Upload
radinal
View
949
Download
50
Embed Size (px)
DESCRIPTION
by Marwantim MS07 unsyiah
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada Desember 2004 menyebabkan
lebih dari 120.000 jiwa meninggal dan lebih dari 500.000 jiwa kehilangan tempat
tinggal, pekerjaan, sekolah, dll. Banyaknya korban yang terjadi dikarenakan
belum adanya pengetahunan masyarakat mengenai kesiagaan bencana dan
pengetahuaan serta informasi mengenai tsunami itu sendiri (Sea Defence
Consultant, 2007).
Adanya ketidaksadaran dan ketidaksiap-siagaan merupakan hal yang
semakin memperburuk tingkat kerusakan dan memperbanyak jumlah korban
meninggal pada kejadian tsunami, 26 Desember 2004. Prediksi datangnya tsunami
dan ketinggian gelombang dan ketersediaan peta risiko banjir mengindikasikan
bahwa perlunya dilaksanakan sebuah sistem yang akan menyelamatkan banyak
nyawa dan mengurangi kerusakan jika nantinya terjadi bencana lagi. Dengan
alasan inilah maka sejumlah model telah dibuat untuk menciptakan peta
genangan tsunami dalam menghadapi berbagai skenario gempa. Lebih jauh lagi,
hasil model yang ada dapat membantu kita untuk lebih memahami dinamika dari
proses terjadinya tsunami, perambatan dan penggenangan dan penggunaan jenis
penanganan pantai yang efektif untuk mengurangi dampak dari tsunami. Untuk
penilaian risiko, selain membuat peta risiko tsunami, konsekuensi dari sebuah
peristiwa banjir (kerusakan, korban) harus juga ditentukan. Dalam ringkasan ini,
1
tujuan, latar belakang dan hasil dari pemodelan tsunami yang dibuat oleh proyek
SDC dan dikembangkan oleh TDMRC akan dijelaskan secara ringkas (SDC,
2007).
Memahami risiko genangan tsunami banjir adalah penting untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya gempa/tsunami. Data yang akurat merupakan
faktor yang sangat diperlukan dalam hal ini. Interval pengulangan tsunami untuk
Sumatera yang dipublikaskan sejauh ini berdasarkan analisa kemungkinan dari
data seismik dan model numerik yang terbatas. Berdasarkan analisa berbagai
studi, maka telah dibuat estimasi interval pengulangan untuk berbagai magnitude
gempa yang berbeda. Perlu dicatat bahwa kekurangan data awal akan berakibat
pada keakuratan hasil prediksi pengulangan interval gempa/Tsunami. (SDC,
2007).
1.2 Tujuan
1.Tujuan KKP:
Tujuan umum :
Untuk meningkatkan pengalaman dan pengembangan wawasan mahasiswa
dalam bidang yang ditekuni.
Untuk menyelesaikan mata kuliah KKP sebagai prasyarat pemenuhan SKS
perkuliahan.
2
Tujuan Khusus :
Untuk mempelajari dan mempraktekkan secara langsung teknis pemodelan
gelombang tsunami dengan menggunakan Software Delf3D dari Deltares.
2. Tujuan Kegiatan
Menghasilkan peta genangan banjir tsunami yang reliabel di bagian pantai
Banda Aceh akibat dari bencana tsunami 26 Desember 2004.
1.3 Manfaat
1. Manfaat KKP
KKP ini bermanfaat untuk dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan penulis dalam mempelajari dan mempraktekkan secara
langsung teknis pemodelan Tsunami.
KKP ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada pembaca
mengenai teknik pemodelan tsunami.
2. Manfaat kegiatan
Kegiatan ini bermanfaat untuk menjadi dasar acuan yag baik untuk
pelaksanaan program mitigasi tsunami dan risiko tsunami yang disebabkan oleh
bencana ini serta agar terwujudnya implementasi program rehabilitasi pantai
dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara
harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam, setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.Dampak negatif yang diakibatkan tsunami
adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan
mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran
air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih (Nontji, 1993 ).
4
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih
terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami (Nontji,A, 1993).
2.1.1 Penyebab dan Skema Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa
bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau( Anonim, 2004).
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang
ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami(Anonim, 2004).
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
5
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer (Subandono, 2006).
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-
turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh
dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter (Anonim, 2004).
6
Gambar : 1 Penyebab timbulnya Tsunami
Gempa yang menyebabkan tsunami :
1. Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
2. Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
3. Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Gambar : 1 Skema terjadinya tsunami di lautan (Sumber: SDC)
7
gambar : wikipedia
PENYEBAB TIMBULNYA TSUNAMI
1.Aktivitas vulkanik 2.Gempa bumi bawah laut
Faults: Dip Slip
3.Longsoran bawah laut 4.Tumbukan benda luar angkasa
2.2 Pemodelan Tsunami dengan Software Delft3D
Delft3D merupakan salah satu perangkat lunak untuk melakukan simulasi
guna mendapatkan informasi areal genangan yang disebabkan oleh tsunami.
Software ini membutuhkan perangkat lunak pendukung seperti MATLAB, dan
ArcGIS. Hasil akhir dari simulasi Delft3D ditampilkan dalam GIS berupa
genangan tsunami yang terjadi di kawasan pantai yang dibangkitkan oleh gempa
bumi yang terjadi di lautan dengan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Informasi luas genangan ini sangat bermanfaat unytuk memprediksikan tindakan
apa yang akan dilakukan terhadap suatu kawasan dan sebagai alat bantu untuk
memprediksi informasi yang yang ditampilkan dalam peta bencana (hazard map).
Hasil akhir dari simulasi Delft3D ditampilkan dalam format GIS, berupa
genangan tsunami yang terjadi di kawasan pantai yang dibangkitkan oleh gempa
bumi yang terjadi di lautan dengan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya
(TDMRC, 2007).
Wilayah laut Aceh merupakan wilayah patahan subduksi yang merupakan
sumber gempa besar dan sumber pembangkit tsunami. Secara historis pernah
terjadi gempa bumi 26 Desember 2004 dan gempa tsunami di Banda Aceh. Hal itu
menunjukkan bahwa tsunami merupakan hal yang mungkin kembali terjadi di
Kota Banda Aceh pada masa mendatang. Untuk itu model-model tsunami berupa
peta genangan banjir perlu dibuat untuk tujuan mitigasi. Model itu dibuat
berdasarkan gempa-gempa besar yang pernah terjadi di kawasan ini. Dari
pemodelan ini didapatkan jarak maksimum genangangenangan tsunami untuk
8
wilayah studi. Data pemodelan genangan ini akan digunakan untuk menghitung
resiko bencana dan membuat rencana-rencana mitigasi di kota Banda Aceh
(Aditya Riyadi, 2008).
Model tsunami yang diaplikasikan telah dibuat dalam paket Delft3D-Flow.
Delft3D-Flow adalah modelhidrodinamik dasar yang menyelesaikan Shallow
Water Equations (SWE) dalam tinggi permukaan air dan dalam dua atau tiga
dimensi pada grid yang berurutan dengan menggunakan pendekatan beda hingga.
Model ini memiliki kemampuan untuk menstimulasi kondisi aliran berdasarkan
sistem grid rektilinear, sperikal atau kurvalinear pada bidang horizontal atau
speroid. Pilihan menggunakan grid kurvalinear memberikan fleksibilitas yang
berkenaan dengan aspek batas yang sesuai di sepanjang hubungan daratan dengan
lautan dan batas terbuka dan perbaikan resolusi grid dimanapun diperlukan (Sea
Defence Consultantss, 2010).
Simulasi numerik penjalaran gelombang tsunami pada dasarnya bertujuan
menentukan arrival time dan run-up tsunami di pantai. Sumber pembangkit
tsunami diasumsikan sebagal deformasi dasar laut-dalam arah vertikal yang
didekati dengan model pensesaran gempa yang menyebabkan terjadinya
deformasi tersebut. Pemodelan memerlukan 2 input utama, yaitu (1) parameter
sesar dan gempa pembangkit tsunami dan (2) bathimetri dasar laut. Parameter
sesar dan gempa yang meliputi panjang, lebar, strike, dip, slip, dislokasi,
rigiditas, momen seismik, dan lokasi pusat gempa diperoleh dari data sebaran
gempa susulan dan solusi mekanisme fokus gempa. Adapun besarnya deformasi
9
vertikal ditentukan berdasarkan data parameter sesar dan gempa dengan
menerapkan metode yang dikembangkan oleh Mashinha and Smylie
(Wordpress.com, 2010).
Pemodelan yang dilakukan mengadopsi pendekatan pemodelan tsunami
Samudera Hindia (Vatvani, Schrama & van Kester, 2005 dan Vatvani, Boon &
Ramanamurty, 2005) telah menunjukkan bahwa hasil simulasi yang relatif akurat
dapat dibuat dengan menggunakan pendekatan yang ada dalam perangkat lunak
Delft3D. Penggunaan solusi banjir (flood solver) yang ada dalam Delft3D
menjadi penting untuk memproduksi peta resiko banjir yang akurat. Dalam
proyek SDC, model tsunami Delft3D dibuat lebih halus (refined) untuk
menambah keakuratan dari peta resiko banjir yang dibuat. (TDMRC, 2010)
Tsunami 2004 disimulasi dengan pola gelombang tsunami awal yang
diperoleh secara hidrodinamik. Dengan menggunakan apriori yang berlebihan dan
informasi yang diketahui, pemodelan balik lebih akurat daripada medan
gelombang tsunami awal yang diderivasi secara umum dan menggunakan
parameter standard seperti yang dideskripsikan di atas. Karakteristik gelombang
tsunami awal diperoleh menggunakan model patahan dengan 2 atau 3 segmen,
biasanya memiliki bentuk bujur sangkar yang sederhana dan distribusi gelombang
yang sederhana pada medan awal. Lihat juga ragam simulasi Jepang yang dibuat
berdasarkan medan tsunami awal yang diciptakan oleh hasil model patahan
Okada:http://www.tsunami.civil.tohoku.ac.jp/hokusai2/topics/04sumatra/
10
index.html,http://www.dri.ne.jp/koshimuras/sumatra/c. (Sea Deffence
Consultants, 2010).
2.3 Profil Lembaga
2.3.1 Kedudukan dan Status Lembaga
Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC-Tsunami and
Disaster Mitigation Research Center) Universitas Syiah Kuala adalah lembaga
riset yang didirikan pada 30 Oktober 2006. Keberadaan TDMRC bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya riset kebencanaan yang berkualitas, memberikan
advokasi pada pemerintah dalam membuat kebijakan, mengumpulkan dan
menyediakan data terbaik dengan mempercepat prosess pengumpulan data yang
tepat berkaitan dengan dampak dari bencana.
Disamping itu, TDMRC juga berkontribusi meningkatkan masyarakat
yang tahan bencana, berkolaborasi dengan para peneliti dan lembaga riset lainnya
dalam riset-riset kebencanaan.
TDMRC sebagai salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan dan
pengembangan penelitian dibidang kebencanaan di Provinsi Aceh didisain untuk
mampu menjadi lembaga riset yang handal dan tangguh, yang mampu
merumuskan dan melaksanakan kebijakan riset dan pengembangan untuk
memecahkan berbagai masalah kebencanaan, baik pada tingkat daerah, nasional
dan internasional.
I. Sejarah
11
Sebagai aksi tanggap setelah bencana gempa bumi dan Tsunami,
Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) membentuk UAR (Unsyiah for Aceh
Recontruction – Aksi Sumbangsih Unsyiah untuk Rekontruksi Aceh) sesuai
dengan Surat Keputusan Rektor Unsyiah No. 1 tahun 2005.
Dalam proses berjalannya UAR tersebut, gempa bumi dan tsunami sebagai
pemahaman dasar terjadinya bencana yang terjadi, mendorong Unsyiah
membentuk TRC (Tsunami Research Center – Lembaga Penelitian Riset
Tsunami) sebagai pusat informasi gempa bumi dan Tsunami. Saat bersamaan
terbentuk juga inisiatif upaya mitigasi jika terjadi bencana dengan membentuk
MC (Mitigation Center-Pusat informasi Mitigasi).
Melihat kegiatan yang hampir serupa dari lembaga-lembaga riset tersebut
dan selain itu akibat didorong oleh rasa pentingnya mengoleksi semua data-data
berkaitan dengan bencana tsunami yang menghantam Aceh guna memberikan
masukan dalam merekonstruksi kembali Provinsi, Unsyiah menggabungkan
keduanya kedalam lembaga riset yang terintegrasi baru yang disebut TDMRC
(Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) yang dipayungi secara hukum
dengan Surat keputusan Rektor Unsyiah No. 418 tahun 2006.
II. Dasar Hukum
1. Surat Keputusan No 1.2005, Satuan Tugas Unsyiah untuk Penanganan
Gempa dan Tsunami, Banda Aceh, Januari 200
2. Surat Keputusan No 24.2005, tentang Pengembangan Pusat Studi Tsunami
3. Surat Keputusan No 215.2006, tentang Pusat Mitigasi Bencana
12
4. Surat Keputusan No 418.2006, tentang Pengembangan Pusat Studi
Tsunami dan Mitigasi Bencana dengan penasihat Internasional dari
Universitas Kobe, Jerman dan Sri Lanka
5. Nota Kesepahaman (MoU) antara Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
NAD-Nias, Pemerintah Aceh dan Kementrian Riset dan Teknologi dengan
Universitas Syiah Kuala tentang pemanfaatan sains dan teknologi.
III. Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi, TDMRC dipimpin oleh seorang direktur. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat dibawah:
Gambar 3 : Struktur Organisasi TDMRC
13
V. Visi dan Misi
Visi
Melindungi masyarakat melalui riset yang efektif berdasarkan pengelolaan
pengurangan resiko bencana.
Misi
Menjadi sebuah pusat penelitian terkemuka dan terbuka di bidang riset
terapan ilmu multi disiplin, pendidikan, pelatihan, penyampaian data informasi,
pengembangan pengetahuan dan pelayanan berskala internasional yang terbuka
dan terdepan di bidang managemen bencana.
VI. Tujuan
Meningkatkan sumber daya riset kebencanaan yang berkualitas,
memberikan advokasi (saran) pada pemerintah dalam membuat kebijakan,
mengumpulkan dan menyediakan data terbaik dengan mempercepat prosess
pengumpulan data yang tepat berkaitan dengan dampak dari bencana.
VII. Strategi
Membangun dan senantiasa mengembangkan kapasitas teknis dan
fungsional TDMRC termasuk para staff, Kebijakan Sumberdaya Manusia,
sumberdaya dan mobilisasinya, proses keuangan bisnis dan kebijakan manajemen
untuk mendukung sebuah reputasi internasional untuk layanan jasa dan produk
PRB yang bermutu tinggi.
14
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan Kuliah Kerja Praktik (KKP) ini dilakukan di Pusat Riset Tsunami
& Mitigasi Bencana (TDMRC) Uleelheu Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh
dari tanggal 1 Juli 2010 sampai 10 Agustus 2010 mulai dari kegiatan pembuatan
peta sampai penyusunan laporan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program
mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pusat Riset Tsunami & Mitigasi Bencana
(Tsunami Disaster & Mitigation Research Center/ TDMRC) bekerjasama dengan
Sea Defence Consultant (SDC) .
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan KKP ini dapat
dilihat pada tabel di bawah
Nama Alat dan Bahan Jumlah Fungsi
1.Komputer (RAM 2 GB) 1 unit Untuk melakukan pemodelan secara
umum
2.Alat tulis 2 buah Untuk mencatat
3.Software Delft3D,
Matlab & ArcGIS
1 BUAH Untuk melakukan pemodelan dan
pengolahan data
4.Dongle (lisensi program) 1 buah Untuk Mengaktifkan software
Delf3D
Tabel 3.2 Alat dan bahan yang digunakan selama pelaksanaan KKP
15
3.3 Metode Pelaksanan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kuliah kerja praktek ini adalah
metode partisipatif yaitu mahasiswa ikut serta dalam serangkaian kegiatan
pelatihan yang dimulai dengan pemahaman Teoritis dan Aplikasi Langsung
Teknik pemodelan Tsunami. Data yang diperoleh berupa data primer, yaitu data
dari pengamatan langsung di lapangan serta data sekunder yang berasal dari
BMKG, hasil laporan Sea Defence Consultant dan referensi tekait lainnya untuk
mendukung dalam penyusunan pembuatan laporan.
3.4. Tahap-tahap Kegiatan
Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
3.4.1 Tahap Pengenalan
Tahapan ini dilakukan dengan target capaian mahasiswa dapat memahami
apa itu Delft3D, apa input yang diperlukan dan output yang dihasilkan.
Delft3D merupakan salah satu perangkat lunak untuk melakukan simulasi
guna mendapatkan informasi areal genangan yang disebabkan oleh
tsunami.Dalam Software ini terdapat beberapa menu (Grid, Flow, Wave, Water
Quality). Software ini membutuhkan perangkat lunak pendukung seperti
MATLAB, dan ArcGIS. Hasil akhir dari simulasi Delft3D ditampilkan dalam GIS
berupa genangan tsunami yang terjadi di kawasan pantai yang dibangkitkan oleh
gempa bumi yang terjadi di lautan dengan skenario yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Informasi luas genangan ini sangat bermanfaat untuk
memprediksikan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap suatu kawasan dan
16
sebagai alat bantu untuk memprediksi informasi yang yang ditampilkan dalam
peta bencana (hazard map).
Hasil akhir dari simulasi Delft3D ditampilkan dalam format GIS, berupa
genangan tsunami yang terjadi di kawasan pantai yang dibangkitkan oleh gempa
bumi yang terjadi di lautan dengan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Topik Sasaran
Delft3D
Matlab
Tsunami Generation
Tsunami Modelling
Tsunami Modelling
Post-Processing
Membuat dan memanipulasikan grid yang
berhubungan dengan parameter parameter
tsunami (Generate and manipulate grid
related parameters)
Memahami Matlab dan aplikasinya dengan
Delft3D
Memahami pembangkitan Tsunami dan
Parameter pembangkitnya (Understand the
generation of tsunamis with okada model)
Memahami setup & input untuk pemodelan
Tsunami
Membaca (interpret) output dari pemodelan
Tsunami
Analisa Dan Pengolahan Data Hasil
Table 3.4.1 Tahapan Kerja
3.4.2 Tahap Pelaksanaan
17
Adapun beberapa tahapan simulasi pelaksanaan (tahapan berupa gambar
terdapat pada bagian lampiran) adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan grid peta
2. Membuat file batimetri
3. Membangkitkan Tsunami awal melalui pendekatan patahan Standar
4. Melakukan simulasi melalui input Arus (Flow input) harian
5. Menampilkan hasil akhir peta dalam format ArcGis
1. Langkah-Langkah Membuat grid
Sebelum membuat grid peta maka perlu di persiapkan 2 hal berikut :
a. Menyiapkan Land Boundary (*.ldb)
b. Buka RGFGrid pada item Grid Delft3d
Selanjutnya Langkah-Langkah Membuat grid :
1. Buat splines
2. Ubah spline menjadi grid (Operations – Change Splines into Grid)
3. Refine grid dan operasi lainnya untuk mengedit grid.
4. Ortogonalisasi
2. Membuat file Batimetri (Quickin)
a. Siapkan Data batimetri dalam format sample x y z (*.xyz)
b. Buka Quickin pada item Grid
Langkah-Langkah Membuat file batimetri (*.dep) :
1. Buka grid
2. Buka new samples (file xyz yg sudah disiapkan) cek dulu kalau ada data yang
error/salah, dimulai dari data yang paling tinggi resolusinya
18
3. Lakukan operasi untuk penghitungannya (averaging, interpolasi dan internal
difusi).
4. Simpan file depht nya.
3. Membangkitkan Tsunami awal melalui pendekatan patahan Standar
1.Pada file “DTT_config.txt” ubah konfigurasi beberapa file berikut (terdapat di
lampiran):
2. Buka MATHLAB dengan directory actif pada file “Dnami.m”
3. Lakukan run dan load area
4. Isi parameter gempa yang terdiri dari kekuatan, lokasi dan kedalaman
5. Lakukan draw fault area untuk menentukan luas patahan hasil simulasi
6. Komputasikan hasil dengan cara click Compute Initial Tsunami
4. Memahami Setup dan input untuk pemodelan Tsunami (Flow Input).
a. Buka flow input pada Delft3D
b. Lakukan Set Up Terhadap Flow input
Langkah-Langkah Set Up Flow input dengan mengisi :
1. Domain
2. Time Frame
3. Processing
4. Initials Condition
5. Physical Parameters
6. Numerical parameters
7. Opertions
19
8. Monitoring
9. Additional parameters
Selanjutnya lakukan Quickplot dan Quick view untuk melihat hasil dalam
bentuk animasi (diperlukan waktu minimal 1 jam untuk running tingkat muka air
harian, water level animate).
5. Menampilkan Peta Genangan Tsunami Kedalam ArcGis
Bahan-bahan yang diperlukan:
a. Software ArcGis
b. Peta Dasar
c. Data Genangan Tsunami hasil modeling
d. Data Land boundary (Coastline)
Langkah langkah yang dilakukan :
1. Buka ArcGis lalu pada Data Genangan Tsunami hasil modeling
Tentukan proyeksinya : Geografik world WGS 1984
2. Pada land boundary (Polygon) lakukan olah data kedalaman genangan
(Inundation depth data processing)
3. Tahap-tahap pengerjaan Inundation depth data processing :
Merging Select by Location Un-Select by Atttribute Export Selection
Classification Overlay Layout.
3.5. Evaluasi Hasil Kegiatan
20
Evaluasi dari hasil kegiatan KKP ini berupa pembuatan laporan mengenai
teknis dan hasil pemodelan tsunami kawasan Banda Aceh.
BAB IV
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendekatan model patahan standar
Untuk mensimulasi perambatan gelombang tsunami dan genangan yang
dihasilkan, maka input model hidrodinamika yang penting adalah tinggi
gelombang tsunami pada sumbernya. Tsunami mungkin saja diinduksi oleh tanah
longsor, ledakan gunung berapi atau efek dari gempa bumi. Dalam diskusi
dibawah ini dibatasi kajian hanya pada tsunami yang dihasilkan dari gempa bumi.
Parameter gempa bumi dibuat menjadi model patahan untuk menghasilkan medan
gelombang tsunami (dari sumbernya) berbentuk area bujur sangkar dan juga
disebut bidang patahan. Medan tsunami awal ini ( eksitasi tsunami) kemudian
disebut input untuk model hidrodinamika untuk mensimulasi perambatan
gelombang tsunami dan banjir di area pantai.
4.2 Garis patahan Selat Sunda (kuning) dan segmen garis patahan yang
dimodelkan (merah)
Prinsip kejadian tsunami yang dihasilkan dari gempa bumi di sepanjang
garis patahan diilustrasikan dalam Gambar 4-1. karena bergantung pada arah
gerakan bumi di sepanjang garis patahan selama terjadi gempa, maka air akan
mundur dari area pantai (lihat pasang surut dalam gambar 4-2) atau gelombang
tsunami dating secara langsung tanpa adanya peringatan dalam bentuk
pemunduran air (pasang surut banjir dalam gambar 4-2). Untuk Aceh, karena
dasar garis patahan dan lokasi Aceh yang berhubungan dengan garis patahan ini,
umumnya, pemunduran air diprediksi sebelum gelombang tsunami mencapai area
pantai.
22
Gambar 4.2: Garis patahan Selat Sunda (kuning) dan segmen garis patahan yang
dimodelkan (merah)
4.3 Ketinggian Genangan Tsunami Kota Banda Aceh
Gambar 4.3 Peta ketinggian Genangan Tsunami Kota Banda Aceh
23
Data input yang berupa kekuatan, lokasi dan kedalaman gempa bawah laut
telah berhasil diubah menjadi output berupa peta lokasi genangan banjir tsunami
Banda Aceh 26 Desember 2004 melalui penggunaan Software ArcGis. Lokasi
pada peta dengan ditandai warna merah adalah lokasi terjadi genangan yang
sangat tinggi (7,00 – 21,00 meter).lokasi dengan tanda warna kuning adalah lokasi
terjadi genangan dengan ketinggian sedang (3,00 – 7,00 meter) dan lokasi dengan
warna hijau merupakan lokasi dengan genangan rendah (0,001 – 3,00 meter).
Terjadinya perbedaan genangan di suatu wilayah disebabkan oleh faktor
perbedaan kedalaman lokasi kejadian dan parameter gempa dimana terjadinya
gelombang awal tsunami di lautan. Juga akibat dari perbedaan kondisi bathimetri
laut.
Pendekatan model patahan standard yang menggunakan parameter jumlah
yang terbatas, belum mampu untuk mereproduksi medan gelombang tsunami awal
yang kompleks dengan tepat. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan model
patahan tidak dapat digunakan. Medan gelombang diperoleh dari model patahan
dan dapat secara lokal berada dibawah estimasi (atau diatas estimasi) medan
gelombang tsunami awal yang aktual, secara keseluruhan telah memberikan hasil
yang memuaskan. Untuk prediksi kejadian gempa bumi dan tsunami yang
potensial, dimana tentunya tidak ada informasi yang tersedia untuk kejadian yang
aktual sepertitsunami pada Desember 2004, pendekatan model patahan
memberikan estimasi yang bagus untuk medan gelombang awal yang
menghasilkan keseluruhan komputasi tinggi gelombang dan tinggi genangan
dapat terjadikarena pendekatan yang sederhana.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari kegiatan KKP ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Pemodelan tsunami yang dilakukan dengan Software Delft3D menghasilkan:
1. Model tsunami yang dapat menghasilkan penggenangan tsunami secara akurat
untuk kawasan Banda Aceh . yang disebabkan oleh skenario gempa bumi yang
berbeda.
2. Peta genangan tsunami untuk berbagai pengulangan interval, menampilkan:
a. area penggenangan
b. kedalaman genangan yang dikomputasi
3. Menambah pengetahuan dalam efektivitas jenis penanganan perlindungan
tsunami.
Peta genangan banjir tsunami menunjukkan genangan maksimum yang
terjadi karena berbagai skenario tsunami yang memungkinkan untuk magnitud
gempa bumi tertentu. Peta ini dibuat untuk perencanaan spasial lokal dan regional
dan penilaian resiko (termasuk rencana dan desain rute evakuasi dan lokasi
pengungsian).
25
5.2. Saran
Diharapkan adanya tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu program
perencanan mitigasi kebencanaan di Indonesia secara umum dan Banda Aceh
khususnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Riyadi, 2008. Pemodelan & Pemetaan Rendaman Tsunami Serta Kajian
Resiko Bencana.Padang
Sea Defence Consultants, 2009. Kajian Dasar Pantai Aceh & Nias Volume III
Pemodelan Tsunami dan Penilaian Resiko.Banda aceh
Wordpress.com, 2010. Pemodelan Tsunami dan Zonasi Daerah Rawan Tsunami
di Indonesia.Jakarta
TDMRC.org, 2010 Kajian Dasar Pantai Aceh & Nias Volume III Pemodelan
Tsunami dan Penilaian Resiko.Banda aceh
Mahi, A. K., Zakaria., A. 2008. Rencana strategis dan rencana aksi mitigasi
bencana Kota Bandar Lampung. Laporan Proyek. DKP Profinsi
Lampung. 156 p.
Subandono, D., 2006. TSUNAMI.Sarana Komunikasi Utama.Bogor
Nontji, A.1993. Laut Nusantara.Penerbit Djambatan.Jakarta
Anonim, 2004.Pedoman Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil. Direktorat Jendral Pulau-PulauKecil DanPesisir.
Departemen Kelautan dan Perikanan
27