Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG AKUNTANSI
KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
oleh
ADELIA NORAIN
NIM.1202120167
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 1438H / 2016 M
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
JUDUL :PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG
AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI
SYARIAH
NAMA : ADELIA NORAIN
NIM : 1202120167
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN : EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI : EKONOMI SYARI‟AH
JENJANG : STRATA SATU (SI)
Palangka Raya, September 2016
Menyetujui,
Pembimbing I
Dra. Hj. Rahmaniar, M.SI
NIP: 19540630 198103 2 001
Pembimbing II
Dr. Ahmad Dakhoir, SHI, M.HI
NIP:198207072006041003
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam
Dra. Hj. Rahmaniar, M.SI
NIP: 19540630 198103 2 001
Ketua Jurusan
Ekonomi Islam
Jelita, M.SI
NIP:19830124 200912 002
iii
NOTA DINAS
Hal: Mohon Dimunaqasyahkan
Skripsi Saudari Adelia Norain
Palangka Raya, November 2016
Kepada
Yth.Ketua Panitia Munaqasyah Skripsi
Jurusan FEBI IAIN Palangka Raya
di-
PalangkaRaya
Assalamu „alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, memeriksa dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahawa skripsi saudari:
NAMA : Adelia Norain
NIM : 1202120167
Judul :PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG
AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAH
Sudah dapat dimunaqasyahkan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu „alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Dra. Hj. Rahmaniar, M.SI
NIP: 19540630 198103 2 001
Pembimbing II
Dr. Ahmad Dakhoir, SHI, M.HI
NIP:19820707 200604 1 003
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG
AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAHoleh Adelia Norain
NIM: 1202120167 telah dimunaqasyahkan pada Tim Munaqasyah Skripsi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 16 November 2016
Palangka Raya, 2016
Tim Penguji:
1. M. Zainal arifin, M.Hum
Ketua Sidang/Anggota
(……………………………………………..)
2. Ali Sadikin, M.SI
Anggota
(……………………………………………..)
3. Dra. Hj. Rahmaniar, M.SI
Anggota
(……………………………………………..)
4. Dr. Ahmad Dakhoir, M.HI
Sekretaris/Anggota
(……………………………………………..)
DekanFakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam
Dra. Hj. Rahmaniar, M.SI
NIP 19540630 198103 2 001
v
PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG AKUNTANSI
KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAH
ABSTRAK
Islam sebagai suatu agama telah ditempatkan sebagai suatu pilihan dan sekaligus
ajaran dijadikannya pedoman dalam kehidupan umat manusia yang memeluknya.
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat
pesat, ditandai dengan bermunculannya lembaga keuangan yang berbasis syariah.
Lembaga keuangan dalam prakteknya tidak lepas dari laporan keuangan atau yang
disebut dalam bahasa bisnisnya adalah akuntansi. Penelitian ini difokuskan pada
pemikiran Iwan triyuwono tentang konsep akuntansi syariah, yang tertuang dalam
teorinya yaitu Shari‟ah enterprise theorydan Sinergi Oposisi Biner. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimana konsep pemikiran
Iwan Triyuwono tentang akuntansi syariah (b) bagaimana relevansi pemikiran
Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Dengan
demikian tujuan penelitian ini adalah (a) Untuk mendeskripsikan konsep
pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi syariah. (b) Untuk mendeskripsikan
relevansi pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi
syariah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library
research dengan menggunakan pendekatan penelitian historis,, yakni penelitian
yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang
bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah
yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan. Subjek yang dijadikan dalam penelitian ini
adalah Iwan Triyuwono.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Iwan Triyuwono
dengan teorinya shari‟ah enterprise theory dan sinergi oposisi binersudah sangat
relavan untuk memformulasikan teori teori yang sebelumnya ada pada teori
akuntansi modern. Akan tetapi pada praktiknya belum mampu diterapkan
seutuhnya di kelembagaan ekonomi syariah. Karena adanya kebutuhan industri
Jika konsep akuntansi syariah yang dikemukakan beliau bisa terealisasi dengan
baik maka terciptanya realitas organisasi dengan jaringan kuasa ilahi.
Kata kunci: Akuntansi Syariah, Iwan Triyuwono, Kelembagaan ekonomi
syariah
vi
THE MENTATION OF IWAN TRIYUWONO ABOUT ACCOUNTING
INSTITUTIONAL OF ISLAMIC ECONOMICS
ABSTRAC
Islam as a religion has been placed as an option and at the same teachings that
provide guidance in human life adherents. Islamic economic development in
Indonesia is progressing very rapidly, characterized by the emergence of sharia
based financial institution. Financial institutions in practice cannot be separated
from the financial statements or called in the language of business is accounting.
This study focused on mentation of Iwan Triyuwono about the concept of sharia
accounting, as stated in this theory that sharia enterprise theory and synergy
binary opposition. The formulation of the problem in this study are (a) how the
concept mentation of Iwan Triyuwono about sharia accounting? (b) how the
relevance mentation of Iwan Triyuwono about accounting institutional of Islamic
economics? Therefore the purpose of this study were (a) to describe the concept
mentation of Iwan Triyuwono about sharia accounting (b) to describe the
relevance mentation of about acoounting institutional of Islamic economics.
This type of research is the library research using hictorical research aproach,
namely research conducted by collecting data or scientific papers aimed at the
object of research or data collection is literature, or the study undertaken to solve a
problem on basically rests on a critical and in depth study of the materials relevant
book. The subjects used in this study is Iwan Triyuwono.
The results of this study indicate that the mentation of Iwan Triyuwono with
shariah enterprise theory and the theory of binary opposition synergies already
very relevan to formulate theories that previously exsited in modern accounting
theory. But in practice has not been able to be applied fully in the Islamic
economics institutions. Because of the needs of the industry if sharia accounting
concept he put forward can be realized with either the creation of a network
organization with the realities if divine power.
Keywords: Islamic Accounting, Iwan Triyuwono, Institutional of Islamic
Economics
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu„alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjukNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG
AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAH” dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW. beserta para kerabat, sahabat, dan pengikut beliau illa yaumil
qiyamah.
Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ibnu Elmi AS Pelu SH. MH. selaku Rektor IAIN Palangka Raya
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Ibu Dra. Hj. Rahmaniar M. SI selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam di IAIN Palangka Raya dan selaku pembimbing I.
3. Bapak Dr. Ahmad Dakhoir, M.HI selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Palangka Raya, selaku
penasehat akademik dan selaku pembimbing II.
4. Bapak M. Zainal Arifin, M.Hum selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di
IAIN Palangka Raya.
viii
5. Bapak Enriko Tedja Sukmana, M.SI selakuWakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan KerjasamaFakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN
Palangka Raya.
6. Ibu Jelita M.SI selaku ketua Jurusan Ekonomi Islam di IAIN Palangka Raya.
7. Dosen-dosen IAIN Palangka Raya khususnya Dosen-dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu dan
seluruh staf yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
PalangkaRayatelah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
selama menjalani perkuliahan.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, berkat do‟a dan motivasinya yang tiada henti dari mereka sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut ikut
membantu kelancaran dalam penyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Semoga karya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
kebaikan bagi banyak pihak.
Wassalamu„alaikum Wr. Wb.
Palangka Raya, November 2016
Penulis
Adelia Norain
1202120167
ix
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya
tulis dengan judul: “PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO TENTANG
AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI SYARIAH” adalah benar-benar
karya saya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari karya orang lain dengan yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan. Jika kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran maka saya siap menanggung risiko sanksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Palangka Raya, November 2016
Yang membuat pernyataan
Adelia Norain
NIM:1202120167
x
MOTTO
…
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya… (Al-Baqarah: 282).
xi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillahirobbil‟alamin.
Segala puji bagi Mu Ya allah. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta para kerabat,
sahabat, dan pengikut beliau illa yaumil qiyamah.
Bukan pelangi namanya jika hanya ada warna merah. Bukan hari namanya
jika hanya ada siang. Semua itu adalah warna hidup yang harus dijalani dan
dinikmati. Meski terasa berat, namun manisnya hidup hidup justru akan terasa,
apabila semuanya dilalui dengan baik.
Akhirnya, setelah melewati berbagai macam warna-warni kehidupan susah,
sedih, senang, kini engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai di
penghujung awal perjuangan ku.
Perjuangan dalam menggapai mimpi, meraih cita cita, dan menyongsong masa
depan di hari esok yang masih penuh dengan teka teki.
Hingga akhirnya terbitlah sebuah karya kecil ini untuk orang orang yang ku
sayangi.
Terimakasih Ya Allah engkau titipkan my guardian angel untukku. Mami
Yuli Yanti dan abah Amrullah yang sudah melahirkan aku di dunia ini. Papah
Suryadi Dahni yang sudah merawat dan mejagaku seperti darah dagingnya
sendiri. Kalian lah penyemangat hidupku, yang memberikan doa, nasehat, kasih
sayang serta pengorbanan hingga aku merasa kuat menjalani cambuk kehidupan.
Terimakasih Kodel‟s Family, untuk nenek cantik ku sayang yang selalu
menyanyagiku sebagai cucu tertuanya. Untuk tante lisda yang setia sebagai teman
xii
curhat, teman jalan-jalan. Untuk om Bonang sebagai preman yang menjagaku.
Untuk my brother Haris Chaitami dan Jolanda Akbar teman sayang sayangan,
kelahi dirumah. Untuk my cousin Dea dan Andre yang setiap tahunnya merayakan
ultah sama sama karna lahir dibulan yang sama. Hangatnya ikatan keluarga
dengan meletakkan kebahagiaan untuk hidupku. Tanpa kalian duniaku tampak
absurd dan kosong.
Terimakasih untuk Bapak. Dr. Ahmad Dakhoir, SHI, M.HIselaku dosen
penasehat akademik dan selaku pembimbing skripsi. Terimakasih untuk ibu Dra.
Hj. Rahmaniar, M.SI selaku dosen pembimbing skripsi.Berkat bimbingan bapak
dan ibu telah membantu menyelesaikan tugas akhir hingga sejauh ini, akhirnya
skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak
dan ibu.
Terimakasih kepada seluruh dosen pengajar dan staf akedemik di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan
pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada saya...
Terimakasih teman teman ESY 2012, all of the story in this school is over.
Laugh, smile, love, happines, and everything moments will be sad ending. But, i
always be happy because have the time to know and meet you here my friends.
Terimakasih my best friend beuntung betuah (wahyu aria suciani, salma
assuyuti, kurniati, marlia ulfah, barakatunnisa), as we go on, we remember all the
times we spent together and as our lives change come whatever, we will still be
friends forever.
xiii
Untuk hidup yang jauh lebih bermakna, masih banyak tujuan dan impian yang
akan dikejar. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk mewujudkan
semuanya.
Never Give Up!
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata kata yang dapat kupersembahkan
kepada kalian semua. Terimakasih beribu terimakasih ku ucapkan, dan beribu
maaf skripsi ini kupersembahkan.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................ ii
NOTA DINAS ................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
PERNYATAAN OROSINALITAS .................................................................. ix
MOTTO ............................................................................................................. x
PERSEMBAHAN .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi
DAFTAR TRANSLITERASI ARAB LATIN ....................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
E. Metode Penelitian................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 15
B. Deskripsi Teoritik................................................................................... 17
1. Akuntansi Syariah ............................................................................ 18
a. Pengertian Akuntansi Syariah ..................................................... 18
b. Sejarah Akuntansi Syariah ........................................................... 21
c. Dasar Hukum Akuntansi Syariah ................................................ 27
xv
d. Prinsip Akuntansi Syariah ........................................................... 31
2. Lembaga Keuangan Syariah ............................................................ 32
a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah....................................... 32
b. Pembagian Lembaga Keuangan Syariah ...................................... 36
c. Fungsi Dan Peran Lembaga Keuangan Syariah ........................... 37
3. Teori Maqasid Syari‟ah ................................................................... 39
C. Kerangka Berfikir .................................................................................... 45
BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO
A. Riwayat Hidup Dan Latar Belakang Iwan Triyuwono .......................... 47
B. Karya-karya Iwan Triyuwono ................................................................ 49
C. Pemikiran Iwan Triyuwono .................................................................... 54
1. Shari‟ah enterprise theory ............................................................... 54
2. Sinergi Oposisi Biner ....................................................................... 56
BAB IV ANALISIS DATA PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO
A. Konsep Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi Syariah.......... 59
1. Existing Implementasi Akuntansi di Lembaga Keuangan ............... 59
2. Shari‟ah enterprise theory ............................................................... 63
a. Proprietary Theory ...................................................................... 63
b. Entity Theory .................................................................................... 65
3.Sinergi Oposisi Biner .......................................................................... 79
B. Relevansi Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi Kelembagaan
Ekonomi Syariah .................................................................................... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 97
B. Saran ....................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 PERBANDINGAN PENELITIAN TERDAHULU ......................17
TABEL2 LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN ..................................78
GAMBAR 1 KONSEP KERANGKA KONSEPTUAL MUHAMMAD AL-
MUHASAMAH ........................................................................72
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan
dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi
dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut daftar huruf Arab
tersebut dan transliterasinya dengan huruf latin:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif اTidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Śa Ś ثes (dengan titik di
atas)
Jim J Je ج
ḥa ḥ حha (dengan titik di
bawah)
Kha Kh ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż ذzet (dengan titik di
atas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy es dan ye ش
xviii
ṣad ṣ صes (dengan titik di
bawah)
ḍad ḍ ضde (dengan titik di
bawah)
ṭa ṭ طte (dengan titik di
bawah)
ẓa ẓ ظzet (dengan titik di
bawah)
ain ….„…. Koma terbalik di atas„ ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ؼ
Qaf Q Ki ؽ
Kaf K Ka ؾ
Lam L El ؿ
Mim M Em ـ
Nun N En ف
Wau W We ك
Ha H Ha ق
Hamzah …‟… Apostrof ء
Ya Y Ye ي
B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
xix
Vokal Tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
--- --- Fatḥah A A
--- --- Kasroh I I
--- --- Ḍhommah U U
Contoh:
yażhabu : ك ذ ك ب kataba : ك ك ك
su‟ila : ب ك ك żukira: ذب ك ك
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan
Huruf Nama
Gabungan
Huruf Nama
-- -- ي Fatḥah dan ya Ai a dan i
-- -- ي Fatḥah dan wau Au a dan u
Contoh:
haula : ك ذؿك kaifa : ك ذ ك
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Nama Huruf dan Nama
xx
Huruf Tanda
- – ا - -- ىFatḥah dan alif
atau ya ā a dan garis di atas
-- - Kasrah dan ya ī i dan garis di atas
- -- ي Ḍhommah dan
wau ū u dan garis di atas
Contoh:
qīla : ك ذ ك qāla : ك ؿك
yaqūlu : ػك ب ذؿب ramā : ركمكى
D. Ta Marbuṭah
Transliterasi untukta marbuṭahada dua, yaitu:
1. Ta Marbuṭah hidup
Ta marbuṭahyang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan ḍamah,
transliterasinya adalah /t/.
2. Ta Marbuṭah mati
Ta marbuṭahyang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah /h/. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbuṭahdiikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka
ta marbuṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
rauḍatul-aṭfāl : - رككذ ك باذ ك ذ ك ؿذ
al-Madīnatul-Munawwarah : - اكاذ ك ك ػذ ك بااذ ب ػك وركةذ
-
E. Syaddah (Tasydid)
xxi
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, tanda Syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu:
Contoh: nazzala : ػك وؿك rabbanā : ركبػو ك
al-h}ajju : اكاذ ك ج al-birr : اكاذ ك ر
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu: ال. Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata
sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh
huruf Qamariah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf
yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik yang diikuti huruf Syamsiah maupun huruf Qamariah, kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
sambung/hubung.
Contoh:
xxii
al-qalamu : اكاذ ك ك ب ar-rajulu : اكا و ب ب
G. Hamzah( ء ) Telah dinyatakan di atas di dalam Daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa
hamzah(ء )ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah
dan di akhir kata. Bila hamzah(ء )itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan,
karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
Hamzah di awal:
akala : اك ك ك umirtu : ابمك ذتب
Hamzah di tengah:
فك ta‟khużūna : ك ذ ب بكذفك ta‟kulūna : ك ذ ب ب ذ
Hamzah di akhir:
ءء ءء syai‟un : ك ذ an-nau‟u : اا ػو ذ
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan
maka dalam transliterasinya ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua
cara: bisa dipisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.
Contoh:
Fa aufūl-kaila wal-mīzāna : ك ككذ ب اااذ ك ػذ ك كااذ ك ػذ كافك
xxiii
Bismillāhi majrēhā wa mursāhā : - ك ا ك ككمب ذسك ابك ذ ك ا لك ك ذ ك
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasinya ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk
menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf
awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
Wa mā Muḥammadun illā rasūl : ككمك مب ك و ءاك ورك ب ذؿء
Syahru Ramaḍāna al-lażī unzila fīhi : كلذ بركمك ك ك او ك ذ ب ذ كاك ك ذلك ذا ب ذاافب
Al-Qur‟anu
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan
dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital
tidak dipergunakan.
Contoh:
Naṣrum minallāhi wa fatḥun qarīb : كصذ ءمك ك ا لك ك ػك ذ ء ك ك ذ
Lillāhil amru jamī‟an : - ااذ كمذ ب ك ك ذ ع اك وهك
Sumber : Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Palangka Raya, Palangka Raya: STAIN Palangka Raya
Press, 2007.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai suatu agama telah ditempatkan sebagai suatu pilihan dan
sekaligus ajaran dijadikannya pedoman dalam kehidupan umat manusia yang
memeluknya. Keberadaan ajarannya telah memberikan arahan dalam
pengembangan peradaban umat manusia, utamanya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Islam adalah agama bersifat terbuka, yang selalu
memberikan keleluasaan kepada umatnya untuk berpikir ke depan, dalam rangka
mencapai tingkat peradaban dan kemajuan yang lebih baik.1
Perkembangan ekonomi syariah kini sedang mengalami kemajuan yang
sangat pesat di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dengan
berkembangnya ekonomi syariah sekarang ini mulai banyak bermunculan
lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah.2
Ekonomi syariah sebenarnya telah muncul sejak Islam itu dilahirkan.
Ekonomi syariah lahir bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan
bagian integral dari agama Islam. Sebagai ajaran hidup yang lengkap, Islam
memberikan petunjuk terhadap semua aktivitas manusia, termasuk ekonomi.3
1Muhammad, Akuntansi Syariah Teori dan Praktik Untuk Perbankan Syariah, Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2013, h. 3. 2Perkembangan Bank Syariah di Indonesia kini telah menjadi tolak ukur keberhasilan
eksisitensi ekonomi syariah.Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioner
bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-
bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-
bank konvensional dan banyak dilikuidasi karena kegagalan system bunganya, sementara
perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan, lihat Nurul
Ichsan Hasan, Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar), Jakarta: GP Press Group, 2014, h. 104. 3P3EI, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafido Persada, 2009, h. 16.
1
2
Para ahli ekonomi Muslim memberikan pengertian ekonomi syariah yang
bervariasi, tetapi pada dasarnya mengandung esensi makna yang sama, cabang
ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, menganalisis, dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islami.
Ekonomi syariah tidak hanya kegiatan ekonomi yang dilakukan atas dasar
pemenuhan kebutuhan material oleh individu dan komunitas Muslim, namun juga
merupakan perwujudan ajaran Islam dalam perilaku ekonomi. Artinya, ekonomi
syariah merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara
kaffah. Ia merupakan tatanan perekonomian yang dibangun atas nilai-nilai ajaran
Islam yang diharapkan dapat mewarnai perilaku ekonomi masyarakat
Muslim.Menurut kajian-kajian yang telah dilakukan, ternyata sistem ekonomi
syariah mempunyai konsep yang lengkap dan seimbang dalam segala hal
kehidupan, namun sebagian umat Islam tidak menyadari hal itu karena masih
berpikir dengan kerangka ekonomi kapitalis, sebab telah berabad-abad dijajah
oleh bangsa Barat selalu lebih hebat. Padahal tanpa disadari ternyata di dunia
Barat sendiri telah banyak negara mulai mendalami sistem perekonomian yang
berbasis syariah.4
Lembaga keuangan syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi syariah,
dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari sistem syariah.
Sebab itu, lembaga keuangan syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha
yang di dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan.Progress lembaga-
lembaga tersebut, disatu sisi dinilai wajar karena motif lahirnya lembaga-lembaga
4Muhammad, dkk, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Malang: Intimedia, 2014, h.14-15.
3
dan ekonomi syariah tersebut, memang bertolak dari hasrat dan relung kesadaran
masyarakat yang telah lama mendambakan sebuah sistem ekonomi. Bahkan
kehadirannya dilatarbelakangi oleh semangat keinginan untuk membangun
lembaga keuangan yang beroperasi sesuai syari‟at Islam.
Terkait dengan lembaga keuangan syariah, maka pentingnya untuk menata
dari sistem pencatatan atau pengukuran.Sistem pencatatan atau pengukuran terkait
dengan masalah pembukuan atau akuntansi.5Akuntansi posisinya sangat penting
dalam suatu lembaga keuangan atau perusahaan, dimana akuntansi sangat
berperan dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan
perusahaan.Akuntansi memiliki beberapa tujuan, akuntansi keuangan menurut
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang secara handal bisa dipercaya
mengenai kewajiban, modal dan sumber ekonomi
2. Untuk memberikan informasi yang terpercaya tentang perubahan yang ada
pada sumber-sumber ekonomi sebuah perusahaan yang muncul karena adanya
kegiatan usaha
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang bisa membantu penggunaannya
dalam memperkirakan potensi perusahaan dalam mendapatkan laba
4. Untuk memberikan informasi penting yang lain tentang perubahan pada
sumber ekonomi dan kewajiban
5Kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris, accounting, dalam bahasa Arabnya disebut
“Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah, atau wazan yang lain adalah
hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau
menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan
tertentu,http://referensiakuntansi.blogspot.co.id/2012/07/pengertian-akuntansi-
syariah.html#sthash.KLj88jFn.dpuf, diakses 17 maret 2016.
4
5. Untuk menyampaikan sedalam mungkin informasi lain yang masih berkaitan
dengan laporan keuangan yang masih relevan untuk digunakan oleh pengguna
laporan keuangan
Berdasarkan tujuan akuntansi tersebut intinya adalah untuk memperoleh
informasi keuangan sebagai pengambil suatu kebijakan oleh perusahaan ataupun
pengguna laporan keuangan para stakeholders.Tujuan ini lebih disandarkan
kepada perolehan informasi dalam pengolahan laporan keuangan.Di Indonesia
laporan keuangan syariah merujuk kepada Pernyataan Standar Akuntansi
(selanjutnya disingkat PSAK) No. 59, kemudian diperbaharui menjadi PSAK
No.101-110 meliputi PSAK101 tentang entitas syariah, PSAK 102 tentang
akuntansi murabahah, PSAK103 tentang akuntansi salam, PSAK104 tentang
istishna, PSAK 105 tentang mudharabah, PSAK 106 tentang musyarakah, PSAK
107 tentang ijarah, PSAK 108 tentang akad asuransi syariah, PSAK 109 zakat,
infak, shadaqah, PSAK 110 transaksi tentang sukuk. Pernyataan PSAK ini dibuat
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia atau IAI bekerja sama dengan Majelis Ulama
Indonesia untuk memudahkan dalam proses pencatatan akun-akun transaksi
syariah. Belakangan ini ada suatu peningkatan kepentingan terhadap bidang
akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif Islami atau akuntansi syariah. Salah
satu aspek yang mendorongnya adalah dengan munculnya sistem perbankan
syariah. Di pihak lain, aspek-aspek akuntansi konvensional tidak dapat diterapkan
pada lembaga yang menggunakan prinsip-prinsip Islam. Oleh karena itu, perlunya
standar akuntansi yang cocok bagi bank syariah. Hal ini juga didorong oleh
kebutuhan akan rasionalitas kerangka konseptual pelaporan keuangan bank
5
syariah.Beberapa isu yang lain mendorong munculnya akuntansi syariah adalah
masalah harmonisasi standar akuntansi internasional di negara-negara Islam,
usulan pemformatan laporan badan usaha Islami, dan kajian ulang filsafat tentang
kontruksi etika dalam pengetahuan akuntansi serta penggunaan syariah sebagai
petunjuk dalam pengembangan teori akuntansi.Salah satu masalah yang
berhubungan dengan rasionalisme adalah menekankan pada sifat manusia yang
selalu mementingkan diri sendiri. Hal ini bertentangan dengan kepentingan
kolektif masyarakat luas (stakeholder). Problem yang lebih besar lagi dalam
perspektif rasionalisme adalah pemisahan agama dari aktivitas
ekonomi.6Berdasarkan keterbatasan di atas, maka perlu dipikirkan paradigma
akuntansi alternatif yang mengandung aspek baik teknik maupun sosial dengan
berdasarkan pada rasionalitas dengan mempertimbangkan agama.7
Tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syariah yang dijelaskan oleh
Iwan Triyuwono yang bersifat “materi” adalah untuk pemberian informasi
(akuntansi), sedangkan yang bersifat “spirit” adalah untuk akuntabilitas. Kedua
tujuan ini mutually inclusive, tujuan yang satu tidak dapat meniadakanyang lain,
keduanya berada dalamkesatuan (unity) sebagaimana bersatunyabadan dan ruh
kita. Pemberian informasiseolah-olah merupakan “badan” sedangkanakuntabilitas
adalah “ruh”, “Badan” tidakakan eksis tanpa “ruh”.Demikian juga
sebaliknya“ruh” tidak dapat membumi tanpa“badan”.8
6Muhammad, Akuntansi Syariah..., h. 133-136.
7Muhammad, Akuntansi Syariah..., h. 133-136.
8Iwan Triyuwono, Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan
Akuntansi Syariah, Universitas Brawijaya:IQTISADJournal of Islamic EconomicsVol. 4, No. 1,
Muharram 1424 H/March 2003, pp. 79 – 90.
6
MenurutIwan Triyuwono mengatakan bahwa akuntansi bersifat diskursif,
yaitu akuntansi memiliki sifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Ketika akuntansi
lahir dari entitas kapitalis, maka informasi yang disajikan pun bersifat kapitalis
sehingga keputusan-keputusan yang dikeluarkan pun untuk perencanaan ke depan
bersifat kapitalis, dengan kata lain mementingkan kenaikan laba perusahaan atau
kelangsungan hidup perusahaan atau bahkan mementingkan para pemegang
sahamnya untuk makmur. Lain halnya jika akuntansi lahir dari perusahaan
syariah, maka seharusnya informasi yang disajikannya pun tidak hanya bersifat
laba tapi juga ada sosial (profit and social oriented).Seiring dengan semakin
banyaknya entitas ekonomi yang menerapkan praktik akuntansi syariah, akuntansi
syariah perlu dikaji secara mendalam dan mampu menerapkannya dengan
baik.Penelitiberanggapan bahwa seorang akuntan dalam melakukan kegiatan
hendaknya dapat menyajikan informasi akuntansiharus transparan atau terbuka,
relevan, akurat, jujur, adil dan amanah yang selanjutnya disebut dengan spirit
tauhid.
Iwan Triyuwono yang merupakan pengarang buku yang berjudul
“Akuntansi Syariah (perspektif, metodologi dan teori)” mengemukakan akuntansi
syariahmerupakan instrumen akuntabilitas yangdigunakan oleh manajemen
kepada Tuhan(akuntabilitas vertikal), stakeholders, danalam (akuntabilitas
horizontal). Pemikiran ini mempunyai dua implikasi, yaitu: Pertama, akuntansi
syariah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai etika (dalam hal
ini adalah etika syariah) sehingga “bentuk” akuntansi syariah (dan
konsekuensinya informasi akuntansi yang disajikan) menjadi lebih adil, tidak
7
berat sebelah, sebagaimana kita temukan pada akuntansi modern yang memihak
kepada para kapitalis (kreditor) dan memenangkan nilai-nilai maskulin, hal ini
tertuang dalam pola konsep pemikiran beliau dalam shari‟ah enterprise theory.
Kedua, praktik bisnis dan akuntansi yangdilakukan manajemen juga harus
berdasarkanpada nilai-nilai etika syariah dengan menggabungkan sifat maskulin
dan feminim.Sehingga,jika dua implikasi ini benar-benar ada, makaakuntabilitas
yang dilakukan oleh manajemenadalah akuntabilitas yang suci.Polakonsep
pemikiran beliau ini tertuang dalam konsep teori sinergi oposisi biner.
Hal yang menarik dari pemikiran beliau apakah akuntansi syariah dapat
menjadi sebuah solusi dari akuntansi modern. Konsep akuntansi yang
bagaimanakah yang harus diterapkan. Dalam konsepnya bahwa hal yang utama
untuk mewujudkan akuntansi syariah adalah Tauhid. Konsep ini mengharapkan
agar manusia bisa lepas dari ikatan konsep kapitalisme, kemudian mengikatkan
kegiatan manusia yang tidak lepas dari ikatan kuasa ilahi. Sehingga,jika implikasi
ini benar-benar ada, makaakuntabilitas yang dilakukan oleh manajemenadalah
akuntabilitas yang suci. Dengankata lain, manajemen menyajikan
“persembahan”yang suci kepada Tuhan, dan sebaliknyaTuhan menerima
persembahan suci inidengan ridho. Inilah sebetulnya bentuk“peribadatan” yang
nyata dari manusia kepada Tuhannya. Dengan adanyapemikiran tersebut, peneliti
sangat tertarik melakukan kajian teoritis analisa dan kritis terhadap pemikiran
Iwan Triyuwono dalam implikasinya di lembaga keuangan syariah. Selain itu pula
Iwan Triyuwono merupakan salah satu tokoh paradigma akuntansi syariah yang
beraliran filosofi-teoritis, sedangkan implikasi keuangan dan akuntansi syariah
8
saat ini lebih didominasi penerapan aliran praktis, yakni melakukan konsep
akuntansi syariah dengan menyerap sistem konvensional dan mengkaji aktifitas
tersebut dengan hukum syariah dengan mengenyampingkan praktik-praktik yang
tidak dianjurkan di dalam syariah.
Berdasarkan penalaran di atas mengenai pemikiran yang dikemukakan
oleh Iwan Triyuwono mengenai konsep akuntansi syariah dan beberapa
permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti
lebih lanjut melalui studi kepustakaan dengan judul “PEMIKIRANIWAN
TRIYUWONO TENTANG AKUNTANSI KELEMBAGAAN EKONOMI
SYARAH”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi syariah?
2. Bagaimana relevansi pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi
kelembagaan ekonomi syariah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan konsep pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi
syariah.
2. Untuk mendeskripsikan relevansi pemikiran Iwan Triyuwono tentang
akuntansi kelembagaan ekonomi syariah.
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya keilmuan di lingkungan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palangka Raya, khususnya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
b. Sebagai bahan pengkajian dalam bidang ekonomi mengenai pemikiran
akuntansi syariah dalam kelembagaan ekonomi syariah.
c. Sebagai kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang ilmu ekonomi Islam berdasarkan pemikiran Iwan Triyuwono
mengenai akuntansi syariah dalam kelembagaan ekonomi syariah.
2. Manfaat Praktis:
a. Sebagai tugas akhir guna mencapai gelar sarjana ekonomi pada program
studi Ekonomi Syariah (ESY) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Palangka Raya.
b. Sebagai bahan rujukan atau referensi mengenai pemikiran akuntansi
syariah yang memenuhi aspek syariah.
c. Menjadi salah satu bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk
memperdalam substansi penelitian dengan melihat permasalahan dari
sudut pandang yang berbeda.
10
E. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perpustakaan IAIN Palangkaraya dan ditempat
tinggal penulis. Sedangkan waktu pada penelitian ini dimulai mei 2016.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
historis. Pendekatan historis yang digunakan di sini adalah dimaksudkan untuk
meneliti kehidupan Iwan Triyuwono baik dari aspek sosial, agama, budaya
dan politik. Karena kondisi kehidupan dalam berbagai aspek itu pasti
mempengaruhi pola pemikiran Iwan Triyuwono dalam melakukan atau
menggagas sesuatu.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang dilakukan
melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan
obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau
telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada
dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-
bahan pustaka yang relevan.
11
3. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-
tulisankarya peneliti atau teoritisi yang orisinil.9Dalam hal sumber data
primer yang digunakan yaitu 2 karya Iwan Triyuwono adalah:
1) Perspektif, metodologi, dan teori akuntansi syariah
2) Akuntansi syariah (perspektif, metodologi, dan teori)
b. Sumber data sekunder
Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan
oleh seorang peneliti yang tidak secara langsung melakukan pengamatan
atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. Dengan kata lain
penulistersebut bukan penemu teori.10
Adapun sumber data sekunder yang
menjadi pendukung adalah:
1) Muhammad Al Musahamah, Akuntansi Syariah, Yogyakarta:
Pesantren Ekonomi Islam, 2005.
2) Muhammad, Akuntansi Syariah Teori dan Praktik Untuk Perbankan
Syariah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013.
3) Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Teori dan Praktik
Kontemporer), Jakarta: Salemba Empat, 2009.
4) Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
9Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 1996, h. 83. 10
Ibid.,h. 84.
12
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian library research, maka teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah pengumpulan data
literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang
berkesinambungan (koheren) dengan objek pembahasan yang diteliti. Data
yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapan, kejelasan,makna dan koherensi makna antara satu
dengan yang lain.
b. Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka
yang sudah ditentukan.
c. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan terhadap
hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori, dan
metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan (inferensi)
tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.
Adapun metode yang digunakan dalam analisa data yaitu :
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah usaha untuk mendeskripsikan
danmenginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat
yangsedang berlangsung serta akibat (efek) yang terjadi atau
kecenderungan yangtengah berkembang.Metode ini digunakan untuk
menginterpretasikan pemikiran Iwan Triyuwono dan selanjutnya akan
mengarah pada setting sosial atau latar belakangpemikirannya.
13
b. Metode Interpretatif
Metode interpretasi adalah “menyelami buku untuk dengan setepat
mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikan”.11
Metode ini digunakan untuk mengkritisi buku-buku karya Iwan
Triyuwono, yang memuat pemikiran-pemikirannya.
c. Metode Analisis Sintesis
Analisis sintesis dimaksudkan untuk menelaah secara kritis, menelaah
istilah, definisi yang dikemukakan oleh para tokoh atau pemikir, sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk kemudian
menemukan definisi atau pengertian baru yang lebih tepat dan lengkap.
Metode ini digunakan untuk menelaah secara kritis terhadap pemikiran
Iwan Triyuwono khususnya akuntansi syariah.
d. Metode Komparatif
Analisis komparatif akan dapat menemukan persamaan dan perbedaan
tentang benda, orang, prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap
orang, kelompok dan terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Di samping
itu juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan
pandangan orang, group atau negara terhadap kasus orang, persitiwa atau
terhadap ide-ide.12
11
Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta :Kanisius, 1999, h.
63. 12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, 2004, h. 245-246.
14
Metode ini digunakan untuk menganalisis pemikiran Iwan Triyuwono
dengan membandingkannya dengan sumber lain atau tokoh lain
terkaitpemikiran tentang akuntansi syariah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan dan pembahasan penelitian ini,
maka penelitimembaginya dalam beberapa bab yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan, uraian tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab IIKajian Pustaka, yakni menyajikan berupa penelitian terdahulu,
deskripsi teoritik, kerangka pikir, dan yang berkaitan dengan tema penelitian.
Bab IIIBiografi dan pemikiran Iwan Triyuwono yang menyangkut: 1.
riwayat hidup dan latar belakang pemikiran Iwan Triyuwono, 2. tentang karya-
karya Iwan Triyuwono, 3. pemikiran Iwan triyuwono.
Bab IVAnalisis data pemikiran Iwan Triyuwono, yakni meliputi : Analisis
pemikiran Iwan Triyuwono yang meliputi jawaban rumusan masalah yaitu 1)
konsep pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi
syariah yang meliputi existing implementasi akuntansi di lembaga
keuangan,Shari‟ah enterprise theory, dan Sinergi oposisi biner 2) Relevansi
pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah.
Bab VPenutup, yakni menyajikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil
penelitian.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah untuk meghindari duplikasi, kesalahan metode
dan mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pentingnya
penelitian untuk mengetahui pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi
kelembagaan ekonomi syariah. Berdasarkan penelusuran dari peneliti terhadap
literatur dan tulisan yang sebelumnya berhubungan dengan permasalahan yang
peneliti angkat, penelitian-penelitian terdahulu mengenai akuntansi syariah dapat
dilihat di bawah ini, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Mustofa, seorang mahasiswa IAIN
Palangkaraya pada tahun 2015 dengan judul penelitian Perlakuan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah Di Baitul Mal Wa Tamwil
(BMT) Attayibah Palangka Raya. Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa
perlu adanya ketegasan dari transaksi KUM3 yang dilakukan oleh BMT
Attayibah Palangkaraya, juga ketegasan dalam pembukuan program
tersebut.13
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rama Purnomo, seorang mahasiswa
IAIN Palangkaraya pada tahun 2016 dengan judul penelitian Penetapan
Margin Akad Murabahah Di BNI Syariah Cabang PalangkaRaya Dalam
Perspektif Akuntansi Syariah. Dalam penelitian ini untuk
13
Rahmat Mustofa, Perlakuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah Di
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Attayibah Palangka Raya, Skripsi, Palangka Raya, 2015.
15
16
mengetahuikebenaran penetapan margin pada perbankan syariah yang
sesungguhnya, khususnya di BNI Syariah cabang Palangka Raya.14
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ghofar Isma‟il, seorang mahasiswa IAIN
Walisongo Semarang pada tahun 2004 dengan judul penelitian Studi Analisis
Pendapat MuhammadAl-Musahamah Tentang Ayat-Ayat Akuntansi Dalam
Al-Qur‟an. Dalam penelitian ini secara khusus membahas atau menganalisis
pendapat Muhammad Al-Musahamah tentang akuntansi syariah dan ayat-ayat
al-Qur‟an yang olehnya dijadikan landasan akuntansi, serta implikasi dari
ayat-ayat tersebut pada prinsip-prinsip akuntansi.15
Berdasarkan ketiga hasil penelitian sebelumnya yang telah peneliti
kumpulkan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian “Pemikiran Iwan
Triwuyono Tentang Akuntansi Kelembagaan Ekonomi Syariah” memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan. Adapun lebih rinci dapat peneliti uraikan
berikut ini:
14
Ahmad Rama Purnomo, Penetapan Margin Akad Murabahah di BNI Syariah Cabang
Palangka Raya dalam Perspektif Akuntansi Syariah, Skripsi, Palangka Raya, 2016. 15
Nur Ghofar Isma‟il, Studi Analisis Pendapat MuhammadAl-Musahamah Tentang Ayat-
Ayat Akuntansi Dalam Al-Qur‟an, Skripsi, Semarang, 2004.
17
Tabel 1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian
No. Nama, Judul, Tahun, dan
Jenis Penelitian Perbedaan Persamaan
1
Rahmat Mustofa,
Perlakuan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)
Syariah Di Baitul Mal Wa Tamwil
(BMT) Attayibah Palangka Raya,
2015, kualitatif deskriftif
Lebih fokus pada
penerapan
akuntansi syariah di
BMT, dan
penelitian ini
bersifat kualitatif.
Mengkaji tentang
akuntansi ayariah
2
Ahmad Rama Purnomo,
Penetapan Margin Akad
Murabahah Di Bni Syariah Cabang
Palangka Raya Dalam Perspektif
Akuntansi Syariah, 2016, kualitatif
deskriptif
Lebih fokus pada
kajian tentang
perspektif
Akuntansi syariah
dalam penentuan
margin murabahah
di BNI Syariah
Mengkaji tentang
akuntansi ayariah
3
Nur Ghofar Isma‟il,
Studi Analisis Pendapat
MuhammadAl-Musahamah
Tentang Ayat-Ayat Akuntansi
Dalam Al-Qur‟an, 2004, kajian
pustaka
Menganalisis
pendapat
Muhammad Al-
Musahamah tentang
akuntansi syariah
dan ayat-ayat al-
Qur‟an yang
olehnya dijadikan
landasan akuntansi
Mengkaji tentang
akuntansi ayariah
Diolah oleh peneliti
B. Deskripsi Teoritik
Wacana baru akuntansi syariah tidak hadir dalam suasana yang vakum,
tetapi distimulasi oleh banyak faktor yang berinteraksi begitu kompleks,dinamis,
dan berkembang. Faktor-faktor seperti kondisi perubahan sistem politik, ekonomi,
sosial, budaya, peningkatan kesadaran keagamaan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan pertumbuhan pusat-pusat studi, dan lain-lainnya dari umat Islam,
18
semuanya berinteraksi secara kompleks dan akhirnya melahirkan paradigma
syariah dalam dunia perakuntansian.16
1. Akuntansi Syariah
a. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi merupakan hal penting dalam bisnis sebab seluruh
pengambilan keputusan bisnis didasarkan informasi yang diperoleh dari
akuntansi. Pada setiap tahapan pengambilan keputusan keberadaan
informasi mempunyai peranan penting, baik mulai dari proses
pengidentifikasian persoalan, maupun memonitor pelaksanaan keputusan
yang diterapkan. Apabila proses tersebut dikaitkan dengan operasionalisasi
suatu perusahaan, maka informasi akuntansi inilah yang akan sangat
dibutuhkan. Lebih luas lagi, adalah bahwa informasi akuntansi bukan saja
berguna bagi pemilik perusahaan, akan tetapi informasi akuntansi tersebut
menjadi sumber informasi utama bagi manajemen dalam mengelola
perusahaan, bagi investor dalam memilih investasi, dan pihak lainnya.17
Perusahaan merupakan kumpulan-kumpulan orang yang saling bekerja
sama untuk mencapai tujun yang berupa laba. Organisasi atau perusahaan
yang mencari laba memiliki keharusan untuk berhubungan dengan pihak-
pihak lain yang terkait dengan perusahaan tersebut. Perusahaan harus
memberikan informasi yang menyangkut kinerja dan posisi keuangannya
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholders). Pemberian informasi keuangan tersebut merupakan bagian
16
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah (perspektif, metodologi, dan teori) edisi 2-3, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012, h. 18. 17
IKIT, Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h. 27
19
dari komunikasi bisnis sesuai kebutuhan setiap pihak. Untuk
berkomunikasi dengan berbagai pihak itulah dibutuhkan bahasa bisnis
yang dapat dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait. Bahasa
bisnis itulah yang dinamakan akuntansi.Akuntansi salah satu instrumen
bisnis yang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
memberikan informasi kepada publik tentang situasi dan kondisi posisi
keuangan perusahaan. Informasi akuntansi memberikan gambaran tentang
kekayaan dari mana sumbernya.18
Secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, accounting,
dalam bahasa Arabnya disebut “muhasabah” yang berasal dari kata
hasaba, hasibah, muhasabah, atau wazan yang lain adalah hasaba,
hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi,
mendata, atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti
yng harus dicatat dalam pembukuan tertentu.Kata “hisab” banyak
ditemukan dalam Al-Qur‟an dengan pengertian yang hampir sama, yaitu
berujung pada jumlah atau angka. Kata hisab dalam ayat-ayat tersebut
menunjukkan pada bilangan atau perhitungan yang ketat, teliti, akurat, dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, akuntansi adalah mengetahui sesuatu
dalam keadaan cukup, tidak kurang, dan tidak pula lebih.
Sedangkan pengertian akuntansi secara terminologi adalah :
18
Ibid., h. 27-28.
20
1. Menurut buku A Statement of Basic Accounting Theory dikatakan
bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan
meyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal
pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.
2. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)
mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter,
transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termausk menafsirkan hasil-hasilnya.
3. Accounting Principles Board (APB) mengatakan bahwa akuntansi
adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya memberikan informasi
kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenal suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa
alternatif.19
Sebagaimana telah dibahas, akuntansi merupakan sistem yang
mengolah transaksi menjadi informasi keuangan. Selanjutnya transaksi
syariah adalah transaksi yang dilakukan berlandaskan hukum Islam.
Dengan demikian, akuntansi syariah mengolah secara syariah terhadap
transaksi-transaksi yang dijalankan sesuai syariah, yaitu berdasarkan
hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan Al-Sunnah.20
19
Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h.13. 20
Sony Warsono, Akuntansi Transaksi Syariah, Yogyakarta: Asgard Chapter, 2011, h. 26-
27.
21
Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
akuntansi syariah adalah termasuk disiplin ilmu yang relatif masih sangat
baru. Keberadaan akuntansi syariah masih sering dipertanyakan.
Akuntansi syariah pada dasarnya sama saja dengan akuntansi pada
umumnya. Kegiatan akuntansi seperti mencatat, menganalisa, menyajikan
dan menafsirkan data data keuangan sehingga menghasilkan laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hanya saja
letak perbedaannya dalam transaksi-transaksi muamalahnya disandarkan
pada aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT yang bersumber pada Al-
Qur‟an dan Hadits. Dalam kegiatannya setiap transaksi yang akan dicatat
harus sesuai dengan syariah. Artinya segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini harus berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT karena akuntansi
syariah menuntut agar setiap kegiatan keuangan memiliki etika dan
tanggung jawab sosial. Setiap orang yang melakukan pelaporan keuangan
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
b. Sejarah Akuntansi Syariah
Pada masa peradaban bangsa Arab, tampak sekali betapa besarnya
perhatian bangsa Arab pada akuntansi.Hal ini terlihat pada usaha tiap
pedagang Arab untuk mengetahui dan menghitung barang
dagangannya.Sejak mulai berangkat berdagang sampai pulang
kembali.Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan
pada keuangan, baik keuntungan maupun kerugian. Bangsa Quraisy lebih
mengandalkan perdagangan untuk mencari nafkah, baik musim panas
22
maupun dingin. Karena itu para pedagang Quraisy harus mengetahui
dasar-dasar perhitungan (akuntansi) dalam transaksi dagang
mereka.Adapun tujuan akuntansi di kalangan bangsa Arab. (yang
berdagang keliling) pada waktu itu adalah untuk mengetahui perubahan
jumlah aset, dan bagi pedagang yang menetap, mereka memakai akuntansi
sebagai sarana untuk mengetahui utang-utang dan piutang. Jadi pada
waktu itu konsep akuntansi dapat dilihat pada pembukuan yang
berdasarkan metode penjumlahan statistik yang sesuai dengan aturan-
aturan penjumlahan dan pengurangan.21
Setelah Islam muncul di Semenanjung Arab di bawah pimpinan
Rasulullah SAW, serta telah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah.
Mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan muamalah maliah
(keuangan) dan unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan,
pembodohan, perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha untuk
mengambil harta orang lain secara batil.Rasulullah lebih menekankan pada
pencatatan keuangan.Ia mendidik secara khusus beberapa orang sahabat
untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus yaitu
hafazhatul amwal (pengawas keuangan). Para sahabat rasul dan pemimpin
umat Islam juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan
(akuntansi) ini, sebagaimana yang terdapat dalam sejarah
Khulafaurrasyidin.Adapun tujuan pembukuan bagi mereka di waktu itu
adalah untuk mengetahui utang-utang dan piutang serta keterangan
21
Husen Syehatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi dalam Islam, Jakarta: Akbar, 2001, h.
18 – 19.
23
perputaran uang, seperti pemasukan dan pengeluaran. Juga difungsikan
untuk merinci dan menghitung keuntungan atau kerugian, serta
menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus
dikeluarkan oleh masing-masing individu.22
Islam telah mulai melakukan akuntansi sejak abad pertama Islam
diajarkan Rasulullah, sebagaimana tersebut dibawah ini:
1. Umar Ibnul-Khatab berkata: Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu
dihisab dan timbanglah kamu sebelum kamu di timbang dan bersiaplah
untuk menghadapi hari dimana semua amal dibeberkan.
2. Imam Syafii berkata: Siapa yang mempelajari hisab atau perhitungan,
luaslah pikiranya.
3. Berkata Ibnu Abidin: Catatan atau pembukuan seseorang agen
(makelar) dan kasir bisa menjadi bukti berdasarkan kebiasaan yang
berlaku.23
Islam membentuk perangkat administrasi yang baik untuk
menjalankan roda pemerintahan yang besar.Ia mendirikan institusi
administratif yang hampir tidak mungkin dilakukan pada abad ketujuh
sesudah masehi. Pada tahun 16 H Abu Hurairah, AmilBahrain,
mengunjungi Madinah dan membawa 500.000 dirhamkharaj itu adalah
jumlah yang besar sehingga khalifah mengadakan pertemuan dengan
majlisshura untuk menanyai mereka dan kemudian di putuskan bersama
bahwa jumlah tersebut tidak untuk didistribusikan melainkan untuk di
22
Ibid., h. 2. 23
Ibid., h.12.
24
simpan sebagai cadangan darurat yang berkaitan dengan ummah. Untuk
menyimpan dana tersebut baitulmaal yang reguler dan permanen didirikan
untuk pertama kalinya di abi kota dan kemudian dibangun di cabang-
cabangnya. Baitulmaal secara tidak langsung bertugas sebagai pelaksana
kebijakan fiskal negara Islam dan khalifah adalah yang berkuasa penuh
atas dana tersebut.24
Walaupun uang dan properti baitulmaal dikontrol oleh pejabat keuangan
atau disimpan dalam penyimpanan (seperti zakat dan ushr), mereka tidak
memeiliki wewenang untuk membuat keputusan kekayaan negara itu
ditujukan untuk kelas-kelas tertentu dalam masyarakat dan harus di
belanjakan sesuai dengan prinsip-prinsip qur‟an. Properti baitulmaal
dianggap sebagai harta kaum muslim. Sedangkan khalifah dan amil-
amilnya hanyalah pemegang kepercayaan. Jadi merupakan tanggung
jawab negara untuk menyediakan tunjangan yang berkesinambungan
untuk janda, anak yatim, anak terlantar, dan sebagainya.25
Mempelajari sejarah akuntansi dan perkembangan akuntansi merupakan
hal yang sangat penting untuk memahami dan
mengapresiasikanpraktiksekarang, masa depan dan struktur institusional
bidang sains akuntansi.Globalisasi perekonomian dunia
menyebabkanpeningkatan perkembangan dunia usaha di Indonesia, selain
itu era reformasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi
dunia usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat
24
Adi Warman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,Jakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h.
45. 25
Ibid., h. 45-46.
25
pada umumnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, standar akuntansi yang
mutahir dan selalu sesuai dengan perkembangan lingkungan yang
mempengaruhinya mutlak diperlukan.Berbagai usaha telah dilakukan
untuk mengidentifikasi tempat dan waktu lahirnya sistem pembukuan
berpasangan.Ada berbagai skenario yang dihiaskan oleh usaha-usaha
tersebut.Sebagian besar skenario tersebut mengakui bahwa sistem
pencatatan telah ada dalam berbagai peradaban sejak kurang lebih tahun
8000 BC. Di antaranya adalah peradaban Kaldea, Babilonia, Asiria dan
Samaria yang merupakan pembentuk sistem pemerintahan pertama di
dunia, pembentuk sistem bahasa tulisan tertua dan pembuat catatan usaha
tertua, peradaban Mesir, dimana para penelitimembentuk poros tempat
berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen, peradaban Cina
dengan akuntansi pemerintahan yang memainkan peran kunci dan
canggih.26
Menurutsejarahnya, telah di ketahui bahwa sistem pembukuan double
entry book keeping(akuntansi pencatatan berganda) muncul di Italia pada
abad ke-13, pada tahun 1494 M, namun double entry gagal untuk menjadi
suatu hal yang penting pada waktu itu kendatipun persyaratan-persyaratan
yang diperlukan sudah ada sebab energi dan intensitas yang diperlukan
masih kurang.Setelah satu skenario yang masuk akal tentang akuntansi
adalah, apabila menelusuri asal mula sejarah sains (akuntansi) yang
penting ini, secara alamiah kita akan menganggap bahwa penemuan
26
Ahmad Riahi Belkoui, Teori akutansi, Jakarta: Salemba Empat, 2000, h. 1.
26
pertama akuntansi adalah oleh para pedagang dan tidak ada orang yang
memiliki klaim yang lebih utama dari pada bangsa Arabia. Bangsa Mesir
yang selama beberapa abad menguasai perdagangan dunia, menurunkan
gagasan pertama tentang perdagangan dan hubungan mereka dengan
orang-orang yang jujur ini dan konsekuensinya mereka harus menerima
bentuk pertama dan perakuntanan, yang mendalam cara perdagangan yang
alamiah, dikomunikasikan kepada semua kota Meditarania.27
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntan
senantiasa tanggap terhadap perkembangan masyarakat khususnya dunia
usaha.Sejak berdirinya pada tahun 1957, Ikatan Akuntansi Indonesia telah
tiga kali menyusun dan merevisi standar akuntansi keuangan secara
signifikan. Menjelang diaktifkannya pasar modal pada tahun 1973, untuk
pertama kali IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia dalam satu buku yang terkenal dengan nama prinsip
akuntansi Indonesia.28
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa akuntansi
syariah berasal dari adanya aktivitas perekonomian pada waktu itu. Maka
pencatatan dan perhitungan akuntansi sangat dibutuhkan. Terlebih lagi
karena adanya perluasan perdagangan dan adanya transaksi yang
dilakukan tidak secara tunai. Hal inilah yang menyebabkan akuntansi
dibutuhkan untuk mengetahui utang-utang dan piutang serta keterangan
perputaran uang, seperti adanya pemasukan dan pengeluaran. Selain itu
27
Ibid., h. 2. 28
IAI.Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 1999, h. 5.
27
akuntasi juga dibutuhkan untuk perincian keuntungan dan kerugian dari
setiap aktivitas ekonomi, agar dapat diketahui harta keseluruhan yang
dimiliki setiap individu untuk menentukan kadar zakat yang harus
dikeluarkan oleh masing-masing individu. Jadi pada dasarnya akuntansi
merupakan kebutuhan atau unsur pokok pada perekonomian dalam bentuk
apapun, sebagai sarana untuk memperlancar jalannya sistem
perekonomian yang ada.
c. Dasar Hukum Akuntansi Syariah
Akuntansi merupakan praktik transformatif yang memiliki potensi kuat
untuk mengubah segala sesuatu di dunia, menciptakan perbedaan atas
kehadiran atau ketiadaannya, dan mempengaruhi pengalaman hidup
individu-individu lain. Akuntan yang berada dibalik akuntansi, dengan
demikian memiliki kemampuan besar untuk menciptakan dan membentuk
akuntansi yang pada gilirannya memiliki kekuatan untuk mengubah
dunia.29
Islam sangat memperhatikan aspek-aspek muamalah seperti
perhatiaannya terhadap ibadah, dan mengkombinasikan antara keduanya
dalam kerangka yang seimbang. Syariat Islam juga mengandung hukum-
hukum syar‟i yang umum, yang mengatur muamalah keuangan dan non
keuangan.Setiap muslim diatur oleh ketentuan syariah (hukum Islam) yang
bersumber pada al-Qur‟an dan hadist Nabi Muhammad al-Musahamah
29
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah, Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks
Metafora Amanah, Jakarta: Salemba Empat, 2001, h. 25
28
SAW. Tujuannya untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan sosial
sesuai dengan perintah Allah SWT. Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan
syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menjamin kepercayaan, kehidupan, kecerdasan, keturunan dan
kesejahteraan.30
Dasar munculnya akuntansi syariah adalah al-Qur‟an. Al Qur‟an
adalah sumber pokok bagi pandangan Islam. Ia merupakan kalam ilahi
yang bersifat abadi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad al-
Musahamah SAW. Pandangan Islam dengan segala aspeknya bertumpu
dan berpegangan pada petunjuk al-Qur‟an, baik dalam hal yang berkaitan
dengan akidah akhlak atau syariah.Perintah melakukan pencatatan
perhitungan (akuntansi) secara tegas dinyatakan dalam surat al-Baqarah
ayat 282:
30
Ibid., h. 25..
29
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, Hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang peneliti di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah peneliti enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, Maka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak
ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada
30
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penelitidan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian). Maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.”31
Rasulullah SAW bersabda, “Yang pertama dihisab di hari kiamat nanti
ialah sholat, maka jika sholat itu dikerjakan dengan benar, benarlah
semua perbuatannya, tetapi jika sholat itu rusak, rusaklah semua
perbuatannya. (HR. Thabrani). Umar ibnul Khaththab r.a berkata,
“Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, dan timbanglah
amalanmu sebelum kamu ditimbang, dan bersiaplah untuk menghadapi
hari di mana semua amal perbuatan dibeberkan.Imam Syafi‟i berkata,
“siapa yang mempelajari hisab atau perhitungan, luaslah
pikirannya”.Berkata Ibnu Abidin, “catatan atau pembukuan seorang agen
(makelar) dan kasir bisa menjadi bukti berdasarkan kebiasaan yang
berlaku. Kalau si pembeli atau kasir maupun makelar itu tidak
menggunakan catatan khusus, itu bisa merugikan orang lain, karena
biasanya barang-barang dagangan itu tidak dilihat, seperti halnya
barang-barang yang dikirim ke koneksi-koneksinya di daerah jauh. Jadi,
dalam keadaan seperti ini, mereka biasanya berpegang pada ketentuan-
ketentuan yang tertulis di dalam daftar-daftar atau surat-surat yang
dijadikan pegangan ketika timbul risiko atau kerugian.32
31
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, t.th, h. 37. 32
Husein Syahatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam...,h. 1.
31
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa setiap transaksi
harus adanya pencatatan. Allah melarang tidak menuliskan transaksi-
transaksi secara tegas. Karena akuntansi memiliki pengaruh yang sangat
besar untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan sesuai dengan
aturan Allah SWT.
d. Prinsip Akuntansi Syariah
Prinsip akuntansi syariah yang merupakan prinsip yang dirumuskan
dari syariat Allah. Adapun prinsip akuntansi syariah menurut Harahap di
antaranya adalah mengakui hak-hak Allah artinya semua yang ada di alam
semesta ini baik berupa langit, bumi beserta sumber sumber alam, bahkan
semua kekayaan yang dimiliki oleh manusia itu semuaya milik Allah
karena Dia lah yang menciptakan semuanya.Tugas manusia hanya
mengelola, mengurus dan memanfaatkan alam semesta ini beserta isinya
untuk kelangsungan dan kesejahteraan makhluk hidup, menjaga prinsip
keadilan artinya pelaksanaan akuntansi syariah harus menjamin tegaknya
keadilan dan kebenaran dalam segala sisi di operasional organisasi atau
perusahaan.33
Harga sekarang, materialitas, objectivity artinya akuntansi syariah harus
memelihara suatu sistem dimana informasi harus disajikan secara
objektif dan bukti transaksi juga harus ditunjukkan secara objektif
sehingga semua pihak yang melihat dan memiliki persepsi yang sama
dalam menilai keabsahannya dan dapat ditelusuri oleh siapa saja yang
33
IKIT, Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Deepublish, 2015, h. 38-
39.
32
berkepentingan.Realibility merupakan informasi yang disajikan harus
memberikan kebenaran yang sesungguhnya dan tidak boleh ditutupi atau
dimodifikasi. Artinya dalam memberikan informasi harus dikatakan atau
disajikan dengan sejujur-jujurnya.Social commitment artinya akuntansi
syariah harus memberikan dan tanggung jawab tentang kondisi sosial
masyarakat.Harmonisasi prinsip sehingga dapat dibandingkan
(comparability) consistency artinya akuntansi syariah harus diterapkan
secara terus menerus tidak berubah untuk menjamin kejujuran, keadilan,
dan kebenaran informasi yang disajikan dan transparancy merupakan
laporan akuntansi syariah dapat mengungkapkan secara penuh informasi
yang diinginkan dan yang dianggap diperlukan oleh pengguna. Laporan
akuntansi diharapkan dapat memberikan tentang situasi organisasi secara
transparan atau terungkap secara penuh tidak ada yang sengaja
disembunyikan untuk mengelabui pihak luar yang dapat merugikan.34
2. Lembaga Keuangan Syariah
a. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Sebelum penelitimenjelaskan lembaga keuangan syariah, penelitiakan
menjelaskan terlebih dahulu definisi lembaga keuangan (Financial
Institution). Lembaga keuangan dapat dipahami sebagai:
1) Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan
adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
34
Ibid., h. 39-40.
33
dalam membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan
tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi
perusahaan, namun tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan
lembaga keuangan. Dalam kenyataannya, kegiatan usaha lembaga
keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan
konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa.
2) Menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan
(claims) dibandingkan dengan asetnonfinansial atau asetriil. Lembaga
keuangan memberikan pembiayaan/kredit kepada nasabah dan
menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Di samping itu,
lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jasa keuangan antara
lain menawarkan berbagai jenis skema tabungan, proteksi asuransi,
program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme
transfer dana.
3) Syarif Wijaya mendefinisikan lembaga keuangan dengan lembaga
yang berhubungan dengan penggunaan uang dan kredit atau lembaga
yang berhubungan dengan proses penyaluran simpanan ke investasi.
Lembaga keuangan biasanya memberikan pembiayaan/kredit kepada
nasabah dan menanamkan dananya dalam bentuk surat-surat berharga.
Di samping itu, lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jenis
tabungan, asuransi, program pensiun, dan penyediaan sistem
pembayaran. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem
34
keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat `pemakai
jasa-jasa keuangan.
4) Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan
dana atau kedua-keduanya. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah
kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana
atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.35
Dapat dipahami bahwa lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha
lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dan menyalurkan dana
sekaligus, dimana kegiatan usaha lembaga keuangan diperuntukkan bagi
investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang
dan jasa. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam
operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan syariah.Bila lembaga keuangan
tersebut disandarkan kepada syariah, maka menjadi lembaga keuangan
syariah. Lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang
usahanya bergerak di bidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip-
prinsip syariah. Prinsip syariah yaitu prinsip yang menghilangkan unsur-
unsur yang dilarang dalam Islam, kemudian menggantikannya dengan
akad-akad tradisional Islam atau yang lazim disebut dengan prinsip
35
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, Jakarta:
Prenadamedia, 2015, h. 1.
35
syariah. Atau, lembaga keuangan syariah merupakan sistem norma yang
didasarkan ajaran Islam.36
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah
(DSN-MUI, 2003). Ada unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan
diatur oleh berbagai institusi yang memiliki kewenangan mengeluarkan
izin operasi. Beberapa institusi tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
2) Departemen keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi asuransi pasar modal.
3) Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur
dan mengawasi koperasi.37
Apabila melakukan muamalah, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan. Beberapa prinsip hukum muamalah adalah sebagai berikut:
1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali
ditentukan lain oleh Alquran dan As-sunnah Rasul (prinsip mubah).
2) Muamalah dilakukan atas dasar sukarela dan tanpa mengandung unsur-
unsur paksaan (prinsip sukarela).
36
Ibid., h. 1-2. 37
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah (Teori dan Praktik Kontemporer), Jakarta:
Salemba Empat, 2009, h. 34.
36
3) Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat
dan menghindarkan mudarat dalam hidup masyarakat (prinsip
mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat).
4) Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan
menghindarkan unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan
kesempatan dalam kesempitan.38
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
sebuah lembaga keuangan syariah adalah lembaga, baik bank maupun
non-bank, yang memiliki spirit Islam baik dalam pelayanan maupun
produk-produknya, dalam pelaksanaannya diawasi oleh sebuah lembaga
yang disebut Dewan Pengawasan Syariah. Dapat disimpulkan bahwa
lembaga keuangan syariah mencakup semua aspek keuangan baik
persoalan perbankan maupun kerjasama pembiayaan, keamanan dan
asuransi perusahaan, dan lain sebagainya yang berlangsung di luar konteks
perbankan.39
b. Pembagian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan dibagi kepada dua, yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan nonbank.Lembaga keuangan bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
38
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah, Padang:
Akademia, 2012, h. 30. 39
Ayo Belajar, Makalah Lembaga Keuangan Syariah,
http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/09/lembaga-keuangan-syariah.html, di akses pada
tanggal 11 april 2016.
37
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Lembaga keuangan bank diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan junctoUndang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
junctoUndang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia.40
Dan
untuk perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun
2008.Adapun lembaga keuangan syariah nonbank adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau
tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat
berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai
investasi perusahaan. Lembaga keuangan nonbank diatur dengan Undang-
Undang yang mengatur masing-masing bidang usaha jasa keuangan
nonbank.41
Yang termasuk lembaga keuangan syariah nonbank yaitu:
1) Lembaga asuransi syariah
2) Lembaga pasar modal syariah
3) Lembaga pegadaian syariah
4) Lembaga dana pensiun syariah
5) Lembaga usaha syariah (syirkah)
6) Lembaga zakat
7) Lembaga wakaf
40
Abdul Ghafur Anshari, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 8. 41
Ibid., h. 15.
38
8) Bait al-Mal wa al-Tanwil42
c. Fungsi Dan Peran Lembaga Keuangan Syariah
Fungsi dan peran Lembaga Keuangan syariah di antaranya memenuhi
kebutuhan masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan
kegiatan ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya
mengkosumsi suatu barang, tambahan modal kerja, mendapatkan manfaat
atau nilai guna suatu barang, atau bahkan permodalan awal bagi seseorang
yang mempunyai usaha persfektif namun padanya tidak memiliki
pemodalan berupa keuangan yang memadai.43
Secara terperinci fungsi lembaga keuangan syariah yaitu:
1) Pengalihan aset (asset transmutation)
Bank dan lembaga keuangan nonbank akan memberikan pinjaman
kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2) Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan nonbank memberikan berbagai
kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang
dan jasa.
3) Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimiliki dalam bentuk
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya.
42
Ibid., h. 16. 43
Ibid., h. 1-2.
39
4) Efisiensi (efficiency)
Bank dan lembaga keuangan nonbank dapat menurunkan biaya
transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan Bank dan lembaga
keuangan nonbank sebagai broker yaitu mempertemukan pemilik dan
pengelola modal. Lembaga keuangan mempelancar dan
mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.44
3. Teori Maqâsid Al-Syariah
Salah satu konsep penting dalam kajian Islam adalah maqâsid asy-
syarî‟ah, yakni tujuan akan ditetapkannya hukum dalam Islam. Asy-Syatibi
dalam kitabnya Al-muwafaqāt fi Uşūl al-Akām sebagaimana yang dikutip oleh
Asafri Jaya Bakri secara tegas menyatakan bahwa tujuan utama Allah
menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk terwujudnya kemaslahatan hidup
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.45
Tujuan ekonomi Islam adalah mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Tujuan tersebut terlihat ketika konsep harta dan keuntungan yang
dikembangkan merupakan instrumen kepastian hukum untuk menjamin aliran
kekayaan dari kelompok mampu kepada kelompok-kelompok yang
membutuhkan yang berguna untuk menyelamatkan jiwa manusia (hifdzu al-
nafs) dan memelihara harta (hifdz al-mal).Penjelasan tersebut menempatkan
keselamatan jiwa dan harta sebagai basis utama tujuan syariah. Inilah tujuan
44
Ibid., h. 81. 45
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah Menurut Asy-Syatibi, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, Cet 1, 1996, h. 65.
40
(maqâsid ) al-muamalah al-iqtishadiyah yang sesungguhnya, yang berbeda
dengan transaksi ekonomi lainnya.
Secara etimologis, maqâsid al-syariah adalah tujuan hukum.Hukum Islam
dalam konsep normatif maupun aplikatif harus mampu mewujudkan dan
selaras dengan tujuan hukum Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan,
kebaikan, ketentraman dan kesejahteraan. Adapun maslahah adalah
kemanfaatan atau kebaikan. Menurut Asmawi, teori maslahat ternyata melalui
reformulasi oleh para ulama ahli ushulsepanjang sejarah hukum Islam. Tentu
saja dalam perjalanan sejarah tersebut terdapat dinamika pemikiran dalam
formulasi teori maslahat.Maslahat dikemukakan oleh beberapa tokoh atau
pakar hukum dengan rumusan susbstansi yang berbeda namun dalam tataran
urgensi maslahah mereka bersepakat sepenuhnya bahwa teori maslahah
merupakan teori multi-fungsi dalam berbagai masalah dalam dimensi
hukum.46
Menurut Imam al-Ghazali, secara etimologismakna genuine teori
maslahah diungkapkan oleh al-Ghazali bahwa maslahah adalah mewujudkan
kemanfaatan dan menyingkirkan kemudharatan.47
Al-Ghazali
mengkatagorikan maslahah dalam 3 tingkat yaitu daruriyyat (kebutuhan
primer), hajiyyat (kebutuhan skunder) dan tahsiniyyat (kebutuhan
tersier).Masing-masing tingkat kebutuhan tersebut disempurnakan lagi dengan
perumusan objek atau sasaran 3 tingkat maslahah yang dikenal dengan ushul
46
Asmawi, Teori Maslahah dan Relevansinya dengan PerUndang-undangan Pidana
Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag. RI, 2010, h. 35. 47
Abu Hamid Muhammad, Al-Mustasyfa min Ilmi al-Ushul, Tahqiq wa Tahliq Muhammad
Sulaiman al-Asyqar, Beirut: Mu‟assasat al-Risalah, 1997, Juz ke-I, h. 416-417.
41
al-khamsah (5 prinsip dasar jaminan) yaitu hifdzu al-din, hifdzu al-nafs,
hifdzu al-„aql, hifdzu al- nasl dan hifdzu al-mal. Lima prinsip ini kemudian
disempurnakan lagi oleh Shihab al-Dindengan menambahkan hifdzu al-
„ird(kehormatan).48
Teori maslahah yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa teks-teks
al-Qur‟an dan Sunnah Nabi sengaja dihadirkan untuk menciptakan
kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Kemaslahatan adalah tujuan dari
aturan-aturan Islam.Imam al-Ghazali menyebutnya dengan istilah maqâsid
syar‟iyyah (tujuan hukum Islam).49
Maslahah menurut Izz al-Din Abd al-Salam adalah kebaikan, kemanfaatan
dan kebajikan. Najm al-Din al-Thufy sebagaimana dikutip oleh Asmawi,50
dalam hal ini berpendapat lebih ekstrim lagi. Ia lebih mengedepankan teori
maslahat dari pada nash (teks al-Qur‟an atau Hadis) dalam hal mu‟amalah
(hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya). Hanya saja
pendapat Najm al-Din al-Thufy ini kemudian dikomentari oleh sebagian pakar
hukum, bahwa yang dimaksudkan mengedepankan teori maslahat dari pada
nash (teks al-Qur‟an atau Hadis), adalah manakala maslahat tersebut
dihadapkan dengan nash yang zhanny. Adapun nash yang qoth‟i menurutnya
harus tetap didahulukan, dalam arti maslahat tidak boleh bertentangan dengan
nash.
48
Shihab al-Din al-Qarafy, Syarah Tanqih al-Fushul fi Ihtisar al-Mahsul fi Usul, Mesir:
Maktabah al-Khairiyah, tth, h. 89. 49
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Al-Mustasyfa min Ilmi al-Ushul,
Tahqiq wa Tahliq Muhammad Sulaiman al-Asyqar, Beirut: Mu‟assasat al-Risalah, 1997, Juz ke-I,
h. 281. 50
Asmawi, Teori Maslahah dan Relevansinya dengan PerUndang-undangan Pidana
Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag. RI, 2010, h. 36.
42
Selanjutnya, maslahah menurut al-Buti adalah manfaat yang dituju Syari'
(pemegang otoritas syariah) untuk hamba-Nya, yaitu mencakup lima hal,
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayaan. Sementara
manfaat adalah kenikmatan.51
Menurut al-Buti, sebuah maslahah dapat dinilai
sebagai maslahah hakiki adalah jika memenuhi limadlowabith, yang pertama
berkaitan dengan penyingkapan makna universal maslahah tersebut, sementara
empat yang lain membatasinya dengan cara dihubungkan dengan dalil-dalil
syar'i yang spesifik. Lima dlowabith tersebut adalah:
a. Maslahah haruslah berkisar dalam lingkup tujuan syari'.
b. Tidak bertentangan dengan al-Quran.
c. Tidak bertentangan dengan as-Sunnah.
d. Tidak bertentangan dengan al-Qiyas.
e. Tidak mengabaikan maslahah yang lebih urgen.52
Pandangan tentang maslahah selanjutnya, sebagaimana dicetuskan oleh
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah,53
bahwa hukum Islam sangat menjunjung tinggi
prinsip-prinsip keadilan, kasih sayang dan kemaslahatan. Jika tidak sesuai
dengan prinsip tersebut, berarti itu bukan hukum Islam. Penelitian yang
mencengangkan atas nash al-Qur‟an dan Hadis diuraikan oleh Thohir ibn al-
„Asyur.54
Dalam penelitian tersebut bahwa substansi nilai-nilai kemaslahatan
51
Said Ramadan al-Buti, Dawabith al-Maslahah fi al-Syariah al-Islamiyyah, Beirut:
Mu‟assasat al-Risalah, wa al-Dar al-Muattahidah, 2000, h. 69. 52
Muhammad Mahrus Ali, ”Studi Maslahah dalam Perspektif Dr. Muhammad Sa'id
Ramadlan al-Buti,amial-ahgaff.blogspot.com/2013/01/studi-maslahah-dalam-perspektif-dr.html.
Di unduh pada tanggal 14 maret 2016. 53
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, I‟lam al-Muwaqi‟in „an Rabb al-„Alamin, Kairo: Dar al-
Hadis, 2004, Juz. III, h. 5. 54
Thohir ibn al-„Asyur, Maqasid al-Syariah al-Islamiyyah, Tunis: Dar Suhnun, Kairo: Dar
al-Islam, 2006, h. 12.
43
memang menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa doktrin hukum
Islam atau syariah senantiasa diliputi oleh hikmah dan illat yang bermuara
pada maslahah. Sehingga maslahah dapat menjadi sumber hukum dalam
menyelesaikan masalah hukum.
Pandangan maslahah juga dicetuskan oleh Yusuf al-Qardhawi,55
bahwa
maslahah juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang hukum, baik
muamalah maupun ibadah mahdhah.Urgensi maslahah juga di rumuskan oleh
Allal al-Fasy,56
bahwa titik beranjak bagi perumusan hukum syariah dan
kaidah-kaidah syariah disebabkan oleh adanya illat dan hikmah hukum.
Padahal untuk menggali illat dan hikmah hukum tidak ada instrumen lain yang
paling tepat selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam maslahah. Teori
maslahahselanjutnya dirumuskan dalam buku berjudul al-Muwafaqat karya
al-Syatibi. Menurut al-Syatibi, maslahah merupakan teori universal yang tak
terbatas. Teori maslahah dapat menyebar pada semua prinsip-prinsip dasar
dan satuan-satuan kasus dalam hukum Islam, sehingga relevansi maslahah
cukup diperhitungkan dalam sumber hukum Islam.57
Selain tokoh-tokoh
pencetus teori maslahah di atas, adalah Mustafa Ahmad al-Zarqa‟.58
Ia
menyebutkan bahwa sesungguhnya esensi maslahah adalah segala sesuatu
yang berkontribusi bagi perwujudan dan pemeliharaan 5 prinsip dasar (5
55
Yusuf al-Qardhawi, Madkhal li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah, Kairo: Maktabah
Wahbah, 2001, h. 58. 56
Allal al-Fasy, Maqasid al-Syariah al-Islamiyyah wa Makarimuha, Rabat: Maktabah al-
Wihdah al-„Arabiyah, tth, h. 138. 57
Abu Ishaq al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, tth, Jilid I, Juz II, h. 42. 58
Mustafa Ahmad al-Zarqa‟, Al-Istislah wa al-Masalih al-Mursalah fi Syariah wa Ushuli
Fiqhiha, Damaskus: Dar al-Qalam, 1988, h. 41-43.
44
maslahah sebagai pelengkap sebagaimana pendapat al-Ghazali) yang diukur
bertingkat-tingkat sesuai bobot kebutuhan manusia (kategori maslahah
daruriyat, maslahah hajiyyat dan maslahah tahsiniyat).
Inti teori maslahah untuk menganalisis dan memaknai masalah hukum,
bahwa maslahah merupakan unsur utama bangunan hukum Islam yang
mengikat unsur-unsur terkait lain. Kemaslahatan adalah inti subtansi dari
hukum Islam.Kehidupan manusia di dunia yang seharusnya, tercipta menurut
ajaran dan hukum Islam untuk kemaslahatan umat. Pada dasarnya premis
hukum dalam teori maslahah dapat ditegakkan dalam aplikasi syariah dengan
metode induksi, baik secara tema umum dalam syariat maupun dalam paparan
tentang illat hukum dari berbagai perintah secara terinci, contoh Al-Qur‟an
menjelaskan bahwa alasan diperintahkannya, mandi wajib, puasa, dan jihad
masing-masing adalah demi kebersihan, keshalehan dan lenyapnya
kedzaliman.Berdasarkan uraian teori maqâsid asy-syarî‟ah dan maslahah
maka teori tersebut untuk menganalisis dan menjelaskan maqâsid ekonomi
syariah. Teori ini sangat tepat jika digunakan untuk menganalisis tujuan dan
hakikat dari ekonomi syariah, serta menganalisis nilai-nilai keadilan dalam
transaksi-transaksi diperbankan syariah selama ini.
Melalui uraian di atas, tampaknya teori maqāsid syarī‟ah sesuai untuk
digunakan peneliti dalam menganalisis pemikiran Iwan Triyuwono tentang
akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Dengan demikian, akan tercermin
apakah akutansi syariah dalam kelembagaan ekonomi syariah sesuai dengan
hukum Islam dan teori maqāsid syarī‟ah yang mewujudkan nilai keadilan
45
serta kemanfataan dalam hukum Islam atau sebaliknya. Penelitimemandang
bahwa maqâsid asy-syarî‟ah merupakan tujuan dari adanya aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Allh SWT. Semua aspek dalam kehidupan yang
ada di muka bumi ini harus mengarah pada tercapainya kemaslahatan.
Akuntansi syariah menempatkan maqâsid asy-syarî‟ahsebagai acuan, karena
maqâsid asy-syarî‟ahtujuan dari pada syariah. Penempatan maslahah sebagai
prinsip utama. Oleh karena itu aturan-aturan dalam syariah sangat terkait
dengan berbagai dimensi aspek perilaku manusia. Aktivitas ekonomi tersebut
harus menuju kepada kemaslahatan sehingga dapat memelihara maqâsid asy-
syarî‟ah.
C. Kerangka Pikir
Untuk membahas pemikiran Iwan Triyuwono mengenai akuntansi syariah
diperlukan kerangka pikir agar memudahkan penelitimengkaji pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Kerangka pikir yang
digunakan penelitiyaitu dengan memaparkan pemikiran Iwan Triyuwono tentang
akuntansi syariah berdasarkan teori teori yang beliau kemukakan, kemudian
mengkonstektualisasikan pada kelembagaan ekonomi syariah, dengan
menggunakan metode library research sehingga didapatkan pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Lebih jelasnya
kerangka pikir yang digunakan pada penelitian ini, peneliti ilustrasikan dalam
skema berikut:
46
Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi Kelembagaan Ekonomi Syariah
Teori Sinergi Oposisi Biner
(dasar justifikasi formulasi tujuan
dasar laporan keuangan akuntansi
syariah)
Syariah Enterprise Theory
(serapan pemikiran Baydoun dan Willet
mengenai teori enterprise yang kaitkan
dengan metapora amanah, zakat)
Relevansi Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi
Kelembagaan Ekonomi Syariah
47
BAB III
BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO
A. Riwayat Hidup dan Latar Belakang Iwan Triyuwono
Iwan Triyuwono, pria kelahiran Bangkalan, 30 Juni 1961, diangkat
sebagai guru besar dalam bidang ilmu akuntansi syariah pada Fakultas Ekonomi
Unibraw terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006. Jabatan akademik terakhir
adalah Lektor Kepala (golongan III/c, 2002).Menjadi dosen pada jurusan
Akuntansi FE Unibraw sejak 1989.Iwan Triyuwono menjabat sebagai Ketua
Program Studi Magister Sains Akuntansi Unibraw (2001-sekarang), pernah
menjadi Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang
(1997-2002), dan dipercaya sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Trunojoyo, Bangkalan (2005-2009).59
Pendidikan dasar dan menengah diselesaikannya di tempat kelahirannya,
Bangkalan (1980), sarjana ekonomi jurusan akuntansi Unibraw (1986), Master of
Economics (MEc) dari Department of Accounting and Finance Macquarie
University, Australia (1992), dengan tesis berjudul "The Impact of Budgetary
Participation and Job Difficulty on Management Performance, Relations with
Peers and Superiors". Gelar doktor (PhD) dari Department of Accounting and
Finance University of Wollongong, Australia (1996) dengan disertasi berjudul
59
Prasetya, Dua Guru Besar FE Dikukuhkan, Http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dua-
Gurubesar-FE-Dikukuhkan-9157-id.html, 02 September 2006, diakses pada tanggal 01 Oktober
2016.
47
48
"Shari'ate Organisation and Accounting: The Reflection of Self's Faith and
Knowledge".60
Kurun waktu 9 tahun terakhir, Prof. Iwan Triyuwono menghasilkan 13
karya ilmiah dengan topik seputar zakat, infaq shadaqah, dan akuntansi syariah.
Selain itu, selama 15 tahun terakhir menulis tak kurang 24 karya yang
dipublikasikan melalui media massa maupun jurnal ilmiah, baik di dalam maupun
luar negeri. Iwan Triyuwono juga aktif menulis makalah untuk seminar nasional
maupun internasional, paling tidak 59 karya tulis dihasilkan selama 11 tahun
terakhir.Dalam bentuk buku, Prof. Iwan Triyuwono telah menulis 5 judul buku
dalam tempo 6 tahun terakhir. Pidato pengukuhannya berjudul "Akuntansi
Syari'ah: Menuju Puncak Kesadaran Ketuhanan Manunggaling Kawula-Gusti.61
Iwan Triyuwono dikenal sebagai salah seorang perintis lahirnya wacana
akuntansi syariah di Indonesia. Perhatian terhadap akuntansi syariah telah dimulai
pada saat ia menempuh pendidikan tinggi tingkat doktor di Universitas of
Wollongong, Australia, yang kemudian diwujudkan dalam disertasinya yang
berjudul Shari‟ate Organization and accounting: the Reflection of Self‟s Faith
and Knowledge. Selain aktif sebagai Ketua Program Studi Magister Sains
Akuntansi Universitas Brawijaya dan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Ekonomi
Universitas Trunojoyo Madura, juga aktif dalam lembaga organisasi, sebagai
berikut:
60
Prasetya, Dua Guru Besar FE Dikukuhkan, Http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dua-
Gurubesar-FE-Dikukuhkan-9157-id.html, 02 September 2006, diakses pada tanggal 01 Oktober
2016. 61
Prasetya, Dua Guru Besar FE Dikukuhkan, Http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dua-
Gurubesar-FE-Dikukuhkan-9157-id.html, 02 September 2006, diakses pada tanggal 01 Oktober
2016.
49
a. Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Pendidik
(IAI-KAPd),
b. Pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi (ISE)
c. Pengurus Bidang Perbankan dan Pasar Modal, dan
d. Pengurus Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI).62
Demikian catatan singkat tentang riwayat hidup dan latar belakang
biografis Iwan Triyuwono.Masih banyak pemikiran beliau yang perlu
dieskplorasi, bisa kita dapatkan dari hasil karya beliau tentang akuntansi syariah
baik dalam bentuk buku atau jurnal.
B. Karya-Karya Iwan Triyuwono
Iwan Triyuwono seorang tokoh yang mewacanakan akuntansi syariah
yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini tetap konsisten
mengembangkan akuntansi syariah. Buku-buku yang pernah diterbitkan adalah :
1. Judul buku organisasi dan akuntansi syariah, pengarang Iwan Triyuwono,
diterbitkan oleh LkiS pada tahun 2000 yang terdiri dari 419 halaman. Buku ini
berisi tentang eksistensi dari restorasi terhadap Islam dan ilmu pengetahuan.
Penulis menggunakan pendekatan refleksi-relijius dan non-dogmatis yang
sangat pas dengan pendekatan hermenetik/interasionisme simbolik untuk ilmu
pengetahuan.63
2. Judul buku akuntansi syariah (memformulasikan konsep laba dalam konteks
metafora zakat), prngarang Iwan Triyuwono dan M As‟udi, diterbitkan di
62
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah Persfektif , Metodologi, Dan Teori Edisi 2-3,
Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 467. 63
Ekonomi Islam, http://jurnalekis.blogspot.co.id/2016/06/jual-buku-organisasi-dan-
akuntansi.html?m=1, di akses pada tanggal 18 oktober 2016.
50
Jakarta oleh salemba empat pada tahun 2001 yang terdiri dari 120 halaman.
Buku ini mencoba untuk ikut serta memberikan kontribusi pemikiran dalam
rangka mengembangkan akuntansi syariah. Kontribusi terutama diberikan
pada aspek pengukuran dan penilaian laba (income). Buku ini pada dasarnya
membahas metode historical cost and business income. Dua metode ini
menghasilkan informasi laba yang berbeda. Dalam praktik akuntansi
konvensional, metode pertama adalah yang lazim digunakan. Serta
menggunakan kedua metafora tersebut sebagai konsep filosofis yang
mendasari bantuk dari akuntansi syariah itu sendiri. Buku ini dalam
analisisnya menggabungkan pemikiran akuntansi modern dengan nilai-nilai
Islam. Dalam wacana keilmuan buku ini bisa digolongkan dalam paradigma
posmodernisme.64
3. Judul buku persfektif, metodologi, dan teori akuntansi syariah, pengarang
Iwan Triyuwono edisi 1-2, diteribitkan di Jakarta oleh rajawali pers pada
tahun 2009 yang terdiri dari 402 halaman. Buku ini dibagi menjadi tiga bagian
yaitu persfektif, metodologi, dan teori. Dalam bagian persfektif
mengindikasikan bahwa kontruksi akuntansi syariah tidak terlepas dari cara
pandang individu mengkontruksikannya beserta lingkungan yang mengitari.
Bagian kedua yaitu metodologi, menanamkan semangat yang mengajak kita
64
Buku kita, Akuntansi Syariah:Memformulasikan Konsep Laba Dalam Konteks Metafora
Zakat, http://www.bukukita.com/buku-teks/akuntansi/62768-akuntansi
syari%e2%80%99ah;memformulasikan-konsep-laba-dalam-konteks-metafora-zakat-(hvs).html, di
akses pada tanggal 18 November 2016.
51
untuk bersama-sama mengkontruksi akuntansi syariah. Bagian ketiga yaitu
teori, menyajikan teori-teori akuntansi syariah.65
4. Judul buku akuntansi syariah: persfektif, metodologi, dan teori, pengarang
Iwan Triyuwono edisi 2-3, diterbitkan di Jakarta oleh rajawali pers pada tahun
2012 yang terdiri dari 468 halaman. Buku ini tidak jauh berbeda dengan edisi
sebelumnya, bagian ke 1 tentang perfektif, bagian ke 2 metodologi, bagian ke
3 teori. Hanya saja ada penambahan 1 bagian dalam buku ini yaitu bagian ke 4
memasukkan metode khusyuk sebagai bahasannya.66
5. Judul buku laba humanis: tafsir sosial atas konsep laba dengan pendekatan
hermeneutika, pengarang Iwan Triyuwono, diterbitkan di Malang oleh banyu
media pada tahun 2004. Buku ini mencoba menawarkan pemikiran baru
tentang konsep laba yang didasarkan pada basis sosial yang dibangun oleh
manusia yang utuh, yaitu manusia yang memiliki dan menggunakan elemen
intelektual, emosi, dan spritual secara harmonis.67
6. Judul buku akuntansi ekuitas dalam narasi kapitalisme, sosialisme, dan Islam,
pengarang Iwan Triyuwono, diterbitkan oleh salemba empat pada tahun 2002.
Buku ini menarasikan kapitalisme, sosialisme, dan Islam dalam konteks
masing-masing konsep kepemilikan. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan komparasi interpretif atas konsep kepemilikan tersebut. Dan
selanjutnya, atas dasar interpretasi tersebut secara spekulatif penulis
65
Iwan Triyuwono, Persfektif Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah Edisi 1-2, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009. 66
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah Persfektif Metodologi dan Teori Edisi 2-3, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012. 67
Nur Fadhila Amri, Laba Humanis: Tafsir Sosial Atas Konsep Laba Dengan Pendekatan
Hermenutika, http://www.e-akuntansi.com/2015/09/laba-humanis-tafsir-sosial-atas-
konsep.html?m=1, diakses pada tanggal 19 November 2016.
52
memformulasikan accounting equation untuk konsep kepemilikan
berdasarkan sosialisme dan Islam.68
Adapun bebarapa jurnal ilmiah yang ditulis oleh Iwan Triyuwono sebagai
berikut:
1. Judul jurnal mengangkat “sing liyan” untuk formulasi nilai tambah syariah,
pengarang Iwan Triyuwono diterbitkan pada tahun 2011. Jurnal ini berusaha
memformulasikan nilai tambah syariah sebagai konsekuensi atas adopsi
shari‟ah enterprise theorysebagai dasar teori akuntansi syariah.69
2. Judul jurnal sinergi oposisi biner: formulasi tujuan dasar laporan keuangan
akuntansi syariah, pengarang Iwan Triyuwono diterbitkan pada tahun 2003
oleh iqtisad journal of Islamic economics, jilid ke 4 yang terdiri dari halaman
79-90. Jurnal ini berusaha untuk mengetahui tujuan dasar laporan keuangan
akuntansi syariah dengan menggunakan alat analisis yaitu sinergi oposisi
biner.70
3. Judul jurnal akuntansi syariah: menuju puncak kesadaran ketuhanan
manunggaling kawulo gusti, pengarang Iwan Triyuwono diterbitkan pada
tahun 2011 oleh jurnal akuntansi multiparadigma, jilid ke 2 terbitan ke 2.
Jurnal ini mendeskripsikan sekilas dua tujuan akuntansi syariah dan akuntansi
68
Buku kita, Akuntansi Ekuitas Dalam Narasi Kapitalisme, Sosialisme, Dan Islam,
www.bukukita.com/buku-teks/akuntansi/53536-akuntansi-ekuitas:dalam-narasi-kapitalisme,-
sosialisme,-dan-Islam .html, di akses pada tanggal 19 November 2016. 69
Jurnal akuntansi multiparadigma, Mengangkat “Sing Liyan” Untuk Formulasi Nilai
Tambah Syariah, http:Jamal.ub.ac.id/index.php/jamal/article/view/137, diakses pada tanggal 19
November 2016. 70
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id%user=epcyaauaaaa
j%citation_for_view=epcyaauaaaaj:uehwp8x0ceic, diakses pada tanggal 19 november 2016.
53
modern, tetapi pada substansinya makna dari dua tujuan tersebut sangat
berbeda.71
4. Judul jurnal shari‟ate accounting:an ethical contruction of accounting
disipline, pengarang Iwan Triyuwono diterbitkan oleh gadjah mada
international journal of businesspada tahun 2000. Jurnal ini pada dasarnya
untuk membahas kritis pembangunan akuntansi yang etis.72
5. Judul jurnal rekontruksi teknologi integralistik akuntansi syariah, pengarang
Iwan Triyuwono diterbitkan oleh jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia
pada tahun 2007. Jurnal ini berusaha mengkontruksikan laporan keuangan
akuntansi syariah karena terlihat bahwa praktik dan teknologi akuntansi di
lembaga berbasis syariah masih mengadopsi filosofi, teori dan konsep barat
yang kapitalistik, sekuler, antroposentris dan mementingkan laba.73
6. Judul jurnal so, what is sharia accounting?¸pengarang Iwan Triyuwono
diterbitkan oleh jurnal ekonomi, manajemen, dan akuntansi Islam pada tahun
2013. Jurnal ini bertujuan untuk mengkspolarasi sifat akuntansi syariah dari
sudut pandang fungsi serta tujuannya.74
Selain karya-karya diatas banyak karya ilmiah lainnya yang ditulis secara
mandiri dan diterbitkan oleh jurnal ilmiah nasional dan internasional yang
mencapai 200 lebih.
71
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id%user=epcyaauaaaa
j%citation_for_view=epcyaauaaaaj:_fxgofyzp5qc, diakses pada tanggal 19 november 2016. 72
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?datald=1785, diakses pada tanggal 19 November
2016. 73
Aji Dedi Mulawarman,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=144514%val1200%title=rekontruksi%20tekn
ologi%20integarlistik%20akuntansi%20syari%c3%a2%e2%82%ac%e2%84%a2ah:%20sharfate%
20value%20added%20statement, diakses pada tanggal 20 November 2016. 74
http://imanensi.fordebi.or.id/index.php/imanensi/article/view/17, diakses pada tanggal
20 November 2016.
54
C. Pemikiran Iwan Triyuwono
Terkait dengan teori dan pembahasan yang peneliti lakukan bahwa
pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah,
melahirkan 2 konsep pemikirannya, yaitu:
1. Shari‟ah enterprise theory
Beberapa kajian telah dilakukan di bidang akuntansi syariah baik dalam
tataran konseptual maupun praktis. Namun, kajian tersebut belum masuk pada
konsep teoritis akuntansi syariah. Shari‟ah enterprise theoryyang dijelaskan
Slamet merupakan aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap
penetapan konsepnya adalah Allah sebagai pencipta dan pemilik tunggal dari
sumber daya yang ada di dunia ini. Maka yang berlaku dalam Shari‟ah
enterprise theoryadalah Allah sebagai sumber amanah utama, karena Dia
adalah pemilik tunggal dan mutlak. Sedangkan sumber daya yang dimiliki
oleh stakeholders pada prinsipnya adalah amanah dari Allah yang di dalamnya
melekat sebuah tanggung jawab untuk menggunakan dengan cara dan tujuan
yang ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah.75
Tentu sangat beralasan jika penggunaan sumber daya tersebut baik secara
individual dan kolektif dibatasi, karena memang pada hakikatnya stakeholders
hanya memiliki hak guna. Namun, pembatasan tersebut bukan ditujukan untuk
kepentingan Allah, tetapi ditujukan pada manusia yang mempunyai hak atas
sumberdaya tersebut. Difirmankan oleh Allah:
75
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah edisi 2-3.., h. 356.
55
Artinya:
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul,
supaya kamu diberi rahmat (QS Al-Nur {24}:56).76
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:
“Apakah saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan pada ibu
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang yang miskin dan orang-
orang yang ada dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (QS Al-Baqarah {2}: 215).77
Artinya:
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah,
mereka yang tidak dapat (berusaha) di bumi, orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta
(QS Al-Baqarah {2}: 273).78
76
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, t.th, h. 285. 77
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, t.th, h. 26. 78
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, t.th, h. 36.
56
Ayat-ayat tersebut membawa implikasi penting dalam penetapan konsep-
konsep dalam shari‟ah enterprise theory. Yang utama adalah bahwa ayat-ayat
tersebut membimbing kita pada suatu pemahaman bahwa dalam harta kita
sebenarnya tersimpan hak orang lain, seperti hak fakir miskin, anak-anak
terlantar, dan lain-lainnya. Dengan demikian, dalam pandangan shari‟ah
enterprise theory, distribusi kekayaan atau nilai tambah tidak hanya berlaku
pada para partisipan yang terkait langsung dalam, atau partisipan yang
memberikan kontribusi kepada operasi perusahaan seperti pemegang saham,
kreditor karyawan, dan pemerintah, tetapi pihak lain yang tidak terkait
langsung dengan bisnis yang dilakukan perusahaan, atau pihak yang tidak
memberikan kontribusi keuangan atau keterampilan. 79
Pemikiran ini dilandasi premis yang mengatakan bahwa manusia itu
adalah yang membawa misi menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan
bagi seluruh manusia dan alam. Premis ini mendorong shari‟ah enterprise
theoryuntuk mewujudkan nilai keadilan terhadap manusia dan lingkungan
alam. Oleh karena itu, shari‟ah enterprise theory akan membawa
kemaslahatan bagi stockholders, stakeholders, masyarakat (yang tidak
memberikan kontribusi keuangan dan keterampilan) dan lingkungan alam
tanpa meninggalkan kewajiban penting menunaikan zakat sebagai manifestasi
ibadah kepada Allah.80
2. Sinergi Oposisi Biner
79
Ibid., h. 357. 80
Ibid.,h. 357-358.
57
Sinergi oposisi biner merupakan konsep keseimbangandalam akuntansi
syariah, dengan cara mensinergikan dua hal yang berbeda untuk menghasilkan
kekuatan yang lebih besar. Misalnya menggabungkan antara prinsip akuntansi
yang maskulin dengan prinsip akuntansi yang feminim. Kearifan tradisi Islam
telah mengajarkan asas “berpasangan” dalam takaran yang seimbang. Kearifan
tradisi Tao juga berperan pada konsep berpasangan, yaitu Yin (feminim) dan
Yang (maskulin). Konsep ini sebetulnya sudah Sunnatullah.81
Secara ideal, oposisi biner harus didudukkan secara berpasangan sebagaimana
kearifan tradisi Islam dan Tao. Artinya, mendudukkan sesuatu yang
“bertentangan” dalam posisi yang sinergis, sebagaimana ditemukan pada
“penggabungan” aliran listrik “negatif” dengan “positif”. Tanpa
penggabungan dua hal yang berbeda ini, mustahil peradaban manusia saat ini
merasakan manfaat yang luar biasa dari aliran listrik. Aliran listrik “negatif”
sama sekali tidak bermanfaat tanpa dikawinkan dengan aliran listrik “positif”.
Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengawinkan sifat-sifat
yang bertentangan (oposisi biner) ke dalam suatu kesatuan. Misalnya
mengawinkan sifat egoistik dengan altruistik, sifat materialistik dengan
spiritualistik, rasional dengan intuisi, impersonal dengan personal, kuantitatif
dengan kualitatif, dan lain-lainnya. Inilah yang dimaksud dengan sinergi
81
Tao bukan merupakan suatu tradisi dari kebudayaan tertentu. Ajaran para master Tao
merupakan ajaran spritual bagi para makhluk yang membina kehidupan spritual, dimana para
master Tao menjalankan pembinaan spritual untuk mencapai Ke-Tunggal-an Agung Tertnggi,
Dharma Mulia, Apakah Ajaran Tao Merupakan Tradisi, goldenmother.org/info/kisah-
kasih/A/apakah%20ajaran%20Tao%20merupakan%20tradisi.html, diunduh pada tanggal 4
november 2016.
58
oposisi biner. Dengan demikian, tujuan dasar dari laporan keuangan akuntansi
syariah adalah perpaduan antara “materi” dan “spirit”.82
Tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syariah yang bersifat “materi”
adalah untuk pemberian informasi (akuntansi), sedangkan yang bersifat
“spirit” adalah untuk akuntanbilitas. Kedua tujuan ini mutually inclusive,
tujuan yang satu tidak dapat meniadakan yang lain, keduanya berada dalam
kesatuan sebagaimana bersatunya badan dan ruh kita. Pemberian informasi
seolah-olah merupakan “badan”, sedangkan akuntanbilitas adalah “ruh”.
“Badan” tidak akan eksis tanpa “ruh”. Demikian juga sebaliknya, “ruh” tidak
dapat membumi tanpa “badan”. Jadi pada dasarnya akuntansi syariah
merupakan instrumen akuntanbilitas yang digunakan oleh manajemen kepada
Tuhan (akuntabilitas vertikal), stakeholders, dan alam (akuntabilitas
horizontal). Pemikiran ini mempunyai dua implikasi. Pertama, akuntansi
syariah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai etika (dalam
hal ini etika syariah), sehingga bentuk akuntansi syariah menjadi lebih adil,
tidak berat sebelah. Kedua, praktik bisnis dan akuntansi yang dilakukan
manajemen juga harus berdasarkan pada nilai-nilai etika syariah. Sehingga
jika dua implikasi ini benar-benar ada, maka akuntabilitas yang dilakukan oleh
manajemen adalah akuntabilitas yang suci. Atau dengan kata lain, manajemen
menyajikan persembahan yang suci kepada Tuhan, dan sebaliknya Tuhan
82
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah..., h.338-341.
59
menerima persembahan suci ini dengan ridha, inilah sebetulnya bentuk
peribadatan yang nyata dari manusia kepada Tuhannya.83
83
Ibid., h. 341-343.
60
BAB IV
ANALISIS DATA
PEMIKIRAN IWAN TRIYUWONO
A. Konsep Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi Syariah
1. Existing Implementasi Akuntansi Di Lembaga Keuangan
A statement of basic accounting theory mendefinisikan akuntansi sebagai
proses mengindentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi
sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil
kesimpulan oleh para pemikirnya.84
Dalam konteks pembangungan ekonomi
umat, keberadaan dan kehadiran lembaga bisnis, seperti lembaga keuangan
syariah adalah mutlak adanya. Sebab suatu lembaga keuangan bertindak
sebagai perantara antara unit penawaran dengan unit permintaan.Lembaga
keuangan dalam kegiatan usahanya pasti melakukan transaksi. Setiap transaksi
yang terjadi harus adanya pencatatan dengan baik dan benar berdasarkan
bukti-bukti yang ada. Proses pencatatan tersebut disebut dengan proses
akuntansi. Proses akuntansi ini tidak hanya mempengaruhi perilaku
manajemen, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat lainnya. Dalam
kegiatannya lembaga keuangan tidak lepas dari laporan keuangan karena
sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lembaga keuangan baik bank
ataupun non bank dalam setiap periode tertentu akan melaporkan kegiatan
keuangan usahanya. Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan
akan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Tujuannya untuk
84
Muhammad, Akuntansi Syariah, h. 7.
59
61
memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan. Laporan keuangan sangat berperan penting untuk mengetahui
kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan dapat melihat
kekuatan dan kelemahannya dari laporan keuangan.Laporan keuangan pada
dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk
mengatahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda, cara analisisnya
juga berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan masing-masing. Pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap informasi yang diberikan akuntansi
adalah sebagai berikut:
a. pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya. Hal ini karena dengan laporan tersebut, pemilik
perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin
perusahaannya dan kesuksesan manajer biasanya dinilai dengan laba yang
diperoleh perusahaan.
b. manajer atau pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaannya periode yang baru lalu, ia akan dapat menyusun rencana
yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat.
62
c. para investor, berkepentingan terhadap prospek keuntungan pada masa
mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui
jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan
jangka pendek perusahaan tersebut.
d. para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk memberi
atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, para kreditur dan
banker perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan
yang bersangktan.
e. pemerintah, untuk menyatukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Laporan keuangan juga sangat diperlukan oleh BPS, Dinas
Peindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan
pemeintah.85
Kutipan di atas bermakna bahwa tujuan dari akuntansi tidak lagi membuat
pertanggungjawaban yang jelas bagi pemilik perusahaan tetapi untuk
menjadikan perusahaan tetap hidup. Inilah peran akuntansi di lembaga
keuangan. Lembaga keuangan dapat melakukan kegiatannya dengan lebih
efektif dan efisien karena adanya pengendalian untuk mencapai tujuannya.
Informasi yang diberikan akuntansi dalam laporan keuangan dapat
dipertanggungjawabkan untuk ke depannya dalam mengambil keputusan
mengenai keuangan yang digunakan oleh pihak dalam dan luar perusahaan.
Lembaga keuangan tidak akan berjalan dengan baik jika akuntansi tidak
memiliki peran di dalamnya, kegiatan bisnis akan terhambat dan tujuan
85
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2013, h. 337-
338.
63
perusahaan pun akan sulit dicapai karena informasi yang dihasilkan tidak
akurat. Akuntansi juga menjadi alat ukur untuk mengetahui keuntungan yang
diperoleh lembaga keuangan.Akuntansi juga diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari karena dapat menyajikan informasi yang bersifat keuangan. Salah
satunya di negara Indonesia, karena menggunakan uang sebagai alat
pembayaran. Berbagai organisasi misalnya perusahaan, lembaga
pemerintahan, yayasan organisasi, kemasyarakatan, bahkan toko kecilpun
membutuhkan akuntansi. Artinya akuntansi merupakan bagian yang tidak bisa
dilepaskan satu dengan yang lainnya, setiap pelaku ekonomi dan bisnis pasti
akan melakukan perhitungan akuntansi dengan cara pencatatan transaksi
muamalah antara modal degan usaha terlebih pada suatu perusahaan dan
lembaga keuangan.
Menurut pendapat Adiwarman akuntansi juga tidak terlepas pada para
akuntan yang bertugas sebagai orang yang melakukan proses perhitungan atau
akuntansi. Adiwarman berpendapat bahwa dalam kaitan pembangunan
ekonomi atau lebih khusus dalam persfektif bisnis, peran akuntan sungguh
sangat bermakna, sebab langkah kerjanya menentukan hasil akhirnya.86
Namun
jika dikaitakan dengan syariah maka seorang akuntan harus memiliki sifat
dasar dalam melakukan perhitungan-perhitungan, yakni kejujuran, keadilan,
kebijakan, dan kepatuhan kepada nilai-nilai syariah yang berimplikasi pada
sebuah tanggung jawab, bukan hanya pada atasan dan masyarakat yang terkait
86
Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press,
Cet. 1, 2001, h. 167.
64
tetapi ganjaran Allah SWT, yakni mengandung konsekuensi
pertanggungjawaban dunia dan akhirat.
Maka dari itu, existing implementasi akuntansi di lembaga keuangan juga
memiliki peran yang sangat penting karena sebagaimana tujuannya akuntansi
memberikan informasi keuangan yang akurat dan bermanfaat melalui jasa
yang diberikan akuntansi. Kemajuan suatu kelembagaan dapat dilihat dari
proses akuntansi perusahaan tersebut. Jika akuntansinya tersusun dengan baik
dan benar maka dapat dipastikan aktivitas suatu lembaga keuangan dapat
bejalan secara efektif dan efisien, karena adanya pengendalian sehingga tujuan
dari suatu lembaga keuangan dapat tercapai. Tetapi jika akuntansi di dalam
kelembagaan tidak berjalan dengan baik maka kegiatan bisnisnya akan
terhambat, tidak berjalan secara efektif dan efisien karena informasi yang
dihasilkan tidak akurat, tentunya tujuan dari lembaga keuangan akan sulit
dicapai. Oleh karena itu suatu lembaga keuangan memerlukan akuntansi demi
lancarnya kegiatan bisnisnya.
2. Shari‟ah enterprise theory
Sebelum memasuki pada pembahasan mengenai Shari‟ah enterprise
theory,terlebih dahulu peneliti memaparkan beberapa teori akuntansi kapitalis,
karena teori akuntansi kapitalis tidak terpisahkan dari akuntansi syariah.
Terkait dengan awal pemikiran Iwan Triyuwono, terlebih dahulu melihat
bagaimana teori teori akuntansi kapitalis dalam pandangan Islam yaitu sebagai
berikut:
a. Proprietary theory(Teori Kepemilikan)
65
Menurut Isgiyarta Proprietary theory adalah usaha atau perusahaan
merupakan perpanjangan tangan dari pemilik. Dalam konsep ini,
aktivamerepresentasikan sesuatu yang
dimilikiolehpemilikdankewajibanmerupakan utangyang harus ditanggung
olehpemilik. Lebih lanjut Isgiyarta menjelaskan bahwa dalam proprietary
theory, perusahaan merupakan milik pemegang saham sehingga posisi
utang akan mengurangi kekayaan perusahaan dan bunga diperlakukan
sebagai beban usaha.87
Adapun menurut Sofyan Harahap tentang proprietary theory
dianggap sebagai agen, perwakilan, wakalah atau penugasan dari
pengusaha atau pemilik. Oleh karena itu, proprietor (pemilik) merupakan
pusat perhatian yang akan dilayani oleh informasi akuntansi, yang
digambarkan dalam pelaksanaan pencatatan akuntansi dan penyajian
laporan keuangan.88
Teori ini menyatakan bahwa akuntansi terjadi karena bentukan dari
persamaan dasar berikut:
Assets – Liabilities = Modal
Atau
Assets = Liabilities + Modal
Artinya, modal adalah sama dengan harta dikurangi utang. Dalam
hal ini, pemilik adalah pusat perhatian. Aktiva di anggap dimiliki oleh
pemilik dan kewajiban/utang adalah kewajiban pemilik. Tanpa
memandang mengenai perlakuan utang, pemilikan dipandang sebagai
87
Isgiyarta,Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2009, h. 89. 88
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004, h. 70.
66
nilai bersih kesatuan usaha kepada pemilik. Pada saat didirikan, nilai
tersebut akan sama dengan investasi pemilik. Selama hidup
perusahaan, akan terus sama dengan investasi awal dan tambahan
investasi serta akumulasi laba bersih di atas jumlah yang diambil oleh
pemilik. Inilah yang kemudian disebut dengan konsep kekayaan89
Beberapa definisi diatas maka dapat dipahami bahwa konsep
proprietary theory merupakan konsep kepemilikan dimana
kepemilikan lebih diutamakan, dalam konsep ini juga pembagian
keuntungan berdasarkan kepemilikan aset yang dimiliki dalam sebuah
perusahaan. Teori ini lebih menekankan pada hakikat perubahan
terhadap kepemilikan dan klasifikasinya dalam neraca. Teori ini lebih
tepat diterapkan di dalam perusahaan dengan kepemilikan tunggal
ataupun perusahaan persekutuan. Teori ini merupakan teori akuntansi
yang paling kuno, dan banyak konsep akuntansi yang dikembangkan
dari teori ini.90
b. EntityTheory(Teori Kekayaan)
Teori ini menganggap bahwa perusahaan memiliki eksistensi yang
terpisah. Pemisahan ini terjadi pada kepentingan pemilik dan pemegang
ekuitas yang lain. Pendiri dan pemilik perusahaan tidak perlu diidentifikasi
dengan eksistensi perusahaan. Teori ini didasarkan pada persamaan :
Assets = Equite
89
Muhammad, Akuntansi Syariah., h. 148. 90
Ibid., h. 149.
67
Menurut Paton di dalam Iwan Triyuwono menerangkan bahwa “teori
entitas menekankan pada konsep kepengelolaan “stewardship” dan
pertanggungjawaban “accountability” dimana bisnis peduli dengan tingkat
keberlangsungan usaha dan informasi keuangan usaha bagi pemilik ekuitas
dalam rangka pemenuhan kebutuhan legal dan menjaga suatu hubungan
baik dengan pemegang ekuitas tersebut dengan harapan mudah
memperoleh dana di masa depan”.91
Sedangkan menurut Iwan Triyuwono konteks teori ini terdapat dua
pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada konklusi
yang sama, yaitu stewardship atau pertanggungjawaban (accountability).
Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan
beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang
menanamkan dananya dalam perusahaan.Dalam hal ini, entitas bisnis
memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham
tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka.Sementara itu versi
kedua, yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory,
menganggap bahwa sebuah entitasadalah bisnis untuk dirinya sendiri yang
berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya.92
Islam memandang kedua teori tersebut masih belum sempurna untuk
dijadikan wadah untuk para stakeholders, karena masih dipengaruhi hak
kepemilikan dan kekayaan. Dimana pemilik individu dan kelompok
merupakan pihak yang sangat penting dan yang mempengaruhi
91
Iwan Triyuwono, Akuntansi syariah..., h. 331. 92
Ibid.,h. 331.
68
keberlangsungan perusahaan. Secara sederhana makna dari stakeholders
adalah pihak yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan. Artinya teori-teori di atas dianggap tidak
mampu untuk diterapkan di lembaga keuangan yang berbasis syariah.
Maka dari itu perlunya penyempurnaan teori-teori akuntansi yang sesuai
dengan pandangan Islam. Lebih lanjut pembahasan mengenai enterprise
theoryyang menyatakan suatu perusahaan dipengaruhi oleh pihak langsung
maupun tidak langsung yang memiliki peran penting dalam
keberlangsungan perusahaan. Teori ini memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan teori sebelumnya karena diliat dari segi akuntansi tanggung
jawab pelaporan keuangan dalam perusahaan akan disampaikan kepada
pemegang saham, kreditor juga kepada kelompok masyarakat secara
keseluruhan (stakeholder).
Harahap berpendapat bahwa enterprise theory lebih lengkap
dibandingkan dengan teori yang lain, karena ia melingkupi aspek sosial
dan pertanggunjawaban sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan
berikut ini:
Kalau ada pernyataan mengenai postulat, konsep, dan prinsip
akuntansi Islam itu maka saat ini yang bisa saya jawab adalah masalah
ini tidak semudah yang dibayangkan. Tentunya untuk merumuskan ini
perlu pengkajian multi dimensi. Yang jelas literatur sampai saat ini
belum bisa menjelaskannya. Tapi dari postulat, konsep dan prinsip
yang ada dapat kita saring mana yang sejalan dengan konsep Islam.
Misalnya, konsep mana yang dipakai dari ketiga konsep: proprietary
theory, entity theory, dan enterprise theory? Maka akan saya jawab
enterprise theory karena lebihmencakup aspek sosial dan
pertanggungjawaban. Enterprise theory menjelaskan bahwa akuntansi
69
harus melayani bukan saja pemilik perusahaan, tetapi juga
masyarakat.93
Melihat beberapa perbandingan teori di atas maka dapat dipahami
bahwa konsep teoritis yang mampu memberikan dasar dalam pembentukan
prinsip dan teknik akuntansi yang mengahasilkan bentuk akuntabilitas dan
informasi yang dibutuhkan oleh stakeholdersadalah enterprise
theory.Konsep ini dinilai sangat dekat dengan syariah, tetapi masih
memiliki kekurangan dalam pandangan syariah. Karena di dalamnya
belum memiliki konsep ketauhidan masih bersifat duniawi. Iwan
Triyuwono juga mengemukakan pendapatnya tentang konsep enterprise
theory memilikiteori tersebut lebih lengkap dibandingkan dengan teori
yang lain, karena akuntansi harus melayani bukan saja pemilik
perusahaan, tetapi juga masyarakat. Pendapat serupa juga diungkapkan
oleh Triyuwono yang mengatakan bahwa:
Akuntansi syariah tidak saja sebagai bentuk akuntabilitas
(accountability) manajemen terhadap pemilik perusahaan
(stockholders), tetapi juga sebagai akuntabilitas kepada stakeholders
dan Tuhan.94
Berdasarkan ungkapan tersebut akuntansi syariah menurut Iwan
Triyuwono merupakan salah satu upaya mendekontruksikan akuntansi
modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat nilai. Tujuan
diciptakannya akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis
dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental dan teleologikal.95
93
Ibid., h. 336-337. 94
Iwan Triyuwono, Organisasi Dan Akuntansi Syariah, Malang: LKis, 2000, h. 24. 95
Muhammad, Akuntansi Syariah., h. 151.
70
Memperhatikan beberapa landasan teori tersebut dalam hal ini Iwan
Triyuwono mencoba untuk mengemukakan bahwa konsep teoritis yang
mampu memberikan dasar dalam pembentukan prinsip dan teknik
akuntansi yang menghasilkan bentuk akuntabilitas dan informasi yang
dibutuhkan oleh stakeholders adalah enterprise theory.Konsep enterprise
theory menjadi ketertarikan bagi Iwan Triyuwono dalam
merumuskanShari‟ah enterprise theory, karena pandangan Iwan
Triyuwono enterprise theorybelumlah sempurna tanpa ada nilai-nilai
syariah.96
Sebagai pembanding dalam hal ini Iwan Triyuwono memberikan
gambaran bahwa enterprise theory dan konsep pemilikan menjelaskan
bahwa pemilik perusahaan adalah satu-satunya yang memiliki kekuasaan
atas perusahaan dan bisnis yang dilakukannya dan di tangannya pula
keberlangsungan hidup perusahaan bergantung.Namun sebaliknya, model
bisnis kontemporer sekarang ini sangat berbeda dengan model bisnis masa
lalu.Artinya, keberlangsungan hidup perusahaan tidak ditentukan oleh
pemilik perusahaan, tetapi oleh banyak pihak (seperti, pelanggan, kreditor,
manajemen, pegawai, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya yang
kemudian disebut (stakeholders) yang juga sama-sama memiliki
kepentingan terhadap perusahaan. Dengan kata lain, berhasil-tidaknya
96
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 332.
71
sebuah perusahaan sebenarnya bergantung pada keharmonisan interaksi
antara pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu stakeholders.97
Berdasarkan pernyataan Iwan Triyuwono ini menunjukkan bahwa
konsep kekuasaan ekonomi tidak lagi berada dalam satu tangan atau
pemilik saham, melainkan berada pada banyak tangan, yaitu pihak luar
(stakeholders). Sebab itu pemikiran Iwan Triyuwono mengarahkan bahwa
kekuasaan ekonomi ini dalam konsep syariah sangat direkomendasikan,
mengingat syariah melarang beredarnya kekayaan hanya di kalangan
tertentu saja.Hal ini sejalan dengan pemikiran Asmawi yang
mengungkapkan bahwatujuan ekonomi Islam adalah mewujudkan
kesejahteraan umat manusia.Tujuan tersebut terlihat ketika konsep harta
dan keuntungan yang dikembangkan merupakan instrumen kepastian
hukum untuk menjamin aliran kekayaan dari kelompok mampu kepada
kelompok-kelompok yang membutuhkan yang berguna untuk
menyelamatkan jiwa manusia (hifdzu al-nafs) dan memelihara harta (hifdz
al-mal).98
Terkait dengan Maqasid syariah dan perkembangan bisnis saat
inimenurut Iwan Triyuwono proprietary theory dan entity theory tidak
akan mampu mewadahi kemajemukan masyarakat (stakeholders) dan
bisnis yang ada saat ini. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya segala
aspek muamalah tidak lepas dari maqasid syari‟ah.Asafri Jaya Bakri
mengungkapkan secara tegas menyatakan bahwa tujuan utama Allah
97
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 333. 98
Asmawi, Teori Maslahah..., h. 35.
72
menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk terwujudnya kemaslahatan
hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat.99
Untuk mengatasi hal ini diperlukan wadah alternatif yang lebih tepat
dan sesuai dengan lingkungannya.Wadah tersebut menurut Iwan
Triyuwono adalah Shari‟ah enterprise theory, teori ini dianggap lebih
menyeluruh/holistik, yakni dapat menyangkut aspek kepemilikan pribadi
atau kelompok dan juga pengakuan terhadap pihak lain sebagai faktor
yang menentukan keberlangsungan sebuah perusahaan. Sebab konsep ini
mencakup beberapa aspek yaitu moral, sosial, ekonomi, dan politik.Yang
pada tujuannya membantu mencapai keadilan sosio-ekonomi, dan
memberikan kesadaran sepenuhnya kewajiban kepada Tuhan, masyarakat,
individu sehubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas
ekonomi.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan dalam Muhammad al-
Muhasamah bahwa kerangka konseptual akuntansi syariah, berikut ini:
99
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah Menurut Asy-Syatibi..., h. 65.
73
Gambar 1
Gambar.1 Kerangka Konsep Akuntansi Syariah.100
Kerangka konsep menurut pendapat Muhammad Al-Musahamah ini
menjelaskan bahwa konsep enterprise theory lebih sempurna
100
Muhammad Al-Mushamah, Akuntansi Syariah, Yogyakarta : ISBN, 2005, h. 66.
SYARIAH
Moral Sosial Ekonomi Politik
Akuntansi syariah:
Tujuan :
1. Membantu mencapai keadilan sosio-ekonomi (al-falah)
2. Mengenal sepenuhnya kewajiban kepada Tuhan, masyarakat, individu
sehubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan aktifitas
ekonomi, yaitu : akuntan, auditor, manager, pemilik, pemerintah, dan
sebagainya sebagai bentuk ibadah.
Pengukuran :
Kepentingan
Tujuan zakat
Penentuan dan pendistribusian laba
Pembiayaan pajak
Penyingkapan :
Kepentingan
Pemenuhan tugas dan kewajiban sesuai
dengan syariah :
a. Halal
b. Bebas bunga
c. Zakat
d. Shadaqah
e. Upah pegawai
f. Pencapaian tujuan bisnis
g. Menjaga lingkungan
Pemegang Kuasa + Pelaksana
dasar:
Moralitas atau etika berdasarkan
hukum Tuhan :
a. Taqwa
b. Kebenaran
c. Pertanggung jawaban
74
dibandingkan dengan konsep proprietary theory dan entity theory. Konsep
pemikiran enterprise theory ini Iwan Triyuwono mengajukan persyaratan
mendasar yang harus dipenuhi oleh akuntansi syariah yaitu benar (truth),
sah (valid), adil (justice), dan mengandung nilai-nilai kebaikan atau ihsan
(benevolenc). Sedangkan tujuan diselenggarakan akuntansi syariah adalah
memberikan informasi secara lengkap untuk mengetahui nilai dan kegiatan
ekonomi yang bertentangan dan yang diperbolehkan oleh syariah
meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha, serta menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang
berkepentingan (terkait) dalam suatu entitas ekonomi syariah berlandaskan
pada konsep kejujuran, keadilan, kebajikan, dan kepatuhan terhadap nilai-
nilai dan etika bisnis Islami.101
Mengarah pada pendapat Sofyan Harahap bahwa akuntansi syariah
diperlukan oleh masyarakat Islam sebagai instrument pendukung
menerapkan praktik ekonomi Islam dalam tata kehidupan sosial-
ekonominya dengan dasar pertimbangan berikut :
a. Adanya konsep kepemilikan yang diyakini oleh orang Islam bahwa
harta dan kekayaan adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah
penerima amanah yang harus mempertanggungjawabkan
pemanfaatannya sesuai dengan syariah.
101
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 334.
75
b. Adanya konsep personal accountability yang harus dipatuhi oleh Islam
dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan
menjalin hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).102
Oleh sebab itu Iwan Triyuwono mengajukan konsep shari‟ah
enterprise theorydengan jalan memasukkan kepentingan indirect
participants ke dalam “elit” kekuasaan ekonomi direct participants
(seperti, shareholders, management, employess, customers, suppliers,
government, ect) dalam distribusi nilai tambah.103
Berdasarkan semua ulasan mengenai pokok pemikiran Iwan
Triyuwono ini maka dapat peneliti pahami bahwa konsep proprietary
theorymaupun entity theory dalam akuntansi konvensional tidak sejalan
dengan pandangan Islam. Sebab konsep-konsep tersebut
pengembangannya berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianut oleh
aliran kapitalis seperti private property rights, individual sovereignty, dan
self-interest.Prinsip-prinsip yang dianut oleh aliran kapitalis tersebut tidak
sejalan dengan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan As-
Sunnah.Konsep Shari‟ah enterprise theory oleh Iwan Triyuwono
dikembangkan berdasarkan pada metafora zakat pada dasarnya memiliki
karakter keseimbangan. Secara umum, nilai keseimbangan yang dimaksud
adalah keseimbangan antara nilai-nilai maskulin dan nilai-nilai feminim.
Kehadiran konsep ini sangat dianggap mampu membawa akuntansi
syariah tidak lagi berorientasi pada laba, tetapi berorientasi pada nilai
102
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam…, h. 78. 103
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 334.
76
tambah atau value added. Karena konsep ini memiliki kepedulian yang
lebih luas dalam bentuk distribusi pada seluruh stakeholders.Nilai
tambahnya inilah yang menjadi kepedulian dari penelitian ini. Penelitian
ini mencoba untuk merumuskan konsep nilai-tambah dengan
menggunakan nilai-nilai syariah. Menurut Iwan Triyuwono PSAK 59
masih sarat dengan nilai-nilai kapitalisme, terlihat dari perbankan syariah
masih berorientasi pada pemilik modal. Meskipun PSAK 59 sudah
berkembang menjadi PSAK 101-110. Kritikan Iwan Triyuwono dalam
format laporan keuangan khususnya laporan laba rugi masih menganut
sistem kapitalisme. Oleh karena itu, konsep income tidak lagi berorientasi
padalaba (profit oriented) atau berorientasi pada pemegang saham
(stockholders oriented) tetapi berorientasi pada zakat (zakat oriented).
Zakat memiliki peran yang sangat penting karena berdasarkan syariat
Islam setiap muslim diwajibkan mengeluarkan batas minimal dari harta
yang dimilikinya. Karena zakat mensucikan jiwa seseorang agar terhindar
dari sifat keserakahan terutama dalam memperoleh keuntungan. Menurut
Muhammad zakat memiliki sifat khusus:
a. zakat merupakan salah satu rukun Islam.
b. hasil zakat harus digunakan dan dibayarkan kepada orang-orang
tertentu yang disebut dalam Al-Qur‟an.
c. tarif zakat sudah ditetapkan dari hadist dan tarif ini berbeda menurut
atau sesuai dengan jenis kegiatan ekonomi.
77
d. zakat hanya dikenakan pada pribadi muslim sebab hal ini merupakan
dasar dari agama Islam. Walaupun perusahaan bersama memiliki
badan hukum yang independen sendiri darimpemegang saham, badan
ini terkena zakat.
e. utang tidak termasuk perhitungan zakat, zakat dikenakan atas aktiva
bersih.
f. kekayaan yang dikenakan zakat harus melebihi batas jumlah tertentu
(nisab) yang diatur hadist. Batas ini merupakan jumlah harta yang
diperlukan, dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari
pemilik dan keluarganya.
g. harta yang dikenakan zakatnya, dikenakan jika melebihi satu tahun.104
Perusahaan dituntut agar tidak melupakan kewajibannya menunaikan
zakat sebagai bentuk peribadatan kepada Allah. Adanya
pertanggunjawaban kepada Allah tidak hanya pada umat manusia dan
lingkungan alam saja. Dapat pahami bahwa Shari‟ah enterprise theory
tidak mendudukkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu
sebagaimana dipahami oleh konsep sebelumnya. Tapi sebaliknya, Shari‟ah
enterprise theory menurut Iwan Triyuwono menempatkan Tuhan sebagai
pusat dari segala sesuatu.Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia
dan alam semesta.Oleh karena itu, manusia di sini hanya sebagai wakil-
Nya (Khalitullah Fil Ardh) yang memiliki konsekuensi patuh terhadap
semua hukum-hukum Tuhan. Sebagaimana firman Allah :
104
Muhammad, Akuntansi Syariah., h. 162.
78
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2] : 30)105
Shari‟ah enterprise theory dalam bentuk laporan keuanganyya
menyajikan value added statement (laporan nilai tambah). Laporan yang
menyediakan informasi yang sangat jelas kepada pihak-pihak yang berhak
menerima pendistribusian nilai tambah tersebut. Konsep ini dinilai lebih
luas dibandingkan dengan konsep lainnya dalam distribusi income.
Muhammad menunjukkan laporan nilai tambah dengan menggunakan
pengembangan tabel sebagai berikut:
105
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya,…, h. 6
79
Tabel 2: Laporan Nilai Tambah Perusahaan
OUTPUT = NILAI TAMBAH
Penjualan bersih (output) xxx Biaya administrasi (kecuali
upah) Xxx
Biaya bahan baku
(output) (xxx)
Biaya penjualan (kecuali
upah) Xxx
Biaya pabrik (kecuali upah) Xxx
Upah dan bonus Xxx
Pajak Xxx
Dividen Xxx
Zakat Xxx
Jumlah xxx Jumlah Xxx
Tabel tersebut menunjukkan transparansi pada masing-masing
transaksi secara jelas bagi pemilik perusahaan atau kepada para
buruh/pekerja. Di samping itu, tabel di atas menunjukkan bahwa
perusahaan tidak lagi mengejar laba setinggi-tingginya. Akan tetapi
laporan nilai tambah akan mengarahkan pada berbagai bentuk income.106
Pada akhirnya, konsep dan teori akuntansi yang berdasarkan Islam
perlu dikembangkan oleh Iwan Triyuwono dengan penerapan
konsepShari‟ah enterprise theory. Pemikirannya yang meorientasikan
zakat sebagai tujuan dari akuntansi syariah jika dapat diterima dan
dipraktikkan di lembaga keuangan syariah akan terciptanya realitas
organisasi dengan jaringan kuasa ilahi. Namun konsep ini pula menurut
Iwan Triyuwono tidak menutup kemungkinan untuk menerima kemajuan
demi tercapai konsep akuntansi yang lebih syariah, sebaliknya konsep ini
pula semua harus disertai dengan pembentukan masyarakat Islam yang
sepenuhnya menjalankan syariat Islam dan pembentukan budaya serta
106
Muhammad, Akuntansi Syariah., h. 168.
80
perilaku umat menggunakan pendekatan normatif yang bersumber pada
Al-Qur‟an dan As-Sunah. Budaya, perilaku dan pola pikir yang Islami
inilah yang akan membentuk sistem perekonomian yang dijalankan sesuai
syariat Islam yang pada akhirnya akan membentuk konsep, teori dan
praktik-praktik akuntansi yang Islami pula.Dengan konsep ini berarti
aktiva bersih adalah milik pemilik sehingga memudahkan untuk meminta
pertanggungjawaban kepada pemilik atas aktiva yang dimilikinya, baik itu
dari segi pemanfaatan aktiva untuk kemaslahatan umat maupun dalam
pengenaan zakat mal.
2. Sinergi Oposisi Biner
Teori Sinergi Oposisi Biner merupakan konsep keseimbangan yang
memuat dalam akuntansi syariah, dengan menggabungkan antara prinsip
akuntansi yang maskulin dengan prinsip yang feminim.Pokok pemikiran dari
Iwan Triyuwono menjelaskan proprietary theory dan entity theory merupakan
pihak yang sangat penting dan sentral. Sementara enterprise theory berpikir
lebih holistik dengan cara mengakui “pihak lain” (the others) selain pemilik
perusahaan (shareholders) sebagai pihak yang juga memegang peranan
penting bagi kesinambungan hidup perusahaan.“Yang sentral” dan “yang lain”
dalam enterprise theory diakui dan akomodasi dalam satu wadah.Masuknya
“yang lain” ke “yang sentral,” dalam wacana posmodernisme sering dikenal
dengan istilah dekonstruksi (deconstruction).Posmodernisme sebagai anti-tesis
dari modernisme tidak menyepakati pola pikir oposisi biner
(misalnya,bentuk/substansi, salah/benar, egoistik/altruistik,
81
kompetisi/kooperasi, dan lain-lainnya) yang diadopsi oleh modernisme.Pola
pikir oposisi biner ini posisi yang satu cenderung meniadakan atau
memarjinalkan posisi yang lain, misalnya “bentuk” memarjinalkan
“substansi,” atau “kompetisi” memarjinalkan “kooperasi,” atau shareholders
memarjinalkan manajemen, pegawai, pelanggan, kreditor, pemerintah, dan
lain-lain.107
Kearifan tradisi Islam telah mengajarkan azas “berpasangan” dalam
takaran yang seimbang (QS. Yaasin: 36).
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.108
Ilustrasi di atas menghantarkan pada suatu konsep bahwa pada dasarnya
akuntansi syariah secara epistemologis mengadopsi sinergi oposisi
biner.Dengan epistemologi ini pula akuntansi syariah dapat memformulasikan
tujuan dasarlaporan keuangannya.Secara normatif tujuan laporan keuangan
akuntansi syariah dapat diformulasikan sebagai perpaduan antara aspek-aspek
yang bersifat materialistik dan spiritualistik; perpaduan “materi” dan “spirit.
Akuntansi memang telah melakukan reduksi dengan mengkonsep laba dan
rugi pada aspek keuangan saja, atau aspek materi saja.Konsep ini memperkuat
107
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 338. 108
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya,…, h. 353
82
persepsi manusia bahwa kebahagiaan itu adalah perolehan materi.Semakin
banyak materi yang diperoleh seseorang, maka semakin bahagia orang
tersebut.Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian, materi bukan satu-
satunya aspek dari kebahagiaan. Oleh karena itu, akuntansi mempunyai
peluang untuk melakukan perubahan dengan menggunakan peran
transformatifnya, yaitu dengan memasukkan “yang lain” pada yang ada di
“sentral.” Dengan kata lain, perlu mengawinkan “materi” (ekonomi, uang,
struktur, dan lain-lainnya) dengan “spirit” (etika, kasih sayang, dan lain-
lainnya). Dengan demikian, tujuan dasar dari laporan keuangan akuntansi
syariah adalah perpaduan antara “materi” dan “spirit.”109
Bahwa tujuan dasar laporan keuangan akuntansi syariah yang bersifat
“materi” adalah untuk pemberian informasi (akuntansi), sedangkan yang
bersifat “spirit” adalah untuk akuntabilitas.110
Kedua tujuan ini mutually
inclusive, tujuan yang satu tidak dapat meniadakan yang lain; keduanya
berada dalam kesatuan (unity) sebagaimana bersatunya badan dan ruh kita.
Pemberian informasi seolah-olah merupakan “badan,” sedangkan
akuntabilitas adalah “ruh.” “Badan” tidak akan eksis tanpa “ruh.” Demikian
juga sebaliknya, “ruh” tidak dapat membumi tanpa “badan.”“Materi” dan
“spirit” memang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.Dalam
wacana filsafat idealisme, “spirit” dianggap lebih abadi dibandingkan dengan
“materi”.Hal yang sama juga diungkapkan Triyuwono bahwa:
109
Ibid., h. 340-341. 110
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah…, h. 332.
83
“the spiritual dimension is the departing point and more powerful than the
materialistic one in their continuing dynamic interaction. However, they
are complementary with a preferential difference.”
Meskipun “spirit” lebih tinggi dan lebih kuat dibanding “materi,” tetapi ia
tidak terpisah dengan “materi.”111
Menurut tradisi Islam, manusia adalah khalifatullah fil ardh (wakil Tuhan
di bumi) sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30,
Dengan misi khusus ini, manusia diberi amanah untuk mengelola bumi
berdasarkan keinginan.Ini artinya bahwa manusia berkewajiban mengelola
bumi berdasarkan pada etika syariah, yang konsekuensinya harus
dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan.Ini merupakan premis utama dari
akuntabilitas, yaitu akuntabilitas vertikal.112
Pemahaman hakikat manusia sebagai khalifah fil ardh mempunyai
konsekuensi pada landasan filosofis dalam konteks akuntansi, manusia seolah-
olah mengikat kontrak dengan Tuhan. Dalam kontrak tersebut Tuhan sebagai
(The Ultimate Principal) menugaskan manusia untuk menyebarkan
rahmat/kesejahteraan (dalam bentuk ekonomi, sosial, spiritual, politik, dan
lain-lainnya) pada manusia yang lain (stakeholders) dan alam.
Konsekuensinya, manusia memang harus bertanggungjawab atas tugas yang
dibebankan ini kepada Tuhan (vertical accountability).Namun harus diakui
bahwa tugas manusia itu adalah tugas yang membumi. Tugas tersebut
menyangkut penciptaan dan penyebaran rahmat kepada manusia yang lain dan
lingkungan alam dalam bentuk aktivitas bisnis. Dalam konteks mikro dapat
111
Ibid.,h. 342. 112
Ibid., h. 342.
84
diartikan bahwa sebuah entitas bisnis telah melakukan kontrak sosial (social
contract) dengan masyarakat dan alam.Oleh karena itu, hubungan antara
seorang agent (manajemen) dengan masyarakat dan alam tidak dapat
dijustifikasi dengan entity theory atau principal-agent relationship, tetapi
dengan konsep shari‟ah enterprise theoryseperti yang telah disinggung di
atas.Sebagai konsekuensi dari kontrak tersebut, seorang agent harus
bertanggungjawab kepada masyarakat (stakeholders) dan alam (universe).
Hubungan pertanggungjawaban pada tingkat ini dinamakan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability).Jadi, pada dasarnya akuntansi syariah
merupakan instrumen akuntabilitas yang digunakan oleh manajemen kepada
Tuhan (akuntabilitas vertikal), stakeholders, dan alam (akuntabilitas
horizontal).Pemikiran ini mempunyai dua implikasi.113
Pertama, akuntansi syariah harus dibangun sedemikian rupa berdasarkan
nilai-nilai etika (dalam hal ini adalah etika syariah) sehingga “bentuk”
akuntansi syariah (dan konsekuensinya informasi akuntansi yang disajikan)
menjadi lebih adiltidak berat sebelah, sebagaimana kita temukan pada
akuntansi modern yang memihak kepada para kapitalis (dan kreditor) dan
memenangkan nilai-nilai maskulin.Kedua, praktik bisnis dan akuntansi yang
dilakukan manajemen juga harus berdasarkan pada nilai-nilai etika
syariah.Sehingga, jika dua implikasi ini benar-benar ada, maka akuntabilitas
yang dilakukan oleh manajemen adalah akuntabilitas yang suci. Atau dengan
kata lain, manajemen menyajikan “persembahan” yang suci kepada Tuhan,
113
Ibid., h. 343.
85
dan sebaliknya Tuhan menerima persembahan suci ini dengan ridho. Inilah
sebetulnya bentuk “peribadatan” yang nyata dari manusia kepada
Tuhannya.114
Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka
mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariat [51]: 56).115
Perlu diketahui bahwa dalam pemikiran ini, pemberian informasi tidak
terbatas pada pemberian informasi kuantitatif, sebagaimana pada akuntansi
modern, tetapi juga melingkupi informasi kualitatif, baik yang bersifat
ekonomi maupun yang bersifat sosial, spiritual, dan politik bisnis (tetap
konsisten dengan epistemologi sinergi oposisi biner. Hal ini demikian, karena
dalam tradisi Islam, konsep kesejahteraan tidak saja meliputi kesejahteraan
ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial, spiritual, dan politik.Ini berbeda
dengan konsep kapitalisme yang mereduksi kesejahteraan ke dalam bentuk
kesejahteraan ekonomi.116
Kalau dikembalikan lagi dalam konteks akuntansi syariah, maka dapat kita
katakan bahwa posisi akuntabilitas lebih substansial, atau menjadi “jiwa,”
atau menjadi dasar “etika,” dari (pada) pemberian informasi. Dengan
demikian, akuntabilitas merupakan spirit (kualitas) akuntansi syariah.Tanpa
114
Ibid., h. 343.
115
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya,…, h. 417. 116
Ibid., h. 344.
86
akuntabilitas, akuntansi syariah menjadi instrumen “mati” yang mekanis
sebagaimana kita temukan pada akuntansi modern.Konsep akuntabilitas di
sini sangat terkait dengan tradisi dan pemahaman Islam tentang Tuhan,
manusia, dan alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan laporan
keuangan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab manajemen terhadap
suatu perusahaan. Bahwa akuntansi syariah dari sudut pandangnya sangat jauh
berbeda dengan akuntansi modern. Karena akuntansi syariah merupakan
instrumen yang menghubungkan antara Tuhan, manusia, dan alam.Bentuk
teori dan tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing akuntansi nya pun
berbeda. Namun pada kegiatan bisnis di lembaga keuangan syariah masih
menggunakan sistem ekonomi kapitalis, tentunya hal ini juga berpengaruh
pada laporan keuangannya.Konsep yang ditawarkan Iwan Triyuwono yang
terdapat dalam shari‟ah enterprise theory bahwa tujuan terpenting di dalam
akuntansi syariah bukanlah murni hanya untuk laba saja, tetapi dipandang dari
sisi kebutuhan stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan secara
adil kepada kelompok yang terlibat di dalamnya. Usulan terhadap adanya
laporan nilai tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan laba
atau sebagai laporan tambahan atas neraca dan laporan laba rugi di lembaga
keuangan.Shari‟ah enterprise theory dapat dijadikan sebagai pelengkap dalam
memperbaharui standar akuntansi dan laporan keuangan berbasis sinergi
oposisi biner.Laporan keuangan syariah terbagi menjadi 2 laporan keuangan,
yaitu laporan untuk kegiatan komersial dan kegiatan sosial. Laporan keuangan
kegiatan komersial meliputi :
87
a. Neraca, menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi, menyajikan kinerja keuangan untuk perioda tertentu.
c. Laporan perubahan posisi keuangan (antara lain laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas), menyajikan perubahan keuangan berbagai
unsur dan atau akun baik yang terdapat dineraca ataupun dilaporan laba
rugi untuk diperioda tertentu.
d. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan merupakan bagian integral
dari laporan keuangan syariah.
Selanjutnya laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi antara lain:
a. laporan sumber dan penggunaan dana zakat
b. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.117
Di antara berbagai laporan keuangan tersebut, laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi merupakan dua laporan keuangan utama. Laporan keuangan
lain seperti laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan
penggunaan dana zakat. Biasanya laporan keuangan yang disajikan lembaga
keuangan hanya yang bersifat komersil sedangkan yang non komersil tidak
disajikan dalam laporan keuangannya.Ditinjau dari sinergi oposisi biner maka
laporan keuangan yang komersil hanya memenuhi dari segi materi. Dari segi
spirit yang menyajikan laporan keuangan non komersil belum terpenuhi. Jika
dilihat dari standar akuntansi, terdapat ketidakseimbangan, disatu sisi laporan
keuangannya hanya untuk kepentingan pemilik dana, disisi lain keharusan
penyusunan laporan keuangan untuk pengguna selain pemilik dana.
117
Sony warsono, Akuntansi Transaksi Syariah.., h. 38.
88
Berdasarkan penjelasan di atas dapat memahami bahwa akuntabilitas
memang merupakan spirit(non komersil)dari bentuk akuntansi syariah
sekaligus juga merupakan spirit dari praktik bisnis dan akuntansi yang
dilakukan oleh manajemen. Akuntabilitas sebagai representasi dari “spirit”
merupakan satu sisi dari satu uang logam akuntansi syariah. Sisi yang lain
adalah pemberian informasi sebagai perwujudan dari “materi” (komersil).
Pemberian informasi sebetulnya merupakan konsekuensi logis dari adanya
akuntabilitas.Akuntabilitas (dengan dasar nilai etika syariah) menjadi spirit
yang mendasari bentuk akuntansi dan informasi akuntansi.Bentuk dan
informasi akuntansi dengan spirit etika syariah ini digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Karena bentuk
dan informasi akuntansi tersebut berdasarkan etika syariah, maka keputusan-
keputusan yang diambil juga akan mengandung nilai-nilai syariahdan
konsekuensinya, realitas yang diciptakan adalah realitas yang bernuansa
syariah. Realitas yang demikian inilah yang dimaksud dengan realitas yang
bertauhid.118
Inilah yang menjadi perhatian Iwan Triyuwono dalam teorinya
sinergi oposisi biner. Menurutnya laporan keuangan harus seimbang antara
yang komersil dan yang non komersil.Langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mengawinkan sifat-sifat yang bertentangan (oposisi biner) ke
dalam satu kesatuan. Misalnya, mengawinkan sifat egoistik dengan altruistik,
sifat materialistik dengan spiritualistik, rasional dengan intuisi, impersonal
dengan personal, kuantitatif dengan kualitatif, standarisasi dengan proliferasi,
118
Ibid., h. 344.
89
dan lain-lainnya.Inilah yang dimaksud dengan sinergi oposisi biner.Dengan
sinergi ini diharapkan bahwa akuntansi akan memiliki power yang lebih kuat
melalui pancaran informasi akuntansi yang dihasilkannya untuk kemudian
membentuk realitas yang lebih humanis, emansipatoris, transendental, dan
teleologikal.119
Jadi lembaga keuangan dalam bentuk laporannya antara materi dan spirit
harus saling seimbang. Laporan keuangan komersil merupakan bentuk dari
aspek materi sedangkan laporan keuangan non komersil merupakan bentuk
aspek dari spirit. Jika keduanya saling bersinergi antara yang materi dan spirit
maka realitas bisnis dalam realitas ketauhidan akan terwujud. Dengan sinergi
ini diharapkan bahwa akuntansi akan memiliki power yang lebih kuat melalui
pancaran informasi akuntansi yang dihasilkannya untuk kemudian membentuk
realitas yang lebih humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologikal.
B. Relavansi Pemikiran Iwan Triyuwono Tentang Akuntansi Kelembagaan
Ekonomi Syariah
Pengembangan akuntansi syariah sebagai bagian dari bidang ilmu
akuntansi masih tergolong baru dan masih memerlukan proses ilmiah yang cukup
panjang untuk menjadi teori yang sempurna. Berbagai penelitian ilmiah terkait
akuntansi syariah terus berkembang dan semankin banyak diminati. Bahkan
beberapa jurnal skala internasional seperti Emerald mengkhususkan jurnal untuk
119
Ibid., h. 338-340.
90
akuntansi syariah yang diberi namaJournal of Islamic Accounting and Business
Reaserch (JIABR).120
Hal ini menunjukan semakin banyaknya kalangan yang tertarik untuk
mendalami akuntansi syariah.Kemunculan dan perkembangan lembaga keuangan
Islam di Indonesia yang sangat fenomenal, telah memicu lahirnya diskusi-diskusi
serius lebih lanjut, mulai dari produk atau jasa yang ditawarkan, pola manajemen
lembaga, sampai kepada pola akuntansinya. Aspek akuntansi badan usaha
memang selalu menarik untuk dijadikan kajian dan bahan diskusi, apalagi bila
badan tersebut mempunyai kekhasan tersendiri seperti halnya lembaga keuangan
Islam. Menariknya akuntansi untuk dibahas, tentu karena adanya beberapa alasan.
Pertama, akuntansi selama ini dikenal sebagai alat komunikasi, atau sering
diistilahkan sebagai bahasa bisnis. Kedua akuntansi sering diperdebatkan apakah
ia netral atau tidak. Ketiga, akuntansi sangat dipengaruhi oleh lingkugan politik,
ekonomi, dan budaya. Keempat, akuntansi mempunyai peran sangat penting
karena apa yang dihasilkannya bisa menjadi sumber atau dasar legitimasi sebuah
keputusan penting dan menentukan.Melihat pertimbangan faktor-faktor tersebut,
maka manakala lembaga keuangan Islam ramai dibicarakan, timbul pertanyaan
seperti, bagaimana dengan akuntansi yang diterapkan oleh lembaga keuangan
Islam? Apakah lembaga keuangan Islam boleh memakai akuntansi yang sekarang
dikenal, atau harus menerapkan praktik akuntansi yang berbeda? Jika demikian,
120
M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah, Arah, Prospek dan Perkembangannya,
Yogyakarta: UII Press, 2005, h.5.
91
bagaimana bentuk akutansi yang lebih Islami, atau dapat diterima syariah? Sejauh
mana akuntansi syariah berbeda dengan praktik akuntansi yang sekarang ada?.121
Pada tataran teknis operasioanal, akuntansi syariah adalah instrumen yang
digunakan untuk menyediakan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang
sekiranya tidak menyimpang dari syariah Islam. Sudah jelas bahwa upaya kita
menemukan format teori maupun praktik ekonomi harus dilandaskan pada Islam
sebagai sesuatu yang integral. Kemudian diturunkan sampai pada bagian yang
lebih bersifat operasional seperti bagaimana pengaturan zakat, bagaimana
persoalan riba, dan sebagainya. Hal-hal demikian inilah yang merupakan ciri-ciri
khas dari pengembangan bidang/aspek kehidupan yang Islami, sesuai dengan
syariah Islam. Sebagai turunan uraian di atas, dijelaskan tentang keputusan
ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi syariah adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan nilai etika sebagai dasar bangunan akuntasi
2. Memberikan arah pada, atau menstimulasi timbulnya, perilaku, etis
3. Bersikap adil terhadap semua pihak
4. Menyeimbangkan sifat egoistik dengan altruistik, dan
5. Mempunyai kepedulain terhadap lingkungan122
Memang harus diakui, tidak banyak pemikir yang memiliki kepedulian
mengembangkan akuntansi berdasarkan nilai-nilai Islam. Salah satu pemikir di
Indonesia yang mewacanakan akuntansi syariah adalah Iwan Triyuwono.
Menurutnya perkembangan akuntansi syariah terbagi ke dalam dua aliran
121
Muhammad, Akuntansi Syariah.., h. 155-156. 122
Ibid., h. 157.
92
pemikiran, akuntansi syariah ini tidak terlepas dari faktor pesatnya perkembangan
lembaga keuangan syariah dan keinginan yang kuat para sarjana muslim untuk
menghadirkan konsep akuntansi yang lahir dari rahim agama Islam itu sendiri
tanpa campuran pemikiran akuntansi konvensional. Dalam pembahasan ini
peneliti berusaha memaparkan relevansi pemikiran Iwan Triyuwono tentang
akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Berdasarkanbahan kajian konsep
shari‟ah enterprise theory dan sinergi oposisi biner.Pokok akuntansi yang
ditawarkan oleh Iwan Triyuwono ini merupakan konsep holistik yang mencakup
segala aspek, dengan konsep metafora amanah dan zakat.
Peneliti mencoba memberikan gambaranrelevansi pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah. Dengan mengulas
sedikit perkembangan paradigma akuntansi syariah, sebagaimana pernyataan Iwan
Triyuwono, bahwa aliran pemikiran akuntansi syariah terbagi menjadi dua.
Memang benar jika konsep akuntansi syariah di kelembagaan ekonomi syariah
sudah banyak diterapkan, hanya saja dalam perkembangannya pemikiran ini
berkembang dalam 2 golongan paradigma yaitu akuntansi syariah filosofis teoritis
dan akuntansi syariah praktis.Iwan Triyuwono menyatakan dirinya bagian dari
pemikiran pada aliran pemikiran akuntansi syariah filosofis-teoritis.Yakni aliran
pemikiran yang mencoba dan berusaha untuk melahirkan teori-teori akuntansi
yang lahir dari ajaran Islam tanpa adanya campuran pemahaman dari akuntansi
konvensional. Agama Islam yang sempurna dan pengalaman sarjana muslim
93
terdahulu menjadi keyakinan bahwa akuntansi syariah yang murni dari Islam
dapat dipraktikkan.123
Aliran ini menggunakan pendekatan deduktif-normatif.Pendekatan ini
bermula pada konsep yang umum dan abstrak, kemudian diturunkan pada tingkat
yang lebih kongkret dan pragmatis.Wacana ini mulai dari penetapan tujuan
akuntansi, kemudian ke teori, dan akhirnya ke praktik akuntansi.Dapat dikatakan
bahwa pengembangan akuntansi syariah based on the principles of Islam yaitu
berasal dari sumber hukum Islam.Kemudian baru dikompromikan dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang sudah berjalan.Terkait dengan relevansi pemikiran Iwan
Triyuwono konsep akuntansi syariah di kelembagaan ekonomi syariah, ini maka
dapat peneliti pahami bahwa Iwan Triyuwono mencoba merumuskan tujuan
akuntansi syariah dengan bervariasi melalui konsep teologi pembebasan tauhid
menetapkan bahwa tujuan akuntansi syariah adalah sebagai instrumen untuk
membebaskan manusia dari ikatan jaringan kuasa kapilatisme atau jaringan kuasa
lainnya yang semu, dan kemudian diikatkan pada jaringan kuasa ilahi. Hal ini
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Harahap yang mencoba untuk
menjelaskan tujuan akuntansi syariah dengan mengungkapkan bahwa kebenaran,
kepastian, keterbukaan, keadilan, dan akuntabilitas dari transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan. Adapun secara teori, kajian Triyuwono ini mencoba
mengkonsep laba dalam konteks metafora zakat.124
Adapun akuntansi syariah praktis adalah praktik akuntansi pada lembaga
keuangan syariah. Kehadiran lembaga keuangan syariah menuntut hadirnya
123
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah … h. 6 124
Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam.., h.82.
94
metode pencatatan untuk transaksi-transaksi syariah pada lembaga keuangan
syariah.Akuntansi syariah yang secara teori belum mapan untuk diterapkan
mengharuskan lembaga keuangan syariah menerapkan akuntansi konvensional
dengan penyesuaian-penyesuaian dengan prinsip syariah.Pendekatan yang
digunakan oleh akuntansi syariah praktis adalah pendekatan pragmatis.Pendekatan
pragmatis, terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian praktik
sesungguhnya yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis.Aliran ini
mengadopsi konsep akuntansi konvensional, kemudian disesuaikan dengan
prinsip syariah. Konsep akuntansi konvensional yang berbenturan dengan konsep
syariah tidak digunakan, sedangkan yang tidak bertentangan akan
digunakan.Aliran pemikiran ini digerakan oleh praktisi di lembaga keuangan
syariah dan lembaga pembuat standar akuntansi keuangan. Di Internasional,
pemikiran ini digunakan oleh Accounting and Auditing Standars For Islamic
Financial Institutions (AAOFI) yang didirikan pada tahun 1998 di Bahrain.
AAOIFI menjadi rujukan standar akuntansi untuk lembaga keuangan syariah di
dunia. Di Indonesia, dimulai dengan hadirnya buku Widodo dkk (1999) yang
membahas konsep akuntansi untuk BMT. Baru pada tahun 2003, IAI selaku
organisasi yang berwenang menerbitkan standar akuntansi, menerbitkan PSAK 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah.125
Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, akuntansi syariah
tercermin dalam kiasan atau “metafora amanah”. Metafora amanah dapat
diturunkan menjadi “metafora zakat”, atau dengan kata lain realitas organisasi
125
Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah.., h. 29.
95
akuntansi syariah adalah realitas organisasi yang dimetaforakan dengan zakat.
Metafora ini membawa konsekuensi pada organisasi bisnis, yaitu organisasi bisnis
yang tidak lagi pada laba (profit oriented)atau berorientasi pada pemegang saham
(stakeholders-oriented), tetapi berorientasi pada zakat (zakat oriented).Dilihat dari
praktis akuntansi, akuntansi syariah dengan metafora amanah dan beorientasikan
zakat merupakan metafora akuntansi yang sangat fokus pada orientasi sosial dan
pertanggungjawaban. Sebab akuntansi (bisnis) yang bermetaforakan amanah
biasanya memiliki nilai praktis yang bersifat humanis, emansipatoris,
transendental dan teleologikal. Nilai praktis ini menunjukkan sifat amanah bagi
para pelaku dan penggunanya. Menurut tradisi Islam, sifat amanah dapat
diturunkan dari ciri khas zakat. Dengan demikian zakat merupakan tujuan akhir
dari setiap unit bisnis Islami.126
Di samping itu, usaha membentuk model akuntansi syariah bukan suatu
langkah “tambal sulam” yang dilakukan untuk memperbaiki akuntansi
konvensional. Akan tetapi upaya ini harus dilakukan dengan pijakan filosofis
yang sangat mendasar. Di balik itu, pemikiran filosofis tidak akan banyak
memberikan perubahan, bila tidak dilanjutkan pada pemikiran teoritis dan
teknis.127
Peneliti mencoba memberikan sedikit gambaran bahwa pelaksanaan
akuntansi syariah di lembaga-lembaga yang berbasis ekonomi syariah sudah
sangat tepat, hanya saja fenomena ini masih belum terealisasi dengan baik karena
aliran pemikiran praktis lebih diminati. Berdasarkan sekilas informasi yang saya
126
Muhammad, Akuntansi Syariah..., h. 158-159. 127
Ibid., h. 157.
96
dapatkan dari seorang mantan karyawan yang pernah bekerja pada lembaga
perbankan syariah, bahwa kerabatnya pernah meminjam uang untuk tambahan
umroh, katakanlah 10 juta setelah melalui prosedur akad dan sebagainya, pihak
bank dan nasabah menyepakati pada saat pengembalian uangnya sebesar 12 juta
selama sepuluh bulan, denga angsuran sebesar 1.200.000/bulan. Berarti pihak
bank syariah memperoleh keuntungan sebesar 2 juta. Lalu dimana letak perbedaan
antara pembiayaan pada bank konvensional dengan bank syariah. Apakah hanya
istilahnya saja yang berbeda antara sistem bagi hasil atau bunga. Pendapat orang
awam mengatakan tidak ada bedanya.Jika kita perbandingkan relevansi pemikiran
Iwan Triyuwono masih belum mampu diterapkan seutuhnya di kelembagaan
ekonomi syariah sebab perkembangan akuntansi syariah praktis akan selalu lebih
maju dari akuntansi syariah filosofis-teoritis, karena merupakan kebutuhan
industri. Sehingga kajian-kajian akuntansi syariah praktis lebih banyak dan lebih
diminati. Hal ini menandakan perbankan syariah belum 100 % syariah. Masih
diperlukan penyempurnaan teori-teori dan praktik yang menjadikan akuntansi
syariah bisa terealisasikan dengan baik pada perbankan syariah yang masih
menganut tujuan utamanya adalah profit oriented.Jadi relevansi pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah sampai saat ini masih
sebuah konsep belum secara keseluruhan bisa diaplikasikan pada kelembagaan
syariah. Akan tetapi jika teori dan konsep yang ditawarkan Iwan Triyuwono bisa
diterima dan dipraktikkan dalam kegiatan bisnis sebuah perusahaan ataupun
dalam keseluruhan sistem bisnis, tidak menutup kemungkinan terciptanya realitas
organisasi dengan jaringan kuasa ilahi. Dan tidak menutup kemungkinan juga
97
aliran pemikiran beliau saling bersinergi untuk membangun konsep akuntansi
yang lebih sempurna. Perkembangannya menyesuaikan dengan perkembangan
bisnis syariah.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan
ekonomi syariah yaitu sebagai berikut :
1. Existing implementasi akuntansi di lembaga keuangan sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Keberadaan akuntansi memiliki peran sangat penting terkait
lembaga keuangan dalam kegiatannya membutuhkan akuntansi sebagai alat
yang menyediakan informasi secara akurat dan dapat bermanfaat untuk
keberlangsungan suatu perusahaan.
Adapun pemikiran Iwan Triyuwono yang pertama tentang Shari‟ah enterprise
theorymerupakankerangka akuntansi dalam bingkai syariah yang memiliki
perbedaan mendasar pada prinsip akuntansi modern saat ini yang bersifat
maskulin, karena pada prinsipnya akuntansi modern saat ini lebih
mengutamakan pemilik individu atau kelompok yang sangat penting dan
sentral (proprietary theory dan entity theory), sedangkan Shari‟ah enterprise
theory menurut Iwan Triyuwono lebih bersifat holistik dan dengan pengakuan
adanya pihak lain selain pemilik perusahaan sebagai pihak yang memiliki
peran penting bagi kesinambungan hidup perusahaan. Shari‟ah enterprise
theory (SET) Tuhan sebagai pusat
97
99
Telah diketahui bahwa enterprise theory lebih sarat dengan nilai-nilai
kapitalisme. Namun demikian, enterpise theory perlu dikembangkan lagi agar
memiliki bentuk yang lebih dekat lagi dengan syariah.Pengembangan
dilakukan berdasarkan pada metafora zakat pada dasarnya memiliki karakter
keseimbangan, hingga akhirnya diperoleh bentuk teori dikenal dengan istilah
Shari‟ah enterprise theory.
Pemikiran Iwan Triyuwono tentang Sinergi oposisi biner pola pikir Iwan
Triyuwono tentang teori ini yaitu akuntansi syariah memiliki konsep
berpasangan menghendaki bentuk yang berbeda yaitu dengan cara
mensinergikan dua hal yang berbeda untuk menghasilkan kekuatan yang lebih
besar. Dengan konsep ini, akuntansi syariah memasukkan konsep nilai-nilai
maskulin dengan nilai-nilai fenimin, yakni antara kepentingan pemilik
individu atau kelompok dipadukan dengan pihak lain sebagai pameran penting
keberhasilan sebuah perusahaan.
2. Relevansi pemikiran Iwan Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan
ekonomi syariah belum mampu sepenuhnya diterapkan pada kelembagaan
ekonomi syariah. Mengingat kembali akuntansi syariah tidak dapat
dipahamimelalui pendekatan konvensional,karena ia merupakan instrumen
bisnis yangterkait dengan Tuhan, manusia, dan alam.Keterkaitannya dengan
Tuhan, manusia, danalam ini telah membedakan akuntansisyariah dengan
akuntansi modern secarasignifikan, baik pada nilai yang terkandungdi
dalamnya maupun pada bentuk teori dantujuan dasarnya (the basic
objective).Dalam konteks bahasan ini, manusiadiasumsikan sebagai
100
khalifatullah fil ardhyang membawa amanah Tuhan untuk menciptakandan
menyebarkan rahmat bagi seluruhalam. Dengan pokok pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah ini merupakan
sebuah konsep yang sangat tepat. Hanya saja dengan konsep pemikiran beliau
belum bisa terealisasikan khususnya pada kelembagaan yang berbasis syariah.
Hal ini dikarenakan akuntansi praktis lebih banyak diminati. jadi
perkembangan bisnis saat ini masih menyesuaikan kebutuhan industri yang
menginginkan secara praktis (profit oriented).
B. Saran
Islam adalah agama “rahmatan lil „alamin”. Berbagai macam kerangka
konseptual yang telah dirumuskan oleh pemikir Islam, tidaklah akan mengubah
dan membawa umat Islam dalam mencapai kemajuan dan keridhaan Allah SWT
apabila rumusan yang ada hanya dijadikan satu sumbangan untuk ilmu
pengetahuan saja. Akan tetapi rumusan yang ada harus dijadikan pedoman dan
dipraktikkan dalam dunia akuntansi.
101
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani
Press, Cet. 1, 2001.
Al-„Asyur, Thohir ibn,Maqasid al-Syariah al-Islamiyyah, Tunis: Dar Suhnun,
Kairo: Dar al-Islam, 2006.
Al-Buti, Said Ramadan, Dawabith al-Maslahah fi al-Syariah al-Islamiyyah,
Beirut: Mu‟assasat al-Risalah, wa al-Dar al-Muattahidah, 2000.
Al-Fasy, Allal, Maqasid al-Syariah al-Islamiyyah wa Makarimuha, Rabat:
Maktabah al-Wihdah al-„Arabiyah, tth.
Al-Ghazali,Abu Hamid Muhammad bin Muhammad,Al-Mustasyfa min Ilmi al-
Ushul, Tahqiq wa Tahliq Muhammad Sulaiman al-Asyqar, Beirut:
Mu‟assasat al-Risalah, 1997.
Al-Jauziyyah,Ibn al-Qayyim,I‟lam al-Muwaqi‟in „an Rabb al-„Alamin, Kairo: Dar
al-Hadis, 2004.
Al-Mushamah, Muhammad, Akuntansi Syariah, Yogyakarta : ISBN, 2005.
Al-Qarafy,Shihab al-Din,Syarah Tanqih al-Fushul fi Ihtisar al-Mahsul fi Usul,
Mesir: Maktabah al-Khairiyah, tth.
Al-Qardhawi, Yusuf,Madkhal li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah, Kairo:
Maktabah Wahbah, 2001.
Al-Syatibi,Abu Ishaq, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, tth.
102
Al-Zarqa‟,Mustafa Ahmad,Al-Istislah wa al-Masalih al-Mursalah fi Syariah wa
Ushuli Fiqhiha, Damaskus: Dar al-Qalam, 1988.
Anshari, Abdul Ghafur, Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan,
Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004.
Asmawi, Teori Maslahah dan Relevansinya dengan PerUndang-undangan
Pidana Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag.
RI, 2010.
Asmawi, Teori Maslahah dan Relevansinya dengan PerUndang-undangan
Pidana Khusus di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag.
RI, 2010.
Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid Syariah Menurut Asy-Syatibi, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, Cet 1, 1996.
Belkoui,Ahmad Riahi,Teori akutansi, Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, tth.
Hadjar, IbnuDasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja
GrafindoPersada, 1996
Harahap,Sofyan Syafri,Akuntansi Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004.
Hasan, Nurul Ichsan,Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar), Jakarta: GP Press
Group, 2014.
IAI.Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, 1999.
103
IKIT, Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Deepublish, 2015
Isgiyarta,Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2009.
Isma‟il, Nur Ghofar, Studi Analisis Pendapat MuhammadAl-Musahamah Tentang
Ayat-Ayat Akuntansi Dalam Al-Qur‟an, Skripsi, Semarang, 2004.
Karim, Adi Warman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,Jakarta: Pustaka Pelajar,
2002.
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, Jakarta:
Prenadamedia, 2015.
Muhammad,Abu Hamid Al-Mustasyfa min Ilmi al-Ushul, Tahqiq wa Tahliq
Muhammad Sulaiman al-Asyqar, Beirut: Mu‟assasat al-Risalah, 1997.
Muhammad, Akuntansi Syariah Teori dan Praktik Untuk Perbankan Syariah,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013.
Muhammad, dkk, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Malang: Intimedia, 2014.
Mustofa, Rahmat, Perlakuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Syariah Di Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Attayibah Palangka Raya,
Skripsi, Palangka Raya, 2015.
P3EI, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafido Persada, 2009.
Purnomo, Ahmad Rama,Penetapan Margin Akad Murabahah di BNI Syariah
Cabang Palangka Raya dalam Perspektif Akuntansi Syariah, Skripsi,
Palangka Raya, 2016.
Ramli, Hasbi Teori Dasar Akuntansi Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h.13.
104
Salman, Kautsar Riza Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah,
Padang: Akademia, 2012.
Syehatah, Husen, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi dalam Islam, Jakarta: Akbar,
2001.
Triyuwono, Iwan, Sinergi Oposisi Biner: Formulasi Tujuan Dasar Laporan
Keuangan Akuntansi Syariah, Universitas Brawijaya:IQTISADJournal of
Islamic EconomicsVol. 4, No. 1, Muharram 1424 H/March 2003.
Triyuwono, Iwan, Akuntansi Syariah Persfektif , Metodologi, Dan Teori Edisi 2-3,
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Triyuwono, Iwan, Akuntansi Syariah, Memformulasikan Konsep Laba dalam
Konteks Metafora Amanah, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Triyuwono,Iwan,Organisasi Dan Akuntansi Syariah, Malang: LKis, 2000.
Triyuwono, Iwan, Persfektif Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah Edisi 1-2,
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Umam, Khaerul, Manajemen Perbankan Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Warsono, Sony Akuntansi Transaksi Syariah, Yogyakarta: Asgard Chapter, 2011.
Yaya, Rizal, Akuntansi Perbankan Syariah (Teori dan Praktik Kontemporer),
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Zubair, Ahmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kainsius,
1999.
105
B. Internet
Prasetya, Dua Guru Besar FE Dikukuhkan, Http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dua-
Gurubesar-FE-Dikukuhkan-9157-id.html, 02 September 2006, diakses
pada tanggal 01 Oktober 2016.
Buku kita, Akuntansi Syariah:Memformulasikan Konsep Laba Dalam Konteks
Metafora Zakat, http://www.bukukita.com/buku-teks/akuntansi/62768-
akuntansi syari%e2%80%99ah;memformulasikan-konsep-laba-dalam-
konteks-metafora-zakat-(hvs).html, di akses pada tanggal 18 November
2016.
Amri, Nur Fadhila, Laba Humanis: Tafsir Sosial Atas Konsep Laba Dengan
Pendekatan Hermenutika, http://www.e-akuntansi.com/2015/09/laba-
humanis-tafsir-sosial-atas-konsep.html?m=1, diakses pada tanggal 19
November 2016.
Buku kita, Akuntansi Ekuitas Dalam Narasi Kapitalisme, Sosialisme, Dan Islam,
www.bukukita.com/buku-teks/akuntansi/53536-akuntansi-ekuitas:dalam-
narasi-kapitalisme,-sosialisme,-dan-Islam .html, di akses pada tanggal 19
November 2016.
Jurnal akuntansi multiparadigma, Mengangkat “Sing Liyan” Untuk Formulasi
Nilai Tambah Syariah,
http:Jamal.ub.ac.id/index.php/jamal/article/view/137, diakses pada tanggal
19 November 2016.
106
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id%user=epcya
auaaaaj%citation_for_view=epcyaauaaaaj:uehwp8x0ceic, diakses pada
tanggal 19 november 2016.
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=id%user=epcya
auaaaaj%citation_for_view=epcyaauaaaaj:_fxgofyzp5qc, diakses pada
tanggal 19 november 2016.
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?datald=1785, diakses pada tanggal 19
November 2016.
Aji Dedi Mulawarman,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=144514%val1200%tit
le=rekontruksi%20teknologi%20integarlistik%20akuntansi%20syari%c3
%a2%e2%82%ac%e2%84%a2ah:%20sharfate%20value%20added%20sta
tement, diakses pada tanggal 20 November 2016.
http://imanensi.fordebi.or.id/index.php/imanensi/article/view/17, diakses pada
tanggal 20 November 2016.
Dharma Mulia, Apakah Ajaran Tao Merupakan Tradisi,
goldenmother.org/info/kisah-
kasih/A/apakah%20ajaran%20Tao%20merupakan%20tradisi.html,
diunduh pada tanggal 4 november 2016.
http://referensiakuntansi.blogspot.co.id/2012/07/pengertian-akuntansi-
syariah.html#sthash.KLj88jFn.dpuf, diakses 17 maret 2016
http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/09/lembaga-keuangan-syariah.html,
di akses pada tanggal 11 april 2016.
107
Ekonomi Islam, http://jurnalekis.blogspot.co.id/2016/06/jual-buku-organisasi-dan-
akuntansi.html?m=1, di akses pada tanggal 18 oktober 2016.