122
PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, DI RAWAJATI BARAT, JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I) Disusun Oleh: MILASTRI MUZAKKAR 106054002027 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH

PEREMPUAN CILIWUNG, DI RAWAJATI BARAT, JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat untuk

Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh: MILASTRI MUZAKKAR

106054002027

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

Page 2: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …
Page 3: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …
Page 4: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas islam negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya merupakan jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 2010

Milastri Muzakkar

Page 5: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …
Page 6: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... і

КАТА PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................vii

DAFTAR TABEL............................................................................................ x

BAB 1 PENDAlttLtAN

1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

2. Petnbatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

4. Metodologi Penelitian ................................................................ 9

Ё. Kajian Pustaka........................................................................... 17

F. Sistematika Penulisan ............................... ............................... 19

BAB II TINJAUAN TfeORlTIS

a. Pendidikan Alteinatif ........................................................................... 21

1. Pengertian Pendidikan............................................................... 21

2. Langkah-Langkah Humanisasi Pendidikan ............................... 23

3. Metode Pendidikan yang Berorientasi Pada Perubahan Sikap dan Perilaku

................................................................................................. 25

4. Pendidikan Alternatif................................................................ 27

b. Model Pemberdayaan Perempuan......................................................... 29

1. Model Pemberdayaan...................................................................... 29

Page 7: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

2. Pemberdayaan Perempuan ............................................................ 4-5

3. Upaya-Upaya Pemberdayaan Perempuan ....................................... 48

4. Tingkat-Tingkat Pemberdayaan Perempuan.................................... 51

BAB III GAMBARAN UMUM

a. Gambaran Umum Sekolah Perempuan Ciliwung ............................54

1. Sejarah Sekolah Perempuan Ciliwung .............................................. 54

І. Program-Program Sekolah РегеПфиап Ciliwung ............................. 57

3. Struktur Kepengurusan Sekolah Perempuan Ciliwung .............. ...... 59

b. Garhbaran Umum Wilayah Kelurahan Sekolah Perempuan Ciliwung

(SPC) ..............................................................................................61

a. Letak Geografis Sekolah Perempuan Ciliwung................................ 61

b. Kondisi Sosio-Ekonomi Peserta Sekolah Perempuan Ciliwung....... 62

BAB IV TFMLAN LAPANGAN DAN ANALtSlS

f. Bentuk-Bentuk Pendidikan Alternatif di Sekolah Perempuan Ciliwung ... 64

g. Model pemberdayaan dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Perempuan

Ciliwung .............................................................................................. 79

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ....................................................................................93

2. Saran ...............................................................................................94

Page 8: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (sikdiknas) No.20/2003

dikatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Meski begitu, pada umumnya pendidikan biasa diidentikkan dengan sekolah

sebagai institusi formal yang dilegalisir oleh negara. Sehingga yang terkonstruk di

masyarakat adalah, jika ingin mendapatkan pendidikan, seseorang harus bersekolah.

Permasalahannya adalah tidak semua orang bisa dengan mudah bersekolah.

Banyak hal yang seringkali menjadi hambatan sekaligus permasalahan dalam

pendidikan kita sampai saat ini. Menurut penulis, beberapa permasalahan itu antara

lain: mahalnya biaya pendidikan, buruknya sistem pendidikan, kurangnya akses, dan

persoalan budaya (patriarki). Permasalahan-permasalahan ini membuat masyarakat

1 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Page 9: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

miskin dan marginal2 (misalnya perempuan) sulit untuk mengenyam pendidikan

formal.

Pertama, persoalan biaya. Saat ini biaya pendidikan masih relatif mahal.

Meski anggaran 20% sudah dialokasikan untuk pendidikan, tapi anggaran itu lebih

banyak digunakan untuk infrastruktur, membayar gaji guru, dan sebagainya. Padahal

dalam surat keputusan bersama (SKB) tiga Menteri, Nomor

17/men.pp/dep.ii/vii/2005, Nomor 28a tahun 2005, Nomor: 1/pb/2005, tentang

percepatan pemberantasan buta aksara perempuan, pasal 10 dikatakan bahwa: untuk

pemberantasan buta aksara perempuan dibebankan pada APBN dan APBD.

Kedua, masalah budaya. Bagi perempuan, budaya patriarki yang masih sangat

kental dalam masyarakat, khususnya di masyarakat miskin-desa, adalah hambatan

yang paling sulit untuk dilawan. Mitos bahwa perempuan pada akhirnya akan

kembali ke dapur, sehingga tidak perlu sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi,

masih dianut oleh sebagian besar orang tua. Makanya tak heran jika anak laki-laki

masih lebih diprioritaskan untuk bersekolah.

Ketiga, masalah akses. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan

jauh dari fasilitas angkutan umum, seringkali terhambat untuk mengenyam

pendidikan. Pemandangan ini banyak dijumpai di pedesaan khususnya. Di Salatiga

misalnya, banyak anak-anak yang memilih putus sekolah karena pertimbangan jarak

yang cukup jauh dari rumah ke sekolah. Mereka harus berjalan kaki selama 30-40

2 Masyarakat marginal adalah mereka yang terpinggirkan atau lemah dalam segi akses, ekonomi, sosial, hukum, budaya dan sebagainya, sehingga membuat mereka tidak dapat menikmati kehidupan yang adil dan setara seperti orang-orang pada umumnya, misalnya, perempuan.

Page 10: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

menit untuk sampai ke jalan besar, untuk mendapatkan angkutan umum menuju

sekolah. Sehingga tenaga mereka harus terkuras lebih banyak sebelum sampai ke

sekolah.

Keempat, sistem pendidikan (kurikulum, metode, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana) yang masih buruk. Sekolah selalu terikat dengan kurikulum,

Guru-guru lebih banyak memberi ceramah monolog. Siswa diberi dan disuruh

menghafal rumus-rumus sementara tidak direlevansikan dengan persoalan-persoalan

yang terjadi di lingkungan mereka. Belum lagi pekerjaan rumah (PR) yang selalu

diberikan hampir setiap hari.

Keempat hal di atas, menjadi hambatan yang paling sering dialami oleh

masyarakat marginal. Perempuan sebagai bagian dari kelompok marginal itu, sangat

rentan mengalami dua kali kesulitan dibanding laki-laki. Bagaimana tidak, sampai

hari ini, hampir semua faktor yang menjadi hambatan di atas dialami oleh perempuan.

Marginalisasi di sini diartikan sebagai proses pemiskinan perempuan yang

mengakibatkan kemiskinan perempuan secara sosial maupun ekonomi.3 Proses

marginalisasi ini berimplikasi ke seluruh aspek kehidupan perempuan, tak terkecuali

dalam hal pendidikan.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Hamid Muhammad, data yang

dihimpun Kemendiknas angka buta aksara per Desember 2009, sebesar 8,2 juta

3 Yanti Muchtar& Lily Pulu ,Modul Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan Marginal. KAPAL Perempuan, Jakarta:2006.

Page 11: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

orang. Sekitar 64 persen perempuan, berarti dua kali lipat laki-laki, atau 6,5 juta

perempuan buta aksara. Penyebab buta aksara adalah budaya, tidak ada akses, dan

angka putus sekolah. Ia mengamati, buta aksara umumnya tidak pernah masuk

sekolah, dan pernah sekolah tapi di drop out (DO).4

Kebuta-aksaraan ini adalah faktor yang sangat signifikan perannya dalam

melanggengkan keterbelakangan dan ketidakadilan bagi perempuan. Buta aksara

berarti juga buta hukum, buta akses, buta karya, dan seterusnya.

Sebuah cerita dari Eva Khofifah, salah seorang staff LSM Perempuan

(KAPAL Perempuan), yang berkunjung ke Aceh besar menjelang pemilu 2009 lalu.5

Dalam kerumunan ibu-ibu, yang sedang memperbincangkan tentang tata cara

memilih. Karena sebelumnya dengan cara menyoblos, namun pemilu kali ini (2009)

dengan cara mencontreng. Hal ini membuat bingung para ibu-ibu karena selain

banyak sekali partai, wajah dari caleg yang akan dipilih pun tidak dipasang digambar

surat suara. Bisa dibayangkan, bagaimana seseorang yang buta huruf harus

diperhadapkan dengan situasi yang seperti itu.

Masih dalam waktu yang sama, Seorang ibu lain menceritakan

pengalamannya;

“Saya 13 bersaudara. Sewaktu masih kecil-kecil, kami tidak boleh sekolah. Karena kakek kami bilang dulu ada kerajaan di gampong kami yang melarang sekolah. Pakai topi juga kami dilarang. Jadilah kami enggak sekolah. Kami hanya pergi mengaji. Itupun hanya 6 bulan. Kalau kamu minta kakak sekarang mengaji, sudah payah juga. Ia tersenyum. Hidup kakak keras,

4 Koran Republika Online, 6,5 juta Perempuan Indonesia Buta Aksara, Kamis, 25 Februari 2010 (diakses pada hari Selasa, 27 april,2010. pukul 08.36) 5 http://ccde.or.id/index

Page 12: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

dulu hanya ikut orang tua ke kebun. Suami kakak sudah almarhum. Dia mati di tembak waktu masih konflik. Karena buta aksara, kakak pernah ditipu saat diminta tanda tangan pengurusan harta suami yang masih ada. Tetapi itu tidak sampai ke tangan kakak. Kakak tahu memang tidak bisa baca tulis. Namun mengapa orang itu tega sekali sama kakak. Padahal sebenarnya itu kan hak kedua anak kakak juga.”6

Masalah pendidikan seperti ini bisa berimplikasi lebih jauh bagi perempuan,

salah satunya yang sampai saat ini masih marak terjadi adalah tracfficking

(perdagangan manusia). Angka trafficking pun semakin meningkat setiap tahunnya.

Tahun 2004 terdapat 76 kasus, tahun 2005 terdapat 71 kasus, kemudian meningkat

menjadi 86 kasus di tahun 2006. Kasus itu melonjak dua kali lipat menjadi 177 kasus

pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 88 kasus pada tahun 2008.7 Beberapa

korban dari kasus trafficking disebabkan karena banyaknya yang tertipu lewat iklan

lowongan kerja dan pemalsuan dokumen.

Kasus-kasus di atas seharusnya bisa menyadarkan dan membuat kita semua

(baik pemerintah dan masyarakat umum) supaya lebih peduli terhadap pendidikan

untuk perempuan. Paradigma pendidikan konvensional masih tidak memperhitungkan

proses belajar-mengajar yang seimbang dan setara antara murid dan guru. Guru

cenderung memonopoli forum dan memposisikan dirinya sebagai subjek, sementara

siswa sebagai objek. Akhirnya, pendidikan menjadi momok yang menakutkan dan

tidak membebaskan bagi siswa.

Belum lagi bicara soal mata pelajaran. Kebanyakan mata pelajaran di sekolah

formal belum memperhitungkan kepentingan-kepentingan perempuan (tidak sensitif 6 Ibid. 7 Detiknews.com, diakses pada Kamis, 26/02/2009

Page 13: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

jender). Dalam proses belajar-mengajar lebih banyak membicarakan tentang hal-hal

teoritis tanpa mempertimbangkan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh setiap

individu (siswa). Padahal, bagi perempuan, pengalaman menjadi penting untuk dibagi

dan didiskusikan kepada teman-teman dan gurunya. Pendidikan formal kurang

memikirkan bagaimana kondisi perempuan yang dipengaruhi banyak faktor persoalan

seperti budaya, sosial, agama dan politik.8

Sejatinya, Pendidikan adalah sebuah proses pemberdayaan, yang diharapkan

mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia yang

berilmu dan berpengetahuan, serta manusia terdidik. Misalnya, dengan melakukan

proses belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman atau melalui kegiatan

lainnya. Sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman memecahkan masalah,

pengalaman etos kerja, dan ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik.9

Melihat permasalahan dalam pendidikan konvensional, banyak pihak yang

mengkritik dengan beralih ke bentuk atau model pendidikan yang lain, yang biasa

disebut pendidikan alternatif. Pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari

berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara-cara

tradisional. Pendidikan dengan cara ini dianggap lebih bisa menampung dan mengerti

kondisi yang dihadapi oleh perempuan.

Salah satu LSM yang konsen dalam mengembangkan pendidikan untuk

perempuan adalah Kelompok Pendidikan Alternatif Untuk Perempuan (KAPAL)

8 ibid. 9 Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd, Profesi Kependidikan (Problema, Solusi dan Reformasi di I ndonesia). Bumi aksara; Jakarta:2008

Page 14: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Perempuan, dengan mendirikan sekolah perempuan di Gang Pelangi, RT 10/01 dan

RT 10/03, Kelurahan Rawajati Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, sejak

tahun 2003. Sekolah ini diberi nama ‘Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC)’.

Sekolah Perempuan Ciliwung adalah Sekolah yang sengaja didirikan untuk

ibu-ibu di sekitar gang Pelangi setelah melihat latar belakang kondisi sosio-

historisnya yang memang sangat terbelakang. Selain dalam hal pendidikan, mereka

juga terbelakang dalam hal ekonomi, ditambah lagi persoalan-persoalan rumah

tangga seperti beban ganda (beban kerja di dalam dan di luar rumah rumah) bahkan

ada yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan perempuan di atas, program-

program SPC ini diprioritaskan pada hal-hal yang meliputi: pertama, pengembangan

pendidikan untuk perempuan yang mencakup penguatan perspektif dan skill dengan

materi gender, kesehatan reproduksi, organisasi, dan usaha ekonomi yang

dikombinasikan dengan pendidikan keakasaraan. Kedua, pengembangan usaha

ekonomi kelompok dan anggota. Ketiga, pengembangan kemampuan berorganisasi.

Keempat, merespon isu-isu HAM, sosial politik seperti pemilu undang-undang

KDRT dan pornografi, utang luar negeri dan lingkungan hidup.

Selain materi-materi yang disebutkan di atas, salah satu kegiatan penting dari

SPC adalah penguatan kapasitas para pengurus melalui traning-training dan

pendampingan intensif dalam mengembangkan dan mengelola organisasi serta

memfasilitasi pendidikan di komunitasnya. Tujuan akhir dari semua proses di atas

Page 15: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

tentu saja dalam rangka memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan

marginal.

Sekolah perempuan Ciliwung ini cukup unik karena belum banyak

dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih

jauh apa saja bentuk pendidikan alternatif tersebut, serta bagaimana model

pemberdayaan yang dilakukan di Sekolah Perempuan Ciliwung ini melalui penelitian

yang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Pendidikan Alternatif Sebagai

Model Pemberdayaan Perempuan di Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC), di

Rawajati Barat, Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pendidikan alternatif sangat beragam, maka perlu dipertegas bahwa

pendidikan alternatif yang dimaksud di sini adalah pendidikan yang khusus

didirikan untuk perempuan sebagai kritik atas pendidikan konvensional pada

umumnya. Di mana sistem (kurikulum, sarana dan prasarana, metode, mata

pelajaran, dan sebagainya) memperhatikan kebutuhan dan pengalaman

perempuan (sensitif jender).

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti bentuk-bentuk pendidikan

alternatif yang diterapkan di Sekolah Perempuan Ciliwung. Dan bagaimana

model pemberdayaan yang digunakannya. Pembatasan ini didasari pada

pertimbangan efisiensi waktu serta untuk meminimalisir biaya penelitian.

Page 16: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk pendidikan alternatif yang diterapkan di Sekolah Perempuan

Ciliwung (SPC)?

2. Bagaimana Model pemberdayaan yang digunakan di Sekolah Perempuan

Ciliwung (SPC)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka hasil

penelitian yang ingin penulis capai adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja bentuk pendidikan alternatif yang diterapkan di

Sekolah Perempuan Ciliwung.

2. Untuk mengetahui bagaimana model pemberdayaan yang digunakan di

Sekolah Perempuan Ciliwung.

2. Manfaat Penelitian

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Universitas,

khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat (tempat penulis bernaung) sebagai

Page 17: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

bahan referensi dan perluasan pengetahuan serta wawasan dalam wacana pendidikan

yang dihubungkan dengan isu-isu perempuan.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi KAPAL

Perempuan sebagai salah satu LSM yang bergerak dalam isu-isu perempuan serta

sekolah-sekolah perempuan yang lainnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) didefinisikan sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari perilaku orang-orang yang dapat diamati.10 Sementara menurut Jane

Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan

perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan

tentang manusia yang diteliti.11

Alasan pemilihan pendekatan penelitian kualitatif didasarkan pada ketajaman

analisis yang lebih mendalam yang diperlukan dalam penelitian tentang perempuan.

Pendekatan kualitatif dapat lebih menggali dan mengambarkan kejadian yang

sebenarnya, yang dialami oleh subjek penelitian. Terlebih dalam meneliti tentang

10 Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:2007. Hal.5. 11 ibid. hal.6.

Page 18: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

perempuan, dibutuhkan pendekatan yang sangat mendalam agar bisa menggali lebih

jauh tentang kondisi subjek penelitian yang sebenarnya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan disini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan

mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar

variabel yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan

variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial.

Oleh karena itu, penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan

pengujian hipotesis, yang juga berarti tidak membangun dan mengembangkan teori.12

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto : 2005).

3. Teknik Pengumpulan Data

12 Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, UIN Jakarta Press, Jakarta:2006, hal.14.

Page 19: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data

sebagai berikut:

1) Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-

gejala yang diteliti.13 Dalam observasi ini, peneliti akan melakukan pencatatan

terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar, metode, model dan strategi

yang digunakan, perilaku-perilaku peserta SPC, sarana dan prasarana, kondisi

sosio historis peserta SPC dan segala hal yang penulis dapatkan di lapangan.

Kemudian penulis tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai data-data yang

dibutuhkan.

2) Wawancara, adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui informasi

yang didengarnya dengan panca indra pendengaran, yang sebelumnya

ditanyakan terlebih dahulu kepada responden.14 Dalam penelitian ini, penulis

akan mewawancarai peserta SPC yang telah dipilih sebagai sampel. Selain itu,

penulis juga akan mewawancarai direktur KAPAL Perempuan serta LSM

jaringan KAPAL Perempuan yakni koordinator program Kalyanamitra.

3) Dokumentasi, artinya penulis menggunakan setiap bahan tertulis ataupun film

sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan.15 Dokumentasi ini penulis dapatkan dari modul-

modul tentang pendidikan altenatif yang dibuat oleh KAPAL Perempuan dan

13 Husaini Usman & Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Bumi Aksara, Jakarta:2006) hal.54. 14 Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, hal. 82. 15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Bandung. Bandung:2007. hal.216-217.

Page 20: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Jurnal Perempuan yang ada di perpustakaan KAPAL Perempuan, DVD yang

merupakan hasil visualisasi penerapan modul Pendidikan Adil Gender untuk

Perempuan Marginal, buku-buku yang berasal dari berbagai sumber, majalah,

photo-photo dan lain sebagainya.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Perempuan Ciliwung yang ada di

wilayah Gang Pelangi, RT 10/01 dan RW 10/03, Kelurahan Rawajati Barat,

Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Waktu penelitian akan dilakukan mulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai 30

Juni 2010. Pemilihan lokasi tersebut didasari pada pertimbangan: ketertarikan penulis

terhadap isu-isu perempuan terlebih dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Selain

itu lokasi penelitian pun cukup mudah dijangkau.

5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian

Data primer utama dalam penelitian ini adalah ibu-ibu peserta Sekolah

Perempuan Ciliwung. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik

pemgambilan sampel purposif. Pada tekhnik ini (purposive sampling), sampel

ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan

Page 21: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan

sebagaimana yang dilakukan dalam tekhnik random.16.

Jumlah keseluruhan peserta Sekolah Perempuan Ciliwung adalah 63 orang.

Dalam penelitian ini, penulis memilih peserta yang akan dijadikan subjek penelitian

berdasarkan kategori pekerjaan dan perbandingan umurnya. Alasan pemilihan

pengkategorian tersebut karena beragamnya pekerjaan dan prosentase umur peserta

Sekolah Perempuan Ciliwung, maka, supaya lebih mudah penulis mengambil satu

perwakilan dari masing-masing kategori pekerjaan.

Mereka yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Ibu

Musriyah, Ibu Mistinah, Ibu Nurjannah, Ibu Mamiek Suparmiah Hendro, Ibu

Rodemeh, dan Ibu Anerah

Sementara Sumber data primer pendukung dalam penelitian ini adalah direktur

KAPAL Perempuan (Yanti Muchtar). Adapun informannya adalah Deputi Program

Kalyanamitra (Listiyawati).

Untuk lebih jelasnya, gambaran pengkategorian sample dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Kategorisasi Sampling

Sumber Data

Jumlah Usia Pekerjaan

Data Primer Utama

6 Orang 1. Musriyah 2. Mistinah 3. Nurjannah

40 tahun 40 tahun 42 tahun

Pedagang Ibu rumah tangga Buruh

16 Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial; hal.54

Page 22: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

4. Mamiek Suparmiah Hendro

5. Rodemeh 6. Anerah

66 tahun 61 tahun 66 tahun 25 tahun

Pensiunan PNS Pemulung Wiraswasta

Data Primer Pendukung

1 Orang Yanti Muchtar

Direktur KAPAL Perempuan

Informan 1 Orang Listiyawati Deputi Program Kalyanamitra

6. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Data primer utama yakni data-data yang diperoleh secara langsung dari

partisipan atau sasaran penelitian, yang terdiri ibu-ibu peserta Sekolah

Perempuan Ciliwung. Sementara data primer pendukung diperoleh dari

direktur utama KAPAL Perempuan. Selain itu, penulis juga menggunakan

informan yaitu Deputi program Kalyanamitra sebagai pelengkap data.

b) Data sekunder adalah data-data yang penulis peroleh dari modul-modul

KAPAL Perempuan, data profil Sekolah Perempuan Ciliwung, DVD hasil

visualisasi modul Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan Marginal serta

data yang berhubungan dengan pembahasan yang akan dibahas dalam

penelitian ini.

Page 23: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

7. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.17

Dalam penelitian ini penulis menggunakan semua hasil pencatatan di

lapangan, mulai dari observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai bahan analisis.

Kemudian penulis melakukan reduksi data dengan memilah hal-hal pokok yang

sesuai dengan fokus penelitian penulis. Kemudian dilanjutkan dengan sebuah

abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-

pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.18 Jadi penulis

mengambil kesimpulan berdasarkan semua hasil temuan lapangan yang telah melalui

abstraksi sebelumnya.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekhnik pemeriksaan.

Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu: kriteria

17 ibid. hal. 246 18 ibid. hal. 247

Page 24: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability).19

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik kriterium derajat

kepercayaan. Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikan rupa sehingga

tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penelitian pada

kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriterium kepastian ini menggunakan dua

tekhnik pemeriksan. Pertama, Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-

ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kali kunjungan ke SPC, baik yang

sifatnya formal (misalnya, wawancara, observasi langsung jalannya proses belajar-

mengajar, diskusi dan training), maupun yang sifatnya non formal (misalnya, hanya

sekedar berkunjung untuk bercengkrama dan ngobrol-ngobrol ringan dengan peserta

SPC)

Kedua, Triangulasi, adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.20 Tekhniknya adalah, membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. hal.324-325. 20 ibid. hal.330

Page 25: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan. Dalam proses triangulasi

ini, penulis membandingkan hasil wawancara antara beberapa peserta SPC dengan

LSM jaringan, yakni LSM Kalyanamitra.

E. Kajian Pustaka

Setelah penulis melihat dan membaca karya-karya ilmiah sebelumnya, penulis

mendapatkan modul LSM KAPAL Perempuan yang memang khusus membuat

modul tentang pendidikan alternatif ini. Modul pendidikan tersebut berjudul Modul

Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan Marginal (seri pendidikan feminis) yang

disusun oleh team dari KAPAL Perempuan, yaitu Lily Pulu, Yanti Muchtar, Fitriani

Sunarto dan Salbiyah.

Modul ini dibuat sebagai upaya untuk memperkuat gerakan pendidikan

perempuan. Sebagai aplikasinya, dibuatlah model pendidikan untuk perempuan

marginal di perkotaan dan pedesaan. Modul ini bisa dibilang sebagai rangkuman hasil

penerapan Sekolah Perempuan yang pernah diterapkan di Kampung Jati dan

Ciliwung (sejak 2003) Pulau Nain, Sulawesi Utara (2005). Pendidikan ini disebut

Pendidikan Adil Gender (PAG) untuk Perempuan Marginal. PAG ini mencoba untuk

mengintegrasikan proses peningkatan pemikiran kritis, keahlian hidup, dan

pengorganisasian perempuan di komunitas.

Selain itu, penulis mendapatkan tesis yang berjudul “Tinjauan Feminisme

Poskolonial tentang Kesadaran Kritis dan Otonomi Perempuan Indonesia: Studi

Kasus Pendidikan Feminis KAPAL Perempuan untuk Pemimpin Lokal di Manado,

Page 26: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Sulawesi Utara”, yang ditulis oleh Misiyah, program studi Sosiologi, Universitas

Indonesia (2005). Penelitian dalam tesis ini berangkat dari pertanyaan : Seberapa

efektif Pendidikan Feminis mampu menumbuhkan kesadaran kritis dan otonomi

perempuan jika ditinjau dari perspektif feminisme kolonial? kesimpulan yang didapat

dari penelitian tersebut bahwa, pendidikan feminis ternyata efektif mampu

memperkuat kesadaran kritis atas ketertindasan perempuan, khususnya otonomi

terhadap tubuh perempuan. Selain itu, pendidikan feminis juga mampu mendorong

aksi-aksi transformatif yaitu melakukan advokasi kebijakan PERDES dan Pendidikan

Adil Gender (PAG) dengan perspektif feminisme dan pluralisme bagi perempuan

marginal di komunitas masing-masing. Aksi-aksi ini merupakan manifestasi dari

tumbuhnya kesadaran kritris. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan “positif”

antara kesadaran kritis dan aksi-aksi trasnformatif.

Hampir sama dengan penelitian di atas (tesis Misiah) yakni sama-sama ingin

melihat bagaiamana pendidikan feminis itu dalam menumbuhkan kesadaran

perempuan. Yang membedakan adalah paradigma yang diapakainya. Penelitian

pertama menggunakan paradigma kritis, sementara dalam peneliian penulis

menggunakan pendekatan kualitatif biasa. Selain itu, tempat pelaksanaannya, yakni

yang satu di Menado dan yang lain di Jakarta. Dalam tinjauan sosiologis tentu saja

akan berbeda hasilnya, karena dalam kajian tentang perempuan, setiap kejadian

adadlah peristiwa yang tunggal dan butuh analisis tersendiri.

F. Pedoman Penulisan

Page 27: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah

(Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang diterbitkan oleh CeQDA UIN, April. cet. ke-2. Tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab berisi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Pustaka serta Sitematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, yang meliputi: Pengertian Pendidikan, langkah-

langkah Humanisasi Pendidikan, Model Pendidikan yang Berorientasi pada

Perubahan Sikap dan Perilaku, Pengertian Pendidikan Alternatif. Pengertian

Pemberdayaan Perempuan, Upaya-Upaya Pemberdayaan Perempuan, dan

Tingakatan Pemberdayaan Perempuan.

BAB III PROFIL LEMBAGA, yang meliputi : Letak Geografis Sekolah Perempuan

Ciliwung, Sejarah Sekolah Perempuan Ciliwung, Program-program Sekolah

Perempuan Ciliwung dan Struktur Kepengurusan Sekolah Perempuan Ciliwung.

Page 28: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS, berisi Bagaimana Bentuk Pendidikan

Alternatif yang diterapkan di Sekolah Perempuan Ciliwung, Model Pemberdayaan

yang diterapkan di Sekolah Perempuan Ciliwung.

BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran.

Page 29: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Pendidikan Alternatif

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha terpadu utntuk memanusiakan manusia muda,

membentuk karakter sehingga peserta didik menjadi pribadi yang berkeutamaan,

terpandang karena memiliki arête dan budaya intelektual. Dengan kata lain,

pendidikan adalah proses humanisasi, dalam arti mengolah potensi-potensi yang

dimiliki seseorang untuk menjadi lebih manusiawi.21

Prof. Langeveld, seorang ahli pedagogik dari Belanda, mengemukakan

batasan pendidikan sebagai suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa

kepada anak belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan.22 Pendidikan

juga dipahami sebagai proses liberasi dalam arti bahwa melalui pendidikan, peserta

didik mengalami proses emansipasi dan dibebaskan dari berbagai bentuk penindasan

dogmatisme dan fatalisme yang melumpuhkan. Melalui pendidikan, memori-memori

dan narasi-narasi yang selama ini dikubur dan dibungkam oleh sistem dan struktur

yang menindas, menjadi hidup kembali.23

21 Bambang Sugiharto Dkk, Humanisme dan Humaniora; Relevansinya bagi Pendidikan, Jalasutra, Jogjakarta:2008.hal.343 22 Drs. H. Burhanuddin salam, Pengantar Pedagogik;Rineka Cipta: Jakarta:1997. 23 Bambang Sugiharto Dkk, Humanisme dan Humaniora;Relevansinya bagi Pendidikan. Hal.343

Page 30: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Sebagaimana kita tahu, dalam konteks wacana perempuan, sistem dan struktur

acapkali menjadi pelegalan terhadap penindasan terhadap kaum perempuan. Tak

terkecuali sistem yang ada di sekolah formal yang masih belum mengarus-utamakan

kesetaraan dan keadilan gender. Melalui pendidikan (dalam arti yang sesungguhnya),

kaum perempuan mengenal emansipasi dan akhirnya menjadi sebagai stimulus untuk

melakukan perubahan sosial.

Ada beberapa paradigma dalam pendidikan, yaitu:24

1) Pendidikan sebagai proses pembebasan

2) Pendidikan sebagai proses pencerdasan

3) Pendidikan menjunjung tinggi hak-hak anak

4) Pendidikan menghasilkan tindak perdamaian

5) Pendidikan anak berwawasan integratif

6) Pendidikan membangun watak persatuan

7) Pendidikan menghasilkan manusia demokratis

8) Pendidikan menghasilkan manusia yang peduli terhadap lingkungan

Menurut Paulo Freire, asas penting asasi pendidikan sebagai tindak

pengetahuan (kognisi), tidak hanya tentang isi, tetapi juga tentang “sebab-musabab”

fakta-fakta ekonomi, sosial, politik, Ideologi, dan sejarah yang menerangkan besar

kecilnya atau tinggi rendahnya halangan atau larangan tubuh sadar kita, di mana kita

24 Hamzah B. Uno, Profesi Keguruan.Bumi aksara. Jakarta:2008.

Page 31: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

temukan diri kita berada.25 Yang harus dipahami bahwa, peranan pendidik yang

progresif, yang tidak dapat dan tidak boleh ditinggalkan, dalam memberikan

pembacaannya sendiri tentang dunia, ialah mengemukakan kenyataan bahwa ada

pembacaan-pembacaan yang lain tentang dunia, yang berbeda dengan pembacaan

yang sedang diberikannya sebagai pembacaan pendidik tentang dunia, dan yang

kadang-kadang malahan bertentangan dengan pembacaannya itu.26

Belajar berarti menuntut suatu keterampilan atau pemahaman yang baru.

Pendidikan di sekolah tidak mendidik dan tidak membebaskan karena hanya

memberikan pengajaran kepada mereka yang tiap langkah pengajarannya telah

mematuhi peraturan-peraturan yang telah disetujui masyarakat sebelumnya. Dan,

yang merupakan dasar sistem pendidikan adalah bahwa, sebagian besar pengetahuan

merupakan hasil pengajaran (Ivan Illic : 1982)

2. Langkah-Langkah Humanisasi Pendidikan

Melalui pendidikan yang terpadu dan holistik diharapkan terbentuk manusia

yang mampu menggali makna, menemukan jati diri, menyadari dan mengembangkan

potensi yang dimiliki, mengendalikan naluri, membentuk hati nurani, menumbuhkan

rasa kekaguman dan mampu mengekspresikan perasaaan dan pemikirannya secara

tepat dan benar. Beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membentuk

manusia utuh melalui pendidikan adalah:

25 Paulo Freire, Pedagogi Pengharapan;Menghayati Kembali Pedagogi Kaum Tertindas. Kanisius. Jogjakarta:2001. hal.134 26 ibid. hal.147

Page 32: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

a. Learning to know : mambantu peserta didik untuk memiliki kemampuan

berfikir kritis dan sistematis guna memahami realitas diri, sesama dan dunia.

b. Learning to do : membantu peserta didik untuk mampu menerapkan apa yang

diketahui dan dipahami ke dalam praksis untuk mengatasi persoalan-persoalan

yang dihadapi (problem solving).

c. Learning to be : membantu peserta didik menjadi diri sendiri yang autentik

dan mandiri, berpegang pada prinsip sehingga tidak mudah digoyahkan oleh

berbagai kepentingan pribadi dan desakan lingkungan.

d. Learning to live together : membantu peserta didik memahami perbedaan dan

keunikan, memahami dunia orang lain, mau berbagi dengan sesama, mampu

menjalin kerja sama (cooperative), mengelola konflik secara rasional dan

argumentatif. Dari sisi lahir kesadaran dan pemahaman bahwa persatuan

dibangun bukan dengan memangkas perbedaan tapi dengan menghargai

perbedaan dan keunikan masing-masing. Peserta didik diharapkan dapat hidup

bersama silih-asih, silih-asih, silih-asuh, memperkukuh jalinan kerjasama,

meretas solidaritas lintas batas, mengikis sikap egois, merintis sikap altruis.

e. Learning to learn : menstimulasi peserta didik untuk terus belajar dan mampu

memaknai setiap peristiwa dan pengalaman kontras negatif. Pengalaman

kontras negatif mendorong para peserta didik untuk mengembangkan daya

kreatif dan imajinatif untuk mengubah situasi tidak manusiawi menuju situasi

yang lebih manusiawi, bebas dan adil.

Page 33: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

f. Learning to love : membantu mahasiswa agar mampu mencintai diri sendiri,

sesama, Tuhan, dan lingkungan. Disamping itu, peserta didik juga dibantu

mencari, mencintai dan menghayati kebenaran dan kebijaksanaan (Bambang

Sugiharto, dkk, dalam Humanisme dan Humaniora : 2008)

3. Metode Pendidikan yang Berorientasi Pada Perubahan Sikap dan Perilaku

Pendidikan dan penanaman nilai-nilai bukan hanya persoalan knowledge, tapi

persoalan bagaimana pengetahuan tentang nilai tersebut dapat dibatinkan dan

dijadikan milik pribadi yang bersangkutan dan nantinya akan mempengaruhi cara

berfikir, merasa dan bertindak seseorang. Dalam kaitannya dengan itu, ada beberapa

metode yang dapat digunakan, yakni:

a. Learning by doing and exposure :

Jenis belajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan kuliah lapangan,

kunjungan museum dan kunjungan sosial. Melalui kegiatan ini, para peserta

didik diajak langsung di lapangan, mengamati dan mendengar apa yang

sesungguhnya terjadi. Kemudian mereka membuat refleksi tentang nilai-nilai

apa yang dapat mereka pelajari melalui exposure tersebut.

b. Learning by experiencing

Para peserta didik dilibatkan dalam berbagai kegiatan, baik itu lomba-lomba,

kegiatan sosial dan kegiatan keruhanian. Bagaimana peserta didik dapat

Page 34: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

memahami dan menghayati arti toleransi antar umat beragama bila mereka

pernah berinteraksi, mengalami dan merasakan perjumpaan dengan orang

yang berbeda agama dan keyakinan.

c. Learning by exploring and appreciating

Melalui media film dan karya seni lainnya, para peserta didik dapat melihat

nilai-nilai apa yang dapat dipelajari dan reaksi apa yang muncul pada saat

mereka melihat situasi yang ditayangkan di dalam film tersebut. Pada saat

melihat adegan kekerasan terhadap orang yang tak bersalah misalnya, apakah

dalam diri mereka muncul kemarahan moral atau bersikap indefferent. Rasa

kemanusiaan dapat diasah melalui analisis film atau karya seni lainnya.

d. Learning by living in

Peserta didik diajak untuk tinggal beberapa lama di suatu daerah atau

lingkungan untuk mengamati, mengalami, dan berinteraksi dengan penduduk

setempat. Dari situ, mereka dapat mempelajari nilai-nilai yang berlaku,

apakah ada sesuatu yang menggetarkan kesadaran dan nuraninya saat tinggal

dan berinteraksi dengan dunia luar.

e. Problem solving method

Sebagaimana yang dikembangkan John Dewey, peserta didik dilatih untuk

menyadari bahwa ada persoalan, lalu mengidentifikasi dan memahami

persoalan tersebut, menganalisisnya dengan tujuan untuk menggali akar

penyebabnya, membuat hipotesis atas jalan keluar yang ditawarkan dan

mengujinya ke dalam praksis, apakah jalan keluar yang diantisipasi sungguh-

Page 35: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

sungguh menyelesaikan persoalan yang dihadapi atau tidak. Melalui metode

pemecahan masalah, para peserta didik dipicu kreasi dn imajinasinya untuk

menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya.

f. Case study method

Melalui metode studi kasus, peserta didik dilatih untuk melihat persoalan-

persoalan hidup dari berbagai sudut pandang. Melalui metode ini, peserta

didik diajak untuk bekerja sama dan berinteraksi dalam upaya mencari

pemecahan atas berbagai persoalan yang dihadapi. Sehingga peserta didik

tidak hanya mengetahui dan memahami berbagai teori, tapi juga mahir dalam

menggunakan teori dan prinsip-prinsip ke dalam praksis hidup yang konkret.27

4. Pendidikan Alternatif

Kata alternatif berasal dari bahasa inggris “alternatif” artinya “pilihan atau

cadangan”.28 Dalam konteks ini, alternatif diartikan sebagai pilihan yang lain selain

sekolah formal seperti pada umumnya (informal). Pendidikan alternatif lahir sebagai

kritik atas pendidikan konvensional yang ada di sekolah. Pendidikan di sekolah

terlalu monoton, tidak membebaskan bahkan membodohkan. Karena itu, sudah

banyak kritik yang dilontarkan untuk pendidikan di sekolah itu.

Pendidikan alternatif yang berkembang ada dua kategori. Pertama, yang

dikembangkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan diakses oleh

27 Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora (relevansinya bagi pendidikan). hal.352-353 28Dhanny R. Cyssco, Kamus English-Indonesia, Indonesia-Inggris. Batavia Press. Jakarta:2006

Page 36: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kelompok marginal (terpinggir). Kedua, pendidikan alternatif yang digagas oleh

pihak-pihak swasta atau kelompok massa yang berbasiskan agama tertentu yang

diakses oleh kalangan tertentu misalnya, sekolah alam.29 Pendidikan alternatif jenis

yang kedua, tentu masih mengandung masalah karena biasanya memungut biaya yang

mahal. Sehingga akhirnya, hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. Sementara

kaum marginal tidak.

Pendidikan kritis transformatif pada dasarnya adalah model pendidikan yang

bersifat kooperatif. Memberikan ruang pada segenap kemampuan peserta didik

menuju proses berpikir yang lebih bebas dan kreatif. Sebuah model pendidikan yang

menghargai potensi yang ada pada setiap individu-indvidu anak didik. Bentuk

pendidikan yang memiliki arah dan tujuan keluar dari kemelut dan problematika

internal maupun eksternal yang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional.

Dalam pendidikan kritis transformatif, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang

dikomunikasikan oleh makna narasi atau yang disebut dengan grand narasi. Grand

narasi adalah sesuatu yang diklaim sebagai suatu teori yang dapat menjelaskan segala

sesuatunya. Konsep pendidikan seperti ini akan membentuk peserta didik sebagai

subjek yang akan menentang adanya struktur hierarki ilmu pengetahuan.30

29 Yusufhadi di Miarrso, Pendidikan Alternatif Sebuah Agenda Reformasi, (artikel kuliah) Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. (1999) 30 Ahmad Makki Hasan, Konsep Pendidikan Alternatif, (http//:ahmadmakki.wordpress.com/2009/06/10/konsep-pendidikan-alternatif/ posted on Juni 10, 2009 at 12:06 pm; diakses pada tanngal 23 April, pukul. 09.39)

Page 37: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Dalam konteks hubungannya dengan perempuan, pendidikan di sekolah masih

kurang berpihak pada perempuan. Masih sering terjadi bias gender, baik dalam proses

belajar-mengajar maupun mainstream yang dibangun. Ada beberapa faktor yang

menjadi kendala pencapaian gender dalam dunia pendidikan. Antara lain: pertama,

kurangnya kesadaran akan pentingnya pemberdayaan perempuan dan anak

perempuan. Kedua, kurangnya kesadaran di legislatif untuk mengeluarkan kebijakan

publik yang perlu dalam mengatasi persoalan trackfiking, eksploitasi anak

perempuan, masalah prostitusi anak perempuan. Ketiga, kurangnya inisiatif dalam

memikirkan pendidikan alternatif bagi komunitas asli dan kelompok marginal

lainnya. Keempat, faktor kemiskinan yang akhirnya mengukuhkan diskriminasi

terhadap perempuan di bidang pendidikan. Kelima, minimnya political will dari para

pengambil kebijakan.31

Karena itu, pendidikan alternatif bagi perempuan menjadi penting untuk

diadakan. Pendidikan alternatif yang dimaksud disini adalah sebuah konsep

pendidikan yang mengandung visi, misi, metode dan segala aktivitas yang

mengandung nilai partisipatoris, demokratis, personal is political, transparansi, dan

berpihak pada perempuan.32

Ada tiga alasan mengapa pendidikan alternatif bagi perempuan itu penting.

Pertama, karena faktor gendernya membuat akses perempuan ke dalam dunia

pendidikan sangat rendah. Kedua, pendidikan alternatif penting karena kurikulum di

31 Iva Sasmita, Pendidikan Alternatif Perempuan:Perlawanan Terhadap Mainstream Pendidikan. Jurnal Perempuan, No.44/2005.Hal.7 32ibid.

Page 38: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Indonesia hingga saat ini masih bias gender. Akibatnya perempuan yang dirugikan

dengan gambaran-gambaran streotipe itu. Ketiga, pendidikan formal di Indonesia saat

ini, belum menjawab kebutuhan spesifik perempuan. Misalnya, pemahaman tentang

hak-hak reproduksi perempuan di tempat kerja, trafficking, kekerasan dalam rumah

tangga dan sebagainya.33

B. Model pemberdayaan Perempuan

1. Model Pemberdayaan

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau

dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Jadi, dalam hal ini, model pemberdayaan

adalah pola, acuan atau contoh yang digunakan dalam proses pemberdayaan atau

pengorganisasian masyarakat.

Model-model pemberdayaan masyarakat dengan mengacu pada model

Rothman dan Tropman dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 2

Model-Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat menurut Rothman dan

Tropman 1987

Model A (Pengembangan Masyaraka Lokal)

Model B (Perencanaan Sosial)

Model C (Aksi Sosial)

33 Adriana Venny; Pendidikan Alternatif:Jawaban Atas Masalah Perempuan; Jurnal Perempuan; No. 44/2005.hal.5

Page 39: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat

Kemandirian; pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat (tujuan yang dititik beratkan pada proses-process goals)

Pemecahan masalah dengan memperhatikan masalah yang penting yang ada pada masyarakat (tujuan dititikberatkan pada tugas task-goals)

Pergeseran (pengalihan) sumber daya dan relasi kekuasaan, perubahan institusi dasar (task ataupun process goals)

2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya

Adanya anomie dan “kemurungan” dalam masyarakat; kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokratis; komunitas berbentuk tradisional statis.

Masalah sosial yang sesungguhnya; kesehatan fisik dan mental, perumahan dan rekreasional.

Populasi yang dirugikan; kesenjangan sosial; perampasan hak, dan ketidakadilan.

3. Strategi perubahan dasar

Pelibatan berbagai kelompok warga dalam menentukan dan memecahkan masalah mereka sendiri.

Pengumpulan data yang terkait dengan masalah, dan memilih serta menentukan bentuk tindakan yang paling rasional.

Kristalisasi dari isu dan pengorganisasian massa untuk menghadapi sasaran yang menjadi “musuh” mereka.

4. Karakteristik taktik dan tekhnik perubahan

Konsensus; komunikasi antar kelompok dan kelompok kepentingan dalam masyarakat (komunitas); diskusi kelompok.

Konsensus atau konflik

Konflik atau kontes; konfrontasi; aksi yang bersifat langsung negosiasi.

Page 40: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

5. Peran praktisi yang menonjol

Sebagai Enabler-katalis, koordinator, orang yang meng-‘ajar’-kan keterampilan memecahkan masalah dan nilai-nilai etis.

Pengumpul dan penganalisis data, pengimplementasi program, dan fasislitator

Aktivis, advokat, agiator, pialang, negosiator, partisan.

6. Media peru bahan

Manipulasi kelompok kecil yang berorientasi pada terselesaikannya suatu tugas (small task oriented groups)

Manipulasi organisasi formal dan data yang tersedia.

Manipulasi organisasi massa dan proses-proses politik.

7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan

Anggota dari struktur kekuasaan yang bertindak sebagai kolaborator, dalam suatu “ventura” yang bersifat umum

Struktur kekuasaan sebagai “pemilik” dan ‘sponsor’ (pendukung)

Struktur kekuasaan sebagai sasaran eksternal dari tindakan yang dilakukan; mereka yang memberikan “tekanan” harus dilawan dengan memberikan “tekanan” balik.

8. Batasan definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi)

Keseluruhan komunitas geografis

Keseluruhan komunitas atau dapat pula suatru segmen dalam komunitas (termasuk komunitas fungsional)

Segmen dalam komunitas.

9. Asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-

Kepentingan umum atau pemufakatan dari berbagai

Pemufakatan kepentingan atau konflik

Konflik kepentingan yang sulit dicapai kata mufakat;

Page 41: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kelompok di dalam suatu komunitas.

perbedaan kelangkaan sumber daya.

10. Konsepsi mengenai populasi klien (konstituensi)

Warga masyarakat

Konsumen (pengguna jasa)

“korban”

11. Konsepsi mengenai peran klien

Partisan pada proses interaksional pemecahan masalah

Konsumen atau resipien (penerima pelayanan)

Employer, konstituen, anggota.

(Sumber: Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Mayarakat dan Intervensi Komunitas, Fakultas ekonomi UI, Jakarta:2003).

Rothman dan Tropman menggambarkan perbedaan dari model A, B dan C

dilihat dari 11 variabel utamanya, yaitu:

1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat

Ada dua tujuan utama yang terikat dengan pengorganisasian masyarakat yang

pertama lebih mengacu pada “tugas” (task); dan yang lainnya lebih mangacu

pada “proses”. Kategori tujuan yang berorientasi pada tugas (task goal)

menekankan pada penyelesaian tugas-tugas mereka atau pun pemecahan

masalah yang menganggu fungsi sitem sosial (seperti penyediaan sistem

layanan; penyediaan jenis layanan yang baru: pembuatan terobosan dalam

bidang perundang-undangan sosial; dan lainnya). Sedangkan tujuan yang

berorientasi pada perluasan dan pemeliharaan sistem yang bertujuan untuk

memapankan relasi kerjasama antar kelompok dalam suatu komunitas;

menciptakan struktur pemecahan masalah komunitas; menciptakan struktur

Page 42: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

pemecahan masalah komunitas yang terpelihara secara baik oleh komunitas

tersebut. Menstimulasikan masyarakat agar mempunyai minat dan partisipasi

yang luas terhadap isu-isu dalam komunitas; mengembangkan sikap dan

perilaku serta kerjasama; serta meningkatkan peranan kepemimpinan yang

berasal dari komunitasnya. Tujuan yang berorientasi pada proses ini oleh Ross

dikatakan sebagai tujuan yang mencoba mengembangkan kapasitas

masyarakat tertentu.

a. Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Kategori tujuannya lebih memberikan penekanan pada process goal

(tujuan yang berorientasi pada proses), dimana masyakat dicoba untuk

diintegrasikan serta dikembangkan kapasitasnya (community

intergration dan community capacity) dalam upaya memecahkan

masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan

kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai dengan prinsip-

prinsip demokratis.

b. Model B (Perencanaan Sosial)

Dalam perencanaan sosial, kategori tujuan lebih ditekankan pada task

goal (tujuan yang berorientasi pada penyelesaian tugas).

Pengorganisasian perencanaan sosial biasanya berhubungan dengan

masalah-masalah sosial yang konkrit, dan nama-nama bagian

Page 43: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

(departemen) mereka mencirikan hal ini. Misalnya, depertemen

kesehatan.

c. Model C (Aksi Sosial)

Pendekatan aksi sosial mengarah pada kedua tujuan tersebut (baik task

goal dan process goal). beberapa organisasi aksi sosial (kelompok

pembela hak asasi, kelompok green peace) memberi penekanan pada

upaya terbentuknya aturan (perundangan) yang baru atau merubah

praktek-prkatek tertentu. Biasanya tujuan ini mengakibatkan adanya

modifikasi kebijakan organisasi-organisasi formal.

2. Asumsi yang terkait dengan struktur komunitas dan kondisi

permasalahannya.

a. Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Komunitas lokal seringkali tertutup oleh masyarakat yang lebih luas

dan memunculkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Kesenjangan dalam komunitas lokal dapat terjadi pada relasi antar

pribadi yang “bermakna” dan keterampilan memecahkan masalah. Hal

ini dapat memunculkan anomie, keterasingan dan kadangkala juga

memunculkan kelainan jiwa.

Alternatif yang lain, komunitas seringkali dipandang sebagai ikatan

tradisional yang dipimpin oleh kelompok kecil pemimpin-pemimpin

konvensional, dan terdiri dari populasi yang buta huruf dan

Page 44: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

mempunyai kesenjangan dan keterampilan memecahkan masalah serta

pemahaman mengenai proses demokrasi.

b. Model B (Perencanaan Sosial)

Seorang perencana sosial lebih melihat komunitas sebagai (terdiri dari)

sejumlah kondisi masalah sosial yang inti, atau masalah inti yang

bersifat khusus dengan minat dan kepentingan tertentu (seperti

masalah perumahan, pengangguran, kesehatan dan rekriasional)

c. Model C (Aksi Sosial)

Seorang praktisi aksi sosial mempunyai cara berfikir yang berbeda.

Mereka melihat komunitas sebagai (terdiri dari) hirarki dari privilege

dan kekuasaan. Target para praktisi aksi sosial adalah mereka

(populasi) yang mendapat tekanan, diabaikan, tidak mendapatkan

keadilan, eksploitasi oleh pihak tertentu, dan sebagainya.

3. Strategi Perubahan Dasar

1) Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Dalam pengembangan masyarakat lokal strategi perubahannya

dicirikan dengan ungkapan “marilah kita bersama-sama membahas

masalah ini”. dari ungkapan tersebut terlihat akan adanya upaya

mengembangkan keterlibatan warga sebanyak mungkin dalam upaya

menemukan kebutuhan yang mereka rasakan (felt needs), dan

memecahkan masalah mereka.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Page 45: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Strategi dasar dari model ini tergambar dalam ungkapan “marilah kita

kumpulkan fakta dan lakukan langkah-langkah logis berikutnya”.

Dengan kata lain, seorang perencana sosial biasanya berusaha untuk

mengumpulkan fakta-fakta mengenai msalah yang dihadapi sebelum

mereka memilih tindakan rasional dan tepat dilakukan (rational and

feasible). Partisipasi dalam model B tidak ‘sekental’ pada

pengembangan masyarakat (model A). Perencana dalam pengumpulan

dan penganalisaan data (fakta) bisa saja menggunakan tenaga di luar

komunitas tersebut, begitu pula dalam upaya mengembangkan

program dan kegiatan yang akan dilakukan. Tetapi meskipun

demikian, mereka tetap mendasari tugasnya berdasarkan fakta

masyarakat tersebut.

3) Model C (Aksi Sosial)

Strategi perubahan dari model C terlihat dari ungkapan “mari kita

mengorganisir diri agar dapat melawan para penekan kita”.

Ungkapana tersebut merupakan kristalisasi isu-isu yang dihadapi

masyarakat, yang kemudian membuat masyarakat mengenali

“musuhnya” dan mengorganisir diri dan membentuk aksi massa untuk

ganti memberikan tekanan terhadap kelompk sasaran mereka.

4. Karakteristik Taktik dan Tekhnik Perubahan

1) Model A (Pengembangan Masyarakat)

Page 46: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Taktik dalam pengembangan masyarakat lebih ditekankan pada

pencapaian konsensus. Hal ini biasanya lebih dilakukan melalui

komunikasi dan proses diskusi yang melibatkan berbagai macam

individu, kelompok, maupun faksi. Blakely juga menekankan

pentingnya tekhnik-tekhnik deliberative dan kooperatif ini pada

penerapan pengembengan masyarakat lokal. Karena hal ini

membedakan peranannya dengan peranan seorang activist (yang lebih

berorinetasi pada aksi sosial), dimana mereka lebih menekankan pada

pendekatan konflik

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Taktik dan tekhnik yang sangat berperan dalam perencanaan sosial

adalah tekhnik pengumpulan data dan keterampilan untuk

menganalisis. Tekhnik konsensus mamupun konflik mungkin saja

diterapkan, tetapi itu semua tergantung dengan hasil analisis perencana

tersebut terhadap situasi yang ada.

3) Model C (Aksi Sosial)

Para praktisi aksi sosial lebih menekankan pada taktik konflik (sesuai

dengan peranan mereka sebagai aktifis), dengan cara melakukan

konfrontasi dan aksi-aksi langsung. Selain itu dibutuhkan pula

kemampuan untuk memobilisir massa sebanyak mungkin untuk

melaksanakan rally (demostrasi) bahkan kalau perlu dengan

melakukan pemboikotan.

Page 47: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

5. Peran Praktisi dan Media Perubahan

1) Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Pada pengembangan masyarakat lokal, peranan yang dilakukan oleh

community worker ataupun para praktisi lebih banyak mengacu pada

peran sebagai enebler (Biddle menyebutnya sebagai encourager).

Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat

agar mengartikulaiskan kebutuhan mereka; mengidentifikasikan

masalah mereka; dan mengembangkan kapasitas mereka agar mereka

dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.

Media perubahannya adalah melalui penciptaan (kreasi) dan

manipulasi (dalam arti yang positif) kelompok-kelompok kecil yang

berorientasi pada tugas. Hal ini tentunya membutuhkan kemampuan

massa secara kolaboratif (dengan cara bekerja sama)

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Peran yang biasa digunakan oleh perencana sosial adalah peranan

sebagai expert. Peran ini lebih menekankan pada penemuan fakta,

implementasi program, dan relasi dengan berbagai macam birokrasi,

serta tenaga profesional dari berbagai disiplin.

Ross melihat bahwa peran sebagai expert, setidak-tidaknya terdiri dari

beberapa komponen, yakni:

a) Diagnosis Komunitas;

b) Keterampilan melakukan peneltitian;

Page 48: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

c) Informasi mengenai komunitas yang lain;

d) saran terhadap metode dan prosedur organisasi;

e) Informasi tekhnis;

f) kemampuan mengevaluasi.

Medium perubahannya adalah manipulasi organisasi (termasuk di

dalamnya adalah relasi antar organisasi) seperti juga dengan

pengumpulan dan analisi data.

3) Model C (aksi sosial)

Pada aksi sosial peran yang dilakukan oleh community worker lebih

mengarah kepada peran sebagai advokat dan aktivis. Media

perubahannya adalah dengan menciptakan dan memanipulasi

pengorganisasian dan pergerakan massa untuk mempengaruhi proses

politis. Oleh karena itu, pengorganisasian massa pada aksi sosial

menjadi isu yang penting.

6. Sama dengan bagian 5

7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan

1) Model A (pengembangan masyarakat lokal)

Pada pengembangan masyarakat lokal struktur kekuasaan sudah

tercakup di dalam konsepsi mengenai komunitas itu sendiri. Setiap

segmen komunitas dianggap sebagai bagian dari sistem klien. Selain

itu, sebagai konsekuensinya, hanya tujuan yang dapat memunculkan

keepakatan yang saling menguntungkan (mutual agreement) yang

Page 49: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

dapat diterima dan relevan. Sedangkan tujuan yang terlalu

mencerminkan minat dan kepentingan segmen tertentu seringkali tidak

dapat diterima.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Pada perencanaan sosial, struktur kekuasaan biasanya muncul sebagai

sponsor atau “bos” dan praktisi (perencana). Oleh karena itu, Morris

dan Binstock menyatakan bahwa sangatlah sulit bagi seseorang untuk

membedakan antara perencana dengan organisasi yang

mengerjakannya.

Para perencana biasanya merupakan tenaga profesional yang telatih

dengan baik, dimana dalam memberikan layanan, ia membutuhkan

dukungan perangkat keras dan perangkat lunak, serta bantuan dana

dan fasilitas. Biasanya seorang perencana hanya bisa mendapat

dukungan itu dari orang yang memiliki kekuasaaan. Oleh karena itu,

Martin Rein menyatakan bahwa dalam banyak perencanaan perlu

dilakukan konsensus dengan kelompok elit (sebagai employer dan

pembuat kebijakan dalam suatu perencanaan organisasi. Konsensus ini

biasanya baru dapat tercapai bila ada dukungan data faktual (karena itu

perencana sangat mementingkan data yang faktual).

3) Model C (Aksi Sosial)

Struktur kekuasaan oleh para praktisi aksi sosial dianggap sebagai

target eksternal dari suatu tindakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

Page 50: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

struktur kekuasan berada di luar sistem klien (konstituensi). Struktur

kekuasaan seringkali dianggap sebagai kekuatan antithesis yang akan

menekan klien (kelompok konstituen).

8. Batasan definisi dari sistem klien dalam komunitas (Konstituen)

1) Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Dalam pengembangan masyarakat lokal, total komunitas biasanya

didasarkan pada kesatuan geografis (seperti Rukun warga, desa, kota).

Mereka dalam kesatuan tersebutlah yang menjadikan klien dari

community worker.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Klien dari perencana sosial bisa merupakan kesatuan geografis

(misalnya desa, kota), tetapi dapat pula merupakan kesatuan

fungsionalnya (misalnya, kelompok tuna grahita, kelompok pecinta

buku).

3) Model C (Aksi Sosial)

Klien dari praktisi biasanya merupakan bagian atau segmen

masyarakat yang membutuhkan bantuan. Mereka dapat dikatakan

sebagai kelompok yang membutuhkan layanan tetapi tidak terjangkau

oleh layanan tersebut. Dalam aksi sosial, para praktisi lebih melihat

kelompok tersebut sebagai ‘teman-teman partisan’ dibandingkan

sekolompok klien.

Page 51: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok-kelompok (subparts) dalam

suatu komunitas.

1) Model A (Pengembangan Masyarakat)

Dalam pengembangan masyarakat lokal, berbagai kepentingan

kelompok dan faksi dalam masyarakat dilihat sebagai mendasar

merupakan permufakatan yang responsif terhadap pengaruh dari

persuasi yang rasional, komunikasi dan niat baik bersama.

Pengembangan masyarakat ini bersifat humanistik dan mereka

mempunyai asumsi bahwa, mereka akan mampu menangani masalah

yang mereka hadapi dengan melalui upaya berkelompok (hal ini

tentunya membutuhkan kejujuran dalam berkomunikasi dan

memberikan umpan balik). Kepentingan dari masing-masing

kelompok pada model A, seolah-olah sudah membaur.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Pada perencanaan sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai

tingkat intraktabilitas atau pun konflik kepentingan. Pendekatan yang

mereka lakukan lebih bersifat pragmatis, dan berorientasi untuk

menangani masalah tertentu, sehingga ‘aktor’ memainkan peranan

disini. Sehingga permufakatan atau pun konflik dapat ditolerir dalam

pendekatan ini, selama tidak menghalangi proses pencapain tujuan.

3) Model C (aksi sosial)

Page 52: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pada aksi sosial asumsi bahwa kepentingan dari masing-masing bagian

dalam masyarakat sangar bervariasi dan sulit diambil kata mufakat.

Sehingga seringkali cara-cara koersif harus dilaksanakan (seperti

melalui pemboikotan dan perundang-undangan) sebelum penyesuaian

dapat terjadi. Mereka yang mempunyai kekuasaan dan privilege

dari/terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut

seringkali tidak mau melepaskan ‘keuntungan’ yang mereka dapat.

Dorongan-dorongan dari kepentingan yang menyebabkan mereka

merasa bodoh kalau mereka melepaskan apa yang sudah mereka

miliki.

10. Konsepsi Mengenai Populasi Klien (konstituensi)

1) Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)

Dalam pengembangan masyarakat lokal, klien dipandang sebagai

warga yang sederajat yang memiliki kekuatan-kekuatan yang perlu

diperhatikan, tetapi belum semuanya dapat dikembangkan dengan

baik. Praktisi di sini berusaha mengembangkan apa yang belum

dikembangkan secara optimal tersebut dengan memfokuskan pada

kemampuan klien. Dari pandangan ini terlihat bahwa setiap warga

adalah sumber daya yang berharga.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Dalam perencanaan sosial klien lebih dilihat sebagai konsumen dari

suatu layanan (service), dan mereka akan menerima serta

Page 53: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses

perencanaan. Misalnya, pada sektor perumahan, kesehatan jiwa, dan

sebagainya. Bahkan Morris dan Binstock lebih senang menggunakan

istilah konsumen dibandingkan istilah klien dalam kerangka analisis

perencanaan sosial mereka.

3) Model C (Aksi Sosial)

Di sini, klien atau konstituen lebih dilihat sebagai ‘korban’ dari suatu

sistem.

11. Konsepsi Mengenani Peran Klien

1) Model A (Pengembangan Masyarakat)

Peran klien dalam pengembangan masyarakat lokal dikonsepsikan

sebagai partisipan aktif dalam proses interaksional satu dengan yang

lainnya, juga dengan community worker-nya. Penekanan utama

diberikan pada kelompok dalam masyarakat, di mana mereka bersama

berusaha belajar dan mengembangkan diri.

2) Model B (Perencanaan Sosial)

Disini klien memainkan peran peranan sebagai resipient (penerima)

pelayanan. Klien aktif (‘mengkonsumsi) layanan-layanan yang

diberikan, tetapi bukan dalam proses menentukan tujuan dan kebijakan

(hal ini membedakan dengan model A). Fungsi pembuatan kebijakan

dijalankan oleh Si-perencana setelah melalukan konsensus dengan elit

(seperti dewan direktur)

Page 54: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

3) Model C (Aksi Sosial)

Disini klien biasanya merupakan ‘bawahan’ bersama praktisi dengan

praktisi aksi sosial, dan mereka berusaha ‘mendobrak’ sistem yang

ada. Praktisi disini juga memainkan peranan sebagai ‘bawahan’ dan

‘pelayanan’ masyarakat, bersama dengan ‘teman-teman partisan’

mereka menjadi kelompok penekan yang mencoba memberikan

tekanan terhadap kelompok elit.34

2. Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari

“empowerment” dalam bahasa Inggris, menurut Merriam Webster Oxford English

Dictionary, mengandung dua pengertian : Pertama, to give ability or enable to, yang

diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan untuk.

Kedua, to give or authority to, yang artinya memberi kekuasaan.35

Onny S. Priyono dan Pranarka (1996), sebagaimana yang dikutip oleh

Roesmidi dan Riza Risyanti di dalam bukunya Pemberdayaan Masyarakat,

berdasarkan penelitian kepustakaan tentang pengertian di atas, dinyatakan bahwa

proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, yang menekankan

kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau

34 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Mayarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta:Fakultas Ekonomi UI, 2003. hal.54. 35 Drs. H. Roesmidi & Dra. Riza Risyanti. Pemberdayaan Masyarakat, Bandung. Alquaprint Jatinangor :2006.hal.2

Page 55: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih ber-daya. Kedua,

menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi

pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Payne (1997; hal.226) mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan

(empowerment), pada intinya ditujukan guna: “to help clients gain power of decision

and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to

exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power

and by transferring power from the environment to clients.” (Membantu klien

memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan

ia lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi

dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain

melalui transfer daya dari lingkungannya).36

Menurut Hulme dan Turner (1990), pemberdayaan mendorong terjadinya

suatu perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tak berdaya

untuk memberi pengaruh yang lebih besar pada arena politik secara lokal dan

nasional. Karenanya, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.

Pemberdayaan merupakan suatau proses yang menyangkut hubungan-hubungan

kekuatan/kekuasaan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga

36 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Mayarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta:Fakultas ekonomi UI, 2003. hal.54.

Page 56: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

sosial. Di samping itu, pemberdayaan juga merupakan proses perubahan pribadi

karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri

dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap dunia tempat ia

tinggal.37

Tokoh lain, Jim Ife (1995:61-64) mengatakan pemberdayaan mengandung dua

kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini bukan saja diartikan

menyangkut kekuasan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau

penguasaan klien atas:

a) Pilihan-pilihan rasional dan kesempatan-kesempatan hidup; kemampuan

dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,

pekerjaan.

b) Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan selaras aspirasi

dan keinginannya.

c) Idea atau gagasan : kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan

gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

d) Lembaga-lembaga : kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan

sosial, pendidikan dan kesehatan.

e) Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal

dan kemasyarakatan.

37 Drs. H. Roesmidi & Dra. Riza Risyanti. Pemberdayaan Masyarakat,hal.5

Page 57: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

f) Aktivitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme

produksi, distribusi, dan pertukaran barang dan jasa.

g) Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,

perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.38

Berangkat dari pengertian-pengertian di atas, jelaslah bahwa pemberdayaan

adalah sebuah proses untuk membantu, mendorong, memotivasi serta menyadarkan

seseorang atau kelompok yang kurang atau tidak berdaya (misalnya, orang miskin,

cacat, perempuan) agar memiliki kekuatan dan kesempatan untuk menikmati dan

mendapatkan segala hak-haknya dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya sebagai

manusia secara utuh.

Pemberdayaan perempuan menurut Melly G Tan adalah meningkatkan

keinginan, tuntutan, membagi kekuasaan (sharing power) dalam posisi yang setara

(equal), repfresentasi serta partisipasi dalam pengambilan keputusan, yang

menyangkut kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.39

Tujuan utama pemberdayaan Perempuan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat khususnya, kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik

38 Edi Suharto, Ph.d, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial), Bandung. PT Refika Aditama:2005. hal.59. 39 Skripsi Nadya kaharima, Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan melaui Gender Mainstreaming (Studi kasus Workshop Pemberdayaan Mubalight 1 oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta); Jurusan Kosentrasi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2008

Page 58: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi

eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).40

3. Upaya-Upaya Pemberdayaan Perempuan

Begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh perempuan, maka

pemberdayaan harus dilakukan di segala bidang atau aspek kehidupan. Aspek-aspek

itu antara lain:

a) Pemberdayaan Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci pemberdayaan masyarakat baik pria maupun

wanita, karena pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan dan

produktivitas. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh jika wanita

berpendidikan, yakni: Pertama, seorang ibu yang terdidik dapat

membesarkan keluarga yang lebih sehat. Ia bukan saja memiliki

pengetahuan tentang gizi, tapi juga memahami apa yang harus dilakukan

dalam keadaan darurat yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga

kemungkinan kematian anak sampai dengan lima tahun semakin kecil.

Kedua, wanita terdidik lebih produktif baik di rumah mapun di tempat

kerja. Ketiga, wanita terdidik cenderung membuat keputusan lebih

independen dan bertindak untuk dirinya sendiri. Keempat, wanita terdidik

cenderung untuk mendorong anak-anaknya menjadi lebih terdidik.

b) Pemberdayaan Ekonomi 40 Edi Soeharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. hal 60.

Page 59: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Penting bagi wanita untuk mempunyai penghasilan sendiri yang

memungkinkan baginya untuk mengatur dan mengontrol masalah

keuangannya sendiri. Perlu dipertegas di sini bahwa, tidak semua wanita

yang bekerja untuk tujuan memperkaya diri secara ekonomis, tapi juga

karena merupakan kerja sosial atau aktualisasi pengembangan diri.

c) Pemberdayaan Psikologi

Pemberdayaan tidak bermaksud membekali perempuan dengan kekuasaan

dan kekayaan, akan tetapi membuat mereka sadar akan dirinya, dan apa

yang diinginkannya dari hidup ini. Interaksi antara perempuan dan laki-

laki didasarkan atas pengambilan keputusan bersama tanpa ada yang

memerintah dan diperintah. Pemberdayaan didasarkan atas kerja sama

untuk mencapai tujuan bersama dengan hubungan timbal balik yang saling

memberdayakan antara pria dan wanita.

Proses pemberdayaan memungkinkan manusia dihadapkan pada berbagai

pilihan dan membuat pilihan. Wanita dapat menentukan menikah atau

tidak beranak, berkarier atau menggabungkannya. Pemberdayaan

psikologi mengandung makna saling menghormati dan menghargai, bukan

hanya dalam hal yang dilakukannya masing-masing, akan tetapi juga

sebagai insan manusia dan apa yang menjadi pilihan-pilihan hidupnya.

d) Pemberdayaan Sosial Budaya

Pemberdayaan disini berkaitan dengan mobilisasi sosial wanita, seperti

dalam hal perencanaan dan hak milik. Budaya Timur seperti kerukunan,

Page 60: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kekeluargaan dan keharmonisan adalah penting bagi hidup manusia

sehingga seorang ibu seringkali bersedia berkorban demi mempertahankan

keutuhan keluarga dan rumah tangganya. Perceraian seringkali menjadi

hal yang mengancam bagi banyak wanita karena merasa dirinya tidak

berdaya, sehingga menerima keadaan sebagai sudah menjadi nasibnya.

Sebaliknya wanita yang berdaya tidak mau hanya sekedar menerima apa

yang ada, ia tidak mau tenggelam atau melarikan diri dari permasalahan,

tetapi ingin menyelesaikan secara bersama.

e) Pemberdayaan Politik

Kepemimpinan dalam konteks pemberdayaan politik adalah kedudukan

berkuasa dan berwenang untuk mengambil keputusan dan mempengaruhi

kehidupan dan pekerjaan banyak orang dalam masyarakat. Dalam proses

pemberdayaan politik seorang pemimpin, khusunya wanita perlu memiliki

bekal kepemimpinan. Sebagai pemimpin, wanita harus mampu

menggerakkan dan membuat perubahan sosial ke arah yang lebih baik.

Pemimpin wanita juga perlu memiliki kemampuan turut serta mengambil

keputusan, yang didukung oleh kemauan, keberanian dengan

menggunakan kesempatan untuk menjadi teman seperjuangan laki-laki.

Selain itu juga harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan sehingga

Page 61: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

menampung aspirasi dan keinginan masyarakat serta mengantisipasi

permasalahan yang mungkin timbul.41

4. Tingkat-Tingkat Pemberdayaan Perempuan

Ada lima konsep kesetaraan gender yang harus dilakukan untuk mencapai

pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan menjadi alat utama untuk

mengatasi hambatan-hambatan dalam mewujudkan kesetaraan perempuan. Lima

tingkatan kesetaraan itu adalah:

a. Tingkat I : Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan perempuan yang bersifat material seperti keadaan gizi,

ketersediaan makanan, dan tingkat pendapatan. Jika semua ini terpenuhi,

maka seorang perempuan bisa dikatakan berdaya.

b. Tingkat II : Akses

Tingkat produktivitas perempuan lebih rendah karena adanya pembatasan

akses atas sumberdaya pembangunan dan produksi dalam masyarakat seperti

tanah kredit, lapangan kerja, dan pelayanan. Dibandingkan laki-laki,

perempuan mempunyai akses lebih sedikit untuk pendidikan, gaji, pelayanan

dan lain-lain. Oleh karena itu, kesenjangan gender ini harus diatasi sehingga

akan meningkatkan akses perempuan sehingga setara dengan laki-laki.

Pemberdayaan berarti bahwa perempuan disadarkan akan situasi-situasi yang

tidak adil ini dimana kesadaran baru tersebut akan mendorongnya untuk 41 Drs. H. Roesmidi & Dra. Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, hal.120-124.

Page 62: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

berjuang mendapatkan haknya, termasuk memperoleh akses yang setara dan

adil atas berbagai macam sumber daya baik di dlaam rumah tangga,

komunitas dan masyarakat.

c. Tingkat III : Kesadaran kritis

Kesenjangan gender bersifat empiris tetapi wujudnya adalah nilai-nilai atau

keyakinan bahwa posisi perempuan lebih rendah secara ekonomis dan sosial

dibandingkan laki-laki, serta pembagian kerja secara tradisional merupakan

pemberian dari Tuhan. Konsep ini disosialisasikan dan disebarkan melalui

institusi-institusi yang ada dalam masyarakat termasuk media massa dan

pendidikan. Pemberdayaan berarti upaya melatih kepekaan perempuan

terhadap keyakinan dan praktek semacam itu dan keberanian untuk

menunjukkan sikap penolakan atas keyakinan dan praktek-praktek tersebut.

d. Tingkat IV : Partisipasi

Konsep partisipasi di sini diartikan bahwa perempuan setara dengan laki-laki

untuk terlibat secara aktif dalam proses pembangunan. Kesetaraan dalam

tingkat ini diartikan sebagai partisipasi setara perempuan dalam proses

pengambilan keputusan.

e. Tingkat IV : Kontrol

Pada tingkat kontrol, kesenjangan gender diwujudkan sebagai ketidaksetaraan

relasi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan dalam hal

Page 63: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kontrol berarti sebuah keseimbangan kekuasaan antara perempuan dan laki-

laki, di mana tidak ada satu pihak pun berada di bawah dominasi yang

lainnya. Ini berarti bahwa perempuan mempunyai kekuasaan yang sama

dengan laki-laki untuk mempengaruhi masa depan mereka dan masa depan

masyarakat mereka. (Modul Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan

Marginal, KAPAL Perempuan, Jakarta:2006)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC)

1. Sejarah SPC

SPC ini terbentuk pada bulan Oktober 2003 yang merupakan hasil dari proses

pengorganisasian yang dimulai sejak akhir awal tahun 2003. Pada awalnya, tim

KAPAL Perempuan melakukan survey ke-7 wilayah miskin kota di Jakarta dan

melakukan study meja terhadap ke-7 wilayah tersebut untuk mendapatkan informasi

dan data awal situasi setiap lokasi. Dari hasil tersebut akhirnya ditemukan 2 wilayah

Page 64: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

yang dapat diorganisir sebagai pilot project pengembangan pendidikan untuk

perempuan marginal di miskin kota, dimana salah satu wilayah itu adalah Gang

Pelangi, Kelurahan Rawajati.42

Sejak saat itu juga, mulailah proses pendekatan dilakukan oleh tim KAPAL

dengan warga dan aparat setempat untuk mengetahui langsung dan lebih dalam

mengenai persoalan-persoalan masyarakat umumnya dan persoalan perempuan

khususnya, sambil memetakan kemungkinan pengembangan kegiatan khususnya

terhadap perempuan di wilayah ini.43

Sebagaimana komunitas miskin kota Jakarta pada umumnya, situasi dan

kondisi perempuan di Gang Pelangi tidak jauh berbeda. Ditemukan cukup banyak

permasalahan yang terkait dengan perempuan diantaranya adalah tingkat pendidikan

yang rendah, umumnya hanya tamat SD bahkan banyak juga yang tidak sekolah sama

sekali yaitu sekitar 80 persen, dan hanya sedikit yang bisa melanjutkan ke SMP dan

SMA.44

Selain masalah pendidikan, perempuan komunitas Ciliwung juga punya

persoalan beban ganda. Selain mencari nafkah, mereka juga bertanggungjawab

sepenuhnya terhadap pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami. Oleh

karena itu, sebagian besar dari mereka juga bekerja di luar rumah selain sebagai ibu

rumah tangga sebagai pekerjaan utama mereka. Jenis-jenis pekerjaan mereka antara

lain menjadi buruh cuci pakaian, pedagang makanan, pedagang sayuran, pedagang

42 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung. 43 Ibid. 44 Ibid.

Page 65: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

jamu, penjual es keliling, membuka warung sembako, tukang kredit pakaian, tukang

sapu taman dan pembuat pakaian dalam perempuan dengan penghasilan beragam

antara Rp. 100.000 -500.000 setiap bulannya bulan.

Usia mereka rata-rata antara 24 – 71 tahun, rata-rata mempunyai anak dengan

kisaran 1-10 orang. Mereka yang memiliki banyak anak ini umumnya memiliki

pengetahuan tentang reproduksi yang sangat rendah, meskipun permasalahan ini

dialami oleh umumnya perempuan di sana. Tak jarang mereka juga mengalami

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) berupa kekerasan fisik dan psikis seperti

pemukulan dan poligami yang dilakukan oleh suami-suami mereka.

Hasil survey dan proses wawancara yang dilakukan oleh tim KAPAL

Perempuan inilah yang menjadi dasar pengembangan kegiatan (termasuk materi-

materi apa yang akan ditawarkan di sekolah nanti) di sana disamping tingginya minat

dari para perempuan itu untuk melakukan kegiatan khusus untuk perempuan dan

adanya dukungan dari aparat setempat. Setelah kurang lebih sekitar 5-7 bulan

melakukan kegiatan bersama, akhirnya terbentuklah Sekolah Perempuan Ciliwung

pada bulan Oktober 2003. Peserta yang tergabung dalam SPC memang sangat

menyambut didirikannya SPC. Berikut pengakuannya:

”...iya kita seneng banget ada SPC. Yang tadinya kita nggak tau apa-apa sekarang jadi tau. Yah..paling tidak tau sedikitlah. Banyak membantu kita juga. Soalnya pelajaran-pelajarannya sama dengan yang kita alami di kehidupan hari-hari.”45

45 Anerah (Anggota SPC), Wawancara Pribadi, Senin, 3 Mei 2010 , di Warung jati.

Page 66: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

”Seneng banget saya Mbak bisa ada sekolah begini. Kita jadi punya banyak temen, kayak ada keluarga. Kita sering ngumpul-ngumpul, rame-rame, ngobrol. Mereka semua baik-baik lagi sama kita semua.”46 Anggota Sekolah Perempuan Ciliwung pada awalnya berjumlah 28, terbagi

menjadi 2 kelompok Mawar sebanyak 14 orang, dan kelompok Melati 14 orang.

Namun pada perkembangannya, pertambahan anggota cukup banyak selama kurang

lebih 4 tahun seiring dengan mulai munculnya kesadaran pentingnya pendidikan

untuk perempuan dan merasakan manfaat adanya sekolah perempuan sehingga

jumlah keseluruhan anggota sekarang menjadi 65 orang. 47

Namun, seiring berjalannya waktu, berlaku pula ”seleksi alam” diantara

mereka. karena berbagai alasan seperti kesibukan dan ada juga yang pindah dari

lokasi tersebut, saat ini peserta SPC yang tercatat menurun menjadi 63 orang.

Sementara yang aktif dalam artian sering mengikuti pendidikan hanya berkisar antara

30-40 orang. Hal ini diakui oleh ketua SPC seperti di bawah ini:

”Awalnya banyak loh Dek Mila, rame banget. Tapi semakin kesini, semakin berkurang. Mungkin pada sibuk kali yah, selain itu ada juga yang pindah rumah. Mungkin juga karena sering hujan, jadinya kita jarang-jarang ngumpul lagi.Yah..begitulah.... Tapi kalau pengurus tetap sering ngumpul.”48

2. Program-Program SPC

Pada periode 2003 - 2007, program yang merupakan respon terhadap

permasalahan perempuan di sana dan meliputi 3 hal yaitu 1) pengembangan

46 Mamiek Suparmiah (Anggota SPC), Wawancara Pribadi, 24 Juni 2010, di Warung Jati, 47 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung. 48 Musriah (Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung), Wawancara Pribadi di Warung Jati, pada 17 Juni, pkl. 11.00 Wib.

Page 67: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

pendidikan untuk perempuan yang mencakup penguatan perspektif dan skill dengan

materi gender, kesehatan reproduksi, organisasi, dan usaha ekonomi yang

dikombinasi dengan pendidikan keaksaraan, 2) pengembangan usaha ekonomi

kelompok dan anggota, dan 3) pengembangan kemampuan berorganisasi.

Program pengembangan ekonomi dilakukan melalui kegiatan simpan pinjam

dalam bentuk Koperasi. Selain simpan pinjam, SPC juga mengembangkan

koperasinya dengan kegiatan membayarkan rekening listrik masyarakat setempat

secara kolektif, dengan keuntungan setiap rekeningnya sebesar Rp. 4000 tiap bulan,

mengembangkan usaha katering, dan juga membuka usaha sembako bagi anggota

koperasi. Untuk lebih jelasnya, berikut keterangan dari anggota dan pengurus SPC:

”Selain belajar tentang jender, kesehatan reproduksi, dan lain-lainnya, kita juga punya koperasi. Jadi kita belajar tengang bagaimana mengelola uang. Ini juga bisa membantu semua anggota SPC yang pengen minjem uang buat modal usaha. Ada juga bayar rekening listrik, nanti dari situ ada keuntungannya buat disimpan di kas sekolah.”49 ”Di sekolah itu, selain belajar menulis, membaca, kita juga bisa minjem uang buat modal. Sekarang aja saya masih ada pinejeman nih, belum lunas-lunas he..he...”50 Pertemuan dilakukan 2 kali dalam seminggu yang waktunya ditetapkan oleh

mereka (peserta SPC), disesuaikan dengan aktivitas keseharian mereka, biasanya

kegiatan dilakukan setiap hari Senin dan Rabu, jam 13.30 – 15.30. Hari Senin

digunakan untuk pendidikan bagi anggota dan hari Rabu digunakan untuk rapat dan

49 Mistinah, (Wakil Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung), Wawancara Pribadi, Jumat, 30 April 2010, di Warung Jati, pukul. 12.30-15.00, 2010 50 Rodemeh (anggota SPC), Wawancara Pribadi, Jumat, 30 April 2010, di Warung jati. Pukul 15.00-15.15 Wib.

Page 68: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

peningkatan kapasitas bagi pengurus. Biasanya diskusi-diskusi yang berkembang

mencakup persoalan-persoalan yang dialami oleh kelompok ini setiap hari, seperti

beban ganda perempuan, kekerasan dalam rumah tangga baik yang tingkatannya

ringan sampai kekerasan yang berat, seperti pemukulan dan poligami.

Pada awalnya, kegiatan belajar mengajar selama kurang lebih 1 tahun,

bertempat pada rumah yang disewakan oleh KAPAL, tempat mengadakan kegiatan

dipindah ke rumah Ibu Kusniah yang waktu itu menjabat sebagai ketua dan akhirnya

di sekretariat sendiri. Untuk mendapatkan sekretariat ini, pengurus bersama anggota

melakukan pengumpulan dana melalui bazar. Saat ini kegiatan SPC dilakukan di

sekretariat tersebut. Berikut keterangan dari salah satu pengurus:

”...iya sebelumnya kita punya tempat Mbak. Waktu itu disewain sama KAPAL. Tapi pas setahun udah habis kontraknya, jadinya pindah ke rumah Ibu Kusniah.”51 Pada periode 2008-2010, program yang direncanakan sudah lebih meluas baik

dalam hal metode maupun isunya. Selain ketiga program awal yang masih dilakukan,

dalam periode ini juga isu-isu yang dibahas telah meluas mencakup isu-isu HAM

pada umumnya, permasalahan sosial dan politik seperti pemilu, UU KDRT dan

pornografi, Utang luar negeri, dan lingkungan hidup.52

Selain itu, materi-materi yang lahir juga adalah materi yang merupakan

respon terhadap permasalah yang terjadi saat itu, seperti bagaimana penanggulangan

banjir serta bagaimana mencegahnya, dan tara cara penggunanaan tabung gas. Salah 51 Mistinah, (Wakil Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung), Wawancara Pribadi, Jumat, 30 April 2010, di Warung Jati, pukul. 12.30-15.00, 2010 52 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung.

Page 69: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

satu kegiatan yang penting juga adalah penguatan kapasitas para pengurus melalui

training-training dan pendampingan intensif dalam mengembangkan dan mengelola

organisasi serta memfasilitasi pendidikan di komunitasnya. Berikut keterangan

pengurus:

”...Ada banyak pelajarannya, ada jender, politik tentang perempuan, ligkungan, kayak bagaimana kalau banjir datang, bagaimana sebelum banjir datang, pokoknya apa-apa yang biasa kita alami sehari-hari.”53

3. Struktur Kepengurusan SPC

SPC ini telah memiliki perangkat keorganisasian yang cukup memadai yang

merupakan dasar pengembangan keorganisasian mereka yaitu visi, misi, prinsip-

prinsip, mekanisme kerja organisasi, program dan kepengurusan. Di atas semua itu,

diharapkan Sekolah Perempuan Ciliwung dapat menjadi komunitas ibu-ibu untuk

melakukan kegiatan bersama dan mempertinggi daya tawar mereka di komunitas.

Pengurus sekolah dipilih secara musyawarah oleh seluruh anggota dengan

terlebih dahulu menyepakati kriterianya bersama-sama. Pengurus ini merupakan

orang yang diberi mandat oleh organisasi untuk mengelola organisasi dan secara

khusus menjalankan program. Kepengurusan yang ada sekarang merupakan hasil

pemilihan tahun 2008 setelah pengurus periode awal diganti karena berakhirnya masa

jabatan mereka. Berikut pengakuan dari Ibu Musriah yang terpilih sebagai ketua SPC:

”Pengurus memang dipilih oleh semua Anggota. Waktu itu saya juga nggak tau kenapa Anggota memilih saya jadi ketua. Yah..tapi mungkin mereka udah lihat saya bagaimana di SPC selama ini. Jadi pengurus itu nggak gampang

53 Musriah (Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung), Wawancara Pribadi di Warung Jati, pada 17 Juni, pkl. 11.00 Wib.

Page 70: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

juga loh Dek Mila..., tanggung jawab kita lebih besar. Harus mikirin anggota juga. Tapi saya sih senang melakukan semuanya, demi anggota dan demi kemajuan sekolah perempuan juga. Tapi nanti akan digilir kok. Setelah habis masanya, kita akan memilih pengurus yang baru.”54 Struktur kepengurusan saat ini terdiri dari ketua, wakil ketua, sekertaris,

bendahara, koordinator pendidikan, koordinator simpan pinjam dan koordinator usaha

dan keterampilan. Mereka itu adalah:

1. Ketua : Musriyah

2. Wakil Ketua : Mistinah

3. Sekertaris : Retno

4. Bendahara : Kusniah

5. Koordinator Pendidikan : Ana

6. Koordinator Simpan Pinjam : Jumiati

7. Koordinator Usaha dan Keterampilan : Ida R55

B. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Sekolah Perempuan Ciliwung

(SPC)

1. Letak Geografis Sekolah Perempuan Ciliwung

Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC) terletak di Gang Pelangi yaitu di wilayah

RT 10/01 dan RT 10/03 yang merupakan bagian dari wilayah kelurahan Rawajati 54 Ibid 55 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung.

Page 71: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Barat, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Wilayah ini terletak di pinggir sungai

Ciliwung dan terbagi ke dalam dua pemukiman yang berbeda yaitu di tempat yang

rendah berada tepat di pinggiran sungai dan pemukiman penduduk yang berada di

dataran lebih tinggi yang biasa disebut sebagai penduduk atas.56

Wilayah ini memiliki jumlah penduduk sebesar 134 orang di RT 10/01 dan

wilayah RT 10/03 dengan komposisi 64 laki-laki dan 70 perempuan. Luas

wilayahnya 70 x 30m2. Sedangkan jumlah penduduk di RT 10/03 berjumlah 315

orang dengan komposisi 177 laki-laki dan 138 perempuan.Luas wilayahnya 105 X

50m2.57

Penduduk di wilayah ini umumnya adalah masyarakat yang bermigrasi dari

beberapa wilayah Jawa seperti Tegal, Cirebon, Kebumen, Bumiayu, Bandung, dan

Sukabumi. Sebagian besar bekerja di sektor informal yaitu pedagang, buruh, dan

sopir angkutan. Bahkan banyak yang pengangguran karena PHK. Penghasilan

mereka rata-rata Rp. 400.000 - 2.000.000 per bulan.58

2. Kondisi Sosio-Ekonomi Peserta SPC

Pembagian dua wilayah di atas (atas dan bawah) dapat diidentifikasi juga ke

dalam faktor kondisi sosio-ekonominya. Penduduk yang berada di lokasi pinggiran

56 Ibid. 57 Yanti Muchtar & Lily Pulu, Modul Pendidikan Adil Gender untuk Perempuan Marginal. KAPAL Perempuan, Jakarta:2006. 58Ibid.

Page 72: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

sungai inilah yang lebih banyak mengalami persoalan karena kondisinya. Rumah-

rumah penduduk di lokasi ini rata-rata berukuran 4 x 8 m2 dan sebagian besar masih

rumah kontrakan. Bahan-bahan rumah umumnya terbuat dari kayu dan triplek dan

sebagian lagi batako. Rumah-rumah tersebut sebagian besar terkesan sesak, karena

hampir semua kebutuhan seperti kasur, pakaian, bahkan peralatan dapur bersatu

dalam tempat yang berdekatan. Artinya, begitu sempitnya rumah mereka, sehingga

penempatan dari benda-bedan tersebut menjadi kurang teratur sebagaimana

mestinya.59

Hal lain yang juga menjadi persoalan, rumah-rumah mereka sebagian besar

berada di area bantaran sungai yang sangat rentan terkena banjir, berbau busuk karena

air sungai, sampah, lalat, nyamuk, dan kecoa di sekitarnya serta binatang lainnya

yang menggangu di komunitas itu, seperti biawak. Makanya, mereka rentan sekali

terhadap terhadap penyakit.60

Di samping persoalan lingkungan tersebut, mereka juga umumnya berasal dari

kalangan yang kurang mampu dibandingkan dengan penduduk atas. Selain itu,

sarana publik pun terbatas. Buktinya, tidak ada tempat pertemuan warga yang juga

disebabkan karena sempitnya lahan. Makanya tak heran jika lokasi sekolah terpaksa

menggunakan lorong-lorong sempit di depan rumah warga. Oleh karena itu

59 Hasil observasi pada Jumat, 30 April 2010, di Warung Jati, pukul. 12.30-15.00, 2010. 60 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung.

Page 73: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

pengorganisasian dan pendidikan untuk perempuan lebih difokuskan kepada para

perempuan di wilayah bawah atau pinggir sungai.61 Berikut keterangan dari pengurus:

“…iya salah satu hambatannya sebenarnya karena kita nggak punya tempat. Dulu sih sempat nyewa tapi pas udah habis, kita udah nggak punya dana lagi untuk ngelanjutin. Makanya tempatnya dipindah ke lorong-lorong rumah atau di pinggir kali Ciliwung. tapi, meski begitu, kita semua tetap semangat sekolahnya, nggak jadi masalah tempatnya. Kalau pun hujan, yah…misbar (gerimis bubar) deh he…he…”62

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALIS

Pendidikan Alternatif sebagai Model Pemberdayaan

Pendidikan alternatif yang diterapkan di sekolah perempuan Ciliwung (SPC)

berangkat dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta yang

tergabung di dalamnya. Dengan kata lain, berbasis pengalaman yang dialami oleh

ibu-ibu sehari-hari. Mulai dari awal penyusunan materi sekolah (in class dan out

class) hingga tekhnis pelaksanaan dibicarakan dan didiskusikan oleh fasilitator (dari

KAPAL Perempuan) bersama-sama dengan anggota SPC di setiap pertemuan.

Awalnya, begitu sulit untuk membuat mereka (anggota SPC) untuk mau

terbuka terlebih di depan semua anggota yang ada. Hal ini tidak terlepas dari kuatnya

61 Yanti Muchtar & Lily Pulu, Modul Pendidikan Adil Gender. 62 Musriah (Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung), Wawancara Pribadi di Warung Jati, pada 17 Juni 2010

Page 74: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

konstruk yang masih dipegang oleh mereka. Olehnya itu, dibutuhkan sebuah proses

penyadaran terlebih dahulu sebelum melangkah ke perbincangan-perbincangan

selanjutnya.

Hal di atas adalah sesuatu yang umum dimengerti. Karenanya, KAPAL

Perempuan sebagai pihak fasilitator menggunakan strategi sekaligus metode dengan

menerapkan Pendidikan Adil Gender (PAG) sebagai acuan. Dalam PAG ini ada tiga

elemen penting yang sekaligus dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar

ini.63 Pertama, dimulai dengan proses penyadaran kritis, yakni membongkar

(dekonstruksi) nilai-nilai patriarkis yang telah mengakar di masyarakat serta

menumbuhkan kesadaran baru yang lebih setara dan adil. Tanpa kesadaran bahwa

perempuan memiliki otonomi, tidak mungkin ada perjuangan perempuan untuk

membebaskan diri dan masyarakat dari ketertindasan. Kedua, pengorganisasian dan

pengembangan kepemimpinan perempuan. Perjuangan untuk membebaskan diri dari

ketertindasan tidak mungkin berhasil jika perempuan tidak mampu mengorganisir

diri mereka dan mengembangkan kepemimpinan di kalangan perempuan sendiri.

Dengan begitu, akan terbentuk organisasi yang solid dengan pemimpin-pemimpin

yang kuat pula. Ketiga, peningkatan keahlian hidup. Sebagai akibat dari budaya

patriarki, selama ini sebagian besar perempuan cenderung diam dengan kondisinya,

yang pada gilirannya membuatnya menjadi miskin dan bodoh. Oleh karena itu,

dibutuhkan proses yang dapat membantu perempuan untuk meningkatkan keahlian

63 Selengkapnya dapat dilihat di Modul Pendidikan Adil Gender (PAG) Untuk Perempuan Marginal, Tim penyusun dari KAPAL Perempuan ( Lily Pulu, Yanti Muchtar, Fitriani Sunarto, Salbiyah. Jakarta : KAPAL Perempuan & ACCES-AusAid, 2006.

Page 75: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

hidupnya dengan mendorong perempuan agar mampu berjuang mensejahterahkan

dirinya.

Pengalaman hidup sebagai perempuan digali dari setiap anggota dengan

menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang memudahkan mereka, dan juga

membuatnya nyaman untuk melakukannya. Kita tahu bahwa berbicara masalah

perempuan, terlebih menyangkut hal-hal yang sangat sensitif seperti masalah

reproduksi perempuan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam

keluarganya adalah, sesuatu yang biasa dianggap aib sehingga tabu untuk dibicarakan

di depan umum.

Metodologi yang digunakan di SPC ini adalah pendidikan feminis yang

menggunakan pendekatan pendidikan partisipatif, yakni proses pembelajaran

dilakukan dua arah, dialogis, terbuka, dan saling menguatkan.64 Hal ini sesuai dengan

model pendidikan yang dipopulerkan oleh Paulo Freire. Pendekatannya lebih

humanis karena berakar dari prinsip dasar kemanusiaan.

Beberapa metode dan pendekatan itu adalah :

1. Silsilah keluarga

Metode ini digunakan untuk membuka fikiran peserta SPC bahwa selama ini

hampir semua nama keluarga yang masih melekat di fikirannya adalah

keturunan dari garis Ayah. Sehingga ketika diminta untuk menuliskan silsilah

keluarga dari garis Ibu, mereka mengalami kesulitan. Hal ini diakui oleh ibu

Musriah (ketua SPC) : 64 ibid, hal.44

Page 76: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

“iya juga ya, biasanya selama ini kita cuma sering denger nama bapak.

Jadinya hampir lupa dengan keluarga dari Ibu”.

Tak heran bila di beberapa daerah seperti di Sulawesi, nama ayah dilekatkan

di belakang nama anaknya. Di tempat lain, kita juga tentu sering mendengar

nama suami dilekatkan di belakang kata istri, sehingga kadang-kadang orang-

orang lebih mengenalnya dengan sebutan Ibu Handoko, misalnya, yang

notabene adalah nama suaminya.

Dalam konteks inilah, peserta mulai dibiasakan untuk mengingat kembali

nama-nama keluarga yang berasal dari Ibu agar terjadi keseimbangan bahwa

ada dua keluarga yang berhubungan dalam hidupnya.

2. Diorama

Dalam tekhnisnya, Para ibu-ibu diminta memerankan perbedaan antara

pembagian upah antara laki-laki dan perempuan. melalui peran-peran seperti

ini, mereka bisa belajar dan memahami bahwa ternyata di dalam pembagian

upah pun perempuan dan laki-laki masih dipisahkan.

3. Menggambar

Dalam metode ini, ibu-ibu diminta perkenalan dengan menggambar tentang

diri mereka masing-masing. Jadi mereka dibagikan kertas lalu diminta

mengambar tentang kelemahan dan kekurangannya masing-masing.

4. Analisis Film

Page 77: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Di metode ini, mereka dipertontonkan tentang film Beban Ganda yang

dihadapi oleh perempuan. Setelah menonton, mereka kemudian berdiskusi.

Dari situ, mereka bisa menyaksikan bahwa semua itu adalah hal yang mereka

hadapi sehari-hari.

5. Analisis lagu

Ternyata lagu menjadi sarana yang cukup baik dalam proses penyadaran. Di

SPC, ibu-ibu membuat lagu-lagu yang mengambarkan kehidupan perempuan.

Dari situ, terlihatlah bagaimana masyarakat mempersepsi perempuan.

6. Metode Tutorial untuk Keaksaraan Fungsional

Metode ini digunakan khusus untuk peserta yang masih belajar membaca,

menulis dan berhitung. Tekhnik yang digunakan adalah dengan mengajarkan

suku kata misalnya A,B,C untuk membantu mereka mengenal huruf-huruf

dasar. Untuk lebih memudahkan ibu-ibu, Huruf-huruf yang diperkenalkan

adalah terutama huruf ynag bunyi (A, I, U, E,O). Dan, yang lebih

memudahkan lagi, kata per kata yang diberikan adalah kata-kata yang biasa

mereka alami sehari-hari. Misalnya, “saya memasak di dapur”.

Pendidikan seperti di sekolah pada umumnya yang berorientasi subjek (guru)-

objek (murid) jelas tidak akan mampu membuat perempuan untuk mau bersuara

terlebih di depan umum. Jangankan menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya,

bahkan ruang untuk mendukung keterbukaan perempuan pun tidak tersedia. Karena

paradigmanya adalah, pelajaran hanya berasal dari guru. Mereka lah yang paling tau

segala hal.

Page 78: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Beberapa pendidikan yang diterapkan di SPC yaitu:

1. Pendidikan di dalam kelas

2. Pendampingan dalam proses ekonomi

3. Pendampingan dalam proses MUSREMBANG

4. Diskusi-diskusi di luar kelas (informal)

5. Dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di beberapa jaringan LSM perempuan

6. Dilibatkan dalam penyusunan modul Pendidikan Adil Gender (PAG) yang

merupakan deskripsi sekaligus kesimpulan dari proses penerapan PAG di SPC

selama rentan waktu 2003-2006.

Sejak akhir tahun 2009 ( lebih tepatnya pada musim hujan tiba)-awal bulan

Juni 2010. proses belajar-mengajar di kelas vakum. Awalnya, hal ini disebabkan

karena seringnya terjadi banjir sehingga mereka lebih berkonsentrasi pada

penyelamatan diri dan keluarganya. Bahkan para pengurus dan beberapa anggota juga

menjadi relawan dengan menyediakan dapur umum dan menjadi panitia pembagian

sembako bagi penduduk maupun anggota yang terkena banjir dan membutuhkan

pertolongan. Selain itu, otomatis tempat mereka belajar yakni di lorong-lorong rumah

dan di pinggiran kali Ciliwung juga tidak memungkinkan untuk digunakan.

Selain itu, penulis melihat bahwa ada masalah yang lain yang membuat

peserta SPC belum memulai kembali pendidikan in class, sebagian yang lain

(khususnya beberapa pengurus) merasa sedikit bingung bagaimana memulainya

kembali. Meski sebagian yang lain beralasan bahwa kesibukannya semakin

Page 79: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

bertambah, tapi alasan itu tidak cukup mendukung karena selama ini mereka juga

melakukan pendidikan in class dan tetap bekerja seperti biasa.

Berdasarkan hasil wawancara dari subjek penelitian yang penulis pilih, 12

orang peserta SPC mengatakan ingin sekolah kembali seperti dulu . Mereka masih

terlihat semangat untuk terus belajar dan membangun relasi di SPC. .

Setelah sempat vakum beberapa bulan, Pada Hari Jumat (04/06), akhirnya

semua pengurus dan 11 orang anggota akhirnya sepakat berkumpul di samping kali

Ciliwung untuk membicarakan tentang bagaimana kelanjutan pendidikan in class ini.

Meski dalam suasana gerimis, mereka terlihat tetap semangat untuk berunding,

bahkan beberapa diantaranya membawa anaknya yang masih kecil. Supaya lebih

demokratis, pengurus membagikan kertas metaplen dan spidol untuk menuliskan

materi-materi apa yang mereka inginkan untuk dipelajari kembali. Selain peserta,

pengurus juga ikut menuliskan pendapatnya.65

Setelah itu, ibu Ana membacakan hasilnya. Dan, kebanyakan ibu-ibu

memilih untuk mengulang kembali materi kespro, jender, pengajian (tajwid) dan

materi tambahan adalah keterampilan seperti, daur ulang sampah lalu dibikin tas.

Karena ibu-ibu merasa bahwa selain mendapatkan ilmu (pengetahuan baru). kita juga

dapat menghasilkan nilai ekonomi. Ada juga satu orang ibu yang mengusulkan

didakannya pendidikan untuk anak-anak putus sekolah. Alasannya karena di sekitar

SPC ini juga banyak anak-anak kecil yang putus sekolah. Usulan terakhir ini dapat 65 Hasil observasi pada Jumat, 04 Juni 2010, di Pinggir kali Ciliwung.

Page 80: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

dikatakan sebagai indikator semakin disadarinya bahwa pendidikan adalah hal yang

harus dipelajari.

Setelah materi dan waktunya sudah disepakati, yang menjadi perdebatan

cukup panjang adalah masalah fasilitator. Sejak tahun 2007-an, KAPAL sudah

memutuskan untuk men-training pengurus SPC agar mereka yang jadi fasilitator

dalam pertemuan in class. Tapi, setelah vakum, beberapa pengrus merasa bingung

untuk mulai dari mana. Salah satu pengurus (Ibu Retno) merasa masih belum percaya

diri jika harus menjadi fasilitator, Padahal dia sudah beberapa kali jadi fasilitatsor.

Menurutnya, para peserta kurang memperhatikan dan kurang semangat jika pengurus

yang menjadi fasilitator. Ia juga masih merasa malu. Padahal Ibu Retno adalah salah

satu pengurus yang punya potensi.

Selain itu, pengurus yang lain (Ibu Ana dan Ibu Mistinah) masih terlihat

kurang percaya diri untuk tampil di depan. Padahal mereka juga sudah banyak tahu

tentang materi-materi yang telah diajarkan di SPC. Hanya ibu Musriyah (ketua SPC)

yang terlihat begitu percaya diri.66 Nah, artinya, dari pengurus sendiri masih perlu

dibangun rasa kepercayaan diri atau penguatan kapasitas. Selain itu, mereka juga

perlu memperkuat materi tentang strategi-strategi bagaimana membuat pendengar

menjadi antusias dengan apa yang kita bicarakan.

66 ibid

Page 81: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Sementara itu, proses pendidikan yang lain tetap berjalan. Seperti diskusi-

diskusi di beberapa pertemuan nasional dan LSM-LSM. Selain itu training-training

tetap dilakukan khususnya untuk pengurus SPC setiap hari Rabu. Sejak bulan Januari

hingga Maret, mereka membuat pemetaan di dampingi oleh fasilitator dari KAPAL

Perempuan. Mereka menggunakan metode pemetaan partisipatif, wawancara, dan

pengamatan langsung. Pihak-pihak yang ikut berdiskusi adalah peserta SPC,

perwakilan dari warga di tiga RT dan fasilitator. Jadi mereka dibagi kelompok, ada

yang bertugas mendata tentang perempuan buta aksara, perempuan yang mengalami

KDRT, masalah KB dan sebagainya. Hasil dari pemetan itu kemudian menjadi usulan

yang akan diikutkan pada musyawarah rencana pembangunan kelurahan

(MUSREMBANGKEL) yang dilaksanakan pada bulan April. Dari empat usulan67

itu, hanya satu yang direspon oleh pihak Kelurahan, yaitu tentang program buta

aksara untuk perempuan. Tiga usulan lainnya tidak digoal-kan karena menurut pihak

kelurahan program-program itu sudah ada di program ibu-ibu PKK.

Kegiatan lainnya adalah, demontrasi merespon isu-isu perempuan khususnya

pada hari-hari peringatan perempuan masih tetap mereka lakukan misalnya pada hari

buruh 1 Mei dan baru-baru ini adalah ikut mendukung disahkannya RUU PRT di

senayan.68 Dengan ikut berdemontrasi, semakin membangun sense mereka bahwa

persoalan-persoalan perempuan perlu diperjuangkan secara kolektif. Mereka rela

67 keempat usulan itu dapat dilihat di lampiran 68 Daftar lengkap kegiatan demo dapat dilihat di lampiran.

Page 82: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

berada di bawah terik matahari dan meninggalkan sejenak pekerjaannya demi

memperjuangkan keadilan bagi perempuan.

Pendidikan terakhir yang dikhususkan untuk pengurus adalah training selama

empat kali pertemuan, satu kali setiap minggunya dengan bahasan untuk pelatihan

berbicara di depan umum. Training ini dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas

khususnya para pengurus SPC karena mereka diberikan tugas yang lebih dibanding

anggota lainnya. Dari pertemuan itu, terlihat bahwa dari ke enam pengurus empat

orang diantaranya masih terlihat kurang percaya diri berbicara di depan umum. Tapi,

yang patut diapresiasi dari mereka adalah semangat mereka untuk belajar begitu

tinggi. Mereka bahkan meminta untuk dikritik. Suasananya juga sangat bersahabat ,

penuh canda. Sesekali mereka saling ”meledek” jika ada yang salah-salah kata, tapi

itu juga diselingi dengan tawa lepas.

Di hari terakhir training, mereka dibagi dua kelompok, dibagikan tema dengan

kemudian diminta presentasi dengan memposisikan diri seolah-olah ada di depan

umum. Dari cara mereka presentasi, terlihat bahwa mereka sudah cukup baik

menjelaskan tema-tema yang diberikan kepadanya. Mimik dan gesture yang mereka

perlihatkan pun cukup baik. Cuma memang masih terlihat sedikit grogi. Tapi itu

adalah hal biasa dihadapi bahkan oleh seorang public figure yang terkenal sekalipun.

Model Pemberdayaan yang digunakan Di SPC

Page 83: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Dari proses pendidikan yang digambarkan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa model pemberdayaan yang digunakan di SPC adalah model pengembangan

masyarakat lokal yang dikembangkan oleh Rothman dan Tropman (1987).

Beberapa indikator itu dapat dilihat dari pendekatakan-pendekatan yang

diterapkan di SPC. Kategori tujuan tindakan terhadap peserta ibu-ibu SPC dilakukan

dengan tujuan memandirikan, mengembangkan kapasitas dan mengintegrasikan

mereka dalam sebuah komunitas. Orientasinya adalah proses karena betul-betul

dimulai dari awal, dari mereka tidak tahu dan tidak sadar sama sekali dengan

keadaannya yang selama ini berada dalam posisi yang disudutkan, dinomorduakan,

didiskriminasi dan seterusnya, sampai kemudian mereka mulai sadar dan bergerak

untuk memperjuangkan hak-haknya.

Menyadarkan seseorang tentang suatu keadaan tentu bukanlah hal yang

mudah. Butuh proses yang panjang, dan proses inilah yang dilalui oleh ibu-ibu di

SPC sejak tahun 2003 hingga sekarang (2010). Pendidikan ini dimulai dengan

mendekonstruksi pemahaman peserta SPC sebelumnya tentang kondisi di lingkungan

sekitarnya. Sebagaimana Paulo Freire menegaskan bahwa pendidkkan harus juga

didasarkan pada sebab-musabab, fakta-fakta ekonomi, sosial politik, ideology, dan

sejarah yang menerangkan besar kecil dan tinggi rendahnya halangan atau larangan

tubuh sadar kita, dimana kita menemukan diri kita berada.69 Sebagai konsekuensinya,

pendidikan ini terus berlanjut karena prinsipnya adalah proses pendidikan tidak akan

pernah berakhir. Berikut pengakuan beberapa anggota SPC : 69 Faulo Freire, Pedagogi Pengharapan.

Page 84: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

“Tujuan awalnya terus terang nggak tau. Tapi setelah berjalan, baru kelihatan tujuannya supaya perempuan tidak terpinggirkan. Banyak perempuan yang sudah mulai berubah supaya tidak tertindas lagi, dan setara dengan laki-laki. Jadi betul-betul diproses karena kita dari tidak tahu menjadi tahu sekarang.”70

“…yah..supaya kita bisa memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita sama saja dengan laki-laki. Kita juga semakin mandiri sekarang.”71

“Untuk memajukan kaum perempuan agar tambah wawasannya.

Selain itu, silaturahmi juga. Jadi kita nggak berada di bawah banget gitu…, paling tidak taulah…, dengan berkelompok kita bisa saling kerjasama, saling menghargai, dan menghormati.

Untuk memulai itu, dibutuhkan langkah-langkah untuk membentuk manusia melalui pendididikan. Salah satunya, dengan metode learning to know. langkah ini akan membantu peserta didik memiliki kemampuan kritis dan sistematis guna memahami realitas diri, sesama, dan dunia.72

Selain bentuk pendidikan, dibutuhkan juga kerja-kerja kolektif yang

diintegrasikan dalam sebuah komunitas untuk memudahkan langkah awal pendidikan

tersebut. Asumsi yang melandasi tentang struktur komunitas dan kondisi

permasalahan yang dihadapi selama ini adalah bahwa, ibu-ibu peserta SPC berada

dalam kesenjangan relasi yang timpang dengan masyarakat di sekitarnya. Karenanya,

semua itu harus dipecahkan secara kolektif dengan membentuk sebuah komunitas.

Kelebihan dibentuknya sebuah komunitas adalah mereka bisa mendiskusikan secara

bersama-sama permasalahan-permasalahan yang hadapi di rumah tangganya, lalu

merumuskan langkah-langkah apa yang harus dilakukan sebagai solusinya.

70 Musriah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 71 Nurjannah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 72 Bambang Sugiharto, dkk, Humanisme dan Humaniora.

Page 85: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pengalaman-pengalaman diperlakukan secara tidak adil itu diceritakan oleh ibu-ibu

SPC seperti di bawah ini:

“Sebelumnya iya. Saya tidak lulus SD (sekolah dasar) karena waktu mau ujian tiba-tiba sakit. Saya merasa karena saya tidak lulus SD, saya jadi tidak ada pengalaman. Hanya ikut arisan dan pengajian. Pernah waktu itu, di tempat arisan, kalau kita ngomong tidak didengarkan sama yang lain. Bahkan ada ibu-ibu yang bilangin saya “orang nggak lulus SD aja pengen pintar”. Kata-kata itu saya garis bawahi, saya catat baik-baik. Dalam hati bilang, saya akan buktikan kalau saya juga bisa.

Sejak ada SPC, kita semua belajar keras, mengorbankan materi dan pekerjaan. Tapi ada hasilnya. Di sini, kita bisa diskusi, ilmunya kita terapkan di komunitas. Nah, ini sudah merupakan kebanggaan, bahkan sudah lebih dari seorang mahasiswa. Saya sudah bisa bicara di depan umum. Saya sudah percaya diri.”73

“Sebelumnya, saya nggak berani mengeluarkan pendapat, saya minder. Tapi sekarang udah agak enakan dengan kelompok karena kita bisa berbagi pengalaman. Kalau sendiri nggak enak, enakan kelompok.”74 “…iya sih, dulu sempat merasa minder dengan masyarakat. Dulu, juga rada malu, tapi sekarang udah nggak.”75

Dalam proses pendidikan in class, sekolah perempuan Ciliwung menerapkan

metode learning to live together.76 Peserta SPC diajak menceritakan dan

mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di keluarganya, lalu

ditanggapi oleh peserta SPC lainnya. Dari hasil sharing itu, terungkaplah bahwa

masih ada beberapa masalah yang sama dihadapi oleh peserta SPC lainnya, misalnya,

KDRT dan beban ganda. Dengan begitu, sense dari mereka lebih cepat terbangun

karena mencoba memposisikan diri sebagai orang yang mengalami kasus yang sama.

73 Musriah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 74 Nurjannah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 75 Anerah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 76 Lihat Bambang Sugiharto, dkk, Humanisme dan Humaniora.

Page 86: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Strategi perubahan dasarnya adalah tentu saja dengan melibatkan seluruh

Anggota SPC dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri. Peserta didik memang

harus diajarkan untuk mampu menerapkan apa yang diketahui dan dipahami ke dalam

praksis untuk menyelesaikan permasalahannya sehari-hari. Dengan begitu,

pendidikan juga telah menjadi problem solving.77 Jadi, pendekatan partisipastif sangat

dijunjung dalam proses pendidikan ini. Lihat saja misalnya, dalam penyusunan materi

yang perumusannya berangkat dari permasalahan yang dihadapi oleh mereka sendiri.

Dengan begitu, terjadi juga proses pemberdayaan bagi peserta didik SPC.

Substansi dari pemberdayaan sebagaimana yang dikatakan Hulme dan Turner bahwa

pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga merupakan

proses perubahan pribadi karena masing-masing individu mengambil tindakan atas

nama diri mereka sendiri.78

Di dalam proses diskusi, baik in class maupun out class, mereka sendiri yang

pada akhirnya memecahkan dan memutuskan langkah apa yang sebaiknya dilakukan

dalam menghadapi masalah tertentu. Para peserta SPC memang dilatih untuk

membuka diri dan menceritakan semua permasalahan-permasalahan di keluarganya.

Dengan begitu, bagi yang punya masalah, akan merasa lebih ringan dan tidak putus

asa karena adanya dukungan dari peserta lainnya. Tak jarang, beberapa ibu-ibu

mengalami pengalaman yang sama, seperti yang diceritakan oleh mereka di bawah

ini:

77 ibid 78 Roesmidi & Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat.

Page 87: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

“Iya Mbak, sebenarnya malu ya untuk cerita tentang keluarga kita. Tapi, lama-lama saya cerita juga dan ternyata ibu-ibu yang lain mau mendengar dan ngasih usulan-usulan apa yang harus dilakukan. Saya kan punya masalah di keluarga dan sekarang lagi diurus. Nah, pihak KAPAL Perempuan dan ibu-ibu SPC itu ikut ngebantuin. Jadi senenglah bergabung di sekolah ini.”79

“…iya biasanya kalau ada peserta SPC yang sedang masalah keluarganya itu diceritakan waktu ngumpul. Terus, ditanggapin sama ibu-ibu lain. Terus, kita diskusikan bagaimana penyelesaiannya”.80

“Iya semua harus terlibat dalam pelajaran. Misalnya, kalau ada yang

ngobrol, maka kita fasilitasi harus cari cara yang lain. Kalau ada masalah biasanya diceritakan di forum, Lalu didiskusikan bersama.”81

“Semua dapat bagian diskusi. Termasuk masalah pribadi dibicarakan

(curhat), yang ada di hati dikeluarin jadi lebih plong. Jadi kita kan sama-sama saudara. Ibaratnya bisa saling mendukung. Kalau sakit misalnya, kita kolektif ngejengukin.”82

Tekhnik yang dilakukan untuk mewujudkan perubahan cara berfikir dan

bersikap bagi ibu-ibu adalah dengan memperbanyak diskusi antar anggota SPC yang

didampingi fasilitator. Mereka juga membangun jaringan dengan sekolah perempuan

yang lain, yakni sekolah perempuan yang ada di Klender (yang merupakan binaan

KAPAL Perempuan juga). Selain itu, mereka juga membangun jaringan dengan

LSM-LSM Perempuan yang lain, seperti Kalyanamitra, AMAN Indonesia, dan

Migran Care. Berikut petikan wawancara terkait hal ini:

“Kita banyak kerjasama dengan LSM-LSM perempuan. Migran Care misalnya, biasanya mereka ngajak kita ikut demo atau diskusi. Waktu itu

79 Anerah (Anggota SPC), Wawancara Pribadi, Senin, 3 Mei 2010 , pukul 14.10-14.30 di Warung jati.

80 Nurjannah, Wawancara Pribadi, Di Warung Jati. 81 Musriah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 82 Anerah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati.

Page 88: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

diskusi di kementerian, kalau nggak salah di kementerian transmigrasi. Kita diskusi tentang bagaimana nasib perempuan jika menjadi TKW, apa saja hak-haknya, dan semuanya.”83

“…iya misalnya AMAN Indonesia. Kita sering diudang diskusi ke kantor AMAN. Kadang-kadang juga gabungan dengan jaringan yang lain. AMAN pernah datang dan sharing tentang sekolah perempuan yang mereka dirikan juga.”84

“Kalyanamitra pernah sekali menjadi fasilitator di Sekolah Perempuan itu. Saya lihat bagus ya ibu-ibu di sana. Kesadaran kritisnya sudah mulai terbangun (khususnya bagi pengurus)”85

KAPAL Perempuan sebagai pihak yang menginiasi SPC ini senantiasa

memposisikan diri sebagai fasilitator. Mereka mentransfer apa yang mereka ketahui

lalu didiskusikan. Fasilitator juga menciptakan suasana yang nyaman, agar mereka

saling menghargai, menghormati, menyanyangi dan merasa satu keluarga. Hal itu

sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan, senasib dan

sepenanggungan, sebagai sesama perempuan yang berada dalam kungkungan budaya

patriarki. Artinya, selain pengetahuan intelektualitas, nilai-nilai etis juga ikut

dibangun dalam proses pendidikan itu.

Hal itu memang harus dilakukan seperti yang ditegaskan oleh Direktur

KAPAL Perempuan di bawah ini:

“Pendekatannya yang digunakan adalah partisipatif dan dialogis. Kita sebagai fasilitator juga harus mau melakukan atau memperaktekkan apa-apa

83 ibid. 84 Nurjannah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 85 Listyawati (Koordinator Program Kalyanamitra), Wawancara Pribadi, di kantor Kalyanamitra, Kalibata, 2010.

Page 89: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

yang dilakukan oleh peserta SPC. Kita juga harus siap menceritakan, kejadian-kejadian yang ada di dalam keluarga kita.”86

Peserta SPC juga mengakui hal itu. Berikut penuturannya:

“Kita belajar bersama, jadi sama saja. Orang KAPAL juga bilang

“saya belajar dari ibu-ibu dan ibu-ibu juga belajar dari kami. Jadi sama-sama belajar.”87

“…Iya sih, dia (fasilitator KAPAL) memposisikan diri sama saja.

Kalau ngajar, nggak ngebeda-bedain, terlihat bersahabat dan berkeluarga.”88 “KAPAL selalu mendukung, mengayomi, merendah. Mereka sama

seperti sahabat, keluarga. Mereka membaur sama kita.”89

Dalam proses pembelajaran, tentu dibutuhkan sebuah media untuk

memudahkan langkah-langkah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, media perubahan

yang digunakan adalah dengan menggunakan kreatifitas dan membuat “manipulasi”

dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas. Dengan

begitu, diantara anggota kelompok itu akhirnya terbangun kerjasama.

Setiap anggota SPC percaya bahwa mereka mempunyai kepentingan yang

sama, dan mereka mampu menyelesaikan masalahnya itu dengan cara berkelompok

atau diselesaikan bersama-sama. Dalam pendidikan in class misalnya, mereka dididik

untuk mau jujur dan terbuka dengan pengalaman hidupnya selama ini, sekalipun hal

itu adalah sesuatu yang dianggap aib bagi sebagian besar masyarakat. Setiap kasus

yang disharing-kan oleh ibu A misalnya, akan ditanggapi oleh ibu-ibu yang lain, lalu

86 Yanti Muctar (Direktur KAPAL Perempuan), Wawancara Pribadi, 15 Juni 2010 di kantor KAPAL Perempuan, Kalibata Utara. 87 Musriah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 88 Nurjannah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati. 89 Anerah, Wawancara Pribadi, di Warung Jati.

Page 90: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

kemudian bersama-sama memikirkan solusinya. Dengan begitu, diantara mereka

tumbuh perasaan kekeluargaan.

Selain media yang sifatnya internal, SPC juga membangun hubungan yang

baik dengan masyarakat yang ada di sekitar SPC sendiri. Terlebih dengan tokoh

masyarakat, seperti RT dan RW adalah klien dari SPC. Dalam beberapa acara,

RT/RW ikut berpartisipasi, bahkan bekerjasama dalam mendirikan posko banjir,

misalnya. Begitu pun dengan fasilitator dari KAPAL Perempuan serta LSM yang

berjejaring di dalamnya, sadar akan kemuliaan dan penghargaan terhadap sesama

manusia, sehingga diantara mereka memposisikan diri setara dan tidak ada yang

merasa lebih pintar.

Namun, karena dalam hal ini, Ibu-ibu SPC adalah kelompok yang sedang

disadarkan dari budaya patriarki selama ini, maka tentu saja penekanan utamanya

adalah ibu-ibu SPC sendiri yang harus mengidentifikasi dan mencari solusi

permasalahannya, serta belajar bersama mengembangkan dan memandirikan diri

sendiri.

Dengan berbagai metode dan model yang digunakan di SPC ini, dapat

dikatakan bahwa, peserta SPC sudah mulai terbangun kesadaran kritisnya terhadap

hak-haknya sebagai manusia yang sama dengan laki-laki di hadapan Tuhan. Akses

mereka di lingkungan sekitar pun, sudah mulai terbuka lebar. Mereka juga telah

mulai berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan, misalnya, dalam forum

Musrembangkel. Pemberdayaan politiknya mulai terasa. Mereka sudah mampu

mempengaruhi kebijakan politik penguasa. Dengan begitu, paling tidak, mereka

sudah mulai bisa mengontrol jalannya pemerintahan di tingkat RT/RW.

Page 91: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Akhirnya, dengan terbentuknya kesadaran kritis bagi peserta SPC, mereka

pun mulai mempraksiskan itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah

mempunyai akses dan berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan, paling

tidak di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka pun dapat mengontrol jalannya

pemerintahan itu. Tentu saja, harapannya adalah ini menjadi awal terwujudnya

kesejahteraan bagi mereka.

Page 92: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang digunakan di Sekolah Perempuan Ciliwung

dapat disimpulkan bahwa :

1. Bentuk-bentuk pendidikan yang diterapkan di SPC yakni : pendidikan in

class, pendidikan out class, pendampingan ekonomi, pendampingan dalam

pemetaan untuk Musrembangkel, membangun jaringan dengan LSM

perempuan, pelibatan dalam pembuatan modul dan training khusus untuk

pengurus.

bentuk pendidikan alternatif yang diterapkan disini berbasis dari pengalaman

perempuan, melalui metode, pendekatan, serta pelajaran yang digunakan

berangkat dari kemampuan dan kondisi yang memudahkan perempuan untuk

bisa belajar dan terbuka dengan segala permasalahan yang dihadapi di dalam

keluarganya, dimana hal itu tidak akan didapatkan di dalam proses pendidikan

umum (konvensional).

2. Model pemberdayaan yang digunakan di SPC adalah pengembangan

mayarakat lokal yang merujuk pada teori Tropman dan Rothman. Dari sebelas

variable yang dijadikan acuan oleh mereka, semua diterapkan di SPC. Hal itu

dapat dilihat dari metodologi (metode dan pendekatan) serta strategi yang

Page 93: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

digunakan dalam proses pendidikan SPC. Hasil akhir dari semua itu adalah

anggota SPC dapat dikatakan telah berdaya karena telah mampu menerapkan

semua yang didapatkannya di sekolah di keluarganya masing-masing.

Sehingga mereka sudah mampu mengakses, berpartisipasi dan mengontrol

kehidupannya sendiri dan keluarganya.

B. Saran

Pendidikan alternatif yang diterapkan di sekolah perempuan Ciliwung

sebaiknya lebih diintensifkan pada proses belajar di dalam kelas (in class) karena di

sini banyak hal yang bisa dipelajari, yang jarang di dapatkan di luar kelas. Selain itu,

intensitas pertemuan diantara anggota SPC diperlukan untuk terus mengasah rasa

kebersamaan, kekeluargaan dan tolong-menolong sebagai modal untuk

memperjuangkan nasib mereka khususnya, dan perempuan pada umumnya.

Page 94: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

DAFTAR PUSTAKA

Arivia, Gadis. Feminisme sebuah Kata Hati. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006.

Cyssco, Dhanny R. Kamus English-Indonesia, Indonesia-Inggris. Jakarta: Batavia Press, 2006.

Freire, Paulo. Pedagogi Pengharapan (Menghayati Kembali Pedagogi Kaum Tertindas). Jogjakarta : Kanisius, 2001.

Miarso, Yusufhadi. Artikel Kuliah: Pendidikan Alternatif Sebuah Agenda Reformasi, Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 1999.

Moleong, J. Lexy, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Muchtar, Yanti & Pulu Lyli. Modul Pendidikan Adil Gender untuk perempuan marginal. Jakarta: KAPAL Perempuan, 2006.

Muchtar, Yanti & Missiyah. Modul Pelatihan untuk menumbuhkan dan meningkatkan sensitifitas keadilan gender. Jakarta: KAPAL Perempuan, 2005.

Roesmidi & Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:Alqaprint Jatinangor, 2006.

Rukminto, Isbandi Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Mayarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2003.

Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Salam, Syamsir & Aripin, Jaenal, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Sasmita, Iva. Pendidikan Alternatif Untuk Perempuan:Perlawanan terhadap Mainstream Pendidikan. Jurnal Perempuan, No. 44, 2005.

Sugiharto, Bambang. dkk, Humanisme dan Humaniora (relevansinya bagi pendidikan), Jogjakarta & Bandung: Jalasutra, 2008.

Page 95: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Uno, B, Hamzah. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Usman, Husaini & Setiady Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Venny, Adriana. Pendidikan Alternatif: Jawaban atas Masalah Perempauan. Jurnal Perempuan, No.44, 2005.

Tesis dan Skrispi:

Misiyah. “Tinjauan Feminisme Poskolonial tentang Kesadaran Kritis dan Otonomi

Perempuan Indonesia:studi kasus Pendidikan Feminis KAPAL Perempuan untuk Pemimpin Lokal di Manado, Sulawesi Utara.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program studi Sosiologi, Universitas Indonesia, 2005.

Karisma, Nadya. “Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melaui Gender

Mainstreaming (Stusi kasus Workshop Pemberdayaan Mubalight 1 oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2008.

Koran dan Website

Koran Republika Online. “6,5 juta Perempuan Indonesia Buta Aksara.” Kamis 25 Februari 2010. Artikel diakses pada 27 April 2010 dari www.republikaonline.com

Detiknews.com. diakses pada 26 Februari 2009.

Hassan, Ahmad Makki. “Konsep Pendidikan Alternatif. Artikel diakses pada 23 April, 2009 dari http//:ahmadmakki.wordpress.com/2009/06/10/konsep-pendidikan-alternatif/

http://ejournal.unud.ac.id

Page 96: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Catatan Observasi:

Hasil observasi pada Jumat, 30 April 2010, di Warung Jati, pukul. 12.30-15.00, 2010.

Hasil Observasi pada hari Jumat, 04 Juni 2010 di Pinggir kali Ciliwung.Pukul 14.00-16.00

Wawancara Pribadi

Wawancara Pribadi dengan Musriah. Jakarta, 28 Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan Nurjannah. Jakarta, 3 Mei 2010 dan 28 Juli 2010. Wawancara Pribadi dengan Mistinah. Jakarta, 30 April 2010.

Wawancara Pribadi dengan Anerah. Jakarta, 3 Mei 2010.

Wawancara Pribadi dengan Rodemeh. Jakarta, 30 April 2010. Wawancara Pribadi dengan Mamiek Suparmiah. Jakarta, 24 Juni 2010. Wawancara Pribadi dengan Listyawati. Jakarta, 3 Mei 2010. Wawancara Pribadi dengan Yanti Muchtar. Jakarta, 15 Juni 2010.

Page 97: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pedoman Wawancara Direktur KAPAL Perempuan

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN 5. Umum

a. Nama Informan : b. jenis Kelamin Informan : c. Umur Informan : d. Pekerjaan Informan : e. Tanggal Wawancara : f. Tempat Wawancara : g. Waktu Wawancara :

6. Pendidikan Alternatif dan Model Peniberdayaan a. Ара latar belakang didilrikaflhya Sekolah Perempuan Ciliwurtg? b. Ара yang dimaksud derlgan pendidikan alternatif yang diterapkan

oleh KAPAL di Sekolah Perempuan ini? c. Ара saja bentuk pendidikan alternatif itu? d. Bagaimaha metode, pendekatan dan model yang digunakan dalam

prose belajar-mengajarnya? e. Sejauh ini, ара faktor penghambat dalam proses pendidikan ini?

Page 98: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pedoman Wawancara

Deputi Program Kalyanamitra PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN 1. Kapan Kalyanamitra mulai bermitra dengan Sekolah Perempuan Ciliwung? 2. Bagaimana Kalyanamitra bisa menjadi Mitra SCP? 3. Bagaimana pandangan Anda tentang SPC? 4. Menurut pengamatan Anda, bagaimana metode dan strategi yang digunakan

di SPC? 5. Menurut anda, sejauh ini apakah mereka sudah bisa dikatakan beraya? ара

saja indikatornya?

Page 99: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pedoman Wawancara

Ibu-Ibu di Sekolah perempuan Ciliwung PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DI SEKOLAlI PEkEMPUAN CILIWUNG 1. Umum

a. Bagaimana Ibu tahu tentang Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC) dan kenapa tertarik untuk bergabung?

b. Bagaimana pandangan ibu tentang SPC? c. Ара saja yang dipelajari di sekolah ini? d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatan lainnya? e. Bagaimana metode dan strategi yang digunakan dalam proses belaj ar-

mengaj ar? f. Bagaimana model pembelajarannya? g. Bagaimana hubungan antata fasilitator, pihak RT/RW dengan ibu- ibu

SPC? h. Untuk pengurus sendiri, bagaimana cara memilihnya?

Page 100: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Pedoman Wawancara Ketua Divisi Pendidikan KAPAL Perempuan

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CltiWUNG, DI RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN

1. Umutrt a. Nama Informan b. jenis Kelamin Informan c. Umur Informan d. Pekerjaan Informan Perempuan e. Tanggal Wawancara f. Tempat Wawancara Perempuan g. Waktu Wawancara

: Yanti Muchtar : Perempuan : Direktur KAPAL

: Kantor

KAPAL :

Jakarta, 15 Juni

2010

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Apd latar belakang didirikannya Sekolah Perempuan Ciliwung?

Jawab: Berangkat dari kondisi perempuan yang semakin tertinggal baik dari segi ekonomi, kesehatan, dan lainnya. Itu yang membuat kita melakukan observasi terhadap beberapa wilayah yang terlihat tertinggal. Setelah observasi itu, kami melihat dan menaganalis wilayah yang mana yang paling pantas untuk dijadikan pilot projek SPC ini. Akhirnya, terpilihlah di Ciliwung. Setelah itu, kita lakukan pendalaman (mendata ulang) di wilayah tersebut, dan ternyata memang ibu-ibu di sana tertinggal dalam banyak hal sehingga perlu ada pemberdayaan.

f. Ара yang dimaksud dengan pendidikan alternatif yang diterapkan oleh KAPAL di Sekolah Perempuan ini? Jawab: Pendidikan alternatif tentu saja tidak samadengan pendidikan pada umumnya di sekolah formal. Ini sengaja dibuat untuk ibu-ibu, untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Di sini, pengalaman perempuan adalah sebuah pelajaran juga. Yah..seperti di dalam Modul yang kami buat itu, dalam elemen-elemen Pendidikan Adil Gender. Dimulai dengan penyadaran pemikiran kritis, pengembangan kepemimpinan, dan mengembangkan keahlian hidupnya.

Page 101: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

g. Ара saja bentuk pendidikan alternatif itu? Jawab: Seperti yang saya katakan tadi, semua pelajaran mereka itu berangkat dari permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari.

Misalnya, tentang lingkungan, kita sadarkan betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terlebih konteks Ciliwung yang selalu banjir, Bagaimana mencegah dan menanggulangi saat banjir datang. Kita juga sosialisasi penggunaan gas tabung yang benar. Selain itu, tentu saja pelajaran-pelajaran yang bisa meyadarkan tentang hak-hak mereka, jender, kekerasan dalam rumah tangga, kesehatan reproduksi, dan masih banyak lagi.

h. Bagaimana metode, pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan? Jawab: kami selalu membangun suuasana sedekat mungkin dengan ibu-ibu. Budaya diskusi sangat dikedepankan. Pendekatannya yang digunakan adalah partisipatif dan dialogis. Kita sebagai fasilitator juga harus mau melakukan atau memperaktekkan apa-apa yang dilakukan oleh peserta SPC. Kita juga harus siap menceritakan, kejadian-kejadian yang ada di dalam keluarga kita

i. Sejauh ini, ара saja faktor penghambat dalam proses pendidikan ini? Jawab: Saya melihat masyarakat kurang mampu men-develop dirinya sendiri. Sejauh ini, kepercayaan dirinya masih kurang. Ini yang menjadi tantangan ke depan, seberapa jauh potensi mereka (ibu-ibu) untuk agent of change, paling tidak di lingkungan sekitarnya.

Page 102: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Hasil Wawancara

Deputi Program Kalyanamitra PENblDlKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI BARAT, JAKARTA SELATAN

1. Kapan Kalyanamitra mulai bermitra dengan Sekolah Peretripuan Ciliwuhg*? Jawab: Waktu itu, sekitar tahun 2004 yah..

2. Bagaimana Kalyanamitra bisa menjadi Mltra SCP? Jawdb: Waktu itu, berawal dari KAPAL Perempuan yang menginisiasi ibu-ibu yang ada disitu (Ciliwung). BagaiaAmna caraNya supaya mereka menjadi kfitis dan paham dengan hak-haknya. Kumpul ibu-ibu pun waktunya sangat fleksibel, tergantung waktu ibu-ibu saja.

3. Bagaimana pandangan Anda tentang SPC? Jawab: Menurut saya sangat efektif , mereka banyak tahu dan banyak teman. Yang paling berkesan adalah, yang belum bisa baca akhirnya bisa baca tulis. Jadinya tahu tentang isu-isu perempuan. Sayang yah...kalau sampai dihentikan.

4. Berddsarkan pengamatan Anda, metode dan stf-ategi seperti ара yang digunakan di SPC? Jawab: Awalnya mengorganisir, SPC dijadikan media kegiatan untuk ibu-ibu disitu . Ini juga sekaligus pengembangan masyarakat lokal. Berangkat dari peinahaman bahwa ibu-ibu berangkat dari kesadaran sendiri. Strateginya dengan berjejaring (menghubungkan SPC dengan kelompok-kelpompok lain), pembuatan komunitas (SPC) dan pendidikan.

5. Menurut Anda, sejauh ini apakah mereka sudah bisa dikatakan berdaya? ара saja indikatornya? Jawab : Saya melihat ada perubahan yang terjadi. Mereka mulai bisa bicara di depan umum, mereka mulai argumentatif di forum. Kalyanamitra pernah sekali menjadi fasilitator di Sekolah Perempuan itu. Saya lihat bagus ya ibu-ibu di sana. Kesadaran kritisnya sudah mulai terbangun (khususnya bagi pengurus).

Page 103: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Hasil Wawancara

Ubu-ibu di Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan kenapa

tertarik untuk bergabung? Jawab : Waktu itu kita lagi ngumpul-ngumpul di rumah salah satu warga. Terns, ada ibu Indri (orang dari KAPAL) yang datang nyamperin kita. Ngobrol- ngobrol sambil dia ngajak "bu mau nggak ngumpul-ngumpul (sekolah)?"...diceritain deh ngapain aja kalau ngumpul-ngumpul gitu. Saya tertarik aja ya dari awal karena pengen tau aja kayak gimana sih. Biasalah..., kalau ada yang baru kan kita penasaran.

b. Bagaimana pandangan ibu tentang sekolah perempuan Ciliwung ini? Jawab : Tujuan awalnya terus terang nggak tau, tapi setelah berjalan, baru kelihatan tujuannya supaya perempuan tidak terpinggirkan. Banyak perempuan yang sudah mulai berubah supaya tidak tertindas lagi, dan setara dengan laki-laki. Jadi betul-betul diproses karena kita dari tidak tahu, menjadi tahu sekarang. "Sebelumnya saya tidak percaya diri.. Saya tidak lulus SD (Sekolah Dasar) karena waktu mau ujian tiba-tiba sakit. Saya merasa karena tidak lulus SD, saya jadi tidak ada pengalaman. Hanya ikut arisan dan pengajian. Pernah waktu itu, di tempat arisan, kalau kita ngomong tidak didengarkan sama yang lain. Bahkan ada ibu-ibu yang bilangin saya "orang nggak lulus SD aja pengen pintar". Kata-kata itu saya garis bawahi, saya catat baik-baik. Dalam hati saya bilang, saya akan buktikan kalau saya juga bisa. Sejak ada SPC, kita semua belajar keras, mengorbankan materi dan pekerjaan. Tapi ada hasilnya. Di sini, kita bisa diskusi, ilmunya kita terapkan di

1. Umum a. Nama Informan : Musriah b. Jenis Kelamin Informan : Perempuan c. Umur Informan : 40tahun d. Pekeijaan Informan : Pedagang e. Tanggal Wawancara : 17 Juni dan 28 Juli 2010 f. Tempat Wawancara : Warung Jati, Kalibata g- Waktu Wawancara : 12.00-13.00 WIB.

Page 104: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

komunitas. Nah, ini sudah merupakan kebanggaan, bahkan sudah lebih dari seorang mahasiswa. Saya sudah bisa bicara di depa umum. Saya sudah percaya diri. Menurut saya pribadi sih, tujuan kita di sekolah perempuan memang sama, yaitu untuk memperjuangkan agar perempuan tidak tertindas, tidak dilecehkan, agar perempuan lebih maju. Kalau hanya sendiri sulit memecahkan masalah. Kalau kelompok kan lebih gampang.

c. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab: Di sekolah, kita belajar banyak hal. Bener-bener dari yang kita tidak tahu apa-apa jadi ngerti. Meskipun kita nggak sekolah tinggi-tinggi, tapi di sini pelajarannya udah kayak anak SMA. Bahkan kadang-kadang sama kayak mahasiswa yang kuliahan itu, he..he. Ada banyak pelajarannya, ada jender, politik tentang perempuan, KDRT, tentang motivasi diri, bagaimana mengatur keuangan rumah tangga (kan kita punya koperasi), masalah lingkungan, kayak bagaimana kita mengatasi kalau banjir datang, bagaimana sebelum banjir datang, pokoknya apa-apa yang biasa kita alami sehari-hari

d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatan lainnya? Jawab :

Semenjak sering hujan itu, kita nggak pernah ngumpul lagi untuk belajar di kelas. Kan belajarnya di lorong-lorong rumah atau di pinggir kali Ciliwung. Biasanya penduduk yang di bawah ini pada kebanjiran. Jadi, mereka pada sibuk ngurusin barang-barangnya masing-masing. Jadinya pada nggak bisa sekolah dulu, tempatnya juga nggak ada kan? Tapi, untuk kegiatan sekolah yang lain tetep jalan. Seperti, diskusi-diskusi di beberapa pertemuan nasional dan LSM-LSM. Selain itu training-training tetap dilakukan khususnya untuk pengurus SPC setiap hari Rabu. Baru-baru ini, kira-kira sejak bulan Januari sampai Maret, kita membuat pemetaan di dampingi oleh fasilitator dari KAPAL Perempuan. Kita menggunakan metode pemetaan partisipatif, wawancara, dan pengarnatan langsung. Pihak-pihak yang ikut berdiskusi adalah peserta SPC, perwakilan dari warga di tiga RT dan fasilitator. Jadi kita dibagi kelompok, ada yang bertugas mendata tentang perempuan buta aksara, perempuan yang mengalami KDRT, masalah KB dan sebagainya. Hasil dari pemetaan itu kemudiart menjadi usulan yang akan diikutkan pada musyawarah rencana pembangunan kelurahan (MUSREMBANGKEL) yang dilaksanakan pada bulan April. "Membuat pemetaan ini susah loh Mbak, makanya waktu bikinnya juga lama." Jadi kita data dulu warga yang ada di RT/RW ini (yang ada anggota SPC tinggal disitu) terns kita catat ара saja masalah- masalah perempuan yang mereka hadapi, misalnya ada tidak KDRT yang terjadi, alat KB ара yang dia pakai, dan lain-lain. Setelah itu, baru didiskusikan dengan. Habis itu, baru diusulkan ke Musrembangkel. Kegiatan lainnya kita ikut demo. Biasanya kalau peringatan hari-hari perempuan

Page 105: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

misalnya, hari buruh 1 Mei, dan baru-baru ini tentang RUU pembantu rumah tangga (PRT) di Senayan.

e. Bagaimana metode yang digunakan yang digunakan dalam proses belajar-mengajarnya? Jawab : Metode belajarnya sangat baik ya saya fikir. Ada beberapa tuh metodenya, seperti silsilah keluarga, main drama (diorama), nonton film, ada juga nyanyi (analisis lagu), ada semua кок contohnya di modul yang dibikin itu. Dalam metode silsilah keluarga kita disadarkan dan diingatkan untuk mengenal dan mengingat kembali keluarga dari keturunan atau garis ibu. Saya fikir, iya juga ya, biasanya selama ini kita cuma sering denger nama bapak. Jadinya hampir lupa dengan keluarga dari Ibu. Selain itu, ada drama. Kita sering main drama. Waktu itu misalnya, tentang perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan. Jadi, kita dibagi-bagi dulu siapa yang memerankan bos, siapa yang jadi buruh, siapa yang beri gajinya, pokoknya kayak gitu-gitu deh. Waktu itu, saya yang berperan jadi bosnya. Terus, disitu terlihat bagaimana cara memberi upah kepada laki-laki dan perempuan. Terlihat kenapa sih upah antara laki-laki dan perempuan dibedakan padahal jam kerjanya sama? Selain itu, ada juga peran yang perempuan itu menuntut adanya cuti haid. Pokoknya, kita harus berjuang agar hak-hak perempuan didengar oleh bos (pimpinan). Terus, nonton film. Waduh...waktu itu filmnya bahasa Inggris sih, ара gitu yah..judulnya, hehe..., Tapi kalau di-Indonesiakan itu ceritanya tentang perempuan yang kelihatan repot sekali karena pekerjaan rumah. Mulai dari masak, nyuci, beres-beres sartipai ngurus anak dikerjakan oleh perempuan. Sementara laki-laki sebagai kepala rumah tangga hanya mencari uang, pulang-pulang tinggal makan. Di luar rumah, laki-laki godain cewek. Yah...pokoknya tentang penindasan perempuan. Kalau lagu-lagu juga banyak. Hmm...tentang kekerasan rumah tangga, misalnya. Lagu itu kayak mencerminkan bahwa perempuan jangan sampai dapat kekerasan. Contoh, lagunya Bhetaria Sonata "pulangkan saja, aku pada ibuku atau ayahku.... (sambil bernyanyi)". Habis dinyanyikan, kita diskusikan. Kalau dapat kekerasan, yah.. .dipulangkan saja ke rumah orang tua, he..he...! Terus, kan di sini tuh dibagi dua kelompok, ada yang khusus kelompok buta kasara, mereka belajarnya setiap minggu malam. Kalau buta aksara, pake suku kata, belajarnya baca tulis tidak sama dengan sekolah biasa. Kalau disekolah biasa kan biasanya "Ini Budi". Nah, kalau di sini diajarkan berdasarkan pekerjaannya sehari-hari misalnya, "saya mencuci". Misalnya, huruf: M, A, M, A, ditempelin dipapan tulis, setelah itu mereka diminta mencari huruf-huruf yang sama yang sudah disebar di bawah. Kalau udah dapat, mereka diminta menempelkan huruf yang sama itu di depan papan tulis yang tadi. Pokoknya gitu deh. Nah, dari semua cara-cara itu, sangat membantu kami semua dalam belajar. Kita juga jadi semakin akrab kayak keluarga.

Page 106: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

f. Bagaimana Model belajarnya? Jawab:Di sini, Kita belajar bersama, antara anggota, pengurus dan fasilitator itu sama saja. Orang KAPAL juga bilang "saya belajar dari ibu-ibu dan ibu- ibu juga belajar dari kami. Jadi sama-sama belajar. Selain itu, RT/RW juga sering dilibatin di acara-acara SPC. RT/RW adalah bagian dari komunitas juga. Justru dengan adanya SPC mereka merasa terbantu juga. Misalnya, SPC mengadakan bakti sosial, kita mengadakan dapur umum, terns cari bantuan. Pertemuan, misalnya, ada anggota DPR atau ada tamu yang datang mereka ngasih sambutan. Waktu juga pernah рак RW datang, terns kita berdiskusi tentang pendidikan. Tentang bagaimana kalau perempuan tidak sekolah, dan banyak lagi deh.

g. Bagaittiana hubungan antara fasilitator, pihak RT/RW dengan ibu-ibu SPC? Di sekolah, kita semua jadi merasa satu keluarga. Apalagi kalau untuk pengUfus kan kadang-kadang jadi fasilitator, jadinya kita belajar keras supaya mettgerti dan mempersipkan diri untuk bicara di depan anggota. Termasuk RT/RW yang dibilang di atas, mereka juga ikut peduli dengan SPC. Semua harus terlibat dalam pelajaran. Misalnya, kalau ada yang ngobrol, така kita fasilitasi harus cari cara yang lain. Kalau ada masalah biasanya diceritakan di forum, lalu didiskusikan bersama

h. Untuk pengurus sendiri, bagaimana cara memilihnya?

Jawab : Pengurus memang dipilih oleh semua Ahggota. Waktu itu saya juga nggak tau kenapa Anggota rrtemilih saya jadi ketua. Yah..tapi mungkin mereka udah lihat saya bagaimana di SPC selama ini. Jadi pengurus itu nggak gampang juga loh Dek Mila..., tanggung jawab kita lebih besar. Harus mikirin anggota juga. tapi saya sih sdnartg melaktikan semUanya, deimi anggota dan demi kerrlajuan sekolah perempuan juga. Tapi nanti akan digilir кок. Setelah habis masanya, kita akan memilih pengurus yang baru. Uhtuk peserta atau anggota SPC sendiri yang tercatat 64 orang. Tapi ittenurun jadi 63 orang. Semakin kesini semakin berkurang. Kalau yang sering ngumpul sekarang-sekarang ini paling antara 30-40 orang. Awalnya banyak loh Dek Mila, rame banget. Tapi settlakin kesini, semakin berkurang. Mungkin pada sibuk kali yah, selain itu ada juga yang pindah rumah. Mungkin juga karena sering hujan, jadinya kita jarang-jarang ngumpul lagi. Yah..begitulah.... Tapi kalau pengurus tetap sering ngumpul.

Page 107: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Hasil Wawancara Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN

Saya mulai bergabung tahun 2003. Awalnya saya penasaran Mbak. Waktu itu ada Mbak Indri yang datang nyamperin ke kita lagi ngumpul2 gitu, katanya mau mengadakan pertemuan untuk buta aksara. Dari situ, saya penasaran untuk ikut. Awalnya suami saya tidak mendukung karena dia tidak tahu ngapain aja di sekolah kayak gitu. Ya, biasalah mbak, karena awalnya yang datang itu (Mbak Indri) itu kan Kristen, jadi dikiranya mau ngajarin yang ngak bener gitu. Tapi kalau saya pribadi sih, kita ambil yang baik aja dari yang diajarkan, masalah yang satu itu (agama) ya nggak usah diturutin. Nah, pas dua-tiga tahun, suami saya sudah mulai mendukung. Karena dia sudah tau ара saja yang saya pelajari di sekolah perempuan. Setiap pulang dari sekolah, saya ngeliatin ара saja yang dipelajari hari itu, saya juga ngeliatin modul-modul SPC. Bagaimana pandangan ibu tentang sekolah perempuan Ciliwting ini? Jawab : Bagus. sejak adanya sekolah perempuan ini, kita jadi banyak pengalaman. Banyak pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Awalnya, saya nggak

1. Umum

a. Nama Informan : Mistinah b. Jenis Kelamin Informan : Perempuan c. Umur Informan : 40 tahun d. Pekerjaan Informan : Ibu rumah tangga e. Tanggal Wawancara : 17 Juni dan 28 Juli 2010 f. Tempat Wawancara : Warungjati, Kalibata g- Waktu Wawancara : 12.00-13.00 Wib.

2. Bentuk Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan

a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan kenapa tertarik untuk bergabung?

Jawab ;

Page 108: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

mau terbuka, masih malu. Baru-baru ini aja mbak, saya terbuka. Karena istilahnya kan masalah keluarga biar saya yang tahu sendiri. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Banyak pelajaran di sekolah. Selain belajar tentang jender, kesehatan reproduksi, dan lain-lainnya, kita juga punya koperasi. Jadi kita belajar tentang bagaimana mengelola uang. Ini juga bisa membantu semua anggota SPC yang pengen minjem uang buat modal usaha. Ada juga bayar rekening listrik, nanti dari situ ada keuntungannya buat disimpan di kas sekolah. Semenjak jadi pengurus, saya kalau jadi fasilitator masih kurang pede (percaya diri). Tapi kalau keterampilan saya bisa dan hobi juga sih. Jadi selain belajar kan kita juga bisa menghasilkan nilai ekonomi.

Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatan SPC? Jawab : Sekolah 2 minggu sekali, biasanya Senin dan Selasa. Mulai jam 1 sampe jam 3 siang. Terus, hari Rabu itu khusus perkumpulan pengurus untuk ditraining dari KAPAL. Terus ada lagi yang buta aksara pertemuannya setiap malam Minggu mulai jam 7 sampe jam 9 malam. Tapi, kira-kira pertengahan 2009 itu kan musim hujan jadinya nggak pernah sekolah di kelas lagi. Selain banjir, tempat juga nggak ada. Kita kan belajarnya di lorong-lorong jalan atau di pinggir kali Ciliwung. Waktu itu, anggota SPC juga pada sibuk ngurusin rumahnya masing-masing. Pengurus juga Sibuk nyediain dapur umum.Makanya sekolahnya nggak keurus dulu. Selain itu, kegiatannya ya, ngikut kalau ada undangan-undangan ke Kalyanamitra dan Migran care. Kayak demo juga.

Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar- mengajarnya? Jawab : Biasanya kita gambar, nyaiiyi, drama. Tapi kalau drama kita nggak pernah diajarin khusus, cuma waktu itu kita pernah tampil main drama waktu ada cara KAPAL. Terus, waktu acara pendidikan juga. Kita cuma dibilangin kalau nanti tampil yah., rtiain drama, tema-nya tentang ini..., selebihnya kita sendiri yang bikin naskahnya, nunjuk siapa-siapa aja yang kan main. Tapi ternyata waktu tampil, kata orang KAPAL, bagus kok..(sambil tertawa).

Bagaimana Model pembelajarahnya? Jawab: Kita kalau ngumpul di sekolah, selalu diskusi. Jadi kalau ada anggota atau siapapun yang ada masalahnya ya..kita ottlongin bareng-bareng, terus kita kasi ittasUkan-niasukan bagaimana solusinya. Semua ngomong satu-satu, nggak boleh ada yang malu. Begitupun, fasilitator juga ikut ngomong. Makanya, itulah untungnya kalau kita berkelompok, ada yang negabantuin nyelesaiin masalah.

Bagaimana hubungan anatara fasilitator, pihak RT/RW dengan ibu-ibu SPC? Jawab: Baik semua. Fasilitatornya baik-baik. Mereka juga udah kayak keluarga. RT/RW juga kan sering diudangan kalau ada acara. Misalnya, kalau ada tamu, mereka yang nyambut gitu. Justru dengan adanya Sekolah Perempuan Ciliwung ini, RT

Page 109: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

ini merasa terbantu, misalnya kalau banjikan kita yang ngadain dapur umum untuk korban (yang sebagainnya juga para anggota).

Hasil Wawancara

Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 1. Umum

a. Nama Informan : Nurjannah b. jenis Kelamin Informan : Perempuan c. Umur Informan : 43 tahun d. Pekerjaan Informan : Buruh nyuci e. Tanggal Wawancara : 17 Juni dan 28 Juli 2010 f. Tempat Wawancara : Warungjati, Kalibata g. Waktu Wawancara : 12.00-13.00 Wib.

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan

kenapa tertarik untuk bergabung? Jawab : Diajak mbak Indri (yg pertama kali datang mendata peserta SPC). Tertarik aja pengen tahu. Awalnya sih, agak ragu juga soalnya banyak isu-isu, kayak isu kristenisasi, isu-isu bahwa kita akan melawan suami. Tapi karena pengen tau, yah.. .ikutlah bergabung. b. Bagaimana pandangan ibu tbntang sekolah perempuan Ciliwung ini? Jawab :

Adanya SPC ini sangat bermanfaat, nambah pengetahuan. Lebih percaya diri, banyak pengetahuan, Sejak gabung di sekolah perempuan, saya udah bisa ngasih pandangart ke suami. Apa-apa biasanya didiskusikan. Dia juga nggak sembarang melarang keluar kalau saya mau pergi. Kalau dulu kan harus pamit kadang-kadang nggak dikasi izin. Di sekolah kan kita berkumpul, semua menceritakan tentang dirinya dan keluarganya. Awalnya sih, iya masih malu-malu waktu itu. Tapi waktu itu kan ada yang namanya silsilah keluarga (salah satu metode belajar). Nah, diceritain deh keturunan dari garis perempuan. Misalnya, saya punya nenek, terus ibu, terus saya, dan saya juga punya anak. Setelah itu, satu- satu (peserta SPC) cerita tentang kondisi keluarganya masing-masing. Apakah ada kekerasan di dalamnya, atau ара. Jadi, kalau ada beban keluarga bisa dibicarakan dan dibagi di sini, terus mencari solusinya. Saya juga sebelumnya, nggak berani mengeluarkan pendapat, saya minder. Tapi sekarang udah agak enakan dengan kelompok karena kita bisa berbagi pengalaman. Kalau sendiri nggak enak, enakan kelompok. Itulah tujuan adanya sekolah perempuan ini, supaya kita bisa

Page 110: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita sama saja dengan laki-laki. Kita juga semakin mandiri sekarang.

Page 111: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

c. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Ada tentang jender, tajwid, kespro (kesehatan reproduksi), keterampilan, politik, dan banyak deh. Pelajarannya disusun berdasarkan kesepakatan anggota. Kalau untuk pengurus sendiri, ada training khususnya karena kita kan gantian jadi fasilitator juga. Kalau jadi fasilitator, awalnya, Iya sih, saya masih kurang percaya diri, he..he... takutnya, orang-orang pada mau dengerin nggak ya? Tapi kalau dilihat, mereka dengerin кок waktu saya jadi fasilitator, he..he.. d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatannya? Jawab : Selain pelajaran-pelajaran di atas, kita juga ikut seminar, diskusi, dan demo juga. Kalau ikut demo, kita jadi ikut peduli dengan penderiaan TKW (waktu itu tentang kasus TKW). Jadi tersentuh bagaimana misalnya kalau saya yang mengalami itu. Selain itu, kita juga kadang-kadang ngumpul, apalagi sesama pengurus soalnya kita sering diskusiin apalagi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Kita juga ngobrol-ngobrol kalau ada kasus- kasus atau isu tentang perempuan, misalnya lihat di TV atau dari kita sesama pengurus sekolah perempuan.

e. Bagaimana metode yang digunakan dalatti proses belajar- mengajarnya? JaWkb : Banyak cara-cara yang digunain di sekolah ini. yang kayak saya bilang tadi, ada silsilah keluarga, ada drama. Kalau drama itu, yang kita peranin di sini ceritanya ada suami istri. Suatu saat suaminya pergi kerja lama. Terus, tiba-tiba istrinya dapat surat kiriman dari suaminya. Nah, istrinya ini kan nggak tahu baca, jadi anaknya yang bacain. Ternyata, isi suratnya bilang kalau suaminya itu punya istri lagi. Jadi, dari sini kita bisa lihat pelajafannya, bahwa itu termasuk KDRT. Selain itu, kita juga tahu kalau buta aksara itu merugikan. Terus, ada menggambar, waktu itu menggambar diri dengan menyebut kelebihan masing-masing. Setelah itu, presentasi. Jadi kita bisa saling tahu tentang teman-teman kita. Abis itu ditanya juga visi-misinya ke depan. Pertama untuk 5 tahun ke depan, terus untuk 10 tahun ke depan itu ngapain. Terus, nonton film macam-macam sih. Kita pernah nonton film tentang pemanasan global. Jadi ceritanya, saking panasnya itu kulkas sehingga jadi menjamur. Terus di kutub Utara, es meleleh dan akhirnya banjir terjadi. Nah, pelajarannya adalah akibat pemanasan global bisa jadi banjir. Waktu itu, ada orang dari WALHI (wahana lingkungan hidup) juga. Ada juga nyanyi. Iya, judul lagunya "Wahai". Saya nyanyikan sepotong ya..: "Sungguh enak mengikuti sekolah perempuan ini. Ilmu kita tingkatkan untuk perempuan." Nah, ada juga khusus untuk yang buta aksara. Kan ada potongan-potongan huruf. Kalau kita dulu belajar baca kan dieja, kalau sekarang nggak lagi. Tapi langsung diajarin dengan pengalaman sehari-hari. Misalnya, tentang pekerjaan-pekeijaan rumah, "saya menyapu, saya mencuci".

Page 112: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

f. Bagaimana model pembelajarannya? Jawab: Kita di sekolah perempuan ini deket semua, kayak keluarga. Iya biasanya kalau ada peserta SPC yang sedang masalah keluarganya itu diceritakan waktu ngunmpul. Terus, ditanggapin sama ibu-ibu lain. Terus kita diskusikan bagaimana penyelesaiannya. Begitu juga dengan fasilitator- fasilitator. g. Bagaimana hubungan antara fasilitator, pihak RT/RW dengan ibu- ibu SPC? Jawab: Semua baik. kan sama-sama belajar. Iya, dia (fasilitator KAPAL) memposisikan diri sama saja. Kalau ngajar, nggak ngebeda-bedain. Terlihat bersahabat dan berkeluarga Kita juga bergaul luas kan dengan LSM perempuan. Iya misalnya, AMAN Indonesia. Kita sering diudang diskusi ke kantor AMAN. Kadang-kadang juga gabungan dengan jaringan yahg lain. AMAN pernah datang dan sharing tentang sekolah perempuan yang mereka dirikan juga. Рак RT/RW di sini juga kita ajak gabung. Jadi semua yang satu geografis aja. Kita penting untuk melibatkan semua karena lebih bisa menyelesaikan masalah. h. Untuk pengurus sendiri, bagaimana cara memilihnya? Jawab: Pengurus dipilih sania anggota. Ntar jUga bakal diganti, terus pemilihan pengurus baru lagi si ара yang dianggap bisa.

Page 113: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Hasil Wawancara

Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL t»EMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG. RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN 1. Umum

a. Nama Informan b. jenis Kelamin Informan c. Umur Informan d. Pekerjaan Informan e. Tanggal Wawancara 2010 f. Tempat Wawancara g. Waktu Wawancara Rodemeh Perempuan 65 tahun Pemulung 17 Juni dan 28 Juli

Warungjati, Kalibata 12.00-13.00 Wib.

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan kenapa

tertarik untuk bergabung? Jawab : Kepengen aja, rame ngeliatnya. Orang-orang pada sekolah, pengen bergaul dengan ibu-ibu. Kalau nggak bergaul nanti nggak punya temen, lagian enak кок kemana-mana diajak sama ibu-ibu. Awalnya sih diajakin sama ibu-ibu yang lain, kebetulan tetangga disini uda pada ikut duluan. b. Bagaimana pandangan ibu tentang sekolah perempuan Ciliwung ini? Jawab : Enak juga, bagus. Kita suka nyanyi-nyanyi, hiburan-hiburan daripada duduk ngelamun, mending sekolah bisa baca-baca. Saya merasa lebih baik. Dari pada ngobrol-ngobrol nggak berguna mending sekolah siapa tau dapat pelajaran baru. c. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Ada materi tentang banjir, jadi kita tau bagaimana kalau banjir datang. Bagaimana nanganinya maksudnya. Terus, ada film juga dan ada photo- photo. Kita juga dibagiin buku, pensil, trus bisa minejm juga kan di koperasi.

Page 114: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatannya? Jawab : Yah..ngumpul-ngumpul, terus sering ada demo-demo juga. Wah..saya kalau ikut demo paling suka. Kemarin waktu di Senayan, atau ke yang ada air mancurnya itu. Senengnya yah..banyak bergaul, di sana banyak orang soalnya. Kita juga menghormati atasan kalau di minta ngumpul, yah.kita ikut. Waktu itu demo tentang pembantu yang katanya ada yang dibunuh, ada yang digosok (disetrika), jadi kita membela rakyat lah di demo itu. Coba kalau misalnya kita yang kena begitu, pasti sakit kan? makanya kita membela mereka. e. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar- meflgajarrtya? Jawab : KalaU Ibu kan waktu itu belum bisa baca tulis jadi diajarin. Iya, kita disuruh nulis A,B,C,D,F,G. Ibu udah mulai lupa-lupa karena udah lama nggak belajar lagi. Waktu itu kita dicontohin dulu sama ibunya (fasilitator) terus disuruh nulis deh. Sekarang udah bisa dikit-dikit sih, he..he. f. Bagaimana model belajarnya? Jawab: Kita sih sering diajak-ajak ngumpul, ngobrol sama ibu-ibu yang lain. Kalau ada masalah kita certain, terus dibaptuin sahla yang lain. Kan di kelas juga kita disuruh certain tentang masalah-masalah kita. Terus, yang lain itu dengerih. Pokoknya asyiklah semua ibu-ibuliya. g. Untuk pengurus sendiri, bagaimana cara mehiililinya? Jawab: Kita pilih bareng-bareng.

Page 115: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

Hasil Wawancara

Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARATA, JAKARTA SELATAN

1. Umum a. Nama Informan b. Jenis Kelamirt Informan c. Umur Informan d. Pekerjaan Informan e. Tanggal Wawancara f. Tempat Wawancara

g. Waktu Wawancara : Mamiek Suparniah Hendro : Perempuan : 61 Tahun : Pensiunan PNS : 17 Juni dan 28 Juli 2010 : Warungjati, Kalibata : 12.00-13.00 Wib.

Page 116: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

1

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan

kenapa tertarik untuk bergabung? Jawab і Mulai gabung tahun 2004. Karena saya kepengen orang-orang tidak ada lagi yang terlantar. Saya masuk sendiri di sekolah permpuan ini. Semua pengurus itu baik-baik orangnya. Saya nggak tega melihat semua ini. (sambil menangis). Keluarga juga mendukung saya ikut sekolah ini. b. Bagaimana pandangan ibu tentang sekolah perempuan Ciliwung

ini? Jawab :

Saya rasa semua serba baik, pengajarnya juga baik. Semua pengurus dari atas sampe bawah semua baik. Pelajarannya juga bagus. Kayaknya misalnya disenter-senter itu (pembuatan film maksudnya). Pokoknya semua baik. Saya rasa nggak ada kendala. Saya rasa semua serba baik. Iya lebih baik dari sebelumnya. Soalnya semua orang-orangnya serba merangkul. Misalnya, koperasi, bagi saya ada faedahnya solanya kita bisa menolong diri sendiri. Seneng banget saya Mbak bisa ada sekolah begini. Kita jadi punya banyak temen, kayak ada keluarga. Kita sering ngumpul- ngumpul, rame-rame, ngobrol. Mereka semua baik-baik lagi sama kita semua с. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Banyak. Kita dibagiin buku, pensil, papan tulis, spidol. Saya paling seneng dengan cara belajarnya, apalagi kalau nyanyi-nyanyi. Pelajaran yang paling saya sukai adalah mengambar dan bikin film. d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatannya? Jawab : Yah..ada demo-demo. Sebenarnya saya jarang ikut kalau yang jauh-jauh (di luar) karena kaki saya udah nggak kuat. Tapi, ibu pernah ikut ke monas waktu itu sama Bu Mus (ketua SPC) ada penghargaan buat SPC dari Ibu Ani (istri presiden). і e. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar- mehgajar? Jawab : Waktu itu kita di suruh gambar-gambar, seperti visi-misi ke depan. Saya waktu itu, gambar pengen punya kantin. Seneng saya kalau gambar- gambar. •І: ; . .. і і ц f. Bagaimana model pembelajarahhya? Jawab: Semua ibu-ibu itu baik-baik orangnya. Mereka memperhatikan kita. Apa- apa biasanya dibicarakan di sekolah, jadi mehibantu kita juga. Kita biasanya ditanya ара masalah-maslaah yang dialami sehari-hari, terus ditanggapi sama ibu-ibu yang lain. Setelah itu, kita harus bisa mikirin bagaimana jalan keluarnya. g. bagaimana hubungan antara Fasilitator, Pihak RT/RW dengan ibti-ibu SPC? Jawabj

Page 117: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

117

Baik sih. Рак RT juga biasa datang kalau ada acara. Ibu-ibu yang ngajarin (fasilitator) juta pada baik semua. Saya seneng banget kalau ngumpul- ngumpul di sekolah. h. tJntuk pengurus sendiri, bagaimana cara memilihnya? Jawab: Dipilih bareng-bareng. Pengurus sekarang tuh baik-baik orangnya.

Hasil Wawancara

Ibi-ibu Sekolah Perempuan Ciliwung

PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG, RAWAJATI

BARAT, JAKARTA SELATAN 1. Umum

a. Nama Informan : Anerah b. jerlis Kelamin Informan : Perempuan c. Umur Informan : 25 tahun d. Pekerjaan Informan : Wiraswasta e. Tanggal Wawancara : Senin 3 Mei dan f. Tempat Wawancara : Warungjati, Kalibata g. Waktu Wawancara : 12.00-13.00 Wib.

2. Pendidikan Alternatif dan Model Pemberdayaan a. Bagaimana Ibu tahu tentang sekolah perempuan Ciliwung dan

kenapa tertarik untuk bergabung? Jawab : Ya.. kita mau punya teman. Mau punya pengetahuan, wawasan. dari yang tidak tahu jadi tau. Pengen dapat ilmu, pokoknya gitu deh mbak. Saya sih tertarik setelah melihat sertdiri. Amat membantu sekali. Menurut saya, adanya SPC ini bisa membantu dalam segala pelajaran, karena banyak

Page 118: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

118

pelajaran. lebih pinter. Misalnya, kita jadi banyak tahu tentang bahasa- bahasa. jadi tau hak-hak perempuan. b. Bagaimana pandangah ibu tentang sekolah perempuan Ciliwung

ini? Jawab : Iya kita seneng bangd: ada SPC. Yartg tadinya kita nggak tau apa-apa sekarang jadi tahu. Yah..paling tidak tau sedikitlah. Banyak membantu kita juga. Soalnya pelajaran-pelajarannya sama dengan yang kita alami di kehidupan hari-hari. iya sih, dulu seinpat merasa minder dengan masyarakat. Dulu, juga rada malu, tapi sekarang udah nggak. Iya Mbak, sebenarnya malu ya untuk cerita tentang keluarga kita. Tapi, lama-lama saya cerita juga dan ternyata ibu-ibu yang lain mau mendengar dan ngasih usulan-usulan ара yang harus dilakukan. Saya kan punya masalah di keluarga dan sekarang lagi diurus. Nah, pihak KAPAL Perempuan dan ibu-ibu SPC itu ikut ngebantuin. Jadi senenglah bergabung di sekolah ini. c. Ара saja yang dipelajari di sekolah perempuan Ciliwung? Jawab : Ada Gender, KDRT, Kespro (kesehatan reproduksi), politik dalam rumah tangga, ngaji, pelajaran komputer juga sempat ada.

d. Selain sekolah (in class) ара saja kegiatan-kegiatannya? Jawab : Kita dibagiin buku, pensil, bantuan banjir (misalnya, baju-baju gitu) uang pinjemen koperasi juga. Kita sering ikut demo, parodi (drama) di hotel- hotel, trus ikut seminar juga. Jadi Pengen sekolah lagi, pengen bercanda- canda lagi. e. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar-

merigajarnya? Jawab : Waktu itu sih berperan sebagai anak sekolah. Saya Mbak yang jadi anak SD-nya, he..he.., ceritanya mau ngelanjutin ke SPM tapi nggak mampu. Judulnya itu betapa sulitnya meneruskan sekolah. Kita menggambar wajah masing-masing, melukis tentang diri sendiri. Tujuannya untuk keterampilan juga sih. Jadi kita gambar tentang organ-organ tubuh, misalnya rahim. Jadi ini belajar tentang jender juga. Kayaknya waktu itu nonton film yang terjadi di Jepang. Jadi ceritanya, mereka jalan di jalan dan penuh polusi. Waktu itu nonton juga tentang lingkungan Jakarta yang kumuh. Terus, ada juga ceritanya tentang penghematan bensin. Nah, kita tahu kalau tidak boleh pemborosan gitu deh Mbak. Banyak sih Mbak lagunya. Waktu itu ada lagu Wahai. "Wahai kawan-kawan semua mari kita berjuang, mertghapuskan kekerasan pada perempuan..(sambil bernyanyi). Jadi, pelajarannya kita jangan menyerah, menghapus buta huruf dan menghapus kekerasan. f. Bagaimana model pembelajarannya? Jawab: Tujuan sekolah perempuan yah...untuk memajukan kaum perempuan agar tambah wawasannya. Selain itu, silaturahmi juga. Jadi kita nggak berada di bawah banget gitu..., paling tidak taulah..., dengan berkelompok kita bisa saling kerjasama, saling menghargai, dan menghormati. Semua dapat bagian didiskusi. Termasuk masalah pribadi dibicarakan (curhat), yang ada di hati dikeluarin, jadi lebih plong. Jadi kita kan sama-sama saudara. Ibaratnya bisa saling mendukung. Kalau sakit misalnya, kita kolektif ngejengukin.

Page 119: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

119

g. Bagaimana hubungan antara fasilitator, Pihak RT/RW dengan Ibu-ibu SPC?

Jawab: Fasilitatornya juga (KAPAL) selalu mendukung, mengayomi, merendah. Mereka sama seperti sahabat, keluarga. Mereka membaur sama kita. Рак RT/RW biasa ngasih sambutan. SPC kan juga butuh pengakuan. Perlu ada statusnya h. Untuk pengurus sendiri, bagaimana cara memilihnya? Jawab: Yah..waktu itu sih dipilih bareng-bareng. Pokoknya semua kita diskusikan dulu di sekolah

Page 120: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

120

Kegiatan-kegiatan di Sekolah Perempuan Ciliwung

Page 121: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

121

Direktur KAPAL Perempuan dan Ketua Sekolah Perempuan Ciliwung

Salah satu sertikat yang pernah diberikan untuk SPC

Papan nama Koperasi yang ada di Sekolah Perempuan Ciliwung

Page 122: PENDIDIKAN ALTERNATIF SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN …

122