24
PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN GRAHA ANUGERAH JAKARTA BARAT Nama : Novita Sari Sirait Program Studi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta , Jl.Pasar Baru Selatan No.25 Jakarta Pusat 10710

PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH

DI PANTI ASUHAN GRAHA ANUGERAH

JAKARTA BARAT

Nama : Novita Sari Sirait

Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta , Jl.Pasar Baru Selatan No.25

Jakarta Pusat 10710

Page 2: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI

PANTI ASUHAN GRAHA ANUGERAH JAKARTA BARAT

Novita Sari Sirait

Program Studi Pendidikan Agama Kristen, Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa

Jakarta

Jl.Pasar Baru Selatan No.25 Jakarta Pusat 10710

Email :[email protected]

Abstract

This research aims to knowing and get the information from builder, about

role leader in proccessdevelop the character of Christian so that impact so it has

an impacton behavior or christian character in foster children at the orphanage

Graha Anugerah, west Jakarta. Research methods that used is qualitative

descriptive, data collection which is done by observation, interview, and literature

review. With interviewees totaled nine (9) people that is 2 builder orphanage and

seven(7) foster child. Location research is Graha Anugerah orphanage west

Jakarta, from this research hopefully can useful for the development of character

education inchildren and teenagers which is in line with christian religious

education, and for orphanages in general and in developing foster children.Based

on interviews, that builderacting the elder sister builder and also for the parents

of foster children who are responsible for caring for and providing for all the

needs of the orphanages. In the coaching process, an approach is carried out with

the exemplary method of the builder and also the habituation method (which has

been taught and done in habitual manner every day). With patience and loyalty

from the builder in theaching and guilding foster children so that it has an impact

on the character building process in foster children, namely children who initially

have bad behavior. With the role of the builder and the process that has been

passed, it will have an impact on the character of the foster children, such as

children who have, no longer steal, lie, are selfish, and live in mutual respect,

love, and fear of God

Key words :the role of coach, Foster child, Christian Character

Page 3: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pembina dalam proses

pembentukan karakter Kristen sehingga berdampak pada perilaku pada anak asuh

di panti asuhan Graha Anugerah, Jakarta Barat. Permasalahan penelitian ini

adalah karakter dasar anak yang masuk dalam panti asuhan ini sangat bervariasi

dengan ciri-ciri rasa egois tinggi, tidak memiliki rasa hormat, sulit diatur,

berteriak, tidak memiliki rasa sopan santun serta perilaku negatif lainnya.

Permasalahan utama lainnya adalah rendahnya pemahaman akan nilai-nilai ke-

Kristen-an serta perilaku beragama yang belum terlihat. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan kondisi yang alamiah

melalui pendekatan secara empiris yang melekat dengan para narasumber dalam

jangka waktu yang cukup lama. Data diperoleh melalui wawancara kepada 9

narasumber yaitu pembina dan anak-anak panti asuhan yang masih belajar

maupun yang sudah selesai menamatkan pendidikannya. Observasi dilakukan

secara langsung, untuk mendapatkan data yang dapat teramati, dimana peneliti

berusaha memahami peran pembina dan kaitan-kaitannya dengan situasi perilaku

pembinaan kepada anak asuh yang berhubungan dengan pembentukan karakter.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa Pembina menerapkan perilaku kristen

terlebih dahulu sebelum mengajarkan kepada anak asuh. Pembina telah berperan

dalam pembentukan karakter kristen, sehingga telah dirasakan pada perilaku anak

asuh yang telah menamatkan sekolahnya serta terbentuknya perilaku beragama

Kristen secara nyata.

Kata kunci: Pembinaan, Anak Asuh, Karakter Kristen

Page 4: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

PENDAHULUAN

Generasi penerus bangsa ini hidup dalam masyarakat yang

bertumbuh dari masa anak-anak sampai dewasa di dalam keluarga.Keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab dalam

pembentukan karakter anak sejak dini. Orang tua bertanggungjawab dalam

pertumbuhan anak serta pertumbuhan karakternya melalui pendidikan keluarga

dalam lingkungan pendidikan informal.Keluarga harmonis yang utuh merupakan

harapan semua kalangan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namuntidak dapat

dipungkiri bahwa terdapat orang tua yang tidak bisa menjalankan tanggung jawab

untuk membimbing anak-anaknya. Berbagai persoalan dapat ditemui pada

keluarga yang bermasalah dalam membangun komunikasi yang timbul karena

hanya terdapat orang tua tunggal karena masalah perceraian atau meninggal dunia.

Permasalahan ekonomi keluarga, dan kehidupan orang tua tunggal serta

ketidakharmonisan antara orang tua dan anak dan membuat terbengkelainya

proses pendidikan dan pengembangan karakter anak. Ketidakmampuan orangua

untuk mendidik anak atau ketiadaan orang tua sehingga anak menjadi yatim piatu

menjadi persoalan persoalan lain. Persoalan tersebut membuat terbengkelainya

proses pengasuhan anak yang tidak mendapatkan hak perlindungan, dan

pendidikan. Pada tahap inilah Panti asuhan Graha Anugerah yang sejak tahun

2000 berperan dalam menggantikan peran orang tua untuk mendidik anak. Panti

asuhan ini menemukan adanya anak-anak terlantar yang kehilangan pengasuhan

dan perlindungan yang kemudian ditampung dan dibina. Terdapat pula anak-anak

yang sengaja dititipkan oleh orang tua karena permasalahan ketidakmampuan

ekonomi.

Panti Asuhan Graha Anugerah sudah menjadi rumah dan keluarga bagi

anak-anak yang tinggal didalamnya. Anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan

Graha Anugerah dididik oleh pembina agar bisa mandiri melalui pendidikan

formal dan pendidikan karakter. Panti asuhan ini merupakan panti yang

didasarkan pada azas kekristenan, sehingga pembentukan karakter diarahkan pada

karakter Kristen yang mengajarkan nilai-nilai kristiani dalam diri mereka. Anak-

anak tumbuh di bawah bimbingan para Pembina yang bertanggung jawab

terhadap kehidupan jasmani dan kerohaniannya. Berbagai jenis karakter anak

Page 5: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

yang tinggal di dalam panti asuhan ini telah dihadapi pembina dalam proses

pembimbingannya. Berbagai cara dilakukan pembina agar anak-anak dapat

bertumbuh sesuai dengan karakter Kristen yang diharapkan.

Penulis tertarik memilih penelitian di panti asuhan Graha Anugera.

Karena penulis melihat bahwa panti ini serius dalam pembinaan karakter kristen

bagi setiap anak asuhnya dengan menempatakan para pembina yang memiliki

kompetensi dalam pembinaan karakter Kristen. Panti asuhan Graha Anugerah

telah menghasilkan anak-anak asuh yang telah berhasil menyelesaikan

pendidikannya dengan baik di bidangnya masing-masing seperti lulus dari

Sekolah Tinggi Theologia,sekolah musik, lulus Teknologi Informasi, lulus

sekolah pariwisata dan beberapa lulusan lainnya. Saat ini beberapa dari anak asuh

yang telah lulus telah melayani sebagai staff pastoral di gereja, guru dan

karyawan.

Penulis juga melihat anak-anak asuh yang sudah mulai remaja ataupun

mulai beranjak dewasa yang masih tinggal di panti asuhan ini bersekolah dengan

baik, dan juga memiliki karakter kristen yang baik. Kebanyakan dari anak asuh ini

terlibat aktif melayani di Gereja, baik sebagai pemain musik, guru sekolah

minggu, multimedia, dan lain-lain.Data awal melalui pengamatanberdasarkan

fakta-fakta yang sebenarnyayang membuat peneliti tertari untuk mendalami dan

meneliti tentang peranan pembina dalam membentuk karakter Kristen pada diri

anak asuh yang ada di panti asuhan Graha Anugerah.

Beberapa kajian pada penelitian sebelumnya telah dilakukan sehingga

didapat beberapa artikel jurnal yang meneliti tentang karakter. Gurniwan Kamil

(2015) meneliti Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Sosiologi yang

membahas tentang begitu pentingnya peran pendidikan moral melalui

pembentukan karakter pada tiga pilar pendidikan, yaitu sekolah, keluarga, dan

masyarakat. Ketiga pilar ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam

pendidikan karakter.Maharani Ramadhanti (2019) meneliti Pembentukan Karakter

dengan metode BCCT yang membahas tentang penyusunan proses pembelajaran

yang disusun berdasarkan hasil observasi mengenai perkembangan dan kebutuhan

anak, dimana para pendidik membuat program-program menarik yang dapat

memenuhi kebutuhan anak di sekolah dasar untuk mengembangkan pendidikan

Page 6: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

karakternya. Ade Citra Harahap (2019) meneliti Character Building – Pendidikan

Karakter yang membahas tentang pentingnya Pendidikan karakter merupakan

penanaman nilai-nilai moral kepada seseorang atau sekelompok orang dan

mendorong mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan

sehari-hari seperti sopan santun, etika berbicara, sikap jujur, bertanggung jawab,

adil, religius, dan sebagainya. Lembaga pendidikan menjadi salah satu sarana

pengembangan pendidikan karakter bagi siswa di sekolah. Amalia Muhia Khansa

(2020) meneliti tentang Analisis Pembentukan Karakter Siswa SDN Tangerang 15

membahas tentang faktor yang paling utama dalam mempengaruhi karakter siswa

adalah keluarga,guru, lingkungan sekitar, dan media pembelajaran. Jika salah

satunya tidak ada, maka pembentukan karakter siswa tidak akan membentuk

dengan semestinya, karena guru, media pembelajaran, serta model pembelajaran

peserta didik memiliki peran yang besar dalam pembentukan karakter siswa.

Selanjutnya penelitian dari Siti Nurkhotimah (2019) meneliti tentang Peran

Pengasuh dalam membentuk Karakter religius di Panti Asuhan Budy Mulya

Sukarame Bandar Lampung membahas tentang pembentukan karakter religius

berdasarkan nilai ke-Islam-an di lingkungan panti asuhan dilingkungan organisas.

Ani Purwanti (2018) meneliti Pembinaan Karakter Warga Panti Pada Panti

Asuhan Amaliyah Di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari

membahas pembinaan karakter melalui berbagai metode di Panti Asuhan Amaliyah

melaui keteladanan, perhatian, kasih sayang, nasihat, penghargaan dan hukuman melalui

pengajaran 18 nilai-nilai pendidikan karakter. Winda Anggunita Lestari (2016) meneliti

Peran Lembaga Kesejahteraan Anak dalam menanamkan Pendidikan Karakter terhadap

Anak Asuh di Panti Asuhan Nurul Hidayah. Berdasarkan berbagai penelitian tersebut dan

beberapa penelitian lain yang sejenis, peneliti tidak menemukan penelitian tentang

pembentukan karakter yang didasarkan nilai-nilai ke-Kristenan-an di panti asuhan.

Beberapa kesamaan pada penelitian terdahulu adalah nilai-nilai karakter yang bersifat

umum dan nilai-nilai karakter yang bersifat ke-Islam-an. Nilai-nilai karakter yang

dikembangkan pembina di panti asuhan Graha Anugerah merupakan nilai-nilai ke-

Kristen-an. Atas dasar ini, maka penelitian ini dapat dilaksanakan. Pada tahap ini peran

pembina yang mengembangkan karakter Kristendidasarkan padaAlkitab yang

mengajarkan Karakter Yesus yaitu karakter kasih yang terdapat dalam kitab

Ulangan 6: 5-7 yang mengatakan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap

Page 7: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Dan dalam kitab Ulangan ayat 7yang

mengatakan “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-

anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau

sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.

Atas dasar itu pembina bertanggungjawab untuk mengajarkan, membimbing,

menasehati juga memberikan motivasi kepada anak-anak asuh di panti asuhan

Graha anugerah. Selanjutnyapada Lukas 10:2 mengatakan “Kasihilah Tuhanmu,

Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan

segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihinilah sesamamu

manusia seperti dirimu sendiri”.Pendekatan ke-Kristen-an didasari pada hukum

kasih tersebut.

Permasalahan yang dijumpai dalam pengelolaan anak asuh di panti

asuhan ini adalah karakter dasar anak yang masuk dalam panti asuhan ini sangat

bervariasi dengan ciri-ciri rasa egois tinggi, tidak memiliki rasa hormat, sulit

diatur, berteriak, tidak memiliki rasa sopan santun. Satu hal lain yang sangat

penting adalah rendahnya pemahaman akan nilai-nilai ke-Kristen-an serta perilaku

beragama yang belum ada dan beberapa karakter negatif lainnya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses

pembentukan karakter Kristen sehingga berdampak pada perilaku pada anak asuh

di panti asuhan Graha Anugerah?Penelitian difokuskan padaproses pembentukan

karakter Kristen yang dilakukan pembina di panti asuhan Graha Anugerah

dalammembimbing kepada anak asuh mulai dari anak-anak, remaja hingga

dewasa. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pembentukan

karakter Kristen yang berdampak pada perilaku dan karakter Kristiani pada anak

asuh di panti asuhan Graha Anugerah. Penelitian ini dapat dimanfaatkan

bagipengembangan pendidikan karakter pada anak dan remaja yang sejalan

dengan Pendidikan Agama Kristen serta dapat dimanfaatkanbagi lembaga panti

asuhan pada umumnya dan dalam pembinaan anak asuh yang didasarkan akan

nilai-nilai Kristiani.

Page 8: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptifdengan kondisi yang alamiah. Peneliti mendalami

permasalahan penelitian melalui pendekatan secara empiris yang melekat dengan

para narasumber dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga diperoleh data

yang cukup.Data diperoleh melalui wawancara kepada narasumber sebagai

pembina maupun anak-anak panti asuh yang masih belajar maupun yang sudah

selesai menamatkan pendidikannya. Observasi yang dilakukan secara langsung,

sehingga peneliti dapat mendapatkan data fakta yang dapat teramatipada gejala-

gejala yang terlihat, dimana peneliti berusaha memahami proses pembentukan

karakter oleh pembina dan kaitan-kaitannya dengan situasi perilaku pembinaan

kepada anak asuh yang berhubungan dengan pembentukan karakter.Adapun

prosedur pengumpulan data berupa pengamatan dengan keterlibatan secara

langsung, wawancara kepada narasumber, pengumpulan dokumentasi dan

pembuatan catatan lapangan. Sedangkan teknik analisis datanya yaitu melakukan

analisis hasil wawancara secara induktif dan dipadukan dengan analisa perilaku

dengan langkah-langkah berupa reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Narasumber berjumlah 9 orang, terdiri dari 2 orang pembina yaitu 1 orang

pembina sekaligus pemimpin panti asuhan dan 1 orangpembina yang bekerja

mengurus kebutuhan anak asuh sehari-hari. Narasumber lainnya adalah 7 anak

asuh di panti asuhan. Ketujuh anak panti asuhan itu adalah 3 anak asuh

menamatkan pendidikannya dan bekerja serta 4 anak asuh yang masih tinggal di

asrama panti asuhan Graha Anugerah dengan status pelajar dan mahasiswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran menunjukkan cakupan sebagai suatu konsep perihal apa yang dapat

dilakukannya dalam suatu peristiwa atau dapat diartikan sebagai langkah yang

diambil oleh seseorang atau kelompok, sering juga diartikan sebagai lakon atau

sandiwara (film) yang dilakukan oleh seseorang, namun peran juga bisa menunjuk

pada aspek tugas atau fungsi atas posisi atau kedudukan seseorang. Apabila

seseorang sedang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Page 9: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

maka orang tersebut menjalankan suatu peran1. Peran pembina yang berada di

Panti asuhan Graha Anugerah merupakan seseorang yang sedang menjalankan

kewajibannya dalam suatu bimbingan yang harus dilaksanakan untuk merubah

perilaku dan sifat anak asuh di panti asuhan.

Peran menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto,

“Peranan adalah suatu konsep atau rencana dengan hal apa yang dapat dilakukan

individu. Yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran dalam hal ini

artinya adalah peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

bermasyarakat.2

Peran pengasuh adalah cara pengasuh dalam hal ini memberikan segala

sesuatu yang dibutuhkan baik perhatian, waktu dan juga dukungan agar dapat

memenuhi upaya Pengasuh dalam membantu menerapkan perilaku disiplin

kebutuhan fisik, mental dan juga sosial anak-anak yang sedang dalam masa

perhatian, Kozier Barbara dalam Syahrony(2013) penguatan fungsi orang tua atau

pengasuh sebagai penanggung jawab utama dalam pengasuhan anak perlu segera

dilakukan. Menurut Naswardi dalam Budiharjo(2015) program penguatan dan

pengembangan ketahanan keluarga dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan keluarga supaya keluarga memiliki ketangguhan dan keuletan,

menjadi sumberdaya manusia yang tangguh, mandiri, bermoral dan juga

berkualitas. Pengasuh akan mendisiplinkan melalui pembiasaan, mulai dari jam

makan, jam mandi, jam bermain hingga jam belajar, pengasuh juga membuat

jadwal keseharian anak. Peran orang tua bagi anak sangatlah penting dalam

membentuk karakter anak.Anak yatim tidak bisa merasakan peran orang tua,

mereka membutuhkan sosok lain yang bisa menggantikan peran orang tua. Salah

satu cara yang dilakukan agar anak yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan

menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan guna

membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat,

1. Abineri Daeli, “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk Karakter

Peserta Didik Usia 10-12 Tahun Berdasarkan Galatia 5:22-23 Di Sekolah Dasar Negeri Gunung

Sahari Selatan 01 Jakarta Pusat” Skripsi STTPB, 2017)

2. http:// arisandi.com, Pengertian Peranan.. Dikutip hari selasa tgl 07

November 2017

Page 10: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilan-keterampilan seperti

yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga

Tanggung Jawab Pembina

Menurut (Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto), “Pembina adalah orang

yang melakukan suatu kegiatan dalam rangka mempertahankan dan

menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan” .

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan

secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka

memperkenalkan,menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan.suatu dasar-

dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan

sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya

sebagai bekal. Tanggung jawab dapat diartikan berbuat sebagai wujud kesadaran

akan kewajiban perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu berdasarkan atas

kewajiban ataupun panggilan hati seseorang, sikap yang ditunjukkan bahwa orang

tersebut memiliki sifat kepedulian dan kejujuran yang sangat tinggi. Tanggung

jawab yang dibedakan menurut keadaan manusia, ada beberapa jenis-jenis

tanggung jawab diantaranya diwujudkan dalam tanggung jawab kepada Tuhan,

tanggung jawab terhadap keluarga, terhadap bangsa dan negara.Dalam hal ini,

tanggung jawab yang dilakukan oleh pembina terhadap anak asuh panti asuhan

Graha Anugerah tidak hanya tanggung jawab secara materi, namun juga tanggung

jawab dalam hal waktu membina anak-anak serta paling utama adalah tanggung

jawab pemimpin atau pembina dalam pembentukan karakter Kristen dalam

menanamkan nilai-nilai kristiani dalam diri anak asuh. Dalam tanggung jawab

yang dilakukan itu tidak mudah membutuhkan kesabaran dan hati yang jujur dan

tulus, juga meluangkan waktu bersama untuk bisa membina anak-anak asuh

dipanti asuhan Graha Anugerah. Pembina di panti asuhan Graha Anugerah mereka

tidak hanya bertanggung jawab secara jasmani namun paling penting adalah

bertangung jawab terhadap rohani serta menanamkan nilai-nilai kristiani pada diri

anak asuh, sehingga terbentuk karakter kristen yang mereka miliki seperti karakter

saling mengasihi, saling menolong, mandiri, rendah hati dan cinta Tuhan.

Pengamatan yang intensif kepada pembinan menghasilkan data observasi yang

Page 11: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

dapat dirasakan sebagai wujud tanggung jawab pembina yang dilakukan kepada

anak-anak asuh, seperti:

1. Mengasihi

Mengasihi anak tidak berarti memenuhi semua tuntutan atau kemauan anak,

namun tetap ada batasannya karena belum tentu apa yang diminta oleh

anak sesuatu yang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sebagai pembina

bagi anak asuh harus dengan bijaksana dalam memenuhi permintaan

anak. Mengasihi juga berarti menghormati anak sebagai pribadi yang

utuh yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaannya.

2. Mencukupi Kebutuhan Anak

Alkitab mewajibkan bahwa orangtua untuk memelihara anak-anak-nya.

Dalam arti mencukupi kebutuhan anak, memberikan makanan,

kesehatan, perlindungan secara psikologis berupa rasa aman, nyaman,

serta menghargai anak sebagai pribadi utuh yang memiliki cita-cita,

keinginan dan impiannya sendiri. Di samping hal itu, memenuhi

kehidupan rohani anak hal yang utama. Kebutuhan rohani bukan hanya

sebagai pelengkap bagi pertumbhan anak, melainkan menjadi faktor

penentu bagi tumbuh kembang anak sehingga bisa membentuk karakter

anak-anak menjadi pribadi yang dewasa rohani.

3. Mendidik

Dalam kitab Ulangan 6:4-9 mencatat perintah Allah pada setiap

orangtua sebagai wakil Allah di dunia yaitu untuk mendidik anak-

anaknya mengenal Tuhan.

a. Sebelum mengajarkan, pembina terlebih dahulu mengasihi Tuhan

(ayat 5)

b. Setelah itu, pembina mengajarkannya berulang-ulang (ayat 6).

c. Membicarakannya ketika duduk, sedang dalam perjalan,

berbaring dan bangun (ayat 7).

Secara sederhananya bahwa orangtua yang bertanggung jawab akan hal ini

namun tugas ini digantikan oleh pembina panti asuhan yang bertanggung jawab

untuk mengajarkan anak tentang pengenalan akan Tuhan. Pentingnya pengenalan

akan Tuhan diperkuat dalam Amsal 1:7, dan dalam kitab Amsal juga mengatakan

Page 12: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

betapa pentingnya mendidik orang muda menurut jalan yang patut baginya.

Tanggung Jawab pembina di panti asuhan telah dilaksanakan sesuai dengan

pendapat Triastuti dkk, (2012: 125-128) bahwa pembina memiliki tanggung jawab

mendidikpembina tentunya memiliki satu perasaan tanggung jawab di dalam tugas

dalam membimbing anak-anak di panti asuhan. Pembina yang memiliki tanggung

jawab mendidik anak-anak asuh ia hadir di setiap waktu yang ditetapkan. Dan

tanggung jawab itu dilakukan seperti yang dikatakan Willian (2004) bahwa

“Seseorang yang bertanggung jawab adalah orang yang dapat menjalankan

kepercayaan yang diberikan kepadanya”3. Selanjutnya pembina melakukan

Bimbingan Kemandirian yang berlangsung sebagai penanaman sikap pada anak

asuh agar dapat melaksanakan semua kegiatan sendiri tanpa bergantung pada

orang lain, disiplin, dan bertanggungjawab pada apa yang dilakukannya sendiri,

serta bisa hidup mandiri saat sudah tidak tinggal lagi di panti asuhan. Pembina

juga memberikan bekal hidup dengan dembinaan keterampilan sebagaibekal

hidup, sehingga mereka diajarkan sesuai bakat atau keterampilan yang mereka

miliki dan bisa diterapkan baik di sekolah, gereja, atau masyarakat. Pemberian

bekal berupa keterampilan maka diharapkan anak-anak bisa memanfaatkan

keterampilan yang mereka miliki dengan baik dan secara maksimal. Pembina juga

telah memberikan pelayanan sosial kepada anak asuh untuk menampung anak-

anak yatim piatu dan terlantar dengan memenuhi kebutuhan pendidikan maupun

kebutuhan sehari- harinya. Anak asuh yang berada di panti asuhan ini telah

terpenuhi akan kebutuhan pendidikan, jasmani dan rohani.

Pembentukan Karakter Kristen

Menurut Griek mengatakan bahwa, “karakter didefinisikan sebagai

panduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga tanda yang

khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.4dan menurut

suyanto dan Muslich (2011:70) “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku

3. William Sears, Anak Cerdas peran Orang Tua Dalam Mewujudkannya, (Jakarta:

Emerald Publishing, cetakan pertama, 2004) Hal. 400

4Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Dunia

Pendidikan (Jakarta: KENCANA, 2013). Hal. 9

Page 13: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup bekerja sama,

baik dalam keluarga, masyarakat dan negara5.

Tujuan dalam mendidik karakter supaya membentuk karakter yang nyata

dalam suatu subyek dan pelaku sikap hidup yang dimilikinya, karakter juga

memberikan kesatuan dan kekuatan yang diambilnya. Kekuatan karakter dalam

pandangan Foerster ialah:

1. Karakter yang terbentuk dengan baik tidak akan mengenal konflik.

2. Tetap pada prinsip, tidak bimbang pada pendirian hanya karena pengaruh

baru .

3. Mampu merealisasikan setiap pandangan atau pendapat yang dimiliki dan

dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dimana pun berada.

4. Dapat membentuk ketahanan seseorang untuk mengingini apa yangdi

pandang baik, sedangkan kesetiaan adalah dasar dari penghormatan atas

komitmen yang dipilih.

Demikian juga halnya yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam

pembentukan karakter sangat membutuhkan bimbingan dari pembina yang

bertanggung jawab dalam tugas yang telah dilakukan. Pentingnya dalam

pembentukan karakter Kristen pada anak asuh di panti asuhan akan sangat

berguna bagi mereka sebagai orang Kristen yang taat.

Faktor-faktor Pembentuk Karakter Kristen

Ada beberapa hal yang penting dan sangat berperan dalam pembentukan

karakteryang telah dilakukan oleh pembina di panti asuhan.

1. Kebenaran,

Kebenaran bagi orang Kristen adalah dasar dan prinsip, rencana dan

perintah-perintah Alkitab, yang terwujud di dalam diri Kristus dan

pengajaran-Nya, ini akan membentuk diri kita. Seperti dalam teori Jhon

Locke mengatakan hati anak-anak merupakan tabula rasa( kertas kosong

yang putih) tergantung apa yang akan diisi kepada anak. Namun pemikiran

Jhon Locke tentang tabula rasa, tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab,

5Muslich Suyanto, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Mulitidimensi

(Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Hal 70

Page 14: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

karena kita tidak dilahirkan dalam keadaan “kertas putih” tetapi sudah

dilahirkan dengan dosa turunan dalam kitab (Roma 3:23-24) ”manusia

telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia kita telah

dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan Yesus Kristus). Oleh

karena itu, bukan sekedar belajar firman Tuhan sebagai pengetahuan,

tetapi harus menerapkan dan hidup sepenuhnya bersandar kepada

kebenaran firman.

2. Agama

“Agama mengontrol dan menguasai kepribadian” kita juga bisa melihat

peranan agama di dalam mencegah kejahatan. Akan tetapi agama belum

pernah bisa melahirkan baru satu kepribadian. Itu sebabnya Yesus berkata

kepada pemimpin agama saat itu: “Engkau harus dilahirkan kembali”(Yoh

3:3), karena agama belum mencukupi untuk bisa mengubah kepribadian

seseorang.

3. Pembentukan Roh Kudus

Roh kudus memimpin kepribadian, jika dengan sungguh-sungguh mau

taat kepada Roh kudus, lalu dengan penyerahan yang total menyandarkan

seluruhnya kepada pimpinan Roh Kudus, maka akan menikmati sukacita

karena Roh Kudus6. Ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh anak dalam

perkembangan karakternya, antara lain:

a. Rasa Aman

b. Rasa Keadilan

c. Rasa Tanggung Jawab

e. Memiliki Identitas Diri

f. Rasa Kemandirian

g. Berjuang Dengan Kesusahan.

Karakter berdasarkan teladan Yesus

Dasar kedua yang digunakan untuk membentuk karakter anak kristen

adalah dengan mengajarkannya sesuai dengan keteladanan Tuhan Yesus. Seorang

anak tentu tidak mengerti pelajaran yang terkandung dari tindakan Tuhan Yesus di

6Stephen Tong, Arsitek Jiwa (Surabaya: Momentum, 2005). Hal. 75

Page 15: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

dalam Alkitab. Karena itu mutlak diperlukan bimbingan orang tua di dalamnya.

Orang tua tidak boleh memberikan kepercayaan penuh kepada guru sekolah

minggu atau pendeta dalam memperkenalkan teladan Yesus. Sebaliknya orang

tualah yang harus memiliki inisiatif awal untuk memperkenalkan keteladan Yesus.

Berikut adalah beberapa contoh keteladanan Yesus yang telah diajarkan kepada

anak, agar mereka dapat memiliki karakter Kristus.

1. Rendah hati

Kerendahan hati adalah kebalikan dari keangkuhan. Kerendahan hati

mengajarkan agar seseorang membuang egosentrisnya dan memiliki hati

sebagai hamba. Matius 20:26-27 " Tidaklah demikian di antara kamu .

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi

pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,

hendaklah ia menjadi hambamu.

2. Pengendalian diri

Belajar mengendalikan diri adalah sesuatu yang luar biasa. Yesus telah

mengajarkan pada pengikut-pengikut Nya ketika Ia dicobai di padang

gurun, tapi pada akhirnya Yesus menang. Matius 4:1 "Maka Yesus dibawa

oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai iblis."

Ketika Yesus sedang disidang oleh Pilatus, Yesus memiliki keteguhan hati

yang luar biasa. Dia tidak goyah oleh ancaman, kekerasan, fitnahan atau

hal apapun. Yesus tidak pernah tunduk pada dunia walapun harus disalib.

Anak-anak sejak dini harus dilatih memiliki hati yang teguh untuk

mempertahakan imannya dan teguh melakukan kebenaran. Iman tidak

dapat ditukar dengan seluruh kekayaan dunia, atau oleh berbagai kesulitan

dan ancaman.

3. Objektivitas-Nya

Keadilan dan objektifiatas Yesus terlihat ketika Ia bertemu dengan

seorang wanita Samaria yang sedang menimba air (Yoh 4:9). Yesus tetap

ramah dan sabar sehingga bisa tetap objektif menilai wanita Samaria.

Dengan demikian kebenaran dapat disampaikan. Melatih anak-anak

memiliki keadlian dan objektif adalah sesuatu yang membanggakan. Di

dunia ini anak-anak diperhadapkan dengan ketidakadilan hukum serta

Page 16: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

keegoisan dan kelobaan manusia, tetapi anak yang memiliki karakter

Yesus akan tetap adil dan objektif.7

Pembinaan Karakter

Strategi pembentukan perilaku anak bahwa anak akan tumbuh menjadi

pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter

pula(Zein dalam Indarwati, 2011: 8). Usaha mengembangkan anak-anak agar

menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan

tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat.Usaha

tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Fungsi

strategi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam pendidikan mempunyai fungsi

sosial dan individual8.

Pembentukan karakter yang dilakukan oleh pembina kepada anak-anak

asuh di panti asuhan Graha Anugerah dilakukandilakukan secara terus menerus

dengan membentuk lingkungan yang berkarakter pula. Pengamatan yang

dilakukan diperoleh bahwa Pembina telah terlebih dahulu melakukan perilaku

dengan nilai-nilai Kristiani, agar dapat dijadikan teladan bagi para anak asuh.

Pendekatan yang dilakukan dalam pembentukan ini kepada anak asuh

dengan memberikan nasihat dan memberi motivasi serta memberikan dukungan

kepada anak-anak juga dengan didikan yang tegas. Pembinaan pengembangan

karakter ini akan sejalan dengan memenuhi kebutuhan anak-anak di panti dengan

memberikan bentuk perhatian dan kebutuhan di panti asuhan Graha Anugerah.

Tata tertib atau peraturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak asuh di panti

asuhan Graha Anugerah, yaitu sebagai berikut :

1. Waktu berkunjung wali hari sabtu pukul 14:00 s/d 18:00 wib sebulan

hanya satu kali

2. Wali/ orang tua tidak diperkenankan masuk kamar anak pada waktu

berkunjung.

3. Wali/ orang tua tidak diperkenankan untuk menginap/ bermalam di Panti.

7 Handreas Hartono: Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen (Jurnal

Teologi dan PAK) KURIOS,2014.

. 8Yahya Sulthoni, “Strategi Pembentukan Karakter Anak Di Panti Asuhan Muhammadiyah Wiyung

Surabaya,” Kajian Moral dan Kewarganegaraan 1, no. 1 (2013): 272–287.

Page 17: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

4. Wali/ orang tua wajib menasehati anak yang dititipkan di panti asuhan

Graha Anugerah agar mentaati tata tertib, pengasuh dan pengurus panti

5. Wali/ orang tua tidak diperkenankan memberikan uang/ barang tanpa

sepengetahuan dan seizin pengasuh.

6. Pengasuh dan pengurus panti berkewajiban untuk memperhatikan perilaku

anak asuh, mendidik mereka sesuai dengan Firman Tuhan, mengasihi

mereka sebagai anak titipan Tuhan.

7. Setiap anak wajib mentaati jam bangun pagi- istirahat – jam belajar- jam

makan – jam tidur – jam ibadah yang diatur oleh pengasuh.

8. Setiap anak wajib mentaati pengasuh dalam pembagian tugas kerja.

9. Setiap anak yang akan melakukan kegiatan di luar panti/ keluar untuk

keperluan sesuatu, harus mendapat izin pengasuh.

10. Setiap anak wajib meghormati pengasuh/ pengurus dan semua petugas di

panti asuhan, sehingga tercipta suasana kekeluargaan.

11. Setiap anak wajib mengikuti ibadah di panti asuhan dan di Gereja Sidang

Jemaat Allah Jl.Batu Tulis No.43.

12. Setiap anak wajib bersekolah di sekolah yang ditentukan oleh pengurus

Panti Asuhan Graha Anugerah.

13. Setiap anak akan disekolahkan sampai tingkat Sekolah Menengah

Kejuruan (saat ini sampai kuliah).

14. Setiap anak hanya boleh tinggal di dalam panti sampai umur 20 tahun, dan

harus keluar dari panti asuhan Graha Anugerah untuk mencari pekerjaan

atau tempat tinggal lain. (saat ini sampai selesai kuliah).

15. Setiap anak yang tidak mentaati peraturan dan tidak menghormati

pengasuh dan pengurus, akan diperingatkan apabila sudah diperingatkan

dan dididik tidak juga bisa mentaatiperaturan, maka pengasuh berhak

mendisiplin anak tersebut, dan sampai pada akhirnya pengurus yang akan

memutuskan dengan status anak tersebut, kemungkinan dikembalikan

kepada wali/ orang tua adalah hak badan pengurus.

Page 18: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

Hal hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian.9Tata

tertib tersebut menjadi dasar aturan agar terjadi keteraturan dalam kehidupan di

panti asuhan. Bagian ini merupakan sebagian pembentukan karakter disiplin pada

anak asuh dan orang-orang disekitarnya.

Peran Pembina kepada anak asuh

Peran, menurut Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status). Dalam

sebuah lembaga, setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik dalam

melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah diberikan. Tugas-

tugas tersebut merupakan batasan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dan

dapat dipertanggungjawabkan.10. Pengasuh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah orang yang mengasuh, wali (orang tua dan sebagainya).11.

Dalam hal ini, Peran yang dilakukan oleh pembina dipanti asuhan yaitu

sebagai kakak, yang artinya anak-anak memiliki hubungan yang lebih akrab atau

dekat sehingga tidak adanya rasa tegang atau anak mendapatkan rasa nyaman

sehingga mereka bisa berbagi cerita ketika anak sedang mengalami masalah

namun tetap dengan rasa hormat dan menghargai kepada pemimpin mereka.

Berperan juga sebagai ibu pembina anak asuh di panti. Yang artinya Ibu Heni

yang memberikan bimbingan atau pembinaan setiap yang terjadi di panti asuhan.

Anak-anak pun dibimbing dan dibina dalam pembentukan karakter anak-anak

Sebagai pengurus: memastikan kebutuhan anak asuh tercukupi ,terutama dalam

hal biaya-biaya yang mereka butuhkan untuk makanan,pakaian,sekolah,dan

kebutuhan lainnya.

Sebagai Pembina : memastikan semua anak asuh terlindungi, merasa nyaman

karena memiliki keluarga yang ada bersama dengan mereka ,memberi nasehat dan

mendukung mereka untuk mencapai cita-citanya. Pembina yang memiliki 2 peran

sebagai pengurus dan pembina anak-anak di panti, tentunya sebagai pembina

bertanggung jawab dalam kebutuhan baik secara jasmani, psikologi, dan

kerohanian anak-anak.

9Badan Pengurus Panti, “Tata Tertib Panti Asuhan Graha Anugerah.” (Jakarta, 2003). 10Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru,” Jakarta: Rajawali Pers (2009). 11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (Jakarta: Balai

Pustaka, 2017).

Page 19: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

Pembentukan Karakter melalui perubahan perilaku

Pembina membuat peraturan untuk dijalankan oleh semua anak asuh.

Anak-anak dilatih tentang kedisiplinan dengan mengikuti berbagai kegiatan

sesuai jadwal sehari-hari, seperti: waktu bangun dan tidur malam, waktu belajar

bersama, ibadah bersama pagi dan malam, jadwal makan pagi, siang dan malam.

Melatih tanggung jawab dan kemandirian anak dengan membuat jadwal tugas

harian untuk semua anak, seperti tugas membersihkan rumah, mencuci piring,

membantu memasak, membantu mencuci dan menyetrika baju, dan lainnya.

Menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhan dengan mewajibkan semua anak asuh

untuk ikut ibadah di gereja setiap minggu, sesuai dengan tingkat usianya

sertamengikuti kelas pendidikan agama Kristen di gereja bagi yang sudah

remaja.Perilaku lain yang ditanamkan oleh pembina kepada anak-anak adalah

membentuk lingkungan yang saling tolong menolong, saling memberi perhatian

seta membangun kepedulian kepada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam

belajar. Pendidikan formal diberikan kepada anak dengan mewajibkan sekolah di

luar lingkungan panti asuhan dengan memperhatikan lingkungan pergaulan yang

baik dengan memasukkan anak di sekolah Kristen atau sekolah yang baik. Anak-

anak dididik dan didorong agar sedini mungkin sedini mungkin untuk terlibat

dalam pelayanan di gereja, dengan tujuan agar mereka semakin mencintai Tuhan

dan pelayanan. Pembina melakukan pembinaan ini dengan memproses anak-anak

asuh secara terus menerus secara konsisten agar menjadi anak yang memiliki

karakter Kristen dalam diri mereka.

Pembina telah melakukan keteladanan terlebih kepada anak-anak melalui

perilaku dalam pendekatan kepada anak asuh. Pembina dan pengasuh

memberikan teladan yang baik bagi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari,

seperti disiplin, kerajinan, saling menghargai, saling memaafkan. Konsistensi

keteladanan para pembina diterapkan untuk membentuk pembiasaan yang

mengajarkan kepada anak secara berulang-ulang untuk melakukan tanggung

jawabnya. Pembina memberikan teguran jika anak-anak jika melalaikan tugas,

dan memberikan pujian jika melakukan tanggung jawab dengan baik. Hal ini

dilakukan pembina kepada anak-anak agar menyadari akan tugas dan

kewajibannya sejalan dengan hak anak dalam kehidupannya.

Page 20: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

Proses pembentukan karakter yang diterapkan pembina telah membuat

perubahan karakter diri anak untuk bertumbuh dengan baik. Kesetiaan dan

kesabaran pembina dalam pembentukan karakter anak, keteladanan dalam

perkataan dan tindakan merupakan nilai tambah sehingga anak-anak dapat melihat

dan meniru serta mengikuti setiap aturan dan tindakan yang diterapkan dalam

apnti asuhan ini.

Proses Pembentukan Karakter Kristen

Pendekatan yang digunakan pada anak-anak panti saat proses

pembentukan karakter Memberi nasehat secara bersama-sama, memberikan

konseling secara pribadi bagi yang memiliki masalah secara khusus. Ada dua cara

pendekatan yang dilakukan yakni secara bersama-sama dalam kelompok dan

secara individual pada masing-masing pribadi anak. Pendekatan kelompok

dilakukan untuk pembimbingan dan konseling yang bersifat umum tentang nilai-

nilai ke-Kristen-an dan pendekatan individual untuk pembimbingan yang bersifat

khusus. Pembinaan konseling inidan pembinaan karakter yang terintegrasi telah

terbukti mengubah berbagai perilaku negatif yang terlihat pada awal anak-anak

masuk ke panti asuhan graha anugerah seperti mencuri, berkelahi, berbohong,

dan bebrbagai perilaku negatif lainnya.Perubahan karakter yang pada anak-anak

dapat terlihat dampaknya melalui periode waktu yang berbeda-beda. ada yang

mebutuhkan waktu yang cepat hanya 2,5 tahun, ada yang 4,5 tahun dan ada pula

yang 11 tahun kemudian baru terlihat secara signifikan perubahan perilaku yang

baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pembentukan karakter Kristen yang dilakukan dengan cara kesabaran dan

kesetiaan yang dilakukan oleh pembina, telah terbukti dapat mengubah perilaku

anak asuh. Dengan selalu menasehati kita, memberi arahananak-anak diajarkan

bagaimana caranya disiplin, menghargai,menghormati, saling menolong satu sama

lain dan terutama saling mengasihi. Pembina juga mengajarkan tentang karakter

takut akan Tuhan dan memiliki hati dalam melakukan pelayanan di gereja, anak

asuh mampu mengenal dirinya sendiri, menerima dirinya dengan kekurangan dan

kelebihannya dan berusaha sungguh-sungguh memaksimalkan kemampuannya.

Anak mampu bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, lingkungan dan

Page 21: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

kepada Tuhan. Menghargai dirinya, menghormati orang lain dan menghormati

Tuhan. Anak memiliki karakter yang baik sesuai dengan yang diajarkan Firman

Tuhan, seperti mengasihi semua orang, mengampuni, memiliki penguasaan diri

yang baik.Kerendahan hati telah diajarkan pembina agar seseorang membuang

egosentrisnya dan memiliki hati sebagai hamba. Matius 20:26-27 " Tidaklah

demikian di antara kamu . Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,

hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di

antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.

Setelah anak-anak asuh di panti asuhan graha anugerah menjalani proses

pembentukan karakter maka anak yang sebelumnya suka mencuri, melawan

orangtua, berbohong dan berkelahi mengalami perubahan karakter yang terjadi

pada diri anak-anak sehingga mereka memiliki karakter yang baik. Perubahan

karakter pada anak asuh tersebut dapat tercermin dari perilaku yang teramati derta

hasil wawancara kepada pembina dan wawancara kepada anak-anak asuh.

Dampak perubahan karakter Kristen pada diri anak

Ketika anak-anak sudah mulai beranjak remaja tentu saja tidak begitu

dengan mudah mengubah dan membentuk karakter anak-anak pada diri mereka.

Perubahan yang terjadi ketika anak-anak menjalani dan mendapatkan dari proses

pendidikan karakter di panti asuhan Graha Anugerah menjadi lebih disiplin, lebih

menghormati orang lain, berbicara lebih sopan, lebih taat, lebih rajin, suka

menolong, tidak lagi mencuri atau berbohong. Tentunya anak-anak di panti

asuhan mengalami perubahan karakter yang awalnya memiliki karakter tidak baik

sekarang mengalami perubahan menjadi lebih baik. Anak-anak ini pun sekarang

sudah tidak egois, bahkan lebih rendah hati. Hal ini diakui oleh anak asuh yang

sudah bekerja maupun yang masih berada di asrama. Pada narasumber yang sudah

selesai menjalani kehidupan di anti asuhanm diakui telah mengalami perubahan

yang signifikan. Perilaku dalam bekerja dengan karakter yang baik dan aktif

dalam pelayanan di lingkungan gereja. Pana anak-anak yang masih tinggal di

panti asuhan, perubahan karakter telah terjadi secara bertahap dan hal ini dapat

diamati dan diakui oleh para pembina di panti asuhan Graha Anugerah.

Kerendahan hati adalah kebalikan dari keangkuhan. Pengendalian diri

Belajar mengendalikan diri adalah sesuatu yang luar biasa. Anak-anak telah

Page 22: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

berperilaku sopan dan santun, kerendahan hati secara bertahap dapat terlihat.

Saling peduli dan menolong semakin dapat teramati. Kebaikan Tuhan Yesus tidak

diragukan lagi. Dan pada sekarang ini tentu anak-anak telah banyak diajarkan dan

dibimbing oleh pembina sehingga dapat membentuk dan menanamkan nilai-nilai

kristiani pada diri anak asuh di panti asuhan Graha Anugerah. Inilah dampak

perubahan pendidikan karakter pada anak asuh panti asuhan Graha Anugerah.

Karakter Kristiani telah diajarkan melalui contoh-teladan Tuhan Yesus seperti

terdapat dalam Alkitab.

Kesimpulan :

Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa Pembina panti asuhan Graha

Anugerah telah melakukan pembinaan dalam proses pemmbentukankarakter anak

asuh. Pembina telah berperan baik sebagaiorang tua, kakak bagi anak-anak asuh

dengan cara memberi contoh, memperhatikan, mengajarkan dan mendidik anak-

anak asuh. Pembinaan pembentukan karakter Kristen dilakukan secara konsisten

dan terus menerus dengan berdasarkan ajaran dari Tuhan Yesus yang tertulis

dalam Alkitab. Pembina terlebih dulu memberikan teladan kepada anak-anak

dalam proses pembinaan dalam pembentukan karakter yang dilakukan.

Pembina menanamkan nilai-nilai Kristiani pada diri anak asuh melalui

berbagai prosesdalam berkehidupan di panti asuhan Graha Anugerah melalui

penerapan peraturan untuk dijalankan oleh semua anak asuh serta melatih

kedisiplinan anak dengan mengatur jadwal sehari-hari untuk melatih tanggung

jawab dan kemandirian anak.Cinta kepada Tuhan serta memberikan kasih kepada

sesama menjadi tujuan pokok dalam pementukan karakter Kristen. Pendidikan

formal disiapkan untukmemberikan lingkungan pergaulan yang baik dengan

menyekolahkan anak di sekolah Kristen atau sekolah yang yang memiliki

lingkungan sosial yang baik. Pembina mendorong anak sedini mungkin untuk

terlibat dalam pelayanan di gereja, dengan tujuan agar mereka semakin mencintai

Tuhan dan pelayanan. Metode yang digunakan pembina dalam membentuk

karakter anak asuh yaitu dengan keteladanan dan membentuk pembiasaan bagi

anak-anak asuh. Dampak yang dihasilkan dari proses pembentukan karakter pada

diri anak asuh adalah adanya perubahan bahwa anakmenjadi lebih disiplin, lebih

Page 23: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

menghormati orang lain, berbicara lebih sopan, lebih taat, lebih rajin, suka

menolong, tidak lagi mencuri dan tidak berbohong.. Anak-anak asuh di panti

asuhan Graha Anugerah sudah memiliki karakter Kristen dalam diri mereka,

seperti saling mengasihi, memiliki kerendahan hati, kesabaran, menjadi lebih

sopan dalam perkataan, tidak egois dan saling membantu satu sama lain.

Terjadinya dampak perubahan karakter anak-anak asuh tidak terlepas dari peran

pembina dalam pembinaan dan bimbingan kepada anak-anak di panti asuhan

Graha Anugerah.

Daftar Pustaka :

Abineri, Daeli. “Peran Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk

Karakter Peserta Didik Usia 10-12 Tahun Berdasarkan Galatia 5:22-23 Di

Sekolah Dasar Negeri Gunung Sahari Selatan 01 Jakarta Pusat”.” Jakarta

Pusat, 2017.

Al-Hasyim, Muhammad Syahid Fudholi. “Metode Pembinaan Agama Bagi

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Panti Sosial Bangun

Daya I Kedoya Jakarta Barat.” Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif …, n.d.

Arisandi. “Pengertian Peranan.” Http:// Arisandi.Com,.

Devi, Kolama. “Peranan Pembina Dalam Meningkatkan Prestasi Anak Asuh Di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Muslim (LKSAM) Desa Ujung Gurap

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.” IAIN Padangsidimpuan, 2017.

Hadi, Sutrisno. “Metodologi Research Jilid I.” Yogyakarta: Andi 94 (2004): 95.

Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.”

Kurios (2018).

Joko Subagyo, P. Metode Penelitian Dalam Teori Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,

2015.

Mamik. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Anggota IKAPI, 2015.

Page 24: PEMBINAAN KARAKTER KRISTEN PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN

Nana, Syaodih Sukmadinata. “Metode Penelitian Pendidikan.” Bandung: Remaja

Rosdakarya (2010).

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.

Jakarta: Balai Pustaka, 2017.

Panti, Badan Pengurus. “Tata Tertib Panti Asuhan Graha Anugerah.” Jakarta,

2003.

Soekanto, Soerjono. “Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru.” Jakarta: Rajawali

Pers (2009).

Stephen Tong. Arsitek Jiwa. Surabaya: Momentum, 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Sulthoni, Yahya. “Strategi Pembentukan Karakter Anak Di Panti Asuhan

Muhammadiyah Wiyung Surabaya.” Kajian Moral dan Kewarganegaraan 1,

no. 1 (2013): 272–287.

Suyanto, Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis

Mulitidimensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

William Sears. Anak Cerdas Peran Orang Tua Dalam Mewujudkannya. Jakarta:

Emerald, 2004.

Yusuf, A M. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan,

KENCANA.” Jakarta. Deeplish, 2014.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Dunia

Pendidikan. Jakarta: KENCANA, 2013.