Upload
trantuyen
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN
SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING) OLEH AKADEMI KOMPOS DI
BUMI PESANGGRAHAN MAS RW 08 KELURAHAN PETUKANGAN
SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )
-
Disusun oleh:
Ade Ramdhan Maghfiroh
1110054000029
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
ABSTRAK
Ade Ramdhan Maghfiroh
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Organik
(Komposting) Oleh Akademi Kompos di Bumi Pesanggrahan Mas Rw 08
Kelurahan Petukangan Selatan.
Dengan mempergunakan prinsip 4 R , Reduction, Recycle, Reuse dan
Replant, seperti yang ditentukan oleh UU RI no 18 thn 2008 ttg Pengolahan
Sampah, PP RI no 81 th 2012, Peraturan Perundangan Bidang Lingkungan Hidup
dan Pengelolaan Sampah th 2013, serta diinspirasi oleh Kebun Karinda yang
diprakarsai Bapak dan Ibu Djamaludin Suryohadikusumo di Lebak Bulus-
Cilandak, Jaksel, maka muncullah ide untuk mengelola sampah Rumah Tangga di
lingkungan Sampah Rumah Tangga darikebun/taman.
Pengelolaan sampah ini merupakan kegiatan yang sistematis &
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah secara
terpadu. Disebut terpadu karena diikuti Seluruh Warga, Mulai Dari Diri Sendiri,
Mulai Dari yang Kecil, Mulai Dari Sekarang.
Pengelolaan sampah Organik (Komposting) Merupakan program dibawah
naungan Akademi Kompos yaitu program pemberdayaan Masyarakat dikelurahan
petukangan selatan bumi pesanggrahan mas Rw:08 yaitu berawal atas
keprihatinan masyarakat sekitar terhadap lingkungan sekitar, dimana lingkungan
sebelumnya berserakan sampah-sampah dan hanya dibakar saja pada pembuangan
akhir, dan tidak ada pengelolaan lingkungan didaerah tersebut.
Penelitian ini bertujuan mengetahui lebih jauh bagaimana proses
pengelolaan sampah organik (Komposting) di Bumi pesanggrahan Mas Rw: 08
Kelurahan Petukangan Selatan dan apa saja yang menjadi kendalanya. Selain itu
melalui penelitian ini penulis ingin menggali lebih dalam tentang konsep
pemberdayaan masyarakat yang ada pada kegiatan Akademi Kompos khususnya
dari pengelolaan sampah organik (Komposting).
Dalam penelitian ini menggunakan metodelogi pendekatan kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan atau lisan
dari orang- orang atau prilaku yang diamati. Tekhnik penulisan data dengan
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini mengetahui bagaimana Akademi Kompos
melakukan proses Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Sampah
Organik (Komposting) adalah dengan cara memberikan pembinaan dengan Lima
Modul Pelatihan yaitu, Pengelolaan Lingkungan, Pengelolaan Sampah Organik,
Pengelolaan Sampah Anorganik, Kebun Sayuran Organik dan Biopori agar
masyarakat dapat peduli dan mengerti dalam meningkatkan kualitas Lingkungan,
menjadi bersih, sehat, dan asri.
Dengan demikian sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau
dimusnahkan, tapi merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita.
iii
KATA PENGANTAR
حمن للا بسم حيم الر الر
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun
yaa wal aakhirat.
Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak
akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dan dukungan dari berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutunya penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya, sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Konomunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak M. Hudri MA. Selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI)
4. Bapak Dr. Tantan Hermansah M.Si, selaku pembimbing skripsi yang
bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, memberi
iv
motivasi, semangat, arahan serta kritikan dan saran bagi penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Rosita Tandos, M.Si, selaku dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, saran dan koreksinya dalam penulisan skripsi.
6. Ibu Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan pengarahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis di
bangku kuliah.
8. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan pinjaman buku kepada penulis, sehingga dapat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Pimpinan Akademi Kompos yaitu Drs. H. Artomo apt.MBA dengan Ibu Hj.
Poppy Artomo serta para pengurus yang terlibat dalam Pengelolaan sampah
organik (Komposting) di wilayah Bumi Pesanggrahan Mas Rw 08
Kelurahan Petukangan Selatan yang telah bersedia di wawancarai dan
memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Drs. Muhammad Anwar dan Ibunda
Nyi Badriyah, S.Ag. serta kakak- kakak kandung ku tercinta Husni
Mubarak, Husna Khairunnisa dan Nur Rahmawati saudara yang senantiasa
v
memberi semangat, do‟a, cinta dan kasih sayang serta berbagai dorongan
yang tak terhingga baik moril maupun materil.
11. Sahabat dekat Penulis sekaligus teman seperjuangan angkatan 2010-2011
yaitu, Anfal, Ahmad Septiawan Badawi, Muhammad Iqbal Abdul Gofur,
Ujang Kosasih, Adiatma, Viqih Akbar, Ahmad Suheri, Irfan Jaya, Ahmad
Taufik Ramadhan, Lilis Yunengsih, Annisa Fatonah, Sri Rahmayani, Nur
Handayani, Badzliah Rusdyina Framutami, serta teman-teman lainnya yang
selalu memberikan semangat, do‟a, keceriaan, dan bantuan dalam
penyelesaian skripsi penulis.
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya, semoga kebaikan kalian semua menjadi jalan
menuju kebaikan fiddun yaa wal aakhirat.
Jakarta, 14 September 2016
Ade Ramdhan M
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatas dan Rumusan Masalah ........................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................... 8
E. Metodelogi Penelitian ............................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 16
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan ......................................................................... 18
1. Pengertian pemberdayaan ................................................. 18
2. Praktik praktik pemberdayaan ........................................... 21
B. Masyarakat .............................................................................. 22
1. Pengertian masyarakat...................................................... 22
C. Sampah organik ...................................................................... 26
1. Pengertian sampah organik ............................................... 26
2. Proses pengelolaan sampah .............................................. 29
3. Pemanfaatan sampah organik bagi masyarakat………….. 30
4. Prilaku masyarakat dalam mengel;ola sampah…………... 30
vii
BAB III GAMBARAN UMUM AKADEMI KOMPOS DI BUMI
PESANGGRAHAN MAS RW 08 KELURAHAN PETUKANGAN
SELATAN
A. Profil Singkat Akademi Kompos ............................................ 33
1. Riwayat Akademi Kompos. ............................................... 33
2. Pendirian Akademi Kompos .............................................. 34
3. Pelopor ............................................................................... 38
4. Jaringan Kerja Organisasi .................................................. 38
5. Visi Misi dan Tujuan ......................................................... 39
6. Sruktur Organisasi ............................................................. 40
7. Pelatihan Yang Diberikan……………………………….. 41
B. Jumlah orang di Akademi kompos……………………………. 42
1. Jumlah orang yang terlibat setiap tahunnya………………. 42
2. Output atau hasil jumlah keseluruhan orang yang terlibat dalam
dalam kegiatan Akademi Kompos………………………… 46
BAB IV ANALISIS ANALISIS TENTANG PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH
ORGANIK (KOMPOSTING) DI AKADEMI KOMPOS
A. Analisis proses pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan
Sampah organik (Komposting) .............................................. …. 47
B. Analisis upaya penyelesaian permasalahan pemberdayaan
masyakat melalui pengelolaan Sampah organik (Komposting)…51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 77
B. Saran ...................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi Sampah di TPA DKI ................................................... 74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Kepengurusan .....................................................................40
Gambar 2 Kebun Tanaman Organik ................................................................56
Gambar 3 Pengayakan Sampah Organik ..........................................................57
Gambar 4 Posko Bank Sampah ........................................................................59
Gambar 5 Hasil Kebun Tanaman Organik .......................................................61
Gambar 6 Lubang Resapan Biopori .................................................................64
Gambar 7 Pelatihan Lingkungan Dan Komposting .........................................66
Gambar 8 Kunjungan – Kunjungan Dari Praktisi Anak Sekolah
Dan Undangan Pelatihan .................................................................68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disaat planet bumi berjuang menyediakan sumberdaya(tanah,air, pangan,
energy,dll) untuk mempertahankan 7 miliar penduduknya, pada saat bersamaan
setiap tahunnya,1/3ton terbuang menjadi limbah! Ironis sekali, limbah makanan
menjadi salah satu kontributor terbesar dampak lingkungan, hanya karena ketidak
tahuan dan ketidak pedulian manusia. Oleh karena itu, edukasi untuk Masyarakat
Sebagai Wujud Kepedulian pada Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup,
Pengelolaan Lingkungan dan Daur Ulang Sampah Rumah Tangga (SRT) dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (SSSRT).1
Sebagaimana Al-Qur‟an menyebutkan:
.
Artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang2 yang berbuat
baik” (QS Al-A‟rof 7:56)
Berangkat dari keprihatinan melihat timbunan sampah yang menggunung
dimana-mana, dan berbagai bencana alam, serta perubahan iklim yang disebabkan
karena ketidak-pedulian manusia terhadap kebersihan dan kesehatan dengan
membuang sampah sembarangan.
Salah satunya disebabkan karena persepsi yang salah terhadap sampah,
1 Artomo, penggiat lingkungan Jakarta: Akademi Kompos (artikel akademi kompos)
2013.
2
dimana menganggap bahwa sampah itu barang kotor yang harus dibuang,
bukannya sebagai barang bernilai yang bisa didaur ulang, serta kurangnya
pengetahuan pengolahan sampah yang tepat daerah-daerah khususnya disekitar
perumahan kami, maka kami ingin mempersembahkan Edukasi untuk Masyarakat
Sebagai Wujud Kepedulian pada Sebagai Wujud Kepedulian pada Pelestarian
Fungsi Lingkungan Hidup, Pengelolaan Lingkungan dan Daur Ulang Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Dengan mempergunakan prinsip 4 R, Reduction, Recycle, Reuse dan
Replant, seperti yang ditentukan oleh UU RI no 18 thn 2008 ttg Pengolahan
Sampah, PP RI no 81 th 2012, Peraturan Perundangan Bidang Lingkungan Hidup
dan Pengelolaan Sampah th 2013, serta diinspirasi oleh Kebun Karinda yang
diprakarsai Bapak dan Ibu Djamaludin Suryohadikusumo di Lebak Bulus-
Cilandak, Jaksel, maka muncullah ide untuk mengelola sampah Rumah Tangga di
lingkungan Sampah Rumah Tangga darikebun/taman. Pengelolaan sampah ini
merupakan kegiatan yang sistematis & berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah secara terpadu. Disebut terpadu karena
diikuti Seluruh Warga, Mulai Dari Diri Sendiri, Mulai Dari yang Kecil, Mulai
Dari Sekarang.2
Menurut Arne Naess, krisis lingkungkungan hidup dewasa ini hanya bisa
diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap
alam secara fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya
hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang perorang, tetapi tetapi juga
budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika lingkungan
2 Sumber: www.akademikompos.weebly.com (diakses tgl 21-11-2014 jam 10:11)
3
hidup yang menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam
semesta. Dengan ini mau dikatakan bahwa krisis lingkungan hidup global yang
kita alami dewasa ini sebenarnya bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis
dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan
tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Perilaku yang keliru terhadap
alam.Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam
konteks alam semesta seluruhnya. Dan inilah awal dari semua bencana lingkungan
hidup yang kita alami sekarang. Oleh karena itu, pembenahannya harus pula
menyangkut pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi
baik dengan alam maupun dengan manusia lain dalam keseluruhan ekosistem.
Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang
memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang
mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Manusia dianggap berada diluar,
diatas dan terpisah dari alam. Bahkan, manusia dipahami sebagai penguasa atas
alam yang boleh melakukan apa saja terhadap alam. Cara pandang seperti ini
melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap
alam dan segala isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai pada dirinya
sendiri.3
Dalam pandangan mereka faktor sosial dan budaya dijelaskan dengan
menghindari faktor lingkungan sebagai fenomena sosial. Perkembangan yang
cukup bagus ketika lingkungan dikenal secara luas sebagai persoalan sosial adalah
Amerika sejak tahun 1960 (polusi, kualitas,air, dan limbah beracun). Beberapa
3 A. sonny keraf etika lingkungan hidup( Jakarta: Kompas 2010) h 2-3
4
analis beralih ke sosiolog mengabaikan mendalami variabel fisik dan lingkungan
sebab mereka secara tidak sadar mengikuti paradigma keilmuwan yang mereka
untuk melakukan itu.4
Sementara itu, Donald L. Hardisty yang mendukung pandangan dominasi
lingkungan menyatakan lingkungan fisik memainkan peran dominan sebagai
pembentuk kepribadian, moral, budaya, politik, dan agama. Pandangan ini muncul
tidak lepas dari asumsi dalam tubuh manusia ada tiga komponen dasar, yakni
bumi, air, dan tanah yang merupakan unsur-unsur penting lingkungan.5
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
untuk untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.6
Dalam pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa
henti. Hal ini sejalan dengan paradigma islam sendiri sebagai agama gerakan atau
perubahan. Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing
empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis,
istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah
pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tertentu bersifat
interchangeable atau dapat dipertukarkan.7
Lingkungan tempat kita hidup sangat mempengaruhi kualitas kehidupan
4 Rachmad K. DWI Susilo sosiologi lingkungan ( Jakarta:PT, Raja Grafindo
Persada,2008) h 5 5 Ibid h 30
6Edi Suharto, Membangun masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT
Rafika Aditama.2005) 7Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei,Pengembangan Masyarakat
Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001), h. 41-42
5
kita.Beberapa komponen yang sangat erat dalam kehidupan kita ialah udara yang
kita hisap setiap saat dan air yang kita minum setiap hari.Udara dan air yang
bersih sangat diperlukan untuk kesehatan sehingga dapat menunjang aktivitas kita
untuk berkreasi dan menghasilkan hal yang positif. Tetapi sebaliknya, bila dua
komponen utama tersebut tercemar, maka pencemarannya akan menimbulkan
perubahan terhadap kualitas kehidupan kita. Kesehatan tubuh terhadap infeksi
penyakit. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas
dalam berkarya.8
Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat memproses pengelolaan
akhir sampah makin sulit karena daya dukung lahan khususnya diperkotaan makin
berkurang.Akibat dari semakin bertambahnyatingkat konsumsi masyarakat serta
aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula buangan atau limbah yang
dihasilkan.Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi
masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah Tangga) telah
menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan
masyarakat itu sendiri.
Banyak orang yang tidak akan kebersihan, terutama dalam hal membuang
sampah dan banyak pula orang yang membuang sampah sembarangan dan jika hal
ini terus terjadi berkelanjutan akan berdampak efek negative yang sangat besar
bagi lingkungan, seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi
penyakit yang akan dengan mudah menimpa masyarakat yang berada disekitar
tumpukan sampah.
Pada dasarnya mengelola lingkungan secara baik adalah tanggung jawab
8 Darmono, Lingkungan hidup dan pencemaran:hubungannya dengan toksikologi
senyawa logam Jakarta: Penerbit universitas Indonesia(UI-Press),2001.
6
setiap individu manusia yang mengelola lingkungan, mungkin sudah sebagian dari
kita menerapkan pengelolaan lingkungan, hal tersebut sudah disosialisasikan
melalui media atau poster dan spanduk yang dilakukan oleh berbagai pihak atau
lembaga yang perduli akan lingkungan maupun pemerintah, oleh karena itu perlu
adanya Renponsible membangun kesadaran masyarakat melalui pembinaan atau
pemberdayaan, dimana masyarakat tidak hanya tahu tapi memahami tentang
masalah lingkungan dan dapat mengelolanya melalui akademi kompos.
Sebagaimana salah satu wilayah yang di Indonesia akan keperdulian
lingkungan turut berperan serta dalam menangani masalah lingkungan dengan
melibatkan masyarakat setempat sudah dilaksanakan di kelurahan petukangan
selatan dimana dibawah naungan Akademi Kompos yaitu program pemberdayaan
Masyarakat dikelurahan petukangan selatan Rw:08 Pesanggrahan Jakarta selatan
yaitu berawal atas keprihatinan masyarakat sekitar terhadap lingkungan sekitar,
dimana lingkungan sebelumnya berserakan sampah-sampah dan hanya dibakar
saja pada pembuangan akhir, dan tidak ada pengelolaan lingkungan didaerah
tersebut.9
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam
bentuk skripsi mengenai “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING) OLEH
AKADEMI KOMPOS DI BUMI PESANGGRAHAN MAS RW 08
KELURAHAN PETUKANGAN SELATAN”.
Penulis telah melakukan Survey Lapangan di lokasi Bumi Pesanggrahan
9 Rancangan Undang-undang republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,
(Kementrian Negara Lingkungan hidup,2008), h,2-3
7
Mas RW 08 Petukangan selatan, adapun hasil analisa akan penulis paparkan lebih
rinci di dalam skripsi ini. hasil analisa dan pembahasan diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada penulis sebagai pengetahuan yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberdayaan masyarakat
di Akademi Kompos.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai kegiatan pengelolaan
Sampah organik (Komposting) yang dilakukan oleh akademi kompos di Bumi
pesanggrahan mas Rw 08, maka dalam uraian ini penulis membatasi
permasalahan hanya dalam ruang lingkup pengelolaan sampah organik
(komposting). Dan merumuskan masalah berdasarkan latar belakang masalah
yang telah disebutkan diatas agar lebih terarah dalam mencapai sasaran, maka
penulis merumuskan masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah
organik (komposting) di Akademi Kompos?
2. Bagaimana upaya lembaga dalam menyelesaikan permasalahan
pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah organik
(komposting) ini?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat melalui
pengelolaan sampah organik (komposting) di Akademi kompos.
2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian permasalahan pemberdayaan
masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah organik (komposting)
di Akademi Kompos.
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdayaan ilmu sosial terutama pada Jurusan
pengembangan masyarakat Islam, tentang pembangunan lingkungan
melalui pelatihan kompos dan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu
upaya pemberdayaan dan memberi sumbangsih ilmiah dalam studi dalam
mengatas timbunan limbah sampah melalui pelatihan Kompos dan
pengelolaan lingkungan di akademi kompos untuk mengajak masyarakat
peduli dalam pengelolaan pelestarian lingkungan,pengelolaan sampah
organik/komposting,pengelolaan sampah anorganik,biopori dan kebun
sayur organik, yang dalam penelitian ini adalah cerminan untuk
mewujudkan dan menciptakan lingkungan yang bersih dan memanfaatkan
limbah yang ada disekitar dalam menciptakan masyarakat yang peduli
pada lingkungan.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan Sumbangan Pengetahuan
tentang pengaruh yang bersifat positif maupun negatif dalam kegiatan
pengelolaan sampah organik (Komposting) serta memberikan
penyadaran akan pentingnya peran mereka dalam menyukseskan
program ini.
9
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodelogi/pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah Pendekatan yang mengacu pada prosedur
penelitian yang menghasilkan penelitian Deskriptif, Seperti perkataan
orang dan perilaku yang diamati.Berdasarkan definisi tersebut, penelitian
melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara
alamiah dengan menggambarkan secara rinci tentang bagaimana akademi
kompos. Mengelola program pengelolaan sampah organik (komposting)
dan mengaplikasikannya di masyarakat, apa saja hambatan-hambatan dan
pendukung program. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa Informan
untuk mendapatkan sebuah informasi tentang program pelatihan
akademi kompos secara lebih dalam dan detail seperti para pengurus
akademi kompos dan juga masyarakat yangterlibat dalam program
tersebut. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif dipandang sebagai
pendekatan yang tepat pada penelitian ini, karena dengan pendekatan
kualitatif diharapkan informasi tentang pelaksanaan program akademi
kompos dan faktor pendukung dan juga penghambat program akademi
kompos tersebut dapat dihasilkan secara lebih detail.10
2. Studi Kasus
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus yang
merupakan salah satu metode penelitian ilmu–ilmu sosial. Secara umum,
studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
10
Lexy J. Moleang. Metode penelitian kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000), hlm. 12. .
10
suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks nyata.11
Agar berfungsi sebagai
dasar bagi generalisasi, studi kasus hendaknya dikaitkan pada suatu
kerangka teoritis yang nantinya mungkin dapat disesuaikan bila studi
kasus itu menghasilkan bukti baru.12
3. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah pihak pelaksana dari kegiatan
pelatihan akademi kompos yaitu pengurus program pengelolaan sampah
organik (Komposting) diberikan secara theory dan praktek, didalam kelas
dan dilapangan. Diikuti oleh segala tingkatan usia, mulai dari TK sampai
dengan dewasa.13
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul
data dari objekrisetnya.14
data primer diperoleh melalui observasi atau
pengamatan langsung, berperan serta sebagai pengamat dan
wawancara langsung lagi mendalam kepada responden, dalam
penelitian ini data primer yang diambil berupa perkataan
11
Robert K. Yin. Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 1. 12
Britha mikkelsen. Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya pemberdayaan:
sebuah buku pegangan bagi praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2003), hlm. 92. 13
Ipah farihah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidatullah Jakarta, (Jakarta:UIN
Jakarta Press. 2006). hlm.35. 14
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha
Ilmu,2004),h.69
11
terwawancara yang berkaitan di akademi kompos bumi pesanggrahan
mas RW 08 Petukangan selatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari
catatan-catatan, surat kabar, atau media kabar atau dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.15
Dalam penelitian ini data sekunder
diambil dari data yang berupa arsip-arsip dan laporan-laporan
konsultan pemberdayaan masyarakat Akademi Kompos yang
berkaitan dengan kebutuhan penelitian
5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan
subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas
tujuan atau pertimbangan – pertimbangannya untuk dapat memasukkan
unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti mencari
informasi.16
Peneliti Memperoleh informasi dari Inovator Akademi Kompos
serta para Anggotanya yang meliputi dari bagian Pemberdayaan
Masyarakat tentang Sampah Organik (Komposting). Adapun informasi
yang diperoleh hanya 3 orang wawancara saja, yaitu dari 1 orang
pengelola atau Inovator Akademi Kompos, 1 orang Divisi Sampah
15
Jaenal Arifin, Teknik Penarikan Sample dan Pengumpulan Data ,(Jakarta,2005) h.17
16
Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003). Cet
Ke-1. h. 100.
12
Organik (Komposting) dan Divisi Daur Ulang Sampah Anorganik.
Adapun informasi yang diperoleh lebih mendalam hanya 1 orang saja,
yang diperoleh dari Inovator Akademi Kompos tersebut.
6. Waktu dan tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian terhitung sejak bulan Januari 2015 - maret
2016.
b. Tempat Penelitian
Yang bertempat di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08, Kelurahan
Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan. Kota Jakarta Selatan
7. Jenis Penelitian
Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian
Deskriptif, yakni bertujuan untuk menggambarkan fenomena sosial
tentang setting sosial secara lengkap.Penelitian ini menggambarkan
fenomena yang menjelaskan tentang upaya-upaya pelatihan dan
pengelolaan.Akademi kompos.dalam melakukan pemberdayaan kepada
masyarakat sebagai tanggung jawab sosial masyarakat, baik dari prosedur
lembaga, teknis lapangan, faktor pendukung dan penghambat,dan hasil
yang dicapai.
8. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
penting strategis dalam penelitian , karena tujuan utama dari penelitian
ini adalah untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data
diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian ini.teknik
13
pengumpulan data.17
ini dilakukan dengan :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung dengan
menggunakan seluruh panca indera (melihat, mendengar, dan
merasakan).18
dan pengamat atau peneliti berada di tempat terjadinya
fenomena yang diamati, yaitu dengan mengadakan pengamatan
langsung mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan kompos di akademi kompos. Guna memperoleh gambaran
dan informasi yang memungkinkan tentang pemberdayaan
masyarakat melalui pengelolan sampah organik (komposting).
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi
dengan cara tanya-jawab, dikerjakan secara sistemik dan
berlandaskan pada tujuan penyelidikan, 19
Dalam peneltian ini
penulis akan langsung mewawancarai inovator lapangan dan anggota
pelatihan kompos ini. Peneliti mengadakan tanya jawab yang
berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil program Pemberdayaan
Masyarakat melalui pelatihan akademi kompos dengan pihak-pihak
yang berkaitan dengan program tersebut. Peneliti melakukan
wawancara selama 35 menit untuk setiap informan.
c. Studi Dokumentasi
17
Sugiono, MemahamiPenelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005).
18
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan,(Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik: UI,2001),h.16
19
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial,(Yogyakarta:
ANDI,2007)h.97
14
Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, dan mempelajari
berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-
data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk
hasil dalam penelitian ini.
9. Teknik analisa Data
Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber20
data hasil yang diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan peneliti secara langsung di lapangan. Pada saat menganalisa
data hasil observasi penulis mengumpulkan hasil wawancara yang ada
kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang
Nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya
mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa
data diperoleh berdasarkan fenomena yang Nampak pada program
pemberdayaan masyarakat melalui Pelatihan Kompos dan Pengelolaan
lingkungan di akademi kompos
10. Teknik keabsahan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.21
Dalam hal ini peneliti akan melakukan cek dan ricek
data antara data yang di dapat melalui dokumentasi, laporan-laporan dan
20
Lexy J Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2008), h. 247. 21
Ibid., h. 330.
15
dokumen-dokumen yang ada di lapangan dengan hasil dari observasi dan
wawancara yang akan peneliti lakukan nantinya, dengan begitu
keabsahan data yang di dapat oleh peneliti menjadi valid.
F. Tinjauan Pustaka
Penulis mengumpulkan dan menganalisa buku-buku serta literatur-literatur
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini guna
mendapatkan teori dan konsep yang akan digunakan dalam menganalisa data
hasil penelitian.
Untuk Perbandingan maka Penulis memaparkan beberapa skripsi sebagai
penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha melakukan kajian
terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang relevan dengan topik
penulisan karya ilmiah ini, penulis membandingkan isi skripsinya dengan
skripsi milik orang lain yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjauan
pustaka dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang
berjudul “Program Daur Ulang Sampah Kertas Sebagai Upaya Pemberdayaan
Masyarakat” (studi kasus Corporate sosial Responsibility PT Pembangunan
Jaya Ancol Tbk) 2009, yang disusun oleh Muhammad Syakur. Skripsi
tersebut berisikan mengenai Program Daur Ulang Sampah Kertas sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat, yang mengupayakan sampah kertas untuk
didaur ulang kembali dan dimanfaatkan secara mandiri. Untuk membedakan
skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian
serta programnya dalam memberdayakan masyarakat melalui sampah.
Skiripsi Kedua, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat Program 1000 Posyandu Oleh Pemerintah Kota
16
Tangerang di Kelurahan Karawaci baru” 2013, yang disusun Ulfah Latifah.
Skripsi tersebut berisikan mengenai Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
melalui program 1000 posyandu yang diadakan oleh Pemerintah dapat
membantu masyarakat yang ingin memeriksa anak-anak nya agar
memperoleh pengobatan secara gratis dan terjangkau. Untuk membedakan
skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada subjek penelitian
serta programnya dalam memberdayakan masyarakat.
Dan untuk penulisan dan penyusunan skripsi, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007. Lokasi penelitian
sendiri akan dilakukan di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08, . petukangan
selatan.
G. Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini dapat dengan mudah dibaca dan dipahami isinya, maka
skripsi ini perlu kiranya memiliki suatu tata urutan yang sistematis. Untuk
itulah penulis sajikan tulisan ini ke dalam lima bab yang saling berhubungan
erat satu sama lainnya sehingga merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Urutan tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan pertimbangan apa yang mendorong penulis
memilih judul skripsi ini, di mulai dari Latar Belakang Masalah, Pembatas dan
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
17
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis mencoba menguraikan kajian teoritis mengenai teori
pemberdayaan, yang menjelaskan tentang Pengertian Pemberdayaan, Praktik -
Praktik Pemberdayaan, Pengertian Masyarakat, Pengertian Sampah Organik,
Proses Pengelolaan Sampah, Pemanfaatan Sampah Organik bagi Masyarakat,
Prilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah .
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Dalam bab ini penulis secara ringkas menguraikan Gambaran Umum
Lokasi Penelitian yaitu gambaran umum mengenai Profil Singkat Akademi
Kompos yang meliputi Riwayat, Proses Pendiriannya, Pelopor, dan Jaringan Kerja
Organisasinya. Serta Visi, Misi, dan Tujuan, Serta Struktur Organisasinya dan
Pelatihan yang diberikan. Berikut Jumlah Orang yang terlibat di Akademi
Kompos setiap Tahunnya dan Output/hasil Jumlah Orang Keseluruhannya dari
Tahun Ke Tahun Oleh Akademi Kompos di Bumi Pesanggrahan Mas RW 08,
Kelurahan Petukangan Selatan.
BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK (KOMPOSTING)
Dalam bab ini dijelaskan mengenai Proses Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Sampah Organik (Komposting) oleh Akademi Kompos
yaitu Tujuan dan Manfaatnya, serta Upaya Penyelesaian Permasalahan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Organik, Kendala
Umum, Upaya Mengatasinya, Proses Persiapan, Pelaksanaan dan Hasil yang
Diharapkan.
18
BAB V PENUTUP
Merupakan bab penutup, disini penulis mencoba membuat suatu
kesimpulan tentang materi yang telah dibahas sebelumnya, selain itu juga
mencoba memberikan saran-saran yang mungkin ada manfaatnya bagi orang
orang yang bersangkutan.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.22
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau
kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan
keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
Ke-1, h. 59.
19
yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.23
Upaya memberdayakan sebuah kondisi secara berkelanjutan dan aktif
berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Para
pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses
terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program-program
pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh komponen
masyarakat.24
Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan kepada
perlunya power dan menekankan keterpihakan kepada kelompok yang tak
berdaya. Dalam sejarahnya, pemberdayaan menjadi sebuah gerakan
perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni developmentalisme
(teori modernisasi).25
Pemberdayaan (empowerment) dapat didefinisikan sebagai „proses‟
maupun sebagai „hasil‟. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan adalah
serangkaian aktivitas yang terorganisir dan ditujukan untuk meningkatkan
kekuasaan, kapasitas atau kemampuan personal, interpersonal atau politik
sehingga individu, keluarga atau masyarakat mampu melakukan tindakan
guna memperbaiki situasi-situasi yang mempengaruhi kehidupannya. Sebagai
sebuah hasil, pemberdayaan menunjuk pada tercapainya sebuah keadaan,
yakni keberdayaan atau keberkuasaan yang mencakup: (a) state of mind,
seperti perasaan berharga dan mampu mengontrol kehidupannya; (b)
reallocation of power yang dihasilkan dari pemodifikasian struktur sosial.
Dengan demikian, baik sebagai proses maupun tujuan, pemberdayaan
23
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000), cet. Ke-1, h. 32-33. 24
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, (Jakarta: Kencana, 2013), h.
4. 25
Ibid, h. 72-73.
20
mencakup tidak hanya peningkatan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang melainkan pula perubahan sistem dan struktur sosial. Pemberdayaan
tidak hanya mencakup peningkatan kemampuan dalam bidang ekonomi
(misalnya, meningkatnya pendapatan), melainkan pula kemampuan dalam
bidang sosial-politik (misalnya, menyatakan aspirasi, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, menjangkau sumber-sumber kemasyarakatan dan pelayanan
sosial).26
Empowerment, atau pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan
daya individu, kelompok atau komunitas yang kurang memiliki daya.27
Dalam hal ini proses pemberdayaan (empowerment) ditujukan untuk
“membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan
menentukan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang iamiliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya.” (Payne, 1979)
Pandangan lain mengartikan bahwa pemberdayaan secara konseptual
pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas
berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada
intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan
dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi, sehingga
26
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial
Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 144. 27
Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Badak Putih dan Kampung satu Duit (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah, 2007), h. 46.
21
klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari
depannya.28
Dalam pandangan islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan. Hal
ini sejalan dalam paradigma islam sendiri sebagai agama gerakan atau
perubahan. Istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya
diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam
batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.
Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau
tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas
horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk
melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Dengan paparan sederhana diatas, jelaslah bahwa proses pengembangan
dan pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada
masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan. Menurut Agus Efendi,
setidaknya ada tiga kompleks pemberdayaan yang mendesak untuk
diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini, yakni pemberdayaan
dalam tataran ruhaniah, intelektual, dan ekonomi.
2. Praktik-Praktik Pemberdayaan
Studi atau kajian telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tugas
pekerjaan pembangunan saat ini. Kebutuhan akan penelitian dan kajian untuk
memperbaiki persiapan, kinerja, dan keberlangsungan pembangunan sebagai
proyek, program atau dukungan pada kebijakan, semakin meningkat. Kerja
pembangunan telah menjadi peristiwa yang „para scientific‟ namun bukan
28
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014), h. 89-90.
22
tanpa ketegangan-ketegangan, seperti yang dikatakan oeh McNeill.29
Penyesuaian diperlukan, dan tergantung pada pemahaman yang lebih
baik dari semua pihak yang terkait mengenai teknik partisipatoris. Ini dapat
diilustrasikan dengan pendekatan yang dilakukan oleh suatu tim yang terdiri
atas peneliti dari pelbagai bidang ilmu yang didokumentasikan dalam buku
The Language of Development Studies (Alfred dan Bentzon, 1990).
Pendekatan-pendekatan utama dalam buku itu adalah:
a. Mengembangkan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek: teori
yang mendarat
b. Bertitik berat pada lembaga.
c. Identitas sosial, selain kelas; dan
d. Menekankan pentingnya “pengetahuan popular”.30
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah arena di mana praktek pekerjaan sosial makro
beroperasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat biasanya diterapkan
berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi, dan identitas. Dalam arti sempit
istilah masyarakat menunjuk pada sekelompok orang yang tinggal dan
berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,
kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Masyarakat dalam arti sempit
biasanya disebut komunitas atau community. Dalam arti luas, masyarakat
29
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:
Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2003),h.
28. 30
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:
Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2003),h.
33.
23
menunjuk pada interaksi kompleks sejumlah orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu
wilayah geografis tertentu. Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai
sosietas atau society. Misalnya, sering kita dengar masyarakat ilmuwan,
masyarakat bisnis, masyarakat global, masyarakat dunia. Pendefinisian
masyarakat akan membedakan pendekatan pengembangan masyarakat. Bila
masyarakat didefinisikan seperti pengertian pertama, yakni sebagai
komunitas, maka pengembangan masyarakat biasanya difokuskan pada
kegiatan-kegiatan pembangunan lokal (locality development) pada
pemukiman atau wilayah yang relative kecil (lihat Suharto, 2005, 2006ab).
Program-program pengembangan masyarakat biasanya berbentuk usaha
ekonomi produktif atau pelayanan kesehatan, pendidikan dasar yang bersifat
langsung dirasakan oleh penduduk setempat.31
Dalam buku sosiologi kelompok dan masalah sosial karangan (Abdul
Syani, 1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata
musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi
masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, mendapatkan kesepakatan menjadi
masyarakat (Indonesia).
Menurut Abdul Syani (1987) bahwa masyarakat sebagai community
dapat dilihat dari dua sudut pandang; pertama, memandang community
sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/tempat
dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan-
31
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial
Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 123.
24
kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat
setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat
setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang
yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu dilengkapi pula
oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas
akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua,
community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu
prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar
manusia, maka di dalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan
atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil
contoh tentang masyarakat Pegawai Negeri, Masyarakat Ekonomi,
Masyarakat Mahasiswa dan sebagainya.32
Apakah masyarakat itu? Tidak mudah memberikan jawaban mengenai
pertanyaan tersebut.Ini disebabkan karena ahli sosiologi memberikan jawaban
yang berbeda sesuai dengan sudut pandang yang dimilikinya.Ada yang
memandang masyarakat dari sudut kebudayaan dengan alasan bahwa unsur
kebudayaan merupakan unsur terpenting dari masyarakat; ada yang
memandang masyarakat dari aspek organisasi dan kerjasamanya karena unsur
inilah yang terpenting dalam kehidupan masyarakat; dan ada pula yang
memandangnya sebagai kelompok-kelompok karena berkelompok adalah
unsur yang menentukan kehidupan masyarakat. Berikut ini adalah sejumlah
pengertian tentang masyarakat yang diajukan oleh sejumlah ahli:
a. R. Linton seorang ahli antropologi mengatakan bahwa masyarakat adalah
32
Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara
13220),h. 30-31.
25
setiap kelompok manusia yang telah cukup dan bekerjasama sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
b. M.J. Herskovist menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu
yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
c. J.L. Gilin dan J.P. Gilin, mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi
pengelompokkan-pengelompokkan yang lebih kecil.
d. S.R. Steinmetz, seorang sosiologi bangsa belanda mengatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokkan-pengelompokkan manusia yang lebih kecil, yang
mempunyai perhubungan erat dan teratur.
e. Hasan Shadily, mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian
secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.33
Sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan
dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas.34
C. Sampah Organik
1. Pengertian Sampah Organik
Sampah organik merupakan pengelolaan sampah dengan cara
pengomposan (komposting) atau pemanfaatan menjadi bahan kompos. Untuk
33
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektik
Islam (Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama 2008), h. 126-127. 34
Dra Nanih Machendrawaty, M.Ag. Agus Ahmad Safei, M.Ag. Pengembangan
Masyarakat Islam: Dari Ideologi Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2001), h. 42.
26
tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik
dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti beling atau
kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya, dikumpulkan dan dijual ke
pedagang pengumpul, dan selanjutnya didaur ulang. Umumnya, sampah
perkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang kualitasnya sangat baik
sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di TPA atau di
tempat lain yang jauh dari permukiman. Proses pengomposan tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup
dengan plastik atau bahan penutup lainnya. Kompos sebagai pupuk tanaman
sekaligus dalam tanah, antara lain berfungsi sebagai sumber hara,
menggemburkan tanah, serta memperbaiki struktur, agregat, aerasi, dan
porositas tanah.35
Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan
sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di
dalamnya.Sampah Organik, misal; daun, sayur dan buah.
Pengolahan dengan kompos atau sampah garbage dilakukan secara
biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobic dan anaerobik. Proses
dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau
humus. Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobik berlangsung dengan
sangat lambat dan menghasilkan bau, tetapi dekomposisi aerobik berlangsung
relatif lebih cepat dari dekomposisi anaerobik dan kurang menimbulkan
35
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Djambatan,
2009), h. 71.
27
bau.36
Sampah organik yaitu sampah yang bisa membusuk, karena aktivitas
mikro organism.Dengan demikian pengelolaannya gasmetan, gas H2S yang
bersifat beracun bagi tubuh.Selain beracun H2S juga berbau busuk, jadi
penumpukkan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan.
Sampah organik dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat di
degradasi oleh mikroba atau bersifat biodegrable. Sampah ini dengan mudah
dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan sampah organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.37
Ada 4R untuk mewujudkan
bentuk kepedulian terhadap lingkungan, 4R itu adalah Reduce (kurangi),
Reuse (gunakan kembali), Recycle (daur ulang), dan Replace (mengganti).38
Dengan meniru langkah 4R, maka yang dapat kita lakukan adalah:
a) Mengurangi (Reduce)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi
timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak
sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi
sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan
kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat
/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan untuk
merubah perilaku tersebut.
36
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi (Jakarta: Kencanuka Prenada Media
Group, 2010), h. 62,64 dan 76. 37
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
press, 2007), cet-7, h. 153. 38
Bimo, Walgito, psikologi sosial (suatu Pengantar), (Yoyakarata: Andi, 1999), h. 45.
28
b) Memakai kembali (Reuse)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan
kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat
air, mengisi kaleng susu dengan susu refil, dan lain-lain
c) Mendaur ulang (Recycle)
Recycle adalah mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan
sebagainya, mengolah botol/plastic bekas menjadi biji plastik untuk dicetak
kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya, atau mengolah kertas
bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak dan kembali dicetak menjadi
kertas dengan kualitas lebih rendah, dan lain-lain.
d) Mengganti (Replace)
Replace atau mengganti dimaksudkan untuk meneliti barang yang kita
pakai sehari-hari. Mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali
dengan barang yang lebih tahan lama juga telitilah agar kita hanya memakai
barang-barang yang lebih ramah lingkungan39
.
2. Proses Pengelolaan Sampah
a. Proses Konvensional
Sampah adalah material sisa suatu aktivitas yang tidak di inginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan menurut derajat
39
Alex. S, Sukses mengolah Sampah Organik menjadi pupuk organik, hlm. 20-22
29
keterpakaian dan kegunaannya. Makin majunya ilmu pengetahuan akan
makin banyak material ditemukan kemanfaatannya bagi manusia, dan
dengan itu akan makin sedikit material yang di kategorikan sampah.
Sampah organik bisa digunakan pada pembuatan pupuk organik, berguna
bagi pemberian zat hara tanaman. Sementara sampah anorganik dapat
didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi baru.40
b. Proses Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi:
1) Sampah organik basah.
Istilah Sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran.
2) Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering
adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh
sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon,
dan dedaunan kering.41
3. Pemanfaatan Sampah Organik Bagi Masyarakat
a. Manfaat Ekonomi
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2) Mengurangi volume/ukuran limbah
40
http://www.sampah.biz/2010/11/managing-garbage-and-waste-at-source.html, 20
agustus 2015 13:16 41
https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_organik, Rabu, 19 agustus 2015 10:25
30
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b. Manfaat Ekologi
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat
bakteri metanogen ditempat pembuangan sampah
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan42
c. Manfaat Sosial dan Pendidikan
1) Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang sampah organik
2) Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah organik43
3) Membuka lapangan kerja
4) Meningkatkan penghasilan
5) Penghematan biaya angkut sampah
6) Meningkatkan kepedulian44
4. Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
perilaku manusia. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara
42
http://id.wikipedia.org/wiki/sampah_Organik, Selasa, 27 oktober 2015 14:22 43
http://yandiyulio.wordpress.com, Selasa, 27 oktober 2015 14:36. 44
Artomo apt, penggiat lingkungan Jakarta:Akademi Kompos(artikel akademi
kompos)2015.
31
kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar
(learning process).45
Dalam SNI 19-2454-2002 pengelolaan sampah oleh masyarakat
terkait perilaku masyarakat yaitu timbulan sampah, pemilahan,
pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan.Dan
pengelolaan sampah oleh pemerintah yang melayani pengangkutan
sampah dari tps atau dari sumber timbulan sampah menuju ke TPA.
seperti:
a. Timbulan sampah, merupakan banyaknya jumlah sampah yang
timbul/yang dihasilkan masyarakat.
b. Pemilahan sampah, merupakan pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampahnya.
c. Pewadahan sampah, merupakan aktivitas menampung sampah
sementara dalam suatu wadah individual/komunal ditempat sumber
sampah. Dengan persyaratan bahan wadah sampah tidak mudah
rusak dan kedap air, ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat.
d. Pengangkutan sampah, merupakan kegiatan mengangkut atau
membawa sampah dari TPS/container dan atau langsung dari sumber
sampah untuk dibawa menuju ke TPA, dengan menggunakan
kendaraan bermotor/tidak yang didesain khusus.
e. Pemusnahan sampah, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai
pemrosesan akhir di TPA dengan penimbunan terkendali dan lahan
urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas, penimbunan sampah
45
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 132.
32
untuk daerah pasang surut dengan system kolam (an acrob,
fakultatif, maturasi), dan dengan komposting serta pembakaran
sampah menggunakan insinerator sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Ketaatan terhadap peraturan, pemerintah daerah membuat aturan
tentang pengelolaan sampah, sehingga akan membentuk perilaku
masyarakat yang positif dalam mengelola sampah, serta mengatur
pemberian insentif kepada masyarakat yang melakukan pengelolaan
sampah demikian juga sebaliknya.46
46
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2454-2002.
Tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Jakarta.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Profil Singkat Akademi Kompos
1. Riwayat Akademi Kompos
Pada sekitar tahun 2006 – 2007, bersama ibu dan bapak Djamaludin
kami telah secara rutin mengadakan penyuluhan tentang Penting dan
Gunanya Pengelolaan Sampah Organik/Komposting, baik untuk sekala
rumah tangga, maupun sekala taman/kebun, kebeberapa tempat dan
asosiasi di DKI, termasuk di RW 08, Kelurahan Petukangan Selatan.
Untuk sekala rumah tangga kami memperkenalkan proses dengan
beberapa cara dan wadah, misalnya Keranjang/drum Takakura, Tong,
Gentong dll. Sedangkan untuk sekala sampah taman dan kebun
menggunakan Bak Komposter, semuanya dengan sistim AEROB.
Pada suatu kesempatan di tahun 2006, kami memberikan penyuluhan dan
diskusi di depan Pengurus dan Warga RW 08.
Setelah menyelesaikan diskusi, mengingat banyaknya sampah di BPM,
baik dari rumah tangga maupun kebun, maka Ketua RW 08 merasa tertarik
dengan program ini, kemudian memerintahkan kami untuk menyusun dan
menjalankan program pengelolaan sampah organik tersebut dan
menyatakan bahwa Pengurus akan mendukung program tersebut.
Dengan pertimbangan agar kegiatan ini jelas statusnya, maka kami
mengusulkan agar Pengurus RW yang menyusun program tersebut sebagai
program RW 08, sedangkan kami akan mendukung sebagai nara sumber
serta pelaksana. Ide ini diterima, namun sampai selesainya periode
34
kepengurusan RW 08, program tersebut belum terealisir.
Pada kepengurusan RW 08 berikutnya, untuk keperluan menghadapi
Adipura, maka Pengurus RW 08 membuat 3 buah bak komposter, namun
sayangnya bak tersebut tertutup rapat sehingga tidak ideal untuk
digunakan sebagai bak komposter yang menggunakan sistim Aerob,
dimana memerlukan udara/oksigen dalam prosesnya. Dengan
menggunakan sistim Aerob, maka proses fermentasi sampah menjadi
kompos, tidak menimbulkan bau sama sekali, hal ini penting untuk
menghilangkan persepsi masyarakat bahwa sampah itu bau.
Pada awal tahun 2013, saat Pengurus RW 08 yang baru memulai
kegiatannya, kami menginformasikan adanya 3 bak yang mubazir
tersebut. Di dalam rapat, oleh Ketua RW diinstruksikan pada kami untuk
dapat mengaktifkan 3 bak komposter tersebut, terserah bagaimana
caranya, untuk itu disediakan sejumlah dana dari kas RW 08.
Dengan dana tersebut, modifikasi 3 bak komposter dapat diselesaikan,
dengan diberi atap bentuk saung artistik dan diresmikan pada tanggal 23
Maret 2013, oleh Wakil Ketua RW 08, mewakili Ketua RW 08, dengan
disaksikan oleh sekitar 40 orang warga.
Pada acara peresmian tersebut kami tegaskan, bahwa ini bukan proyek
pribadi Artomo, namun proyek warga BPM, jadi sangat diharapkan
partisipasi aktifnya.
2. Proses Pendirian Akademi Kompos
Mengapa kegiatan ini disebut dengan Akademi Kompos.
Dinamakan Akademi Kompos, dengan beberapa alasan, yaitu adanya
35
keterikatan history dengan Akademi Berkebun, Unik, Mudah diingat,
Menarik perhatian, serta tempat pelatihan.
Visi-Misi Akademi kompos pun sudah disusun dengan jelas. Sampai
saat ini Akademi Kompos secara resmi tidak masuk kedalam struktur
organisasi RW 08, sehingga tidak jelas apakah Akademi Kompos itu
kegiatan independen warga, atau berada di bawah RW 08, secara
struktural.
Keadaan ini sebetulnya sudah sesuai dengan ketentuan peraturan
yang ada, dimana kelembagaan Bank Sampah, kedepannya harus
independen mandiri oleh masyarakat, tidak di bawah lembaga
pemerintahan yang ada. Pemerintah hanya membina dan mendukung, agar
peran Bank Sampah significant dalam penanggulangan sampah, sehingga
sampah bernilai ekonomi, bahkan industri, serta dapat menciptakan
lingkungan yang bersih, asri dan sehat.
Namun meskipun demikian laporan dan komunikasi, walaupun tidak
formal, tetap kami berikan, baik melalui surat, email ataupun bbm (kepada
pengurus RW/RT/LMK/PKK).
Berhubung rata-rata Bank Sampah masih embrio (termasuk Akademi
Kompos), dalam pemasyarakatan pada warga/masyarakat, peran pengurus
RT/RW masih sentral dalam memotori, memfasilitasi dan
menjembataninya.
Ternyata ketiga bak komposter berjalan baik dan sudah penuh untuk
proses selama 2-3 minggu, padahal bahan baku sampah organik masih
banyak sekali.
36
Akhirnya diputuskan untuk memperluas komposting dengan 5 bak,
sehingga total menjadi 8 bak. Untuk itu diperlukan dana cukup besar,
yang diperoleh dari donasi para warga dan PKK.
Mendekati akhir tahun 2013, lantai kompos yang ambles meskipun sudah
diperbaiki beberapa kali, perlu direnovasi (dengan pembesian), dipasang
paving agar tidak longsor,
serta pintu pagar untuk keamanan, biayanya diperoleh dari sumbangan
PPMK, warga dan pak Lurah.
Saat ini produksi kompos sekitar 200 – 300 kg/bulan, ini berarti kita
telah bisa mengamankan sampah organik BPM sebanyak 1.5 ton/bulan,
dimana sampah ini sebelumnya dibuang keluar atau dibakar.
Guna menyerap hasil kompos, selain dijual, juga disiapkan kebun organik
yang dikelola oleh ibu-ibu warga BPM anggota PKK. Kebun Organik ini
terdiri dari kebun sayur dan kebun TOGA.
Mengenai kebun TOGA selain digunakan untuk pelestarian dan pelatihan
tanaman obat tradisional (dilengkapi dengan katalog), juga untuk
merapihkan dan mempercantik Balai Serbaguna RW 08 yang merupakan
sentral pertemuan warga dan tamu, sehingga dapat dinikmati dan
dibanggakan.
Setelah setahun berlalu, divisi-divisi yang ada (Pelatihan, Komposting dan
Kebun Organik) sudah bisa berjalan baik, maka dipandang perlu untuk
melengkapi Akademi Kompos dengan divisi utamanya yang selalu
menjadi pertanyaan dari instansi manapun (Bank Sampahnya mana?),
yaitu Bank Daur Ulang Sampah Anorganik yang dapat diharapkan menjadi
37
tulang punggung, terutama subsidi dari segi pendanaan.
Modul-modul untuk pelatihan beserta silabusnya juga dipersiapkan,
dimana terdiri dari lima modul, yaitu: 1. Lingkungan Hidup secara
komprehensif, 2. Pengelolaan Sampah Organik (Komposting), 3.
Pengelolaan Sampah Anorganik (Bank Sampah), 4. Pengelolaan air
limbah (Biopori) dan 5. Urban Farming.
Pada tahun pertama, yaitu saat setup Akademi Kompos, seperti
terlihat, bahwa kami sebagai 37ompostin dan motivator terpaksa menjadi
one man show dalam kegiatan ini. Keadaan ini dapat mengundang praduga
37omposti dari beberapa warga, namun itulah konsekuensi logis dalam
proses pengelolaan lingkungan dan perubahan mindset yang selalu harus
dijalankan oleh seorang 37ompostin lingkungan, dimanapun. Sebab untuk
merubah kebiasaan/mindset masyarakat menjadi baik (apalagi yang
berhubungan dengan lingkungan), perlu pelan-pelan, langkah demi
langkah, dengan memberi contoh yang kongkrit (Ing ngarso sung
tulodo).
Menjelang satu tahun berjalan, Akademi Kompos mulai eksis dan
mapan, maka kami mencoba mengikut sertakan warga sebanyak-
banyaknya untuk mengelola lingkungan kita ini, sehingga secara bertahap
kami dapat mengurangi kegiatan fisik kami dan hanya mengarahkan/
fasilitator/advokasi saja, agar proyek tetap berjalan pada relnya, menuju
tujuan yang sudah ditetapkan (Ing madyo mbangun karso).
Alhamdulillah, seperti gayung bersambut, ternyata selain mengelola
kebun, dengan didasari keinginan untuk mewujudkan lingkungan yang
38
bersih, asri dan sehat, secara spontan ibu-ibu warga BPM, dengan antusias
telah bersedia untuk menjadi penggerak dan pengelola divisi Bank Daur
Ulang Sampah Anorganik ini.
Dalam perjalanan Akademi Kompos selama ini, terlihat peran serta
PKK sangat dominan, bukan saja dalam hal bantuan pendanaan, tetapi
berupa aktifitas kongkrit dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan
Lingkungan yang Bersih, Hijau, Asri dan Sehat.
3. Pelopor
Yang mempelopori terbentuknya Akademi Kompos adalah bapak
Artomo bersama ibu dan bapak Djamaludin dan asosiasi di DKI, termasuk di
RW 08, Kelurahan Petukangan Selatan.
4. Jaringan Kerja Organisasi
Dalam perkembangannya selama ini, dengan sosialisasi yang telah
dilakukan, diluar dugaan popularitas Akademi Kompos sudah
berkembang, tidak hanya scope Kelurahan dan Kecamatan saja, tetapi juga
dikenal oleh tingkat Walikota Jakarta Selatan, Barat dll. Bahkan tingkat
Provinsi dan Kementerian, sehingga sampai tingkat Nasional.
Permintaan pelatihan datang dari mana-mana, dari bidang pendidikan
mulai dari play grup, TK, SD, SMP sampai dengan mahasiswa dari
beberapa perguruan tinggi. Dari Instansi-intansi pemerintah lainnya,
misalnya Imigrasi, Sudin Kebersihan dll. Tentu saja juga dari masyarakat
permintaan untuk pelatihan mengalir terus, baik melalui kelurahan,
kecamatan, PKK, ataupun langsung dari kelompok2 masyarakat
39
5. Visi, Misi, dan Tujuan
VISI:
Menjadi pelopor dalam menciptakan Lingkungan pemukiman yang
bersih, hijau, asri dan sehat, serta berguna bagi Lingkungan sekelilingnya.
MISI:
Membangun fasilitas pendidikan dan pelatihan pelestarian lingkungan,
komposting, Bank Daur ulang sampah dan kebun tanaman organik yang di
design dengan konsep pedesaan.
TUJUAN:
Meningkatkan kualitas lingkungan, menjadi bersih, hijau, asri, dan
sehat. Menjadikan sampah sebagai sumber daya, bukan limbah
Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan warga masyarakat, atas
perlunya pelestarian lingkungan.
Memberikan pengertian tentang pengelolaan pelestarian lingkungan
kepada warga didalam komplek, murid sekolah, maupun masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
40
6. Struktur Organisasi
Gambar 1
Struktur Kepengurusan
Sumber: Artikel Akademi Kompos
Susunan Pengurus Akademi Kompos
Pembina : Camat Pesanggrahan dan
Lurah Petukangan
Selatan
Pelindung : Ketua RW 08 Petukangan
Selatan
Ketua : Drs. Artomo
Divisi Pelatihan : Hj. Poppy Artomo
Divisi Pengelolaan Sampah Organik/Komposting : Drs. H. Artomo
Divisi Pengelolaan Sampah Anorganik/ Bdus : Hj. Puji Utami Prayogo
Inovator
Drs. H. artomo apt MBA
DIVISI
KEBUN ORGANIK
DIVISI
BDUS ANORGANIK
DIVISI
DUS ORGANIK
DIVISI
DUS ORGANIK
KBN TOGA KBN
SAYUR
KEUANGAN ADMINISTRASI
OPERASIONAL PRODUKSI PEMBERDAYAAN
KOMPOSTING
41
Divisi Kebun Organik : Hj. MarjatiLukmiadi
Administrasi : Ny. Vera
Keuangan : Hj. Evi Syafril
Pemberdayaan : Hj. SriHerman/Ny.Poppy
Operasional : *) Terlampir
Produksi : *) Terlampir
7. Pelatihan yang diberikan
Terdiri dalam lima modul. Diberikan secara Theori dan Praktek,
didalam kelas dan dilapangan. Di ikuti oleh segala tingkatan usia, mulai
dari anak TK sampai dengan dewasa.
MODUL PERTAMA: Pengelolaan Pelestarian Lingkungan Modul paling
utama, karena merupakan “WHY”, sedangkan dalam modul berikutnya,
adalah “What” dan “How” nya.
Dalam modul ini diinformasikan mengapa terjadi fenomena alam seperti
yang kita jumpai saat ini, sejauh mana manusia berperan di dalamnya,
termasuk bagaimana Adaptasi dan Mitigasinya, mis., Penghijauan,
Pengelolaan, daur ulang sampah dll.
MODUL KEDUA: Pengelolaan Sampah Organik/Komposting Bahan
baku murni, Sampah Rumah Tangga (SRT) dan Sampah Serupa Sampah
Rumah Tangga (SSRT), secara AEROB.
MODUL KETIGA: Pengelolaan Sampah Anorganik Sampah Anorganik
(Plastik, Kertas, Logam dll), ditabung dan di Daur Ulang, melalui BANK
DAUR ULANG SAMPAH.
MODUL KEEMPAT: Pengelolaan Air Limbah/Biopori Air berasal dari
42
tanah dikembalikan ke tanah.
MODUL KELIMA: Kebun Organik Urban farming, merupakan konsep
berkebun dikawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang
menganggur.
B. Jumlah Orang di Akademi Kompos
1. Jumlah Orang Yang Terlibat Setiap Tahunnya dan Output/hasil
Jumlah Keseluruhan Orang Yang Terlibat Dalam Kegiatan
Akademi Kompos dari tahun 2013 – 2015
a. Jumlah tahun 2013 = 15 orang
b. Jumlah tahun 2014 = 16 orang
c. Jumlah tahun 2015 = 12 orang
Dan jumlah kelompok PKK = 16 orang
Jumlah keseluruhan = 59 orang
43
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Analisis Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah
Organik (Komposting) oleh Akademi Kompos
Akademi Kompos melakukan pembinaan atau pemberdayaan kepada
masyarakat. Mereka mengubah mindset bahwa sampah itu bukan sampah
yang kotor dan harus dibuang, sebab sampah itu ada nilainya. Pengertian itu
cukup sulit untuk dimasukkan kemasyarakat.47
Seperti kata Bapak Artomo, “Kalau mereka sudah masuk nanti mereka
menganggap sampah itu adalah teman. Sampah itu sahabat, sampah itu emas
bukan untuk dibuang- buang. Perubahan mindset itulah salah satu pengaruh
dan manfaatnya”.48
Untuk melakukan aktifitas atau kegiatan di Akademi Kompos secara
luas, perlu mengubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi
mereka, sampah adalah barang kotor, bau, tak ada nilainya dan harus dibuang
keluar rumah (tidak peduli di timbunan sampah atau di kali), atau dibakar saja
di pekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu bukan
sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak berbau, bisa
diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”. Dengan demikian
sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau dimusnahkan, tapi
merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita. Mengubah
47
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014 48
Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4
maret 2016
44
mindset ini tidaklah mudah, harus dengan tepat dan dilakukan secara terus
menerus49
.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.50
Masyarakat adalah arena di mana praktek pekerjaan sosial makro
beroperasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat biasanya diterapkan
berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi, dan identitas. Dalam arti sempit
istilah masyarakat menunjuk pada sekelompok orang yang tinggal dan
berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,
kelurahan, kampung atau rukun tetangga.51
Sampah organik merupakan pengelolaan sampah dengan cara
pengomposan (komposting) atau pemanfaatan menjadi bahan kompos. Untuk
49
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014 50
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
Ke-1, h. 59. 51
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab Sosial
Perusahaan [Corporate Social Responsibility] (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 123.
45
tujuan pengomposan, sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik
dan anorganik terpisah. Masing-masing sampah anorganik seperti beling atau
kaca, kaleng, potongan besi, dan sebagainya, dikumpulkan dan dijual ke
pedagang pengumpul, dan selanjutnya didaur ulang. Umumnya, sampah
perkotaan terdiri dari 65-70% sampah organik, yang kualitasnya sangat baik
sebagai bahan baku kompos. Pengomposan dapat dilakukan di TPA atau di
tempat lain yang jauh dari permukiman. Proses pengomposan tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, jika tempat pengomposan ditutup
dengan plastik atau bahan penutup lainnya. Kompos sebagai pupuk tanaman
sekaligus dalam tanah, antara lain berfungsi sebagai sumber hara,
menggemburkan tanah, serta memperbaiki struktur, agregat, aerasi, dan
porositas tanah.52
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan
perilaku tersebut.53
52
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Djambatan,
2009), h. 71.
53
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 132.
46
Dari kegiatan kerja bakti seminggu sekali Akademi Kompos
memberikan sebuah fasilitas pendidikan dan pelatihan mengenai pelestarian
lingkungan, berikut sarana pendukung, berupa pengelolaan sampah organik
(Komposting), pengelolaan sampah anorganik (Bank Daur Ulang
Sampah/Bank Sampah) dan kebun organik, baik sayur maupun toga
(Tanaman Obat Keluarga).
Akademi Kompos Bumi Pesanggrahan Mas melakukan pengelolaan
lingkungan dan sampah secara terpadu). Seperti halnya dikompleks
pemukiman di dalam kota lainnya, selama ini pengelolaan sampah
dilingkungan RW 08, Bumi Pesanggrahan Mas (BPM), dilakukan dengan
mempergunakan sistem iuran warga dan kemudian sampah rumah tangganya
diangkut oleh truk sampah besar.
Sistem ini menimbulkan efek samping berupa terbengkalainya bak
sampah yang tidak ada penanggulangannya. Sampah yang berada dalam bak
sampah berantakan oleh ulah pemulung dan binatang seperti anjing yang
mencari makanan di bak sampah. Sampah itu juga dibuang sembarangan
tidak di dalam bak sampah, sehingga berantakan dan jalan menjadi kotor
yang dapat mengakibatkan lingkungan sekitar akan mudah terkena penyakit.
Lalu alat pengangkut sampah seperti truk sampah yang besar itu cukup sulit
untuk memasuki jalan kompleks Bumi Pesanggrahan Mas yaitu RW 08
Kelurahan Petukangan Selatan karena jalan kompleksnya cukup kecil.
Kerusakan jalan kompleks yang di akibatkan oleh truk sampah membuat
saluran air menjadi mampat di sepanjang jalan dan mobil yang diparkir
47
sembarangan di sepanjang jalan menjadi rusak. Sampah yang berserakan itu
terbengkalai tidak ada penanganan, sehingga tidak dapat digunakan dan
dimanfaatkan kembali. Begitu pula warga belum memiliki kepedulian untuk
bersama- sama gotong royong dalam mengelola lingkungan sekitar kompleks
tersebut.54
Lahan yang tersedia untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin
terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya- upaya mengurangi timbunan
sampah yang dibuang ke TPA. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah
yang dibuang ke TPA dapat dimulai dari sumbernya (rumah tangga) melalui
pemanfaatan sampah organik dengan metode pengomposan (Komposting).55
Dengan mempergunakan prinsip 4 R, Reduction, Recycle, Reuse dan
Replant, maka muncullah ide untuk mengelola sampah organik dilingkungan
Bumi Pesanggrahan Mas, baik yang berupa sampah rumah tangga maupun
sampah dari kebun/taman. Pengelolaan sampah ini merupakan kegiatan yang
sistematis & berkesinambungan yang meliputi Pengurangan dan Penanganan
sampah secara terpadu. Disebut terpadu karena diikuti Seluruh Warga, Mulai
Dari Diri Sendiri, Mulai Dari yang Kecil, Mulai Dari Sekarang.56
Komposting atau pengomposan merupakan upaya pengelolaan sampah
organik, yang berprinsip dasar mengurangi atau mendegradasi/dekomposisi
bahan- bahan/sampah organik secara terkontrol, diubah menjadi bahan- bahan
yang lebih stabil (biomas), dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme,
54
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014) 55
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014 56
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014)
48
berupa bakteri, jamur, juga insekta lain menghasilkan produk yang ekologis
dan tidak merusak lingkungan, karena tidak mengandung bahan kimia dan
terdiri dari bahan baku alami. Selain itu, masyarakat dapat membuatnya
sendiri, karena tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal. Unsur
hara dalam pupuk kompos ini juga bertahan lebih lama jika dibandingkan
dengan pupuk buatan, serta dapat mengembalikan unsur hara dalam tanah,
sehingga tanah akan kembali produktif. Hasil akhir dari suatu usaha
pengomposan adalah kompos padat dan pupuk cair. Kompos sangat
dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian Indonesia. Berbeda
dengan pupuk buatan, kompos sangat bermanfaat dalam memperbaiki sifat
kimia, fisika dan biologi tanah. Produksi tanaman pada media tanam dan
tanah yang kaya dengan bahan organik, akan sehat dan menyehatkan, serta
produktivitas pun menjadi lebih tinggi. Berbeda dengan produk dari sampah
anorganik/kimia, pupuk kompos yang merupakan hasil pengolahan dari
sampah organik, kualitas relatif dapat dikontrol. Pupuk kompos pun tidak
dapat disamakan dengan pupuk kimia dalam hal distribusinya pada tanaman.
Secara jangka pendek, pupuk kimia akan kelihatan menguntungkan, namun
dalam jangka panjang akan merusak unsur hara dalam tanah. Berbeda
dengan pupuk kompos, justru akan memperkaya unsur hara dalam tanaman,
dia dapat diberikan kapan saja, berapa saja, karena dia akan diserap tanaman
sesuai yang dibutuhkan (seperti “sustain release” pada obat- obatan).
Kompos dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis,
menggemburkan kembali tanah pertanian dan tanah pertamanan, sebagai
bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan, dan
49
sebagai media tanaman. Penggunaan kompos dapat mengurangi penggunaan
pupuk kimia yang dapat merusak struktur tanah, serta memberikan
kandungan unsur berbahaya pada makanan dan dapat menyumbang pada
konsentrasi gas rumah kaca yang menjadi faktor utama penyebab Pemanasan
Global.57
B. Analisis Upaya Penyelesaian Permasalahan Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Sampah Organik ( Komposting) di Akademi
Kompos
1. Kendala Umum
Masyarakat pada umumnya belum memiliki kesadaran untuk
mengubah pola fikir terkait pengelolaan sampah. Rata-rata mereka
berfikir bahwa ketika sudah membayar iuran untuk kebersihan maka
tidak perlu lagi melakukan tindakan atau kepedulian terhadap
pengelolaan sampah. Mereka juga beranggapan tidak mempunyai waktu
untuk memperhatikan lingkungan apalagi membuat komposting.58
Jadi
tindakan atau kepeduliaan masyarakat terhadap lingkungannya sendiri
belum ada.
Seperti yang dikatakan Bapak Artomo, “memilah-milah sampah
organik dapat membuat kotor dan kompos dapat mudah dibeli, jadi kita
tidak perlu susah payah membuat kompos”.59
57
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014 58
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014) 59
Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4
maret 2016
50
Masyarakat pada umumnya tidak peduli jika membuang sampah
sembarangan ke luar rumah selama tidak mengotori halaman rumahnya
sendiri. Seperti membuang sampah ditumpukkan sampah-sampah yang
sudah ada. Kebanyakan mereka membuang sampah sembarangan ke
tempat tersebut sambil berangkat ke tempat kerja menaiki motor atau
dibuang ke kali begitu saja. Mereka juga tidak mau merepotkan dirinya
sendiri untuk mengelola/memilah sampah di lingkungan tempat
tinggalnya.60
Ada juga kendala dalam pelaksanaan program BDUS (Bank
Daur Ulang sampah), kendala yang ditemui terutama dalam bentuk
peralatan (baik untuk keperluan sendiri maupun untuk nasabah),
bangunan dan tenaga kerja, belum memenuhi kebutuhan yang
diharapkan, serta kemandirian dan untuk pengembangan diri.
Beberapa kendala itu dijabarkan sebagai berikut. Kurangnya
kendaraan untuk menjemput sampah nasabah kolektif, yaitu gerobak
motor (GerMor) dengan petugasnya. Pengadaan timbangan, tong
sampah, dokumen administratif yang sesuai dengan kebutuhan di BDUS
(Bank Daur Ulang sampah) dan nasabah kolektif. Terbatasnya laptop,
komputer, kalkulator, struk kasir, dan kelengkapan lain untuk
administrasi BDUS. Belum adanya bangunan untuk ruang
administrasi/kantor dan produksi beserta pagar pengamannya.
Pengelolaan kegiatan, pengadaan tenaga kerja (saat ini masih dikerjakan
oleh ibu-ibu relawan), berikut dana untuk pembayaran honornya.
60
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014)
51
Sosialiasi pelatihan, termasuk di dalamnya dana untuk pelatih,
transportasi, makalah, dan peralatan. Rencana jangka panjang, membuka
cabang BDUS Akkom di beberapa tempat di DKI.61
2. Upaya Mengatasi Sampah Organik
Tujuan Akademi Kompos adalah mempelopori masyarakat Bumi
Pesanggrahan Mas RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan untuk
mengelola sampah dalam melestarikan lingkungan. Sedangkan upaya
untuk menghadapi kendala umum tersebut adalah dengan memberikan
penjelasan/ awareness secara terus menerus dan dengan berbagai macam
cara tentang tujuan Akademi Kompos tersebut.
Dengan cara itu sampah tidak harus dibakar atau dibuang
sembarangan, dan air bekas limbah tidak lagi dibuang ke kali, tetapi
mereka bisa mengembalikannya ke tanah dengan membuat lubang
resapan air (biopori). Akademi Kompos ingin menciptakan wacana
kebun organik sebagai tempat wisata organik. Dan juga ingin
memberikan pengertian masyarakat tentang penjelasan apa yang
dimaksud sampah organik seperti sampah hidup atau basah, serta sampah
anorganik seperti sampah kering, dan bahan kimia berbahaya. Sampah
yang dikelola seperti sampah rumah tangga itu yang terdiri dari sampah
organik atau sampah basah sebanyak 60% sedangkan sampah non
organik atau sampah kering sebanyak 30% dan sampah yang
mengandung bahan kimia berbahaya hanya 10%. Pemanfaatan jenis
sampah berbeda-beda, sampah-sampah tersebut dapat diubah menjadi
61
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 64.
52
bahan yang berguna. Sedangkan untuk menghemat biaya atau iuran
warga mereka harus mengurangi frekuensi atau pemakaian truk sampah
10% saja. Dan juga harus mengatasi masalah bak sampah agar tidak
berantakan/ dikais anjing, sampah-sampah yang berada dalam bak
sampah tersebut. Tujuan Akademi Kompos melakukan hal-hal tersebut
adalah ingin mewujudkan lingkungan yang bersih, asri, tidak mudah
terkena penyakit, sehat dan nyaman untuk beribadah. Oleh karena itu,
kepedulian terhadap lingkungan harus diterapkan mulai dari diri sendiri,
mulai dari hal yang kecil dan harus dimulainya dari sekarang juga.
Seperti membuang sampah pada tempatnya atau tidak membuang
sampah sembarangan. Akademi Kompos dapat mewujudkan hal tersebut
dengan bekerja sama dengan masyarakat dalam melestarikan lingkungan
secara bertahap mulai dari uji coba tiap RT dikawasan warga RW 08
Bumi Mas Pesanggrahan (BPM).62
Upaya memberdayakan sebuah kondisi secara berkelanjutan dan
aktif berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai.
Para pekerja kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses
terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melalui program-
program pembangunan secara luas yang menghubungkan seluruh
komponen masyarakat.63
Dalam kegiatan yang dilaksanakan Akademi Kompos yaitu
62
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu
(Jakarta: Artikel Akademi Kompos, 2014)
63
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, (Jakarta: Kencana, 2013), h.
4.
53
Pelestarian lingkungan ini diinformasikan mengapa terjadi fenomena
alam seperti yang kita jumpai saat ini, sejauh mana manusia berperan
didalamnya, termasuk bagaimana Adaptasi dan Mitigasinya, misalnya,
penghijauan, pengelolaan daur ulang sampah dll.64
Bapak Artomo mengatakan bahwa pentingnya pelestarian
lingkungan untuk memelihara bumi dan isinya. Karena Bumi yang bukan
milik kita diberikan untuk dijaga dan dipelihara dengan baik agar kita
bisa hidup dengan baik di Bumi.65
Dari pernyataan diatas Akademi Kompos bertujuan, memberikan
pendidikan agar mengerti tentang pelestarian lingkungan secara
sistematis dan komprehensif. Pendidikan yang diberikan dengan cara ini:
Dari Peserta pelatihannya. Kegiatan ini diikuti oleh sekelompok
masyarakat dari orang- orang yang tinggal didalam kompleks Bumi
Pesanggrahan Mas RW 08 maupun orang- orang yang tinggal disekitaran
dan diluaran kompleks. Diikuti dari murid- murid sekolah mulai dari
tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan
seterusnya. Kemudian dengan memberikan Sistim Pelatihan, Akademi
Kompos melaksanakan satu hari Pelatihan atau dua hari Pelatihan.66
a. Pelatihan Dalam Kelas
Dilakukan dalam 5 modul.
1) Pengelolaan Lingkungan
64
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014) 65 Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4
maret 2016. 66
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014)
54
Memberikan pengertian bagaimana cara mengelola
lingkungan dengan baik dan mengajarkan bagaimana cara
mempraktikkannya.
Gambar 2
Kebun Tanaman Organik
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Kebun Tanaman Organik sebagai bagian dan sekaligus
pengguna awal Kompos dan MOL dari hasil olahan Akademi
Kompos.
Lahan untuk bibit disiplin pribadi adalah manusia, warga, atau
masyarakatnya, maka merekalah yang harus kita persiapkan terlebih
dahulu. Pertama-tama dengan menumbuhkan keinginan dan
kebutuhan mereka, diberikan alternatif cara-cara dan diberi
55
kesempatan berpartisipasi untuk mencari cara mencapai tujuan yang
terbaik, sehingga siap untuk menerima konsep disiplin pribadi ini
tanpa paksaan. Dengan memberikan pengertian tentang pengelolaan
lingkungan agar masyarakat peduli terhadap lingkungannya serta
dapat meningkatkan kualitas lingkungan, menjadi bersih, sehat dan
asri.67
2) Pengelolaan Sampah Organik- Komposting
Mengajarkan bagaimana cara mengelola sampah organik
(Komposting) dan juga memberikan pemahaman atau pengertian
tentang sampah organik. Bahan baku murni, Sampah Rumah Tangga
(SRT) dan Sampah Serupa Sampah Rumah Tangga (SSRT), secara
AEROB.68
67
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h 17.
68
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014
56
Gambar 3
Pengayakan Sampah Organik
Sumber: Hasil Pengambilan Analisis Data
Proses pengayakan sampah organik (Komposting) sebelum
dikemas untuk digunakan.
Pengayakan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
butiran yang seragam dan untuk mengantisipasi adanya bahan
anorganik, seperti kaleng, logam dan plastik. Selain itu, ada pula
bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi di dalam
tumpukan, sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik.
Jika usaha pengomposan masih skala kecil atau sekedar hobi di
rumah, pengayakan bisa dilakukan secara manual menggunakan
pengayak seperti yang biasa dilakukan tukang bangunan atau bisa
menggunakan ayakan tepung. Namun, jika usaha pengomposan
57
sudah skala bisnis komersial, pengayakan harus menggunakan mesin
penggerak.69
Hasil dari proses pengayakan ini berupa kompos yang halus dan
yang kasar. Kompos halus memiliki ukuran lolos mesh 100 atau
bahkan 50, sedangkan kompos kasar diatas angka tersebut.Kompos
halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman sayuran, sedangkan
kompos kasar dapat digunakan untuk biang kompos, pupuk tanaman
buah, serta tanaman besar lainnya.
3) Pengelolaan Sampah Anorganik- Bank Sampah
Memberikan pemahaman atau pengertian tentang bagaimana
cara mengelola sampah anorganik/bank sampah, serta bagaimana
tata cara mengelolanya agar bisa di daur ulang.
69
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 43.
58
Gambar 4
Posko Bank Sampah
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Ibu-ibu BPM bergotong royong bertugas di Posko Bank
Sampah. Mereka melakukan pencatatan yang fungsinya untuk
melacak setiap informasi yang dibutuhkan. Semua hal terkait catatan
administratif dan transaksi yang terjadi, harus dicatat dan dibukukan.
Tentunya dengan sistem yang layak atau sesuai, baik secara manual
maupun komputerisasi. Teknis pelayanan tabungan sampah secara
komunal/kelompok antara lain mencakup koordinasi anggota
penabung sampah, tempat menabung tingkat awal, pencatatan
administratif, pengambilan/penyetoran sampah ke BDUS, dan
koordinasi dengan pengepul. Bagi nasabah baru diwajibkan untuk
mendaftar terlebih dahulu dengan mengisi dan menandatangani surat
59
pernyataan nasabah kolektif. Diberikan nomer urut anggota, datanya
dicatat di dalam daftar nasabah dan dibuatkan buku tabungan atas
nama nasabah individu atau nasabah kolektif. Dengan demikian,
nasabah baru sudah bisa membawa sampah tabungan pertamanya
menuju tempat penimbangan. Di bagian ini resi disalin dan dirapikan
di dalam nota yang memuat jenis barang, kode, berat dan nilai
masing-masing (ditentukan berdasarkan daftar harga yang berlaku),
kemudian dijumlahkan. Total nilai inilah yang dicatat di dalam buku
tabungan. Baik nota maupun buku tabungan diserahkan kepada
nasabah. Nasabah menyerahkan sampah tabungannya beserta buku
tabungannya ke petugas penimbangan. Masing-masing jenis sampah
ditimbang, dicatatat sesuai kode jenisnya dalam resi. Selanjutnya,
bersama-sama buku tabungannya, resi berisi catatan penimbangan
dan kode jenis barang dibawa kebagian administrasi. Bagian
administrasi merekap semua data yang ada ke buku-buku nasabah,
keuangan, dan keluar masuk barang.
Perkembangan kegiatan BDUS Akkom sangat pesat, di
antaranya terlihat dari pengumpulan nasabah selama tiga setengah
bulan pertama kegiatannya, sudah memiliki nasabah individu
sebanyak 134 orang dan nasabah kolektif/binaan sebanyak 8
kelompok dengan jumlah anggota 151 orang. Bahkan, dalam waktu
6 bulan, jumlah nasabah sudah mencapai 400 orang.70
4) Kebun/ Sayuran Organik
70
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 58, 59, 62-64.
60
Mengajarkan bagaimana tata cara bercococok tanam di kebun
organik agar menjadi sayuran organik yang berkualitas. Serta
mengajarkan Urban Farming, merupakan konsep berkebun di
kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan- lahan yang
menganggur.
Gambar 5
Hasil Kebun Tanaman Organik
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Hasil Kebun Tanaman Organik Akademi Kompos, yang mana
bibit di peroleh dari sumbangan pihak pemerintah ataupun modal
yang di peroleh dari penjualan kompos, lalu di belikan bibit.
Media tanam untuk tanaman organik, baik untuk kebun
permanen maupun yang dapat dipindah-pindah harus dibuat
61
seorganik mungkin, tanpa kontaminasi bahan kimia. Syarat utama
dari media tanam yang digunakan adalah gembur dapat mengikat air
tetapi tidak menggenang, dan harus dalam keadaan lembap.
Bertanam sayuran di kebun organik permanen baik di halaman
maupun di lahan, umumnya dilakukan dibedengan. Bedengan adalah
gundukan tanah yang sengaja dibuat untuk menanam tanaman
sayuran dengan lebar dan tinggi tertentu. Umumnya, ukuran
bedengan dibuat dengan panjang 2-2,5 m, lebar 50- 70 cm, dan
ketinggian 30 cm. Seyogyanya, bedengan dibuat di lahan yang
mendapat sinar matahari pagi. Bertanam sayuran di kebun portable
dapat menggunakan pot, polybag, paralon, talang PVC, sabut kelapa,
atau wadah bekas. Secara umum, ukuran wadah harus dipilih sesuai
dengan besar tanaman dewasa. Diameter yang ideal sama dengan
diameter kanopi daun tanaman dewasa (sekitar 30 cm). Namun,
apapun jenis wadah yang digunakan, harus dibuat lubang didasar
wadah. Bagian dasar wadah bisa diberi bahan penyerap air, seperti
sabut kelapa, sekam kuning, moss, batu apung, dan lainnya.
Selanjutnya, masukan media mix (campuran) yang sudah
dipersiapkan. Dalam keadaan lembap, tanam bibit atau tanaman
dewasa ke dalam media. Merupakan konsep berkebun dikawasan
perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur.
Dilaksanakan dilingkungan perumahan agar lingkungan menjadi asri
dan hijau, selain itu bisa menghasilkan uang. Kegiatan ini dikelola
oleh PKK, bekerja sama dengan Akademi Berkebun, untuk
62
penghijauan, mengembalikan kesuburan tanah, memproduksi,
percontohan dan memberikan penyuluhan aneka sayur dan tanaman
organik. Kebun organik tidak saja terdiri atas sayur, tetapi juga
dilengkapi dengan kebun tanaman obat keluarga (toga) dan kolam
ikan. Guna memudahkan dalam mengenal dan mempelajari obat-
obat herbal, telah disiapkan pula sebuah katalog khusus yang berisi
segala informasi tentang tanaman obat atau herbal yang berada di
dalam kebun toga Akademi Kompos.71
5) Biopori
Mengajarkan bagaimana cara mencegah banjir dan membuang
sampah rumah tangga atau sampah sekitar sampah rumah tangga
dengan cara membuat Lubang Resapan Biopori. Lubang resapan
biopori untuk menjadi lubang resapan air hujan sehingga air hujan
dapat meresap kembali ke dalam tanah mampu memperbesar daya
tampungnya terhadap air hujan yang masuk ke dalam tanah,
mengurangi genangan air dipermukaan tanah, dan pada akhirnya
mengurangi volume limpahan dan aliran air hujan ke saluran atau
sungai.
71
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 79,82,83&93.
63
Gambar 6
Lubang Resapan Biopori
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Pembuatan Lubang Resapan Biopori di permukiman, dengan
memasukkan kompos ke dalam lubang resapan biopori (LRB).
Biopori merupakan pori mikro di dalam tanah, berbentuk
saluran sambung menyambung, yang dibentuk oleh akar tanaman
dan fauna tanah. Biopori sangat berguna untuk menyimpan air
permukaan menjadi air tanah. Bila dalam tanah cukup tersedia bahan
organik (berasal dari sampah/kompos), air, dan oksigen, maka
perakaran tanaman dan fauna tanah akan mudah menembus tanah
dan berkembang. Untuk membantu terbentuknya biopori di dalam
64
tanah perlu dibuat lubang vertikal atau biasa disebut Lubang
Resapan Biopori (LRB). Lubang ini memiliki diameter 10 cm2
dengan kedalaman sekitar 1 m. LRB sebaiknya dibuat sebanyak
mungkin atau sekitar 20-40 lubang. Posisi lubang biopori ini bisa
berada di halaman, carport, taman, selokan, dan di tempat aliran air
atau tergenangnya air. Sayangnya, banyak orang yang masih salah
mengartikan bahwa LRB merupakan prasarana pembentukan biopori
atau merupakan pori mikro di dalam tanah. Alat yang digunakan
berupa bor kecil yang bisa dibeli di toko alat pertanian, toko
bangunan, atau toko plastik. Alat bornya merupakan tangkai besi
sepanjang 1 m dengan ujung berulir berdiameter 10 cm untuk
mengebor tanah. Harganya berkisar Rp200.000-300.000, tergantung
pada model dan bahannya. Alat ini bisa digunakan bergantian oleh
setiap keluarga dalam satu lingkungan RT. Bila dikerjakan dengan
satu orang tukang, dalam satu hari dapat dihasilkan 30 LRB. Bagian
permukaan LRB bisa ditutup dengan penutup saluran pembuangan
air kamar mandi atau kawat kasa 1 cm2. Bagian bibir permukaan
lubang diberi semen dengan tambahan paralon 3-4 inci sepanjang 10
cm. Fungsinya agar lubang tidak mudah longsor. Tidak hanya
tempat penyerapan air tanah, LRB juga bisa digunakan sebagai
tempat pembuatan kompos. Hal ini penting sekali untuk sumber
makanan fauna tanah yang akan membuat biopori. Berikut cara
membuatnya.
Tentukan urutan lubang pertama, kedua, ketiga, dan
65
seterusnya. Masukan sampah organik (sebaiknya yang sudah
dipotong kecil-keci) ke LRB pertama. Bila lubang pertama sudah
penuh, pindah ke lubang kedua, dan seterusnya. Jika terdapat 28
LRB yang dibuat, sampah organik di dalam akan penuh selama 56-
84 hari. Dalam selang waktu tersebut, lubang awal sudah
terdekomposisi menjadi kompos dan dapat diisi sampah organik
kembali. Kompos dapat menjadi sumber hara untuk daerah sekitar
lubang atau dipanen menggunakan alat bor biopori.72
a. Tempat Pelatihan.
Kelas: - 10 orang dilokasi komposting, - Lebih dari 10 orang di
Gedung Pertemuan
b. Pelatihan Lapangan
Dilakukan secara teori/tertulis dan juga diajarkan bagaimana
cara mengerjakannya atau mempraktekkannya, bertempat/berlokasi
di kebun organik dan ditempat kegiatan Akademi Kompos yang
biasa dilakukan proses pengelolaan sampah organik (Komposting).
72
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 69-71.
66
Gambar 7
Pelatihan Lingkungan dan Komposting
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Pelatihan Lingkungan dan Komposting untuk Ibu-Ibu PKK Se-
Kelurahan Petukangan Selatan dan secara rutin (sekali dalam
seminggu) memberikan pelatihan-pelatihan untuk Dewan Guru di
MIN 9, Jakarta Selatan dan Dewan Guru di SD, SMP & SMA
Yayasan Cendrawasih, Pondok Aren (masih berlangsung). Peserta
pelatihan mengikuti kegiatan dengan antusias di Akademi Kompos.
Fasilitas pendidikan dan pelatihan untuk pelestarian lingkungan,
sebagai tulang punggung dari Akademi Kompos meliputi lima
modul, yaitu modul pertama yang merupakan penjelasan tentang
“mengapa” langkah-langkah berikutnya “apa dan bagaimana”
(dijelaskan pada modul kedua sampai dengan kelima), harus
67
dikerjakan untuk mendukung pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan
ini dilengkapi dengan kegiatan Program Advokasi – Pengelolaan
Lingkungan Swadaya Masyarakat (PLSM). Lebih lengkap mengenai
akademi kompos, visi dan misi yang diterapkan, serta program kerja
yang dijalankan, dari pengolahan sampah (baik organik maupun non-
organik), pembuatan biopori, hingga bertanam sayur organik.73
Pelatihan lapangan yang dikerjakan seperti misalnya,
mempraktikkan cara mengelola sampah organik, dengan cara
melakukan proses Pengomposan mulai dari pemilahan bahan,
pencampuran atau pengadukan, sampah kadang perlu dicacah
terlebih dahulu, dan dilakukan pelembaban. Kemudian melakukan
penyiapan wadah pembuatan kompos, penyiapan bahan baku
kompos, pemantauan suhu dan kelembaban. Lalu membuat
tumpukan, pengayakan untuk memperoleh ukuran butiran yang
seragam dan melakukan pengemasan setelah diayak.74
c. Pelatihan yang sudah berjalan
Untuk Warga Bumi Pesanggrahan Mas (BPM) dalam beberapa
situasi, untuk warga di Kelurahan Petukangan Selatan, untuk Anak-
Anak Sekolah sekitaran daerah Petukangan Selatan, pelatihan serta
Studi Banding di Pantai Indah Kapuk dan yang terjauh dari Pulau
Bidadari di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta.
73
Ibid, h. 31. 74
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting (Pelatihan Modul
2) Juni 2014
68
Gambar 8
Kunjungan-Kunjungan dari Praktisi Lingkungan anak-anak Sekolah
dan undangan Pelatihan
Sumber: www.akademikompos.weebly.com
Menerima kunjungan-kunjungan dari Para Praktisi Lingkungan
dan juga anak-anak sekolah dan undangan Pelatihan di Instansi-
Instansi Pemerintahan Daerah.
Usaha pemberdayaan masyarakat harus terus-menerus diadakan,
sampai sasaran tercapai, yaitu meningkatkan kepedulian pada
pelestarian lingkungan dan pengelolaan sampah. Dengan demikian
pola fikir terhadap sampah menjadi berbeda. Sampah merupakan
sahabat yang dapat meningkatkan pendapatan. Kegiatan pelatihan ini
akan lebih mudah dikembangkan apabila mereka sudah menjadi
nasabah. Untuk itu, pelatihan perlu dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Kegiatan sosialisasi, pelatihan, pengelolaan, dan
69
pengolahan sampah organik dan anorganik harus terus berlangsung
dan berlanjut sampai seluruh warga dan masyarakat paham betul dan
peduli terhadap pelestarian lingkungan, dan pada akhirnya ikut
tergabung menjadi nasabah. Kegiatan ini diharapkan akan lebih
cepat berkembang dan efektif dengan adanya tambahan peralatan
dan fasilitas. Sosialisasi tersebut akan berjalan dengan baik jika
pengurus RT, pengurus RW, lurah, camat, walikota, dinas
kebersihan, maupun teman-teman dan praktisi lingkungan lainnya
juga ikut membantu mensosialisasikan.75
Akademi Kompos telah melakukan pengolahan sampah organik
melalui proses komposting. Mengingat warga saat memilah sampah
organik, juga memilah sampah Non Organik, maka muncul ide,
kenapa kita tidak kelola juga sampah Non Organiknya.
Pengolahan sampah non organik semacam ini, sudah merupakan
program nasional, dengan nama REDUCE, REUSE, RECYCLE
melalui Bank Sampah – (diatur PERMEN L.H RI no. 13 thn 2012).
Dimana merupakan sistem, pengelolaan sampah anorganik dari
sumbernya, baik individu maupun kolektif (rutang/ restoran/ sekolah
dll) yang sistematis, secara kuantitatif (Kg/Rp), hingga manfaatnya
juga dapat dinikmati langsung oleh sumbernya.
Sebagai mana sebuah Bank, maka harus ada institusi beserta
struktur organisasinya, tempat beraktivitas, jenis tabungan, fungsi
Administrasi, serta ada nasabah/ penabung.
75
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 57,64-65.
70
Pada kegiatan ini, Jenis sampah Anorganik, bersih dan dipilah
dari sumbernya sebagai:
Kertas terdiri dari koran, majalah, kardus dan dupleks.
Kemudian Plastik yang terdiri dari plastik bening, botol plastik dan
plastik keras lainnya. Juga ada Logam yang terdiri dari besi,
alumunium dan timah. Untuk ketiga jenis sampah ini, setidaknya
diperlukan 3 wadah atau kantong terpisah.
Apabila dapat dipilah lebih terinci, akan memiliki nilai jual lebih
tinggi, misalnya botol plastik, dipisahkan sebagai botol bening &
warna; tutup masing- masing warna, label dan seterusnya.
Sumber/Penabung : dapat berupa individu, atau kolektif misalnya,
Rt/Rw/Sekolah dan seterusnya. Mitra : Pengepul atau Pembeli
sampah, kelompok daur ulang atau Industri daur ulang. Tempat :
Permanen, bersih, sehat (sesuai yang diisyaratkan dalam lampiran
PERMEN 13). Hasil bersih : secara bagi hasil, dikembalikan kepada
Nasabah misalnya sebagai tabungan ke dalam RT (nasabah).
Pemodalan: Modal yang mereka peroleh menggunakan modal
pribadi atau pembiayaan sendiri belum ada bantuan dari pihak
pemerintah atau pihak manapun. Kemudian mendapatkan bantuan
modal dari para donatur yang ingin terlibat dalam kegiatan Bank
Sampah yang ada di Akademi Kompos. Bantuan diperoleh dari dana
sumbangan masyarakat Bumi Pesanggrahan Mas RW 08 Kelurahan
Petukangan Selatan dan sekitarnya. Dan juga mendapatkan bantuan
dana dari Corporate social Responsibility (CSR) Perusahaan yang
71
dinaungi dari pihak Pemerintah maupun Swasta.
Standard Sistem : Melakukan cara memilah sampah yang sesuai
dengan jenis sampah yang diperoleh dari sumber-sumbernya, seperti
mengambil sampah secara lansung dari rumah-rumah warga. Di
rumah warga sendiri sudah disiapkan sarana atau tempat untuk
mengumpulkan sampah kering yang sudah terpilah. Bank Sampah
membentuk kepengurusan agar kegiatan ini lebih tersruktur dan
berjalan dengan baik. Mereka juga membuat kesepakatan untuk
menjadwalkan penjualan sampah anorganik yang sudah dipilah.
Sistem administrasi dibentuk untuk pencatatan penjualan sampah
anorganik secara lebih detail. Sistem produksi akan dipersiapkan
apabila mereka sudah memiliki mesin untuk mencacah plastik.
Mereka juga memiliki mitra- mitra pengepul untuk pengambilan
sampah anorganik dengan penjadwalan rutin. Untuk mencatat
administrasi yang ada di Bank Sampah dibutuhkan buku besar, buku
untuk registrasi, buku tabungan untuk orang-orang yang ingin
menabung sampah yang dipilahnya dan daftar harga untuk sampah-
sampah anorganik yang sudah dipilah- pilah.
3. Proses Persiapan
Mengenalkan program awal mereka secara bertahap dan secara
terus-menerus agar masyarakat dapat tertarik dan mempunyai keinginan
untuk mengelola sampah. Melakukan Pelatihan Tekhnis dengan
membentuk kesepakatan dengan warga, sebagai nasabah. pembentukan
pengurus bank sampah dan nasabah, kedua belah pihak memahami cara
72
pembukuan, kesepakatan jadwal dan lokasi, baik bank sampah maupun
nasabah, menetapkan pengepul sebagai mitra, menetapkan jenis yang
dipilah, beserta harganya, mempelajari cara- cara administrasi,
pencatatan serta menetapkan sistem bagi hasil. Dll, mengembangkan
nasabah keluar, misalnya restoran, sekolah, bahkan pemulung dan
pengepul.Mereka juga memberikan pendampingan untuk cara
kerja/sistem untuk kegiatan Bank Sampah tersebut. Mengembangkan
cara kerja/sistem yang dimiliki Bank Sampah agar ada perubahan yang
sangat menarik masyarakat. Mereka juga melakukan monitoring dan
mengevaluasi cara kerja/sistem Bank Sampah agar kegiatan ini bisa
berjalan dengan baik.
4. Pelaksanaan
Membentuk kepengurusan Bank Sampah serta para anggota/peserta
dan personalianya. Suatu pedoman atau acuan ditetapkan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaiannya
atau biasa disebut Standard Operasional Prosedur (SOP) didalam
kepengurusan Bank Sampah Akademi Kompos ini. Mereka melengkapi
peralatan dan pembukuan untuk kebutuhan administrasi Bank Sampah.
Mereka mencari jaringan/ network untuk pengepul atau pemakaian Daur
Ulang Sampah tersebut. Daftar disusun untuk mengelompokkan jenis
barang dan harga sampah yang sudah dipilah-pilah. Menetapkan sumber-
sumber dan mensosialisasikannya kepada seluruh RW di Kelurahan dan
Kecamatan. Menetapkan Koordinator RT ke pengurus RT atau
sukarelawan agar bisa bergiliran sampai periode/ waktu yang telah
73
ditentukan, dengan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dan serah terima
yang baik. Mereka menyarankan setiap rumah harus memiliki tempat
untuk wadah pemilahan sampah. Untuk pemilahan sampah dilakukan dan
ditempatkan oleh masing-masing sumber sesuai dengan jenisnya. Jadwal
ditetapkan untuk penyetoran, penimbangan dan pencatatan di setiap
tempat Koordinator RT, misalnya setiap hari sabtu jam 8 pagi. Juga
ditetapkannya jadwal penyetoran, penimbangan, dan pencatatan ditempat
Bank Sampah, yaitu pada hari yang sama hanya jamnya saja yang
berbeda yaitu, jam 10 pagi. Kegiatan Bank Sampah harus disortir, mana
yang bisa langsung untuk dijual, dipilah lagi, atau diproduksi kembali.
Menetapkan jadwal untuk Penjualan dan Pengambilan barang oleh pihak
pengepul atau pembeli, misalnya pada jam 13 pada hari yang sama.
Dengan demikian Bank Sampah dapat meminimalkan tempat
penyimpanannya. Lalu mengadakan tempat pertemuan reguler, untuk
mereview perkembangan dalam kegiatan Bank Sampah.76
Bapak Artomo mengatakan, bahwa manfaat Bank Sampah adalah
untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mengubahnya menjadi
barang lain yang lebih berguna. Misalnya, plastik yang sudah dipakai itu
didaur ulang maka akan mengurangi proses itu semuanya dan akan
menjadi barang yang baru yang bisa sama bahkan lebih baik fungsinya.
“Proses Daur Ulang dibagi dua, sampah yang bisa daur ulang
untuk kerajinan tangan dikumpulkan kepada pengrajin seperti tas,
kembang-kembang dan sebagainya. Sedangkan plastik yang bisa dilebur
untuk dijadikan selimut merupakan daur ulang tingkat tinggi, dan
produknya dapat dibagikan kepada korban- korban bencana seperti
76
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014)
74
banjir dan sebagainya. Sedangkan sampah-sampah yang lainnya masih
diambil dan dikelola oleh mitra dan barang-barang ini disalurkan sesuai
dengan fungsi dan jenisnya”.77
Tabel 1.
Komposisi Potensi Sampah di TPA DKI
No Jenis Sampah Jumlah Ton/Jam %
1. Sampah basah/organik 246,85 61,50
2. Sampah non organik 154,54 38,50
3. Kertas 27,70 6,90
4. Plastik 70,24 17,50
5. Logam 0,80 0,20
6. Karet/kulit 3,21 0,80
7. Kaca gelas/ kaca 2,81 0,20
8. Kain 14,05 3,50
9. Kayu 0,40 0,10
10. Lain-lain 35,52 8,80
Jumlah 401,39 100
Sumber: Buku Halaman HIjau
5. Hasil yang Diharapkan
Ketika sistem ini berjalan, harapan terhadap keberhasilan dan hasil
yang ingin diraih pun muncul. Tentunya yang membawa ke arah positif.
Beberapa keinginan tersebut di antaranya sebagai berikut.
Masyarakat paham tentang konsep disiplin pribadi. Menimbulkan
kepedulian dan perubahan perilaku masyarakat terhadap pelestarian
77
Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4
maret 2016.
75
lingkungan, mengerti pentingnya adaptasi dan mitigasi, serta dapat
melakukannya dengan baik. Persepsi masyarakat terhadap sampah
berubah, dari sampah itu kotor dan bau, menjadi sampah itu bernilai jual
dan sampah bisa menjadi sahabat. Masyarakat mampu mengelola dan
mengolah sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dan
memperoleh hasil dari usahanya itu. Masyarakat mampu dan peduli untuk
tidak membiarkan sampah menumpuk, berserakan, apalagi dibakar.
Masyarakat dimudahkan dan diberi kenyamanan dan keuntungan dalam
mengelola sampah secara 3R. Masyarakat menjadi tahu pentingnya
penghijauan dengan meninggalkan pupuk dan pestisida kimia, menuju ke
sistem penanaman organik. Tercipta lingkungan yang bersih, hijau, asri,
dan sehat. Menyumbang kegiatan adaptasi dan mitigasi pemanasan global
yang mencakup lokal, regional, nasional, dan pada akhirnya global.
Membuat Akkom menjadi kuat, berkembang, dan mandiri, bahkan dapat
membantu mengembangkan fisik lingkungannya, serta mendirikan
cabang-cabang binaan. Dapat menyumbang operasional komunitas di
lingkup RW. Jika sistem terkelola dengan baik, warga yang tergabung
sebagai nasabah akan mencicipi keuntungan. Bahkan, bukan tidak
mungkin kedepan warga dapat membayar iuran warga, membayar listrik,
membeli sembako, membayar iuran PBB, membayar iuran SPP anak,
sedekah, dan kebutuhan modal usaha, semua diperoleh dari hasil tabungan
sampah mereka sendiri.78
78
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola lingkungan
dari rumah (Jakarta: Agro media pustaka 2015), h. 65-66.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Untuk melakukan aktifitas pengomposan/komposting secara luas, perlu
merubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi mereka,
sampah adalah barang kotor, bau, tak ada nilainya dan harus dibuang
keluar rumah (tidak peduli ditimbunan sampah atau di kali). Atau dibakar
saja dipekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu
bukan sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak
berbau, bisa diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”.
Dengan demikian sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau
dimusnahkan, tapi merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang
kita.
2. a. Upaya mengatasi:
Adalah Pemberian penjelasan/awareness secara terus menerus, dengan
bermacam cara, tentang:
1) Tujuan, menjadi pelopor untuk melestarikan lingkungan.
2) Sampah tidak boleh dibakar/dibuang, juga air tidak boleh dibuang
kekali, tetapi harus dikembalikan ke tanah (Komposting dan biopori)
3) Menciptakan wacana untuk menjadi wisata organik,
4) Memberi pengertian apa itu sampah (sampah hidup/basah), sampah
anorganik (sampah kering) dan bahan berbahaya.
5) Bahwa sampah rumah tangga itu terdiri dari sampah organik 60%,
77
non organik 30% dan bahan berbahaya 10%
6) Memanfaatkan sampah yang ada (organik) untuk diubah menjadi
bahan yang berguna (Reuse)
7) Mengurangi frekuensi truk sampah (hanya 10%) menghemat biaya
8) Mengatasi bak sampah dikais anjing
9) Menjadikan lingkungan bersih, asri, sehat sambil beribadah.
10) Mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan mulai sekarang juga,
11) Secara bertahap dilakukan uji coba per RT.
b. Proses Persiapan.
1) Sosialisasi awal
2) Pelatihan Tekhnik
a) Terbentuk kesepakatan dengan warga, sebagai nasabah.
b) Pembentukan pengurus bank sampah dan nasabah
c) Kedua belah pihak memahami cara pembukuan
d) Kesepakatan jadwal dan lokasi, baik bank sampah maupun
nasabah
e) Menetapkan pengepul sebagai mitra
f) Mempelajari cara cara administrasi, pencatatan
g) Menetapkan sistim bagi hasil. Dll
h) Mengembangkan nasabah keluar, misalnya restoran, sekolah,
bahkan pemulung dan pengepul
3) Pendampingan sistem bank sampah
4) Pengembangan sistem bank sampah
5) Monitoring dan evaluasi sistem bank sampah.
78
c. Pelaksanaan:
1) Terbentuk pengurus bank sampah, beserta personalianya.
2) Menetapkan SOP.
3) Melengkapi peralatan dan pembukuannya.
4) Mencari network pengepul atau pemakai untuk Daur Ulang.
5) Menyusun daftar pengelompokkan dan harganya
6) Sosialisasi dan penetapan sumber (ke seluruh RW di
kelurahan/kecamatan),
7) Tetapkan koordinator RT (pengurus RT atau sukarelawan, bisa
bergiliran dalam periode waktu tertentu, dengan serah terima yang
baik)
8) Setiap rumah memiliki tempat untuk wadah pilahan
9) Pemilahan sampah oleh dan ditempat sumber (masing masing
Ruang), sesuai jenisnya.
10) Menetapkan jadwal penyetoran, penimbangan dan pencatatan
ditempat koordinator RT, mis setiap hari sabtu jam 8 pagi
11) Menetapkan jadwal penyetoran, penimbangan dan pencatatan di
Bank Sampah, yaitu pada hari yang sama pada jam 10 pagi.
12) Bank Sampah menyortir, mana yang bisa langsung dijual, dipilah
lagi, atau diproduksi.
13) Menetapkan Jadwal Penjualan dan Pengambilan barang oleh
Pengepul atau Pembeli, mis jam 13 pada hari yang sama. Dengan
demikian Bank Sampah dapat meminimalkan tempat penyimpanan.
14) Mengadakan pertemuan reguler, untuk mereview perkembangan.
79
d. Hasil yang diharapkan
Tentunya yang membawa ke arah positif. Masyarakat paham
tentang konsep disiplin pribadi. Menimbulkan kepedulian dan perubahan
perilaku masyarakat terhadap pelestarian lingkungan, mengerti
pentingnya adaptasi dan mitigasi, serta dapat melakukannya dengan baik.
B. Saran
1. Harus dikembangkan lagi oleh pemerintah setempat agar masyarakat
sekitar Bumi Pesanggrahan Mas (BPM) banyak yang tertarik dalam
mengikuti kegiatan Pengelolaan lingkungan dan sampah secara terpadu
yang dilakukan Akademi Kompos untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, serta perlunya kepedulian
warga, atas perlunya pengelolaan lingkungan.
2. Akademi Kompos harus lebih memberikan program-program yang telah
ada atau mengembangkannnya agar lebih terstruktur dan terorganisir
dalam menjalankan kegiatan pengelolaan lingkungan dan sampah secara
terpadu menjadi lebih baik dan berkelanjutan. Serta jadwal kegiatan
seperti, pelatihan tentang Pengelolaan Sampah Organik atau Komposting,
Bank Daur Ulang Sampah, Kebun Organik dan Biopori ditambah lagi
waktunya, dari seminggu dua kali menjadi seminggu 3 atau 4 kali agar
masyarakat dapat lebih mengerti dalam merawat dan melestarikan
lingkungan.
80
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku dan Artikel
A. sonny keraf etika lingkungan hidup Jakarta: Kompas 2010.
Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan terapan Jakarta: PT Bumi Aksara
13220
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000
Alex. S, Sukses mengolah Sampah Organik menjadi pupuk organik,
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian
Sosial,Yogyarta: ANDI,2007
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi Jakarta: Kencanuka Prenada
Media Group, 2010
Artikel Akademi Kompos, Pengolahan Sampah Organik/Komposting Pelatihan
Modul 2 Juni 2014
Artomo, Halaman Hijau urban farming cara bijak dan cerdas mengelola
lingkungan dari rumah Jakarta: Agro media pustaka 2015
Artomo, Pengelolaan Lingkungan dan sampah secara terpadu (Jakarta: Artikel
Akademi Kompos, 2014)
Artomo, penggiat lingkungan Jakarta: Akademi Kompos artikel akademi kompos
2013.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2454-
2002. Tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah
perkotaan. Jakarta.
Bimo, Walgito, psikologi sosial (suatu Pengantar), Yoyakarata: Andi, 1999.
Britha mikkelsen. Metode penelitian partisipatoris dan upaya-upaya
pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi praktisi lapangan Jakarta:
Yayasan obor Indonesia, 2003
Darmono, Lingkungan hidup dan pencemaran:hubungannya dengan toksikologi
senyawa logam Jakarta: Penerbit universitas Indonesia(UI-Press),2001.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
81
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaaan Sosial. Bandung:
PT Refika Aditama, 2005
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri Memperkuat Tanggung jawab
Sosial Perusahaan [Corporate Social Responsibility] Bandung: PT
Refika Aditama, 2007
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2014
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan,Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI,2001
Ipah farihah. Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidatullah Jakarta,
Jakarta:UIN Jakarta Press. 2006
Jaenal Arifin,Teknik Penarikan Sample dan Pengumpulan Data,Jakarta,2005
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University press, 2007
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta:
Djambatan,2009
Lexy J. Moleang. Metode penelitian kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2000
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei,Pengembangan Masyarakat
Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001
Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam:
Dari Ideologi Strategi sampai Tradisi Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2001
Rachmad K. DWI Susilo sosiologi lingkungan Jakarta:PT, Raja Grafindo
Persada,2008
Rancangan Undang-undang republik Indonesia, Tentang Pengelolaan Sampah,
Kementrian Negara Lingkungan hidup,2008
Robert K. Yin. Studi Kasus Desain dan Metode Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2008
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta: Rineka
Cipta,2007
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Graha
Ilmu,2004
82
Sugiono, MemahamiPenelitian Kualitatif,(Bandung : Alfabeta, 2005).
Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim; Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Badak Putih dan Kampung satu Duit Jakarta: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah,
2007
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi
Perspektik Islam Ciputat: Laboratorium Sosiologi Agama 2008
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik, Jakarta: Kencana, 2013
B. Sumber Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/sampah_Organik Selasa, 27 oktober 2015 14:22
http://www.sampah.biz/2010/11/managing-garbage-and-waste-at-source.html 20
agustus 2015 13:16
http://yandiyulio.wordpress.com Selasa, 27 Oktober 2015 14:36.
Sumber: www.akademikompos.weebly.com, diakses tanggal 21 November 2014
, 10:11
C. Sumber wawancara:
Wawancara pribadi dengan bapak Artomo selaku Inovator di Akademi Kompos 4
maret 2016
Pedoman Wawancara Di Akademi Kompos
1. Bagaimana orang-orang Akademi Kompos mempengaruhi /memberdayakan
masyarakat sekitar serta cara pengelolaannya untuk mengikuti kegiatan
Akademi Kompos?
2. List seluruh kegiatan yang ada di Akademi Kompos dari?
a. Mereka melakukan apa?
b. Buat siapa?
c. Apa saja?
d. Berapa lama?
e. Berapa banyak?
f. Bagaimana Prosesnya?dan
g. Segalanya?
3. Seperti apa Praktek-praktek Pelestarian Lingkungan?
4. Bagaimana Praktek dana apa manfaat jual-beli dalam kegiatan Daur Ulang
Sampah?
5. Seperti apa kegiatan Daur Ulang Sampah Anorganik?
Jawaban
1. Orang- orang Akademi Kompos mempengaruhi masyarakat sekitar dengan
sosialisasi yang berlanjut dari kegiatan kerja bakti seminggu sekali lalu
mereka mengenalkan kepada masyarakat tentang programnya ini dengan
pelestarian Lingkungan serta mengenalkan dengan cara mengelola sampah
organik menjadi pupuk, lalu selain kompos ada juga kegiatan bank sampah
mulai dari jual beli sampah yang untuk di daur ulang. Yang paling
mempengaruhi masyarakat Akademi kompos membuat kebun percontohan
yaitu kebun sayuran dan kebun Toga agar masyarakat sekitar bisa melihat dan
mempraktikkan secara langsung kegiatan pengelolaan sampah khususnya
sampah organik menjadi pupuk dan melihat hasil kerjanya dalam kegiatan
Akademi Kompos.
2. A. Mereka melakukan penimbangan atau jual-beli sampah/ anorganik yang
dilakukan pada hari jumat, serta melakukan pengelolaan sampah organik dan
juga ada kegiatan pelatihan sampah organik (Komposting) yang dilakukan
pada hari sabtu.
B. Buat masyarakat yang ingin mempelajari tentang bagaimana cara mendaur
ulang sampah serta mempelajari tentang kompos agar bisa
membuatnya/mempraktikannya. Mulai dari warga BPM dan ibu-ibu PKK
Kelurahan Petukangan Selatan turut serta dalam kegiatan Akademi Kompos,
bukan saja dalam hal bantuan pendanaan, tetapi berupa aktifitas kongkrit
dengan tujuan yang sama, yaitu menciptakan Lingkungan yang Bersih, Hijau,
Asri dan Sehat.
C. Bercocok tanam dengan memakai pupuk organik, tanaman mulai dari
bayam, kol, pokcay dan sebagainya.
D. waktu kegiatan penimbangan/jual beli sampah non organik dilakukan pada
hari jumat mulai jam 08:30 – 11:00 serta kegiatan pelatihan dan pengelolaan
sampah organik (Komposting) mulai dari Jam 09:00 – 11:30.
E. Ada sekitar 20 orang lebih yang melakukan penimbangan/jual beli sampah
non organik, sedangkan yang mengikuti pelatihan kompos ada sekitar 12
orang sedangkan ada yang menguras pengelolaan sampah
organik(Komposting) hanya 2 orang saja.
F. Prosesnya mereka membagi dari bank daur ulang sampah anorganik yaitu
masyarakat melakukan jual beli sampah di akademi kompos untuk dikirim
kepada pengrajin sampah juga kepada pabrik2 yang ingin mendaur ulang
sampah anorganik tersebut. Akademi kompos fokus kepada pengelolaan
sampah organik (komposting) proses nya perlu dilakukan langkah sebagai
berikut yaitu: pemilahan bahan, pencampuran/pengadukan bahan, sampah
kadang perlu dicacah terlebih dahulu dan pelembaban. Tehkniknya juga
dilakukan beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah
dilakukan, yaitu: Penyiapan wadah pembuatan kompos, Penyiapan bahan baku
kompos, Pemantauan suhu dan kelembaban, Pembuatan tumpukan,
Pengayakan dan Pengemasan.
Untuk melakukan aktifitas/kegiatan Akademi Kompos secara luas, perlu
merubah persepsi masyarakat tentang sampah, dimana persepsi mereka,
sampah adalah barang kotor, bau, taka da nilainya dan harus dibuang keluar
rumah (tidak peduli di timbunan sampah atau di kali), atau dibakar saja di
pekarangan. Persepsi tersebut harus diubah menjadi “sampah itu bukan
sekedar barang kotor, sampah bila ditangani dengan benar tidak berbau, bisa
diolah dan diubah menjadi bahan lain yang tinggi nilainya”. Dengan demikian
sampah bukannya lawan yang harus dibuang atau dimusnahkan, tapi
merupakan sahabat yang dapat menambah pundi uang kita.
Merubah mindset ini tidaklah mudah, harus betul- betul dengan cara- cara
tepat dan dilakukan secara terus menerus.
3. Kalau kita bicara tentang pelestarian lingkungan itu kenapanya, mengapa
harus membuat ini buat itu dengan cara ini cara itu memelihara bumi dan
isinya. Dengan dasarnya bumi ini bukannya milik kita untuk di hancur-
hancurin bumi ini dipinjamkan ke kita agar kita bisa hidup dengan baik harus
dipelihara. Dari kegiatan bank sampah, kebun organik, pembuatan kompos
yang rutin dilakukan seminggu sekali bukti dari pelestarian lingkungan adalah
bercocok tanam dengan pupuk organik dari hasil pengelolaan sampah organik
( Komposting)
4. Dari segi gunanya manfaatnya bagi masyarakat kita memberikan pembinaan
atau pemberdayaan kepada mereka yang pertama mindset bahwa sampah itu
bukan sampah yang kotor yang harus dibuang sampah itu ada nilainya, ini
pengertian itu aja cukup sulit untuk dimasukkan kemasyarakat. Kalua mereka
sudah masuk itu nanti mereka menganggap sampah itu adalah teman, sampah
itu sahabat, sampah itu emas bukan untuk dibuang- buang perubahan mindset
itulah salah satu pengaruh dan manfaatnya.
5. Terbengkalai kemana-mana berantakan kemana-mana dan daur ulangnya ini
adaptasi, mitigasi daur ulangnya mitigasi disini bukan daur ulang ya , kalau
kita ngomong itukan ada 3R reduce/mengurangi, untuk sekarang ini ada
campaign mengurangi kantong plastik caranya macam- macam antara lain
kalua mau make kantong plastik harus bayar jadi orang agar tidak terlalu
membuang-buang kantong plastic itu adalah sarana untuk menciptakan proses
reducing atau pengurangan, kemudian ada reuse kantong plastic itu yang
sudah ada mungkin gak langsung dibuang tapi dipakai dahulu entah buat
tempat sampah dan sebagainya ,kemudian kalua misalnya kita kumpulkan kita
olah kembali menjadi barang lain ini namanya recycle inilah yang disebut daur
ulang , daur ulang adalah hubungannya recycle, kalua kita ngomong
pengelolaan masih berhubungan dengan 3R, kalua manfaatnya ya itu
mengurangi, menggunakan kembali, merubahnya menjadi barang lain yang
lebih berguna. Cuma kalua kita berbicara plastik itu aja untuk bikin satu
plastic itu bukan main ekor yang digunakan mulai dari mengambil bahan
tambangnya kan minyak blum energinya itu semua proses, nah kalua ini
plastic yang sudah dipakai itu didaur ulang dia mengurangi proses itu
semuanya akan menjadi barang yang baru yang bisa sama fungsinya bahkan
lebih baik fungsinya. Sampah ini sementara kita masih belum proses dan daur
ulang sendiri itu kita bagi dua ada sampah yang bisa daur ulangnya untuk
kerajinan tangan, itu dikumpulkan kepada pengrajin seperti tas, kembang-
kembang, kemudian plastic itu bisa dilebur untuk dijadikan selimut itu adalah
daur ulangnya tingkat tinggi,kalua yang lainnya masih diambil oleh mitra,
mitra itu dipilah lagi, mitra itu seperti lapak-lapak jadi ada mounya dengan
persyaratan tertentu bisa jadi mitra Akademi kompos itu sendiri, dia salurkan
barang-barang ini sesuai dengan fungsinya dan jenisnya. Kalau yang plastic
dia salurkan ketempat yang memproses atau mendaur ulang plastic, dia juga
lempar tempat yang memproses daur ulang kertas nanti akhirnya daur ulang
juga Cuma bukan langsung tapi melalui tangan-tangan mitra.
Lampiran Tabel - Tabel
6. Tabel 1.
7. Nama-Nama Peserta Tahun 2013
No. Name Address
1. Rahmat Kec, Pesanggrahan
2. Abdul Rahman Kec, Pesanggrahan
3. Agustiawan Kec, Pesanggrahan
4. Edi Supriyanto Petukangan selatan
5. Abu Bakar Petukangan selatan
6. Samsul Rizal Kec, Pesanggrahan
7. Arief Hadi TP Pkk Jaksel
8. Paryadi Pkk Jaksel
9. Hermadi Kel, Petukangan selatan
10. Ujang Petukangan selatan
11. Ade Yolanda Kec, Pesanggrahan
12. Ahmad Syaiful Petukangan utara
13. Subiyanto Kec, Pesanggrahan
14. Madadi Sudimara selatan
15. Muhammad Jaid Sudimara selatan
8.
9. Tabel 2.
10. Nama-Nama Peserta Tahun 2014
No. Name Address
1. Anam Y Kec, Pesanggrahan
2. Endi Sudirman Kec, Pesanggrahan
3. Ridwan Taufik Petukangan selatan
4. Mustakim Petukangan selatan
5. Marjuki Pesanggrahan
6. Dedi Sudimara selatan
7. Abdullah Herman Petukangan utara
8. Ahmad Mujammil Petukangan utara
9. Pahrurroji Kel, Petukangan selatan
10. Yanuar Fahmi Kec, Pesanggrahan
11. Suwito Pud Petukangan
12. Tuparjo Petukangan selatan
13. Sadirin Larangan selatan
14. Nurdin Abdullah Larangan selatan
15. Toyib Ulujami
16. Sri Yani Petukangan selatan
11.
12.
13. Tabel 3.
14. Nama-Nama Peserta Tahun 2015
NO
NAME
Address
1. E Muhfadzar Kec, Pesanggrahan
2. Zubir. U Kec, Pesanggrahan
3. Gunawan Sudimara Selatan
4. E Mulyawati Petukangan Selatan
5. S. Hidayat TP. PKKJS
6. Rahmiyati A Ketua Forkof Js
7. Zainudin Kec, Pesanggrahan
8. Rismiati Lintas Sektrial (kelautan)
9. Murtedjo Pu Bina marta
10. Dwisiwi Kesos wako selatan
11. Istiyawati TP Pkk Jaksel
12. Yuni Sek Pkk. Kec. Pesanggrahan
15.
16. Tabel 4.
17. KELOMPOK PKK RW 08 KELURAHAN
18. PETUKANGAN SELATAN TAHUN 2015
NO NAMA JABATAN URAIAN
KEGIATAN
1. Agus Irwanto Camat Monitoring kota
sehat
2. Laila A. Irwanto Ketua pkk Kec, Monitoring kota
sehat
3. Emilia Pud Petukangan
selatan
Monitoring
4. Nurhayati Kec, Pesanggrahan Monitoring kota
sehat
5. Rismiyati Peternakan &
Pertanian
Monitoring
6. Dr. Tiara Ka Pusli
Pesanggrahan
Monitoring
7. Horasman Koord. Kesling Kota sehat
8. Yuni Sek. Kec,
Pesanggrahan
Kota sehat
9. Sartika Staf Puskes Kota sehat
10. Dr. Merry K Puskesmas
Pesanggrahan
Kota sehat
11. Erti Husnikimas Ket.Tp Pkk Monitoring
12. Sri Rahayu Ket. Tp Pkk Monitoring
13. Nia. M Biro Kesos Monitoring
14. M. Ramadhani Sudin Perumahan
Psg
Pendampingan
15. Hastyanti Sudin Tasa Air Tasa Air
16. Hermandi Puskes Monitoring