Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAPAT AKHIR MINI PEMERINTAH
TGL. 7 SEPTEMBER 2009
PENDAPAT AKHIR (MINI)
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG PERFILMAN
PADA RAPAT KERJA
DENGAN KOMISI X DPR-RI
SENIN, 7 SEPTEMBER 2009
JAKARTA
2009
PENDAPAT AKHIR (MINI) PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERFILMAN
Jakarta, 7 September 2009
Saudara Pimpinan dan Para Anggota Komisi X Dewan Perwakllan Rakyat
Republlk Indonesia yang terhormat,
Hadirin yang berbahagfa,
Assalamu'alalkum Warahmatullahl Wabarakatuh,
Salam SeJahtera bagl kita semua,
Marllah klta panJatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah memungklnkan klta untuk dapat bersama·
sama menf alankan tugas yang sangat penting lni. Perkenankan kaml, mewaklll . . .
Pemerlntah Republik Indonesia, menyampaikan pendapat akhir {mini)
mengenai Rancangan Undang•Undang tentang Perfllman.
Atas nama Pemerintah, kaml mengucapkan terima kasih dan penghargaan
.yang tlnggi kepada Saudara Pimpinan dan para Anggota Komisi X Dewan
yang terhormat serta semua pihak, yang telah bekerja keras bersama·sama
dengan Pemerlntah melakukan serangkaian pembahasan Rancangan Undang·
Undang tentang Perfllman yang dilakukan hampir tidak mengenal waktu,
seringkali dari pagl sampal larut malam, bahkan di hari Minggu dan hari llbur,
termasuk selama menJalani puasa Ramadhan ini. Pemerintah menghargal
2
suasana pembahasan yang dlalogls, dinamls dan konstruktlf untuk memajukan
perfllman Indonesia.
Saudara Pimpinan dan para Anggota Komisi X Dewan yang terhormat,
Pemerintah mengaJak seluruh pemangku kepentlngan lalnnya untuk
menlngkatkan upaya memaJukan perfllman Indonesia agar film Indonesia:
1. Mencapai jumlah Judul yang lebth banyak dan mutu yang leblh balk;
2. Menjadl tuan rumah di negeri sendlri;
3. MenJadl tamu terhormat di luar negerl; dan
4. Meningkatkan ketahanan budaya bangsa dan kesefahteraan masyarakat.
Telah klta sadari bersama bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1992
tentang Perfilman tldak sesual lagl dengan perkembangan perfilman dan
semangat Jamannya, oleh karena ltu perlu dlbentuk Undang-Undang tentang
Perfilman yang baru.
Kita bersyukur bahwa Rancangan Undang-Undang tentan·g Perfllman usul dari
DPR untuk menggantikan UU No. 8 Tahun 1992 tersebut telah selesai kita
bahas bersama.
Rancangan Undang-Undang tentang Perfllman ini mengandung paradlgma
baru yang menempatkan film dan pertilman ke ranah budaya dengan
mengubah postur dan menambah materi muatan dari Rancangan Undang·
Undang sebelumnya.
.,
Rancangan Undang-Undang tentang Perfllman lnl telah mengakomodaslkan
berbagai kepentlngan darl para pemangku kepentlngan yaitu pemerlntah dan
2
3
pemerlntah daerah, pelaku kegiatan perfilman dan pelaku usaha perfilman
serta masyarakat, seperti :
1. Kepentingan untuk mengutamakan fllm Indonesia dalam pengedaran dan
pertunJukan fllm;
2. Kepentingan untuk mengutamakan .dan mellndungi lnsan perfllman
Indonesia dalam pembuatan film dengan pengertian lnsan perfllman tfdak
ditempatkan sebagal bagian darl sumber daya melafnkan menJadl sentral
dalam penyelenggaraan perfllman;
3. Kepentlngan untuk mengutamakan penggunaan sumber daya dalam
negerl;
4. Kepentingan untuk mengakul keberadaan kegfatan non-komersfal sebagal
pelaku kegiatan perfllman, yaitu pefaku kegfatan pembuatan fllm, Jasa
teknik film, pengedaran film, pertunjukan film, apreslasl fllm dan
pengarslpan fllm;
5. Kepentlngan untuk menyederhanakan perlzlnan usaha perfllman dan
pemberlakuan rezim pendaftaran usaha perfilman;
6. Kepentlngan untuk menyederhanakan perfzfnan lainnya, sepertl mengubah
kewajlban perwakflan negara asing dan lembaga lntemasional untuk
meminta izfn di dalam mempertunjukkan tllm yang diimpomya untuk
kepentfngan non-komerslal menJadl kewajiban melaporkan;
7. Kepentingan untuk melindungl semua pelaku perftlman di dalam
persaingan usaha yang sehat, termasuk pelaku perfllman di daerah;
8. Kepentlngan untuk menlngkatkan peran pemerlntah dan pemerlntah
daerah darf semata·mata regulator men}adl fasilitator dan regulator;
9. Kepentfngan untuk mereformasl ketentuan tentang sensor dan lembaga
sensor film;
1 O. Kepentingan untuk meningkatkan partislpasi masyarakat khususnya
melalui badan perfllman Indonesia;
11 . Kepentfngan untuk menyerahkan pengaturan tentang penanaman
modal asing dalam perfilman kepada rezfm penanaman modal berdasarkan 3
4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya;
12. Kepentlngan untuk menyesualkan pengaturan terhadap perkembangan
teknologl dalam pembuatan dan pertunjukan film yang memungklnkan
semua bentuk dan teknologl film boleh dlpertunjukan, baik analog
maupun digital;
1 3. Kepentlngan untuk menugaskan pemerintah dan pemerlntah daerah
menyelenggarakan dan atau memfasllltasl pendidlkan dan pelatlhan untuk
pengembangan kompetensl lnsan perfllman;
14. Kepentingan untuk mengatur pemberlan penghargaan kepada insan
perfllman, pelaku keglatan perfllman, dan pelaku usaha perfllman yang
berprestasl dan atau berJasa.
Dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undang tentang Perfilman untuk
disahkan menJadi Undang-Undang di dalam Pemblcaraan Tlngkat I, upaya
menlngkatkan kemaJuan perfllman Indonesia semakln dekat untuk dapat
diwujudkan.
Atas nama Pemerlntah, sekall lagi kami menyampaikan penghargaan dan
terima kaslh kepada Komlsi X Dewan yang terhormat, terutama kepada PanJa
Rancangan Undang-Undang tentang Perfllman.
Kami Juga menyampalkan penghargaan dan terima kaslh kepada semua plhak
yang terkalt yang telah memberlkan dukungan dan kerJa samanya dalam
proses pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perfllman sampai
dengan Rapat Kerfa lni.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantlasa mellmpahkan rahmat dan hldayah·
Nya kepada klta semua. Terlma kaslh.
4
5
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 7 September 2009
.•
5