4
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4 1 PENDEKATAN BEHAVIORAL ARCHITECTURE DAN TEMA FLOWSEBAGAI KONSEP PERANCANGAN PASAR KEPUTRAN Fajar Dzikri Harwiansyah dan Hari Purnomo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] ABSTRAK - Meluasnya lingkup pelayanan pasar Keputran mengakibatkan meningkatnya jumlah pedagang dan komoditas pada pasar Keputran secara signifikan. Selain berdampak pada kualitas ruang di kawasan tesebut, hal ini juga menimbulkan persoalan baru. Sekitar 40% lapak-lapak baru yang disediakan tetap kosong, pedagang tetap meluber dibadan jalan dan sempadan sungai, serta kemacetan yang ditimbulkan setiap kali proses bongkar muat komoditas pasar dilakukan. Dalam mengurai kompleksitas permasalahan yang terdapat pada pasar Keputran yang lama, data awal yang berasal dari studi kelayakan pasar Keputran akan disesuaikan dengan standar penyelenggaraan pasar sehat yang berlaku. Kemudian, analisis masalah difokuskan pada pola perilaku, fasilitas yang tersedia, serta potensi yang mungkin timbul. Konsep rancangan dikembangkan dari 3 (tiga) isu, yaitu perilaku, kebersihan dan sirkulasi. Tema ‘flow’ dipilih sebagai acuan dalam mengembangkan rancangan sekaligus menjadi solusi masalah pada pasar Keputran lama. Salah satu aplikasi tema yang paling berpengaruh pada rancangan adalah hampir seluruh lantai pasar berupa ramp. Kata kunci - pasar tradisional, perilaku, flow. I. PENDAHULUAN asar Keputran termasuk pasar tradisional di Surabaya yang masuk kategori pasar Kelas 1 Golongan IV [1] dan mulai beroperasi sejak tahun 1930. Meluasnya lingkup pelayanan pasar Keputran berdampak pada kualitas ruang di kawasan Keputran berupa meningkatnya jumlah pedagang dan komoditas pada pasar Keputran. Jumlah pedagang dan komoditas yang bertambah secara signifikan mengakibatkan melubernya aktifitas pedagang sampai ke badan jalan dan sempadan sungai. Dampak lain yang ditimbulkan adalah kemacetan pada Jalan Keputran setiap kali proses bongkar muat komoditas pasar dilakukan. Pada tahap awal proses perancangan, dilakukan analisis penyebab masalah yang timbul pada pasar Keputran yang lama. Heimsath (1977) menyatakan, “It seems ludricous that a building will produce particular behavior. Particular behavior may occur, but it will occur because the elements of the social activity are in order .the buildng should be a social servant in the broadest sense. It should anticipate behavior so that it can provide for it[2]. Secara tidak langsung Heimsath menyatakan bahwa penyebab masalah perilaku yang terbentuk disebabkan oleh pasar Keputran itu sendiri. Gambar1. Perspektif bird eye view Gambar2. Pasar Keputran tahun 1954 (sumber: digital library Surabaya)[3] Gambar. Kondisi kini pasar Keputran Surabaya (sumber: isurabaya.net)[4] P

PENDEKATAN BEHAVIORAL ARCHITECTURE DAN TEMA …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-39262-3210100065-paper.pdf · jurnal sains dan seni its vol. 1, no. 1, (2012) 1-4 1 pendekatan behavioral

  • Upload
    vanbao

  • View
    239

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

1

PENDEKATAN BEHAVIORAL ARCHITECTURE DAN TEMA ‘FLOW’

SEBAGAI KONSEP PERANCANGAN PASAR KEPUTRAN

Fajar Dzikri Harwiansyah dan Hari Purnomo

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected] ABSTRAK - Meluasnya lingkup pelayanan pasar

Keputran mengakibatkan meningkatnya jumlah pedagang

dan komoditas pada pasar Keputran secara signifikan.

Selain berdampak pada kualitas ruang di kawasan

tesebut, hal ini juga menimbulkan persoalan baru. Sekitar

40% lapak-lapak baru yang disediakan tetap kosong,

pedagang tetap meluber dibadan jalan dan sempadan

sungai, serta kemacetan yang ditimbulkan setiap kali

proses bongkar muat komoditas pasar dilakukan.

Dalam mengurai kompleksitas permasalahan yang

terdapat pada pasar Keputran yang lama, data awal yang

berasal dari studi kelayakan pasar Keputran akan

disesuaikan dengan standar penyelenggaraan pasar sehat

yang berlaku. Kemudian, analisis masalah difokuskan

pada pola perilaku, fasilitas yang tersedia, serta potensi

yang mungkin timbul.

Konsep rancangan dikembangkan dari 3 (tiga) isu,

yaitu perilaku, kebersihan dan sirkulasi. Tema ‘flow’

dipilih sebagai acuan dalam mengembangkan rancangan

sekaligus menjadi solusi masalah pada pasar Keputran

lama. Salah satu aplikasi tema yang paling berpengaruh

pada rancangan adalah hampir seluruh lantai pasar

berupa ramp.

Kata kunci - pasar tradisional, perilaku, flow.

I. PENDAHULUAN

asar Keputran termasuk pasar tradisional di

Surabaya yang masuk kategori pasar Kelas 1

Golongan IV [1] dan mulai beroperasi sejak tahun

1930. Meluasnya lingkup pelayanan pasar Keputran

berdampak pada kualitas ruang di kawasan Keputran

berupa meningkatnya jumlah pedagang dan komoditas

pada pasar Keputran. Jumlah pedagang dan komoditas

yang bertambah secara signifikan mengakibatkan

melubernya aktifitas pedagang sampai ke badan jalan

dan sempadan sungai. Dampak lain yang ditimbulkan

adalah kemacetan pada Jalan Keputran setiap kali

proses bongkar muat komoditas pasar dilakukan.

Pada tahap awal proses perancangan, dilakukan

analisis penyebab masalah yang timbul pada pasar

Keputran yang lama.

Heimsath (1977) menyatakan, “It seems ludricous

that a building will produce particular behavior.

Particular behavior may occur, but it will occur

because the elements of the social activity are in order

.the buildng should be a social servant in the broadest

sense. It should anticipate behavior so that it can

provide for it” [2]. Secara tidak langsung Heimsath

menyatakan bahwa penyebab masalah perilaku yang

terbentuk disebabkan oleh pasar Keputran itu sendiri.

Gambar1. Perspektif bird eye view

Gambar2. Pasar Keputran tahun 1954 (sumber: digital library Surabaya)[3]

Gambar. Kondisi kini pasar Keputran Surabaya (sumber: isurabaya.net)[4]

P

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

2

Persaingan antar pedagang dapat terbentuk akibat

faktor berikut:

1. Pemberlakuan harga komoditas yang relatif tidak

terkontrol,

2. Perbedaan kemudahan bertransaksi,

3. Ketersediaan barang komoditi yang beragam.

Berikut adalah masalah yang ada berdasarkan survey

dan data yang didapatkan:

1. Tingkat okupansi pedagang di lantai 2 hanya 30%

dibandingkan lantai 1, dan sebagian besar lebih

memilih menempati badan jalan,

2. Setiap berjalannya aktivitas bongkar muat selalu

menyebabkan kemacetan dan menggaggu lalu lintas,

3. Termasuk dalam kategori pasar tidak sehat (Nilai

index 2845, oleh Bappeko, 2013)

4. Berpotensi bahaya kebakaran yang besar [5].

Berdasarkan hasil survey tersebut, dapat dianalisis

penyebab terjadinya masalah yang ada pada pasar

Keputran yang lama:

1. Tidak memiliki sistem zonasi yang jelas,

2. Tidak tersedia fasilitas khusus bongkar muat,

3. Luasan stan, kios, sirkulasi, serta fasilitas lain tidak

memenuhi standar Kementrian Kesehatan tentang

penyelenggaraan Pasar Sehat [6],

4. Tidak memiliki sistem instalasi kebakaran yang

memadai dan sistem distribusi panel yang kompleks.

Berdasarkan hasil analisis masalah dan

penyebabnya, maka tema yang dipilih dalam proses

merancang tidak hanya berperan sebagai batasan

merancang namun juga menjadi solusi permasalahan

desain yang ada.

II. EKSPLORASI TEMA

Tema adalah sebuah Konsep Besar yang membingkai

proses perancangan dan berperan sebagai arahan

sekaligus batasan rancang [7]. Namun dalam konteks

perancangan pasar Keputran, tema diharapkan juga

berfungsi sebagai problem solving dan pertimbangan

dalam proses tersebut. Kaitan antara tema dan proses

perancangan dapat digambarkan dalam gambar4.

Tema „Flow‟ dipilih karena sesuai dengan isu dan

permasalahan yang ada pada konteks Pasar Keputran.

Oleh karena itu, tema tidak hanya berperan sebagai

arahan dan batasan merancang, namun juga menjadi

bagian problem solving dari masalah dan isu pasar

Keputran. Tema „flow‟ secara sederhana bisa

disimpulkan adalah gerakan mengalir yang

berkelanjutan, baik sebagai subyek yang mengalir,

maupun sebagai obyek yang dialiri.

Secara singkat, karakter „Flow‟ yang dihadirkan adalah:

1. Bentuk-bentuk kurva/lengkung/circular

2. Mengalir secara dinamis

3. Mengikuti jalur arus yang ada

4. Menghubungkan antara satu dengan yang lain.

Menurut Antoniades [8], pendekatan metafora

dibagi menjadi tiga kategori , yaitu:

1. Intangible Metaphors (Metafora tidak teraga)

2. Tangible Metaphors (Metafora Teraga)

3. Combined Metaphors (Penggabungan keduanya)

Gambar4. Diagram kedudukan tema dalam proses rancang

Gambar5. Alur penerjemahan tema dalam rancangan

Gambar6. Ilustrasi penerapan tema sebagai konsep

Gambar7. Ilustrasi penerapan tema sebagai konsep massa

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

3

III. HASIL RANCANGAN

Konsep Massa dan Zonasi

- Morfologi pasar tradisional yang pada umumnya

merupakan pelataran besar diubah menjadi bentukan

yang panjang dan melingkar. (gambar7)

- konsep keseluruhan bangunan merupakan sebuah jalur

yang kontinyu menerus menyamarkan persepsi level

bangunan. (gambar8)

- Konsep ini memiliki beberapa kekurangan, salah

satunya adalah jarak tempuh yang relatif lebih

panjang. Oleh karena itu, pada titik-titik strategis

setiap radius 20m terdapat transportasi vertikal.

- Hampir keseluruhan bangunan merupakan ramp.

Untuk tetap menjaga kenyamanan, kemiringan ramp

diatur bahkan lebih landai dari standar yang umum

yaitu 4 derajat, 1:14 sampai 1:16.

Konsep Jalur Sirkulasi

- Zonasi sirkulasi tidak mengintervensi satu sama

lainnya. Selain mempermudah mengatur sirkulasi,

juga sebagai aplikasi tema.

- Area bongkar muat dan parkir memiliki akses keluar-

masuk yang berbeda, dan tersedia akses khusus dari

area loading dock menuju stan pedagang berupa ramp

- Tersedia penghubung yang bisa dilewati 2 troli/ kereta

dorong antara area bongkar muat dan stan pedagang

Konsep Sistem Kebersihan

- Lantai pasar sebagian besar merupakan ramp yang

menerus dengan kelandaian yang nyaman. Selain

memudahkan drainase, juga memudahkan proses

pembersihan bangunan dan mengontrol perilaku

pedagang agar tidak melebihi batas stan. (gambar9)

- Material lantai, meja, dan dinding stan dari material

yang mudah dibersihkan dan tersedia drainase

- Tersedia tempat pembuangan sampah terpisah (kering

& basah) minimal setiap radius 30m di dalam area

stan

- Tersedia saluran drainase untuk proses pembersihan

stan dan lantai koridor

- Lantai koridor dari material yang kedap air, tidak

licin, dan memliki kemiringan min. 1% agar tidak

terjadi genangan air

- Saluran drainase pasar bebas sampah dan mudah

dibersihkan dengan memberikan grill.

Konsep Sistem Utilitas

- Kebersihan merupakan hal penting dalam bangunan

pasar. Pasar Keputran dapat menghasilkan 40-55 m3

sampah setiap hari. Begitu banyaknya jumlah sampah

harus disiasati agar tidak mengganggu kenyamanan

penggunanya. Di beberapa titik, terdapat pembuangan

sampah vertikal yang ditampung di bagian bawah

untuk mempermudah penanganan sampah harian.

Sedangkan untuk jalur distribusi sampah di lantai

dasar dipisahkan dari sirkulasi utama. (gambar10)

- Terdapat jalur akses evakuasi kebakaran dan setiap

50m terdapat hydrant. Tangga digunakan sebagai jalur

evakuasi dan ditempatkan setiap radius 20m guna

membagi kepadatan saat terjadi kebakaran.(gambar11)

Gambar8. Zonasi pasar Keputran

Gambar9. Konsep integrasi kemiringan lantai pasar dan drainase

Gambar10. Jalur sampah, titik penampungan sampah sementara, dan

detail penampungan sampah

Gambar11. Jalur pemadam kebakaran dan tangga evakuasi

Gambar12. Detail aplikasi konsep

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

4

- Pasar Keputran membutuhkan sumber air dalam

jumlah besar setiap harinya, dengan asumsi 40 liter

per hari per stan serta kebutuhan sanitasi yang lain,

maka jumlah kebutuhan air harian yang dibutuhkan

kurang lebih 30.000-36.000 liter air. Sebagai langkah

untuk menghadirkan sustainability dalam pasar,

sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM), Rain Water Harvesting, dan

pengolahan Sewer Treatment Plant (STP).

Konsep Fasade dan Eksterior

- Secara visual, bentuk bangunan diarahkan agar

memiliki ciri-ciri tema „flow‟ yaitu bentukan yang

melengkung dan menerus (gambar13).

IV. KESIMPULAN

Redesain pasar Keputran Surabaya menjadi proses

rancang dengan masalah yang kompleks karena

melibatkan perilaku pengguna yang disebabkan oleh

aktivitas dan fasilitas yang tersedia. Secara singkat,

perilaku sebelumnya terjadi karena kondisi pasar yang

lama memungkinkan perilaku tersebut terjadi. Oleh

karena itu, konsep dan detail rancangan pasar yang baru

diarahkan agar mendukung perilaku baru penggunanya

agar memudahkan sirkulasi, mandiri dalam menjaga

kebersihan, rapi dalam proses bongkar muat, dan mau

menempati stan yang disediakan.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap

keluarga, Bapak Ir. Hari Purnomo, M.Bdg.Sc, selaku

dosen wali sekaligus dosen pembimbing tugas akhir,

teman-teman arsitektur angkatan 2010, dan segenap

dosen dan karyawan jurusan Arsitektur ITS, atas doa,

kerjasama dan bantuannya, yang telah diberikan selama

proses menyelesaikan Tugas Akhir dan jurnal ilmiah

dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Perusahaan Daerah Pasar Surya Tentang Pendataan

Golongan dan Komoditas Pasar Surabaya. 2013

[2] Heimsath, Clovis. 1977. Behavioral Architecture.

McgrawHill Book Company.

[3] http://digital-

library.surabaya.go.id/detil_koleksi.php?kdetil=70.

(diakses 8 Oktober 2013)

[4] http://www.isurabaya.net/item/view/pasar-keputran-utara-

keputran. (diakses 22 Juni 2014)

[5] Surabaya, Bappeko. 2013. Penyusunan Analisa Kelayakan

Lokasi, Resiko serta Potensi Investasi Pengembangan

Sentra Perdagangan dan Jasa serta Transit Intermoda

kawasan Keputran di Kota Surabaya. Surabaya:

Pemerintah Kota Surabaya

[6] Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519/MENKES/SK/

VI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat

[7] Tjahjono, Gunawan. “Merancang dengan Tema sebagai

Titik Awal Penyelesaian” dalam KILAS Jurnal Arsitektur

FTUI Vol. 2 no. 1/Januari 2000

[8] Antoniades, Anthony C. 1992. Poetic of Architecture

Theory of Design. New York: Van Nostrad Reinhold.

Gambar13. Fasade pasar Keputran

Gambar14. Denah dan Potongan pasar Keputran