15
Tugas Kelompok PENELITIAN KUALITATIF (KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA) RACMALINA (1105120252) ROZIDAWATI (1105121283) SHINTIA MINANDAR (1105113581) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

Tugas Kelompok

PENELITIAN KUALITATIF

(KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA)

RACMALINA (1105120252)

ROZIDAWATI (1105121283)

SHINTIA MINANDAR (1105113581)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

Bab VI

KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Tujuan intruksional khusus

Jika anda sudah mempelajari bab ini, diharapkan anda sudah dapat:

Mendaftarkan, kemudian menguraikan secara singkat seluruh criteria keabsahan data;

Menyusun ikhtisar prosedur seluruh teknik pemeriksaan: perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekatan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negative, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing;

Menerapkan seluruh teknik pemeriksaan keabsahan data tersebut pada catatan lapangan sebagai data yang disusun secara artificial.

Pendahuluan

Apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah? Pokok persoalan yang menjadi latar belakang pertanyaan ini, selain persoalan “generelisasi”, juga menyangkut derajat kepercayaan yang tidak mantap dari pihak penyanggah. Dalam tubuh pengetahuan penelitian kualitatif itu sendiri sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan deajat kepercayaan data yang di sini dinamakan kebasasahan data. Pemeriksaan terhadap kebasahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitataif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagian unsure yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dengan kata lain peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik yang diuraikan dalam bab ini, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.

Guna memenuhi harapan itu mahasiswa atau peneliti diharuskan mempelajari teknik pemeriksaan keabsahan data. Bab ini mempersoalkan unsur penelitian penting itu. Sehubungan dengan itu, bab ini membahas tiga pokok persoalan. Pertama, membahas alas an dan acuan pemanfaatan; kedua, membahas criteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai upaya meletakan dasar bagi para pembaca, kemudian membahas krteria; dan ketiga, membahas teknik pemeriksaan keabsahan data itu sendiri.

Page 3: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

A. Alasan dan Acuan

Keabasahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep

kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi “positivism” dan

disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, criteria dan paradigmaanya sendiri.

Pendapat dari seorang ahli paradigm alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan

Guba, 1981:291-294; catatan penulis menemui dan berdiskusi dengan yang

bersangkutan di Indian Universitiy, Bloomington, Februari 1988, sewaktu menulis

naskah buku ini).

Mula-mula hal itu harus dilihat dari segi criteria yang digunakan oleh non

kualitatif. Istilah yang digunakan oleh mereka antara lain ialah “validitas

internal”, “validitas eksternal”, dan “reliabilitasi”.

Pertama, validitasi internal yang dinyatakan sebagai variasi yang terjadi

pada variable terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variable bebas dapat

dikontrol. Karena banyak factor yang mungkin terpengaruh dalam suatu hubungan

sebab-akibat, maka dibunakan control atau randomisasi sebagai upaya

mengisolasi variable bebasnya. Peroalan yang dihadapi menjadi tidak mudah

karna menurut Campbell dan Stanley (1963) ada delapan “bahaya” yang

mengancam validitas internal tersebut. Kedelapan ancaman tersebut adalah

riwayat (history), maturasi, testing, instrumentasi, regresi statistic, pembedaan

dalam pemilihan subjek, mortalitas eksperimental, dan intraksi maturasi. Jika

ingin mempeoleh hasil yang tidak terkotori oleh ancaman bahaya tersebut,

kedelapan segi itu harus dikontrol, dan itu yang amat sukar dilakukan.

Kedua, validitas ekstrernal, menurut Cook dan Campbell (1967:37), ialah

perkiraan validitasi yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab-akibat yang

diduga terjadi, dapat digenerilisasikan pada dan diantara ukuran alternative sebab-

akibat dan diantara jenis orang, latar, dan waktu. Jika sampel dipilih secara tepat

dari populasi menurut ukuran dan cirri yang tepat, maka criteria tersebut mungkin

dapat dicapai dalam keterbatasn tertentu. Namun, sering kali terjadi latar yang

digunakan itu berupa laboratorium, terutama untuk kepentingan control.

Page 4: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

Bagaimana caranya menggenerelisasikan suatu latar labotarorium ke dalam latar

masyarakat misalnya, menjelaskan bahwa upaya generelisasi tersebut tidak akan

dapat terpenuhi.

Ketiga, reliabilitas menunjuk pada pada ketaatasasan pengukuran dan

ukuran yang digunakan. Pengetesan reliabilitas biasanya dilakukan melalui

replikasi sebagaimana yang dilakukan terhadap pengukuran butir-butir ganjil-

genap, dengan jalan tes-retes, atau dalam korelasi bentuk paralel. Teknik ini harus

betul-betul dilakukan jika mengiginkan alat pengukuran yang benar-benar

reliabel. Persoalan yang dihadapi biasanya tidak mudah karna ancaman-ancaman

seperti tindakan peneliti yang kurang hati-hati dalam proses pengukuran,

instrument penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang berlangsung tidak

terlalu lama, berbagai macam kebingungan dan factor-faktor lainnya.

Kirk dan Miller (1986:21) bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang dapat

dikontrol secara tepat dan tidak ada eksperimen pengukuran yang dapat

dikalibrasi secara akurat. Oleh karna itu, ukuran pada suatu tingkatan tertentu

mempunyai kelemahan dan ketepatan penukuran yang sangatlah terbatas.

Lincoln dan Guba (1981:294) yang menyatakan bahwa dasar kepercayaan

yang berbeda mengarah pada tuntutan pengetahuan (knowledge) dan kriteria yang

berbeda. Dengan perkataan sehari-hari dapatlah dinyatakan bahwa kita tidak dapat

mengukur baju dengan liter. Berdasarkan hal-hal tersebut maka paradigm alamiah

menggunakan ktiteria yang tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkurinya

sehingga pendefenisian kembali criteria tersebut merupakan tuntutan yang tidak

dapat dielakan. Pendefenisian kembali itu jelas mengarah pada teknik control

atau pengawasan terhadap keabsahan data yang perlu pula direformasikan.

Uraian kriteria dan teknik pengawasan keabsahan data yang dikemukakan

mengacu pada apa yang telah dikemukakan diatas, terutama untuk keperluan

mereformasikannya agar benar-benar sesuai dengan paradigm yang dianutnya

sendiri. Apa yang dikemukakan dalam uraian berikut ini banyak mengikuti hasil

reformasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1981) dan Patton (1987).

Page 5: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

B. Kriteria Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (Dependability), dan

kepastian (confirmability).

Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya mengantikan

konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi : pertama

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil

penemuan dapat dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil

penemuan dengan jalan pembukian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang

sedang diteliti.

Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari nonkualitatif.

Konsep validitas ini menyatakan bahwa generelisasi suatu penemuan dapat

berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar

penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara repsentatif mewakili populasi

itu.

Kriterium kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam

penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif, realibilitas ditunjukkan

dengan jalan mengandakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan

pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara

esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai. Persoalan yang aamat sulit

dicapai disini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama.

Kriterium kepastian berasal dari konsep “objektivitas” menurut

nonkualitatif. Nonkualitatif menetatapkan obektivitas dari segi kesepakatan antar

subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu objektif atau tidak bergantung pada

persetujuan bebrapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan

seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif

sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat

Page 6: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

dikatakan objektif. Menurut Scriven (1971), selain itu masih ada unsure “kualitas”

yang melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa

jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.

Berkaitan dengan persoalan itu, subjektif berarti tidak dapat dipercaya atau

menceng. Penegrtian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pngertian

objektivitas-objektivitas menjadi kepastian (confirmability).

Jika nonkualitatif menekankan pada “orang”, maka penelitian alamiah

menghendaki agar penekanan bukan pada orangnya melainkan pada data. Dengan

demikian kebergantungan itu bukanlah lagi terletak pada orangnya, melainkan

pada datanya itu sendiri. Jadi, isunya disini bukan lagi berkaitan dengan cirri

penyelidik, melainkan berkaitan dengan cirri-ciri data.

C. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu

iktisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari criteria yang diperiksa dengan

satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.

Table 4. Iktisar Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Data

Kriteria Teknik Pemeriksaan

Kredibilitas 1. Perpanjangan keikut sertaan

2. Ketekunan pengamatan

3. Triangulasi

4. Pengecekan sejawat

5. Kecukupan referensial

6. Kajian kasus negative

7. Pengecekan anggota

Keterangan 8. Utaian rinci

Kebergantungan 9. Audit kebergantungan

Kepastian 10. Audit kepastian

Page 7: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsetaan peneliti pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan

derajat kepercayaan daya yang dikumpulkan, mengapa demikian?

Pertama, peneliti dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak

mempelajari “kebudayaan”, dapat menguji ketidakbenaran informasi yang

diperkenakan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari

responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian, penting sekali

arti perpanjangan keikutsertaan peneliti itu guna berorientasi dengan situasi, juga

memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.

Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke dalam

lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeketeksi dan

memperhitungkan distori yang mungkin mengotori daya. Pertama-tama dan yang

terpenting ialah distori pribadi. Menjadi “asing ditanah asing” hendaknya

mendapat perhatian khusus peneliti tidak diterima pada latar penelitian.

Distorsi dapat berasal dari responden seperti yang telah disinggung, banyak

diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi

karna beberapa hal seperti distorsi retrospektif dan cara pemilihan; salah

mengajukan pertanyaan dan tentunya juga jawaban yang diperolehnya; motivasi

setempat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak

termotivasi untuk memulaskan secara penuh kepedulian peneliti.

Distorsi tersebut mungkin tidak disengaja, dan dipihak lain ada pula distorsi

yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta, menipu, berpura-pura dari

pihak informan atau responden. Dalam menghadapi hal ini peneliti hendaknya

menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah dostorsi itu tidak disengaja

Page 8: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

atau tidak, darimana atau dari siapa sumbernya; bagaimana strategi

menghadapinya, kesemuanya dimungkinkan dapat diatasi dengan adanya

perpanjangan keikutsertaan.

Dipihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk

membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri

penliti sendiri. Jadi, bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin untuk

mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan kepercayaan diri pada peneliti

merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan

alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak subjek.

2. Ketekunan Pengamatan

Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah

untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu factor-

faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya

mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan

pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situsi yang

sangat relevan dengan dengan persoalan atau isu yang sedangg dicari dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain,

jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan

pengamatan menyediakan kedalaman.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap factor-faktor yang menonjol. Kemudian ia

menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan

tahap awal tampak salah satu atau seluruh factor yang ditelaah sudah dipahami

dengan cara yang biasa.

Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap pokok

persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin dapat disebabkan

oleh tekanan subjek atau sponsor atau barangkali juga karna ketidaktoleransian

subjek, atau sebaliknya peneliti terlalu cepat mengarahkan focus penelitiannya

walaupun tampaknya belum patut dilakukan demikian. Bpersoalan bisa terjadi

Page 9: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

pada situasi ketika subjek berdusta, menipu,atau berpura-pura, sedangkan peneliti

sudah sejak awal mengarahkan fokusnya, padahal barangkali belum waktunya

berbuat demikian.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah tekinik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang banyak digunakanialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat mcam

triangulasi sebagai teknik pemeriiksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyelidik dan teori.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif (Patoon 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan

jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan 2. Membandingkan apa yang

dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3.

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneliti dengan

apa yang dikatakanya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua

strategi, yaitu : 1.pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengeumpulan data dan 2. Pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Teknik triangulasi jenis ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti

atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan

data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam

pengumpulan data. Pada dasarnya pengunaan suatu tim penelitian dapat

Page 10: Penelitian kuantitatif (teori keabsahan data, bagian 1)

direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil

pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainya.

Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307),

berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (1987:327) berpendapat lain,

yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penejalasan

banding (rival eksplantions).