tersebut, hal-hal yang perlu menjadi perhatian produsen

es untuk menghasilkan produk yang aman dikonsumsi adalah pengendalian

kualitas air bahan baku yang sesuai dengan standar air minum (DSN 1995),

perawatan berkala terhadap alat filtrasi, dan penerapan standar operasional

yang sesuai dengan prinsip keamanan pangan bagi pekerja yang bersentuhan

langsung dengan es batu.

Di tingkat distributor, yang hanya ada pada kelompok diagram alir C

(es balok), titik kritis yang teridentifikasi adalah distribusi es dari pabrik ke

depot, penyimpanan es, pencucian es, pengecilan ukuran es, dan distribusi

es ke lokasi penjaja (Tabel 2). Artinya, semua proses di tingkat distributor

merupakan titik kritis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh praktik pe-

Tabel 2 Titik kritis yang teridentifikasi pada setiap jenis diagram alir proses

penyediaan es batu dan minuman es di Jakarta

Tahap

Kelompok diagram alir

(BPOM 2014b)

A C D G H

Produsen

Air bahan baku es x x x

Filtrasi - - - -

Perebusan - -

Pengisian air ke dalam plastik -

Penyortiran es - - - -

Distributor

Distribusi es dari pabrik ke depot - - - -

Penyimpanan es - - - -

Pencucian es - - - -

Pengecilan ukuran es - - - -

Distribusi es ke lokasi penjaja - - - -

Penjaja

Pengecilan ukuran es

Penyimpanan -

Pencampuran

titik kritis

x bukan titik kritis

- tidak terdapat proses tersebut dalam diagram alir

Page 25: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

13

nanganan es yang diterapkan oleh distributor masih belum memperhatikan

aspek keamanan pangan. Hal ini didukung hasil penghitungan tingkat

kepatuhan distributor es terhadap good practices dalam penanganan es yang

menunjukkan bahwa 100% distributor responden tergolong tidak patuh.

Salah satu hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah kurang

memadainya fasilitas pencucian tangan dan peralatan penanganan es di

depot (BPOM 2014b). Hal ini mengindikasikan belum adanya kesadaran

distributor mengenai peran penting mereka dalam menjaga keamanan es

batu. Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan memberikan pelatihan yang dapat

menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya praktik keamanan pangan,

misalnya dengan menunjukkan gambar hasil uji total mikroba pada tangan

para pekerja.

Di tingkat penjaja, proses pengecilan ukuran es, penyimpanan es, dan

pencampuran es batu dengan bahan-bahan lain dalam pembuatan minuman

es menjadi titik kritis. Hal ini menunjukkan bahwa penjaja minuman es juga

berperan dalam menjaga keamanan pangan tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ada beberapa jenis rantai penyediaan es batu dan minuman es yang

bermuara di SD di Jakarta. Dalam masing-masing rantai penyediaan tersebut

terdapat titik-titik kritis keamanan mikrobiologi, baik di tingkat produsen,

distributor, maupun penjaja di sekolah. Bahaya yang mengancam keamanan

mikrobiologi es batu dan minuman es yang dimaksud dalam hal ini adalah

Salmonella Typhimurium, Vibrio cholerae, Enterohemorrhagic Escherichia

coli (EHEC), Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Enteropathogenic

Escherichia coli (EPEC), dan Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC).

Adanya titik-titik kritis tersebut menunjukkan perlunya kesadaran dan

tindakan setiap pihak yang terlibat dalam penyediaan es batu dan minuman

es untuk menjamin keamanan es batu dan minuman es yang dikonsumsi

oleh masyarakat, khususnya para siswa SD.

Saran

Proses analisis bahaya yang dilakukan dalam penelitian ini masih

menggunakan asumsi bahwa mikroba sumber bahaya ada pada jumlah yang

signifikan (dapat menyebabkan infeksi) karena keterbatasan hasil penelitian

mengenai hal tersebut. Untuk itu, diperlukan penelitian-penelitian lebih

lanjut untuk mengetahui tingkat cemaran mikroba yang sesungguhnya pada

produk es batu dan minuman es maupun pada air yang digunakan

membuatnya dan mencuci es batu. Dengan adanya data yang lengkap

mengenai tingkat cemaran mikroba-mikroba sumber bahaya tersebut,

analisis bahaya dan penentuan titik kritis yang lebih akurat dapat dilakukan.

Page 26: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

14

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Laporan Aksi

Nasional: Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman,

Bermutu, dan Bergizi. Jakarta: BPOM.

___. 2014a. Protokol Pembuatan Laporan Survei Penentuan Titik Kritis

Rantai Pangan dalam Rangka Kajian Mikrobiologi Es dan Minuman Es

(tidak dipublikasikan). Jakarta: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Keamanan Pangan.

___. 2014b. Survei Penentuan Titik Kritis dalam Rangka Kajian

Mikrobiologi Es dan Minuman Es Provinsi DKI Jakarta (tidak

dipublikasikan). Jakarta: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan

Pangan.

Daschner FD, H Rüden, R Simon, J Clotten. 1996. Microbiological

contamination of drinking water in a commercial household water filter

system. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. [Internet]. [diunduh 2014 Sep

18]; 15(3):233-237. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8740859.

[DSN] Dewan Standardisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia

01-3839-1995 tentang Es Batu. Jakarta: DSN.

Dewanti-Hariyadi R dan US Hartini. 2006. Keberadaan dan perilaku

Salmonella dalam es batu. Di dalam: Utama Z, Y Pranoto, MN Cahyanto,

Suparmo, U Santoso, Sutardi, E Harmayani, editor. Pengembangan

Teknologi Pangan untuk Membangun Kemandirian Pangan: Kelompok

Mikrobiologi dan Bioteknologi. Seminar Nasional PATPI [Internet];

2006 Agt 2-3; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Fakultas

Teknologi Pertanian UGM. hlm 184-191; [diunduh 2014 Mar 3].

Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58804.

[EPA] Environmental Protection Agency. 2005. Water health series:

filtration facts. [Internet]. [diunduh 2014 Sep 18]. Tersedia pada:

http://www.epa.gov/safewater/faq/pdfs/fs_healthseries_filtration.pdf.

Ethelberg S, K Molbak, MH Josefsen. 2014. Salmonella Non-typhi. In:

Encyclopedia of Food Safety. Y Motarjemi, G Moy, E Todd (eds.). San

Diego: Academic Press.

[FDA] Food and Drug Administration. 2011. Fish and Fishery Products

Hazards and Controls Guidance. Silver Spring: FDA .

___. 2012. Bad Bug Book, Foodborne Pathogenic Microorganisms and

Natural Toxins, 2nd ed.. Silver Spring: FDA.

Firlieyanti AS. 2006. Evaluasi bakteri indikator sanitasi di sepanjang rantai

distribusi es batu di Bogor. J.Il.Pert.Indon 11(2): 28-36.

Jay JM. 2000. Modern Food Microbiology, 6th ed. Gaithersburg: Aspen

Publishers, Inc.

Schothorst MV. 2004. A Simple Guide to Understanding and Applying the

Hazard Analysis Critical Control Point Concept. Brussels: ILSI Europe.

Todd ECD, JD Greig, CA Bartleson, BS Michaels. 2008. Review: outbreaks

where food workers have been implicated in the spread of foodborne

Page 27: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

15

disease. Part 5. Sources of contamination and pathogen excretion from

infected persons. J. Food Prot. 71(12): 2582–2595.

Yuniarti S. 2008. Kajian mutu air minum pada depo air minum di wilayah

DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Vollaard AM, S Ali, HAGH Van Asten, IS Ismid, S Widjaja, LG Visser, Ch

Surjadi, JT Van Dissel. 2004. Risk factors for transmission of food borne

illness in restaurants and street vendors in Jakarta, Indonesia. In: Typhoid

and paratyphoid fever in Jakarta, Indonesia: Epidemiology and Risk

Factors. Enschede: Febodruk [Internet]. [diunduh 2014 Feb 28]. Tersedia

pada:

https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/612/Thesis_Volla

ard.pdf?sequence=5.

Vonberg RP, D Sohr, J Bruderek, P Gastmeier. 2008. Impact of a silver

layer on the membrane of tap water filters on the microbiological quality

of filtered water. BMC Infect Dis. doi: 10.1186/1471-2334-8-133.

Waturangi DE, N Pradita, J Linarta, S Banerjee. 2012a. Prevalence and

molecular characterization of Vibrio cholerae from ice and beverages

sold in Jakarta, Indonesia, using most probable number and multiplex

PCR. J. Food Prot. 75(4): 651-659.

Waturangi DE, E Wiratama, A Sabatini. 2012b. Prevalence and molecular

characterization of Salmonella enterica Serovar Typhimurium from ice

and beverages sold in Jakarta, Indonesia, using most probable number

and multiplex PCR. Int. J. Infectious Diseases.

doi:10.1016/j.ijid.2012.05.335

Page 28: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

16

Lampiran 1 Lima jenis diagram alir proses penyediaan es batu dan

minuman es yang ada di Jakarta (BPOM 2014b)

Air bahan baku es

Pengisian air ke dalam cetakan

Pembekuan

Es batu dalam kemasan plastik

Penyimpanan

Distribusi

Pengecilan ukuran es

Hancuran es

Penyimpanan

Pencampuran

Penyajian

Air,

Bahan-bahan lain

Page 29: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

17

Air sungai

Filtrasi

Pendinginan larutan air dan bahan lain

Pengisian ke dalam cetakan

Pengangkatan ke bak pendingin

Pembekuan

Es batu

Perendaman dalam bak pelepasan

Pelepasan es dari cetakan

Penyortiran es

Distribusi

Penyimpanan

Pencucian

Pengecilan ukuran es

Distribusi

Pengecilan ukuran es

Hancuran es

Penyimpanan

Pencampuran

Penyajian

Air,

Bahan-bahan lain

Page 30: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

18

Air bahan baku es

Perebusan

Pendinginan

Pengisian ke dalam cetakan

Pembekuan

Es batu dalam kemasan plastik

Penyimpanan (suhu beku)

Distribusi ke penjaja

Pengecilan ukuran

Hancuran es

Penyimpanan

Pencampuran

Penyajian

Air,

Bahan-bahan lain

Page 31: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

19

Air bahan baku es

Perebusan

Pendinginan

Pengisian air ke dalam cetakan

Pembekuan

Es batu dalam kemasan plastik

Penyimpanan (suhu beku)

Pengecilan ukuran es

Hancuran es

Penyimpanan

Pencampuran

Penyajian

Air,

Bahan-bahan lain

Page 32: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

20

Air PAM

Perebusan

Pendinginan

Pengisian air ke dalam cetakan

Pembekuan

Es batu dalam kemasan plastik

Penyimpanan (suhu beku)

Pengecilan ukuran es

Hancuran es

Pencampuran

Penyajian

Air,

Bahan-bahan lain

Page 33: PENENTUAN TITIK KRITIS RISIKO KEAMANAN MIKROBIOLOGI … · mikrobiologi, yang mencakup angka lempeng total (ALT) dan most probable ... perbaikan praktik produksi dan distribusi oleh

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 15 September 1992 sebagai anak

bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Erigenius Patongloan dan

Trindiana Mirring Tikupasang. Penulis menempuh pendidikan di TK, SD,

dan SMP Katolik Ricci 2, lalu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 47

Jakarta dan lulus pada tahun 2010, dan diterima di Institut Pertanian Bogor

pada tahun yang sama sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama masa kemahasiswaan, penulis aktif sebagai anggota

Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB dan menjadi pengurus sebagai Wakil

Koordinator bidang Pelayanan komisi diaspora pada masa kepengurusan

2012-2013. Penulis juga berkesempatan terlibat dalam kepanitiaan Lomba

Cepat Tepat Ilmu Pangan XX (tahun 2013) sebagai anggota Tim Soal. Pada

tahun 2013-2014, penulis aktif sebagai pengurus Persekutuan Mahasiswa

Kristen Bogor. Pada tahun 2011, penulis mendapat anugerah untuk menjadi

salah satu mahasiswa berprestasi Tingkat Persiapan Bersama IPB.