21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pertambangan, perlu dilakukan kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis kemungkinan dilakukanya penambangan. Selain itu penyelidikan geologi digunakan untuk mencari, menghitung nilai ekonomis cadangan bahan–bahan galian atas dasar data–data geologi yang dikumpulkan baik data permukaan bumi maupun bawah permukaan bumi. Data–data geologi ini adalah data dasar yang sangat penting selain untuk mencari dan menghitung cadangan, juga sangat penting dalam perencanaan tambang itu sendiri. Suatu data geologi berisi data–data penting dan dapat diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat digunakan langsung untuk memecahkan persoalan eksplorasi bahan galian, persoalan lingkungan maupun persoalan keteknisan lainnya. Keadaan geologilah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air yang bisa tersedia bagi kehidupan sehari–hari, banyaknya minyak bumi, batubara dan energi lainnya, banyaknya bahan galian/ mineral untuk industri, bahan bangunan untuk konstruksi dan juga ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnya yang mengancam keselamatan manusia. 1 | Page

Pemetaan bawah permukaan.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Eksplorasi Pertambangan

Citation preview

Page 1: Pemetaan bawah permukaan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia pertambangan, perlu dilakukan kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan

untuk mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas

suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis kemungkinan dilakukanya

penambangan. Selain itu penyelidikan geologi digunakan untuk mencari, menghitung nilai

ekonomis cadangan bahan–bahan galian atas dasar data–data geologi yang dikumpulkan baik

data permukaan bumi maupun bawah permukaan bumi. Data–data geologi ini adalah data dasar

yang sangat penting selain untuk mencari dan menghitung cadangan, juga sangat penting dalam

perencanaan tambang itu sendiri. Suatu data geologi berisi data–data penting dan dapat

diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat digunakan langsung untuk memecahkan persoalan

eksplorasi bahan galian, persoalan lingkungan maupun persoalan keteknisan lainnya. Keadaan

geologilah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air yang bisa

tersedia bagi kehidupan sehari–hari, banyaknya minyak bumi, batubara dan energi lainnya,

banyaknya bahan galian/ mineral untuk industri, bahan bangunan untuk konstruksi dan juga ada

tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnya yang mengancam

keselamatan manusia.

Dalam eksplorasi pertambangan, data-data geologi didapatkan pada tahap eksplorasi

pendahuluan yang terdiri dari studi literatur, survei, dan pemetaan. Umumnya studi literatut

digunakan untuk mengetahui kondisi geologi regional daerah yang diperkirakan memiliki

cadangan bahan tambang, setelah itu dilakukan survei untuk mengetahui keadaan sebenarnya

sehingga akan didapatkan data-data geologi yang akan digunakan untuk pemetaan lokasi

pertambangan. Pemetaan ini umumnya digunakan untuk memetakan lokasi singkapan-singkapan

batuan pembawa bahan galian. Selain itu pemetaan ini juga dapat berfungsi untuk mengetahui

perubahan atau batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi

sesar dan tanda-tanda lainnya. Dari kegiatan pemetaan ini akan dihasilkan model geologi, model

penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain sebagainya.

Hasilnya akan dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan

harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka

1 | P a g e

Page 2: Pemetaan bawah permukaan.docx

dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. Mengingat pentingnya pemetaan pada

eksplorasi pertambangan, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai aplikasi pemetaan

dalam eksplorasi pertambangan.

Untuk mempermudah penjelasan mengenai aplikasi pemetaan dalam eksplorasi

pertambangan, maka pada makalah ini akan dijelaskan studi kasus mengenai hal tersebut. Studi

kasus yang berjudul “Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara untuk Tambang Dalam Provinsi

Kalimantan Selatan Bagian Tengah” yang studi awal dalam perencanaan pemilihan daerah

berpotensi untuk pengembangan batubara di daerah tersebut. Secara umum kajian bertujuan

untuk menginventaris besarnya sumberdaya serta karakteristik batubara di daerah pengandung

batubara pada kedalaman lebih dari 100 meter.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah,

1. Apa pengertian eksplorasi pertambangan?

2. Bagaimana tahap-tahap eksplorasi pertambangan?

3. Bagaimana metode untuk melakukan eksplorasi pertambangan?

4. Bagaimana pemetaan berpengaruh dalam ekplorasi pertambangan pada contoh kasus

yang telah ada?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian eksplorasi

pertambangan, tahap-tahap eksplorasi pertambangan, metode eksplorasi pertambangan, dan

pemetaan dalam eksplorasi pertambangan pada contoh studi kasus yang telah ada.

2 | P a g e

Page 3: Pemetaan bawah permukaan.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Eksplorasi Pertambangan

Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian

sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri

dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan

Pemasaran.

Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu

bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan

galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian

serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.

Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini

juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga

sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan

mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya. (Di, 2012)

2.2. Metode Eksplorasi

Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang

mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan

metode atau cara antara lain sebagai berikut:

1.    Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara

membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.

2.    Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal

dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.

3.    Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik

seperti seismic, SP, IP dan resistivity.

4.    Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui

penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan

bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.

3 | P a g e

Page 4: Pemetaan bawah permukaan.docx

5.    Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di

lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat  fisik dan

keteknikannya. (Thomas, 1978)

2.3. Tahap-tahap Eksplorasi

Tahapan-tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau pendahuluan

dan eksplorasi detil. Penjelasan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut,

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih

kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1

: 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi

terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan

lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah

pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan

provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah

eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada

proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei Dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei

dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta

topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan

pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka

hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari

tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil

contoh dari singkapan-singkapan yang penting.

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran

langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan

batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal

penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas

4 | P a g e

Page 5: Pemetaan bawah permukaan.docx

geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan

sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat

baru (peta singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan

dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model

geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,

pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan

dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta

(dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,

gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah

daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau

daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap

eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada

mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,

1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat

(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data

yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan),

penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut

dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil

(<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti

dan resiko dapat dihindarkan.

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,

kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data

mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada)

akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau

kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan

dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

5 | P a g e

Page 6: Pemetaan bawah permukaan.docx

3. Studi Kelayakan

Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya

sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak

dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan

ekonomis dengan teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan keselamatan

kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila tidak atau belum layak maka data tersebut

diarsipkan. (Marjoribanks, 2009)

2.4 Studi Kasus: Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara Untuk Tambang Dalam

Provinsi Kalimantan Selatan Bagian Tengah

2.4.1. Lokasi Daerah

Kajian zonasi potensi tambang dalam dilakukan di propinsi Kalimantan Selatan

sebagai daerah kedua penghasil batubara terbesar di Indonesia (Gambar 1). Daerah kajian

dibatasi oleh garis lintang 3o di arah Selatan dengan batas propinsi di arah utara.

Gambar 1. Peta Indeks Kalimantan Selatan

6 | P a g e

Page 7: Pemetaan bawah permukaan.docx

2.4.2. Metoda dan Sistematika Pengerjaan

Metoda yang digunakan dalam kajian batubara tambang dalam berupa studi literatur,

dengan melakukan proses inventarisasi serta evaluasi data sekunder yang berasal dari

laporan-laporan baik dari instansi terkait, maupun dari dinas pertambangan daerah setempat.

Secara umum, lingkup pekerjaan dalam kajian ini dapat dibagi kedalam 3 bagian

utama, yaitu:

1. Pengelompokan/pengkelasan wilayah dengan potensi sumberdaya batubara di propinsi

Kalimantan Selatan, yang berdasarkan parameter yang telah ditentukan, dianggap

berpotensi untuk ditambang dengan menggunakan teknik tambang dalam.

2. Pembuatan peta zonasi potensi batubara untuk tambang dalam.

3. Penghitungan besarnya sumberdaya hipotetik batubara di kedalaman >100m.

Sedangkan secara lebih terinci, sistematika pekerjaan dalam kajian ini adalah:

1. Studi literatur yang juga meliputi inventarisasi data sekunder .

2. Evaluasi data sekunder

3. Uji petik lapangan untuk data-data penting yang tidak tersedia serta membutuhkan

inventarisasi langsung dari wilayah terpilih

4. Pengelompokan lapisan batubara terpilih

5. Pembuatan penampang geologi yang dilalui oleh sebaran lapisan batubara terpilih

6. Penentuan zonasi daerah potensi batubara tambang dalam pada peta geologi.

7. Evaluasi akhir, pembuatan laporan

2.4.3. Parameter Pembuatan Zonasi

Pembuatan zonasi tambang dalam melibatkan data singkapan batubara permukaan

dan atau bawah permukaan dan dibuat mengacu pada 3 parameter yaitu:

Kedalaman lapisan

Dalam kajian ini karena terbatasnya data pemboran dalam, zonasi sebagian besar dibuat

dari kedalaman 100m hingga kedalaman 300m atau maksimal hingga 500m.

Ketebalan lapisan

Karena kajian bersifat regional pada peta berskala kecil dan dengan mempertimbangkan

karakteristik formasi pembawa batubara di daerah kajian, yaitu formasi Tanjung (dengan

ketebalan batubara rata-rata 2m) dan formasi Warukin (dengan ketebalan rata-rata lapisan

7 | P a g e

Page 8: Pemetaan bawah permukaan.docx

batubara > 2m), untuk memudahkan penzonaan, pembagian zonasi berdasarkan ketebalan

dibuat dengan mengacu pada dua kriteria yaitu zona dengan ketebalan rata-rata lapisan

batubara > 2m dan zona dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara < 2m.

Kualitas batubara

Pembagian zona berdasarkan kualitas batubara, dibuat dengan mengacu pada klassifikasi

yang dibuat oleh Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral. Dalam kajian ini

berdasarkan kualitasnya, penzonaan potensi batubara tambang dalam dibagi kedalam dua

kategori yaitu zona potensi batubara dengan kalori >6100 (high class) dan zona potensi

batubara dengan kalori <6100 (low-medium class).

2.4.4. Parameter Penentuan Zonasi Potensial

Sedangkan dalam menentukan zona berpotensi, penilaian dibuat mengacu pada 3

parameter geologi dasar yaitu ketebalan, kemiringan dan kualitas lapisan batubara, yaitu:

Ketebalan batubara yang dianggap paling ekonomis untuk ditambang dengan teknik

tambang dalam adalah 2-4 m. Batubara dengan ketebalan > 4 m dianggap lebih beresiko

untuk ditambang dengan teknik tambang dalam. Tetapi kemajuan teknologi saat ini telah

memungkinkan penambangan dengan teknik tambang dalam untuk batubara dengan

ketebalan hingga 7 m. Dalam kajian ini ditentukan bahwa zona yang dianggap berpotensi

memiliki ketebalan 2-7 m. Batubara kurang dari 2 m jelas kurang menguntungkan untuk

ditambang dengan metoda tambang dalam, sedangkan batubara dengan ketebalan > 7 m

beresiko tinggi dan kemungkinan membutuhkan biaya investasi yang lebih besar,

sehingga kemungkinan juga kurang menguntungkan.

Kemiringan lapisan batubara yang dianggap ideal untuk tambang dalam adalah 10-15o,

tetapi seperti halnya ketebalan, kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan batubara

dengan kemiringan curam (< 35o) untuk ditambang dengan metoda tambang dalam. Oleh

karena itu dalam kajian ini ditentukan bahwa zona yang dianggap berpotensi memiliki

kemiringan < 35o.

Kualitas sudah barang tentu menentukan keekonomisan suatu lapisan batubara untuk

ditambang dengan teknik tambang dalam. Dalam hal ini ditentukan bahwa zona yang

8 | P a g e

Page 9: Pemetaan bawah permukaan.docx

lebih berpotensi adalah zona yang memiliki batubara dengan kualitas tinggi (high class)

yaitu batubara dengan kalori > 6100.

Tabel 1Kriteria Zona Potensial untuk tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan

2.4.5. Geologi Regional

Wilayah yang dikaji sebagian besar termasuk ke dalam sub cekungan Barito

bagianUtara dan sub cekungan Asam-asam. Wilayah kajian meliputi 4 (empat) lembar Peta

Geologi, yaitu Lembar Buntok, Balikpapan, Amuntai dan Sampanahan.

Sejarah pengendapan di cekungan Barito dimulai dengan pengisian batuan sedimen

Tersier setebal +6000 meter yang telah mengalami mega siklus transgresi dari Eosen sampai

Oligosen-Miosen dan regresi dari Miosen sampai Pliosen. Akibat dari terangkatnya

pengunungan Meratus sekitar Miosen tengah, maka cekungan Barito tersisolasi dari laut

bagian Timur yang menyebabkan terjadinya endapan-endapan sediment klastik dan batubara

yang sangat tebal dengan sumber sedimentasi dari barat. Batuan dasar dari dari cekungan

Barito adalah batuan Pra Tersier yang termasuk dalam satuan batuan volkanik Kasale yang

dikorelasikan dengan formasi Haruyan yang berumur Kapur atas, dimana di atasnya

diendapkan secara tidak selaras formasi Tanjung berumur Eosen yang kemudian diendapkan

secara selaras formasi Berai yang berumur Oligo-Miosen dan diatasnya kemudian

diendapkan formasi Warukin yang berumur Miosen.

Batubara di cekungan Barito ditemukan pada formasi Tanjung yang berumur Eosen

dan formasi Warukin yang berumur Miosen. Ketebalan batubara Eosen bervariasi dari 2

hingga 4 meter sedangkan batubara miosen ditemukan sangat tebal, beberapa bahkan hingga

lebih dari 30 meter.

9 | P a g e

Page 10: Pemetaan bawah permukaan.docx

Tabel 2 Stratigrafi Cekungan Barito

Berdasarkan parameter serta kriteria yang telah ditentukan dalam kajian ini

penzonaan telah berhasil dikerjakan pada sebagian besar wilayah penghasil batubara di

Kalimantan Selatan, yang dibagi kedalam 6 Blok utama, yaitu:

1. Blok Tanjung

2. Blok Amuntai

3. Blok Rantau

4. Blok Banjarbaru

5. Blok Sebamban-Pularan

6. Blok Satui-Kintap

Informasi zonasi potensi tambang dalam disajikan dalam bentuk 6 peta zonasi

berskala 1 : 100.000. Kegiatan pengkajian juga telah berhasil memperkirakan bersarnya

sumberdaya hipotetik batubara di kedalaman 100-300m, dalam zona yang dianggap

berpotensi maupun kurang berpotensi untuk tambang dalam. Secara lebih rinci, karakteristik

setiap blok berserta zonasinya dapat dilihat pada tabel:

10 | P a g e

Page 11: Pemetaan bawah permukaan.docx

Gambar 2 Peta blok wilayah kajian zonasi potensi tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan

A. Formasi Tanjung

11 | P a g e

Page 12: Pemetaan bawah permukaan.docx

B. Formasi Warukin

Tabel 3 Karakteristik zona di blok-blok wilayah kajian zonasi potensi batubara untuk tambang dalam Kalimantan Selatan

Gambar 3 Contoh zonasi potensi batubara untuk tambang dalam di formasi Tanjung, Blok Tanjung, skala 1:100.000

(Rita, 2005)

12 | P a g e

Page 13: Pemetaan bawah permukaan.docx

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah eksplorasi pertambangan merupakan serangkaian

kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang

meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta

karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Metode-metode eksplorasi antara lain

membuat parit untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical, mengambil contoh

bahan galian dan dianalisa di laboratorium, penyelidikan geofisika dan membuat peta

penyebaran dan analisis keadaan geologi. Sedangkan tahapan kegiatan eksplorasi pertambangan

terdiri dari eksplorasi pendahuluan, survei detail, dan survei kelayakan.

Hasil kajian dari contoh studi kasus berhasil merekonstruksi sekitar 30 zona terpilih yang

didasarkan ketebalan, kualitas dan kemiringan dianggap paling berpotensi untuk dilakukan

penambangan dengan metoda tambang dalam. Karena sebagian besar data yang dipergunakan

adalah data permukaan, studi lebih lanjut termasuk diantaranya pengeboran dalam sangat

diperlukan terutama di wilayah-wilayah yang dalam kajian awal ini dianggap berpotensi untuk

pengembangan tambang dalam. Sumberdaya hipotetik di zona berpotensi untuk tambang dalam

yang berhasil dikalkulasi dalam kajian ini diperkirakan sebesar 398.925, 580 x 103 ton.

Sedangkan sumberdaya hipotetik di semua zona di kedalaman 100-300m yang berhasil

dikalkulasi dalam kajian ini diperkirakan sebesar 1.058.530,845 x103 ton.

13 | P a g e

Page 14: Pemetaan bawah permukaan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Di, V. (2012, Juni 18). Tahapan-tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan. Retrieved Februari 26, 2013, from Kumpulan Info Tambang: http://kumpulaninfotambang.blogspot.com/2011/12/tahapan-tahapan-kegiatan-usaha.html

Marjoribanks, R. W. (2009). Geological Methods in Mineral Exploration and Miniing. New York: Springer.

Rita, S. S. (2005). KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM . Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Batubara , 3-7.

Thomas, L. (1978). An Introduction to Mining. Australia: Methuen Of Australia.

14 | P a g e