Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis

Embed Size (px)

Citation preview

Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis pada Inkontinensia UrineOleh Dr Siti Annisa Nuhonni SpRM (FKUI/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo)Senin, 28 Aug 2000 10:21:58

Pdpersi, Jakarta Pendahuluan Berbagai kondisi dapat mengganggu mekanisme dan fungsi fisiologi kandung kemih. Gangguan dapat terjadi pada fungsi persyarafan, pada otot sfingter uretra atau otot dasar panggul oleh berbagai sebab, misalnya infeksi, trauma medulla spinalis, gangguan hormonal, ataupun gangguan mekanis, dan sebab lain. Tergantung penyebab dan berat-ringannya inkontinensia (keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol), dapat dipilih berbagai terapi non farmakologis. Terapi utama dalam kelompok terapi non farmakologis dikenal sebagai Behavioral Therapies, yaitu berbagai intervensi yang diajarkan kepada pasien untuk memodifikasi perilaku kesehariannya terhadap kontrol kandung kemih. Di sini termasuk:

Pengaturan diet dan menghindari makanan/minuman yang mempengaruhi pola berkemih (seperti cafein, alkohol). Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor axercise, latihan fungsi kandung kemih (blandder training) dan program katerisasi intermitten. Latihan otot dasar panggul menggunakan biofeedback. Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy.

Selain behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu dan pemanfaatan berbagai alat bantu terapi inkontinensia. Kombinasi antara terapi medikamentosa dan intervensi non farmakologis memberikan hasil pemulihan inkontinensia lebih baik. Penyulit terapi non farmakologis adalah perlunya kooperasi pasien untuk bekerjasama. Bila kerjasama tak terjalin, maka terapi tak akan berhasil. Oleh karenanya, diperlukan kecermatan dan ketelatenan tenaga medis dan paramedis untuk meyakinkan pasien dengan memberikan informasi yang benar dan mendampingi serta mengevaluasi secara teratur, sampai pemulihan maksimal tercapai. Latihan Otot Dasar Panggul (Plevic Floor Exercise) Latihan otot dasar panggul yaitu latihan dalam bentuk seri untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul. Otot dasar panggul tak dapat dilihat dari luar, sehingga sulit untuk menilai kontraksinya secara langsung. Oleh karena itu, latihannya perlu benar-benar dipelajari, agar otot yang dilatih adalah otot yang tepat dan benar. Keberhasilan akan dicapai bila: 1. Pastikan bahwa pengertian pasien sama dengan yang anda maksud

2. 3. 4. 5.

Latihan dilakukan tepat pada otot dan cara yang benar Lakukan secara teratur, beberapa kali per hari Praktekkan secara langsung pada setiap saat dimana fungsi otot tersebut diperlukan Latihan terus, tiada hari tanpa latihan

Sebagian pasien, sulit mengerjakan latihan ini. Mereka mengasosiasikan kontraksi otot dasar panggul sebagai gerakan mengejan dengan konsentrasi pada otot dasar panggul. Hal ini salah, dan akan menimbulkan inkontinensia lebih parah lagi. Ada lagi yang mengartikannya sebagai gerakan mendekatkan kedua bokong, mengencangkan otot paha dan saling menekankan kedua lutut di sisi tengah. Gerakan ini taka kan menghasilkan penguatan otot dasar panggul, melainkan menghasilkan bokong yang bagus dan paha yang kuat. Jenis Latihan Beberapa jenis latihan kontaksi otot dasar panggul perlu dikenali. Lakukanlah sendiri sebelum melatih pasien. Latihan 1 Bayangkan, anda ingin buang angin dan lakukan seolah-olah anda menahan agar tak terjadi buang angin. Akan terasa, otot dasar panggul bergerak, bokong dan otot paha tidak bergerak, kulit sekitar anus berkontraksi dan seolah-oleh anus masuk ke dalam. Latihan 2 Bayangkan, anda duduk di toilet untuk buang air kecil. Hentikan arus pancaran miksi, tahan dan lepaskan lagi. Latihan ini disebut STOP TEST. Latihan agak sulit untuk dikerjakan karena tekanan dari suprauretra lebih besar. Pada prakteknya, lakukan stop test pada perjalanan pancaran miksi, stop, relaksm selesaikan miksi. Mungkin anda hanya berhasil mengecilkan deras aliran miksi, hal ini berarti otot dasar panggul memang lemah. Setidaknya otot yang dilatih sudah benar. Bila aliran miksi semakin deras, berarti otot yang berkontraksi tidak benar, artinya yang berkontraksi bukan otot dasar panggul. Latihan tak boleh sering dilakukan, sukup satu kali sehari saja. Latihan 3 Anda berbaring terlentang, dengan kedua lutut fleksi dan terpisah melebar. Bayangkan, seseorang mencoba menusuk dengan jarum tumpul pada area parineal. Tanpa menggerakkan tungkai, tanpa masuk ke arah tubuh untuk menghindari tusukan imajiner tersebut. Bila gerakan benar, maka kulit sekitar anal mengkerut dan masuk. Untuk memastikannya, letakkan telunjuk pada perineum, kontraksikan otot dasar panggul, terasa prenium bergerak menjauhi jari. Dan bila relaks, jari akan tersentuh prenium kembali. Latihan 4 Dengan posisi berbaring seperti latihan 3, letakkan satu jari di area tulang ekor, sedangkan jari lain pada area tulang pubis. Pada waktu kontraksi otot dasar panggul, terasa gerakan kedua jari tengah, atau berarti tulang ekor dan tulang pubis bergerak saling mendekat. Bila ke-4 latihan tersebut dikerjakan dengan benar dan pasien serta anda tidak ragu lagi, maka tahap latihan dasar dapat dilakukan. Program Latihan Dasar

Kontraksi otot dasar panggul dilakukan dengan: a. Cepat : Kontraksi-relaks-kontraksi-relaks-dst b. Lambat : Tahan kontraksi 3-4 detik, dengan hitungan kontraksi 2-3-4-relaks, istirahat2-3-4, kontraksi-2-3-4 relaks-istirahat-dst. Latihan seri gerakan cepat disusul dengan gerakan lambat dengan frekuensi sama banyak. Misalnya, 5 kali kontraksi cepat, 5 kali kontraksi lambat. Latihan ini pun dikerjakan pada berbagai posisi, yaitu sambil berbaring, sambil duduk, sambil merangkak, berdiri, jongkok, dll. Harus dirasakan bahwa pada posisi apapun otot yang berkontraksi adalah otot dasar panggul. Jangan harapkan keberhasilan akan segera muncul, karena otot dasar panggul dan otot sfingter yang lemah, serta tak biasa dilatih, cenderung cepat lelah. Bila keadaan letih (fatig) tercapai, maka inkontinensia akan lebih sering terjadi. Oleh karena itu perlu dicari titik kelelahan pada setiap individu. Caranya, dilakukan dengan trial and error. Lakukan kontraksi dengan frekuensi tertentu cepat dan lambat, misalnya 4 kali atau 5 kali atau 6 kali dan tentukan frekuensi sebelum mencapai titik lelah dan otot menjadi lemah. Yang terakhir ini dapat dites dengan melakukan digital vaginal self asessment (vaginal toucher) yaitu, memasukkan dua jari tangan setelah dilumuri jelly, ke dalam vagina. Coba buka kedua jari arah antero-posterior dan minta pasien melawan gerakan tersebut dengan mengkontraksikan otot dasar panggul. Pada jari pemeriksaan akan terasa tekanan, ini berarti kekuatan otot positif, sekaligus dinilai, kekuatan tersebut lemah, sedang, atau kuat. Ajarkan kepada pasien agar dia mampu melakukan sendiri digital vaginal self asessment. Bila fasilitas memenuhi, kekuatan otot dasar panggul dapat diukur dengan suatu alat tertentu. Awali latihan dengan frekuensi latihan kecil, yaitu 3, 4 dan 5 kali kontraksi setiap seri. Frekuensi kontraksi ini disebut dosis kontraksi dasar. Lakukan pada dosis awal, 10 seri perhari, sehingga bila kontraksi dasar adalah 4 kali, maka perhari dilakukan kontraksi 4 cepat, 4 lambat, 10 kali = 80 kali kontraksi per hari. Ingat, tiada hari tanpa latihan. Dosis kontraksi dasar ditingkatkan setiap minggu, dengan menambahkan frekuensi kontraksi 1 atau 2, tergantung kemajuan. Lakukan semua dengan perlahan, tak perlu cepat-cepat. Pada akhir minggu ke IV, sebaiknya telah dicapai 200 kontraksi perhari. Pada awalnya, latihan terasa berat, tetapi kemudian akan terbiasa dan terasa ringan. Lakukan latihan dimana saja dan kapan saja. Misalnya, saat duduk, berdiri, berjalan, sambil masak, sambil kerja di kantor, sambil mandi, dll. Untuk mengingatkan, buat tanda kecil dibeberapa tempat/barang yang biasa anda pakai/lihat setiap hari. Misalnya stiker bulatan di beberapa tempat. Bila anda lihat tanda tersebut, berarti anda harus mulai latihan kontraksi otot dasar panggul. Bila perlu, minta anggota keluarga untuk mengingatkan anda. Selama melaksanakan latihan, buatlah catatan harian, yang disebut sebagai catatan evaluasi kemajuan. Bila telah ada kemajuan, tingkatkan jumlah seri perhari, menjadi 12 kali, 15 kali, dan seterusnya. Sebagai target, pada minggu ke 6-8 harus tercapai 300-400 kali kontraksi perhari. Sebagai parameter keberhasilan, dapat dipakai:

Stop test Frekuensi miksi perhari

Volume vaginal asessment

Latihan Otot Dasar Panggul dengan Biofeedback Biofeedback sering dimanfaatkan untuk membantu pasien mengenali ketepatan otot dasar panggul yang akan dilatih. Caranya adalah dengan menempatkan vaginal perineometer dan dapat dimonitor melalui suara atau tampak kontraksi otot di kaca monitor. Pada penelitian, dibuktikan oleh Shepherd bahwa kombinasi latihan otot dasar panggul dengan biofeedback, meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan inkontinensia (91 persen) dibandingkan kelompok kontrol tanpa biofeedback (55 persen). Penyempurnaan biofeedback saat ini, dapat sekaligus memonitor kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul dan otot abdomen. Bahkan biofeedback dapat digunakan di rumah, untuk latihan pasien inkontinensia. Latihan Otot Dasar Panggul Menggunakan Vaginal Weight Cone Therapy Vaginal weight cone therapy adalah alat pemberat dengan berat antara 20 gr - 70 gr yang dimasukkan ke dalam vagina. Pasien diminta berdiri, berjalan normal, selama 15 menit dan harus menegangkan otot dasar panggul agar beban tersebut tidak jatuh. Dimulai dengan beban ringan dan kemudian ditingkatkan latihan dilakukan dua kali perhari. Latihan dievaluasi dibandingkan dengan pemulihan inkontinensianya. Tentu saja pada saat menstruasi, latihan ini jangan dilakukan. Electrical stimulation (ES) Terapi stimulasi listrik untuk inkontinensia mulai diperkenalkan pada masa kini, terutama untuk multiple lower urinary tract disorders. Stimulasi ditujukan kepada syaraf sacral otonomik atau syaraf somatik yang secara spesifik. Hasil terapi tergantung dari utuh tidaknya jaras syaraf antara sacral cord dan otot dasar panggul. Secara umum manfaat ES cukup baik, namun masih perlu penelitian lebih lanjut. Alat Bantu Terapi Inkontinensia Banyak alat yang dirancang untuk membantu mengatasi inkontinensia, antara lain:

Urinary Control Pad. Continence Shield. Urethral Occlusion Insert. Bladder Neck Prothesis. Vaginal Pessaries. Penile Cuffs and Clamps.

Penutup Pemanfaatan terapi non farmakologis secara spesifik, tergantung dari jenis inkontinensia yang terjadi. Pada umumnya, kombinasi antara latihan otot dasar panggul dengan terapi medikamentosa merupakan metode yang paling sering dipilih, dan mempunyai manfaat cukup baik. Apalagi terapi yang diberikan, harus berdasarkan ketepatan diagnosis.

Disampaikan pada Simposium Diagnosis dan Penatalaksanaan Mutakhir Inkontinensia Urin, Sabtu (19/8), di Jakarta