28
PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH LEPASAN PADA PASIEN DENGAN EDENTULOUS TOTALIS : LAPORAN KASUS PENDAHULUAN Pembuatan gigi tiruan lengkap membutuhkan kerja kelompok antara dokter gigi, teknisi, dan pasien. Dokter gigi membuat diagnosa, membuat rencana perawatan, melakukan kerja klinis, dan mengawasi hasilnya. Teknisi harus dapat menginterpretasikan apa yang diinginkan dokter gigi. Keberhasilan pasien dalam beradaptasi dengan protesa yang baru berhubungan dengan kemampuannya untuk belajar, keterampilan otot, dan motivasinya. 1 Pada karya tulis ini akan membahas mengenai penatalaksaan gigi tiruan penuh pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya atau disebut edentulous total sehingga pada kasus ini tidak lagi dilakukan pencabutan dalam penatalaksanaannya. Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya seluruh gigi disebut edentulous total. Edentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendukung tersedia untuk terapi penggantian 1

Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH LEPASAN PADA PASIEN DENGAN EDENTULOUS TOTALIS : LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN

Pembuatan gigi tiruan lengkap membutuhkan kerja kelompok antara dokter

gigi, teknisi, dan pasien. Dokter gigi membuat diagnosa, membuat rencana

perawatan, melakukan kerja klinis, dan mengawasi hasilnya. Teknisi harus dapat

menginterpretasikan apa yang diinginkan dokter gigi. Keberhasilan pasien dalam

beradaptasi dengan protesa yang baru berhubungan dengan kemampuannya untuk

belajar, keterampilan otot, dan motivasinya.1

Pada karya tulis ini akan membahas mengenai penatalaksaan gigi tiruan penuh

pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya atau disebut edentulous total

sehingga pada kasus ini tidak lagi dilakukan pencabutan dalam penatalaksanaannya.

Hilangnya beberapa gigi disebut edentulous sebagian dan hilangnya seluruh

gigi disebut edentulous total. Edentulous total dapat didefinisikan sebagai keadaan

fisik dari rahang diikuti hilangnya seluruh gigi dan kondisi dari jaringan pendukung

tersedia untuk terapi penggantian atau rekonstruksi.2 Edentulous total juga dapat

didefinisikan sebagai keadaan klinis rahang setelah kehilangan seluruh gigi yang

telah erupsi dan kondisi jaringan pendukung yang tersedia untuk penempatan

gigitiruan. diperkirakan kebutuhan untuk pemakaian gigitiruan panuh akan meningkat

dari sekitar 54 juta pada tahun 1991 menjadi sekitar 61 juta pada tahun 2020.3

Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kerusakan gigi, periodontitis, atau kecelakaan.

Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik yang buruk dan proses biomekanis,

keadaan ini menjadi lebih buruk ketika pasien dengan edentulous total dan

kehilangan seluruh jaringan periodontal. Pada sebagian besar pasien yang mengalami

1

Page 2: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

kehilangan gigi merupakan suatu hal yang buruk dan menimbulkan keinginan

mencari perawatan gigi untuk memelihara kesehatan gigi serta penampilan yang baik

secara sosial.4

Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian.

Dalam pembuatan gigitiruan lepasan khususnya gigitiruan penuh sering dijumpai

masalah kontradiksi fungsional. Kita dituntut untuk menciptakan suatu gigitiruan

yang sesuai dengan keadaan gigi asli agar tidak terjadi perubahan estetik maupun

fungsi bicara serta dapat dipakai untuk mengunyah makanan. Dalam pembuatan

gigitiruan penuh perlu diketahui anatomi landmark dari wajah, rongga mulut dan

rahang.5

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan pembuatan gigi tiruan penuh

lepasan pada pasien dengan edentulous totalis.

2

Page 3: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki bernama Bachtiar berumur 61 tahun datang ke Bagian

Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut drg. Halimah daeng Sikati Universitas

Hasanuddin, Makassar. Pasien memiliki keluhan tidak nyaman dan sulit mengunyah

pada saat makan, serta merasa kurang percaya diri akibat kehilangan seluruh giginya.

1. Data Pasien

Nama : Bachtiar

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 61 Tahun

Pekerjaan : pensiunan

Alamat : komp. BTP blok L

2. Anamnesis

Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pencabutan gigi terakhir dilakukan

sekitar ± 2 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah menggunakan gigitiruan

sebelumnya selama ± 1 tahun.

Keadaan Umum :

Tidak ada kelainan jantung

Tidak ada DM

Tekanan darah normal

Tidak ada gangguan lain.

3. Pemeriksaan Klinis

Dari hasil pemeriksaan klinik diperoleh :

Pemeriksaan ekstraoral

3

Page 4: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

- Secara ekstraoral pasien memiliki profil progeni, bentuk wajah square,

mata, hidung, telinga dan bibir pasien simetris, serta tidak terdapat

kelainan pada Temporomandibular joint (TMJ).

- Pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri pada bagian submandibula

dalam keadaan lunak dan tidak sakit yang berarti tidak terjadi peradangan.

- Selain itu, pasien juga tidak memiliki kebiasaan buruk.

Pemeriksaan intraoral

- Pada pemeriksaan intraoral, terlihat edentulous totalis pada rahang atas

dan rahang bawah.

- Kedalaman vestibulum pada rahang atas sedang dan vestibulum pada

rahang bawah rendah tetapi daerah anterior sedang.

- Frenulum pada rahang atas bagian anterior sedang dan pada bagian media

dan posterior frenulum cukup rendah, sedangkan frenulum rahang bawah

rendah pada bagian posterior dan lingual, sedangkan pada bagian anterior

dan media frenulumnya sedang.

- Bentuk ridge tulang alveolar pada rahang atas berbentuk square,

begitupun pada rahang bawah.

- Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan mandibula.

- Tuberositas maksila kanan dan kiri berukuran sedang.

- Retromylohyiod rahang bawah kanan dan kiri besar.

- Tahanan jaringan pada rahang atas dan bawah tinggi.

- Pasien memiliki lidah yang macroglosi.

- Konsistensi saliva yang dimiliki pasien tersebut adalah kental.

4. Rencana Perawatan

Rencana perawatan dilakukan sesuai dengan kasus yang ditemukan pada

rongga mulut pasien yang merupakan hasil dari pemeriksaan intra oral yaitu

pembuatan gigitiruan penuh (GTP).

4

Page 5: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

5. Desain gigitiruan penuh

Gambar.1 Desain gigitiruan penuh

TATA CARA PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH :

Kunjungan Pertama

Pada kunjungan pertama, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif serta

pencatatan rekam medis untuk menegakkan diagnosis yang meliputi anamnesis,

pemeriksaan ekstra oral serta pemeriksaan intra oral. Sebelum suatu pemeriksaan

dilakukan pada kunjungan pertama, pasien hendaknya diminta menggambarkan

pengalaman perawatan gigi sebelumnya.

Setelah pencatatan rekam medis dilakukan dan didapatkan diagnosis yang

tepat, pasien diberitahukan mengenai rencana perawatan yang sesuai yaitu pembuatan

gigitiruan penuh. Pasien juga dijelaskan mengenai lamanya proses pembuatan

gigitiruan tersebut. Setelah informasi ini diberikan pada pasien, maka diminta

persetujuan tertulis dari pasien dalam bentuk inform concent. Seluruh informasi

dicatat dalam dental record. dan selanjutnya dilakukan prosedur kerja sebagai berikut.

5

Page 6: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Gambar.2 Kartu status

Pencetakan Pendahuluan

Pencetakan pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan cetakan anatomis

rahang atas dan rahang bawah pasien. Sebelum dicetak terlebih dahulu sendok cetak

dicobakan pada pasien untuk melihat sendok cetak yang akan digunakan cocok

dengan rahang pasien sehingga tidak ada bagian yang tidak tercetak, pada pasien ini

digunakan sendok cetak tak bergigi no.1 dan bahan cetak yang digunakan adalah

irreversible hydrocolloid yang dikenal dengan alginate.

6

Page 7: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Gambar.3 Sendok cetak edentulous no.1

Sebelum mencetak pasien diinstruksikan untuk bernafas lewat hidung seperti

biasa ketika bahan cetak berada di dalam mulut. Saat dilakukan pencetakan rahang

atas, bibir atas pasien diangkat terlebih dahulu sebelum menekan sendok cetak.

Setelah itu dilakukan penekanan sendok cetak yang dimulai dari posterior kemudian

ke anterior. Saat mencetak rahang bawah, bibir bawah pasien ditarik ke depan dan

pasien diinstruksikan untuk menempatkan ujung lidah pada bagian palatum ketika

sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian dilakukan penekanan

yang dimulai dari posterior ke anterior.

Setelah dicor maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang yang lazim

disebut model rahang. Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan,

kemantapan dan dukungan pada geligi tiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak

seakurat mungkin sehingga landasan gigi tiruan dapat mempertahankan kesehatan

jaringan pendukungnya. Setiap tahap pembuatan geligi tiruan dapat berpengaruh

terhadap kesehatan jaringan pendukung terutama bila terjadi kesalahan pada tahap

mencetak rahang.

Setelah cetakan tersebut dicor dengan menggunakan gips keras dan

diperoleh model gips. Pada model gips tersebut digambarkan batas antara jaringan

7

Page 8: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

bergerak dan jaringan tak bergerak yang akan digunakan pada pembuatan sendok

cetak individual yang terbuat dari bahan shellac.

Gambar.4 Hasil cetakan anatomis

Pembuatan Sendok Cetak Individual

Setelah didapatkan model gips yang merupakan hasil cetakan anatomis dari

rahang pasien, selanjutnya pembuatan sendok cetak individual dilakukan. Sebelum

sendok cetak individual dibuat, pada model gips digambarkan batas jaringan bergerak

dan jaringan tak bergerak untuk menentukan batas dari sendok cetak individual

tersebut.

Pembuatan sendok cetak individual menggunakan bahan shellac baseplate

yang dilunakkan dengan lampu spritus, lalu diletakkan di atas model kerja. Lakukan

pemotongan 2mm di atas batas jaringan gerak dan tidak gerak yang nantinya akan

menjadi tempat untuk bahan border moulding. Kemudian lakukan “muscle

trimming” yaitu pembentukan pinggiran sekitar rongga mulut dan batas posterior.

Buatlah pegangan sendok cetak individual dan buat lubang pada sendok cetak

berjarak 4-5mm. Kegunaan lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih,

8

Page 9: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada

jaringan pendukungnya.

Gambar 5. Sendok cetak individual

Border Moulding

Setelah sendok cetak individual dibuat, dilakukan try-in sendok cetak

individual kepada pasien. Setelah dilakukan try-in, kemudian dilakukam

pembentukan tepi (border moulding) dengan menggunakan bahan green stick

compound. Lunakkan green stick compound dengan api dan letakkan pada tepi

sendok cetak individual lalu masukkan ke dalam mulut pasien sebelum bahan tersebut

mengeras.

Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan green stick compound

berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fisiologis

yang meliputi pada rahang atas membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke

kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis.

Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke

luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke

9

Page 10: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum

labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang merupakan batas

antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan

“ah”.

Pada rahang bawah, untuk membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid

maka pasien diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke

posterior palatum durum. Setelah itu, frenulum lingual dibentuk dengan

menginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior

palatum dan ke bibir atas. Kemudian daerah bukal dan labial dibentuk dengan

memberikan instruksi yang sama dengan instruksi rahang atas. Gambar 3

menunjukkan hasil dari border moulding.

Cetakan fisiologis

Cetakan fisiologis menggunakan bahan elastomer (exaflex). Exaflex

merupakan bahan cetak polyvinylsiloxane dengan viscositas tinggi untuk

preimpression. Hasil cetakan fisiologis disebut model kerja, yang digunakan untuk

membuat geligi tiruan.

Pada tahap ini pertama-tama dilakukan pencetakan pada rahang bawah

terlebih dahulu, namun sebelum di cetak pasien diinstruksikan untuk melakukan

gerakan-gerakan fisiologis untuk mendapatkan hasil yang baik. untuk mendapatkan

hasil yang baik pada bagian lingual, pasien diinstruksikan untuk melakukan tiga

gerakan. Pertama menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, dimana ujung lidah

berada pada sudut mulut. Pada saat sudut lidah berada di sudutmulut sebelah kanan

maka bagian lingual kiri yang akan tercetak, begitupun sebaliknya. Kemudian

gerakan lidah berada pada bagian palatal agar frenulum lingualis tercetak, dan

selanjutnya gerakan lidah menjilat seluruh bagian bibir atas maupun bibir bawah

dengan demikian bagian distobukal akan tercetak dengan baik. Untuk bagian bukal

mukosa pipi pasien ditarik kemudian digerakkan ke bawah lalu ke atas, begitupun

10

Page 11: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

pada bagian labial, namun ditambahkan gerakan lateral ke kiri dan ke kanan.

Selanjutnya pencetakan pada rahang atas, pada bagian bukal pipi di tarik kemudian di

gerakkan ke atas lalu kebawah. Hampir sama dengan cara mencetak rahang bawah.

Gambar 6. Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane (exaflex).

Pencatatan hubungan rahang

Pada kunjungan selanjutnya, operator melakukan try-in basis rahang atas dan

rahang bawah pada pasien. Basis dan galengan gigit sudah menyatu sehingga setelah

melakukan try-in, operator melakukan pencatatan hubungan rahang pasien yang

terdiri dari: penentuan tinggi galengan gigit rahang atas dan garis servikal yang

berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien tersenyum, penyesuaian

labial fullness, penentuan kesejajaran galengan gigit rahang atas anterior dan

posterior terhadap garis Camper, penentuan dimensi vertikal, penentuan posisi distal

serta penentuan garis median dan garis kaninus. Selanjutnya galengan gigit difiksasi

dan model kerja ditanam di artikulator, dilanjutkan dengan penyusunan gigi anterior.

11

Page 12: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Try-in gigi anterior

Kunjungan ke lima, dilakukan try-in gigi anterior pada pasien. Hal-hal yang

harus diperhatikan antara lain kesesuaian garis median, oklusi gigi geligi dan posisi

distal.

Try-in gigi posterior

Kunjungan ke enam, dilakukan try-in gigi posterior pada pasien. Hal-hal yang

harus diperhatikan antaralain kesesuaian garis median, posisi distal, oklusi gigi

anterior dan posterior, evaluasi dimensi vertikal saat istirahat dan oklusi, serta

perluasan sayap pada basis galengen gigit. Setelah itu, basis malam gigitiruan penuh

diberikan pada tekniker untuk dilakukan packing.

Gambar 7. Try in gigi posterior

Insersi GTP

Gigitiruan yang selesai dibuat diinsersikan pada pasien. Pemeriksaan yang

dilakukan antara lain retensi, stabilitas, adaptasi, estetik dan oklusi dari gigi tiruan.

Kontrol pertama

Kontrol dilakukan setelah satu minggu gigi tiruan di insersikan. Pemeriksaan

dilakukan pada jaringan sekitar mulut untuk melihat adanya lesi atau tidak. Pada saat

pemeriksaan di dapatkan adanya lesi pada bagian posterior kanan rahang bawah.

12

Page 13: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Sehingga dilakukan pengurangan bagian dalam dari gigitiruan yang menyebabkan

adanya lesi tersebut dan menanyakan apakah ada keluhan selama pemakaian GTP.

Kontrol kedua

Kontrol dilakukan setelah seminggu kemudian. Pemeriksaan dilakukan pada

jaringan sekitar mulut untuk melihat adanya lesi atau tidak dan melihat apakah lesi

yang pernah muncul pada saat kontrol pertama sudah sembuh atau tidak.

13

Page 14: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

PEMBAHASAN

Sebelum suatu pemeriksaan dilakukan pada kunjungan pertama, pasien

hendaknya diminta menggambarkan pengalaman perawatan gigi sebelumnya. Bila

dokter gigi menyimak dengan penuh perhatian, ia akan memperoleh tambahan

informasi berharga untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasiennya. Pemeriksaan

terbaik untuk keadaan mulut dapat dicapai melalui cara-cara pemeriksaan yang baku,

sehingga tidak satupun aspek terabaikan.6

Rasa sakit pada pemakaian gigitiruan

Pada kasus ini, pasien telah kehilangan seluruh giginya sehingga pasien

merasa terganggu saat berbicara, saat mengunyah dan utamanya masalah estetik.

Pasien tersebut ingin dibuatkan gigi palsu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Sebelumnya pasien pernah memakai gigi tiruan penuh, namun hanya bertahan selama

satu tahun disebabkan gigi tiruan yang dibuat oleh bukan dokter gigi tersebut melukai

mukosa pasien, sehingga pasien merasakan sakit. Dari kejadian ini dapat kita

simpulkan bahwa dalam pembuatan gigi tiruan terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan yang nantinya akan berpengaruh pada gigitiruan pasien nantinya.

Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung gigitiruan sering dijumpai pada

pasien yang memakai gigitiruan penuh (GTP). Kadang-kadang gejala rasa nyeri dapat

berupa rasa gatal, pedih, panas/rasa terbakar dan mukosa jaringan pendukung sangat

sensitif.7

Penderita dengan perasaan nyeri tidak merasa nyaman memakai gigitiruan,

malahan ada yang menderita nyeri yang berlebihan, sehingga tidak mampu memakai

gigitiruannya. Hal tersebut membuat pasien tidak puas terhadap operator yang

membuatnya. Rasa sakit biasanya disertai dengan kerusakan jaringan, tetapi ada juga

secara klinis terjadi kerusakan jaringan mukosa, tetapi tidak disertai rasa nyeri.7

14

Page 15: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Pada umumnya penyebab rasa nyeri pada pemakaian gigitiruan multi faktor.

Bisa disebabkan oleh emosi, fisik, gangguan metabolisme/hormonal dan gangguan

gizi. Kekurangan gizi dan metabolism seperti defisiensi zat besi, kekurangan protein,

penyerapan usus yang kurang baik, sebagai penunjang penyebab nyeri mulut. Tanda

yang sudah jelas menimbulkan rasa nyeri adalah memiliki linger yang rendah dengan

jaringan hiperplastik, dan adanya ulser.7

Tekanan di bawah gigitiruan bisa merupakan penyebab awal terjadinya iritasi

kemudian menyebabkan rasa nyeri. Jaringan pendukung yang rusak tersebut akan

mengeluarkan substansi histamine dan prostaglandin dan saraf terakhir mengeluarkan

substansi , mendukung terjadinya inflamasi dan meningkatkan sensitivitas.7

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigitiruan

Dalam perawatan pembuatan gigitiruan lepasan khususnya gigitiruan penuh

sering dijumpai masalah kontradiksi fungsional. Dalam pembuatan gigitiruan penuh

perlu diketahui anatomi landmark dari wajah, rongga mulut dan rahang.5

Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai

kemantapan gigitiruan, yaitu :5

1. Bentuk lengkung rahang

Bentuk lengkung rahang ada tiga macam yaitu persegi (square), lancip (tapering),

lonjong (ovoid). Kegunaan bentuk lengkung rahang menyangkut kemantapan dan

kekokohan geligi tiruan. Bentuk persegi dan lonjong lebih mantap dan kokoh

disbanding dengan yang bentuk lancip.

2. Besar lengkung rahang

Lengkung rahang ada yang besar, sedang atau kecil. Makin besar lengkung

rahang makin baik. Besar lengkung rahang yang tidak sama, rahang bawah lebih

besar dari rahang atas atau sebaliknya, akan menjadi masalah dalam penyusunan

15

Page 16: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa sehingga

dicapai geligi tiruan yang baik.

3. Bentuk lingir

Bentuk linger ada tiga macam, bentuk “U”, “V” dan bentuk jamur. Keadaan ini

bergantung pada bantuk tulang dan ada atau tidaknya resorbsi. Makin tinggi

linger maka makin kokoh dan mantap gigitiruan yang dibuat.

4. Hubungan rahang atas dan rahang bawah

Kepentingan dari hubungan rahang ini yaitu akan member pedoman pada

penyusunan gigi dengan tidak mengganggu estetik dan fungsi.

5. Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah

Kegunaan jarak kesejajaran linger ini untuk menentukan panjang gigi.

Bila jarak kesejajaran lingir :

- >15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi

- <10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik

- Akibat jarak yang terlalu besar ialah akan menimbulkan ungkitan terutama

pada rahang atas.

- Makin dekat permukaan oklusal gigi pada lingir, gigi tiruannya akan lebih

bagus.

Kesejajaran linger rahang atas dan rahang bawah berhubungan erat dengan

oklusi.

6. Eksostosis

Eksostosis merupakan tonjolan tulang. Tonjolan tulang harus dihilangkan secara

bedah (alveolektomi) sebelum gigitiruan dibuat.

7. Batas jaringan bergerak-tidak bergerak

Batas ini merupakan batas perluasan maksimal landasan gigitiruan sekitar rahang

yang membatasi pinggiran gigitiruan.

8. Tahanan jaringan

Gigitiruan yang berada di atas jaringan yang tahanannya normal akan lebih baik

sehingga dapat berfungsi dengan baik.

16

Page 17: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

9. Lidah

Lidah dapat menahan gigitiruan pada tempatnya atau melepaskan gigitiruan dari

tempatnya

10. Saliva

Saliva yang cair dalam jumlah yang banyak dapat membasahi permukaan

anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan. Saliva yang banyak

dan kental mudah melepaskan gigitiruan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigitiruan penuh

yaitu kondisi rongga mulut pasien, pengukuran dimensi vertical, posisi distal, serta

oklusi pasien. Kondisi rongga mulut pasien dapat mempengaruhi gigitiruan yang akan

dibuat. untuk kasus edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah dalam

pembuatan gigitiruannya memerlukan stabilitas dan retensi yang adekuat sehingga

pasien merasa nyaman saat menggunakannya. Untuk memperoleh stabilitas dan

retensi yang adekuat dibutuhkan kerapatan tepi.5

Pasien yang telah kehilangan seluruh giginya maka dimensi vertikalnya

berkurang sehingga perlu dilakukan pengukuran dimensi vertikal dengan menghitung

selisih antara posisi istirahat dan free way space. Yang dimaksud dengan free way

space yaitu celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan

istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertical istirahat dan relasi vertical

oklusi.8

Residual ridge yang ideal untuk mendukung sebuah gigitiruan penuh terdiri

dari tinggi sisa tulang dengan puncak yang membulat dan sisi labial, bukal serta

lingual yang sedikit tapered dengan ketahanan mukosa yang sehat.9

Pada lansia, oklusi dari gigitiruan sebaiknya diatur sedemikian sehingga

memberikan keseimbangan yang besar selama gerakan fungsional dari rahang

termasuk protrusi. Sebaiknya gunakan gigi dengan cusp yang pendek sebab

memungkinkan terjadinya gerakan antara kontak oklusal sentrik dan eksentrik dan

dengan demikian mengurangi resiko menimbulkan tekanan yang menyebabkan

pergerakan pada basis gigitiruan.1

17

Page 18: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

Akibat – akibat kehilangan gigi tanpa penggantian :10

- Penurunan efisiensi kunyah

Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, terutama pada bagian

posterior akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada

kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu

berpengaruh maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat

dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.

- Gangguan pada sendi temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure)

hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan

gangguan pada struktur sendi rahang.

- Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan

bicara, karena gigi –khususnya bagian anterior – termasuk bagian organ

fonetik.

- Memburuknya penampilan

Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi

depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang

manusia modern.

SIMPULAN

Dalam perawatan gigitiruan penuh terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pembuatannya mulai dari anamnesa sampai proses

penatalaksanaannya karena dapat mempengaruhi kenyamanan bahkan gigitiruan

dapat menyebabkan rasa nyeri pada pasien.

18

Page 19: Pembuatan Gigi Tiruan Penuh Lepasan Pada Pasien Dengan Edentulous Totalis

DAFTAR PUSTAKA

1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. p. 215.

2. McGarry Thomas et all. Classification system for partial edentulism. Journal of Prosthodontic 2002;11(3):181-93.

3. Williamson RA. Evidence-based treatment for the edentulous patient 2010 [internet]. available from : http://www.dentistrytoday.com/prosthodontics/removable/prosthodontics/3806-evidence-based-treatment-for-the-edentulous-patient, Accessed on: march 4th, 2012.

4. Strayer M. Edentulisme 2010 [internet]. Available from: http://www.enotes.com/public-health-encyclopediaedentulisme. Accessed on: march 4th, 2013.

5. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. p. 67-9.

6. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta: Hipokrates; 1995. p 448.

7. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung gigitiruan penuh dan penanggulangannya. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 2011;10(3):190.

8. Wahyu E. Hubungan rahang pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan 2009 [internet] available from http://www.scribd.com/pdf/24196386/hubungan-rahang-pada-pembuatan-gigitiruan-sebagian-lepasan. Accessed on: march 4th 2013.

9. Geering AH, Kundert M, Kelsey CC. Complete denture and overdenture prosthetics. New York : Thieme medical publisher. 1993. p. 12.

10. Gunadi HA dkk. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates; 1991. p .31-2.

19