41
CACINGAN A. PENDAHULUAN Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian (neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected diseases memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian. (1) Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua yaitu: Nemathelminthes (cacing gilik) dan Plathyhelminthes (cacing pipih).Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang terdiri dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang termasuk Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. Namun yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus. Sebab sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab 1

Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

  • Upload
    yusvera

  • View
    165

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

infeksi cacing

Citation preview

Page 1: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

CACINGAN

A. PENDAHULUAN

Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang

masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian

(neglected diseases). Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected

diseases memang tidak menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba

ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang

secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan

tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula

menyebabkan kematian.(1)

Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat

merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua

yaitu: Nemathelminthes (cacing gilik) dan Plathyhelminthes (cacing

pipih).Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang

terdiri dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang

termasuk Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda. Namun

yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus. Sebab

sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan

yang sering dijumpai pada masyarakat Indonesia khususnya pada usia

Sekolah Dasar. (4)

Penyebab dari penyakit infeksi parasit usus dari golongan nematoda.

Oxyuris vermicularis (O.vermicularis) atau yang lebih dikenal sebagai

cacing kremi dan infeksi cacing kelompok Soil Transmitted Helminth

(STH), yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. (4)

Infeksi kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi

kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara

ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena adanya kehilangan

karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia. Kelompok ekonomi lemah ini

1

Page 2: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang

adanya kemampuandalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan tempat

tinggalnya.(1)

Infeksi oxyuriasis dapat berpindah dari satu individu ke individu lain

tanpa perlu transmisi lewat tanah atau spesifik arthropoda sebagai

vektornya. Cara penularan cacing ini berkaitan dengan kebiasaan seseorang

dalam hidup sehari-hari ( higiene pribadi ).(8)

Lima spesies cacing yang termasuk dalam kelompok Soil

Transmitted Helminth yang masih menjadi masalah kesehatan, yaitu

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan

cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma sp). Infeksi cacing

tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena

menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia. Spesies cacing

tambang yang banyak ditemukan di Indonesia ialah N. americanus.

Terdapat penularan melalui hewan vektor (zoonosis) dengan gejala klinis

berupa ground itch dan creeping eruption. Pneumonitis, abdominal

discomfort, hipoproteinemia dan anemia defisiensi besi merupakan

manifestasi infeksi antropofilik. Komponen sistim imun yang berperan

utama ialah eosinofil, IgE, IgG4 dan sel Th2. Tidak terdapat kekebalan

yang permanen dan adekuat terhadap infeksi cacing tambang. Diagnosis

data epidemiologi berupa pengamatan manifestasi klinis, pemeriksaan

penunjang termasuk pemeriksaan imunologis. Pengobatan dilakukan

dengan mebendazole, albendazole, pirantel pamoat dan berbagai terapi

suportif. Belum ada vaksin yang efektif terhadap cacing tambang sehingga

perbaikan higiene dan sanitasi adalah hal yang utama.(3)

Umumnya di negara berkembang termasuk Indonesia pelaku utama

pengasuhan anak adalah ibu. Cara pemeliharaan kebersihan dan kesehatan

pada balita dan anak-anak sekolah dasar masih sangat bergantung pada

bagaimana cara ibu (pola asuhan ibu) mengajarkan dan menerapkan cara-

cara tersebut dalam kehidupan anaknya.10 Pola asuhan ibu ini dapat dilihat

2

Page 3: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

dari tingkat perawatan fisik anak, tingkat penyediaan sarana yang

mendukung kesehatan, tingkat keteladanan ibu dan tingkat komunikasi ibu

dan anak.(9,12)

Infeksi cacing tambang juga berhubungan dengan kemiskinan.

Menurut Peter Hotez (2008), semakin parah tingkat kemiskinan masyarakat

akan semakin berpeluang untuk mengalami infeksi cacing tambang. Hal ini

dikaitkan dengan kemampuan dalam menjaga higiene perorangan dan

sanitasi lingkungan tempat tinggal.(7)

Prevalensi oxyuriasis yang cukup tinggi pada anak dikaitkan dengan

higiene pribadi yang buruk. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuhan ibu

tentang kebersihan dan kesehatan yang merupakan salah satu cara

merintangi penularan oxyuriasis. Penelitian ini ingin mengetahui adakah

hubungan pola asuhan ibu dengan kejadian infeksi cacing O. vermicularis

pada anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN). (8)

Di Indonesia, angka nasional prevalensi kecacingan pada tahun

1987 sebesar 78,6 % masih relatif cukup tinggi. Program pemberantasan

penyakit kecacingan pada anak yang dicanangkan tahun 1995 efektif

menurunkan prevalensi kecacingan menjadi 33,0 % pada tahun 2003. Sejak

tahun 2002 hingga 2006, prevalensi penyakit kecacingan secara berurutan

adalah sebesar 33,3 %, 33,0 %, 46,8 % 28,4 % dan 32,6 %. Kejadian

infeksi cacing tambang

Prevalensinya jauh lebih rendah, yaitu secara berurutan untuk tahun

yang sama adalah sebesar 2,4 %, 0,6 %, 5,1 %, 1,6 % dan 1,0 %. Sedangkan

frekuensi oxyuriasis di beberapa daerah di Indonesia masih cukup tinggi.

Berdasarkan laporan Yulianti L, Menteri Kesehatan (Menkes) mengatakan

bahwa sekitar 60% hingga 80% anak usia sekolah di Indonesia mengalami

cacingan.. Hendratno S juga melaporkan bahwa beberapa daerah di Jawa

Tengah masih memiliki angka prevalensi oxyuriasis yang cukup tinggi yaitu

sekitar 58,93% hingga 74,31%.Kejadian infeksi kecacingan pada anak

menurut Aria Gusti (2004), berhubungan negatif signifikan dengan perilaku

3

Page 4: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

sehat. (5,6,11)

B. Definisi Kecacingan

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun

infestasi berat. Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang

sifatnya merugikan, manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus.

Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia. Diantara nematoda usus tedapat sejumlah spesies

yang ditularkan melalui tanah dan disebut “Soil Transmitted Helmints”

yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides,Necator americanus,

Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura.(13)

C. Epidemiologi Infeksi Cacingan

a. Distribusi Frekuensi Infeksi Kecacingan

1. Menurut Orang

Penyakit kecacingan dapat terjadi pada semua golongan

umur dan jenis kelamin. Menurut Depkes RI (2004) disebutkan

bahwa prevalensi kecacingan oleh cacing yang ditularkan melalui

tanah pada anak sekolah dasar adalah 60%-80%.(14)

Prevalensi infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar di

Indonesia mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2002, prevalensi

infeksi kecacingan adalah 33,3 % menurun menjadi 33,0% pada

tahun 2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8%, kemudian

menurun lagi pada tahun 2005 yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006

meningkat lagi menjadi 32,6%.(14)

2. Menurut Tempat

Cacing merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar ke

seluruh dunia, lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan

lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai

4

Page 5: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada

anak-anak berusia 5-10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga

menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi. (8)

Prevalensinya di Indonesia terutama di daerah pedesaan

adalah 30-90% sedangkan prevalensi dengan higiene perorangan

yang tidak baik seperti buang air besar sembarangan, tidak mencuci

tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah buang air besar,

tidak memakai alas kaki ketika berada di luar rumah adalah 92%. (14)

Faktor terpenting dalam penyebaran infeksi kecacingan

adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur.

Telur berkembang biak pada tanah liat, lembab dan teduh.(8)

Dalam lingkungan tanah liat sangat menguntungkan bagi

cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Sedangkan

lingkungan yang mengandung pasir, tanah yang gembur dan

berhumus sangat menguntungkan bagi cacing tambang dan

Srongyloides stercoralis. (13)

3. Menurut Waktu

Infeksi kecacingan menunjukkan fluktuasi musiman.

Biasanya insiden meningkat pada permulaan musim hujan, karena

curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelembaban tanah

meningkat. Tanah yang lembab sangat baik sebagai tempat telur

cacing untuk berkembang biak. (14)

b. Determinan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan

sangat banyak. Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan dan

faktor perilaku hygiene perorangan. (13)

1. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang berpengaruh pada infeksi

kecacingan adalah ada tidaknya sumber air bersih dan jamban yang

5

Page 6: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

memenuhi syarat kesehatan. (13)

2. Faktor Higiene Perorangan

Higiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan

hidup yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan

kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula upaya melindungi,

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia

(perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga

pelbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut,

tidak sampai menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. (8)

Higiene perorangan merupakan hal yang sangat penting

diperhatikan terutama pada masa perkembangan, dengan higiene

perorangan yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu

perkembangan kualitas sumber daya manusia. Higiene perorangan

yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan. (8)

Higiene perorangan tersebut meliputi kebersihan kulit,

biasanya merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit dengan

sebaik – baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas

dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan

hidup sehari – hari. (8)

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan –

kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan hal – hal sebagai

berikut, seperti : menggunakan barang – barang keperluan sehari –

hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi sayur dan

buah. Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara

dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan

6

Page 7: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

kebiasaan hidup sehari – hari. Selain indah dipandang mata, tangan,

kaki dan kuku yang bersih juga dapat menghindarkankita dari

berbagai penyakit. (8)

Untuk menghindari hal – hal tersebut perlu diperhatikan

sebagai berikut : (8)

a) membersihkan tangan sebelum makan

b) memotong kuku secara teratur

c) membersihkan lingkungan

d) mencuci kaki sebelum tidur

Higiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi

lingkungan, artinya apabila melakukan higiene perorangan harus

diikuti atau didukung oleh sanitasi lingkungan yang baik. Kaitan

keduanya dapat dilihat dalam kondisi misalnya saat mencuci tangan

sebelum makan dibutuhkan air bersih, yang tentu harus berasal dari

sumber air yang memenuhi syarat kesehatan.(8)

D. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

a. Siklus Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing

jantan berukuran 10 - 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada

stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur

sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi

dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang

dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3

minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi

larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju

pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu

mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh

darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian

naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva

7

Page 8: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian

tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh

menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih

2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa.(14)

Gambaran umum siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides

Keterangan :

1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus. Seekor cacing betina

mampumenghasilkan telur sampai 240,000 per hari, yang akan

keluar bersama feses.

2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi

infective setelah 18 hari sampai beberapa minggu di tanah,

3. tergantung pada kondisi lingkungan ( kondisi optimum: lembab,

hangat, tempat teduh).

4. Telur infective tertelan,

8

Page 9: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

5. masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang

kemudian menembus mucosa usus, masuk kelenjar getah bening dan

aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru.

6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10-14 hari),

menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya

tertelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi

cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai dari tertelan telur

infektif sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan.

Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun di dalam tubuh.(17)

b. Gejala Klinis

Menurut Brown (1983) Ascaris lumbricoides menimbulkan

gejala penyakit yang disebabkan oleh: (15)

1. Larva : menimbulkan kerusakan kecil pada paru-paru dan

menyebabkan “loeffler syndome” dengan gejala demam, batuk,

infiltrasi paru-paru, oedema, asthma, leucocytosis, eosinophilia

2. Cacing dewasa : penderitanya disebut Ascariasis. Penderita dengan

infeksi ringan biasanya mengalami gejala gangguan usus ringan

seperti : mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada

infeksi berat terutama pada anak-anak dapat terjadi malabsorbsi

sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Dalam sehari setiap ekor

cacing menghisap 0,14 karbohidrat dalam usus halus penderita.

c. Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan telur cacing

pada pemeriksaan feses secara langsung. Selain itu, diagnosa dapat juga

dilakukan bila cacing dewasa keluar melalui mulut, hidung maupun

anus.(16)

d. Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada

masyarakat. Pengobatan individu dapat digunakan bermacam-macam

9

Page 10: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

obat misalnya Preparat piperasin, Pyrantel pamoate, Albendazole atau

Mebendazole. Pemilihan obat cacing untuk pengobatan massal harus

memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: mudah diterima di masyarakat,

mempunyai efek samping yang minimum, bersifat polivalen sehingga

dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah

(terjangkau) . (9)

E. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

a. Siklus hidup

Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cara

infeksi adalah langsung, tidak memerlukan hospes perantara. Bila telur

yang telah berisi embrio tertelan manusia, larva yang menjadi aktif akan

keluar di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa dan

menetap. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun di usus besar hospes. (15)

Gambaran umum siklus hidup cacing Trichuris trichiura dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

10

Page 11: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

Gambar 2. Siklus hidup Trichuris trichiura

b. Patofisiologi

Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat

juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama

pada anak cacing ini tersebar diseluruh kolon dan rektum, kadang-

kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat

mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukkan

kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang

menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat

pelekatannya dapat menimbulkan perdarahan. Disamping itu cacing ini

menghisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia. (9)

c. Gejala Klinis

Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa

11

Page 12: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

gejala pada infeksi ringan. Pada infeksi menahun dapat menimbulkan

anemia, diare, sakit perut, mual dan berat badan turun. (15)

d. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur cacing pada feses

penderita. (17)

e. Pengobatan

Pengobatan yang dilakukan untuk infeksi yang disebabkan oleh

cacing cambuk adalah Albendazole/ Mebendazole dan Oksantel

pamoate.

F. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

a. Siklus Hidup

Hospes parasit ini adalah manusia, cacing dewasa hidup di

rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing

betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing betina

mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing

dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada

sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur

cacing bersama feses, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut

menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva

tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat

bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut

aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus

pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari

larynk, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi

cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau

ikut tertelan bersama makanan dkk,. (13)

12

Page 13: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

Gambaran umum siklus hidup cacing Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 3. Siklus hidup Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus

b. Patofisiologi

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat

dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing

tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga

penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat

menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi

kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai

cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab (9)

c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh cacing tambang disebabkan

oleh adanya larva dan cacing dewasa. (13)

1. Larva filariform : Stadium larva bila menembus kulit maka terjadi

13

Page 14: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

perubahan kulit yng disebut ground itch, perubahan pada paru-paru

biasanya ringan

2. Stadium dewasa, tergantung pada spesies dan jumlah cacing serta

gizi penderita. Sifat cacing dewasa yang menghisap darah,

berpindah-pindah dan luka bekas isapannya terus mengeluarkan

darah karena cacing ini mengeluarkan sejenis antikoagulan pada

mukosa usus tempat mulutnya melekat sehingga dapat menimbulkan

anemia.

d. Diagnosa

Gambaran klinis, walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung

untuk memastikan untuk dapat membedakan dengan anemi karena

defisiensi makanan atau karena infeksi cacing lainnya. Diagnosa

terakhir ditegakkan dengan menemukan telur cacing pada feses

penderita. Secara praktis telur cacing A. duodenale tidak dapat

dibedakan dengan telur N. americanus. Untuk membedakan kedua

spesies ini biasanya dilakukan tekhnik pembiakan larva.(15)

G. Penyakit Cacing Kremi ( Oxyuris Vermicularis )

a. Siklus hidup

Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina

panjangnya sekitar 8 - 13 cm dan yang jantan sekitar 2 - 5 cm. Cacing

dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan

dengan sekum. Mereka memakan isi usus manusia. Perkawinan cacing

jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan mati

setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina

yang mengandung 11.000 – 15.000 butir telur akan bermigrasi ke

daerah sekitar anal untuk bertelur. Telur akan matang dalam waktu

sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan

lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.(9)

14

Page 15: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

Gambaran umum siklus hidup cacing Oxyuris Vermicularis

dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 4. Siklus hidup Oxyuris Vermicularis

b. Patofisiologi

Cacing Enterobius vermicularis infeksi biasanya terjadi melalui

2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita

ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur

cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur

cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur

cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh

menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini

memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah

di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya

di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu

bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah

yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh

manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur

bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke

dalam rektum dan usus bagian bawah. (9)

15

Page 16: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

c. Gejala Klinis

Gejalanya berupa: (14)

1. rasa gatal hebat di sekitar anus.

2. rewel ( karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu )

3. kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam

hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan

menyimpan telurnya disana ).

4. nafsu makan berkurang, berat badan menurun ( jarang terjadi, tetapi

bisa terjadi pada infeksi yang berat )

5. rasa gatal atau iritasi vagina ( pada anak perempuan, jika cacing

dewasa masuk ke dalam vagina )

6. kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi

( akibat penggarukan ).

d. Komplikasi (14)

- Salpingitis (peradangan saluran indung telur)

- Vaginitis (peradangan vagina)

- Infeksi ulang.

e. Diagnosa

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus

penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada

malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka

aktif bergerak. Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara

menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari

sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada

kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop. (14)

f. Pengobatan

Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian

dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel

pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum

16

Page 17: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada

yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau

salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari Meskipun

telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup

terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan.

Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk

memusnahkan telur cacing yang tersisa. Langkah-langkah umum yang

dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah: (13)

1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar

2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku

3. Mencuci seprei minimal 2 kali/ming

4. Mencuci jamban setiap hari

5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-

jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya

6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

g. Pencegahan

Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan

menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan

sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita

sebaiknya dicuci sesering mungkin. (14)

h. Pemgobatan

Umumnya semua obat cacing dapat digunakan terhadap cacing

ini. Hal yang paling penting dalam pengobatan adalah pengobatan harus

dilaksanakan pada seluruh anggota keluarga. Untuk mendapatkan hasil

pengobatan yang baik, pengobatan secara periodik harus dilakukan.

Disamping itu, penerangan mengenai perbaikan kebersihan pribadi

sangat berarti dalam menunjang keberhasilan pengobatan. (9)

17

Page 18: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

H. Hymenolepiasis Nana

a. Siklus Hidup

Hymenolepis Nana adalah caicing pita dewasa yang kecil,

dengan ukuran 25-30 mm x 0,8-1 mm. Bentuk bulat sampai oval dengan

diamerter 35-52 µm. Telur Hymenolepis nana sudah infentif ketika

dikeluarkan melalui tinja. Infeksi didapat karena menelan telur cacing

yang terdapat dalam makanan atau air yang tercemar; penularan secara

langsung dapat terjadi melalui jari yang tercemar (auto infeksi secara

langsung atau penularan dari orang ke orang); atau karena menelan

serangga yang mengandung larva yang berkembang dari telur yang

ditelan oleh serangga. Pada saat telur H. nana ditelan, telur tersebut

menetas dalam usus, melepascan oncosphere yang masuk ke villi

mukosa usus dan berkembang menjadi cysticercoid; cysticercoid ini

akan pecah kedalam lumen dan tumbuh menjadi cacing pita dewasa.

Banyak telur H. nana yang langsung infeksius ketika lepas dari

proglottid pada usus manusia; sehingga terjadi autoinfeksi atau dapat

terjadi penularan dari orang ke orang. Jika telur H. nana tertelan oleh

mealworm (cacing gelang), kutu pemakan larva, kumbang atau serangga

lainnya, mereka dapat berkembang menjadi cysticercoid yang infektif

terhadap manusia dan binatang pengerat ketika tertelan.(13)

Gambaran umum siklus hidup cacing Hymenolepis Nana dapat

dilihat pada gambar berikut ini

18

Page 19: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

Gambar 5. Siklus hidup Hymenolepis Nana

b. Epidemiologi

Manusia merupakan sumber alamiah parasit ini dan transmisi

umumnya secara langsung dari orang ke orang dengan cara memakan

telur dari tinja orang yang terinfeksi. Meskipun transmisinya bisa

memaluli muntah, air dan makanan, tetapi sangat jarang, karena telur

cacing ini dengan mudah akan rusak. (13)

c. Gambaran Klinik

Terjadi deskuamasi dan nekrosis sel epitel usus dimanan cacing

ini melekat. Infeksi ringan, umumnya tidak menyababkan kerusakan

mukosa secara signifikan dan tanpa gejala atau menyebabkan gangguan

gastrointestinal. Pada anak kecil terutama bila jumlah cacingnya cukup

banyak, terlihat gejala peristaltik usus menghilang atau kadang ditemui

frank diare dengan lendir. Mencret darah jarang terjadi. Keluhan yang

paling sering ditemukan pada anak adalah nyeri perut yang terus

menerus, gatal pada anus dan hidung, serta utikaria kadang ditemukan.

Banyak anak datang dengan keluhan nyeri kepala, gangguan tidur dan

gangguan tingkah laku yang hilang setelah di obati. Gangguan

neurologik yang serius seperti kejang juga ada dilaporan. Beberapa

pasien Hymenolepiasis disertai dengan eosinofilia 5-10%.(9)

19

Page 20: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

d. Diagnosis

Dengan menemukan telur dalam tinja, akan lebih mudah terlihat

pada tinja segar atau tinja yang diawetkan dengan formalin. Proglotid

biasanya tidak di jumpai dalam tinja karena mengalami degenerasi

sebelum dikeluarkan melalui tinja. (13)

e. Pengobatan

Pilihan utama adalah prazyquentel dosis tunggal 25 mg/KgBB,

secara oral. Sedangkan obat alternative lain yang dapat dipakai adalah

niclosamid (Yomesan). Pengobatan dikatakan berhasil bila setelah

pemberian obat ditemukan skoleks pada tinja. (9)

f. Pencegahan

Dengan memperbaiki kebersihan pribadi dan lingkungan.

Meskipun binatang pengerat tidak penting sebagai sumber infeksi bagi

manusia, kemungkinan infeksi murni dapat terjadi pada orang yang

berhubungan erat dengan binatang pengerat, binatang peliharaan atau

binatang di laboraturium. (9)

I. Hubungan Infeksi Cacing dengan Status Gizi

Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan

dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Antara gizi

buruk dan penyakit infeksi sesungguhnya mempunyai hubungan timbal

balik yang sangat erat, sehingga sering sukar untuk mengidentifikasi mana

dari kedua keadaan itu yang datang lebih dulu. Dalam banyak kejadian

terjadi synergisitas antara gizi buruk dan penyakit infeksi dan akibat yang

terjadi tentu saja sangat fatal. (18)

Gizi buruk akan menyebabkan terganggunya sistem pertahanan

tubuh. Perubahan morfologis yang terjadi pada jaringan limphoid yang

berperan dalam sistem kekebalan akibat gizi buruk, menyebabkan

pertahanan tubuh menjadi lemah, kekebalan seluler yang dimungkinkan

oleh berfungsinya kelenjar thymus berkurang karena kelenjar thymus

20

Page 21: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

mengecil akbat kekurangan gizi. Produksi berbagai antibodi juga berkurang

disamping terjadi atropi pada dinding usus menyebabkan berkurangnya

sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit.

kedalam tubuh. Keseluruhan gangguan pada sistem pertahanan tubuh itu

berlangsung serentak pada penderita gizi buruk sehingga menjadi penderita

gizi buruk sanat mudah terserang penyakit lebih-lebih jika lingkungan anak

tidak mendukung. (18)

Sebaliknya penyakit infeksi seperti kecacingan yang menyerang anak

menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak

akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal antara lain : (18)

1. Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang di alami,

sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru memerlukan

zat gizi yang lebih banyak terutama untuk mengganti jaringan tubuhnya

yang rusak akibat bibit penyakit itu.

2. Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang

menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sepuluh zat gizi seperti

berbagai mineral dan sebagainya, dan danya diare menyebabkan

penyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu , sehingga secara

keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk.

3. Naiknya metabolisme basal akibat demam menyebabkan

termobilisasinya cadangan energi dalam tubuh . Penghancuran jaringan

tubuh oleh bibit penyakit juga akan semakin banyak dan untuk

menggantinya diperlukan masukan protein yang lebih banyak.

Status gizi kurang atau buruk dapat meningkatkan kerentanan

terhadap penyakit infeksi dan memperberat infeksi tersebut juga penyakit

infeksi akan memperburuk status gizinya. (18)

Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan

atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. Parasit dalam

usus seperti cacing gelang dan sebagainya bersaing dengan tubuh dalam

21

Page 22: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

memperoleh makanan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam

arus darah, keadaan yang demikian membantu terjadinya kurang gizi . (18)

Akibat penghisapan zat – zat makanan dan darah oleh cacing ,

semakin lama tubuh akan kekurngan zat-zat makanan yang diperlukan oleh

tubuh sehingga menyebabkan tubuh penderita menjadi kurus dan status

gizinya menurun. (18)

J. Pencegahan Infeksi Kecacingan

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengadakan

penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan tentang kecacingan dan

sanitasi lingkungan atau menggalakkan program UKS, meningkatkan

perilaku higiene perorangan dan pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus)

yang sehat dan teratur.(14)

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan memeriksakan diri

ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan memakan obat cacing tiap 6 bulan

sekali. (14)

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan tindakan

medis berupa operasi. (14)

K. Dampak Infeksi Kecacingan

a. Dampak Infeksi Cacingan terhadap Anak Usia Sekolah

Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan

(digesif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara

kumulatif, infeksi cacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa

kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat

22

Page 23: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat

menurunkan ketahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.

Infeksi cacingan jarang sekali menyebabkan kematian langsung, namun

sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing

gelang yang berat akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan

pertumbuhan pada anak. Berbagai penelitian membuktikan bahwa

sebagian kalori yang dikonsumsi manusia tidak dimanfaatkan badan

karena adanya parasit dalam tubuh. Pada infeksi ringan akan

menyebabkan gangguan penyerapan nutrien lebih kurang 3% dari kalori

yang dicerna, pada infeksi berat 25% dari kalori yang dicerna tidak

dapat dimanfaatkan oleh badan. Infeksi Ascharis yang berkepanjangan

dapat menyebabkan kekurangan kalori protein dan diduga dapat

mengakibatkan defisiensi vitamin A. (13)

Pada infeksi Trichuris berat sering dijumpai diare darah,

turunnya berat badan, dan anemia. Diare pada umumnya berat

sedangkan eritrosit di bawah 2,5 juta dan hemoglobin 30% di bawah

normal. Anemia berat ini dapat terjadi karena infeksi Trichuris mampu

menghisap darah sekitar 0,005 ml perhari/cacing.(13)

Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun,

cacing tambang ini sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor

cacing tambang mampu menghisap darah 0,2 ml perhari. Apabila terjadi

infeksi berat, maka penderita akan kehilangan darah secara perlahan dan

dapat menyebabkan anemia berat. Infeksi ketiga jenis cacing ini dapat

terjadi sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama (2 atau 3 jenis

cacing sekaligus). Semakin banyak jenis cacing ataupun jumlahnya

yang ada di dalam tubuh semakin berat gangguan kesehatan yang

ditimbulkan.(14)

Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral

simetris, mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya

berbentuk silindris serta panjangnya bervariasi dari beberapa milimeter

23

Page 24: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

hingga lebih dari satu meter.(14)

Semua Nematoda yang menginfeksi manusia mempunyai jenis

kelamin terpisah, yang jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina.

Nematoda dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Nematoda jaringan dan

Nematoda usus. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang

ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya

adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus,

dan Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis.(14)

Nematoda usus biasanya matang dalam usus halus, dimana

sebagian besar cacing dewasa melekat dengan kait oral atau lempeng

pemotong. Cacing ini menyebabkan penyakit karena dapat

menyebabkan kehilangan darah, iritasi dan alergi. Penyebaran invasif

larva cacing menyebabkan infeksi bakteri sekunder.(15)

b. Dampak terhadap Gizi

Penyakit kecacingan sering kali menyebabkan berbagai penyakit

di dalam perut dan berbagai gejala penyakit perut seperti kembung dan

diare. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) tidak jarang menyebabkan

kematian karena penyumbatan usus dan saluran empedu. Cacing

tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing

cambuk (Trichuris trichiura) dapat menyebabkan anemia berat yang

mengakibatkan orang menjadi sangat lemah karena kehilangan darah.

Infeksi kecacingan mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan

(absorbsi) serta metabolisme makanan sehingga menyebabkan

kekurangan gizi. Anak yang menderita kecacingan, nafsu makannya

menurun sehingga makanan yang masuk akan berkurang dan jumlah

cacing yang banyak dalam usus akan mengganggu pencernaan serta

penyerapan makanan. Infeksi kecacingan selain berperan sebagai

penyebab kekurangan gizi yang kemudian berakibat terhadap penurunan

daya tubuh terhadap infeksi, juga berperan sebagai faktor yang lebih

24

Page 25: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

memperburuk daya tahan tubuh terhadap berbagai macam infeksi.(18)

c. Dampak terhadap Intelektual dan Produktivitas

Secara umum berpengaruh pada tingkat kecerdasan, mental, dan

prestasi anak sekolah. Hasil penelitian Bundy dkk, 1992 menunjukkan

bahwa anak-anak Sekolah Dasar (SD) di Jamaika terinfeksi cacing

Trichuris trichiura mengalami penurunan kemampuan berfikir. Hasil

studi di Kenya oleh Stephenson tahun 1993 menunjukkan penurunan

kesehatan jasmani, pertumbuhan dan selera makan pada anak sekolah

yang terinfeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Di

Malaysia ditemukan dampak infeksi kecacingan terhadap penurunan

kecerdasan di lingkungan anak sekolah Che Ghani tahun 1994. penyakit

ini tidak menyebabkan orang mati mendadak, akan tetapi menyebabkan

penderita semakin lemah karena kehilangan darah yang menahun

sehingga menurunkan prestasi kerja. (9)

d. Dampak terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia

Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang

mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, sehingga pada pembangunan

jangka panjang pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia. Infeksi

kecacingan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan

kualitas sumber daya manusia, mengingat kecacingan akan menghambat

pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta produktifitas kerja. Sampai

saat ini penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan dan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingginya prevalensi kecacingan adalah kesadaran

higiene perorangan (personal hygiene) yang kurang. (9)

25

Page 26: Penanganan Infeksi Cacing Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

Abas Basuni, Jahari (2003). Pemantauan pertumbuhan balita, pusat penelitian

dan pengembangan gizi dan makanan . Jakarta; Pusat Penelitian dan

pengembangan kesehatan; 1-3

Almatsier ,Sunita (2002). Prinsif Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; PT. Gramedia

Pustaka Utama,

Damayanti, Didit (1996). Modul Kuliah Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan .

Jakarta : Akademi Gizi Jakarta : 16

Depkes RI (2006) Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 424 / MENKES

/SK/VI, Pedoman Pengendalian Cacingan, Jakarta.

Effendi, Oeswari, 1991, Penyakit dan Penanggulangannya, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Depkes RI(1991)Parasitologi Medik Helmintologi. Pendidikan Tenaga

Kesehatan : 18, 33 – 37

Herdinaman T. Pohan .(2007 Penyakit Cacing yang ditularkan melalui Tanah

Hal.1764 – 1766.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III E) Edisi

IV .Jakarta : FKUI,

Hardiman T. Pohan .(2007) Pendekatan Terhadap Pasien Anemia Hal 622 –

658 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV .Jakarta :

FKUI.

Harold W Brown,(1989).Dasar Parasitologi Klinis , Jakarta; Gramedia

Notoadmojo,Syamien (1993), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta,

Rineka Cipta:121

Notoatodjo ,Soekidjo, 2003 Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsif – prinsif Dasar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Peter J. Hotes, 2003, Soil Transmitted Helminth infection: The Nature, Causes

and Burden of the condition, WHO: Departemen of Mikrobiologi and

Tropical Medicine The George Washington University.

Srisasi Gandahusada, 2000, Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC

26