89
GATAL-GATAL HILANG TIMBUL Kelompok 11 Blok Imunologi dan Infeksi

Pemicu 3 Kelompok 11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imunologiii

Citation preview

  • GATAL-GATAL HILANG TIMBULKelompok 11Blok Imunologi dan Infeksi

  • KELOMPOK 11

    Tutordr. DavidKetuaNyoman Rama Aditya K.405100253SekretarisDennise Afianto405090100PenulisSherli Yanti Arifin 405090197AnggotaReksayudho Dwi P. 405090221AnggotaRuby Kurniawan405100037AnggotaChelsea Pinatha405100016AnggotaClarissa Elysia405100035AnggotaKartika Eda Claresta405100121AnggotaVivi Anggelia405100154AnggotaYovita Setiadi405100179AnggotaWati Evilia405100159AnggotaIndah Novianty405100257

  • GATAL-GATAL HILANG TIMBULSeorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya ke polikinik karena mengalami gatal-gatal hilang timbul sejak 4 minggu yang lalu. Keluhan tersebut tidak didahului trauma (gigitan serangga) atau kontak kulit dengan zat tertentu. Gatal-gatal akan berlangsung lebih hebat apabila ia banyak bermain dengan kucing kesayangannya. Pada malam harinya, kadang ia juga mengeluh hidung mampet dan berair, sehingga kualitas tidurnya pun kurang baik. Dari data catatan medik, diketahui anak tersebut pernah dirawat atas indikasi angioedema. Tidak ada riwayat anafilaksis sebelumnya. Ibunya penderita asma dan ayahnya alergi makanan laut.

    Pada pemeriksaan fisik tampak seorang anak laki-laki dengan gizi baik, kooperatif, tanda vital stabil. Pemeriksaan kulit ditemuka lesi berupa plak eritematosa difus berbatas tegas, bila ditekan bagian tengahnya memucat, disertai rasa gatal.

    Apa yang dapat kita pelajari dari kasus di atas?

  • UNFAMILIAR TERMSAngioedema: edema lokal dgn batas yg jelas yg melibatkan lapisan kulit yg lbh dalam (jar subkutan), bila dibandingkan pd urtikaria.Anafilaksis: suatu reaksi alergi dengan efek beberapa sistem organ yang merupakan reaksi imunologis dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.Plak eritematosa difus: bekas merah yang menyebar di permukaan kulit

  • MIND MAPPINGAyah(Alergi seafood)Ibu(Asma)Anak 8thnLaki-lakiAir liur kucingHistamin VasodilatasiP permeabilitas kapilerAngioedemaMalam hari= Imunitas Hidung mampetBerairManifestasi klinis:UrtikariaSel darah +plasma keluarEritematosa berbatas tegas

  • LEARNING OBJECTIVESMM hipersensitivitas (Definisi , Klasifikasi, MekanismeMM prosedur diagnostik hipersensitivitasMM penatalaksanaan hipersensitivitasMM urtikaria & angioedema (definisi, diagnosis, dan penanganan)

  • LO 1. MENGETAHUI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS (DEFINISI, KLASIFIKASI, DAN MEKANISME)

  • REAKSI HIPERSENSITIVITASReaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh

  • Reaksi hipersensitivitasReaksi cepatPembagian menurutGell dan Coombs Berdasarkan waktu timbulnya reaksi Reaksi intermediateReaksi lambatTipe IHipersensitivitas cepat (Anafilaktik)Tipe IIHipersensitivitas sitotoksikTipe IIIHipersensitivias kompleks imunTipe IVHipersensitivitas lambatKLASIFIKASI

  • REAKSI HIPERSENTIVITAS MENURUT WAKTUNYA

  • HIPERSENSITIVITAS

  • HIPERSENSITIVITASEtiologi

  • REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE I

    Manifestasinya: cepatmekanisme: Ig EDisebut juga: reaksi cepat, reaksi anafilaktik, reaksi alergiMekanisme: Ag masuk tubuh merangsang Ig E IgE ke sel mast pajanan ke 2 degranulasi sel mast efek ke tubuhRespon imun: eritema, edema, vasokontriksi, penyempitan saluran nafasContoh: asma bronkiale, rinitis, urtikaria, dermatitis atopi

  • HIPERSENSITIVITAS I

  • Fase sensitisasiFase aktivasiFase efektor

  • Pajanan pertama dengan alergenAktivasi sel Th 2 oleh Ag dan rangsangan Switching IgE dalam Sel BProduksi Ig E Ikatan Ig E pada Fc e RI sel Mast Pajanan ulang dengan alergenAktivasi sel Mast :Penglepasan mediatorAmin vasoaktif, Mediator lipidSitokinReaksi hipersensitivitas cepat Reaksi fase lambatFase sensitisasiFase aktivasiFase efektor

  • MEKANISME REAKSI ANAFILAKTIKFase sensitasiWaktu yang dibutuhkan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan basofil.Fase aktivasi Waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifikFase efektor Waktu terjadinya respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik.

  • MEDIATOREFEKHISTAMINKontraksi otot polosSekresi muskusResistensi saluran napas meningkatECF-A (Eosinophil Chemotactic Factor A)Kemotaktik untuk eosinofil yang melepaskan arilsulfaratase BPAFAgregasi trombositMeningkatkan permeabilitas kapilerKontraksi otot polosBronkokontriksiKemotaksis neutrofilSRA-A(Slow reacting substance of anaphylaxis sekarang PG&LT)Kontraksi otot polosMeningkatkan permeabilitas kapilerSekresi muskusLTB4 (Leukotrine)kemotaksisPG (Prostaglandin)Bronkodilator potenPGF1 dan PGF2Vasodilator potenSerotonin (hydroxytryptamine)dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler dan kontraksi otot polos. (peranannya kecil pada manusia)

  • Reaksi AnafilaktikDiperlukan interaksi antara IgE spesifik yang berikatan dengan reseptor IgE pada sel mast/basofil dengan alergen yang bersangkutan reaksi selular yang berangkaiProses aktivasi sel mast IgE/reseptor spesifik lain pada permukaan sel mengikat anafilatoksin, antigen lengkap, atau kompleks kovalen hapten-protein bebaskan berbagai mediator peradangan yang menimbulkan alergiReaksi AnafilaktoidTerjadi melalui degranulasi sel mast/basofil tanpa peran IgE

  • Kriteria kasar untuk membedakan anafilaksis dan anafilaktoid

    ANAFILAKSISANAFILAKTOIDPerlu sensitisasiTidak perlu sensitisasiReaksi setelah pajanan berulangReaksi pada pajanan pertamaJarang < 5 %Sering > 5 %Gejala klinis khasGejala tidak khasDosis pemicu kecilTergantung dosis (tergantung kecepatan pemberian pada infus)Ada kemungkinan riwayat keluargaTidak ada riwayat keluarga(kecuali defek enzim)Pengaruh fisiologis sedangPengaruh fisiologis kuat

  • MEKANISME DAN OBAT PENCETUS

  • GEJALA DAN TANDA ANAFILAKTIK BERDASAR ORGAN SASARAN

    Sistem Gejala dan TandaUmum - ProdromalLesu, lemah, rasa tidak enak di dada dan perut, gatal di hidung dan palatumPernafasan Hidung Laring

    Lidah Bronkus Gatal, bersin, tersumbatRasa tercekik, suara serak, sesak napas, stredor, edema, spasmeEdema Batuk, sesak, mengi, spasmeKardiovaskularPingsan , sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, tanda-tanda infark miokardGastrointestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare kadang bercampur darah, peristaltik usus meningkatKulit Urtikaria, angioedema di bibir, muka, dan ekstremitasMata Gatal, lakrimasiSSPGelisah, kejang

  • MANIFESTASI REAKSI TIPE IAllergic rhinitis: dikenali juga sebagai hay fever; disebabkan oleh alergen dalam udara yang bereaksi dengan sel mast pada saluran pernafasan dan konjungtiva; gejalanya termasuk bersin dan batuk. Alergi makanan: disebabkan oleh makanan seperti mentega kacang, telur, seafood; melibatkan sel mast pada saluran gastrousus; gejalanya seperti diari dan muntah. Dermatitis atopik: terjadi pada anak-anak; disebabkan reaksi dari peradangan pada kulit. Asma: asma disebabkan oleh konstriksi bronkial, peningkatan produksi mukus, inflamasi saluran napas; biasanya disebabkan oleh alergen dalam udara.

  • Urtikaria

  • REAKSI HIPERSESITIVITAS TIPE II (SITOTOKSIK)Reaksi hipersensitivitas tipe II ini terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.Manifestasi Klinik:Reaksi transfusiPenyakit Hemolitik bayi baru lahirAnemia hemolitik

  • HIPERSENSITIVITAS TIPE II

  • HIPERSENSITIVITAS TIPE II

  • HIPERSENSITIVITAS TIPE 2

    Penyakit mediasi AbTarget AgMekanisme penyakitManifestasi klinisAIHAMembran eritrositOpsonisasi dan fagosit dari eritrositHemolisisITPMembran trombositOpsonisasi dan fagosit sel trombositPendarahanPemvigus VulgarisProtein intrasel pada epidermalMerangsang aktivitas proteaseBullaeSindrom GoodpastureGlomerulus ginjal dan paru-paruKomplemen dan reseptor Fc mengaktivasi inflamasiNefritis, pendarahan paruDemam Rematik AkutAntibodi terhadap streptokokus (reaksi silang) dengan jaringan jantungMakrofag dan aktivasi inflamasiMiokarditis, arthritisMiastenia gravisReseptir asetilkolinAb menghambat pengikatan asetilkolinParalisis, kelemahan ototGraves disease (hipertiroid)Reseptor TSHAb menstimulasi reseptor TSHHipertiroidPernicious AnemiaFaktor intrinsik dari sel parietal gastrikNetralisasi faktor intrinsik penurunan absorpsi vitamin B12Anemia, eritropoesis yang abnormal

  • REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE IIIManifestasi: komplek antibodi antigenMekanisme: Ig G atau Ig MMekanisme: Ag masuk tubuh merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M mengendap di jaringan mengaktifkan komplemen melepas macrofag chemotactic factor merusak jaringan sekitarContoh: demam reumatik, serum sickness, reaksi Arthus

  • MANIFESTASI KLINIK

    Reaksi lokal (arthus)Merupakan pengendapan kompleks imun di dlm satu jaringan yg tidak menyebarMenyuntikan suatu serum org A ke org B dilakukan berulang2 reaksi makin hebat1-2 kali udem dan eritema biasa, hilang pada keesokan harinya3-4 kali udem yg lebih besar lagi5-6 kali perdarahan dan nekrosis hebat

  • Reaksi arthus dpt terjadi di bronkhus atau alveolusManifestasi klinik dari reaksi arthus adalah vaskulitis2.Reaksi sistemik (serum sickness)Mekanismenya sama dengan arthus, namun pada serum sickness endapan terjadi di berbagai tempatPenyakit kompleks imunGlomerulonefrotis endapan di glomerulusLES endapan di ginjalArtritis rematoid endapan di sendi sinovial

  • REAKSI TIPE IVDelayed Type HypersensitivityDisebut juga reaksi hipersensitivitas lambat, timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpapar oleh antigenSel CD4+Th1 melepas sitokin (IFN-) mengaktifkan makrofag & menginduksi inflamasi.Kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, O2 reaktif intermediat, oksida nitrat, dan sitokin proinflamasi

  • REAKSI TIPE IVAda 4 jenis reaksi tipe IV:Reaksi Jones MoleHipersensitivitas kontakTipe tuberkulinReaksi granuloma

  • REAKSI TIPE IV

    TipeJonesKontakTuberkulingranulomaWaktu reaksi24 jam48 jam48 jam4 mingguBentuk klinisPembengkakan kuliteksimIndurasi lokal dan bengkakIndurasi (pengerasan)kulitGambaran histologikLeukosit basofil, limfosit sel mononuklearSel mononuklear, edema, epidermis menimbulSel mononuklear, limfosit,monosit,makrofag menurunSel epiteloid, sel raksasa makrofag,fibrosisantigenAg intradermalMis:ovalbuminEpidermalMis:nikel,karetDermal:tuberkulin dan mikrobakterium, leishmaniaAg atau kompleks Ag/Ab atau talk dalam makrofag yang persisten

  • LO 2. MENGETAHUI DAN MENJELASKAN PROSEDUR DIAGNOSTIK HIPERSENSITIVITAS

  • PEMERIKSAANPEMERIKSAAN FISIS PEMERIKSAAN LABORATORIUMTES KULIT matahidungkulittelingamulut & orofaringdadalain-lainTES PROVOKASIJumlah leukosit & hitung jenis selEosinofil pd sekret konjungtivaSerum IgE totalIgE spesifikPrick test / test tusukPatch test / test tempelProvokasi nasalProvokasi bronkialPEMERIKSAAN LAIN

  • PEMERIKSAAN FISIKKulit : seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik seperti ekskoriasi, bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan-lipatan kulit daerah fleksor.

    Mata : diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan, dan katarak yang sering dihubungkan oleh penyakit atopi ataupun kortikosteroid.

    Telinga : telinga tengah dapat menjadi penyulit rinitis alergi.

  • Hidung : pada pemeriksaan hidung di bidang alergi ada beberapa tanda yang sudah baku :Alergik salute pasien menggunakan telapak tangan, menggosok hidungnya ke atas untuk menghilangkan rasa gatal dan melonggarkan sumbatan.Allergic crease garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidungAllergic shiners daerah di bawak palpebra inferior menjadi gelap dan bengkakAllergic facies terdiri dari pernafasan mulut, alergik sinus dan kelainan gigiMulut dan orofaring : pada rinitis alergik sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema, atau kedua2nya. Palatum yang cekung ke dalam, dagu yang kecil, serta tulang maksila yang menonjol, kadang2 disebabkan oleh penyakit alergi yang kronik

  • Dada : Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, baik terhadap organ maupun jantung. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan oyo-otot membantu pernafasan wheezing.

    Periksa tekanan darah karena tekanan sistolik yang rendah (90-110 mmHg) dapat dijumpai pada penyakit alergi.

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUMJumlah leukosit dan hitung jenis selPada penyakit alergi, jumlah leukosit normal kecuali jika disertai penyakit infeksi. Eosinofilia sering dijumpai tapi tidak spesifik sehingga dapat dikatakan eosinofilia tidak identik dengan alergi. Pada penyakit alergi, eosinofilia berkisar antara 5-15% tetapi pada pasien dengan pengobatan kortikosteroid dapat timbul eosinopenia.Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung dan sputumSemasa peridoe simtomatik, sel eosinofil banyak dalam sekret, tapi jika ada infeksi sel neutrofil yang dominan

  • Serum Ig E total Meningkatnya serum Ig E total alergi (60-80% pasien). Penignkatan Ig E total dapat dijumpai pada beberapa penyakit lain. Oleh karena itu, pemeriksaan ini sudah mulai ditinggalkan kecuali pada : Ramalan pada anak dimana ortu menderita penyakit alergi Ramalan alergi pada anak dengan bronkiolitis Membedakan asma dengan rinitis alergik dan non-alergik Membedakan dermatitis atopik dengan dermatitis lainnyaIg E spesifik Mengukur Ig E terhadap alergen tertentu. Dapt diperiksa secara in vitro dengan cara ELISA. Keuntungannya resiko pada pasien tidak ada, hasilnya kuantitaif, tidak dipengaruhi obat / keadaan kulit dan alergen lebih stabil. Kerugiannya mahal, jasil tidak segera dapat dibaca, dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu

  • Test KulitTest tusuk atau prick test Kulit dibersihkan dengan alkohol ditunggu sampai kering tetesan alergen berbaris dengan jarak 2 cm di atas kulit (jarum disposible ukuran 26 ditusuk dangkal) pembacaan dilakukan setelah 20 menit ukur diameter urtikaria yang timbul. Larutan yang digunakan : cocca dan laru. Histamin 0,1% (sebagai pembanding)

    Cara penilaian : hasil yang negatif bila hasil tes sama dengan kontrol ; positif berdasarkan bentol atau eritema

  • A. Cara menandai ekstrak alergen yang diteteskan pada lengan B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet C. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

  • BLOOD TESTTes darah bisa dilakukan u/ mengukur jumlah imunoglobulin IgE terhadap alergen spesifik dlm darah. Tes ini dilakukan kalau tes kulit tidak membantu atau tidak bisa dilakukan.Tes darah lainnya:- Hitung eosinofil absolut- Total IgE level- Serum immunoglobulin electrophoresis

  • TES PROVOKASITes alergi dg cara memberikan alergen secara langsung pd pasien shg timbul gejalaTes provokasi nasal: pd mukosa hidung. + : bersin, pilek, hidung tersumbat, batukTes provokasi bronkial: tes utk menimbulkan serangan asma

  • LO 3. MENGETAHUI DAN MENJELASKAN PENATALAKSANAAN HIPERSENSITIVITAS

  • PENATALAKSANAAN Menghindari alergenTerapi farmakologisAdrenergik Yang termasuk obat-obat adrenergik : katelokamin (epinefrin, isoetarin, isoproterenol, bitolterol) dan nonkatelomin (efedrin, albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol)Antihistamin Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing dengan histamin pada reseptor di berbagai jaringan.

  • PENATALAKSANAAN Kromolin Sodium Zat ini merupakan analog kimia obat khellin yang mempunyai sifat merelaksasikan otot polos. Obat ini tidak mempunyai sifat bronkodilator karenanya obat ini tidak efektif unutk pengobatan asma akut. Kromolin paling bermanfaat pada asma alergika atau ekstrinsik.Kortikosteroid Obat paling kuat untuk pengobatan alergi. Pengaruh prednison nyata dalam 2 jam sesudah pemberian peroral atau intravena yaitu penurunan eosinofil serta limfosit prrimer. Steroid topikal mempunyai pengaruh lokal langsung yang meliputi pengurangan radang, edema, produksi mukus, permeabilitas vaskuler, dan kadar Ig E mukosa.

  • PENATALAKSANAAN Imunoterapi Imunoterapi diindikasikan pada penderita rhinitis alergika, asma yang diperantarai Ig E/alergi terhadap serangga. Imunoterapi menghambat pelepasan histamin dari basofil. Leukosit individu yang diobati, memerlukan pemaparan terhadap jumlah antigen E yang lebih banyak untuk melepaskan histamin dalam jumlah yang sama seperti yang dilepaskan sebelum terapi. Preparat leukosit dari beberapa penderita yang diobati bereaksi seolah-olah mereka telah terdesensitisasi secara sempurna dan tidak melepaskan histamin pada kadar berapapun. Profilaksis Profilaksis dengan steroid anabolik atau plasmin inhibitor seperti traneksamat, sangat efektif untuk urtikaria atau angioedema.

  • PENATALAKSANAAN SHOCK ANAFILAKSISTindakan yang perlu secepatnya dilakukan pada penderita syok anafilaksis ialah:Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi.Obat pertama: - Adrenalin: 0,3-0,5 mg larutan 1:1000 untuk penderita dewasa atau 0,01 mg/kg BB untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15-30 menit sampai keadaan membaik. - Anti-H2 reseptor terkadang bermanfaat untuk hipotensi. - Bila renjatan belum teratasi juga, dapat diberikan vasopresor, seperti: dopamin 2-20 mg/kg BB/menit. - Kortikosteroid seperti: hidrokortison 5 mg/kgBB setiap 4-6 jam pada renjatan berkepanjangan dan bronkospasme.

  • Obat alternatif - Aminofilin, bila ada bronkospasme. Dosis: 5-6 mg/kg per infus selama 20 menit dilanjutkan 0,4-0,9 mg.kg BB/jam plus oksigen 4-6 liter per menit. - Kortikosteroid/hidrokortison, 100-200 mg, intravena (IV). - Antihistamin: difenhidramin 50-100 mg IV perlahan-lahan untuk menghilangkan pruritus (gatal). - Saat penderita dipulangkan berikanlah kortikosteroid.

  • Fungsi adrenalin adalah untuk meningkatkan kontraktilitas miokard, vasokonstriksi vaskuler (penyempitan diameter pembuluh darah), meningkatkan tekanan darah, dan bronkodilatasi (pelebaran saluran nafas).

  • Histamin

    Histamin dan serotonin (5-hydroxytryptamine) : amin biologik yang terdapat dalam berbagai macam jaringan yang penting dalam fungsi fisiologik.

    Efek histamin timbul melalui aktivasi reseptor histaminergik H1, H2 dan H3. Reseptor-H1 : sel otot polos, endotel dan otak.Reseptor-H2 : mukosa lambung (pada sel parietal),otot jantung, sel mast, dan otak. Reseptor-H3 : presinaptik (di otak, pleksus mienterikus dan saraf lainnya).

  • Efek pada sistem kardiovaskuler Histamin eksogen menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik melalui vasodilatasi dan diikuti dengan mekanisme homeostasis berupa peningkatan denyut jantung.

    Efek pada saluran cerna Pada dosis besar histamin eksogen dapat memacu sekresi asam lambung melalui aktivasi reseptor-H2.

    Efek pada bronkus dan otot polos organ lain Histamin menyebabkan timbulnya bronkokontriksi.

  • Efek lain histamin: kontstriksi otot polos mata, sal. Kemih, organ genital.

    Efek pada reseptor H1 dan pada ujung saraf komponen penting dalam patofisiologi urtikaria

    Pada jaringan sekretorik, memacu sekresi asam lambung, pepsin & faktor intrinsik melalui aktivasi reseptor H2 peningkatan cAMP intraseluler.

  • AntihistaminObat yang mempunyai efek melawan efek histamin dengan cara memblok reseptor H1.Efek histamin endogen dapat dihambat melalui 3 cara:Penghambatan secara fisiologis, misal oleh adrenalinPenghambatan pelepasan/degranulasi histamin yg timbul dapat terjadi pada pemberian kromolin & stimulan adrenoseptor 2Blokade reseptor histamin H1 dengan obat antihistamin.

  • 1) Antagonis reseptor H1

    Umumnya disebut obat antihistamin / antihistaminika ialah antagonis H1 yg beraksi melalui blokade reseptor histamin H1, sedangkan efeknya pada reseptor-H2 dan H3 dapat diabaikan.

    Obat: loratadin, terfenadin dan astemizol, efek mengantuk sangat lemah

  • ANTIHISTAMIN H-1*

  • Efek obat antihistamin dapat bermanifestasi :SedasiEfek antimual & antimuntah. Doksilamin, mempunyai efek mencegah mabuk gerak (motion sickness) tetapi tidak menghilangkan mabuk yang sudah ada Efek antiparkinsonisme dan antimuskarinik Obat antihistamin golongan etanolamin dan etilendiamin yang punya efek antimuskarinik, sering menimbulkan retensio urine & penglihatan kabur, dapat untuk mengurangi rhinorrhoea

  • Efek blokade adrenoseptor-, antiserotonin dan anestetik lokal.

    Obat antihistamin mempunyai efek -blockade yg mengakibatkan tekanan darah turun. Antagonis reseptor-H1 (misal: siproheptadin) mempunyai efek blokade reseptor serotonin. Difenhidramin & prometazin mempunyai efek anestetik lokal melalui blokade sodium channel pada membran sel eksitabel.

    Antagonis reseptor H1 sering digunakan dalam terapi alergi seperti rhinitis dan urtikaria

    Antagonis H1 (misal difenhidramin & prometazin) juga dapat mengurangi gejala mabuk & gangguan vestibuler.

  • 2) Antagonis reseptor H2

    dapat mengakibatkan timbulnya blood dyscrasia sebagai granulositopenia. Turunan ketiga dari imidazol, misalnya simetidin, tidak punya gugus tiourea, sehingga relatif tidak menimbulkan granulositopenia. Senyawa lain (ranitidin, oksmetidin, famotidin dan nizatidin) merupakan antagonis reseptor H2 baru yang lebih aman

    Antagonis reseptor-H2 dalam klinik digunakan pada terapi ulkus peptik, sindroma Zollinger-Ellison dan keadaan hiperasiditas.

  • OBAT AH2*

    ObatIndikasiDosisEfek SampingSimetidin, RanitidinGejala akut tukak duodenum, tukak lambung, Simetidin 800mg, Ranitidin 300 mgNyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido, impotenFamotidinTukak lambung duodenum dan lambung setelah 8 minggu pengobatan, profilaksis tukak lambung, reflux esofagitis, pencegahan tukak stresOral: 40 mg 1x1 pada saat akan tidur.IV: 20mg tiap 12 jamSakit kepala, pusing, konstipasi, diareNizatidin Tukak duodenum, tukak lambungOral: 300 mg 1x1 pada saat akan tidurJarang terjadi. Efek sampaing ringan saluran cerna dapat terjadi.

  • CONTOH OBAT ANTIHISTAMIN (KLORFENIRAMIN MALEAT)Kelompok: antihistamin sedatifIndikasi : urtikaria, rinitis alergi, gigitan serangga, alergi obat, anafilaksis, alergi makanan, alergi serum.Dosis: oral: 4 mg setiap 4-6 jam maksimal 24 mg per hari.SC atau IM 10-20 mg maksimal 40mg dlm 24 jam. Injeksi IV dalam 1 menit: 10-20 mg.Kontraindikasi: epilepsi, penyakit hati, asma karena memiliki sedikit efek pada bronkospasme alergi, hipersensitivitas.Efek samping: mengantuk, tidak bertenaga, pusing, mulut kering, penglihatan kabur, sakit kepala, gangguan gastrointestinal, IV dapat menyebabkan hipotensi sementara, stimulasi SSP, retensi urine, palpitasi, sesak, anemia hemolitik.

  • CONTOH OBAT ANTIHISTAMIN (KLORFENIRAMIN MALEAT)Efek Farmakodinamik:Antagonis antihistamin H1 kuat yang melawan efek yang diinduksi histamin, seperti peningkatan permeabilitas kapiler dan konstriksi otot polos GI serta otot polos pernapasan. Efek anestetis lokal yang dapat menyebabkan depresi atau stimulasi SSP.

  • CONTOH OBAT ANTIHISTAMIN (KLORFENIRAMIN MALEAT)Resiko Pada Janin:Tidak terbukti teratogen-pabriknya menganjurkan menghindari penggunaan obat ini, jika digunakan pada trimester ketiga dapat menyebabkan reaksi pada neonatus.Resiko Pada Ibu menyusui:Tingkat keamanan sedang, dianjurkan untuk tidak digunakan, bayi dapat mengantuk dan menghambat laktasi.

  • LO 4. MENGETAHUI DAN MENJELASKAN URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA

  • DEFINISI URTIKARIA(ILMU PENYAKIT DALAM, FK UI)Suatu kelainan yang terbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang berbatas jelas dengan dikelilingi daerah yang eritematous.Pada bagian tengah bintul tampak kepucatan, biasanya kelainan ini bersifat sementara (transient), gatal dan biasa terjadi di manapun diseluruh tubuh.Episode yang berlangsung < 6 minggu disebut urtikaria akut, sebaliknya jika episode berlangsung nya > 6 minggu disebit kronik.

  • ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISIPeningkatan urtikaria, hal ini terutama pada pasien-pasien alergi saluran napas (bahan-bahan inhalasi) musiman sebagai akibat: inhalasi tepung sari, serpihan kulit hewan spora jamur.Dicetuskan oleh makanan tertentu seperti:buah-buahan, udang, ikan, produk-produk susu, coklat kacang-kacangan obat-obatan.

  • Ada terminologi pseudoallergy, gejala urtikaria sebagai akibat pseudoallergy ini sangat menyerupai hipersensitivitas tipe 1, tetapi mekanismenya sangat berbedaUrtikaria kronik disebabkan oleh bahan-bahan makanan yang mengandung pseudoallergen, selain penyakit autoimun dengan didapatkannya autoantibodi terhadap reseptor IgE.Bahan-bahan makanan ini bisa mencetuskan manifestasi klinis urtikaria, diduga melalui mekanisme kerusakan barrier mukosa gastroduodenal

  • KLASIFIKASIChronic UrticariaChronic idiopathic urticariaChronic autoimmune urticariaPhysical Urticaria (defined by the triggering stimulus)Adrenergic urticariaAquagenic urticariaCholinergic urticariaCold urticariaDelayed pressure urticariaDermographismExercise-induced anaphylaxisLocalized heat urticariaSolar urticariaVibratory urticariaContact Urticaria (induced by biologic or chemical skin contact)Urticarial Vasculitis (defined by vasculitis shown on skin biopsy)

  • CHOLINERGIC URTICARIACholinergic urticaria merupakan physical urticaria yg sering terjadi akibat keringat (suhu tubuh me).Penyebab tersering antara lain: OlahragaMandi dgn air panas demamOcclusive dressings Memakan makanan yg pedasStress emosional

  • COLD URTICARIACold urticaria disebabkan karena terpajannya dingin.Penyebab aktivasi stimulus dingin pada mast cells dan pelepasan histaminnya dan mediator-mediator inflamator masih tidak diketahui.

  • ANGIOEDEMA

  • DEFINISIAngiodema: Edema lokal dgn batas yg jelas yg melibatkan lapisan kulit yg lbh dalam (jar subkutan), bila dibandingkan pd urtikaria.

    Urtikaria dan angiodema edema nonpitting yg dpt terjadi tersendiri atau bersamaan.

  • KLASIFIKASIAcquired Angioedema (AAE)Hereditery Angioedema (HAE)

    Episode urtikaria/angiodema 6mgu : U/A kronik

  • ACQUIRED ANGIOEDEMA (AAE)Tipe 1 = berkurangnya jumlah C1-INH kemudian meningkatnya katabolisme. Berhub dgn adanya limfoma, LLK, dan penyakit limfoproliferatif. Tipe 2 = tdk adanya lymphoproliferative atau penyakit lain yg mendasarinya muncul tetapi secret autoantibodies dr subpopulation of B cells mengikat the reactive center of C1-INH, shg mengubah strukturnya dan kapasitas regulatory.

  • HEREDITERY ANGIOEDEMA (HAE)Tipe 1 = serum levels of C1-INH rendah.Tipe 2 = jumlah C1-INH normal atau me levels, tetapi C1-INH ini dysfunctional. Defisiensi fungsi C1-INH ini menunjukkan autoactivation pd sistem complement dan menghasilkan mediator kininlike, shg menghasilkan edema jar subkutan atau jar submukosa.Tipe 3 = tipe ini hanya dijumpai pd wanita dan diperkirakan diturunkan secara X-linked dominant. Jumlah & fungsi C1-INH pd tipe ini normal.

  • PENYEBABTanpa disertai urtikariaKmgknan keterkaitannya kadar C1 inhibitor (bila
  • PATOGENESIS ANGIOEDEMAAngioedema pe aktivasi komponen dari komplemen yang mengarah pada pembentukkan bahan-bahan vasoaktif dari peptida yang menyerupai kinin & bradikinin.Trauma mekanik ringan mengaktifkan faktor Hageman (faktor XII) yang mengawali pembentukkan plasmin & kalikrein.Plasmin selanjutnya mengaktifkan C1 dengan pembentukkan C2 kinin-like peptide, sedangkan kalikrein menghasilkan bradikinin yang berasal dari kininogen.C1 inhibitor menghambat fungsi katalitik dari faktor XIIa, kalikrein dan komponen C1.Pasien def. C1 inhibitor selama terjadi angioedema pe kadar bradikinin dan kadar C4 me

  • GEJALA KLINISAngioedema tanpa urtikaria :Biasanya diawali adanya trauma mekanik ringan menimbulkan edema subkutan yg cukup besar & nyeri.Pd submukosa usus gejala kolikPd laring gejala sufokasiAngioedema yg disertai urtikaria (50%) prognosis yg >buruk dibandingkan urtikaria umumnya.

  • DIAGNOSA BANDINGUrtikaria hanya merasakan gatal, tetapi pada serangan yang berat dapat terasa lelah, gangguan pencernaan dan menggigil.Angiodema terasa nyeri dibanding gatal dengan waktu penyembuhan yang relatif > lama (spektrum angioedema yang terjadi pada lapisan kulit yang > dalam)

  • KESIMPULAN

    Gejala yang dialami anak pada kasus ini merupakan akibat pelepasan mediator yang menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskuler, kontraksi otot polos dan vasodilatasi akibat adanya alergen tertentu.

  • SARAN1. Menghindari penyebab yang memperparah reaksi alergi (kucing)2. Disarankan lakukan tes penunjang diagnosis3. Beri anti-histamin bila terbukti benar merupakan reaksi alergi

    *******************Allergens: A large number of allergens have been identified as causative agents for some cases of urticaria. It may be noted that urticaria is an individual hypersensitivity and the following factors may not cause urticaria in all urticaria-prone individuals.Food allergens: Milk, cheese, egg, protein products, wheat, cereals, certain daals as used in India, peas, orange, fish, chicken, etc. Synthetic and natural food additives and artificially-flavored food articles. Urticaria and alcohol: True anaphylactic reactions to alcohol (ethanol) are rare and most reactions to ingested alcoholic beverages are secondary to other chemicals in the beverage such as metabisulfite, papain, dyes or yeasts. However, there are reports of true allergic reactions in which the offending agent was shown to be the ethanol itself. Generally the symptoms of anaphylaxis occur in such patients following the ingestion of beer and/or wine. Urticarial rashes have been reported with ethanol ingestion; and hives on contact with ethanol have also been reported for some patients. Environmental factors: Exposure to pollen, house-dust, buffalo dander, fungi, change in temperature, etc. are known exciting factors. Extreme cold, heat, pressure may also induce urticaria.Drugs: The major cause for urticaria are man-made drugs such as antibiotics (Penicillin), anti-inflammatory drugs (aspirin, indomethacin), vaccinations, foreign sera, hormonal preparations, contraceptive pills, etc. Animals treated with penicillin excrete a small amount of it in the milk sufficient to cause urticaria in sensitive individuals.Urticaria and cocaine: There have been reports of morphine-induced hives in some people. Bronchospasm may occur in some patients who smoke cocaine or in those who inject heroin. This may occur more often in patients who have a previous history of asthma. Hypersensitivity pneumonitis to cocaine has also been described and is associated with elevated levels of IgE.Infections and infestations: Insect bites, Fungal, protozoal, frequent bacterial infections (Urinary tract), viral infections (Hepatitis), helminthiasis (worm infestations such as round worms, tapeworms), etc. are factors known to cause urticaria. Domestic contact with the pet animals should be examined as cause for urticaria. Synthetic products: Use of personal products such as deodorant, perfume, and talcum powder, cosmetic products, animal derivatives, and similar synthetic substances may induce this disorder. Emotional factors: Especially in chronic, recurring cases of urticaria the role of emotional factors must be examined. Emotional stresses may directly or indirectly make on susceptible to develop a tendency to urticaria. The psychological factors may work as exciting, aggravating or maintaining cause. Autoimmune causes: Chronic urticaria is now understood to have autoimmune link. Presence of auto antibodies against Immunoglobulin E (IgE), CD23 (FcRII or Fc epsilon RII) which releases histamine, hence leading to chronic urticaria. Systemic and general disease: Urticaria in some cases may present as a sign of other systemic or general internal disease such as hormonal disorders (hyperthyroidism), SLE, polycythaemia, reticuloses, etc. In certain variety of malignancies (cancer) urticaria may present as a precursor. Idiopathic cause: No list of causation is complete without adding a paragraph of 'Idiopathic' which simply implies causes which are unknown.

    *