Upload
others
View
60
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASCA
OPERASI RUPTURE ANTERIOR CRUCIATUM LIGAMENT (ACL),
LATERAL COLATERAL LIGAMENT(LCL) DAN MENISCUS MEDIAL
DI RS ORTHOPEDI PROF. DR. R. SEOHARSO SURAKARTA
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh :
ELVIRA LUCKINDA KRISNIAJATI
J100 140 070
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
ABSTRAK
PENTALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASKA OPERASI
RUPTUR ANTERIOR CRACIATUM LIGAMEN (ACL), LATERAL
CRACIATUM LIGAMEN (LCL), DAN MENISCUS MEDIAL DI RS.
ORTOPEDI PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA
Latar belakang : Rupture ligament dan meniscus adalah sutu cidera olahraga
yang serig terjadi. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pasca operasi ruptur
Anterior cruciatum Ligament, Lateral Collateral Ligament, dan Meniscus medial
ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang ruptur
ligament dan meniscus dengan modalitas yang diberikan adalah infra red dan
terapi latihan.
Tujuan : untuk menegetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri,
odema, meningkatkan ligkup gerak sendi, kekuatan otot pada kasus pasca operasi
ruptur Anterior cruciatum Ligament, Lateral Collateral Ligament, dan Meniscus
medial mengunakan modalitas terapi latihan dan infra red.
Hasil : Setelah dilakukan fisioterapi 6 kali didapatkan hasil penurunan nyeri pada
nyeri diam T0: 3,0 cm, menjadi T6 : 0,6 cm ; nyeri tekan T0 : 6,6 cm menjadi T6 :
3,2 cm dan nyeri gerak T0 : 5,1 cm menjadi T6 : 2,7 cm. Penurunan odema knee
T0: 3 cm menjadi T6 : 1 cm. Peningkatan lingkup gerak sendi aktif dari T0 : S :
0o-20
o-55
o Menjadi T6 : S : 0
o-0
o-95
o. Peningkatan kekuatan otot ekstensor dari
T0 : 3 menjadi T6 : 4.
Kesimpulan : terapi latihan dan infra red dapat mengurangi nyeri dan bengkak,
meningkatkan ligkup gerak sendi, dan kekuatan otot.
Kata kunci : Ruptur Anterior cruciatum Ligament, Lateral Collateral Ligament,
dan Meniscus medial, terapi latihan dan infra red.
ABSTRACT
Background: rupture ligament and meniscus is frequent sport injury.
Physiotherapy management in postoperative ruptured cases Anterior cruciate
ligament, lateral collateral ligament, and medial Meniscus are intended to provide
information and understanding of ligament and meniscus rupture with the
modalities given are infra red and exercise therapy.
Objective: To determine the management of physiotherapy in relieving pain,
edema, increase joint ligkup, muscle strength in postoperative cases of ruptures
Anterior cruciate ligament, lateral collateral ligament, and medial Meniscus using
modality of exercise and infra-red therapy.
Result: After physiotherapy 6 times got result of decrease of pain in silent pain
T0: 3.0 cm, become T6: 0,6 cm; Tenderness T0: 6.6 cm to T6: 3.2 cm and motion
pain T0: 5.1 cm to T6: 2.7 cm. The decrease of knee knee decrease T0: 3 cm to
T6: 1 cm. Increased scope of active joint motion from T0: S: 0o-20
o-55
o Became
T6: S: 0o-0
o-95
o. Increased extensor muscle strength from T0: 3 to T6: 4.
Conclusions : exercise therapy and infra red can reduce pain and swelling,
increase joint ligkup motion, and muscle strength.
2
Keywords: Anterior cruciate ligament rupture, Lateral Collateral Ligament, and
medial Meniscus, exercise therapy and infra red.
1. PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu cara yang dilakukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani dan rohani. Sehingga orang-orang sering menggunakan waktu
luang untuk berolahraga. Olahraga yang dipilih juga beragam seperti basket, voli,
lari, tenis, dan masih banyak lagi. Salah satu olahraga yang sering. dimainkan oleh
remaja yaitu voli. Karena voli dapat lebih mudah dipelajari. Dikarenakan tidak
berhati-hati, sering terjadi kecelakaan saat berolahraga. Kecelakaan dapat
mempengaruhi atlit tersebut. Akan ada perbedaan performa antara atlit sesudah
operasi dengan sebelum operasi. Hal ini dapat menyebabkan seorang atlit menjadi
kurang percaya diri.Kecelakaan dalam olahraga dapat menimbulkan cidera ringan
seperti sprain atau strain,tidak jarang terjadi cidera yang cukup serius seperti patah
tulang, cidera ligament dan meniscus, dsb.
Berdasarkan penelitian Kaiser (Hewet & Timoty, 2007) olahraga seperti
football, baseball, basket, volley, sepak bola dan sky terdapat 78% cidera anterior
cruciatum ligament menyertai dalam kegiatan. Resiko rupture ligament dan
meniscus lebih banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan 1:5 karena faktor
anatomis, faktor hormonal selain itu wanita memiliki kelemahan sendi yang lebih
besar. Rupture ligament adalah robeknya jaringan yang menjaga kestabilan sendi
lutut. Ligamen yang sering putus adalah anterior cruciate ligament (ACL) dan
Lateral Collateral Ligament (LCL). Sedangkan rupture meniscus adalah putusnya
tulang rawan yang membantu mengurangi tekanan pada tulang. Tidak jarang
pasien juga mengalami salah satu atau dua sekaligus rupture meniscus.
Kecelakaan tersebut apabila tidak segera ditangani dengan baik dapat
memperparah keadaan. Operasi adalah jalan yang seering dianjurkan oleh dokter
untuk memperbaiki ligament dan meniscus yang robek atau putus.
Pada umumnya setelah mendapat tindakan medis (operasi) paisen akan
memiliki masalah seperti 1) lingkup gerak sendi berkurang, 2) nyeri pada lutut, 3)
gangguan berjalan, 4) kekuatan otot menurun. Beberapa teknik untuk membantu
meningkatkan kemampuan fisik dan aktivitas fungsional dengan optimal dengan
3
inframerah dan terapi latihan. Terapi latihan meliputi active movement, passive
movement, contrak relax dan hold relax.
Dilatar belakang adapun rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini
sebagai berikut : 1). Apakah Infra Red dan terapi latihan dapat mengurangi Nyeri
?, 2) Apakah terapi latihan dapat meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS),
kekuatan otot, dan mengurangi odema ?
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Pasca Operasi Ruptur Anterior Cruciate
Ligamen, Lateral Collateral Ligamen, dan Meniscus Medial Dextra ini yaitu :1).
Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi latihan dan infrared pada kasus Post
Operasi Ruptur Anterior Cruciate Ligamen, Lateral Collateral Ligamen, dan
Meniscus Medial dextra dikalangan fisioterapi, medis dan masyarakat.2).Untuk
mengetahui pengaruh Infra Red dan terapi latihan terhadap pengurangan nyeri,
pengurangan oedema, peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak
sendi, dan dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Post Operasi
Rupture Anterior Cruciate Ligament, Lateral Collateral Ligamen dan Meniscus
Medial Dextra
2. METODE PENELITIAN
2.1 Definisi Kasus
Anterior cruciatum Ligament adalah salah satu cidera olahraga yang sering
terjadi. Tujuan utama pengobatan untuk menstabilisasikan lutut, pemulihan fungsi
yang hilang dan pencegahan pengembangan osteoarthritis jangka panjang .(
Malhotra dkk, 2016). Ligament Collateral Lateral adalah ligament yang jarang
terjadi cidera dan biasanya terjadi akibat dari gerakan varus traumatis di seluruh
lutut (Kisner and Colby, 2007 ).Meniscus medial melekat erat pada kapsul sendi
serta anterior cruciatum ligament, posterior cruciatum ligament dan medial
collateral lateral (kisner and Colby, 2007).
2.2 Anatomi Terapan
Salah satu persendian yang paling besar dan kompleks karena memiliki banyak
sekali komponen pembentuk, sehingga cidera cidera yang terjadi sangat
4
bervariasi. Sendi lutut dibentuk oleh 4 macam komponen yaitu ligament, tulang,
tulang rawan, ligament dan tendon. Tulang yang membentuk sendi lutut yaitu
Femur, Tibia, dan Patella. Tulang rawan yang melindungi sendi yaitu meniscus.
Meniscus dibagi menjadi 2 bagian yaitu Meniscus Medial dan Meniscus Lateral.
Sendi lutut memiliki 4 ligament yaitu Anterior Cruciatum Ligament (ACL),
Posterior Cruciatum Ligament (PCL), Lateral Collateral Ligament (LCL), dan
Medial Collateral Ligament (MCL). Tendon yang membentuk yaitu Quadriceps
tendon dan Patella tendon. Otot yang membantu pergerakan yaitu M. quadriceps,
M. popliteus, M. hamstring, dan M. gastrocnemius.
Sendi lutut memiliki 2 derajat kebebasan gerak yaitu fleksi dan ekstensi
pada bidang sagital dengan sumbu gerakan medial lateral dan rotasi pada bidang
tranversal atau longituginal dengan sumbu gerak vertical. Pada gerakan close-
chain seperti berdiri dari kursi gerakan dari concave dan convex akan berlawanan
arah.
2.3 Etiologi
Cidera ACL,LCL dan meniscus medial sering terjadi karena olahraga.
Mekanisme ini biasanya mencakup valgus pada fleksi yang terlalu dalam dan
dikombinasi dengan rotasi atau hiperekstensi atau kedua-duanya. Mekanisme
cidera juga dapat dikategorikan sebagai tipe gaya putar atau tekan. Tipe gaya
tekan mung kin akan menimbulkan lebih banyak luka pada meniscus dan fraktur
osteochondral. Mekanisme yang sering terjadi yaitu gerakan berhenti yang tiba-
tiba dari kaki yang disertai gerakan berputar lutut secara tiba-tiba.
2.4 Patofisiologi
ACL mencegah translasi anterior tibia terhadap femur yang berfungsi untuk
meminimalisir terjadinya rotasi tibia. Fungsi sekunder dari ACL adalah untuk
mencegah posisi valgus dan varus pada lutut terutama saat ekstensi. Cedera ACL
menyebabkan perubahan kinematika pada lutut. Osteoarthritis merupakan
patologi yang terjadi karena penundaan rekontruksi yang terjadi pada lutut.
Sekitar 15 % dari kasus ACL menjalani Total Knee Replacment (TKR). (Maguire
et al., 2012)
5
LCL mencegah terjadinya unstabil pada sendi lutut. Fungsi sekunder dari
LCL adalah untuk mencegah agar sendi lutut tidak bergeser kedepan terutama saat
fleksi. Cidera LCL menyebabkan perubahan pada kinematika lutut. Meniscus
Medial mencegah terjadinya pergesekan tulang femur dan tibia. Gerakan
menekan dan bergeser pada lutut dapat mengakibatkan sendi bergesekan dan
menyebabkan tulang rusak.
2.5 Tanda dan gejala klinis
Penderita paska opeasi rupture ligament dan meniscus akan ditemui
berbagai tanda dan gejala yaitu pasien merasakan nyeri pada bagian lutut
haemoarthrosis yang terjadi karena pendarahan ligament. Adanya suara “POP”
dari lutut. Lutut akan terasa longgar atau tidak stabil. Terjadi pembekakan
terutama pada bagian lutut. Lutut terasa terkunci dan kaku. Terjadinya rupture
ligament dapat dikarenakan gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba dan gerakan
memutar.
2.6 Penataksanaan Studi Kasus
2.6.1 Identitas pasien
Pasien bernama Tn. H, Umur 28 Tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Agama
Islam, Pekerjaan seorang guru Olahraga di SMA 1 Gorontalo, yang beralamatkan
di desa Kauman 6/3 Sine Ngawi Jawa Timur dengan nomer regrestasi medis
292119.
2.6.2 Keluhan Utama
Pasien merasa nyeri pada saat berjalan dengan Kruk disekirtar daerah
bekas luka, Lutut belum dapat ditekuk secara maksimal dan Kesulitan toileting
dan dressing.
2.6.3 Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi berupa inspeksi (statis dan dinamis), palpasi,
perkusi, pemeriksaan gerak(gerak aktif, gerak pasif dan gerak melawan tahanan ),
nyeri, MMT, LGS dan antropometri.
2.6.4 Problematika Fisioterapi
Ditemukan Adanya nyeri pada bekas luka, nyeri gerak saat fleksi knee,
penurunan LGS dan penurunan kekuatan otot pada knee dextra.Pasien kesulitan
6
berjalan tanpa mengunakan 2 kruk, Keterbatasan melakukan dressing dan
toileting, dan Penurunan fungsional berjongkok.Pasien mampu bersosialisasi baik
dengan lingkungan masyarakat, dan Pasien belum mampu melakukan gerakan
solat berdiri.
2.6.5 Penatalaksanaan Fisioterapi
Interverensi yang dipakai sama dengan modalitas yang diberikan pada saat
terapi pertama yaitu Hold relax dan active assisted movement.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Nyeri
Dari pemeriksaan T1 (terapi hari pertama)- T6 (terapi hari keenam)
terdapat penurunan nyeri. Pada T1 nilai nyeri diam 3,0 yaitu nyeri ringan dan
T6 menurun menjadi 0,6 yaitu tidak nyeri. Untuk nyeri gerak pada T1 nyeri
bernilai 5,1 yaitu nyeri sedang dan T6 menurun menjadi 2,7 yaitu nyeri
ringan. Untuk nyeri tekan pada T1 6,6 yaitu nyeri berat dan T6 menurun
menjadi 3,2 yaitu nyeri ringan.
Grafik. 1 Evaluasi nyeri dengan VAS
Tabel 1 Evaluasi nyeri dengan VAS
Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam 3,0 2,7 2,3 1,8 1,2 0,6
Nyeri tekan 5,1 4,6 4,1 3,6 3,1 2,7
Nyeri gerak 6,6 5,8 5,1 4,5 3,8 3,2
0
2
4
6
8
T1 T2 T3 T4 T5 T6
NIL
AI N
YER
I
TERAPI HARI KE-
EVALUSI NYERI
NYERI DIAM
NYERI GERAK
NYERI TEKAN
7
3.1.2 Odema kaki kanan
Dari pemeriksaan T1 (terapi hari pertama) – T6 (terapi hari ke enam)
terjadi penurunan odema. Odema diukur dengan patokan tuberositas tibia.
Untuk lingkar odema dari proximal 5 cm ke tuberositas tibia T1 : 38 cm
menjadi T6 : 36 cm. Untuk lingkar odema dituberositas tibia T1 : 36 menjadi
T6 : 34 cm. Untuk lingkar odema dari distal 5 cm ke tuberositas tibia T1 : 34
cm menjadi 32 cm. Sedangkan untuk lingkar odema dari distal 10 cm ke
tuberositas T1 : 40 cm menjadi T6 : 38 cm.
Grafik 2 Evaluasi lingkar segmen kanan
Tabel 2 Evaluasi lingkar segmen kanan
Titik T1 T2 T3 T4 T5 T6
Ke proksimal 5 cm
ke tuberositas tibia
38 38 38 37 37 36
Tuberositas tibia 36 36 36 35 35 34
Ke distal 5 cm ke
tuberositas tibia
34 34 34 33 33 32
Ke distal 10 cm ke
tuberositas tibia
40 40 40 39 39 38
3.1.3 Panjang tungkai kanan
Dari pemeriksaan T1 (terapi hari pertama) - T6 (terapi hari keenam) belum
terjadi perubahan. Pengukuran panjang tungkai bone lenght patokan
0
10
20
30
40
50
T1 T2 T3 T4 T5 T6
LIN
GK
AR
OD
EMA
TERAPI HARI KE-
LINGKAR ODEMA Ke proksimal 5 cmke TuberositasTibia
Tuberositas Tibia
Ke distal 5 cm dariTuberositas Tibia
Ke distal 10 cmdari TuberositasTibia
8
throkantor mayor ke tuberositas tibia T1 : 46 cm menjadi T6 : 46 cm. Untuk
pengukuran appearance lenght patokan umbilicus ke malleolus lateral
melewati patella T1 : 79 cm menjadi T6: 79 cm. Sedangkan untuk
pengukuran True lenght patokan SIAS ke malleolus medial melalui patella T1
: 76 cm menjadi T6 : 76 cm.
Grafik 3 Evaluasi panjang tungkai kanan
Tabel 4.3. Evaluasi panjang tungkai
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Bone length 46 46 46 46 46 46
Apperance length 79 79 79 79 79 79
true lenght 76 76 76 76 76 76
3.1.4 Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Dari pemeriksaan T1 (terapi hari pertama) -T6 (terapi hari keenam)
terdapat peningkatan LGS. Pada pemeriksaan LGS knee dekstra secara aktif
T1 : S : 0o-20
o-55
o meningkat menjadi T6 : S : 0
o-0
o-95
o. Sedangkan
pemeriksaan LGS knee dekstra secara pasif T1: S: 0o-10
o-65
o meningkat
menjadi T6 : S : 0o-0
o-100
o.
0
20
40
60
80
100
T1 T2 T3 T4 T5 T6
NIL
AI P
AN
JAN
G T
UN
GK
AI
TERAPI HARI KE-
PANJANG TUNGKAI
Bone Leght
Apperance leght
True leght
9
Grafik 4 Evaluasi LGS knee secara aktif
Grafik 4.5 Evaluasi LGS knee secara pasif
Tabel 4 Evaluasi LGS Knee kanan
T1 T2 T3
Aktif S:0o-20
o-55
o S:0
o-18
o-68
o S:0
o-14
o-74
o
Pasif S:0o-10
o-65
o S:0
o-8
o-75
o S:0
o-5
o-84
o
T4 T5 T6
Aktif S: 0O-10
O-80
O S: 0
o-6
o-85
o S: 0
o-0
o-95
o
Pasif S: 0O-3
O-89
O S: 0
O-
0
O-93
o S: 0
o-0
o-100
o
3.1.5 Kekuatan Otot
Dari pemeriksaan T1 (terapi pertama) – T6 (terapi keenam) terdapat
peningkatan kekuatan otot ekstensor dan belum ada perubahan pada otot
lainnya. Pada pemeriksaan pada otot ekstensor dari T1 : 3 mengalami
peningkatan menjadi T6 : 4. Sedangkan otor M. fleksor – outer hamstring dan
M. fleksor inner hamstring belum mengalami perubahan yang signifikan.
0
50
100
T1 T2 T3 T4 T5 T6
NIL
AI L
GS
TERAPI HARI KE-
LGS KNEE AKTIF
Fleksi knee
Ekstensi knee
0
50
100
150
T1 T2 T3 T4 T5 T6
NIL
AI L
GS
TERAPI HARI KE -
LGS KNEE PASIF
Fleksi knee
Ekstensi knee
10
Grafik 5 Evaluasi kekuatan otot
Tabel 4.6. Evalusi kekuatan otot
T1 T2 T3 T4 T5 T6
M. flexor-outer hamstring 3 3 3 3 3 3
M. flexor inner hamstring 3 3 3 3 3 3
ekstensor 3 3 3 3 3 4
3.2 Pembahasan
3.2.1 Nyeri
Nyeri yang terjadi pada post rekontruksi ACL, LCL dan meniscus
medial karena adanya bekas luka incise dan adanya ketegangan pada otot
tersebut. Ketengangan pada otot terjadi karena adanya kontraksi otot secara
terus menerus dan menimbulkan nyeri, pegal dan kesemutan. Pada grafik
pertama terdapat penurunan nyeri karena adanya spasme pada otot penggerak
knee. Penurunan nyeri ini terjadi karena inframerah yang membantu
merileksasikan otot dan terapi latihan yang membantu mengurangi ketegangan
otot dengan penguluran. Mekanisme kontraksi dan relaksasi pada otot tersebut
membuat otot relaksasi dan mempermudah penguluran.
3.2.2 Odema
Odema terjadi karena terjadinya peningkatan tekanan osmotic
interstisial atau penurunan tekanan osmotic plasma. (Effendi, 2009)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
T1 T2 T3 T4 T5 T6
NIL
AI M
MT
TERAPI HARI KE-
MMT KEKUATAN OTOT KNEE
M. flexor – outer hamstring
M. flexor – inner hamstring
ekstensor
11
berdasarkan penurunan grafik 2 terdapat penurunan odema pada tungkai
penurunan ini terjadi karena adanya terapi latihan pada tungkai untuk
memperlancar sirkulasi darah. Meninggikan daerah yang mengalami oedema
lebih tinggi dari jantung dap at membantu untuk mengatasi oedema karena
untuk membantu pembuluh darah vena untuk mengembalikah darah di daerah
yang cidera kembali ke jantung.
3.2.3 Lingkup gerak sendi (LGS)
LGS terjadi karena adanya nyeri sehingga untuk mengerakan sendi
tersebut ada rasa takut. Pemberian latihan gerakan aktif dapat membantu
mengurangi nyeri. Ketika kita membatasi gerak sendi terlalu lama dapat
mengakibatkan penurunan ruang gerak sendir tersebut. Adanya penurunan
LGS dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan membatasi pekerjaan.
Berdasarkan grafik 4 terjadi peningkatan ruang gerak sendi. Latihan gerak aktif
dapat membantu mempertahankan sifat fisiologis otot yaitu elastis dan
kontraktilitas, hal ini dapat mencegah kekakuan sendi. (Apply, 2010)
3.2.4 Kekuatan otot
Penurunan kekuatan otot dipengaruhi oleh adanya nyeri yang terjadi
dan menyebabkan otot tersebut tidak teulur maksimal atau kontraksi maksimal.
Pemberian terapi latihan yan berfungsi untuk mengurangi nyeri yang ada, maka
ketika nyeri tersebut berkurang secar tidak langsung terjadi peningkatan
kekuatan otot. Hal ini dibuktikan dari hasil evaluasi grafik 1,4, dan 5 yang
menimbulkan peningkatan.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
bernama Tn H yang berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosis rekontruksi
ACL,LCL, dan Meniscus medial mengunakan modalitas Infra Red dan terapi
latihan dapat disimpulkan bahwa modalitas yang penulis gunakan berpengaruh
terhadap :1. Adanya penurunan nyeri dan odema, 2. Meningkatnya LGS, 3.
Peningkatan kekuatan otot
12
4.2 Saran
Pada kasus rekontruksi ACL, LCL, dan meniscus medial terapi dapat
dilakukan secara maksimal maka peran dan kerja sama dari fisioterapis serta tim
medis lainnya sangat lah penting. Selain itu hal-hal penting yang harus
diperhatikan yaitu : Sebaiknya sebagai seorang fisioterapis lebih tegas dalam
mendiagnosis agar ketika memberikan modalitas tepat. Fisioterapis harus
professional dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan yang baik
kepada pasien. Keluarga seharusnya lebih banyak memberikan motivasi kepada
pasien agar pasien lebih cepat sembuh. Ketika dirumah keluarga lebih
memberikan support dengan membantu terapi kepada pasien. Pasien lebih seing
latihan dirumah dengan bantuan atau sendiri ketika mau tidur atau saat longgar.
Pasien diedukasikan aktivitas apa yang tidak diperbolehkan seperti menendang
bola, menapak dengan beban dan diperbolehkan seperti menekuk dan meluruskan
lutut. Pasien diminta untuk selalu mengunakan alat bantu berjalan dan elastic
bandage agar tidak membebani kaki yang sakit karna dapat menghambat
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Azza, Rohman. 2014. Range Of Motion. Fakultas Ilmu Kesehatan : Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Apply, A.G dan Solomon. 2010. Apley’s System of Ortopedics and Fractures. 9th
ed. London : Hodder Arnold.
Effendy, Ferry and Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori
dan praktek dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hardjono J. 2012. Contract Relax Streaching. Diakses
http://www.esaunggul.ac.id/articel/pengaruh-penambahan-contract-relax-
streaching-pada-interverensi-interverensial-current-dan-ultrasound-
terhadap-pengurangan-nyeri-pada-sindroma-miofacial-otot-supraspinatus/
Hartanto, Andry And derek.2006. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi-29, Jakarta :
EGC.
13
Hewet dan Timothy, 2007. Understanding Preventing Noncontact ACL Injuries.
United Of Amaerica : American Ortopaedis Sciery For Sport Medicine
Jongmohan S.2005. Textbook Of Electroterapy. New Delhi : Jaypee.
Kisner and Colby. 2007. Theraupetic Foundation And Thechnique. 5th
ed.
Philadelphia : F.A Davis Company.
Lippert L.S. 2011. Clical Kinesiology And Anatomy. Philadelphia : F.A Davis
Company
Moore, K.L. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. 5th
ed. Dialihbahasakan oleh
Hurniawati Hartanto. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mushfique, M. 2016. Irsyad al-hadisth sirii ke 150: memanah, berenang, dan
berkuda. Diakses : http:// www.muftiwp.gov.my/index.php/ms-
my/perkhidmatan/ Irsyad-al-hadisth-siri-ke-150-memanah-berenang-dan
berkuda.
Paulsen dan Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Dialihbahasakan
oleh Brahm U Penerbit. Jakarta : EGC
Pearce. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedic. Jakarta : Gramedia