25
AGROFORESTRY, UPAYA KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) (Bentuk Pengelolaan Lahan dalam rangka memperbaiki kesuburan tanah dan pengaturan tata air) Oleh: Abdul Razak 1 2008 Abstrak Pengelolaan sumberdaya alam untuk kepenetingan ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan suatu yang berdampak pada kerusakan DAS.Salah satu satu contoh adalah deforestasi yang terjadi telah menyebabkan banyaknya lahan kritis dan tidak dapat di olah, yang akhirnya ditelantarkan. Bentuk usaha perekonomian ini telah menyebabkan menurunnya kualitas tanah dan air, sehingga berdampak pada kekeringan dan banjir. Untuk mengatasi hal ini diperlukan upaya konservasi dengan penekanan pada pemulihan kualitas lingkungan (tanah dan air), namun tetap memperhatikan ekonomi masyarakat disekitarnya. Agroforestry salah satu cara konservasi tanah dan air secara vegetatif dinilai mampu untuk mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan, dan peningkatan ekonomi. Dengan penerapan sistim agroforestry diharapkan mampu mengembalikan fungsi konservasi tanah dan air sebagai sistim penyangga kehidupan. Kata Kunci ; Agroforestry, Konservasi tanah dan air, Daerah Aliran Sungai 1

PENDAHULUAN - Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

AGROFORESTRY, UPAYA KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

(Bentuk Pengelolaan Lahan dalam rangka memperbaiki kesuburan tanah dan pengaturan tata air)

Oleh:

Abdul Razak 1

2008

Abstrak

Pengelolaan sumberdaya alam untuk kepenetingan ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan suatu yang berdampak pada kerusakan DAS.Salah satu satu contoh adalah deforestasi yang terjadi telah menyebabkan banyaknya lahan kritis dan tidak dapat di olah, yang akhirnya ditelantarkan.

Bentuk usaha perekonomian ini telah menyebabkan menurunnya kualitas tanah dan air, sehingga berdampak pada kekeringan dan banjir. Untuk mengatasi hal ini diperlukan upaya konservasi dengan penekanan pada pemulihan kualitas lingkungan (tanah dan air), namun tetap memperhatikan ekonomi masyarakat disekitarnya. Agroforestry salah satu cara konservasi tanah dan air secara vegetatif dinilai mampu untuk mengatasi permasalahan penurunan kualitas lahan, dan peningkatan ekonomi. Dengan penerapan sistim agroforestry diharapkan mampu mengembalikan fungsi konservasi tanah dan air sebagai sistim penyangga kehidupan.

Kata Kunci ; Agroforestry, Konservasi tanah dan air, Daerah Aliran Sungai

1. Mahasiswa Pascasarjana / S2, MKSDAL, Kehutanan UGM

1

Page 2: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Pendahuluan Perusakan lingkungan di Indonesia terus menunjukkan dampaknya.

Data terbaru Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan,

puluhan daerah aliran sungai atau DAS masuk kategori kritis. Data dalam

buku laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2006 itu

sekaligus juga diartikan kondisi ke-60 DAS memprihatinkan. "Beberapa

parameter daerah aliran sungai itu berarti di bawah standar," kata Kepala

Bidang Sungai Deputi III Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang

Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian

Kerusakan Lingkungan Hermono Sigit di Jakarta. (Kompas, 2007)

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan DAS tersebut

sangat merugikan kehidupan penduduk, seperti banjir, kekeringan, erosi,

sedimentasi, menurunnya kesuburan tanah, produksi pertanian menurun,

dan sebagainya. Kerusakan DAS tersebut perlu segera ditangani secara

komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga

kerusakan lingkungan dapat segera diminimumkan dan pada gilirannya

dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan

penduduk.

Bagian hulu adalah zona terpenting yang perlu diperhatikan dalam

upaya pelestarian Daerah Aliran sungai. Pengelolaan sumberdaya alam di

daerah ini akan berdampak pada kualitas tanah dan air sekitar DAS

tersebut. Usaha-usaha pertanian disini haruslah diupayakan mengadopsi

teknologi-tenologi yang mangacu pada prinsip-prinsi konservasi, karena

perubahan vegetasi seperti keterbukaan lahan, maka akan berdampak

kepada peningkatan erosi, dan dampak-dampak lain yang berkaitan

dengan degradasi lahan.

Menurut Zulrasdi et, al (2005) Kerusakan daerah aliran sungai

sangat erat hubungannya dengan kelestarian hutan di daerah hulu

sebagai daerah tangkapan hujan. Apabila hutan mengalami

kerusakan, maka dapat dipastikan terjadi banjir pada daerah aliran

2

Page 3: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

sungai. Untuk itu berusaha tani di daerah DAS, harus diikuti konservasi

lahan.

Foto : Zulrasdi et,al (2005). Gambar 1 : Degradasi bagian hulu suatu DAS

Agar kelestarian sumber daya alam dan keserasian

ekosistem dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan maka

pengelolaan DAS harus dilakukan sebaik mungkin, yang meliputi :

1. Pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

2. Kelestarian dan keserasian ekosistem (lingkungan hidup)

3. Pemenuhan kebutuhan manusia yang berkelanjutan

4. Pengendalian hubungan timbal balik antara sumber daya alam

dengan manusia

Usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air meliputi (Zulrasdi

et, al. 2005):

1. Pengelolaan lahan

• Sesuai kemampuan lahan

• Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah

• Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan menanam

tanaman penutup tanah

• Penggunaan mulsa.

3

Page 4: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

2. Pengelolaan Air

Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya

air dalam hal :

• Jumlah air yang memadai

• Kwalitas air

• Tersedia air sepanjang tahun

3. Pengelolaan Vegetasi

Pengelolaan vegetasi pada hutan tangkapan air maupun

pemeliharaan vegetasi sepanjang aliran sungai, dapat ditempuh

dengan cara:

• Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti: bambu

yang sangat dianjurkan di pinggiran sungai, kemudian diikuti

dengan rumput makanan ternak seperti: Rumput gajah,

Rumput Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain sebagainya.

Penanaman ini dimaksudkan untuk penghalang terjadinya

erosi pada tanah.

• Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak memiliki

kemiringan

• Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut terdapat

kemiringan, maka perlu dibuat teras.

4. Usaha Tani Konservasi

Usaha tani konservasi adalah penanaman lahan dengan

tanaman pangan serta tanaman yang berfungsi untuk mengurangi

erosi (aliran permukaan) dan mempertahankan kesuburan tanah.

Prinsip usaha tani konservasi :

• Mengurangi sekecil mungkin aliran air permukaan dan

meresapkan airnya sebesar mungkin ke dalam tanah.

• Memperkecil pengaruh negatif air hujan yang jatuh pada

4

Page 5: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

permukaan tanah

• Memanfaatkan semaksimal sumber daya alam dengan

memperhatikan kelestarian.

Sistim pengelolaan lahan dengan pendekatan konservasi

difokuskan pada bentuk upaya konservasi tanah dan air guna

penanggulangan erosi permukaan dan menjaga hilangnya kesuburuan

tanah. Tanpa adanya teknik-teknik penanaman yang menitik beratkan

pada konservasi, maka akan semakin banyak lahan yang kritis, dan hanya

dapat dikelola dalam jangka pendek, sementara untuk jangka panjang,

produktifitasnya akan menurun.

Lahan kritis adalah lahan yang karena tidak sesuai penggunaan

tanah dan kemampuannya, telah mengalami atau dalam proses

kerusakan fisik-kimia-biologi, yang akhirnya membahayakan fungsi hidro-

orologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi

dari daerah lingkungan pengaruhnya. Lahan kritis dan marjinal di

Indonesia mencapai 43 juta ha, diantaranya 20 juta ha kritis

hidroorologisnya dan setiap tahunnya masih terus bertambah

(Soewandito, et al 2002).

Untuk memperbaiki kondisi lahan yang telah rusak, maka dapat

dilakukan upaya konservasi tanah, dengan rekayasa-rakayasa teknis.

Namun upaya konservasi tanah dan air ini dalam memperbaiki serta

meningkatkan produkstifitas lahan, haruslah benar-benar tepat sesuai

dengan kondisi lahan pemilihan vegatasi serta iklim.

Menurut Sinukaban (1995), seperti yang dikutip Marwah (2001),

dalam sistem usahatani konservasi akan diwujudkan ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Produksi usahatani cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah

melanjutkan usahanya

2. Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat

mendisain masa depan keluarganya dari pendapatan usahataninya.

5

Page 6: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

3. Teknologi yang diterapkan baik teknologi produksi maupun

teknologi konservasi dapat diterima dengan senang hati dan

diterapkan sesuai kemampuan petani sendiri sehingga sistem

usahatani tersebut dapat diteruskan tanpa intervensi dari luar.

4. Komoditi yang diusahakan cukup beragam, sesuai kondisi

biofisik, sosial dan ekonomi

5. Erosi lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan sehingga

produksi yang tinggi tetap dapat dipertahankan atau ditingkatkan

dengan fungsi hidrologis tetap terpelihara dengan baik.

6. Sistem penguasaan/pemilikan lahan dapat menjamin keamanan

investasi jangka panjang dan menggairahkan petani untuk tetap

berusahatani.

Ada beberapa teknologi untuk merehabilitasi lahan dalam

kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan (Sinukaban, 2003)

dalam Suhardi (2003) yaitu :

1. Agronomi yang meliputi teknis agronomis seperti TOT,

minimum tillage, countur farming, mulsa, pergiliran tanaman (crop

rotation), pengelolaan residu tanaman, dll.

2. Vegetatif berupa agroforestry, alley cropping, penanaman rumput.3. Struktur/konstruksi yaitu bangunan konservasi seperti teras,

tanggul, cek dam, Saluran, dll.

4. Manajemen berupa perubahan penggunaan lahan.

Agroforrestry merupakan suatu konsep yang dianggap tepat untuk

memadukan konsep-konsep usaha tani dalam rangka peningkatan

ekonomi dan konservasi.

6

Page 7: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Agroforestry sebagai suatu Sistim Pengelolaan Lahan

Pengertian Agroforestry

Hudges (2000) dan Koppelman dkk.,(1996) mendefinisikan

Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan

mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan

atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan

secara ekologi, sosial dan ekonomi. Secara sederhana adalah menanam

pohon dalam sistem pertanian. (Sa’ad, 2002)

Reijntjes, (1999), menyatakan Agroforestry sebagai pemanfaatan

tanaman kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar, palem,

bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman

yang layak tanam, padang rumput dan atau hewan, baik dengan

pengaturan ruang secara campuran atau ditempat dan saat yang sama

maupun secara berurutan dari waktu ke waktu.(Sa’ad, 2002)

King and Chandler, (1978) dalam Andayani, (2005) mendefinisikan

agroforestry adalah ; Suatu system pengelolaan lahan yang lestari untuk

meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil tanaman

pangan (termasuk hasil pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan

dan/atau kegiatan peternakan baik secara bersama-sama maupun

berurutan pada sebidang lahan yang sama, dan menggunakan cara-cara

pengelolaan yang sesuai dengan pola kebudayaan penduduk setempat.

King (1978) dan Koppelman dkk., (1996) seperti yang dikutip Sa’ad

(2002) menyebutkan bahwa sistem agroforestry dapat dikelompokkan

menurut struktur dan fungsi, sebagaimana agroekologi dan adaptasi

lingkungan, sifat sosio ekonomi, aspek budaya dan kebiasaan (adat), dan

cara pengelolaannya.

7

Page 8: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Implementasi Sistem Agroforestry

Ada beberapa cara klasifikasi agroforestry diantaranya :

berdasarkan kombinasi komponen pohon, tanaman, padang

rumput/makanan ternak dan komponen lain yang ditemukan dalam

agroforestry (Sa’ad 2002)

1. Agrosilviculture : Campuran tanaman dan pohon, dimana

penggunaan lahan secara sadar untuk memproduksi hasil-hasil

pertanian dan kehutanan.

sumber : Sabarnurdin, 2004

Gambar 2 : Pola tumpang sari Perpaduan kehutanan dan pertanian

2. Silvopastoral : Padang rumput/makanan ternak dan pohon,

pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil kayu dan sekaligus

memelihara ternak.

8

Page 9: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Sumber : Marseno, 2004

Gambar 3 : Perpaduan Hutan pinus dan peternakan

3. Agrosilvopastoral : tanaman, padang rumput/makanan ternak dan

pohon, pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian

dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus memelihara hewan

ternak.

4. Sistem lain , yang meliputi :Silvofishery : pohon dan ikan Apiculture

: pohon dan lebah Sericulture : pohon dan ulat sutera

Selain praktek-praktek sistem agroforestry diatas Marseno (2004),

juga menyajikan bentuk lain sistem agroforestry yang berbasis pelestarian

lingkungan yaitu ;

1. Riperian Buffer Forest (Hutan Penyangga tepi sungai) ; fungsinya

menjaga kondisi alami di sepanjang sungai, menjaga erosi dan

meningkatkan biodiversitas. Sistim penyangga tidak hanya untuk

ekosistim tepi sungai, namun juga memberikan perlindungan terhadap

pengeolahan tanah disekitarnya. (lihat Gambar 4).

9

Page 10: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Sumber : Marseno, 2004

Gambar 4 : Hutan Penyangga Tepi Sungai

2. Windbreaks

Fungsinya untuk melindungi tanaman-tanaman pertanian yang

sensitive terhadap angina seperti gandum dan sayuran (gambar.5).

Pola-pola ini hampir menyerupai pola penanaman dalam agroforestry

yaitu trees along border yaitu penanaman tanaman kehutanan di

sekitar tanama pertanian (Sabarnurdin,2004)

Sumber : Marseno, 2004

Gambar 5 : Hutan Pemecah Angin

10

Page 11: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Agroforestry dalam upaya Konservasi Tanah dan Air

Menurut Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof Dr. Ir.

Muhjidin Mawardi MEng, bahwa terdapat paling tidak empat faktor utama

yang menentukan keberhasilan rekayasa konservasi tanah dan air, yaitu

sifat-sifat fisik tanah dan lahan, sifat hujan, interaksi antara hujan dengan

tanah dan lahan yang menghasilkan air limpasan permukaan dan infiltrasi,

serta simpanan air dalam tanah. (Ujianto,2006).

Agroforestry dalam konservasi tanah dan air adalah bagaimana

pengaruh kondisi vegetasi suatu hamparan lahan didalam mengatur tata

air memperbaiki kesuburan lahan. Bagaimana perpaduan pola tanam dan

kolaborasi antar macam kegiatan ekonomi yang berbasis agroforestry

yang mengarah perbaikan kondisi lingkungan, sehingga manfaat multi

fungsi dapat dirasakan.

Pengaruh tutupan pohon terhadap aliran air adalah dalam bentuk

(Noordwijk, et al. 2004 ) :

1. Intersepsi air hujan. Selama kejadian hujan, tajuk pohon dapat

mengintersepsi dan menyimpan sejumlah air hujan dalam bentuk

lapisan tipis air.

2. (waterfilm) pada permukaan daun dan batang yang selanjutnya

akan mengalami evaporasi sebelum jatuh ke tanah. Banyaknya air

yang dapat diintersepsi dan dievaporasi tergantung pada indeks

luas daun (LAI), karakteristik permukaan daun, dan karakteristik

hujan. Intersepsi merupakan komponen penting jika jumlah curah

hujan rendah, tetapi dapat diabaikan jika curah hujan tinggi. Apabila

curah hujan tinggi, peran intersepsi pohon penting dalam kaitannya

dengan pengurangan banjir.

3. Daya pukul air hujan. Vegetasi dan lapisan seresah melindungi

permukaan tanah dari pukulan langsung tetesan air hujan

yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi

pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan

11

Page 12: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi

air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat. Peran

lapisan seresah dalam melindungi permukaan tanah sangat

dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pelapukan; seresah

berkualitas tinggi (mengandung hara, terutama N tinggi) akan mudah

melapuk sehingga fungsi penutupan permukaan tanah tidak bertahan

lama.

4. Infiltrasi air. Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada

lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah. Struktur

tanah juga dipengaruhi oleh aktivitas biota yang sumber energinya

tergantung kepada bahan organic (seresah di permukaan, eksudasi

organik oleh akar, dan akar-akar yang mati). Ketersediaan makanan

bagi biota (terutama cacing tanah), penting untuk mengantisipasi

adanya proses peluruhan dan penyumbatan pori makro tanah.

5. Serapan air. Sepanjang tahun tanaman menyerap air dari berbagai

lapisan tanah untuk mendukung proses transpirasi pada permukaan

daun. Faktor– faktor yang mempengaruhi jumlah serapan air oleh

pohon adalah fenologi pohon, distribusi akar dan respon fisiologi

pohon terhadap cekaman parsial air tersedia. Serapan air oleh

pohon diantara kejadian hujan akan mempengaruhi jumlah air yang

dapat disimpan dari kejadian hujan berikutnya, sehingga

selanjutnya akan mempengaruhi proses infiltrasi dan aliran

permukaan. Serapan air pada musim kemarau, khususnya dari

lapisan tanah bawah akan mempengaruhi jumlah air tersedia untuk

‘aliran lambat’ (slow flow).

6. Drainase lansekap. Besarnya drainase suatu lansekap (bentang

lahan) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran

permukaan tanah, relief permukaan tanah yang

memungkinkan air tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga

mendorong terjadinya infiltrasi, tipe saluran yang terbentuk akibat

aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya ‘aliran cepat air tanah’

12

Page 13: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

(quick flow).

Peran Agroforestry dalam konteks hidrologi lebih pada skala

Lansekap (Widianto,2004) :

1. Infiltrasi à Peresapan

2. Evapotranspirasi

3. Penyaringan (filter) sedimen, hara

4. Limpasan permukaan à Banjir

5. Menjaga base-flow à Kekeringan

Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung

pertumbuhan tanaman, pada kondisi iklim dan lingkungan yang sesuai.

Untuk mempertahankan produksi  tetap lestari, maka cara untuk

memelihara atau mempertahankan kesuburan adalah dengan

memciptakan penggunaan lahan dalam kondisi ekosistem alami (Barrow,

1991, cit Maylinda et al, 2003).

Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah

penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai

dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai

dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan konservasi air.

(Beydha, 2002)

Keberlanjutan sistem penggunaan lahan sangat tergantung pada

fleksibilitasnya dalam keadaan lingkungan yang terus berubah. Adanya

keanekaragaman sumberdaya genetik yang tinggi pada tingkat usahatani

akan menunjang fleksibilitas ini (Reijntjes, 1999).

Beberapa tindakan mendekati sasaran pertanian berkelanjutan

(Padmowijoto, 2004) ;

1. Lebih mendekati pada proses alami, seperti siklus hara, dan fixasi N

atmosfer.

13

Page 14: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

2. Mengurangi penggunaan input eksternal yang tidak bisa diperbarui,

yang potensial merusak lingkungan atau mengancam kesehatan

petani dan konsumen.

3. Lebih produktif dalam menggunakan potensi biologi dan genetik

tanaman dan species ternak.

4. Produksi lebih menguntungkan dan efisien dengan menekankan pada

manajemen usaha secara integrasi, dan konservasi tanah, air, energi

dan sumber biologi.

Menurut FAO (1989), agroforestri merupakan suatu sistem

penggunaan lahan yang tepat untuk mendukung pertanian berkelanjutan,

karena disamping memiliki konstribusi produksi yang nyata dan beragam,

juga fungsi konservatif  terhadap lingkungan dan keadaan sosial sehingga

menjamin ekonomi yang lebih luas dan keamanan pangan lebih tinggi.

Agroforestry pada dasarnya adalah pola pertanaman yang

memanfaatkan sinar matahari dan tanah yang `berlapis-lapis` untuk

meningkatkan produktivitas lahan. Ambil contoh berikut ini. Pada sebidang

tanah, seorang petani menanam sengon (Paraserianthes falcataria) yang

memiliki tajuk (canopy) yang tinggi dan luas. Di bawahnya, sang petani

menanam tanaman kopi (Coffea spp) yang memang memerlukan

naungan untuk berproduksi. Lapisan terbawah di dekat permukaan tanah

dimanfaatkan untuk menanam empon-empon atau ganyong (Canna

edulis) yang toleran/tahan terhadap naungan. Bisa dimengerti bahwa

dengan menggunakan pola tanam agroforestry ini, dari sebidang lahan

bisa dihasilkan beberapa komoditas yang bernilai ekonomi. Akan tetapi

sebenarnya pola tanam agroforestry sendiri tidak sekedar untuk

meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga melindungi lahan dari

kerusakan dan mencegah penurunan kesuburan tanah melalui

mekanisme alami. Tanaman kayu yang berumur panjang diharapkan

mampu memompa zat-zat hara (nutrient) di lapisan tanah yang dalam,

kemudian ditransfer ke permukaan tanah melalui luruhnya biomasa

(Budiadi,2005).

14

Page 15: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Manfaat Lingkungan yang dapat diperoleh dari sistem

Agroforestry (Sabarnurdin, 2004) ;

1. Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga fungsi kawasan hutan

tidak terganggu (tata air, keanekaragaman hayati dll);

2. Lebih efisien dalam recicling unsur hara melalui pohon berakar dalam

di lokasi tsb.;

3. Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah hulu

DAS;

4. Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah ;

5. Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu permukaan tanah,

mengurangi evapotranspirasi karena kombinasi mulsa dari tanaman

setahun/semusim dan naungan pohon;

6. Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah melalui penambahan

yang kontinyu hasil proses dekomposisi bahan organik ;

Dari teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat diartikan bahwa

sistem agroforestry cukup flexible untuk diterapkan di bagian hulu sungai

yang mengalami kekritisan lahan, dalam rangka pemulihan kondisi lahan

tersebut. Hanya yang perlu diatur adalah ;

1. Pemilihan perpaduan atau kombinasi sistem agroforestry

yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik lahan.

2. Pemilihan jenis yang tepat didalam rangka pengembalian

kesuburan tanah dan terbentuknya kembali sistim hidrologi lahan.

3. upaya pembentukan strata yang tepat dalam rangka

rekayasa konservasi tanah dan air, tanpa mengeyampingkan fungsi

ekonomi dari kegiatan agroforestry tersebut.

Pemillihan Jenis Tanaman, dan Perpaduan Kegiatan Dalam Agroforestry terkait upaya konservasi

Peran agroforestry dalam mengatasi lahan yang marginal,

Padmowijoto (2004), menyebutkan bahwa tanaman leucaena (lamtoro)

yang ditanam rapat dengan jarak antara baris satu meter, mampu

15

Page 16: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

menghasilkan pupuk hijau sebanyak 120 ton/ha/tahun, sehingga dapat

memberikan 1000 kg nitrogen, 200 kg asam fosfat dan 800 kg potasium,

berturut-turut setara dengan 100 sak (50 kg) ammonium sulfat, 20 sak (50

kg) super fosfat dan 24 sak (50 kg) potasium muriate Fixaksi n atmosfer

menambah kesuburan, murah dan tidak mengganggu lingkungan.

Penambahan pupuk hijau gliricidia maculata meningkatkan kandungan

phosphorus sekitar 26-37% pada berbagai tipe tanah serta meningkatkan

N, Fe dan Mn.

Akar legume dalam sistem alley cropping (penanaman sistem

jalur) berfungsi sebagai pompa mineral. Batang legume yang berada

diatas tanah dalam bentuk alley cropping mampu menahan run off dan

mampu menurunkan besaran erosi tanah miring dari 96,9 ton/ha menjadi

hanya 0,8 ton/ha dan setelah tiga tahun program berjalan, balance hara

tanah jadi positif artinya lebih banyak hara yang kembali kedalam tanah

dibanding yang hilang.

Menurut Oosterling (1927), yang berperan langsung bukanlah

keadaan tegakan hutan, melainkan kemampuan serasah menyerap air

dan kesarangan tanah hutan. Meskipun hutan berada dalam keadaan

utuh, akan tetapi seresah tidak terbentuk atau hilang dan tanah bersifat

mampat, penyaluran permukaan pada waktu hujan deras tetap besar

(Notohadiprawiro,1981).

Dengan demikian pemilihan jenis sangat diperlukan didalam

perpaduan tanaman pada sistem agroforestry. Kombinasi agroforestry

dalam upaya konservasi lebih di konsentrasikan pada komposisi jenis, dan

strata tajuk yang dibentuk. Hal ini terkait dengan penutupan lahan yang

sangat berpengaruh terhadap hidrologi suatu lahan.

Selain itu dalam rangka mengembalikan kesuburan tanah maka

diperlukan jenis-jenis dan pola perpaduan kegiatan yang mampu

meningkatkan produktifitas lahan, seperti tanaman legume yang mampu

mengikat N di udara, serta sistem agrosilvopasoral (kombinas tanaman

pertanian, kehutanan dan peternakan) yang dapat meningkatkan unsur

16

Page 17: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

hara tanah, dan porositas tanah yang memudahkan terjadinya infiltrasi,

sehinggga memperbaiki sistem hidrologi.

Kesimpulan dan Saran

1. Pengelolaan sumberdaya alam di bagian hulu DAS telah

menyebabkan kualitas lahan menurun (banyaknya lahan kritis dan

perlu upaya perbaikan)

2. Upaya untuk memperbaiki kualitas DAS dapat diterapkan bentuk

pertanian berkelanjutan melalui sistem agroforestry dengan kombinasi

berbagai kegiatan usaha.

3. Agroroforestry dengan input teknologi yang lain dan didukung oleh

kearifan lokal (indigeneous knowledge) dapat mengembalikan

kesuburan dan kondisi tata air suatu lingkungan DAS dengan

mempertimbangkan perpaduan kegiatan agroforestry dan pemilihan

jenis tanaman, tanpa mengabaikan tatanan sosial dan ekonomi

masyarakat.

Tinjauan Pustaka/Sumber ReferensiMarwah Sitti, 2001. Daerah Aliran Sungai (Das) Sebagai Satuan Unit

Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net

Soewandito, Hasmono et.al 2002. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Aliran Permukaan, Sedimen Dan Unsur Hara, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.4, No.5, www.iptek.net.id

Suhardi, 2003. Efektifitas Vegetatif Dalam Konservasi Tanah Dan Air Pada Suatu Das, Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net

Ujianto, Bambang, 2006. Faktor Penentu Rekayasa Konservasi Tanah dan Air. Suara Merdeka Cybernews.

17

Page 18: PENDAHULUAN -    Web viewKing (1978) dan Koppelman dkk., (1996) ... Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai lapisan dalam profil tanah

Sa'ad, Asmadi. 2002, Agroforestry Sebagai Salah Satu Alternatif Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia.  Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Download www.tumoutou.net

Anonim, 2007. 60 DAS di Indonesia Minta Prioritas Penanganan, Kompas Online. www.terranet.com

Anonim, 2007 Indonesia kenalkan Agroforestry ke   Jepang Suara Merdeka publication by www.bainahsaridewi.wordpress.com

Padmowijoto, Soemitro 2004 Pengembangan Model Pertanian Terpadu, Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Marseno Djagal W. 2004. Post Harvest Technology Development And Dissemination Of Agroforestry-Based Products, Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Andayani, Wahyu. 2005. Ekonomi Agroforestry, DEBUT Press, Jogjakarta.

Budiadi, 2005. Agroforestry, mungkinkah mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan?. Inovasi Online. Download www. mio.ppi.jepang.org

Zulrasdi. Noer, .Sjofjendi, 2005. Pertanian di Daerah Aliran Sungai, Lembaga Informasi Pertanian, BPPT Sumatera Barat

Maylinda, Sucik et al. 2003. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Agroforestri. Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor. Download www.tumoutou.net

Widianto. 2004. Agroforestry for Upland Husbandry : a Farmers’ Friendly. Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Noordwijk, Meine van, et al. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Download www.worldagroforestrycentre.org

Sabarnurdin, M. Sambas. 2004. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan Tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

18