95
i PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN DAN PENURUNAN INTENSITAS NYERI SAAT MENJALANI KEMOTERAPI PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN. R DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA) DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : ADITYA KURNIAWAN NIM.P.13065 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

  • Upload
    hakien

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

i

PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP

EFISIENSI PERNAPASAN DAN PENURUNAN INTENSITAS

NYERI SAAT MENJALANI KEMOTERAPI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN AN. R DENGAN

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

DI RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ADITYA KURNIAWAN

NIM.P.13065

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

i

PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP

EFISIENSI PERNAPASAN DAN PENURUNAN INTENSITAS

NYERI SAAT MENJALANI KEMOTERAPI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN AN. R DENGAN

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

DI RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ADITYA KURNIAWAN

NIM.P.13065

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 3: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

ii

Page 4: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

iii

Page 5: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Tindakan Breathing Exercise Terhadap

Efisiensi Pernapasan Dan Penurunan Intensitas Nyeri Saat Menjalani Kemoterapi

pada An. R dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. Meri Oktariani, M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi dei sempurnanya studi kasus ini.

4. Ns. Amalia Senja, M. Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada An. R di ruang Melati

II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Page 6: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

v

7. Ns. Erna, S. Kep, selaku pembimbing lahan di RSUD Dr. Moewardi yang

telah memberikan banyak masukkan dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. Moewardi Surakarta.

8. Kedua orang tua (Maryono dan Kaminah) beserta kakak (Endah Kusuma

Wardani) yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa serta

menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan

DIII Keperawatan.

9. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program studi DIII

keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang

tidak mampu penulis sebutkan satu-persatu, yang memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Mei 2016

Penulis

Page 7: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... iii

KATA PENGANTAR............................................................................... iv

DAFTAR ISI.............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan.......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori............................................................................... 6

1. Leukemia Limfoblastik Akut............................................. 6

a. Definisi....................................................................... 6

b. Etiologi....................................................................... 7

c. Manifestasi Klinis...................................................... 8

d. Patofisiologi................................................................ 10

e. Komplikasi.................................................................. 11

f. Penatalaksanaan.......................................................... 13

1) Penatalaksanaan Medik........................................ 13

2) Penatalaksanaan Kemoterapi................................ 14

3) Penatalaksanaan Keperawatan............................. 18

g. Pemeriksaan Diagnostik.............................................. 19

h. Asuhan Keperawatan................................................... 19

1) Pengkajian............................................................. 20

2) Diagnosa Keperawatan.......................................... 23

3) Intervensi Keperawatan......................................... 23

2. Pernapasan........................................................................... 30

Page 8: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

vii

a. Definisi......................................................................... 30

b. Anatomi Saluran Pernapasan........................................ 31

c. Fisiologi Pernapasan..................................................... 34

d. Tahapan Proses Pernapasan.......................................... 35

3. Nyeri Kanker........................................................................ 37

a. Definisi.......................................................................... 37

b. Klasfikasi Nyeri Kanker................................................ 37

c. Prinsip Pengkajian rasa nyeri pada anak...................... 38

4. Breathing Exercise.............................................................. 43

a. Definisi......................................................................... 43

b. Tujuan Breathing Exercise........................................... 44

c. Deep Breathing Exercise.............................................. 45

B. Kerangka Teori................................................................................ 46

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset...................................................................... 47

B. Tempat dan Waktu........................................................................... 47

C. Media dan Alat yang Digunakan...................................................... 47

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset............................... 48

E. Alat Ukur Evaluasi........................................................................... 49

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas klien................................................................................... 50

B. Pengkajian........................................................................................ 50

C. Analisa Data..................................................................................... 57

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan...................................................... 58

E. Intervensi.......................................................................................... 58

F. Implementasi.................................................................................... 60

G. Evaluasi............................................................................................ 67

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian........................................................................................ 71

B. Perumusan masalah keperawatan..................................................... 78

C. Perencanaan...................................................................................... 81

Page 9: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

viii

D. Implementasi..................................................................................... 82

E. Evaluasi............................................................................................ 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan....................................................................................... 91

B. Saran................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Skala Nyeri Raut Wajah (Face).................... 39

2. Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................. 46

3. Gambar 3.1 Skala Nyeri Raut Wajah (Face).................... 49

4. Gambar 4.1 Genogram...................................................... 52

Page 11: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Surat Pernyataan

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5. Jurnal Utama

Lampiran 6. Asuhan Keperawatan

Lampiran 7. Log Book

Lampiran 8. Lembar Pendelegasian

Lampiran 9. Lembar Observasi Aplikasi Jurnal

Lampiran 10. Jurnal Pendukung

Page 12: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kanker menjadi penyakit serius yang mengancam kesehatan anak

di dunia. Menurut National Cancer Institute atau NCI (2009), diperkirakan empat

persen (4%) diantaranya adalah kanker pada anak, diperkirakan terjadi 10.370

kasus baru kanker pada anak usia 0-14 tahun di Amerika Serikat. Kanker

merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena angka kejadian dan

kematiannya terus merayap naik.

World Health Organisation (WHO) pada tahun 2008 menyatakan bahwa

kanker merupakan penyakit mematikan yang menduduki posisi kedua di dunia

setelah penyakit kardiovaskuler. Angka kematian di dunia yang disebabkan oleh

kanker pada tahun 2008 ialah sebanyak 7,6 juta orang atau 21 % dari jumlah

penyakit tidak mematikan di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Camargo et al

(2009) menyatakan bahwa insiden terjadinya penyakit kanker pada anak dan

remaja berkisar antara 92 – 220 per 1 juta anak. Angka tertinggi ditemukan pada

rentang usia anak 1-4 tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa kanker

terbanyak yang ditemukan pada anak adalah leukemia, limfoma dan tumor

otak.

Yayasan Onkologi Anak Indonesia mengungkapkan bahwa 2-3%

penderita kanker di Indonesia adalah anak-anak atau sekitar 150 dari 1 juta anak

menderita kanker. Prevalensi tumor atau kanker umumnya lebih tinggi pada

Page 13: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

2

perempuan, sebesar 5,7 per 1000 penduduk dibandingkan dengan pada laki-laki,

sebesar 2,9 per 1000 penduduk (Kemenkes 2013). Hasil pra penelitian yang peneliti lakukan

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 30 November 2013 didapatkan data bahwa

jumlah penderita leukemia pada tahun 2012 sebesar 151 anak dengan kisaran usia 5-14 tahun

sebanyak 64 anak, sementara pada tahun 2013 diketahui bahwa penderita leukemia

meningkat menjadi 355 anak. Jumlah penderita leukemia, berdasarkan data pada bulan

Oktober sampai November 2013 diketahui sebanyak 59 anak.

Penanganan terbaru kanker pada anak meliputi kombinasi dari kemoterapi, radiasi dan

kadang pembedahan. Tindakan tersebut sangat lama dan sering menimbulkan

ketidaknyamanan atau efek samping berupa nyeri hebat, mual, muntah dan beberapa anak

dengan kanker meninggal dunia (DeAngelis & Zylke, 2006). Pelaksanaan kemoterapi dan

pemantauan kemajuan pengobatan secara rutin membuat anak harus beberapa kali

berkunjung dan menginap di rumah sakit. Rasa sakit dan rumah sakit sering kali menjadi

krisis pertama anak yang harus dihadapi.

Breathing exercise adalah teknik penyembuhan yang alami dan merupakan bagian

dari strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue, nyeri,

gangguan tidur, stress dan kecemasan. Secara fisiologis, breathing exercise akan

menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorpin,

menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga dapat berkembang maksimal,

dan otot-otot menjadi rileks. Breathing exercise membuat tubuh kita mendapatkan input

oksigen yang adekuat dimana oksigen memegang peran penting dalam sistem respirasi dan

sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan breathing exercise, oksigen mengalir kedalam

pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa metabolisme yang

tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi. Breathing exercise akan

Page 14: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

3

memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan disuplay keseluruh jaringan sehingga tubuh

dapat memproduksi energi dan menurunkan level nyeri.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa informasi diatas penulis tertarik menerapkan

jurnal keperawatan tentang pemberian Breathing Exercise terhadap efisiensi pernapasan dan

penurunan intensitas nyeri pada pasien leukemia limfoblastik akut karena pada kasus ini di

temukan keluhan nyeri. Maka intervensi yang sesuai untuk kasus ini selain menggunakan

terapi obat yaitu dengan breathing exercise, karena ini merupakan teknik intervensi untuk

mengatasi masalah nyeri. Sehingga penulis tertarik untuk menerapkan pemberian breathing

exercise untuk efisiensi pernapasan dan penurunan intensitas nyeri pada asuhan keperawatan

An. R dengan Leukemia Limfoblastik Akut di ruang melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan pemberian tindakan Breathing Exercise terhadap efisiensi pernapasan

dan penurunan intensitas nyeri saat menjalani kemoterapi pada asuhan keperawatan An.

R dengan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. R dengan Leukemia Limfoblastik

Akut (ALL) yang menjalani kemoterapi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R dengan Leukemia

Limfoblastik Akut (ALL) yang menjalani kemoterapi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. R dengan Leukemia

Limfoblastik Akut (ALL) yang menjalani kemoterapi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. R dengan Leukemia Limfoblastik

Akut (ALL) yang menjalani kemoterapi.

Page 15: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

4

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. R dengan Leukemia Limfoblastik Akut

(ALL) yang menjalani kemoterapi.

f. Penulis mampu menganalisa hasil tindakan Breathing Exercise terhadap efisiensi

pernapasan dan penurunan intensitas nyeri saat menjalani kemoterapi pada An. R

dengan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL).

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Sebagai referensi dalam penurunan intensitas nyeri saat menjalani kemoterapi dan

memberi pilihan dalam penanganan leukemia limfoblastik akut (ALL) dengan

menerapkan intervensi tindakan Breathing Exercise.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bahwa tindakan Breathing Exercise merupakan salah satu alternatif

untuk menurunkan intensitas nyeri selama kemoterapi pada leukemia limfoblastik akut

(ALL).

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi dalam pengembangan dan peningkatan pelayanan keperawatan

preservise.

4. Bagi Penulis

Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan pengalaman dalam

melakukan intervensi berbasis riset di bidang Keperawatan Anak.

Page 16: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Leukemia Limfoblastik Akut

a. Definisi

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum

tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel

abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit.

Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan

fungsinyapun menjadi tidak normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari

darah normal juga terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam

klinik (Permono & Bambang, 2010)

Page 17: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

6

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan primer sumsum

tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah

abnormal (blastosit) disertai penyebaran ke organ-organ lain. Blastosit abnormal gagal

berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa dan proses pembelahan berlangsung terus. Sel-

sel ini (blastosil) mendesak komponen hemopoitik normal sehingga terjadi kegagalan

fungsi sumsum tulang. Selain itu, sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan

infilarasi ke organ-organ (Susilaningrum, 2013).

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel progenitor

pembentuk sel darah. Leukemia akut biasanya terjadi dengan tanda dan gejala yang

berhubungan dengan menurunnya fungsi sumsum tulang. Leukemia Limfoblastik Akut

(LLA) adalah leukemia akut yang paling sering ditemukan pada anak-anak, yang terdiri

dari 80-85% kasus. Puncak insiden LLA ini terjadi pada anak berusia 2-4 tahun.

Leukemia Limfoblastik Akut meliputi kelompok sel-sel tumor yang terdiri dari

prekursor limfosit B atau limfosit T yang imatur. Sebagian besar kasus LLA sekitar

80% kasus berasal dari prekursor limfosit B (Porth, 2005).

Klasifikasi leukemia limfoblastik akut (LLA) ada 3 tipe yaitu :

1) Tipe L-1 memperlihatkan adanya sel blas kecil yang seragam dengan sitoplasma

yang sedikit.

2) Tipe L-2 terdiri dari sel blas yang berukuran lebih besar dengan anak inti dan

sitoplasma yang lebih jelas dan lebih heterogen.

3) Tipe L-3 besar dengan anak inti yang jelas, sitoplasma yang sangat basofilik dan

vakuol sitoplasma (Mughal, 2006).

b. Etiologi

6

Page 18: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

7

Penyebab leukemia limfoblastik akut (LLA) sampai sekarang belum diketahui

secara jelas. Diduga faktor infeksi, virus, kimia, radiasi, dan obat-obatan dapat

mempengaruhi leukemia. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi sebagai pemacu

kanker. Faktor keturunan diduga dapat mempengaruhi timbulnya kanker. Pemaparan

sinar X pada ibu hamil muda dapat menimbukan resiko terkenanya kanker pada janin

yang dikandungnya (Susilaningrum, 2013).

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1) Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T

cell leukemia lymphoma virus/HTLV)

2) Radiasi

3) Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

5) Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome.

(Suriyadi, 2006)

c. Manifestasi Klinis

Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis

menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel

leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan

kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan dengan

anemia, infeksi, dan perdarahan.

Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh penderita LLA,

sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga penderita yang baru didiagnosis LLA.

Page 19: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

8

Perdarahan yang berat jarang terjadi. Gejala-gejala dan tanda klinis yang dapat

ditemukan :

1) Anemia menyebabkan mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada.

2) Anoreksia atau berat badan yang menurun karena proliferasi dan metabolisme

sel-sel leukemia yang begitu cepat.

3) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel- sel leukemia)

4) Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme).

5) Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. Penyebab

yang paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan bakteri gram negatif

usus, serta berbagai spesies jamur. Infeksi ini sering terjadi berulang yang

disebabkan karena neutropeni atau berkurangnya jumlah neutrofil.

6) Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan gusi,

hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak, dimana perdarahan-

perdarahan ini terjadi karena kurangnya jumlah trombosit.

7) Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati yang disebabkan infiltrasi sel-sel

leukemia ke berbagai jaringan dan organ.

8) Massa di mediastinum ( sering pada LLA sel T)

9) Leukemia sistem saraf pusat : nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi

intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf pusat otak

terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik fokal, kejang,sampai terjadi

koma.

10) Keterlibatan organ lain : testis , retina kulit, pleura, perikardium, tonsil.

(Price, 2007; Fianza, 2009;Hoffman, 2009).

d. Patofisiologi

Page 20: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

9

Leukemia merupakan proliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam

jaringan tubuh yang membentuk darah. Walaupun bukan suatu “tumor,” sel-sel

leukemia memperlihatkan sifat neoplastik yang sama sel-sel kanker yang solid. Oleh

karena itu, keadaan patologi dan manifestasi klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan

penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel-sel leukemia nonfungsional. Organ-organ

yang terdiri banyak pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang

terkena paling berat.

Untuk memahami patofisiologi prosess leukemia, sangat penting untuk

mengklarifikasi dua buah kesalahpahaman yang sering terjadi. Pertama , meskipun

leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah leukosit dalam

bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan leukemia). Kedua , sel-sel imatur

ini tidak dengan sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan

vaskular. Penghancuran sel terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi yang terjadi

kemudian pada unsur-unsur metabolik. Pada semua tipe leukemia, sel-sel yang

berproliferasi menekan produksi unsur-unsur darah yang terbentuk dalam sumsum

tulang melalui kompetisi dengan sel-sel normal dan perampasan hak-haknya dalam

mendapatkan unsur gizi yang essensial bagi metabolisme.

Tanda dan gejala leukemia yang paling sering ditemukan merupakan akibat dari

infiltrasi pada sumsum tulang. Tiga akibat yang utama adalah , anemia akibat pnurunan

jumlah sel darah merah, infeksi akibat neutropenia, dan tendensi perdarahan akibat

penurunan produksi trombosit. Invasi sel-sel leukemia kedalm sumsum tulang secara

perlahan –lahan akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur.

Kerena sel-sel leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan

rasa nyeri yang hebat. Limpa, hati, dari kelenjar limfe memperlihatkan infiltrasi,

pembersaran yang nyata, dan pada akhirnya mengalami fibrosis. Hepatosplenomegali

Page 21: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

10

secara khas lebih sering terjadi daripada limfadenopati. Lokasi invasi yang paling

penting berikutnya adalah sistem saraf pusat (SSP) yang terjadi sekunder karena

infiltrasi leukemia yang dapat menyebabkan peningkatan tekannan intrakranial. Sel-sel

leukemia dapat juga menginvasi testes, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastrointestinal,

dan paru-paru. Dengan semakin banyaknya pasien ynag bertahan hidup dalam jangka

waktu lama, lokasi invasi leukemia, khususnya testis, menjadi penting secara klinis

(Wong, 2008).

e. Komplikasi

Komplikasi kemoterapi LLA yang paling menimbulkan masalah termasuk

perburukan neuropsikologi, kerusakan-kerusakan pada tulang, dan obesitas. Perburukan

neuropsikologi ini diketahui merupakan efek samping dari radiasi kranial, kemoterapi

intratekal, dan kemoterapi sistemik (terutama metroteksat) yang juga dapat

menyebabkan atrofi otak dan disfungsi medulla spinalis.

Kemoterapi intratekal dan kemoterapi sistemik menambah perkembangan keracunan

neurokognitif. Obesitas paling banyak terjadi pada anak perempuan penderita LLA

yang dikaitkan dengan efek radiasi kranial dan kortikosteroid (Hoffman,2009).

(Menurut Wong, 2008 ), komplikasi yang dapat terjadi berupa :

1) Komplikasi Mielosupresi

Proses leukemia dan sebagian besar agens kemoterapi menyebabkan supresi

sumsum tulang (mielosupresi). Jumlah sel darah yang menurun menimbulkan

permasalahan sekunder berupa infeksi, kecenderungan perdarahan, dan anemia.

2) Infeksi

Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker di masa kanak-kanak

adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling

Page 22: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

11

rentan terhadap infeksi berat selama 3 fase penyakit berikut, pada saat diagnosis

ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia telah menggantikan

leukosit normal, selama terapi imunosupresi, dan sesudah pelaksanaan terapi

antibiotik yang lama sehingga mempredisposisi pertumbuhan mikroorganisme

yang resisten.

3) Perdarahan

Sebelum penggunaan terapi tranfusi trombosit, perdarahan merupakan penyebab

kematian yang utama pada pasien leukemia. Karena infeksi meningkatkan

kecenderungan perdarahan, dan karena lokasi perdarahan lebih mudah terinfeksi,

maka tindakan punsi kulit sedapat mungkin harus dihindari. Perawatan mulut

yang saksama merupakan tindakan esensial, karena sering terjadi perdarahan gusi

yang menyebabkan mukositis.

f. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medik

a) Transfusi darah

Biasanya diberikan jika kadar Hb < 6 gr %. Pada trombositopenia yang berat dan

perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit, jika ada tanda DIC dapat

diberikan heparin.

b) Kortikosteroid

(Prednison, kortison) deksametason dsb. Setelah dicapai remisi dan dikurangi

sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c) Sitostatika

Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan

prednison.

Page 23: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

12

Efek : alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder (kandidiasit)

Jika kadar leukosit < 2000/m3 pemberian harus hati-hati.

d) Imunoterapi

Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan jika telah tercapai

remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-10

6).

2. Penatalaksanaan Kemoterapi

a) Pelaksanaan Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian segolongan obat-obatan sitostatika yang dapat

mengahambat pertumbuhan atau bahkan membunuh sel kanker (NHS, 2007).

Tujuan pemberian kemoterapi adalah untuk membunuh sel kanker atau

mengurangi gejala kanker (palliative) (Birmigham Children’s Hospital, 2007.

b) Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

1) Fase Induksi : dimulai 4-6 minggu setelah di diagnosa ditegakkan. Pada fase

ini diberikan : Kortikosteroid (Prednison), vincristin, dan L-asparaginase.

Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau

tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari

5%.

(Hoffbrand, 2005 ; Pui and Evans, 2006)

2) Fase Profilaksis sistem saraf pusat : pada fase ini diberikan terapi

methotrexate, cytarabine dan hydrocortison melalui intrathecal untuk

mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan

hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

(Hoffbrand, 2005)

Page 24: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

13

3) Konsolidasi : pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk

mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang

beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan

pemeriksaaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap

pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan

sementara atau dosis obat dikurangi.

(Hoffbrand, 2005 ; Pui and Evans, 2006)

4) Rumatan (maintenance)

Rumatan (maintenance) diberikan 2 tahun pada anak perempuan dan orang

dewasa, dan 3 tahun pada anak laki-laki, dengan merkaptourin oral harian

dan metotreksat oral sekali seminggu. Selama terapi rumatan pada anak yang

tidak mempunyai imunitas terhadap virus-virus tersebut memiliki risiko yang

tinggi menderita varisela atau campak. Apabila terjadi pemajanan terhadap

infeksi tersebut, harus diberikan immunoglobulin profilaksik. Selain itu,

diberikan kotrimoksazol oral untuk mengurangi risiko terkena Pneumocystis

carinii (Hoffbrand, 2005).

c) Efek Samping Kemoterapi

1) Sumsum tulang

Efek samping pada sumsum tulang biasanya terdeteksi sekitar 7-10 hari

dalam hal penurunan jumlah sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah

merah, dan trombosit. Namun biasanya sekitar seminggu kemudian jumlah

sel dalam sirkulasi akan kembali normal.

Page 25: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

14

2) Infeksi

Terjadi karena turunnya jumlah sel darah putih. Fungsi utama sel-sel darah

putih adalah untuk melawan infeksi. Tanda dan gejala infeksi adalah panas,

sakit tenggorokan, batuk, gangguan saluran pernapasan, rasa panas saat

kencing, menggigil dan luka yang memerah, bengkak, dan rasa hangat.

Untuk menghindari infeksi dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Menjaga tangan selalu bersih, yaitu dengan sering mencucinya dan

mengeringkannya dengan baik.

• Menjauhkan diri dari kumpulan orang banyak, terutama dari orang-orang

yang sedang mengalami batuk pilek atau sakit infeksi lainnya.

• Minum air atau cairan sebanyak-banyaknya.

• Jaga agar mulut, gigi, dan gusi sebersih mungkin

• Jika ada tanda infeksi seperti batuk, pilek, panas, menggigil, tidak enak

badan cepat pergi berobat.

• Jika diperlukan dokter akan memberikan suntikan G-colony stimulating

factors untuk mempercepat produksi sel darah putih oleh sumsum tulang

yang merupakan protein khusus. Atau kalau infeksinya lebih serius akan

diberikan antibiotik yang tepat.

(Tandung, Dorce, 2014).

3) Anoreksia

Penurunan selera makan merupakan akibat langsung yang ditimbulkan oleh

kemoterapi dan/ atau radiasi.

4) Ulserasi Mukosa

Page 26: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

15

Salah satu efek samping yang paling menimbulkan distress dalam pemberian

obat-obatan kemoterapeutik adalah kerusakan sel mukosa gastrointestinal,

yang dapat menimbulkan ulkus dimanapun di sepanjang saluran cerna.

5) Neuropati

Vinkristin dan, hingga taraf yang lebih ringan, vinblastin dapat menyebabkan

berbagai efek neurotoksik.

6) Sistitis Hemoragika

Sistitis hemoragika yang steril yang merupan efek samping iritasi kimiawi

pada kandung kemih akibat pemakaian siklofosfamid.

7) Alopesia

Kerontokan rambut merupakan efek samping yang lazim terjadi pada

pemberian beberapa jenis obat kemoterapi dan iradiasi kranial, walaupun

tidak semua anak mengalami kerontokan rambut sewaktu menjalani terapi.

8) Moon Face

Terapi steroid jangka pendek tidak akan menimbulkan toksisitas akut tetapi

menghasilkan dua reaksi yang menguntungkan , yaitu peningkatan seleea

makan dan perasaan lebih sehat. Akan tetapi steroid akan mengakibatkan

perubahan citra tubuh yang walaupun secara klinis tidak signifikan , dapat

menimbulkan distres yang bermakna bagi anak-anak yang lebi besar. Pada

anak-anak memandu perhitungan dosis berbagai macam obat, sebagai

pedoman pemberian kemoterapi dalam terapi nutrisi (Wong, 2008)

3. Penatalaksanaan Keperawatan

Page 27: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

16

Menurut Wong (2008) , memberikan perawatan fisik dan dukungan

emosional secara berkesinambungan, karena harapan hidup anak yang menderita

kanker darah semakin membaik, pemantaian tumbuh kembang fisik dan intelektual

merupakan hal yang esensial. Perawat harus menekankan pentingnya perwatan

lanjutan yang teratur.

g. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan fisik

Memeriksa pembengkakan nodus-nodus getah bening, limpa, dan hati.

2) Tes darah

Memeriksa tingkat sel-sel darah. Leukemia menyebabkan suatu tingkatan sel-sel

darah putih yang tinggi. Pasien leukemia pada umumnya mengalami peningkatan

jumlah sel darah putih (leukosit).

3) Biopsi

Mengangkat beberapa sumsum tulang pinggul atau tulang besar lainnya. ada 2 cara

untuk memperoleh sumsum tulang :

a) Bone marraow aspiration (penyedotan sumsum tulang)

b) Bone marrow biopsy (biopsi sumsum tulang)

4) Cytogenesis

Pemeriksaan laboratorium untuk melihat kromosom-kromosom dari sel.

a) Spinal tap

Mengangkat beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang-ruang

di dan sekitar otak dan sumsum tulang belakang.

b) Chest x-ray

Mengungkapkan tanda-tanda dari gejala dada.

Page 28: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

17

h. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam

aspek-aspek pemeliharaan ,rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan (Doenges,

2002). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan keperawatan klien, baik fisik, mental,

sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012). Pengkajian Leukemia menurut Allen ,(2005)

:

1. Pengkajian

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang

menakjubkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan

letih, nyeri pada ekstremitas, berkeringat di malam hari, penurunan selera makan,

sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama

leukemia. Menurut (Allen , 2005) , pengkajian yang dilakukan pada klien dengan

leukemia sebagai berikut :

a. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan

Pada umumnya klien yang mengidap penyakit leukemia dikarenakan faktor

genetik. Pada umumnya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam,

pucat, lesu, anoreksia, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri abdomen,

hepatomegali, dan splenomegali.

b. Nutrisi dan Metabolik

Page 29: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

18

Pada umumnya klien mengalami penurunan nafsu makan, sering muntah

sehingga berat badan menurun dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit.

c. Eliminasi

Pada umumnya klien mengalami diare dan penurunan haluaran urin, kadang

adanya darah pada urine akibat perdarahan. Jika ada perdarahan dilambung

maka fesesnya berwarna hitam.

d. Aktifitas dan Latihan

Pada umumnya aktifitas klien terganggu karena klien dengan penyakit

leukemia pada umumnya sering merasa cepat lelah dan klien tampak pucat

serta mengalami nyeri pada persendian dan nyeri abdomen. Nyeri tulang

akibat penumpukan sel di sumsum tulang yang menyebabkan peningkatan

tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri yang semakin meningkat, nyeri

tulang berhubungan dengan leukemia biasanya bersifat progresif.

e. Tidur dan Istirahat

Pada umumnya klien mengalami sulit tidur karena nyeri yang dirasakan. Klien

gelisah dan tidur klien kurang nyenyak karena merasa sesak napas.

f. Kognitif-Perseptual

Pada umumnya klien mengalami masalah pada penglihatan dan sering

mengalami nyeri.

g. Persepsi diri-Konsep diri

Pada umumnya klien dengan penyakit leukemia merasa tidak berdaya terhadap

dirinya, sering merasa cemas dan sering merasa takut.

h. Peran-Hubungan

Page 30: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

19

Pada umumnya peran dan hubungan klien dengan keluarga tidak terganggu.

Klien umumnya pendiam dan malas berkomunikasi dengan orang disekitarnya

karena perasaan takut dan cemas dengan penyakit yang dideritanya.

i. Seksualitas dan Reproduksi

Pada umumnya terganggu

j. Koping-Toleransi stres

Pada umumnya klien tidak bisa berkonsentrasi dalam melakukan aktifitas.

Klien merasa cemas dan takut dengan penyakit yang dideritanya.

k. Keyakinan-Nilai

Pada umumnya klien dan keluarga klien menyerahkan semuannya kepada

Tuhan untuk kesembuhan. Terkadang pasien merasa Tuhan tidak adil

dengannya akibat penyakit yang diderita (hubungan kurang baik).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis

Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang

aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung

gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).

a. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.

Page 31: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

20

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau

stomatitis.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agen

kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk

mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan

adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau

tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada

maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

a. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan ...x 24 jam diharapkan nyeri teratasi

Kriteria hasil :

1) Secara subyektif klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradaptasi

2) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD : 120/80 mmHg, nadi : 80

x/menit, respiratory rate : 18 x/menit, suhu : 36,5˚C )

3) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang dapat meningkatkan atau

menurunkan nyeri

4) Klien tampak rileks/ tidak gelisah

5) Skala nyeri 0-1 atau beradaptasi

Intervensi keperawatan :

Page 32: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

21

1) Kaji skala nyeri dengan P, Q, R, S, T (Provoking, Quality, Region, Scale,

Time)

Rasional : gangguan pada sendi, tulang atau otot dapat berdampak pada

kenyamanan

2) Kaji tanda-tanda vital klien

Rasional : mengetahui perubahan frekuensi tekanan darah, nadi, suhu,

respiratory rate

3) Ajarkan teknik relaksasi non farmakologis relaksasi napas dalam ketika

muncul nyeri

Rasional : teknik relaksasi akan memperlancar peredaran darah sehingga

O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri akan berkurang.

4) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik

Rasional : analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan

berkurang (Wilkinson, 2011)

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi

dan atau stomatitis.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan ...x 24 jam diharapkan nutrisi klien

terpenuhi

Kriteria hasil :

1) Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan

progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan

bebas tanda mal nutrisi.

2) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan

adekuat.

Page 33: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

22

3) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu

makan / peningkatan masukan diet.

Intervensi keperawatan :

1) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

2) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga

cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat

memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori

dan protein yang adekuat.

3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu

bubuk atau suplemen yang dijual bebas

Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

4) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein

kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari

normal.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

tubuh

Tujuan : setelah dilakukan tindakan ...x 24 jam diharapkan tidak terdapat

resiko infeksi

Kriteria hasil :

1) Tidak mengalami gejala-gejala infeksi

2) Suhu badan normal (36,5-37 ˚C )

3) Perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan lingkungan

Page 34: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

23

Intervensi keperawatan :

1) Pantau suhu dengan teliti

Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

2) Guanakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko

infeksi

3) Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi

seluler

4) Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi

khusus

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan ...x 24 jam diharapkan intoleransi

aktivitas klien teratasi

Kriteria hasil :

Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi keperawatan :

1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk

berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler

atau penyambungan jaringan.

Page 35: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

24

3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan

atau dibutuhkan.

Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu

pemilihan intervensi.

4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan

diri

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agen

kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan ...x 24 jam diharapkan gangguan

kerusakan integritas kulit teratasi.

Kriteria hasil :

1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

2) Tidak ada luka/lesi pada kulit

3) Perfusi jaringan baik

4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan

mencegah terjadinya cedera berulang

5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit

dan perawatan alami.

Intervensi keperawatan :

1) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi

dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

2) Ubah posisi dengan sering

Page 36: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

25

Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada

kulit

3) Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif

4) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

5) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan

daerah perianal.

Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi.

2. Pernapasan

a. Definisi

Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam

tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida)

sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh merupakan pengertian dari Pernapasan

(respirasi). Sistem pernapasan terdiri dari paru-paru dan sistem saluran yang

menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk

menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida. Menurut Alsagaff

(2002), sistem pernapasan secara umum terbagi atas :

1. Bagian Konduksi

Bagian konduks terdiri dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan

bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir

ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi dan menghangatkan udara

yang diinspirasi.

2. Bagian Respirasi

Page 37: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

26

Bagian ini terdiri dari alveoli dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara

udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur

yang sama, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring

partikel-partikel yang masuk. Sistem pernapasan memiliki sistem pertahanan

sendiri di dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak.

b. Anatomi Saluran Pernapasan

Anatomi saluran pernapasan menurut Sloane (2003), terdiri dari :

1) Hidung

Hidung berbentuk piramid yang tersusun dari tulang, kartilago hialin dan jaringan

fibroaerolar. Hidung dibagi menjadi dua ruang oleh septum nasal. Struktur hidung

pada bagian eksternal terdapat folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

yang merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit bagian ini

mengandung vibrissae yang berfungsi menyaring partikel dari udara terhisap.

Sedangkan pada rongga nasal yang lebih dalam terdiri dari epitel bersilia dan sel

goblet. Udara yang masuk dalam hidung akan mengalami proses penyaringan

partikel dan penghangatan dan pelembaban udara terlebih dahulu sebelum

memasuki saluran yang lebih dalam.

2) Faring

Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm. Terdiri dari nasofaring,

orofaring, dan laringofaring. Pada nasofaring terdapat tuba eustachius yang

menghubungkan dengan telinga tengah. Faring merupakan saluran bersama untuk

udara dan makanan.

3) Laring

Page 38: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

27

Laring adalah tabung pendek yang berbentuk seperti kotak trianguler dan ditopang

oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga lainnya tidak berpasangan. Tiga

kartilago yang tidak berpasangan adalah kartilago tiroid yang terletak dibagian

proksimal kelenjar tiroid, kartilago krikoid yang merupakan cincin anterior yang

lebih dalam dan tebal, epiglotis yang merupakan katub kartilago yang melekat pada

tepi anterior kartilago tiroid. Pada saat menelan epiglotis menutup untuk mencegah

masuknya makanan dan cairan ke saluaran pernapasan bawah. Epiglotis juga

merupakan batas antara saluran napas atas dan bawah.

4) Trakea

Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang terletak di anterioresofagus.

Trakea tersusun dar 16-20 cincin kartilago berbentuk C yang diikat bersama

jaringan fibrosa yang melengkapi lingkaran di belakang. Trakea berjalan dari

bagian bawah tulang rawan krikoid laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4

atau 5. Percabangan trakea yaitu bronkus principallisdextra dan sinistra ditempat

yang disebut carina. Carina terdiri dari 6-10 cincin tullang rawan.

5) Bronkus

Bronkus merupakan struktur dalam mediastinum, yang merupakan percabangan

dari trakea. Bronkus sebelah kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan

trakea. Setiap bronkus primer bercabang membentup bronkus sekunder dan tersier

dengan diameter yang semakin mengecil dan menyempit, batang atau lempeng

kartilago mengganti cincin kartilago. Bronkus kanan kemudian akan bercabang

menjadi lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Bronkus kiri terdiri

dari lobus superior dan inferior.

6) Bronkhiolus

Page 39: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

28

Bronkiolus berkisar diameter dari beberapa milimeter sampai kurang dari setengah

milimeter. Ujung dari setiap bronkioli, disebut terminal bronkioli, berakhir pada

sekelompok alveoli. Yang memastikan bahwa udara yang masuk dipasok ke setiap

alveolus (kantung udara, tunggal untuk alveoli) merupakan fungsi dari bronkiolus.

7) Alveolus

Alveolus adalah kantung udara yang ukurannya sangat kecil da merupakan akhir

dari bronkiolus respiratorius sehingga meungkinkan pertukaran oksigen dan

karbondioksida. Alveolus terdiri dari membran alveolar dan ruang interstisial.

8) Paru

Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara yang terletak

dirongga toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus, bonkiolus,

bronkiolus respiratori, alveoli, respirasi paru, saraf dan sistem limfatik. Alat

pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk kerucut dengan apex di atas

dan sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar leher disebut dengan paru.

Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura. Paru kanan terbagi menjadi 3 lobus

oleh 2 fisura, sedangkan paru kiri terbagi menjadi 2 lobus oleh 1 fisura (Sloane,

2003).

Paru dilapisi oleh pleura. Pleura terdiri dari pleuraviseral yang melekat pada paru

dan tidak dapat dipisahkan dan pleura parietal yang melapisi strenum, diafragma

dan mediastinum. Diantara kedua pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan

pleura sehingga memungkinkan paru untuk berkembang dan berkontraksi tanpa

gesekan.

(Sloane, 2003).

c. Fisiologi Pernapasan

Page 40: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

29

Pernapasan terdiri Pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru

dengan pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot diafragma, isi dan dinding

abdomen serta pusat pernapasan di otak. Otot pernapasan primer adalah diafragma

yang berbentuk kubah, berada pada dasar torak yang memisahkan thorak dengan

abdomen sedangkan otot pernapasan tambahan terdiri dari ototintercosta eksterna dan

interna, otot sternocleidomastoidius danelevator scapula. Otot pernapasan dipersyarafi

oleh nervus phrenikus yang berfungsi mengendalikan otot diafragma dan otot dinding

abdomen yang terdiri dari rectus abdominis, obligus internus dan eksternus serta

trasversus abdominis (Guyton dan Hall, 2006).

Kerja inspirasi dibagi menjadi 3 yaitu : kerja compliane/elastisitas, kerja

resistensi jaringan dan kerja resitensi jalan nafas. Mekanisme pernapasan terdiri dari

inspirasi dan ekspirasi melalui peranan compliance paru dan resistensi jalan nafas.

Selama inspirasi normal, hampir semua otot-otot pernapasan berkontraksi, sedangkan

selama ekspirasi hampir seluruhnya pasif akibat elastisitas paru dan struktur rangka

dada. Sebagian besar kerja pada saat bernafas dilakukan oleh otot-otot pernapasan

yang berfungsi untuk mengembangkan paru (Guyton & Hall, 2006).

Otot diafragma berkontraksi dan mendatar pada saat inspirasi dan menyebabkan

longitudinal paru bertambah. Otot diafragma mengalami relaksasi dan naik kembali

ke posisi istirahat pada saat ekspirasi. Dalam keadaan normal otot tambahan tidak

aktif, mulai berperan pada saat aktivitas atau resistensi jalan nafas dan rongga

thorak meningkat. Mekanisme compliance paru dengan mengangkat rangka dan

elevasi iga, sehingga tulang iga dan sternum secara langsung maju menjauhi spinal,

membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama inspirasi maksimal

daripada saat ekspirasi. Compliance paru tergantung pada ukuran paru untuk

Page 41: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

30

melakukan perubahan volume intrathorak. Usia dan ukuran tubuh berpengaruh

terhadap kemampuan compliance paru (Guyton & Hall, 2006).

d. Tahapan Proses Pernapasan

Tahapan proses pernapasan menurut Prince & Wilson (2006), meliputi :

1) Ventilasi

Proses keluar masuknya udara dari dan ke paru yang membutuhkan koordinasi

otot paru dan thorak yang elastis dengan persyarafan yang utuh disebut ventilasi.

Adequasi ventilasi paru ditentukan oleh volume paru, resistensi jalan nafas, sifat

elasitik atau compliance paru dan kondisi dinding dada. Perbedaan tekanan udara

antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, pada inspirasi tekanan intrapleura

lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga udara masuk ke alveoli. Fungsi

ventilasi paru tergantung pada: bersihan jalan nafas, adanya sumbatan/obstruksi

jalan napas, sistem saraf pusat dan pusat pernapasan, kemampuan pengembangan

dan pengempisan (compliance) paru, kemampuan otot-otot pernapasan seperti;

otot diafragma, otot interkosta eksterna dan interna, otot abdomen.

2) Perfusi

Proses pergerakan darah melewati sistem sirkulasi paru untuk dioksigenasi,

selanjutnya mengalir dalam arteri pulmonalis dan akan memperfusi paru serta

berperan dalam proses pertukaran gas O2 dan CO2 di kapiler paru dan alveoli

disebut dengan perfusi paru.

3) Difusi

Difusi adalah pergerakan gas O2 dan CO2 dari area dengan bertekanan tinggi ke

tekanan rendah antara alveolus dengan membran kapiler.

Page 42: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

31

Dapat disimpulkan bahwa mekanisme dasar pernapasan meliputi : ventilasi paru,

yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfir, difusi dari

oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah, transpor oksigen dan

karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, pengaturan ventilasi

(Guyton & Hall, 2006).

3. Nyeri Kanker

a. Definisi

Pengkajian rasa nyeri merupakan komponen yang kritis pada proses keperawatan.

Namun tenaga profesional termasuk perawat cenderung salah menilai tentang rasa nyeri

pada anak. Salah satu alasan penanganan rasa nyeri yang tidak adekuat adalah

kurangnya pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan nyeri. Nyeri merupakan

suatu fenomena tiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dalam

mempersepsikan rasa nyeri pada orang lain, sehingga sering tidak tepat dan akurat.

Dalam operasionalnya, pengertian rasa nyeri yang biasanya digunakan dalam klinis

adalah nyeri merupakan apapun yang diperlihatkan, dikatakan seseorang dan kapan saja

seseorang mengataknya. (Susilaningrum, 2013).

Nyeri adalah sensasi dan persepsi mental yang tidak menyenangkan bagi pasien.

Ia menyertai ruda paksa jaringan yang sudah atau potensial terjadi. Nyeri bersifat

subjektif . Keluhan nyeri pasien kanker harus dipercaya karena timbulnya nyeri sering

kali menandakan eksistensi penyakit. ( Desen Wan, 2008).

b. Klasifikasi Nyeri Kanker

Berdasarkan kondisi dan waktu timbulnya nyeri kanker dibagi menjadi nyeri akut

dan kronik. Berdasarkan mekanisme faal timbulnya nyeri dapat dibagi menjadi nyeri

somatis, viseral dan neural. Menurut kausanya, nyeri dapat dibagi menjadi 4 jenis :

Page 43: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

32

1) Nyeri yang berlangsung ditimbulkan oleh kanker, misalnya infiltrasi akibat kanker,

terkenanya sistem saraf dan organ dalam.

2) Nyeri yang berhubungan dengan kanker, misalnya nyeri persendian atau nyeri

lainnya yang merupakan manifestasi nonspesifik kanker.

3) Nyeri yang terkait dengan kanker, misalnya sindrom nyeri pasca operasi dan pasca

kemoterapi, nyeri akibat ulserasi atau fibriosis pasca radiasi.

4) Nyeri yang tidak berhubungan dengan kanker, misalnya pasien sebelumnya sudah

menderita pirai dan artritis dan lain-lain.

( Desen Wan, 2008).

c. Prinsip Pengkajian Rasa Nyeri pada Anak

Pengkajian pada anak meliputi verbal dan nonverbal. Salah satu pendekatan yang

digunakan adalah QUESTT, yaitu sebagai berikut.

1) Bertanya pada anak/ Question the child (Q)

Pertanyaan dan gambaran anak mengenai rasa nyeri yang ia alami merupakan

faktor yang sangat penting di dalam mengkaji rasa nyeri pada anak. Pada kanak-

kanak, biasanya menggunakan kata-kata yang sederhana untuk menggambarkan

rasa nyerinya. Menanyakan lokasi nyeri pada anak akan sangat menolong. Selain

itu, melalui bermain juga dapat menolong anak untuk menyatakan

ketidaknyamanannya.

Saat bertanya pada anak mengenai rasa nyeri, perawat harus mengingat bahwa

mereka mungkin menyangkal rasa nyeri sebab mereka takut nantinya akan disuntik

analgesik atau percaya bahwa mereka pantas mendapatkan hukuman dari beberapa

kelakuan buruk mereka. Mereka juga akan menyangkal rasa nyeri pada orang asing

kecuali sudah mendapat izin dari orang tuanya.

Page 44: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

33

2) Gunakan reting skala/ Use pain ratting scale (U)

Retting skala merupakan alat ukur untuk mengukur rasa nyeri yang bersifat

subjektif kuantitatif. Rating skala yang ada sangat bervariasi. Tidak semua anak

dapat diukur melalui rating skala. Agar hasilnya valid dan percaya, rating skala

digunakan berdasarkan umur dan kemampuan anak. Pada anak periode akhir

kanak-kanak dapat menggunakan ratting skala wajah.

Gambar 2.1 Skala Nyeri Raut Wajah (Face), Wong-Bakers

Pengukuran derajat nyeri yaitu nilai :

1. = Tidak nyeri

2. = Nyeri sangat ringan

3. = Nyeri ringan

4. = Nyeri tidak begitu berat

5. = Nyeri sedang

6. = Nyeri cukup berat

Page 45: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

34

7. = Nyeri berat

8. = Nyeri hampir tak tertahan

9. = Nyeri berat terkontrol

10. = Nyeri berat tidak terkontrol

3) Evaluasi perubahan tingkah laku dan fisiologis/ Evaluation behavior and

physiologic change (E)

Perubahan tingkah laku merupakan indikator nonverbal anak terhadap rasa nyeri.

Respon perubahan perilaku anak terhadap nyeri cenderung sesuai dengan usia dan

perkembangan anak. Pada kanak-kanak sampai prasekolah biasanya responnya

meliputi :

a) menangis keras atau menjerit

b) ekspresi secara verbal, seperti “ow”,”akh”,”sakit”.

c) memukul dengan tangan atau kaki

d) berusaha menjauh dari stimulus sebelum digunakan.

e) tidak kooperatif; membutuhkan penahanan fisik (restrain)

f) meminta/ memohon agar prosedur tindakan yang dilakukan segera diakhiri

g) berpegang erat pada orang tua, perawat, atau orang lain yang berarti bagi anak

h) meminta/ memohon dukungan emosional, seperti merangkul

i) kelelahan dan mudah marah jika rasa nyeri terus berlanjut

Respon anak terhadap nyeri di samping berdasarkan usia dan tingkat

perkembangan ditambah dengan temperamen anak yang mempengaruhi dalam

penggunaan koping menjadikan suasana hati anak yang lebih positif. Anak yang

menggunaan koping perilaku yang pasif (tidak melakukan perlawanan/kooperatif)

dianggap lebih kuat dari anak yang menggunakan koping perilaku yang aktif

Page 46: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

35

(bertahan/menyerang). Disamping hal tersebut, respon anak terhadap nyeri juga

dipengaruhi oleh latar belakang budaya.

Untuk mengetahui bentuk dan lokasi nyeri, kita bisa melihat dari perilaku yang

diperlihatkan. Misalnya jika sakit/nyeri pada telinga, maka anak biasanya

memegang telinga, sakit kepala menggeleng-gelengkan kepala, sakit pada kaki

dengan jalan berjingkit, dan sebagainya. Respon fisiologi terhadap nyeri yang akan

dapat dilihat adalah kemerahan pada kulit, keringat banyak, meningkatkan tekanan

darah, nadi dan respirasi, kelelahan dan terjadi dilatasi pupil. Tanda-tanda ini

sangat bervariasi sebagai contoh penurunan detak jantung mungkin disebabkan

oleh reaksi emosi seperti ketakutan, marah, cemas. Oleh karena itu, perawat sangat

mengenali respon yang mengindikasikan nyeri.

4) Melibatkan orang tua/ Secure parent’s involvement (S)

Orang tua mengetahui tentang anak mereka, serta sensitif terhadap perubahan-

perubahan perilaku anak mereka. Kemampuan orang tua mengenali rasa nyeri pada

anaknya sangat bervariasi. Disamping itu, orang tua juga mengetahui bagaimana

cara membuat anaknya merasa nyaman, seperti mengayun-ayun anaknya,

mengajak berputar-putar atau bercerita. Agar mendapatkan hasil pengkajian yang

terbaik, sebaiknya perawat menanyakan kepada orang tuanya bagaimana reaksi

anak dalam menghadapi rasa nyeri. Hal ini sangat penting untuk menunjang proses

keperawatan.

5) Tentukan penyebab dan dokumentasikan/ Take cause of pain into account (T)

Jika anak menunjukkan perilaku yang mengarah ke rasa nyeri, maka alasan untuk

rasa tidak nyaman ini perlu diteliti. Patologi dapat digunakan sebagai petunjuk

Page 47: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

36

untuk menerangkan intensitas dan bentuk dari rasa nyeri, misalnya nyeri yang

timbul karena fungsi sumsum tulang lebih tidak nyaman dari pada fungsi vena.

6) Lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya/ Take action and evaluate result (T)

Tindakan untuk menurunkan rasa nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

menggunakan obat-obatan dan tanpa obat-obatan. (Susilaningrum, 2013).

4. Breathing Exercise

a. Definisi Breathing Exercise

Breathing exercise adalah teknik penyembuhan yang alami dan merupakan bagian

dari strategi holistic self-care untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue, nyeri,

gangguan tidur, stress dan kecemasan. Secara fisiologis, breathing exercise akan

menstimulasi sistem saraf parasimpatik sehingga meningkatkan produksi endorpin,

menurunkan heart rate, meningkatkan ekspansi paru sehingga dapat berkembang

maksimal, dan otot-otot menjadi rileks. Breathing exercise membuat tubuh kita

mendapatkan input oksigen yang adekuat. dimana oksigen memegang peran penting

dalam sistem respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan breathin exercise,

oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang

racun dan sisa metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan

memproduksi energi. Breathing exercise akan memaksimalkan jumlah oksigen yang

masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi

dan menurunkan level fatigue. Breathing exercise merupakan teknik yang mudah

dilakukan, mudah dipelajari, tidak membahayakan, dan tidak memerlukan biaya besar.

Perawat dapat mengajarkan breathing exercise untuk menurunkan level fatigue dan

keluhan lain yang dialami oleh pasien hemodialisis. Latihan ini dilakukan dalam waktu

Page 48: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

37

yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum, selama, sesudah proses hemodialisis,

dan selama pasien di rumah (Tsay, 1995;Kim, 2005; Zakerimoghadam, 2006; Stanley,

2011).

b. Tujuan Breathing Exercise

Berdasarkan tujuan latihan pernapasan, terdapat 3 tipe latihan pernapasan yakni :

1) Latihan pernapasan yang bertujuan untuk meningkatkan volume paru,

redistribusi ventilasi dan meningkatkan pertukaran gas.

2) Latihan pernapasan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan

dan efisiensi pernapasan.

3) Latihan pernapasan yang bertujuan untuk menurunkan beban kerja pernapasan,

sesuai sesak napas dalam meningkatkan efisiensi ventilasi.

Menurut Basuki (2008), ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan untuk

menurunkan kerja pernapasan, diantaranya adalah melalui pemberian latihan

pernapasan dan control pernapasan. Latihan pernapasan (Breathing Exercise) yang

dapat digunakan untuk menurunkan kerja pernapasan adalah Deep Breathing

Exercise.

c. Deep Breathing Exercise

Latihan pernapasan dalam (deep breathing exercise) merupakan latihan napas

yang menekankan pada pernapasan normal FRC dan normal Vt, sehingga otot-otot

bantu pernapasan tidak terlibat pada pernapasan ini yang akan berakibat pada

penurunan kerja pernapasan (Basuki, 2008).

Deep Breathing Exercise merupakan salah satu latihan pernapasan yang

banyak dikembangkan dalam kajian fisioterapi. Latihan bertujuan untuk

Page 49: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

38

meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan yang berguna untuk meningkatkan

compliance paru untuk meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi

(Smeltzer, 2008)

B. Kerangka Teori

Penyakit Fisik

(Leukemia

Limfoblastik Akut)

Penatalaksanaan

Kemoterapi

Nyeri

Sindrome

Stress

Page 50: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

39

Gambar 2.2 Kerangka Teori

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek yang digunakan adalah pada pasien dengan leukemia limfoblastik akut.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat : Aplikasi pemberian Breathing Exercise pada efisiensi pernapasan dan

intensitas nyeri pada pasien kemoterapi dengan leukemia limfoblastik akut di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Breathing Exercise

(Deep Breathing

Exercise)

Pola Nafas

Tidak Efektif

47

Efisiensi

Pernapasan

46

Page 51: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

40

2. Waktu : Waktu dalam aplikasi latihan breathing exercise (deep breathing) ini selama

3 hari dengan frekuensi 3 kali sehari.

C. Media dan Alat yang digunakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang akan digunakan adalah :

1. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat pengukuran atau pemeriksaan

2. Saturasi Oksigen yang digunakan sebagai alat untuk mengukur presentasi hemoglobin

yang berkaitan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95-

100%.

3. Alat tulis untuk mencatat

4. Jam tangan untuk mengukur frekuensi pernapasan.

5. Stetoskop untuk mendengarkan nadi dan denyut jantung

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Menurut Priharjo (2003) :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui

hitungan

4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas

dan bawah rileks

5. Anjurkan bernapas dengan irama normal 3 kali

6. Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara

perlahan-lahan

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata terpejam

47

Page 52: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

41

9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

10. Ajarkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali

12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat istirahat singkat setiap 5 kali

Latihan deep breathing dilakukan dengan frekuensi 3 kali sehari.

E. Alat Ukur Evaluasi

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan skala raut

wajah (face) (Tamsuri, 2007).

Gambar 3.1 Skala Nyeri Raut Wajah (Face)

Pengukuran derajat nyeri yaitu nilai :

11. = Tidak nyeri

12. = Nyeri sangat ringan

13. = Nyeri ringan

14. = Nyeri tidak begitu berat

Page 53: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

42

15. = Nyeri sedang

16. = Nyeri cukup berat

17. = Nyeri berat

18. = Nyeri hampir tak tertahan

19. = Nyeri berat terkontrol

20. = Nyeri berat tidak terkontrol

BAB IV

LAPORAN KASUS

Pada BAB ini penulis menjelaskan resume “Pemberian Breathing Exercise pada

Efisiensi Pernapasan dan Intensitas Nyeri pada pasien kemoterapi dengan Leukemia

Limfoblastik Akut (LLA) di ruang melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Resume asuhan

keperawatan pada An. R meliputi identitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi.

A. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Pasien masuk

rumah sakit pada tanggal 5 Januari 2016 jam 08.00 WIB. Pengkajian didapatkan bahwa

pasien bernama An. R, tanggal lahir 24 Februari 2011, umur 4 tahun, orang tua bernama Ny.

N, usia 23 tahun, alamat Sambirejo, Madiun, diagnosa medis Leukemia Limfoblastik Akut

(ALL) L2 SR fs. induksi minggu 10. Penanggung jawab pasien adalah Ny. N, usia 23 tahun,

pekerjaan swasta, pendidikan tamat SMK, alamat Sambirejo, Madiun, hubungan dengan klien

sebagai ibu.

Page 54: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

43

B. Pengkajian

Hasil dari pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama pasien adalah nyeri

sendi dan tulang sering terjadi. Riwayat penyakit sekarang pasien dibawa keluarga ke RSUD

Dr. Moewardi pada tanggal 5 Januari 2016 pukul 08.00 wib oleh orang tuanya karena

mengeluh sakit diarea tangan dan kaki disertai rewel. Sebelumnya pasien juga sudah pernah

merasakan kondisi seperti ini saat menjalani kemoterapi yang kesembilan pada bulan

desember 2015 kemaren dan kemudian hilang. Setiap kali pasien dirawat inap kondisi pasien

menjadi cemas, gelisah, sering rewel dan kesepian. Diagnosa saat ini adalah ALL L2 SR fs.

induksi minggu 10. Hasil pemeriksaan fisik, kulit pasien mengalami kerusakan. Hasil

pemeriksaan vital sign di dapat suhu 36,8’C, RR 24 x/menit, nadi 114 x/menit. Kemudian

pasien dirawat di bangsal melati II kamar 9E dan pasien mendapat terapi Methotrexate-IT 12

mg+NaCl 0,9% s/d 100 ml, Leucovorin IV 10 mg, 6-Merkaptopurin 2,5 mg.

Riwayat penyakit dahulu pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dari tahun 2015 sampai 2016 dan sudah dirawat selama 9x untuk melakukan

kemoterapi sejak bulan Agustus 2015. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, dan pasien

sudah dilakukan imunisasi dasar lengkap. Riwayat kehamilan ibu An. R tidak ada kelainan

dan gizi cukup, kelahiran normal dan cukup bulan, post natal tidak mengalami perdarahan

banyak dan tidak ada kelainan bawaan lahir.

Riwayat kesehatan keluarga pasien tidak ada penyakit keturunan dikeluarganya

seperti penyakit menurun (Leukemia, Asma, Hipertensi, DM). Ayah An. R bekerja swasta

sebagai karyawan toko bangunan, sedangkan ibu An. R bekerja swasta sebagai karyawan

pabrik tekstil. Diperkirakan An. R menderita penyakit leukemia diakibatkan saat ibu An. R

mengandung sering kontak langsung dengan bahan kimia tekstil saat bekerja.

Genogram :

50

Page 55: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

44

Gambar 4.1 Genogram

Keterngan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Keturunan

: Pasien

: Tinggal serumah

Riwayat kesehatan lingkungan keluarga pasien mengatakan keadaan tempat

tinggalnya bersih dan nyaman.

Pengkajian perkembangan dan petumbuhan, pasien dilahirkan dengan berat badan

3500 gr. Pemeriksaan Antropometri sekarang berat badan 16,5 kg, panjang badan 95 cm,

lingkar kepala 60 cm, lingkar perut 50 cm, lingkar lengan 10 cm. Intrepretasi NCHS pasien

berdasarkan Z-Score berat badan menurut umur dikategorikan baik dengan hasil 0,083

sedangkan status gizi berdasarkan berat badan umur dikatakan gizi normal dengan hasil -2SD

sampai dengan 2SD. Intrepretasi NCHS berdasarkan Z-score berdasar tinggi badan

berdasarkan usia dikategorikan normal dengan hasil -1,97 sedangkan status gizi berdasarkan

tinggi badan menurut umur dikatakan gizi normal dengan hasil -2SD sampai dengan 2SD.

An.R

( 4 tahun )

Page 56: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

45

Status Nutrisi dan Cairan dari data Antropometri data dihasilkan LILA 11 cm, BB

16,5 kg, lingkar perut, tinggi badan 95 cm, IMT 18,28. Pemeriksaan Biochemical dihasilkan

data Hemoglobin 12,0 g/dl, Hematokrit 35 %, Leukosit 6,9 ribu/ul, Trombosit 307 ribu/ul,

Eritrosit 4,32 juta/ul. Pemeriksaan Clinical Sign dihasilkan keadaan umum pasien

composmentis (CM), tampak lemah, kulit kering, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikhterik. Pengkajian Dieteri diperoleh diit nasi lauk 1200 kkal+susu 3x150 ml.

Pola eliminasi pasien sebelum sakit pasien buang air besar 2-3x/hari, feses lunak

berbentuk, berbau khas dan warna kuning kecoklatan tanpa ada keluhan. Buang air kecil 7-

8x/hari, warna kuning jernih tanpa ada keluhan. Selama sakit pasien buang air besar 0-

1x/hari, feses lunak berbentuk seperti tanah liat, berbau khas dan warna kunin kecoklatan

tanpa ada keluhan. Buang air kecil 5-6x/hari, warna kuning jernih tanpa ada keluhan.

Pengkajian pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien mampu melakukan

makan/minum, toileting, berpakaian, mobilisasi, berpindah, ambulasi secara mandiri,

sedangkan selama sakit pasien memerlukan bantuan orang lain.

Pengkajian pola istirahat tidur pasien sebelum sakit pasien tidur siang 3 jam, tidur

malam 8-9 jam, tidak ada gangguan tidur dan perasaan waktu bangun nyaman. Selama sakit

pasien tidur siang 2 jam, tidur malam 6-7 jam, sering terbangun rewel karena nyeri, perasaan

waktu bangun pucat, lemah.

Pengkajian pola kognitif-perseptual pasien mengatakan nyeri ditangan dan kaki saat

digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri diekstremitas atas dan bawah (sendi,

tulang), skala nyeri 5 (sedang), nyeri hilang timbul ± 10 menit.

Pengkajian pola persepsi konsep diri keluarga menerima kondisi pasien yang sedang

sakit dengan ikhlas. Keluarga pasien mengatakan An. R sebagai anak kandungnya. Keluarga

pasien berharap anaknya cepat sembuh dan bisa seperti anak-anak sehat yang lain. Keluarga

pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari-hari dan bekerja demi kesembuhan anaknya.

Page 57: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

46

Keluarga mengatakan bisa menerima keadaan anaknya yang sedang sakit dengan ikhlas dan

tetap bersyukur.

Pengkajian pola mekanisme koping sebelum sakit keluarga pasien mengatakan pasien

ceria dan suka bergaul bermain bersama teman-temannya. Selama sakit keluarga pasien

mengatakan pasien kurang aktif dan cenderung diam, kurang kooperatif.

Pengkajian pola nilai dan keyakinan sebelum sakit keluarga pasien mengatakan pasien

selalu ingat berdoa kepada Tuhan. Selama sakit keluarga pasien mengatakan pasien kadang

lupa berdoa kalau tidak diingatkan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dihasilkan keadaan umum pasien

composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital dihasilkan suhu 36,8º C, pernapasan 24x/menit,

denyut nadi 114x/menit. Pemeriksaan head to toe dari kepala bentuk mesochepal, kulit kepala

kering, rambut hitam lurus, bervolume, berketombe. Pemeriksaan mata palpebra tidak edema,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri ± 2 mm,

refleks terhadap cahaya positif, tidk menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan

hidung simetris, tidak ada polip dan sekret, tidak terpasang Oksigen. Pemeriksaan mulut

warna bibir merah, mukosa bibir kering, bersih, simetris, tidak berbau, tidak ada sariawan.

Pemeriksaan gigi lengkap, tidak ada caries. Pemeriksaan telinga simetris, tidak ada serumen,

bersih, tidak ada gangguan pendengaran. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, nadi karotis teraba kuat, refleks terhadap menelan kuat.

Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan saat ini dilakukan inspeksi simetris, tidak ada jejas,

pengembangan paru kanan kiri sama, tidak menggunakan alat bantu pernapasan. Saat

dilakukan palpasi didapatkan hasil vokal fremitus kanan dan kiri sama. Saat dilakukan

perkusi didapatkan hasil sonor. Saat dilakukan auskultasi terdengar suara vesikuler seluruh

lapang paru. Pada pemeriksaan jantung inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tampak, saat

dilakukan palpasi ictus cordis kuat terangkat di SIC 5 mid clavikula. Saat dilakukan perkusi

Page 58: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

47

didapatkan hasil suara redup (pekak). Saat dilakukan auskultasi didapatkan hasil suara bunyi

jantung satu dan dua normal, tidak ada bising suara tambahan. Pada pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil inspeksi simetris, tidak ada jejas. Saat dilakukan auskultasi didapatkan bunyi

bising usus 4x/menit. Saat dilakukan perkusi didapatkan hasil kuadran satu redup, kuadran

dua tiga empat timpani. Saat dilakukan palpasi didapatkan tidak adanya nyeri tekan diarea

abdomen. Pemeriksaan genetalia bersih, tidak terpasang kaketer, tidak ada kelainan.

Pemeriksaan rektum bersih, tidak ada jejas, tidak ada hemoroid.

Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan hasil kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5),

akral hangat, tidak ada edema, capilery refile kurang dari 2 detik, adanya nyeri gerak.

Ekstremitas bawah didapatkan hasil kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), akral hangat,

tidak ada edema, capilery refile kurang dari 2 detik, adanya nyeri gerak.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 2016, pemeriksaan

darah rutin yaitu, Hemoglobin 12,0 g/dl (normalnya 10,8-12,8 g/dl). Hematokrit 35%

(normalnya 35-43 %). Leukosit 6,9 ribu/ul ( normalnya 5,5-17,0 ribu/ul). Trombosit 307

ribu/ul (normalnya 150-450 ribu/ul). Eritrosit 4,32 juta/ul (normalnya 3,90-9,30 juta/ul).

Index eritrosit yaitu MCV 80,4 /um (normalnya 80,0-96,0 /um). MCH 27,7 pg (normalnya

28,0-33,0). MCHC 34,5 g/dl (normalnya 33,0-36,0). RDW 17,0 % (normalnya 11,6-14,6 %).

HDW 4,9 g/dl (normalnya 2,2-3,2 g/dl). MPV 6,2 fl (normalnya 7,2-11,1 fl). PDW 75 %

(normalnya 25-65 %). Hitung jenis yaitu Eosinofil 3,80 % (normalnya 0,00-4,00 %). Basofil

0,10 % (normalnya 0,00-1,00 %). Netrofil 43,80 % (normalnya 29,00-72,00 %). Limfosit

43,20 % ( normalnya 36,00-52,00 %). Monosit 5,30 % (normalnya 0,00-5,00 %). LUC/AMC

3,70 %. Kimia klinik yaitu SGOT 39 u/l (normalnya <35 u/l). SGPT 21 u/l (normalnya <45

u/l). Creatinine 0,30 mg/dl (normalnya 0,3-0,7 mg/dl). Ureum 17 mg/dl (normalnya <48

mg/dl).

Page 59: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

48

Selama diruang Melati II pasien mendapatkan kemoterapi Methotrexate 12 mg+NaCl 0,9%

s/d 100 ml per 12 jam, Leucovorin 10 ml per 6 jam, 6-Merkaptopurin 1 kali ½ tab (2,5 mg),

Bic. Nat 50 mg per hari, Injeksi ceftriaxone 1 gr per hari, Infus D5+1/4 Ns 500 ml.

C. Analisa Data

Dari data pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data kemudian

merumuskan diagnosa keperawatan ditandai dengan data subyektif pasien mengatakan tangan

dan kakinya sakit, keluarga pasien mengatakan pasien sering rewel karena sakit

dipersendiannya. Nyeri jika digerakkan, nyeri seperti ditusuk jarum, nyeri dipersendian dan

tulang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul ± 10 menit, sedangkan data obyektifnya pasien

tampak lemah, pasien rewel meringis kesakitan dan tampak pucat. Maka penulis merumuskan

diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (efek

fisiologis dari leukemia).

Data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien selalu rewel jika mau dirawat inap

dirumah sakit dan pasien mengatakan tidak mau dirawat dirumah sakit dan ingin pulang,

sedang data obyektifnya pasien tampak rewel dan cemas, pasien merasa ketakutan dan

frustasi, pasien merasa kesepian dan menarik diri. Maka penulis merumuskan diagnosa

keperawatan kedua sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari satu

lingkungan ke lingkungan yang lain.

Data subyektif keluarga pasien mengatakan kulit pasien mejadi kering dan kasar

sedangkan data obyektifnya kulit pasien tampak kering dan kasar, terjadi kerusakan lapisan

kulit epidermis, tampak efek kemerahan akibat kemoterapi. Maka penulis merumuskan

diagnosa keperawatan ketiga kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan efek toksik

kemoterapi.

Page 60: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

49

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan dengan

agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia). Prioritas diagnosa keperawatan yang

kedua sindrome stres akibat perpindahaan berhubungan dengan pindah dari satu lingkungan

ke lingkungan yang lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang ketiga kerusakan intregitas

kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi.

E. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan dari pengkajian dan analisa data pada

An. R diagnosa keperawatan pertama nyeri akut maka penulis menyusun rencana

keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri pasien teratasi dengan kriteria hasil TTV stabil, mampu mengontrol nyeri,

mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri), menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah pantau tanda-tanda vital

pasien untuk mengetahui kondisi fisiknya, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien, lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi merupakan

respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, ajarkan teknik deep

breathing exercise dan distraksi untuk meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan

nyeri, berikan lingkungan yang nyaman dan tenang dan kurangi rangsang stres untuk

menurunkan intensitas nyeri dengan keadaan rileks, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat sesuai indikasi rasional terapi obat memblok intensitas nyeri sehingga nyeri

akan berkurang.

Page 61: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

50

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan kedua setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapakan tingkat stres akibat perpindahan

teratasi dengan kriteria hasil ansietas berkurang, kepercayaan diri meningkat, tidak ada rasa

kekhawatiran saat perpindahan, mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala stres,

mampu mengekspresikan kekhawatiran dan masalahnya.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah dorong pasien untuk

mengembangkan hubungan agar tingkat stres teralihkan, kenalkan pasien kepada seseorang

yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama agar mendapat motivasi hidup,

identifikasi defisit perawatan diri pasien untuk mengetahui tingkat ketergantungan terhadap

orang lain maupun alat, menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarganya

yang sesuai dengan umur dan penyakitnya, berikan teknik menenangkan diri (deep breathing

exercise); meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut.

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan ketiga setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit teratasi

dengan kriteria hasil integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, mampu

melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah monitor kulit akan adanya

kemerahan untuk segera diberikan tindakan yang tepat sehingga resiko ulkus diminimalisir,

hindari kerutan pada tempat tidur menghidari ulkus dekubitus, oleskan lotion atau minyak/

baby oil pada daerah kulit yang rusak untuk memperbaiki area kulit yang kering untuk

mendapatkan kelembapan, monitor status nutrisi pasien sehingga nutrisi yang baik akan

membantu kesembuhan klien lebih cepat, jaga kebersihan kulit agar tetep bersih dan kering

karena daerah yang lembab akan mempercepat tumbuhnya bakteri, memandikan pasien

Page 62: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

51

dengan sabun dan air hangat untuk memperbaiki kondisi kulit dan penyebaran bakteri dikulit

yang rusak.

F. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan intervensi yang telah di rumuskan penulis melakukan tindakan

keperawatan hari pertama (6 Januari 2016) pukul 09.13 WIB menggunakan komunikasi

terapeutik untuk melakukan pengkajian nyeri pasien respon subyektif pasien mengatakan P:

nyeri ditangan dan kaki saat bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri disendi

dan tulang, S: skala nyeri 5 (sedang), T: nyeri hilang timbul ± 10 menit. Respon obyektif :

pasien tampak cemas, meringis kesakitan, tampak lemah dan gelisah. Pukul 09.35 WIB

mengidentifikasi defisit perawatan diri pasien respon subyektif keluarga pasien mengatakan

semua kegiatan pasien dibantu olehnya. Respon obyektif pola aktivitas dan latihan pasien

dibantu orang lain kecuali ambulasi/ ROM mandiri.

Pukul 09.42 WIB mengenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang

pengalaman yang sama dan mendorong pasien untuk mengembangkan hubungan respon

subyektif pasien mengatakan masih takut dan masih ingin bersama ibu ayahnya saja. Respon

obyektif pasien tampak minder, pasien tampak pucat. Pukul 10.00 WIB memberikan obat

kemoterapi Methotrexate-IT 12 mg + NaCl 0,9 % s/d 100 ml / 12 jam dan obat oral 6-

Merkaptopurin, repon subyektif pasien tenang, respon obyektif obat masuk lewat selang

infus. Pukul 10.15 WIB mengajarkan teknik deep breathing exercise dan distraksi, repon

subyektif pasien mengatakan mau diajarin, repon obyektif pasien tampak msih bingung, skala

nyeri 5 (sedang). Pukul 10.30 WIB memantau tanda-tanda vital, repon subyektif pasien

tenang, respon obyektif vital sign N: 114x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,8’C, SPO2: 97%.

Pukul 10.45 WIB memonitor kulit akan adanya kemerahan, repon subyektif paien mau rewel,

respon obyektif kulit pasien tampak kering, perfusi jaringan kurang baik, kelembapak kulit

Page 63: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

52

tampak kering. Pukul 11.10 WIB memonitor status nutrisi pasien, repon subyektif pasien

mengatakan suka makan buah dan susu, respon obyektif A: BB: 16,5 kg, TB: 95 cm, IMT:

18,28 B: Hb: 12,0 g/dl, Ht: 35%, leukosit: 6,9 ribu/ul, trombosit: 307 ribu/ul, eritrosit: 4,32

juta/ul C: kulit kering dan kasar D: diit nasi lauk 1200 kkal+susu 3x150 ml. Pukul 11.30 WIB

mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah kulit respon subyektif pasien

mengatakan mau diolesi minyak/ lotion oleh ibunya, respon obyektif kulit pasien menjadi

agak lembab, kulit tidak kering. Pukul 11.45 WIB menjaga kebersihan kulit tetap bersih dan

kering, respon subyektif keluarga pasien mengatakan siap menjaga kesehatan kulit pasien,

repon obyektif keluarga pasien tampak paham apa yang dikatakan perawat. Pukul 12.00 WIB

mengobservasi obat kemo habis, lalu melakukan hidrasi menggunakan infus D5+1/4 Ns 500

ml, respon subyektif pasien tenang, repon obyektif hidrasi infus D5+1/4 Ns masuk lewat

selang infus. Pukul 12.30 WIB memberikan obat kemoterapi leucovorin 10 mg/ 6 jam, respon

subyektif pasien tidur, respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul 16.15 WIB

mengajarkan teknik deep breathing exercise dan distraksi, respon subyektif pasien

mengatakan bisa melakukannya, respon obyektif pasien tampak sudah lumayan bisa

melakukannya, skala nyeri 5 (sedang). Pukul 16.30 WIB memantau tanda-tanda vital, repson

subyektif pasien tenang, respon obyektif vital sign N: 112x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,4’C,

SPO2: 98%. Pukul 16.45 WIB memandikan pasien dengan sabun dan air hangat, respon

subyektif keluarga pasien mengatakan mau memandikan pasien, respon obyektif pasien

tampak mau mandi. Pukul 18.30 WIB memberikan obat kemoterapi leucovorin 10 mg/ 6 jam,

respon subjektif pasien agak rewel, respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul

20.00 WIB mengajarkan teknik deep breathing exercise dan distraksi, respon subyektif

pasien mengikuti, respon obyektif pasien tampak mandiri sudah bisa melakukannya, skala

nyeri 4 (sedang). Pukul 20.15 WIB memantau tanda-tanda vital, respon subyektif pasien

tenang, respon obyektif vital sign N: 110x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,5’C, SPO2: 99%.

Page 64: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

53

Pukul 22.00 WIB memberikan obat kemoterapi Methotrexate-IT 12 mg+NaCl 0,9 % s/d 100

ml/ 12 jam dan obat oral bic.nat 50 mg, respon subyektif pasien tidur, respon obyektif obat

masuk lewat selang infus.

Tindakan keperawatan hari kedua (7 Januari 2016) pukul 08.00 WIB memberikan

injeksi obat ceftriaxone 1 gr/ 24 jam, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif obat

injeksi masuk lewat selang infus. Pukul 08.30 WIB melakukan pengkajian nyeri pasien,

respon subyektif pasien P: nyeri ditangan dan kaki saat digerakkan, Q: nyeri sepeti ditusuk-

tusuk jarum, R: nyeri disendi dan tulang, S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri hilang timbul ±

20 menit, respon obyektif pasien tampak masih lemah, pasien tampak pucat dan cemas,

kepercayaan diri berangsur baik. Pukul 09.00 WIB memonitor kulit akan adanya kemerahan,

respon subyektif pasien tenang, repon obyektif kulit tampak lumayan lembab, perfusi

jaringan berangsur membaik. Pukul 09.15 WIB memonitor status nutrisi pasien, respon

subyektif pasien tenang, respon obyektif A: BB: 16,5 kg, TB: 95 cm B: Hb: 12,0 g/dl, Ht:

35%, Leukosit: 6,9 ribu/ul, trombosit: 307 ribu/ul, eritrosit: 4,32 juta/ul. C: kulit luayan

lembab, tidak kasar D: diit nasi lauk 1200 kkal+susu 3x150ml. Pukul 09.30 WIB

mengoleskan lotion atau minyak/ baby oil ke kulit, respon subyektif pasien mengatakan mau

diolesi minyak/ lotion tapi oleh ibunya, respon obyektif kulit pasien tampak lumayan lembab,

kulit tidak kering. Pukul 10.00 WIB memberikan obat kemoterapi Methotrexate-IT 12

mg+NaCl 0,9 % s/d 100 ml/ 12 jam dan obat oral 6-Merkaptopurin, respon subyektif pasien

tenang, respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul 10.15 WIB mengajarkan teknik

deep breathing exercise dan distraksi, respon subyektif pasien sudah bisa melakukannya,

respon obyektif pasien tampak bisa melakukannya sendiri, skala nyeri 4 (sedang). Pukul

10.30 WIB memantau tanda-tanda vital, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif vital

sign N: 113x/menit, RR: 23x/menit, S: 36,2’C, SPO2: 98%. Pukul 11.30 WIB mendorong

pasien untuk mengembangkan hubungan (menemani pasien bermain diruang terapi bermain),

Page 65: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

54

respon subyektif pasien mengatakan ingin bermain mobil-mobilan, respon obyektif pasien

tampak tidak cemas, tingkat ketakutan dan kecemasan berkurang. Pukul 12.00 WIB

mengobservasi obat kemo habis, lalu hidrasi menggunakan infus D5+1/4 Ns 500 ml, respon

subyektif pasien tenang, respon obyektif hidrasi infus D5+1/4 Ns 500 ml masuk lewat selang

infus. Pukul 12.30 WIB memberikan obat kemoterapi leucovorin 10 mg/6 jam, respon

subyektif pasien tenang, respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul 13.00 WIB

mengindentifikasi defisit perawatan diri pasien respon subyektif keluarga pasien mengatakan

pasien sudah bisa makan dan minum sendiri. Respon obyektif pasien tampak sudah mandiri

dalam makan dan minum. Pukul 16.15 WIB mengajarkan teknik deep breathing exercise dan

distraksi, respon subyektif pasien mengikuti, respon obyektif pasien tampak sudah bisa

melakukannya mandiri, skala nyeri 4 (sedang). Pukul 16.30 WIB memantau tanda-tanda

vital, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif vital sign N: 108x/ menit, RR:

22x/menit, S: 36,2’C, SPO2: 99%. Pukul 18.30 WIB memberikan obat kemoterapi leucovorin

10 mg/ 6 jam, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif obat masuk lewat selang infus,

Pukul 20.00 WIB mengajarkan teknik deep breathing exercise dan distraksi, respon subyektif

pasien mengikuti, respon obyektif pasien tampak bersemangat, skala nyeri 3 (ringan). Pukul

20.15 WIB mementau tanda-tanda vital, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif vital

sign N: 111x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36’C, SPO2: 99%. Pukul 22.00 WIB memberikan

obat kemoterapi Methotrexate-IT 12 mg+NaCl 0,9 % s/d 100 ml/ 12 jam dan obat oral bic.nat

50 mg, respon subyektif pasien tidur, respon obyektif obat masuk lewat selang infus.

Tindakan keperawatan hari ketiga (8 Januari 2016) pukul 08.00 WIB memberikan

obat ceftriaxone 1 gr/ 24 jam, respon subyektif pasien kooperatif, respon obyektif obat masuk

lewat selang infus. Pukul 08.30 WIB melakukan pengkajian nyeri dan kecemasan, respon

subyektif P: nyeri ditangan dan kaki saat bergerak berangsur hilang, Q: nyeri seperti ditusuk

jarum, R: nyeri di sendi dan tulang, S: skala nyeri 3 (ringan), T: nyeri hilang timbul ± 45

Page 66: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

55

menit, respon obyektif pasien berangsur sehat, pasien tampak tidak pucat dan cemas. Pukul

09.00 WIB memonitor kulit akan adanya kemerahan, respon subyektif pasien tenang, respon

obyektif kulit pasien tampak lembab, perfusi jaringan membaik. Pukul 09.15 WIB memonitor

status nutrisi pasien, respon subyektif pasien tenang, respon obyektif A: BB: 16,8 kg, TB: 95

cm, B: Hb: 12,0 g/dl, Ht: 35%, Leukosit: 6,9 ribu/ul, trombosit: 307 ribu/ul, eritrosit: 4,32

juta/ul. C: kulit lembab, tidak kasar, elastisitas kulit. D: diit nasi lauk 1200 kkal+susu 3x150

ml. Pukul 09.30 WIB mengoleskan lotion atau minyak baby oil ke kulit pasien, respon

subyektif pasien mengatakan mau mengoleskan sendiri, respon obyektif kulit pasien tampak

lembab, kulit pasien tampak tidak kering. Pukul 09.45 WIB mengidentifikasi defisit

perawatan diri pasien respon subyektif keluarga pasien mengatakan pasien sudah bisa

melakukan aktivitasnya mandiri kecuali toileting, respon obyektif pasien tampak sudah

mandiri dalam melakukan aktivitas latihannya. Pukul 10.00 WIB memberikan obat

kemoterapi Methotrexate-IT 12 mg+NaCl 0,9 % s/d 100 ml/ 12 jam dan obat oral 6-

merkaptopurin, respon subyektif pasien kooperatif, respon oyektif obat masuk lewat selang

infus. Pukul 10.15 WIB mengajarkan teknik deep breathing exercise dan distraksi, respon

subyektif pasien melakukan mandiri, respon obyektif pasien tampak bersemangat, skala nyeri

3 (ringan), ekspresi wajah ceria. Pukul 10.30 WIB memantau tanda-tanda vital, respon

subyektif pasien tenang, respon obyektif vital sign N: 114x/ menit, RR: 21x/ menit, S:

36,2’C, SPO2: 99%. Pukul 11.00 WIB menemani pasien bermain diruang terapi bermain,

respon subyektif pasien mengatakan ingin mewarnai, respon obyektif pasientampak sudah

berhubungan dengan teman sebayanya, pasien tampak ceria bahagia, tingkat kecemasan dan

ketakutan berkurang, kepercayaan diri meningkat. Pukul 12.00 WIB mengobservasi obat

kemo habis, lalu hidrasi menggunakan infus D5+1/4 Ns 500 ml, respon subyektif pasien

tenang, respon obyektif hidrasi infus D5+1/4 Ns masuk lewat selang infus. Pukul 12.30

memberikan obat kemoterapi leucovorin 10 mg/ 6 jam, respon subyektif pasien tenang,

Page 67: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

56

respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul 16.15 WIB mengajarkan teknik deep

breathing exercise dan distraksi, respon subyektif pasien melakukan mandiri, respon oyektif

pasien tampak sudah bisa melakukannya mandiri, skala nyeri 2 (ringan), ekspresi wajah ceria.

Pukul 16.30 WIB memonitor tanda-tanda vital, respon subyektif pasien tenang, respon

obyektif vital sign N: 110x/ menit, RR: 24x/ menit, S: 36,5’C, SPO2: 98%. Pukul 18.30 WIB

memberikan obat kemoterapi leucovorin 10 mg/ 6 jam, respon subyektif pasien kooperatif,

respon obyektif obat masuk lewat selang infus. Pukul 20.00 WIB mengajarkan teknik deep

breathing exercise dan distraksi, respon subyektif pasien melakukan mandiri, respon obyektif

pasien tampak bahagia, kecemasan berangsur hilang, skala nyeri 1 (sangat ringan). Pukul

20.15 WIB memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien tenang, respon obyektif vital

sign N: 100x/ menit, RR: 22x/ menit, S: 36,2’C, SPO2: 98%. Pukul 22.00 WIB memberikan

obat kemoterapi Metrotrexate-IT 12 mg+NaCl 0,9 % s/d 100 ml/ 12 jam, respon subyektif

pasien tidur, respon obyektif obat masuk lewat selang infus.

G. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan setelah penulis melakukan tindakan, dilakukan setiap

hari di akhir jam jaga menggunakan metode SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planing).

Evaluasi dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan.

Evaluasi hari pertama rabu, 6 Januari 2016 pukul 22.10 WIB diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia). Respon subyektif

P: nyeri pasien ditangan dan kaki saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk jarum, R: nyeri di

sendi dan tulang, S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri hilang timbul ± 20 menit, respon obyektif

pasien tampak lemah, pasien tampak cemas, vital sign N: 110x/ menit, RR: 22x/ menit, S:

36,5’C, SPO2: 99%. Analisa masalah nyeri belum teratasi, planing intervensi keperawatan

dilanjutkan monitor TTV, ajarkan klien tentang bagaimana cara mengontrol rasa nyeri,

Page 68: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

57

posisikan semifowler untuk kenyamanan, pemberian obat analgesik. Evaluasi diagnosa kedua

jam 22.20 WIB yaitu sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari

satu lingkungan ke lingkungan yang lain, respon subyektif pasien mengatakan masih merasa

ketakutan, respon obyektif pasien tampak cemas dan gelisah, pasien menurunnya

kepercayaan diri pasien, pasien tampak pucat, pasien tampak masih sering rewel. Analisa

masalah stres akibat perpindahan pasien belum teratasi, planing intervensi keperawatan

dilanjutkan dorong pasien untuk mengembangkan hubungan, identifikasi defisit perawatan

diri pasien, berikan teknik menenangkan diri. Evaluasi diagnosa ketiga jam 22.30 WIB yaitu

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi, respon subyektif

keluarga pasien mengatakan kulit pasien mengalami kerusakan, respon obyektif kulit pasien

tampak kering dan kasar, perfusi jaringan kurang baik, kelembapan kulit kurang, Analisa

masalah intregitas kulit pasien belum belum teratasi, planing intervensi keperawatan

dilanjutkan monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak baby oil pada

area kulit, monitor status nutrisi pasien.

Evaluasi hari kedua diagnosa pertama nyeri akut kamis, 7 Januari 2016 pukul 22.30

WIB respon subyektif P: nyeri pasien ditangan dan kaki saat digerakkan, Q: nyeri seperti

ditusuk jarum, R: nyeri di sendi dan tulang, S: skala nyeri 3 (ringan), T: nyeri hilang timbul ±

45 menit, respon obyektif pasien tampak lebih baik kondisinya, pasien berangsur sehat,

ekspresi wajah baik, vital sign N: 111x/ menit, RR: 20x/ menit, S: 36’C, SPO2: 99%. Analisa

masalah nyeri belum teratasi, planing intervensi keperawatan dilanjutkan monitor TTV,

ajarkan klien tentang bagaimana cara mengontrol nyeri. Evaluasi diagnosa kedua pukul 22.45

WIB yaitu sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari satu

lingkungan ke lingkungan yang lain, respon subyektif pasien mengatakan ketakutannya

berkurang, respon obyektif ekspresi wajah pasien sedikit ceria, tingkat kecemasan berkurang,

tingkat kegelisahan berkurang, tingkat kepercayaan diri meningkat Analisa masalah stres

Page 69: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

58

akibat perpindahan belum teratasi, planing intervensi keperawatan dilanjutkan dorong pasien

untuk mengembangkan hubungan, kenalkan pasien kepada seseorang, menentukan tingkat

ketergantungan pasien terhadap keluarga. Evaluasi diagnosa ketiga pukul 23.00 WIB yaitu

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi, respon subyektif

keluarga pasien mengatakan kulit pasien berangsur membaik, respon obyektif kulit pasien

tampak lumayan lembab, perfusi jaringan kulit berangsur membaik, tidak kering dan kasar,

sebagian kulit masih ada yang mengalami kerusakan analisa masalah integritas kulit pasien

belum teratasi, planing intervensi keperawatan dilanjutkan monitor kulit akan adanya

kemerahan, oleskan lotion atau minyak baby oil pada area kulit, moitor status nutrisi pasien.

Evaluasi hari ketiga diagnosa pertama nyeri akut jumat, 8 Januari 2016 pukul 22.10

WIB respon subyektif P: nyeri pasien ditangan dan dikaki saat bergerak berangsur hilang, Q:

nyeri seperti ditusuk jarum hilang, R: nyeri di sendi dan tulang, skala nyeri 1 (sangat ringan),

T: nyeri hilang timbul ± 2 jam, respon obyektif pasien tampak sehat, kondisi fisik baik dan

kooperatif, vital sign N: 100x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,2’C, SPO2: 98%, Analisa masalah

nyeri teratasi, planing intervensi keperawatan dipertahankan ajarkan klien tentang bagaimana

cara mengontrol nyeri dengan teknik deep breathing exercise bila merasakan nyeri. Evaluasi

diagnosa kedua stres akibat perpindahan pukul 22.20 WIB respon subyektif pasien

mengatakan tidak takut dan kooperatif, respon obyektif pasien tampak ceria, ekspresi wajah

bahagia, tingkat kepercayaan diri meningkat, ansietas berkurang. Analisa masalah stres akibat

perpindahan teratasi, planing intervensi keperawatan dipertahankan dorong pasien untuk

mengembangkan hubungan. Evaluasi diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit pukul 22.30

WIB respon subyektif keluarga pasien mengatakan kulit pasien berangsur membaik dan

sehat, respon obyektif kulit pasien tampak lembab, perfusi jaringan kulit baik diseluruh kulit,

elastisitas kulit baik, Analisa masalah integritas kulit teratasi, planing intervensi keperawatan

dipertahankan oleskan lotion atau minyak baby oil pada area kulit.

Page 70: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

59

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas tentang pemberian breathing exercise terhadap efisiensi

pernapasan dan penurunan intensitas nyeri saat menjalani kemoterapi pada asuhan

keperawatan An. R dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) di ruang Melati II RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Disamping itu penulis juga akan membahas tentang kesesuaian

kesenjangan teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, analisa data, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Menurut Setiadi (2012:10) pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

Page 71: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

60

mengindentifikasi status kesehatan klien. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 5 Januari

2016 pukul 08.20 WIB, pengkajian dilakukan dengan Alloanamnesa yaitu data yang

diperoleh dari wawancara dengan keluarga. Penulis melakukan pengkajian pada hari Rabu,

tanggal 6 Januari 2016 pada pukul 08.35 WIB pagi di ruang Melati II RSUD Dr. Moewardi.

Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri sendi dan tulang sering terjadi. Diagnosa

medis pasien adalah leukemia limfoblastik akut (LLA) L2 SR fs. indikasi minggu 10.

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan primer sumsum tulang yang

berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)

disertai penyebaran ke organ-organ lain (Susilaningrum, 2013). Berdasarkan teori bahwa

tanda dan gejala yang sering dijumpai anak dengan leukemia adalah anemia, anoreksia (berat

badan turun), nyeri tulang dan sendi, demam, infeksi mulut, perdarahan kulit (Hoffman,

2009).

Berdasarkan kasus An. R dengan teori tidak terdapat kesenjangan nyeri sendi dan tulang

merupakan salah satu dari tanda gejala dari leukemia yang disebabkan karena infiltrasi

sumsum tulang oleh sel-sel leukemia terkait dengan penurunan produksi elemen normal

sumsum tulang (Bakta, 2006: 127). Data yang mendukung keluhan utama klien nyeri pada

persendian dan tulang yaitu pola fungsi kognitif dan perseptual dengan melakukan

pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S, T (Provoking, Quality, Region, Scale, Time)

pasien mengatakan merasakan nyeri pada tangan dan kaki. P: nyeri saat digunakan bergerak,

Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri dipersendian dan tulang, S: skala nyeri 5

(sedang), T: nyeri hilang timbul.

Pada pengkajian pertumbuhan dan perkembangan An. R mengalami perubahan berat

badan sebelum sakit 17 kg selama sakit 16,5 kg. Penghitungan Z-score WHZ dengan hasil

0,083 (status gizi normal), IMT 18,28 (berat badan normal).

Page 72: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

61

Pada pengkajian status nutrisi pada pemeriksaan antropometri An. R diantaranya berat

badan sebelum sakit 17 kg dan selama sakit 16,5 kg, tinggi badan 95 cm, IMT 18,28.

Biochemical data didapatkan hasil hemoglobin 12,0 g/dl, hematokrit 35 %, Leukosit 6,9

ribu/ul, trombosit 307 ribu/ul, eritrosit 4,32 juta/ul. Clinical sign kesadaran composmentis,

tampak lemah, kulit kering, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik. Dietary sebelum

sakit pasien makan 3 kali sehari dengan satu porsi habis, suka makan sayur dan lauk pauk,

minum air putih 4-5 gelas per hari. Selama sakit pasien makan 2 kali sehari dengan diet nasi

lauk 1200 kkal+susu 3x150 ml, minum air putih 3-4 gelas per hari. Berdasarkan kasus An. R

dengan teori tidak terdapat kesenjangan tanda dari penurunan berat badan dengan asupan

makanan adekuat tetapi status gizi dalam penghitungan Z-score pasien masih normal

walaupun terjadi sedikit penurunan berat badan.

Asupan nutrisi sangat berkaitan dengan asupan kalori dan asupan protein yang terjadi

karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan protein dengan kebutuhan energi, atau

terjadi defisiensi atau defisit energi dan protein (Fatimah, 2008). Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapat beresiko apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang

menderita LLA sering mengalami lelah, nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut

dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi maka anak dapat mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya kurang (Nursalam et al, 2005:163). Peran

perawat dalam pengkajian nutrisi adalah untuk mengidentifikasi masalah nutrisi, membuat

rencana asuhan keperawatan serta merencanakan pendidikan kesehatan bagi klien, khususnya

tentang nutrisi. Pedoman tersebut digunakan untuk menilai status gizi yang normal. Tujuan

dari mengkaji kebutuhan pemenuhan nutrisi yaitu mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi

dan pengaruhnya terhadap status kesehatan, mengumpulkan informasi khusus guna

menetapkan rencana asuhan keperawatan yang berkaitan dengan nutrisi, dalam tujuan dari

pengkajian kebutuhan. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana perawat

Page 73: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

62

menggunakan “ABCD” (Antropometric, Biochemical, Clinical sign, Dietary history).

Antropometric meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar tubuh dibeberapa area seperti

kepala, dada, dan lengan. Biochemical meliputi indikator hemoglobin dan hematokrit.

Clinical sign yaitu gejala dini, Dietary history yaitu latar belakang diet (Siregar, 2004).

Pada pengkajian pola eliminasi sebelum sakit keluarga pasien mengatakan pasien buang

air besar 2-3 kali sehari, feses lunak berbentuk, berbau khas, warna kuning kecoklatan, buang

air kecil 7-8 kali per hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAB maupun BAK.

Selama sakit keluarga pasien mengatakan pasien buang air besar 1 kali per hari, feses lunak

berbentuk seperti tanah liat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, buang air kecil 5-6 kali

per hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAB maupun BAK. Berdasarkan teori

eliminasi alvi (buang air besar) pada anak dengan LLA akan terjadi diare infeksi dan

kandiasis. Koloni mikrorganisme akan merusak kulit/mukosa usus, selanjutnya terjadi

translokasi bakteri dan invasi jaringan yang mengakibatkan infeksi bakteri dari saluran

pencernaan (Hoffbrand dkk, 2005 : 153). Dari data pengkajian eliminasi dapat disimpulkan

bahwa ada kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada An. R dengan LLA

karena An. R tidak mengalami diare infeksi dari translokasi bakteri dan invasi jaringan yang

mengakibatkan infeksi bakteri di saluran pencernaan.

Pengkajian pola aktifitas dan latihan sebelum sakit pasien mampu melakukan

makan/minum, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi secara

mandiri, sedangkan selama sakit pasien memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan teori

pada pasien dengan LLA ditandai dengan adanya nyeri di area sendi dan tulang tangan dan

kaki karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia (Hoffman, 2009). Dari data

pengkajian pola aktivitas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang terjadi pada An. R dengan LLA dan salah satu tanda dari nyeri sendi dan

Page 74: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

63

tulang yang menimbulkan kelemahan sehingga mempengaruhi pola aktivitas dan latihan

(Hoffman, 2009).

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil nadi 114 kali per menit, respiratory 24

kali per menit, suhu 36,8’C. Pada pemeriksaan An. R di abdomen didapatkan hasil inspeksi

simetris, tidak ada jejas. Saat auskultasi didapatkan hasil bising usus 4 kali per menit. Saat

perkusi didapatkan hasil kuadaran I redup, kuadran II III IV timpani. Saat palpasi didapatkan

hasil tidak ada nyeri tekan pada semua kuadran. Pasien dengan LLA pada pemeriksaan

abdomen biasanya mengalami nyeri tekan pada kuadran I. Berdasarkan teori pada

pemeriksaan abdomen saat palpasi pasien LLA terjadi nyeri tekan, adanya hepatomegali.

Gejala nyeri perut diakibatkan karena terjadinya bakterimia, sehingga terjadi proses

fagositosis berulang yang akan melepaskan mediator inflamasi yang selanjutnya akan

menimbulkan gejala reaksi nyeri abdomen (Widagdo, 2011). Dari data pengkajian

pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan antara teori dan kenyataan pada

An. R dengan LLA pada tahap komplikasi yaitu pembesaran hati (hepatomegali) yang

melebihi abnormal. Keluhan dari hepatomegali ini adalah gangguan dari sistem pencernaan

seperti mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam

(Hoffbrand dkk, 2005 : 175).

Hasil pengkajian tingkat stres pasien akibat perpindahan, keluarga mengatakan pasien

selalu rewel setiap dibawa ke rumah sakit, merasa takut dan khawatir. Saat diobservasi pasien

tampak gelisah, memegangi orang tuanya, menyuruh perawat pergi, anak kurang kooperatif.

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak, jika

seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami stress. Hal

tersebut diakibatkan karena perubahan baik terhadap status kesehatan maupun lingkungannya

dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak memiliki keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Nursalam dkk, 2008).

Page 75: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

64

Hasil pemeriksaan laboratorium An. R dengan LLA. Hemoglobin 12 g/dl (normalnya

10,8 sampai 12,8 g/dl). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah

merah jika terjadi peurunan sehingga menyebabkan tubuh mengalami kelemahan dan

kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi (Evelyn, 2009). Hematokrit 35 % (normalnya 35 sampai 43

%) nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui ada tidaknya anemia (Sinta, 2005). Leukosit

6,9 ribu/ul (normalnya 5,5 sampai 17,0 ribu/ul). Berdasarkan teori leukemia akut merupakan

proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari

pada normal, jumlahnya berlebihan, serta dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan

diakhiri dengan kematian (Wiwik, 2008). Berdasarkan kasus An.R terdapat kesenjangan pada

pemeriksaan laboratorium bahwa leukosit masih dalam rentan normal. Hal ini dikarenakan

tidak semua pasien LLA hasil leukosit mengalami jumlah yang berlebihan tetapi dapat juga

normal atau menurun yang disebut aleukemic leukemia (Bakta, 2006 : 127).

SGOT 39 u/l (normalnya 0 sampai 35 u/l), SGPT 21 (normalnya 0 sampai 45 u/l). Nilai

SGOT pasien meningkat karena faktor endotoksik, mekanisme imun, obat-obatan, proses

peradangan yang semakin berat yang mengakibatkan tes fungsi hati terganggu yang ditandai

dengan hepatomegali (Supari, 2006: 11).

Pasien mendapat terapi infus D5+1/4 Ns 500 ml dengan dosis 12 tpm mengandung

Natrium 38,5 meg/liter, klorida 38,5 meg/liter, Dextrose 50 gr/liter berfungsi sebagai

pengganti cairan dan kalori (ISO, 2010). Injeksi Ceftriaxone 1 gr per 24 jam merupakan

antibiotik golongan cephalosporin yang berfungsi untuk mengobati beberapa kondisi akibat

infeksi bakteri seperti infeksi sel darah putih yang rendah (ISO, 2010). Obat oral bic.nat 50

mg merupakan antasida yang berfungsi meningkatkan urin lebih alkalis untuk mencegah

presipitasi kristal sulfanomida dalam tubulus renalis dan mengoreksi asidosis metabolic (ISO,

2010). Leucovorin 10 ml per 6 jam merupakan golongan leucovorin berfungsi untuk

menetralkan toksisitas antagonis folic acid (methotrexate), anemia megaloblastik (ISO,

Page 76: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

65

2010). Methotrexate 12 ml per 12 jam merupakan antineoplastik berfungsi untuk terapi

kanker payudara, kariokarsinoma, karioadenoma destruen, dan hidatidiform mole (ISO,

2010). 6-Merkaptopurin 1 kali ½ tab (2,5 mg) merupakan antimetabolit golongan sitostatika

berfungsi untuk mempertahankan remisi pada leukemia limfoblastik akut (LLA) (ISO, 2010).

B. Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga dan

masyarakat tentang masalah kesehatan sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2012: 33).

Dari hasil pengkajian dan analisa data penulis mengangkat diagnosa, yaitu :

1. Diagnosa pertama yang penulis rumuskan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan

dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Menurut international for the study of pain nyeri

akut adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan

akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (Herdman,

2012).

Batasan karakteristik nyeri akut terjadi perubahan tekanan darah, perubahan

frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan perilaku gelisah,

waspada iritabilitas, sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari

nyeri, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur (Herdman, 2012).

Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup data obyektif,

data subyektif dan hasil pemeriksaan. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada

Page 77: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

66

tangan dan kakinya. P: pasien mengatakan nyeri bila digerakkan, Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri di persendian dan tulang, S: skala nyeri 5 (sedang), T:

nyeri hilang timbul. Data obyektif yang ditemukan pasien tampak meringis kesakitan dan

rewel, tampak gelisah dan cemas. Nadi 114x/menit, respiratory rate 24x/menit, suhu

36,8’C, SPO2: 97%.

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki kebutuhan

menurut Maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua mencakup kebutuhan

keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang merupakan kebutuhan paling

dasar kedua yag harus diprioritaskan (Potter dan Perry, 2005).

2. Sindrome stres akibat perpindahan berubungan dengan pindah dari satu lingkungan ke

lingkungan yang lain.

Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stres

dapat mengganggu keseimbangan kita. Batasan karakteristik antara lain perasaan

bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat

apa-apa, gelisah, gagal, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit

membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan

hilangnya minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan kepribadian

biasanya tanda yang dapat dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan,

cemas menjadi lekas panik, dan kurang percaya diri menjadi rawan. (Nurarif dan

Kusuma, 2013 : 573).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis disesuaikan dengan

diagnosa (Nurarif dan Kusuma, 2013). Penulis mencantumkan masalah sindrome stres

akibat perpindahan dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subyektif

keluarga pasien mengatakan pasien selalu rewel jika mau dirawat inap di rumah sakit dan

ingin segera pulang sedangkan data obyektif pasien tampak rewel dan cemas, pasien

Page 78: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

67

merasa ketakutan dan frustasi, pasien merasa kesepian dan menarik diri. Penulis

mengangkat diagnosa sindrome stres akibat perpindahan dikarenakan tanda dan gejala

yang ada pada pasien sesuai dengan batasan karakteristik dalam teori.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi, radioterapi dan

imobilitas fisik.

Resiko kerusakan integritas kulit adalah beresiko mengalami perubahan kulit yang

buruk. Ditandai dengan batasan karakteristik : kerusakan lapisan kulit, gangguan

permukaan kulit, gangguan struktur kulit (Heather HT, 2012). Saat dilakukan pengkajian

didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan kulit pasien menjadi kering dan

kasar, data obyektif didapatkan hasil kulit di epidermis teraba kasar dan kering dan

tampak kemerahan.

Pada pasien kemoterapi mempunyai risiko terhadap kerusakan integritas kulit dan

jaringan karena efek toksik obat kemo yang keras. Penulis mengangkat diagnosa

kerusakan integritas kulit dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai

dengan batasan karakteristik dalam teori.

C. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah fase ketiga dalam proses keperawatan yang berarti

merencanakan dasar bagaimana sesuatu dapat dicapai dan diselesaikan dengan cara tertentu

(Slevin, 2006).

Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada prinsip SMART yaitu :

Spesific atau tidak menimbulkan arti ganda, M: Measurable atau dapat diukur, A: Achievable

Page 79: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

68

atau dapat dicapai, R: Rational atau sesuai akal sehat, T: Time atau ada kriteria waktu

pencapaian (Nursalam, 2008). Tujuan rencana tindakan yang dilakukan oleh penulis adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien teratasi

dengan kriteria hasil tanda-tanda vital pasien stabil, mampu mengontrol tingkat nyeri, mampu

mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan diagnosa nyeri

akut antara lain pantau tanda-tanda vital, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien, lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan teknik

deep breathing exercise dan distraksi, berikan lingkungan yang nyaman dan tenang dan

kurangi rangsang stres, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.

(NANDA, 2013)

Berdasarkan diagnosa sindrome stres akibat perpindahan penulis menyusun perencanaan

keperawatan antara lain dorong pasien untuk mengembangkan hubungan, kenalkan pasien

kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama, identifikasi defisit

perawatan diri pasien, menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang

sesuai dengan umur dan penyakitnya, berikan teknik menenangkan diri (deep breathing

exercise); meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut. (NIC, 2013).

Berdasarkan diagnosa kerusakan integritas kulit penulis menyusun perencanaan

keperawatan antara lain monitor kulit akan adanya kemerahan, hindari kerutan pada tempat

tidur, oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah kulit yang kering, monitor status

nutrisi pasien, jaga kebersihan kulit agar tetap bersih, memandikan pasien dengan sabun dan

air hangat (NANDA,2013).

Page 80: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

69

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup

melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,

memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien (Potter dan

Perry, 2005).

Proses implementasi penulis mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan, dan

menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Komponen

implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap : mengkaji ulang, menelaah

dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi area bantuan,

mengimplementasikan intervensi keperawatan, dan mengkomunikasikan intervensi (Potter

dan Perry, 2005).

Dalam pembahasan ini penulis berusaha menerangkan hasil aplikasi riset keperawatan

manfaat pemberian tindakan breathing exercise terhadap efisiensi pernapasan dan penurunan

intensitas nyeri saat menjalani kemoterapi pada An. R dengan leukemia limfoblastik akut.

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah disusun dengan

memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang normal yang diharapkan.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan

An. R dengan leukemia limfoblastik akut yaitu :

1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (efek fisiologis

dari leukemia).

Tanggal 6 Januari 2016 penulis menggunakan komunikasi terapeutik untuk

melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan An. R. Respon S: P: nyeri ditangan dan kaki

saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri di sendi dan tulang, S:

Page 81: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

70

skala nyeri 5 (sedang), T: hilang timbul ± 10 menit, pasien tampak meringis kesakitan

dan rewel, mengajarkan pada pasien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi (deep

breathing exercise), memantau tanda-tanda vital pasien, pemberian obat kemoterapi

Metrotrexate dan Leucovorin.

Tanggal 7 Januari 2016 penulis melakukan pengkajian nyeri pada An. R. Respon

S: P: nyeri ditangan dan kaki saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R:

nyeri pada sendi dan tulang, S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri hilang timbul ± 20 menit,

pasien tampak menahan sakit dan gelisah, memberikan injeksi ceftriaxone melalui

pembuluh vena, mengajarkan pada pasien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi

(deep breathing exercise), memantau tanda-tanda vital, pemberian obat kemoterapi

Metrotrexate dan Leucovorin.

Tanggal 8 Januari 2016 mengobservasi nyeri yang dirasakan pasien, P: nyeri

berkurang, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri di sendi dan tulang), S: skala

nyeri 3 (ringan), T: nyeri hilang timbul ± 45 menit, pasien tampak berangsur sehat.

Penulis menggunakan teknik farmakologis dan non farmakologis untuk

menurunkan intensitas nyeri untuk mencapai hasil sesuai dengan intervensi yang penulis

susun. Teknik farmakologis yang penulis lakukan yaitu kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgetik. Obat analgetik berfungsi untuk memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang (Muttaqin, 2008). Teknik non farmakologis yang penulis lakukan

yaitu dengan mengajarkan teknik relaksasi (deep breathing exercise). Dengan

menggunakan teknik relaksasi, maka saraf simpatis akan dihambat, sementara saraf

parasimpatis meningkat sehingga mengakibatkan ketegangan otak dan otot seseorang

akan berkurang. Aktifnya saraf-saraf parasimpatis akan menyebabkan pasien merasakan

nyeri berkurang (Solehati dan Kosasih, 2015).

Page 82: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

71

2. Sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari satu lingkungan ke

lingkungan yang lain.

Tanggal 6 Januari 2016 sampai tanggal 8 Januari 2016 penulis mendorong pasien

untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya dan orang lain agar tingkat

kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan berkurang dengan saling bersosialisasi.

Mengenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang

pengalaman yang sama agar mereka saling mengerti dan memahami masalahnya

sehingga saling membangun kepercayaan diri seseorang.

Mengedukasi keluarga untuk selalu menemani pasien. Orang tua diharapkan dapat

berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit, terutama dalam perawatan yang bisa

dilakukan orang tua, perawat dapat memberikan kesempatan untuk menyiapkan makanan

anak atau memandikannya dalam hal ini perawat berperan sebagai pendidik kesehatan

(Nursalam dkk, 2008).

Menberikan inform consen dan kontrak waktu kepada keluarga untuk melakukan

terapi bermain serta menjelaskan tujuan karena kecemasan pada anak yang dirawat di

rumah sakit terkadang membuat orang tua menjadi cemas untuk meninggalkan anaknya

dan membuat orang tua menjadi khawatir dengan efek dari tindakan medis yang akan

dilakukan pada anaknya. Ketika perawat memberikan informed consen pada tindakan

yang dilakukan maka kecemasan itu akan berangsur-angsur hilang. Walaupun mungkin

sulit orang tua dan anak mampu menerima hospitalisasi. Perawat dan dokter yang

menangani anak selama hospitalisasi harus membina rasa saling percaya akan terapi

yang akan diberikan (Elfira, 2011). Pembinaan rasa saling percaya dilakukan dengan

cara meminta persetujuan anak dan orang tua sebelum melakukan tindakan.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek toksik kemoterapi, radioterapi, dan

imobilitas.

Page 83: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

72

Tanggal 6 Januari 2016 sampai 8 Januari 2016 penulis melakukan tindakan

monitor kulit akan adanya kemerahan, kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi

dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi. Massage menggunakan lotion atau

minyak/ baby oil pada area kulit yang kering sebagai pelumas dan pelembab kulit serta

hidrasi kulit (Amin, 2009). Menjaga kebersihan kulit tetap bersih dan kering untuk

menghindari iritasi kulit.

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat bertujuan untuk mempertahankan

kebersihan tanpa mengiritasi kulit. Mempertahankan tempat tidur bersih, kering, bebas

kerutan untuk mengurangi faktor-faktor lingkungan yang mempercepat terjadinya luka

tekan, suhu ruangan yang panas, kelembapan atau linen tempat tidur yang berkerut atau

kotor (Potter dan Perry, 2005).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2005). Penulis

menggunakan evaluasi formatif yaitu catatan perkembangan yang berorientasi pada masalah

yang dialami klien, dengan menggunakan format SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa,

Planing) (Setiadi, 2012).

Evaluasi hari pertama nyeri akut belum teratasi P: nyeri ditangan dan kaki saat

digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri di sendi dan tulang (ekstremitas

atas dan bawah), S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri hilang timbul ± 20 menit. Pasien tampak

lemah dan rewel. TTV : Nadi 110x/menit, Respiratory rate: 22x/menit, Suhu: 36,5’C, SPO2:

99%. Intervensi keperawatan dilanjutkan monitor TTV, ajarkan pasien tentang bagaimana

cara mengontrol nyeri, memposisikan nyaman, berikan obat analgetik.

Page 84: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

73

Evaluasi hari kedua masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi, pasien mengatakan

masih sakit P: nyeri berkurang ditangan dan kaki saat digerakkan, Q: nyeri seperti ditusuk-

tusuk jarum, R: nyeri di sendi dan tulang, S: skala nyeri 3 (ringan), T: nyeri hilang timbul ±

45 menit, pasien tampak lebih baik kondisinya dan berangsur sehat, TTV: Nadi 111x/menit,

Respiratory rate: 20x/menit, Suhu: 36’C, SPO2: 99%. Intervensi keperawatan belum teratasi

dilanjutkan monitor TTV, ajarkan klien bagaimana cara mengontrol nyeri.

Evaluasi hari ketiga diagnosa nyeri akut sudah teratasi, pasien mengatakan sudah

nyaman P: nyeri di tangan dan kaki saat bergerak sudah berangsur hilang, Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk jarum hilang, R: nyeri di sendi dan tulang, S: skala nyeri 1 (sangat ringan), T:

nyeri hilang timbul ± 2 jam. Pasien tampak sehat dan ceria, kondisi fisik baik, TTV: Nadi

100x/menit, Respiratory rate: 22x/menit, Suhu: 36,2’C, SPO2: 98%. Intervensi keperawatan

dipertahankan.

Hasil akhir evaluasi diagnosa pertama nyeri akut setelah dilakukan intervensi selama

3x24 jam terjadi penurunan skala nyeri dari skala 4 menjadi skala 1, hal ini sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi hari pertama diagnosa keperawatan tingkat stres akibat perpindahan belum

teratasi karena pasien belum menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang diharapkan.

Pasien mengatakan masih merasa takut ditandai pasien tampak cemas dan gelisah,

menurunnya kepercayaan diri, pucat dan sering rewel. Intervensi keperawatan dilanjutkan

dengan dorong pasien untuk mengembangkan hubungan, identifikasi defisit perawatan diri

pasien, berikan teknik menenangkan diri.

Evaluasi hari kedua masalah keperawatan tingkat stres akibat perpindahan belum teratasi

karena pasien hanya sebagian menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil. Pasien

mengatakan ketakutan berkurang ditandai ekspresi wajah pasien sedikit ceria, tingkat

kecemasan berkurang, tingkat kegelisahan berkurang, tingkat kepercayaan diri meningkat.

Page 85: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

74

Intervensi keperawatan dilanjutkan dengan dorong pasien untuk mengembangkan hubungan,

kenalkan pasien kepada seseorang, menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap

keluarga.

Evaluasi hari ketiga masalah keperawatan tingkat stres akibat perpindahan sudah teratasi

karena pasien sudah menunjukkan perubahan sesuai dengan kriteria hasil. Pasien mengatakan

tidak takut dan kooperatif ditandai dengan pasien tampak ceria, ekspresi wajah bahagia,

tingkat kepercayaan diri meningkat, ansietas berkurang. Hal ini menyatakan masalah

keperawatan sindrome stres akibat perpindahan sudah teratasi sehingga pertahankan

intervensi.

Hasil akhir evaluasi diagnosa kedua sindrome stres akibat perpindahan setelah dilakukan

intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan tingkat ketakutan, kecemasan dan

meningkatnya kepercayaan diri pasien, hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan.

Evaluasi hari pertama diagnosa kerusakan integritas kulit belum teratasi, keluarga pasien

mengatakan kulit pasien mengalami kerusakan ditandai dengan kulit pasien tampak kering

dan kasar, perfusi jaringan kurang baik, kelembapan kulit kurang. Intervensi keperawatan

dilanjutkan dengan monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak/ baby

oil pada area kulit, monitor status nutrisi pasien.

Evaluasi hari kedua masalah keperawatan kerusakan integritas kulit belum teratasi,

keluarga pasien mengatakan kulit pasien berangsur membaik ditandai dengan kulit pasien

tampak sedikit lembab, perfusi jaringan kulit berangsur membaik, tidak kering dan kasar,

sebagian kulit masih ada yang mengalami kerusakan. Intervensi keperawatan dilanjutkan

dengan monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada area

kulit, monitor status nutrisi pasien.

Page 86: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

75

Evaluasi hari ketiga masalah keperawatan kerusakan integritas kulit sudah teratasi,

keluarga pasien mengatakan kulit pasien berangsur membaik dan sehat ditandai dengan kulit

pasien lembab, perfusi jaringan baik diseluruh kulit, elastisitas kulit baik. Intervensi

keperawatan dipertahankan dengan dipertahankan oleskan lotion atau minyak baby oil pada

area kulit.

Hasil akhir evaluasi diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit setelah dilakukan intervensi

selama 3x24 jam terjadi perbaikan pada area kulit yang mengalami kerusakan dan

kekeringan, hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Page 87: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, implementasi

dan evaluasi tentang Pemberian Breathing Exercise terhadap Efisiensi Pernapasan dan

Penurunan Intensitas Nyeri saat Menjalani Kemoterapi pada Asuhan Keperawatan An. R

dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di ruang melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta

secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan.

1. Pengkajian

Masalah keperawatan nyeri akut pada An. R telah dilakukan secara komprehensif

dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama nyeri sendi dan tulang sering terjadi.

Tanggal 5 Januari 2016 penulis melakukan pengkajian P, Q, R, S, T yang penulis

masukkan dalam pola kognitif perseptual. Pasien mengatakan nyeri ditangan dan kaki

saat digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri diekstremitas atas dan bawah

(sendi, tulang), skala nyeri 5 (sedang), nyeri hilang timbul ± 10 menit.

2. Diagnosa

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian keperawatan pada An. R

ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan hirarki kebutuhan dasar menurut

maslow yaitu prioritas diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera

biologis (efek fisiologis dari leukemia). Diagnosa prioritas kedua sindrome stres akibat

perpindahan berhubungan dengan pindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. 91

Page 88: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

77

Diagnosa prioritas ketiga kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan efek toksik

kemoterapi.

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (efek

fisiologis dari leukemia), intervensi yang dilakukan pantau tanda-tanda vital pasien,

gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien,

lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan teknik deep breathing exercise dan

distraksi, berikan lingkungan yang nyaman dan tenang dan kurangi rangsang stres,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.

Diagnosa keperawatan sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan

pindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain, intervensi yang penulis rumuskan

dorong pasien untuk mengembangkan hubungan, kenalkan pasien kepada seseorang yang

mempunyai latar belakang pengalaman yang sama, identifikasi defisit perawatan diri

pasien, menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai

dengan umur dan penyakitnya, berikan teknik menenangkan diri (deep breathing

exercise); meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut.

Diagnosa keperawatan kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan efek toksik

kemoterapi, intervensi yang penulis rumuskan monitor kulit akan adanya kemerahan,

hindari kerutan pada tempat tidur, oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah kulit

yang rusak, monitor status nutrisi pasien, jaga kebersihan kulit agar tetep bersih dan

kering, memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

4. Implementasi

Page 89: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

78

Dalam asuhan keperawatan An. R dengan Leukemia limfoblastik akut diruang melati

II RSUD dr. Moewardi telah sesuai dengan intervensi yang penulis rumuskan. Penulis

menekankan pemberian Breathing Exercise (deep breathing) untuk menurunkan

intensitas nyeri dan meningkatkan keefektifan pernapasan dengan melakukannya 3 kali

dalam sehari dalam 3 hari kelolaan.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia) sudah teratasi. Untuk mencapai hasil yang

maksimal intervensi dipertahankan ajarkan klien tentang bagaimana cara mengontrol

nyeri dengan teknik deep breathing exercise bila merasakan nyeri.

Masalah keperawatan kedua sindrome stres akibat perpindahan berhubungan dengan

pindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain sudah teratasi. Untuk mencapai

hasil yang maksimal intervensi keperawatan dipertahankan dorong pasien untuk

mengembangkan hubungan.

Masalah keperawatan kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan efek toksik

kemoterapi. Untuk mencapai hasil yang maksimal intervensi keperawatan dipertahankan

oleskan lotion atau minyak baby oil pada area kulit.

6. Analisa pemberian Breathing Exercise (Deep Breathing Exercise)

Analisa hasil implementasi aplikasi jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh

Marwa Abd Elkreem, Hejazi dan Afkar Ragab (2014), dengan judul “Pemberian

Breathing Exercise pada Efisiensi Pernapasan dan Intensitas Nyeri pada pasien

kemoterapi dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di ruang melati II RSUD Dr.

Moewardi Surakarta”, penulis mendapatkan hasil analisa dari implementasi yang

Page 90: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

79

dilakukan selama 3 hari kelolaan secara rutin 3 kali sehari yaitu terjadi penurunan

intensitas nyeri dari skala 5 (sedang) menjadi skala 1 (sangat ringan). Hasil tersebut

sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan dan terbukti sesuai teori yang ada terjadi

penurunan intensitas nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi deep breathing exercise.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia

limfoblastik akut, penulis memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang

kesehatan antara lain :

1. Bagi institusi pelayan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD dr. Moewardi dapat memberikan

pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun klien serta keluarga klien. Khususnya dalam proses rehabilitasi medik

dengan melibatkan keluarga klien untuk berperan aktif sehingga klien dan keluarga

mengerti perawatan lanjutan dirumah.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang lebih dan selalu

berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan

khusunya dalam program rehabilitasi medik pada klien dengan leukemia limfoblastik

akut. Perawat melibatkan keluarga klien dalam pemberian asuhan keperawatan.

Page 91: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

80

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dengan

mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan

sehingga mampu menghasilkan perawat yang profesional, terampil, inovatif dan bermutu

dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode

etik keperawatan.

4. Bagi penulis

Memberikan ilmu dan menambah wawasan penulis mengenai konsep leukemia

limfoblastik akut dan penatalaksanaan dalam asuhan keperawatan yang komprehensif.

Page 92: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

81

DAFTAR PUSTAKA

Allen. 2005. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan. Jakarta : EGC

Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Penerjemah Khiastrifah dan L.P.Daniel.

2003. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Camargo, B, Santus, MO, Rebelo, MS, et all. 2009.Cancer incidence among children and

adolescents in brazil : first report of 14 population based cancer registriesn’,

International Journal of Cancer, vol 126, hal 715-720.

DeAngelis, C.D. & Zylke, J.W.2006. Theme issue on chronic desease in infant and young

adult. Journal JAMA.

Departemen Kesehatan RI. 2013. ‘Aktivitas fisik dan diet seimbang mencegah kanker’,

diakses 7 November 2013 <.http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=170>.

Desen, Wan.2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2 .Jakarta : FKUI

Doenges, Marilynn E, Mary F Moorhouse and Alice C. Geissler. Rencana Asuhan

Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Fianza P.I. 2009. Leukemia Limfoblastik Akut Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

II. Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing.

Handayani, Wiwik dan Hariwibowo, A.S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan Hematologi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Hastings, C.A., Tordkildson, J.C., & Agrawal, A.K. 2012. Handbook of pediatric hematology

and Oncology : Children’s hospital and research center Oakland. 2nd edition. United

Kingdom : Wiley-Blackwell

Page 93: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

82

Hermand, T Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Hockenberry, M.J & Wilson, D. 2009. Wong’s essentials of pediatric nursing. 8th ed.

Missouri : Mosby Elsevier.

Hoffbrand, A.V. Petit, J.E. 2005. Kapita Selekta Haematologi. EGC. Jakarta.

Hoffman R, et al.2009. Hematology Basic Principles and Practice. Philadelphia : Churchill

Livingstone Elsevier.

ISO. 2010. Iso informasi Spesifikasi Obat Indonesia. Penerbit ikatan Apoteker Indonesia.

Jakarta.

Japaries, W. 2013. Buku ajar onkologi klinis, Edisi 2.Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia : Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeleta.

Jakarta : EGC.

National Cancer Institute. 2009. A snaspshot of pediatric cancer. Diperoleh melalui

http://www.cancer.gov/aboutnci/servingpeople/cancer-snapshot-tanggal 8 september

213

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Penerbit Salemba Medika.

Jakarta.

Nurarif amin dan Hardi Kusuma. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta hal 573-675.

Permono, Bambang et al.2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak .Jakarta: Badan

Penerbit IDAI.

Page 94: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

83

Prince, S.A. and Wilson L.M.2006. Gangguan Sel Darah Putih dan Sel Plasma Dalam.

Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku ECG.

Potter P.A., Perry A.G. 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Rudolph, AM. 2007.Buku ajar pedriati rudolph, Edisi 20, Vol. 2.EGC: Jakarta.

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktek.

Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siregar, Cholina, Trisa. 2004. Nutrisi http://ejournals.usu.ac.id/index.php/jkm. Diakses

tanggal 20 April 2014 (13:28)

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hincle, J.I., Cheever, K.H. 2008. Textbook of medical surgical

nursing; brunner & suddart. eleventh edition, LipincottWilliams & Wilkins, a Wolter

Kluwer Business.

Suriadi dan Rita Yuliani.2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : PT.

Percetakan Penebar Swadaya

Susilaningrum, Rekawati, Nusalam dan Sri Utami. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan

Anak Edisi 2. Jakarta :Salemba Medika.

Solehati, Tetti dan Kosasih, Cecep eli. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam

Keperawatan Maternitas. Bandung: Refika Aditama.

Tandung, Dorce A. 2014. Hidup Sehat Bebas Kanker; Mewaspadai Kanker Sejak dari Dini.

Yogyakarta:ANDI

Umiati.2010. Gambaran kualitas hidup anak usia 6-18 tahun yang menjalani kemoterapi di

Rumah Sakit Kanker Dharmais. Jakarta Barat : Journal of Cancer, Vol 4, No 2

WHO. 2008, ‘Global cancer rates could increase by 50% to 15 million by 2020’, diakses 6

November 2013, <http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2003/pr27/en/>.

Page 95: PEMBERIAN TINDAKAN BREATHING EXERCISE TERHADAP EFISIENSI PERNAPASAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-adityakurn... · tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian

84

Wong, DL. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik, Edisi 6, Vol.2. EGC : Jakarta.