Upload
zestra-donatus-naibaho
View
132
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Peternakan merupakan hal yang penting dilakukan karena
saat ini kebutuhan terhadap pangan sangat tinggi. Pembangunan yang
kompeherensif dan intregatif akan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
mestinya (Mulawarman,2009). Untuk memenuhi kebutuhan pangan maka perlu
penyediaan pangan dengan melakukan pembangunan peternakan. Dalam
peternakan Kesehatan Ternak menjadi salah satu hal merupakan hal penting.
Tingginya kejadian penularan penyakit zoonosa menjadi perhatian
Pemerintah Kabupaten. Untuk mengatasi kejadian penularan tersebut Kabupaten
Tanjung Jabung Timur atas nama Bupati dan DPRD Kabupaten pada tahun 2006
mengesahkan Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Hewan Menular, dimana kebijakan ini menjadi dasar untuk kegiatan pelaksanaan
pencegahan penyakit hewan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Peraturan
Daerah menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu masyarakat, peternak,
pedagang, petugas penyuluh dan pihak lain yang berkepentingan dibidang
peternakan.
Saat ini Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki populasi ternak sapi
terbesar di Propinsi Jambi. dan penyebaran ternak ternak di Kabupaten ini
terbilang cukup merata, sementara petani dan perusahaan lain juga sering
mendatangkan ternak sapi dari luat Kabupaten dan luar Propinsi untuk menambah
populasi.
2
Untuk kegiatan pemasukan sapi tersebut Peraturan Daerah Nomor 6 tahun
2006 ini mensyaratkan : ternak yang masuk ke wilayah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur harus melalui pemeriksaan di Pos Check Point dan pemberian surat
keterangan ternak sehat dari petugas.
Untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini, dibuatlah Peraturan Bupati
Tanjung Jabung Timur Nomor 8 tahun 2008 pasal 16 tertulis Bidang Kesehatan
Hewan Dinas Peternakan Tanjung Jabung Timur bertugas : menginventarisir
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dibidang
kesehatan hewan dan memberikan alternatif pemecahan masalah ; menyiapkan
bahan penetapan perumusan kebijaksanaan dibidang kesehatan hewan ;
melaksanakan pengamatan , mencegah dan pemberantasan penyakit hewan ;
mencegah dan memberantas penyakit zoonosis ; melaksanakan bimbingan,
pembinaan dan evaluasi terhadap staf dilingkungan bidang kesehatan hewan.
Bidang Kesehatan Hewan bertugas mengamati, mencegah dan memberantas
penyakit hewan yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dalam
melaksanakan hal tersebut Bidang Kesehatan Hewan dibantu oleh Pusat
Kesehatan Hewan Kecamatan yang bertugas membantu SKPD dalam
melaksanakan Kegiatan teknis di bidang Kesehatan Hewan.
Dalam melakukan pencegahan penyakit perlu langkah untuk
mengantisipasi penyakit sebelum terjangkit.
3
Adapun penyakit hewan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Penyakit Hewan Menular di Indonesia
No Nama PenyakitHewan
TerserangPenyebab
1 Rabies(tollwuf, penyakit anjing gila) Semua Hewan Virus2 Avian Influenza Unggas Unggas Virus3 Brucellosis(Keluron Menular) Ruminansia, Babi Bakteri4 Anthrax(Radang Limpa) Semua Hewan Bakteri5 Salmonellosis Semua Hewan Bakteri6 Newcastle Diseases/ND(Tetelo) Unggas Virus7 Jembrana Sapi Bali Virus8 Bovine Viral Diarrhael/BVD ( Diare Ganas) Sapi, Rusa Virus9 Septicemia Epizootica/SE(Ngorok) Ruminansia Bakteri10 Classical Swine Fever/CSF(Hog Cholera/Sampar babi) Babi Virus11 Infectious Bovine Rhinotracheitis/IBR Ruminansia Virus12 Infectious Bursal Diseases /IBD Ayam Virus
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan kesehatan Hewan 2007
Penyakit adalah suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang
ditimbulkan oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis
pada tubuh induk semang. Penyakit Menular (Infeksious) adalah Penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan jamur) yang bersifat
dapat berpindah dari satu hewan ke hewan lainnya.
Vaksinasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan bibit penyakit tertentu yang telah dilemahkan ke
dalam tubuh ternak/manusia. Untuk dapat melakukan Vaksinasi ternak perlu
pendampingan dari petugas untuk menerapan pelayanan kesehatan pada ternak.
Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud akan melakukan penelitian
dengan judul “IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH TANJUNG
JABUNG TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN MENULAR”
4
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur
Nomor 6 Tahun 2006 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
b. Apa kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur
Nomor 6 Tahun 2006 dan upaya yang dilakukan Dinas Peternakan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam mengatasi hal tersebut?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur
Nomor 6 Tahun 2006 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
b. Untuk mengetahui kendala dalam Implementasi Peraturan Daerah
Tanjung Jabung Timur Nomor 6 Tahun 2006 dan upaya yang dilakukan
Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam mengatasi
kendala tersebut tersebut.
Hipotesis
Hipotesis Penelitian ini adalah :
a. Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur Nomor 6 Tahun
2006 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terlaksana tetapi belum sesuai
dengan semestinya.
5
b. Terdapat kendala dalam Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung
Timur Nomor 6 Tahun 2006 dan Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur mampu mengatasi kendala tersebut.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis adalah dapat memberikan informasi tentang
Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular berdasarkan
informasi dalam studi kebijakan peternakan, memberikan kontribusi dalam hal
kebijakan pemerintah daerah mengenai peternakan, sebagai referensi bagi pihak
yang ingin melakukan kajian dengan tema kesehatan hewan.
Manfaat praktis adalah diharapkan bahwa hasil penelitian dapat memberi
sumbangan pemukiran dan sebagai evaluasi mengenai pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.
Diharapkan hasil Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Peternakan secara umum dan Pelaksanaan
Pengawasan Kesehatan Hewan khususnya di Provinsi Jambi maupun Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah produk Perundang-undangan daerah dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah atau merupakan hasil kompromi antara
DPRD dan Kepala Daerah yang bertujuan untuk menyatukan hidup bersama,
melindungi hak dan kewajiban dan daerah yang bersangkutan( Syam, 1999).
Peraturan Daerah (perda) adalah instrument aturan yang secara sah
diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di
daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa undang-
undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
menetapkan Perda sebagai salah satu instrumen yuridisnya.
Kedudukan dan fungsi perda berbeda antara yang satu dengan lainnya
sejalan dengan sistem ketatanegaraan yang termuat dalam UUD/Konstitusi
dan UU Pemerintahan Daerahnya. Perbedaan tersebut juga terjadi pada
penataan materi muatan yang disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada
pada pemerintah daerah.
Demikian juga terhadap mekanisme pembentukan dan pengawasan
terhadap pembentukan dan pelaksanaan perda pun mengalami perubahan
seiring dengan perubahan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Setiap perancang perda, terlebih dahulu harus mempelajari
dan menguasai aturan hukum positip tentang UU.
7
Implementasi Peraturan Daerah
Van Meter dan Van Horn (dalam Nawawi, 2009) mendefinisikan
implementasi kebijakan, merupakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu
atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan untuk tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan. Suatu proses implementasi sangat dipengaruhi oleh sifat kebijakan
yang akan dilaksanakan. Perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan
konsep konsep penting dalam proses implementasi.
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan-kegiatan. Kebijakan publik adalah
suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara
bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan.
Menurut Soenarko (2005) “Kebijakan publik adalah merupakan suatu
keputusan yang dilakukan oleh pejabat Pemerintah yang berwenang,
untuk kepentingan rakyat, dimana kepentingan rakyat ini merupakan
keseluruhan yang utuh dari perpaduan kristalisasi pendapat-pendapat, keinginan-
keinginan dan tuntutan-tuntutan dari rakyat”.
Faktor –faktor yang berpengaruh dalam implementasi menurut
George C. Edwards III sebagai berikut :
a. Komunikasi. Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran
dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang
bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran
dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara
8
tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran
dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementors mengetahui
secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam
organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit.
b. Sumberdaya. Sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan
kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna
karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika
jumlah staff pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus
dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan
program. Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat
meningkatkan kinerja program.
c. Disposisi atau Sikap. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas
implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor
setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda
dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami
banyak masalah. Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap
kebijakan : kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon
program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon
tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program
namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara
tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara
sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.
9
d. Struktur Birokrasi. Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat
dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik,
norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam
badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun
nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Bila
sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, implementasi masih
gagal apabila struktur birokrasi yang ada menghalangi koordinasi yang
diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan yang komplek
membutuhkan kerjasama banyak orang, serta pemborosan sumberdaya akan
mempengaruhi hasil implementasi.
Partisipasi masyarakat sangatlah penting dalam mendukung
keberhasilan suatu kebijakan. Setiap program atau kegiatan dari pemerintah
memerlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan menjadi salah satu
indikator keberhasilan program atau kegiatan tersebut. Menurut
Adisasmita(2006) partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran
sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program
dan merupakan aktualisasi, kesediaan dan kemauan masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program pembangunan.
10
Pencegahan Penyakit Hewan
Kementerian Pertanian 2010, vaksinasi dan obat-obatan pemakaian dan
penggunaan vaksin dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian karena akan
berakibat fatal dan merugikan peternak. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati.
b. Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan
aplikasinya
c. Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kedaluarsa Jangan
mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
d. Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan.
e. Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
f. Simpan Vaksin dalam lemari es
g. Pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril.
Pemberantasan Penyakit Hewan
Pemberantasan penyakit meliputi penutupan daerah, pembatasan lalu
lintas hewan, pengendalian hewan, pengisolasian hewan sakit atau terduga
sakit, penanganan hewan sakit,pemusnahan bangkai, pengeradikasian penyakit
hewan, dan pendepopulasian hewan(UURI No. 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan ).
Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan merupakan
penyelenggaraan kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan dalam bentuk
11
pengamatan dan pengidentifikasian, pencegahan, pengamanan, pemberantasan,
dan/atau pengobatan.
Urusan kesehatan hewan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan Penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Upaya mengefektifkan pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan dilakukan melalui berbagai pendekatan dalam urusan kesehatan hewan
Pemerintah mengembangkan kebijakan kesehatan hewan nasional untuk
menjamin keterpaduan dan kesinambungan penyelenggaraan kesehatan hewan
di berbagai lingkungan ekosistem.
Penyakit Hewan
Penyakit adalah suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang
ditimbulkan oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis pada
tubuh induk semang. Infeksi adalah masuknya bibit penyakit berupa
mikroorganisme atau organisme lainnya ke dalam tubuh hewan(Pedoman
Kesehatan Ternak Bibit,2006).
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (
virus, bakteri, parasit, dan jamur) yang bersifat dapat berpindah dari satu hewan
ke hewan lainnya. Gejala klinis adalah setiap perubahan dari tubuh dan prilaku
yang diakibatkan oleh suatu penyakit(Pedoman Kesehatan Ternak Bibit,2006).
12
Penolakan Penyakit hewan adalah : a. Semua tindakan untuk mencegah
masuknya suatu penyakit hewan dari Luar Negeri ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia, b. Semua tindakan untuk mencegah masuknya penyakit
hewan dari suatu wilayah / pulau yang satu ke dalam wilayah / pulau yang lain
dalam lingkungan Negara Rapublik Indonesia(Peraturan Pemerintah No. 15 tahun
1977).
Di Indonesia penyakit SE bersifat endemis, banyak menyerang ternak
sapi dan kerbau di berbagai provinsi (Natalia dan Priadi, 2006). Penyakit
surra juga merupakan penyakit endemis di Indonesia seperti yang dikemukakan
oleh Partoutomo (1993).
Ciri-ciri fisik ternak sehat dan ternak sakit dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2. Ciri visual ternak sehat dibandingkan dengan ternak sakitNo Kategori Sehat Sakit1 Pergerakan Aktif dan lincah kurang aktif dan lincah
2 Mata Jernih Pucat dan sayu
3 Bulu Halus dan bersih Kasar, berdiri dan kusam
4 Nafsu Makan Normal Berkurang
5 Lendir Lubang Alami Tidak Ada Ada
6 Suara NafasHalus teratur dan tidak tersengal-sengal
Ngorok, tidak teratur dan tersengal-sengal
Sumber : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2010
Sarana dan Prasarana
Menurut Sudibyo(2009) sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,
karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan
tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai rencana.
13
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Geragai, Rantau
Rasau dan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari ...... Oktober 2013 sampai
dengan ..... Oktober 2013.
Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah masyarakat umum, peternak, pedagang
ternak, dan petugas instansi peternakan di Kecamatan Geragai, Rantau Rasau,
Nipah Panjang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu memanfaatkan perpustakaan
sebagai sarana dalam mengumpulkan data, dengan mempelajari buku-buku
sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini
2. Penelitian lapangan yaitu kegiatan penelitian yang penulis lakukan dengan
jalan berhadapan langsung dengan objek yang diteliti di lapangan meliputi :
Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dilapangan mengenai
14
keadaan dan kondisi objek penelitian untuk mendapatkan data yang
diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
3. Wawancara, yaitu mengadakan Tanya jawab dengan responden guna
mendapatkan keterangan secara langsung.
4. Dokumentasi yaitu Pengambilan sebuah data melalui dokumen-dokumen,
foto-foto, arsip atau surat-surat yang diperlukan.
5. Mengumpulkan data sekunder meliputi keadaan umum Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Keadaan Penduduk, Potensi Peternakan, dan Jumlah Kasus
pengendalian penyakit hewan.
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode survei, pengambilan data
secara Simple Random Sampling. Penentuan wilayah responden yaitu sebesar 30%
dari 11 Kecamatan. Tiap-tiap kecamatan diambil 30% jumlah desa. Tiap-tiap desa
diambil responden 3 orang dari peternak, 3 dari pedagang, 1 dari masyarakat.
Tiap-tiap Kecamatan diambil 3 atau 4 orang responden.
Tabel 3. Jumlah Desa di Kecamatan Geragai, Rantau Rasau, Nipah Panjang dan Jumlah Responden.
No Kecamatan Jumlah Desa
Nama Desa Jumlah Responden Peternak
Jumlah Responden Pedagang Ternak
Jumlah Responden Masyarakat
Umum
JumlahResponden
Petugas PPL UPTD
1Kota Baru 3 3 1
Geragai 9 Suka Maju 3 3 1 3Pandan Jaya 3 3 1Rantau Rasau 1 3 3 1
2 Rantau 11 Rantau Jaya 3 3 1 4Rasau Margo Mulyo 3 3 1
Tri Mulyo 3 3 1Pemusiran 3 3 1
3 Nipah 10 Nipah Panjang 1 3 3 1 4Panjang Simpang Datuk 3 3 1
Bunga Tanjung 3 3 1Jumlah 30 33 33 11 11Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2011
15
Metode studi kasus, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
(Singarimbun,1989).
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden
atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian
mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo-Basuki, 2006). Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan
jawabanya sehingga responden tinggal memilih. Penggunaan kuesioner
diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban karena
alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu yang singkat
dalam menjawabnya.
Responden yang dipilih adalah peternak sapi, kelompok ternak, penyuluh
peternakan, pelayan kesehatan hewan. Untuk menentukan besarnya responden
menurut Arikunto (2002) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar
dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %.
Data yang dihimpun
Data yang dihimpun terdiri dari data primer dan data sekunder . Data
primer meliputi identitas dan tanggapan responden berdasarkan kuisioner,
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terhadap pemilik usaha peternakan
pedagang atau penjual ternak,
16
Data sekunder adalah data dan informasi yang bersumber langsung dari
dinas instansi terkait di , Tanjung Jabung Timur yang meliputi jumlah ternak,
peternak, penduduk, luas wilayah, daftar penyakit yang ada di Tanjung Jabung
Timur, Jumlah kasus penyakit hewan dan jumlah usaha peternakan
Selanjutnya akan dilakukan analisis hasil wawancara dengan orang-orang
yang terlibat dalam pencegahan penyakit hewan dan pemberantaan penyakit
hewan.
Analisis Data
Menurut Sugiyono(2005) analisis data adalah “proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
katagori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain”.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif yaitu mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan
penyingkapan fakta (Warsito, 1992).
Data kualititatif dan kuantitatif dianalisis secara deskriptif. Data kualitatif
meliputi keadaan umum peternak yang terdiri dari : nama, pendidikan,
pekerjaan utama, sedangkan data kuantitatif meliputi : jumlah peternak, jumlah
ternak dan angka implementasi dari Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2006 ini.
17
Identifikasi dari dilakukan untuk mengetahui konsistensi Peraturan Daerah
tersebut.
Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah digunakan skor untuk
beberapa pertanyaan yang diberikan berdasarkan data yang diteliti. Skor yang
dibuat berjenjang tiga yaitu :
1. Skor 3 untuk katagori Implementasi baik.
2. Skor 2 untuk kategori Implementasi dilakukan tetapi belum sesuai
Peraturan Daerah.
3. Skor 1 untuk kategori Implementasi buruk.
Rumus yang digunakan untuk menghitung angka implementasi adalah
sebagai berikut :
Angka Implementasi=Σ skor sebenarnyaΣ skor maksimum
×1 00 %
Angka Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur Nomor 6
Tahun 2006 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular
digolongkan berdasarkan range kategori implementasi dengan rumus sebagai
berikut :
Range Kategori Implementasi=% implementasimaks−% implementasi minJumlahkelas
Tabel 4. Angka Implementasi Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur No 6 Tahun 2006 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular
Angka Implementasi % Kategori77,79 – 100 Implementasi Baik
55,56 – 77,78 Implementasi tidak sesuai Peraturan Daerah33,33 – 55,55 Implementasi Buruk
18
Batasan Operasional
1. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonomi
yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah Tanjung Jabung Timur.
2. Implementasi adalah suatu penerapan dan suatu pelaksanaan kegiatan maupun
program yang direncanakan dan sudah dindangkan Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah
3. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah yang dimaksud adalah Peraturan
Daerah Tanjung Jabung Timur Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Hewan Menular.
4. Pencegahan Penyakit adalah upaya preventif terhadap terjangkitnya suatu
penyakit Rabies, Antraks, dan Avian Influenza.
5. Pemberantasan Penyakit adalah Upaya penanggulangan terjangkitnya suatu
penyakit hewan yang telah terjadi.
6. Sesuai dengan semestinya, diartikan sebagai pengimplementasian kaedah dan
azas hukum secara persis sebagaimana Peraturan Daerah Tanjung Jabung
Timur Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Hewan Menular.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2007. Daftar Penyakit Hewan Menular di Indonesia. Jakarta.
Kementerian Pertanian, 2010 Petunjuk Praktis Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Ternak sapi. Jakarta.
Meter, Donald S. Van and Carl E Van Horn, 1978, The Policy Implementation Process: A Concep-tual Pramework Administration & Society, Sage Publication, Inc.
Mulawarman. 1998. Implementasi Pembangunan Peternakan dengan Pendekatan Ketahanan Nasional (Studi Kasus Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1967 di Propinsi Jambi. Thesis Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur Nomor 6 tahun 2006 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular.
Peraturan Daerah Tanjung Jabung Timur nomor 8 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Hewan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No.41 Tahun 2012 tentang Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2012 No. 72. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5296.
Singarimbun, 1989. Metode Penelitian Survei LP3S. Jakarta.
Sudibyo, Langgeng. 2009. Sarana dan Prasarana Pendidikan. Rajawali Persada. Jakarta.
Soenarko, Sd. 2005. Public Policy Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah : Airlangga University Press. Surabaya.
20
Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. : Alfabeta. Bandung.
Syam, F 1999. Sistem dan Teknik pembuatan Peraturan Daerah. Universitas Jambi.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pusat Balai Pembibitan Ternak Unggul. Pedoman Kesehatan Ternak Bibit. 2006. Jakarta.